skripsi oleh: didik rochtriyanto nim x 5107514 fileelektronika pada mata pelajaran ipa dengan...
TRANSCRIPT
1
PENINGKATAN KEMAMPUAN MERAKIT ELEMEN
ELEKTRONIKA PADA MATA PELAJARAN IPA DENGAN
MENGGUNAKAN
MEDIA PENGAJARAN ELEKTRONIKA BEKAS
PADA SISWA KELAS VI TUNA RUNGU
SDLB N MOJOAGUNG
KABUPTEN GROBOGAN
TAHUN 2009
Skripsi
Oleh:
DIDIK ROCHTRIYANTO
NIM X 5107514
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
2
PENINGKATAN KEMAMPUAN MERAKIT ELEMEN
ELEKTRONIKA PADA MATA PELAJARAN IPA DENGAN
MENGGUNAKAN
MEDIA PENGAJARAN ELEKTRONIKA BEKAS
PADA SISWA KELAS VI TUNA RUNGU
SDLB N MOJOAGUNG
KABUPATEN GROBOGAN
TAHUN 2009
Skripsi
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi
persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Ilmu Pendidikan Program studi Pendidikan Luar Biasa
Oleh :
DIDIK ROCHTRIYANTO
NIM X 5107514
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
3
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, 2009
Pembimbing I Persetujuan Pembimbing Pembimbing II
Drs R.Indianto, Mpd Drs. Maryadi, M.Ag NIP. 19510115 198003 1 001 NIP.19520601 198103 1 003
4
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Rabu
Tanggal : 5 Agustus 2009
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. A. Salim Choiri, M.Kes ........................
Sekretaris : Dra. B. Sunarti.M.Pd .................................
Anggota I : Drs. R.Indianto M.Pd ...........................
Anggota II : Drs. Maryadi. M. Ag ..................................
Disahkan Oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.pd
NIP.19600727 198722 1 0
5
ABSTRAK
Didik Rochtriyanto. Peningkatan Kemampuan Merakit Elemen Elektronika Pada Mata Pelajaran IPA Dengan Menggunakan Media Pengajaran Elektonika Bekas Pada Siswa Kelas VI Tuna Rungu SDLB N Mojoagung Kabupaten Grobogan, Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2009. Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk menguji ada tidaknya peningkatan kemampuan merakit elemen elektronika bekas dengan menggunakan media pengajaran elektronika bekas pada mata pelajaran IPA pada siswa kelas VI Tuna rungu SDLB N Mojoagung Kabupaten Grobogan antara seebelum dn sesudh mendapatkan tindakan.2) untuk mengetahui ad tidaknya kkeatifan siswa kelas VI Tuna rungu SDLBN Mojoagung Kabupaten Grobogan dalam mencoba, berkesperimen menggunakan alat elektronika. 3) mengetahui ada tidaknya kreasi, karya membuat lampu berkedip, lampu lintas dan bel listrik Penelitian ini termasuk PenelitianTindakan kelas jumlah populasi yang dijadikan subyek sebanyak 4 siswa. Penelitian ini menggunakan metode interview, tes dan observsi. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan lembar observasi.Teknik Analisis data digunakan penulis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Siklus I dan Siklus II. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data dengan Penggunaan Media Pengajaran Elektronika bekas dapat meningkatkan kemampuan merakit elemen elektronika. pada mata pelajaran IPA pada siswa kelas VI Tuna rungu SDLB N Mojoagung Kabupaten Grobogan 2009.
6
MOTTO
Mintalah, maka kamu akan mendapat, ketoklah, maka pintu akan
dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan
setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok,
baginya pintu dibukakan.
Matius 7 : 7-8
7
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan
· Bapak dan ibu, atas kasih sayang dan bimbingannya · Istri dan anakku yang tersayang yang selalu memberikan dukungan, terima kasih atas semua pengertiannya · Rekan - rekan guru yang telah membantu · Almamater
8
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan hormat kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
yang telah melimpahkan berkah dan kasih karuniaNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan naskah skripsi ini .
Skripsi ini disusun guna memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan
Banyak hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi selama penulisan
skripsi ini, namun atas bantuan berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat pemulis
selesaikan. Untuk itu penulis menyampoaiakan ucapan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta bapak Prof. Dr. Drs. M.Furqon Hidayatullah, M.Pd,
2. Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta bapak Dr.rer.nat, Sajidan, M.Si.
3. Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta bapak Drs. Amir Fuady, M.Hum yang telah
memberikan izin untuk penelitian.
4. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta bapak Drs. Asrowi, M.Pd.
5. Sekretaris Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta bapak Drs. Sutijan, M.Pd
6. Ketua Program Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta bapak Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd.
7. Sekretaris Program Studi Pendidikan Luar Biasa jurusan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta bapak Drs. Maryadi, M.Ag.
8. Bapak Drs, Rusdiana Indianto, M.Pd. selaku pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dalam menyusun skripsi.
9. Bapak Drs. Maryadi, M.Pd, selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dalam menyususn skripsi.
9
10. Bapak Tarmudji S.Pd. selaku Kepala SDLB N Mojoagung Kabupaten
Grobogan yang telah memberikan ijin untuk dapat melaksanakan penelitian di
sekolah yang dipimpin
11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.
Surakarta, juli 2009
Penulis
10
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN .........................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................................iv
HALAMAN ABSTRAK..............................................................................................v
HALAMAN MOTTO...................................................................................................vi
HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................................vii
KATA PENGANTAR................................................................................................viii
DAFTAR ISI ..............................................................................................................x
DAFTAR TABEL .......................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................
B. Rumusan Masalah................................................................................
C. Tujuan Penelitian ..............................................................................
D. Manfaat Penelitian ...............................................................................
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka.................................................................................
1. Hakikat IPA.............................................................................
a. Pengertian IPA..........................................................
b. Tujuan Mata Pelajaran IPA ......................................
c. Ruang Lingkup IPA ..................................................
2. Kemampuan Merakit Elemen Elektronika................................
a. Pengertian Kemampuan Merakit Elemen
Elektronika..............................................................
b. Proses Belajar Keterampilan motorik......................
3. Media Pengajaran
a. Pengertian Media
Pengajaran.................................................................
b. Jenis - jenis Media Pengajaran..................................
11
c. Kriteria Memilih Media Pengajaran.............................
d. Tujuan Penggunaan Media Pengajaran .......................
e. Alasan Penggunaan Media Pengajaran.........................
f. Media Pengajaran Elektronika......................................
4. Hakikat Anak Tuna Rungu...........................................................
a. Pengertian Anak Tuna Rungu........................................
b. Penyebab Anak Tuna Rungu..........................................
c. Klasifikasi Anak Tuna Rungu........................................
d. Perkembangan Anak Tuna Rungu..................................
B. Kerangka Berpikir.....................................................................................
C. Perumusan Hipotesis Tindakan..................................................................
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting dan Subyek Penelitian.....................................................................
B. Teknik Pengumpulan Data...........................................................................
C. Analisa Data..................................................................................................
D. Prosedur Penelitian........................................................................................
BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Diskripsi Lokal Penelitian.............................................................................
B. Diskripsi Permasalahan Penelitian...............................................................
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan Penelitian...................................................................................
B. Implikasi Hasil Penelitian.............................................................................
C. Saran.............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
12
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Daftar Identitas Siswa Tunarungu Kelas VI SDLB N
Mojoagung Kabupaten Grobogan...................................................................
Tabel 2. Daftar Nilai Pre tes belajar IPA Anak Tunarungu
sebelum Perlakuan...........................................................................................
Tabel 3. Data nilai Post tes Pada Siklus 1 Anak Tunarungu
sesudah perlakuan............................................................................................
Tabel 4. Data Hasil refleksi Siswa Siklus 1 ...................................................................
Tabel 5. Data nilai Prestasi Belajar siswa pada Siklus II
Post tes II..........................................................................................................
Tabel 6. Data hasil refleksi siswa Siklus II......................................................................
Tabel 7. Perbandingan kondisi awal, siklus I dan Siklus II
1. Tindakan, 2.Prosespembelajaran, 3. Hasil belajar .....................................
13
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Grafik Hasil Belajar siswa
sebelum dan sesudah Siklus 1 ..........................................
Gambar II. Grafik Hasil Belajar siswa
sebelum dan sesudah Siklus I dan Siklus II ........................
14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Model mengajar keterampilan adalah pola kegiatan yang bertujuan
adanya perubahan tingkah laku berupa skill yang memerlukan manipulasi
dan koordinasi informasi yang dipelajari. Keterampilan dibedakan menjadi
dua yaitu keterampilan Intelektual dan Keterampilan Psikomotorik,
misalnya, penguasaan prinsip/konsep, Keterampilan Psikomotorik, misalnya
menggergaji, mengecat tembok , merancang dan menuyusun atau merakit
suatu benda atau alat. Peningkatan kemampuan merakit elemen elektronika
atau membuat karya sebagai hasil belajar dari suatu proses pembelajaran
mata pelajaran IPA atau Sains harus selalu diusahakan secara bersama baik
guru kelas maupun guru mata pelajaran keterampilan dengan menggunakan
media pengajaran atau alat peraga yang sudah ada atau alat - alat yang dibuat
bersama oleh guru dan murid dengan memanfaatkan bahan - bahan atau
barang elektronika bekas yang biasanya mudah didapat di sekitar lingkungan
peserta didik.
Kegiatan belajar mengajar adalah bagian dari proses pendidikan di
sekolah yang paling pokok, ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan
pembelajaran sangat bergantung kepada bagaimana proses belajar yang
dialami oleh siswa sebagai peserta didik.
Kenyataan yang ada di SDLB N Mojoagung, Kabupaten Grobogan
belum semua guru mengoptimalkan proses pembelajaran hingga
memperoleh prestasi belajar yang memuaskan. Hal ini terbukti masih banyak
prestasinya yang masih rendah dan kemampuan Psikomotroik belum
nampak karena terbatasnya sarana dan prasarana yang digunakan untuk
menunjang proses belajar mengajar di kelas. Minat belajar dan motivasi
masih sangat diperlukan khususnya pada mata pelajaran IPA atau Sains
mengenai membuat karya elektronika sederhana. Mata pelajaran IPA atau
Sains masih dianggap pelajaran yang membosankan dan sulit dipahami
terlebih karena keterbatasan dalam mendengar dan berbicara peserta didik.
1
15
SDLB N Mojoagung adalah salah satu sekolah dasar luar biasa yang
berada di wilayah kabupaten Grobogan yang sebagian besar siswanya
berasal dari pedesaan dan kebanyakan dari orang tua yang berpenghasilan
rendah sebagai buruh tani serta tingkat pendidikan yang rendah pula
sehingga kurang memberikan perhatian dalam memotivasi belajar bahkan
bila musim panen anak - anak mereka membantu bekerja di sawah,
kesempatan waktu belajar di rumah sebagai kelanjutan belajar dari sekolah
hampir tidak ada, dengan demikian prestasi belajarnya rendah.
Masalah yang dihadapi siswa tersebut perlu dicarikan jalan keluar
atau pemecahannya karena kesulitan yang dihadapi anak dalam pemahaman
energi listrik, kurangnya keberanian dalam melakukan tindakan
bereksperimen karena takut sengatan arus listrik, siswa kurang bergairah
dalam belajar mata pelajaran IPA atau Sains, maka ditemukan pemikiran
untuk meningkatkan kinerja siswa tersebut dengan menggunakan strategi
pembelajaran yang sesuai. Dalam hal ini penulis mencari dan
mengumpulkan barang-barang elektronika bekas yang biasanya mudah
dijumpai di sekitar rumah siswa untuk digunakan media pengajaran atau alat
peraga dan bereksperimen dalam menunjang proses belajar mengajar mata
pelajaran IPA atau Sains mengenai energi Listrik.
B. Rumusan Masalah
Bertolak dari uraian diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
Apakah penggunaan Media pengajaran elektronika bekas dapat
meningkatkan kemampuan merakit elemen elektronika pada mata pelajaran
IPA pada siswa kelas VI Tuna Rungu SDLB N Mojoagung Kabupaten
Grobogan Tahun 2009 ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari rumusan masalah tersebut,tujuan penelitian ini adalah:
Meningkatkan mutu kegiatan pembelajaran IPA atau Sains
mengenai energi listrik dengan Penggunaan Media Pengajaran Elektronika
Bekas pada Siswa Kelas VI SDLB N Mojoagung Kabupaten Grobogan
Tahun 2009.
16
D. Manfaat Penelitian
1. Siswa dapat mengatasi kesulitan dalam menggunakan barang-barang
elektronika.
2. Guru dapat memperbaiki kinerjanya dengan mengembangkan strategi
mengajar di kelas dengan menggunakan Media Pengajaran Elektronika
Bekas.
3. Pihak sekolah dalam hal ini Kepala sekolah akan lebih memperhatikan
dan mendukung program - program pembelajaran di sekolah dengan
menggunakan Media Pengajaran Elektronika Bekas.
