sidang ketiga puluh lima majelis bahasa brunei...
TRANSCRIPT
1
SIDANG KETIGA PULUH LIMA
MAJELIS BAHASA BRUNEI DARUSSALAM-
INDONESIA-MALAYSIA
(MABBIM)
(Indonesia: Bukittinggi, Sumatera Barat,
20-22 Maret 1996)
2
DAFTAR ISI
Pernyataan Bersama
Acara Sidang
Laporan Sidang Ke-35 Mabbim
Lampiran
1. Tata Kerja Majelis
2. Daftar Peserta
3. Sambutan:
a. Menteri Pendidikan danKebudayaan
b. Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Barat
c. Ketua Perutusan Indonesia
d. Ketua Perutusan Brunei Darussalam
e. Ketua Perutusan Malaysia
3
Pernyataan Bersama
Sebagai tindak lanjut Sidang Ke - 34 Majelis Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-
Malaysia (Mabbim), antara Jawatankuasa Tetap Bahasa Melayu (JKTBM), Panitia Kerja
Sama Kebahasaan (Pakersa), dan Jawatankuasa Tetap Bahasa Melayu Brunei Darussalam
(JKTBMBD) yang diadakan pada tanggal 22 -- 24 Maret 1995, di Pulau Pangkor, Perak
Darul Ridzuan, Malaysia, maka Sidang Ke-35 Mabbim telah diadakan pada tanggal 20 --
22 Maret 1996 di Hotel Novotel, Bukittinggi, Sumatera Barat, Indonesia. Majelis telah:
(1) meneliti dan mengesahkan Keputusan Umum Sidang Ke-34 Mabbim, (2) meneliti dan
menerima hasil Sidang Ke-9 Pakar Mabbim, dan (3) membincangkan dan mengambil
keputusan tentang hal-hal lain seperti yang terlampir.
Majelis juga mengambil perhatian bahwa Seminar Kebahasaan yang bertemakan
“Peranan Bahasa Kebangsaan dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi”
telah diadakan dalam rangka Sidang Ke-35 Mabbim ini pada tanggal 18--19 Maret 1996 di
Hotel Sedona Bumi Minang, Padang, Sumatera Barat, Indonesia.
t.t.
(HAJI ALIDIN HAJI OTHMAN) Pengerusi
Jawatankuasa Tetap Bahasa Melayu
Brunei Darussalam
(JKTBMBD)
t.t.
(DR. HASAN ALWI) Ketua
Panitia Kerja Sama Kebahasaan
(Pakersa)
t.t.
(HAJI A. AZIZ BIN DERAMAN) Pengerusi
Jawatankuasa Tetap Bahasa Melayu
(JKTBM)
Hotel Novotel,
Bukittinggi, Sumatera Barat,
Indonesia,
22 Maret 1996
4
I. Acara Sidang
1.1 Seminar Kebahasaan
Senin, 18 Maret 1996 09.00--18.15
Selasa, 19 Maret 1996 08.00--17.15
20.00--23.00
1.2 Sidang Majelis
Rabu, 20 Maret 1996 20.00--23.00
Kamis, 21 Maret 1996 08.00--12.00
14.00--16.00
Jumat, 22 Maret 1996 08.00--11.30
14.00--15.00
19.00--20.00
II. Anggota Sidang
1. Dr. Hasan Alwi (Indonesia, Ketua)
2. Awang Haji Alidin bin Haji Othman (Brunei Darussalam)
3. Tuan Haji A. Aziz bin Deraman (Malaysia)
4. Dr. Dendy Sugono (Indonesia)
5. Dr. Hans Lapoliwa, M.Phil (Indonesia)
6. Dato Paduka Haji Ahmad bin Kadi (Brunei Darussalam)
7. Pengiran Datin Paduka Hajah Mariam
binti Pengiran Haji Matarsat
(Brunei Darussalam)
8. Prof. Dr. Dato’ Hajah Asmah
binti Haji Omar
(Malaysia)
9. Prof. Dr Abdullah Hassan (Malaysia)
10. Drs. Hasjmi Dini (Indonesia)
11. Awang Hanafiah bin Haji Awang Zaini (Brunei Darussalam)
12. Encik Amdun Husain (Malaysia)
III. Pemerhati Sidang
1. Dr. Edwar Djamaris (Indonesia)
2. Dr Yayah B. Lumintaintang (Indonesia)
3. Pengiran Julaihi bin Pengiran
Dato Paduka Othman
(Brunei Darussalam)
5
4. Prof. Dr. Haji Farid M. Onn (Malaysia)
5. Encik Zubaidi Abas (Malaysia)
6. Puan Atiah Saleh (Malaysia)
7. Mohd Raman Daud (Singapura)
8. Haji Abdul Hamid Ahmad (Singapura)
9. Haji Hashim Yusuf (Singapura)
10. Haji Masuri Salikun (Singapura)
11. Haji Subki Sidek (Singapura)
IV. Pemakalah/Nara Sumber
1. Dr. Sri Sukesi Adimarta (Indonesia, Peninjauan
Keputusan Umum Mabbim)
2. Prof. Dr. Goeswin Agoes (Indonesia, Farmasi)
3. Dr. Bobby Nazief (Indonesia, Multimedia)
4. Mirna Adriani, M.A (Indonesia, Multimedia)
5. Prof. Dr. Zaharin Yusoff (Malaysia, Multimedia)
V. Dokumen
1. Keputusan Umum Sidang Ke-34 Mabbim
2. Laporan Sidang Ke-9 Pakar Mabbim
3. “Keputusan/Hasil Perbincangan dalam Sidang Majelis yang belum ditindak-
lanjuti atau Belum Digarap” (Laporan, Brunei Darussalam, Indonesia dan
Malaysia)
4. “Panduan Penyusunan Istilah Farmasi” (Makalah, Indonesia)
5. “Penggunaan Teknologi Multimedia bagi Perkembangan Bahasa Kebangsaan
Masa Depan” (Makalah, Indonesia)
6. “Tata Kerja Mabbim” (Makalah, Indonesia)
7. “Peninjauan Semula Keputusan Mabbim” (Laporan, Brunei Darussalam)
8. “Menuju ke Arah Penggunaan Alat Elektronik Multimedia dalam Proses
Pengembangan Bahasa Kebangsaan” (Makalah, Brunei Darussalam)
9. “Masalah dan Usul Kelompok Sidang Ke-9 Pakar Mabbim” (Laporan,
Malaysia)
10. “Peninjauan Semula Keputusan Mabbim” (Laporan, Malaysia)
11. “Teknologi Maklumat dan Perkembangan Ilmu dan Bahasa” (Makalah,
Malaysia)
12. “Tata Kerja Mabbim” (Laporan, Malaysia)
6
13. “Persidangan dan Keputusan” (Bahan Edaran,Malaysia)
VI. Agenda
1. Peninjauan Putusan Sidang ke-34 Mabbim
2. Peninjauan Putusan Sidang ke-9 Pakar Mabbim
3. Pembahasan Peninjauan Hasil Keputusan Mabbim
4. Pembahasan Makalah Panduan Penyusunan Istilah Farmasi
5. Pembahasan Makalah Multimedia
6. Pembahasan Tata Kerja Mabbim
7. Lain-lain:
7.1 Jadwal dan tempat Sidang Ke-10 Pakar Mabbim dan Sidang Ke-36
Mabbim serta tema Seminar Kebahasaan Sidang Ke-36 Mabbim
7.2 Rencana Kerja Mabbim
7.3 Peringatan 25 tahun Mabbim
7.4 Rampak Serantau
7.5 Risalah Seminar Kebahasaan
7.6 Isu Seminar Kebahasaan Sidang Ke-35 Mabbim
VII. Perbincangan dan Keputusan Umum
1 Meneliti dan mengesahkan Keputusan Umum Sidang Ke-34 MABBIM
1.1 Majelis telah meneliti dan mengesahkan Keputusan Umum Sidang
Ke-34 Mabbim yang diadakan tanggal 22--24 Maret 1995 di Pulau
Pangkor, Perak Darul Ridzuan, Malaysia dengan catatan berikut.
