skripsinya walid edit 2007
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
Iran merupakan salah satu negara yang berada di kawasan
Asia tepatnya di kawasan Timur Tengah. negara ini dulunya dikenal
sebagai negara Persia yang pernah menguasai sebagian daratan di
Asia dan Eropa. negara ini mempunyai potensi yang sungguh besar
di bidang energi. Kekayaan alam yang dimiliki Iran sangat
melimpah sehingga banyak negara-negara di sekitarnya maupun
diluarnya ingin sekali mengadakan kerjasama dengan Iran.
Iran memiliki cadangan mineral dan logam yang sangat
besar, termasuk tembaga, emas dan uranium serta syarat
demografis untuk pertumbuhan industri, dengan populasi yang
diperkirakan mencapai 75 juta jiwa.1 Keunggulan material ini masih
ditambah dengan warisan budaya yang kaya dan mengakar, yang
pengaruhnya menjangkau jauh keluar batas negara Iran modern.2
Iran adalah negara yang kaya akan sumber energi.
1 Ali M. Ansari, Supremasi Iran, (Jakarta: Zahra Publising House, 2008) hal. 112 Ibid
2
Iran adalah salah satu negara anggota OPEC yang
mempunyai potensi minyak dan gas luar biasa. Menurut Oil and Gas
Journal, 1 Januari 2006, Iran memiliki cadangan minyak terbukti
sebesar 132,5 miliar barrel. Pada tahun 2005, produksi minyak Iran
saja tercatat 3,94 juta bpd; terhitung 5 persen dari produksi minyak
mentah dunia.3 Iran juga memiliki cadangan terbukti gas alam
sebesar 970 triliun Tcf. Potensi ini membuat Iran menduduki posisi
kedua setelah Rusia. Namun sekitar 62 persen kandungan gas alam
Iran belum dikembangkan. Menurut EIA, kandungan gas Iran
mayoritas terdapat di tiga tempat, yakni Pars Selatan (280-500 Tcf
kandungan cadangan gasnya dan 17 miliar barrel kandungan
minyak), Pars Utara (50 Tcf), dan Kangan-Nar (23.7 Tcf)4. Tapi, yang
menjadi sorotan dunia adalah Pars Selatan.
Walaupun Iran Negara yang mempunyai banyak potensi
dibidang energi, banyak sekali permasalahan-permasalahan yang
dihadapinya. Pada era 1950-an yang merupakan saat penuh gejolak
bagi rakyat dan pemerintahan Iran. Saat itu, Iran dibawah
kepemimpinan Perdana Menteri Moshaddeq, yang notabene tidak
loyal terhadap pemerintahan asing5. Sejumlah konspirasipun
3 “Kenapa AS Incar Iran?”, http://geopolitikenergi.wordpress.com, diunduh tanggal 13 April 2010, pukul 02.234 Ibid5 D. Danny H. Simanjuntak, Ahmadinejad Menentang Amerika: Dari Nuklir Iran, Zionisme, Hingga Penyangkalan Holocaust, (Jakarta: Narasi, 2007) hal. 7
3
dilakukan untuk menggulingkan Moshaddeq yang berdampak
negatif pada pembangunan Iran pada saat itu. Akhirnya pada tahun
1953 Moshaddeq terpaksa turun dari kursi kepemimpinannya.
Dalam waktu yang tidak lama, ia digantikan oleh Syah Reza Pahlevi.
Mulai saat itu, Iran benar-benar hidup di bawah rezim monarki
pemerintahan asing. Rakyat benar-benar hidup tertindas, kondisi
ekonomi yang tidak menentu, angka kemiskinan dan pengangguran
meningkat dari tahun ke tahun. Rakyatpun kemudian berpikir
bahwa rezim yang dikendalikan oleh pemerintahan asing yang
sangat menyengsarakan rakyat Iran haruslah dihapuskan karena
menurut mereka rezim yang berkuasa hanya dijadikan boneka oleh
pemerintahan asing. Melalui Ayatullah Khomeini, rakyat bersatu
untuk melawan rezim Pahlevi dan menggulingkannya juga berhasil
mengusir pemerintahan asing pada tahuun 1979. Pada tahun
tersebut dikenal sebagai Revolusi Islam Iran.
Iran juga pernah mengalami serangan dari Negara
tetangganya yaitu Irak. Serangan yang dilakukan oleh oleh Irak
merupakan suatu kejutan yang tak terduga sehingga pada saat itu
dunia internasional memberikan simpatiknya terhadap Iran.
Serangan tersebut merupakan dampak dari revolusi yang terjadi di
Iran yang menyebabkan Saddam Hussein yaitu pemimpin Irak
4
melakukan invasinya ke Negara Persia tersebut. Saat itu, Ia melihat
bahwa revolusi Iran adalah ancaman bagi perusahaan minyak
Barat. Saddam Husein pun melakukan invansinya pada tahun 1980.
Aksi Saddam Husein itu didukung diam-diam oleh AS. Tapi, pada
tahun 1982, pasukan Iran berhasil mengusir pasukan Irak keluar.
Kejadian ini disebut Perang Teluk I.
Kejadian-kejadian tersebut membuat perekonomian negara
Iran menjadi terpuruk sehingga membuat Negara tersebut
berupaya memperbaiki perekonomiannya. Untuk itu, Iran
melakukan kerjasama-kerjasama di berbagai bidang demi
mewujudkan kepentingan nasionalnya yakni memperbaiki ekonomi
yang dapat mensejahterakan rakyat mereka sesuai dengan asas-
asas dari Revolusi Iran.
Cina yang merupakan salah satu Negara yang menjalin
hubungan dengan Iran. Negara Tirai Bambu ini sebenarnya
merupakan salah satu Negara yang senantiasa membantu Iran.
Hubungan diplomatik Cina-Iran dimulai sejak 16 Agustus 1971.
Namun sebelumnya, antara Cina dan Iran telah memiliki hubungan
dagang sejak tahun 1950, meliputi ekspor dan impor di antara
kedua negara.6
6 “Memahami Posisi Cina Dalam Kasus Nuklir Iran”, http://www.politik.lipi.go.id/index.php/in/kolom, diunduh tanggal 13 April 2010, pukul 02.23
5
Produk ekspor Cina ke Iran antara lain peralatan elektronik
dan mekanik serta produk-produk industri kimia sedangkan impor
utama Cina dari Iran adalah minyak mentah, disamping biji khrom,
kapas, polyvinyl chloride, karet sintetis, kismis dan kenari. Pada
saat Perang Teluk I Iran mendapat bantuan mendapat bantuan dari
Cina berupa pasokan senjata untuk melawan Irak. Cina lalu menjadi
sumber utama bagi pembangunan teknologi industi kimia dan
elektronik Iran7.
Sejak tahun 1982, kerjasama antara Cina dan Iran di bidang
ekonomi dan teknologi terus meningkat. Pada April 1985, kedua
negara sepakat membentuk Komite Bersama untuk kerjasama di
bidang ekonomi, perdagangan serta ilmu pengetahuan dan
teknologi (iptek). Bidang kerjasama ini meliputi energi, transportasi,
mesin, material bangunan, pertambangan, batubara, bahan kimia
dan logam non-besi. Proyek utama antara kedua negara termasuk
di dalamnya kereta api bawah tanah di Teheran, kapal-kapal multi
fungsi, pembangunan tanker minyak, produksi pabrik semen,
4032,5 KW unit mesin tenaga panas di Arak dan perlatan
pembangkit hydroelektrik.
Sejak tahun 1980an itu pula kedua negara aktif melakukan
pertukaran di bidang budaya, pendidikan serta iptek. Sejumlah 7D. Danny H. Simanjuntak, op.cit, Hal. 73
6
perjanjian juga telah ditandangani oleh kedua belah pihak,
beberapa perjanjian penting diantaranya: Sino-Iranian Agreement
on Cultural, Scientific and Technical Cooperation; Sino-Iranian
Project on Radio-Television Cooperation; Sino-Iranian Agreement on
Setting Up Consulate Generals In Both Countries; Governmental
Memorandum of Mutual Exemption of Visas; Trade Agreement
Between Chinese and Iranian Government; Memorandum of
Understanding Between the Two Foreign Ministries on the
Establishment of A Consultation Mechanism. Demikian pula di
bidang politik, beberapa pertukaran kunjungan penting terus
dilakukan sejak dekade tersebut.8
Cina juga telah memberikan investasi yang besar untuk
pembangunan infrastruktur Iran. Beijing juga menjadi pemasok
senjata dan alat pertahanan militer terbesar Iran sekaligus
membantu pengembangan teknologi misil Iran termasuk air-to-air
missiles, surface-to-air missiles, and anti-shipping cruise missiles.9
Kerjasama terus ditingkatkan dalam bidang perdaganagan, hingga
pada tahun 2001 nilai perdagangan antara Iran dan Cina mencapai
angka 2,3 miliar dolar. Itu pun belum termasuk nilai perdagangan
peralatan militer yang dijual Cina kepada Iran.
8 “Memahami Posisi Cina Dalam Kasus Nuklir Iran”, Op.cit.9 “Kenapa AS Incar Iran, Op.cit
7
Menjelang akhir tahun 2004, kerjasama antara Iran dan Cina
mulai dijalin dengan serius. Saat itu, kedua negara mulai membuat
kesepakatan kerjasama bidang energi untuk jangka waktu 25 tahun
kedepan. Kedua negara tersebut mengadakan kontrak kerjasama
bernilai hingga 100 miliar dolar. Sesuai kesepakan yang ada pada
waktu itu, Iran akan mengirimkan gas cair dan minyak ke Cina.
B. Permasalahan
Kebutuhan energi saat ini merupakan suatu fenomena yang
terjadi di banyak Negara. Banyak diantara mereka berupaya
mencari dan mendapatkan sumber-sumber energi yang sangat
dibutuhkan. Untuk itu, dilakukan kerja sama antar Negara untuk
memenuhi kebutuhan akan energi tersebut. Kerjasama tersebut
dapat berupa bilateral, multilateral, dan secara institusional baik
dalam kawasan regional maupun internasional.
Iran merupakan salah satu penghasil gas terbesar kedua
setelah Rusia. Namun sekitar 62 persen gas alamnya belum
dieksplorasi secara menyeluruh. Untuk itu, Iran berupaya menjalin
8
kerjasamanya antar Negara dengan upaya mengelola sumber daya
energi mereka yang belum mereka kelola secara menyeluruh.
Seperti yang sudah disebutkan diatas bahwa hubungan Iran
dengan Cina terjalin pada tanggal 16 Agustus 1971. Hubungan ini
terus meningkat di berbagai bidang dalam upayanya menjalin
kerjasama yang menguntungkan diantara kedua belah pihak.
Potensi akan sumber daya energi yang melimpah dari Iran
membuat Cina ingin sekali menjalin hubungan yang lebih erat
dengan negara Persia tersebut. Cina sangat membutuhkan sumber
daya energi untuk mewujudkan percepatan pertumbuhan
perekonomiannya. Ini terbukti pada akhir tahun 2004 terjalin
kerjasama dibidang energi untuk jangka waktu yang sangat
panjang yaitu 25 tahun yang bernilai kontrak 100 miliar dolar.
Untuk itu, penulis merumuskan permasalahan yang akan
dibahas dalam menanggapi hubungan kerajasama pemerintah Iran
dengan Cina di bidang energi gas alam. Berdasarkan penjelasan
didalam latar belakang, penulis terdorong untuk mencari data
dalam menentukan masalah yang akan dibahas dalam bentuk
research question sebagai berikut:
“ Apa yang menjadi kepentingan Iran dalam kerjasamanya
dengan Cina di bidang energi gas tahun 2004-2009?”
