skripsinya walid edit 2007

87
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Iran merupakan salah satu negara yang berada di kawasan Asia tepatnya di kawasan Timur Tengah. negara ini dulunya dikenal sebagai negara Persia yang pernah menguasai sebagian daratan di Asia dan Eropa. negara ini mempunyai potensi yang sungguh besar di bidang energi. Kekayaan alam yang dimiliki Iran sangat melimpah sehingga banyak negara-negara di sekitarnya maupun diluarnya ingin sekali mengadakan kerjasama dengan Iran. Iran memiliki cadangan mineral dan logam yang sangat besar, termasuk tembaga, emas dan uranium serta syarat demografis untuk pertumbuhan industri, dengan populasi yang diperkirakan mencapai 75 juta jiwa. 1 Keunggulan material ini masih ditambah dengan warisan budaya yang 1 Ali M. Ansari, Supremasi Iran, (Jakarta: Zahra Publising House, 2008) hal. 11

Upload: walidikhwandri

Post on 24-Jun-2015

307 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Skripsinya Walid Edit 2007

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Iran merupakan salah satu negara yang berada di kawasan

Asia tepatnya di kawasan Timur Tengah. negara ini dulunya dikenal

sebagai negara Persia yang pernah menguasai sebagian daratan di

Asia dan Eropa. negara ini mempunyai potensi yang sungguh besar

di bidang energi. Kekayaan alam yang dimiliki Iran sangat

melimpah sehingga banyak negara-negara di sekitarnya maupun

diluarnya ingin sekali mengadakan kerjasama dengan Iran.

Iran memiliki cadangan mineral dan logam yang sangat

besar, termasuk tembaga, emas dan uranium serta syarat

demografis untuk pertumbuhan industri, dengan populasi yang

diperkirakan mencapai 75 juta jiwa.1 Keunggulan material ini masih

ditambah dengan warisan budaya yang kaya dan mengakar, yang

pengaruhnya menjangkau jauh keluar batas negara Iran modern.2

Iran adalah negara yang kaya akan sumber energi.

1 Ali M. Ansari, Supremasi Iran, (Jakarta: Zahra Publising House, 2008) hal. 112 Ibid

Page 2: Skripsinya Walid Edit 2007

2

Iran adalah salah satu negara anggota OPEC yang

mempunyai potensi minyak dan gas luar biasa. Menurut Oil and Gas

Journal, 1 Januari 2006, Iran memiliki cadangan minyak terbukti

sebesar 132,5 miliar barrel. Pada tahun 2005, produksi minyak Iran

saja tercatat 3,94 juta bpd; terhitung 5 persen dari produksi minyak

mentah dunia.3 Iran juga memiliki cadangan terbukti gas alam

sebesar 970 triliun Tcf. Potensi ini membuat Iran menduduki posisi

kedua setelah Rusia. Namun sekitar 62 persen kandungan gas alam

Iran belum dikembangkan. Menurut EIA, kandungan gas Iran

mayoritas terdapat di tiga tempat, yakni Pars Selatan (280-500 Tcf

kandungan cadangan gasnya dan 17 miliar barrel kandungan

minyak), Pars Utara (50 Tcf), dan Kangan-Nar (23.7 Tcf)4. Tapi, yang

menjadi sorotan dunia adalah Pars Selatan.

Walaupun Iran Negara yang mempunyai banyak potensi

dibidang energi, banyak sekali permasalahan-permasalahan yang

dihadapinya. Pada era 1950-an yang merupakan saat penuh gejolak

bagi rakyat dan pemerintahan Iran. Saat itu, Iran dibawah

kepemimpinan Perdana Menteri Moshaddeq, yang notabene tidak

loyal terhadap pemerintahan asing5. Sejumlah konspirasipun

3 “Kenapa AS Incar Iran?”, http://geopolitikenergi.wordpress.com, diunduh tanggal 13 April 2010, pukul 02.234 Ibid5 D. Danny H. Simanjuntak, Ahmadinejad Menentang Amerika: Dari Nuklir Iran, Zionisme, Hingga Penyangkalan Holocaust, (Jakarta: Narasi, 2007) hal. 7

Page 3: Skripsinya Walid Edit 2007

3

dilakukan untuk menggulingkan Moshaddeq yang berdampak

negatif pada pembangunan Iran pada saat itu. Akhirnya pada tahun

1953 Moshaddeq terpaksa turun dari kursi kepemimpinannya.

Dalam waktu yang tidak lama, ia digantikan oleh Syah Reza Pahlevi.

Mulai saat itu, Iran benar-benar hidup di bawah rezim monarki

pemerintahan asing. Rakyat benar-benar hidup tertindas, kondisi

ekonomi yang tidak menentu, angka kemiskinan dan pengangguran

meningkat dari tahun ke tahun. Rakyatpun kemudian berpikir

bahwa rezim yang dikendalikan oleh pemerintahan asing yang

sangat menyengsarakan rakyat Iran haruslah dihapuskan karena

menurut mereka rezim yang berkuasa hanya dijadikan boneka oleh

pemerintahan asing. Melalui Ayatullah Khomeini, rakyat bersatu

untuk melawan rezim Pahlevi dan menggulingkannya juga berhasil

mengusir pemerintahan asing pada tahuun 1979. Pada tahun

tersebut dikenal sebagai Revolusi Islam Iran.

Iran juga pernah mengalami serangan dari Negara

tetangganya yaitu Irak. Serangan yang dilakukan oleh oleh Irak

merupakan suatu kejutan yang tak terduga sehingga pada saat itu

dunia internasional memberikan simpatiknya terhadap Iran.

Serangan tersebut merupakan dampak dari revolusi yang terjadi di

Iran yang menyebabkan Saddam Hussein yaitu pemimpin Irak

Page 4: Skripsinya Walid Edit 2007

4

melakukan invasinya ke Negara Persia tersebut. Saat itu, Ia melihat

bahwa revolusi Iran adalah ancaman bagi perusahaan minyak

Barat. Saddam Husein pun melakukan invansinya pada tahun 1980.

Aksi Saddam Husein itu didukung diam-diam oleh AS. Tapi, pada

tahun 1982, pasukan Iran berhasil mengusir pasukan Irak keluar.

Kejadian ini disebut Perang Teluk I.

Kejadian-kejadian tersebut membuat perekonomian negara

Iran menjadi terpuruk sehingga membuat Negara tersebut

berupaya memperbaiki perekonomiannya. Untuk itu, Iran

melakukan kerjasama-kerjasama di berbagai bidang demi

mewujudkan kepentingan nasionalnya yakni memperbaiki ekonomi

yang dapat mensejahterakan rakyat mereka sesuai dengan asas-

asas dari Revolusi Iran.

Cina yang merupakan salah satu Negara yang menjalin

hubungan dengan Iran. Negara Tirai Bambu ini sebenarnya

merupakan salah satu Negara yang senantiasa membantu Iran.

Hubungan diplomatik Cina-Iran dimulai sejak 16 Agustus 1971.

Namun sebelumnya, antara Cina dan Iran telah memiliki hubungan

dagang sejak tahun 1950, meliputi ekspor dan impor di antara

kedua negara.6

6 “Memahami Posisi Cina Dalam Kasus Nuklir Iran”, http://www.politik.lipi.go.id/index.php/in/kolom, diunduh tanggal 13 April 2010, pukul 02.23

Page 5: Skripsinya Walid Edit 2007

5

Produk ekspor Cina ke Iran antara lain peralatan elektronik

dan mekanik serta produk-produk industri kimia sedangkan impor

utama Cina dari Iran adalah minyak mentah, disamping biji khrom,

kapas, polyvinyl chloride, karet sintetis, kismis dan kenari. Pada

saat Perang Teluk I Iran mendapat bantuan mendapat bantuan dari

Cina berupa pasokan senjata untuk melawan Irak. Cina lalu menjadi

sumber utama bagi pembangunan teknologi industi kimia dan

elektronik Iran7.

Sejak tahun 1982, kerjasama antara Cina dan Iran di bidang

ekonomi dan teknologi terus meningkat. Pada April 1985, kedua

negara sepakat membentuk Komite Bersama untuk kerjasama di

bidang ekonomi, perdagangan serta ilmu pengetahuan dan

teknologi (iptek). Bidang kerjasama ini meliputi energi, transportasi,

mesin, material bangunan, pertambangan, batubara, bahan kimia

dan logam non-besi. Proyek utama antara kedua negara termasuk

di dalamnya kereta api bawah tanah di Teheran, kapal-kapal multi

fungsi, pembangunan tanker minyak, produksi pabrik semen,

4032,5 KW unit mesin tenaga panas di Arak dan perlatan

pembangkit hydroelektrik.

Sejak tahun 1980an itu pula kedua negara aktif melakukan

pertukaran di bidang budaya, pendidikan serta iptek. Sejumlah 7D. Danny H. Simanjuntak, op.cit, Hal. 73

Page 6: Skripsinya Walid Edit 2007

6

perjanjian juga telah ditandangani oleh kedua belah pihak,

beberapa perjanjian penting diantaranya: Sino-Iranian Agreement

on Cultural, Scientific and Technical Cooperation; Sino-Iranian

Project on Radio-Television Cooperation; Sino-Iranian Agreement on

Setting Up Consulate Generals In Both Countries; Governmental

Memorandum of Mutual Exemption of Visas; Trade Agreement

Between Chinese and Iranian Government; Memorandum of

Understanding Between the Two Foreign Ministries on the

Establishment of A Consultation Mechanism. Demikian pula di

bidang politik, beberapa pertukaran kunjungan penting terus

dilakukan sejak dekade tersebut.8

Cina juga telah memberikan investasi yang besar untuk

pembangunan infrastruktur Iran. Beijing juga menjadi pemasok

senjata dan alat pertahanan militer terbesar Iran sekaligus

membantu pengembangan teknologi misil Iran termasuk air-to-air

missiles, surface-to-air missiles, and anti-shipping cruise missiles.9

Kerjasama terus ditingkatkan dalam bidang perdaganagan, hingga

pada tahun 2001 nilai perdagangan antara Iran dan Cina mencapai

angka 2,3 miliar dolar. Itu pun belum termasuk nilai perdagangan

peralatan militer yang dijual Cina kepada Iran.

8 “Memahami Posisi Cina Dalam Kasus Nuklir Iran”, Op.cit.9 “Kenapa AS Incar Iran, Op.cit

Page 7: Skripsinya Walid Edit 2007

7

Menjelang akhir tahun 2004, kerjasama antara Iran dan Cina

mulai dijalin dengan serius. Saat itu, kedua negara mulai membuat

kesepakatan kerjasama bidang energi untuk jangka waktu 25 tahun

kedepan. Kedua negara tersebut mengadakan kontrak kerjasama

bernilai hingga 100 miliar dolar. Sesuai kesepakan yang ada pada

waktu itu, Iran akan mengirimkan gas cair dan minyak ke Cina.

B. Permasalahan

Kebutuhan energi saat ini merupakan suatu fenomena yang

terjadi di banyak Negara. Banyak diantara mereka berupaya

mencari dan mendapatkan sumber-sumber energi yang sangat

dibutuhkan. Untuk itu, dilakukan kerja sama antar Negara untuk

memenuhi kebutuhan akan energi tersebut. Kerjasama tersebut

dapat berupa bilateral, multilateral, dan secara institusional baik

dalam kawasan regional maupun internasional.

Iran merupakan salah satu penghasil gas terbesar kedua

setelah Rusia. Namun sekitar 62 persen gas alamnya belum

dieksplorasi secara menyeluruh. Untuk itu, Iran berupaya menjalin

Page 8: Skripsinya Walid Edit 2007

8

kerjasamanya antar Negara dengan upaya mengelola sumber daya

energi mereka yang belum mereka kelola secara menyeluruh.

Seperti yang sudah disebutkan diatas bahwa hubungan Iran

dengan Cina terjalin pada tanggal 16 Agustus 1971. Hubungan ini

terus meningkat di berbagai bidang dalam upayanya menjalin

kerjasama yang menguntungkan diantara kedua belah pihak.