a. Pembetulan rumusan (halaman 1)
…., maka Sidang Ke-34 Mabbim telah diadakan di Ipoh pada
20--21 Mac 1995, dan di Pulau Pangkor, Perak Darul Ridzuan,
Malaysia pada 22--24 Mac 1995.
diubah menjadi
…., maka Sidang Ke-34 Mabbim telah diadakan pada 22-24 Mac
1995, di Pulau Pangkor, Perak Darul Ridzuan.
b. Pembetulan nomor urut pemerhati (halaman 6)
6. Encik Anwar Ridhwan (Malaysia)
6. Haji Hamdan Yahya (Malaysia)
7
diubah menjadi
7. Haji Hamdan Yahya (Malaysia)
c. Pembetulan nomor urut bidang kedokteran (halaman 10, kolom
keenam)
… Perubatan 4/Kedokteran
diubah menjadi
… Perubatan5/Kedokteran
1.2 Majelis bersepakat bahwa Sidang Ke-36 Mabbim dan seterusnya
terdiri atas dua kegiatan, yaitu
a. Seminar Kebahasaan (2 hari)
b. Sidang Majelis (4 hari)
1.3 Majelis memberi perhatian agar surat undangan untuk Sidang Mabbim
hendaklah berupa undangan menghadiri Sidang Majelis selama 5--6
hari.
2. Meneliti dan menerima laporan Sidang Ke-9 Pakar Mabbim
2.1. Majelis menerima hasil Sidang Ke-9 Pakar Mabbim yang diadakan
pada tanggal 18--22 September 1995 di Bandung, Indonesia.
2.2 Majelis telah membahas usul dan masalah yang dikemukakan oleh
kelompok-kelompok bidang ilmu. Majelis bersepakat untuk tetap
mempertahankan keputusan yang ada, iaitu:
(a) Setiap kelompok pakar subbidang ilmu hanya dibenarkan
mengikuti Sidang Pakar sebanyak 2 kali saja.
(b) Senarai istilah yang tidak dapat diselesaikan dalam Sidang Pakar
hendaklah disempurnakan di masing-masing negara dan
hasilnya dipertukarkan melalui Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa/Dewan Bahasa dan Pustaka.
(c) Setiap kelompok subbidang ilmu hanya mengikutsertakan paling
banyak dua orang pakar bagi setiap negara dalam suatu Sidang
Pakar.
(d) Pakar-pakar hendaklah menentukan dan mengusahakan sendiri
bahan-bahan rujukan dalam bidang mereka.
8
(e) Bahan-bahan yang akan dibicarakan dalam Sidang Pakar
hendaklah dikirimkan kepada Sekretariat/Urus Setia tuan
rumah Sidang pakar yang bersangkutan.
2.3 Bagi Kelompok Ekonomi
Majelis menaruh perhatian terhadap usul Kelompok Ekonomi untuk
mengadakan pertemuan di luar Sidang Pakar yang dijadwalkan.
Pertemuan telah dilaksanakan tanggal 26--29 Desember 1995 di Jakarta.
2.4. Bagi Kelompok Pertanian/Perhutanan
(a) Majelis menyetujui usul pemisahan Kelompok Pertanian/
Perhutanan menjadi kelompok Pertanian dan Kelompok
Perhutanan. Pada Sidang Ke-10 Pakar Mabbim kelompok ini
sudah terpisah menjadi dua kelompok.
(b) Majelis setuju untuk mengikutsertakan Kelompok Pertanian dan
kelompok Perhutanan dalam Sidang pakar masing-masing
sebanyak dua kali.
3. Pembahasan Peninjauan Hasil Keputusan Mabbim
3.1 Majelis telah membahas Laporan tentang Peninjauan Hasil Keputusan
Mabbim berdasarkan dokumen yang disediakan Brunei
Darussalam, Indonesia, dan Malaysia. Majelis bersepakat bahwa:
3.1.1 Keputusan-keputusan Mabbim pada umumnya telah
dilaksanakan.
3.1.2 Penyebaran informasi tentang Mabbim ke dunia internasional
perlu diusahakan melalui internet.
3.2 Majelis setuju supaya masing-masing negara melanjutkan penyusunan
kamus tata nama pribumi sebagai berikut.
Indonesia:
(i) Keris
(ii) Pertanian
(iii) Tenunan
(iv) Perkapalan
Brunei Darussalam
(i) Keris
(ii) Buah-buahan
(iii) Tenunan
Malaysia
(i) Keris
9
(ii) Perkapalan
(iii) Tenunan
3.3 Majelis setuju supaya masing-masing negara melanjutkan penyusunan
istilah umum untuk keperluan komunikasi di kalangan masyarakat
umum bidang kedokteran.
4. Pembahasan Makalah Panduan Penyusunan Istilah Farmasi
4.1 Majelis telah membahas dan menerima makalah “Panduan Penyusunan
Istilah Farmasi”.
4.2 Majelis mengambil perhatian terhadap usul yang dikemukakan untuk
mengumpulkan nama-nama tumbuhan/herba dengan penjelasan tentang
nama daerah, nama Latin, khasiatnya, dan daerahnya.
5. Pembahasan Makalah Penggunaan Teknologi Multimedia
5.1 Majelis telah membahas dan menerima makalah Indonesia yang
berjudul “Penggunaan Teknologi Multimedia bagi Perkembangan
Bahasa Kebangsaan Masa Depan”, makalah Malaysia yang berjudul
“Teknologi Maklumat dan Perkembangan Ilmu dan Bahasa” serta
menerima makalah Brunei Darussalam yang berjudul “Menuju ke
Arah Penggunaan Alat Elektronik Multimedia dalam Proses
Pengembangan Bahasa Kebangsaan”.
5.2 Majelis mengambil perhatian bahwa:
a. bahasa Indonesia/Melayu dapat dikomputerkan mulai sekarang
b. bahasa untuk perisian komputer perlu dilengkapi.
c. data bahasa elektronik dapat dihubungkan melalui internet.
6. Perubahan Tata kerja Mabbim
Majelis telah membahas dan menerima dokumen Tata Kerja Mabbim yang
disiapkan pihak Brunei Darussalam, Indonesia, dan Malaysia dengan
perbaikan seperti pada lampiran (Lampiran I).
7. Lain-lain
7.1 Membicarakan tanggal dan tempat Sidang Ke-10 Pakar Mabbim dan
Sidang Ke-36 Mabbim serta tema Seminar Kebahasaan.
7.1.1 Majelis bersetuju untuk menyelenggarakan Sidang Ke-10 Pakar
Mabbim pada tanggal 9--13 September 1996 di Brunei
Darussalam.
7.1.2 Majelis bersetuju untuk menyelenggarakan Sidang Ke-36
Mabbim pada tanggal 3--8 Maret 1997 di Brunei Darussalam.
10
7.1.3 Majelis bersepakat menetapkan “Peranan Media Massa dalam
Peningkatan Mutu Penggunaan Bahasa Melayu/-Indonesia”
sebagai tema Seminar Kebahasaan Mabbim yang akan
diadakan di Brunei Darussalam.
7.1.4 Majelis bersepakat untuk membahas 11 buah makalah dan
mengadakan 1 diskusi panel pada Seminar Kebahasaan yang
akan datang.
7.2 Rencana Lima Tahun (1998-2003)
7.2.1 Majelis bersepakat agar ketiga anggota Mabbim menyusun
rencana kerja lima tahun (1998--2003) Mabbim. Rencana itu
akan dibahas pada Sidang Ke-36 Mabbim di Brunei
Darussalam.
7.2.2 Majelis bersetuju untuk mengadakan pertukaran rencana
kerja lima tahun sebelum dibicarakan dalam Sidang Ke-36
Mabbim.
7.2.3 Majelis bersepakat agar bidang Perikanan, Penternakan, dan
Kedokteran Hewan diberi prioritas utama dalam rencana
kerja lima tahun yang akan datang ditambah bidang
teknik/kejuruteraan.
7.3 Peringatan 25 Tahun Mabbim
7.3.1 Majelis bersetuju untuk mengadakan peringatan 25 Tahun
Mabbim pada tanggal 29 Desember 1997 di masing-masing
negara anggota.
