skripsi - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di laboratorium jurusan teknik...

58
i PERBANDINGAN KUAT LEKAT ANTARA BAJA TULANGAN BARU DAN BAJA TULANGAN BEKAS DENGAN KEDALAMAN PENJANGKARAN 10 CM PADA BETON SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan Oleh MUHAMMAD BAHRUL ULUM NIM 5101411039 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017

Upload: others

Post on 04-Jan-2020

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

i

PERBANDINGAN KUAT LEKAT ANTARA BAJA

TULANGAN BARU DAN BAJA TULANGAN BEKAS

DENGAN KEDALAMAN PENJANGKARAN 10 CM

PADA BETON

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan

Oleh

MUHAMMAD BAHRUL ULUM NIM 5101411039

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017

Page 2: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

ii

Page 3: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

iii

Page 4: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

iv

Page 5: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

v

MOTTO

� Maka sesungguhnya disamping kesulitan itu ada kemudahan. Maka

apabila kamu telah selesai dari semua pekerjaan atau tugas, kerjakanlah

yang lain dengan sungguh-sungguh. Dan kepada Tuhanmulah hendaknya

kamu berharap (QS. Al-Insyirah : 6-8).

� Jangan andalkan orang lain terlalu banyak dalam hidup, karena, bahkan

bayanganmu sendiri meninggalkanmu saat gelap (Ibnu Taimiyah).

PERSEMBAHAN

� Kepada kedua orang tua yang tiada henti memberikan do’a, kekuatan,

dorongan serta motivasi untukku.

� Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan, Jurusan Teknik Sipil,

UNNES sebagai naunganku dalam belajar.

� Untuk seluruh teman-teman seperjuangan PTB angkatan 2011 yang telah

memberikan bantuan dan dukungan.

Page 6: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

vi

ABSTRAK

Bahrul Ulum, Muhammad. 2017. PERBANDINGAN KUAT LEKAT ANTARA BAJA TULANGAN BARU DAN BAJA TULANGAN BEKAS DENGAN KEDALAMAN PENJANGKARAN 10 CM PADA BETON. Dosen Pembimbing:

Drs. Sumiyadi, M.T., Aris Widodo, SPd., M.T., dan Drs. Henry Apriyatno, M.T.

Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan. Kata kunci: kuat lekat beton; baja tulangan baru dan bekas.

Beton adalah material buatan yang sejak dahulu telah digunakan dalam

bidang rekayasa sipil baik sebagai struktural maupun non struktural untuk

memenuhi kebutuhan dan menunjang aktivitas manusia. Beton kuat terhadap

tekan tetapi lemah terhadap tarik, sehingga diperkuat kuat tariknya dengan

material baja tulangan yang membentuk satu kesatuan material yang sering

disebut beton bertulang. Kuat lekat adalah kemampuan baja tulangan dan beton

yang menyelimuti dalam menahan gaya-gaya dari luar ataupun faktor lain yang

dapat menyebabkan lepasnya lekatan antara baja tulangan dan beton. Salah satu

persyaratan dasar dalam konstruksi beton bertulang adalah lekatan (bond strength)

antara tulangan dengan beton disekelilingnya untuk menghindari terjadinya slip.

Dalam praktek, tulangan yang ditambahkan pada beton ada yang menggunakan

baja bekas, yang belum diketahui perilaku lekat dari baja dan beton. Oleh

karenanya diperlukan penelitian untuk mengetahui perbedaan kekuatan lekat

antara baja tulangan baru dan baja tulangan bekas pada beton.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode

eksperimental laboratorium, yaitu suatu pengujian yang dilakukan di

Laboratorium untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Penelitian ini dilakukan

di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri

Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30 cm dan benda uji dibuat dalam

penelitian ini sebanyak 14 buah untuk beberapa pengujian yakni; pengujian kuat

tekan 3 buah, pengujian kuat tarik belah sebanyak 3 buah, 4 buah untuk pengujian

pull-out baja tulangan baru, dan 4 buah untuk pengujian pull-out baja tulangan

bekas.

Dari hasil penelitian dapat didapatkan kuat tekan hasil penelitian yaitu

sebesar 217,4 kg/cm2 yang mencapai dengan kuat rencana yang sebesar 203,94

kg/cm2. Kuat tarik belah hasil penelitian yaitu sebesar 18,84 kg/cm2. Kuat lekat

baja tulangan baru memiliki daya lekat maksimum 35,828 kg/cm2, sedangkan baja

tulangan bekas memiliki daya lekat maksimum sebesar 42,795 kg/cm2. Baja

tulangan bekas memilliki daya lekat lebih besar dari pada baja tulangan baru

dengan selisih besar 6,967 kg/cm2. Baja tulangan bekas mempunyai keunggulan

fisik dalam hal lekatan daripada baja tulangan baru yaitu dengan permukaan baja

tulangan bekas lebih kasar dan adanya pembengkokan tulangan akibat sisa-sisa

pengecoran.

Page 7: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala

limpahan rahmat, inayah, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul Perbandingan kuat lekat antara baja tulangan baru dan baja

tulangan bekas dengan kedalaman penjangkaran 10 cm pada beton beton terhadap

tulangan baru. Shalawat beserta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan

kepada Nabi Muhammad SAW, mudah-mudahan kita semua mendapatkan safaat-

Nya di yaumil akhir nanti, Amin.

Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar S1 Pendidikan Teknik Bangunan Fakultas Teknik Universitas

Negeri Semarang. Judul yang penulis ajukan adalah “Perbandingan Kuat Lekat

Antara Baja Tulangan Baru dan Baja Tulangan bekas Dengan Kedalaman

Penjangkaran 10 cm Pada Beton”.

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan,

bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karen itu dalam kesempatan

ini penulis dengan senang hati menyampaikan terima kasih kepada yang

terhormat:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang

2. Dr. Nur Qudus, M.T., Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri

Semarang.

3. Dra. Sri Handayani, M.Pd., Ketua Jurusan dan Ketua Program Studi

Pendidikan Teknik Bangunan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Negeri Semarang.

4. Drs. Henry Apriyato, M.T. Dosen Penguji I yang selalu senantiasa

perhatian, dan memberikan nasehat kepada penulis.

5. Drs. Sumiyadi, M.T., Dosen Pembimbing I yang selalu bijaksana

memberikan bimbingan, nasehat, serta waktunya selama penelitian dan

penulisan skripsi ini.

Page 8: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

viii

6. Aris Widodo, SPd., M.T., Dosen Pembimbing II yang telah mencurahkan

perhatian, bimibingan, do’a dan kepercayaan yang sangat berarti bagi

penulis.

7. Staf Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri

Semarang yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu selama

mengikuti perkuliahan sampai akhir penulisan skripsi.

8. Staf Tata Usaha Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri

Semarang yang telah banyak membantu pennulis selama mengikuti

perkuliahan dan penulisan skripsi ini.

9. Rekan-rekan satu kost “Sarjiyem”, Putra, Fariz, Rizal, Wahyu, Imam,

Angga, dan Arisky yang telah memberikan dukungan, do’a serta

partisipasinyya selama penulis menyelesaikan skripsi sehingga penulisan

skripsi ini berjalan dengan lancar.

10. Saudara-saudariku tercinta Khoirul Huda, Khairunnisya, Trigestianto, Arif

Khusaini, dan Risqiyatul Jannah yang telah banyak memberikan dorongan,

semangat, kasih sayang dan bantuan baik secara moril maupun materil

demi kelancaran penyusunan skripsi ini.

11. Ayah dan Ibu yang tercinta atas semua kasih sayangnya, kesabaran, do’a,

jasa-jasanya, dan tidak pernah letih mendidik dan memberi cinta yang

tulus dan ikhlas kepada penulis semenjak kecil.

12. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

Semoga Tuhan YME memberikan balasan berlipat ganda kepada

semuanya. Demi perbaikan selanjutnya, saran dan kritik yang membangun akan

penulis terima dengan senang hati. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita

semua khususnya bagi penulis.

