skenario iii kgp
DESCRIPTION
mkjjkTRANSCRIPT
SKENARIO III. FLUORIDASI
(drg. Kiswaluyo, M.Kes)
(Dr. Ristya Widi Endah Yani, drg.,M.Kes)
(drg. Hestieyonini Hadnyanawati, M.Kes)
Prevalensi karies gigi anak usia sekolah dasar di kecamatan Bululalang
sebesar 98%. Hal ini menunjukan bahwa hanya 2% anak-anak yang bebas karies.
Tingginya prevalensi karies tersebut, mendorong dokter gigi PTT di puskesmas
Bululalang melakukan survey kesehatan. Ternyata prevalensi karies gigi yang
tinggi tidak hanya terjadi pada anak usia sekolah, balita yang datang ke posyandu
juga mempunyai prevalensi karies yang tinggi. Hal yang mengejutkan adalah
banyak ditemukan karies gigi pada batita, yang seharusnya belum banyak terjadi
di gigi geliginya, tapi kenyataannya sudah banyak yang mengalami karies gigi
dengan def-t kurang lebih 8. Akhirnya drg tersebut berinisiatif untuk
memeriksakan kadar fluor air minum yang dikonsumsi penduduk. Berdasarkan
analisa kandungan fluor, drg tersebut membuat program untuk melakukan
fluoridasi secara sistemik dan local agar karies yang menyerang anak maupun
dewasa dapat diatasi. Fluor telah diketahui mempunyai mekanisme yang dapat
mencegah karies gigi. Agar pemberian fluor tersebut tidak menimbulkan
fluorosis, maka pemberia secara local maupun sistemik harus selalu dipantau oleh
drg tersebut.
STEP 1
MENGKLARIFIKASI ISTILAH
1. def-t kurang lebih 8: def-t merupakan singkatan dari decayed exfoliated
filling teeth yang merupakan indeks kesehatan gigi dan mulut berkaitan
denga karies pada gigi sulung
d (decayed) = Menyatakan jumlah gigi karies yang tidak ditambal
dan masih dapat ditambal
e (exfoliated) = Menyatakan jumlah gigi yang tanggal karena
karies bukan karena hilangnya gigi akibat resorpsi akar.
f (filling) = Menyatakan jumlah gigi yang masih ditambal.
Nilai def-t dapat didapatkan dari ,
def-t = d + e + f
Untuk nilai rata-rata dari def-t yaitu,
def-t rata-rata = Σ(d+e+ f )Σ orang yang diperiksa
Tingakatan def-t (skor total) yaitu :
Sangat rendah : 0 - 1,1
Rendah : 1,2 – 2,6
Sedang : 2,7 – 4,4
Tinggi : 4,5 – 6,5
Pada skenario nilai def-t kurang lebih 8 menunjukan bahwa nilai def-t
sangat tinggi.
2. Fluor : Elemen atau unsur dengan lambang unsur F dan nomor atom 9
berasal dari kata latin Fluere yang berarti “mengalir”, didapatkan di alam
dalam bentuk senyawa , biasanya terdapat pada ikan, sayur-sayuran, dan
buah. Pada bidang kedokteran gigi fluor digunakan untuk melindungi
enamel gigi, mencegah karies, dan bahan antibakteri.
3. Fluorosis : Kelainan pada enamel gigi karena kelebihan asupan fluor pada
gigi, hal ini menyebabkan kerusakan ameloblas sehingga menganggu
pembentukan matriks dan kalsifikasi. Pada tahap yang belum parah
enamel gigi berwarna kuning, pada tahap yang parah akan berwarna coklat
dan rapuh.
4. Prevalensi : Menyatakan seberapa sering suatu kondisi atau penyakit
terjadi pada sekelompok orang. Prevalensi dapat dihitung dari
perbandingan jumlah orang yang terkena penyakit dengan jumlah total
orang dalam suatu kelompok selama jangka waktu tertentu.
5. Fluoridasi : Salah satu tindakan pencegahan dengan menambahan
suatu bahan fluor pada makanan dan minuman untuk meningkatkan
resistensi gigi. Kekurangan fluor dapat menyebabkan meningkatnya karies
gigi dan email mudah larut dalam kondisi asam, sedangkan kelebihan fluor
yang dikonsumsi dapat menyebabkan fluorosis. Fluoridasi dapat
digunakan secara sistemik seperti fluoridasi air minum dengan dosis 0,7-
1,2 ppm, menggunakan tablet mengandung fluor, dan fluoridasi makanan.
Selain itu fluoridasi dapat digunakan secara lokal yaitu dengan
mengaplikasikan langsung pada permukaan gigi seperti berkumur dengan
obat kumur yang mengandung fluor, menyikat gigi dengan pasta gigi
mengandung fluor, dan dengan menggunakan topikal aplikasi.
STEP 2
MENETAPKAN PERMASALAHAN
1. Bagaimana mekanisme fluor dalam mencegah karies gigi ?
2. Apa saja sumber-sumber fluor ?
3. Bagaimana mekanisme dari fluorosis ?
4. Apa efek samping dari kelebihan fluor ?
5. Apa macam-macam dan cara fluoridasi dengan pemberian secara sistemik
dan lokal ?