7.3.2 Majelis bersetuju untuk mengadakan peringatan 25 Tahun
Mabbim secara bersama-sama di Malaysia bertepatan
penyelenggaraan Sidang Ke-37 Mabbim di Malaysia.
7.4 Rampak Serantau
Majelis bersetuju untuk mengekalkan format Rampak Serantau seperti
terbitan pertama oleh Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei Darussalam.
7.5 Risalah Seminar Kebahasaan
7.5.1 Majelis bersetuju menyeragamkan format risalah/prosiding
Seminar Kebahasaan.
7.5.2 Majelis bersetuju menjadikan tema Seminar Kebahasaan sebagai
judul risalah/prosiding seminar kebahasaan.
11
7.5.3 Majelis bersetuju agar setiap risalah/prosiding seminar
diterbitkan sebanyak 500 eksemplar.
7.6 Isu Seminar Kebahasaan
Majelis mengambil perhatian dan merekam isu-isu yang timbul dalam
Seminar Kebahasaan Ke-4 yang berlangsung di Padang pada tanggal 18-
-19 Maret 1996 sebagai berikut.
a. Perkembangan bahasa kebangsaan, khususnya bahasa Indonesia,
sangat pesat sehingga perlu dilakukan penanganan secara
sungguh-sungguh.
b. Dalam pembentukan istilah, terutama yang berupa bentuk
gabungan, sedapat mungkin digunakan bentuk dasar unsur-unsur
gabungan tersebut.
c. Pembentukan kata atau nama yang terdiri atas unsur-unsur yang
tidak transparan cenderung tidak berterima di kalangan pemakai
bahasa.
d. Dalam perencanaan bahasa perlu diperhatikan dimensi
permerolehan bahasa (language acquisition) dan dimensi
pembinaan citra (image building) baik yang bersifat internal
maupun yang bersifat eksternal.
e. Usaha pengembangan bahasa kebangsaan mendorong pembinaan
minda kreatif, sedangkan kecenderungan memakai bahasa asing
alih-alih bahasa kebangsaan cenderung mengakibatkan minda
tertawan.
f. Dalam rangka pembinaan bahasa kebangsaan perlu diusahakan
sarana yang baik seperti kamus dan tesaurus.
8. Penghargaan
Majelis menyatakan penghargaan kepada Pemerintah Republik Indonesia, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Prof. Dr. Ing Wardiman Djojonegoro),
Gubernur/Kepala daerah Tingkat I Propinsi Sumatera Barat (Drs. H Hasan Basri
Durin), dan Direktur Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
(Prof. Dr. Edi Sedyawati), atas arahan dan sambutan pada Sidang Ke-35 Mabbim.
12
Lampiran 1
TATAKERJA
MAJLIS BAHASA BRUNEI DARUSSALAM-INDONESIA-MALAYSIA
Untuk mencapai tujuan yang tercantum dalam Piagam Mabbim dan untuk menjalankan
fungsinya dengan sebaik-baiknya, ketiga-tiga negara anggota bersetuju menerima tata kerja
berikut:
I. Keanggotaan
Majelis beranggotakan Jawatankuasa Tetap Bahasa Melayu Brunei Darussalam
(JKTBMBD), Panitia Kerja Sama Kebahasaan (Pakersa), dan Jawatankuasa Tetap
Bahasa Melayu, (JKTBM).
II. Tugas
Majelis mempunyai tugas sebagai berikut:
(1) menentukan tata kerja dan pelaksanaan kerja Majelis;
(2) menyusun pelbagai pedoman dan panduan yang berkaitan dengan pembinaan
dan pengembangan bahasa;
(3) mempertimbangkan dan mengesahkan daftar induk istilah hasil sidang pakar
yang disusun menurut keputusan Majelis;
(4) mempertimbangkan dan mengambil keputusan tentang usul sidang pakar yang
berkaitan dengan pelaksanaan kerja yang bersangkutan; dan
(5) merencanakan kegiatan kebahasaan lain yang sesuai dengan semangat Piagam
Majelis.
III. Persidangan
(1) Sidang Majelis
(a) Majelis bersidang sekali setahun di negara anggota secara bergilir
dengan jarak waktu sepuluh hingga dua belas bulan dan lamanya kira-
kiranya lima hari.
(b) Tempat dan waktu Sidang Majelis ditentukan pada sidang sebelumnya.
(c) Sidang Majelis diselenggarakan dan dipimpin oleh ketua
perwakilan/Perutusan tuan rumah.
(d) Bahasa pengantar Sidang Majelis ialah bahasa kebangsaan/bahasa
resmi negara anggota.
(e) Sidang Majelis mengesahkan hal yang berkenaan dengan garis haluan
bahasa, hasil Sidang Pakar, serta rencana kerja Majelis selanjutnya.
13
2. Sidang Pakar
(a) Sidang Pakar mempersiapkan, mengolah, dan menyusun tata istilah
bidang ilmu menurut “Panduan Penyusunan Daftar Istilah” sesuai
dengan arahan Majelis.
(b) Sidang pakar bersidang sekali setahun di negara anggota secara
bergilir dengan jarak waktu sepuluh hingga dua belas bulan dan
lamanya kira-kira lima hari.
(c) Tempat dan waktu Sidang Pakar ditentukan pada Sidang Majelis.
(d) Sidang Pakar diselenggarakan dan dipimpin oleh anggota Panitia Kerja
Sama Kebahasaan/Jawatankuasa Tetap Bahasa Melayu.
(e) Bahasa pengantar Sidang Pakar ialah bahasa kebangsaan/bahasa rasmi
negara anggota.
IV. Peserta Sidang
(1) Peserta Sidang Majelis
(a) Peserta Sidang Eksekutif terdiri dari Ketua Perwakilan/Perutusan,
Sekretaris/Setiausaha, dan sebanyak-banyaknya dua orang anggota
Panitia Kerja Sama Kebahasaan/Jawatankuasa Tetap Bahasa Melayu.
(b) Majelis dapat mengundang nara sumber untuk menyumbangkan
kepakarannya yang diperlukan.
(c) Majelis dapat mengundang peserta sidang yang tidak menjadi anggota
eksekutif dan/atau wakil rasmi yang menghadiri Sidang Majelis atas
undangan penyelenggara Sidang Majelis sebagai pemerhati.
2) Peserta Sidang Pakar
Peserta Sidang Pakar terdiri dari para pakar bidang ilmu yang diikutsertakan.
V. Bahan Persidangan
(a) Bahan persidangan disiapkan oleh Jawatankuasa Tetap/Panitia negara anggota
penyelenggara.
(b) Jawatankuasa Tetap/Panitia negara anggota lain mengirimkan bahan
persidangan selambat-lambatnya dua bulan sebelum Sidang Majelis
berlangsung.
(c) Bahan seminar dan Rampak Serantau diusahakan sudah diterima oleh Panitia
Penyelenggara agar dua bulan sebelum Sidang Majelis berlangsung.
14
VI. Keputusan Majelis
(a) Pernyataan Bersama yang ditandatangani oleh para Ketua
Perutusan/Perwakilan.
(b) Lampiran Pernyataan Bersama yang berupa keputusan, rumusan, dan bahan
dokumentasi.
(c) Butir lain yang berkenaan dengan Sidang Majelis, seperti daftar nama
perutusan/perwakilan dan jadwal acara sidang.
(d) Keputusan dan persetujuan Majelis yang perlu disebarkan disusun menurut
versi negara anggota masing-masing.
(e) Keputusan Majelis yang penting dilaporkan dan diminta persetujuan Menteri
yang bersangkutan di negara anggota masing-masing.
(f) Ucapan Ketua Perutusan/Perwakilan sebagai lampiran.