Semarang, 22 September 2017

Penulis

Page 9: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

ix

DAFTAR ISI

Halaman

COVER ................................................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii

PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................... v

ABSTRAK ........................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 3

1.3 Tujuan................................................................................................... 3

1.4 Manfaat................................................................................................. 3

1.5 Batasan Masalah ................................................................................... 4

1.6 Sistematika Penyusunan Skripsi........................................................... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ............................. 7

2.1 Kajian Pustaka ...................................................................................... 7

2.1.1 Hasil Penelitian Terdahulu ................................................................... 7

2.2 Landasan Teori ..................................................................................... 8

2.2.1 Pengertian Beton dan Beton Bertulang ................................................ 8

2.2.2 Unsur-Unsur Beton Bertulang ............................................................ 10

2.2.2.1 Semen ................................................................................................ 10

Page 10: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

x

2.2.2.2 Air ...................................................................................................... 11

2.2.2.3 Agregat .............................................................................................. 13

2.2.2.4 Baja Tulangan ................................................................................... 18

2.2.3 Campuran Adukan Beton (MIx Design)............................................. 21

2.2.3.1 Tahapan Perancangan Mix Design ..................................................... 21

2.2.4 Benda Uji (Beton) .............................................................................. 25

2.2.4.1 Pembuatan Benda Uji Silinder ........................................................... 26

2.2.4.2 Perawatan Benda Uji .......................................................................... 27

2.2.4.3 Pengangkutan Benda Uji .................................................................... 31

2.2.5 Kuat Tekan Beton............................................................................... 31

2.2.6 Kuat Tarik Belah Beton...................................................................... 33

2.2.7 Kuat Lekat Beton ............................................................................... 33

2.2.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kuat Lekat Tulangan ................. 36

2.2.9 Kerangka Berfikir ............................................................................... 38

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 40

3.1 Waktu dan Pelaksanaan ..................................................................... 40

3.2 Desain Penelitian ............................................................................... 40

3.3 Alat Dan Bahan .................................................................................. 40

3.3.1 Alat .................................................................................................... 40

3.3.2 Bahan .................................................................................................. 41

3.4 Benda Uji............................................................................................ 42

3.5 Tahap Penelitian ................................................................................ 43

3.5.1 Tahap Persiapan ................................................................................ 44

3.5.2 Tahap Pengujian Bahan ...................................................................... 44

3.5.2.1 Agregat Halus (Pasir) ......................................................................... 44

3.5.2.2 Agregat Kasar (Kerikil) ...................................................................... 47

3.5.3 Pembuatan Benda Uji ......................................................................... 51

3.5.4 Pengujian Benda Uji........................................................................... 53

3.5.4.1 Pengujian Kuat Tekan ........................................................................ 53

3.5.4.2 Pengujian Kuat Tarik Belah ............................................................... 53

Page 11: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

xi

3.5.4.3 Pengujian Kuat Lekat ......................................................................... 54

3.6 Diagram Alir Penelitian ..................................................................... 56

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 57

4.1 Hasil Penelitian .................................................................................. 57

4.1.1 Hasil Pengujian Bahan ....................................................................... 58

4.1.1.1 Hasil Pemeriksaan Agregat Halus ..................................................... 58

4.1.1.2 Hasil Pemeriksaan Agregat Kasar ..................................................... 59

4.1.1.3 Mix Design .......................................................................................... 60

4.1.2 Hasil Pengujian Benda Uji ................................................................. 61

4.1.2.1 Hasil Pengujian Kuat Tekan ............................................................... 62

4.1.2.2 Hasil Pengujian Kuat Tarik Belah ...................................................... 62

4.1.2.3 Hasil Pengujian Kuat Lekat Baja Tulangan ....................................... 63

4.2 Analisis Data Penelitian ..................................................................... 69

4.2.1 Analisis Kuat Tekan ........................................................................... 70

4.2.1.1 Kuat Tekan Rencana .......................................................................... 70

4.2.1.2 Kuat Tekan Rerata Benda Uji ............................................................ 71

4.2.1.3 Beban Maksimum Kuat Tekan (P) ..................................................... 72

4.2.1.4 Diagram fc Rencana dan fc Hasil Penelitian ...................................... 73

4.2.2 Analisis Kuat Tarik Belah .................................................................. 74

4.2.3 Analisis Kuat Lekat ............................................................................ 76

4.2.3.1 Kuat Lekat Baja Tulangan Baru ......................................................... 76

4.2.3.2 Kuat Lekat Baja Tulangan Bekas ...................................................... 80

4.2.3.3 Kuat Lekat Baja Tulangan Baru dan Bekas ....................................... 85

4.3 Pembahasan ........................................................................................ 89

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 92

5.1 Simpulan ............................................................................................ 92

5.2 Saran .................................................................................................. 92

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 93

Page 12: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Skema Bahan Penyusun Beton ........................................................................ 8

2.2. Baja Tulangan Polos SNI ................................................................................ 18

2.3. Diagram Kerangka Berfikir ............................................................................ 39

3.1. Benda Uji Tekan dan tarik Belah .................................................................. 43

3.2. Benda Uji Kuat Lekat...................................................................................... 43

3.3. Diagram Alir Penelitian .................................................................................. 56

4.1. Grafik Analisa Hasil Pengujian Gradasi Agregat Halus ................................. 58

4.2. Grafik Analisa Hasil Pengujian Gradasi Agregat Kasar ................................. 60

4.3. Pengujian Uji Lekat......................................................................................... 63

4.4. Diagram fc Beton dalam Satuan kgf/cm2 ........................................................ 74

4.5. Grafik Kuat Lekat A1...................................................................................... 78

4.6. Grafik Kuat Lekat A2...................................................................................... 78

4.7. Grafik Kuat Lekat A3...................................................................................... 79

4.8. Grafik Kuat Lekat A4...................................................................................... 79

4.9. Grafik Kuat Lekat Rerata A ............................................................................ 80

4.10. Grafik Kuat Lekat B1 .................................................................................... 82

4.11. Grafik Kuat Lekat B2 .................................................................................... 83

4.12. Grafik Kuat Lekat B3 .................................................................................... 83

4.13. Grafik Kuat Lekat B4 .................................................................................... 84

Page 13: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

xiii

4.14. Grafik Kuat Lekat Rerata B .......................................................................... 84

4.15. Grafik Kuat Lekat A1 dan B1 ....................................................................... 85

4.16. Grafik Kuat Lekat A2 dan B2 ....................................................................... 86

4.17. Grafik Kuat Lekat A3 dan B3 ....................................................................... 86

4.18. Grafik Kuat Lekat A4 dan B4 ....................................................................... 87

4.19. Grafik Kuat Lekat Rerata A dan B ................................................................ 88

Page 14: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Komposisi Limit Semen Portland ............................................................ 11

2.2 Batas-batas Gradasi Untuk Agregat Halus (Pasir) ..................................... 15

2.3. Gradasi Agregat Halus .............................................................................. 17

2.4. Gradasi Agregat Kasar ............................................................................. 17

2.5. Dimensi Efektif Tulangan Polos ................................................................ 19

2.6. Standar Batang Baja Tulangan ASTM ...................................................... 20

2.7. Nilai Slump Berdasarkan Tipe Konstruksi ................................................ 21

2.8. Perkiraan Jumlah Air Pengaduk Dan Kadar Udara ................................... 22

2.9. Hubungan Antara Rasio Air Semen (fas) Dan Kekuatan Tekan Beton .... 23

2.10. Ukuran Maksimum Agregat Kasar Berdasarkan Nilai Angka Kehalusan

Agregat Halus ........................................................................................... 24

2.11. Perkiraan Awal Berat Beton Segar/m3 ..................................................... 24

2.12. Jumlah Lapisan Pada Pembuatan Benda Uji Silinder .............................. 26

2.13. Jumlah Penusukan Untuk Benda Uji Silinder .......................................... 27

2.14. Konversi Kuat Tekan Beton ....................................................................... 32

4.1. Proporsi Campuran Adukan Beton untuk Setiap

Variasi Benda uji per 1 m3 ....................................................................... 61

4.2. Proporsi Campuran Adukan Beton untuk Kebutuhan Penelitian ............. 61

4.9. Hasil Pengujian Kuat Tekan 21 Hari ....................................................... 62

4.10. Hasil Pengujian Kuat Tarik Belah ............................................................ 63

4.11. Hasil Pull Out Test Benda Uji A1 .............................................................. 64

4.12. Hasil Pull Out Test Benda Uji A2 .............................................................. 65

4.13. Hasil Pull Out Test Benda Uji A3 .............................................................. 65

4.14. Hasil Pull Out Test Benda Uji A4 .............................................................. 66

4.15. Hasil Pull Out Test Benda Uji B1 .............................................................. 67

4.16. Hasil Pull Out Test Benda Uji B2 .............................................................. 67

4.17. Hasil Pull Out Test Benda Uji B3 .............................................................. 68

Page 15: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

xv

4.18. Hasil Pull Out Test Benda Uji B4 .............................................................. 69

4.20. Konversi Umur Beton ................................................................................ 71

4.21. Rerata Kuat Tekan Benda Uji .................................................................... 72

4.22. Gaya Maksimum Uji Kuat Tekan .............................................................. 73

4.23. Analisa Kuat Tarik Belah ........................................................................... 75

4.24. Kuat Lekat Baja Tulangan Baru (A) .......................................................... 77

4.25. Kuat Lekat Baja Tulangan Bekas (B) ........................................................ 81

Page 16: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Hasil Pengujian Berat jenis Pasir .......................................................... 94

2. Hasil Pengujian Agregat Halus (pasir) .................................................. 95

3. Hasil Pengujian Kadar Lumpur Pasir .................................................... 96

4. Hasil Pengujian Berat Jenis Agregat Kasar (Kerikil) .......................... 97

5. Hasil Pengujian Agregat Kasar (Kerikil).............................................. 98

6. Hasil Pengujian Kadar Lumpur Kerikil ................................................ 99

7. Mix Design .......................................................................................... 100

8. Dokumentasi ....................................................................................... 101

9. Usul Topik ......................................................................................... 105

10. Surat Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi .................................... 106

11. Surat Tugas Pembimbing Skripsi ........................................................ 107

12. Surat Berita Acara Seminar Proposal Skripsi ...................................... 108

13. Daftar Hadir Seminar Proposal Skripsi ............................................... 109

14. Surat Permohonan Izin Penelitian ....................................................... 110

Page 17: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan laju pembangunan yang semakin pesat dan beragam. Beton

menjadi pilihan utama masyarakat dalam membuat suatu konstruksi. Beton di

dalam bidang rekayasa sipil digunakan sebagai material struktur maupun non-

struktural untuk memenuhi kebutuhan dan menunjang aktifitas manusia. Beton

sebagai material struktural lemah terhadap kuat tarik, akan tetapi kuat terhadap

tekan, sehingga pada umumnya bagian-bagian struktur beton tersebut diperkuat

dengan material baja tulangan membentuk satu-kesatuan sebagai material

komposit dan disebut dengan beton bertulang. Salah satu syarat dalam beton

bertulang yaitu adanya lekatan antara tulangan dan beton, sehingga beton yang

diberikan beban tidak akan terjadi selip antara baja tulangan dan beton. Apabila

lekatan antara beton dan baja tulangan pada struktur itu hilang akan

mengakibatkan keruntuhan total pada balok. Untuk menghindari hal tersebut perlu

ditinjau nilai kuat lekat beton dan baja tulangan agar diperoleh keseimbangan

antara beton dan baja tulangan yaitu gaya yang dapat ditahan beton dan gaya yang

dapat ditahan oleh tulangan.

