skripsi - digilib.uns.ac.id · tenaga kerja outsourcing di kota surakarta (studi kasus di pt. pln...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENERAPAN SISTEM OUTSOURCING DAN HAK-HAK
SOSIAL-EKONOMI TENAGA KERJA OUTSOURCING
DI KOTA SURAKARTA
(Studi kasus di PT. PLN (persero) APJ Kota Surakarta)
SKRIPSI
Disusun Guna Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Ilmu Administrasi
Di susun oleh :
AGUS PANCAWIBOWO
D 0106026
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iiii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah diterima dan disahkan oleh Panitia Penguji Skripsi
Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Pada hari : Selasa
Tanggal : 02 November 2010
Panitia Penguji
Ketua : Drs. Sukadi, M.Si ( ) NIP 192708201976031001
Sekretaris : Drs. Muchtar Hadi, M.Si. ( ) NIP 195303201985031002
Penguji : Drs. Agung Priyono, M.Si. ( ) NIP 195504231981031002
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Dekan
Drs. Supriyadi SN., SU NIP. 195301281981031001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iiiiii
HALAMAN PERSETUJUAN
Disetujui Untuk Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Pembimbing
Drs. Agung Priyono, M.Si.
NIP.195504231981031002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iivv
MOTTO
“Semua impian kita dapat menjadi nyata, jika kita memiliki keberanian untuk mengejarnya.
(Irwanti Melati )
“All our dreams can come true, if we have the courage to pursue them” (Walt Disney)
“Fokus pada satu keinginan memungkinkan pencapaian banyak keinginan” (Mario Teguh)
"We'll Never Walk Alone “ (Liverpool)
“Ada 3 kalimat untuk menjadi sukses : lebih tau dari orang lain, kerja lebih dari orang lain, dan berharap kurang dari orang lain. (Three sentences for getting success: know more than others, work more than others and expect less than
other)” (William Shakesphere)
“Apapun yang pikiran anda dapat bayangkan dan dapat percaya, dapat anda capai. (Whatever your mind can conceive and can believe, it can achieve)”
(Napoleon Hill)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya kecilku ini aku persembahkan untuk:
1. Bapak dan Ibuku, atas semua doa, kasih sayang, pengertian dan
pengorbanan yang diberikan untukku.
2. Adikku, Dwi YahyaWibowo
3. Kakakku, Elfrida Nino Aristachy dan Briant Nino Aditya
4. Keluarga besarku, atas doa dan dukungan yang diberikan sehingga
aku bisa melalui semua tantangan dalam meraih mimpiku.
5. Honeyku, Irwanti Melati, Terima kasih atas doa, dukungan, dan
kasih sayang yang kau berikan untukku.
6. Sahabatku (Khabib Sholeh, Kusuma Sakti, Antonius Awang,
Franciscus Arya, Bram Ardianto, Tri Margono, Nasichun Aviv
Aluwi, Shan Anul Hasani, Danar Aditya Sahar, dan Ari Mukti).
Terimakasih atas persahabatan yang tulus yang kalian berikan
untukku.
7. Teman-teman Low Profile dan Kos Sumadi.
8. Teman-teman Administrasi Negara angkatan 2006. Semoga
kesuksesan selalu menyertai kita.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vvii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur atas rahmad dan karunia illahi Robbi, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Penerapan Sistem Outsourcing Dan Hak-Hak Sosial Ekonomi Tenaga Kerja Outsourcing (Studi Kasus Di PT PLN (Persero) APJ Surakarta). Penyusunan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di di Program Studi Administrasi Negara, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak, maka pada kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan khusus kepada:
1. Drs. Agung Priyono, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan bagi penulis selama ini.
2. Bapak Andjar Riyanto (Spv. Sekretariat) PT PLN (Persero) APJ Surakarta, Bapak Agus Supriyadi dan Ronny Hermawan perwakilan PT. Mulyo Agung Solo dan PT. Sandhy Putra Makmur, yang memberikan informasi dan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.
3. Drs. Sudarto, M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi, Drs. Supriyadi SN., SU. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta, Drs. Sukadi, M.Si selaku pembimbing akademik, Papa dan Mama, Irwanti Melati dan Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam proses penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini jauh dari kesempurnaan hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu kritik dan saran yang menuju kearah perbaikan skripsi ini akan penulis perhatikan. Sebagai kata penutup, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan Program Studi Ilmu Administrasi Negara, serta bagi pihak-pihak yang memerlukannya
Surakarta, Oktober 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vviiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………….
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………...
HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………………..
HALAMAN MOTTO…………………………………………………………
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………....
KATA PENGANTAR………………………………………………………..
DAFTAR ISI………………………………………………………………….
DAFTAR TABEL…………………………………………………………….
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….....
ABSTRAK……………………………………….……………………………
ABSTRACT.....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………….…....……………..
B. Rumusan Masalah……………………….…………………...
C. Tujuan Penelitian……...……………………………………..
D. Manfaat Penelitian………………..……….…………………
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka..………………………….....…………..........
B. Kerangka Pemikiran…………………………………………...
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
x
xi
xii
xiii
1
10
10
11
12
51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vviiiiii
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian……………………........…………….............
B. Lokasi Penelitian ....................................................................
C. Sumber Data …………………………......……….......……….
D. Teknik Pengumpulan Data……………………..…………......
E. Teknik Sampling…..………………………………..…………
F. Validitas Data………………………………..………………..
G. Teknik Analisis Data………………………………………….
H. Keterbatasan peneliti................................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi PT PLN (Persero) APJ Surakarta…….…..............
B. Deskripsi Vendor...................................................................
C. Penerapan sistem outsourcing di PT. PLN (persero)
APJ Surakarta.....................................................................
D. Kesesuaian kapasitas kemampuan tenaga kerja outsourcing
yang dinginkan PT. PLN (persero) APJ Surakarta
kepada perusahaan penyedia tenaga kerja.............................
E. kondisi dan pemenuhan hak-hak sosial ekonomi tenaga
kerja outsourcing antara pihak penyedia dengan (Persero)
54
55
55
57
59
61
62
65
67
81
84
90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iixx
APJ Surakarta………………………………………………….
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………….
B. Saran ..………………………………….………………………
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
95
107
117
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Tabel Halaman
1.1 Penduduk usia angkatan kerja menurut jenis kegiatan dan jenis kelamin di kota surakarta tahun 2008…………………………. 3
1.2 Penduduk bekerja menurut jenis pekerjaan dan jenis kelamin
kota surakarta tahun 2008……………................................... 3
2.1 Perbedaan pokok antara kontrak jasa dengan outsourcing..... 32
2.2 Jenis pekerjaan yang inti (core bisnis) dengan penunjang
PT. PLN................................................................................ 40
4.1 Jenis pekerjaan outsourcing di PT. PLN (persero) APJ
Surakarta ............................................................................... 85
4.2 Jenis pekerjaan kategori outsourcing................................. 86
4.3 Harga SATPAM antara PT. Sandhy PutraMakmur dengan
PT. PLN (persero) APJ Surakarta……………………………. 97
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxii
DAFTAR GAMBAR
Tabel Judul Gambar Halaman
2.1 Konsep tenaga kerja kontrak ............................................................ 26
2.2 Konsep outsourcing................................................................. 31
2.3 Kerangka berpikir Penerapan sistem dan hak-hak social-
ekonomi tenaga kerja outsourcing di PT PLN (Persero) APJ
Surakarta .......................................................................…….. 53
4.1 Struktur organisasi PT. Sandhy Putra Makmur …………...… 83
4.2 Struktur organisasi PT. Mulyo Agung Solo…….......………. 84
4.3 Gambaran kesesuaian kapasitas tenaga kerja outsourcing
yang diharapkan PT. PLN (persero) APJ Surakarta…………. 94
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxiiii
ABSTRAK
AGUS PANCAWIBOWO. D0106026. PENERAPAN SISTEM OUTSOURCING DAN HAK-HAK SOSIAL-EKONOMI TENAGA KERJA OUTSOURCING DI KOTA SURAKARTA (Studi kasus di PT. PLN (persero) APJ Surakarta). Skripsi. Program Studi Administrasi Negara. Jurusan Ilmu Administrasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 2010. 119 Hal.
Penulisan penelitian yang berjudul Penerapan sistem outsourcing dan hak-hak tenaga kerja outsourcing di kota Surakarta (studi kasus di PT. PLN (persero) APJ Surakarta) yang bertujuan untuk mengetahui proses implementasi outsourcing, penyimpangan penggunaan tenaga kerja outsourcing dan mengetahui hak-hak sosial-ekonomi tenaga kerja outsourcing dari peraturan ketenagakerjaan dan keputusan direksi PLN pada tenaga kerja di PT. PLN (persero) APJ Surakarta.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif studi kasus. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara dengan narasumber, fakta-fakta yang ditemukan di lokasi penelitian, dan arsip/ dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Teknik penarikan sampel menggunakan purposive sampling dan snowball sampling. Purposive sampling digunakan ketika peneliti menetapkan narasumber yaitu tenaga kerja outsourcing PT PLN (Persero) APJ Surakarta. Snowball sampling digunakan untuk menentukan siapa narasumber selanjutnya yang mengetahui permasalahan penelitian setelah tenaga kerja outsourcing PT PLN (Persero) APJ Surakarta. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan wawancara, observasi, dan telaah dokumen. Validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode trianggulasi data. Analisis data pada penelitian ini dengan menggunakan model analisis interaktif.
Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa implementasi outsourcing di PT. PLN yaitu : (1) Berpedoman pada peraturan direksi No. 305K/DIR/2010 tentang pengadaan barang /jasa dan UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. Rekrutmen tenaga kerja outsourcing dilakukan oleh perusahaan penyedia tenaga kerja dan PT. PLN (persero) APJ Surakarta, baik lewat tender, penunjukkan langsung, dan koperlis (koperasi karyawan PT. PLN. (2) Terjadi banyak penyimpangan baik dilakukan oleh PT. PLN (persero) APJ Surakarta maupun vendor. Tenaga kerja disamakan seperi barang/produk. Masih rancu pemahaman pihak PT. PLN mengenai konsep kerja kontrak dengan outsourcing. (3) adanya pemotongan gaji oleh vendor kepada tenaga kerja outsourcing (4) Tidak semua perusahaan outsourcing memberikan upah lembur sesuai ketentuan. (5) Tidak semua perusahaan outsourcing mengikutsertakan karyawanya pada program jamsostek.Untuk tunjangan hari raya semua perusahaan outsourcing mengikuti ketentuan yang ada, yakni satu kali gaji bila sudah satu tahun bekerja. Bila belum satu tahun, minimal tiga bulan dengan jumlah pemberian proporsional. Untuk cuti (hamil, haid, sakit, dan tahunan) perusahaan outsourcing mengikuti ketentuan yang ada, tetapi tenaga kerja umumnya tidak mengambil cuti haid dan tidak memperoleh cuti tahunan karena kontraknya selalu diperpanjang setiap satu tahun sekali. Untuk hak mogok dan ikut serikat pekerja umumnya tenaga kerja outsourcing di PT. PLN tidak mengikti karena takut terhadap masa depannya. Pesangon juga tidak didapatkan para pekerja outsourcing. Dan tidak mempunyai peluang karir untuk promosi jabatan maupun menjadi karyawan tetap.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxiiiiii
ABSTRACT
AGUS PANCAWIBOWO. D0106026. THE IMPLEMENTATION OF OUTSOURCING SYSTEM AND SOSIAL ECONOMIC RIGHTS OF OUTSOURCING LABOUR IN SURAKARTA CITY ( A Study Case at PT.PLN (Persero) APJ Surakarta). Thesis. State Administrative Departement. Departement of Administrative Science. Sosial and Political Science Faculty. Sebelas Maret University. Surakarta. 2010. Page 116.
Writing the research, entitled the implementation of outsourcing system and social economic rights outsourcing labour in the city of Surakarta (A Study Case at PT.PLN (Persero) APJ Surakarta) which aims to determine the implementation of outsourcing process, the diversion in the use of labour outsourcing and to know the social economic rights of outsourcing labour from the rule of labour and PT. PLN decisionin PT. PLN Persero APJ Surakarta. The research methodology used in this research is study case qualitative descriptive research method. Sources of data in this study obtained by interviews with resources person the facts found in the research location and archives/ documents related to research. The sampling technique uses a purposive sampling and snowball sampling. Purposive sampling is used when researcber establish resources person, that is, outsourcing labour at PT. PLN Persero APJ Surakarta. Snowball sampling Is used to determine who the next resource person who knows the problematica of the research after outsourcing labour PT PLN ( Persero) APJ Surakarta. Techniques Collecting data used in this study is interview, observation and documents review. The validity of the data used in this research is triangulation data method. Analysis of the data in this study uses an interactive model. Based on the research, concluded that the implementation of outsourcing in the PT.PLN : (1) Based on the regulation of the directors No. 305K/DIR/2010 about procurement and Law 13 of 2003 concerning employement. Recruitment of labour force outsourcing conducted by the labour company and PT. PLN (Persero) APJ Surakarta, either through tender, direct performance and koperlis(cooperative of empoloyess PT.PLN. (2) Employee recruitment done by outsourcing company or representatives of PLN. (3) A pay cut by the vendor of outsourcing labour force of outsourcing. (4) Not all of outsourcing companies give fee overtime as certainty. (5) Not all outsourcing companies include its employee to Jamsostek program. All of outsourcing companies follow the rule to support aid the holiday, that is, once pay if it has been work for a year. If not, at least 3 months with proporsional fee. To leave (pregnancy, menstruation, illness, annual) outsourcing companies follow the rule, but commonly, the employee don’t leave for menstruation and don’t get annul leave because their contract always take a long in every once a year. Generally, the employee in outsourcing companies in PT.PLN don’t follow the strike right and labour united because they are afraid with their’s future. The separation pay also not given to the employee’s outsourcing. And they don’t have carrier opportunity to position promotion or become permanent employee.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Ditengah derasnya arus persaingan bisnis, para pengusaha diharuskan
untuk meraih keunggulan kompetitif untuk dapat bertahan dalam dunia usaha.
Berbagai macam cara dilakukan untuk mencapai efektivitas dan efisiensi
perusahaan, salah satunya dengan mengurangi jumlah sumber daya manusia yang
ada. Dalam perampingan sumber daya manusia yang ada, perusahaan umumnya
memlilih untuk merekrut para pekerja melalui Outsourcing Dan Kerja Kontrak,
disamping melakukan enrichment job pada pegawai tetap yang ada. Hal ini dinilai
lebih efisien, terutama dalam konteks biaya Sumber Daya Manusia perusahaan.
Outsourcing (Alih Daya) diartikan sebagai pemindahan atau pendelegasian
beberapa proses bisnis kepada suatu badan penyedia jasa, dimana badan penyedia
jasa tersebut melakukan proses administrasi dan manajemen berdasarkan definisi
serta kriteria yang telah disepakati oleh para pihak. Dalam hukum ketenagakerjaan
di Indonesia (Pasal 64 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan) , outsourcing diartikan sebagai pemborongan pekerjaan dan
penyediaan jasa tenaga kerja.
Outsourcing tidak dapat dipandang secara jangka pendek saja, dengan
menggunakan outsourcing perusahaan pasti akan mengeluarkan dana lebih
sebagai management fee perusahaan outsourcing. Outsourcing harus dipandang
secara jangka panjang, mulai dari pengembangan karir karyawan, efisiensi dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
bidang tenaga kerja, organisasi, benefit dan lainnya. Perusahaan dapat fokus pada
kompetensi utamanya dalam bisnis sehingga dapat berkompetisi dalam pasar,
dimana hal-hal intern perusahaan yang bersifat penunjang (supporting) dialihkan
kepada pihak lain yang lebih profesional.
Wacana mengenai outsourcing di Indonesia, bukan merupakan hal yang
baru dalam perusahaan, khususnya dalam hal Hubungan Industrial. Hampir setiap
tanggal 1 Mei (Mayday), yaitu saat hari Buruh, hampir semua organisasi
masyarakat maupun serikat pekerja menolak hal tersebut karena dinilai tidak
manusiawi dan hanya menyengsarakan para tenaga kerja. Selain itu, sistem kerja
tersebut dinilai merugikan para pekerja karena tidak memberikan jaminan dalam
bentuk apapun selama mereka bekerja.
Berbicara mengenai Hubungan Industrial, tidak terlepas adanya tripartit,
yaitu: pekerja, pengusaha dan pemerintah. Dalam hal outsourcing ini, nampaknya
belum ada garis tengah antara pengusaha dan pekerja yang ditengahi oleh
pemerintah. Pemerintah hendaknya memberikan definisi yang jelas untuk sistem
alih daya (outsourcing) yang ada pada Undang-undang No.13/2003 tentang
Ketenagakerjaan, untuk mengatur penerapan sistem penggunaan tenaga kerja itu
oleh perusahaan, karena dalam pasal 59 dan 64 belum diterangkan secara jelas,
bagaimana mekanisme sistem kerja kontrak dan outsourcing, sehingga banyak
terjadi kesalahpahaman konsep antara keduanya.
Sebagaimana diketahui tingkat pengangguran di indonesia cukup tinggi,
sebesar 9,43 juta orang atau 8,46% pada bulan februari 2008 (Biro Pusat Statistik,
2008), dan 8,14% pada tahun 2009. Berdasarkan hasil survey angkatan kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
nasional (SAKERNAS) tahun 2008 jumlah penduduk kota Surakarta yang berusia
15 tahun keatas tercatat 418.201 orang. Total terdiri dari 201.809 pnduduk laki-
laki dan 216.392 orang penduduk perempuan. Untuk tingkat pengangguran di kota
surakarta tahun 2008 mencapai 9,57% (BPS kota surakarta 2008), mengakibatkan
daya tawar tenaga kerja yang rendah. Berdasarkan tabel 1.1 dibawah jumlah
pengangguran di kota Surakarta tahun 2008 mencapai 26.574 orang. Dimana dari
26.574 penganggur, 67,49% adalah penganggur laki-laki dan 32,51% adalah
penganggur perempuan.
Tabel 1.1
Penduduk usia angkatan kerja menurut jenis kegiatan dan jenis kelamin di
kota Surakarta tahun 2008
Jenis kegiatan Jenis kelamin jumlah
Laki-laki Perempuan
1 2 3 4
Bekerja 140.622 110.479 251.101
56,00% 44,00% 100%
Pengangguran 17.934 8.640 26.574
67,49% 32,51% 100%
Angkatan kerja
158.556 119.119 277.675
57,10% 42,90% 100%
Sumber : data disosnakertrans
Tabel 1.2
Penduduk Bekerja Menurut Jenis Pekerjaan Dan Jenis Kelamin di Kota
Surakarta tahun 2008.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Golongan pokok jabatan Pencari kerja Lowongan pekerjaan
Laki-laki
Perempuan Jumlah Laki-laki
perempuan Jumlah
Tenaga professional, teknisi dan tenaga lain
1093 1456 2558 209 255 464
Tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan
150 163 313 135 136 271
Pejabat pelaksana, tenaga tata usaha.
1046 1484 2530 138 190 328
Tenaga usaha penjualan 305 398 703 377 544 921
Tenaga usaha jasa 163 140 303 563 284 847
Tenaga usaha pertanian, perkebunan, ternak, ikan hutan dan perburuan.
156 179 335 20 - 20
Tenaga produksi Op alat angkutan dan pekerja kasar
407 414 822 278 635 913
Jumlah 3321 4243 7564 1720 2044 3764
sumber : Dinsosnakertrans tahun 2008
Para penganggur ini terpaksa menerima tawaran pemberi kerja (vendor)
meskipun tidak sesuai dengan persyaratan yang seharusnya. Dalam hal ini
pertimbangan moral para agen memainkan peran yang penting sehubungan
dengan pengelolaan tenaga kerja. Menghadapi perilaku agen yang tidak
bertanggung jawab, tenaga kerja tidak berdaya. mereka tidak mampu
memperbaiki posisinya sendiri, terpaksa mengalami berbagai hal yang tidak
menyenangkan. Realitas yang terjadi, banyak agen yang tidak membayar gaji
sesuai kebutuhan hidup layak, membuat kontrak kerja yang kurang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
menguntungkan tenaga kerja, tidak memberikan jaminan masa depan,
perlindungan kerja yang kurang, dan lain-lain.
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan menjadi
dasar hukum bagi perusahaan penyedia tenaga kerja maupun perusahaan
pengguna jasa tenaga kerja outsourcing. PT. PLN (persero) APJ Surakarta
mempunyai kebijakan yang mengatur mengenai outsourcing, dengan peraturan
direksi PLN No. 305.K/DIR/2010 tentang pedoman pengadaan barang dan jasa.
Jenis pekerjaan yang di outsourcing di PT. PLN (persero) APJ Surakarta
antara lain : SATPAM, kurir, cleaning service, customer service operator,
operator telepon, pengelolaan data dan pengelolaan jaringan, staff administrasi,
sekretaris, pemasangan jaringan dan tower. Pihak perusahaan penyedia tenaga
kerja/vendor memiliki tenaga kerja yang sudah berkompeten dibidangnya masing-
masing kemudian disalurkan kepada perusahaan pengguna jasa tenaga kerja
outsourcing.