6. Apa keuntungan dari fluoridasi ?
7. Bagaimana dosis-dosis fluor dengan cara pemberian sistemik dan lokal?
8. Bagaimana indikasi dan kontra indikasi pemberian fluor ?
STEP 3
MENGANALISIS MASALAH
1. Fluor mencegah karies gigi dengan 3 cara, yaitu :
a. Menghambat metabolisme bakteri , dalam pH rendah senyawa HF
dalam rongga mulut akan berdifusi pada dinding bakteri, kemudian
HF akan terurai menjadi ion hydrogen (H+) dan ion fluor (F-), ion
fluor ini akan menghambat kerja dari enzim enolase yang berfungsi
dalam metabolisme bakteri.
b. Menghambat demineralisasi. Pada saat kondisi rongga mulut asam,
hidroksiapatit akan larut dan kemudian digantikan dengan
fluorapatit yang memiliki sifat lebih tahan terhadap asam sehingga
menghambat demineralisasi, namun fluorapatit ini bersifat kurang
stabil.
c. Meningkatkan remineralisasi. Dengan adanya kandungan fluor
pada saliva hal ini dapat memacu terjadinya remineralisasi atau
pembentukan mineral kembali, sehingga dapat menghentikan
proses karies.
2. Ada beberapa sumber fluor, yaitu :
a. Makanan dan minuman : Kandungan fluor terdapat pada ikan teri,
sayur, dan buah-buahan.
b. Air minum : Pada air minum kandungan fluor sebesar 0,5 ppm,
sedangkan kandungan optimal fluor normal pada air minum
sebesar 1 ppm. Pada air kemasan kandungan fluor lebih rendah
yaitu 0,07 ppm daripada air tanah, hal ini dikarenakan air kemasan
sudah diproses terlebih dahulu.
( PR : Mengetahui ppm atau bps (bagian per sejuta))
3. Fluorosis terjadi karena kelebihan pada asupan fluor selama proses
perkembangan gigi, baik dari makanan, minuman, dan penambahan fluor.
Sel-sel ameloblas akan rusak sehingga terjadi hipoplasia enamel dan
mengganggu pembentukan matriks enamel sehingga menimbulkan lubang-
lubang kecil pada enamel.
4. Efek samping dari pemakaian fluor yang berlebih :
a. Gangguan akut : Konsumsi fluor berlebih secara langsung akan
menyebabkan muntah-muntah, diare, hipersalivasi, kejang-kejang,
hingga kematian. Gejala ini akan terlihat setelah 30 menit
mengkonsumsi fluor secara berlebih.
b. Gangguan kronis : Konsumsi fluor secara terus menerus dalam
jumlah besar dapat menyebabkan osteosklerosis dan fluorosis.
5. Fluoridasi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
1) Pemberian fluor secara sistemik
Fluoridasi air minum dengan dosis 0,7 – 1,2 ppm
Fluoridasi melalui makanan diberikan pada daerah dengan
kadar air mengandung fluor yang rendah.
Fluor dalam bentuk obat-obatan atau tablet dengan dosis,
2 minggu - 2 tahun = 0,25 mg/hari
2 tahun – 3 tahun = 0,5 mg/hari
3 tahun – 16 tahun = 1 mg/hari
2) Pemberian fluor secara lokal
Dengan topikal aplikasi menggunakan larutan NaF 2% ,
SnF2 8%, atau APF. Topikal aplikasi dengan menggunakan
larutan NaF awalnya banyak digunakan karena tidak
menyebabkan iritasi dan tidak menyebabkan staining,
sedangkan topikal aplikasi menggunakan SnF2 jarang
digunakan karena dapat menyebabkan perubahan warna
gigi dan mengiritasi gingiva. Topikal aplikasi dengan bahan
APF banyak digunakan hal ini dikarenakan APF lebih
stabil dari larutan NaF dan SnF2.
Penggunaan obat kumur mengandung fluor 0,05 %.
Penggunaan pasta gigi mengandung fluor. Kandungan
normal fluor pada pasta gigi sebesar 1 mg F/gram pasta
gigi.
6. Keuntungan dari fluoridasi
Mengurangi frekuensi terjadinya karies
Fluoridasi secara lokal memiliki keuntungan relatif lebih mudah
dalam penggunaannya karena langsung diaplikasikan pada
permukaan gigi seperti menyikat gigi, lebih praktis, dan efektif.
Menjadikan enamel lebih tahan asam
Memicu terjadinya remineralisasi
Menghambat enzim pada bakteri yang berfungsi untuk
menghasilkan asam
Memiliki efek bakteriostatik atau menghambat pertumbuhan dari
bakteri
7. Sudah dibahas dosis-dosisnya pada nomor 5 , namun karena belum
lengkap akan dibahas di LO (Learning Object).
8. Indikasi dan kontraindikasi pemberian fluor :
a. Indikasi pemberian fluor
Anak dibawah umur 5 tahun yang rentan terhadap resiko
karies.
Anak dengan umur lebih dari 6 tahun yaitu pada fase
pergantian gigi geligi.
Anak-anak dengan kelainan motorik seperti down
syndrome, hal ini dikarenakan anak yang memiliki kelainan
motorik tingkat kebersihan rongga mulut rendah.
Pasien dengan perawatan ortodontik.
Orang dewasa yang tidak dapat mengkonsumsi obat kumur
dengan penambahan fluor
Penderita gigi sensitif dengan dentin terbuka, sehingga
mineral-mineral yang hilang dapat diganti.
Pasien dengan gangguan fungsi saliva.
b. Kontraindikasi pemberian fluor
Pasien dengan resiko karies rendah
Kawasan air minum dengan kandungan fluor tinggi
STEP IV
MIND MAPPING
Fluor
Sumber dan kadar Fluor
Kelebihan Fluor Kekurangan Fluor
Fluorosis Fluoridasi
Sistemik Lokal
Dosis Cara Pemberian (Indikasi dan
STEP V
Leraning Object (LO)
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang sumber-sumber
fluor
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang mekanisme fluor
dalam mencegah karies gigi
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang mekanisme
fluorosis
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang macam-macam,
dosis, cara dan tahapan fluoridasi secara sistemik dan lokal
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang efek samping
kelebihan fluor
STEP VI
BELAJAR MANDIRI
STEP VII
PEMBAHASAN LO
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang sumber-
sumber fluor
Beberapa sumber-sumber fluor antara lain :
a. Fluor di lithosphere
Fluorine merupakan elemen kimia yang memiliki lambang unsur F
dengan nomor atom 9 dan termasuk dalam golongan halogen (golongan
VIIA) pada tabel periodik. Fluorine bersifat paling elektronegatif karena
itu tidak pernah ditemukan di alam dalam bentuk elemen bebas.