Potensi akan sumber daya energi yang melimpah dari Iran

membuat Cina ingin sekali menjalin hubungan yang lebih erat

dengan negara Persia tersebut. Cina sangat membutuhkan sumber

daya energi untuk mewujudkan percepatan pertumbuhan

perekonomiannya. Ini terbukti pada akhir tahun 2004 terjalin

kerjasama dibidang energi untuk jangka waktu yang sangat

panjang yaitu 25 tahun yang bernilai kontrak 100 miliar dolar.

Untuk itu, penulis merumuskan permasalahan yang akan

dibahas dalam menanggapi hubungan kerajasama pemerintah Iran

dengan Cina di bidang energi gas alam. Berdasarkan penjelasan

didalam latar belakang, penulis terdorong untuk mencari data

dalam menentukan masalah yang akan dibahas dalam bentuk

research question sebagai berikut:

“ Apa yang menjadi kepentingan Iran dalam kerjasamanya

dengan Cina di bidang energi gas tahun 2004-2009?”

Page 9: Skripsinya Walid Edit 2007

9

Periode waktu yang digunakan ini, dipilih karena pada tahun

2004, Iran mengalami tekanan-tekanan dari dunia internasional.

Pada waktu itu, Iran dihadapkan oleh penolakan terhadap program

nuklirnya yang menurutnya bertujuan damai. Oleh karena itu,

adanya hubungan kerjasama bidang energi antara Iran dengan Cina

perlu diteliti secara mendalam untuk mendapatkan kejelasan akan

kepentingan Iran dalam menjalin kerjasama berkaitan dengan isu

nuklir.

C. Tujuan dan manfaat penelitian

Adapun tujuan dari skripsi ini adalah :

1. Mengetahui latar belakang dan perkembangan hubungan

kerjasama Iran dengan Cina dibidang energi gas

2. Menjelaskan faktor-faktor yang menjadi pendorong hubungan

Iran dengan Cina dibidang energi gas

3. Menganalisa kepentingan Iran dalam hubungan

kerjasamanya dibidang energi gas terkait dengan isu nuklir

Iran.

D. Tinjauan pustaka

Dalam penelitian ini penulis mencoba menggunakan

beberapa buku sebagai acuan untuk tulisan penelitian. Diantaranya:

Page 10: Skripsinya Walid Edit 2007

10

1. D. Danny H. Simanjuntak, Ahmadinejad Menentang Amerika:

Dari Nuklir Iran, Zionisme, Hinggga Penyangkalan Holocaust

Dalam buku ini dikatakan bahwa kerjasama yang dilakukan

oleh Iran ke Cina dilandaskan atas mencari dukungan

internasionalnnya terhadap program nuklirnya. Cina yang

sangat membutuhkan energi untuk percepatan

perekonomiannya, dianggap sangat menguntungkan buat

Iran untuk menjalin kerjasama di bidang energi gas.

2. Dwijaya Kusuma, Cina Mencari Minyak: Cina ke Seluruh Dunia

1990-2007

Buku ini menjelaskan tentang Cina yang mencari sumber

energi untuk menunjang perekonomian mereka karena

konsumsi energi Cina sangat meningkat terkait dengan

percepatan pertumbuhan ekonomi mereka. Buku ini juga

mengatakan bahwa Cina menjalin kerjasama dengan Iran

untuk mendapatkan energi alternatif selain minyak.

E. Kerangka TeoriI. Kepentingan Nasional

Dalam kerangka teori ini menggunakan pemikIran K.J Holsti

tentang kebijakan luar negeri dalam hal kepentingan nasional suatu

Page 11: Skripsinya Walid Edit 2007

11

negara. Salah satu tujuan penting dari kebijakan luar negari suatu

negara dalam menjamin kepentingan nasionalnya adalah bahwa

kepentingan nasional suatu negara harus seimbang dengan

kapabilitasnya. Dalam pencapaian kepentingan nasional, suatu

negara bukan hanya menyadari kepentingannya sendiri, tapi juga

harus menyadari kepentingan nasional negara-negara lain. Holsti

merumuskan pengertian kepentingan nasional, cita-cita atau tujuan

bangsa yang berusaha dicapainya melalui hubungan dengan

Negara lain. Hubungan tersebut bias berupa interaksi bilateral

sedangkan jika lebih dari dua negara disebut dengan interaksi

multilateral. Hubungan kerjasama yang kooperatif biasanya dikenal

dengan kerjasama bilateral merupakan manifestasi pencapaian

kepentingan bersama antara kedua pihak yang bersifat khusus.

Kondisi semacam ini didasari oleh 4 landasan yaitu:

a) Memiliki kesamaan kepentingan, tujuan dan kebutuhan

negara.

b) Pembagian biaya, resiko,beban dan penghargaan yang pantas

antara kedua Negara yang bekerja sama.

c) Percaya bahwa komitmen yang sudah di sepakati dapat

dipenuhi. Kecil kemungkinannya untuk gagal.

Page 12: Skripsinya Walid Edit 2007

12

d) Memiliki reputasi yang baik dalam memberikan suatu

hubungan timbal-balik.10

Menurut Paul Seabury yang mendefinisikan kepentingan

nasional secara normatif dan deskriptif. Secara normatif, konsep

kepentingan nasional berkaitan dengan kumpulan cita-cita, karena

didalamnya tidak hanya berisi cita-cita untuk mengejar kekuatan

semata, sedangkan secara deskriptif, kepentingan nasional

dianggap sebagai tujuan yang harus dicapai suatu bangsa secara

tetap melalui kepemimpinan pemerintah.11

II. Kerjasama

Menurut Rosencrance, tumbuhnya saling ketergantungan

ekonomi dibarengi oleh merosotnya nilai yang sesuai dan arti

penting penaklukan teritoriaal bagi Negara. Dalam dunia

kontemporer, manfaat perdagangan dan kerjasama antara Negara-

negara jauh melebihi kompetisi militer dan kontrol teritorial. Hal ini

mempunyai dua pengaruh yaitu:

1. Era independen, keadaan lingkungan internasional yang

bipolar, telah berakhir. Lapisan-lapisan saling ketergantungan

ekonomi yang kompleks memastikan bahwa Negara tidak

10 K.J.Holsti, International Politics: A Frame Work For Analysis, (University of British, Columbia,1993),hal 8911 Umar Suryadi Bakry, Pengantar Hubungan Internasional, (Jakarta: Jayabaya University Press, 1999) hal. 61-62

Page 13: Skripsinya Walid Edit 2007

13

dapat berbuat agresif tanpa resiko mendapat hukuman

ekonomi dari anggota komunitas internasional lainnya

2. Penaklukan teritorial di era nuklir dalam hal ini pasca perang

dingin adalah berbahaya dan juga mahal bagi Negara-negara

besar. Alternatifnya, pertumbuhan ekonomi melalui

perdagangan dan investasi asing, adalah strategi yang

kemungkinan besar lebih bermanfaat dan lebih menarik.12

Pendapat yang senada juga di berikan oleh Robert Keohane

untuk mempermudah menganalisa hubungan kerjasama ini.

Menurut Keohane bahwa kekuatan hegemonik mambantu

membentuk kerjasama internasional dalam bidang tertentu seperti

keuangan, perdagangan dan migas. Ketika kekuatan hegemonik

menurun, kerjasama tidak pecah. Keohane menyimpulkan bahwa

kekuatan hegemonik mungkin menjadi penting bagi awal

pembentukan kerjasama. Negara-negara tersebut memiliki

kekuatan dan menjalankan kerjasama untuk diri mereka sendiri

juga mampu meningkatkan kerjasama lebih jauh bahkan dalam

lingkungan penurunan hegemonik.

III. Keamanan Energi (Energi Security)

12 Scott Burchill & Andrew Linklater, Teori-teori Hubungan Internasional, (Jakarta: Nusamedia, 2009) hal. 49-50

Page 14: Skripsinya Walid Edit 2007

14

Bagi negara-negara pengimpor minyak seperti Cina , suplai energi

untuk memastikan kestabilan politik dan ekonomi bisa diartikan dengan

mengamankan kebutuhan energi minimum untuk mendukung tingkatan

aktifitas sosial dan ekonomi yang bisa diterima. Keinginan negara

pengimpor minyak tersebut sejalan dengan keinginan Cina untuk

memperoleh energi yang cukup dan dengan harga terjangkau.

Terdapat 3 komponen utama menurut Mason Willrich memastikan

Energy Security:

1. Rationing yaitu usaha untuk mengalokasi suplai yang ada dan

membatasi konsumsi

2. Stock Pilling yaitu pengarahan untuk mengurangi kerapuhan

negara importir dari gangguan suplai dengan menyediakan

peredam dari efek tersebut.

3. Diversification yaitu usaha dimana menandakan usaha-usaha untuk

memastikan keberlangsungan suplai energi dengan

penganekaragaman sumber energi dan penyalur energi.13

F. Hipotesa

13 Bob Sugeng Hadiwinata, Bringing the State Back In Indonesia, vol. 8 No. 2, Mei-November, hal. 9

Page 15: Skripsinya Walid Edit 2007

15

Berkaitan dengan pertanyaan tentang pokok permasalahan

dalam penulisan skripsi ini, kesimpulan yang didapat sementara

adalah Iran berkerjasama untuk mendapatkan dukungan dari Cina

yang notabene negara yang besar dan mempunyai pengaruh dalam

dunia internasional khususnya dalam PBB. Dalam hal ini, Iran

melihat bahwa Cina merupakan salah satu pemegang Hak Veto dan

anggota tetap DK PBB. Sehingga Iran berupaya menjalin kerjasama

yang bertujuan meraih dukungan dari negara besar terkait dengan

isu nuklir Negara tersebut.

G. Model analisis

Page 16: Skripsinya Walid Edit 2007

16

Kerjasama Pemerintah Iran dengan China di

Bidang Energi Gas tahun 2004-2008

Upaya-upaya Iran Guna Terjalinnya Kerjasama

dengan China

Kepentingan Iran dalam Menjalin Kerjasama

dengan China di Bidang Energi Gas

H. Metode penelitian1. Jenis dari penelitian yang digunakan dalam penulisan

skripsi ini adalah penelitian deskriptif analisis, yaitu

peneliti menggambarkan informasi mengenai fakta dan

fenomena yang menjelaskan secara sistematis dan

menyeluruh, sehingga terciptanya pemahaman mengenai

masalah yang akan diteliti.

2. Metode pengumpulan data yang digunakan penulis untuk

penelitian ini adalah studi kepustakaan. Dengan teknik

dokumentasi yang terdiri dari buku, majalah, surat kabar,

internet dan dokumen-dokumen lain yang berhubungan

dengan penulisan.

Page 17: Skripsinya Walid Edit 2007

17

3. Sifat penelitian adalah kualitatif; dimana seluruh data dan

informasi yang digunakan berupa data non-angka atau

bersifat campuran

I. Sistematika penulisan

Didalam suatu penulisan karya tulis, baik yang bersifat ilmiah

maupun non-ilmiah, diperlukan suatu sistematika tertentu agar

dapat menguraikan dengan jelas isi dari tulisan tersebut. Adapun

sistematikanya sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Memuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan

penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, asumsi, model

analisis, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Upaya-upaya Iran dalam Menjalin Kerjasama Dengan Cina

Bab ini membahas latar belakang terjalinnya kerjasama dan

juga mengenai upaya terjalinnya hubungan kerjasama

energi gas Iran-Cina.

BAB III: Kepentingan Iran dalam Kerjasama dengan Cina di Bidang

Energi Gas

Bab ini membahas tentang analisa kepentingan Iran dalam

menjalin kerjasama bidang energi gas terkait dengan isu

nuklir.

Page 18: Skripsinya Walid Edit 2007

18

BAB IV: Kesimpulan

Bab ini memuat tentang hasil akhir yang terangkum dari

awal sampai akhir penelitian.