Masalah konsep outsourcing seharusnya harus dipahami secara mendalam
baik dari perusahaan penyedia maupun perusahaan pengguna (PT. PLN). Pada
kenyataannya PT. PLN kurang memahami konsep dasar dari outsourcing itu
sendiri. Antara jenis pekerjaan kontrak dengan outsourcing masih agak rancu
pemahamannya. Sehingga banyak jenis pekerjaan yang sebenarnya masuk dalam
kategori kontrak ternyata dimasukkan kedalam kategori outsourcing. Seperti
misalnya, cleaning service, pemasangan jaringan listrik, pemasangan tower, dan
perawatan taman. Padahal jenis pekerjaan tersebut masuk kategori kerja kontrak,
karena volume pekerjaannya dapat dihitung/ketahui.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Selain mengenai konsep outsourcing dengan kerja kontrak, terdapat
penyimpangan-penyimpangan lainnya seperti, sistem outsourcing diatur dalam
peraturan pengadaan barang dan jasa. Peraturan direksi No. 305.K/DIR/2010
tentang pedoman pengadaan barang dan jasa. Hal ini berati manusia/tenaga kerja
outsourcing disamakan seperti barang/jasa. Tenaga kerja hanya diambil jasanya,
tanpa mempedulikan nasib kesejahteraan, kesehatan, dan hak-hak lainnya.
Tenaga kerja outsourcing statusnya adalah milik vendor sehingga urusan
gaji/hak-hak tenaga kerja menjadi urusan vendor. Di sini kebanyakan terjadi
penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh vendor dengan memberikan
gaji yang sangat rendah/ bahkan dipotong/tidak sesuai dengan surat perjanjian
kerja. Upah yang dipotong Sebuah perusahaan yang memiliki usaha di bidang
penyedia tenaga kerja, tentu saja akan berfikir soal keuntungan. Keuntungan yang
diterima dari perusahaan semacam ini sumbernya apa lagi kalau bukan dalam
bentuk komisi. Sumber dari komisi inilah yang berasal dari pemotongan upah
yang seharusnya diterima penuh oleh tenaga kerja.
Dalam banyak kasus tenaga kerja yang dioutsourcing, biasanya jam kerja
mereka lebih panjang yaitu dengan cara kerja lembur. Alasan mereka sangat
sederhana, ingin mendapatkan jumlah upah yang lebih baik dan mereka tahu
upahnya pasti dipotong. Bisa dibayangkan, betapa beratnya volume dan beban
kerja yang mereka lakukan sementara imbalannya tidak diterima secara utuh
akibat pemotongan upah tadi. Di sinilah bentuk ekploitasi terhadap pekerja terjadi.
Di samping itu, pengusaha juga tidak memiliki kewajiban apapun untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
memberikan sejumlah kompensasi kepada tenaga kerja yang bersangkutan kendati
ia telah bekerja dan mengabdi untuk waktu yang cukup lama.
Hal tersebut terjadi karena Pengusaha merasa bahwa tenaga kerja yang
bersangkutan adalah bukan pekerjanya karena tidak ada ikatan apapun selain
dalam bentuk kontrak kerja. Lebih celaka lagi, manakala tenaga kerja yang
bersangkutan dikembalikan ke Perusahaan penyedia (vendor) dan ternyata tidak
ada tempat baginya untuk dipekerjakan di tempat lain, maka nasibnya akan
menjadi semakin tidak jelas dan sudah pasti akan berujung pada PHK. Ini berarti
pula bahwa dalam sistem outsourcing tidak memberikan kepastian terhadap
kelangsungan kerja dalam waktu yang lama serta terhadap masa depan tenaga
kerja. Tenaga kerja jangan berharap akan dapat menikmati masa pensiun dengan
sejumlah uang pensiun sebagai hasil kerjanya selama bertahun-tahun.
Para tenaga kerja outsourcing tidak mempunyai perlindungan yang
memadai karena perjanjian kerja antara outsourcer dengan outsourcee atau agen
tidak tetap. Akibatnya tenaga kerja juga tidak bisa menjadi tenaga kerja tetap
meski sudah beberapa tahun bekerja. itulah alasannya, sehingga muncul dua
tuntutan yang kuat dari para tenaga kerja pada waktu memperingati hari buruh
internasional, 1 Mei 2010 yang lalu, yakni (1) hapuskan sistem kontrak, dan (2)
tolak outsourcing.
Survey pada beberapa tenaga kerja outsourcing menunjukkan bahwa gaji
mereka banyak yang dipotong karena sebagian masuk keperusahaan agen.
sebagai contoh, seorang customer service disebuah di PT. PLN (persero) APJ
Kota Surakarta hanya menerima Rp. 975.000,00/bulan dari jumlah yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
diinformasikan sebelumnya yakni Rp. 1.800.000,00/bulan, karena sisanya masuk
perusahaan agen. Hal ini masih lebih baik karena kontrak bersifat terbuka, bagian
agen dan karyawan jelas jumlahnya. kenyataan karyawan di agen lain lebih
mempihatinkan. Kontrak tidak terbuka, karyawan hanya tahu diberi upah sekitar
UMR/UMK ditambah sedikit uang jabatan, tanpa jamsostek, dan dokumen
kontrak hanya disimpan agen. UMK kota surakarta tahun 2010 sebesar Rp.
785.000,00.
Tenaga kerja outsourcing merupakan pihak yang paling dirugikan dalam
suatu perjanjian kerja, karena apabila terjadi pemutusan hubungan kerja oleh
perusahaan, maka tenaga kerja outsourcing tidak mendapatkan hak-hak normatif
sebagaimana layaknya tenaga kerja, walaupun masa kerja sudah bertahun-tahun.
Masa kerja buruh outsourcing tidak merupakan faktor penentu, karena tiap tahun
kontrak kerjasama dapat diperbarui, sehingga masa pengabdian dimulai lagi dari
awal saat terjadi kesepakatan kontrak kerja antara perusahaan dengan pekerja.
Dengan adanya perusahaan yang melakukan sistem outsourcing
menciptakan ketidakpastian kerja, apalagi peningkatan karir. tenaga kerja
outsourcing juga kehilangan kesempatan berserikat, karena baik secara terbuka
maupun terselubung, perusahaan pengerah maupun pengguna tenaga kerja
melarang mereka untuk berserikat dengan resiko kehilangan pekerjaan. Adanya
outsourcing ini membuat posisi tawar tenaga kerja semakin lemah karena tidak
ada kepastian kerja, kepastian upah, jaminan sosial, jaminan kesehatan, pesangon
jika di PHK, dan tunjangan-tunjangan kesejahteraan lain. Hal ini akan memberi
kesempatan yang lebih mudah bagi perusahaan yang bersangkutan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
menambah atau mengurangi kesempatan kerja pada calon tenaga kerja melalui
kerjasamanya dengan para agen.
Masalah saat ini adalah outsourcing diterapkan menyimpang dari praktek
outsourcing yang sesungguhnya. Dalam hal ini satu perusahaan penyedia tenaga
kerja menjadi pemasok bagi perusahaan lain sebagai pengguna tenaga kerja. Tidak
hanya itu saja outsourcing yang semula untuk melakukan pekerjaan yang tidak
masuk dalam kategori kegiatan inti perusahaan (core activity) saat ini justru ada
yang menggunakan tenaga kerja outsourcing untuk melakukan pekerjaan inti.
Akibat dari praktek ini tenaga kerja menjadi tidak jelas hak-haknya, termasuk
mengenai pengupahan, hak berserikat, hak atas jaminan pekerjaan, hak atas
juminan social, dan sebagainya.
Di samping itu saat ini Indonesia belum siap untuk menerapkan
outsourcing dikarenakan kondisi pasar kerja yang masih tidak berpihak pada
tenaga kerja. Dari sisi hukum permintaan dan penawaran tenaga kerja jelas bahwa
posisi tawar tenaga kerja sangat lemah sehingga apabila outsourcing diterapkan
maka pemerintah harusnya menetapkan instrument hukum yang jelas untuk
membatasi dan mengawasi praktek outsourcing sehingga tidak mengarah pada
perdagangan tenaga kerja/human trafficking in person for labor dan perbudakan
gaya baru. Dalam pelaksanaannya, sistem outsourcing sering kali terjadi
perselisihan, terutama antara pengusaha dan pekerja. tenaga kerja outsourcing
merasa ada hak-haknya yang tidak dipenuhi, sedangkan pengusaha merasa telah
menjalankan semua kewajibannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan yang hendak dikaji sebagai berikut :
1. Bagaimana proses penerapan outsourcing PT. PLN (persero) APJ kota
surakarta?
2. Bagaimana kesesuaian kapasitas kemampuan tenaga kerja outsourcing
dengan yang diharapkan oleh perusahaan pengguna tenaga kerja?
3. Bagaimana kondisi tenaga kerja outsourcing yang bekerja di PT. PLN
(persero) APJ kota surakarta, dan apakah hak-hak social-ekonomi
terpenuhi?
C. Tujuan Penelitian
Bertolak dari rumusan masalah diatas, maka penelitian ini dilakukan
guna mencapai tujuan berupa:
1. Tujuan Operasional
~ Untuk mengetahui proses penerapan outsourcing PT. PLN (persero)
APJ kota surakarta.
~ Untuk mengetahui kesesuaian kapasitas kemampuan tenaga kerja
outsourcing dengan yang diharapkan oleh perusahaan pengguna
tenaga kerja
~ Untuk mengetahui kondisi dan pemenuhan hak-hak sosial-ekonomi
tenaga kerja outsourcing PT. PLN (persero) APJ kota surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
2. Tujuan Individu
Untuk memenuhi salah satu persyaratan akademis guna memperoleh gelar
kesarjanaan Strata 1 di Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik, Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi perusahaan yang melakukan outsourcing, diharapkan dapat
menggunakan pengetahuan dan pemahaman tentang manfaat dan resiko
outsourcing tersebut untuk memperbaiki atau merubah kerjasama yang
dijalankan dengan agen.
2. Bagi perusahaan penerima kerja (agen), diharapkan dapat digunakan untuk
mengembangkan usahanya dan memantabkan eksistensinya tanpa harus
merugikan pihak lain.
3. Bagi masyarakat luas, pengetahuan dan pemahaman tentang manfaat dan
resiko outsourcing bisa digunakan untuk mempersiapkan diri jika mereka
akan masuk kedunia kerja atau memilih bidang usaha.
4. Bagi pemerintah sebagai pengambil kebijakan, informasi dan pemahaman
konsep outsourcing tersebut bisa digunakan sebagai landasan dalam
membuat kebijakan yang berhubungan dengan kerjasama antar perusahaan
dan perlindungan terhadap masalah ketenagakerjaan yang terkait.
5. Didang keilmuan, hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai acuan dalam
mengembangkan sistem outsourcing yang menguntungkan semua pihak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
Unsur penelitian yang paling besar peranannya adalah teori, dengan
teori peneliti mencoba menerangkan fenomena sosial yang menjadi pusat
perhatiannya. Kerlinger dalam Sugiyono (2008:52) menjelaskan teori adalah
serangkaian asumsi, konsep, konstrak, definisi, dan proposisi untuk
menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara
merumuskan hubungan antar konsep. Teori perlu disusun secara sistematis.
Dibawah ini, penulis menguraikan beberapa konsep/teori yang dapat
mendukung dan menjelaskan arahan penelitian ini, yang dibagi menjadi
beberapa bagian yaitu:
1) Implementasi kebijakan
2) Konsep outsourcing
3) Hak social-ekonomi tenaga kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
1) Implementasi Kebijakan
a) implementasi
Dalam Kamus Webster, implementasi diartikan sebagai to provide the
means for carrying out (menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu); to
give practical effect to (menimbulkan dampak/ akibat terhadap sesuatu) (Joko
Widodo, 2008:86). Implementasi adalah satu proses yang terarah dan
terkoordinasi, melibatkan banyak sumber daya yang ada dalam organisasi.
Mazmanian dan Sabatier dalam Wahab, Solichin Abdul (2004:81)
menjelaskan makna implementasi sebagai berikut:
“Mempelajari masalah implementasi kebijakan berarti berusaha untuk memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program diberlakukan atau dirumuskan, yakni peristiwa-peristiwa dan kegiatan-kegiatan yang terjadi setelah proses pengesahan/ legislasi kebijakan publik, baik itu menyangkut usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun usaha-usaha untuk memberikan dampak tertentu pada masyarakat ataupun peristiwa.”
Wahab, Solichin Abdul menegaskan bahwa secara garis besar fungsi
dari implementasi adalah untuk membentuk suatu hubungan yang
memungkinkan tujuan-tujuan ataupun sasaran-sasaran kebijakan diwujudkan
sebagai “outcome” (hasil akhir) kegiatan-kegiatan yang dilakukan (2004: 81).
Kebijakan yang umumnya masih abstrak berupa pernyataan-pernyataan umum
berisikan tujuan, sasaran, dan berbagai macam sarana diterjemahkan ke dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
program-program yang lebih operasional yang kesemuanya dimaksudkan
untuk mewujudkan tujuan-tujuan ataupun sasaran-sasaran yang telah
dinyatakan dalam kebijakan tersebut.
Joko Widodo (2008: 88) mendefinisikan implementasi adalah suatu
proses yang melibatkan sejumlah sumber yang termasuk manusia, dana, dan
kemampuan organisasional yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta
(individual atau kelompok). Proses ini dilakukan guna mencapai tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya
Dari definisi diatas juga dapat disimpulkan bahwa implementasi
adalah penerapan atau pelaksanaan dari suatu rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya atau tindakan yang nyata dari rencana yang telah ditetapkan.selain
definisi implementasi hal yang perlu mendapat perhatian adalah bilamana
implementasi dinilai berhasil. Terhadap keberhasilan implementasipun tidak
ada ceriteria yang berlaku mutlak dan umum, sebab pada situasi dan kondisi
tertentu dan kemungkinan tidak berlaku.
b) Kebijakan
Harold D.Laswel dan Abaham Kaplan ( dalam Wahab, Solichin
Abdul, 2004:3) memberi arti kebijakan sebagai berikut :
” a projected program of goals, values and practices ”
( ”suatu program pencapaian tujuan, nilai- nilai dan praktek yang terarah ”)
Asmara Rasataya mengemukakan kebijakan sebagai suatu taktik dan
stategi yang diarahkan untuk mencapai tujuan ( Islami,2004:17 )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
c) Implementasi kebijakan
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa implementasi
kebijakan adalah serangkaian tindakan yang dilaksanakan oleh seseorang
atau sekelompok orang yang mempunyai tujuan tertentu untuk memecahkan
suatu masalah tertentu.
d) Teori Implementasi Kebijakan
1) Teori George C.Edwards III (1980)
Dalam pandangan Edwards III, implementasi kebijakan dipengaruhi
oleh empat variabel, yakni komunikasi, sumberdaya, disposisi, struktur
birokrasi. Keempat variabel tersebut juga saling berhubungan satu sama
lain.
1. Komunikasi
Keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementator
mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan
sasaran kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran (target
group) sehingga akan mengurangi distorsi implementasi. Apabila tujuan
dan sasaran suatu kebijakan tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama
sekali oleh kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadi resistensi
dari kelompok sasaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Faktor Penentu Implementasi menurut Edward III Komunikasi
Sumberdaya
Implementasi
Disposisi
Struktur Birokrasi
Sumber : Edwards III, 1980: 148 dalam Indiahono,D (2009:33)
2. Sumber daya
Apabila isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan konstiten,
dan implementator kekurangan sumber daya untuk melaksanakan
makan implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumber daya bisa
berwujud SDM, yakni kompetensi implentator, dan sumber daya
finansial. Sumberdaya adalah faktor penting untuk implementasi
kebijakan agar efektif. Tanpa sumberdaya, kebijakan hanya tinggl di
kertas menjadi dokumen saja.
3. Disposisi
Dispososi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki leh kompetitor
seoerti komitmen, kejujuran, sifat demokratis. Apabila implementator
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
memiliki disposisi yang baik, maka dia akan dapat menjalankan
kbijakan dengan baik seperti apa yang yang diinginkan oleh pembuat
kebijakan. Ketika implementor mrmiliki sikap atau perspektif yang
berbeda dengan pembuat kebijakan maka proses implementasi
kebijakan juga menjadi tidak efektif.
4. Struktur birokrasi
Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan
memiliki pengaruh yang signifikan terhadp implementasi kebijakan.
Salah satu dari aspek struktur yang terpenting dari setiap organisasi
adalah adanya prosedur operasi yang standar (SOP). SOP menjadi
pedoman penting bagi setiap implementator untuk bertindak. Struktur
organisasi yang terlalu panjang akan cenderung memperlemah
pengawasan dan menimbulkan red-tape yakni prosedur birokrasi yang
rumit dan kompleks. Ini menyebabkan aktivitas organisasi tidak
fleksibel.
2) Teori Merilee S. Grindle (1980)
Keberhasilan implementasi menurut Grindle dalam Indiahono,D
(2009:31) dipengaruhi oleh dua variabel besar yakni :
1. Variabel isi kebijakan
a) Sejauh mana kepentingan kelompok sasaran termuat dalam
isi kebijakan
b) Jenis manfaat yang diterima oleh target group
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
c) Sejauh mana perubahan yang diinginkan dari sebuah
kebijakan
d) Apakah letak sebuah program sudah tepat
e) Apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan
implemntatornya dengan rinci
f) Apakah sebuah program didukung sumberdaya yang
memadai
2. Variabel lingkungan implementasi
a) Sebarapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang
dimiliki oleh para aktor yang terlibat dalam implementasi
kebijakan
b) Krakter institusi dan rezim yang sedang berkuasa
c) Tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran.
Implementasi sebagai Proses Politik dan Administrasi
Tujuan yang dicapai?
Program Aksi dan Protes individu yang didesain
dan didanai
Mengukur Keberhasilan
Tujuan Kebijakan Implementasi Kebijakan dipengaruhi oleh :
a. Isi Kebijakan 1. Kepentingan kelompok sasaran 2. Tipe manfaat 3. Derajad perubahan yang
diinginkan 4. Letak pengambilan keputusan 5. Pelaksanaan program 6. Sumberdaya yang dilibatkan
b. Lingkunagn implementasi 1. Kekuasaan, kepentingan dan
stratei actor yang terlibat 2. Karakteristik lembaga dan
penguasa 3. Kepatuhan dan daya tanggaap
Program yang dilaksankan sesuai
rencana
Hasil Kebijakan :
a. Dampak pada masyarakat, kelopmpok dan individu
b. Perubahan dan penerimaan masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
3) Teori Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn (1975)
Model implementasi kebijakan menurut van Meter dan Van Horn dalam Indiahono,D (2009:40)
Disposisi implementor adalah mencakup 3 hal yang penting yakni
a) Respon implementor terhadap kebijakan yang akan
mempengaruhi kemauannya untuk melaksanakan kebijakan
b) Kognisi yakni pemahamannya terhadap kebijakan
c) Intensitas disposisi implementor yakni preferensi nilai yang
dimiliki oleh implementor
Ukuran dan tujuan kebijakan
Komunikasi antar organisasi dan kegiatan pelaksanaann
Sumber daya
Karakteristik badan pelaksana Disposisi pelaksana
Lingkungan ekonomi social politik
Kinerja implementasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
4) Teori Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier (1983)
variabel-variabel yang mempengaruhi proses implementasi
Sumber : dalam Wahab, Solichin Abdul, 2004:81
Mudah atau tidaknya masalah dikendalikan :
1. Kesulitan teknis 2. Keragaman perilaku kelompok
sasaran 3. Prosentase kelompok sasaran
disbanding jumlah populasi 4. Ruang lingkup perubahan
Tahap-tahap dalam proses implementasi (VARIABEL TERGANTUNG)
Output kebijakan kepatuhan terhadap dampak nyata dampak output perbaikan
Dari badan-badan kelompok sasaran output kebijakan kebijakan sebagaiana mendasar
Variable diluar kebijaksanaan yang mempengaruhi proses implementasi :
1. Kondisi sosio ekonomi dan teknologi 2. Dukungan public 3. Sikap dan sumber-sumber yang
dimiliki kelompok pemilih 4. Dukungan dari pejabat atasan 5. Komitmen dan keterampilan
kepemimpinan pejabat-pejabat
Kemampuan kebijaksanaan untuk menstrukturkan proses implementasi :
1. Kejelasan dan konstitensi tujuan 2. Digunakannya teori kausal yang memadai 3. Ketepatan alokasi sumber daya 4. Keterpaduan hireakidalam dan antara
lembaga pelaksana 5. Aturan-aturan keputusan dan badan
pelaksana 6. Rekriutmen pejabat pelaksana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
2) Konsep Outsourcing
a) Definisi Konsep
1. Perusahaan Pengguna (user)
Adalah perusahaan yang memiliki pekerjaan dan memerlukan jasa
perusahaan lain untuk membantu menyelesaikan pekerjaannya.
2. Perusahaan Pemborong
Adalah perusahaan yang mengerjakan pekerjaan perusahaan lain.
Dalam menjalankan kegiatannya, perusahaan pemborong memiliki
hubungan kerja dengan pekerja, sedangkan hubungan antara
perusahaan pengguna dan pemborong hanyalah terkait dengan
pekerjaan yang diborongkan tersebut.
3. Perusahaan Penyedia Tenaga Kerja
Adalah perusahaan yang menyediakan pekerja untuk bekerja pada
perusahaan pengguna.diperusahaan penyedia tenaga kerja, tenaga
kerja menjalankan tugas-tugas yang diberikan perusahaan
pengguna, sedangkan system pembayaran upah dilakukan oleh
perusahaan pemberi kerja kepada perusahaan penyedia tenaga
kerja, lalu perusahaan penyedia membayar upah kepada para
tenaga kerja.