15
Lampiran 2
DAFTAR PESERTA
A. Perutusan Indonesia
1. Dr. Hasan Alwi
2. Dr. Dendy Sugono
3. Dr. Hans Lapoliwa, M. Phil.
4. Drs. Hasjmi Dini
B. Perutusan Brunei Darussalam
1. Aw. Haji Alidin bin Haji Othman
2. Dato Paduka Haji Ahmad bin Kadi
3. Pengiran Datin Paduka Hajah Mariam binti Pengiran Haji Matarsat
4. Awang Hanafiah bin Haji Awang Zaini
C. Perutusan Malaysia
1. Tuan Haji A. Aziz bin Deraman
2. Prof. Dr. Dato‘ hajah Asmah binti Hajo Omar
3. Prof. Dr. Abdullah hassan
4. Encik Amdun Husain
D. Pemerhati Indonesia
1. Dr. Edwar Djamaris
2. Dr. Yayah B. Lumintaintang
E. Pemerhati Brunei Darussalam
1. Pengiran Julaihi bin Pengiran Dato Paduka Othman
F. Pemerhati Malaysia
1. Prof. Dr. Haji Farid M. Onn
2. Puan Noresah Baharom
3. Encik Zubaidi Abas
4. Puan Atiah Saleh
G. Pemerhati Singapura
1. Mohd. Raman Daud
2. Haji Abdul Hamid Ahmad
3. Haji hashim Yusuf
4. Haji Masuri Salikun
5. Haji Subki Sidek
16
H. Pemakalah/Nara Sumber
1. Dr. Sri Sukesi Adiwimarta (Indonesia, Peninjauan Keputusan
Umum Mabbim)
2. Prof. Dr. Goeswin Agoes (Indonesia, Farmasi
3. Dr. Bobby Nazief (Indonesia, Multimedia)
4. Mirna Adriani, M.A. (Indonesia, Multimedia)
5. Prof. Dr, Zaharin Yusoff (Malaysia, Multimedia)
17
Lampiran 3
SAMBUTAN
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PADA
PEMBUKAAN SIDANG KE-35 MAJELIS BAHASA
BRUNEI DARUSSALAM-INDONESIA-MALAYSIA (MABBIM)
SUMATERA BARAT, 18 MARET 1996
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Pertama-tama saya mengajak hadirin untuk memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT,
yang berkat rahmat dan karunia-Nya kita dapat berkumpul dalam acara pembukaan Sidang
Ke-35 Majelis Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia (MABBIM) ini. Selanjutnya,
selamat datang dan selamat bertemu lagi di ranah Minanag ini, saya ucapkan kepada para
utusan dari negara-negara sahabat, Brunei Darussalam, malaysia, dan Singapura. Atas nama
pemerintah dan masyarakat Indonesia saya menyambut hangat kehadiran saudara-saudara
serumpun dalam Majelis ini guna lebih meningkatkan lagi kerjasama pengembangan bahasa
kita.
Seperti kita ketahui bersama, wadah kerjasama kebahasaan serumpun ini diwujudkan
dalam dua bentuk forum, yaitu Sidang Pakar dan Sidang Majelis. Sidang Pakar diikuti oleh
para pakar bidang ilmu tertentu dalam rangka mencari, mengkaji, dan menyepakati
peristilahan bidang ilmu yang bersangkutan. Dengan demikian, dapatlah diharapkan bahasa
kebangsaan setiap negara anggota MABBIM benar-benar menjadi sarana komunikasi yang
sangkil dan mangkus, termasuk dalam pengembangan dan penyebarluasan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Sidang Majelis, yang diikuti oleh utusan resmi negara anggota MABBIM dan utusan
Singapura sebagai peninjau atau pemerhati (Observer), mengemban tugas ganda, yaitu
melakukan penilaian terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan dan sekaligus
merencanakan langkah-langkah berikutnya. Sejak tahun 1993 kegiatan utama MABBIM
makin dilengkapi dengan Seminar Kebahasaan dan Kesastraan yang penyelenggaraannya
dikaitkan dengan Sidang Majelis. Seminar ini diharapkan dapat merupakan wahana bagi
upaya pemasyarakatan istilah hasil MABBIM. Di samping itu, seminar diharapkan juga
sebagai forum untuk memperoleh masukan dan umpan balik terhadap kegiatan MABBIM.
Itulah sebabnya peserta yang diundang menghadiri seminar ini terutama adalah mereka yang
selama ini tidak terlibat dalam kegiatan MABBIM atau mereka yang latar belakang
pendidikannya bukan bahasa atau sastra.
Hadirin yang terhormat
Sebagai bangsa serumpun yang menhuni suatu kawasan strategis yang menjadi
perhatian dunia, kita dihadapkan pada tantangan dan permasalahan yang mempengaruhi
proses pembangunan bangsa kita masing-masing, dan yang mempunyai implikasi terhadap
pengembangan sumberdaya manusia, termasuk di dalamnya dalam bidang kebahasaan.
Tantangan yang maksud ialah:
18
Pertama, dalam memasuki era pasar dan investasi bebas Asia-Pasifik tahun 2020,
salah satu aspek yang perlu dipersiapkan adalah peningkatan kemampuan bangsa-bangsa
serumpun untuk bersaing dalam berbagai bidang terhadap bangsa lain yang lebih maju di
kawasan Asia pasifik. Kenyataan menunjukkan bahwa tingkat kualitas sumberdaya manusia
kita masih perlu dikembangkan agar mempunyai ketangguhan dan saing untuk menghadapi
era 2020 maupun era peduniaan secara kesluruhan.
Kedua, kenyataan menunjukkan bahwa di penghujung abad ini, kita dihadapkan pada
masalah global dengan semakin terbatasnya sumber-sumber kekayaan alam di satu pihak dan
semakin tingginya kebutuhan umat manusia di pihak lain. Akibat dari kesenjangan global
itu, ketegangan antara negara atau bangsa sering diwarnai dengan kompetisi untuk
mendapatkan sumber-sumber alam tersebut. Hanyalah bangsa yang memiliki keunggulan
dalam kualitas sumberdaya manusianya yang dapat memenangkan kompetisi global itu.
Karena dengan keunggulan kualitas SDM inilah dapat dipersiapkan keunggulan lain berupa
keunggulan di Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) dan bidang ekonomi.
Ketiga, masyarakat dunia secara keseluruhan saat ini dihadapkan pada masalah
semakin melebarnya kesenjangan antara kelompok negara yang miskin dalam penguasaan
Iptek di lain pihak. Akibatnya, negara yang memiliki pengusaan Iptek yang lebih baik dapat
memanfaatkan semua sumber daya yang terdapat di negara yang miskin dengan penguasaan
itu. Jepang, misalnya, saat ini telah menginventasikan lebih dari 50 persen modalnya di
negara-negara berkembang yang kaya dengan sumberdaya alam. Dengan demikian kekayaan
alam suatu negara dapat menjadi sumber kesejahteraan bagi negara lain yang memiliki
penguasaan Iptek yang lebih tinggi. Hanyalah bangsa yang menaruh perhatian pada
pengembangan dimensi keunggulan yang akan dapat bertahan dalam era pergulatan ekonomi
dan kompetisi global.
Untuk menghadapi berbagai tantangan dan permasalahan tersebut, upaya utama yang
harus ditempuh oleh bangsa-bangsa serumpun adalah pengembangan sumberdaya manusia
yang berkualitas, yang menekankan pada penguasaan Iptek. Iptek merupakan prasyarat
untuk kemajuan suatu bangsa. Sementara Iptek itu sendiri hanya dapat dikuasai dan
dikembangkan oleh sumberdaya manusia yang berkualitas.
Hadirin yang terhormat,
Dikaitkan dengan apa yang saya kemukakan di atas, maka seminar Kebahasaan dan
Kesastraan yang kita selenggarakan bersama Sidang Ke-35 Majelis Bahasa kali ini sungguh
tepat, karena mengambil tema “Peranan bahasa Kebangsaan dalam Pengembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi“. Dengan tema tersebut para peserta seminar berupaya mencari
jawaban tentang hakekat kaitan bahasa dengan pengembangan Iptek. Kalau kita sudah
meyakini bahwa Iptek hanya dapat dikuasai oleh sumberdaya manusia yang berkualitas,
maka sesungguhnya penguasaan dan pengembangan Iptek tersebut memerlukan suatu
medium, yaitu bahasa. Disinilah kita melihat benang merah kaitan antara bahasa dan
keunggulan suatu bangsa.