Page 19: Skripsinya Walid Edit 2007

19

BAB II

Upaya Iran Dalam Menjalin Kerjasama Energi

Dengan Cina

Iran memiliki penduduk sekitar 75 juta jiwa yang mempunyai

peningkatan penduduk sekitar 1,4 persen pertahun atau setiap

tahunnya bertambah sekitar 950.000 orang. Luas wilayah Iran

1.648.195 km2 (636.372 sq mi). Letaknya yang berada di kawasan

Timur Tengah dan berada di pusat Eurasia mempunyai geostrategis

yang sangat baik. Di sebelah Utara, Negara Iran berbatasan dengan

Armenia, Azerbaijan dan Turkmenistan. Sebagian wilayahnya juga

berada di pesisir Laut Kaspia yang berada di utara dan berbatasan

langsung dengan Kazakhstan dan Rusia. Di sebelah timur Iran

berbatasan dengan Afghanistan dan Pakistan; di selatan berbatasan

dengan Teluk Persia dan Teluk Oman; di sebalah barat dengan Irak

dan di sebelah barat laut dengan Turki.14

Teheran merupakan ibu kota Iran yang menjadi salah satu

kota terbesar. Kota tersebut merupakan pusat politik, budaya,

bisnis dan industry bangsa. Iran merupakan suatu kekuatan

14 “Iran”, http://lcweb2.loc.gov/frd/cs/profiles/Iran.pdf diunduh tanggal 24 Juli 2010, pukul 05.00 WIB

Page 20: Skripsinya Walid Edit 2007

20

regional yang memegang peranan penting dalam keamanan energi

internasional dan ekonomi dunia karena memiliki cadangan minyak

dan gas alam yang melimpah.

Iran merupakan salah satu pusat peradaban dunia yang

terbesar. Dinasti yang muncul pertama kali adalah Elamite yang

berdiri pada tahun 2800 SM. Dilanjutkan oleh dinasti Medes yang

menjadikan Iran berada dalam satu kekuasaan kerajaan pada tahun

625 SM. Puncak kejayaan Iran terletak pada masa dinasti

Achaemenid, Selecus Helenik dan dua dinasti lainnya yaitu Parthia

dan Sassanids sebelum terjadinya penaklukan oleh orang-orang

muslim di tahun 651. Pasca dinasti Islam yang berkuasa, Iran mulai

mengembangkan wilayah dan budayanya secara luas. Puncaknya

pada masa Tahirids, Saffarids, Samaniyah, dan Buyids.15

15 “Iran”, Op.cit

Page 21: Skripsinya Walid Edit 2007

21

Sumber: http://www.ibtauris.com/pdf/1845110625.pdf

Pada masa dinasti Saffarids dan Samaniyah, sastra Persia

mulai berkembang begitu juga dengan ilmu filsafat, kedokteran,

astronomi, matematika dan seni yang menjadi unsur utama dalam

peradaban islam pada masa itu. Kemudian pada tahun 1501, Iran

mulai dikuasai oleh dinasti Safawi yang merupakan dinasti Syiah

pertama dalam sejarah. Pada tahun 1906, Iran mulai mendirikan

parlemen dan menjadikan Iran Negara monarki kontitusional lalu

menjadi Negara republik islam di tahun 1979.16

Kemudian Cina, Republik Rakyat Cina adalah sebuah negara

komunis yang terdiri dari hampir seluruh wilayah kebudayaan,

sejarah, dan geografis yang dikenal sebagai Cina. Sejak didirikan

pada 1949, RRC telah dipimpin oleh Partai Komunis Cina (PKC).

Sekalipun dilihat sebagai negara komunis, perekonomian negara ini

telah diliberalisasikan sejak tiga dasawarsa yang lalu. Walau

bagaimanapun, pemerintah masih mengawasi ekonominya secara

politik terutama pada perusahaan-perusahaan milik pemerintah dan

sektor perbankan. Secara politik, Cina masih tetap menjadi

pemerintahan yang mengadopsi sistem satu partai.

Cina adalah negara dengan penduduk terbanyak di dunia,

dengan populasi melebihi 1,3 milyar jiwa, yang mayoritas

16 “iran”, Op.cit

Page 22: Skripsinya Walid Edit 2007

22

merupakan bersuku bangsa Han. RRC juga adalah negara terbesar

di Asia Timur, dan ketiga terluas di dunia, setelah Rusia dan

Kanada. RRC berbatasan dengan 14 negara: Afganistan, Bhutan,

Myanmar, India, Kazakhstan, Kirgizia, Korea Utara, Laos, Mongolia,

Nepal, Pakistan, Rusia, Tajikistan dan Vietnam.17

Cina terlihat sebagai sebuah peradaban kuno dikawasan Asia

Timur dan salah satu peradaban tertua di dunia dan dianggap

sebagai peradaban tertua. Sebelum abad ke-19, Cina memiliki

masyarakat yang paling maju ekonomi di dunia, tetapi pada saat di

perintah oleh dinasti yang berturut-turut kemudian mulai menurun.

Pada abad ke-19 dan 20, dampak imperialisme, lemahnya kondisi

internal dan perang saudara merusak negara Cina dan ekonominya,

para pimpinannya berusaha menggulingkan kekuasaan kaisar satu

sama lain.

Pada tahun 1949, setelah pertempuran besar berakhir dalam

Perang Sipil di Cina, terdapat dua negara yang menyebut dirinya

"Cina":

• Republik Rakyat Cina (RRC), didirikan pada tahun 1949,

umumnya dikenal sebagai Cina, memiliki kontrol atas Cina

daratan dan sebagian besar wilayah pemerintahan yang

17 “China”, http://lcweb2.loc.gov/frd/cs/profiles/China.pdf

Page 23: Skripsinya Walid Edit 2007

23

memiliki otonomi sendiri yaitu Hong Kong (sejak 1997) dan

Macau (sejak 1999).

• Republik Cina (ROC) yang didirikan pada tahun 1912 di Cina

daratan, sekarang dikenal sebagai Taiwan, memiliki kendali

atas pulau Taiwan, Penghu, Kinmen, dan Matsu.18

Secara historis, Cina memiliki ruang lingkup budaya yang

membentang di Asia Timur secara keseluruhan seperti agama di

Cina dan adat istiadatyang hampir mirip dengan negara lain seperti

Jepang, Korea dan Vietnam. Cina merupakan sumber dari berbagai

penemuan besar serta salah satu tulisan yang mempunyai huruf

tertua di dunia. Adanya temuan manusia pertama di wilayah Cina

ditemukan di gua Zhoukoudian. Ini adalah salah satu spesies

manusia prasejarah yang dikenal sebagai Homo erectus dan

sekarang dikenal sebagai Peking Man, diperkirakan hidup pada

300.000 sampai 780.000 tahun yang lalu.19

II. A. Kondisi Hubungan Iran Dengan Cina sebelum Revolusi Islam

Peradaban dengan akar sejarah yang kuat dengan tradisi

budaya yang kaya dan masa-masa kerajaan yang terkenal di masa

lalu, Iran dan Cina mempunyai sebuah landasan untuk identitas

18 Ibid19 “China”, Op.cit,

Page 24: Skripsinya Walid Edit 2007

24

masa lampunya. Faktanya dua negara tersebut tidak pernah terlibat

konflik atau perang dalam sejarahnya dan keduanya pernah

merasakan pengalaman pahit akan neokolonialisme yang

menonjolkan tetang peradaban dan identitas politik. Identitas

sejarah yang mendalam dan kebanggaan terhadap bangsanya

dapat menjelaskan beberapa hal mengapa Iran dan Cina telah

berpengalaman dalam revolusi di abad ini yang bertemakan

tentang anti imperialis dan rasa nasionalis yang menonjol pada

masing-masing ideologi mereka.

Hubungan baik antar kedua Negara ini diawali dengan

hubungan dagang yang tidak resmi yang dimulai pada tahun 1950

yang ketika itu Iran masih dibawah kepemimpinan rezim Syah

Pahlevi. Bahkan pada masa lampau sudah terjalinnya hubungan

dagang diantara kedua Negara yang terhubung oleh Jalur Sutra.

Jalur sutra merupakan sebuah jalur perdagangan melalui Asia

Selatan yang dilalui oleh karavan dan kapal laut, dan

menghubungkan Chang'an, Republik Rakyat Cina, dengan

Antiokhia, Suriah, dan juga tempat lainnya termasuk Persia.

Pengaruhnya terbawa sampai ke Korea dan Jepang.

Pertukaran ini sangat penting tak hanya untuk

pengembangan kebudayaan Cina, India dan Roma maupun Persia

Page 25: Skripsinya Walid Edit 2007

25

namun juga merupakan dasar dari dunia modern. Istilah 'jalur sutra'

pertama kali digunakan oleh geografer Jerman Ferdinand von

Richthofen pada abad ke-19 karena komoditas perdagangan dari

Cina yang banyak berupa sutra.20

Jalur Sutra benua membagi menjadi jalur utara dan selatan

kemudian meluas dari pusat perdagangan Cina Utara dan Cina

Selatan, rute utara melewati Bulgar-Kypchak ke Eropa Timur dan

Semenanjung Crimea, dan dari sana menuju ke Laut Hitam, Laut

Marmara, dan Balkan ke Venezia; rute selatan melewati Turkestan-

Khorasan menuju Mesopotamia dan Anatolia, dan kemudian ke

Antiokia di Selatan, Anatolia menuju ke Laut Tengah atau melalui

Levant ke Mesir dan Afrika Utara.21 Dari sini kita lihat bahwa adanya

hubungan antara Iran dan Cina dalam perdagangan di masa lampau

yang secara tidak langsung melewati daerah Iran atau yang pada

waktu itu bernama Persia melalui Laut Tengah dan Afghanistan

(Turkestan-Khorasan).

Hubungan ini meningkat setelah serangan bangsa Mongol di

kedua Negara dilakukan pada abad ke-13. Terdapat misi diplomatik

umum antara dinasti Yuan Cina dengan kerajaan Khan-II Persia.

20Willem van Kemenade, “Iran’s Relation with China and The West: Cooperation and Confrontantion”, (Netherland: The Netherland Institute of International Realtions, 2009), hal. 421 Willem van Kemenade, Op.cit

Page 26: Skripsinya Walid Edit 2007

26

Pengetahuan tentang ilmu perbintangan Cina, percetakan dan uang

kertas dikirimkan ke Persia dan daerah sekitarnya sementara dari

Persia obat-obatan dari Arab, bahan-bahan kimia, farmakologi,

matematika dan geometri dikirmkan ke Cina sebagai pertukaran

secara diplomasi.

Dalam konteks hubungan yang kaya budaya ini, pengaruh

dan kerjasama, secara kontemporer hubungan Iran-Cina telah

bermutasi dan berevolusi. Para pemimpin dikedua Negara sadar

untuk membangkitkan kenangan akan sejarah hubungan yang kuat

sebagai sumber kekuatan dan legitimasi dari hubungan kedua

Negara yang saling menguntungkan. Faktanya kedua kerajaan tidak

pernah terlibat perang atau konflik dalam catatan sejarahnya dan

membina hubungan baik diantara kedua belah pihak.

Di abad 20, kontak diplomasi dan hubungan dagang

diperluas. Hubungan diantara kedua Negara mulai dijalankan

setelah masa revolusi di Cina dan mulai berkembang tahun 1960-

an. Saat itu partai komunis Cina kekuatannya naik bertepatan

dengan dukungan CIA pada tahun 1953 yang berdampak pada

jatuhnya pemerintahan reformis-nasionalis yang dipimpin oleh

Mosshadeq serta memulihkan kekuatan Shah dan membawa Iran

untuk bergabung dengan Amerika Serikat dan sekutunya yaiu

Page 27: Skripsinya Walid Edit 2007

27

Negara Eropa Barat. Dengan demikian, Iran masuk kedalam orbit

Perang Dingin dari Amerika Serikat untuk membendung komunisme

secara regional. Bagaimanapun, Shah mempunyai alasan tersendiri

menjaga jarak dengan pemerintahan Mao.