4. Tenaga Kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
(dalam Nurachmad ST, Much 2009:13)
5. Outsourcing pekerjaan yaitu perjanjian pemborongan pekerjaan
(perusahaan pemborong)
6. Outsourcing pekerja tidak dapat diterapkan perjanjian
pemborongan kerja karena yang dialihkan adalah tugas tenaga
kerjanya. Maksudnya, bagian fungsi-fungsi tersebut dari
perusahaan dikerjakan oleh pekerja dari luar perusahaan, dimana
pekerja tersebut terikat hubungan dengan perusahaan outsourcing
yang kegiatan usahanya adalah menyediakan jasa tenaa kerja.
(biasanya meliputi cleaning service, tenaga keamanan)
7. Tenaga kerja outsourcing adalah tenaga kerja yang dimanfaatkan
oleh perusahaan untuk memproduksi atau melaksanakan suatu
pekerjaan pada perusahaan tersebut, yang diperoleh melalui
perusahaan penyedia tenaga kerja. Misalnya seorang tenaga kerja
yang bernama A melamar kepada perusahaan outsourcing
perusahaan X. Kemudian dari perusahaan X ia dikirimkan ke
perusahaan Y, yaitu perusahaan pengguna tenaga kerja outsourcing
untuk bekerja sebagai tenaga administrasi. Meskipun ia bekerja di
perusahaan dan melaksanakan tugas untuk perusahaan Y, A tetap
berstatus sebagai tenaga kerja perusahaan X. Dengan demikian
dapat diketahui bahwa perusahaan Y tidak mempunyai hubungan
kerja dengan secara langsung dengan tenaga kerja yang bekerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
padanya, hubungannya hanya melalui perusahaan penyedia tenaga
kerja outsourcing.
b) Kerja Permanen atau Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu
(PKWTT)
Kerja permanen adalah hubungan kerja yang tidak ditetapkan jangka
waktunya. Menurut Pasal 50 UU No. 13 Tahun 2003, hubungan kerja terjadi
karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja/buruh, dari
redaksi pasal ini dapat diambil pengertian, pertama unsur utama pembentuk
hubungan kerja adalah perjanjian kerja atau dengan kata lain syarat agar dapat
dikatakan adanya hubungan kerja adalah adanya perjanjian kerja. Dengan
demikian untuk mengetahui pola hubungan kerja yang ada harusnya merujuk
pada perjanjian kerja, termasuk mengenai jangka waktu perjanjian. Pasal 56
ayat (1) UUK menyebutkan bahwa Perjanjian kerja dapat dibuat untuk waktu
tertentu atau untuk waktu tidak tertentu. Membaca Pasal ini saja akan
menimbulkan penafsiran bahwa ada kebebasan para pihak untuk membuat
perjanjian kerja apakah berupa PKWTT atau PKWT, padahal sesungguhnya
tidaklah demikian oleh karena dalam pasal-pasal berikutnya dapat ditemukan
bahwa ternyata ada kondisi dan syarat yang ditentukan agar suatu hubungan
kerja dapat dilakukansecara permanen maupun berjangka waktu. Hubungan
kerja permanen dilakukan apabila:
§ Pekerjaan yang sifatnya terus menerus dan tidak terputus-putus;
§ Pekerjaan tidak dibatasi waktu;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
§ Pekerjaan itu merupakan bagian dari suatu proses produksi dalamsatu
perusahaan atau pekerjaan yang bukan musiman.
Sedangkan pekerjaan yang bukan musiman adalah
§ Pekerjaan yang tidak tergantung cuaca atau suatu kondisi
tertentu.(Penjelasan Pasal 59 ayat (2) UU 13 TAhun 2003).
§ Selain itu PKWTT juga dapat terjadi apabila dalam suatu hubungan
kerja tidakmencantumkan jangka waktu dalam PKWT maka secara
otomatis hubungan kerja itu menjadi PKWTT.
§ Dalam Pasal 57 ayat (2) yang menyatakan bahwa:
“perjanjian kerja untuk waktu tertentu (istilah UU adalah PKWT) yang
dibuat tidak tertulis dinyatakan sebagai perjanjian kerja untuk waktu
tidak tertentu.”
c) Tenaga kerja Kontrak
Definisi Contracting/kontrak dalam Indrajit, R.E dan Djokopranoto, R
(2006:35) adalah bentuk penyerahan aktivitas perusahaan pada pihak ketiga
yang paling sederhana dan merupakan bentuk yang paling lama. Biasanya ini
menyangkut kegiatan yang sederhana atau jenis layanan tingkat rendah,
seperti pembersihan kantor, pemeliharaan rumput, dan halaman/kebun. Selain
bersifat sederhana dapat juga yang sifatnya dapat dihitung volume
pekerjaannya. Langkah ini adalah langkah jangka pendek, hanya mempunyai
arti taktis. Langkah ini juga bukan merupakan bagian dari strategi perusahaan
untuk mengambil posisi dalam pasar, tetapi sekedar mencari praktis saja. Oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
karena sifat pekerjaan yang sangat sederhana maka pemilihan pemberi jasa
bukan merupakan masalah serius, dengan latihan sebentar dapat melakukan
pekerjaan tersebut.
Pekerjaan kontrak adalah hubungan kerja berdasarkan perjanjian kerja
untuk melakukan pekerjaan tertentu dan dalam waktu tertentu. Mengapa
dikatakan demikian oleh karena dalam hubungan kerja ini jenis pekerjaan dan
jangka waktu pekerjaan memang telah ditentukan secara khusus dalam UU.
Jenis pekerjaan yang dapat di PKWT menurut Pasal 59 ayat (1) ditentukan
menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu
tertentu, yaitu yang dalam hal ini ditentukan yaitu:
a) Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya;
b) Pekerjaaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak
terlalu lama dan paling lama 3 (tiga) tahun;
c) Pekerjaan yang bersifat musiman; atau
d) Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau
produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.
Selain itu dalam Penjelasan Pasal 59 ayat (2) menyebutkan bahwa suatu
pekerjaan yang dikategorikan sebagai pekerjaan yang bersifat tetap (pekerjaan
yang terus menerus, tidak terputus-putus, tidak dibatasi waktu, dan merupakan
bagian dari suatu proses produksi) dapat masuk dalam kategori pekerjaan
musiman apabila tergantung cuaca atau pekerjaan itu dibutuhkan karena
adanya suatu kondisi tertentu sehingga dapat menjadi objek PKWT. Ketentuan
dalam Pasal 59 ayat (1) dan (2) ini akan menjadi kabur manakala dikaitkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
dengan Pasal 56 ayat (2) yang menentukan bahwa PKWT adalah Perjanjian
kerja untuk waktu tertentu yang didasarkan atas :
a) Jangka waktu; atau
b) Selesainya suatu pekerjaan tertentu.
Kekaburan yang timbul adalah bahwa dari pasal 56 ayat (2) PKWT dapat
dibuat berdasarkan jangka waktu ataupun berdasarkan pada selesainya
pekerjaan itu. Jika PKWT dapat dibuat berdasarkan jangka waktu maka yang
kemudian terjadi adalah PKWT diterapkan pada jenis pekerjaan yang bukan
dikategorikan dalam Pasal 59 ayat (1) dan (2) di atas, akibatnya di lapangan
dapat ditemukan adanya praktek PKWT yang menyimpang di mana pekerja
dengan status pekerja kontrak juga melakukan pekerjaan-pekerjaan yang biasa
dilakukan oleh para pekerja/buruh dengan status PKWTT/permanen.
Secara singkat gambaran konsep tenaga kerja kontrak sebagai berikut :
Gambar 2.1
User menghubungi beberapa vendor dan menawarkan ke vendor dengan pihak user memberi HPS (harga perkiraan sementara ). Baik lewat tender/penunjukkan langsung
Vendor/penyedia tenaga kerja yang ditunjuk menjadi rekanan
Perusahaan pengguna (user) membutuhkan jasa tenaga cleaning service untuk 4 gedung dan user memberikan rincian harga per lantai, kaca, ruangan, dll. (ada volume pekerkerjaan)
Vendor merekrut tenaga kerja untuk bekerja di PT. PLN sebagai cleaning service
Tenaga kerja kontrak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja kontrak
merupakan tenaga kerja yang statusnya bekerja untuk vendor dan oleh vendor
dipekerjakan di perusahaan pengguna ( PT. PLN) sebagai cleaning service,
yang sebelumnya sudah terjadi kesepakatan antara perusahaan pengguna
dengan vendor mengenai volume pekerjaan dan kesepakatan harga. Dan
masalah gaji/jumlah tenaga kerja menjadi tanggung jawab vendor.
d) Outsourcing
Istilah outsourcing berasal dari kata ”out” dan ”source” yang berarti
sumber dari luar (pihak ketiga) untuk bertanggung jawab terhadap proses atau
jasa yang sebelumnya dilakukan oleh perusahaan. Bisa juga didefinisikan
sebagai membeli barang atau jasa yang sebelumnya disediakan secara internal
(Swink, 1999; Smith et al, 1996; Lankford and Parsa, 1999; Elmuti and
kathwala,2000; dalam Franceschini et al.,2003).
Outsourcing dalam Indrajit, R.E dan Djokopranoto, R (2006:35) adalah
penyerahan aktivitas perusahaan pada pihak ketiga dengan tujuan untuk
mendapatkan kinerja perusahaan yang professional dan berkelas dunia. Oleh
karena itu, pemilihan pemberi jasa merupakan hal yang sangat vital.
Diperlukan pemberi jasa yang menspesialisasikan dirinya pada jenis pekerjaan
atau aktivitas yang akan diserahkan. Dengan demikian diharapkan bahwa
kompetensi utamanya juga berada dijenis pekerjaan tersebut. Disertai
pengendalian yang tepat. Pemberi jasa diharapkan mampu memberikan
kontribusi dalam meningkatkan keunggulan kompetitif perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Di dalam Undang-Undang tidak menyebutkan secara tegas mengenai
istilah outsourcing. Tetapi pengertian outsourcing dapat dilihat dalam
ketentuan Pasal 64 Undang-Undang ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003,
yang isinya menyatakan bahwa outsourcing adalah suatu perjanjian kerja yang
dibuat antara pengusaha dengan tenaga kerja, dimana perusahaan tersebut
dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan
lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan yang dibuat secara tertulis.
Dalam Małgorzata Koszewska Autex Research Journal, Vol. 4, No4,
December 2007 sebagai berikut :
“In the literal sense, outsourcing denotes utilisation of external resources. It occurs when the execution of tasks, functions and processes hitherto fulfilled in-house is commissioned to an external provider specialising in a given area on the basis of long-term co-operation”.
Outsourcing adalah sebuah pola kerja dengan cara mendelegasikan operasi
dan manajemen harian dari suatu proses bisnis/kerja pada pihak lain di luar
perusahaan yang menjadi penyedia jasa outsourcing. Dengan demikian dalam
outsourcing terjadi pendelegasian tugas dari perusahaan pemberi kerja pada
perusahaan lain selaku penerima kerja untuk melakukan suatu pekerjaan yang
diperlukan perusahaan pemberi. Atau dengan kata lain outsourcing atau alih
daya merupakan proses pemindahan tanggung jawab tenaga kerja dari
perusahaan induk ke perusahaan lain diluar perusahaan induk. Perusahaan
diluar perusahaan induk bisa berupa vendor, koperasi ataupun instansi lain
yang diatur dalam suatu kesepakatan tertentu. Outsourcing dalam regulasi
ketenagakerjaan bisa hanya mencakup tenaga kerja pada proses pendukung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
(non--core business unit) atau secara praktek semua lini kerja bisa dialihkan
sebagai unit outsourcing. (Sumber : “Seputar Tentang Tenaga outsourcing”,(
http://malangnet.wordpress.com)
Tetapi outsourcing tidak sekedar mengontrakkan secara biasa, tetapi jauh
melebihi itu. Maurice F. Greaver II dalam Indrajit, R.E dan Djokopranoto, R
(2006:2) memberikan definisi outsourcing sebagai berikut :
“Outsourcing is the act of transferring some of a company’s recurring internal activities and decision rights to outside provider, as set forth in a contract. Because the activities are recurring and a contract is used, outsourcing goes beyond the use of consultants. As a matter of practise, not only are the activities transferred, but the factor of production and decision rights often are, too. Factors of production are the resources that make the activities occur and include people, facilities, equipment, technology, and the other asset. Decision rights are the responsibility for making decisions over certain elements of the activities transferred.”
Menurut Shreeveport Management Consultancy dalam Indrajit, R.E dan
Djokopranoto, R (2006:2), outsourcing adalah
“ The transfer to a third party of the continuous management responsibility for the provision of a service governed by a service level agreement “.
Menurut Ángel García-Crespo, Ricardo Colomo-Palacios, Juan Miguel
Gómez-Berbís, Myriam Mencke. 2009. Dalam International Journal of
Management Innovation Systems seperti berikut ini :
“Outsourcing has been applied in sectors such as manufacturing, cleaning, security, catering, transportation, maintenance engineering, finance and accounting, personnel administration, travel services, and information and communication technology (ICT)”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Outsourcing dapat diterapkan disektor manufacturing, cleaning service,
security, catering, transportasi, operator mesin, keuangan, staff administrasi,
pelayanan service, dan teknologi komunikasi. Untuk outsourcing dapat dibedakan
menjadi 3 kategori yaitu outsourcing pekerjaan, outsourcing pekerja/personel, dan
tenaga kerja outsourcing. Untuk sektor cleaning service, catering dan security itu
masuk dalam kategori outsourcing pekerja (perosel).
Dari berbagai pengertian diatas maka dapat ditarik suatu definisi operasional
mengenai outsourcing yaitu suatu bentuk perjanjian kerja antara perusahaan
pengguna jasa dengan perusahaan penyedia jasa, dimana perusahaan pengguna
jasa meminta kepada perusahaan penyedia jasa untuk menyediakan tenaga kerja
yang diperlukan untuk bekerja di perusahaan pengguna jasa dengan membayar
sejumlah uang dan upah atau gaji tetap dibayarkan oleh perusahaan penyedia jasa.
Pengertian outsourcing yang digunakan oleh peneliti yaitu memborongkan
atau mendelegasikan satu bagian atau beberapa bagian dari kegiatan perusahaan
kepada perusahaan penyedia jasa eksternal. Misal perjanjian kerja antara
perusahaan A sebagai pengguna jasa dengan perusahaan B sebagai penyedia jasa,
dimana perusahaan A meminta kepada perusahaan B untuk menyediakan tenaga
kerja yang diperlukan untuk bekerja di perusahaan A dengan membayar sejumlah
uang dan upah atau gaji tetap dibayarkan oleh perusahaan B.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Secara singkat Gambaran konsep outsourcing
Gambar 2.2
e) Kontrak jasa
Kontrak jasa yaitu pemberian pekerjaan atau penyerahan pekerjaan
tertentu kepada pihak ketiga, di luar perusahaannya sendiri, dengan
persyaratan dan pembayaran tertentu telah lama sekali dikenal, jauh sebelum
konsep outsourcing diperkenalkan. Kesamaan antara kontrak jasa dengan
outsourcing yaitu : 1) keduanya merupakan penyerahan atau pemberian
Perusahaan pengguna (user). Membutuhkan 10 tenaga kerja untuk mengisi posisi sebagai staff administrasi. Dan user memberikan criteria tenaga kerja yang diinginkan.
Setelah proses negosiasi selesai, pihak vendor yang ditunjuk menjadi rekanan kemudian menyediakan 10 tenaga kerja (staff administrasi). Disini ada transfer sumber daya manusia
Perusahaan pengguna (user) menghubungi para vendor untuk menyediakan tenaga kerja staff administrasi. Dengan bernegosiasi mengenai masalah harga per orang.
Tenaga kerja (staff administrasi) statusnya sebagai tenaga kerja outsourcing milik vendor A dan bekerja di perusahaan pengguna (user).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
pekerjaan pada pihak ketiga di luar organisasi perusahaan sendiri, 2) bahwa
pemberian pekerjaan tersebut disertai dengan syarat pembayaran dan syarat-
syarat lain, 3) bahwa keduanya mempunyai batasan yang jelas mengenai
pekerjaan apa yang diberikan, dan 4) keduanya mempunyai batas waktu
tertentu.
Tabel 2.1
Perbedaan pokok antara kontrak jasa dengan outsourcing.
NO Kontrak jasa Outsourcing 1 Mempunyai tujuan sekedar
menyelesaikan pekerjaan tertentu
Mempunyai tujuan strategis jangka panjang
2 Sekedar menyerahkan tugas pada tugas pihak ketiga
Ingin menyerahkan pada pihak lain yang lebih profesional
3 Mungkin tidak dapat/tidak sempat mengerjakan sendiri
Ingin berkonsentrasi pada bisnis utama
4 Hubungan pemberi kerja dengan kontraktor jangka pendek
Hubungan bersifat jangka panjang
5 Umumnya tidak menyangkut transfer sumber daya manusia
Sering kali disertai dengan transfer sumber daya manuasia
6 Hubungan pemberi kerja dengan kontraktor sekedar hubungan kerja biasa
Hubungan pemberi kerja dengan kontraktor berkembang menjadi hubungan kemitraan bisnis
7 Tujuan lebih bersifat jangka pendek
Jangka panjang
8 Umumnya tidak menyangkut transfer peralatan atau asset perusahaab
Sering kali disertai dengan transfer peralatan atau perusahaan
(Indrajit, R.E dan Djokopranoto, R (2006:36)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
f) Ketentuan outsourcing di Indonesia
Pelaksanaan strategi outsourcing di Indonesia diatur dalam undang-
undang ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003 pasal 64,65,dan 66. Pasal 64
merupakan dasar diperbolehkannya strategi outsourcing, pasal 65 tentang
teknis pelaksanaan outsourcing dan pasal 66 mengenai persyaratan yang harus
dipenuhi perusahaan penyedia jasa (agen). Berikut bunyi pasal-pasal tersebut.
Pasal 59
1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya dapat dibuat untuk
pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan
pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu, yaitu :
a) pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya;
b) pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu
yang tidak terlalu lama dan paling lama 3 (tiga) tahun;
c) pekerjaan yang bersifat musiman; atau
d) pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan
baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan
atau penjajakan.
2) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat diadakan untuk
pekerjaan yang bersifat tetap.
3) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dapat diperpanjang atau
diperbaharui.
4) Perjanjian kerja waktu tertentu yang didasarkan atas jangka waktu
tertentu dapat diadakan untuk paling lama 2 (dua) tahun dan hanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
boleh diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu paling lama 1
(satu) tahun.
5) Pengusaha yang bermaksud memperpanjang perjanjian kerja waktu
tertentu tersebut, paling lama 7 (tujuh) hari sebelum perjanjian
kerja waktu tertentu berakhir telah memberitahukan maksudnya
secara tertulis kepada pekerja/buruh yang bersangkutan.
6) Pembaruan perjanjian kerja waktu tertentu hanya dapat diadakan
setelah melebihi masa tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari
berakhirnya perjanjian kerja waktu tertentu yang lama, pembaruan
perjanjian kerja waktu tertentu ini hanya boleh dilakukan 1 (satu)
kali dan paling lama 2 (dua) tahun.
7) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang tidak memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (4),
ayat (5), dan ayat (6) maka demi hukum menjadi perjanjian kerja
waktu tidak tertentu.
8) Hal-hal lain yang belum diatur dalam Pasal ini akan diatur lebih
lanjut dengan Keputusan Menteri.
Pasal 64
Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada
perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau
penyediaan jasa pekerja/buruh yang dibuat secara tertulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Pasal 65
1) Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan
lain dilaksanakan melalui perjanjian pem borongan pekerjaan yang
dibuat secara tertulis. Pekerjaan yang dapat diserahkan kepada
perusahaan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a) dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama;
b) dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung
dari pemberi pekerjaan;
c) merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara
keseluruhan; dan
d) tidak menghambat proses produksi secara langsung.
Perusahaan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus
berbentuk badan hukum.
2) Perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja bagi pekerja/buruh pada
perusahaan lain sebagaimana dimak-sud dalam ayat (2) sekurang-
kurangnya sama dengan perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja
pada perusahaan pemberi pekerjaan atau sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
3) Perubahan dan/atau penambahan syarat-syarat sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Keputusan
Menteri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
4) Hubungan kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) diatur dalam perjanjian kerja secara
tertulis antara perusahaan lain dan pekerja/buruh yang
dipekerjakannya.
5) Hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) dapat
didasarkan atas perjanjian kerja waktu tidak tertentu atau perjanjian
kerja waktu tertentu apabila memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 59.
6) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan
ayat (3) tidak terpenuhi, maka demi hukum status hubungan kerja
pekerja/buruh dengan perusahaan penerima pemborongan beralih
menjadi hubungan kerja pekerja/buruh dengan perusahaan pemberi
pekerjaan.
7) Dalam hal hubungan kerja beralih ke perusahaan pemberi
pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (8), maka hubungan
kerja pekerja/buruh dengan pemberi pekerjaan sesuai dengan
hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (7).