Fluorine hanya terdapat dalam bentuk ikatan kimiawi.
Lithosphere merupakan lapisan paling atas dari kerak bumi,
kandungan fluorine sekitar 0,06 - 0,9% dari keseluruhan kulit bumi. Fluor
dalam batu dan tanah ditemukan dalam berbagai bentuk senyawa.
Seperti : fluorspar (CaF2), kriolit (Na3A1F6), apatit, mika, minum hitam
(horn black) dan sejumlah “pegmatif” seperti topaz dan tourmalin.
Kandungan fluor pada bukit kapur sekitar 300-7000 ppm, sedangkan pada
batu kapur lunak sekitar 4700 ppm.
b. Fluor dalam air
Semua air mengandung fluor dalam konsentrasi yang berbeda-beda
sebagian besar tersedia untuk manusia berkaitan dengan siklus hidrologis,
yang berarti bahwa air berasal dari laut. Air laut mempunyai kandungan
fluor yang besar dengan konsentrasi 0,8 – 1,4 mg/liter. Kadar fluor air
danau, sungai dan air sumur buatan umumnya dibawah 0,5 mg/liter. Air
yang tertahan dalam sedimen selama pengendapannya serta air panas yang
berasal dari gunung berapi dan endapan minum epitermal biasanya
mempunyai kadar fluor 3-6 mg/liter.
c. Fluor di udara
Fluor di udara berasal dari debu tanah yang mengandung fluor dari
limbah gas industri, pembakaran batu bara domestik, pertambangan,
pupuk ,pestisida, dan dari gas yang dikeluarkan dari daerah gunung berapi.
Kandungan fluor di udara dan beberapa pabrik dapat mencapai 1.4 mg
F/m3. Kandungan fluor di daerah non-industri didapatkan antara 0.05-1.90
µg F/m3.
Pada tahun 1965 di Jerman diketahui kandungan fluor pada udara
tinggi yaitu sebesar 0,5 – 8 mg/m3 karena adanya pertambangan phospat
dan fluorospar (CaF2) sehingga merusak tanaman.
d. Fluor dalam makanan dan minuman
Berbagai evaluasi terhadap makanan pembawa fluor
memperlihatkan bahwa fluor dalam makanan menunjukkan konsentrasi
yang rendah sebelum diproses (0,1 – 2,5 mg/kg). Daging, sayur mayur,
buah-buahan,dan padi-padian hanya mengandung sedikit fluor. Sumber
lain yang juga tinggi kadar fluornya adalah makanan yang berasal dari
laut, terutama pada ikan dengan tulang yang kecil seperti sardin dan
salmon. Kadar fluor dalam ikan segar sekitar 1,6 ppm, sedangkan pada
sardin, salmon, dan makarel sekitar 7-12 ppm. Tanaman teh mempunyai
konsentrasi fluor berkisar antara 3,2 – 4,00 mg/kg, seduhannya
mengandung fluor sampai dengan 8,6 mg/liter. Pada jus anggur kandungan
fluor sebesar 1,7 ppm.
Fluor yang terkandung dalam bahan makanan diatas tidak pula
mempunyai efek dalam mengurangi insiden karies. Hal ini disebabkan
karena apabila makanan mengandungkalsium, magnesium, atau
aluminium maka akan terbentuk ion fluoride komplek dengan daya larut
rendah sehingga ion fluoride akan sukar diabsorpsi. Fluor juga dapat
ditemukan di makanan segar seperti pada table berikut ;
Konsentrasi fluore pada makanan
Makanan Kadar F dalam ppm
Sereal 0.18 – 2.8
Buah jeruk 0.07 – 0.17
Coca Cola 0.07
Kopi instan (bentuk bubuk) 0.2 – 1.6
Ikan tanpa tulang dan kulit 1.0
Susu 0.04 – 0.55
Noncitrus fruits 0.03 – 0.84
Sarden 8.0 – 40.0
Daging udang 0.4
Kulit udang 18.0 – 48.0
The
instan
Daun the
0.1 – 2.0
0.2
75 – 110
Sayuran dan umbi-umbian 0.02 – 0.9
Wine 0.0 – 6.3
Tabel 1. Konsentrasi fluor pada makanan dan minuman
e. Fluor pada penyulingan / instalasi penjernihan air minum rumah tangga
Penyulingan dapat menurunkan kadar fluor pada air minum.
Sejumlah alat untuk memproses air rumah tangga yang dasar kerjanya
proses osmosa balik, justru merugikan, hal ini dikarenakan penggunaan
alat tersebut dapat membersihkan fluor dari air.
f. Fluor dalam garam
Sejumlah penelitian mengemukakan hasilnya bahwa garam
berfluor mempunyai pengaruh, yang besar dalam menghambat karies,
sama dengan fluor dalam air minum bilamana digunakan pada konsentrasi
dan pemakaian yang tepat.
g. Sumber fluor menurut periode pertumbuhan gigi geligi
a. Kalsifikasi gigi : Sumber fluor pada saat proses kalsifikasi yaitu
pada penambahan beberapa bahan mineral anorganik termasuk
fluor sebagai penyusun gigi.
b. Pra erupsi: Sumber dapat berasal dari air mineral dan air susu .
c. Pasca erupsi: Sumber fluor lebih banyak didapat dari bahan
makanan ( sayur, buah, ikan, dsb), air minum, pasta gigi, obat
kumur, tablet fluor, dll.