9
Periode waktu yang digunakan ini, dipilih karena pada tahun
2004, Iran mengalami tekanan-tekanan dari dunia internasional.
Pada waktu itu, Iran dihadapkan oleh penolakan terhadap program
nuklirnya yang menurutnya bertujuan damai. Oleh karena itu,
adanya hubungan kerjasama bidang energi antara Iran dengan Cina
perlu diteliti secara mendalam untuk mendapatkan kejelasan akan
kepentingan Iran dalam menjalin kerjasama berkaitan dengan isu
nuklir.
C. Tujuan dan manfaat penelitian
Adapun tujuan dari skripsi ini adalah :
1. Mengetahui latar belakang dan perkembangan hubungan
kerjasama Iran dengan Cina dibidang energi gas
2. Menjelaskan faktor-faktor yang menjadi pendorong hubungan
Iran dengan Cina dibidang energi gas
3. Menganalisa kepentingan Iran dalam hubungan
kerjasamanya dibidang energi gas terkait dengan isu nuklir
Iran.
D. Tinjauan pustaka
Dalam penelitian ini penulis mencoba menggunakan
beberapa buku sebagai acuan untuk tulisan penelitian. Diantaranya:
10
1. D. Danny H. Simanjuntak, Ahmadinejad Menentang Amerika:
Dari Nuklir Iran, Zionisme, Hinggga Penyangkalan Holocaust
Dalam buku ini dikatakan bahwa kerjasama yang dilakukan
oleh Iran ke Cina dilandaskan atas mencari dukungan
internasionalnnya terhadap program nuklirnya. Cina yang
sangat membutuhkan energi untuk percepatan
perekonomiannya, dianggap sangat menguntungkan buat
Iran untuk menjalin kerjasama di bidang energi gas.
2. Dwijaya Kusuma, Cina Mencari Minyak: Cina ke Seluruh Dunia
1990-2007
Buku ini menjelaskan tentang Cina yang mencari sumber
energi untuk menunjang perekonomian mereka karena
konsumsi energi Cina sangat meningkat terkait dengan
percepatan pertumbuhan ekonomi mereka. Buku ini juga
mengatakan bahwa Cina menjalin kerjasama dengan Iran
untuk mendapatkan energi alternatif selain minyak.
E. Kerangka TeoriI. Kepentingan Nasional
Dalam kerangka teori ini menggunakan pemikIran K.J Holsti
tentang kebijakan luar negeri dalam hal kepentingan nasional suatu
11
negara. Salah satu tujuan penting dari kebijakan luar negari suatu
negara dalam menjamin kepentingan nasionalnya adalah bahwa
kepentingan nasional suatu negara harus seimbang dengan
kapabilitasnya. Dalam pencapaian kepentingan nasional, suatu
negara bukan hanya menyadari kepentingannya sendiri, tapi juga
harus menyadari kepentingan nasional negara-negara lain. Holsti
merumuskan pengertian kepentingan nasional, cita-cita atau tujuan
bangsa yang berusaha dicapainya melalui hubungan dengan
Negara lain. Hubungan tersebut bias berupa interaksi bilateral
sedangkan jika lebih dari dua negara disebut dengan interaksi
multilateral. Hubungan kerjasama yang kooperatif biasanya dikenal
dengan kerjasama bilateral merupakan manifestasi pencapaian
kepentingan bersama antara kedua pihak yang bersifat khusus.
Kondisi semacam ini didasari oleh 4 landasan yaitu:
a) Memiliki kesamaan kepentingan, tujuan dan kebutuhan
negara.
b) Pembagian biaya, resiko,beban dan penghargaan yang pantas
antara kedua Negara yang bekerja sama.
c) Percaya bahwa komitmen yang sudah di sepakati dapat
dipenuhi. Kecil kemungkinannya untuk gagal.
12
d) Memiliki reputasi yang baik dalam memberikan suatu
hubungan timbal-balik.10
Menurut Paul Seabury yang mendefinisikan kepentingan
nasional secara normatif dan deskriptif. Secara normatif, konsep
kepentingan nasional berkaitan dengan kumpulan cita-cita, karena
didalamnya tidak hanya berisi cita-cita untuk mengejar kekuatan
semata, sedangkan secara deskriptif, kepentingan nasional
dianggap sebagai tujuan yang harus dicapai suatu bangsa secara
tetap melalui kepemimpinan pemerintah.11
II. Kerjasama
Menurut Rosencrance, tumbuhnya saling ketergantungan
ekonomi dibarengi oleh merosotnya nilai yang sesuai dan arti
penting penaklukan teritoriaal bagi Negara. Dalam dunia
kontemporer, manfaat perdagangan dan kerjasama antara Negara-
negara jauh melebihi kompetisi militer dan kontrol teritorial. Hal ini
mempunyai dua pengaruh yaitu:
1. Era independen, keadaan lingkungan internasional yang
bipolar, telah berakhir. Lapisan-lapisan saling ketergantungan
ekonomi yang kompleks memastikan bahwa Negara tidak
10 K.J.Holsti, International Politics: A Frame Work For Analysis, (University of British, Columbia,1993),hal 8911 Umar Suryadi Bakry, Pengantar Hubungan Internasional, (Jakarta: Jayabaya University Press, 1999) hal. 61-62
13
dapat berbuat agresif tanpa resiko mendapat hukuman
ekonomi dari anggota komunitas internasional lainnya
2. Penaklukan teritorial di era nuklir dalam hal ini pasca perang
dingin adalah berbahaya dan juga mahal bagi Negara-negara
besar. Alternatifnya, pertumbuhan ekonomi melalui
perdagangan dan investasi asing, adalah strategi yang
kemungkinan besar lebih bermanfaat dan lebih menarik.12
Pendapat yang senada juga di berikan oleh Robert Keohane
untuk mempermudah menganalisa hubungan kerjasama ini.
Menurut Keohane bahwa kekuatan hegemonik mambantu
membentuk kerjasama internasional dalam bidang tertentu seperti
keuangan, perdagangan dan migas. Ketika kekuatan hegemonik
menurun, kerjasama tidak pecah. Keohane menyimpulkan bahwa
kekuatan hegemonik mungkin menjadi penting bagi awal
pembentukan kerjasama. Negara-negara tersebut memiliki
kekuatan dan menjalankan kerjasama untuk diri mereka sendiri
juga mampu meningkatkan kerjasama lebih jauh bahkan dalam
lingkungan penurunan hegemonik.
III. Keamanan Energi (Energi Security)
12 Scott Burchill & Andrew Linklater, Teori-teori Hubungan Internasional, (Jakarta: Nusamedia, 2009) hal. 49-50
14
Bagi negara-negara pengimpor minyak seperti Cina , suplai energi
untuk memastikan kestabilan politik dan ekonomi bisa diartikan dengan
mengamankan kebutuhan energi minimum untuk mendukung tingkatan
aktifitas sosial dan ekonomi yang bisa diterima. Keinginan negara
pengimpor minyak tersebut sejalan dengan keinginan Cina untuk
memperoleh energi yang cukup dan dengan harga terjangkau.
Terdapat 3 komponen utama menurut Mason Willrich memastikan
Energy Security:
1. Rationing yaitu usaha untuk mengalokasi suplai yang ada dan
membatasi konsumsi
2. Stock Pilling yaitu pengarahan untuk mengurangi kerapuhan
negara importir dari gangguan suplai dengan menyediakan
peredam dari efek tersebut.
3. Diversification yaitu usaha dimana menandakan usaha-usaha untuk
memastikan keberlangsungan suplai energi dengan
penganekaragaman sumber energi dan penyalur energi.13
F. Hipotesa
13 Bob Sugeng Hadiwinata, Bringing the State Back In Indonesia, vol. 8 No. 2, Mei-November, hal. 9
15
Berkaitan dengan pertanyaan tentang pokok permasalahan
dalam penulisan skripsi ini, kesimpulan yang didapat sementara
adalah Iran berkerjasama untuk mendapatkan dukungan dari Cina
yang notabene negara yang besar dan mempunyai pengaruh dalam
dunia internasional khususnya dalam PBB. Dalam hal ini, Iran
melihat bahwa Cina merupakan salah satu pemegang Hak Veto dan
anggota tetap DK PBB. Sehingga Iran berupaya menjalin kerjasama
yang bertujuan meraih dukungan dari negara besar terkait dengan
isu nuklir Negara tersebut.
G. Model analisis
16
Kerjasama Pemerintah Iran dengan China di
Bidang Energi Gas tahun 2004-2008
Upaya-upaya Iran Guna Terjalinnya Kerjasama
dengan China
Kepentingan Iran dalam Menjalin Kerjasama
dengan China di Bidang Energi Gas
H. Metode penelitian1. Jenis dari penelitian yang digunakan dalam penulisan
skripsi ini adalah penelitian deskriptif analisis, yaitu
peneliti menggambarkan informasi mengenai fakta dan
fenomena yang menjelaskan secara sistematis dan
menyeluruh, sehingga terciptanya pemahaman mengenai
masalah yang akan diteliti.
2. Metode pengumpulan data yang digunakan penulis untuk
penelitian ini adalah studi kepustakaan. Dengan teknik
dokumentasi yang terdiri dari buku, majalah, surat kabar,
internet dan dokumen-dokumen lain yang berhubungan
dengan penulisan.
17
3. Sifat penelitian adalah kualitatif; dimana seluruh data dan
informasi yang digunakan berupa data non-angka atau
bersifat campuran
I. Sistematika penulisan
Didalam suatu penulisan karya tulis, baik yang bersifat ilmiah
maupun non-ilmiah, diperlukan suatu sistematika tertentu agar
dapat menguraikan dengan jelas isi dari tulisan tersebut. Adapun
sistematikanya sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
Memuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan
penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, asumsi, model
analisis, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : Upaya-upaya Iran dalam Menjalin Kerjasama Dengan Cina
Bab ini membahas latar belakang terjalinnya kerjasama dan
juga mengenai upaya terjalinnya hubungan kerjasama
energi gas Iran-Cina.
BAB III: Kepentingan Iran dalam Kerjasama dengan Cina di Bidang
Energi Gas
Bab ini membahas tentang analisa kepentingan Iran dalam
menjalin kerjasama bidang energi gas terkait dengan isu
nuklir.
18
BAB IV: Kesimpulan
Bab ini memuat tentang hasil akhir yang terangkum dari
awal sampai akhir penelitian.
19
BAB II
Upaya Iran Dalam Menjalin Kerjasama Energi
Dengan Cina
Iran memiliki penduduk sekitar 75 juta jiwa yang mempunyai
peningkatan penduduk sekitar 1,4 persen pertahun atau setiap
tahunnya bertambah sekitar 950.000 orang. Luas wilayah Iran
1.648.195 km2 (636.372 sq mi). Letaknya yang berada di kawasan
Timur Tengah dan berada di pusat Eurasia mempunyai geostrategis
yang sangat baik. Di sebelah Utara, Negara Iran berbatasan dengan
Armenia, Azerbaijan dan Turkmenistan. Sebagian wilayahnya juga
berada di pesisir Laut Kaspia yang berada di utara dan berbatasan
langsung dengan Kazakhstan dan Rusia. Di sebelah timur Iran
berbatasan dengan Afghanistan dan Pakistan; di selatan berbatasan
dengan Teluk Persia dan Teluk Oman; di sebalah barat dengan Irak
dan di sebelah barat laut dengan Turki.14
Teheran merupakan ibu kota Iran yang menjadi salah satu
kota terbesar. Kota tersebut merupakan pusat politik, budaya,
bisnis dan industry bangsa. Iran merupakan suatu kekuatan
14 “Iran”, http://lcweb2.loc.gov/frd/cs/profiles/Iran.pdf diunduh tanggal 24 Juli 2010, pukul 05.00 WIB
20
regional yang memegang peranan penting dalam keamanan energi
internasional dan ekonomi dunia karena memiliki cadangan minyak
dan gas alam yang melimpah.