17
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat IPA
a. Pengertian IPA Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan
dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam
alam manusia. Segi - segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan - rumusan
yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup
pandangannya, dan kepastian ilmu - ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Menurut htp//www. goggle.com yang diakses pada tanggal 13 Juli 2009 bahwa " Ilmu Alam hanya bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi kedalam hal yang bahani(materiil saja) atau Ilmu pengetahuan hanya bisa meramalkan perilaku manusia jika membatasi lingkup pandangannya ke dalam segi umum dan perilaku manusia yang konkrit. Berkenaan dengan contoh ini, ilmu - ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa jauhnya Matahari dari Bumi, atau ilmu psikologi menjawab apakah seseorang pemudi sesuai untuk menjadi perawat."
Kata ilmu sendiri merupakan kata serapan dari bahasa Arab "Ilm " yang
berarti memahami, mengerti, atau mengetahui. Dalam kaitan penyerapan
katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti memahami sesuatu pengetahuan
dan ilmu sosial dapat berarti mengetahui masalah - masalah sosial dan lain
sebagainya.
Ilmu Pengetahuan Alam biasa disingkat IPA adalah sebuah mata
pelajaran yang mempelajari ilmu alam untuk siswa sekolah dasar (SD)atau
Sekolah dasar luar biasa (SDLB) dan sekolah menengah
pertama(SMP/SLTP). Namun berbeda pada istilah yang terdapat di sekolah
menengah tingkat atas dan Perguruan tinggi. Kata IPA lebih dikenal sebagai
salah satu penjurusan kelas yang secara khusus lebih memfokuskan untuk
membahas ilmu - ilmu eksakta.
Pendidikan IPA adalah wahana bagi peserta didik untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih
lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari - hari. Proses
4
18
Pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar menjelajah dan memahami alam sekitar
secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga
dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih
mendalam tentang alam sekitar.
Di dalam Standard Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA atau Sains (2006:115-116) merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistimatis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta - fakta, konsep - konsep, atau prinsip - prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Di tingkat SDLB diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas ( Sains, Lingkungan, teknologi dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan Kompetensi pekerja ilmiah secara bijaksana. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Ilmu
Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran yang mempelajari ilmu alam
semesta dengan menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
a. Tujuan Mata Pelajaran IPA di SDLB - B
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hasil kegiatan manusia
berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam
sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah
antara penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan - gagasan.
Mata Pelajaran IPA diajarkan di SDLB - B bertujuan agar peserta
didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
1. Memperoleh Keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan , keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2. Mengembangkan Pengetahuan dan pemahaman konsep - konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari- hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
5. Menigkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
6. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan.
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. ( Standar Kompetensi 2006: 115 - 116 )
19
Dari paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa Tujuan Pengajaran
IPA agar siswa : Memahami konsep - konsep IPA dan keterkaitanya dengan
kehidupan sehari - hari memiliki keterampilan proses untuk
mengembangkan pengetahuan, gagasan tentang alam sekitar, mempunyai
minat untuk untuk mengenal dan mempelajari benda - benda serta kejadian
di lingkungan sekitar, bersikap ingin tahu, tekun terbuka, kritis, mawas diri,
bertanggung jawab, bekerjasama dan mandiri , mampu menerapkan berbagai
konsep IPA, mampu menggunakan teknologi sederhana mengenal dan
memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran
dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa.
c. Ruang Lingkup
Ruang Lingkup mata pelajaran IPA untuk SDLB meliputi aspek-
aspek sebagai berikut :
Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan.
1. Benda/ Materi, sifat- sifat dan kegunaanya, meliputi : cair, padat dan gas. 2. Energi dan perubahannya meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
cahaya dan pesawat sederhana. 3. Bumi dan alam semesta meliputi : tanah, bumi, tata surya dan benda -
benda langit lainnya. (Standard Kompetensi 2006 : 115 - 116 ) d. Metode Pembelajaran IPA di SDLB Di dalam mempelajari IPA ada berbagai cara atau metode seperti
yang tercantum dalam buku metodik khusus pengajaran IPA di Sekolah
Dasar (1996:7) ”yakni ; 1) Metode ceramah ; 2) Metode Demonstrasi ;
Metode Diskusi ; 4(Metode Eksperimen; 5) Metode tanya jawab; 6)
Metode Karya Wisata ; 7) Metode Pemberian Tugas.”
Adapun keterangan dari metode - metode tersebut sebagai berikut :
1) Metode Ceramah
Metode ceramah ialah cara penyajian pelajaran yang dilakukan oleh
guru dengan lisan kepada siswa atau dilakukan dengan menggunakan
alat Bantu serta gambar - gambar.
20
2) Metode Demonstrasi
Dengan metode demonstrasi dimaksudkan bahwa guru atau siswa
sengaja diminta untuk memperhatikan kepada seluruh kelas suatu proses
atau cara membuat sesuatu. Pada waktu akan mengajar dalam
menggunakan metode tesebut guru harus memperhatikan beberapa hal
sebagai berikut :
a. Alat - alat harus sudah ada di meja demonstrasi sebelum siswa
masuk ruangan
b. Percobaan yang bersifat baru hendaknya dicoba dulu sebelumnya.
c. Hendaknya disediakan alat cadangan.
d. Bila ada percobaan gagal, guru tidak boleh menggerutu dan
menyalahkan alat.Bila masih ada waktu cari penyebab kesalahan itu,
bila tidak ada sebaiknya percobaan itu diulangi pad waktu lain.Bila
ada beberapa percobaan yang harus didemonstrasikan hendaknya alat
- alat itu disusun menurut urutannya.
e. Meja didemonstrasi sebaiknya agak lebih tinggi supaya semua siswa
dapat melihatnya.
f. Diusahakan agar semua siswa dapat melihat percobaan dengan baik
dan mencatat hasil pengukuran yang dilakukan.
g. Mencatat hasil percobaan.
3) Metode Diskusi
Metode diskusi dalam pengajaran IPA dapat digunakan sebagai
sarana pertukaran pendapat, pengalaman dan pengetahuan yang telah
disusun untuk mendapat suatu kesimpulan.
Hal - hal yang perlu diperhatikan :
Merumuskan masalah.
a) Menjelaskan secara singkat tentang masalah tersebut, disertai tujuan
mengapa dipilih masalah tersebut.
b) Mengatur peran serta siswa dalam melakukan diskusi.
c) Mengarahkan pembicaraan agar sesuai tujuan.
d) membimbing siswa agar dapat mengambil kesimpulan dari hasil
diskusi.
4) Metode Eksperimen
21
Metode ini digunakan untuk memberikan kesempatan kepada siswa
melakukan suatu proses baik secara sendiri atau kelompok. Pada metode
eksperimen. guru membagi siswa menjadi kelompok - kelompok kecil.
Satu kelompok terdiri atas 4 sampai dengan 5 anak.
5) Metode Tanya Jawab
Metode ini merupakan suatu cara penyajian melalui berbagai
bentuk pertanyaan.
a) Guru mengajukan pertanyaan dijawab oleh siswa.
b) Siswa mengajukan pertanyaan dijawab oleh guru.
c) Siswa mengajukan pertanyaan lain dijawab oleh siswa.
6) Metode Karya Wisata.
Metode Karya Wisata ialah suatu cara menyajikan bahan pelajaran
dengan membawa siswa langsung kepada obyek yang akan dipelajari
yang terdapat di luar kelas. Dengan metode ini siswa memperoleh
pengalaman langsung mengumpulkan bahan - bahan pelajaran,
memotivasi untuk belajar dan membuktikan kebenaran pengertian yang
diperoleh dalam kelas.
7) Metode Pemberian Tugas.
Metode Pemberian Tugas adalah suatu cara mengajar dengan
kegiatan perencanaan antara siswa dan guru mengenai suatu pokok
bahasan yang harus diselesaikan oleh siswa dalam waktu tertentu yang
telah disepakati bersama.
e. Cara Mengukur Prestasi Belajar IPA
Prestasi belajar IPA dapat dilihat dari evaluasi yang dilakukan
oleh guru. Kegiatan evaluasi bertujuan untuk mengetahui apakah proses
belajar mengajar yang telah terjadi pada siswa dan sejauh mana perubahan
itu terjadi. Pengertian penilaian seperti tercantum dalam buku Pertunjuk
Pelaksanaan Penilaian (1990 : 31) bahwa " Penilaian adalah usaha
mengumpulkan berbagai informasi secara berkesinambungan dan
menyeluruh, tentang proses belajar mengajar yang telah dicapai oleh siswa
melalui kegiatan belajar mengajar". Dari pengertian tentang penilaian
terebut, diharapkan dapat mengetahui sejauh mana penguasaan murid
terhadap pelajaran yang telah diberikan oleh guru serta akan dapat diketahui
22
letak kesulitan yang akan dicapai anak dalam belajar. Ini meliputi bidang -
bidang Kognitif, efektif, dan psikomotorik yang dilakukan secara terus
menerus. Untuk menentukan tingkat keberhasilan pendidikan tidak hanya
ditetukan oleh tingkat pencapaian kognitifnya saja tetapi juga tingkat
pencapaian ranah afektif, dan ranah psikomotoris, untuk itu guru sebagai
pendidik harus dapat mengembangkan, mengadministrasikan dan
memberikan nilai pada ketiga ranah tersebut.
Evaluasi yang dilakukan disekolah mempunyai berbagai makna
yaitu :
1) Makna bagi murid.
Dengan penilaian murid dapat mengetahui sejauh mana ia telah
berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru.
2) Makna bagi guru
Dengan mengadakan penilaian ada dua hal yang dapat diperoleh
dari guru yaitu:
a). Dapat mengetahui murid mana yang dapat diberi program pengayaan
dan mana yang diberi program perbaikan.
b) Dapat mengetahui apakah program pengajaran sudah cukup ataukah
masih memerlukan perbaikan.
3). Makna bagi Sekolah.
Dengan mengetahui hasil belajar para siswanya, maka dapat
memberikan informasi apakah sekolah sudah menciptakan kondisi
belajar yang sesuai sehingga dapat memberikan pertimbangan dalam
membuat perencanaan yang akan datang. Dengan mengetahui makna
penilaian tersebut maka untuk dijadikan dasar dalam menentukan
perlakuan berikutnya apakah murid perlu diberi program pengayaan atau
perbaikan.
Dari uraian tersebut, maka dengan hasil penilaian yang dilakukan
oleh guru akan dapat mengukur tingkat prestasi belajar para murid, baik
yang hendak dicapai dari tiap - tiap pokok bahasan maupun prestasi dari tiap
- tiap mata pelajaran.
23
Pelaksanaan Penilaian : Untuk mengetahui perkembangan dan
kemajuan belajar siswa, perlu dilakukan suatu penilaian terhadp hasil belajar
siswa, yaitu dengan cara :
a. Ulangan Harian
Ulangan harian dilakukan dengan tertulis, lisan/mencongak,
perbuatan dan pengamatan pada akhir satu pokok
bahasan/tema/konsep/bahan kajian atau lebih. Ulangan harian
dilaksanakan minimal 3 (tiga) kali setiap catur wulan atau disesuaikan
dengan jumlah pokok bahasan/sub pokok bahasan/tema/konsep.bahan
kajian yang ada.
b. Pemberian Tugas.
Pelaksanaan pemberian tugas perlu memperhatikan hal - hal berikut :
a). Banyaknya tugas memberatkan siswa
b). Jenis dan materinya harus didasarkan kepada tujuan pemberian
tugas, yaitu untuk melatih siswa menerapkan atau
menggunakan hasil perolehannya.
c). Diusahakan dalam pemberian tugas pelajaran IPA dan
Matematika tidak bersama waktunya.
c. Ulangan Umum.
Ulangan umum dilakukan dengan tertulis pada akhir tengah
semesteran. Teknis tes yang digunakan disesuaikan dengan kondisi yang
ada. Bentuk soal uraian perlu ditekankan dalam ulangan umum untuk
merangsang daya pikir siswa dan dapat melatih siswa mengemukakan
ide, tanggapan, dan pemikirannya.
Pengolahan Hasil Penelitian.
Langkah - langkah pengolahan skor sehingga menjadi sebuah nilai
yang dapat dicantumkan di dalam raport sebagai berikut:
24
a. perbuatan) (X)
b.Menghitung Menghitung rata- rata nilai ulangan harian(tertulis
dan pengamatan rata- ata tugas (Y)
c.Menghitung perolehan nilai ulangan umum (P)
d.Menghitung nilai untuk setiap tengah semester dengan
menggunakan rumus :
N = X+
4 Y+2P
N : Nilai rapor
X : Nilai rata - rata ulangan harian
Y : Nilairata - rata tugas
P : Nilai ulangan umum.
2. Kemampuan Merakit Elemen Elektronika
a. Pengertian Kemampuan Merakit Elemen Elektronika
Menurut Poerwadarminta dalam Kamus Bahasa Indonesia
(1976:628), kata kemampuan berarti "Kesanggupan, kecakapan,
kekuatan".
Menurut Poerwadarminto dalam Kamus Bahasa Indonesia
(l987:722), kata Merakit adalah " Menyusun dan menggabungkan bagian -
bagian seperti merakit mobil, merakit mesin sampai dapat berfungsi
dengan baik."