Dari sudut pandang lain kita mengetahui bahwa pada dasawarsa abad XX ini Iptek
memperlihatkan perkembangan yang amat pesat. Perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi, misalnya, mengakibatkan Iptek dapat menjangkau berbagai kawasan di muka
bumi ini dalam waktu yang relatif amat singkat. Penyebarluasan perkembangan Iptek ke
19
berbagai penjuru dunia itu menggunakan bahasa sebagai sarana, terutama bahasa Inggris. Di
samping bermuatan Iptek, bahasa tersebut juga berkembang dan dipakai secara luas dalam
pergaulan antarabangsa karena bahasa ini juga merupakan bahasa ekonomi, perdagangan,
kuangan, dan sebagainya.
Di sisi lain, pada era penduniaan informasi dan budaya yang kita alami sekarang ini,
berbagai perubahan lingkungan kawasan regional berlangsung dengan cepat dan kompleks
juga berpengaruh terhadap bahasa. Perubahan tersebut mempengaruhi persepsi, wawasan
dan sikap masyarakat, termasuk yang berkaitan dengan kesadaran dan kecintaan berbahasa
nasional sebagai salah satu perwujudan identitas bangsa kita masing-masing. Meningkat
perubahan tersebut terjadi secara berkelanjutan maka upaa pembinaan bahasa pun perlu
dilakukan secara berkelanjutan pula.
Khusus yang berkaitan dengan masalah Iptek, ternyata bahasa bangsa-bangsa
serumpun belum mampu menampung semua muatan konsep Iptek yang masuk ke dalam
masyarakat kita. Sebagai akibatnya, kosakata dan peristilahan asing, termasuk pola pikir
yang mendukungnya, memberikan pengaruh yang tidak sedikit pula pada sebagian warga
masyarakat kita dalam berbahasa. Pengaruh itu jelas terlihat di tempat-tempat umum, seperti
pada papan nama, iklan, kain rentang, dan papan petunjuk. Pengaruh seperti itu juga kita
saksikan dalam pertemuan-pertemuan resmi dan bahkan dalam dunia pendidikan. Atas dasar
kenyataan inilah saya mengajak para pakar dan pembina bahasa untuk lebih meningkatkan
lagi kinerjanya dalam mengembangkan bahasa agar di satu sisi tetap dapat digunakan secara
mantap oleh masyarakat penuturnya, dan di sisi lain sejalan dengan perkembangan dan dapat
dipergunakan sebagai abahasa Iptek. Persoalan inilah yang saya harapkan dapat dikaji
dengan mendalam dalam forum Seminar nanti.
Hadirin yang terhormat,
Apabila kita menengok perjalanan sejarah kerjasama kebahasaan ini, wadah
kerjasama dimulai oleh Malaysia dan Indonesia pada tahun 1972 dengan mengukuhkan
berdirinya Majelis Bahasa Indonesia-Malaysia (MBIM). Dalam perkembangan selanjutnya,
mulai tahun 1985 Brunei Darussalam – setelah cukup lama menjadi peninjau – turut pula
bergabung menjadi Majelis Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia (MABBIM).
Pada tahun itu pula, Singapura turut menjadi peninjau pada setiap persidangan majelis hingga
saat ini.
Berkat kerjasama itu kita telah menjadikan ejaan masing-masing bahasa sebagai
sistem yang dikembangkan berdasarkan tinjauan yang matang. Kita telah mengaitkan
pandangan dan sikap keilmuan di dalam bahasa dengan kepraktisan dan keperluan nyata di
dalam berbahasa. Dasar pemikiran yang kurang lebih sama kita kembangkan di dalam
menata sistem peristilahan bagi masing-masing bahasa.
Secara umum, kita telah memadukan dan menyerasikan upaya pembinaan dan
pengembangan bahasa, sesuai dengan keperluan yang dihadapi. Saya menganggap hal ini
penting. Tidak sedikit ihwal yang melibatkan orang banyak – misalnya dunia pendidikan—
memerlukan keterpaduan dan keserasian seperti itu. Para pemikir dan pengatur kebijakan
harus mempertimbangkan apa yang sesungguhnya menjadi keperluan, dan bukan dirasakan
penting namun ternyata tidak diperlukan. Usaha apa pun yang tidak memperhatikan
keperluan hanya akan menghasilkan kemubaziran semata.
20
Kita harus mempertimbangkan masak-masak apa yang menjadi keperluan masyarakat
pendukung dan pemakai bahasa. Tanpa memperhitungkan keperluan tersebut, istilah yang
dibentuk, misalnya, yang menampung konsep dan pemikiran asing mungkin akan terbenam
dalam bahasa kebangsaan kita karena tidak diterima oleh masyarakat. Pertimbangan
keilmuan memang amat perlukan, tetapi pertimbangan kepraktisan dan keserasian dengan
ihwal lain pun tak dapat kita lupakan.
Hadirin yang saya hormati,
Dalam forum yang terhormat ini perkenankanlah saya menyampaikan beberapa
pengalaman dan kebijakan kami dalam pengembangan dan pembinaan abahasa Indonesia.
Sejak Sumpah Pemuda 1928, perkembangan Bahasa Indonesia telah melampaui tahap-tahap
pertumbuhan yang pesat. Setelah Indonesia merdeka, perkembangan bahasa Indonesia
semakin pesat lagi mengiringi pesatnya kemajuan pembangunan di segala bidang yang
berhasil kami capai. Stidaknya ada lima hal yang menandai perkembangan pesat bahasa
Indonesia selama 51 tahun kemerdekaan kami, yaitu:
Pertama, bahasa Indonesia telah berperan penting sebagai alat pemersatu dan
sekaligus telah menjadi ciri identitas atau jatidiri bangsa. Peran pemersatu bangsa tersebut
bersifat horizontal maupun vertikal. Secara horizontal, bahasa Indonesia telah pun berhasil
mempersatukan lebih dari 350 suku bangsa yang biasa bertutur dengan menggunakan bahasa
daerah masing-masing yang tercatat berjumlah 665 bahasa di seluruh Indonesia. Secara
vertikal, bahasa Indonesia telah berperan penting menjadi wahana komunikasi antara para
pemimpin dengan masyarakat, antara pemerintah dengan rakyat, antara pusat dengan daerah.
Dengan ungkapan lain, bagi bangsa Indonesia, upaya pembinaan dan pengembangan
abahasa mempunyai arti yang amat besar dalam rangka memelihara dan memupuk integritas
dan identitas bangsa. Dengan bahasa Indonesia bangsa kami yang terdiri atas berbagai
kelompok etnik dan mendiami beribu pulau serta yang memeluk agama yang berbeda dapat
dipersatukan. Kami menyadari pula bahwa dengan menjadikan bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional, maka bangsa kami telah berhasil mewujudkan salah satu jatidiri dan
sekaligus identitias nasional kami.
Di samping sebagai faktor pemersatu (integrator) bangsa, bahasa Indonesia juga
berkaitan dengan pengembangan jatidiri (identitas) bangsa. Penuturan bahasa Indonesia
merupakan perwujudan dan sekaligus pembinaan jatidiri. Bangga akan kemampuan diri dan
bangsa—termasuk bahasa nasionalnya—akan menumbuhkan wawasan kebangsaan dan
jatidiri sebagai bangsa yang besar, yang memungkinkan kami berdiri sama tinggi duduk
sama rendah dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Kedua, jumlah penutur yang bertambah amat cepat. Jika pada akhir tahun 1920-an
penutur asli bahasa Melayu di Indonesia kurang dari 1,5 juta orang atau hanya 4,9 persen dari
tiga puluh juta penduduk Nusantara; maka menurut data tahun 1990, jumlah penutur bahasa
Indonesia melonjak dengan amat tajam. Dari penduduk usia lima tahun ke atas terpilah
dalam tiga kelompok, yaitu (a) mereka yang memakai bahasa Indonesia sebagai bahasa
sehari-hari telah mencapai 25 juta orang atau 15 persen; (b) orang yang dapat berbahasa
Indonesia tetapi tidak memakainya sebagai bahasa sehari-hari berjumlah 107 juta atau 68
persen; dan (c) mereka yang belum dapat memahami bahasa Indonesia hanya tinggal 17
persen atau 27 juta orang. Kami merencanakan pada tahun 2010 nanti, semua orang di
21
Indonesia di atas lima tahun (sekitar 215 juta orang), sudah dapat berbahasa Indonesia
dengan berbagai tingkat kemahiran.