Pemanfaatan baja sebagai tulangan pada material beton dalam upaya

mengimbangi kelemahan beton terhadap tarik. Untuk menjamin terciptanya

Page 18: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

2

kerjasama yang baik antara kedua material tersebut sebagai material komposit

terutama bertumpu pada kekuatan lekat antara material baja tulangan dan beton

intervensi dari berbagai faktor eksternal tehadap material komposit ini akan

mempengaruhi bahkan dapat merubah perilaku baik ditinjau sebagai material

komposit maupun sebagai material beton atupun material baja itu sendiri.

Kekuatan lekat beton erat hubungannya dengan kondisi baja yang digunakan

seperti yang dinyatakan oleh Wibowo (2007) bahwasanya “Kondisi baja adalah

suatu keadaan yang memperlihatkan apakah baja tulangan tersebut masih dalam

kondisi normal atau telah mengalami reaksi dengan lingkungan sekitarnya yang

memungkinkan terjadinya penurunan kualitas baja tulangan tersebut”.

Pada kenyataan di lapangan, untuk memenuhi material komposit tersebut

sebagian masyarakat menggunakan baja tulangan bekas atau limbah baja sebagai

material struktur bangunan. Tulangan baja bekas (limbah baja) digunakan untuk

menekan biaya konstruksi.

Saat ini sangat mudah untuk mencari baja tulangan bekas. Di pasar-pasar

besi tua dan pasar loak menyediakan baja tulangan bekas (limbah) dengan kondisi

fisik yang relatif bagus. Para konsumen membeli baja tulangan bekas (limbah)

untuk digunakan kembali sebagai tulangan beton atau untuk membentuk material

komposit beton tanpa diteliti kekuatannya terlebih dahulu.

Baja tulangan baru dengan baja tulangan bekas (limbah) sebagai material

tulangan beton yangmana peneliti akan meneliti benda uji yang ditancapkan

dengan baja tulangan baru dan baja tulangan yang bekas untuk kekuatan lekat baja

Page 19: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

3

tulangan pada beton dengan penjangkaran pada beton sedalam 10 cm dan ukuran

diameter yang sama antara baja tulangan baru dan baja tulangan bekas.

Dari uraian tersebut penulis ingin meneliti sejauh mana perbedaan nilai

kuat lekat antara baja tulangan baru dengan baja tulangan bekas (limbah baja).

Dengan judul penelitian “PERBANDINGAN KUAT LEKAT ANTARA BAJA

TULANGAN BARU DAN BAJA TULANGAN BEKAS DENGAN

KEDALAMAN PENJANGKARAN 10 CM PADA BETON”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat

dirumuskan masalah yaitu, adakah perbedaan kekuatan lekat antara baja tulangan

baru dengan baja tulangan bekas?

1.3 Tujuan

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan kekuatan lekat antara

baja tulangan baru dan baja tulangan yang bekas.

1.4 Manfaat

Penelitian ini ditujukan untuk meninjau kekuatan lekat antara tulangan

polos dan beton sebagai pembungkusnya, dimana dengan dilakukannya penelitian

ini diharapkan mendapat manfaat diantaranya :

1. Untuk bahan pertimbangan dalam perencanaan beton bertulang

dengan menggunakan tulangan baja baru atau bekas.

Page 20: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

4

2. Memberikan sumbangan pemikiran bagi kalangan akademis,

khususnya Jurusan Teknik Sipil bidang Struktur.

3. Dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk kegiatan penelitian

yang sejenis.

1.5 Batasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini dibatasi oleh:

1. Kuat lekat tulangan baja baru.

2. Kuat lekat tulangan baja bekas.

3. Tidak meneliti umur baja tulangan dan asal bangunan bongkaran.

4. Tidak meneliti korosi baja tulangan secara kimiawi.

Pengujian beton:

1. Mix design dibuat sendiri dengan nilai fas 0,52.

2. Pembuatan benda uji beton (silinder) yaitu 6 beton tanpa tulangan

untuk uji kuat tarik belah dan uji kuat tekan, dan 8 beton ditanami

besi sepanjang 10 cm untuk uji lekat.

3. Perawatan beton selama 21 hari.

4. Pengujian kuat tekan yaitu untuk mengetahui kekuatan tekan dari

beton yang di uji.

5. Pengujian kuat tarik belah yaitu untuk mengetahui kekuatan tarik

dari beton yang di uji.

6. Pengujian kuat lekat beton yaitu untuk mengetahui kekuatan lekat

dari beton yang di uji.

Page 21: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

5

1.6 SISTEMATIKA PENYUSUNAN SKRIPSI

Secara garis besar penulisan skripsi dibagi menjadi tiga bagian yaitu

bagian awal, isi, dan bagian akhir.

a. Bagian awal

Bagian awal skripsi meliputi: judul, abstrak, lembar pengesahan, motto,

dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar

dan daftar lampiran.

b. Bagian isi

Isi skripsi disajikan dalam lima bab dengan beberapa sub bab pada tiap

babnya.

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi gambaran mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Mengemukakan tentang kajian pustaka dan landasan teori mengenai

pengertian beton, material pembentuk beton, baja tulangan, mix desain,

benda uji, curing, kuat tekan beton, kuat tarik beton dan kuat lekat beton

yang mendukung dalam pelaksanaan penelitian.

BAB III : METODE PENELITIAN

Berisi tentang metode penelitian, lokasi penelitian, alat, bahan, benda uji

dan tahap penelitian yang digunakan dalam penelitian.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Page 22: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

6

Mencakup analisis data penelitian, pembahasan dan juga hasil dari

penelitian.

BAB V : SIMPULAN DAN SARAN

Berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang relevan

dengan penelitian yang telah dilaksanakan.

c. Bagian akhir

Bagian akhir skripsi berisikan daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

Page 23: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka

2.2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian yang pernah dilakukan

sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mempermudah menelaah konsep-konsep

yang akan diteliti.

� Teguh Ari Cahyono (2015), “ANALISA PENGUJIAN

PERBANDINGAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

DENGAN BAJA TULANGAN BARU DAN BAJA TULANGAN

BEKAS BONGKARAN”. Penelitian ini menghasilkan bahwa adanya

reduksi tegangan tarik baja tulangan bekas bongkaran. Ditinjau dari hasil

pengujian kuat lentur beton masih mampu memenuhi kekuatan lentur

yang direncanakan sehingga baja tulangan bekas bongkaran layak

digunakan kembali dan disarankan untuk dilakukan uji tarik tulangan

sebelumnya untuk mengetahui kemampuan nominal struktur dalam

menerima beban.

Page 24: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

8

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Beton dan Beton Bertulang

Beton (Concrete) yaitu campuran semen portland atau semen hidrolis

lainnya, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan campuran

tambahan (admixture) (SNI-2847-2013). Menurut John Wiley dan Sons (2001)

menyatakan bahwa “beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil,

batu pecah, atau agregat-agregat lain yang dicampur menjadi satu dengan pasta

yang terbuat dari semen dan air membentuk suatu massa mirip-batuan”.

Menurut Asroni (2010) “Campuran antara semen dan air akan

membentuk pasta semen, yang berfungsi sebagai bahan ikat. Sedangkan pasir

dan kerikil merupakan bahan agregat yang berfungsi sebagai bahan pengisi, dan

sekaligus berfungsi sebagai bahan yang diikat oleh pasta semen. Ikatan antara

pasta semen dengan agregat ini menjadi satu kesatuan yang kompak, dan

akhirnya dengan berjalannya waktu akan menjadi keras serta padat yang disebut

beton”. Skema bahan penyusun beton dapat dgambarkan seperti pada gambar

2.1.