Perang Dingin memiliki dampak besar pada hubungan Iran-

Cina. Persaingan AS-Uni Soviet, serta pecahnya hubungan Sino-

Soviet, yang dibentuk secara politik, budaya, dan interaksi ekonomi

antara Cina dan Iran, dan mendirikan sebuah aliansi untuk

perluasan hubungan pasca runtuhnya Soviet. Setelah munculnya

Republik Rakyat Cina pada tahun 1949, dengan cepat anti-Komunis

pemerintahan Mohammad Reza Shah Pahlavi segera memutuskan

hubungan diplomatik dengan Beijing. Akibatnya, sepanjang 1950-an

dan paruh pertama tahun 1960-an, Beijing mengambil kebijakan

yang anti-Shah dan melihat rezim Pahlevi yang cenderung sedikit

mengedepankan kepentingan AS di Teluk Persia. Beijing

mendukung gerakan anti-Shah dan gerakan nasionalis Iran serta

berusaha mendukung bangkitnya Mohammad Mossadegh pada

tahun 1952.

Sebagai dampaknya, Shah menjalin hubungan diplomatik

dengan Taiwan pada tahun 1956, mengamankan posisi yang sangat

kokoh terhadap sikap anti-Beijing. Cina dan Uni Soviet mendukung

Page 28: Skripsinya Walid Edit 2007

28

partai Tudeh Iran yang merupakan partai komunis pro-Moskow yang

berkomitmen untuk menggulingkan rezim yang pada saat itu

berkuasa membuat partai tersebut bersedia menjadi mitra aliansi

Moskow dan Peking, kemudian Shah didukung oleh Amerika Serikat

dan Korea Selatan selama Perang Korea berlangsung. Setelah

mngikuti jejak Amerika Serikat, Iran juga menentang Cina masuk

kedalam keanggotaan PBB dan menjalin hubungan dengan kaum

Nasionalis di Taiwan. Akan tetapi, hubungan dagang yang tidak

resmi antara kedua belah pihak tetap berlanjut hingga pada tahun

1950an. Sehingga diperkirakan total keseluruhan nilai perdagangan

diantara kedua belah pihak pada masa itu adalah sekitar 2,5 juta

dolar.

Tahun 1960an, hubungan Iran-Cina menuju perubahan

subtansial atau mendasar. Secara tiba-tiba, Teheran dan Beijing

sama-sama memiliki musuh bersama yaitu Uni Soviet, dan

permusuhan antara Cina dan Iran berakhir. ketidakpercayaan Shah

terhadap Uni Soviet berakar pada sejarah panjang konflik Rusia-

Iran; Beijing dan Moskow telah memutuskan hubungan, Teheran

lebih memilih bekerja sama dengan Beijing dalam sikapnya,

khususnya ketika muncul bahwa Washington mulai untuk

mengambil sikap yang lebih lunak terhadap Moskow.

Page 29: Skripsinya Walid Edit 2007

29

Setelah keretakan politik Cina-Soviet, Cina mencari cara

untuk melawan Amerika Serikat serta hegemoni Uni Soviet di

Negara-negara dunia ketiga. Cina pada saat itu kehilangan bekas

aliansinya dan sekarang mencari aliansi baru. Oleh karena itu,

dengan kemunculannya secara tiba-tiba dan menangkal

keberadaan Amerika Serikat dan Uni Soviet tahun 1960, posisi

tengah Iran yang bernilai strategis sebagai anti Soviet diluar

pengamatan dari pembuat kebijakan Amerika Serikat.

Pada tahun 1964, Cina membuat keputusan untuk menjual

senjata ke Iran dan tidak menyediakan bantuan militer kepada

pemerintahan Shah. Tahun 1965, Iran mulai abstain dari voting

mengenai keanggotaan Cina dibandingkan dengan menentang Cina

masuk kedalam anggota PBB. Dengan eskalasi kampanye anti

Soviet Cina di akhir tahun 1960an, pemerintahan Shah merasa

mendapat ancaman dari Negara tetangganya yang berada di Utara

yaitu Uni Soviet dan menemukan potensi untuk bekerja sama

dengan Cina.

Secara regional, dikalahkan tentara Arab oleh Israel tahun

1967 memberikan posisi yang strategis bagi Iran di wilayah

tersebut dan membuat keputusan Shah lebih tegas. Dia

memberikan pengakuan pertama terhadap Republik Rakyat Cina di

Page 30: Skripsinya Walid Edit 2007

30

tahun 1967 dan tahun 1969 memberikan dukungannya terhadap

RRC untuk masuk ke dalam anggota PBB. Meskipun ada sedikit

kerenggangan hubungan politik diantara kedua negara akan tetapi

hubungan dagang menjadi lebih meningkat 20 kali dibandingkan

dekade sebelumnya.

Dengan ditariknya tentara Inggris dari teluk Persia dan

penandantaganan perjanjian damai Soviet-India, Cina menjadi

sangat waspada tentang upaya Moscow dan menjalin aliansi

dengan Iran dan Pakistan untuk melawannya. Seperti Amerika

Serikat dan sejumlah Negara-negara Barat juga negara-negara Non

Barat melakukan normalisasi hubungan baik dengan Cina, begitu

juga dengan Rezim Shah yang lebih memilih bekerja sama dengan

Cina. Cina melihat Iran sebagai mitra dagang yang sangat potensial

dan penyedia energi bagi kebutuhan dalam negerinya.

Iran merasa bahwa Cina merupakan negara yang cocok untuk

mengimbangi kekuatan Amerika Serikat dan Uni Soviet di kawasan

tersebut dan juga berharap hubungannya dengan Cina dapat

memberikan dukungan bagi Teheran di dunia internasional. Secara

khusus, hubungan dengan Cina bertujuan untuk menghentikan

gerakan Revolusi yang terjadi di teluk Persia dan menstabilkan

keadaan di kawasan tersebut. Setelah Cina mengakhiri

Page 31: Skripsinya Walid Edit 2007

31

dukungannya terhadap milisi Front Pembebasan Oman yang

ditentang oleh pemerintah Shah, tidak ada langkah normalisasi dari

kedua negara untuk perbaikan hubungan.

Pada tanggal 16 Agustus 1971 terjalin komunikasi diantara

kedua belah pihak untuk membicarakan hubungan diplomatis.22

Pembicaraan itu memberikan dampak yang positif bagi kedua belah

pihak. Kedua Negara tersebut resmi menjalin hubungan diplomatik

Saudara perempuan Shah (Putri Ashraf dan Putri Fatima)

mengunjungi Cina pada kesempatan yang terpisah di tahun 1971

dan Ketau Partai Komunis Cina yaitu Hua Guofeng mengunjungi Iran

pada tahu 1978. Pembangunan hubungan diplomatik bertujuan

untuk meningkatkan nilai hubungan dagang diantara kedua belah

pihak. Di tahun 1972, perdagangan meningkat enam kali

dibandingkan pada tahun 1971 dan menjadi sepuluh kali lebih besar

di tahun 1973 serta di tahun 1978 meningkat 20 kali lebih besar di

bandingkan tahun 1971.

22 http://www.mfa.gov.cn/eng/wjb/zzjg/xybfs/gjlb/2818/ diunduh pada tanggal 22 Juli 2010 pukul 22.30 WIB

Page 32: Skripsinya Walid Edit 2007

32

II. B. Kondisi Hubungan Iran dengan Cina pasca Revolusi Islam

Khawatir dengan kemungkinan ketidakstabilan dalam

hubungan Cina-Iran setelah Revolusi Islam pada tahun 1979,

pemerintah Cina bergerak cepat untuk mengakui pemerintahan

yang baru dan menyatakan harapannya bahwa hubungan

persahabatan akan terus berlanjut. Menurut beberapa laporan,

dalam rangka menjalin hubungan dengan penguasa baru di

Teheran, Hua Guo-feng pergi ke Iran untuk meminta maaf pada

kunjungannya ke Iran dan dukungannya terhadap Shah pada tahun

1978. Pemerintah Cina mulai mengirim delegasi anggota Asosiasi

Islam Cina ke Iran untuk memperkuat hubungan. Namun demikian,

pada awal terjadinya revolusi, total perdagangan antara kedua

negara turun dari 118 juta dolar pada tahun 1978 menjadi 68 juta

dolar pada tahun 1979.23

Awal Perang Iran-Irak bulan September 1980, Cina dipaksa

menjadi penyeimbang dintara kedua Negara tersebut. Cina

menganggap kedua negara sebagai sekutu dan mencoba untuk

tidak memihak serta mendesak resolusi konflik secara damai.

Beijing juga mendukung sikap Iran yang mengutuk invasi Soviet di

23 Manochehr Dorraj and Carrie L. Currier, “Lubricated with Oil: Iran-China Realtions In A Changing World”, Middle East Policy, Summer, vol. XV, no. 2, 2008, hal. 69

Page 33: Skripsinya Walid Edit 2007

33

Afghanistan dan mendorong Iran untuk memperbaiki hubungan

dengan Amerika Serikat. Dalam hal ini, Amerika Serikat berusaha

untuk menghukum pemerintah Iran karena membiarkan para

gerilyawan untuk menyandera orang-orang di kedutaan Amerika

Serikat di Iran, pemerintahan Cina juga menunjukan kesediaannya

untuk memutuskan hubungan dengan Amerika Serikat dalam

rangka memelihara hubungan baik dengan Iran.

Seperti Uni Soviet, pada tahun 1980, pemerintah Cina

menolak untuk mendukung embargo senjata terhadap Iran di

bawah Resolusi Dewan Keamanan PBB No. 598. Pemerintah Cina

juga abstain dari pemungutan suara terhadap resolusi yang

didukung AS untuk menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Iran.

Selama tahun 1980-an, kebijakan luar negeri Iran

didefinisikan dengan slogan "tidak Timur maupun Barat"

bertentangan dari kedua Negara adidaya Uni Soviet dan Amerika

Serikat. Kebijakan yang sangat baik dengan agenda global politik

dari pemerintah Cina. Dengan demikian, kedua negara,

menggunakan tema-tema ideologis anti-imperialisme dan

solidaritas Dunia Ketiga yang mengukuhkan aliansi.

Sejak tahun 1980an itu pula kedua negara aktif melakukan

pertukaran di bidang budaya, pendidikan serta iptek. Sejumlah

Page 34: Skripsinya Walid Edit 2007

34

perjanjian juga telah ditandangani oleh kedua belah pihak,

beberapa perjanjian penting diantaranya: Sino-Iranian Agreement

on Cultural, Scientific and Technical Cooperation; Sino-Iranian

Project on Radio-Television Cooperation; Sino-Iranian Agreement on

Setting Up Consulate Generals In Both Countries; Governmental

Memorandum of Mutual Exemption of Visas; Trade Agreement

Between Chinese and Iranian Government; Memorandum of

Understanding Between the Two Foreign Ministries on the

Establishment of A Consultation Mechanism. Demikian pula di

bidang politik, beberapa pertukaran kunjungan penting terus

dilakukan sejak dekade tersebut.24

Ketika menolak permintaan pemerintah Kuwait dalam

bekerjasama dengan Amerika Serikat dan Uni Soviet untuk

melindungi kapal Kuwait terhadap serangan kapal perang Iran, Cina

mengutuk sikap AS terhadap perlakuan negara tersebut kepada

penumpang Iran yang menaiki pesawat di Teluk Persia pada tahun

1988. Republik Islam Iran, menyambut dengan mendukung

tindakan keras pemerintah Cina pada gerakan demokrasi di

Lapangan Tiananmen sebagai langkah yang sah untuk menegakkan

hukum dan ketertiban.

24 “Memahami Posisi Cina Dalam Kasus Nuklir Iran”, Op.cit.

Page 35: Skripsinya Walid Edit 2007

35

Pada tahun 1989, presiden Iran Ali Khamenei mengunjungi

Cina dan meyakinkan Deng Xiaoping tentang komitmen Iran untuk

memperluas hubungan persahabatan antar kedua negara. Sebagai

hasil dari hubungan perdagangan yang erat antara Iran dan Cina,

perdagangan meningkat secara substansial di tahun 1980-an. Total

perdagangan antara kedua negara meningkat dari 627 milyar dolar

ke 1,627 trilyun dolar. Selain itu, hubungan budaya antara kedua

negara juga diperluas: pertukaran mahasiswa, beasiswa dan

program penelitian, peningkatan interaksi artistik, dan pemberian

layanan visa bagi wisatawan.