Iran merupakan salah satu pusat peradaban dunia yang
terbesar. Dinasti yang muncul pertama kali adalah Elamite yang
berdiri pada tahun 2800 SM. Dilanjutkan oleh dinasti Medes yang
menjadikan Iran berada dalam satu kekuasaan kerajaan pada tahun
625 SM. Puncak kejayaan Iran terletak pada masa dinasti
Achaemenid, Selecus Helenik dan dua dinasti lainnya yaitu Parthia
dan Sassanids sebelum terjadinya penaklukan oleh orang-orang
muslim di tahun 651. Pasca dinasti Islam yang berkuasa, Iran mulai
mengembangkan wilayah dan budayanya secara luas. Puncaknya
pada masa Tahirids, Saffarids, Samaniyah, dan Buyids.15
15 “Iran”, Op.cit
21
Sumber: http://www.ibtauris.com/pdf/1845110625.pdf
Pada masa dinasti Saffarids dan Samaniyah, sastra Persia
mulai berkembang begitu juga dengan ilmu filsafat, kedokteran,
astronomi, matematika dan seni yang menjadi unsur utama dalam
peradaban islam pada masa itu. Kemudian pada tahun 1501, Iran
mulai dikuasai oleh dinasti Safawi yang merupakan dinasti Syiah
pertama dalam sejarah. Pada tahun 1906, Iran mulai mendirikan
parlemen dan menjadikan Iran Negara monarki kontitusional lalu
menjadi Negara republik islam di tahun 1979.16
Kemudian Cina, Republik Rakyat Cina adalah sebuah negara
komunis yang terdiri dari hampir seluruh wilayah kebudayaan,
sejarah, dan geografis yang dikenal sebagai Cina. Sejak didirikan
pada 1949, RRC telah dipimpin oleh Partai Komunis Cina (PKC).
Sekalipun dilihat sebagai negara komunis, perekonomian negara ini
telah diliberalisasikan sejak tiga dasawarsa yang lalu. Walau
bagaimanapun, pemerintah masih mengawasi ekonominya secara
politik terutama pada perusahaan-perusahaan milik pemerintah dan
sektor perbankan. Secara politik, Cina masih tetap menjadi
pemerintahan yang mengadopsi sistem satu partai.
Cina adalah negara dengan penduduk terbanyak di dunia,
dengan populasi melebihi 1,3 milyar jiwa, yang mayoritas
16 “iran”, Op.cit
22
merupakan bersuku bangsa Han. RRC juga adalah negara terbesar
di Asia Timur, dan ketiga terluas di dunia, setelah Rusia dan
Kanada. RRC berbatasan dengan 14 negara: Afganistan, Bhutan,
Myanmar, India, Kazakhstan, Kirgizia, Korea Utara, Laos, Mongolia,
Nepal, Pakistan, Rusia, Tajikistan dan Vietnam.17
Cina terlihat sebagai sebuah peradaban kuno dikawasan Asia
Timur dan salah satu peradaban tertua di dunia dan dianggap
sebagai peradaban tertua. Sebelum abad ke-19, Cina memiliki
masyarakat yang paling maju ekonomi di dunia, tetapi pada saat di
perintah oleh dinasti yang berturut-turut kemudian mulai menurun.
Pada abad ke-19 dan 20, dampak imperialisme, lemahnya kondisi
internal dan perang saudara merusak negara Cina dan ekonominya,
para pimpinannya berusaha menggulingkan kekuasaan kaisar satu
sama lain.
Pada tahun 1949, setelah pertempuran besar berakhir dalam
Perang Sipil di Cina, terdapat dua negara yang menyebut dirinya
"Cina":
• Republik Rakyat Cina (RRC), didirikan pada tahun 1949,
umumnya dikenal sebagai Cina, memiliki kontrol atas Cina
daratan dan sebagian besar wilayah pemerintahan yang
17 “China”, http://lcweb2.loc.gov/frd/cs/profiles/China.pdf
23
memiliki otonomi sendiri yaitu Hong Kong (sejak 1997) dan
Macau (sejak 1999).
• Republik Cina (ROC) yang didirikan pada tahun 1912 di Cina
daratan, sekarang dikenal sebagai Taiwan, memiliki kendali
atas pulau Taiwan, Penghu, Kinmen, dan Matsu.18
Secara historis, Cina memiliki ruang lingkup budaya yang
membentang di Asia Timur secara keseluruhan seperti agama di
Cina dan adat istiadatyang hampir mirip dengan negara lain seperti
Jepang, Korea dan Vietnam. Cina merupakan sumber dari berbagai
penemuan besar serta salah satu tulisan yang mempunyai huruf
tertua di dunia. Adanya temuan manusia pertama di wilayah Cina
ditemukan di gua Zhoukoudian. Ini adalah salah satu spesies
manusia prasejarah yang dikenal sebagai Homo erectus dan
sekarang dikenal sebagai Peking Man, diperkirakan hidup pada
300.000 sampai 780.000 tahun yang lalu.19
II. A. Kondisi Hubungan Iran Dengan Cina sebelum Revolusi Islam
Peradaban dengan akar sejarah yang kuat dengan tradisi
budaya yang kaya dan masa-masa kerajaan yang terkenal di masa
lalu, Iran dan Cina mempunyai sebuah landasan untuk identitas
18 Ibid19 “China”, Op.cit,
24
masa lampunya. Faktanya dua negara tersebut tidak pernah terlibat
konflik atau perang dalam sejarahnya dan keduanya pernah
merasakan pengalaman pahit akan neokolonialisme yang
menonjolkan tetang peradaban dan identitas politik. Identitas
sejarah yang mendalam dan kebanggaan terhadap bangsanya
dapat menjelaskan beberapa hal mengapa Iran dan Cina telah
berpengalaman dalam revolusi di abad ini yang bertemakan
tentang anti imperialis dan rasa nasionalis yang menonjol pada
masing-masing ideologi mereka.
Hubungan baik antar kedua Negara ini diawali dengan
hubungan dagang yang tidak resmi yang dimulai pada tahun 1950
yang ketika itu Iran masih dibawah kepemimpinan rezim Syah
Pahlevi. Bahkan pada masa lampau sudah terjalinnya hubungan
dagang diantara kedua Negara yang terhubung oleh Jalur Sutra.
Jalur sutra merupakan sebuah jalur perdagangan melalui Asia
Selatan yang dilalui oleh karavan dan kapal laut, dan
menghubungkan Chang'an, Republik Rakyat Cina, dengan
Antiokhia, Suriah, dan juga tempat lainnya termasuk Persia.
Pengaruhnya terbawa sampai ke Korea dan Jepang.
Pertukaran ini sangat penting tak hanya untuk
pengembangan kebudayaan Cina, India dan Roma maupun Persia
25
namun juga merupakan dasar dari dunia modern. Istilah 'jalur sutra'
pertama kali digunakan oleh geografer Jerman Ferdinand von
Richthofen pada abad ke-19 karena komoditas perdagangan dari
Cina yang banyak berupa sutra.20
Jalur Sutra benua membagi menjadi jalur utara dan selatan
kemudian meluas dari pusat perdagangan Cina Utara dan Cina
Selatan, rute utara melewati Bulgar-Kypchak ke Eropa Timur dan
Semenanjung Crimea, dan dari sana menuju ke Laut Hitam, Laut
Marmara, dan Balkan ke Venezia; rute selatan melewati Turkestan-
Khorasan menuju Mesopotamia dan Anatolia, dan kemudian ke
Antiokia di Selatan, Anatolia menuju ke Laut Tengah atau melalui
Levant ke Mesir dan Afrika Utara.21 Dari sini kita lihat bahwa adanya
hubungan antara Iran dan Cina dalam perdagangan di masa lampau
yang secara tidak langsung melewati daerah Iran atau yang pada
waktu itu bernama Persia melalui Laut Tengah dan Afghanistan
(Turkestan-Khorasan).
Hubungan ini meningkat setelah serangan bangsa Mongol di
kedua Negara dilakukan pada abad ke-13. Terdapat misi diplomatik
umum antara dinasti Yuan Cina dengan kerajaan Khan-II Persia.
20Willem van Kemenade, “Iran’s Relation with China and The West: Cooperation and Confrontantion”, (Netherland: The Netherland Institute of International Realtions, 2009), hal. 421 Willem van Kemenade, Op.cit
26
Pengetahuan tentang ilmu perbintangan Cina, percetakan dan uang
kertas dikirimkan ke Persia dan daerah sekitarnya sementara dari
Persia obat-obatan dari Arab, bahan-bahan kimia, farmakologi,
matematika dan geometri dikirmkan ke Cina sebagai pertukaran
secara diplomasi.
Dalam konteks hubungan yang kaya budaya ini, pengaruh
dan kerjasama, secara kontemporer hubungan Iran-Cina telah
bermutasi dan berevolusi. Para pemimpin dikedua Negara sadar
untuk membangkitkan kenangan akan sejarah hubungan yang kuat
sebagai sumber kekuatan dan legitimasi dari hubungan kedua
Negara yang saling menguntungkan. Faktanya kedua kerajaan tidak
pernah terlibat perang atau konflik dalam catatan sejarahnya dan
membina hubungan baik diantara kedua belah pihak.
Di abad 20, kontak diplomasi dan hubungan dagang
diperluas. Hubungan diantara kedua Negara mulai dijalankan
setelah masa revolusi di Cina dan mulai berkembang tahun 1960-
an. Saat itu partai komunis Cina kekuatannya naik bertepatan
dengan dukungan CIA pada tahun 1953 yang berdampak pada
jatuhnya pemerintahan reformis-nasionalis yang dipimpin oleh
Mosshadeq serta memulihkan kekuatan Shah dan membawa Iran
untuk bergabung dengan Amerika Serikat dan sekutunya yaiu
27
Negara Eropa Barat. Dengan demikian, Iran masuk kedalam orbit
Perang Dingin dari Amerika Serikat untuk membendung komunisme
secara regional. Bagaimanapun, Shah mempunyai alasan tersendiri
menjaga jarak dengan pemerintahan Mao.
Perang Dingin memiliki dampak besar pada hubungan Iran-
Cina. Persaingan AS-Uni Soviet, serta pecahnya hubungan Sino-
Soviet, yang dibentuk secara politik, budaya, dan interaksi ekonomi
antara Cina dan Iran, dan mendirikan sebuah aliansi untuk
perluasan hubungan pasca runtuhnya Soviet. Setelah munculnya
Republik Rakyat Cina pada tahun 1949, dengan cepat anti-Komunis
pemerintahan Mohammad Reza Shah Pahlavi segera memutuskan
hubungan diplomatik dengan Beijing. Akibatnya, sepanjang 1950-an
dan paruh pertama tahun 1960-an, Beijing mengambil kebijakan
yang anti-Shah dan melihat rezim Pahlevi yang cenderung sedikit
mengedepankan kepentingan AS di Teluk Persia. Beijing
mendukung gerakan anti-Shah dan gerakan nasionalis Iran serta
berusaha mendukung bangkitnya Mohammad Mossadegh pada
tahun 1952.