*Keterangan : 1 ppm (bps)= 1mg1000 l
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang mekanisme
fluor dalam mencegah karies gigi
Terdapat tiga mekanisme utama fluor dalam mencegah karies gigi
a) Meningkatkan resistensi email :
Seperti yang kita ketahui bahan anorganik utama dalam gigi adalah
karbonat hidroksiapatit, dengan formula Ca10-x(Na)x(PO4)6-y(CO3)z(OH)2-
u(F)u. Dalam suasana asam , gigi akan mudah mengalami demineralisasi
dimana mineral yang hilang adalah karbonat, tetapi selama remineralisasi
karbonat tidak akan terbentuk kembali melainkan digantikan oleh mineral
yang baru.
Karbonat hidroksiapatit (CAP) lebih larut dalam asam daripada
hidroksiapatit (HAP= Ca10(PO4)6(OH)2) dan fluorapatit (FAP=
Ca10(PO4)6F2) dimana ion OH- pada hidroksiapatit digantikan oleh F-
menghasilkan fluorapatit yang sangat resisten terhadap disolusi asam.
Fluor menghambat demineralisasi dengan menyelubungi kristal
karbonat hidroksiapatit lebih efektif menghambat demineralisasi daripada
fluor yang tergabung di dalam kristal pada email. Pada saat bakteri
menghasilkan asam, fluor dalam cairan plak melalui aplikasi topikal akan
masuk bersama asam ke bawah permukaan gigi yang kemudian diadsorpsi
lebih kuat ke permukaan kristal karbonat hidroksiapatit (mineral email)
dan menyebabkan mekanisme proteksi yang poten melawan disolusi asam
pada permukaan kristal pada gigi. Fluor yang tergabung dalam kristal
tidak berperan signifikan dalam proteksi terhadap karies sehingga perlu
diberikan fluor terus-menerus sepanjang hidup.
b) Memudahkan remineralisasi :
Remineralisasi merupakan penggantian mineral pada daerah-
daerah yang terdemineralisasi sebagian akibat lesi karies pada email atau
dentin (termasuk bagian akar). Ketika saliva mengenai plak dan
komponen-komponennya, saliva dapat menetralisasi asam sehingga
menaikkan pH yang akan menghentikan demineralisasi. Dalam proses ini ,
saliva bersama kalsium dan fosfat akan menarik komponen yang hilang
ketika demineralisasi kembali menyusun gigi. Permukaan kristal yang
terdemineralisasi yang terletak antara lesi akan bertindak sebagai
‘nukleator’dan permukaan baru akan terbentuk.
Dalam proses remineralisasi, fluor berperan dalam adsorpsi pada
permukaan kristal menarik ion kalsium diikuti dengan ion fosfat untuk
pembentukan mineral baru. Mineral yang baru terbentuk disebut veneer .
Mineral ini tidak mengandung karbonat dan komposisinya memiliki
kemiripan antara hidroksiapatit dan fluorapatit. Fluorapatit mengandung
sekitar 30.000 ppm fluor dan memiliki kelarutan terhadap asam yang
rendah daripada karbonat hidroksiapatit.
c) Menghambat metabolisme bakteri:
Ketika pH plak turun akibat bakteri yang menghasilkan asam, ion
hidrogen akan berikatan dengan fluor dalam plak membentuk HF yang
dapat berdifusi secara cepat ke dalam sel bakteri kariogenik sedangkan
untuk fluor yang terionisasi (F-) tidak dapat menembus dinding dan
membran bakteri. Di dalam sel bakteri, HF akan terurai menjadi H+ dan F-.
H+ akan membuat sel menjadi asam dan F- akan mengganggu aktivitas
enzim bakteri. Contohnya fluor menghambat enolase (enzim yang
dibutuhkan bakteri untuk metabolisme karbohidrat). Aktivitas
metabolisme bakteri yang terganggu contohnya glikolisis , menyebabkan
sel bakteri kekurangan asupan energi. Jika hal ini terjadi , maka sel bakteri
akan mati.
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang mekanisme
fluorosis
Fluoride dapat mempengaruhi ameloblast selama tahap pembentukan gigi
dan dapat menyebabkan fluorosis atau mottled enamel. Fluorosis gigi hanya
terbatas pada permukaan enamel dan menunjukkan perubahan warna menjadi
lebih putih opak atau kecoklatan dengan atau tanpa disertai pembentukan pit
pada permukaan enamel.
Penambahan asupan lebih dari 1 ppm dalam air minum dapat
menyebabkan fluorosis, akan tetapi perubahan dapat juga terjadi bergatung
pada banyaknya air yang dikonsumsi. Hipomaturasi enamel yag terjadi akibat
dari konsumsi kadar fluoride yang tinggi selama masa perkembangan gigi ,
biasanya antara 2-3 tahun. Menurut Kidd dan Sally (1992) , fluoride dapat
mempegaruhi enamel pada ketiga tahap pembentukannya yakni meliputi
tahapan pembentukan matriks enamel , mineralisasi dan maturasi.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa fluoride mempengaruhi ameloblast
dalam pembentukan enamel pada tahapan yang berbeda-beda sehigga
mengakibatkan tingkat kerusakan enamel yang berbeda pula. Akhir-akhir ini
diketahui bahwa fluoride menginduksi fosforilasi component ribosom eIF2ɑ
yang mana secara signifikan menurunkan sitesis protein. Ini terjadi selama
masa pertumbuhan pada stage maturasi. (Megan, 2011)
Pada kadar fluoride yang tinggi , kemungkinan fluoride berikatan dengan
amelogenin dan matriks lainnya sehingga dapat menggaggu matriks yang
memperatai pertumbuhan kristal secara reversible. Fluoride mengakibatkan
kerusakan mineralisasi dan menurunkan kekerasan enamel. Hal ini terjadi
akibat fluoride mengubah ukuran kristal , jumlah , bentuk atau kualitas dengan
ikut terlibat dalam pembentukan kristal enamel.