Menurut http://www.google.com yang diakses pada tanggal 13 Juli 2009 bahwa " Elektronika adalah ilmu yang mempelajari alat listrik arus lemah yang dioperasikan dengan cara mengontrol aliran electron atau artikel bermuatan listrik dalam suatu alat seperti komputer, peralatan elektronik, ternokopel, semikonduktor, dan lain sebagainya. Bentuk desain dan pembuatan sirkuit elektronikanya adalah bagian dari teknik elektro, teknik computer, dan ilmu/teknik elektronika dan instrumentasi. Alat - alat yang menggunakan dasar kerja elektronika adalah yang biasa disebut sebagai peralatan elektronik, Tabung Sinar Katoda, radio, TV, perekam kaset, perekam kaset Video, perekam VCD, perekam DVD, kamera video, kamera digital, computer pribadi desk top, computer laptop, PDA, robot , smart card."
25
Kemahiran motorik merupakan kemampuan yang berkaitan
dengan kelenturan syaraf atau otot. Pembelajar naik sepeda, menyetir
mobil, menulis halus, merakit sesuatu, merupakan contoh yang
menunjukkan kemahiran motorik. Keterampilan merujuk pada kemampuan
menampilkan gerakan- gerakan yang terkontrol oleh kesempatan,
kecermatan ,kekuatan, kehalusan dari gerakan tubuh.
” Keterampilan motorik terdiri atas keterampilan - keterampilan
bagian (part - Skills). Belajar keterampilan motorik adalah belajar
mengintegrasikan keterampilan bagian sehingga lebih bermakna. Prinsip
pengulangan sangat penting dalam belajar keterampilan motorik.” (Noehi
Nasution 1995 :84)
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan
Merakit Elemen Elektronika adalah suatu kesanggupan atau kecakapan
dalam menggabungkan elemen atau satuan elektronika sampai dapat
berfungsi atau bermanfaat. Kemampuan Merakit Elemen Elektronika
berupa Adaptor, lampu berkedip dan bel listrik merupakan kesanggupan
menggabungkan elemen atau satuan elektronika sehingga dapat digunakan
untuk alat bermain yang menggunakan arus listrik yang tidak berbahaya
bila dipegang dan sebagai alat untuk eksperimen .
Dalam kehidupan manusia, keterampilan motorik memegang
peranan yang sangat pokok. Seorang anak kecil sudah harus mengusai
berbagai keterampilan motorik , seperti mengenakan pakaiannya sendiri,
mempergunakan alat - alat makan, mengucapkan bunyi - bunyi yang
berarti sehingga dapat berkomunikasi dengan saudara - saudaranya, dan
lain sebagainya. Pada waktu masuk sekolah dasar, anak memperoleh
keterampilan - keterampilan baru, seperti menulis dengan memegang alat
tulis dan membuat gambar - gambar; keterampilan - keterampilan ini
menjadi bekal dalam perkembangan kognitifnya.
b. Proses Belajar Keterampilan Motorik .
Belajar Keterampilan motorik menuntut kemampuan untuk
meningkatkan sejumlah gerak - gerak jasmani sampai menjadi suatu
26
keseluruhan yang dilakukan dengan gencar dan lurus, tanpa perlu
memikirkan lagi secara rinci yang dilakukan.
Keterampilan motorik mengutamakan gerakan - gerakan otot -
otot, urat - urat dan persendian dalam tubuh namun diperlukan pengamatan
melalui alat indera dan pengolahan secara kognitif yang melibatkan
pengetahuan dan pemahaman. Maka dalam belajar semacam ini gerakan
jasmani, persepsi, konsep, kaidah dan pengetahuan bahkan sikap,
semuanya memegang peranan. Namun pengaturan - pengaturan gerakan
jasmani dan koordinasi antar gerakan pada berbagai anggota badan
memegang peranan utama dan menjadikan jalur belajar ini suatu proses
belajar sendiri.
Mengingat sifat khas dari belajar keterampilan motorik, maka
latihan merupakan tindakan yang harus dilakukan secara terus menerus.
Tanpa latihan siswa tidak mungkin menguasai keterampilannya karena
berlatih membutuhkan waktu. Suatu konsep dapat ditangkap dalam waktu
singkat, tetapi tidak demikian dalam keterampilan motorik. Selain latihan
perlu juga dikuasai prosedur gerak - gerik yang harus diikuti dan prosedur
koordinasi antara anggota - anggota badan. Keterampilan merakit elemen
elektronika merupakan keterampilan motorik yang sebaiknya dilakukan
secara teratur dan terus menerus agar mendapatkan hasil yang maksimal.
Menurut Gagne dan Briggs dalam kutipan Catharina Tri Anni
(2004:10) mengklasifikasikan Tujuan pembelajaran dibagi menjadi lima
kategori, yaitu "a. Kemahiran Intelektual, b. Strategi Kognitif, c. Informasi
Verbal, d. Kemahiran motorik dan e. Sikap."
Kemampuan Merakit elemen elektronika merupakan kemahiran
motorik yang merupakan salah satu tujuan pembelajaran dan merupakan
hasil belajar yang merupakan perubahan perilaku yang diperoleh
pembelajar setelah mengalami aktifitas belajar.
Proses belajar bukanlah semata -mata hasil dari terjadinya
proses stimulus - respon akan tetapi lebih jauh dari itu merupakan proses
aktif dari individu untuk menyerap, memproses dan menguji informasi
dalam menemukan hukum - hukum atau prinsip - prinsip secara mandiri.
27
Proses belajar dipengaruhi oleh berbagai unsur antara lain faktor -
faktor afektif, motivasi, usia, jenis kelamin, faktor - faktor sosial, daya
ingat dan kebiasaan belajar.
3. Media Pengajaran
a. Pengertian Media Pengajaran
Media Pengajaran adalah suatu wahana yang digunakan oleh
guru dalam proses pembelajaran untuk membantu penyampaian pesan
pembelajaran. Sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran, media
pengajaran berfungsi meningkatkan peranan strategi pembelajaran
disamping komponen waktu dan metode mengajar.
Media merupakan bagian dari salah satu komponen dari proses
belajar mengajar, untuk itu guru harus memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang luas tentang media pengajaran.
Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dan
medium yang berarti perantara dipakai untuk menunjukkan alat
komunikasi, secara harafiah media diartikan sebagai pengantar pesan dari
pengirim ke penerima.
Menurut Arief S. Sadiman, R Raharjo, Anung Haryono,
Rahardjito (1993:6) bahwa, "Media adalah perantara atau pengantar pesan
dari pengirim ke penerima pesan".
Menurut Sri Anitah (2007:2)” Media pembelajaran dapat
diartikan sebagai suatu yang mengantarkan pesan pembelajaran antara
pemberi pesan kepada penerima pesan tersebut, sedangkan menurut
Association For Educational Communications and Technology (AECT,
1997) mendefinisikan media sebagai segala bentuk yang digunakan untuk
menyalurkan informasi.”
Media Pengajaran merupakan bagian dari sumber yang
digunakan sebagai perantara dalam proses belajar mengajar untuk lebih
mempertinggi efektifitas dan efisien dalam mencapai pendidikan.
Menurut Briggs dalam kutipan Mulyani Sumantri dan Johar
Permana (2002:152) mendefinisikan,” Media Pengajaran adalah segala alat
28
fisik yang dapat menyajikan pesan serta perangsang peserta didik untuk
belajar, contohnya : Buku, film, kaset dan bingkai.”
Dinje Barma Rumumpuk seperti dalam kutipan Mulyani
Sumantri dan Johar Permana ( 2002 : 153 ) mendefinisikan media
pengajaran sebagai setiap alat baik hardware (keras) maupun Software
(lunak) yang dipergunakan sebagai media komunikasi dan yang tujuannya
untuk meningkatkan efektifitas proses belajar mengajar.
Pendapat lain dikemukakan oleh Gene L. Wilkinson (1984:58)
bahwa, "Media adalah alat mengajar dan belajar". Peralatan ini harus
tersedia ketika dan dimana ia dibutuhkan untuk memenuhi keperluan siswa
dan guuru yang harus menggunakannya.
Dari definisi beberapa tokoh yang ada disimpulkan bahwa
Media Pengajaran adalah alat bantu atau perlengkapan yang digunakan
guru untuk mempermudah penyampaian materi kepada siswa. Sehingga
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa dalam
rangka memberikan bantuan kepada peserta didik agar mencapai
kedewasaan di bidang pengetahuan, ketrampilan dan sikap, dengan
demikian proses belajar terjadi. Agar pemahaman siswa menjadi konkret
perlu dibantu dengan media pengajaran atau alat peraga karena di dalam
pembelajaran tedapat konsep abstrak dan konkret.
Dalam Proses pembelajaran IPA, Media Pengajaran berupa
elektronika bekas seperti setrika, kipas angin, radio , TV, charge HP, mobil
mainan, dan mainan yang terbuat dari elektronika merupakan komponen
metode mengajar yang dapat digunakan sebagai salah satu upaya untuk
mempertinggi interaksi antara guru dan siswa dan antara siswa dengan
lingkungan belajarnya. Untuk selanjutnya dapat meningkatkan kualitas
belajar mengajar dan pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar dan
kemampuan belajar peserta didik.
” Sedangkan definisi media dalam arti yang luas adalah setiap
orang, bahan, alat atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang
memungkinkan siswa menerima pengetahuan. Ketrampilan dan sikap.”
(Sri Anitah, 2007:3). Dengan demikian guru atau dosen, bahan ajar,
lingkungan adalah media.
29
Konsep Media pengajaran mempunyai dua segi yang satu sama
lain tak dapat dipisahkan atau saling menunjang yaitu perangkat keras atau
peralatan (hardware) dan materi atau bahan yang dapat disebut perangkat
lunak (software). Sebagai contoh bila guru membuat gambar/tulisan pada
transparansi kemudian diproyeksikan melalui OHP, maka bahan/ materi
pada transparan.
Konsekuensinya guru berperan dalam menciptakan, menggunakan
maupun mengembangkan media pengajaran. Dalam penelitian ini untuk
meningkatkan kemampuan merakit elemen elektronika pada mata
pelajaran IPA dengan menggunakan media pengajaran elektronika bekas.
Barang elektronika bekas yang biasanya mudah didapat di lingkungan
sekitar peserta didik.
b. Jenis - jenis Media Pengajaran
Media Pengajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam
pengajaran banyak ragamnya, mulai dari yang sederhana sampai dengan
yang paling rumit. Menurut Nana Sudjana dalam kutipan Udin saripudin
Winataputra (1996: 187) mengelompokkan Media pengajaran menjadi 3
jenis,” yaitu media pengajaran dua dimensi, tiga dimesni dan yang
diproyeksikan.”
1). Media Pengajaran dua dimensi adalah segaala macam benda yang
memiliki ukuran panjang dan lebar, seperti papan tempel, bagan,
diagram grafik, poster, karikatur, komik gambar seri, dan
sebagainya.
2). Media Pengajaran tiga dimensi adalah alat atau benda yang memiliki
ukuran panjang, lebar dan tinggi. Contohnya: Obyek atau benda asli,
model, speciment, mock up ( alat tiruan), diorama, peta timbul
boneka, topeng, globe dan sebagainya.
Menurut Sri Anitah dan Norhadi TH dalam kutipan Udin
Saripudin Winataputra (1996:187) mengelompokkan Media kedalam
media visual, media audio, dan media audio - visual.
1). Media Visual adalah media yang dapat ditangkap dengan indera
penglihatan atau hanya dapat dipandang. Media ini
dikelompokkan menjadi dua yaitu, media visual yang tidak
diproyeksikan dan media yang dapat diproyeksikan. Yang
30
termasuk media yang tidak diproyeksikan adalah gambar mati,
poster, bagan diagram, peta, model berbagai jenis
papan dan sketsa. Sedangkan yang termasuk media visual
adalah yang diproyeksikan adalah OHP, slide dan proyektor.
2). Media Audio adalah media yang hanya dapat didengar.
3). Media Audio - Visual adalah media yang tidak saja dapat
didengar melainkan juga dapat dilihat (diamati),
contohnya adalah : film dan televisi.
c. Kriteria Pemilihan media pengajaran.
Media pengajaran yang dapat digunakan dalam kegiatan belajar
mengajar sangat beraneka ragam. Setiap media pengajaran memiliki potensi
dan kegiatan yang berbeda - beda. Oleh karena itu didalam memilih media
pengajaran harus mampu memahami materi yang disajikan dalam kegiatan
belajar - mengajar.
Menurut pendapat Udin Saripudin Winataputra (1996: 187) Dalam
memilih Media pengajaran guru harus mempertimbangkan berbagai faktor.
Faktor- faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih media pengajaran adalah : 1). Tujuan yang akan dicapai
Tujuan merupakan perumusan kemampuan yang akan dicapai. Tujuan itu dapat berupa kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Media pengajaran yang dipilih harus disesuaikan dengan ranah kemampuan yang dirumuskan dalam tujuan.
2). Kegunaan Media Setiap media mempunyai kegunaan dan potensi sendiri - sendiri .
Media pengajaran yang dipilih akan efektif apabila media tersebut dimanfaatkan sesuai dengan ranah kemampuan yang dimilikinya.
