desain bahasa gambar untuk anak tuna rungu

Upload: satuinti-hamka

Post on 08-Jul-2018

240 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/19/2019 Desain bahasa gambar untuk anak tuna rungu

    1/14

  • 8/19/2019 Desain bahasa gambar untuk anak tuna rungu

    2/14

    pendengaran mereka. Secara alami, anak tuna rungu akan berusaha memaksimalkan

    sisa indra pada tubuh mereka yang masih berfungsi secara maksimal untuk dapat

    menerima respon dari luar tubuh mereka, salah satu bentuk rangsangan adalah

    berupa informasi bahasa yang dapat mereka terima dengan indra penglihatan

    mereka.

    Tujuan

    Makalah ini mencoba mengangkat permasalahan cara-cara anak tuna rungu dalam

    memahami bahasa. Bagaimana mengatasi permasalahan anak tuna rungu dalam

    menambah perbendaharaan kata yang tidak dapat diatasi dengan cara-cara yang

    umumnya dilakukan pada anak normal. Serta cara-cara penyampaian bahasa ke

    dalam bentuk gambar, bagaimana desain gambar yang tepat untuk disampaikan

    kepada anak tuna rungu dengan tidak mengurangi makna bahasa yang ingin diartikan

    dalam bentuk gambar. Pendekatan desain yang digunakan adalah dengan

    menggunakan karakteristik anak dalam mengenali bentukan visual dan dasar-dasar

    desain komunikasi visual.

    Masalah

    Masalah yang diangkat adalah : Bagaimana mengartikan bahasa kata tulisan ke

    dalam bentuk bahasa gambar? Lalu bagaimana bentukan visual tepat yang

    disesuaikan dengan usia anak tuna rungu?

    Pembahasan

    Penguasaan bahasa sangat penting bagi seorang individu untuk dapat menguasai

    ilmu pengetahuan yang ingin diperolehnya selain sebagai alat utama dalam

    berkomunikasi. Namun hingga saat ini pengertian teori mengenai bahasa belum ada

    yang baku, banyak pendapat mengenai teori bahasa yang berbeda-beda bergantung

    pada latar belakang keilmuan yang dirumuskan oleh para ilmuwan. Menuru ilmu

    linguistik, sebagai ibunya bahasa, definisi bahasa adalah “ a system of communication

    by symbols, i.e., through the organs of speech and hearing, among human beings of

    certain group or community, using vocal symbols processing arbitrary conventional

  • 8/19/2019 Desain bahasa gambar untuk anak tuna rungu

    3/14

    meanings.”  1  Sedang menurut pada ahli antropologi, “Sandi konseptual sistem

    pengetahuan, yang memberikan kesanggupan kepada penutur-penuturnya guna

    menghasilkan dan memahami ujaran.2 

    Jika kita merujuk pada definisi bahasa di atas, maka penggunaan bahasa hanya

    dapat dilakukan jika organ pendengaran dan berbicara kita berfungsi, sehingga

    informasi yang berupa simbol sandi konseptual secara vokal dapat tersampaiakn

    kepada penerima pesan. Bahasa juga terbatas penggunaan pada suatu komunitas

    dimana bahasa tersebut diangkat untuk disetujui dan dipahami bersama

    pengertiannya. Karena itulah kita mengenal perbedaan bahasa bergantung pada tiap

    kebudayaan atau kelompok manusia yang menggunakannya. Bahasa dapat bersifat

    arbitrer atau mana suka, asalkan makna kata tersebut dapat diterima secara

    komunitas dan disetujui sebagai bentuk bahasa.

    Namun syarat bahasa ternyata tidak hanya terbatas pada penggunaan organ

    pendengaran dan bicara saja, jauh sebelum bahasa lisan terbentuk manusia telah

    mengenal bentuk bahasa lain, yakni bahasa tubuh dimana komunikasi menggunakan

    alat gerak tubuh untuk membentuk simbol tertentu yang membentuk makna tertentu.

    Penggunaan bahasa tubuh tersebut diaplikasikan ke dalam bentuk bahasa isyarat

    sebagai bentuk komunikasi kaum tuna rungu. Kaum tuna rungu tidak mampu

    memanfaatkan alat bicara mereka sehingga mereka akan menggunakan alat gerak

    tubuh yang lain untuk mengekspresikan maksud mereka, dan penerima akan

    menerima simbol-simbol tubuh tersebut sebagai sebuah pesan. Bahasa isyarat

    merupakan alat komunikasi utama pada kaum tuna rungu dimana ciri bahasa tersebut

    memanfaatkan indra penglihatan dan alat gerak tubuh.