Dampak pada morfologi kristal diketahui dari penelitian terhadap rodent .
Pada gigi insisif tikus , pada Kristal fluorotik yang terpapar 75 ppm fluoride
dari air minum menunjukkan perbedaan pada tingkat skala nano dimana
memiliki permukaan yang lebih kasar secara signifikan dibandingkan Kristal
nonfluorotik. Perubahan ini akan meningkat seiring dengan kadar fluoride yag
lebih tinggi dalam air minum hingga skala mikro. Perubahan ini
dimungkinkan terjadi karena keterlibatan fluoride pada fase late-secretory
transitional dari enamel yang terpapar fluoride (Bronckers et al.2006).
Gambar 1. Gambaran klinis fluorosis
Tampilan klinis dental fluorosis bisa dikelompokkan menjadi 10 kelas,
berkisar antara 0-9, yang menggambarkan secara berurut tingkat keparahan
dental fluorosis. Karena pada waktu erupsi semua permukaan gigi menerima
pengaruh yang sama, maka sistem klasifikasi ini tidak perlu diterapkan pada
semua permukaan gigi tetapi hanya pada permukaan fasial saja, yang mana hal
tersebut sudah bisa menggambarkan keparahan dari seluruh permukaan gigi.
Klasifikasi ini didasarkan pada indeks TF yang aslinya diusulkan oleh
Thylstrup dan Fejerskov (1978):
- Skore TF 0 : Translusensi normal, warna putih krem dan mengkilapnya
enamel tetap bertahan sesudah dilakukan pengeringan dan
pengusapan pada permukaannya.
- Skore TF 1 : Terlihat garis-garis putih opaque kecil-kecil menyilang
permukaan gigi. Garis-garis itu terdapat di seluruh
permukaan gigi. Letak garis ini sesuai dengan letak
perikimata. Pada beberapa kasus mungkin terlihat adanya
sedikit snow capping pada cusp/insisal edge.
- Skore TF 2 : Garis opaque putih lebih menonjol, dan sering berfusi untuk
kemudian membentuk daerah berkabut (buram) yang kecil,
yang menyebar ke seluruh permukaan. Biasanya terjadi
snow capping pada insisal edge dan puncak cusp.
- Skore TF 3 : Terjadi fusi garis-garis putih, dan daerah opaque berkabut di
beberapa bagian permukaan. Di antara daerah berkabut
tersebut bisa terdapat garis-garis putih.
- Skore TF 4 : Pada seluruh permukaan terlihat adanya opasitas atau
nampak putih seperti kapur (chalky white). Sebagian adri
permukaan yang terdedah terhadap atrisi atau pemakaian,
Nampak kurang terserang.
- Skore TF 5 : Seluruh permukaan opaque, dan ada pit-pit bulat (hilangnya
enamel permukaan setempat) yang diameternya kurang dari
2 mm.
- Skore TF 6 : Pit-pit kecil sering berfusi sehingga membentuk pita yang
lebarnya dalam arah vertical kurang dari 2 mm. Klas ini
meliputi juga kasus dimana cuspal rim dari enamel fasial
telah terlepas dan berkurangnya dimensi vertikal yang
terjadi kurang dari 2 mm.
- Skore TF 7 : Ada enamel bagian terluar yang terlepas, sehingga
membentuk daerah yang tidak teratur pada permukaan gigi.
Permukaan yang terserang lebih dari separuh. Enamel utuh
yang tersisa, opaque.
- Skore TF 8 : Hilangnya lapisan enamel terluar melibatkan lebih daru
separuh. Enamel utuh yang tersisa opaque.
- Skore TF 9 : Hilangnya sebagian besar enamel luar yang mengakibatkan
perubahan bentuk anatomis pada permukaan/gigi. Sering
dijumpai adanya rim enamel yang opaque di servikal.
(Fejerskow et all, 1991)
Gambar 2. Klasifikasi fluorosis didasarkan pada indeks TF
Selain itu tingkat keparahan dari fluorosis juga dapat dikelompokan menjadi,
A. Ringan : Terlihat bahwa enamel suram, terdapat garis-garis putih
namun belum terlalu terlihat menonjol perbedaan dari normalnya,
estetik belum terlalu tenganggu meskipun sudah mulai terdapat bintik
kecil seperti kabut putih pada permukan gigi.
B. Moderate : Terdapat bintik lebih nyata, dapat menyebabkan perubahan
warna yang sudah lebih kuning, lubang kecil dengan perbedaan warna
disekitarnya juga mulai terlihat.
C. Sangat parah: Lubang sudah besar bahkan hampir semua warna gigi
berubah menjadi kuning gelap atau kecoklatan.
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang macam-
macam, dosis, cara dan tahapan fluoridasi secara sistemik dan lokal
A. Fluoridasi lokal
Menurut Angela (2005), tujuan penggunaan fluor adalah untuk
melindungi gigi dari karies, fluor bekerja dengan cara menghambat
metabolisme bakteri plak yang dapat memfermentasi karbohidrat melalui
perubahan hidroksil apatit pada enamel menjadi fluor apatit yang lebih
tahan terhadap pelarutan asam. Reaksi kimia tersebut adalah :
Ca10(PO4)6(OH)2+F →Ca10(PO4)6(OHF)
Dari proses ini dihasilkan enamel yang lebih tahan asam sehingga
dapat menghambat proses demineralisasi dan meningkatkan
remineralisasi. Remineralisasi adalah proses perbaikan kristal
hidroksiapatit dengan cara penempatan mineral anorganik pada permukaan
gigi yang telah kehilangan mineral tersebut. Demineralisasi adalah proses
pelarutan kristal hidroksiapatit email gigi, yang terutama disusun oleh
mineral anorganik yaitu kalsium dan fosfat, karena penurunan pH plak
sampai mencapai pH kritis (pH 5) oleh bakteri yang menghasilkan asam.