3). Kemampuan Guru Kemampuan Guru dalam menggunakan suatu media pengajaran perlu
menggunakan media pengajaran dalam kegiatan belajar - mengajar. Betapapun tingginya nilai kegunaan suatu media pengajaran tidak akan bermanfaat sedikitpun bila guru tidak mampu menggunakannya.
4). Fleksibilitas, tahan lama dan kenyamanan media. Suatu media dikatakan fleksibel apabila media tersebut dapat
digunakan dalam berbagai situasi. Disamping media harus fleksibel, media yang dipilih juga harus tahan lama, baik sekali pakai langsung dibuang.
31
Menurut Gagne dan Briggs dalam kutipan Udin saripudin
Winataputra (1996:188) mengemukakan 10 langkah dalam memilih media
pengajaran.
Cara - cara agar dapat memilih media pengajaran yang benar -
benar dapat membantu peserta didik dalam memahami pelajaran sehingga
tujuan yang telah ditetapkan tercapai, yaitu :
1) Merumuskan tujuan pengajaran. 2) Mengklasifikasikan tujuan berdasarkan ranah atau tipe hasil belajar. 3) Memilih peristiwa - peristiwa pengajaran yang akan berlangsung. 4) Menentukan tipe perangsang untuk tiap peristiwa. 5) Mendaftar media yang dapat digunakan pada setiap peristiwa dalam
pengajaran. 6) Mempertimbangkan berdasarkan nilai kegunaan pada setiap peristiwa
dalam pengajaran. 7) Menentukan media yang terpilih yang akan digunakan. 8) Menulis alasan memilih media tersebut. 9) Menulis tata cara pemakaiannya pada setiap peristiwa dan 10) Menulis naskah pembicaraan dalam penggunaan media Berdasarkan pendapat tersebut, penulis dapat menyimpulkan
bahwa memilih media pengajaran pada prinsipnya yaitu :
Memilih media harus berdasarkan pada tujuan pengajaran dan bahan
pengajaran yang akan disampaikan.
1) Memilih media harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan
peserta didik.
2) Memilih media harus disesuaikan dengan kemampuan guru baik dalam
pengadaanya maupun penggunaanya.
3) Memilih media harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi atau pada
waktu, tempat dan situasi yang tepat.
4) Memilih media harus memahami karakteristik dari media.
d. Tujuan Penggunaan Media Pengajaran.
Tujuan dari penggunaan suatu media yaitu untuk membantu guru
menyampaikan pesan - pesan secara mudah kepada peserta didik sehingga
dapat menguasi pesan - pesan tersebut secara cepat dan akurat. Dalam
kerangka proses belajar - mengajar yang dilakukan guru, penggunaan media
pengajaran dimaksudkan agar peserta didik yang terlibat dalam kegiatan
belajar itu terhindar dari gejala verbalisme.
32
Secara khusus media pengajaran digunakan dengan tujuan sebagai
berikut:
1. Memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk lebih memahami konsep, prinsip, sikap dan keterampilan tertentu dengan menggunakan media yang paling tepat menurut karakteristik bahan.
2. Memberikan pengalaman belajar yang berbeda dan bervariasi sehingga lebih merangsang minat peserta didik untuk belajar.
3. Menumbuhkan sikap dan keterampilan tertentu dalam teknologi karena peserta didik tertarik untuk menggunakan atau mengoperasikan media tertentu.
4. Menciptakan situasi belajar yang tidak dapat dilupakan peserta didik.(Mulyani Sumantri dan Johar Permana 2002:153)
Dari pendapat tersebut penulis dapat simpulkan bahwa Tujuan
Penggunaan Media pengajaran adalah untuk mempermudah guru dalam
menyampaikan pesan - pesan dalam proses belajar mengajar sehingga peserta
didik lebih inovatif, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan dalam
menangkap, memahami dan memiliki pesan - pesan dan makna yang
disampaikan itu.
e. Alasan Penggunaan Media Pengajaran
Media Pengajaran digunakan guru karena bertolak dari dua hal berikut
,yaitu :
1). Belajar merupakan perubahan perilaku.
Belajar dipandang sebagai perubahan perilaku peserta didik.
Perubahan perilaku dimulai dari adanya rangsangan kemudian
mengolahnya sehingga membentuk suatu persepsi.
Semakin baik rangsangan diberikan semakin kuat persepsi peserta didik
terhadap rangsangan tersebut
Pembentukan Persepsi harus diupayakan secara kuat oleh guru agar
terbentuk suatu pengalaman belajar murid yang bermakna. Pembentukan
persepsi dapat terganggu karena terdapat kekurangan dan hambatan dalam
indera, minat, pengalaman, kecerdasan, perhatian serta kejelasan obyek
yang akan dikenalkan. Sebagai alat Bantu yang memudahkan atau
mengurangi hambatan - hambatan penguasaan kemampuan peserta didik
maka digunakan media Pengajaran.
2). Belajar merupakan proses komunikasi
33
Proses belajar - mengajar pada hakekatnya merupakan proses
komunikasi. Proses Komunikasi adalah proses menyampaikan pesan dari
sumber pesan melalui saluran atau media tertentu ke penerima pesan.
Dalam proses penyampaian pesan tersebut sering terdapat hambatan yang
timbul baik dari pemberi pesan maupun dari penerima pesan. Hambatan
atau gangguan dalam proses komunikasi disebut Noises.
Noises atau hambatan dalam peristiwa komunikasi dapat bermacam
- macam. Dalam proses pengajaran noises itu dapat berupa keterbatasan
peserta didik secara fisik, psikologis, kultural maupun lingkungan.
Keterbatasan fisik dapat berupa cacat tubuh, keterbatasan daya indera,
sakit, kelelahan dan sebagainya. Keterbatasan secara psikologis dapat
berupa minat, kecerdasan, kepercayaan, sikap dan sebagainya.
Keterbatasan kultural misalnya adat istiadat yang berbeda, kebiasaan
hidup, norma - norma, kepercayaan, dan bahasa. Sedangkan keterbatasan
dalam aspek lingkungan dapat berupa keadaan mencekam/ menakutkan,
bising, dan polusi.
” Untuk mengatasi atau menghilangkan beragam keterbatasan dalam
komunikasi itu dapat digunakan alat perantara yang disebut Media
pengajaran.”(Mulyani Sumantri dan Johar Permana ,2002 :156)
f. Media Pengajaran Elektronika bekas.
Media Pengajaran Elektronika adalah Media Benda asli merupakan
kumpulan barang - barang elektronika bekas yang biasanya mudah didapatkan
di sekitar lingkungan rumah peserta didik, seperti mainan mobilan, pistol
mainan, radio, setrika ,tape recorder, senter baterai, charge HP, kipas angin
dan alat atau mainan anak yang terdiri dari rangkaian elektronika. Alat - alat
tersebut mudah diamati cara kerjanya, fungsi masing - masing elemen,
dibongkar dan dirangkai kembali untuk diadakan eksperimen.
Media benda asli berupa elektronika bekas dapat memberi
pengalaman nyata dalam kehidupan, benda asli memiliki ingatan yang tahan
lama dan sulit dilupakan, pengalaman nyata dapat membentuk sikap mental
dan emosional positif terhadap hidup dan kehidupan, benda asli berupa
elektronika bekas dapat dikumpukan dan mudah dicari.
34
Kebutuhan untuk membuat suatu media didasarkan pada tujuan
penggunaan media dalam pengajaran itu adalah faktor peserta didik, bahwa
pengajaran yang dikembangkan guru harus berorientasi pada perkembangan
peserta didik yang berkebutuhan khusus karena keterbatasan pada fungsi
pendengarannya. Tujuan pengajaran dibangun atas kepentingan anak yang
belajar, maka bahan pelajaran juga harus konkrit dan relevan dengan
kebutuhan anak (real life ). Oleh karena itu, media yang memanipulatif bahan
pelajaran, yang menjadikannya peserta didik bergairah belajar merupakan
tuntutan yang harus bisa dibuat para guru luar biasa.
Dalam kerangka proses belajar mengajar yang dilakukan guru,
penggunaan media dimaksudkan agar peserta didik yang terlibat dalam
kegiatan belajar tehindar dari gejala verbalisme yakni mengetahui kata - kata
yang tidak tahu arti dan maksudnya.
Terbatasnya media yang digunakan dalam kelas diduga merupakan
salah satu penyebab lemahnya mutu belajar peserta didik. Dengan demikian
penggunaan media pengajaran merupakan kebutuhan yang tidak dapat
diabaikan.
Dari paparan di atas, maka semakin jelas media pengajaran
merupakan kebutuhan yang sangat menentukan suksesnya program belajar
siswa untuk mencapai perubahan tingkah laku yang diharapkan. Guru
berperan dalam menciptakan, menggunakan maupun mengembangkan media
pembelajaran. Dalam penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan merakit
elemen elektronika pada mata pelajaran IPA dengan menggunakan media
pengajaran elektronika bekas.
4. Hakikat Anak Tuna Rungu
a. Pengertian Anak Tuna Rungu
Perkembangan bahasa dan bicara berkaitan erat dengan ketajaman
pendengaran. Akibatnya terbatasnya ketajaman pendengaran anak tuna rungu
tidak mampu mendengar dengan baik.
Menurut Andreas Dwidjosumarto dalam kutipan Munzayanah (tth : 74)
mengemukakan, "Tuna Rungu adalah seseorang yang tidak atau
35
kurang mampu mendengar suara. Ketuna runguan dibagi menjadi
dua, Tuli (deaf ) dan kurang dengar (hard of hearing ). Kurang
mampu berkisar 35 - 54 db. Tuli 55 - keatas "
Menurut Mufti salim dalam kutipan Munzayanah (tth: 59)
"Tuna rungu ialah anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan
kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak
berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran sehingga ia
mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya."
Menurut Imas A.R Gunawan yang dikutip oleh Sardjono (2000:9) "Anak
tunarungu : adalah anak yang kehilangan kemampuan
pendengarannya sedemikian rupa sehingga anak tersebut tidak dapat
mengerti bahasa oral walaupun menggunakan alat Bantu dengar "
Sedangkan pengertian anak tuna rungu menurut
www,ditplb.or,id/2006 "Anak Tuna rungu adalah anak yang
mengalami gangguan pendengaran dan percakapan dengan derajat
pendengaran yang bervariasi antara 27 db - 40 db dikatakan sangat
ringan, 41 db - 55 db dikatakan ringan, 56 db - 70 db dikatakan
sedang, 71 db - 90 dikatakan berat, dan 91 keatas dikatakan tuli
Dari berbagai pendapat mengenai pengertian anak tuna rungu
diatas dapat diambil kesimpulan bahwa anak tunarungu adalah anak yang
mengalami gangguan pendengaran dengan derajat pendengaran yang
bervariasi sehingga ia mengalami kesulitan dalam mengerti pembicaraan
orang lain dan tidak mengerti bahasa oral walaupun tanpa tahu dengan alat
Bantu dengar.
b. Penyebab Anak Tuna Rungu
Secara umum penyebab anak mengalami tunarungu dapat terjadi
sebelum lahir atau prenatal, ketika lahir atau natal dan sesudah lahir atau post
natal. Dalam dunia kedokteran faktor penyebab (etiologi) ketunarunguan atau
ketulian menurut WHET NALL (1971) yang diterjemahkan Prof.dr. Soewito,
dosen Fakultas kedokteran UGM Yogyakarta dikutip oleh Sardjono (2000:15)
dapat dibagi sebagai berikut ;
1). Prenatal (congenital) a). Herdetair, karena factor genetic.
36
b). Non Heredetair, Misalnya :
1. Infeksi virus Rubella. 2. Defisiensi nutrisi (malaborsi, beri - beri, diabetes mellitus
(kencing manis). 3. Obat-obatan ototoksis yang dapat merusak pendengaran antara
lain : thalidomide, kinine,streptomycin. 4. Gangguan kelenjar endokrin (cretinisme = cebol)
2). Peri natal (saat kelahiran) a) Kurva icterus (kelainan factor RH dalam darah ibu dan anak) b) Trauma persalinan c) Prematuritas d) Anoksemia (anoxaemia) 3). Post natal ( pasca lahir) a) Infeksi : misalnya parotitis, otitis media (teller), meningitis (radang selaput otak) b) Trauma fisik dan akustik (militer) blising pabrik. c) Proses ketuaan (degenerasi) preibyacusis.
Menurut Trybus (1985) yang dikutip oleh Permanarian
Somad dan Tati Hernawati dalam buku Ortopedagogik Anak Tunarungu
(1996:32) mengemukakan enam penyebab ketunarunguan pada anak di
Amerika Serikat yaitu :
1) Keturunan 2) Campak Jerman dari pihak ibu 3) Komplikasi selama kehamilan dan kelahiran 4) Radang selaput otak 5) Otitis media (radng pada bagian telinga tengah) 6) Penyakit anak - anak, radang dan luka - luka. Sedangkan terjadinya gangguan pendengaran menurut Edja Sadjaah
(2005:88) diakibatkan oleh berbagai penyebab, seperti :
1). Bahwa gangguan pendengaran terjadi pada anak yang disebabkan ibu
hamil menderita penyakit serius sehingga dampaknya bayi lahir
tunarungu sebagai akibat obat - obatan yang dikonsumsi ibu pada
waktu hamil, dsb.