Gambar 2.1. Skema Bahan Penyusun Beton

(Sumber: Asroni, 2010)

Semen

Beton

Air

Agregat

Pasir Kerikil

Pasta

Semen

Page 25: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

9

Beton mempunyai sifat keras dan berat seperti batu, akan tetapi beton

lemah terhadap kuat tarik. Sifat-sifat tersebut dipengaruhi oleh kualitas dan

perbandingan dari unsur-unsur material pembuatan beton. Shamim A. Sheikh

(1988) juga menyatakan bahwasanya “Beton yang tidak diberi tulangan akan

mempunyai kekuatan yang tinggi terhadap tekanan tetapi lemah dalam menerima

tarikan dan besarnya perbandingan di atas berkisar antara 1:10 sampai 1:15.

Dengan rendahnya daya tahan beton terhadap tarikan berarti beton lemah dalam

menahan lenturan, geseran, dan puntiran”.

Beton memang lemah terhadap kuat tarik, akan tetapi apabila beton

disatukan dengan baja tulangan, maka beton akan kuat terhadap tekan maupun

tarik. Beton ini disebut dengan beton bertulang. Definisinya seperti yang

dikatakan oleh Shamim A. Sheikh (1988) bahwa “Beton bertulang adalah

kesatuan antara beton dan baja tulangan dimana baja tulangan diletakkan

sedemikian rupa sehingga kesatuan kedua jenis material itu dapat bekerja sama

untuk mendukung beban tekan maupun tarik sesuai yang diharapkan”.

Berdasarkan pernyataan di atas, baja tulangan mampu untuk membuat beton kuat

terhadap tarik dan artinya kedua material tersebut sangat erat hubungannya karena

saling mengimbangi kelemahannya masing-masing. Menurut Ranap (2008), Baja

dan beton dapat bekerja sama atas dasar beberapa hal:

1. Lekatan (bond) yang merupakan innteraksi antara baja tulangan dengan

beton disekelilingnya, yang akan mencegah slip dari baja relatif terhadap

beton.

Page 26: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

10

2. Campuran beton yang memadai yang memberikan sifat anti resap yang

cukup dari beton untuk mencegah karat baja.

3. Angka kecepatan muai yang relatif serupa menimbulkan tegangan antara

baja dan beton yang dapat diabaikan di bawah perubahan suhu udara.

2.2.2 Unsur - Unsur Beton Bertulang

Berdasarkan SNI-2847-2013, unsur utama pembentuk beton adalah

semen, air, dan agregat. Agregat disini terdiri dari agregat halus yang umumnya

menggunakan pasir dan agregat kasar yang umumnya menggunakan batu kerikil.

Selain itu, terkadang ditambahkan material campuran (admixture). Semen dan air

akan membentuk pasta pengikat yang akan mengisi rongga-rongga dan mengeras

diantara butir-butir pasir dan batu kerikil, sedangkan agregat itu sendiri akan

menentukan kekuatan dan kualitas beton.

2.2.2.1 Semen

Semen merupakan salah satu bahan yang sangat penting dalam pembuatan

beton, semen berfungsi sebagai perekat

Semen merupakan bahan hidrolis yang dapat bereaksi secara kimia dengan

air, sehingga membentuk material yang padat. Secara umum, komposisi kimia

semen Portland adalah seperti yang diperlihatkan pada Tabel 2.1.

Page 27: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

11

Tabel 2.1 Komposisi limit semen Portland

Sumber : A.M. Neville, Concrete Technology, 1987

Semen Portland dibagi menjadi lima jenis sebagai berikut :

1. Semen Portland Jenis I

Semen untuk umum tidak memenuhi persyaratan khusus.

2. Semen Portland Jenis II

Semen untuk beton tahan sulfat dan memiliki panas hidrasi sedang.

3. Semen Portland Jenis III

Semen untuk beton dengan kekuatan awal tinggi (cepat mengeras).

4. Semen Portland Jenis IV

Semen untuk beton yang memerlukan panas hidrasi rendah.

5. Semen Portland Jenis V

Semen untuk beton yang sangat tahan terhadap sulfat.

2.2.2.2 Air

Air yang dimaksud disini adalah air yang digunakan sebagai campuran

bahan bangunan, harus berupa air bersih dan tidak mengandung bahan-bahan

yang dapat menurunkan kualitas beton.

Oksida Komposisi (% berat)

CaO (kapur)

SiO2 (Silika)

Al2O3 (Alumina)

Fe2O3 (Besi)

MgO (Magnesia)

Alkalis

SO3 (Sulfur)

60 – 67

17 – 25

3 – 8

0,5 – 6

0,1 – 5,5

0,2 – 1,3

1 – 3

Page 28: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

12

Persyaratan dari air yang digunakan sebagai campuran bahan bangunan

adalah sebagai berikut :

1) Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung

minyak, asam alkali, garam-garam, bahan-bahan organik atau bahan lain

yang dapat merusak daripada beton.

2) Apabila dipandang perlu maka contoh air dapat dibawa ke Laboratorium

Penyelidikan Bahan untuk mendapatkan pengujian sebagaimana yang

dipersyaratkan.

3) Jumlah air yang digunakan adukan beton dapat ditentukan dengan ukuran

berat dan harus dilakukan setepat-tepatnya.

Air yang digunakan untuk proses pembuatan beton yang paling baik

adalah air bersih yang memenuhi persyaratan air minum. Air yang digunakan

dalam proses pembuatan beton jika terlalu sedikit maka akan menyebabkan beton

akan sulit untuk dikerjakan, tetapi jika kadar air yang digunakan terlalu banyak

maka kekuatan beton akan berkurang dan terjadi penyusutan setelah beton

mengeras.

Untuk memperoleh kepadatan beton dengan rasio air semen yang rendah

sebaiknya menggunakan alat penggetar adukan (vibrator). Menjaga kelembaban

dan panas agar dapat konstan sewaktu proses hidrasi berlangsung, misalnya

dengan menutupi permukaan dengan karung basah.

Page 29: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

13

2.2.2.3 Agregat

Agregat adalah bahan-bahan campuran beton yang saling diikat oleh

perekat semen (CUR 2, 1993). Agregat ini harus bergradasi sedemikian rupa

sehingga seluruh massa beton dapat berfungsi sebagai benda yang utuh, homogen,

dan rapat, dimana agregat yang kecil berfungsi sebagai pengisi celah yang ada di

antara agregata berukuran besar (Nawy, 1998). Dua jenis agregat adalah (Nawy,

1998):

1. Agregat halus (pasir alami dan buatan)

2. Agregat kasar (kerikil, batu pecah, atau pecahan dari blast furnace)

Agregat halus adalah pasir alam sebagai hasil disintregasi alami batuan

ataupun pasir yang dihasilkan oleh industri pemcah batu dan mempunyai ukuran

butir lebih kecil dari 3/16 inci atau 5 mm (lolos saringan no.4).

Berikut ini adalah beberapa karakteristik pasir yang umum:

1. Berat Jenis Pasir

Berat jenis pasir adalah rasio antara massa padat pasir dengan massa air

yang mempunyai volume sama pada suhu yang sama. Berdasarkan berat

jenisnya, agregat halus secara umum dapat dibedakan menjadi

(Tjokrodimuljo, 1996):

� Agregat normal, yaitu agregat yang berat jenisnya antara 2,5 sampai

2,7. Agregat ini biasanya berasal dari agregat granit, basalt, kuarsa, dan

sebagainya.

� Agregat berat, yaitu agregat yang berat jenisnya lebih dari 2,8 misalnya

magnetic (Fe3O4), barites (BaSO4) atau serbuk besi.

Page 30: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

14

� Agregat ringan, yaitu mempunai berat jenis kurang dari 2,0 dan

biasanya digunakan untuk bagian non-struktural.

2. Gradasi Pasir

Gradasi pasir adalah distribusi ukuran butiran dan pasir. Sebagai

pernyataan gradasi dipakai nilai presentase dari berat butiran yang

tertinggal atau lewat di dalam ayakan. Gradasi agregat akan memberikan

variasi ukuran butir yang bervariasi, sehingga akan memberikan pengaruh

pada penempatan yang tinggi sejalan dengan peningkatan kekuatan.

Butiran yang kecil akan mengisi pori diantara butiran yang besar sehingga

pori yang terbentuk akan menjadi sedikit.

Berdasarkan pengertian pasir di atas, maka susunan ayakan untuk

menentukan gradasi pasir berturut-turut adalah ayakan dengan lubang 10 mm; 4,8

mm; 2,4 mm; 1,2 mm; 0,6 mm; 0,3 mm; dan 0,15 mm. Menurut SK SNI T-15-

1990-03, kekasaran pasir dibedakan menjadi 4 kelompok menurut gradasinya,

yaitu pasir kasar, pasir agak kasar, pasir agak halus, dan pasir halus. 4 kelompok

ini tersaji dalam tabel 2.2

Page 31: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

15

Tabel 2.2 Batas-batas Gradasi Untuk Agregat Halus (Pasir)

Lubang Ayakan

(mm)

Persen Berat Butir Yang Lewat

Daerah I Daerah II Daerah III Daerah IV

10 100 100 100 100

4,8 90-100 90-100 90-100 95-100

2,4 60-95 75-100 85-100 95-100

1,2 30-70 55-90 75-100 90-100

0,6 15-34 35-59 60-79 80-100

0,3 5-20 8-30 12-40 15-50

0,15 0-10 0-10 0-10 0-15

Sumber: SK SNI T-15-1990-03

Keterangan:

- Daerah I : Pasir kasar

- Daerah II : Pasir agak kasar

- Daerah III : Pasir agak halus

- Daerah IV : Pasir halus

Penjelasan didalam SNI-15-1991-03, agregat didefinisikan sebagai

material granular, misalnya pasir, kerikil dan batu pecah yang dipakai bersama-

sama dengan satu media pengikat untuk membentuk beton semen hidrolik atau

adukan. Dalam struktur beton biasanya agregat biasa menempati kurang lebih 70

% – 75 % dari volume beton yang telah mengeras.