Pasal 66
1) Pekerja/buruh dari perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh tidak
boleh digunakan oleh pemberi kerja untuk melaksanakan kegiatan
pokok atau kegiatan yang berhubungan langsung dengan proses
produksi, kecuali untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang
tidak berhubungan langsung dengan proses produksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
2) Penyedia jasa pekerja/buruh untuk kegiatan jasa penunjang atau
kegiatan yang tidak berhubungan lang-sung dengan proses
produksi harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a) adanya hubungan kerja antara pekerja/buruh dan perusahaan
penyedia jasa pekerja/buruh;
b) perjanjian kerja yang berlaku dalam hubungan kerja
sebagaimana dimaksud pada huruf a adalah perjanjian kerja
untuk waktu tertentu yang memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 dan/atau perjanjian
kerja waktu tidak tertentu yang dibuat secara tertulis dan
ditandatangani oleh kedua belah pihak;
c) perlindungan upah dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja, serta
perselisihan yang timbul menjadi tanggung jawab perusahaan
penyedia jasa pekerja/buruh; dan
d) perjanjian antara perusahaan pengguna jasa pekerja/buruh dan
perusahaan lain yang bertindak sebagai perusahaan penyedia
jasa pekerja/buruh dibuat secara tertulis dan wajib memuat
pasal-pasal sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.
3) Penyedia jasa pekerja/buruh merupakan bentuk usaha yang
berbadan hukum dan memiliki izin dari instansi yang bertanggung
jawab di bidang ketenagakerjaan.
4) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat
(2) huruf a, huruf b, dan huruf d serta ayat (3) tidak terpenuhi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
maka demi hukum status hubungan kerja antara pekerja/buruh dan
perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh beralih menjadi hubungan
kerja antara pekerja/buruh dan perusahaan pemberi pekerjaan.
g) Pekerjaan Utama (Core Business) dan Pekerjaan Penunjang (Non
Core Business) dalam Perusahaan sebagai Dasar Pelaksanaan
Outsourcing.
Berdasarkan pasal 66 UU No.13 Tahun 2003 outsourcing (Alih Daya)
dibolehkan hanya untuk kegiatan penunjang, dan kegiatan yang tidak
berhubungan langsung dengan proses produksi. Kesamaan interpretasi ini
penting karena berdasarkan undang-undang ketenagakerjaan outsourcing (Alih
Daya) hanya dibolehkan jika tidak menyangkut core business. Dalam
penjelasan pasal 66 UU No.13 tahun 2003, disebutkan bahwa :
”Yang dimaksud dengan kegiatan penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi adalah kegiatan yang berhubungan di luar usaha pokok (core business) suatu perusahaan. Kegiatan tersebut antara lain: usaha pelayanan kebersihan (cleaning service), usaha penyediaan makanan bagi pekerja/buruh catering, usaha tenaga pengaman (security/satuan pengamanan), usaha jasa penunjang di pertambangan dan perminyakan, serta usaha penyediaan angkutan pekerja/buruh.”
Interpretasi yang diberikan undang-undang masih sangat terbatas
dibandingkan dengan kebutuhan dunia usaha saat ini dimana penggunaan
outsourcing (Alih Daya) semakin meluas ke berbagai lini kegiatan perusahaan.
Konsep dan pengertian usaha pokok atau core business dan kegiatan
penunjang atau non core business adalah konsep yang berubah dan
berkembang secara dinamis. Oleh karena itu tidak heran kalau Alexander dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Young dalam Komang Priambada (2008:78) mengatakan bahwa ada empat
pengertian yang dihubungkan dengan core activity atau core business.
Keempat pengertian itu ialah :
· Kegiatan yang secara tradisional dilakukan di dalam perusahaan.
· Kegiatan yang bersifat kritis terhadap kinerja bisnis.
· Kegiatan yang menciptakan keunggulan kompetitif baik sekarang
maupun di waktu yang akan datang.
· Kegiatan yang akan mendorong pengembangan yang akan datang,
inovasi, atau peremajaan kembali.
Interpretasi kegiatan penunjang yang tercantum dalam penjelasan UU
No.13 tahun 2003 condong pada definisi yang pertama, dimana outsourcing (Alih
Daya) dicontohkan dengan aktivitas berupa pengontrakan biasa untuk
memudahkan pekerjaan dan menghindarkan masalah tenaga kerja. Outsourcing
(Alih Daya) pada dunia modern dilakukan untuk alasan-alasan yang strategis,
yaitu memperoleh keunggulan kompetitif untuk menghadapi persaingan dalam
rangka mempertahankan pangsa pasar, menjamin kelangsungan hidup dan
perkembangan perusahaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Tabel 2.2
Jenis pekerjaan yang inti (core bisnis) dengan penunjang PT. PLN
NO PEKERJAAN UTAMA PEKERJAAN PENUNJANG
1. Menyediakan tenaga listrik. Cleaning service, pemeliharaan
taman.
2 Memberikan pelayanan kepada
pelanggan.
Sopir, Kurir, operator telepon,
pengelolaan data dan jaringan.
3 Manajerial. Staff administrasi, pemasangan
tower, jaringan listrik, sekretaris,
dan Satpam.
3) Hak-hak Sosial-Ekonomi Tenaga Kerja
Hak dasar tenaga kerja adalah hak-hak yang sifatnya fundamental,
antara lain menyangkut hak atas kesempatan yang sama untuk bekerja dan
menempati posisi tertentu dalam pekerjaan (non diskriminasi), hak
berorganisasi, hak memperoleh pekerjaan yang layak, dan sebagainya, tidak
semua hak dasar menjadi hak normatif, Contohnya hak jaminan untuk bekerja.
Hak normatif tenaga kerja adalah hak-hak tenaga kerja yang sudah
diatur berdasarkan undang-undang seperti hak atas upah, hak atas jaminan
sosial, hak atas cuti dan istirahat, hak berserikat.
a) Hak ekonomi tenaga kerja
Di dalam Pasal 27 ayat (2) Perubahan UUD 1945 ditentukan : “Tiap-
tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
kemanusiaan”. Dalam Pasal 28D ayat (2) Perubahan UUD 1945 ditentukan:
Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan danperlakuan yang
adil dan layak dalam hubungan kerja. Selanjutnya khusus mengenai
perekonomian diatur dalam Pasal 33 Perubahan UUD 1945 yaitu:
1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersamaberdasar atas asas
kekeluargaan.
2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai
hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara.
3) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi
dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjagakeseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
Penelusuran dalam kepustakaan ditemukan bahwa hak asasi manusia
bidang ekonomi adalah hak yang berkaitan dengan akitivitas perekonomian,
perburuhan, hak memperoleh pekerjaan, perolehan upah dan hak ikut serta
dalam serikat buruh.
Hak mendapatkan pekerjaan dan penghasilan
Sebagaimana tertera dalam pasal 31 UU No 13 tahun 2003, setiap
pekerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk mendapatkan
pekerjaan, memilih jenis pekerjaan yang sesuai, pindah dari satu perusahaan
keperusahaan lain, dan memperoleh penghasilan, baik didalam maupun luar
negeri. Jalil, abdul (2008:174). Seiring dengan perkembangan demokrasi, tak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
seorang pun berhak memaksa seseorang untuk melakukan atau meninggalkan
pekerjaannya, semua tergantung pada dirinya sendiri.
Hak mendapat upah
Kewajiban dari perusahaan sebagai akibat dari timbulnya hubungan
kerja adalah membayar upah. Secara umum upah adalah pembayaran yang
diterima buruh selama ia melakukan pekerjaan atau dipandang melakukan
pekerjaan (Asyhadie, Zaeni 2008:75). Sedangkan menurut Totok Santosa
(staff dinas tenaga kerja kota surakarta) upah adalah segala macam bentuk
penghasilan (carning), yang diterima buruh/pegawai (tenaga kerja) baik
berupa uang ataupun barang dalam jangka waktu tertentu pada suatu kegiatan
ekonomi.”
Agar tenaga kerja outsourcing dapat hidup dengan layak maka
diatur perlindungan hukum mengenai upah sesuai dengan Pasal 27 ayat (2)
undang-Undang dasar 1945 yaitub :
“Setiap warga negara berhak atas pekerjaan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.”
Pasal ini dijabarkan lebih lanjut dalam Undang-Undang No. 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan yaitu pada pasal 1 angka 30 upah adalah “hak
pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai
imbalan dari pengusaha/pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan
dan dibayar menurut perjanjian kerja, kesepakatan, atau perundang-undangan,
termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan
dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Dengan demikian, menurut UU No. 13 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan, upah merupakan hak dari pekerja/buruh yang harus
ditentukan sedemikian rupasehingga merupakan salah satu bentuk kebijakan
perlindungan bagi pekerja/buruh. Oleh karena itu, menurut UU No. 13 Tahun
2003 kebijakan perlindungan meliputi :
1) Upah minimum
2) Upah kerja lembur
3) Upah tidak masuk kerja karena berhalangan
4) Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain diluar
pekerjaannya
5) Upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya
6) Bentuk dan cara pembayaran upah
7) Denda dan potongan upah
8) Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah
9) Upah untuk pembayaran pesangon
10) Upah untuk penghitungan pajak penghasilan
Berkaitan dengan pengertian upah, Nurimansyah Hasibuan dalam
(Asyhadie, Zaeni 2008:76) upah adalah segala macam bentuk penghasilan,
yang diterima buruh/pegawai baik berupa uang ataupun barang dalam jangka
waktu tertentu pada suatu kegiatan ekonomi. Menurut G. Reynold dalam
(imam soepomo,1983:135) dalam (Asyhadie 2008:76), pengertian upah
sebagai berikut :
“Bagi pengusaha upah adalah biaya produksi yang harus ditekan serendah-rendahnya agar harga barangnya nanti tidak menjadi terlalu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
tinggi agar keuntungannya menjadi lebih tinggi. Bagi organisasi pekerja/buruh upah adalh objek yang menjadi perhatiannya untuk dirundingkan dengan pengusaha agar dinaikkan. Bagi pekerja/buruh upah adalah jumlah uang yang diterimanya pada waktu tertentu atau lebih penting lagi adalah jumlah barang kebutuhan hidup yang dapat ia beli dari jumlah upah itu” Upah minimum menurut (Jehani, Libertus 2008:15-16) adalah upah
bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap Upah
minimum adalah hak dasar setiap pekerja yang harus dipenuhi oleh
pengusaha. Namun, UU tenaga kerja memberikan sedikit ruang gerak bagi
pengusaha yang tidak mampu sehingga pengusaha yang bersangkutan dapat
menunda pelaksanaan upah minimum tersebut. Namun, pengusaha tersebut
wajib membuat permohonan kepada instansi terkait, yang tentu saja hal
tersebut harus disertai laporan keuangan yang menunjukkan
ketidakmampuannya. Upah minimum wajib diberikan oleh pengusaha kepada
setiap pekerja pada saat pekerja tersebut bekerja kepadanya. Setiap tahun
pemerintah menetapkan upah minimum regional (UMR/UMP) yang besarnya
berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah lainnya.
Setiap pekerja berhak atas upah yang berupa gaji bersih sebagai hak-
hak atas imbalan jasa dari perusahaan berupa upah berdasarkan pengupahan
sesuai dengan peraturab pengupahan yang berlaku di perusahaan. Perusahaan
mempunyai sistem pengupahan yang disesuaikan dengan fungsi dan jabatan
serta tugas masing-masing pekerja. Sistem pengupahan terdiri/terbagi atas
golongan dengan prinsip bahwa untuk klasifikasi pekerjaan yang sama, tidak
tertutup kemungkinan adanya perbedaan nilai nominal, karena pada setiap
golongan mempunyai batas minimal maksimal basis upah tergantung dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
penilaian prestasi kerja, masa kerja dan lain sebagainya. Ketentuan upah
disesuaikan dengan masing-masing daerah dan tidak akan lebih rendah dari
upah minimum yang ditetapkan pemerintah.
Karena itu, dalam pasal 94 undang-undang ini memberi kesempatan
kepada pengusaha untuk membuat komponen upah yang terdiri dari upah
pokok dan tunjangan tetap. Upah pokok paling sedikit 75% dari upah pokok
dan tunjangan tetap. Komponen upah ini nantinya dipakai sebagai dasar untuk
menghitung upah lembur, THR, iuran jamsostek dan pesangon. Antara
tunjangan tetap dan tidak tetap harus dipisah. Tunjangan “tidak tetap” tidak
dimasukkan dalam komponen upah. (Jehani, Libertus :17)
Hak Atas Upah Lembur
Pekerja mendapat upah lembur apabila dia bekerja lebih dari jam kerja
yang ditentukan undang-undang yakni 40 jam dalam seminggu. Apabila jam
kerja lebih dari 40 jam dalam seminggu, maka kelebihan tersebut harus
dihitung sebagai kerja lembur. Perhitungan upah lembur ini terkait dengan hari
kerja dalam seminggu yang berlaku di sebuah perusahaan. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada uraian berikut :
§ Apabila perusahaan memberlakukan kerja 6 hari dalam seminggu
maka jumlah jam kerja dalam 1 hari = 7 jam dan hari sabtu 5 jam
kerja. Lebih dari jam tersebut dihitung sebagai jam lembur
§ Apabila perusahaan memberlakukan jam kerja 5 hari dalam 1
minggu maka jam kerja 1 hari = 8 jam dan hari sabtu libur. Lebih
dari jam tersebut dihitung sebagai lembur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Hak Mendapatkan THR
THR adalah hak setiap pekerja tanpa memandang statusnya apakah
sebagai pekerja kontrak atau bukan. Tunjangan hari raya wajib diberikan oleh
pengusaha kepada setiap pekerjanya. Pengaturan mengenai THR ini secara
rinci terdapat dalam peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per.
104/MEN/1994 tentang tunjangan hari raya keagamaan bagi pekerja
diperusahaan. Dalam peraturan tersebut dikatakan bahwa THR adalah
pendapatan pekerja atau keluarganya menjelang hari raya keagamaan yang
berupa uang atau bentuk lain.
Pada prinsipnya THR berhubungan dengan hari raya keagamaan
pekerja bersangkutan. Namun, dalam praktik, kadang-kadang ada perusahaan
yang memberikan THR sekaligus, misalnya menjelang hari raya idulfitri.
Dalam peraturan tentang THR sebenarnya sudah ditetapkan hari raya setiap
agama yang dijadikan acuan pemberian THR yaitu :
§ Hari raya idul fitri bagi pekerja yang beragama islam
§ Hari raya natal bagi pekerja yang beragama katolik dan protestan
§ Hari raya nyepi bagi pekerja yang beragama hindu
§ Hari raya waisak bagi pekerja yang beragama budha
(Jehani, Libertus : 24)
Hak ikut serta dalam Serikat Buruh.
Pasal 104 UU No. 13 Tahun 2003 menyatakan bahwa setiap buruh
berhak membentuk dan menjadi anggota serikat buruh. Hal tersebut
merupakan konsekuensi dan diratifikasinya konvensi ILO No. 98/1949 oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
pemerintah pada tahun 1956 tentang kebebasan berserikat dan perlindungan
berorganisasi. Konvesi tersebut member peluang seluas-luasnya kepada para
buruh untuk menyusun dan membentuk organisasi atau serikat-serikat buruh
baru sesuai dengan kehendak para buruh dan tidak seorang pun diperbolehkan
untuk ikut campur di dalamnya.( jalil,abdul 2008 :204)
Menjadi anggota serikat pekerja atau tidak menjadi anggota serikat
pekerja adalah hak dasar para pekerja. Tidak boleh ada pihak yang
memaksakan seseorang menjadi anggota serikat pekerja tertentu atau melarang
seseorang untuk masuk suatu serikat pekerja. Dengan demikian setiap pekerja
boleh mejadi anggota atau menjadi pengurus serikat pekerja. Jiga tidak ada
kewajiban untuk masuk dalam serikat pekerja. (Jehani, Libertus : 49).
Hak Mogok
Dalam undang-undang tenaga kerja, hak untuk mogok dilindungi
sepanjang mogok tersebut dilakukan sesuai prosedur yang ditentukan dalam
undang-undang. Mogok kerja merupakan hak dasar bagi pekerja untuk
membela kepentingan ekonomi dan socialnya. Oleh karena itu, siapa pun tidak
dapat menghalang-halangi pekrja/serikat pekerja untuk menggunakan hak
mogok kerja. Pekrja yang mogok kerja secara sah, tertib, dan damai tidak bias
ditangkap atau ditahan oleh siapa pun. (Jehani, Libertus : 43)
Harus diakui bahwa pemogokan buruh memang merupakan persoalan
krusial. Pemogokan dapat diartiakan sebagai penarikan diri seorang buruh dari
pekerjaannya yang selam ini ia lakukan., dengan harapan memperoleh
perlakuan atau penghasilan yang lebih baik. Pressure ini akan mengakibatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
produksi terhenti sehingga harga akan naik dan majikan akan mengalami
kerugian.
Hak Cuti/Istirahat
Istirahat/cuti merupakan hak normative setiap pekerja. Dalam undang-
undang disebutkan bahwa waktu istirahat bagi pekerja meliputi :
§ Istirahat anatara jam kerja sekurang-kurangnya setengah jam setelah
bekerja selama 4 jam terus-menerus.
§ Istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu
§ Cuti tahunan sekurang-kurangnya 12 hari kerja setelah bekerja selama
12 bulan terus menerus
§ Istirahat panjang sekurang-kurangnya 2 bulan dan dilaksanakan tahun
ke-7 dan ke-8 masing-masing 1 bulan bagi pekerja yang selama 6
tahun secara terus menerus bekerja pada perusahaan yang sama.
§ Pekerja berhak untuk istirahat pada hari libur resmi yang telah
ditetapkan oleh pemerintah.
Khusus yang berkaitan dengan hak cuti/istirahat untuk perempuan
sebenarnya ada 4 jenis cuti :
§ Cuti haid
§ Cuti melahirkan
§ Cuti karena keguguran kandungan
§ Istirahat pada jam kerja untuk menyusui bayi
Cuti haid diatur dalam pasal 81 ayat 1 UU No. 13 tahun 2003. Di sana
disebutkan bahwa pekerja/buruh perempuan yang dalam masa haid merasakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
sakit dan memberitahukan kepada pengusaha, tidak wajib bekerja pada hari
pertama dan kedua pada waktu haid. Di beberapa perusahaan padat karyta
yang mempekerjakan mayoritas pekerja perempuan, mekanisme pengambilan
cuti haid disepakati dan dituangkan dalam perjanjian kerja bersama atau
peraturan perusahaan.
Cuti melahirkan bagi perempuan diatur dalam UU No. 13 Tahun 2003
pasal 82 ayat 1 yang berbunyi pekerja/buruh perempuan berhak memperoleh
istirahat 1,5 bulan sebelum saatnya melahirkan dan 1,5 bulan sesudah
melahirkan menurut perhitungan dokter kandungan/bidan. (Jehani, Libertus :
46-47)
b) Hak Social Tenaga Kerja
Hak asasi Manusia di bidang Sosial sosial adalah hak asasi manusia
yang berkaitan dengan hak atas jaminan sosial, hak atas perumahan dan hak
atas pendidikan. Dalam Perubahan UUD 1945 ditentukan sbb.:
§ Pasal 28H ayat (3) Perubahan UUD 1945 menentukan :”Setiap orang
berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan
dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermantabat.
§ Pasal 31 Perubahan UUD 1945 menentukan tentang pendidikan dan
kebudayaan yaitu :Ayat (1) Setiap warga Negara berhak mendapat
pendidikan Ayat (2) Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan
dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Ayat (3) Pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pendidikan
nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta aklak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur
dengan Undang-undang. Ayat (4) Negara memprioritaskan anggaran
pendidikan sekurang-kurangnya 20 % dari anggaran pendapatan
danbelanja Negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah
untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.
Ayat (5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan tehnologi
dengan menjungjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa
untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.
Hak Pekerja Berkaitan Dengan Jaminan Kesehatan
Jaminan sosial tenaga kerja adalah hak setiap tenaga kerja baik
pekerja tetap maupun kontrak. Jika ada pengusaha yang oleh undang-undang
menetapkan wajib untuk menyertakan para pekerjanya dalam program
jamsostek, namun pengusaha tersebut oleh undang-undang dianggap sebagai
kejahatan. Jamsostek adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam
bentuk santunan berupa uang sebagai penganti sebagian dari penghasilan yang
hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan
yang dialami oleh tenaga kerja berupa : kecelakaan kerja, sakit, hamil,
bersalin, hari tua, dan meninggal dunia. Kebijakan memberlakukan jamsostek
tersebut diatur dalam UU No. 3 tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga
kerja
Pengusaha/pemberi kerja yang diwajibkan untuk mengikutsertakan
para pekerjanya dalam program jamsostek adalah sebagai berikut :
§ Perusahaan berbadan hukum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
§ Usaha sosial lainnya yang tidak berbentuk perusahaan dan mempunyai
pengurus
§ Mempekerjakan pekerja 10 orang atau lebih atau telah mengeluarkan
upah Rp. 1.500.000,00, atau lebih setiap bulannya.
Program jamsostek meliputi 4 program yaitu :
§ Jaminan kecelakaan kerja
§ Jaminan kematian
§ Jaminan hari tua
§ Jaminan pemeliharaan kesehatan
B. KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka pemikiran merupakan landasan berfikir seseorang yang
bertujuan untuk menjelaskan fakta atau suatu hubungan antar faktor maupun
variabel dengan berpijak pada landasan teori. Dari uraian tentang landasan
teori tersebut diatas dapat diambil garis besar tentang kerangka pemikiran
yang digunakan dalam penelitian ini.
Dalam penerapan sistem outsourcing di indonesia mengacu pada
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan yaitu dalam
pasal 64, 65, dan 66. Untuk jenis pekerjaan yang di outsourcingkan untuk jenis
pekerjaan yang sifatnya penunjang bukan inti (core). Dan diserahkan kepada
perusahaan lain/vendor/perusahaan penyedia tenaga kerja untuk mengurus
mengenai hak dan kewajiban tenaga kerja.