2). Terjadinya bias pada waktu anak dilahirkan mendapatkan cacat
diseputar perangkat pendengarannya, atau anak lahir menderita hal
serius dan begitu tumbuh anak menjadi tuli/ hard of hearing, dsb.
3) Sesudah lahir atau pada masa pertumbuhan tertimpa kecelakaan yang
dapat mengganggu pendengarannya sepanjang hidupnya.
37
c. Klasifikasi Anak Tuna Rungu
Anak Tuna rungu adalah anak yang mengalami gangguan pendengaran
yang disebabkan oleh rusaknya alat pendengaran..
Myklebust dalam kutipan Munzayanah ( tth : 61 ) mengklasifikasikan
Tuna rungu berdasarkan 3 hal yaitu sebagai berikut :
a). Tingkat pendengaran, yaitu bergantung pada tingkatan kehilangan
pendengaran decibel sebagai hasil pengukuran dengan alat audiometer
standar ISO, yaitu :
(1) Sangat ringan 27 - 40 db
(2) Ringan 41 - 55 db
(3) Sedang 56 - 70 db
(4) Berat 71 - 90 db
(5) Berat sekali 91 - keatas.
b). Waktu rusaknya pendengaran.
(a) Bawaan : Tuna rungu sejak lahir, indera pendengaran sudah tidak
berfungsi untuk maksud kehidupan sehari - hari
(b) Perolehan : Anak lahir dengan pendengaran normal akan tetapi di
kemudian hari indera pendengarnnya menjadi tidak
berfungsi yang disebabkan karena kecelakaan atau
suatu penyakit.
c). Tempat terjadinya kerusakan pendengaran.
(a) Kehilangan pendengaran konduktif, yaitu hilangnya pendengaran
disebabkan oleh gangguan pada telinga luar dan telinga bagian
tengah sehingga menghambat jalannya suara ke telinga bagian
dalam.
(b) Kehilangan pendengaran sensori - neural, disebabkan oleh kerusakan
pada telinga bagian dalam.
(c) Kehilangan pendengaran campuran disebabkan adanya kerusakan di
telinga bagian tengah dan bagian dalam.
(d) Kehilangan pendengaran sentral atau perceptual . disebabkan oleh
syaraf pendengaran.
38
Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa, Anak Tuna
rungu di kelompokkan menjadi tiga tingkatan yaitu, Anak yang mengalami
gangguan pendengaran ringan, Anak yang mengalami gangguan
pendengaran sedang, dan anak yang mengalami gangguan pendengaran
berat.
d. Perkembangan Kognitif Anak Tuna Rungu
Perkembangan Kognitif anak tuna rungu sangat dipengaruhi oleh
perkembangan bahasa sehingga hambatan pada bahasa anak tuna rungu
menghambat perkembangan inteligensinya. Aspek inteligensi yang terhambat
perkembangannya ialah yang bersifat verbal, misalnya merumuskan
pengertian, menghubungkan menarik kesimpulan dan meramalkan kejadian.
Aspek Ineligensinya yang bersumber dari penglihatan dan yang berupa
motorik berkembang lebih cepat.
Hans Furth dalam kutipan Munzayanah (tth : 78 ) berpendapat bahwa : "
Berpikir itu dapat tanpa bahasa dan bahwa anak tuna rungu tidak harus lebih
rendah taraf ineligensinya dari anak normal, Anak Tuna rungu menunjukkan
dalam kelemahan memahami konsep "berlawanan". Kelemahan ini
disebabkan karena konsep berlawanan sangat tergantung dari pengalaman
bahasa, misalnya panas - dingin. Kesimpulan Furth yakni kemampuan kognitif
anak tuna rungu tidak mengalami hambatan, kecuali pada konsep - konsep
yang sangat tergantung dari pengalaman bahasa.
Cruickshank yang dikutip Yuke R Siregar dalam kutipan Munzayanah
(tth:78) mengemukakan :
" Anak Tuna rungu sering memperlihatkan keterlambatan dalam belajar
dan kadang tampak terbelakang, keadaan ini hanya disebabkan oleh derajat
gangguan pendengaran yang dialami anak, tetapi juga tergantung pada potensi
kecerdasan yang dimiliki, rangsangan mental serta dorongan untuk
mengembangkan kecerdasan itu."
Berdasarkan pendapat - pendapat diatas maka penulis menyimpulkan
bahwa, Tuna rungu adalah seseorang dalam keadaan kehilangan pendengaran
yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan,
terutama melalui indera pendengarannya. Anak tuna rungu mengalami
gangguan pendengaran sehingga perkembangan bahasanya kurang sempurna.
39
Hal ini mempengaruhi kemampuan kognitif dan daya abstraksi anak
tunarungu. Maka dari itu, anak tunarungu dalam pembelajaran memerlukan
alat peraga atau media pengajaran yang dapat mempermudah anak dalam
memahami konsep yang abstrak khususnya dalam mata pelajaran IPA.
5. Kerangka Berpikir
Untuk mempermudah pemahaman dalam kerangka berpikir pada
penelitian tindakan kelas, Peningkatan kemampuan merakit elemen
elektronika pada mata pelajaran IPA dengan menggunakan media pengajaran
elektronika bekas dapat digambarkan skema kerangka berpikir seperti pada
gambar 1
.
6. Perumusan Hipotesis Tindakan
Hipotesis adalah merupakan suatu jawaban sementara terhadap
masalah penelitian yang kebenaran masih harus diuji terlebih dahulu secara empiris
(Sumadi Suryabrata, 2003:21 ). Oleh karena itu, agar rumusan jawaban terpecahkan,
maka seorang peneliti memerlukan suatu pedoman yang digunakan sebagai tuntunan.
Kondisi Awal
peneliti belummenggunakan media pembelajaran
kemampuan Merakit elemen elektronika kelas VI rendah
Tindakan
Kondisi Akhir
Dengan Penggunaan media pembelajaran berupa barang elektronika bekas kemampuan merakit elemen
elektronika kelas VI meningkat
Menggunakan media pembelajaran IPA berupa elektronika bekas
40
Berdasarkan landasan teori dan pengertian hipotesis sebagai berikut : Maka hipotesis
dari penelitian ini adalah Penggunaan Media Pengajaran elektronika bekas dapat
meningkatkan kemampuan merakit elemen elektronika pada mata pelajaran IPA pada
siswa kelas VI Tuna Rungu SDLB N Mojoagung Kabupaten Grobogan tahun 2009.
BAB III
Metodologi Penelitian
A.Setting dan Subyek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk subyek siswa kelas VI
Tuna rungu SDLB N Mojoagung kabupaten Grobogan Tahun 2009.
Banyaknya subyek yang diteliti 4 siswa. Peneliti mengambil subyek ini
karena sesuai pembagian tugas mengajar diberi tugas kelas VI Tuna rungu
yang mempunyai masalah sulitnya memahami mengenai penerapan energi
listrik sehingga prestasi belajarnya rendah, tidak adanya keberanian
menggunakan barang elektronika, dan tidak ada kemampuan untuk
merancang suatu karya atau alat yang menggunakan energi listrik, misalnya :
Adaptor, bel listrik, model lampu berkedip.
Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan, yaitu pertengahan bulan Maret 2009
sampai dengan minggu kedua bulan April 2009. Siklus I dilaksanakan pada
tanggal 30 - 31 Maret 2009, sedangkan siklus 2 dilaksanakan pada
tangggal 6 - 7 April 2009.
c. Bentuk dan Strategi Penelitian
Karena data yang akan diperolehatau dikumpulkan berupa data
yang langsung tercatat dari kegiatan di lapangan maka bentuk pendekatan
yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Adapun alasan mengadakan penelitian tindakan kelas adalah : 1. PTK
mengkaji masalah pendidikan yang berkaitan dengan pembelajaran di dalam
kelas yang dilaksanakan oleh guru. 2 PTK dilaksanakan sendiri- sendiri oleh
41
guru sehingga akan dapat meningkatkan pemahaman diri siswa untuk
membuat perubahan yang lebih baik. 3. Untuk dapat memecahkan masalah
yang dihadapi guru kelas.
Adapun rancangan penelitian tindakan kelas ini meliputi : 1.
Perencanaan 2. Pelaksanaan, 3. Observasi, dan 4. Refleksi. Keterkaitan
keempat komponen tersebut dipandang sebagai suatu siklus yang menurut
Kurlewin (dalam Mc.Niffe dari buku PTK,2003:4) Tahap - tahap diatas
digambarkan sebagai siklus, yang dapat dilanjutkan ke siklus berikutnya
secara ulang sampai permasalahan yang dihadapi dapat teratasi/terpecahkan.
Pada tahap perencanaan berisi rencana pembelajaran yang
disiapkan sebelum pelaksanaan tindakan, kemudian dilakukan tindakan
sebagai implementasi perencanaan.
Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data - data
yang dikumpulkan adalah analisis kritis, yakni mulai mengungkapkan
kelemahan dan kelebihan kerja guru dan siswa dalam proses belajar-
mengajar. Hasil analisis dijadikan dasar dalam menyusun perencanaan
tindakan tahap berikutnya sesuai dengan siklus yang ada.
Dalam pelaksanaan penelitian ini, tahap awal siswa meringkas
bacaan. Hasil ringkasan siswa dianalisis untuk mengetahui kekurangan dan
kelebihan siswa. Kemudian dilakukan tindakan sampai 2 kali meringkas.
Tujuan kegiatan ini untuk membandingkan kondisi awal sebelum dilakukan
tindakan. Kegiatan dalam proses tindakan dilakukan pembelajaran dengan
media pengajaran, sehingga dapat dialami sejauh mana peningkatan siswa
dalam menyerap isi pembelajaran.
C. Sumber Data
Data atau informasi yang paling penting untuk dikumpulkan dan
dikaji dalam penelitian ini diperoleh dari data kualitatif. Informasi data ini
akan digali dari berbagai macam sumber data, Adapun sumber data yang
akan dimanfaatkan dalam penelitian ini antara lain :
1. Informasi data dari nara sumber yang terdiri dari sisw kelas VI serta wali
kelas VI
2. Arsip nilai ulangan harian Mapel IPA
28
42
3. Hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran dengan media pengajaran
berupa komponen elektronika bekas.
4. Arsip atau dokumen yang ada di dalam SDLB N Mojoagung Kabupaten
Grobogan Tahun 2009.
D. Tehnik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan ialah:
1. Teknik Wawancara Langsung
Metode interview adalah metode pengumpulan data yang
dilaksanakan dengan jalan melakukan tanya jawab langsung dengan subyek
penelitian. Sugiyono (2005:75) mengatakan bahwa : ”Interview dapat
dipandang sebagai metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab
sepihak yang dikerjakan dengan sistematik dan berdasarkan kepada tujuan
pendidikan”.
Sedangkan Nasution, (2003 : 113) dalam satu bukunya menyatakan
bahwa : ”Interview adalah merupakan metode yang bersifat langsung dan
merupakan suatu bentuk komunikasi verbal, semacam percakapan yang
bertujuan memperoleh informasi”.
Adapun pengertian interview menurut Udin Saripudin Winataputra
(1996:193) "Wawancara atau interview adalah komunikasi langsung atau
tanya jawab tentang suatu topik atau materi tertentu.
Dalam setiap interview selalu ada dua pihak, yang masing-masing
mempunyai kedudukan yang berlainan yakni :
a. Interview sebagai informasi (information hunter) yang mengajukan
pertanyaan-pertanyaan, meminta penjelasan dan menggali keterangan-
keterangan yang lebih mendalam.
b. Interview sebagai pemberi informasi (Information Supplyer respondent)
Melalui wawancara atau interview dapat diperoleh berbagai
keterangan dan data yang diperlukan dalam suasana penelitian. Dalam
penelitian ini metode wawancara, digunakan khususnya pada kepala sekolah,
Wali Kelas VI, mengenai pembelajaran dan sejarah SDLB N Mojoagung
Kabupaten Grobogan serta hal-hal lain yang terkait dengan penelitian ini.
Jenis Interview atau wawancara menurut keperluan pengumpulan
data yang digunakan ada 3 yaitu :
26
43
a. Interview terpimpin yaitu suatu interview yang dilakukan dengan
menggunakan pedoman yang memimpin jalannya tanya jawab ke satu
arah yang telah ditetapkan dengan tegas.
b. Interview tak terpimpin yaitu suatu interview yang dilakukan tanpa
adanya kesengajaan dari interview untuk mengarahkan Tanya jawab
pada pokok-pokok persoalan yang menjadi inti penyelidikan.
c. Interview bebas terpimpin yaitu interview yang dilakukan secara bebas
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan lebih
dahulu. Sehingga susunan menjadi lebih wajar dan dapat memperoleh
data yang mendalam. Cara ini dipandang lebih obyektif dan wajar.
Teknik ini dipergunakan untuk mengetahui secara mendalam
tentang kondisi anak sebelum pembelajaran dengan alat peraga maupun
setelah pembelajaran dengan alat peraga multimedia.