Ketiga, perkembangan jumlah kosakata yang digunakan juga menunjukkan lonjakan
yang menakjubkan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memuat lebih dari 50.000
tambahan lema dibandingkan dengan Kamus E. St. Harahap, 45 tahun sebelumnya.
Perkembangan jumlah kosakata tersebut meliputi semua sektor kehidupan.
Keempat, meskipun pada awalnya yang banyak ragu (skeptis) ternyata bahasa
Indonesia telah mampu mengungkap pengertian dan istilah di semua aspek kehidupan
nasional, baik ekonomi, sosial, sains, politik, maupun budaya. Dengan demikian bahasa
Indonesia telah menjadi wahana utama pengembangan sektor-sektor tersebut. Perkembangan
ini nampak lebih nyata pada dua-tiga dasa warsa terakhir, pada saat bangsa kami secara
terencana dan berkesinambungan melaksanakan pembangunan nasional, yang mencakup
semua aspek kehidupan tersebut.
Kelima, bahasa Indonesia telah dipelajari di 29 negara di dunia. Di negara-negara
tersebut bahasa Indonesia dijadikan mata-pelajaran baik di tingkat pendidikan menengah
maupun pendidikan tinggi. Bahkan ada di kawasan tertentu dari negara sahabat yang
mewajibkan siswanya mempelajari bahasa Indonesia, di samping bahasa Inggris sebagai
bahasa asing.
Hadirin yang terhormat,
Salah satu kebijakan yang kami kembangkan dalam pembinaan bahasa sehingga
mencapai keberhasilan tersebut ialah dengan meningkatkan kesadaran dan kebanggaan
masyarakat kami untuk menggunakan bahasa nasionalnya. Untuk itu kami menggunakan
berbagai jalur atau sasaran strategis yang diharapkan secara mangkus dapat mencapai tujuan
pembinaan tersebut. Sasaran yang dimaksud adalah:
Pertama, jalur media massa. Mengingat perannya yang amat penting dalam
pemasyarakatan bahasa, media massa kami upayakan pemanfaatannya semaksimal mungkin.
Sebagai ilustrasi misalnya, media elektronik yang dapat menjangkau sasaran masyarakat
yang sangat luas, bahkan sampai ke masyarakat bawah, merupakan sarana ampuh yang dapat
mempengaruhi masyarakat dalam berpikir dan berbahasa, bahkan dalam bertindak. Oleh
karena itu, pengelola radio dan televisi, baik pemerintah maupun suasta perlu memiliki
kesadaran yang tinggi serta kepedulian untuk ikut mendukung dan berperaserta secar aktif
dalam usaha pemasyarakatan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dengan demikian, para
penyusun berita, penyiar, reporter, dan siapa saja yang mendapat kesempatan untuk berbicara
di televisi atau radio harus berupaya menjaga kerapian bahasa yang digunakan.
Media massa cetak (surat kabar, majalah, dan sebagainya) juga memiliki peran yang
sama pentingnya dengan media elektronik di dalam pemasyarakatan bahasa Indonesia yang
baik dan benar ini. Mengingat pengaruhnya yang juga sangat besar bagi masyarakat
pembaca dan pengaruh ini dapat “mengalahkan“ hasil pengajaran abahasa Indonesia di
sekolah, maka para wartawan, penulis berita, dan anggota redaksi media massa cetak perlu
lebih ditingkatkan lagi kepedulian mereka dalam menggunakan bahasa Indonesia yang benar
dan baik.
22
Kedua, sasaran lingkungan kerja dan tempat-tempat umum. Pemakaian bahasa yang
benar dan baik harus pula tercermin di tempat-tempat kerja. Seberapa jauh tingkat
pelaksanaannya, antara lain dapat diamati melalui corak bahasaIndonesia yang digunakan
dalam rapat, pertemuan, surat-menyurat, dan sebagainya. Untuk itu, penyuluhan bahasa
Indonesia bagi para pejabat dan karyawan kantor terus kami tingkatkan. Penertiban bahasa
juga kami lakukan bagi duni periklanan dan papan-papan namayang terpampang di tempat-
tempat umum. Suatu hasil yang menggembirakan ilah, pada tahun lalu upaya penertiban
tersebut berhasil kami laksanakan Jakarta. Untuk itu, kami melakukan koordinasi dengan
berbagai pihak, lembaga pemerintah maupun lembaga-lembaga profesi, seperti: pemerintah
daerah, perhimpunan real estat, perhimpunan periklanan, dan sebagainya.
Ketiga, jalur pendidikan. Generasi muda sebagai generasi penerus, perlu mendapat
perhatian khusus dalam upaya pembinaan bahasa. Dalam hal itu, guru mempunyai peran
yang amat penting, bahkan amat strategis. Keteladanan para guru dalam hal ketertiban dan
kebernalaran penggunaan bahasa Indonesia merupakan persyaratan pokok dan utama agar
murid-murid benar-benar dibimbing dan dipersiapkan ke arah pembudayaan disiplin nasional
dan berpikir secara logis dan sistematis melalui penggunaan bahasa Indonesia.
Di sisi lain, aspresiasi sastra di kalangan generasi muda, khususnya pelajar dan
mahasiswa, juga kami tingkatkan dalam upaya memahami, menghayati, dan menghargai
karya sastra dalam rangka memperkukuh ketahanan budaya nasional. Untuk itu, kami terus
meningkatkan kegiatan kesastraan di sekolah, seperti bengkel sastra dan lomba karya cipta
sastra, termasuk pementasannya.
Itulah beberapa catatan tentang pengalaman dan kebijakan yang kami lakukan dalam
rangka mengembangkan dan membina bahasa Indonesia sebagai bahasa kesatuan kami. Di
samping sebagai bahan pertimbangan bagi saudara-saudara serumpun, kami juga
mengundang masukan bagi lebih meningkatkan lagi upaya kami tersebut.
Hadirin yang terhormat,
Demikianlah, beberapa masukan sumbang saran yang dapat saya sampaikan dalam
forum yang berbahagia ini. Akhirnya, sekali lagi saya berharap Sidang Majelis dan Seminar
dapat berjalan dengan lancar dan menghasilkan gagasan, pemikiran, dan kesepakatan
sebagaimana kita harapkan bersama. Dengan harapan-harapan seperti itu, serta dengan
memohon izin Allah SWT dengan “bismillahirrahmanirrahim“ saya nyatakan Sidang Ke-
35 Majelis Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia (MABBIM) serta Seminar
Kebahasaan dan Kesastraan ini secara resmi dibuka.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Prof. Dr-Ing. Wardiman Djononegoro
23
Lampiran 5
LAPORAN KETUA PERUTUSAN INDONESIA
PADA PEMBUKAAN SEMINAR KEBAHASAAN KE-4
DAN
SIDANG KE-35
MAJELIS BAHASA BRUNEI DARUSSALAM-INDONESIA-MALAYSIA
HOTEL SEDONA, PADANG, 19 MARET 1996
Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia,
Bapak Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I Propinsi Sumatera Barat, Hasan Basri Durin
Pimpinan Muspida Propinsi Sumatera barat
Ketua Perutusan Brunei Darussalam, Awang Hj. Alidin bin Haji Othman
Ketua Perutusan Malaysia, Tuan Hj. A. Aziz Deraman
Ketua Perutusan Pemerhati Singapura, Mohd. Raman Daud
Para peserta Seminar Kebahasaan dan Sidang Majelis, serta
Para undangan dan hadirin yang mulia.
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Rasa syukur dan bahagia patut kita panjatkan ke hadirat Allah Swt. Yang telah
melimpahkan karunia-Nya kepada kita semua sehingga pada hari ini kita dapat berkumpul di
ruangan ini dalam keadaan sehat walafiat untuk mengawali dua kegiatan Majelis Bahasa
Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia (Mabbim), yaitu Seminar Kebahasaan tanggal 18—
19 Maret 1996 di Padang (di hotel ini) dan Sidang Ke-35 tanggal 20—22 Maret 1996 di
Bukitinggi.