Di PT. PLN (persero) APJ Surakarta membuat kebijakan untuk
mengoutsourcingkan tenaga kerja dengan membuat peraturan direksi PLN No.
305.K/DIR/2010 tentang pedoman pengadaan barang dan jasa. PLN menunjuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
perusahaan penyedia tenaga kerja untuk dijadikan rekanan bisnis untuk
menyediakan tenaga kerja outsourcing yang diinginkan oleh pihak PLN.
Penunjukkan vendor dilakukan melalui proses lelang/tender maupun
penunjukkan langsung.
Dalam proses outsourcing yaitu suatu bentuk perjanjian kerja antara
perusahaan A sebagai pengguna jasa dengan perusahaan B sebagai penyedia
jasa, dimana perusahaan A meminta kepada perusahaan B untuk menyediakan
tenaga kerja yang diperlukan untuk bekerja di perusahaan A dengan
membayar sejumlah uang dan upah atau gaji tetap dibayarkan oleh perusahaan
B. Status tenaga kerja outsourcing adalah milik vendor masing-masing, PT.
PLN hanya sebagai perusahaan penguna tenaga kerja yang sudah membayar
kepada perusahaan penyedia. Perusahaan penyedia mengurusi masalah gaji
dan hak-hak pekerjanya.
Di PT. PLN (Persero) APJ Surakarta banyak terjadi penyimpangan-
penyimpangan, seperti peraturan direksi tentang pedoman pengadaan barang
dan jasa. Manusia disamakan seperti barang hal ini sangat tidak
memanusiakan tenaga keerja. Masih rancu konsep antara jenis pekerjaan
kontrak dengan outsourcing. Seperti jenis pekerjaan cleaning service,
pemeliharaan taman, pemasangan tower dan jaringan dikategorikan dalam
outsourcing. Padahal jenis pekerjaan tersebut masuk kategori pekerjaan
kontrak, karena dapat dihitung volume kerjanya.
Selain penyimpangan yang ada di dalam perusahaan pengguna PT.
PLN (Persero) APJ Surakarta juga terdapat penyimpangan ( pemotongan upah,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
upah yang sedikit/sama UMK, upah lembur tidak sesuai ketentuan, cuti
tahunan, pesangon, jamsostek dan lain-lain) yang terjadi antara vendor dengan
para tenaga kerja mengenai hak-hak normative seperti hak ekonomi dan sosial
tenaga kerja.
Gambar 2.3
Kerangka Berpikir penerapan sistem dan hak-hak social-ekonomi tenaga
kerja outsourcing di PT PLN (Persero) APJ Surakarta
UU N0. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaaan
Peraturan perusahaan NO. 305.K/DIR/2010 tentang pedoman pengadaan barang dan jasa
Outsourcing
(Cleaning Service, Satpam, Operator telepon, Kurir, Pengelolaan data, Sekretaris, dan staff Administrasi
Hak sosial Tenaga Kerja :
§ Hak jaminan social tenaga kerja
§ Hak perumahan § Hak pendidikan
Kesejahteraan Tenaga kerja
Hak ekonomi tenaga kerja :
§ Hak mendapatkan pekerjaan § Hak memperoleh upah § Hak lembur § Hak cuti (tahunan, hamil,
haid) § Hak mogok § Hak bergabung dalam
serikat pekerja § Hak mendapatkan THR
Tenaga Kerja Outsourcing
Agen/Vendor/Mitra
Perusahaan Pengguna
( PT. PLN (Persero) APJ Surakarta)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Mengsacu pada perumusan masalah dan tujuannya, penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan study kasus
tunggal. Menurut H. B. Sutopo, deskriptif kualitatif adalah metode yang
digunakan untuk memecahkan masalah dengan cara mendeskripsikan secara
rinci dan mendalam mengenai potret kondisi tentang apa yang sebenarnya
terjadi menurut apa adanya di lapangan (2002:111). Jadi penelitian deskriptif
kualitatif digunakan untuk menyusun gambaran mengenai objek apa yang
diteliti dengan terlebih dahulu peneliti mengumpulkan data di lokasi
penelitian, lalu data itu diolah dan diartikan untuk kemudian dianalisa dari
data yang telah disajikan.
Jenis penelitian yang dipakai oleh peneliti adalah penelitian kualitatif
dengan pendekatan studi kasus. Study kasus yang digunakan didalam
penelitian ini adalah studi kasus tunggal. Studi kasus adalah tipe penelitian
yang penelaahannya terhadap suatu kasus dilakukan secara mendalam,
mendetail, dan komprehensif. Studi kasus dapat juga didefinisikan sebagai
suatu metode yang dipergunakan dalam penelitian ilmu social, memberikan
penekanan pada pengumpulan data mengenai sebagian atau seluruh unsur
kehidupan seseorang atau suatu kelompok, maupun hubungannya dengan
pihak-pihak lain dalam situasi social atau kebudayaan tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Metode ini dipilih karena metode ini yang dianggap tepat untuk
menggambarkan secara jelas, sistematis, dan akurat mengenai bagaimana
sistem outsourcing dan pemenuhan hak-hak sosial ekonomi tenaga kerja
outsourcing di PT PLN (Persero) APJ Surakarta dalam implementasinya.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT PLN (Persero) APJ Surakarta yang
beralamat di Jalan Slamet Riyadi No. 468 Surakarta. Lokasi penelitian ini
dipilih dengan beberapa pertimbangan:
1. PT PLN (Persero) APJ Surakarta merupakan unit perusahaan Negara
yang bertanggungjawab di bidang kelistrikan di wilayah Surakarta dan
sekitarnya. Dalam tingkatan manajemen, PT PLN (Persero) APJ
Surakarta merupakan salah satu perusahaan publik yang menerapkan
sistem outsourcing.
2. Belum pernah ada yang mengadakan penelitian tentang penerapan
sistem outsourcing dan hak-hak sosial ekonomi tenaga kerja
outsourcing di PT PLN (Persero) APJ Surakarta. Selain itu, dalam pra
survey PT PLN (Persero) APJ Surakarta memberikan kesempatan dan
ijin penelitian kepada peneliti untuk melakukan penelitian.
3. Sumber Data
Lofland dan Lofland (1984) dalam Lexy J. Moleong (2007:49)
mengungkapkan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah
kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti arsip,
dokumen, dan lain-lain. Pencatatan sumber data utama melalui wawancara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
atau pengamatan merupakan hasil gabungan dari kegiatan melihat,
mendengar dan bertanya.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sumber data sebagai
berikut :
a. Informan. Dalam penelitian kualitatif posisi sumber data manusia
(informan/ narasumber) sangat penting perannya sebagai individu yang
memiliki informasi. Peneliti dan narasumber memiliki posisi yang sama
dan narasumber bukan sekedar memberikan tanggapan pada yang
diminta peneliti, tetapi narasumber lebih memilih arah dan selera dalam
menyajikan informasi yang ia miliki. (H.B. Sutopo, 2002:50).
Informan dalam penelitian ini terdiri dari:
Ø Supervisor sekretariat PT. PLN (persero) APJ Kota Surakarta :
Bapak Andjar Riyanto.
Ø Vendor/agen outsourcing PT. Mulyo Agung solo dan PT. Sandhy
Putramakmur
Ø Staff Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Surakarta : Bapak Totok
Santosa.
Ø Karyawan outsourcing yang bekerja di PT. PLN (Persero) APJ
surakarta
Ø Anggota koperlis (Koperasi karyawan PT. PLN) : Erlin
b. Peristiwa/ aktivitas yang berhubungan dengan topik penelitian. Peristiwa
yang dimaksud adalah peristiwa atau kejadian yang menunjukkan
mengenai penerapan sistem outsourcing dan hak-hak sosial-ekonomi di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
PT PLN (Persero) APJ Surakarta. Aktivitas itu diantaranya adalah
aktivitas ketenagakerjaan seperti pproses perekrutan karyawan,
pembayaran gaji, dan pemenuhan hak-hak sosial ekonomi karyawan
outsourcing dan proses penunjukkan vendor oleh PT PLN (Persero).
c. Dokumen dan arsip.
Dalam penelitian ini dokumen atau arsip yang digunakan adalah
~ Arsip-arsip dan dokumen yang terdapat di kantor PT PLN
(Persero) APJ Surakarta. Seperti: Profil Perusahaan PT PLN
(Persero) Distribusi Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta APJ
Surakarta, Data surat perjanjian kerja sama dengan vendor tahun
2009-2010.
~ Keputusan direksi PLN No. 305K/DIR/2010 tentang pedoman
pengadaan barang dan jasa
~ Artikel-artikel/jurnal internasional dari internet yang berkaitan
dengan strategi outsourcing dan hak-hak tenaga kerja outsourcing
4. Teknik Pengumpulan Data
Ada beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini masing-masing teknik tersebut saling melengkapi satu sama lain.
Penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu:
a. Wawancara
Wawancara adalah percakapan yang dilakukan dengan maksud
tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Lexy J.
Moleong, 2007: 186). Tujuan utama melakukan wawancara adalah untuk
menyajikan konstruksi saat sekarang dalam suatu konsep mengenai pribadi,
peristiwa, aktivitas, organisasi, perasaan, motivasi tanggapan atau persepsi,
tingkat dan bentuk keterlibatan dan sebagainya, untuk merekonstruksi
beragam hal seperti itu sebagai bagian dari masa lampau, dan
memproyeksikan hal-hal itu dikaitkan dengan harapan yang bisa terjadi di
masa yang akan datang (dalam H.B Sutopo, 2002:58).
Dalam penelitian ini peneliti bertanya langsung kepada informan
dalam bentuk wawancara mendalam dengan menggunakan kerangka atau
daftar pertanyaan sebagai pedoman mengenai apa yang akan ditanyakan
supaya lebih terarah. Peneliti melakukan wawancara dengan Supervisor
sekretariat PT. PLN (persero) APJ Kota Surakarta : Bapak Andjar Riyanto,
Vendor/mitra/agen outsourcing PT. Mulyo Agung solo, PT. Sandhy
Putramakmur, Kepala Dinas sosial, tenaga kerja, dan transmigrasi kota
surakarta. Praktisi yang memahami masalah outsourcing, Karyawan
outsourcing yang bekerja di PT. PLN (Persero) APJ Surakarta.
b. Observasi
Sutrisno hadi (1986) dalam Sugiyono (2008:145) mengemukakan
bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, yang tersusun dari
berbagai proses bilogis dan psikhologis. Dua diantara yang terbpenting adalah
proses-proses pengamatan dan ingatan. Dalam hal ini peneliti mengamati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
kegiatan karyawan ataupun vendor PT PLN (Persero). Observasi ini tidak
dilakukan hanya satu kali, tetapi beberapa kali.
c. Telaah dokumen
Teknik ini dilakukan dengan mencatat, memahami, dan mengkaji
dokumen dan arsip yang mendukung pengumpulan data dalam penelitian.
Peneliti menggunakan arsip-arsip dan dokumen yang terdapat di kantor PT
PLN (Persero) APJ Surakarta dan vendor, serta artikel dari internet yang
berkaitan dengan sistem outsourcing dan hak-hak sosial ekonomi tenaga kerja
outsourcing.
5. Teknik Sampling
Sampel dalam penelitian kualitatif diambil untuk mewakili informasi
dengan kelengkapan dan kedalamannya, tidak ditentukan oleh jumlah sumber
data. Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
purposive sampling. Purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2008: 81). Dengan teknik ini
peneliti memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan
permasalahan secara mendalam dan dapat dipercaya.
Di pilihnya metode ini karena; Pertama, purposive sampling
dipandang lebih mampu menangkap kelengkapan dan kedalaman data di
dalam menghadapi realitas yang tidak tungggal. Kedua, dimana pada awalnya
peneliti tidak mengetahui realitas obyek penelitian maka informan tidak dapat
ditentukan sejak awal. Hal ini sesuai dengan maksud dari purposive sampling
yang tidak menentukan sampel terlebih dahulu. Sampel ditentukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
berdasarkan tujuan dari penelitian. Ketiga, untuk mendapatkan variasi
informasi sebanyak-banyaknya sesuai pokok permasalahan penelitian. (H.B.
Sutopo, 2002:36).
Selain itu, untuk melengkapi data yang diperoleh dan untuk
kepentingan trianggulasi informasi, peneliti juga menggunakan teknik snow
ball sampling. Teknik snowball sampling ialah penarikan sampel bertahap
yang makin lama jumlah respondennya semakin bertambah besar. (Sugiyono,
2008: 85). Sampel dipilih berdasarkan informasi dari informan sebelumnya
yang dianggap dipercaya dan diyakini mengetahui permasalahan yang sama
sampai data yang dibutuhkan dirasa cukup. Kedua teknik ini dipilih karena
peneliti ingin mendapatkan data yang valid berdasarkan fakta yang faktual
dari informan yang benar-benar mengetahui tentang permasalahan penelitian.
Dalam penelitian ini untuk memperoleh informasi peneliti memilih
pegawai PT PLN (Persero) yang dianggap mengetahui informasi yaitu
Supervisor sekretariat PT PLN (Persero) APJ Surakarta. Informan tersebut,
kemudian dianggap sebagai informan kunci (key informan) yang kemudian
key informan akan menunjuk siapa yang akan dipilih sebagai informan
selanjutnya yang dianggap lebih mengetahui permasalahan yang diteliti,
demikian seterusnya sampai sesuai dengan kebutuhan peneliti.
Di samping itu, penelitian ini juga menggunakan/menunjuk informan
masyarakat yang menjadi karyawan outsourcing. Ini dilakukan untuk
mengetahui informasi dari karyawan dan mengkroscekkan pernyataan dari
pegawai PT PLN (Persero) dan vendor PT PLN (Persero).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
6. Validitas Data
Untuk menjamin validitas data digunakan trianggulasi data. Dalam
mengumpulkan data, peneliti menggunakan beragam sumber data yang ada.
Hal ini dilakukan dengan menggali data sejenis yang berkaitan dengan
permasalahan penelitian melalui informan dalam berbagai posisi yang
berbeda dengan teknik wawancara mendalam agar mendapatkan data yang
teruji kebenarannya.
Dalam hal ini menurut Lexy J Moleong (2007:77) dapat dicapai
dengan langkah:
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
b. Membandingkan apa yang dikatakan di depan umum dengan apa yang
dikatakan secara pribadi.
c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang
berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, dan orang
pemerintahan.
e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
Dari langkah di atas, maka dalam penelitian ini validitas data
menggunakan cara membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
wawancara dari berbagai sumber yang berbeda yang tersedia. Sehingga data
yang dikumpulkan dari satu sumber akan di kontrol oleh data yang lain.
Selain itu, peneliti juga menggunakan reviu informan. Pada waktu
peneliti sudah mendapatkan data yang cukup lengkap dan berusaha menyusun
sajian data walaupun belum lengkap dan menyeluruh, maka unit-unit laporan
tersebut akan dikomunikasikan dengan informan.
7. Teknik Analisis Data
Tujuan dari analisis data adalah untuk menyederhanakan dan
mengorganisasikan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan
diinterpretasikan. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis interaktif yang meliputi reduksi data, penyajian data, dan verifikasi
data (penarikan kesimpulan).
a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis data.
Reduksi data adalah proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan
abstraksi data dari fieldnote (H.B. Sutopo, 2002: 91). Merupakan proses
seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan pengabstraksian data yang
kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan dan mengatur data
sedemikian rupa sehingga simpulan penelitian dapat dilakukan. Proses ini
berlangsung secara terus-menerus selama proses penelitian berlangsung.
Dalam penelitian ini data-data yang terkumpul dari hasil
wawancara, observasi dan dokumentasi kemudian diseleksi, difokuskan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
disederhanakan dan diabstraksikan serta diatur sedemikian rupa untuk
kemudian simpulan penelitian dapat dilakukan.
b. Penyajian Data
Penyajian Data merupakan sekumpulan informasi yang
memungkinkan suatu kesimpulan dapat diambil. H. B. Sutopo (2002: 92)
menjelaskan sajian data adalah suatu rakitan organisasi informasi,
deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian
dapat dilakukan. Selain itu, sajian data juga meliputi berbagai jenis
matriks, gambar/ skema, jaringan kerja kaitan kegiatan, dan tabel sebagai
pendukung narasinya. Kesemuanya itu dirancang guna merakit informasi
secara teratur supaya mudah dilihat dan dimengerti.
Dalam penelitian ini data-data dari hasil wawancara, observasi dan
dokumentasi setelah diseleksi, difokuskan, disederhanakan dan
diabstraksikan serta diatur sedemikian rupa kemudian disajikan dalam
bentuk narasi kalimat, gambar atau skema, jaringan kerja atau kegiatan,
tabel, dan uraian. Dalam penelitian ini, peneliti menyajikan Tabel dan
Gambar Struktur Organisasi PT PLN (Persero) APJ Surakarta.
c. Verifikasi Data (penarikan kesimpulan)
Pada awal pengumpulan data, peneliti harus mulai mengerti apa arti
dari hal-hal yang diperoleh peneliti dengan melalui pencatatan peraturan-
peraturan, pernyataan-pernyataan, dan arahan sebab akibat. Disini
peneliti tidak memegang hal tersebut secara kuat, artinya tetap bersifat
terbuka dan skeptis. Namun demikian pernyataan-pernyataan tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
tetap dibiarkan pada awalnya kurang jelas kemudian semakin meningkat
secara eksplisit dan juga memiliki landasan kuat. Kesimpulan akhir
terjadi sebelum pengumpulan data berakhir. Simpulan perlu diverifikasi
agar cukup mantap dan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan.
Simpulan yang diverifikasikan yang dapat berupa pengulangan
pemeriksaan untuk mengetahui benar tidaknya laporan yaitu sebagai
pemikiran yang kedua yang timbul melintas dalam pikiran peneliti pada
saat penulis melihat kembali sebentar pada pengumpulan data.
Dalam penelitian ini setelah data-data dari hasil wawancara,
observasi dan dokumentasi melalui tahap reduksi data dan kemudian
disajikan dalam bentuk gambar atau skema, jaringan kerja atau kegiatan,
tabel, dan uraian dalam tahap penyajian data, tahap selanjutnya yaitu
penarikan simpulan sebagai pengikat dari tahap reduksi data dan
penyajian data yang untuk kemudian dilanjutkan dengan verifikasi
simpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Gambar 3.1
Skema Analisis Model Interaktif
Sumber: H.B. Sutopo (2002 : 96)
8. Keterbatasan peneliti
Keterbatasan penelitian ini termasuk dalam izin masuk perusahaan
untuk melakukan penelitian. Hal ini dikarenakan perusahaan tersebut
jarang menerima mahasiswa yang sedang melakukan penelitian, Misalnya
saja dalam hal pembuatan surat izin bahwa peneliti telah melakukan
penelitian di perusahaan tersebut, sehingga menyebabkan lamanya waktu
yang peneliti habiskan untuk mengurus surat di lingkungan perusahaan
tempat peneliti melakukan penelitian yang terlalu berhati-hati dalam
memberikan izin penelitian.
Kemudian perusahaan banyak yang menolak untuk dijadikan
tempat penelitian yang berkaitan dengan masalah outsourcing. alasannya
Pengumpulan
Data
Sajian
Data
Penarikan
Simpulan/Verifikasi
Reduksi
Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
perusahaan tidak mau jika urusan intern perusahaan tersebut diteliti,
sehingga peneliti hanya menggunakan studi kasus tunggal yaitu di PT.
PLN (persero) APJ kota Surakarta. Keterbatasan data sekunder atau
tambahan berupa buku, dokumen, jurnal maupun yang lainnya yang
berkaitan dengan penelitian ini menyebabkan peneliti mengalami kesulitan
di dalam melakukan penganalisisan data lapangan dan memerlukan waktu
cukup lama.
Keterbatasan lainnya juga disebabkan oleh jam kerja karyawan
yang padat dari pagi hari sampai sore sehingga mengakibatkan sedikitnya
waktu yang dimiliki oleh peneliti ketika mengadakan proses wawancara
terhadap buruh kontrak yang sedang bekerja di perusahaan itu. Namun
penelitian ini berjalan dengan lancar karena adanya kerjasama yang baik
dan saling pengertian dari pihak karyawan kontrak dan pihak manajemen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Diskripsi lokasi penelitian
1. Visi dan Misi PT PLN (Persero)
Ø Visi PT PLN (Persero)
Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh kembang,
unggul, dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani.
Konsekuensi terhadap visi sebagai strategi korporat ini dijabarkan dalam
beberapa hal berikut:
~ Mewujudkan kinerja perusahaan dengan kualitas setaraf kelas
dunia dalam usaha bisnis kelistrikan.
~ Berfokus pada peningkatan kualitas proses terus-menerus untuk
memperoleh hasil yang maksimal.
~ Membangun lingkungan kerja yang menungkinkan anggota
perusahaan mentranformasikan potensi mereka menjadi kinerja
perusahaan yang dihargai.
Ø Misi PT PLN (Persero)
a. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait,
berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan, dan
pemegang saham.
b. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan
kualitas kehidupan masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
c. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan
ekonomi yang pada akhirnya meningkatkan taraf hidup masyarakat
luas.
d. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
2. Tujuan PT PLN (Persero)
Tujuan, sifat dan maksud PT PLN (Persero) memiliki dasar pada
Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 1994, yaitu:
a. Menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum dan sekaligus
memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.
b. Mengusahakan penyediaan tenaga listrik dalam jumlah dan mutu yang
memadai dengan tujuan untuk:
· Meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan
merata serta mendorong peningkatan kegiatan ekonomi.