Pada umumnya, semakin padat agregat-agregat tersebut tersusun, semakin

kuat pula beton yang dihasilkannya, daya tahannya terhadap cuaca dan nilai

ekonomis dari beton. Gradasi dari ukuran-ukuran partikel dalam agregat

mempunyai peranan yang sangat penting untuk menghasilkan susunan beton yang

padat.

Faktor penting yang lainnya ialah bahwa permukaan agregat haruslah

bebas dari kotoran seperti tanah liat, lumpur dan zat organik yang akan

Page 32: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

16

memperoleh ikatannya dengan adukan semen dan juga tidak boleh terjadi reaksi

kimia yang tidak diinginkan diantara material tersebut dengan semen.

Agregat yang digunakan untuk beton harus memenuhi persyaratan sebagai

berikut :

1) Ketentuan dan persyaratan dari SII 0052-80 “Mutu dan Cara Uji Agregat

Beton”. Bila tidak tercangkup dalam SII 0052-80 maka agregat harus

memenuhi ASTM C33 “Specification for Structural Concrete

Agregates”.

2) Ketentuan dari ASTM C330 “Specification for Light Weight Agregates

for Structural Concrete” untuk agregat dan struktur beton.

Berdasarkan ukurannya, agregat dapat dibedakan menjadi 2, yakni:

� Agregat halus, diameter 0 – 5 mm disebut pasir, yang dibedakan Pasir

halus : Ø 0 – 1 mm, Pasir kasar : Ø 1 – 5 mm.

� Agregat kasar, diameter ≥ 5 mm, biasanya berukuran antara 5 – 40 mm

yang disebut kerikil.

Untuk gradasi agregat kasar (kerikil) dan agregat halus (pasir) dapat dilihat

pada tabel 2.3 dan 2.4.

Page 33: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

17

Tabel 2.3. Gradasi Agregat Halus

Sieve Percent Passing

(Specification E-11)

9.5 mm (3/8-inch) 100

4.75 mm (No. 04) 95 - 100

2.36 mm (No. 08) 80 - 100

1.18 mm (No. 16) 50 - 85

600 mm (No. 30) 25 - 60

300 mm (No. 50) 5 sd 30

150 mm (No. 100) 0 - 10

Tabel 2.4. Gradasi Agregat Kasar

Page 34: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

18

2.2.2.4 Baja Tulangan

Baja merupakan logam paduan, logam besi sebagai unsur dasar dengan

beberapa elemen lainnya, termasuk karbon. Kandungan karbon yang berada

dalam baja antara 0,2 % hingga 2,1 % yang beratnya sesuan dengan gradenya.

Elemen yang terkandung dalam baja antara lain : karbon, mangan, fosfor,

silikon, dan sulfur. Karbon berfungsi sebagai pengeras dengan mencegah

dislokasi.

Baja tulangan adalah baja yang digunakan untuk konstruksi beton atau

yang lebih dikenal adalah beton bertulang. Baja tulangan menyediakan gaya tarik

yang tidak dimiliki beton.

Baja tulangan juga mempunyai macam-macam jenis baja tulangan, salah

satunya yaitu baja tulangan polos. Baja tulangan ini tersedia dalam beberapa

macam diameter, akan tetapi ketentuan SNI hanya memperkenalkan

pemakaiannya untuk sengkang dan tulang spiral itu pemakaiannya terbatas. Saat

ini baja tulangan polos yang mudah dijumpai adalah hingga diameter 16mm

dengan panjang standar 12 m.

Gb 2.2. Baja Tulangan Polos SNI

Page 35: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

19

Baja tulangan polos mempunyai dimensi yang efektif untuk digunakan

pada konstruksi sipil, berikut adalah dimensi efektif baja tulangan polos (tabel

2.5):

Tabel 2.5. Dimensi Efektif Tulangan Polos

Untuk melindungi tulangan terhadap bahaya kebakaran dan korosi di

sebelah tulangan harus diberi tebal minimum beton. Tebal selimut beton

bervariasi tergantung pada tipe konstruksi dan kondisi lingkungan. Tebal selimut

beton tidak langsung berhubungan dengan cuaca luar atau tanah. Jika beton

tersebut berhubungan langsung dengan tanah, maka tebal selimut beton

minimum adalah 40 – 50 mm tergantung dari diameter tulangannya, akan tetapi

apabila dicor langsung di tanah tanpa adanya lapisan dasar atau lantai kerja, tebal

selimut beton minimum 70 mm.

Diameter (mm) Berat (kg/m) Kliling (cm)

Luas

Penampang

(cm²)

6 0,222 1,88 0,283

8 0,395 2,51 0,503

10 0,617 3,14 0,785

12 0,888 3,77 1,13

16 1,58 5,02 2,01

Page 36: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

20

Tabel 2.6. Standar Batang Baja Tulangan ASTM

Nomor

Batang

Diameter Nominal Luas Nominal Berat

Nominal

( kg/m ) ( inch ) ( mm ) ( inch2 ) ( mm2 )

# 3 0,375 9,500 0,110 71,000 0,559

# 4 0,500 12,700 0,200 129,000 0,994

# 5 0,625 15,900 0,310 200,000 1,552

# 6 0,750 19,100 0,440 284,000 2,235

# 7 0,875 22,200 0,600 387,000 3,041

# 8 1,000 25,400 0,790 510,000 3,973

# 9 1,128 28,700 1,000 645,000 5,059

# 10 1,270 32,300 1,270 819,000 6,403

# 11 1,410 35,800 1,560 1006,000 7,906

# 14 1,693 43,000 2,250 1452,000 11,380

# 18 2,257 57,300 4,000 2581,000 20,240

Baja tulangan dibagi menjadi 2 (dua) macam berdasarkan

karakteristiknya, yaitu sebagai berikut:

1. Baja Tulangan Baru

Baja tulangan baru adalah baja yang digunakan untuk konstruksi

beton atau biasa disebut dengan beton bertulang dan baja tulangan

masih baru atau belum pernah digunakan pada konstruksi bangunan.

2. Baja Tulangan Bekas

Baja tulangan bekas yaitu baja yang sudah pernah digunakan pada

konstruksi bangunan atau biasa disebut dengan limbah baja. Warna

Page 37: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

21

dari baja tulangan ini yaitu kuning kecoklatan, berbeda dengan baja

tulangan baru yang berwarna hitam.

2.2.3 Campuran Adukan Beton (Mix Design)

Mix design adalah Proses memilih bahan-bahan pembetonan yang tepat

dan memutuskan jumlah/kuantitas ketergantungan dari bahan-bahan tersebut

dengan mempertimbangkan syarat mutu beton, kekuatan (strength), ketahanan

(durability) dan kemudahan pengerjaan (workability) serta nilai ekonomisnya

(Anonim, 1991).

2.2.3.1 Tahapan Perancangan Mix Design

Tahapan perancangan mix design beton berdasarkan metode ACI 211.1-

1991 adalah sebagai berikut:

1. Langkah Pertama

Apabila nilai slump tidak ditentukan dalam spesifikasi, maka nilai slump

dapat dilihat dari tabel 2.7 untuk berbagai jenis pekerjaan konstruksi.

Tabel 2.7. Nilai Slump Berdasarkan Tipe Konstruksi

NO JENIS PEKERJAAN NILAI SLUMP (mm)

MINIMUM MAKSIMUM

1 2 3 4

A

Dinding

50 125 Plat Pondasi

Pondasi Telapak Bertulang

B

Pondasi Telapak Tidak Bertulang

25 90 kaosin

Konstruksi di Bawah Tanah

Page 38: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

22

1 2 3 4

C

Pelat

75 150 Balok

Kolom

Dinding

D Pengerasan Jalan 50 75

E Beton Massa (Tebal) 25 75

2. Langkah ke-2 (dua)

Pilih ukuran nominal maksimum agregat yang akan digunakan. (9,5 mm;

12,5 mm; 19 mm; 25 mm; 37,5 mm; 50 mm; 75 mm; dan 150 mm).

3. Langkah Ke-3 (tiga)

Perkiraan (estimasi) jumlah air pengaduk dan kadar udara beton. Gunakan

Tabel 2.8.