Teknik fluoridasi lokal dibagi menjadi dua yaitu self applied
dimana pemberian fluor ini dapat dilakukan oleh diri sendiri tanpa
penanganan oleh profesional dan professionally applied dimana pemberian
fluor harus dilakukan oleh profesional.
1. Professionally Applied
Aplikasi topikal
Aplikasi topikal fluor adalah pengolesan langsung fluor pada
enamel. Setelah gigi dioleskan fluor lalu dibiarkan kering selama 5
menit, dan selama 1 jam tidak boleh makan, minum atau berkumur.
Sediaan fluor dibuat dalam berbagai bentuk yaitu NaF, SnF2, APF
yang pemakaiannya dioleskan pada permukaan gigi.
a. NaF merupakan salah satu yg sering digunakan karena dapat
disimpan untuk waktu yang agak lama, memiliki rasa yang cukup
baik, tidak mewarnai gigi serta tidak mengiritasi gingiva. Senyawa
ini dianjurkan penggunaannnya dengan konsentrasi 2%, dilarutkan
dalam bentuk bubuk 0,2 gram dengan air destilasi 10 ml.
Penggunaan larutan NaF 2% dilakukakan sebanyak 4x dalam 1
tahun.
b. Konsentrasi senyawa SnF2 yang dianjurkan adalah 8%. Konsentrasi
ini diperoleh dengan melarutkan bubuk SnF2 0,8 gramdengan air
destilasi 10 ml. Larutan ini sedikit asam dengan pH 2,4-2,8.
Penggunaan larutan SnF2 8% dilakukakan sebanyak 2x dalam 1
tahun. Sekarang SnF2 jarang digunakan karena menimbulkan
banyak kesukaran, misalnya rasa tidak enak sebagai suatu zat
astringent dan kecenderungannya mengubah warna gigi karena
beraksinya ion Sn dengan sulfida dari makanan, serta mengiritasi
gingiva. SnF juga akan segera dihidrolisa sehingga harus selalu
memakai sediaan yang masih baru.
c. APF (acidulated phosphate) lebih sering digunakan karena
memiliki sifat yang stabil, tersedia dalam bermacam-macam rasa,
tidak menyebabkan pewarnaan pada gigi dan tidak mengiritasi
gingiva. Bahan ini tersedia dalam bentuk larutan atau gel, siap
pakai, merupakan bahan topikal aplikasi yang banyak di pasaran
dan dijual bebas. APF dalam bentuk gel sering mempunyai
tambahan rasaseperti rasa jeruk, anggur dan jeruk nipis.
Konsentrasi APF yang serig digunakan yaitu 1.23 % (12,300 ppm
F) dan dilakukakan sebanyak 2x dalam 1 tahun.
Gambar 3. Topikal aplikasi fluor.
Pemberian varnish fluor
Pemberian varnish fluor dianjurkan bila penggunaan pasta gigi
mengandung fluor, tablet fluor dan obat kumur tidak cukup untuk
mencegah atau menghambat perkembangan karies. Pemberian varnish
fluor diberikan setiap empat atau enam bulan sekali pada anak yang
mempunyai resiko karies tinggi. Salah satu varnish fluor adalah
duraphat (colgate oral care) merupakan larutan alkohol varnis alami
yang berisi 50 mg NaF/ml (2,5 % sampai kira-kira 25.000 ppm fluor).
Varnish dilakukan pada anak-anakumur 6 tahun ke atas karena anak
dibawah umur 6 tahun belum dapat menelan ludah dengan baik
sehingga dikhawatirkan varnish dapat tertelan dan dapat menyebabkan
fluorosis enamel
Gambar 4. Fluor Varnish. Gambar 5. Gambaran ikatan Fluor dan Email
2. Self Applied
Penggunaan pasta gigi berfluor
Penyikatan gigi dua kali sehari dengan menggunakan pasta gigi
yang mengandung fluor terbukti dapat menurunkan karies. Akan tetapi
pemakaiannya pada anak pra sekolah harus diawasi karena pada
umunya mereka masih belum mampu berkumur dengan baik sehingga
sebagian pasta giginya bisa tertelan. Kebanyakan pasta gigi yang kini
terdapat di pasaran mengandung kira-kira 1 mg F/g ( 1 gram setara
dengan 12 mm pasta gigi pada sikat gigi).
Obat kumur dengan fluor
Obat kumur yang mengandung fluor dapat menurunkan karies
sebanyak 20-50%. Penggunaan obat kumur disarankan untuk anak
yang berisiko karies tinggi atau selama terjadi kenaikan karies.
Berkumur fluor diindikasikan untuk anak yang berumur diatas enam
tahun karena telah mampu berkumur dengan baik dan orang dewasa
yang mudah terserang karies, serta bagi pasien-pasien yang memakai
alat ortho.
Gambar 6. Obat kumur dengan fluor
B. Fluoridasi sistemik
Fluoridasi sistemik adalah fluoride yang diperoleh tubuh melalui
pencernaan dan ikut membentuk struktur gigi. Fluoride sistemik juga
memberikan perlindungan topikal karena fluoride ada di dalam air liur
yang terus membasahi gigi. Fluoride sistemik ini meliputi fluoridasi air
minum, makanan, dan flour yang berbentuk tablet, tetes atau tablet isap.