· Mengusahakan keuntungan agar dapat membiayai pengembangan
penyediaan tenaga listrik untuk melayani kebutuhan masyarakat.
c. Merintis kegiatan-kegiatan usaha lain yang menunjang usaha penyediaan
tenaga listrik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Motto, Falsafah dan Logo PT PLN (Persero)
a. Motto :
“Listrik untuk Kehidupan yang Lebih Baik (Electricity for a better life)”
b. Falsafah :
Terdapat 3 falsafah perusahaan yang diyakini oleh setiap karyawan PT
PLN (Persero), antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
a. PT PLN (Persero) bukan sekedar penyedia energi. Akan tetapi juga
berkontribusi pada pengembangan masyarakat yang produktif dan
peningkatan kualitas kehidupan masyarakat.
b. Keberhasilan perusahaan bukan sekedar ditentukan oleh besarnya
laba, tetapi juga kemampuan perusahaan memberikan pelayanan
terbaik kepada pelanggan, sehingga mampu berpartisipasi aktif dalam
kegiatan produktif dan memperoleh kehidupan sejahtera.
c. Kegiatan usaha dan proses kerja tidak sekedar dijalankan untuk
mengejar efisiensi, melainkan juga memungkinkan terjadinya
kerjasama pembaruan perusahaan secara berkesinambungan dan
menyelenggarakan bisnis secara etika.
c. Logo :
ü Komposisi dan Arti Logo PT PLN (Persero):
· Lambang kilat berwarna merah. Listrik akan membawa manfaat
positif bagi semua pihak apabila dimanfaatkan secara tepat. Namun
juga dapat membawa hal negatif apabila disalahgunakan.
· Gelombang udara yang berwarna biru. Udara merupakan medium
penghantar bagi ion-ion listrik. Demikian pula PT PLN (Persero)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
berkeinginan untuk menjadi media atau penyalur energi listrik bagi
konsumennya.
· Persegi panjang berwarna kuning. Diartikan sebagai cahaya yang
terang. Diharapkan energi listrik yang diproduksi dan
didistribusikan oleh PT PLN (Persero) kepada konsumen dapat
membawa manfaat seperti cahaya dalam kegelapan.
4. Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan suatu rangka yang menunjang dan
menunjukkan alur distribusi fungsi, tugas, dan wewenang dari seluruh sumber
daya manusia yang ada dalam sebuah organisasi. Tugas dan wewenang
masing-masing jabatan sesuai dengan tingkatan dalam struktur organisasi
perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Struktur organisasi yang ditetapkan di PT PLN (Persero) APJ
Surakarta adalah struktur organisasi garis. Dalam melaksanakan tugas-
tugasnya manajer dibantu asisten manajer sesuai dengan keahliannya.
Sedangkan untuk kegiatan operasionalnya, asisten manajer memberi perintah
kepada tiap-tiap bagian secara langsung, namun demikian manajer merupakan
penanggungjawab tertinggi di perusahaan.
Skema struktur organisasi yang ada dalam PT PLN (Persero) APJ
Surakarta yang sesuai dengan SK 175.K/GM.DJTY/2008 tanggal 24 Juli
2008 ada di atas. Adapun struktur organisasi perusahaan yang dimiliki PT
PLN (Persero) APJ Surakarta adalah sebagai berikut:
1. Manajer APJ
2. Fungsional Ahli, yang terdiri dari:
a. Ahli Pelaksanaan P2TL (Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik)
b. Ahli Automatic Meter Reading
c. Ahli Account Executive
d. Ahli Kinerja
e. Ahli Hukum, Humas, Kemitraan, dan Bina Lingkungan
f. Ahli Perencanaan
g. Ahli Lingkungan
h. Ahli Efisiensi Jaringan Distribusi dan Pengendalian Losses
3. Bagian Pemasaran
Bagian ini dipimpin oleh seorang asisten manajer yang membawahi satu
Ahli Muda dan dua seksi, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
a. Ahli Muda Riset Pasar dan Kelayakan Pelanggan
b. Seksi Strategi Pemasaran
c. Seksi Peningkatan Pelayanan
4. Bagian Niaga
Bagian ini dipimpin oleh seorang Asisten Manajer yang membawahi
empat seksi, yaitu:
a. Seksi Tata Usaha Lingkungan
b. Seksi Pengolahan Data Rekening
c. Seksi Pembacaan Meter
d. Seksi Penagihan
5. Bagian Distribusi
Bagian ini dipimpin oleh seorang Asisten Manajer yang membawahi
empat Ahli Muda dan empat seksi. yaitu:
a. Ahli Muda Mutu dan Keandalan
b. Ahli Muda Proteksi dan Pengukuran
c. Ahli Muda Perencanaan Pengembangan Jaringan Distribusi
d. Ahli Muda Regu PDKB (Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan)
e. Seksi Operasi Distribusi
f. Seksi Pemeliharaan dan Konstruksi Distribusi
g. Seksi Peneraan dan Pengukuran
h. Seksi Pengendalian Sistem Meter
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
6. Bagian Keuangan
Bagian ini dipimpin oleh Asisten Manajer yang membawahi tiga seksi,
yaitu:
a. Seksi Pengendalian Anggaran dan Keuangan
b. Seksi Pengawasan Pendapatan
c. Seksi Akutansi
7. Bagian Sumber Daya Alam (SDM) dan Administrasi
Bagian ini dipimpin oleh Asisten Manajer yang membawahi empat seksi,
yaitu:
a. Seksi Sumber Daya Manusia (SDM)
b. Seksi Sekretariat dan Umum
c. Seksi Logistik
d. Seksi Pengamanan
8. PT PLN (Persero) Area Pelayanan dan Jaringan Surakarta mempunyai 11
kantor unit yang tersebar se-Eks Karesidenan Surakarta, yaitu:
a. Kantor PT PLN (Persero) UPJ Surakarta Kota
b. Kantor PT PLN (Persero) UPJ Manahan
c. Kantor PT PLN (Persero) UPJ Sukoharjo
d. Kantor PT PLN (Persero) UPJ Grogol
e. Kantor PT PLN (Persero) UPJ Kartasura
f. Kantor PT PLN (Persero) UPJ Karanganyar
g. Kantor PT PLN (Persero) UPJ Palur
h. Kantor PT PLN (Persero) UPJ Sragen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
i. Kantor PT PLN (Persero) UPJ Sumberlawang
j. Kantor PT PLN (Persero) UPJ Wonogiri
k. Kantor PT PLN (Persero) UPJ Jatisrono
Berikut ini adalah uraian tugas pokok dan fungsi manajer dan asisten manajer
PT PLN (Persero) APJ Surakarta:
1. Manajer APJ
Tugas pokok manajer APJ adalah bertanggungjawab atas pengelolaan
usaha secara efisien efektif serta menjamin penerimaan hasil penjualan tenaga
listrik, peningkatan kualitas pelayanan, pelaksanaan pengelolaan Jaringan
Tegangan Menengah (JTM), Jaringan Tegangan Rendah (JTR), Sambungan
Rumah (SR), Alat Pembatas dan Pengukur (APP), pengelolaan keuangan
serta pengelolaan SDM dan administrasi, membina hubungan kerja,
kemitraan dan komunikasi yang efektif guna menjaga citra perusahaan serta
mewujudkan good corporate governance.
Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut diatas,
manajer APJ berfungsi:
a. Menyusun perkiraan kebutuhan tenaga listrik.
b. Menyusun dan menerapkan program penjualan tenaga listrik.
c. Memantau perkembangan jumlah pelanggan dan jenis tarif.
d. Menyusun program peningkatan kualitas pelayanan pelanggan.
e. Mengkoordinir dan mengendalikan pengoperasian JTM, JTR, SR, dan
APP-nya.
f. Melaksanakan kegiatan pengelolaan PKBL.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
g. Menangani permasalahan hukum yang terjadi dilingkungan area.
h. Melaksanakan pengelolaan SDM, keuangan, dan administrasi.
i. Membuat evaluasi secara berkala terhadap kegiatan pengelolaan,
pemasaran, niaga, distribusi, keuangan, SDM dan administrasi.
j. Melaporkan kegiatan yang berhubungan dengan tugas pokok sesuai
dengan prosedur yang ditetapkan.
2. Fungsional Ahli
1) Ahli Hukum, Hubungan Masyarakat dan Program Kemitraan Bina
Lingkungan
Tugas pokok: Pelaksanaan bidang kehumasan serta penanganan masalah
hukum.
· Bidang Hukum: Menyelesaikan segala permasalahan yang
menyangkut hukum. Contohnya; kontrak kerja antara PT PLN
(Persero) dengan pelanggan yang biasanya terdapat dalam SPJBTL
(Surat Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik).
· Bidang Humas dan Program Kemitraan Bina Lingkungan
a. Kemitraan :
~ Melaksanakan analisa proposal dari pengusaha kecil dan
memberi bantuan berupa pinjaman modal kerja dengan bunga
lunak.
~ Membantu sarana promosi untuk pemasaran hasil produksinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
b. Program Bina Lingkungan :
~ Memberikan bantuan secara cuma-cuma kepada lingkungan di
sekitar kantor serta aset PT PLN (Persero), serta menggugah
partisipasi dan kesadaran masyarakat untuk peduli dan ikut
membantu mengamankan instalasi jaringan listrik, bangunan,
dan peralatan kantor dari gangguan, pengrusakan serta
pencurian.
c. Hubungan Masyarakat :
~ Memberikan penerangan serta pengarahan kepada stakeholders
melalui sosialisasi baik langsung maupun tidak langsung.
~ Maintenance hubungan baik dengan stakeholders.
~ Menjalin kerjasama dengan pers dan media baik berupa media
cetak maupun media elektronik sebagai salah satu channel
dalam pelaksanaan tugas kehumasan.
3. Asisten Manajer Pemasaran
Tugas pokok asisten manajer pemasaran adalah bertanggungjawab
terhadap pelaksanaan pengelolaan pemasaran dan pelayanan pelanggan lama
ataupun baru yang berhubungan dengan kegiatan perencanaan, pelaksanaan
pembelian, penjualan energi listrik, riset pasar, pengembangan produk dan
jasa baru, promosi dan komunikasi, pengendalian mutu pelayanan serta
perubahan data pelanggan sehingga dapat mendukung pelaksanaan kerja unit
dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut asisten manajer pemasaran
mempunyai fungsi:
a. Menyusun rencana kerja bagian pemasaran sebagai pedoman kerja.
b. Melakukan riset pasar dengan mengumpulkan informasi bisnis dan
menganalisa untuk membantu dalam pengambilan keputusan.
c. Mengevaluasi data statisitik yang berkaitan dengan perkembangan daerah
setempat untuk penetapan rencana penjualan.
d. Melakukan segmentasi pasar dengan melakukan manajemen proaktif bagi
konsumen potensial untuk mempertahankan, mengembangkan penjualan
dan kepuasan pelanggan.
e. Melakukan peramalan dan menyusun rencana penjualan tenaga listrik serta
langkah-langkah penjualan.
f. Melakukan pemasaran kreatif, menyampaikan pesan dan promosi produk
atau penjualan guna meningkatkan citra perusahaan dan kepedulian
kepada pelanggan.
g. Merencanakan kegiatan promosi.
4. Asisten Manajer Niaga
Tugas pokok asisten manajer niaga adalah bertanggungjawab terhadap
pelaksanaan dan pengembangan pelayanan pelanggan atau calon pelanggan,
penyelesaian klaim, manajemen baca meter, sistem informasi, pengelolaan
hasil penjualan listrik, pengelolaan piutang, pelaksanaan P2TL (Penertiban
Pemakaian Tenaga Listrik).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut di atas
asisten manajer niaga mempunyai fungsi:
a. Mengkoordinir proses administrasi pasang baru dan perubahan daya pada
konsumen selektif.
b. Secara aktif membantu unit dalam penyelesaian klaim.
c. Secara aktif membantu unit dalam manajemen baca listrik.
d. Mengelola dan mengkoordinir hasil penjualan tenaga listrik.
e. Memonitor pengelolaan piutang.
f. Mengkoordinir pemutusan dan penyambungan pelanggan menunggak.
g. Mengkoordinir pelaksanaan P2TL pada unit dibawahnya.
h. Mengoperasikan dan memelihara sistem informasi.
i. Membuat evaluasi triwulan atas kegiatan niaga dan cara perbaikannya.
5. Asisten Manajer Distribusi
Tugas pokok asisten manajer distribusi adalah bertanggungjawab atas
pelaksanaan penyelenggaraan pengoperasian, pemeliharaan, konstruksi,
pembangunan jaringan distribusi secara efektif dan efisien, penerapan dan
perakitan APP dalam rangka menjaga kontinuitas serta menjamin mutu
keandalan penyaluran tenaga listrik kepada pelanggan sesuai standar layanan.
Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut diatas,
asisten manajaer distribusi mempunyai fungsi:
a. Menyusun rencana kerja dan anggaran pada bagian distribusi sebagai
pedoman kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
b. Membagi tugas dan memberi petunjuk kepada bawahan pada bagian
distribusi dalam rangka pelaksanaan tugas.
c. Mengevaluasi usulan rencana pengembangan sistem-sistem operasi
distribusi.
d. Mengevaluasi konsep perencanaan pengoperasian, pemeliharaan,
konstruksi, pembangunan jaringan distribusi dan peralatannya.
e. Menyusun SOP pekerjaan operasi, pemeliharaan, konstruksi,
pembangunan jaringan distribusi.
f. Memeriksa desain konstruksi berdasarkan standar desain.
g. Mengatur pelaksanaan pemeliharaan area pendistribusian tenaga listrik.
6. Asisten Manajer Keuangan
Tugas pokok asisten manajer keuangan adalah bertanggungjawab atas
perencanaan, pengelolaan dan pengendalian penyelenggaraan kegiatan bidang
anggaran, keuangan, pengawasan, pendapatan, akutansi, dan perbekalan,
sehingga memenuhi target pengendalian keuangan unit.
Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut diatas, asisten
manajer keuangan mempunyai fungsi:
a. Melakukan koordinasi dan memsupervisi serta bertanggungjawab atas
tersusunnya RKAP dan cash flow (laba/ rugi dan neraca).
b. Melakukan koordinasi dengan asisten manajer terkait agar penggunaan
anggaran dapat terkendali sesuai dengan RKAP yang telah ditetapkan.
c. Melakukan evaluasi dan memberikan persetujuan atas pengajuan
permintaan anggaran dari user.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
d. Memberikan persetujuan penerimaan dan pengeluaran dana impres,
berdasarkan bukti-bukti yang sah.
e. Mengawasi dan bertanggungjawab terhadap keamanan penyimpanan fisik
uang secara aman.
f. Melakukan koordinasi dan bertanggungjawab atas tersusunnya laporan
keuangan.
g. Melakukan koordinasi dengan pihak terkait dalam rangka pengelolaan dan
pengendalian anggaran operasi.
7. Asisten Manajer SDM dan Administrasi
Tugas pokok asisten manajer SDM dan administrasi adalah
bertanggungjawab atas pengelolaan dan pengendalian SDM, rumah tangga
kantor, keselamatan dan kesehatan kerja, keamanan lingkungan kerja, fasilitas
dan sarana kerja, kendaraan serta penyelenggaraan kesekretariatan dalam
rangka menunjang rencana yang telah ditetapkan.
Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut diatas, asisten
manajer SDM dan administrasi mempunyai fungsi:
a. Menyusun rencana kerja fungsi administrasi sebagai pedoman kerja.
b. Membagi tugas bawahan dan memberi arahan kepada bawahan dalam
rangka pelaksanaan tugas.
c. Mengelola surat-surat masuk dan keluar sesuai TLSK.
d. Melaksanakan administrasi pengadaan dan pendistribusian ATK pada
fungsi terkait.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
e. Mengelola rumah tangga kantor, pengaturan kendaraan serta membantu
pelaksanaan kehumasan.
f. Merencanakan pengembangan atau pembinaan sumber daya manusia.
g. Mengatur pelaksanaan pembinaan kesejahteraan pegawai.
h. Membuat rencana pendidikan dan pelatihan pegawai yang diperlukan
dalam rangka peningkatan kinerja SDM.
i. Melakukan evaluasi keseluruhan maupun secara parsial terhadap sistem
dan prosedur kerja yang ada serta mengusulkan perbaikan yang
diperlukan.
j. Melakukan evaluasi standar kemampuan pegawai yang mungkin berubah
akibat perubahan pelaksanaan kerja maupun perubahan teknologi yang
ada yang diperlukan.
B. Diskripsi vendor
Ø PT. Sandhy Putramakmur
Berdasarkan undang-undang nomor 3 tahun 1982 tentang wajib daftar
perusahaan dan undang-undang nomor 1 tahun 1995 tentang perseroan
terbatas. Dan Kep Men 101/Men/VI/2004. Tgl 21 juni 2004. tentang ijin
mendirikan vendor. Nomor TDP 11.01.1.51.01952. NPWP
01.342.312.4.508.000. Alamat jalan sriwijaya No. 4, Kec. Candisari,
Semarang. Kantor di surakarta berada di PT. Telkom. organisasi dan
management perusahaan serta personol penanggung jawab perusahaan
dilapangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Gambar 4.1
Struktur Organisasi PT. Sandhy Putramakmur
Monthy AG Kainde (pimpinan cabang)
Elly R ( Inditor )
Ronny Hermawan ( manager SDM )
Suhanto HP ( POH. Man. OPSAR )
Teguh B ( Manager Kug)
M. Hasyim ( SBNI )
Sri Hartati ( Spv UPT Solo )
Ka. Sub
Anggota Anggota Anggota anggota
Ka. Kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Ø PT. Mulyo Agung Solo
PT. Mulyo Agung solo bergerak dibidang instalateur, kontraktor, supplier, dan
pengadaan barang. Alamat Gambiran RT 06/XIII, Kadipiro, Surakarta.
Gambar 4.2
Gambar Struktur organisasi lapangan PT. Mulyo Agung Solo
Sri mulyono direktur
Sri Mulyono png. jwb teknik
Suparyo sekretaris
Endah Nurmaya bendahara
Kasemo staff teknik Upj jatisrono
Waluyo staff teknik
Upj ska kota
P. Budi staff teknik
Upj sragen
Agus s. staff teknik Upj smber lwng
yanto staff teknik Upj krtsura
Sunarno pelaksana
pekerja pekerja Sugeng Cipto W mandor
Suratmi administrasi
Agus Supriyadi koordinator
widodo logistik
Sunarto staff teknik Upj Skoharjo
Sri W. staff teknik Upj manhan
munanjar staff teknik Upj palur
maryanto staff teknik Upj krnganyar
Pardi staff teknik Upj Grogol
tarmanto staff teknik Upj wngiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
C. PENERAPAN OUTSOURCING DI PT. PLN (persero) APJ KOTA
SURAKARTA
Pasal 65 ayat 2 butir c dalam UU ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003
mengatakan bahwa pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan lain
merupakan kegiatan penunjang secara keseluruhan. Outsourcing dalam
Indrajit, R.E dan Djokopranoto, R (2006:35) adalah penyerahan aktivitas
perusahaan pada pihak ketiga dengan tujuan untuk mendapatkan kinerja
perusahaan yang professional dan berkelas dunia. Oleh karena itu, pemilihan
pemberi jasa merupakan hal yang sangat vital. Diperlukan pemberi jasa yang
menspesialisasikan dirinya pada jenis pekerjaan atau aktivitas yang akan
diserahkan. Dengan demikian diharapkan bahwa kompetensi utamanya juga
berada dijenis pekerjaan tersebut. Disertai pengendalian yang tepat. Pemberi
jasa diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam meningkatkan
keunggulan kompetitif perusahaan.
Penulis simpulkan mengenai outsourcing yaitu suatu bentuk perjanjian
kerja antara perusahaan A sebagai pengguna jasa dengan perusahaan B
sebagai penyedia jasa, dimana perusahaan A meminta kepada perusahaan B
untuk menyediakan tenaga kerja yang diperlukan untuk bekerja di perusahaan
A dengan membayar sejumlah uang dan upah atau gaji tetap dibayarkan oleh
perusahaan B. Dan disertai dengan transfer sumber daya manusia dan
peralatan penunjang.
Menurut pernyataan Andjar Riyanto (Spv. Sekretariat) PT. PLN (persero)
APJ Surakarta, seperti berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
“untuk jenis pekerjaan yang di outsourcing adalah untuk jenis pekerjaan non inti atau penunjang seperti customer service, security, cleaning service, office boy, staff administrasi, sekretaris, sopir, pemasangan kabel, tower, operator telepon dan jaringan.”
( Wawancara, juli 2010 pukul 13.00 WIB)
Jadi menurut Bapak Andjar Riyanto jenis pekerjaan yang di
outsourcingkan di dalam PT. PLN (persero) APJ Surakarta adalah cleaning
service, office boy, pemeliharaan taman, kurir, sopir, pemasangan tower dan
jaringan, pengelolaan data dan jaringan, staff administrasi, Satpam, dan
Sekretaris. Didalam UUK No. 13 tahun 2003 membahas mengenai masalah
kerja kontrak dan outsourcing. Kedua sistem pekerjaan tersebut tidak sama,
perbedaannya yaitu sistem kerja kontrak jenis pekerjaannya dapat dihitung
volume kerjanya, tidak ada transfer sumber daya manusi maupun peralatan.
Yang dibutuhkan oleh perusahaan pengguna yaitu jasa dari pekerja tersebut,
bukan pekerja tersebut untuk diminta jasanya.