Sebagai dampaknya, Shah menjalin hubungan diplomatik
dengan Taiwan pada tahun 1956, mengamankan posisi yang sangat
kokoh terhadap sikap anti-Beijing. Cina dan Uni Soviet mendukung
28
partai Tudeh Iran yang merupakan partai komunis pro-Moskow yang
berkomitmen untuk menggulingkan rezim yang pada saat itu
berkuasa membuat partai tersebut bersedia menjadi mitra aliansi
Moskow dan Peking, kemudian Shah didukung oleh Amerika Serikat
dan Korea Selatan selama Perang Korea berlangsung. Setelah
mngikuti jejak Amerika Serikat, Iran juga menentang Cina masuk
kedalam keanggotaan PBB dan menjalin hubungan dengan kaum
Nasionalis di Taiwan. Akan tetapi, hubungan dagang yang tidak
resmi antara kedua belah pihak tetap berlanjut hingga pada tahun
1950an. Sehingga diperkirakan total keseluruhan nilai perdagangan
diantara kedua belah pihak pada masa itu adalah sekitar 2,5 juta
dolar.
Tahun 1960an, hubungan Iran-Cina menuju perubahan
subtansial atau mendasar. Secara tiba-tiba, Teheran dan Beijing
sama-sama memiliki musuh bersama yaitu Uni Soviet, dan
permusuhan antara Cina dan Iran berakhir. ketidakpercayaan Shah
terhadap Uni Soviet berakar pada sejarah panjang konflik Rusia-
Iran; Beijing dan Moskow telah memutuskan hubungan, Teheran
lebih memilih bekerja sama dengan Beijing dalam sikapnya,
khususnya ketika muncul bahwa Washington mulai untuk
mengambil sikap yang lebih lunak terhadap Moskow.
29
Setelah keretakan politik Cina-Soviet, Cina mencari cara
untuk melawan Amerika Serikat serta hegemoni Uni Soviet di
Negara-negara dunia ketiga. Cina pada saat itu kehilangan bekas
aliansinya dan sekarang mencari aliansi baru. Oleh karena itu,
dengan kemunculannya secara tiba-tiba dan menangkal
keberadaan Amerika Serikat dan Uni Soviet tahun 1960, posisi
tengah Iran yang bernilai strategis sebagai anti Soviet diluar
pengamatan dari pembuat kebijakan Amerika Serikat.
Pada tahun 1964, Cina membuat keputusan untuk menjual
senjata ke Iran dan tidak menyediakan bantuan militer kepada
pemerintahan Shah. Tahun 1965, Iran mulai abstain dari voting
mengenai keanggotaan Cina dibandingkan dengan menentang Cina
masuk kedalam anggota PBB. Dengan eskalasi kampanye anti
Soviet Cina di akhir tahun 1960an, pemerintahan Shah merasa
mendapat ancaman dari Negara tetangganya yang berada di Utara
yaitu Uni Soviet dan menemukan potensi untuk bekerja sama
dengan Cina.
Secara regional, dikalahkan tentara Arab oleh Israel tahun
1967 memberikan posisi yang strategis bagi Iran di wilayah
tersebut dan membuat keputusan Shah lebih tegas. Dia
memberikan pengakuan pertama terhadap Republik Rakyat Cina di
30
tahun 1967 dan tahun 1969 memberikan dukungannya terhadap
RRC untuk masuk ke dalam anggota PBB. Meskipun ada sedikit
kerenggangan hubungan politik diantara kedua negara akan tetapi
hubungan dagang menjadi lebih meningkat 20 kali dibandingkan
dekade sebelumnya.
Dengan ditariknya tentara Inggris dari teluk Persia dan
penandantaganan perjanjian damai Soviet-India, Cina menjadi
sangat waspada tentang upaya Moscow dan menjalin aliansi
dengan Iran dan Pakistan untuk melawannya. Seperti Amerika
Serikat dan sejumlah Negara-negara Barat juga negara-negara Non
Barat melakukan normalisasi hubungan baik dengan Cina, begitu
juga dengan Rezim Shah yang lebih memilih bekerja sama dengan
Cina. Cina melihat Iran sebagai mitra dagang yang sangat potensial
dan penyedia energi bagi kebutuhan dalam negerinya.
Iran merasa bahwa Cina merupakan negara yang cocok untuk
mengimbangi kekuatan Amerika Serikat dan Uni Soviet di kawasan
tersebut dan juga berharap hubungannya dengan Cina dapat
memberikan dukungan bagi Teheran di dunia internasional. Secara
khusus, hubungan dengan Cina bertujuan untuk menghentikan
gerakan Revolusi yang terjadi di teluk Persia dan menstabilkan
keadaan di kawasan tersebut. Setelah Cina mengakhiri
31
dukungannya terhadap milisi Front Pembebasan Oman yang
ditentang oleh pemerintah Shah, tidak ada langkah normalisasi dari
kedua negara untuk perbaikan hubungan.
Pada tanggal 16 Agustus 1971 terjalin komunikasi diantara
kedua belah pihak untuk membicarakan hubungan diplomatis.22
Pembicaraan itu memberikan dampak yang positif bagi kedua belah
pihak. Kedua Negara tersebut resmi menjalin hubungan diplomatik
Saudara perempuan Shah (Putri Ashraf dan Putri Fatima)
mengunjungi Cina pada kesempatan yang terpisah di tahun 1971
dan Ketau Partai Komunis Cina yaitu Hua Guofeng mengunjungi Iran
pada tahu 1978. Pembangunan hubungan diplomatik bertujuan
untuk meningkatkan nilai hubungan dagang diantara kedua belah
pihak. Di tahun 1972, perdagangan meningkat enam kali
dibandingkan pada tahun 1971 dan menjadi sepuluh kali lebih besar
di tahun 1973 serta di tahun 1978 meningkat 20 kali lebih besar di
bandingkan tahun 1971.
22 http://www.mfa.gov.cn/eng/wjb/zzjg/xybfs/gjlb/2818/ diunduh pada tanggal 22 Juli 2010 pukul 22.30 WIB
32
II. B. Kondisi Hubungan Iran dengan Cina pasca Revolusi Islam
Khawatir dengan kemungkinan ketidakstabilan dalam
hubungan Cina-Iran setelah Revolusi Islam pada tahun 1979,
pemerintah Cina bergerak cepat untuk mengakui pemerintahan
yang baru dan menyatakan harapannya bahwa hubungan
persahabatan akan terus berlanjut. Menurut beberapa laporan,
dalam rangka menjalin hubungan dengan penguasa baru di
Teheran, Hua Guo-feng pergi ke Iran untuk meminta maaf pada
kunjungannya ke Iran dan dukungannya terhadap Shah pada tahun
1978. Pemerintah Cina mulai mengirim delegasi anggota Asosiasi
Islam Cina ke Iran untuk memperkuat hubungan. Namun demikian,
pada awal terjadinya revolusi, total perdagangan antara kedua
negara turun dari 118 juta dolar pada tahun 1978 menjadi 68 juta
dolar pada tahun 1979.23
Awal Perang Iran-Irak bulan September 1980, Cina dipaksa
menjadi penyeimbang dintara kedua Negara tersebut. Cina
menganggap kedua negara sebagai sekutu dan mencoba untuk
tidak memihak serta mendesak resolusi konflik secara damai.
Beijing juga mendukung sikap Iran yang mengutuk invasi Soviet di
23 Manochehr Dorraj and Carrie L. Currier, “Lubricated with Oil: Iran-China Realtions In A Changing World”, Middle East Policy, Summer, vol. XV, no. 2, 2008, hal. 69
33
Afghanistan dan mendorong Iran untuk memperbaiki hubungan
dengan Amerika Serikat. Dalam hal ini, Amerika Serikat berusaha
untuk menghukum pemerintah Iran karena membiarkan para
gerilyawan untuk menyandera orang-orang di kedutaan Amerika
Serikat di Iran, pemerintahan Cina juga menunjukan kesediaannya
untuk memutuskan hubungan dengan Amerika Serikat dalam
rangka memelihara hubungan baik dengan Iran.
Seperti Uni Soviet, pada tahun 1980, pemerintah Cina
menolak untuk mendukung embargo senjata terhadap Iran di
bawah Resolusi Dewan Keamanan PBB No. 598. Pemerintah Cina
juga abstain dari pemungutan suara terhadap resolusi yang
didukung AS untuk menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Iran.
Selama tahun 1980-an, kebijakan luar negeri Iran
didefinisikan dengan slogan "tidak Timur maupun Barat"
bertentangan dari kedua Negara adidaya Uni Soviet dan Amerika
Serikat. Kebijakan yang sangat baik dengan agenda global politik
dari pemerintah Cina. Dengan demikian, kedua negara,
menggunakan tema-tema ideologis anti-imperialisme dan
solidaritas Dunia Ketiga yang mengukuhkan aliansi.
Sejak tahun 1980an itu pula kedua negara aktif melakukan
pertukaran di bidang budaya, pendidikan serta iptek. Sejumlah
34
perjanjian juga telah ditandangani oleh kedua belah pihak,
beberapa perjanjian penting diantaranya: Sino-Iranian Agreement
on Cultural, Scientific and Technical Cooperation; Sino-Iranian
Project on Radio-Television Cooperation; Sino-Iranian Agreement on
Setting Up Consulate Generals In Both Countries; Governmental
Memorandum of Mutual Exemption of Visas; Trade Agreement
Between Chinese and Iranian Government; Memorandum of
Understanding Between the Two Foreign Ministries on the
Establishment of A Consultation Mechanism. Demikian pula di
bidang politik, beberapa pertukaran kunjungan penting terus
dilakukan sejak dekade tersebut.24
Ketika menolak permintaan pemerintah Kuwait dalam
bekerjasama dengan Amerika Serikat dan Uni Soviet untuk
melindungi kapal Kuwait terhadap serangan kapal perang Iran, Cina
mengutuk sikap AS terhadap perlakuan negara tersebut kepada
penumpang Iran yang menaiki pesawat di Teluk Persia pada tahun
1988. Republik Islam Iran, menyambut dengan mendukung
tindakan keras pemerintah Cina pada gerakan demokrasi di
Lapangan Tiananmen sebagai langkah yang sah untuk menegakkan
hukum dan ketertiban.
24 “Memahami Posisi Cina Dalam Kasus Nuklir Iran”, Op.cit.
35
Pada tahun 1989, presiden Iran Ali Khamenei mengunjungi
Cina dan meyakinkan Deng Xiaoping tentang komitmen Iran untuk
memperluas hubungan persahabatan antar kedua negara. Sebagai
hasil dari hubungan perdagangan yang erat antara Iran dan Cina,
perdagangan meningkat secara substansial di tahun 1980-an. Total
perdagangan antara kedua negara meningkat dari 627 milyar dolar
ke 1,627 trilyun dolar. Selain itu, hubungan budaya antara kedua
negara juga diperluas: pertukaran mahasiswa, beasiswa dan
program penelitian, peningkatan interaksi artistik, dan pemberian
layanan visa bagi wisatawan.