Tabel 2.8. Perkiraan Jumlah Air Pengaduk dan Kadar Udara

Slump (mm)

Jumlah Air, 1 kg/m3 Beton untuk Ukuran Besar Butir

Maksimum Agregat yang Diketahui

9,5 12,5 19 25

Beton Tanpa Kadar Udara

25 - 50 207 199 190 179

75 - 100 228 216 205 193

150 - 175 243 228 216 202

Perkiraan Kadar

Udara Terjebak

(%)

3 2,5 2 1,5

Page 39: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

23

4. Langkah ke-4 (empat)

Pilih perbandingan antara berat air pengaduk dengan berat semen Portland

yang akan digunakan (W/C). Gunakan tabel 2.9 untuk nilai FAS.

Tabel 2.9. Hubungan Antara Rasio Air Semen (FAS) dan Kekuatan Tekan Beton

Kuat Tekan Beton 28 Hari (Mpa) Rasio Air - Semen Dalam Berat Beton

Tanpa AEA

40 0,42

35 0,47

30 0,54

25 0,61

20 0,69

15 0,79

AEA (Air entrained Agent)

5. Langkah ke-5 (lima)

Hitung kadar semen yang dibutuhkan. Dengan cara membagi kadar air

(hasil pada langkah keempat) dengan rasio air-semen / fas (hasil pada

langkah keempat).

6. Langkah Ke-6 (enam)

Perkiraan (estimasi) volume agregat kasar. Dengan dasar ukuran nominal

maksimum agregat kasar dan nilai angka kehalusan agregat halus.

Gunakan tabel 2.10, sehingga didapat volume kering agregat kasar untuk

setiap unit beton.

Page 40: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

24

Tabel 2.10. Ukuran Maksimum Agregat Kasar Berdasarkan Nilai Angka

Kehalusan Agregat Halus

Ukuran Maksimum Agregat

Nominal (mm)

Volume Agregat Kasar yang Dicocok - padat Tiap

Unit volume Beton Untuk Berbagai Nilai Angka

Kehalusan Agregat Halus

9,5 0,50 0,48 0,45 0,44

12,4 0,59 0,57 0,55 0,53

19 0,66 0,64 0,62 0,60

25 0,71 0,69 0,67 0,65

37,5 0,75 0,73 0,71 0,69

50 0,78 0,76 0,74 0,72

75 0,82 0,80 0,78 0,76

150 0.87 0,85 0,83 0,81

7. Langkah Ke-7 (tujuh)

Perkiraaan (estimasi) kadar agregat halus. Atas dasar perhitungan berat

Terlebih dahulu tentukan berat / volume beton segar dengan menggunakan

tabel 2.11. sehingga kadar agregat halus dapat dicari dengan mengurangi

berat / volume beton oleh jumlah berat / volume semen, air dan agregat

kasar.

Tabel 2.11. Perkiraan (Estimasi) Awal Berat Beton Segar / m3

Besar Butir Maksimum

Nominal (mm)

Perkiraan awal Untuk Beton

Segar (kg/m3)

Beton Tanpa Kadar Udara

9,5 2280

12,5 2310

19 2345

25 2380

37,5 2410

50 2445

75 2490

150 2530

Page 41: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

25

8. Langkah Ke-8 (delapan)

Tanpa adanya koreksi kadar air, harga rasio air semen diperoleh bisa jadi

lebih besar atau bahkan lebih kecil dari agregat yang sebenarnya (di

Lapangan) dan belum tentu sesuai dengan perkiraan (kering). Maka

perbandingan campuran beton (agregat dan air) memerlukan koreksi

dengan kondisi / keadaan kadar air agregat yang sebenarnya.

2.2.4 Benda Uji (Beton)

Menurut SNI 03-4810-1998, benda uji harus memenuhi sebagai berikut:

1. Untuk uji kuat tekan, benda uji berupa silinder yang dicetak dalam

posisi tegak:

1) Ukuran standar 150 mm x 300 mm atau 152 mm x 305 mm,

apabila ukuran maksimum agregat kadar tidak melebihi 50 mm;

2) Untuk agregat kasar yang lebih besar dari 50 mm, apabila

disyaratkan spesifikasi proyek, diameter benda uji harus tiga kali

ukuran maksimum agregat kasar;

2. Untuk uji kuat lentur, benda uji berbentuk balok:

1) Ukuran standar, lebar 150 mm, tinggi 150 mm, dan panjang

minimal (3x150) mm + 50 mm bila ukuran maksimum agregat

kasar tidak melebihi 50 mm;

Untuk agregat kasar yang lebih besar dari 50 mm, apabila disyaratkan

spesifikasi proyek, lebar dan tinggi benda uji tiga kali ukuran maksimum agregat

kasar dan panjang minimal benda uji tiga kali lebar benda uji + 50 mm.

Page 42: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

26

2.2.4.1 Pembuatan Benda Uji Silinder

Pembuatan benda uji harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

1) Penuangan adukan beton ke dalam cetakan harus lapis demi lapis

sesuai Tabel 2.12 dan pada penuangan akhir kelebihan tinggi tidak

boleh lebih dari 6 mm;

2) Pemadatan sebagai berikut :

a. Untuk slump, lebih besar 75 mm, dengan penusukan;

b. Untuk slump antara 25 mm-75 mm, dengan penusukan dan

penggetaran;

c. Untuk slump kurang dari 25 mm, dengan penggetaran;

d. Selama proses pemadatan, penggetar tidak boleh menyentuh

dasar atau sisi cetakan.

Tabel 2.12. Jumlah Lapisan pada Pembuatan Benda Uji Silinder

NO

TINGGI

BENDA

UJI

(mm)

CARA

PEMADATAN JUMLAH LAPISAN

PERKIRAAN TEBAL

LAPISAN

B E N D A U J I S I L I N D E R

1 300 Penusukan 3 Lapisan 100 mm

2 >300 Penusukan Lapisan Disesuaikan 100 mm

3 300 - 460 Penggetaran 2 Lapisan Setengah tinggi benda uji

4 >460 Penggetaran 3 Lapisan atau lebih

200 mm sedekat mungkin

dengan yang dapat

dilakukan

Page 43: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

27

3). Penusukan pada lapisan beton sebagai berikut :

Untuk benda uji silinder, sesuai Tabel 2.13 yaitu :

Tabel 2.13 Jumlah Penusukan untuk Benda Uji Silinder

DIAMETER SILINDER

(MM)

JUMLAH PENUSUKAN

TIAP

LAPIS

150

200

250

25

50

75

4) Distribusi penusukan harus seragam, penusuk harus dibiarkan

menembus kira-kira 12 mm ke lapis dibawahnya bila ketebalan

lapisan kurang dari 100 mm, dan kira-kira 25 mm bila ketebalan 100

mm atau lebih;

5) Setelah masing-masing dipadatkan permukaan harus diratakan dengan

alat roskam sampai rata dengan sisi atas cetakan dan tidak terjadi

penyimpangan lebih dari 3,2 mm;

6) Penambahan adukan beton pada lapisan akhir setelah proses perataan

tidak boleh melebihi 3 mm dan harus diratakan kembali.

2.2.4.2 Perawatan Benda Uji

Perawatan beton (curing) adalah suatu usaha untuk mencegah kehilangan

air pada beton segar dan membuat kondisi suhu didalam beton berada pada suhu

tertentu segera setelah beton dicor sehingga sifat-sifat beton yang diinginkan

dapat berkembang dengan baik. Perawatan beton sangat berpengaruh terhadap

Page 44: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

28

sifat-sifat beton keras seperti keawetan, kekuatan, sifat rapat air, ketahanan abrasi,

stabilitas volume dan ketahanan terhadap pembekuan.

Supaya perawatan berlangsung dengan baik, perlu diperhatikan dua hal

berikut:

� Mencegah kehilangan kelembaban (air) dalam adukan beton.

� Memelihara temperatur untuk suatu jangka waktu tertentu.

Dengan melaksanakan perawatan beton yang seharusnya, akan didapat

beton yang lebih kuat, lebih padat, lebih awet dan lebih tahan abrasi dibandingkan

beton yang dibuat dengan tanpa perawatan beton (Nizar, 2011).

Waktu yang diperlukan untuk perawatan beton tergantung pada tipe

semen, proporsi campuran, teknik perawatan, dan kuat tekan rencana. Untuk

beton dilapangan juga tergantung pada cuaca, bentuk dan ukuran elemen beton.

Agar kualitas dan biaya yang dikeluarkan ekonomis, perawatan beton normal

seperti perawatan dengan peren-daman biasanya minimum 7 hari pada suhu 20 -

30ºC. Waktu ini dapat dikurang sampai 3 hari untuk jenis pemakaian semen yang

menghasilkan kuat tekan awal yang tinggi. Waktu curing bisa sampai 3 minggu

terutama untuk beton dengan semen yang sedikit yang digunakan pada struktur

masif seperti bendungan. Apabila dengan perawatan dengan pemanasan maka

dapat dipersingkat sampai 24 jam.

Suhu curing yang tinggi pada awal umur beton akan meningkatkan kuat

tekan beton. Pada umur 28 hari, peningkatan suhu curing akan menurunkan kuat

tekan beton (Nizar, 2011).

Page 45: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

29

Temperatur maksimum perawatan beton terletak diantara 40-100ºC. Akan

tetapi, temperatur optimum terletak diantara 65-80ºC. Temperatur yang

membahayakan berada pada jarak antara naiknya kekuatan dan batas kekuatan.