    Gambar 1. Bahasa Isyarat huruf.Sumber : Kamus SIBI

    1 Alwasilah, A.Chaedar.1990. Linguistik. Suatu Pengantar. Bandung : Angkasa. Hlm. 82. 

    2  Keesing, Roger M. 1992. Antropologi Budaya. Suatu Perspektif  Kontemporer Edisi Kedua. 

    Jakarta. Erlangga. Hlm. 79. 

  • 8/19/2019 Desain bahasa gambar untuk anak tuna rungu

    4/14

    Bahasa isyarat berkembang dan memiliki karakteristik yang berlainan pada

    tiap negara. Di Indonesia, bahasa isyarat yang telah diberlakukan secara nasional

    adalah SIBI atau Sistem Isyarat Bahasa Indonesia. Sistem Isyarat Bahasa Indonesia

    dikembangkan menurut kaidah-kaidah pengembangan sistem yang isyarat yang

    merupakan salah satu kriteria untuk membuat sistem isyarat yang tepat guna bagi

    pelajar tuna rungu, yaitu3 :

    ‐  Sistem isyarat harus secara akurat dan konsisten mewakili tata bahasa/

    sintaksis bahasa indonesia yang paling banyak digunakan oleh masyarakat

    indonesia.

    ‐ Tiap isyarat dalam sistem yang disusun harus mewakili satu kata dasar yang

    berdiri sendiri atau tanpa imbuhan, tanpa menutup kemungkinan adanyabeberapa perkecualian bagi dikembangkannya isyarat yang mewakili satu

    makna.

    ‐ Sistem isyarat yang disusun harus mencerminkan situasi sosial, budaya, dan

    ekologi bangsa indonesia.

    ‐  Sistem isyarat harus disesuaikan dengan perkembangan kemampuan dan

    kejiwaan siswa.

    ‐  Sistem isyarat harus disesuaikan dengan perkembangan bahasa siswa,

    termasuk metodologi pengajaran.

    ‐  Sistem isyarat harus memperhatikan isyarat yang sudah ada dan banyak

    dipergunakan oleh kaum tuna rungu.

    ‐ Sistem isyarat harus mudah dipelajari dan digunakan oleh siswa, guru, orang

    tua siswa, dan masyarakat.

    ‐  Isyarat dirancang harus memiliki kelayakan dalam wujud dan maknanya.

     Artinya wujud isyarat harus secara visual memilliki unsur pembeda makna

    yang jelas, tetapi sederhana dan indah/ menunjukkan sifat yang luwes

    (memiliki kemungkinan untuk dikembangkan), jelas dan mantap (tidak

    berubah-ubah artinya).

    Berdasar pada ciri-ciri kaum tuna rungu dalam berkomunikasi, yakni menggunakan

    bahasa isyarat. Maka dapat kita simpulkan bahwa cara utama kaum tuna rungu dalam

    memahami makna bahasa adalah dengan memahami hal-hal yang mereka lihat.

    Seringnya mereka terbiasa melihat bentuk simbol isyarat secara berulang akan

    membentuk makna bahasa dalam diri mereka dan jika simbol tersebut digunakan

    dalam satu komunitas kaum tuna rungu yang sama maka hal itu sudah menjadi

    bentuk bahasa. Perbedaan bentuk makna bahasa pada orang normal ternyata juga

    3 Kamus SIBI

  • 8/19/2019 Desain bahasa gambar untuk anak tuna rungu

    5/14

    terjadi pada kaum tuna rungu. Antara komunitas kaum tuna rungu satu dengan kaum

    tuna rungu lainnya juga terjadi perbedaan istilah dalam penggunaan bahasa isyarat,

    hal ini terjadi karena adanya perbedaan budaya dimana tuna rungu tersebut tinggal.

    Proses pemahaman bahasa bagi tuna rungu harus dimulai sejak dini. Peran orang

    tua sangat besar pengaruhnya terhadap proses perkembangan bahasa bagi anak

    tuna rungu. Menurut Dr.Endang Purbaningrum M.Kes. “ Masih banyak penyandang

    tuna rungu di Indonesia yang tidak diintervensi bahasa oleh orang tua sejak dini,

    kebanyakan orang tua tidak memahami kondisi anaknya yang tuna rungu.”4 Minimnya

    pengetahuan orang tua terhadap kondisi tuna rungu mengakibatkan tuna rungu

    terlambat dalam mendalami bahasa.