Tabel 4.1 Jenis pekerjaan Outsourcing di PT. PLN (persero) APJ
Surakarta
NO JENIS PEKERJAAN KONTRAK OUTSOURCING
1 Cleaning Service x ü
2 Customer Service x ü
3 Perawatan Halaman Taman x ü
4 Pemasangan Tower dan Jaringan x ü
5 Pengelolaan data dan Jaringan x ü
6 Operator telepon x ü
7 Sekretaris x ü
8 Staff Administrasi x ü
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
9 Securuty x ü
Tabel 4.2
Jenis Pekerjaan Kategori Outsourcing
NO JENIS PEKERJAAN KONTRAK OUTSOURCING
1 Cleaning Service ü x
2 Customer Service ü x
3 Perawatan Halaman Taman ü x
4 Pemasangan Tower dan Jaringan ü x
5 Pengelolaan data dan Jaringan x ü
6 Operator telepon x ü
7 Sekretaris x ü
8 Staff Administrasi x ü
9 Security x ü
Berdasarkan tabel di atas PT. PLN (persero) APJ Surakarta banyak
penyimpangan yang dilakukan mengenai kategori jenis pekerjaan antara
kontrak dengan outsourcing. Untuk di PT. PLN (persero) APJ Surakarta
antara konsep sistem kerja kontrak dengan outsourcing pemahamannya masih
rancu. Hal ini terbukti dengan banyaknya jenis pekerjaan yang seharusnya
dikategorikan dalam sistem kontrak tetapi dimasukkan ke sistem outsourcing.
Seperti cleaning servive, pemeliharaan taman, office boy, pemasangan tower
dan jaringan. Status tenaga kerja seharusnya tenaga kerja kontrak tetapi di
sini menjadi tenaga kerja outsourcing.
Tenaga kerja outsourcing mengerti bahwa hubungan kerja yang terjadi
melalui kontrak kerja bukan dengan perusahaan tempat mereka bekerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
melainkan dengan perusahaan penyedia melainkan dengan penyedia tenaga
kerja. Sedangkan sistem outsourcing yang diterapkan di PT. PLN (persero)
APJ Surakarta adalah mengacu pada peraturan No. 080.K/DIR/2008,
065.K/DIR/2009, dan 305.K/DIR/2010 tanggal 3 juli 2010 tentang pedoman
pengadaan barang dan jasa PT. PLN (Persero).
Berdasarkan pernyataan Andjar Riyanto (Spv. Sekretariat) PT. PLN
(persero) APJ kota Surakarta ini mengungkapkan bahwa
implementasi/penerapan sistem outsourcing di PT. PLN seperti berikut ini:
“untuk penerapan sistem outsourcing di PT. PLN (persero) APJ Surakarta mengacu pada peraturan perusahaan NO. 080.K/DIR/2008, 065.K/DIR/2009, dan 305.K/DIR/2010 tentang pedoman pengadaan barang dan jasa. Aturan mainnya yaitu dengan cara tender/penunjukkan langsung. Pihak PT. PLN (persero) membuka kriteria/jenis pekerjaan yang dibutuhkan kemudian mengundang para vendor/agen untuk mengukuti proses tender. Pihak PLN sudah memberikan rincian harga tiap kepala (di atas UMR kota solo) yang kemudian dilakukan proses lelang.”
(wawancara, juli 2010 pukul 11.00 WIB)
Setelah proses lelang/tender sudah dilakukan dan ditentukan jenis
pekerjaan yang di outsourcingkan oleh pihak ketiga dalam hal ini vendor
maka vendor mengirimkan tenaga kerjanya kepada PT. PLN seperti yang
diminta.
Berikut ketentuan pengadaan barang dan jasa di PLN. Ketentuan
pengumuman pengadaan barang dan jasa adalah sebagai berikut :
1) Pengumuman diumumkan dipapan pengumuman dan e-procurement
PLN atau di satu surat kabar dengan jangkauan propinsi untuk nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
pekerjaan pengadaan barang dan jasa lebih besar Rp. 300.000.000,00-
Rp. 5.000.000.000,00
2) Pengumuman di papan pengumuman dan e-procurement PLN dan di
satu surat kabar dengan jangkauan nasional untuk nilai pekerjaan
pengadaan barang dan jasa sebesar Rp. 5.000.000.000,00
3) Pengadaan barang dan jasa yang pemasukkan penawarannya melalui e-
procurement PLN ( e-bidding dan e-auction) dapat diumumkan melalui
e-procurement PLN.
Tantangan dalam pelaksanaan penyerahan sebagian pekerjaan
kepada pihak ketiga ini adalah menentukan pekerjaan apa saja yang
merupakan pekerjaan pokok, yang tidak dapat dilakukan secara terpisah
dari kegiatan utama, atau kegiatan yang berhubungan langsung dengan
proses produksi. Selain membedakan antara pekerjaan pokok dan
penunjang, hal lain yang perlu diperhatikan adalah perbedaan sistem kerja
kontrak dan outsourcing. Untuk itu perlu disusun suatu daftar pekerjaan
yang menjadi pekerjaan utama dan yang bersifat terus-menerus di dalam
perusahaan. Apabila ini sulit, dilakukan hal yang sebaliknya, yaitu dengan
membuat daftar pekerjaan yang bukan pokok dan/atau dilakukan tidak
terus-menerus di dalam perusahaan. Memang untuk pertama kali mungkin
hal ini tidak mudah dikerjakan, tetapi apabila cara ini dapat diselesaikan
dengan baik, ke depan akan sangat membantu perusahaan dalam
melakukan penyerahan pekerjaan kepada pihak ketiga.
Berdasarkan pernyataan bapak Andjar Riyanto yang mengatakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
bahwa sistem outsourcing diatur dalam proses pengadaan barang dan jasa.
Pihak PLN mengartikan outsourcing sebagai bentuk pembelian, pembelian
disini yaitu pembelian jasa. Sehingga sistem outsourcing dimasukkan
dalam proses pengadaan barang dan jasa. Hal ini menurut penulis
merupakan bentuk penyimpangan yang dilakukan oleh PT. PLN karena
tenaga kerja merupakan manusia bukan barang yang dapat diperjual-
belikan secara mudah.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa terjadi kurangnya
pemahaman konsep antara sistem outsourcing dengan kontrak sehingga
terjadi penyimpangan-penyimpangan. Di sini yang dirugikan jelas tenaga
kerjanya, mereka sebagai orang kecil dan membutuhkan pekerjaan, mau
tidak mau harus mau menerima konsekuensi tersebut. Outsourcing
disamakan dengan sistem kerja kontrak sehingga dapat dipastikan tenaga
kerja memperoleh gaji/upah yang rendah/sesuai UMK, jika dijadikan
koordinator/tingkat pendidikan tinggi akan ditambah Rp.
150.000,00/bulan. Tidak mendapatkan Hak cuti, pesangon, jamsostek,
pensiun, jenjang karir, dan kepastian kerja tidak pasti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
D. KESESUAIAN KAPASITAS KEMAMPUAN TENAGA KERJA
OUTSOURCING YANG DIHARAPKAN OLEH PT. PLN
(PERSERO) APJ KOTA SURAKARTA.
Tenaga kerja outsourcing merupakan tenaga kerja milik perusahaan
penyedia tenaga kerja (vendor/agen) dan bekerja di perusahaan pengguna,
disini PT. PLN. Vendor/agen ini merupakan rekanan bisnis dari perusahaan
yang membutuhkan para tenaga kerja untuk bekerja di perusahaannya.
sehingga para tenaga kerja tersebut harus memiliki kemampuan yang
disyaratkan oleh user (PT. PLN (persero) APJ surakarta). untuk itu pihak
vendor/rekanan harus melakukan seleksi yang ketat agar kualitas tenaga
kerjanya baik.
Jika PT. PLN (persero) APJ Surakarta membutuhkan tenaga
pengaman/ satpam maka perusahaan user membuka lowongan kepada vendor
untuk menyediakan tenaga keamanan yang dibutuhkan oleh PT. PLN. Untuk
mendapatkan vendor mana yang akan ditunjuk terlebih dahulu PT. PLN
memberikan kualifikasi/kriteria tenaga keamanan yang dibutuhkan. Selain
kriteria, harga dan reputasi vendor juga berpengaruh untuk dijadikan mitra
bisnis. Walaupun sistem outsourcing di perusahaan ini melalui tender tetapi
pihak perusahaan memberikan syarat-syarat tertentu kepada para agen/vendor
agar kualitas tenaga kerjanya bagus.
Setelah syarat-syarat yang diminta PT. PLN terpenuhi maka vendor
akan mengirimkan tenaga kerja outsourcing seperti yang diminta PT. PLN.
Kemudian tenaga kerja tersebut diawasi/dikontrol kerjanya setiap hari untuk
menilai kualitas tenaga kerja outsourcing tersebut apakah sudah sesuai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
dengan yang diharapkan. Jika pekerjaan yang dikerjakan oleh para tenaga
kerja outsourcing tersebut baik dan PT. PLN puas dengan kinerjanya maka
tenaga kerja tersebut akan diperpanjang untuk bekerja di PT. PLn (persero)
APJ Surakarta sebagai tenaga kerja outsourcing.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Maya (staff Admninistrasi)
sebagai berikut :
”saya bekerja di PLN sejak tahun 2007 sampai sekarang (2010) sebagai tenaga kerja outsourcing staff administrasi setelah melalui proses seleksi vendor. Kemudian dipekerjakan di PLN, di sini kinerjanya dinilai dan di awasi agar kinerja yang dihasilkan bagus, sesuai dengan kualifikasi waktu seleksi. Jika kinerjanya bagus kontraknya diperpanjang terus.” (wawancara, Juli 2010 pukul 11.00 WIB)
Untuk jenis pekerjaan sebagai CSO (customer service operator).
proses seleksinya sangat ketat, mulai dari agen/vendor, perwakilan pihak PT.
PLN (persero) APJ surakarta, dan EO (event organizer) yang disewa oleh PT.
PLN sehingga dapat dipastikan bahwa kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan
sudah sesuai dengan standard yang diinginkan.
Setelah proses tender selesai dan deal harga, jumlah tenaga kerja, dan
vendor yang dijadikan mitra maka disini akan terjadi transfer sumber daya
manusia antara tenaga kerja milik vendor ke pihak PLN.
Hal ini sesuai pernyataan Oktaria Anjarsari seorang CSO karyawan
PT. PLN (persero) APJ Surakarta, mengungkapkan sebagai berikut :
”Untuk menjadi CSO (customer service operator) proses seleksinya sangat ketat mas, mulai dari agen/vendor, perwakilan pihak PT. PLN (persero) APJ surakarta, dan EO (event organizer) yang disewa oleh PT. PLN (persero) APJ surakarta. Yang keterima juga sedikit ” (wawancara, juli 2010 pukul 14.00 WIB)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Untuk proses seleksi/rekruitmen tenaga kerja dilakukan oleh
agen/vendor yang sudah menjadi rekanan bisnis dengan perusahaan pengguna
maupun pihak perusahaan pengguna juga ikut serta melakukan proses seleksi.
Seleksi dilakukan dengan standar biasa, mulai dari administrasi, ter tulis dan
wawancara. Tetapi ada juga yang lebih ketat, lebih banyak macam tesnya,
bahkan ada evaluasi waktu pelatihan ditempat kerja. Hal tersebut tergantung
pada jenis pekerjaan, semakin baik jenis pekerjaan maka proses seleksinya
pun akan semakin ketat.
Ada salah satu kasus ketika PT. PLN membutuhkan seorang
sekretaris, pihak PT. PLN tidak mau membuka lelang karena yang
dibutuhkan hanya seorang saja. Kemudian pihak PLN memutuskan untuk
mengambil beberapa tenaga kerja outsourcing yang sudah bekerja di
perusahan PT. PLN (persero) untuk mengisi pos sebagai sekertaris. PT. PLN
menyeleksi 3 tenaga kerja tersebut dan diberikan training selama 6 minggu
untuk melihat siapa yang pantas mengisi pos tersebut. Setelah mendapatkan
seseorang yang sesuai dengan standard PT. PLN maka tenaga kerja tersebut
mengisi pos sebagai sekretaris tetapi statusnya masih sebagai tenaga kerja
outsourcing.
Hal ini sesuai pernyataan Betty, seorang tenaga kerja outsourcing PT.
PLN APJ Surakarta yang sebelumnya bekerja sebagai front office kemudian
sekarang menjadi sekretaris.
”awalnya gini mas, tahun 2008 disini untuk pos sekretaris sebelumnya ditempati oleh pegaiwai tetap tetapi kemudian kosong,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
gak tau kenapa jadi kosong. Setelah kosong PT. PLN merekrut 3 karyawan outsourcing untuk di seleksi jadi sekretaris, pihak PLN tidak mau membuka tender pada pihak ketiga untuk mengurusi pos sekretaris ini. Proses seleksi dilakukan sendiri oleh pihak PLN selama 6 minggu. Statusnya masih tetap sebagai tenaga kerja outsourcing sampai sekarang 2010.” (wawancara, juli 2010 pukul 12.00 WIB)
Selain melalui proses perekrutan tenaga kerja yang dioutsourcingkan
di PT. PLN (persero) . Hal ini sesuai dengan pernyataan Erlin Fajarwati,
tenaga kerja outsourcing operator telepon yang sudah bekerja sejak tahun
2006 dan kinerjanya bagus.
”saya menjadi tenaga kerja outsourcing di PT. PLN (persero) APJ Surakarta sejak tahun 2006 mas. Pada waktu itu tahun 2006 ada aturan dari pusat bahwa semua anggota koperasi PT. PLN (persero) akan dioutsourcingkan. Pada saat itu juga daripada tidak bekerja akhirnya bersedia menjadi tenaga kerja outsourcing di PT. PLN (persero). Sampai sekarang mas.tia setahun sekali kontrak kerja saya diperpanjang karena kinerja bagus.” (wawancara, 02 september 2010 pukul 11.20 WIB)
Tenaga kerja outsourcing dikontrol oleh pihak PT. PLN (persero) APJ
kemudian pihak PT. PLN menilai kinerja masing-masing tenaga kerja. Jika
kinerjanya bagus maka pihak PT. PLN akan menghubungi vendornya tenaga
kerja tersebut untuk dipertahankan untuk bekerja lagi di PT. PLN (persero)
APJ Surakarta.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Andjar Riyanto (Spv. Sekretariat)
PT. PLN (persero) APJ Surakarta berikut ini:
”jika kinerja tenaga kerja outsourcing tersebut baik dan rajin maka pihak manajemen PT. PLN akan memperpanjang kontrak. Dan menghubungi vendor untuk mempekerjakan tenaga kerja tersebut untuk melanjutkan kerjanya di PT. PLN (persero) APJ Surakarta.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
(wawancara, 02 september 2010 pukul 11.20 WIB)
Dari fakta-fakta diatas dapat disimpulkan bahwa kesesuaian kapasitas
kemampuan tenaga kerja outsourcing antara pihak vendor dengan user
ditentukan melalui seleksi/perekrutan berdasarkan syarat-syarat yang
ditentukan dan yang paling penting adalah kualitas tenaga kerja ketika sudah
bekerja, apakah sesuai dengan kriteria awal. Caranya yaitu PT. PLN
(persero) mengkontrol kinerja para tenaga kerja outsourcing tersebut untuk
menilai baik/buruk kinerjanya. Jika kinerja tenaga kerja outsourcing
menunjukkan hasil yang bagus selama bekerja di PT. PLN (persero) APJ
maka akan diperpanjang lagi kontraknya. Jika kinerjanya tidak bagus akan
diberhentikan dan meminta tenaga kerja yang baru dan berkompeten. Adanya
koordinasi kedua belah pihak yang baik maka kinerja karyawan yang bekerja
di PT. PLN (persero) APJ Surakarta sudah sesuai dengan apa yang
diharapkan.
Gambar 4.3
Gambaran singkat kesesuaian tenaga kerja outsourcing yang diharapkan
oleh PT. PLN (persero) APJ Surakarta.
PT. PLN (persero) APJ Surakarta membutuhkan staff administrasi dg syarat-syarat tertentu
Seleksi tenaga kerja outsourcing oleh vendor
Pihak vendor menyediakan tenaga kerja outsourcing yang diinginkan PT. PLN
Pihak PT. PLN menilai kinerja tenaga kerja
§ Jika kinerja bagus akan di perpanjang kontrak/di pakai lagi.
§ Jika kinerja buruk tidak diperpanjang kontrak/ dikembalikan ke vendor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
E. KONDISI DAN PEMENUHAN HAK-HAK SOSIAL-EKONOMI
TENAGA KERJA OUTSOURCING PT. PLN (PERSERO) APJ
KOTA SURAKARTA
Hubungan industrial di Indonesia sepanjang perjalanannya sering
menunjukkan bahwa tenaga kerja ditempatkan sebagai faktor produksi mirip
sebagai faktor produksi yang dikonstruksikan Karl Marx. Outsourcing
didefinisikan sebagai model kerja yang menambahkan unsur ’pelaksana
perkerjaan’ diantara relasi buruh dan modal. (www.worldpress.com). Kondisi
tersebut menjadikan hubungan ketenagakerjaan semakin kabur, dan
memperlemah bergaining position (posisi tawar) tenaga kerja terhadap
pemilik modal.
Dalam model kerja outsourcing adanya pergeseran ruang lingkup
hubungan industrial. Awalnya yang terkenal dengan istilah tripartit atau
hubungan antara pekerja, pengusaha dan pemerintah (jahelani, libertus
2008:77). Dalam model outsourcing menjadi empat lingkaran hubungan yaitu
pekerja, perantara atau broker (perusahaan oustsourcing), perusahaan inti
(pemilik modal) dan pemerintah. Outsourcing sebagai sebuah model
ketenagakerjaan baru, melalui beberapa tahapan dalam perekrutan.
Ketersediaan tenaga kerja yang tinggi di pasar tenaga kerja mengakibatkan
turunnya harga tenaga kerja. Menurut Marx dalam jalil, abdul (2009:45)
tersedianya tentara-tentara cadangan yang banyak mengakibatkan terjadinya
penindasan terhadap hak-hak tenaga kerja. Eksploitasi, PHK dan lain
sebagainya diputuskan secara sepihak oleh pemilik modal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Hubungan industrial dalam model kerja outsourcing, menjadikan
tenaga kerja tidak mempunyai kejelasan dalam hubungan, berimbas pada
tidak jelasnya posisi tenaga kerja bagaimana mereka menuntut hak-haknya.
tenaga kerja dituntut untuk memenuhi persyaratan dalam outsourcing, jam
kerja yang padat, upah yang tidak seimbang, tidak adanya kesempatan untuk
bergabung dalam organisasi buruh, karena waktu yang habis dalam kontrak
kerja. Pelanggaran terhadap perjanjian akan langsung berakibat pada
pemberhantian secara langsung oleh manajemen perusahaan outsourcing. Dan
digantikan oleh tenaga-tenaga outsourcing lainnya sebagai tentara-tentara
cadangan.
Kondisi ini membebaskan industri-industri pengguna dari kewajiban-
kewajiban terhadap tenaga kerja kecuali hanya memberikan upah dari kerja
buruh. Menurut Komang Priambada (2008:31), pihak pengusaha berpendapat
bahwa ”Dari mana pekerja itu direkrut, bagaimana datangnya dan lain-lain
adalah bukan urusan kita sebagai pemakai”. Inilah satu kondisi yang
memperlihatkan bahwa pekerja adalah barang dagangan dan outsourcing
tidak lain hanyalah triffiking yang dilegalkan.
Hubungan industrial dalam sistem ousourcing sebagimana yang telah
disebutkan diatas sangat merugikan tenaga kerja. Penolakan dan terjadinya
konflik pekerja/buruh merupakan sebuah kegagalan poduk hukum dalam
menampung dan mengeluarkan kebijakan yang berpihak kepada mereka.
Terjadilah hubungan yang tidak sehat disatu sisi pengusaha diuntungkan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
dilain sisi tenaga kerja dirugikan yaitu mengenai hak-hak tenaga kerja
outsourcing yang dibedakan antara hak sosial dan ekonomi.
a) Hak Ekonomi tenaga Kerja Outsourcing
Hak mendapat upah
Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam
bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada
pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja.
Upah minimum adalah hak dasar setiap pekerja yang harus dipenuhi oleh
pengusaha. Namun, UU tenaga kerja memberikan sedikit ruang gerak bagi
pengusaha yang tidak mampu sehingga pengusaha yang bersangkutan dapat
menunda pelaksanaan upah minimum tersebut. Upah minimum wajib
diberikan oleh pengusaha kepada setiap pekerja pada saat pekerja tersebut
bekerja kepadanya. Setiap tahun pemerintah menetapkan upah minimum
regional (UMR/UMP) yang besarnya berbeda-beda antara satu daerah dengan
daerah lainnya. (Jehani, Libertus :15-16)
Berdasarkan surat perjanjian untuk pengadaan tenaga pengamanan
(SATPAM) antara PT. PLN (persero) APJ Surakarta dengan PT.