Pada saat Perang Teluk I Iran mendapat bantuan mendapat
bantuan dari Cina berupa pasokan senjata untuk melawan Irak. Cina
lalu menjadi sumber utama bagi pembangunan teknologi industri
kimia dan elektronik Iran25. Akhir Perang Iran-Irak pada tahun 1988,
Cina dengan kesempatan baru mulai mengambil langkah untuk
berpartisipasi dalam rekonstruksi ekonomi yang sangat dibutuhkan
dan muncul sebagai penyedia senjata dan teknologi bagi Iran.
ketegangan hubungan Iran dengan Amerika Serikat dan Eropa Barat
memberikan sebuah pasar yang menarik untuk Cina. Ini juga
merupakan periode ketika perekonomian Cina mulai tumbuh
dengan cepat, secara eksponensial meningkatkan kebutuhan Cina 25D. Danny H. Simanjuntak, op.cit, Hal. 73
36
untuk sumber-sumber baru pasokan energi dan pasar investasi. Iran
membutuhkan pembeli yang dapat diandalkan untuk minyak dan
gas dan pemasok peralatan militer dan sistem senjata. Hal ini
membuat alasan di balik hubungan yang saling menguntungkan
bahkan lebih jelas bagi kedua belah pihak.
Selain insentif materi, kedua belah pihak saling menemukan
potensi menjadi sekutu yang berguna dalam urusan global. Sebagai
anggota Dewan Keamanan PBB, Cina dapat memberikan Iran
sebuah pengamanan, khususnya sekarang bahwa Iran telah
mendapat tekanan besar dari Amerika Serikat dan sekutu-
sekutunya untuk pengayaan uranium. Selain itu, munculnya Iran
sebagai aktor utama di Timur Tengah dan pasar minyak dunia
sangat membantu untuk kepentingan politik dan ekonomi Cina di
kawasan itu. Cina juga berharap hubungan yang erat dengan Iran
akan membantu mengendalikan minoritas Muslim yang sedang
bergolak di propinsi Xinjiang, dimana kegiatan separatis
mengancam stabilitas di wilayah Cina.
Hubungan ekonomi Iran-Cina dinilai secara luas dan ekstensif.
Cina telah membangun sistem kereta bawah tanah Teheran,
bendungan, perikanan dan pabrik semen dan saat ini terlibat dalam
banyak proyek-proyek rekonstruksi lainnya. Cina juga merupakan
37
penyedia utama barang-barang konsumsi ke Iran; pada tahun 2003,
Cina bertanggung jawab atas 9,5 persen dari total impor Iran.
Produk ekspor Cina ke Iran antara lain peralatan elektronik dan
mekanik serta produk-produk industri kimia sedangkan impor
utama Cina dari Iran adalah minyak mentah, disamping biji khrom,
kapas, polyvinyl chloride, karet sintetis, kismis dan kenari.
II. C. Hubungan Energi Iran-Cina
Energi merupakan hal yang tidak diragukan lagi serta aspek
yang paling penting dari kerjasama ekonomi Cina-Iran dalam
perdagangan bilateral. Secara umum, energi telah mendorong
kehadIran Cina untuk berperan di Timur Tengah sejak akhir Perang
Dingin. Sebelum jatuhnya Uni Soviet, keterlibatan Beijing dalam
masalah Timur Tengah sangat terbatas: Beijing dalam pandangan
negara-negara Arab baik sekutu dari AS atau Uni Soviet dan
hubungannya dengan Israel, lebih rumit interaksinya dengan dunia
Arab. Namun, selama tahun 1980 Cina mulai meningkatkan
investasinya dalam proyek-proyek energi Timur Tengah,
mengirimkan bahan dan bantuan teknis serta buruh ke sejumlah
negara-negara Teluk. Pada tahun 1990, Cina menerima sekitar 40
persen minyak dari Timur Tengah, pada tahun 2002, persentase ini
38
meningkat menjadi 60 persen, atau sekitar 507 juta barel. Saat ini,
impor dari Arab Saudi dan Iran, kira-kira dua pertiga dari total impor
minyak Cina.26
Ketika Deng Xiaoping berkuasa pada tahun 1976 dan
menjalankan kebijakan pintu terbuka serta kebijakan ekonomi-
liberalisasi, pertumbuhan ekonomi Cina mulai meningkat.
Pembangunan ekonomi yang dramatis ini meningkat secara
eksponensial dengan kebutuhan Cina untuk tambahan sumber
energi. Potensi minyak yang dimiliki Cina dan cadangan gas
(masing-masing, 2 persen dan 1 persen dari cadangan total dunia)
sudah cukup untuk menyediakan kebutuhan energi dalam negeri
sampai dengan tahun 1992. Namun, seperti Charles Ziegler
katakan, "Dari 1992 hingga 2005, Republik Rakyat Cina beralih dari
memproduksi energi sendiri kepada impor selama lebih dari
sepertiga dari total konsumsi. Cina adalah konsumen energi kedua
terbesar di dunia, dan pada tahun 2004 melampaui Jepang sebagai
nomor dua dunia sebagai importir minyak”.
Cina pertama kali mengimpor energi yaitu minyak dari Iran di
bawah rezim Shah yaitu pada tahun 1974 serta meningkat secara
signifikan dalam impor minyak pada tahun 1980-an. Sedangkan
26 J. Brandon Getry, “The Dragon and the Magi: Burgeoning Sino-Iranian Relations in the 21st Century”, THE CHINA AND EURASIA FORUM QUARTERLY, November, vol.3, No. 3, 2005, hal. 115
39
Cina mengimpor 300.000 ton minyak pada tahun 1977, jumlah ini
mencapai satu juta ton (25.000 b/d) pada tahun 1982, dan
kemudian dua juta ton (40.000 bpd) pada tahun 1989-1990.27
Peningkatan drastis dalam permintaan energi Negara Cina
terus bertambah seiring keadaan demografis Cina sejak tahun 1970
untuk kebutuhan energi. Pada tahun 1971, Cina memproduksi
kebutuhan energi primer dunia sekitar 5 persen (dengan 23 persen
dari populasi dunia), pada tahun 1995, produksi Cina atas
kebutuhan populasi dunia merosot sampai 21 persen, sedangkan
pangsa pasar kebutuhan energi lebih dari dua kali lipat menjadi 11
persen.
Ditahun ini, Iran News Agency mengumumkan bahwa kedua
Negara akan meningkatkan produksi menjadi 60.000 bpd. Pada
tahun yang sama, untuk memperluas ekspor minyak ke Cina dan
memungkinkan Cina untuk menyempurnakan impor minyak mentah
secara cepat, Iran setuju Cina menginvestasikan 25 juta dolar pada
industri energi Iran. Pada tahun 1997, Cina berjanji untuk
meningkatkan impor minyak Iran dari 70.000 bpd sampai 100, 000
bpd pada tahun 1999 dan 270.000 bpd pada tahun 2000 Konsumsi
minyak Cina melampaui produksi dalam negeri pada tahun 1993,
dan impor tumbuh pesat dalam beberapa tahun terakhir.27 Manochehr Dorraj and Carrie L. Currier, Op.cit, hal. 71-72
40
Pada tahun 2003, impor Cina minyak mentah meningkat 31
persen dibandingkan tahun 2002, dan permintaan untuk minyak
mentah naik 35 persen pada tahun 2004. International Energy
Agency memperkirakan bahwa pada tahun 2020 kebutuhan energi
primer akan meningkat sampai 16 persen, sedangkan pangsa pasar
menyusut sampai 19 persen dari tingkat populasi. Oleh karena itu
Cina sangat bergantung sekali dalam hal energi.
Faktor penting lainnya yang mendukung untuk dilakukannya
impor gas adalah kebutuhan untuk mengurangi penggunaan
batubara yang saat ini sekitar tiga-perempat dari pasokan energi
dalam negeri Cina. Dengan meningkatnya degradasi lingkungan
dan tingkat pencemaran yang tinggi di kota-kota besar Cina (karbon
dioksida, sulfur dioksida dan partikulat), adanya kebutuhan yang
sangat mendesak untuk beralih ke sumber energi lainnya, sehingga
peningkatan permintaan untuk gas alam yang diimpor ke Cina
mengurangi gas karbon monoksida. Industri otomotif yang saat ini
berkembang pesat merupakan salah satu sumber lonjakan
permintaan energi. Penjualan mobil pada tahun 2004, misalnya,
sekitar 5 juta merupakan pasar mobil ketiga terbesar setelah
Amerika Serikat dan Jepang.
41
Kenaikan yang signifikan dalam permintaan energi oleh Cina
dihubungkan dengan cadangan minyak dan gas alam Iran yang
membuat hubungan energi menjadi salah satu pilar yang paling
penting dari kerjasama ini. Menurut Oil and Gas Journal, 132,5
trilyun barel minyak sekitar 10 persen dari total pasokan dunia, Iran
memiliki cadangan minyak ketiga terbesar di belakang Arab Saudi
(266,8 bbl) dan Kanada (178,8 bbl). Namun, jika dikonversikan
cadangan gas alam ke barel setara minyak (boe), Arab Saudi
memiliki 302,5 boe, dan Iran memiliki 301,7. 28
Cadangan hidrokarbon Rusia, ketiga terbesar di dunia yaitu
sekitar 198,3 boe. Ini berarti sumber daya hidrokarbon Iran hampir
sama dengan Arab Saudi dan jauh lebih besar dibandingkan dengan
Rusia. Apa yang membuat energi masa depan Iran sangat potensial
bahkan lebih mengesankan adalah faktanya bahwa energi yang
dimiliki oleh Iran berbeda dengan cadangan energi yang luas
Negara lain serta tingkat ekstraksi Iran relatif rendah. Mengingat
jumlah investasi dan teknologi di Iran akan memiliki kapasitas untuk
meningkatkan produksi secara substansial dan menjadi penyedia
energi yang lebih besar untuk Cina.
28 Manochehr Dorraj and Carrie L. Currier, Op.cit, hal. 71. Boe adalah ukuran internasional berdasarkan satuan Barrel (barrel of equivalent) serta bbl adalah total produksi secara keseluruhan dalan hitungan milyar barrel (billion barrel of oil).
42
Dengan kapasitas 4,2 mb/d, Iran merupakan produsen
terbesar keempat di dunia, di belakang Arab Saudi (11,1 mb/d),
Rusia (9,5 mb/d), dan Amerika Serikat (8,2 mb/d).29 Iran juga
memiliki cadangan gas terbesar kedua di dunia di bawah Rusia. Iran
adalah penyedia minyak terbesar kedua setelah Arab Saudi ke Cina,
kedua negara telah menandatangani kontrak minyak dan gas
senilai 70 miliar dolar. Sementara ekspor Cina ke Iran sangat
beragam, mulai dari elektronik dan mesin untuk senjata, barang
konsumsi dan tekstil serta minyak yang 80 persen impor dari Iran.
Pada tahun 2002, Iran bertanggung jawab atas lebih dari 15 persen
dari impor tahunan minyak RRC.
Cina mempunyai saham besar di sektor energi di Iran. Wakil
menteri perminyakan Iran Hossein Noqrehkar-Shirazi mengatakan,
Cina akan investasi 48-50 miliar dolar dalam usaha patungan
minyak dan gas. Angka tersebut naik 40 persen dari investasi ini
sampai berakhirnya kontrak yang ditandatangani, menurut
Petroenergy Information Network (PIN) yang didukung pemerintah.