Pada saat Perang Teluk I Iran mendapat bantuan mendapat

bantuan dari Cina berupa pasokan senjata untuk melawan Irak. Cina

lalu menjadi sumber utama bagi pembangunan teknologi industri

kimia dan elektronik Iran25. Akhir Perang Iran-Irak pada tahun 1988,

Cina dengan kesempatan baru mulai mengambil langkah untuk

berpartisipasi dalam rekonstruksi ekonomi yang sangat dibutuhkan

dan muncul sebagai penyedia senjata dan teknologi bagi Iran.

ketegangan hubungan Iran dengan Amerika Serikat dan Eropa Barat

memberikan sebuah pasar yang menarik untuk Cina. Ini juga

merupakan periode ketika perekonomian Cina mulai tumbuh

dengan cepat, secara eksponensial meningkatkan kebutuhan Cina 25D. Danny H. Simanjuntak, op.cit, Hal. 73

Page 36: Skripsinya Walid Edit 2007

36

untuk sumber-sumber baru pasokan energi dan pasar investasi. Iran

membutuhkan pembeli yang dapat diandalkan untuk minyak dan

gas dan pemasok peralatan militer dan sistem senjata. Hal ini

membuat alasan di balik hubungan yang saling menguntungkan

bahkan lebih jelas bagi kedua belah pihak.

Selain insentif materi, kedua belah pihak saling menemukan

potensi menjadi sekutu yang berguna dalam urusan global. Sebagai

anggota Dewan Keamanan PBB, Cina dapat memberikan Iran

sebuah pengamanan, khususnya sekarang bahwa Iran telah

mendapat tekanan besar dari Amerika Serikat dan sekutu-

sekutunya untuk pengayaan uranium. Selain itu, munculnya Iran

sebagai aktor utama di Timur Tengah dan pasar minyak dunia

sangat membantu untuk kepentingan politik dan ekonomi Cina di

kawasan itu. Cina juga berharap hubungan yang erat dengan Iran

akan membantu mengendalikan minoritas Muslim yang sedang

bergolak di propinsi Xinjiang, dimana kegiatan separatis

mengancam stabilitas di wilayah Cina.

Hubungan ekonomi Iran-Cina dinilai secara luas dan ekstensif.

Cina telah membangun sistem kereta bawah tanah Teheran,

bendungan, perikanan dan pabrik semen dan saat ini terlibat dalam

banyak proyek-proyek rekonstruksi lainnya. Cina juga merupakan

Page 37: Skripsinya Walid Edit 2007

37

penyedia utama barang-barang konsumsi ke Iran; pada tahun 2003,

Cina bertanggung jawab atas 9,5 persen dari total impor Iran.

Produk ekspor Cina ke Iran antara lain peralatan elektronik dan

mekanik serta produk-produk industri kimia sedangkan impor

utama Cina dari Iran adalah minyak mentah, disamping biji khrom,

kapas, polyvinyl chloride, karet sintetis, kismis dan kenari.

II. C. Hubungan Energi Iran-Cina

Energi merupakan hal yang tidak diragukan lagi serta aspek

yang paling penting dari kerjasama ekonomi Cina-Iran dalam

perdagangan bilateral. Secara umum, energi telah mendorong

kehadIran Cina untuk berperan di Timur Tengah sejak akhir Perang

Dingin. Sebelum jatuhnya Uni Soviet, keterlibatan Beijing dalam

masalah Timur Tengah sangat terbatas: Beijing dalam pandangan

negara-negara Arab baik sekutu dari AS atau Uni Soviet dan

hubungannya dengan Israel, lebih rumit interaksinya dengan dunia

Arab. Namun, selama tahun 1980 Cina mulai meningkatkan

investasinya dalam proyek-proyek energi Timur Tengah,

mengirimkan bahan dan bantuan teknis serta buruh ke sejumlah

negara-negara Teluk. Pada tahun 1990, Cina menerima sekitar 40

persen minyak dari Timur Tengah, pada tahun 2002, persentase ini

Page 38: Skripsinya Walid Edit 2007

38

meningkat menjadi 60 persen, atau sekitar 507 juta barel. Saat ini,

impor dari Arab Saudi dan Iran, kira-kira dua pertiga dari total impor

minyak Cina.26

Ketika Deng Xiaoping berkuasa pada tahun 1976 dan

menjalankan kebijakan pintu terbuka serta kebijakan ekonomi-

liberalisasi, pertumbuhan ekonomi Cina mulai meningkat.

Pembangunan ekonomi yang dramatis ini meningkat secara

eksponensial dengan kebutuhan Cina untuk tambahan sumber

energi. Potensi minyak yang dimiliki Cina dan cadangan gas

(masing-masing, 2 persen dan 1 persen dari cadangan total dunia)

sudah cukup untuk menyediakan kebutuhan energi dalam negeri

sampai dengan tahun 1992. Namun, seperti Charles Ziegler

katakan, "Dari 1992 hingga 2005, Republik Rakyat Cina beralih dari

memproduksi energi sendiri kepada impor selama lebih dari

sepertiga dari total konsumsi. Cina adalah konsumen energi kedua

terbesar di dunia, dan pada tahun 2004 melampaui Jepang sebagai

nomor dua dunia sebagai importir minyak”.

Cina pertama kali mengimpor energi yaitu minyak dari Iran di

bawah rezim Shah yaitu pada tahun 1974 serta meningkat secara

signifikan dalam impor minyak pada tahun 1980-an. Sedangkan

26 J. Brandon Getry, “The Dragon and the Magi: Burgeoning Sino-Iranian Relations in the 21st Century”, THE CHINA AND EURASIA FORUM QUARTERLY, November, vol.3, No. 3, 2005, hal. 115

Page 39: Skripsinya Walid Edit 2007

39

Cina mengimpor 300.000 ton minyak pada tahun 1977, jumlah ini

mencapai satu juta ton (25.000 b/d) pada tahun 1982, dan

kemudian dua juta ton (40.000 bpd) pada tahun 1989-1990.27

Peningkatan drastis dalam permintaan energi Negara Cina

terus bertambah seiring keadaan demografis Cina sejak tahun 1970

untuk kebutuhan energi. Pada tahun 1971, Cina memproduksi

kebutuhan energi primer dunia sekitar 5 persen (dengan 23 persen

dari populasi dunia), pada tahun 1995, produksi Cina atas

kebutuhan populasi dunia merosot sampai 21 persen, sedangkan

pangsa pasar kebutuhan energi lebih dari dua kali lipat menjadi 11

persen.

Ditahun ini, Iran News Agency mengumumkan bahwa kedua

Negara akan meningkatkan produksi menjadi 60.000 bpd. Pada

tahun yang sama, untuk memperluas ekspor minyak ke Cina dan

memungkinkan Cina untuk menyempurnakan impor minyak mentah

secara cepat, Iran setuju Cina menginvestasikan 25 juta dolar pada

industri energi Iran. Pada tahun 1997, Cina berjanji untuk

meningkatkan impor minyak Iran dari 70.000 bpd sampai 100, 000

bpd pada tahun 1999 dan 270.000 bpd pada tahun 2000 Konsumsi

minyak Cina melampaui produksi dalam negeri pada tahun 1993,

dan impor tumbuh pesat dalam beberapa tahun terakhir.27 Manochehr Dorraj and Carrie L. Currier, Op.cit, hal. 71-72

Page 40: Skripsinya Walid Edit 2007

40

Pada tahun 2003, impor Cina minyak mentah meningkat 31

persen dibandingkan tahun 2002, dan permintaan untuk minyak

mentah naik 35 persen pada tahun 2004. International Energy

Agency memperkirakan bahwa pada tahun 2020 kebutuhan energi

primer akan meningkat sampai 16 persen, sedangkan pangsa pasar

menyusut sampai 19 persen dari tingkat populasi. Oleh karena itu

Cina sangat bergantung sekali dalam hal energi.

Faktor penting lainnya yang mendukung untuk dilakukannya

impor gas adalah kebutuhan untuk mengurangi penggunaan

batubara yang saat ini sekitar tiga-perempat dari pasokan energi

dalam negeri Cina. Dengan meningkatnya degradasi lingkungan

dan tingkat pencemaran yang tinggi di kota-kota besar Cina (karbon

dioksida, sulfur dioksida dan partikulat), adanya kebutuhan yang

sangat mendesak untuk beralih ke sumber energi lainnya, sehingga

peningkatan permintaan untuk gas alam yang diimpor ke Cina

mengurangi gas karbon monoksida. Industri otomotif yang saat ini

berkembang pesat merupakan salah satu sumber lonjakan

permintaan energi. Penjualan mobil pada tahun 2004, misalnya,

sekitar 5 juta merupakan pasar mobil ketiga terbesar setelah

Amerika Serikat dan Jepang.

Page 41: Skripsinya Walid Edit 2007

41

Kenaikan yang signifikan dalam permintaan energi oleh Cina

dihubungkan dengan cadangan minyak dan gas alam Iran yang

membuat hubungan energi menjadi salah satu pilar yang paling

penting dari kerjasama ini. Menurut Oil and Gas Journal, 132,5

trilyun barel minyak sekitar 10 persen dari total pasokan dunia, Iran

memiliki cadangan minyak ketiga terbesar di belakang Arab Saudi

(266,8 bbl) dan Kanada (178,8 bbl). Namun, jika dikonversikan

cadangan gas alam ke barel setara minyak (boe), Arab Saudi

memiliki 302,5 boe, dan Iran memiliki 301,7. 28

Cadangan hidrokarbon Rusia, ketiga terbesar di dunia yaitu

sekitar 198,3 boe. Ini berarti sumber daya hidrokarbon Iran hampir

sama dengan Arab Saudi dan jauh lebih besar dibandingkan dengan

Rusia. Apa yang membuat energi masa depan Iran sangat potensial

bahkan lebih mengesankan adalah faktanya bahwa energi yang

dimiliki oleh Iran berbeda dengan cadangan energi yang luas

Negara lain serta tingkat ekstraksi Iran relatif rendah. Mengingat

jumlah investasi dan teknologi di Iran akan memiliki kapasitas untuk

meningkatkan produksi secara substansial dan menjadi penyedia

energi yang lebih besar untuk Cina.

28 Manochehr Dorraj and Carrie L. Currier, Op.cit, hal. 71. Boe adalah ukuran internasional berdasarkan satuan Barrel (barrel of equivalent) serta bbl adalah total produksi secara keseluruhan dalan hitungan milyar barrel (billion barrel of oil).

Page 42: Skripsinya Walid Edit 2007

42

Dengan kapasitas 4,2 mb/d, Iran merupakan produsen

terbesar keempat di dunia, di belakang Arab Saudi (11,1 mb/d),

Rusia (9,5 mb/d), dan Amerika Serikat (8,2 mb/d).29 Iran juga

memiliki cadangan gas terbesar kedua di dunia di bawah Rusia. Iran

adalah penyedia minyak terbesar kedua setelah Arab Saudi ke Cina,

kedua negara telah menandatangani kontrak minyak dan gas

senilai 70 miliar dolar. Sementara ekspor Cina ke Iran sangat

beragam, mulai dari elektronik dan mesin untuk senjata, barang

konsumsi dan tekstil serta minyak yang 80 persen impor dari Iran.

Pada tahun 2002, Iran bertanggung jawab atas lebih dari 15 persen

dari impor tahunan minyak RRC.

Cina mempunyai saham besar di sektor energi di Iran. Wakil

menteri perminyakan Iran Hossein Noqrehkar-Shirazi mengatakan,

Cina akan investasi 48-50 miliar dolar dalam usaha patungan

minyak dan gas. Angka tersebut naik 40 persen dari investasi ini

sampai berakhirnya kontrak yang ditandatangani, menurut

Petroenergy Information Network (PIN) yang didukung pemerintah.

