skenario a blok 23
DESCRIPTION
hbfTRANSCRIPT
Penyebab dan mekanisme Nyeri kepala?
Cephalgia
Hipoksia Vasodilatasi serebral (untuk mempertahankan perfusi jaringan) Peningkatan
tekanan darah dalam pemompaan jantung Peningkatan tekanan dirasakan oleh stretch
recapter di pembuluh darah Sinyal nyeri di interpretasi oleh otak.
Bagaimana dampak pemakaian NSID selama 4 tahun?
Efek samping yang dapat ditimbulkan dari penggunaan obat NSAID terutama adalah pada
sistem pencernaan, yaitu nyeri ulu hati. Penggunaan obat NSAID dalam jangka waktu
bertahun-tahun dapat melukai organ lambung bahkan dapat mengkibatkan kebocoran
lambung (perforasi). Efek samping lain penggunaan obat NSAID adalah meningkatkan risiko
terjadinya gangguan ginjal, gangguan jantung maupun pembuluh darah.
Apa faktor resiko pada kasus ini?
Umur: Anak-anak berisiko lebih tinggi.
Gender: Wanita lebih berisiko karena konsumsi besi yang lebih rendah daripada pria
sedangkan kebutuhan besinya lebih banyak. Wanita menstruasi butuh 30 – 45 mg
besi/bulan, kehamilan, persalinan, dan menyusui butuh 1 gr besi.
Penyakit ulkus peptikum dan gastritis
Karsinoma: esophageal, gastric, dan karsinoma GI lainnya.
Latihan fisik berlebihan: kehilangan besi melalui keringat berlebihan.
Intak/absorpsi/cadangan besi inadekuat
o Konsumsi rendah daging dan ikan
o Konsumsi rendah makanan yang mengandung vitamin C
o Hilangnya BB
o Riwayat anemia defisiensi besi
Kebutuhan besi meningkat/hilangnya besi
o Periode menstruasi yang berkepanjangan dan berat
o Kehamilan
o Penggunaan aspirin atau NSAID jangka panjang
o Infeksi parasit
Apa Diagnosis kerja pada kasus dan apa definisinya?
Ny.A, 60 tahun mengeluh kelemahan, palpitasi, cepalgia, nyeri epigastik akibat anemia
defisiensi besi.
Definisi
Anemia didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit dan/atau massa hemoglobin
sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah cukup ke
jaringan perifer (penurunan oxygen carrying capacity).
Bagaimana prognosis anemia defisiensi besi?
Jawab:
Quo ad vitam: Bonam
Quo ad fungsionam: Bonam
LEARNING ISSUE
Anemia Defisiesi Besi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya
persediaan besi untk eritropoiesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron store)
sehngga pembentukan hemoglobin berkurang.
1. Epidemiologi
Anemia ini merupakan anemia yang paling sering dijumpai di negara
berkembang. Martoatmojo et al memperkirakan prevalensi ADB di Indonesia
adalah 16-50% pada laki-laki, 25-84%pada perempuan tidak hamil, dan 46-92% pada
perempuan hamil. Anemia ini merupakan bentuk anemia yang paling prevalens,
termasuk anemia defisiensi nutrisi. Pada anak-anak usia 1-2 tahun terjadi anemia
bentuk ini hingga 47%.
Kriteria Anemia menurut WHO:
Kelompok Kriteria Anemia (Hb)
Laki-laki dewasa < 14 g/dl
Wanita dewasa tidak hamil < 12 g/dl
Wanita hamil < 11 g/dl
Di Indonesia memakai kriteria Hb < 10 g/dl sebagai awal dari anemia.
Lebih sering laki-laki karena intensitas terpapar lingkungan lebih sering. Untuk usia,
produktif
2. Klasifikasi Derajat Defisiensi Besi
Deplesi besi : cadangan besi menurun tetapi penyediaan besi untuk eritropoiesis
belum terganggu.
Eritropoiesis defisiensi besi: cadangan besi kosong, penyediaan besi untuk
eritopoiesis terganggu, tetapi belum timbul anemia secara laboratorik.
Anemia defisiensi besi: cadangan besi kosong disertai anemia defisiensi besi.
3. Etiologi
Keseimbangan besi negative dapat disebabkan karena:
Kehilangan besi sebagai akibat perdarahan menahun dapat berasal dari:
- Saluran cerna: akibat dari tukak peptik, pemakaian salisilat atau NSAID,
kanker lambung, kanker kolon, divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing
tambang
- Saluran genitalia perempuan: menorrhagia atau metrorhagia
- Saluran kemih: hematuria
- Saluran napas: hemoptoe
Gangguan absorpsi besi: gastrektomi, tropical sprue atau kolitis kronik.