Sinopec, pengilang terbesar Asia, pada 2007 menandatangani
kontrak dengan Iran untuk pengembangan ladang minyak
Yadavaran di Iran barat daya bernilai multi miliar dolar, yang
diperkirakan memiliki cadangan 3,2 miliar barel minyak mentah. 29 Manochehr Dorraj and Carrie L. Currier, Op.cit
43
Sinopec akan investasi dua miliar dolar untuk tahapan pertama
proyek tersebut, yang akan mempunyai tiga tahapan secara
keseluruhan. 30
30 “Hubungan China-Iran, sebagai sekutu dekat”, http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=97210 diunduh pada tanggal 1 Agustus 2010 pukul 09.00 WIB
44
BAB III
KEPENTINGAN IRAN DALAM KERJASAMA DENGAN
CINA
DI BIDANG ENERGI GAS ALAM
III. A. Kerjasama Iran Dengan Cina dalam Bidang Energi
Gas Alam
Seperti yang sudah disebutkan dalam Bab I, Iran memiliki
cadangan gas alam terbesar kedua di dunia setelah Rusia dengan
sekitar 16 persen dari cadangan gas alamnya. Terutama sebagai
hasil pengevaluasian kembali luas dari lepas pantai daerah potensi
gas di Pars Selatan, yang diperkirakan total cadangan Iran telah
meningkat 12 persen sejak tahun 2000. Pada tahun 2003, Iran
menghasilkan 124 milyar meter kubik (bcm) gas. Menurut EIA,
kandungan gas Iran mayoritas terdapat di tiga tempat, yakni Pars
Selatan (280-500 Tcf kandungan cadangan gasnya dan 17 miliar
barrel kandungan minyak), Pars Utara (50 Tcf), dan Kangan-Nar
(23.7 Tcf). Akan tetapi, yang menjadi sorotan dunia adalah Pars
Selatan.
45
Pengembangan kilang gas Pars Selatan merupakan proyek
energi terbesar Iran. Proyek ini telah menarik investasi senilai 15
miliar dolar. Jika pengembangan proyek Pars Selatan berhasil, Iran
akan memperoleh hasil penjualan gas alam senilai 11 miliar dolar
dalam jangka waktu 30 tahun. Departemen Perminyakan Iran telah
menetapkan target produksi sebesar 292 milliar dolar.31
Kemajuan teknologi di sektor pengeboran minyak akan
mengurangi kebutuhan untuk re-injection yang mana untuk saat ini
potensi paling menguntungkan adalah penggunaan gas.
Perkembangan sektor gas, khususnya daerah Pars Selatan, akan
tergantung pada ketersediaan teknologi dan modal asing. Pasokan
domestik juga akan tergantung pada kebutuhan re-injection dari
sektor minyak.32
Meskipun produksi gas telah meningkat pesat selama
beberapa dekade terakhir ini. Kondisi ini tidak sesuai dengan
permintaan domestik, dan defisit yang kecil termasuk impor
sebagai hasilnya. Hal ini sangat bebeda dengan kondisi di wilayah
Timur Tengah, di mana permintaan domestik tumbuh lebih lambat
31 Willem van Kemenade, Op.cit, hal. 11032 “IRAN'S ENERGY VULNERABILITY”, http://meria.idc.ac.il/journal/2006/issue4/jv10no4a7.html diunduh pada tanggal 2 Agustus 2010 pukul 12.45. Re-injection merupakan suatu kebijakan untuk menggali atau mengeksplorasi daerah yang dinilai berpotensi memiliki sumber energi.
46
dari produksi, sehingga memungkinkan ekspor tumbuh. Oleh
karena itulah Iran sangat berupaya untuk menggali potensi gasnya
dengan bekerja sama dengan negara lain yaitu Cina.
Menjelang akhir tahun 2004, kerjasama energi antara Iran dan
Cina mulai dijalin dengan serius. Saat itu, kedua Negara membuat
kesepakatan kerjasama dalam bidang energi terutama gas untuk
jangka waktu 25 tahun kedepan. Kontrak kerjasama tersebut
bernilai hingga 100 miliar dolar sudah termasuk dengan kerjasama
dalam energi minyak. Sesuai dengan kesepakatan, Iran akan
mengirimkan gas cair (LNG) sekitar 250 juta ton ke Cina.
Sedangkan Cina, akan mengirimkan sejumlah perusahaan
minyaknya untuk manggali ladang-ladang minyak dan gas alam
yang tersebar di wlayah Iran. 33
Pada tahun 2006, perusahaan minyak Rusia Lukoil dan
perusahaan minyak negara Kazakhtan Kasmunaigas menawarkan
kerjasama dengan Iranian Northern Drilling Company (NDC) untuk
pengembangan kilang minyak serta gas alam di Laut Kaspia. Pada
tahun ini, Cina telah menjadi partisipan aktif dalam pengembangan
minyak dan gas Negara Iran di Laut Kaspia dan modernisasi fasilitas
di Neka dan daerah lainnya. Cina bersimpati dengan upaya Iran
untuk membawa minyak dan gas Laut Kaspia melalui jaringan pipa 33 D. Danny H. Simanjuntak, op.cit, Hal. 70
47
ke sambungan di wilayah Iran selatan untuk pengiriman ke Eropa
dan Asia. Amerika Serikat tegas menentang inisiatif ini, yang akan
memperluas pengaruh Cina dalam bidang ekonomi di Iran ekonomi.
Bagaimanapun, Cina tetap tidak terpengaruh oleh reaksi
negatif AS serta berusaha untuk menjalin hubungan yang lebih erat
dengan Republik Islam. Sikap agresif Cina dalam pasar di Iran telah
berhasil. Cina sekarang menggantikan Jerman dan kekuatan Eropa
lainnya, yang sampai tahun 2006 merupakan mitra dagang terbesar
Iran. Pada tahun 2007, volume perdagangan Iran-Cina meningkat
sebesar 27 persen dan mencapai 15 milyar dolar. 34
Iran memiliki akses langsung ke Laut Kaspia yang
mengandung banyak sumber energi terutama gas alam
menggunakan kesempatan ini untuk mengadakan kerjasama. Pada
tahun yang sama pula, NDC melakukan kerja sama dengan Cina’s
Oilfield Services Ltd untuk pengeboran kedalaman 2000 kaki. Ini
membuktikan wilayah yang mempunyai akses dengan laut Kaspia
sangat strategis untuk energi.
Akibat dari akses ke wilayah Laut Kaspia, Iran secara otomatis
menjadi salah satu negara vital yang dilewati oleh pipa-pipa minyak
dan gas menuju Asia, seperti ke India, Pakistan, dan Cina. Cina
secara kebetulan berada di timur Iran. Negara-negara penghasil 34Manochehr Dorraj and Carrie L. Currier, Op.cit
48
minyak dan gas dari wilayah Laut Kaspia pada umumnya
mengekspor kebutuhan energi Asia melalui 2 negara, yakni Iran dan
Afghanistan.
Cina juga akan mengadakan perjanjian kerjasama yang “sah”
dengan Iran untuk pengembangan proyek ladang gas di Pars
Selatan. Cina megajukan proposalnya melalui perusahaan
minyaknya yaitu CNOOC kepada perusahaan Iran. Investasi yang
dikeluarkan oleh Cina berjumlah 16 miliar dolar (8,2 miliar
poundsterling). Kemudian perusahaan lainnya yaitu CNPC,
kelompok energi terkemuka di Cina, memiliki kesepakatan untuk
mengembangkan sejumlah proyek minyak dan gas di Iran. Di
lapangan Azadegan Utara, terdapat proyek senilai setidaknya 2
milyar dolar yang akan menghasilkan 120.000 meter kubik per hari.
Di kawasan Pars Selatan, terdapat proyek dimana CNPC
mengembangkan fase 11. CNPC mengumumkan kesepakatan
terkait proyek Pars Selatan. CNPC juga menandatangani suatu
kesepakatan dengan perusahaan Iran yaitu NIOC (National Iranian
Oil Company), dengan nilai hampir mencapai 5 milyar dolar untuk
mengembangkan ladang gas Pars Selatan, mengambil alih proyek
dari perusahaan minyak Perancis, Total. Pars Selatan merupakan
"reservoir" gas terbesar dunia dan sahamnya dimiliki oleh Iran dan
49
Qatar.35 Terdapat sekitar 14 milyar meter kubik gas alam di wilayah
tersebut yang dapat memenuhi kebutuhan energi di kawasan Eropa
selama seperempat abad. Kesepakatan ini di tanda tangan oleh
kedua belah pihak pada Juni 2009.
Perusahaan minyak Perancis yaitu Total telah
menandatangani kontrak dengan NIOC pada tahun 2004 untuk
membangun fase ke 11 di wilayah Pars Selatan. Menurut pejabat
dari Iran, perusahaan Perancis tersebut membatalkan kerjasamanya
untuk jangka waktu yang sangat lama dikarenakan adanya tekanan
dari Amerika Serikat. Kemudian proyek ini jatuh ketangan Cina
karena Cina berusaha mempercepat laju perekonomiannya dan
peningkatan yang tinggi terhadap sumber energi. Keuntungan Iran
tidak hanya bersumber dari investasi Cina akan tetapi juga berasal
dari perjanjian kerjasama yang menunujukkan bahwa Teheran ingin
menarik kolega bisnis dengan memberikan proyek-proyek besar
meskipun mendapat sangsi internasional.
Pada Agustus, media nasional Iran melaporkan bahwa
delegasi Cina telah menandatangani kerjasama yang mana akan
melibatkan pihak Cina secara keseluruhan dalam ekplorasi gas 130
juta dolar sebagai program peningkatan kapasitas energy untuk
35 “Hubungan China-Iran, sebagai sekutu dekat”, http://www.suaramedia.com/artikel/opini/17387.html diunduh pada tanggal 2 Agustus 2010 pukul 13.00 WIB
50
Cina. Pada bulan Juli, MoU telah ditanda tangani oleh pihak Sinopec
untuk mengembangkan daerah sumber energi di Abadan dan
membangun eksploasi selat Hormuz. Laporan dari Beijing dalam
konferensinya mengatakan bahwa proyek pengembangan energy
minyak dan gas ini senilai 42,8 miliar dolar. The International Gas
Report melaporkan pada quarter kedua tahun 2009 CNPC, Sinopec
dan perusahaan Cina lainnya telah menerima aset sebesar 14,6
miliar dolar dari kawasan Timur Tengah dan Asia Tengah.36
Menteri Luar Negeri Inggris mengatakan bahwa dalam
pengamatannya hanya ada Beijing yang masih berinvestasi secara
massal di Iran. Tekanan politik, masalah keuangan yang disebabkan
oleh pembatasan perbankan dan pemulihan ekonomi yang tidak
pasti, dilakukan perusahaan seperti Total, Shell, ENI dan Statoil
untuk memperbarui investasi mereka di Iran. Cina, yang tidak
memiliki berbagai kendala dan berkaitan dengan pengamanan
kebutuhan energi jangka panjang, telah memimpin investasi sejak
tahun 2005. Menteri Perminyakan Iran Masoud Mirkazemi
mengatakan para pemimpin Cina tidak akan "memungkinkan orang
lain untuk campur tangan" ketika datang ke Beijing mewakili
Teheran. Dia mengatakan bahwa kami memiliki kerjasama yang
baik dengan Cina. Iran mengucapkan selamat kepada 36 Willem van Kemenade, Op.cit, hal. 117
51
kepemimpinan Cina yang mencari kepentingan bangsanya dan
ingin memiliki sumber energi yang aman.
Sebelumnya di tahun 2008, Iran melaksanakan perjanjian
kejasama dengan Cina yang bernilai 2 milyar untuk menjualnya 2,5
juta ton metrik gas alam cair (LNG) per tahun selama 25 tahun,
sehingga ini merupakan pembelian terbesar di dunia dalam sektor
energi yaitu gas alam37. Beberapa saat kemudian, Sinopec dan
NIOC menandatangani kontrak yang memungkinkan Cina untuk
membeli 250 juta ton LNG dari Iran selama 30 tahun kedepan.