Selaku tuan rumah dan penyelenggara kedua kegiatan itu, pertama-tama saya ingin
menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Bapak Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Prof. Dr-Ing. Wardiman Djononegoro, atas
kesediaannya untuk menyampaikan sambutan dan sekaligus membuka secara resmi kedua
kegiatan tersebut. Kepada Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I Propinsi Sumatera Barat, saya
menyampaikan terima kasih dan penghargaan uang khusus bukan saja atas diizinkannya
kegiatan ini dilaksanakan di Sumatera barat, melainkan juga atas kesediaannya untuk
menyampaikan sambutan pada acara pembukaan ini. Ucapan selamat datang disertai dengan
ucapan terima kasih saya sampaikan kepada seluruh peserta Seminar Kebahasaan dan Sidang
Majelis, baik yang datang dari Brunei Darussalam, Malaysia, dan Singapura, maupun para
peserta yang berasal dari Indonesia sendiri.
24
Bapak Menteri dan hadirin sekalian,
Seminar Kebahasaan yang akan berlangsung selama dua hari ini dikuti oleh kurang
lebih 150 peserta. “Peranan Bahasa Kebangsaan dalam Pengembangan Iptek“ yang menjadi
tema seminar ini diharapkan menggambarkan adanya kesinambungan dengan tema-tema
seminar serupa sebelumnya. Dalam hubungan itu, ingin saya laporkan bahwa tema Seminar
I tahun 1993 di Indonesia )di Cisarua, Bogor) adalah “Perkembangan Bahasa dan
Transformasi Budaya“. Kedua seminar berikutnya yang berturut-turut diadakan di Brunei
Darussalam 1994 dan Malaysia 1995 adalah “Strategi Pemasyarakatan Istilah Sains Asas
Serantau“ dan “Peranan bahasa Kebangsaan dalam Pembangunan Luar Bandar“.
Kesinambungan tema seminar itu diharapkan mampu makin memantapkan rentangan
benang merah yang menuju ke arah tercapainya cita-cita Mabbim, yaitu selai meningkatkan
semangat kebersamaan dan persaudaraan serta mengadakan kerja sama kebahasaan di antara
anggota agar menjadi alat komunikasi yang andal untuk berbagai keperluan, termasuk untuk
penyebarluasan dan pengembangan Iptek modern. Dalam rangka itu, pada seminar kali ini
para peserta akan secara bersama-sama menyimak dan membahas sebelas makalah dan
sebuah diskusi panel.
Setelah seminar ini, Sidang Ke-35 Mabbim yang akan diadakan di Bukittinggi pada
tanggal 20—22 Maret 1996, akan melakukan evaluasi terhadap kegiatan dan prestasi
Mabbim selama ini, di samping tentu saja menyepakati rencana dan langkah-langkah
berikutnya. Yang mengikuti sidang majelis ini jumlahnya jauh lebih sedikit dibandingkan
dengan mereka yang mengikuti seminar ini karena Sidang Majelis hanya diikuti oleh
perutusan resmi ketiga negara Mabbim ditambah dengan perutusan Singapura yang berstatus
sebagai peninjau atau pemerhati. Sementara itu, Mastera yang baru saja terbentuk pada
bulan Agustus 1995 di Kuala Lumpur, juga akan memanfaatkan kesempatan Sidang Majelis
nanti untuk membicarakan rencana kerja yang lebihrinci dan terarah.
Bapak Menteri dan hadirin sekalian,
Izinkanlah saya menggunakan kesempatan ini untuk memperkenalkan para
pemakalah dari Indonesia untuk seminar ini dan anggota perutusan Indonesia untuk Sidang
majelis.
A. Hasan Alwi
Dendy Sugono
Hans Lapoliwa
Hasjmi Dini
B. Prof. Dr. Anton M. Moeliono
Prof. Dr. Mien A. Rifai (Kantor Menristek)
Drs. Willie Koen (Penerjemah & Editor Independen)
Dr. Liek Wilardjo
Prof. Dr. Amran Halim (Panelis)
C. Drs. Andi Mappi Sammeng
25
Akhirnya, saya mohon kesediaan Pak Menteri untuk pada waktunya nanti
menyampaikan sambutan dan sekaligus membuka secara resmi Seminar Kebahasaan dan
Sidang Ke-35 Mabbim ini.
Atas perhatian Bapak Menteri dan para hadirin, saya ucapan terima kasih.
Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Padang, 18 Maret 1996
26
UCAPAN KETUA PERWAKILAN BRUNEI DARUSSALAM
TUAN AHAJI ALIDIN BIN HAJI OTHMAN
SIDANG KE-35 MABBIM
Tetamu Kehormat
Yang Berbahagia
Tuan Haji Abdul Aziz Deraman
Ketua Perwakilan Malaysia dan anggota-anggota Perwakilan Malaysia
Yang Berbahagia
Dr. Hasan Alwi
Ketua Perwakilan Indonesia dan anggota-anggota Perwakilan Indonesia
Yang Mulia/Berhormat
Ketua Perwakilan Singapura Sdr. Mohd. Ramon Daud
Hadirin-Hadirat yang dihormati sekalian
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh dan Selamat Sejahtera.
Alhamdulillah, syukur ke hadrat Allah Subhanahu Wataala kerana hanya dengan limpah
kurnia dan rahmatNya, kita dapat berkumpul dalam Sidang Ke-35 ini.
Terlebih dahulu saya beserta rombongan Brunei Darussalam mengucapkan SELAMAT
HARI RAYA kepada semua anggota perwakilan, para pserta seminar serta hadirin sekalian.
Saya selaku ketua delegasi negara Brunei Darussalam dengan perasaan tulus ikhlas sukacita
merakamkan ucapan terima kasih dan setinggi-tinggi penghargaan kepada pihak Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Indonesia selaku tuan rumah atas sambutan kepada
delegasi Negara Brunei Darussalam dan juga tahniah kerana dapat mengungkayahkan Sidang
ini.
Inilah kali kedua saya ikut serta dalam sidang ini, kali pertama pada tahun 1984. Ketika itu
Brunei Darussalam masih menjadi pemerhati. Kini MABBIM sudah pun berusia 20an,
Negara Brunei Darussalam mengikuti kegiatan kebahasaan, semasa majlis masih bernama
MBIM iaitu sebagai pemerhati sehinggalah diterima sebagai ahli penuh pada 4 November
1985. Ini bererti sudah hampir 11 tahun Brunei Darussalam menjadi ahli penuh majlis ini.
Mengimbas kembali majlis kebahasaan yang sudah berusia 24 tahun ini, Negara Brunei
Darussalam telah ikut menumpang dewasa bersama kedewasaan MABBIM ini yang telah
menghasilkan ratusan ribu istilah dalam pelbagai bidang ilmu yang kebanyakannya telah
dimasyarakatkan. Bagi Brunei Darussalam pemasyarakatan istilah berkenaan dengan
menerbitkan buku-buku istilah adalah merupakan usaha murni dalam memperkaya dan
memperkenalkan bahasa. Dari itu, usaha mencipta istilah perlu ditingkatkan dalam
menandingi era pembangunan manusia sejagat.
27
Dalam meniti abd ke-21 yang akan menjelang beberapa tahun lai kita harus membulatkan
muafakat untuk menyanjung misi majlis ini iaitu mewujudkan kesepakatan dalam aspek
kebahasaan, untuk meningkatkan semangat kerjasama dan persaudaraan antara negara
anggota bagi membina dan mengembangkan bahasa kebangsaan dan bahasa rasmi negara
anggota agar bahasa yang sama-sama kita cintai ini dapat dipermajukan, diperkembangkan
demi mencapai taraf yang sama dengan bahasa moden yang lain. Kita juga harus punya
perancangan yang lebih mencabar pada abad ke-21 dengan harapan agar status quo majlis ini
tetap agung dan unggul.