Lebih tinggi temperatur yang ada, semakin rendah batas kekuatan. Temperatur

optimum tergantung kegunaan dari beton. Penggunaan temperatur yang lebih

rendah membutuhkan perawatan yang lebih lama tapi memberikan kekuatan batas

yang lebih baik (Mindess & Young, 1981).

Kuat tekan beton bertambah sesuai dengan bertambahnya umur beton.

Kecepatan bertambahnya kekuatan beton tersebut sangat dipengaruhi oleh

berbagai faktor, antara lain: faktor air-semen dan suhu perawatan. Semakin tinggi

faktor air-semen semakin lambat kenaikan kekuatan beton, semakin tinggi suhu

perawatan semakin cepat kenaikan kekuatan beton. Laju kenaikan kuat tekan

beton ini mula-mula cepat, akan tetapi semakin lama laju kenaikan itu makin

lambat (Tjokrodimuljo, 1996).

Perawatan benda uji harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1) Penutupan setelah penyelesaian yaitu benda uji ditutup dengan bahan

yang tidak mudah terserap air, tidak reaktif, dan dapat menjaga

kelembaban sampai saat benda uji dilepas dari cetakan;

2) Perawatan untuk pemeriksaan proporsi campuran untuk kekuataan

sebagai dasar untuk penerimaan atau pengendalian mutu;

(1) Perawatan awal sesudah pencetakan:

a. Benda uji harus disimpan dalam suhu antara 16°C sampai

27°C dan dalam lingkungan yang lembab selama 48 jam harus

Page 46: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

30

terlindungi dari sinar matahari langsung atau alat yang

memancarkan panas;

b. Benda uji dilepas dari cetakan dan diberi perawatan standar;

c. Jika benda uji tidak akan diangkut selama 48 jam, cetakan

harus dilepas dalam waktu 24 jam ±8 jam dan diberi

perawatan standar sampai tiba waktu pengangkutan.

(2) Perawatan standar sebagai berikut:

Benda uji silinder:

a. Dalam waktu 30 menit sesudah dilepas dari cetakan, harus

disimpan dalam keadaan lembab pada suhu 23°C ± 1,7°C;

b. Tidak lebih dari 3 jam sebelum pengujian pada suhu antara

20°C sampai 30°C;

c. Benda uji tidak boleh terkena tetesan atau aliran air;

d. Penyimpangan dalam keadaan basah, yaitu dengan

perendaman dalam air kapur jenuh atau dengan ditutupi kain

basah;

3) Perawatan untuk menentukan saat pelepasan cetakan atau saat struktur

boleh menerima beban;

(1) Silinder disimpan pada atau sedekat mungkin dengan struktur

yang suhu serta kelembabannya harus sama;

(2) Balok uji dan struktur yang diwakilinya harus memperoleh

perawatan yang sama:

Page 47: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

31

a) Balok uji dilepas dari cetakan setelah 48 jam ±4 jam;

b) Balok uji harus disimpan dalam air kapur pada suhu 23°C ±

1,7°C selama 24 jam ±4 jam sebelum pengujian.

2.2.4.3 Pengangkutan Benda Uji

Lama pengangkutan ke laboratorium, maksimal 4 jam dan harus

dilindungi dari kerusakan serta dijaga kelembabannya.

2.2.5 Kuat Tekan Beton

Kuat tekan merupakan salah satu kinerja utama beton. Kekuatan tekan

adalah kemampuan beton untuk menerima gaya tekan per satuan luas (Mulyono,

2004). Walaupun dalam dalam beton terdapat tegangan Tarik yang kecil,

diasumsikan bahwa semua tegangan tekan didukung oleh beton tersebut.

Penentuan kekuatan tekan dapat dilakukan dengan menggunakan alat uji tekan

dan benda uji berbentuk silinder dengan prosedur uji ASTM C-39.

Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kuat tekan beton adalah

sebagai berikut:

1. Jenis semen dan kualitasnya, mempengaruhi kuat tekan rata rata dan

kuat batas beton.

2. Jenis dan lekak lekuk bidang permukaan agregat kasar (kerikil).

3. Perawatan beton harus diperhatikan, sebab kehilangan kekuatan

akibat pengeringan sebelum waktunya sekitar 40%.

Page 48: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

32

4. Suhu mempengaruhi kecepatan pengerasan, semakin tinggi suhu

semakin cepat pengerasan pada beton.

5. Umur pada keadaan normal kekuatan beton bertambauh dengan

umumnya.

Tabel 2.14 Konversi Beton

Umur Beton (hari) Perbandingan Kuat Tekan

3 0,46

7 0,70

14 0,88

21 0,96

28 1,00

Pemeriksaan kuat tekan beton dilakukan untuk mengetahui secara pasti

akan kekuatan beton apakah sesuai dengan yang direncanakan atau tidak. Pada

mesin uji tekan benda diletakan dan diberikan beban sampai benda runtuh, yaitu

pada saat beban maksimum bekerja. Berdasarkan SNI 03-1974-1990 kuat tekan

beton dihitung dengan rumus:

.............................(Pers.2.1)

Dimana:

σ = Kuat tekan beton (MPa)

P = Beban Maksimum (N)

A = Luas bidang tekan (mm²)

Page 49: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

33

2.2.6 Kuat Tarik Belah Beton

Kuat tarik beton bervariasi antara 8% sampai 15% dari kuat tekannya.

Alasan utama dari kuat tarik yang kecil ini adalah kenyataan bahwa beton

dipenuhi oleh retak-retak halus. Retak-retak ini tidak berpengaruh besar bila

beton menerirna beban tekan karena beban tekan menyebabkan retak menutup

sehingga memungkinkan terjadinya penyaluran tekanan. Jelas ini tidak terjadi

bila balok menerima beban tarik.

Kuat tarik tetap merupakan sifat penting yang mempengaruhi ukuran

beton dan seberapa besar retak yang terjadi. Selain itu, kuat tarik dari batang

beton diketahui selalu akan mengurangi jumlah lendutan. Menurut SNI 03-2491-

2002 kuat tarik belah beton dapat dihitung dengan rumus:

......................................................(Pers.2.2)

Dimana:

Fct = kuat Tarik belah ( )

P = beban uji maksimum ( kgf )

L = Panjang benda uji (cm)

D = diameter benda uji (cm)

2.2.7 Kuat Lekat Beton

Kuat lekat merupakan kombinasi kemampuan antara baja tulangan dan

beton yang menyelimutinya dalam menahan gaya-gaya yang dapat

menyebabkan lepasnya lekatan antara batang tulangan dan beton (Winter,1993).

Page 50: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

34

Berdasarkan SK SNI T-15-1991-03 tegangan lekat dihitung dengan

rumus sebagai berikut:

(1) P = ld. db.σlk .......................................................(Pers.2.3)

(2) σlk= .......................................................(Pers.2.4)

Keterangan:

P = Beban (Kg)

Ld = Panjang Penyaluran (cm)

db = Diameter Tulangan (cm)

σlk = Tegangan lekat antara baja tulangan terhadap beton (Kg/cm2)

Berdasarkan rumus kuat lekat, maka dapat dikatakan bahwa gaya

lekat akan terus meningkat seiring bertambahnya diameter tulangan, hal ini

disebabkan karena gaya lekat merupakan luas bidang singgung dikalikan dengan

tegangan lekat penjangkaran.

Menurut Wang dan Salmon (1990), bahwa berapapun jumlah luas

tulangan yang disediakan, tulangan-tulangan akan terlepas keluar apabila tidak

diankerkan/dijangkarkan dengan memadai ke dalam beton. Untuk itu perlu

penjangkaran sehingga gaya tarik yang timbul dapat ditahan oleh lekatan antara

baja dan beton disekelilingnya.

Page 51: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

35

Percobaan pull-out dapat memberikan perbedaan yang baik antara

efisien lekatan berbagai jenis permukaan tulangan dan panjang

penanamannya (embedment length), akan tetapi hasilnya belum

memberikan tegangan lekat sesunguhnya pada struktur rangka. Pada

percobaan ini beton mengalami tekan dan baja mengalami Tarik, dimana

beton dan baja di sekelilingnya mengalami tegangan yang sama

(Nawy,1998).

Keruntuhan lekatan antara baja tulangan dan beton yang mungkin terjadi

pada saat dilakukan pengujian biasanya ditunjukkan oleh salah satu atau lebih dari

peristiwa berikut ini (Nuryani TA, 2005) :

1. Transverse Failure yaitu adanya retak pada beton arah tranversal

/melintang akibat tegangan tarik yang tidak dapat ditahan oleh selimut

beton, keruntuhan iniakan menurunkan tegangan lekat antara baja tulangan

dan beton.

2. Splitting Failure yaitu adanya retak padabeton arah longitudinal/

memanjang akibat tegangan radial geser yang tidak dapat ditahan oleh

selimut beton, keruntuhan ini akan menurunkan tegangan lekat antara baja

tulangan dan beton.

3. Pull Out Failure/ Slip yaitu kondisi dimana baja tulangan tercabut dari

beton tanpa mengalami retak yang diakibatkan komponen tegangan geser

yang memecah lekatan antara baja tulangan dan beton.