Sinopec, pengilang terbesar Asia, pada 2007 menandatangani

kontrak dengan Iran untuk pengembangan ladang minyak

Yadavaran di Iran barat daya bernilai multi miliar dolar, yang

diperkirakan memiliki cadangan 3,2 miliar barel minyak mentah. 29 Manochehr Dorraj and Carrie L. Currier, Op.cit

Page 43: Skripsinya Walid Edit 2007

43

Sinopec akan investasi dua miliar dolar untuk tahapan pertama

proyek tersebut, yang akan mempunyai tiga tahapan secara

keseluruhan. 30

30 “Hubungan China-Iran, sebagai sekutu dekat”, http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=97210 diunduh pada tanggal 1 Agustus 2010 pukul 09.00 WIB

Page 44: Skripsinya Walid Edit 2007

44

BAB III

KEPENTINGAN IRAN DALAM KERJASAMA DENGAN

CINA

DI BIDANG ENERGI GAS ALAM

III. A. Kerjasama Iran Dengan Cina dalam Bidang Energi

Gas Alam

Seperti yang sudah disebutkan dalam Bab I, Iran memiliki

cadangan gas alam terbesar kedua di dunia setelah Rusia dengan

sekitar 16 persen dari cadangan gas alamnya. Terutama sebagai

hasil pengevaluasian kembali luas dari lepas pantai daerah potensi

gas di Pars Selatan, yang diperkirakan total cadangan Iran telah

meningkat 12 persen sejak tahun 2000. Pada tahun 2003, Iran

menghasilkan 124 milyar meter kubik (bcm) gas. Menurut EIA,

kandungan gas Iran mayoritas terdapat di tiga tempat, yakni Pars

Selatan (280-500 Tcf kandungan cadangan gasnya dan 17 miliar

barrel kandungan minyak), Pars Utara (50 Tcf), dan Kangan-Nar

(23.7 Tcf). Akan tetapi, yang menjadi sorotan dunia adalah Pars

Selatan.

Page 45: Skripsinya Walid Edit 2007

45

Pengembangan kilang gas Pars Selatan merupakan proyek

energi terbesar Iran. Proyek ini telah menarik investasi senilai 15

miliar dolar. Jika pengembangan proyek Pars Selatan berhasil, Iran

akan memperoleh hasil penjualan gas alam senilai 11 miliar dolar

dalam jangka waktu 30 tahun. Departemen Perminyakan Iran telah

menetapkan target produksi sebesar 292 milliar dolar.31

Kemajuan teknologi di sektor pengeboran minyak akan

mengurangi kebutuhan untuk re-injection yang mana untuk saat ini

potensi paling menguntungkan adalah penggunaan gas.

Perkembangan sektor gas, khususnya daerah Pars Selatan, akan

tergantung pada ketersediaan teknologi dan modal asing. Pasokan

domestik juga akan tergantung pada kebutuhan re-injection dari

sektor minyak.32

Meskipun produksi gas telah meningkat pesat selama

beberapa dekade terakhir ini. Kondisi ini tidak sesuai dengan

permintaan domestik, dan defisit yang kecil termasuk impor

sebagai hasilnya. Hal ini sangat bebeda dengan kondisi di wilayah

Timur Tengah, di mana permintaan domestik tumbuh lebih lambat

31 Willem van Kemenade, Op.cit, hal. 11032 “IRAN'S ENERGY VULNERABILITY”, http://meria.idc.ac.il/journal/2006/issue4/jv10no4a7.html diunduh pada tanggal 2 Agustus 2010 pukul 12.45. Re-injection merupakan suatu kebijakan untuk menggali atau mengeksplorasi daerah yang dinilai berpotensi memiliki sumber energi.

Page 46: Skripsinya Walid Edit 2007

46

dari produksi, sehingga memungkinkan ekspor tumbuh. Oleh

karena itulah Iran sangat berupaya untuk menggali potensi gasnya

dengan bekerja sama dengan negara lain yaitu Cina.

Menjelang akhir tahun 2004, kerjasama energi antara Iran dan

Cina mulai dijalin dengan serius. Saat itu, kedua Negara membuat

kesepakatan kerjasama dalam bidang energi terutama gas untuk

jangka waktu 25 tahun kedepan. Kontrak kerjasama tersebut

bernilai hingga 100 miliar dolar sudah termasuk dengan kerjasama

dalam energi minyak. Sesuai dengan kesepakatan, Iran akan

mengirimkan gas cair (LNG) sekitar 250 juta ton ke Cina.

Sedangkan Cina, akan mengirimkan sejumlah perusahaan

minyaknya untuk manggali ladang-ladang minyak dan gas alam

yang tersebar di wlayah Iran. 33

Pada tahun 2006, perusahaan minyak Rusia Lukoil dan

perusahaan minyak negara Kazakhtan Kasmunaigas menawarkan

kerjasama dengan Iranian Northern Drilling Company (NDC) untuk

pengembangan kilang minyak serta gas alam di Laut Kaspia. Pada

tahun ini, Cina telah menjadi partisipan aktif dalam pengembangan

minyak dan gas Negara Iran di Laut Kaspia dan modernisasi fasilitas

di Neka dan daerah lainnya. Cina bersimpati dengan upaya Iran

untuk membawa minyak dan gas Laut Kaspia melalui jaringan pipa 33 D. Danny H. Simanjuntak, op.cit, Hal. 70

Page 47: Skripsinya Walid Edit 2007

47

ke sambungan di wilayah Iran selatan untuk pengiriman ke Eropa

dan Asia. Amerika Serikat tegas menentang inisiatif ini, yang akan

memperluas pengaruh Cina dalam bidang ekonomi di Iran ekonomi.

Bagaimanapun, Cina tetap tidak terpengaruh oleh reaksi

negatif AS serta berusaha untuk menjalin hubungan yang lebih erat

dengan Republik Islam. Sikap agresif Cina dalam pasar di Iran telah

berhasil. Cina sekarang menggantikan Jerman dan kekuatan Eropa

lainnya, yang sampai tahun 2006 merupakan mitra dagang terbesar

Iran. Pada tahun 2007, volume perdagangan Iran-Cina meningkat

sebesar 27 persen dan mencapai 15 milyar dolar. 34

Iran memiliki akses langsung ke Laut Kaspia yang

mengandung banyak sumber energi terutama gas alam

menggunakan kesempatan ini untuk mengadakan kerjasama. Pada

tahun yang sama pula, NDC melakukan kerja sama dengan Cina’s

Oilfield Services Ltd untuk pengeboran kedalaman 2000 kaki. Ini

membuktikan wilayah yang mempunyai akses dengan laut Kaspia

sangat strategis untuk energi.

Akibat dari akses ke wilayah Laut Kaspia, Iran secara otomatis

menjadi salah satu negara vital yang dilewati oleh pipa-pipa minyak

dan gas menuju Asia, seperti ke India, Pakistan, dan Cina. Cina

secara kebetulan berada di timur Iran. Negara-negara penghasil 34Manochehr Dorraj and Carrie L. Currier, Op.cit

Page 48: Skripsinya Walid Edit 2007

48

minyak dan gas dari wilayah Laut Kaspia pada umumnya

mengekspor kebutuhan energi Asia melalui 2 negara, yakni Iran dan

Afghanistan.

Cina juga akan mengadakan perjanjian kerjasama yang “sah”

dengan Iran untuk pengembangan proyek ladang gas di Pars

Selatan. Cina megajukan proposalnya melalui perusahaan

minyaknya yaitu CNOOC kepada perusahaan Iran. Investasi yang

dikeluarkan oleh Cina berjumlah 16 miliar dolar (8,2 miliar

poundsterling). Kemudian perusahaan lainnya yaitu CNPC,

kelompok energi terkemuka di Cina, memiliki kesepakatan untuk

mengembangkan sejumlah proyek minyak dan gas di Iran. Di

lapangan Azadegan Utara, terdapat proyek senilai setidaknya 2

milyar dolar yang akan menghasilkan 120.000 meter kubik per hari.

Di kawasan Pars Selatan, terdapat proyek dimana CNPC

mengembangkan fase 11. CNPC mengumumkan kesepakatan

terkait proyek Pars Selatan. CNPC juga menandatangani suatu

kesepakatan dengan perusahaan Iran yaitu NIOC (National Iranian

Oil Company), dengan nilai hampir mencapai 5 milyar dolar untuk

mengembangkan ladang gas Pars Selatan, mengambil alih proyek

dari perusahaan minyak Perancis, Total. Pars Selatan merupakan

"reservoir" gas terbesar dunia dan sahamnya dimiliki oleh Iran dan

Page 49: Skripsinya Walid Edit 2007

49

Qatar.35 Terdapat sekitar 14 milyar meter kubik gas alam di wilayah

tersebut yang dapat memenuhi kebutuhan energi di kawasan Eropa

selama seperempat abad. Kesepakatan ini di tanda tangan oleh

kedua belah pihak pada Juni 2009.

Perusahaan minyak Perancis yaitu Total telah

menandatangani kontrak dengan NIOC pada tahun 2004 untuk

membangun fase ke 11 di wilayah Pars Selatan. Menurut pejabat

dari Iran, perusahaan Perancis tersebut membatalkan kerjasamanya

untuk jangka waktu yang sangat lama dikarenakan adanya tekanan

dari Amerika Serikat. Kemudian proyek ini jatuh ketangan Cina

karena Cina berusaha mempercepat laju perekonomiannya dan

peningkatan yang tinggi terhadap sumber energi. Keuntungan Iran

tidak hanya bersumber dari investasi Cina akan tetapi juga berasal

dari perjanjian kerjasama yang menunujukkan bahwa Teheran ingin

menarik kolega bisnis dengan memberikan proyek-proyek besar

meskipun mendapat sangsi internasional.

Pada Agustus, media nasional Iran melaporkan bahwa

delegasi Cina telah menandatangani kerjasama yang mana akan

melibatkan pihak Cina secara keseluruhan dalam ekplorasi gas 130

juta dolar sebagai program peningkatan kapasitas energy untuk

35 “Hubungan China-Iran, sebagai sekutu dekat”, http://www.suaramedia.com/artikel/opini/17387.html diunduh pada tanggal 2 Agustus 2010 pukul 13.00 WIB

Page 50: Skripsinya Walid Edit 2007

50

Cina. Pada bulan Juli, MoU telah ditanda tangani oleh pihak Sinopec

untuk mengembangkan daerah sumber energi di Abadan dan

membangun eksploasi selat Hormuz. Laporan dari Beijing dalam

konferensinya mengatakan bahwa proyek pengembangan energy

minyak dan gas ini senilai 42,8 miliar dolar. The International Gas

Report melaporkan pada quarter kedua tahun 2009 CNPC, Sinopec

dan perusahaan Cina lainnya telah menerima aset sebesar 14,6

miliar dolar dari kawasan Timur Tengah dan Asia Tengah.36

Menteri Luar Negeri Inggris mengatakan bahwa dalam

pengamatannya hanya ada Beijing yang masih berinvestasi secara

massal di Iran. Tekanan politik, masalah keuangan yang disebabkan

oleh pembatasan perbankan dan pemulihan ekonomi yang tidak

pasti, dilakukan perusahaan seperti Total, Shell, ENI dan Statoil

untuk memperbarui investasi mereka di Iran. Cina, yang tidak

memiliki berbagai kendala dan berkaitan dengan pengamanan

kebutuhan energi jangka panjang, telah memimpin investasi sejak

tahun 2005. Menteri Perminyakan Iran Masoud Mirkazemi

mengatakan para pemimpin Cina tidak akan "memungkinkan orang

lain untuk campur tangan" ketika datang ke Beijing mewakili

Teheran. Dia mengatakan bahwa kami memiliki kerjasama yang

baik dengan Cina. Iran mengucapkan selamat kepada 36 Willem van Kemenade, Op.cit, hal. 117

Page 51: Skripsinya Walid Edit 2007

51

kepemimpinan Cina yang mencari kepentingan bangsanya dan

ingin memiliki sumber energi yang aman.

Sebelumnya di tahun 2008, Iran melaksanakan perjanjian

kejasama dengan Cina yang bernilai 2 milyar untuk menjualnya 2,5

juta ton metrik gas alam cair (LNG) per tahun selama 25 tahun,

sehingga ini merupakan pembelian terbesar di dunia dalam sektor

energi yaitu gas alam37. Beberapa saat kemudian, Sinopec dan

NIOC menandatangani kontrak yang memungkinkan Cina untuk

membeli 250 juta ton LNG dari Iran selama 30 tahun kedepan.