SandhyPutraMakmur mulai tanggal 30 April 2010, sebagai berikut :
Tabel 4.3
Harga per SATPAM di PT. PLN (persero) APJ Surakarta
NO LOKASI JML
PERSONAL
HARGA PER
SATPAM
1 Kantor APJ Surakarta 8 1.124.334
2 UPJ Surakarta kota 6 1.124.334
3 Gudang jajar 4 1.124.334
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Sumber : dokomen perjanjian kerja PT. PLN (persero) APJ Surakarta 2010
Berdasarkan pernyataan Fendi Purnomo (kasubid SATPAM) sebagai
berikut :
”saya mendapatkan gaji sebagai SATPAM sebesar Rp. 875.000,00/bulan dari vendor. Berhubung saya ditunjuk menjadi koordinator saya diberikan tambahan sebesar Rp. 150.000,”
(wawancara, 02 september 2010 pukul 11.20 WIB)
Berdasarkan data di atas harga sebenarnya dari PT. PLN (persero) APJ
Surakarta seperti pada tabel di atas. Kemudian vendor memberikan gaji
kepada para tenaga kerja outsourcing sesuai UMK masing-masing kota. Pihak
vendor sudah membuat perjanjian kerja dengan PT. PLN kemudian Pihak
vendor membuat perjanjian kerja dengan para tenaga kerja outsourcing. Pihak
vendor mendapatkan keuntungan dari pemotongan gaji tersebut sebagai pihak
penyedia tenaga kerja. Tenaga kerja outsourcing terpaksa menerima tawaran
vendor tersebut, karena membutuhkan pekerjaan dan penghasilan. Walaupun
gaji yang diterima dirasa tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya.
4 UPJ kartasura 4 1.102.015
5 UPJ Grogol 4 1.102.015
6 UPJ Sukoharjo 4 1.102.015
7 UPJ Wonogiri 4 994.738
8 Jatisrono 5 994.738
9 Sumberlawang 5 1.036.496
10 Sragen 4 1.036.496
11 Palur 4 1.089.776
12 Karanganyar 4 1.089.776
14 Manahan 6 1.124.334
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Upah Lembur
Berdasarkan Andjar Riyanto (Spv. Sekretariat) PT. PLN (persero) APJ
Surakarta berikut ini: Waktu kerja lembur adalah
1. Waktu kerja yang melebihi 7 jam sehari dan 40 jam per satu
minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu.
2. Waktu kerja yang melebihi 8 jam sehari dan 40 jam per satu
minggu untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu.
3. Waktu kerja pada hari istirahat mingguan dan atau pada hari libur
resmi yang ditetapkan oleh pemerintah
Menurut Totok Santosa (Staff Dinas Tenaga Kerja Kota Surakarta)
Perhitungan upah lembur harus mengikuti tata cara berikut :
1. Perhitungan upah lembur didasarkan pada upah per jam (Upj).
2. Cara menghitung upah 1 jam adalah 1/173 x upah sebulan. Angka
1/173 merupakan angka pasti berdasarkan keputusan Menakertrans
No. 102 Tahun 2004.
3. Dasar perhitungan lembur sebagai berikut :
HARI KERJA HARI LIBUR
Jam ke-1 1,5 x UpJ Jam ke-1 s/d ke-
8
2 x UpJ
Jam ke-2 dan
seterusnya
2 x UpJ Jam ke-9 3 x UpJ
Jam ke-10 dan
seterusnya
4 x UpJ
Namun demikian ada juga perusahaan outsourcing yang melanggar
ketentuan tersebut, yakni menghitung upah lembur hanya dikalikan tambahan
jumlah jam kerja. Jadi seandainya lembur 5 (lima) jam, perhitungannya
adalah (5xUpJ), seharusnya ( 1,5xUpj) + ( 4x2xUpJ). Tentu hal ini sangat
merugikan tenaga kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Hal ini sesuai dengan pernyataan Oktaria (Customer service) sebagai
berikut:
”disini ada jam lembur mas, jam lembur dimanfaatkan untuk menambah penghasilan karena gaji yang saya terima masih kurang. Menghitung upah lembur itu dihitungnya setiap satu jam sekali.”
(wawancara, 02 september 2010 pukul 11.20 WIB)
Gaji Oktaria per bulan yaitu = Rp. 935.000,00. Kemudian ada lembur
sampai jam 21.00 WIB. Selesai jam kerja Pukul 16.00 WIB jadi lembur 5
jam. Dan perhitungannya adalah 5/173 x 935.000 = Rp. 27.024,00.
Seharusnya menurut peraturan adalah (1,5x UpJ) + (4x2xUpJ) =
(1,5x1/173x935.000) + (4x2x1/173x935.000) = (8.107)+(43.237) =
Rp. 51.344,00. Bu Oktaria seharusnya mendapatkan upah lembur sebesar Rp.
51.344,00 tetapi pada kenyataannya hanya mendapatkan Rp. 27.024,00.
Begitu sedikitnya jumlah upah lembur yang didapatkan oleh para tenaga kerja
outsourcing, sudah mendapatkan gaji pas-pasan, jam kerja yang panjang,
masih juga dipotong upah lemburnya. Tenaga kerja sangat dirugikan dengan
kenyataan yang ada.
Hak Yang Berkaitan Dengan Waktu Istirahat Dan Waktu Cuti
Waktu istirahat dan cuti diatur dalam perjanjian kerja. Peraturan
perusahaan, atau perjanjian kerja bersama. Waktu istirahat adalah jam kerja,
sekurang-kurangnya setengah jam setelah bekerja selama empat jam terus
menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja. Cuti tahunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
sekurang-kurangnya 12 hari kerja setelah pekerja yang bersangkutan bekerja
selama 12 bulan secara terus menerus. Hal ini sesuai dengan pernyataan fendi
purnomo seperti berikut ini:
”untuk pekerja kontrak jika ingin mendapatkan cuti tahunan harus bekerja minimal selama satu tahun, jika belum ada satu tahun ya tidak dapat hak cuti tahunan. Seperti saya kontraknya diperbarui setiap 11 bulan jadi saya tidak dapat hak cuti tahunan.”
(wawancara, 02 september 2010 pukul 11.20 WIB)
Cuti tahunan diberikan jika tenaga kerja sudah bekerja diperusahaan
minimal 12 bulan, tetapi sebagai tenaga kerja outsourcing hal tersebut sangat
sulit tercapai, karena kontrak kerjanya selama 8-11 bulan dan berakhir.
Setelah itu diperpanjang lagi, sehingga mulai dari awal. Dengan melalui
perjanjian kerja yang ada jangka waktunya maka pekerja dirugikan dengan
sistem ini. Hampir semua tenaga kerja outsourcing tidak dapat menikmati hak
cuti tahunan.
Jika pekerja sakit atau berhalangan karena ada kegiatan lain maka
pekerja boleh tidak masuk kerja tetapi harus ijin kepada agen dan perusahaan
pengguna dan nantinya agen akan memberikan pekerja cadangan kepada
perusahaan pengguna. Hal ini sesuai dengan pernyataan Erlin Fajarwati
sebagai berikut :
”saya jika tidak masuk harus ijin pada agen dan PT. PLN dan agen saya akan memberikan pekerja cadangan untuk mengerjakan tugas yang biasa saya lakukan.”
(wawancara, 03 september 2010 pukul 11.20 WIB).
Kesehatan harus dujaga sebaik mungkin. Walaupun tenaga kerja
diperbolehkan ijin jika dalam keadaan sakit tetapi jika sering terkena sakit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
bukan tidak mungkin kontraknya tidak akan diperpanjang lagi. Hal ini sangat
merugikan tenaga kerja.
Hak Thr ( Tunjangan Hari Raya )
Tunjangan hari raya keagamaan (THR) adalah pendapatan pekerja
yang wajib dibayarkan oleh pengusaha kepada pekerja atau keluarganya
menjelang hari raya keagamaan yang berupa uang atau bentuk lain.
Pemberian THR disesuaikan dengan hari raya keagamaan masing-masing
pekerja, kecuali kesepakatan pengusaha dan pekerja menentukan lain dan
dibayarkan oleh pengusaha selambat-lambatnya tujuh hari sebelum hari raya
keagamaan. Yang berhak menerima THR adalah pekerja yang telah
mempunyai masa kerja tiga bulan secara terus menerus atau lebih yang
diberikan satu kali dalam satu tahun. Pekerja yang memiliki masa kerja 12
bulan secara terus menerus atau lebih, berhak atas THR sebesar satu bulan
upah.
Hal ini sesuai dengan pernyataan betty (sekretaris) sebagai berikut :
”saya kerja jadi tenaga kerja outsourcing disini sudah 2,5 tahun dan setiap lebaran alhamdulilah dapat THR terus mas, berupa uang sebesar gaji 1 bulan penuh walaupun pemberiannya agak terlat sih.”
(wawancara, 03 september 2010 pukul 11.20 WIB)
Selain betty (sekretaris) tenaga kerja outsourcing lainnya pun juga dapat THR semua. Seperti pernyataan Erlin Fajar wati (Operator Telepon) sebagai berikut :
”saya sudah kerja sudah sekitar 6 tahun sebagai tenaga kerja outsourcing, setiap tahun selalu dapat THR berupa uang dan parcel.”
(wawancara, 02 september 2010 pukul 12.20 WIB)
Jadi hak mendapatkan THR tidak hanya diberikan kepada karyawan
tetap saja tetapi tenaga kerja outsourcing pun berhak mendapatkan hak THR.
Karena THR tidak mengenal perbedaan antara karyawan kontrak dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
outsourcing. Tetapi jumlah nominalnya tergantung gaji per bulannya dan
masih kalah jauh dibandingkan dengan apa yang diperoleh oleh tenaga kerja
tetap.
b) Hak Sosial Tenaga Kerja Outsourcing
Jaminan Sosial Tenaga Kerja ( Jamsostek)
Menurut UU No 40 tahun 2004 tentang sistem jaminan social
nasional, jaminan social adalah salah satu bentuk perlindungan social untuk
menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya
yang layak.
Jaminan social tenaga kerja (jamsostek) adalah suatu perlindungan
bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti
sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai
akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa
kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia.
Menurut pernyataan Totok Santosa (Staff Dinas Tenaga Kerja Kota
Surakarta) sebagai berikut :
“Jamsostek secara khusus diatur dalam UU No 3 Tahun 1992 tentang jaminan social tenaga kerja dan peraturan menteri tenaga kerja No. per-12/Men/VI/2007 tentang petunjuk teknis pendafaran kepesertaan, pembayaran iuran, pembayaran santunan dan pelayanan jaminan social tenaga kerja.” ( Wawancara, 22 juli 2010 pukul 09.00 WIB)
Hubungan kerja tenaga kerja harian lepas, borongan dan bekerja
berdasarkan perjanjian kerja waktu teertentu (PKWT) memiliki karakteristik
tersendiri dalam pelaksanaan pekerjaan sehingga upahnya tidak teratur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Menurut pernyataan Totok Santosa (Staff Dinas Tenaga Kerja Kota
Surakarta) sebagai berikut :
“Pemerintah melalui menteri tenaga kerja dan transmigrasi mengeluarkan keputusan menteri No. Kep-150/Men/1999 tentang penyelenggaraan program jaminan social tenaga kerja bagi pekerja harian lepas, borongan dan PKWT. Program jamsostek bagi pekerja kontrak meliputi : Jaminan kecelakaan kerja, Jaminan kematian, Jaminan hari tua, dan Jaminan pemeliharaan kesehatan.” ( Wawancara, juli 2010 pukul 09.15 WIB)
Mengenai besarnya iuran bagi kepesertaan tenaga kerja harian lepas,
borongan, dan PKWT dalam program Jaminan kecelakaan kerja, Jaminan
kematian, Jaminan hari tua, dan Jaminan pemeliharaan kesehatan ditetapkan
sesuai dengan ketentuan peraturan pemerintah No. 14 tahun 1993. Menurut
pernyataan Totok Santosa (Staff Dinas Tenaga Kerja Kota Surakarta) sebagai
berikut :
“jaminan kecelakaan kerja berkisar 0,24%-1,74 dari upah sebulan, jaminan hari tua sebesar 5,70% dengan rincian 3,70% ditanggung pengusaha dan 2% pekerja, jaminan kematian 0,30% dari upah sebulan, dan jaminan pemeliharaan kesehatan 6% bagi yang sudah berkeluarga dan 3% belum berkeluarga.” ( Wawancara, 22 juli 2010 pukul 09.15 WIB)
Secara substansial hak-hak pekerja outsourcing dalam jaminan sosial
sama dengan hak pekerja tetap, yang membuat beda adalah perbedaan upah
pekerja. Upah pekerja outsourcing biasanya lebih kecil daripada upah pekerja
tetap. Hal ini tentu saja mempengaruhi jumlah nominal klaim yang diterima
oleh pekerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
Tentang jaminan sosial ketenagakerjaan, ternyata tidak semua
karyawan outsourcing merasa mendapatkannya, padahal pasal 99 ayat 1 UU
ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 mengatakan bahwa :
”setiap pekerja/buruh dan keluarganya berhak untuk memperoleh jaminan sosial tenaga kerja.”
Tidak dipeolehnya jamsostek tersebut tidak seluruhnya kesalahan
perusahaan outsourcing. Ada perusahaan outsourcing yang memang tidak
mengusahakannya meskipun dana dari perusahaan pengguna diberikan,
namun ada pula yang karena mau menekan pengeluaran perusahaan pengguna
memang tidak memberikannya. Berdasarkan temuan di lapangan karyawan
outsourcing yang merasa tidak mendapatkan jaminan sosial adalah mereka
yang berpendidikan rendah, terutama untuk pekerjaan cleaning service.
Meskipun tidak diikutsertakan dalam jamsostek mereka tidak berani protes
karena takut diberhentikan. Berikut jawaban dari hasan tenaga kerja
outsourcing cleaning service yang tidak mendapatkan jamsostek :
”ketika akan mulai bekerja katanya dimasukkan dalam program jamsostek, tetapi setelah satu tahun, dua tahun, tiga tahun, dan sampai sekarang tidak dimasukkan juga. Katanya kalau dapat program jamsostek dapat kartu jamsostek tetapi kenyataannya sampai sekarang belum dapat kartunya.” ( wawancara, 02 September 2010 pukul 12.45 WIB)
Pengembagan Dan Karir
Pola pengembangan dan pelatihan untuk dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan dan pekerjaan mereka. Makin tinggi pendidikan, makin besar
tanggung jawab pekerjaan yang dibutuhkan, makin penting pelatihan yang
diberikan. Dengan pola ini, mereka yang berpendidikan rendah akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
memperolah pekerjaan yang sederhana. Seorang cleaning service akan mulai
bekerja dengan pengarahan seniornya tentang bahan, alat yang digunakan,
bagaimana menggunakannya, akibat kalau salah pakai, dan sejenisnya. Untuk
satpam akan diberi pelatiahan yang lebih banyak berhubungan dengan
kekuatan fisik, baris-berbaris, olah fisik, cara menggunakan senjata dan
sebagainya. Selain pelatihan dan menunjang kebutuhan pekerjaan, beberapa
perusahaan outsourcing juga melakukan pembinaan bagi karyawan bila ada
masalah yang berhubungan dengan tugas mereka.
Mengenai karir bagi tenga kerja outsourcing ada dua kelompok,
pertama tidak punya prospek dan kedua punya prospek karir. Yang tidak
berprospek terutama kelompok yang berpendidikan rendah seperti kurir dan
juga semua tenaga kerja outsourcing yang bekerja di PT. PLN (persero) APJ
Surakarta, walaupun sudah bekerja selama bertahun-tahun tetap menjadi
tenga kerja outsourcing seumur hidup.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Suharno (kurir) sebagai berikut :
”saya sudah bekerja disini sekitar 4 tahunan dan sampai sekarang pekerjaan saya sebagai staff administrasi sampai sekarang dan sulit menjadi tenaga kerja tetap karena untuk menjadi tenaga kerja tetap harus dari PT. PLN Pusat (jakarta).” ( wawancara, 02 september 2010 pukul 12.40 WIB)
Jika seseorang statusnya sebagai tenaga kerja outsourcing maka akan
sulit untuk mengembangkan karir atau naik pangkat karena tergantung
kontrak kerjanya. Sebab lainnya karena tenaga kerja outsourcing statusnya
sebagai pekerja perusahaan penyedia jasa/vendor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ditengah derasnya arus persaingan dunia usaha, para pengusaha
diharuskan untuk meraih keunggulan kompetitif untuk dapat bertahan
dalam dunia usaha. Berbagai macam cara dilakukan untuk mencapai
efektivitas dan efisiensi perusahaan, salah satunya dengan mengurangi
jumlah sumber daya manusia yang ada. Dalam perampingan sumber daya
manusia yang ada, perusahaan umumnya memilih untuk merekrut para
pekerja melalui outsourcing.
Outsourcing yaitu suatu bentuk perjanjian kerja antara perusahaan
pengguna jasa dengan perusahaan penyedia jasa, dimana perusahaan
pengguna jasa meminta kepada perusahaan penyedia jasa untuk
menyediakan tenaga kerja yang diperlukan untuk bekerja di perusahaan
pengguna jasa dengan membayar sejumlah uang dan upah atau gaji tetap
dibayarkan oleh perusahaan penyedia jasa.
Tenaga kerja outsourcing adalah tenaga kerja yang dimanfaatkan
oleh perusahaan untuk memproduksi atau melaksanakan suatu pekerjaan
pada perusahaan tersebut, yang diperoleh melalui perusahaan penyedia
tenaga kerja. Misalnya seorang tenaga kerja yang bernama A melamar
kepada perusahaan outsourcing perusahaan X. Kemudian dari perusahaan
X ia dikirimkan ke perusahaan Y, yaitu perusahaan pengguna tenaga kerja
outsourcing untuk bekerja sebagai tenaga administrasi. Meskipun ia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
bekerja di perusahaan dan melaksanakan tugas untuk perusahaan Y, A
tetap berstatus sebagai tenaga kerja perusahaan X.
Diketahui bahwa implementasi outsourcing di PT. PLN
berpedoman pada peraturan direksi No. 305K/DIR/2010 tentang
pengadaan barang dan jasa dan UU No. 13 Tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan. Penerapan sistem outsourcing di PT. PLN banyak terjadi
berbagai penyimpangan, seperti masih rancunya antara konsep
outsourcing dengan kerja kontrak, sehingga berdampak pada pemisahan
kategori jenis pekerjaan yang tidak sesuai. Manusia sebagai tenaga kerja
disamakan seperti barang/produk. Tenaga kerja outsourcing dirugikan.
Jenis pekerjaan yang di outsourcingkan seperti tenaga
keamanan/SATPAM, operator telepon, pengelolaan data dan pengelolaan
jaringan, customer service operator, staff administrasi dan sekretaris.
Umur tenaga kerja outsourcing di PT. PLN sekitar 4-6 tahun dan sudah
mengalami perpindahan vendor lebih dari satu perusahaan outsourcing.
Sebagai kompensasi UMK selalu menjadi dasar pemberian gaji pokok
untuk semua tenaga kerja outsourcing. Perbedaan penerimaan pendapatan
bukan pada gaji pokok, melainkan pada tunjangan yang diperoleh. Makin
tinggi pendidikan makin bervariasi jenis dan jumlah tunjangan. Beberapa
penyimpangan yang yang dilakukan perusahaan outsourcing adalah : (1)
Tidak semua perusahaan membuat dan memberikan surat perjanjian kerja,
(2) Tidak semua perusahaan outsourcing memberikan upah lembur sesuai
ketentuan, (3) Tidak semua perusahaan outsourcing mengikutsertakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
pekerja pada program jamsostek, (4) tidak semua perusahaan outsourcing
mematuhi waktu kontrak yang ditentukan oleh undang-undang.
Untuk tunjangan hari raya semua perusahaan outsourcing
mengikuti ketentuan yang ada, yakni satu kali gaji bila sudah satu tahun
bekerja. Bila belum satu tahun, minimal tiga bulan dengan jumlah
pemberian proporsional. Untuk cuti (hamil, haid, sakit, dan tahunan)
perusahaan outsourcing mengikuti ketentuan yang ada, tetapi tenaga kerja
umumnya tidak mengambil cuti haid dan tidak memperoleh cuti tahunan
karena kontraknya selalu diperpanjang setiap satu tahun sekali. Untuk hak
mogok dan ikut serikat pekerja umumnya tenaga kerja outsourcing di PT.
PLN tidak mengikti karena takut terhadap masa depannya. Pesangon juga
tidak didapatkan para pekerja outsourcing. Dan tidak mempunyai peluang
karir untuk promosi jabatan maupun menjadi pekerja tetap.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
B. SARAN
1. Disarankan kepada pemerintah untuk meninjau kembali ketentuan
UU Ketenagakerjaan dalam kaitan batasan pekerjaan pokok dan
pekerjaan penunjang bagi tenaga kerja outsourcing karena
perkembangan jenis usaha pada saat ini sulit dibedakan antara
pekerjaan utama dengan pekerjaan penunjang.
2. PT. PLN (persero) APJ Surakarta harus lebih memahami
perbedaan antara konsep kerja kontrak dengan outsourcing.
Kemudian peraturan mengenai outsourcing perlu ditinjau kembali
dan lebih memanusiakan tenaga kerja.
3. Antara pemerintah dan pengusaha harus memahami secara
mendalam konsep outsourcing. Agar tidak campur aduk dengan
kerja kontrak. Sehingga status tenaga kerja akan jelas.
4. Perlunya peningkatan kinerja pengelola perusahaan outsourcing
agar manajemen perusahaan menjadi lebih baik dan pemberian
reward bagi tenaga kerja yang memiliki kinerja bagus. Misalnya
memberikan bonus premi kehadiran dan wisata bersama.
5. Pemerintah lebih memperhatikan nasib kesejahteraan tenaga kerja
baik tetap maupun outsourcing dengan merevisi kembali UU No.
13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.