Kesepakatan ini diperkirakan senilai 70-100 miliar dolar. Selain itu,
CNPC juga diberi hak untuk berinvestasi di wilayah Yadavaran.38
Bagi Cina, ini sangat jelas menguntungkan, sebab sekalipun
Cina dapat menutupi kebutuhan energinya hingga beberapa dekade
kedepan namun Negara tersebut harus memiliki pasokan lebih yang
akan dipakai utuk menunjang percepatan pertumbuhan ekonomi
nasional Cina. Akibat pesatnya pertumbuhan ekonomi Cina dalam
beberapa tahun terakhir. Karena itu menjalin kerjasama yang lebih
erat dengan Iran merupakan kesempatan emas untuk mendukung
proses pertumbuhan ekonominya. Lebih dari itu, Iran juga menjalin
kerjasama yang lebih luas lagi dengan Cina untuk dapat menunjang
37 Manochehr Dorraj and Carrie L. Currier, Op.cit 38 Willem van Kemenade, Op.cit
52
pembangunan di kedua negara. Iran mendapat bantuan teknologi
senjata dari Cina serta dukungan politik yang sangat penuh dari
Cina terkait dengan masalah program teknologi nuklirnya yang
menjadi sorotan dunia.
III. B. Kepentingan Iran dalam Kerjasama dengan Cina di
Bidang Energi Gas Alam Terkait dengan Tekanan AS atas
Isu Nuklir Iran
Sebenarnya program tersebut telah dilaksanakan masa
pemerintahan Shah Iran atas persetujuan Amerika Serikat pada
waktu itu. Pada saat itu AS menjadi penyokong utama program
nuklir Iran karena pada saat itu pemerintahan yang berkuasa
sangat mendukung AS dan Sekutunya. Kemudian terjadi
pergolakan di dalam negeri yang mengakibatkan terjadinya
Revolusi Islam dan menjadikan Iran menjadi Negara Republik Islam
Iran. Hal ini mengakibatkan program nuklir Iran menjadi terhenti
karena tidak mendapat bantuan oleh Amerika Serikat sebagai
penyokong utama. Pemerintah yang berkuasa pada waktu itu
sangat tidak menyukai Negara-negara Barat karena menurutnya
sifat Negara-negara Barat terutama Amerika Serikat cenderung
53
melakukan Imperialisme terhadap Negara-negara lainnya terutama
Negara-negara kecil dan Negara-negara berkembang.
Kemudian pada masa pemerintahan Presiden Khatami,
program ini mulai di jalankan kembali. Alasan utamanya adalah
Presiden Khatami lebih moderat dan mau bekerja sama dengan
Amerika Serikat. Program ini mulai dijalankan dengan bantuan
Amerika Serikat dengan catatan bahwa Amerika Serikat
mendapatkan sumber energi Iran yaitu minyak dan gas.
Setelah pemerintahan Presiden Khatami berakhir, Iran mulai
dipimpin oleh Presiden Ahmadinejad yang notabene adalah
kelompok Konservatif yang sangat pro terhadap pemimpin besar
Iran yaitu Ayatollah Khomeini. Seperti yang diketahui bahwa
Khomeini sangat membenci Negara Barat terutama Amerika
Serikat. Ahmadinejad dinilai Barat merupakan penghalang bagi
terciptanya kerjasama antara Iran dan Negara Barat. Kebijakan
akan program nuklir tanpa campur tangan Barat dinilai sangat
bertentangan dengan Negara-negara tersebut karena menurut
mereka Iran akan melakukan pengayaan uranium yang mengarah
kepada senjata pemusnah massal atau Weapon Mass Development
(WMD). Akan tetapi tuduhan tersebut dibantah oleh Iran. Iran
menganggap bahwa Iran berhak untuk mengembangkan program
54
nuklirnya untuk tujuan damai tidak seperti apa yang dituduhkan
oleh dunia internasional.
Permasalahan juga terletak pada kebocoran informasi tentang
fasilitas nuklir yang dimiliki Iran pada tahun 2002. Hal ini dilakukan
oleh Badan Nasional Perlawanan Iran (National Council of
Resistance of Iran/NCRI). Masih belum diketahui bagaimana
kebocoran ini bisa terjadi, tetapi beberapa pihak menduga informasi
ini disediakan oleh pihak ke-3 dalam hal ini Israel yang telah
terlebih dahulu menawarkan informasi tersebut kepada kelompok-
kelompok oposisi lain sebelum NCRI.39
Terdapat dua daerah yang menjadi pengembangan fasilitas
nuklir Iran yaitu Natanz dan Arak. Masing-masing dikembangkan
pada tahun 2000 dan 1996.40 Informasi menyebutkan bahwa dua
fasilitas ini sudah lebih maju dan menimbulkan kekhawatiran.
Masyarakat dunia internasional sepertinya sudah tahu bahwa Iran
memiliki program nuklir. Namun terus dikembangkan program
tersebut setelah Revolusi Islam yang membuat para presiden
penerus dari Amerika Serikat khawatir termasuk Presiden Clinton.
KekhawatIran tersebut mulai meningkat ketika kunjungan
Pimpinan IAEA (International Atomic Energy Association),
39 Ali M. Ansari, Supremasi Iran, (Jakarta: Zahra Publising House, 2008) hal. 22440 Ibid
55
Mohammad El-Baradei ke Natanz yang tertunda. Iran merasa tak
perlu minta maaf karena tindakan mereka sepenuhnya sesuai
dengan sistem pengamanan yang ditentukan oleh Nuclear Non-
Proliferation Treaty (NPT)41 yang menyatakan bahwa mereka hanya
perlu mereka hanya perlu memberi tahu jika bermaksud
mengayakan uranium. Keberadaan dua daerah yaitu Natanz dan
Arak menunjukkan bahwa inilah yang mereka ingin lakukan dan
bahwa kemudian mereka bermaksud membangun fasilitas yang
mengayakan uranium melalui pembangunan reaktor air berat.
Namun demikian, para pejabat Iran mengatakan mereka harus
memberi tahu IAEA hanya setelah memulai proses pengayaannya.
Dengan kata lain, setelah semua persiapan selesai.
Menurut mereka, kerahasiaan persiapannya karena negara-
negara nuklir itu sendiri tidak memenuhi kewajiban mereka
berdasarkan NPT untuk memfasilitasi pembangunan pembangkit
listrik tenaga nuklir sipil di Iran, salah satu poin dari perjanjian. Para
pejabat Iran terus bertanya, mengapa Iran terus menjadi sorotan
utama dari pihak Barat, sementara Israel yang baru-baru ini
mengembangkan nuklir serta Pakistan dan India yang juga
mengembangkan teknologi ini tidak dipermasalahkan. Tidak ada
41 NPT merupakan suatu perjanjian yang disepakati oleh Negara-negara yang mempunyai senjata nuklir. Tujuannya adalah untuk membatasi dan mengurangi penggunaan senjata nuklir oleh Negara-negara di dunia.
56
satupun negara yang disebutkan diatas masuk dalam NPT, secara
politis masih tetap meragukan. Hal ini menunjukkan bahwa negara-
negara yang menandatangani pakta internasional itu jauh lebih
dirugikan daripada mereka yang melanggar konvensi internasional.
Bagi Iran, tekanan yang terjadi adalah sepenuhnya bersifat politis.
Oleh karena itulah Iran sangat berupaya keras dalam
memenuhi tujuan nasional dan kepentingannya dengan cara
menjalin kerjasama energi khususnya di sektor gas alam dengan
merangkul Cina sebagai mitra atau “teman” yang sangat berpotensi
menguntungkan baik itu secara ekonomi maupun politik.
Cina yang merupakan salah satu anggota tetap DK PBB
adalah negara yang dianggap dapat mengimbangi kekuatan AS.
Dalam hal ini juga Cina sangat berupaya mendukung Iran yang
sedang mengalami tekanan dari dunia internasional. Alasannya
adalah karena Cina dapat memperoleh sumber energi yang dimiliki
oleh Iran khususnya energi gas alam.
Dalam dukungannya terhadap Iran, Cina telah menyampaikan
desakannya kepada IAEA untuk segera memikirkan solusi terbaik
mengenai masalah program pengembangan nuklir Iran. Cina
menyatakan bahwa IAEA harus segera mencegah penyebaran
senjata nuklir di dunia serta dapat menjamin kebebasan dan
57
legalitas suatu negara dalam mengembangkan teknologi nuklir
untuk tujuan-tujuan damai, layaknya yang kini dilakukan oleh Iran.
Sebenarnya Iran dengan Cina secara rahasia telah melakukan
kerjasama nuklir di tahun 1980-an. Pada Juni 1985, Cina
menandatangani China-Iran Nuclear Cooperation Agreement (NCA).
Dalam perjanjian ini, Cina menyediakan reaktor kecil sebagai alat
uji coba dan calutrons yang digunakan untuk pemisahan isotop
uranium secara eksperimental atau uji coba. Kerjasama nuklir
berlanjut sampai tahun 1990-an, dengan sejumlah perjanjian nuklir
secara bilateral yang ditandatangani antara Iran dan Cina membuat
meningkatnya kecemasan AS terhadap peran Cina dalam ambisi
nuklir Republik Islam itu. Tekanan AS bertujuan untuk
menggagalkan beberapa proyek reaktor yang dijalankan dengan
kerjasama Iran-Cina, akan tetapi banyak diantaranya telah
dilakukan. Cina memasok Iran dengan bantuan teknis, pelatihan,
dan pengayaan uranium serta fasilitas konversinya. Pada tahun
1997 Cina berjanji kepada AS bahwa akan menghentikan semua
kerjasama nuklir dengan Iran, namun ada beberapa laporan bahwa
pemerintah Cina dan sejumlah perusahaan swasta Cina terus
memasok peralatan nuklir dan material kepada Republik Islam.42
42 J. Brandon Getry, Op.cit, hal 118
58
Cina juga ikut berusaha meyakinkan Amerika Serikat dan
sekutunya mengenai tujuan damai pengembangan nuklir Iran. Lebih
jauh dari itu, Cina juga dapat memberikan perlindungan
diplomatiknya terhadap Iran, terkait dengan program
pengembangan nuklirnya. Inilah yang kemudian menjadi ketakutan
AS. AS menilai bahwa, Cina merupakan kekuatan besar yang dapat
menopang kehendak Iran dalam mengembangkan nuklirnya. Bukan
tidak mungkin, suatu saat Cina akan menggunakan hak vetonya
dalam mendukung Iran saat terjadi perdebatan panjang di tubuh
PBB, terkait pembahasan solusi krisis nuklir Iran.
Cina terus menggalang kekuatan untuk menolak keras usaha
Amerika dalam menjebloskan kasus krisis nuklir Iran ke tangan
Dewan Keamanan PBB. Bagi Cina, bila krisis nuklir Iran ke tangan
DK PBB, maka ketegangan dan perdebatan panjang antara pihak-
pihak yang berselisih akan sulit diakhiri, sebab Amerika Serikat
sendiri cenderung menguasai DK PBB dan berusaha menggunakan
kendaraan politiknya untuk menyelesaikan program nuklir Iran.
Jadi, sudah sangat jelas bagaimana Cina akan memainkan perannya
dalam mendukung program nuklir Iran.
Walaupun tidak jelas sejauh mana Cina telah memberikan
kontribusi terhadap dukungan program nuklir Iran, sebagian besar
59
menduga bahwa Cina telah memainkan peran penting dalam
pengembangan program nuklir Iran itu. Mengingat posisi Iran
semakin penting dalam strategi energi Cina, dikhawatirkan bahwa
Iran akan menggunakan posisi untuk meningkatkan bantuan nuklir
yang lebih dari Cina. Kekhawatiran ini diperkuat oleh dukungan Cina
baru-baru ini kepada Iran terhadap kebuntuan hubungan dengan
Amerika Serikat dan sekutunya.