2. Teknik Observasi Langsung
Metode pengumpulan data dengan cara observasi adalah metode
perolehan data dengan menggunakan mata langsung tanpa ada pertolongan
alat standart untuk keperluan tersebut. Sedang menurut Nana Syaodih
Sukmadinata (2007 : 220) "Observasi merupakan suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap
kegiatan yang sedang berlangsung."
Agar metode observasi ini dapat dipergunakan secara efektif maka
harus mempunyai kriteria sebagai berikut :
a. Pengamatan digunakan untuk penelitian dan telah direncanakan secara
sistematik.
b. Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah
direncakanan.
c. Pengamatan tersebut dicatat secara sistematik dan dihubungkan dengan
proposisi umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu set yang menarik
perhatian saja.
d. Pengamatan dapat dicek dan dikontrol atas validitas dan reliabilitasnya.
Pengumpulan data dengan observasi ini memiliki beberapa keunggulan
antara lain :
44
a. Data yang diperoleh langsung dari perilaku yang tipikal dari objek, dapat
dicatat segera dan tidak menggantungkan data dari ingatan seseorang.
b. Data yang diperoleh dapat dari subjek yang tidak dapat berkomunikasi
secara verbal maupun yang tak mau berkomunikasi secara verbal.
c. Pencatatan dapat dilakukan pada waktu terjadinya peristiwa atau
terlihatnya gejala tertentu.
d. Tidak tergantung pada jawaban responden, sehingga lebih objektif dan
lebih teliti.
Selain keunggulan tersebut di atas metode observasi juga memiliki
kelemahan antara lain :
a. Memerlukan waktu yang sangat lama untuk mendapatkan pengamatan
langsung terhadap suatu kejadian.
b. Pengamatan terhadap suatu fenomena yang lama tidak dapat dilakukan
secara langsung.
c. Ada kegiatan yang tidak mungkin diperoleh dengan pengamatan.
Digunakan untuk mengadakan penelitian terhadap gejala-gejala
yang akan diselidiki tanpa menggunakan alat terutama pada pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan alat peraga multimedia serta kondisi
kelas yang menjadi subjek penelitian.
3. Dokumentasi dan Kajian Dokumen
Dokumentasi berasal dari kata dokument (Bahasa Inggris) yang
artinya dokumen sedang ”dokumen yang berasal dari kata documentum
(Bahasa Latin) berarti tertulis atau tercetak yang dapat dipakai sebagai bukti
keterangan” studi dokumentasi merupakan salah satu cara pengumpulan data
dengan menggunakan dokumen-dokumen sebagai sumber data.
Menurut Suharsimi Arikunto (1996:234)"Metode dokumentasi,
yaitu mencari data mengenai hal - hal atau variabel yang berupa catatan,
transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda,
dan sebagainya".
Dokumentasi adalah membuat catatan atau membuat keterangan-
keterangan tertulis ataupun tercetak yang dijadikan dokumen.
45
Dalam pengumpulan daya yang menggunakan metode dokumentasi
berarti suatu cara mengumpulkan data dengan mengambil data dari sumber-
sumber dokumen. Dokumen yang dimaksud adalah suatu catatan atau
keterangan-keterangan baik tertulis atau tercetak, yang menunjukkan tentang
peristiwa atau kejadian-kejadian masa yang lampau sehingga dapat
memberikan berbagai macam keterangan.
Bahan yang dianggap atau dijadikan sebagai dokumen, misalnya
buku-buku, foto-foto catatan dan sebagainya, maka dalam penelitian ini,
penulis mengadakan penyeledikan terhadap catatan-catatan mengenai
keadaan murid, hasil prestasi belajar murid dan waktu tertentu.
Dengan melalui metode dokumentasi inilah didapatkan keterangan-
keterangan dan dapat mengumpulkan data mengenai keadaan murid,
masalah-masalah yang penulis perlukan lewat dokumen yang tersimpan. Di
dalam penyelidikan ini data diperoleh melalui daftar induk siswa yang
tersimpan di kantor guru SD teknik dokumentasi digunakan untuk
mengambil gambar sebagai sumber data, untuk mengetahui jumlah siswa,
hasil belajar yang diperoleh siswa, situasi dan kondisi saat berlangsungnya
kegiatan belajar mengajar IPA dengan menggunakan media pengajaran
elektronik bekas.
Kajian dokumen dilakukan terhadap berbagai arsip yang ada.
Seperti kurikulum, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, buku atau materi
pelajaran dan hasil karya dan nilai.
4. Tes
Tes adalah sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh Murid.
Berdasarkan jawaban yang diberikan murid, tes terdiri atas tes lisan, tes
tulisan dan tes perbuatan.
Menurut Webster'S College dalam kutipan Saripudin Winataputra
(1996:191). ”Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan yang digunakan
untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, sikap, inteligensi kemampuan
dan bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”.
Tes dilaksanakan sebelum, selama dan selesai murid melakukan
kegiatan belajar mengajar untuk mengetahui kemampuan merakit elemen
46
elektronika dengan menggunakan media pengajaran elektronika bekas pada
mata pelajaran IPA.
E. Validitas Data
Di dalam penelitian diperlukan adanya validitas data, maksudnya
adalah semua data yang dikumpulkan hendaknya mencerminkan apa yang
sebenarnya diukur atau diteliti. Dalam penelitian ini untuk menguji kesahan
data digunakan triangulasi data, dan triangulasi metode.
Adapun yang dimaksudkan dengan kedua hal tersebut adalah :
1. Triangulasi data artinya data dan informasi yang diperoleh selalu
dikomparasikan dan di uji dengan data dan informasi lain, baik dari
segi koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda.
2. Triangulasi metode yaitu seorang peniliti dengan mengumpulkan data
sejenis dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda.
Peneliti bisa menggunakan metode pengumpulan data yang berupa
observasi kemudian dilakukan wawancara yang mendalam pada
informan yang sama dan hasilnya diuji dengan pengumpulan data
sejenis dengan menggunakan teknik dokumentasi pada pelaku
kegiatan. Dari data yang diperoleh lewat beberapa taknik pengumpulan
data yang berbeda tersebut hasilnya dibandingkan dan dapat ditarik
kesimpulan data yang lebih kuat validitasnya.
F. Teknik Analisis Data
Menurut L.J. Moleong (2006 : 112)” analisis data adalah suatu
proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori
dan satu uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan
hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.” Sedang menurut Sumardi
Suryabrata (2004 : 136) analisis data adalah ”Proses penyederhanaan data ke
dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan di interpretasikan”.
Dari rumusan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa analisis
data adalah suatu kegiatan dalam penelitian yang dimaksudkan untuk
mengorganisasikan data yang diperoleh dalam penelitian agar lebih mudah
dibaca dan di interpretasikan.
47
Menurut H.B. Sutopo (2003 : 18) ” Dengan proses analisa ada tiga
komponen yang harus disadari oleh peneliti. Tiga komponen tersebut adalah
: 1) data reduksi; 2) sajian data, 3) Penarikan kesimpulan atau verifikasi”.
Dengan demikian maka dalam tahapan ini ada tiga komponen pokok yang
harus dilaksanakan , yaitu :
1. Reduksi Data yaitu proses menyeleksi data awal, memfokuskan
menyederhanakan dan mengabstraksi data kasar yang ada dalam
fieldnote (catatan lapangan). Proses ini berlangsung terus sepanjang
pelaksanaan penelitian. Data reduksi adalah sesuatu bentuk analisis yang
mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang
tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa sehingga kesimpulan
akhir dilakukan. Proses ini berakhir sampai laporan akhir penelitian
selesai ditulis.
2. Sajian Data adalah suatu rangkaian organisasi informasi yang
memungkinkan penelitian dapat dilakukan. Dengan melihat penyajian
data, maka akan dimengerti apa yang terjadi dan memungkinkan untuk
mengerjakan sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan
pengertian tersebut, dalam hal ini penyajian data meliputi berbagai jenis
matriks, gambar, jaringan kerja dan tabel.
3. Penarikan kesimpulan, dalam tahapan ini apabila ditemukan data yang
akurat, maka peneliti tidak segan-segan untuk melakukan penyimpulan
ulang. Peneliti dalam hal ini bersifat terbuka dan skeptis, namun
demikian semakin lama meningkat secara eksplisit dan memiliki
landasan yang kuat, kesimpulan akhir tidak akan terjadi sampai proses
pengumpulan data berakhir.
Dalam penelitian ini digunakan model induktif interaktif. Model
analisis ini memiliki tiga komponen pokok analisis yaitu reduksi data, sajian
data dan penarikan kesimpulan aktivitasnya dilakukan dalam bentuk
interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai suatu siklus. Dalam
bentuk ini peneliti tetap bergerak di antara empat komponen (termasuk
proses pengumpulan data) selama proses pengumpulan data berlangsung.
Kemudian setelah pengumpulan data peneliti bergerak diantara tiga
komponen pokok yaitu , reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan.
Untuk jelasnya dapat dilihat pada gambar skema di bawah ini :
48
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Sajian Data
Penarikan kesimpulan
Gambar. Model Analisis Jalinan (mengalir) ( H.B Sutopo , 2003 : 95)
G. Prosedur Penelitian
Langkah awal dalam penelitian ini, peneliti menetapkan metode
yang dipakai dalam penelitian. Peneliti tidak menggunakan metode
kuantitatif maupun metode kualitatif tetapi menetapkan menggunakan
metode penelitian tindakan kelas. Salah satu ciri dalam penelitian tindakan
kelas adalah adanya tindakan yang dilakukan peneliti dalam suatu siklus.
Langkah selanjutnya peneliti menentukan banyaknya tindakan yang
dilakukan melalui tindakan pada suatu siklus yaitu sebanyak dua siklus.
Prosedur penelitiannya meliputi : Perencanaan (planning),
Tindakan (acting), Pengamatan (observing), dan Refleksi (reflecting).
Berbagai persiapan sebelum tindakan dalam proses pembelajaran
dilaksanakan adalah :
1. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berisikan
langkah-langkah dalam proses pembelajaran.
2. Mempersiapkan alat-alat atau bahan pembelajaran untuk kelancaran
pelaksanaan tindakan.
3. Mempersiapkan cara observasi.
4. Membuat alat Evaluasi
5. Tahapan yang dilakukan pada tiap siklus, meliputi empat tahapan,
yaitu : (1) Membuat perencanaan tindakan, meliputi perencanaan
apersepsi, perencanaan kegiatan inti dalam pembelajaran ,
dan perencanaan penutup berupa evaluasi , (2)
Melakukan tindakan sebanyak dua kali tindakan dalam dua siklus, (3)
Melakukan pengamatan dan tindakan yang dilakukan oleh masing-
49
masing siklus, dan (4) Melakukan refleksi dari hasil pengamatan dan
tindakan yang dilakukan pada masing-masing siklus.
Siklus 1
1. Tahap Perencanaan (planning )
a. Mengidentifikasi dan merumuskan permasalahan
b. Merancang pembelajaran menggunakan media pengajaran
elektronika bekas.
2. Tahap Pelaksanaan ( acting )
a. Penulis melakukan apersepsi pada materi yang terkait sebagai
langkah awal mengetahui kemampuan awal siswa
b. Menyampaikan tujuan dalam pembelajaran sesuai dengan RPP yang
dibuat dengan menggunakan media pengajaran berupa barang
elektronika bekas, penulis mengajarkan dan mendemonstrasikan cara
menggunakan menyalakan dan mematikan alat -alat elektronika,
seperti : setrika, kipas angina, radio, tape rcorder. pistol mainan,
televise cara kerja mobil mainan dan mainan yang berupa
elektronika.
Pada tahapan merakit elemen elektronika, seperti : merakit
adaptor, merakit lampu berkedip, dan membuat bel listrik. Siswa
bekerjasama dengan temannya dibimbing oleh guru, siswa aktif
menyelesaikan tugas.
c. Langkah berikutnya mengobservasi, mengevaluasi sekaligus
membimbing siswa dalam kelas.
d. Siswa mempraktekkan merakit suatu karya berupa, Adaptor, lampu
berkedip, dan bel listrik serta mendemonstrasikan dihadapan teman-
temannya.
3. Tahap Pengamatan ( Observing ):
a. Penulis mengamati jalannya proses pembelajaran dan menilai siswa
dalam merakit dan mendemonstrasikan hasil karyanya
b. Menganalisa data siklus 1 dari hasil observasi yang dilakukan
4. Refleksi (reflective ):
50
Menganalisa hasil pelaksanaan pembelajaran siklus 1 untuk
merencanakan pembelajaran siklus 2.
Siklus 2
Pada siklus 2 ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan merakit elemen
elektronika dengan media pengajaran elektronika bekas pada siswa kelas VI
Tuna Rungu SDLB N Mojoagung, bagi siswa yang belum ada peningkatan
kemampuannya diberikan remedial atau tugas ulangan baru merakit elemen
elektronika sederhana yang lain dengan siklus 1 sehingga kemampuan merakit
elemen elektronika terjadi peningkatan dari siklus 1 dengan siklus 2.