Namun di sisi lain, para ahli sudah mengembangkan berbagai metode
penggunaan fluor, yang kemudian dibedakan menjadi metode perorangan
dan kolektif. Berikut adalah mekanisme fluor secara sistemik:
1. Absorpsi
Kira-kira 75-90 % dari fluor yang dikonsumsi
diserap. Didalam lambung yang bersifat asam, fluor
dikonversi menjadi hidrogen fluorida (HF) dan hampir 40%
dari fluor yang dikonsumsi diserap oleh lambung dalam
bentuk HF. pH asam lambung yang tinggi akan
mengurangkan absorpsi dengan mengurangkan konsentrasi
HF. Fluor yang tidak diabsorpsi dilambung akan diserap
oleh usus dan pH tidak mempengaruhi absorpsinya
berbanding di lambung. Kadar kation yang tinggi yang bisa
membentuk kompleks dengan fluor (seperti
kalsium,magnesium dan aluminium) turut menyebabkan
menurunnya absorpsi fluor di gastrointestinal.
2. Distribusi
Setelah diabsorpsi ke dalam darah,fluor
didistribusikan keseluruh tubuh dengan kira-kira hampir
99% fluor berada di daerah yang tinggi kandungan kalsium
seperti tulang dan gigi (dentin dan enamel) dimana ia
tersusun seperti crystal lattice. Fluor bisa meleawti plasenta
dan dijumpai didalam air susu ibu pada kadar yang rendah
yaitu sama seperti di dalam darah. Pada kondisi
tertentu,kadar fluor pada plasma juga dapat menjadi
indikasi kepada kadar fluor didalam air minum yang
dikonsumsi. USNRC (1993) mengatakan bahawa “ Air
merupakan sumber utama untuk pengambilan
fluor,konsentrasi fluor plasma puasa pada dewasa muda dan
dewasa dalam mikromol per liter secara kasarnya sama
dengan konsenteasi fluor didalam air minum dalam unit
miligram per liter”.
3. Ekskresi
Fluor diekskresikan secara primer oleh urin
(ICPS,2002). Urinary fluor clearance meningkat dengan
pH urin disebabkan oleh penurunan konsentrasi HF.
Pelbagai faktor seperti diet dan obat-obatan yang bisa
memberi efek kepada pH urin dan ini seterusnya akan
memberi efek terhadap fluoride clearance dan retention.
Terdapat tiga cara pemberian fluor secara sistemik, yaitu :
Fluoridasi air minum
Konsumsi air yang terfluoridasi merupakan solusi terbaik bagi
anak-anak untuk mencegah kerusakan gigi yang parah sekaligus
penyerapan fluor berlebihan. Pemberian fluor dalam air minum ini
jumlahnya bervariasi antara 1-1,2 ppm (part per million). Batasan
optimum fluorida untuk air minum adalah 0,7 - 1,2 ppm, sehingga
apabila air minum lokal sudah difluoridasi, maka tidak diperlukan lagi
tambahan asupan fluorida selain pasta gigi.
Menurut WHO tahun 1984 terdapat perbedaan batas aman
kandungan fluor air minum pada daerah iklim hangat dan iklim dingin.
Pada iklim hangat batas aman kandungan fluornya adalah kurang lebih
1 ppm. Sedangkan untuk daerah iklim dingin batas aman kandungan
fluor pada air minumnya lebih tinggi yakni 1,2 ppm. Perbedaan batas
aman ini dikarenakan pada daerah hangat, masyarakatnya realtif lebih
sering minum sehingga konsumsi air minumnya pun lebih banyak dari
masyrakat iklim dingin. Menurut penelitian Murray and Rugg-gun cit.
Linanof bahwa fluoridasi air minum dapat menurunkan karies 40–50%
pada gigi susu.
Departemen Kesehatan RI pada tahun 1997 menetapkan beberapa
syarat jika ingin melakukan fluoridasi air minum:
- Adanya derajat keparahan karies yang tinggi di masyrakat atau
adanya indikasi peningkatan penderita karies di masyarakat
- Tercapainya tingkat ekonomi sedang dan adanya perkembangan
teknologi di daerah tersebut
- Adanya faktor bahwa masyarakat menggunakan air pipa pada air
sumur/penampungan air hujan
- Tersedia suplai bahan fluor yang dapat diandalkan agar mutu
dapat diterima
- Tersedia peralatan yang dibutuhkan di tempat penjernihan air
- Tersedia petugas yang terlatih di tempat penjernihan yang dapat
mengelola sistem perairan
- Tersedia dana yang cukup
Gambar 7. Fluoridasi pada air minum publik
Pemberian fluor dalam bentuk tablet atau obat-obatan
Pemberian fluor dapat juga dilakukan dengan tablet, baik itu
dikombinasikan dengan vitamin-vitamin lain maupun dengan tablet
tersendiri. Suplemen / tablet fluorida dibutuhkan dalam kondisi
tertentu, terutama bagi mereka yang mendapatkan air minum dengan
kandungan fluor yang rendah.
Menurut ADA (American Dental Association) untuk menghindari
konsumsi fluor yang berlebihan maka pemberian yang terbaik adalah
dengan memberikan flour sesuai dengan konsentrasinya di dalam air.
Apabila kandungan fluor pada sumber air lokal kurang dari 0,3 ppm,
maka suplemen fluor yang dibutuhkan oleh anak-anak yaitu sebagai
berikut:
- usia 6 bulan - 3 tahun adalah 0,25 mg/hari
- usia 3-6 tahun sebanyak 0,5 mg/hari
- usia 6-16 tahun sebanyak 1 mg/hari
Kebutuhan suplemen fluor menjadi lebih rendah apabila
kandungan fluor dalam sumber air lokal lebih tinggi, misalnya 0,3 -
0,6 ppm, maka kebutuhan suplemen fluornya:
- usia 6 bulan - 3 tahun tidak memerlukan suplemen fluor
- usia 3 - 6 tahun adalah 0,25 mg/ hari
- usia 6-16 tahun adalah 0,5 mg/hari
Namun jika kandungan fluor lebih besar dari 0,6 ppm, maka untuk
semua usia tersebut sudah tidak diperlukan lagi suplemen fluor.