Pada tanggal 6 November 2004 Menteri Luar Negeri Cina, Li
Zhaoxing, memberikan pernyataan dalam suatu pertemuan bahwa
masalah pengembangan energi nuklir di Iran harusnya diselesaikan
secara baik-baik dan tidak usah dibawa ke DK PBB. Menteri Luar
negeri Cina juga menyatakan bahwa negaranya akan melakukan
veto terhadap kebijakan DK PBB apabila memberikan sangsi berupa
invasi militer kepada Iran, walaupun Cina belum secara pasti akan
benar-benar menngeluarkan vetonya.43
Meskipun demikian, dukungan politik Cina terhadap
pengembangan nuklir Iran dan dukungan teknis memperkuat aliansi
Iran dengan Cina dan hal ini juga sangat meningkatkan posisi Iran.
Alasannya adalah karena Cina sangat bergantung pada Iran dalam
hal sumber energi, Cina mungkin akan menentang setiap sanksi
43 Kusuma, Dwijaya, China Mencari Minyak Keseluruh Dunia 1990-2007, Jakarta: CCS, 2008, hal. 68
60
secara signifikan yang merugikan kerjasama di bidang energi
antara Iran dengan Cina. Sama seperti kondisi perdagangan dengan
Cina yang telah membantu Iran berhasil dari keterpurukan sangsi
ILSA,44 kerjasama di bidang energi gas ini antara Iran-Cina
memungkinkan Iran untuk menyerap efek samping dari sanksi
terkait dengan program pengembangan nuklirnya. Selain itu,
dengan membantu Iran melawan Amerika Serikat, Cina dapat
memperbaiki citranya di kawasan ini, memposisikan dirinya sebagai
pusat kekuatan politik yang mampu menjaga dan menandingi
Amerika Serikat. Berkaitan dengan program nuklir Iran. Iran
menyatakan bahwa program tersebut bertujuan damai bukan
semata-mata untuk pengembangan senjata akan tetapi untuk
sumber energi alternatif pembangkit tenaga listrik.
Iran begitu jeli dalam melihat Negara mana saja yang dapat
diajak bekerjasama sekaligus memiliki kekuatan untuk mendukung
program nuklir Iran. Strategi kerjasama yang ditawarkan Iran dalam
bidang energi gas kepada Cina, berbanding lurus dengan
konsekuensi dukungan politik yang didapat Iran. Artinya, Iran
mampu menhadirkan tawaran-tawaran kerjasama yang
44 ILSA atau kepanjangan dari Iran-Libya Sanction Act adalah sebuah sanksi kepada Iran dan Libya dari Amerika Serikat melalui PBB. kedua Negara ini dinilai Amerika sebagai Negara yang tidak patuh terhadap hukum intenasional. Sanksi ini diberikan ketika presiden Clinton berkuasa. Clinton mengeluarkan sanksi ini karena Iran dan Libya mengembangkan nuklir.
61
menggiurkan dalam bidang energi, maka secara otomatis Cina akan
membalasnya dengan memberikan dukungan penuh terhadap
program nuklir Iran. Sebuah setting politik yang amat strategis dan
jitu yang telah dilaksanakan Iran bagi kemakuran rakyatnya.
Dalam hal ini juga, Kerjasama yang baik antara Iran dan Cina
dapat terwujud karena Cina berhasil memposisikan dirinya sebagai
“mitra” yang baik dan keduanya mampu meyakinkan bahwa baik
Iran maupun Cina tidak mempunyai potensi untuk saling memusuhi.
Kedua belah pihak saling menemukan potensi menjadi sekutu yang
berguna dalam urusan global. Sebagai anggota Dewan Keamanan
PBB, Cina dapat memberikan Iran sebuah pengamanan, khususnya
sekarang bahwa Iran telah mendapat tekanan besar dari Amerika
Serikat dan sekutu-sekutunya untuk pengayaan uranium. Selain itu,
munculnya Iran sebagai aktor utama di Timur Tengah dan penyedia
energi terutama dalam bidang gas alam sangat membantu untuk
kepentingan politik dan ekonomi Cina di kawasan itu. Cina juga
berharap hubungan yang erat dengan Iran akan membantu
mengendalikan minoritas Muslim yang sedang bergolak di propinsi
Xinjiang dimana kegiatan separatis mengancam stabilitas di wilayah
Cina.
62
Cina juga memiliki modal yang diperlukan Iran yang saat ini
tidak memiliki kemampuan teknologi untuk secara substansial
meningkatkan dan memodernisasi infrastruktur energi Iran dalam
memperluas ekspor energi terutama gas alam. Sebagian besar
teknologi hanya ada di tangan perusahaan-perusahaan Amerika
dan Eropa Barat. Menurut IAEA, dalam rangka untuk meningkatkan
output secara substansial, Iran membutuhkan sekitar 16 miliar dolar
untuk merubah infrastruktur energi selama 25 tahun ke depan.
Tidak seperti Arab Saudi yang surplus dengan belas kasihan
investor asing terutama Amerika Serikat dan Negara Barat.
Saat ini kebijakan Amerika Serikat melarang perusahaan-
perusahaan energi Amerika melakukan bisnis di Iran, dan baru-baru
ini, Washington telah secara agresif mengancam akan
mengeluarkan sanksi dan tindakan lain pada perusahaan-
perusahaan Jepang dan Eropa yang tertarik dalam melakukan bisnis
di Iran. Sebuah kombinasi dari kedua faktor - iklim usaha tidak
menarik dan persyaratan kontrak politik terkadang menajadi
kendala dalam investasi global. Akibatnya, Iran membuka sektor
energi dalam hal ini gas dengan investasi asing selain Negara-
negara yang menjadi sekutu dari Amerika Serikat. Ditambah lagi
sanksi PBB yang dikeluarkan tahun 2006, 2007, dan 2008 serta
63
kemungkinan sanksi tambahan di masa depan, memungkinkan
tekanan tambahan pada calon investor untuk tidak berinvestasi di
Iran.
Menurut Roger Stern dari Johns Hopkins University bahwa
sejak lebih dari 80 persen devisa Iran berasal dari ekspor energi,
Iran memerlukan tenaga nuklir sebagai sumber energi dalam
negeri. Hal ini akan memungkinkan pemerintah untuk ekspor energi
untuk menghasilkan pendapatan dalam melaksanakan program-
programnya. Kemudian, energi tersebut disubsidi oleh negara,
sehingga menjadi sangat murah untuk konsumen (30-40 sen per
galon). Jumlah total subsidi energi dalam negeri untuk 20-30 miliar
dolar per tahun dan biaya pemerintah 15 persen dari GDP45. Ini
berarti penjualan sumber energi dalam negeri tidak
menguntungkan. Memiliki tenaga nuklir untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri akan memungkinkan pemerintah untuk
menjual sebagian besar kapasitas produksi energi pada pihak asing
dan menghasilkan pendapatan tambahan.
Kerjasama dalam bidang energi gas juga bisa dikatakan
bersifat simbiosis mutualisme atau saling menguntungkan, dimana
Cina membutuhkan alternatif energi selain minyak yaitu gas dari
Iran. Kedua Negara sama-sama mengangkat issue kedaulatan, 45 Willem van Kemenade, Op.cit,
64
dalam hal ini Cina mendukung Iran dalam menyikapi reaksi Amerika
Serikat dan Negara-negara Uni Eropa berkaitan dengan program
nuklirnya.
Di lain pihak, Cina juga tidak mau “terkesan” terlalu
mendukung Iran dan “memusuhi” Amerika Serikat pada waktu yang
bersamaan karena itu Cina memilih jalan “damai” yaitu mencoba
bersikap netral ataupun abstain ketika pembahasan mengenai
sangsi terhadap Iran dibahas di DK PBB. Pada Desember 2006, Duta
Besar Cina untuk PBB mengatakan bahwa sanksi bukan tujuan
tetapi sarana untuk mendesak Iran supaya kembali ke perundingan.
Sanksi yang diterapkan saat ini sangat terbatas dan dapat berubah
serta ditargetkan pada kegiatan pengayaan nuklir secara sensitif
dan pengembangan sistem pengiriman senjata nuklir. Ada juga
ketentuan eksplisit yang menunjukkan bahwa jika Iran
menghentikan program pengayaan yang terkait dan pengolahan,
Dewan akan menangguhkan dan mengakhiri sanksi itu.46 Di satu
sisi, Cina berusaha menyeimbangkan cara menjaga image-nya
terhadap dunia internasional, khususnya terhadap Amerika Serikat,
di sisi lain Cina juga tidak mau kehilangan sumber energinya yaitu
Iran.
46 Willem van Kemenade, Op.cit, 85
65
Proyek-proyek yang telah disepakati oleh Cina seperti yang
sudah disebutkan di atas yang berasal dari penjualan energi
khusunya gas, bertujuan untuk membiayai pembangunan ladang
eksplorasi. Dari besarnya beberapa nilai proyek membuat Amerika
Serikat menjadi risih karena Amerika Serikat menduga untuk
mendanai program nuklir Iran.
Usaha Iran dalam merangkul Cina terbilang berhasil. Di Asia,
Iran memiliki “teman” yang siap membelanya dari hadangan sikap
serakah Amerika Serikat. Lebih dari itu, Cina juga cukup bisa
diandalakan untuk membantu Iran dalam membangun fasilitas-
fasilitas reactor nuklirnya dengan kerjasama energi gas. Sangatlah
wajar jika AS menahan diri dalam kasus ini, Cina bukan negara yang
dapat disingkirkan begitu saja saat tampil membela dan
mendukung pengembangan nuklir Iran.
66
BAB IV
KESIMPULAN
Kerjasama merupakan suatu hal yang penting dalam dunia
internasional. Dengan hal tersebut negara-negara dapat melakukan
interaksinya serta dapat juga mengambil suatu keuntungan dari
kerjasama. Iran yang saat ini menjadi sorotan dunia menggunakan
kerjasama untuk memperoleh tujuan dan kepentingan nasional.
Program nuklir Iran yang dianggap berbahaya oleh berbagai negara
khususnya Amerika Serikat dan Sekutunya menjadi suatu
permasalahan yang saat ini terjadi . Untuk itu, Iran berupaya penuh
dalam mengatasi tekanan-tekanan yang datang pada dirinya
67
dengan melakukan kerjasama dalam bidang energi gas alam.
Upaya yang dilakukan oleh Iran adalah menjalin kerjasama dengan
Cina.
Kerjasama yang dijalankan oleh Iran-Cina dalam bidang
energi gas alam sangat menguntungkan dilihat dari sisi Cina dapat
menutupi kebutuhan energinya hingga beberapa dekade kedepan
namun negara tersebut harus memiliki pasokan lebih yang akan
dipakai utuk menunjang percepatan pertumbuhan ekonomi nasional
Cina. Akibat pesatnya pertumbuhan ekonomi Cina dalam beberapa
tahun terakhir. Karena itu menjalin kerjasama yang lebih erat
dengan Iran merupakan kesempatan emas untuk mendukung
proses pertumbuhan ekonominya. Lebih dari itu, Iran juga menjalin
kerjasama yang lebih luas lagi dengan Cina untuk dapat menunjang
pembangunan di kedua negara. Iran mendapat bantuan teknologi
senjata dari Cina serta dukungan politik yang sangat penuh dari
Cina terkait dengan masalah program teknologi nuklirnya yang
menjadi sorotan dunia.
68