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Diskripsi Lokal Penelitian
1. Letak Geografis SDLB N Mojoagung Kabupaten Grobogan
Penelitian dilakukan di SDLB N Mojoagung Kabupaten
Grobogan pada siswa kelas VI Tuna Rungu semester genap. Alamat sekolah
adalah Dusun Karangjati, Desa Mojoagung, Kecamatan Karangrayung,
Kabupaten Grobogan.
2. Subyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lokasi SDLB N Mojoagung dengan
mengambil populasi siswa kelas VI Tuna Rungu. Jumlah popuilasi sebanyak
4 siswa tahun pelajaran 2008/2009. Data dari subyek penelitian sejumlah
siswa tuna rungu tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Daftar Identitas siswa Tuna Rungu kelas VI
SDLBN Mojoagung Kabupaten Grobogan
No Nama Siswa Jenis Kelamin
1. Rusno Laki - laki
2. Aditya Laki - laki
3. Purwadi Laki - laki
4. Susilo Laki - laki
52
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas karena penulis
melakukan treatment, tindakan/ perlakuan terhadap siswa yang dijadikan
subyek penelitian dan mengalami permasalahan dalam belajar Ilmu
pengetahuan Alam.
Prosedur yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah
dengan memberikan tes awal kepada siswa untuk mengetahui kemampuan
awal sebelum treatment atau Pre tes. Penulis melaksanakan 2 siklus
pelaksanaan.
1. Tindakan Siklus 1
Tindakan Siklus 1 dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan
selama 1 minggu dalam bulan Maret 2009. Tahapan- tahapan yang
dilakukan pada siklus 1 adalah sebagai berikut :
a. Menemukan Permasalahan
Dari hasil observasi pelaksanaan sebelum diterapkan Penggunaan
Media Pengajaran berupa barang elektronika bekas terdapat beberapa
masalah atau hambatan yang mendorong untuk dilakukan observasi.
Masalah yang menonjol adalah rendahnya peran serta , minat dan
semangat dalam proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas
sehingga menyebabkan rendahnya pencapaian prestasi belajar Ilmu
Pengetahuan Alam.
Hasil Belajar Pada Kondisi Awal
Berdasarkan hasil observasi pada siswa kelas VI Tuna rungu
SDLB N Mojoagung diperoleh data mengenai pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam.
Siswa Kelas VI Tuna Rungu SDLB N Mojoagung Tahun ajaran
2008/2009 sebanyak 4 siswa sebagian besar tidak aktif dalam mengikuti
kegiatan belajar mengajar. Mereka banyak yang mengantuk, diam dan
tidak berminat dan kurang konsentrasi dalam mendengarkan penjelasan
dari guru yang sedang mengajar di depan kelas.
Pada kegiatan proses belajar mengajar mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam atau SAIN, Guru sering hanya menggunakan metode
ceramah sehinnga menyebabkan minat anak tidak ada, siswa banyak
39
53
yang diam dan mengantuk kurang bergairah didalam mengikuti kegiatan
proses belajar mengajar. Guru tidak pernah memberikan eksperimen atau
percobaan pada anak, sehingga anak hanya pasif dan kurang berkreatif
dalam membuat suatu karya yang berhubungan dangan listrik. Anak
kurang berani dalam menggunakan barang - barang elektronika seperti
setrika, kipas angin dan alat-alat elektronika lain karena takut terkena
aliran listrik untuk memecahkan masalah yang dihadapi siswa dan
membangkitkan keberanian siswa untuk menggunakan alat- alat
elektronika dan membangkitkan kreatifitas siswa dalam membuat karya
yang berhubungan dengan listrik maka penulis mencoba menggunakan
media pengajaran berupa elektronika bekas untuk memecahkan atau
memberi jalan terhadap permasalahan tersebut.
Dari Pre tes yang telah dilaksanakan diperoleh data sebagai berikut :
TABEL 2. Data Nilai Pre tes Siswa
No Nama Siswa Nilai
1. Rusno 60
2. Aditya 50
3. Purwadi 40
4. Susilo 50
Nilai rata-rata 50
Dengan demikian guru hendaknya memilih pendekatan pembelajaran,
metode dan penggunaan media pengajaran yang tepat dalam mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam khususnya mengenai listrik.
a. Perencanaan Tindakan
Perencanaan Tindakan meliputi pendekatan pembelajaran
antara lin : RPP, materi pelajran,sumber pelajaran , media
pembelajaran berupa barang elektronika bekas serta kegiatan
pembelajaran. Selain itu peneliti menyiapkan lembar observasi
keaktifan siswa dan lembar observasi kinerja guru dalam mengajar
yang terdiri dari :
54
a. Kegiatan awal
b. Aspek persiapan
c. Aspek apersepsi
Kegiatan inti meliputi :
a. Aspek sesuai dengan scenario
b. Aspek interaksi guru
c. Penggunaan media dan aspek penguasaan materi.
Kegiatan Akhir meliputi :
Aspek Penilaian dan kesimpulan.
Lembar Observasi kinerja guru tersebut digunakan untuk
menilai dan meningkatkan kinerja guru dalam mengajar dan
termotivasi untuk meningkatkan cara mengajarnya.
Untuk membantu dalam pelaksanaan pengambilan data
diperoleh observer atau suru teman sejawat yang telah diberi
penjelasan mengenai criteria penilaian. Tes evaluasi siklus 1 berjumlah
10 soal.
Dengan bedasrkan pada Standar Kompetensi mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam peneliti melaksanakan langkah- langkah
pembelajaran IPA dengan menggunakan Media pembelajaran berupa
barang elektronika bekas sebagai berikut :
1. Guru menyiapkan RPP Ilmu Pengetahuan Alam dengan
Kompetensi Dasar Membuat Karya.
2. Guru menyiapkan Media pengajaran berupa barang elektronika
bekas.
3. Guuru menyiapkan instrument observasi yang akan digubnakan
oleh teman sejawat dalam melakukan observasi.
4. Guru menyusun RPP siklus 1.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada pertemuan siklus I Guru menjelaskan tentang
membuat suatu karya dengan menggunakan energi listrik. Selama
proses belajar mengajar berlangsung suasana kelas pasif, ada siswa
yang memperhatikan, ada siswa yang mengantuk dan hanya berdiam
diri, kurang bersemangat tidak ada minat. Pada langkah berikutnya
55
guru menjelaskan materi pelajaran dengan menggunakan media
pengajaran tentang membuat karya dengan menggunakan energi
listrik, secara bergantian anak mengamati barang- barang elektronika
bekas dan mencoba cara penggunaannya kemudian guru memberi
tugas untuk merangkai lampu berkedip.
Dalam tahap ini Peniliti melaksanakan kegiatan
pembelajran dengan menggunakan media pengajaran berupa
elektronika bekas dengan rencana yang telah disusun secara urut.
Pada siklus I dilaksanakan 2 kali pertemuan
1. Pertemuan I
Pada pertemuan pertama yang diajarkan adalah membuat karya
berupa membuat adaptor dan bahan dengan indikator:
a. siswa dapat menyebutkan alat -alat yang menggunakan energi
listrik.
b. siswa dapat menunjukkan bagian yang beraliran listrik.
c. anak dapat menyebutkan dan mengenali bahan-bahan yang
diperlukan untuk membuat adaptor.
Kegiatan ini dimulai dengan berdoa bersama, kemudian
dilanjutkan dengan penjelasan atau pengenalan alat-alat dan bahan-
bahan yang diperlukan untuk membuat adaptor.
Kegiatan yang kedua atau kegiatan inti, guru
mendemonstrasikan cara membuat alat adaptor dan lampu
berkedip.
Kegiatan belajar mengajar ini menggunakan media
pengajaran berupa barng elektronika bekas. Dalam proses belajar
mengajar guru memberi tugas menyelesaikan pembuatan atau
merangkai adaptor , lampu berkedip dan bel listrik.
Pelaksanaan kegiatan akhir guru memberikan evaluasi dengan
membagikan lembar soal kepada siswa dan memberikan motivasi
dalam menyelesaikan tugas.
2. Pertemuan ke II
Pada pertemuan kedua ini dilanjutkan dengan materi
pelajaran tentang merancang dan membuat adaptor, lampu berkedip
dan bel listrik dengan indikator :
56
a. Siswa dapat menggunakan solder untuk menyambung elemen satu
dengan yang lain sehingga melekat dengan baik
b. Siswa dapat memasang kaki dioda bertanda (+) pada elko beranda
(+) dan (-) pada elko beertanda (-) dengan solder hingga melekat
dengan baik.
Kegiatan belajar mengajar diawali dengan berdoa dan
guru mengabsensi terlebih dahulu.Kemudian guru mengawali dengan
tanya jawab materi pelajaran yang telah disampaikan, memasuki
kegiatan inti guru mendemonstrasikan cara menggunakan solder
dengan benar, cara menyambung elemen hingga melekat dan menguji
adaptor dengan menggunakan multimeter atau menggunakan sebuah
bola lampu berkekuatan 6 atau 12 volt.
Kegiatan proses mengajar berlangsung dengan suasana
menyenangkan , tidak ada yang mengantuk semua siswa mengikuti
dengan penuh minat dan semangat, semua siswa terilabat untuk
mencoba merakit elemen adaptor dan menguji hasil kerja masing-
masaing.
Pelaksanaan kegiatan akhir, guru memberikan evaluasi
dengan membagikan lembar soal pada siswa dan mengamati hasil kerja
siswa dengan memberikan motivasi belajar untuk mempelajar materi
yang akan datang.
Tabel 3. Data nilai Post tes I adalah sebagai berikut :
No Nama Siswa Nilai Post Test 1
1. Rusno 70
2. Aditya 60
3. Purwadi 50
4. Susilo 60
Nilai Rata - rata 60
c. Melaksanakan Observsi
57
Pada tahap ini guru berkolaborasi dengan teman sejawat
melaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang
telah dilaksanakan dengan menggunakan alat Bantu berupa lembar
observasi. Obserasi dilakukan guna memperoleh data mengenai :
1. Keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran
2. Partisipasi siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar
3. Semangat siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan Media
pengajaran berupa barang elektronika bekas.
Hasil Observasi tiap pertemuan pada siklus I dapat dijelaskan sebagai
berikut :
Pertemuan I (pertama)
Indikator : - Siswa dapat menyebutkan alat - alat yang menggunakan
aliran listrrik.
- Siswa dapat menunjukkan bagian alat yang beraliran
listrik.
- Siswa dapat menyebutkan dan mengenali bahan - bahan
yang akan digunakan untuk membuat adaptor.
Media : Barang- barang elektronika bekas berupa setrika , kipas
angin, radio tape recorder, charge hp, televisi pistol
mainan,cara kerja mobil mainan dan mainan yang
berupa elektronika.
Hasil obsevasi yang dapat diperoleh :
1) Kegiatan siswa.
a. Siswa aktif memperhatikan penjelasan guru
b. Siswa aktif menjawab pertanyaan guru
c. Siswa antusias mengikuti pelajaran
d. Rasa ingin tahu dan keberanian menggunakan barang
elektronika meningkat.
e. Daya kreatifitas mulai muncul
f. Ada salah satu siswa masih belum kreatif, mengantuk dan
masih malas
g. dalam mengerjakan tugas.
58
2) Kegiatan Guru
a. Guru sudah menyampaikan materi pelajaran ssesuai dengan
RPP.
b. Guru sudah mengalokasikan waktu sesuai jadwal
c. Guru sudah memberikan perhatian kepada siswa dengan penuh.
d. Guru sudah menggunakan media pengajaran dengan baik dan
sesuai materi pelajaran
e. Guru sudah memberikan tugas membuat karya berupa adaptor.
f. Guru sudah memberi motivasi selama elajaran berlangsung.
g. Guru sudah melakukan penilaian hasil proses belajar.
d. Refleksi
Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan untuk
dianalisis. berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan selama
proses pelaksanaan tindakan, guru dan observer mendiskusikan
tentang kondisi masing-masing siswa. Hasil refleksi selengkapnya
dapat diuraikan pada tabel berikut ini.
Tabel 4. Data Hasil Refleksi siswa Siklus I
No Nama Siswa Keaktifan Partisipasi Semangat Keterangan
1. Rusno Ada Ada Ada Siswa antusias berani
menggunakan alat
elektronika, kreatif
menyelesaikan tugas
merakit elemen adaptor.
2. Aditya Ada Ada Ada Siswa tidak mengantuk,
muncul rasa ingin tahu,
tekun mengikuti
penjelasan guru dan
berani mencoba
menggunakan alat
elektronika.
3. Purwadi Tidak Ada Kurang Kurang Siswa pasif, sering
mengantuk, kurang
merespon penjelasan
59
guru, belum berani
mencoba menggunakan
alat elektronika.
4. Susilo Ada Ada Ada Siswa bergairah
mengikuti penjelasan
guru, berani bertanya,
berani mencoba dan
menyelesaikan tugas
merangkai elemen
adaptor.
Hasil dari pengamatan sebelum dan sesudah siklus I dapat dilihat
pada Grafik I
Grafik 1. Nilai Awal Siklus I
3. Tindakan Siklus II
Tindakan Siklus II dilaksanaka pada mingggu pertama selama dua
hari, tanggal 6 dan 7April 2009. Tindakan pada Siklus II dilaksanakan
2 kali pertemuan.