    Simbol-simbol visual yang akan dijadikan referensi untuk diajarkan pada anak tuna

    rungu harus disesuaikan dengan ciri budaya dimana anak tuna rungu tersebut tinggal.

    Penggunaan gambar yang akan digunakan untuk menjelaskan makna kata juga harus

    disesuaikan dengan karakteristik budaya anak tuna rungu tersebut. Hal ini

    dimaksudkan untuk memudahkan identifikasi anak tuna rungu dengan hal-hal yang

    dilihatnya dan mereka alami di lingkungan tempat tinggalnya.

    Secara garis besar unsur-unsur yang terdapat pada media visual terdiri atas garis,

    bentuk, warna, dan tekstur (Azhar Arsyad, 1997:109-110).

    ‐  Garis, adalah kumpulan dari titik-titik. Dengan demikian terdapat banyak jenis

    garis, diantaranya adalah :

    Gambar 2. Macam-macam garis. Sumber visualiasi penulis

    ‐  Bentukan sebuah garis juga dapat menimbulkan persepsi tertentu pada

    penglihatnya. Bentukan garis yang hitam tebal akan menimbulkan sifat keras

    dan kuat bentukan garis yang tipis akan menimbulkan sifat lembut dan halus.

    Garis putus-putus akan menimbulkan kesan bayangan atau menandakan

    adanya sebuah pergerakan dari tempat semula.Garis dapat dibentuk untuk

    4 Wawancara Dr.Endang Purbaningrum M.Kes., dosen jurusan pendidikan luar biasa UNESA

  • 8/19/2019 Desain bahasa gambar untuk anak tuna rungu

    6/14

    menunjukan ekspresi wajah manusia yang digunakan untuk menunjukan sifat-

    sifat manusia.

    Gambar 3. Bentukan garis dapat membentuk ekspresi

  • 8/19/2019 Desain bahasa gambar untuk anak tuna rungu

    7/14

    ‐  Bentuk, adalah sebuah konsep simbol yang dibangun atas garis-garis

    atau gabungan garis dengan konsep-konsep lainnya. Seperti pada contoh di

    bawah ini : Hubungan garis-garis yang tampak pada gambar tersebut tampak

    menjadi sebuah bentu yakni “mobil”.

    Gambar 3. Gabungan garis membentuk simbol “mobil”. sumber visualisasi penulis

    ‐  Warna, digunakan untuk memberi kesan pemisahan atau penekanan,

     juga untuk membangun keterpaduan, bahkan dapat mempertinggi tingkat

    realisme dan menciptakan respon emosional tertentu.

    Gambar 4. Warna dapat menciptakan kesan emosional. Sumber visualisasi penulis

    ‐  Tekstur, digunakan untuk menimbulkan kesan kasar dan halus, juga untuk

    memberi penekanan seperti halnya warna.

    Simbol pesan visual untuk pembelajaran hendaknya memiliki prinsip kesederhanaan,

    keterpaduan, dan penekanan (Azhar Arsyad,1997:105-108).

    ‐  Kesederhanaan, secara umum ia mengacu kepada jumlah elemen yang

    terkandung dalam suatu visual. Jumlah elemen yang lebih sedikit memudahkan

    siswa menangkap dan memahami pesan yang disajikan visual itu. Pesan atau

    informasi yang panjang atau rumit harus dibagi-bagi ke dalam beberapa bahan

    visual yang mudah dipahami. Demikian pula teks yang menyertai bahan visual

  • 8/19/2019 Desain bahasa gambar untuk anak tuna rungu

    8/14

    harus dibatasi ( misalnya antara 15 sampai dengan 20 kata). Kata-kata harus

    memakai huruf yang sederhana dengan gaya huruf yang mudah terbaca dan

    tidak terlalu beragam dalam satu tampilan atau serangkaian tampilan visual.

    Kalimat-kalimatnya juga harus ringkas tetapi padat dan mudah dimengerti.

    ‐  Penekanan, meskipun penyajian visual dirancang sesederhana mungkin,

    seringkali konsep yang ingin disajikan memerlukan penekanan terhadap salah

    satu unsur yang menjadi pusat perhatian siswa. Dengan menggunakan ukuran,

    hubungan-hubungan, perspektif, warna, atau ruang penekanan dapat diberikan

    kepada unsur terpenting.