Faktor nutrisi: kurangnya jumlah besi total dalam makanan atau kualitas besi yang
tidak baik (makanan banyak serat, rendah vitamin C, dan rendah daging)
Peningkatan kebutuhan
Kebutuhan besi meningkat: seperti pada prematuritas, anak dalam masa
pertumbuhan, masa menyusui, dan kehamilan
Besi yang dibutuhkan laki-laki dewasa sekitar 5-10 mg/hari, sedangkan pada
wanita mencapai7-20 mg/hari. Pada wanita hamil, kebutuhan dapat meningkat
hingga 30 mg/hari.
4. Patogenesis
Anemia defisiensi besi melalui beberapa fase patologis yaitu:
Deplesi Besi
Deplesi besi merupakan tahapan awal dari ADB. Berbagai proses patologis yang
menyebabkan kurangnya besi memacu tubuh untuk menyesuaikan diri yaitu
dengan meningkatkan absorbsi besi dari usus. Pada tahapan ini tanda yang ditemui
adalah penurunan ferritin serum dan besi dalam sumsum tulang berkurang.
Eritropoesis defisiensi besi
Kekurangan besi yang terus berlangsung menyebabkan besi untuk eritropoiesis
berkurang namun namun secara klinis anemia belum terjadi, kondisi ini
dinamakan eritropoiesis defisiensi besi. Tanda-tanda yang ditemui pada fase ini
adalah peningkatan kadar protoporhyrin dalam eritrosit, penurununan saturasi
transferin, dan peningkatan Total iron binding capacity (TIBC).
Anemia defisiensi besi
Jika jumlah besi terus menurun maka eritropoiesis akan terus terganggu dan kadar
hemoglobin mulai menurun sehingga terjadi anemia hipokromik mikrositik.
Kondisi ini sudah bisa dikategorikan sebagai anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi besi memberikan dampak kesehatan yang cukup banyak kepada
seseorang misalnya gangguan sistem neuromuscular, gangguan kognitif,
gangguan imunitas, dan gangguan terhadap janin.
5. Pengaruh Defisiensi Besi Selain Anemia
Sistem nuromuskular yang menimbulkan gangguan kapasitas kerja: defisiensi besi
menimbulkan penurunan fungsi mioglobin, enzim sitokrom dan gliserofosfat
oksidase, menyebabkan gangguan glikolisis asam laktat
menumpuk kelelahan otot
Gangguan terhadap fungsi mental dan kecerdasan: gangguan pada enzim aldehid
oksidase serotonin menumpuk, enzim monoaminooksidase penumpukan
katekolamin dalam otak.
Gangguan imunitas dan ketahanan infeksi
Gangguan terhadap ibu hamil dan janin yang dikandungnya
6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis anemia defisiensi besi dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu
gejala langsung anemia (anemic syndrome) dan gejala khas defisiensi besi. Gejala
yang termasuk dalam anemic syndrome terjadi ketika kadar hemoglobin turun
dibawah 7-8 mg/dL berupa lemah, cepat lelah, mata berkunang-kunang, dan telinga
berdenging. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan konjungtiva pasien pucat. Gejala
khas yang muncul akibat defisiensi besi antara lain koilonychia (kuku sendok), atrofi
papil lidah, cheilosis (Stomatitis angularis), disfagia, atrofi mukosa gaster, dan Pica
(Keinginan untuk memakan tanah).
Selain gejala-gejala tersebut jika anemia disebabkan oleh penyakit tertentu
maka gejala penyakit yang mendasarinya juga akan muncul misalnya infeksi cacing
tambang menyebabkan gejala dyspepsia atau kanker kolon menyebabkan
hematoskezia
7. Gejala Umum
Gejala berupa badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang, serta
telinga mendenging. Pada anemia ini, penurunan kadar Hb terjadi secara perlahan-
lahan. Anemia bersifat simtomatik jika kadar Hb turun di bawah 7 g/dL. Pada
pemeriksaan fisik, pasien dijumpai pucat, terutama pada konjungtiva dan daerah
bawah kuku
8. Gejala Khas
Koilonychia: kuku sendok (spoon nail), kuku menjadi rapuh, bergaris-
garis vertikal dan menjadi cekung sehingga mirip sendok
Atrofi papil lidah: permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil
lidah menghilang
Stomatitis angularis: radang pada sudut mulut sehingga tampak sebagai bercak
berwarna pucat keputihan
Disfagia: nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring
Atrofi mukosa gaster sehingga menimbulkan akhloridia
Pica: keinginan memakan makanan yang tidak lazim, ex: tanah liat, es, lem, dll
Sumber Pustaka:
Guyton, Arthur C., &Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (11th ed). Jakarta: EGC.
Mitchell, Richard N, dkk. 2006. Patologis Penyakit Robbins dan Cotran Edisi 7. Jakarta:
EGC.
Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V. Jakarta :
Internal Publishing.
Swartz, Mark H. 1995. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Jakarta: EGC.