seribu budaya desa adat

2
Seribu Budaya Desa Adat Pada Sabtu (28/3) lalu, seorang reporter LPM Sketsa sengaja mengunjungi salah satu desa di Kecamatan Karanglewas. Berbeda dengan lainnya, desa ini dikukuhkan sebagai salah satu desa adat yang ada di Banyumas. Desa Pasir Wetan, namanya. Letaknya lebih jauh dari akses jalan raya dibanding dengan desa Pasir Kidul dan Pasir Kulon, namun budaya leluhurnya masih terjaga sampai sekarang. “Perbedaan sama desa lain, tradisinya masih khas, rajaban, nyadran, masih kental.” Tutur salah seorang warga desa, Bu Cipto Harjono. Sudah jelas, budaya khas Banyumas yang masih kental menjadi alasan desa ini dikukuhkan sebagai desa adat. Beragam budaya masih terjaga sampai sekarang, misalnya suran dan ziarah makam. Suran semacam kegiatan tumpeng desa, yang diadakan hampir setahun sekali, ketika bulan Syura*. Selain itu, budaya lain yang masih kental yakni ziarah makam. Wajar saja, di desa ini terdapat makam ulama besar yakni Syeikh Makdum Wali dan makam Demang. Syeikh Makdum adalah seorang priyayi yang menyiarkan agama Islam atas utusan Raden Patah yang saat itu merupakan Raja Kerajaan Demak. Di makam inilah biasanya para peziarah melakukan ritual seperti berdzikir serta tahlil. Ada hal lain yang patut dibanggakan dari desa Pasir Wetan. Para warga desa ini dapat memproduksi berbagai alat logam seperti alat pembuat molen, alat perontok padi, mesin pengering padi mesin pembuat gula kristal dan lain lain. Mbah Sanmiarji, salah satu warga desa yang juga “pengempon” atau empu (pembuat senjata logam), sudah melakoni pekerjaan ini selama 50 tahun. Beliau mengaku telah berlatih menjadi tukang tempa sampai pada akhirnya dapat membuat bermacam-macam benda seperti clurit, pedang, dan keris. Berbeda dengan tukang pande lain (pande: pandai besi), Desa Pasir Wetan menggunakan sesuatu yang dinamakan Ubub, yaitu alat tiup tradisional yang berbentuk mirip terompet. “Kita pakai ubub, alat tiup tradisional kalo tempat lain kan pakai blower.” Ujar Bayu,

Upload: yenny-fitri-kumalasari

Post on 16-Sep-2015

20 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

Desa Adat Pasir Wetan Banyumas

TRANSCRIPT

Seribu Budaya Desa Adat

Pada Sabtu (28/3) lalu, seorang reporter LPM Sketsa sengaja mengunjungi salah satu desa di Kecamatan Karanglewas. Berbeda dengan lainnya, desa ini dikukuhkan sebagai salah satu desa adat yang ada di Banyumas. Desa Pasir Wetan, namanya. Letaknya lebih jauh dari akses jalan raya dibanding dengan desa Pasir Kidul dan Pasir Kulon, namun budaya leluhurnya masih terjaga sampai sekarang. Perbedaan sama desa lain, tradisinya masih khas, rajaban, nyadran, masih kental. Tutur salah seorang warga desa, Bu Cipto Harjono.Sudah jelas, budaya khas Banyumas yang masih kental menjadi alasan desa ini dikukuhkan sebagai desa adat. Beragam budaya masih terjaga sampai sekarang, misalnya suran dan ziarah makam. Suran semacam kegiatan tumpeng desa, yang diadakan hampir setahun sekali, ketika bulan Syura*. Selain itu, budaya lain yang masih kental yakni ziarah makam. Wajar saja, di desa ini terdapat makam ulama besar yakni Syeikh Makdum Wali dan makam Demang. Syeikh Makdum adalah seorang priyayi yang menyiarkan agama Islam atas utusan Raden Patah yang saat itu merupakan Raja Kerajaan Demak. Di makam inilah biasanya para peziarah melakukan ritual seperti berdzikir serta tahlil.Ada hal lain yang patut dibanggakan dari desa Pasir Wetan. Para warga desa ini dapat memproduksi berbagai alat logam seperti alat pembuat molen, alat perontok padi, mesin pengering padi mesin pembuat gula kristal dan lain lain. Mbah Sanmiarji, salah satu warga desa yang juga pengempon atau empu (pembuat senjata logam), sudah melakoni pekerjaan ini selama 50 tahun. Beliau mengaku telah berlatih menjadi tukang tempa sampai pada akhirnya dapat membuat bermacam-macam benda seperti clurit, pedang, dan keris. Berbeda dengan tukang pande lain (pande: pandai besi), Desa Pasir Wetan menggunakan sesuatu yang dinamakan Ubub, yaitu alat tiup tradisional yang berbentuk mirip terompet. Kita pakai ubub, alat tiup tradisional kalo tempat lain kan pakai blower. Ujar Bayu, putra Mbah Sanmiarji. Larisnya produk logam dari desa ini perlu diapresiasi. Terlepas dari persaingan pasar dan kemampuan penguasaan teknologi, sementara mereka masih menggunakan alat tradisional sebagai salah satu upaya pelestarian kebudayaan. Di sisi lain, ada kebudayaan lain yang sudah mulai hilang termakan zaman. Adalah terbangan, sejenis alat musik tradisional bernafaskan Islam yang kebanyakan dibawakan beramai-ramai oleh para remaja. Di Pasir Wetan, kegiatan ini biasa diadakan pas malam minggu atau malam kamis. Hanya saja, tradisi ini sudah mulai jarang dilakukan. Terbangan teksih wonten mung mpun jarang. Pada sungkan. Ucap salah seorang sesepuh warga desa. Atau dalam bahasa Indonesia Terbangan masih ada tapi sudah jarang. Pada males.Rasanya sayang sekali jika variabel adat desa yang telah dilestarikan bertahun-tahun ini mulai ditinggalkan, bahkan oleh keturunan si pembuat adat tersebut. Belum lagi kekayaan warga desa sebagai tukang pande. Jika terus dikembangkan dan sejalan dengan pemerintah daerah, tidak menutup kemungkinan produksi alat logam desa ini dapat mendongkrak ekonomi warga desa sendiri pada khususnya dan warga Banyumas pada umumnya serta menghasilkan keuntungan lebih, selain keuntungan finansial dan wisata. Toh, peralatan logam yang dibuat oleh pribumi tak kalah berkualitas dengan merek-merek asing. Dukungan yang serius dari semua pihak yang terkait sangat penting agar potensi lokal yang menjanjikan ini dapat terus dikembangkan. Sinergisitas antara warga desa dan masyarakat sekitar haruslah harmonis, agar warisan budaya leluhur yang telah dijaga tetap berada. Semoga.

*Syura : Bulan dalam kalender agama Islam.