4. Baja tulangan mencapai leleh yaitu apabila baja tulangan meleleh diikuti

oleh kontraksi/ pengecilan diameter tulangan, hal ini mengakibatkan tidak

Page 52: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

36

berfungsinya lekatan terhadap beton yang mengelilinginya, sehingga akan

menurunkan atau bahkan hilangnya daya lekatan antara baja tulangan dan

beton.

5. Putusnya tulangan apabila penanamannya terlalu panjang.

2.2.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kuat Lekat Tulangan

Menurut Nawy (1998), secara umum mengatakan tegangan lekat antara

beton dan tulangan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

1. Adhesi

Adhesi merupakan ikatan kimiawi yang terbentuk pada seluruh

bidang kontak antara beton dan tulangan akibat adanya proses reaksi

pengerasan semen.

2. Friksi

Friksi merupakan tahanan geser terhadap gelinciran dan saling

mengunci pada saat elemen penguat atau tulangan mengalami

tegangan tarik. Mekanisme ini terbentuk karena adanya permukaan

yang tidak beraturan pada bidang kontak antara beton dan tulangan.

3. Interlocking

Mekanisme ini terbentuk karena adanya interaksi antara ulir atau

tonjolan tulangan (rib) dengan matriks beton yang ada di sekitarya,

mekanisme ini sangat bergantung pada kekuatan, dan kepadatan

material beton, geometri dan diameter tulangan.

Page 53: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

37

4. Gripping

Efek memegang (gripping), akibat susut/ pengeringan beton di

sekeliling tulangan.

5. Efek kualitas beton

Kualitas beton meliputi kuat tarik dan kuat tekan. Akibat desakan

oleh tegangan radial, beton mengalami tegangan tarik keliling, jika

tegangan tarik ijin beton terlampaui maka akan mengakibatkan retak

belah.

6. Efek mekanisme penjangkaran ujung tulangan

Efek penjangkaran dapat berupa panjang lewatan/tanam, bengkokan

tulangan dan persilangan tulangan.

7. Diameter, bentuk dan jarak tulangan

Diameter, bentuk dan jarak tulangan (kesemuanya) mempunyai

pengaruh terhadap pertumbuhan retak radial, Diameter tulangan

terlalu kecil akan mengakibatkan keruntuhan putus pada tulangan

karena kuat lekatnya jauh lebih tinggi dari pada kuat putus baja atau

tulangannya, sedangkan diameter terlalu besar akan mengakibatkan

keruntuhan slip, karena kuat tarik baja atau tulangan jauh lebih besar

dari pada kuat lekatnya sehingga akan terjadi slip yang didahului

oleh retak belah yang sangat cepat. Bentuk tulangan polos

keruntuhan akan berupa slip karena kuat lekat beton sangat kecil,

sedangkan bentuk tulangan ulir akan mengalami keruntuhan belah.

Page 54: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

38

Jika jarak tulangan terlalu dekat bila dibandingkan dengan selimut

beton, maka akan terjadi keruntuhan belah.

8. Selimut beton

Selimut beton yang tidak mencukupi untuk mengakomodasi

tegangan tarik keliling akan mengakibatkan retak belah yang

selanjutnya mengakibatkan kehancuran belah.

9. Korosi

Karatan atau korosi pada tulangan akan mengakibatkan menurunnya

adhesi, gripping dan friksi antara beton dan tulangan sehingga

mengurangi kuat lekat.

2.2.9 Kerangka Berfikir

Pada umumnya bagian-bagian struktur beton tersebut diperkuat dengan

material baja tulangan membentuk satu-kesatuan sebagai material komposit.

Pemanfaatan baja sebagai tulangan pada material beton dalam upaya

mengimbangi kelemahan beton terhadap tarik.

Di lapangan baja tulangan bekas atau limbah baja digunakan lagi sebagai

material penguat beton terhadap kuat tarik dan digunakan untuk membuat

konstruksi bangunan selayaknya baja tulangan baru. Daya dukung beton terhadap

gaya tarik sangat dipengaruhi oleh kualitas baja tulangan.

Oleh karena itu peneliti meneliti perbandingan kuat lekat pemanfaatan baja

tulangan terhadap beton dengan menggunakan baja baru dan bekas untuk

menentukan adanya perbedaan dari keduanya.

Page 55: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

39

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan dan tujuan penelitian

yang ingin dicapai, maka digambarkan diagram kerangka berfikir seperti dibawah

ini:

Gambar 2.3. Diagram Kerangka Berfikir

Pemanfaatan

Baja Tulangan

pada Beton

Baja Tulangan

Baru

Baja Tulangan

Bekas

Pembuatan

Benda Uji

Pengujian

Pull Out

Pengujian

Kuat Tarik

Belah

Pengujian

Kuat Tekan

Analisis Data

Perbedaan

Kuat Lekat Baja

Baru dan Bekas

Page 56: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

92

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini terdiri dari simpulan dan saran terhadap hal-hal yang terkait

dengan kuat lekat beton yang dapat dijadikan acuan penelitian selanjutnya.

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data serta pembahasan terkait

perbandingan antara kuat lekat pada baja tulangan baru dan baja tulangan bekas

(limbah) didapat simpulan bahwa, kuat lekat baja tulangan bekas mempunyai

daya lekat lebih besar dibandingkan dengan menggunakan baja tulangan baru

terhadap beton dengan mutu beton 20 Mpa dan dengan kedalaman penjangkaran

10 cm (100mm). Baja tulangan bekas lebih besar daya lekatnya, dikarenakan

permukaan baja tulangan bekas memiliki permukaan yang lebih kasar

dibandingkan dengan baja tulangan baru. Kuat lekat baja tulangan baru sebesar

35,828 kg/cm2 lebih kecil dibandingkan kuat lekat tulangan bekas yang sebesar

42,795 kg/cm2. Selisih besarnya kuat lekat keduanya yaitu sebesar 6,967 kg/cm2.

5.2 Saran

Saran bagi yang mau melakukan penelitian serupa adalah sebagai berikut:

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan kuat tekan (fc) beton yang

berbeda-beda.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap karakteristik baja

tulangan bekas (limbah baja).

Page 57: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

93

DAFTAR PUSTAKA

Antoni, Nugraha.P. 2007. Teknologi Beton. Surabaya: Andi.

Asroni, Ali. 2010. Balok dan Pelat Beton Bertulang. Yogyakarta. Graha Ilmu.

ASTM C-33, Standart Spesification for Concrete Aggregates, Annual Books of

ASTM Standards, USA, 2002.

ASTM C-39, Test Method for Compressive Strength of Cylindrical Concrete Sesimens, Annual Books of ASTM Standards, USA, 2002

Cahyono, Teguh A. 2015. Analisa Pengujian Perbandingan Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Dengan Baja Tulangan Baru dan Baja Tulangan Bekas Bongkaran. Universitas Jember.

Departemen Pekerjaan Umum. 1990. SK SNI T-15-1990-03 Tata Cara Pembuatan rencana Campuran Beton Normal, Yayasan LPMB, Bandung.

Departemen Pekerjaan Umum. 1990. SNI 03-1974-1990 Metode Pengujian Kuat Tekan Beton. Jakarta. Badan Standarisasi Nasional.

Departemen Pekerjaan Umum. 1991. SK SNI-T-15-1991-03. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung. Bandung: Yayasan

LPMB.

Departemen Pekerjaan Umum. 2002. Metode Pengujian Kuat Tarik Belah Beton SNI 03-2491-2002. Jakarta. Badan Standarisasi Nasional

Departemen Pekerjaan Umum. 2013. SK SNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung. Jakarta. Badan Standarisasi Nasional.

Dispohusodo, Istimawan. 1999. Struktur Beton Bertulang. Jakarta: Gramedia.

Mindess. S dan Young. J. Francis, 1981. “Concrete”, Prentice-Hall.

Mulyono, Tri, Ir., 2004. Teknologi Beton. Yogyakarta: AndiOffset.

Nawy, E.G. 1998. Beton Bertulang – Suatu Pendekatan Dasar. Terjemahan.

Cetakan Keempat. Refika Aditama. Bandung.

Neville A.M. dan J.L. Brooks, Concrete Technology, Singapore, 1987

Page 58: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30774/1/5101411039.pdf · di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Benda uji berbentuk silinder 15x30

94

Nizar, R.F., 2011. “Menentukan Kuat Tekan Beton dengan Perbandingan Campuran 1:3:5 Berdasarkan Perawatan (Curing)”, Skripsi: Universitas

Komputer Indonesia

Nuryani TA, 2005. “Pengaruh Rasio Tulangan Pada Berbagai Mutu Beton Terhadap Pengutann Tarik Baja Tulangaan Beton Bertulang (Tension Stiffening Effect). Tesis: Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.

Semarang.

Tjokrodimuljo Kardiyono, 1996. Teknologi Beton, Nafiri, Yogyakarta.

Wang, C.K. dan Salmon, C. 1990. Desain Beton Bertulang. Erlangga. Jakarta.

Wibowo dan Gunawan P. 2007. Pengaruh Kondisi Baja Tulangan Terhadap Kuat Geser Balok Beton Bertulang. Surakarta : USM