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang efek
samping kelebihan fluor
Berikut beberapa efek samping dari kelebihan fluor
a. Kelainan akibat kelebihan fluor
Tingginya kandungan fluor pada air minum mengakibatkan kerusakan
pada gigi. Semua zat bila digunakan tidak semestinya atau berlebihan maka
akan menyebabkan masalah atau berbahaya bagi kesehatan. Di bawah ini
tabel kelebihan dosis fluor yang dapat menyebabkan kelaianan :
Dosis Dampak
2 ppm Mottled enamel
5 ppm Osteosklerosis
50 ppm Kelainan kelenjar thyroid
120 ppm Retardasi pertumbuhan
125 ppm Ginjal
2,5 gram – 5 gram Dosis akut dan kematian
Tabel 2. Kelainan akibat kelebiha fluor
b. Efek terhadap IQ
Berdasarkan kepada riset terkini,didapati bahawa fluor
menyebabkan disfungsi neuronal dan cedera pada sinap dengan
mekanisme yang melibatkan produksi radikal bebas dan peroksidasi lipid.
Dalam penelitian yang berkaitan, Wang et al (2005) telah membuktikan
bahwa kerusakan DNA pada otak tikus dewasa karena didedahkan kepada
kadar fluor yang tinggi dan kadar iodin yang rendah. Penelitian terbaru
menunjukkan kadar F yang tinggi didalam air minum akan menyebabkan
depresi abilitas pembelajaran memori (learning-memory) pada tikus
Winstar (Wu et al., 2006). Terdapat banyak penelitian yang dilakukan
untuk melihat efek kadar fluor yang tinggi didalam air minum terhadap
intelligent quotient (IQ).
Penelitian oleh Lu et al (2000) di China dan Trivedi et al (2007) di
India yang mengkaji mengenai efek kadar fluor yang tinggi didalam air
minum terhadap IQ anak-anak telah menunjukkan hasil yang signifikan
yaitu anak-anak yang minum air yang kadar fluornya tinggi mempunyai
IQ yang lebih rendah berbanding anak-anak yang minum air dengan
kandungan fluor yang rendah.
Biomekanisme cara kerja dari fluor yang bia menurunkan IQ masih
tidak jelas namun terdapat bukti yang menyatakan bahawa ini mungkin
melibatkan alterasi lipid membran dan menurunnya aktivitas
kholinesterase di otak. Fluor juga diketahui mempunyai adverse effect
terhadap aktivitas kholinesterase yang terlibat dalam hidrolisis ester
choline (Vani,Reddy, 2000). Efek toksik ini bisa menyebabkan perubahan
utilisasi acethylcholine,seterusnya memberi efek terhadap transmisi impuls
saraf pada jaringan otak (Marks et al., 1996; Blaylock, 2007). Dari semua
penelitian ini,hasil penelitian banyak mengarahkan bahawa kadar fluor
yang tinggi pada air minum bisa menyebabkan gangguan pada otak
sehingga dapat menurunkan IQ pada seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
Angela A. 2005. Pencegahan primer pada anak yang beresiko karies tinggi. Maj.
Ked. Gigi (Dent. J.). 38 (3):130-34.
Fejerskow, et all. 1991. Fluorosis (alih bahasa oleh Purwanto). Jakarta:
Hipokrates
Herdiyati, Yetty, dkk. 2010. Penggunaan Fluor dalam Kedokteran Gigi.
Bandung: FKG UNPAD
Kidd EAM, Joyston –Bechal S. 1991. Dasar-dasar Karies Penyakit dan
Penanggulangannya, alih bahasa: Narlan Sumawinata dan Safrida Faruk.
Jakarta: EGC
WHO.1994.Report of a WHO Expert Commite on Oral Health Status and
Fluoride Use.Switzerland
Martı´nez-Mier EA. 2011. Fluoride: Its Metabolism, Toxicity, and Role in Dental
Health
Kidd Edwina, Joyston Sally, Bechal. Dasar-dasar karies, penyakit dan
penanggulangannya. Sumawinata Narlan, Faruk Safrida, editors. Jakarta:
EGC. 1992
Lyaruu DM, Bervoets TJ, Bronckers AL. (2006). Short exposure to high levels of
fluoride induces stage-dependent structural changes in ameloblasts and
enamel mineralization. Eur J Oral Sci
McDonald RE, Avery D, Stookey GK, Chin JR, Kowolik JO. Dental caries in the
child and adolescent. In: McDonald RE, Avery D, Dean J, editors.
Dentistry for the child and adolescent. 9th ed. Philadelphia: CV Mosby
Co; 2011
Megan.2011. A Potential Mechanism for the Development of Dental Fluorosis
Yani, Ristya W. E. 2005. Fluor dan Kesehatan Gigi Mulut. Diktat. Jember:
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember.
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius.
Azwar, Azrul. 1995. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: P.T Mutiara
Sumber Widya.
Pauwels, H. & Ahmed, S. 2007. Fluoride in Groundwater: Origin and Health
Impact. Geoscience Vol.5.
Agtini MD, Sintawati, Tjahja I. Fluor dan kesehatan gigi. Media Litbang
Kesehatan; 2005: 15(2): 28-30
Sunubi E. Hubungan kadar fluor air minum terhadap karies gigi pada anak
Sekolah Dasar di kecamatan Landono kabupaten Konawe Selatan
provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Masyarakat Epidemiologi Indonesia;
2014: 2(2). 90-1
Featherstone JDB. The science and practice of caries prevention. J Am Dent
Assoc; 2000: 131: 888-90