Tahapan- tahapan yang dilakukan pada Siklus II adalah :
a. Tahap Perencanaan.
1). Mengidentifikasi dan merumuskan permasalahan.
Berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi pelaksanaan
tindakan siklus I dapat diketahui bahwa para siswa banyak yang
01020304050607080
Nilai Awal Siklus 1
RusnoAdityaPurwadiSusilo
60
sudah menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar dan
kemampuan merakit elemen elektronika berupa adaptor yang
sudah diuji. Dari beberapa indikator yang ditetapkan sudah
banyak yang mengalami peningkatan dan masih perlu
dilanjutkan dengan materi yang berkesinambungan agar
tercapai tujuan pembelajaran yang optimal.
2). Merancang Pembelajaran merakit elemen elektronika lampu
berkedip dan bel listrik. Persiapan yang dilakukan guru
adalah :
§ Menyiapkan RPP dalam 2 kali pertemuan
§ Menyiapkan alat peraga sebagai media pengajaran berupa
elektronika bekas dan bahan dan alat untuk merakit
elemen lampu berkedip dan bel listrik.
§ Menyiapkan instrument observasi yang digunakan teman
sejawaat untuk mengobservasi siswa.
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap merakit elemen elektonika berupa adaptor
penulis melakukan apersepsi pada materi yang terkait dengan
menguji hasil karya dengan lampu 6 Volt atau 12 Volt untuk
mengetahui hasil karya awal siswa. Secara bergiliran siswa
menguji hasil karya masing-masing.
Memasuki Materi pokok atau kegiatan ini penulis
mendemonstrasikan lampu berkedip dan bel listrik, kemudian
memberikan pengarahan cara membuatnya dengan menyiapkan
bahan dan alat-alat, siswa mencoba masing-masing membuat
lampu berkedip dan bel listrik. semua siswa aktif melaksanakan
membuat karya dengan pengarahan penulis dan berani untuk
mendemonstrasikan dihadapan teman- teman secara bergantian.
Untuk siswa yang bernama Purwadi yang prestasinya masih
reendah belum menunjukkan peningkatan dalam merakit elemen
elektronika diberikan pengarahan dan bimbingan secara individu
sehingga teratirk dan berminat seperti teman-temannya
menyelesaikan tugas hingga selesai dan berhasil. Siswa
61
melaksanakan semua katifitas dengan penuh gairah dan semangat
dengan mendemonstrasikan hasil karyanya.
Kegiatan dilanjutkan dengan pemberian Post tes II untuk
mengetahui peningkatan prestasi belajar selama diberi tindakan.
Data prestasi belajar siswa pada pos tes II dapat dilihat pada table
5.
Tabel 5. Data nilai Prestasi belajar siswa pada siklus II
No Nama Siswa Nilai Post Test II
1. Rusno 80
2. Aditya 70
3. Purwadi 70
4. Susilo 60
Nilai Rata - rata 70
c. Tahap Pengamatan
1) Pengamatan dilaksanakan saat jalannya proses pembelajaran
dan menilai karya siswa serta pada saat mendemonstrasikan
didepan teman-temanya.
2) Langkah selanjutnya menganalisa data siklus II dari hasil
observasi yang dilakukan.
Keseluruhan data yang diperoleh dalam kegiatan ini
termasuk pencatatan hasil tes akan digunakan sebagai bahan untuk
menganalisa perkembangan prestasi belajar dan Kemampuan
merakit elemen elektronika berupa adaptor, lampui berkedip dan
bel listrik pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Adapun
uraian hasil observasi Siklus II adalah sebagai berikut :
Indikator : - Menentukan karya yang akan dibuat
- Merancang suatu karya/alat yang menggunakan
energi listrik.
- Mengidentifikasi alat dan bahan sesuai rancangan
- Menguji hasil rancangan
62
Media : Media Pengajaran berupa barang elektronika bekas
seperti: Setrika, Kipas angin, Radio,tape recorder,
charge HP,mobil mainan dan alat atau mainan dari
elektronika.
4. Refleksi
Sebagai refleksi penulis menganalisis hasil pelaksanaan
pembelajaran siklus I dan siklus II, berdiskusi dengan team teaching
atau teman sejawat dan menunjukkan hasil analisis secara terbuka
kepada siswa sebagai evaluasi terhadap apa yang telah mereka kerjakn
dengan harapan mereka akan mudah termotivsi untuk belajar
meningkatkan kemampuan merakit elemen elektronika sebagai suatu
karya yang dapat digunakan dan dapat dinikmati.
Hasil refleksi pada siklus II dapat diuraikan pada table berikut
ini.
Tabel 6. Data refleksi siswa pada siklus II
No Nama
Siswa
Keaktifan Partisipasi Semangat Keterangan
1. Rusno Ada Ada Ada Siswa aktif mengikuti
pelajaran penuh dengan
antusias,mempunyai
keberanian mencoba dan
mendemonstrasikan hasil
karyanya.
2. Aditya Ada Ada Ada Siswa penuh semangat
mengikuti pelajaran,
muncul rasa ingin tahu,
kreatif mencoba
menggunakan alat
elektronika.
3. Purwad
i
Tidak Ada Kurang Kurang Siswa mulai aktif
mengikuti pelajaran
,tidak pernah mengantuk
63
mau mengerjakan tugas
yang diberikan oleh guru
hingga selesai.
4. Susilo Ada Ada Ada Siswa tambah kreatif
dalam mengerjakan tugas
membuat adaptor, selalu
bertanya, menyelesaikan
tugas dengan benar dan
teruji.
Hasil dari pengamatan sebelum dan sesudh tindakan siklus I
dan siklus II terdapat pada Grafik II.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Nilai Awal Siklus I Siklus II
Rusno
Aditya
Purwadi
Susilo
Grafik 2. Hasil belajar siswa sebelum dan sesudah Siklus I dan Siklus II
64
C. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Tabel 6. Perbandingan kondisi awal, Siklus I, dan Siklus II 1. Tindakan
No Kondisi Awal Siklus I Siklus II 1. Dalam pembelajaran
guru belum memanfaatkan Media Pengajaran
Dalam Pembelajaran IPA menggunakan Media Pengajaran berupa elektronika bekas dan menyiapkan alat dan bahan untuk membuat adaptor,lampu berkedip dan bel listrik
Dalam Pembelajaran IPA menggunakan media pembelajaran berupa elektronika bekas dan membuat adaptor, lampu berkedip dan bel listrik dan menguji hasil karya.
2. Proses Pembelajaran
No Kondisi Awal Siklus I Siklus II Refleksi 1. Siswa masih banyak
yang mengantuk, diam, tidak bersemangat dan kurang berminat selama mengikuti pelajaran berlangsung sebagian bicara sendiri.
Siswa yang pasif dalam pembelajaran makin berkurang, masih ada 1 siswa yang mengantuk, diam dan kurang bersemangat. Kreativitas siswa dalam belajar nampak antusias
Siswa aktif dalam pembelajaran,krativitas siswa dalam belajar nampak antusias, siswa bersemangat menyelesaikan tugas merangkai adaptor, lampu berkedip dan bel listrik
Dari kondisi awal ke kondisi akhir terdapat peningkatan keaktivitasan dan kemampuan merakit elemen elektronika berupa adaptor, lampu berkedip dan bel listrik siswa dalam proses pembelajaran IPA
3. Hasil Belajar. No. Kondisi Awal Siklus I Siklus II Refleksi
65
Nilai awal sebelum diberi tindakan tertinggi 60 terendah 40 nilai rata-rata 50
Nilai post tes pada siklus 1 nilai teringgi 70 terendah 50 nilai rata-rata 60
nilai post tes pada siklus 2 nilai tertnggi 80 terendah 60 nilai rata-rata 70
Dari kondisi awal terhadap siklus I dan siklus 2 terdapat peningkatan hasil belajar rata-rata 40%
Data yang diperoleh dari hasil observasi proses kegiatan belajar
mengajar menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan
Alam dengan Penggunaan Media Pengajaran berupa elektronika bekas
suasana lebih menarik dan menyenagkan.
Dari pemantauan guru mitra kerja atau teman sejawat bahwa dengan
Penggunaan Media pengajaran berupa elektronika bekas dapat mengaktifkan
siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar, sehingga meningkatkan
kemampuan merakit elemen elektronika berupa adaptor, lampu berkedip dan
bel listrik dan meningkatkan prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam.
66
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data nilai rata-rata
belajar IPA dalam hal ini merakit elemen elektronika anak Tunarungu
sebelum mendapatkan tindakan sebesar 50 .Sedangkan sesudah
mendapatkan tindakan pada dua siklus maka nilai rata-rata sebesar pada
siklus I sebesar 60 dan pada siklus II sebesar 70. Dengan demikian terjadi
peningkatan nilai rata-rata hasil belajar IPA khususnya dalam merakit
elemen elektronika pada anak siswa kelas VI Tunarungu SDLB N
Mojoagung Kabupaten Grobogan setelah mendapatkan tindakan dengan
menggunakan Media Pengajaran elektronika bekas.
Dengan demikian hipotesis yang dikemukakan" Penggunaan
Media Pengajaran elektronika bekas dapat meningkatkan kemampuan
merakit elemen elektronika pada mata pelajaran IPA pada siswa kelas VI
Tunarungu SDLBN Mojoagung Kabupaten Grobogan. " terbukti
kebenarannya.
B Implikasi Hasil Penelitian
Berdasarkan kesimpulan di atas maka sebagai implikasi untuk
Meningkatkan kemampuan merakit elemen elektronika siswa kelas VI Tuna
rungu SDLB N Mojoagung Kabupaten Grobogan pada mata pelajaran IPA
sesuai sekali menggunakan Media Elektronika bekas.
C. Saran
67
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi hasil penelitian ini maka
dapat dikemukakan saran - saran sebagai berikut :
1. Bagi anak sebaiknya lebih mengoptimalkan penggunaan Media
Pengajaran elektronika bekas dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam.
2. Bagi Guru yang mengajar Kompetensi Dasar Merancang dan membuat
suatu karya alat dengan menggunakan energi listrik lebih meningkatkan
pembelajaran kemampuan merakit elemen elektronika dengan
menggunakan Media Pengajaran elektronika bekas.
53
68
DAFTAR PUSTAKA
Acmad Sugandi dkk, 2004. Teori Pembelajaran . Semarang : UPT MKK UNNES AECT,1997. The Definition of Educational Tehnology. Edisi Indonesia,
Jakarta : CV Rajawali dan Pustecom. Arif S. Sadiman, R. Rahardjo, Anung Haryono, Rahardjito, 1993. Media
Pendidikan Jakarta : Pustekom Dikbud dan C.V. Rajawali. Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006. Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar SDLB Tuna Rungu, Jakarta : BSNP. Chatarina Tri Anni, dkk.2006. Psikologi Belajar . Semarang : UPT MKK Universitas Negeri Semarang. Edja Sadjaah, 2005. Pendidikan Bahasa bagi anak Gangguan Pendengaran
dalam Keluarga, Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Gene L. Wilkinson, 1984. Media Dalam Pengajaran, Jakarta : Pustekkom
Dikbud dan C.V. Rajawali H.B. Sutopo, 2003. Metode Penelitian Kualitatif : Surakarta : UNS. http/www/google com 2009. L.J Moleong, 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT Remaja
Rasdakarya. Mulyani Sumantri dan Johar permana, 2002. Strategi Belajar Mengajar. UPT MKK UNNES Munzayanah, Ortopedagogik Umum II, Surakarta : UNS Press Nana Syaodih Sukmadinata, 2007. Landasan Psikologi Proses Pendidikan,
Bandung : Remaja Rosdakarya.
Nasution 2003, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Jakarta : Bumi Aksara
Noehi Nasution, 1995. Psikologi Pendidikan, Jakarta : Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka. Petunjuk Pelaksanaan Penilaian, 1990. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Jakarta : Bumi Aksara )
69
Permanarian Somad dan Tati Hernawati, 1996. Ortopedagogik Anak Tuna
Rungu, Bandung : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Purwadarminto, 1976. Kamus umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai
Pustaka. ............................. 1987. Kamus umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai
Pustaka. Sri Anitah, 2007. Strategi Belajar Mengajar ( Buku Materi ),
Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Sugiyono, 2005. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung : Alfabeta. Sumadi Suryabrata, 2003. Perkembangan Individu, Jakarta : Rajawali. …………………., 2004. Pengembangan tes hasil belajar, Jakarta : Rajawali Sutjihati Somantri , 2006. Psikologi Anak Luar Biasa, Jakarta : Refika
Aditama. Sardjono , 2000. Orthopedagogik Tuna Rungu, Surakarta : UNS Press. Suharsimi Arikunto, l996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rieneka Cipta Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SDLB Tuna Rungu (Jakarta:
Badan Standar Nasional Pendidikan, Departemen Pendidikan Nasional 2006)
Sarwidji Suwandi, Penelitian Tindakan Kleas dan Penulisan Karya Ilmiah. Udin Saripudin Winataputra, dkk. 1966. Perencanaan Pembelajaran,
Jakarta : Dirjen Bimas Kristen Protestan dan Universitas Terbuka www.ditlb.or.id/2006.