Sebagaimana yang kita ketahui menjelang abad ke-21 teknologi maklumat akan semakin
canggih dan setentunya akan mencabar kewibawaan kita dalam menangani penciptaan dan
pemasyarakatan istilah dalam pelbagai bidang ilmu.
Dalam perkembangan teknologi masa ini, komputer mengambil peranan dalam bidang
pendidikan dan sosio-ekonomi sesebuah negara untuk bergerak maju. Untuk
mengimplementasikan komputer berteraskan bahasa Melayu, usaha mencipta istilah-istilah
dalam bidang berkenaan harus diperluaskan, agar usaha untuk menjadikan bahasa Melayu
sebagai bahasa ilmu, bahasa perhubungan khususnya di rantau ini dapat direalisasikan.
Dalam kesempatan ini izinkan saya memperkenalkan anggota perwakilan Brunei Darussalam
dalam persidangan ini, mereka terdiri daripada:
Dato Paduka Haji Ahmad bin Kadi
Pengiran Datin Paduka Hajah Mariam binti Pengiran Haji Matarsat
Pg. Julaihi bin Pg. Dato Paduka Othman
Aw. Haji Abd. Ghani bin Haji Md. Yusof
Aw. Haji Jalil bin Haji Mail
Aw. Hanafiah bin Haji Awang Zaini
28
UCAPAN ALU-ALUAN KETUA PERWAKILAN MALAYSIA
Y. BHG. HAJI A. AZIZ DERAMAN
PENGERUSI JAWATANKUASA TETAP BAHASA MELAYU
(JKTBM)
Yang Terhormat, ....
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Yang Berbahagia, Dr. Hasan Alwi
Ketua Perwakilan Indonesia dan Anggota Perwakilan
Yang Berbahagia, Awang Haji Alidin b. Haji Othman
Ketua Perwakilan Brunei Darussalam dan Anggota Perwakilan
Yang Dihormati .....
Ketua Perwakilan Pemerhati serta Anggota Perwakilan dari Singapura
Para Undangan, para peserta Seminar Kebahasaan, serta hadirin yang saya muliakan.
Assalamulaikum wr. wr.
Pada saat yang berbahagia ini, saya berasa amat bersyukur ke hadrat Allah s.w.t. kerana
memperkenankan kita bertemu dan seterusnya melanjutkan tali silaturrahim antara kita. Bagi
pihak Jawatankuasa Tetap Bahasa Melayu, Malaysia, dan rakan-rakan dari malaysia yang
ikut serta dalam pertemuan ini. Saya mengucapkan berbanyak-banyak terima kasih, dan
setinggi-tinggi penghargaan kepada Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa selaku tuan
rumah bagi Seminar Kebahasaan Ke-4 Mabbim, dan Sidang Ke-35 Mabbim, yang bersusah-
payah mengatur pelbagai acara di Ranah Minang yang permai ini. Dalam suasana yang
indah begini, diharapkan kita akan memperoleh kejayaan yang lebih tinggi, dan meraih
kesepakatan yang lebih bererti.
Hari ini, usia kerjasama kebahasaan kita sudah hampir menjangkau sesuku abad. Sudah
dewasa. Namun demikian, dalam era pengglobalan kini dan masa muka, dalam zaman
ledakan maklumat dan lonjak ganda yang melaju seperti kilat, dunia kita terasa begitu
sempit. Untuk menjamin agar bangsa kita tidak ketinggalan waktu. Seminar hari ini yang
bertemakan “Peranan Bahasa Kebangsaan dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi“ ternyata amat relevan.
Hadirin yang dimuliakan,
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menjelang abad ke-21 ini ternyata amat
pesat, dan pengaruh ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kehidupan kita terus meningkat.
Kepesatan dan peningkatan perkembangan sains dan teknologi itu, akan merubah cara hidup
kita; dan mahu tidak mahu, kita terpaksa mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi
itu kepada bangsa kita pula. Maklumat akhir ilmu pengetahuan dan teknologi dari sudut kita,
29
ialah menjadikan bangsa kita hidup lebih sejahtera. Oleh sebab itu, bangsa kita mesti
diperkaya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Amat disayangkan, buat masa kini sebahagian besar daripada ilmu pengetahuan dan
teknologi itu dimiliki bahasa asing—terutamanya bahasa Inggeris. Memang, untuk menimba
ilmu pengetahuan dan teknologi moden itu, kita mengembangkannya kepada bangsa kita
sendiri, tidak ada wadah dan tidak ada wahana yang lebih ampuh daripada bahasa
kebangsaan kita sendiri. Tidak ada negara maju yang menjadi maju melalui bahasa asing.
Hal ini wajar sahaja, kerana pada umumnya segala pesan dalam bahasa asing tidak meresap
ke dalam jiwa kita, dan tidak merembes ke dalam hati kita. Lihat sahaja negra yang
menjadikan bahasa asing sebagai bahasa kebangsaan mereka. Bagaimana keadaan mereka?
Hadirin yang mulia,
Sehubungan dengan itu, tugas kita dalam konteks kerjasama melalui Mabbim ini ialah terus
berusaha menjadikan bahasa kita sentiasa cekap, dan dapat pula mengungkapkan apa saja,
dengan lancar. Di samping itu, kita akan berusaha agar masyarakat kita dapat menggunakan
bahasa kebangsaan kita dengan baik dan benar.
Jika dilihat dari aspek ini, kegiatan kita yang sekarang ini lebih tetumpu kepada hal-hal
peristilahan, mungkin dapat difikirkan perubahan cara kerja kita agar hasilnya terus
meningkat dan penyebarannya lebih meluas. Selain itu, mungkin pula kita dapat menangani
hal-hal kebahasaan yang lain, agar kaedah kebahasaan yang digunakan dapat diragamkan,
walaupun ragamnya tidak dapat disamakan. Dalam hal ini, jaringan kerjasama kebahasaan
antara kita dari tiga negara anggota Mabbim, mungkin dapat dilaksanakan secara sepakat
dengan negara luar, atau dengan institusi luar yang kini ghairah mengajar, mempelajari, dan
meneliti bahasa dan bimbingan kita. Mereka sebenarnya, sedang menunggu perhatian dan
bimbingan kita.
Yth. Bapak Menteri ...., dan hadirin sekalian,
Sehubungan dengan Sidang Ke-35 Mabbim, yang diawali dengan seminar ini, saya selaku
Ketua Perwakilan Malaysia berasa yakin bahawa kerjasama kebahasaan antara tiga negara ini
dapat dilaksanakan dengan penuh bijaksana, dan dimanfaatkan hasilnya dengan sebaik-
baiknya.
Setakat ini, selain daripada mengadakan Sidang Eksekutif, Sidang Pakar, dan juga Seminar
Kebahasaan, kita turut menerbitkan jurnal Rampak Srantau, dan melalui Rampak Srantau,
para ilmuan dan pakar negara masing-masing dapat bersama-sama menyalurkan makalah
mereka dalam upaya kerjasama meningkatkan dan mencanggihkan penggunaan bahasa kita
dalam pelbagai bidang ilmu, di samping dapat bertukar pengetahuan dan pengalaman.
Diharapkan para ilmuan dari ketiga-tiga negara akan dapat memanfaatkan jurnal ini sebaik-
baiknya demi kepentingan bahasa kita bersama.
Sebelum mengakhiri ucapan ini izinkan saya memperkenalkan anggota perwakilan Malaysia
dalam pertemuan pada pagi ini. Mereka terdiri daripada:
30
Prof. Dato‘ Dr. Asmah Hj. Omar
Prof. Abdullah Hassan
Prof. Dr. Farid M. Onn
Prof. Dr. Hj. Amat Juhari Moain
Prof. Dr. Shaharir Mohd. Zin
Encik Amdun Husain
Encik Zubaidi Abas
Akhir kata, bagi pihak perwakilan Malaysia, saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih
dan penghargaan atas keramahan dan kesantunan penerimaan teman-teman dari Pakersa
(Panitia Kerjasama Kebahasaan Indonesia) selaku tuan rumah yang mengendalikan seminar
ini, dan Sidang Mabbim di Bukittinggi nanti
Sekian, Wabillah hitaufiq wal hidayah.
Wassalamualaikum wr. wr.