    ‐  Keterpaduan, mengacu kepada hubungan yang terdapat di antara elemen-

    elemen visual yang ketika diamati akan berfungsi secara bersama-sama.Elemen-elemen itu harus saling terkait dan menyatu sebagai suatu keseluruhan

    sehingga visual itu merupakan suatu bentuk menyeluruh yang dapat dikenal

    yang dapat membantu pemahaman pesan dan informasi yang dikandungnya.

    Elemen warna dalam visualiasis yang diterapkan pada anak tuna rungu juga dapat

    mempengaruhi mood anak dalam belajar. Warna-warna yang sesuai akan mampu

    menarik minat anak dan merangsang rasa ingin tahu anak menjadi tinggi.

    Penyesuaian warna dilakukan dengan menggunakan warna-warna yang menjadi

    warna favorit anak atau sesuai dengan psikologi warna anak. Kita dapat

    menggunakan warna-warna cerah dengan kombinasi warna playful dan warna

    tambahan yang disesuaikan dengan situasi dan ciri fungsi media yang diterapkan.

  • 8/19/2019 Desain bahasa gambar untuk anak tuna rungu

    9/14

     

    Gambar 5. Kombinasi warna playful

    Bentuk pembelajaran bahasa yang digambarkan juga harus disesuaikan dengan levelusia anak dalam menangkap makna sebuah gambar. Level pembelajaran ini sama

    halnya dengan level pembelajaran bahasa pada anak normal dimana tahapan-

    tahapannya terjadi secara berurutan. Sehingga jika diperlihatkan dalam diagram level

    usia tersebut dapat digambarkan seperti berikut.

    Gambar 6. Skala perkembangan bahasa anak tuna rungu

  • 8/19/2019 Desain bahasa gambar untuk anak tuna rungu

    10/14

    Level ini digunakan untuk membentuk pola bahasa pada anak tuna rungu. Level usia

    tersebut adalah :

    ‐  Untuk anak tuna rungu usia 0-6 tahun dapat dikenalkan terlebih dahulu

    terhadap bentukan huruf dan angka sebelum beranjak kepada pengenalan

    kata-kata. Bahasa isyarat huruf dan angka dapat dikenalkan pada tahap usia

    ini.

    Gambar 7. Isyarat angka dan isyarat huruf

    ‐  Selanjutnya menginjak usia 6-10 tahun pengenalan kata-kata dasar dengan

    penjelasan gambar dengan ciri single picture atau gambar-gambar tunggal

    yang mewakili satu kata.

  • 8/19/2019 Desain bahasa gambar untuk anak tuna rungu

    11/14

     

    Gambar 8. Gambar tunggal dengan makna kata dan isyarat tunggal.

    ‐  Menginjak usia 10-12 tahun, anak tuna rungu sudah dianggap mampu untuk

    memahami bentukan gambar bercerita dengan penjelasan kata dalam bentuk kalimat

    sederhana. Pola kalimatnya mengikuti struktur pola kalimat dalam bahasa Indonesia.

    Yakni dengan struktur Subjek-Predikat-Objek-Keterangan (SPOK).

  • 8/19/2019 Desain bahasa gambar untuk anak tuna rungu

    12/14

     

    Gambar 7. Gambar bercerita dengan kalimat sederhana

    ‐  Pada usia 12 – 16 tahun, memasuki masa remaja, anak tuna rungu sudah mampu

    untuk memahami kalimat dalam sebuah paragraf bercerita. Penggunaan gambar

    penjelas sudah semakin minim karena perbendaharaan kata sudah dianggap cukup.

    Dan anak tuna rungu sudah mulai belajar berbahasa melalui pengalaman langsung

    dengan dunia sekitarnya.

    ‐  Usia 16 tahun ke atas perkembangan bahasa sudah cukup pesat dan hanya perlu

    penambahan istilah-istilah kiasan dalam bahasa Indonesia yang dapat mereka peroleh

    denga berinteraksi dengan orang-orang normal. Kecakapan berbahasa akan

    bertambah seiring denga seringnya aktivitas komunikasi.