Kesepakatan ini diperkirakan senilai 70-100 miliar dolar. Selain itu,

CNPC juga diberi hak untuk berinvestasi di wilayah Yadavaran.38

Bagi Cina, ini sangat jelas menguntungkan, sebab sekalipun

Cina dapat menutupi kebutuhan energinya hingga beberapa dekade

kedepan namun Negara tersebut harus memiliki pasokan lebih yang

akan dipakai utuk menunjang percepatan pertumbuhan ekonomi

nasional Cina. Akibat pesatnya pertumbuhan ekonomi Cina dalam

beberapa tahun terakhir. Karena itu menjalin kerjasama yang lebih

erat dengan Iran merupakan kesempatan emas untuk mendukung

proses pertumbuhan ekonominya. Lebih dari itu, Iran juga menjalin

kerjasama yang lebih luas lagi dengan Cina untuk dapat menunjang

37 Manochehr Dorraj and Carrie L. Currier, Op.cit 38 Willem van Kemenade, Op.cit

Page 52: Skripsinya Walid Edit 2007

52

pembangunan di kedua negara. Iran mendapat bantuan teknologi

senjata dari Cina serta dukungan politik yang sangat penuh dari

Cina terkait dengan masalah program teknologi nuklirnya yang

menjadi sorotan dunia.

III. B. Kepentingan Iran dalam Kerjasama dengan Cina di

Bidang Energi Gas Alam Terkait dengan Tekanan AS atas

Isu Nuklir Iran

Sebenarnya program tersebut telah dilaksanakan masa

pemerintahan Shah Iran atas persetujuan Amerika Serikat pada

waktu itu. Pada saat itu AS menjadi penyokong utama program

nuklir Iran karena pada saat itu pemerintahan yang berkuasa

sangat mendukung AS dan Sekutunya. Kemudian terjadi

pergolakan di dalam negeri yang mengakibatkan terjadinya

Revolusi Islam dan menjadikan Iran menjadi Negara Republik Islam

Iran. Hal ini mengakibatkan program nuklir Iran menjadi terhenti

karena tidak mendapat bantuan oleh Amerika Serikat sebagai

penyokong utama. Pemerintah yang berkuasa pada waktu itu

sangat tidak menyukai Negara-negara Barat karena menurutnya

sifat Negara-negara Barat terutama Amerika Serikat cenderung

Page 53: Skripsinya Walid Edit 2007

53

melakukan Imperialisme terhadap Negara-negara lainnya terutama

Negara-negara kecil dan Negara-negara berkembang.

Kemudian pada masa pemerintahan Presiden Khatami,

program ini mulai di jalankan kembali. Alasan utamanya adalah

Presiden Khatami lebih moderat dan mau bekerja sama dengan

Amerika Serikat. Program ini mulai dijalankan dengan bantuan

Amerika Serikat dengan catatan bahwa Amerika Serikat

mendapatkan sumber energi Iran yaitu minyak dan gas.

Setelah pemerintahan Presiden Khatami berakhir, Iran mulai

dipimpin oleh Presiden Ahmadinejad yang notabene adalah

kelompok Konservatif yang sangat pro terhadap pemimpin besar

Iran yaitu Ayatollah Khomeini. Seperti yang diketahui bahwa

Khomeini sangat membenci Negara Barat terutama Amerika

Serikat. Ahmadinejad dinilai Barat merupakan penghalang bagi

terciptanya kerjasama antara Iran dan Negara Barat. Kebijakan

akan program nuklir tanpa campur tangan Barat dinilai sangat

bertentangan dengan Negara-negara tersebut karena menurut

mereka Iran akan melakukan pengayaan uranium yang mengarah

kepada senjata pemusnah massal atau Weapon Mass Development

(WMD). Akan tetapi tuduhan tersebut dibantah oleh Iran. Iran

menganggap bahwa Iran berhak untuk mengembangkan program

Page 54: Skripsinya Walid Edit 2007

54

nuklirnya untuk tujuan damai tidak seperti apa yang dituduhkan

oleh dunia internasional.

Permasalahan juga terletak pada kebocoran informasi tentang

fasilitas nuklir yang dimiliki Iran pada tahun 2002. Hal ini dilakukan

oleh Badan Nasional Perlawanan Iran (National Council of

Resistance of Iran/NCRI). Masih belum diketahui bagaimana

kebocoran ini bisa terjadi, tetapi beberapa pihak menduga informasi

ini disediakan oleh pihak ke-3 dalam hal ini Israel yang telah

terlebih dahulu menawarkan informasi tersebut kepada kelompok-

kelompok oposisi lain sebelum NCRI.39

Terdapat dua daerah yang menjadi pengembangan fasilitas

nuklir Iran yaitu Natanz dan Arak. Masing-masing dikembangkan

pada tahun 2000 dan 1996.40 Informasi menyebutkan bahwa dua

fasilitas ini sudah lebih maju dan menimbulkan kekhawatiran.

Masyarakat dunia internasional sepertinya sudah tahu bahwa Iran

memiliki program nuklir. Namun terus dikembangkan program

tersebut setelah Revolusi Islam yang membuat para presiden

penerus dari Amerika Serikat khawatir termasuk Presiden Clinton.

KekhawatIran tersebut mulai meningkat ketika kunjungan

Pimpinan IAEA (International Atomic Energy Association),

39 Ali M. Ansari, Supremasi Iran, (Jakarta: Zahra Publising House, 2008) hal. 22440 Ibid

Page 55: Skripsinya Walid Edit 2007

55

Mohammad El-Baradei ke Natanz yang tertunda. Iran merasa tak

perlu minta maaf karena tindakan mereka sepenuhnya sesuai

dengan sistem pengamanan yang ditentukan oleh Nuclear Non-

Proliferation Treaty (NPT)41 yang menyatakan bahwa mereka hanya

perlu mereka hanya perlu memberi tahu jika bermaksud

mengayakan uranium. Keberadaan dua daerah yaitu Natanz dan

Arak menunjukkan bahwa inilah yang mereka ingin lakukan dan

bahwa kemudian mereka bermaksud membangun fasilitas yang

mengayakan uranium melalui pembangunan reaktor air berat.

Namun demikian, para pejabat Iran mengatakan mereka harus

memberi tahu IAEA hanya setelah memulai proses pengayaannya.

Dengan kata lain, setelah semua persiapan selesai.

Menurut mereka, kerahasiaan persiapannya karena negara-

negara nuklir itu sendiri tidak memenuhi kewajiban mereka

berdasarkan NPT untuk memfasilitasi pembangunan pembangkit

listrik tenaga nuklir sipil di Iran, salah satu poin dari perjanjian. Para

pejabat Iran terus bertanya, mengapa Iran terus menjadi sorotan

utama dari pihak Barat, sementara Israel yang baru-baru ini

mengembangkan nuklir serta Pakistan dan India yang juga

mengembangkan teknologi ini tidak dipermasalahkan. Tidak ada

41 NPT merupakan suatu perjanjian yang disepakati oleh Negara-negara yang mempunyai senjata nuklir. Tujuannya adalah untuk membatasi dan mengurangi penggunaan senjata nuklir oleh Negara-negara di dunia.

Page 56: Skripsinya Walid Edit 2007

56

satupun negara yang disebutkan diatas masuk dalam NPT, secara

politis masih tetap meragukan. Hal ini menunjukkan bahwa negara-

negara yang menandatangani pakta internasional itu jauh lebih

dirugikan daripada mereka yang melanggar konvensi internasional.

Bagi Iran, tekanan yang terjadi adalah sepenuhnya bersifat politis.

Oleh karena itulah Iran sangat berupaya keras dalam

memenuhi tujuan nasional dan kepentingannya dengan cara

menjalin kerjasama energi khususnya di sektor gas alam dengan

merangkul Cina sebagai mitra atau “teman” yang sangat berpotensi

menguntungkan baik itu secara ekonomi maupun politik.

Cina yang merupakan salah satu anggota tetap DK PBB

adalah negara yang dianggap dapat mengimbangi kekuatan AS.

Dalam hal ini juga Cina sangat berupaya mendukung Iran yang

sedang mengalami tekanan dari dunia internasional. Alasannya

adalah karena Cina dapat memperoleh sumber energi yang dimiliki

oleh Iran khususnya energi gas alam.

Dalam dukungannya terhadap Iran, Cina telah menyampaikan

desakannya kepada IAEA untuk segera memikirkan solusi terbaik

mengenai masalah program pengembangan nuklir Iran. Cina

menyatakan bahwa IAEA harus segera mencegah penyebaran

senjata nuklir di dunia serta dapat menjamin kebebasan dan

Page 57: Skripsinya Walid Edit 2007

57

legalitas suatu negara dalam mengembangkan teknologi nuklir

untuk tujuan-tujuan damai, layaknya yang kini dilakukan oleh Iran.

Sebenarnya Iran dengan Cina secara rahasia telah melakukan

kerjasama nuklir di tahun 1980-an. Pada Juni 1985, Cina

menandatangani China-Iran Nuclear Cooperation Agreement (NCA).

Dalam perjanjian ini, Cina menyediakan reaktor kecil sebagai alat

uji coba dan calutrons yang digunakan untuk pemisahan isotop

uranium secara eksperimental atau uji coba. Kerjasama nuklir

berlanjut sampai tahun 1990-an, dengan sejumlah perjanjian nuklir

secara bilateral yang ditandatangani antara Iran dan Cina membuat

meningkatnya kecemasan AS terhadap peran Cina dalam ambisi

nuklir Republik Islam itu. Tekanan AS bertujuan untuk

menggagalkan beberapa proyek reaktor yang dijalankan dengan

kerjasama Iran-Cina, akan tetapi banyak diantaranya telah

dilakukan. Cina memasok Iran dengan bantuan teknis, pelatihan,

dan pengayaan uranium serta fasilitas konversinya. Pada tahun

1997 Cina berjanji kepada AS bahwa akan menghentikan semua

kerjasama nuklir dengan Iran, namun ada beberapa laporan bahwa

pemerintah Cina dan sejumlah perusahaan swasta Cina terus

memasok peralatan nuklir dan material kepada Republik Islam.42

42 J. Brandon Getry, Op.cit, hal 118

Page 58: Skripsinya Walid Edit 2007

58

Cina juga ikut berusaha meyakinkan Amerika Serikat dan

sekutunya mengenai tujuan damai pengembangan nuklir Iran. Lebih

jauh dari itu, Cina juga dapat memberikan perlindungan

diplomatiknya terhadap Iran, terkait dengan program

pengembangan nuklirnya. Inilah yang kemudian menjadi ketakutan

AS. AS menilai bahwa, Cina merupakan kekuatan besar yang dapat

menopang kehendak Iran dalam mengembangkan nuklirnya. Bukan

tidak mungkin, suatu saat Cina akan menggunakan hak vetonya

dalam mendukung Iran saat terjadi perdebatan panjang di tubuh

PBB, terkait pembahasan solusi krisis nuklir Iran.

Cina terus menggalang kekuatan untuk menolak keras usaha

Amerika dalam menjebloskan kasus krisis nuklir Iran ke tangan

Dewan Keamanan PBB. Bagi Cina, bila krisis nuklir Iran ke tangan

DK PBB, maka ketegangan dan perdebatan panjang antara pihak-

pihak yang berselisih akan sulit diakhiri, sebab Amerika Serikat

sendiri cenderung menguasai DK PBB dan berusaha menggunakan

kendaraan politiknya untuk menyelesaikan program nuklir Iran.

Jadi, sudah sangat jelas bagaimana Cina akan memainkan perannya

dalam mendukung program nuklir Iran.

Walaupun tidak jelas sejauh mana Cina telah memberikan

kontribusi terhadap dukungan program nuklir Iran, sebagian besar

Page 59: Skripsinya Walid Edit 2007

59

menduga bahwa Cina telah memainkan peran penting dalam

pengembangan program nuklir Iran itu. Mengingat posisi Iran

semakin penting dalam strategi energi Cina, dikhawatirkan bahwa

Iran akan menggunakan posisi untuk meningkatkan bantuan nuklir

yang lebih dari Cina. Kekhawatiran ini diperkuat oleh dukungan Cina

baru-baru ini kepada Iran terhadap kebuntuan hubungan dengan

Amerika Serikat dan sekutunya.