    Hal-hal yang menjadi batasan pada pembelajaran bahasa pada anak tuna rungu

    dimana ada kata-kata yang tidak dapat dijelaskan dengan gambar adalah berasal dari

    karakteristik bahasa Indonesia yang unik, sehingga ada beberapa syarat untuk

    beberapa jenis kata yakni :

    1. Kata-kata dalam bahasa Indonesia yang dapat diterjemahkan ke dalam

    bentuk bahasa gambar adalah kata benda dan kata kerja yang memiliki ciri

  • 8/19/2019 Desain bahasa gambar untuk anak tuna rungu

    13/14

    kata tersebut dapat langsung diidentifikasi wujudnya dan langsung menunjuk

    pada maksud kata tersebut.

    Contoh :

    a. Kata benda, hewan “gajah” dapat langsung ditunjukan ciri bentuk hewan

    gajah dalam gambar.

    b. Kata kerja, “berlari kata dasar lari” dapat langsung ditunjukan makna

    kata lari dalam gambar.

    2. Untuk kata-kata dalam bahasa Indonesia yang memiliki imbuhan

    awalan,sisipan dan akhiran. Agar tidak terjadi pemaknaan yang

    membingungkan anak tuna rungu maka imbuhannya akan dihilangkan dan

    digunakan kata dasarnya saja.

    Contoh :

    Kata “memakai” maka imbuhan “me-“nya akan dihilangkan dan hanya

    digunakan kata dasar “pakai”.

    3. Beberapa kosakata dalam bahasa Indonesia memiliki beberapa ciri kata yang

    unik yang sulit untuk dijelaskan dalam bentuk visual, terutama kata-kata

    abstrak, dimana kata tersebut memiliki beberapa kriteria, yakni :

    a. Tidak dapat digambarkan detailnya karena tidak ada wujudnya ( seperti

    kata “Tuhan”, “hantu”, “mimpi’).

    b. Tidak dapat digambarkan tetapi dapat dirasakan dengan indra tubuh yang

    lain ( seperti kata “bau”,”wangi”,”udara”).

    c. Kata penghubung dan awalan, yang baru dapat memiliki arti jika ada

    kalimat lain yang menyertainya (seperti kata “dan”,”di-“,”ke-“).

    d. Kata-kata kiasan dalam bahasa Indonesia dimana memiliki pemaknaan

    kata yang buka sebenarnya/ sebuah konotasi. (seperti “keras kepala",”naik

    darah”).

    e. Kata-kata yang memiliki makna ganda (seperti “bisa ular” dengan “bisa

    bersepeda”) untuk jenis kata ini perlu dijelaskan dengan gambar penjelas

    tambahan agar tahu jika ada makna lain dari kata tersebut.

    4. Jika kata benda dapat langsung digambarkan wujud bendanya, sedangkan

    dalam bahasa Indonesia ada beberapa jenis kata yang tidak dapat

    digambarkan wujud bendanya namun masih dapat dipahami maknanya jika

    digambarkan dalam cara tertentu. Jenis kata-kata ini adalah :

    a. Kata sifat ekspresi (seperti “marah”,”sedih”, “senang”). Jenis kata sifat ini

    dapat digambarkan melalui mimik wajah yang menggambarkan ekspresi

    dari kata-kata yang kita maksudkan pada karakter yang kita gambarkan.

  • 8/19/2019 Desain bahasa gambar untuk anak tuna rungu

    14/14

    Warna juga dapat membantu memberikan sentuhan ekspresi (misalnya :

    merah menandakan marah, kuning menandakan sakit).

    b. Kata sifat tekstur (seperti kata “halus”, “keras”, “cair”). Jenis kata sifat ini

    dapat kita gambarkan dengan teknik “tebal-tipis” pada outline gambar

    benda yang kita gambarkan, sehingga akan terlihat perbedaan sifat tekstur

    dari benda-benda yang digambarkan tersebut.

    c. Kata waktu atau keterangan waktu (seperti kata “malam”, “siang”, “pagi”).

    Jenis kata ini jika tidak dapat menunjukan wujud waktu (seperti

    menggambarkan sebuah jam) dapat kita gambarkan dengan teknik

    pewarnaan dari ciri-ciri warna langit pada waktu/hari tertentu. Atau dengan

    menambahkan benda-benda di langit.

    Daftar rujukan

     Alwasilah, A.Chaedar.1990. Linguistik. Suatu Pengantar. Bandung : Angkasa. Hlm.

    82.

    Keesing, Roger M. 1992. Antropologi Budaya. Suatu Perspektif Kontemporer Edisi

    Kedua. Jakarta. Erlangga. Hlm. 79.

    Kamus SIBI

    ‐