Pada tanggal 6 November 2004 Menteri Luar Negeri Cina, Li

Zhaoxing, memberikan pernyataan dalam suatu pertemuan bahwa

masalah pengembangan energi nuklir di Iran harusnya diselesaikan

secara baik-baik dan tidak usah dibawa ke DK PBB. Menteri Luar

negeri Cina juga menyatakan bahwa negaranya akan melakukan

veto terhadap kebijakan DK PBB apabila memberikan sangsi berupa

invasi militer kepada Iran, walaupun Cina belum secara pasti akan

benar-benar menngeluarkan vetonya.43

Meskipun demikian, dukungan politik Cina terhadap

pengembangan nuklir Iran dan dukungan teknis memperkuat aliansi

Iran dengan Cina dan hal ini juga sangat meningkatkan posisi Iran.

Alasannya adalah karena Cina sangat bergantung pada Iran dalam

hal sumber energi, Cina mungkin akan menentang setiap sanksi

43 Kusuma, Dwijaya, China Mencari Minyak Keseluruh Dunia 1990-2007, Jakarta: CCS, 2008, hal. 68

Page 60: Skripsinya Walid Edit 2007

60

secara signifikan yang merugikan kerjasama di bidang energi

antara Iran dengan Cina. Sama seperti kondisi perdagangan dengan

Cina yang telah membantu Iran berhasil dari keterpurukan sangsi

ILSA,44 kerjasama di bidang energi gas ini antara Iran-Cina

memungkinkan Iran untuk menyerap efek samping dari sanksi

terkait dengan program pengembangan nuklirnya. Selain itu,

dengan membantu Iran melawan Amerika Serikat, Cina dapat

memperbaiki citranya di kawasan ini, memposisikan dirinya sebagai

pusat kekuatan politik yang mampu menjaga dan menandingi

Amerika Serikat. Berkaitan dengan program nuklir Iran. Iran

menyatakan bahwa program tersebut bertujuan damai bukan

semata-mata untuk pengembangan senjata akan tetapi untuk

sumber energi alternatif pembangkit tenaga listrik.

Iran begitu jeli dalam melihat Negara mana saja yang dapat

diajak bekerjasama sekaligus memiliki kekuatan untuk mendukung

program nuklir Iran. Strategi kerjasama yang ditawarkan Iran dalam

bidang energi gas kepada Cina, berbanding lurus dengan

konsekuensi dukungan politik yang didapat Iran. Artinya, Iran

mampu menhadirkan tawaran-tawaran kerjasama yang

44 ILSA atau kepanjangan dari Iran-Libya Sanction Act adalah sebuah sanksi kepada Iran dan Libya dari Amerika Serikat melalui PBB. kedua Negara ini dinilai Amerika sebagai Negara yang tidak patuh terhadap hukum intenasional. Sanksi ini diberikan ketika presiden Clinton berkuasa. Clinton mengeluarkan sanksi ini karena Iran dan Libya mengembangkan nuklir.

Page 61: Skripsinya Walid Edit 2007

61

menggiurkan dalam bidang energi, maka secara otomatis Cina akan

membalasnya dengan memberikan dukungan penuh terhadap

program nuklir Iran. Sebuah setting politik yang amat strategis dan

jitu yang telah dilaksanakan Iran bagi kemakuran rakyatnya.

Dalam hal ini juga, Kerjasama yang baik antara Iran dan Cina

dapat terwujud karena Cina berhasil memposisikan dirinya sebagai

“mitra” yang baik dan keduanya mampu meyakinkan bahwa baik

Iran maupun Cina tidak mempunyai potensi untuk saling memusuhi.

Kedua belah pihak saling menemukan potensi menjadi sekutu yang

berguna dalam urusan global. Sebagai anggota Dewan Keamanan

PBB, Cina dapat memberikan Iran sebuah pengamanan, khususnya

sekarang bahwa Iran telah mendapat tekanan besar dari Amerika

Serikat dan sekutu-sekutunya untuk pengayaan uranium. Selain itu,

munculnya Iran sebagai aktor utama di Timur Tengah dan penyedia

energi terutama dalam bidang gas alam sangat membantu untuk

kepentingan politik dan ekonomi Cina di kawasan itu. Cina juga

berharap hubungan yang erat dengan Iran akan membantu

mengendalikan minoritas Muslim yang sedang bergolak di propinsi

Xinjiang dimana kegiatan separatis mengancam stabilitas di wilayah

Cina.

Page 62: Skripsinya Walid Edit 2007

62

Cina juga memiliki modal yang diperlukan Iran yang saat ini

tidak memiliki kemampuan teknologi untuk secara substansial

meningkatkan dan memodernisasi infrastruktur energi Iran dalam

memperluas ekspor energi terutama gas alam. Sebagian besar

teknologi hanya ada di tangan perusahaan-perusahaan Amerika

dan Eropa Barat. Menurut IAEA, dalam rangka untuk meningkatkan

output secara substansial, Iran membutuhkan sekitar 16 miliar dolar

untuk merubah infrastruktur energi selama 25 tahun ke depan.

Tidak seperti Arab Saudi yang surplus dengan belas kasihan

investor asing terutama Amerika Serikat dan Negara Barat.

Saat ini kebijakan Amerika Serikat melarang perusahaan-

perusahaan energi Amerika melakukan bisnis di Iran, dan baru-baru

ini, Washington telah secara agresif mengancam akan

mengeluarkan sanksi dan tindakan lain pada perusahaan-

perusahaan Jepang dan Eropa yang tertarik dalam melakukan bisnis

di Iran. Sebuah kombinasi dari kedua faktor - iklim usaha tidak

menarik dan persyaratan kontrak politik terkadang menajadi

kendala dalam investasi global. Akibatnya, Iran membuka sektor

energi dalam hal ini gas dengan investasi asing selain Negara-

negara yang menjadi sekutu dari Amerika Serikat. Ditambah lagi

sanksi PBB yang dikeluarkan tahun 2006, 2007, dan 2008 serta

Page 63: Skripsinya Walid Edit 2007

63

kemungkinan sanksi tambahan di masa depan, memungkinkan

tekanan tambahan pada calon investor untuk tidak berinvestasi di

Iran.

Menurut Roger Stern dari Johns Hopkins University bahwa

sejak lebih dari 80 persen devisa Iran berasal dari ekspor energi,

Iran memerlukan tenaga nuklir sebagai sumber energi dalam

negeri. Hal ini akan memungkinkan pemerintah untuk ekspor energi

untuk menghasilkan pendapatan dalam melaksanakan program-

programnya. Kemudian, energi tersebut disubsidi oleh negara,

sehingga menjadi sangat murah untuk konsumen (30-40 sen per

galon). Jumlah total subsidi energi dalam negeri untuk 20-30 miliar

dolar per tahun dan biaya pemerintah 15 persen dari GDP45. Ini

berarti penjualan sumber energi dalam negeri tidak

menguntungkan. Memiliki tenaga nuklir untuk memenuhi

kebutuhan dalam negeri akan memungkinkan pemerintah untuk

menjual sebagian besar kapasitas produksi energi pada pihak asing

dan menghasilkan pendapatan tambahan.

Kerjasama dalam bidang energi gas juga bisa dikatakan

bersifat simbiosis mutualisme atau saling menguntungkan, dimana

Cina membutuhkan alternatif energi selain minyak yaitu gas dari

Iran. Kedua Negara sama-sama mengangkat issue kedaulatan, 45 Willem van Kemenade, Op.cit,

Page 64: Skripsinya Walid Edit 2007

64

dalam hal ini Cina mendukung Iran dalam menyikapi reaksi Amerika

Serikat dan Negara-negara Uni Eropa berkaitan dengan program

nuklirnya.

Di lain pihak, Cina juga tidak mau “terkesan” terlalu

mendukung Iran dan “memusuhi” Amerika Serikat pada waktu yang

bersamaan karena itu Cina memilih jalan “damai” yaitu mencoba

bersikap netral ataupun abstain ketika pembahasan mengenai

sangsi terhadap Iran dibahas di DK PBB. Pada Desember 2006, Duta

Besar Cina untuk PBB mengatakan bahwa sanksi bukan tujuan

tetapi sarana untuk mendesak Iran supaya kembali ke perundingan.

Sanksi yang diterapkan saat ini sangat terbatas dan dapat berubah

serta ditargetkan pada kegiatan pengayaan nuklir secara sensitif

dan pengembangan sistem pengiriman senjata nuklir. Ada juga

ketentuan eksplisit yang menunjukkan bahwa jika Iran

menghentikan program pengayaan yang terkait dan pengolahan,

Dewan akan menangguhkan dan mengakhiri sanksi itu.46 Di satu

sisi, Cina berusaha menyeimbangkan cara menjaga image-nya

terhadap dunia internasional, khususnya terhadap Amerika Serikat,

di sisi lain Cina juga tidak mau kehilangan sumber energinya yaitu

Iran.

46 Willem van Kemenade, Op.cit, 85

Page 65: Skripsinya Walid Edit 2007

65

Proyek-proyek yang telah disepakati oleh Cina seperti yang

sudah disebutkan di atas yang berasal dari penjualan energi

khusunya gas, bertujuan untuk membiayai pembangunan ladang

eksplorasi. Dari besarnya beberapa nilai proyek membuat Amerika

Serikat menjadi risih karena Amerika Serikat menduga untuk

mendanai program nuklir Iran.

Usaha Iran dalam merangkul Cina terbilang berhasil. Di Asia,

Iran memiliki “teman” yang siap membelanya dari hadangan sikap

serakah Amerika Serikat. Lebih dari itu, Cina juga cukup bisa

diandalakan untuk membantu Iran dalam membangun fasilitas-

fasilitas reactor nuklirnya dengan kerjasama energi gas. Sangatlah

wajar jika AS menahan diri dalam kasus ini, Cina bukan negara yang

dapat disingkirkan begitu saja saat tampil membela dan

mendukung pengembangan nuklir Iran.

Page 66: Skripsinya Walid Edit 2007

66

BAB IV

KESIMPULAN

Kerjasama merupakan suatu hal yang penting dalam dunia

internasional. Dengan hal tersebut negara-negara dapat melakukan

interaksinya serta dapat juga mengambil suatu keuntungan dari

kerjasama. Iran yang saat ini menjadi sorotan dunia menggunakan

kerjasama untuk memperoleh tujuan dan kepentingan nasional.

Program nuklir Iran yang dianggap berbahaya oleh berbagai negara

khususnya Amerika Serikat dan Sekutunya menjadi suatu

permasalahan yang saat ini terjadi . Untuk itu, Iran berupaya penuh

dalam mengatasi tekanan-tekanan yang datang pada dirinya

Page 67: Skripsinya Walid Edit 2007

67

dengan melakukan kerjasama dalam bidang energi gas alam.

Upaya yang dilakukan oleh Iran adalah menjalin kerjasama dengan

Cina.

Kerjasama yang dijalankan oleh Iran-Cina dalam bidang

energi gas alam sangat menguntungkan dilihat dari sisi Cina dapat

menutupi kebutuhan energinya hingga beberapa dekade kedepan

namun negara tersebut harus memiliki pasokan lebih yang akan

dipakai utuk menunjang percepatan pertumbuhan ekonomi nasional

Cina. Akibat pesatnya pertumbuhan ekonomi Cina dalam beberapa

tahun terakhir. Karena itu menjalin kerjasama yang lebih erat

dengan Iran merupakan kesempatan emas untuk mendukung

proses pertumbuhan ekonominya. Lebih dari itu, Iran juga menjalin

kerjasama yang lebih luas lagi dengan Cina untuk dapat menunjang

pembangunan di kedua negara. Iran mendapat bantuan teknologi

senjata dari Cina serta dukungan politik yang sangat penuh dari

Cina terkait dengan masalah program teknologi nuklirnya yang

menjadi sorotan dunia.

Page 68: Skripsinya Walid Edit 2007

68