seminar maternitas klp 4 pkm pakisaji.pdf

21
SEMINAR MATERNITAS Comparing the Effects of Swaddled and Conventional Bathing Methods on Body Temperature and Crying Duration in Premature Infants: A Randomized Clinical Trial Mitra Edraki, Maryam Paran, Sedigheh Montaseri, Mostajab Razavi Nejad, Zohre Montaseri Disusun oleh: Kelompok 4 Isty Oktavia K. 115070200131008 Kadek Nova P.D 115070201131001 Adinda Mawada R. 115070201131007 Krisna Widya B. 115070200131011 I Ketut Yoga S. 115070201131008 ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015

Upload: dindarahma

Post on 27-Jan-2016

27 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: SEMINAR MATERNITAS klp 4 pkm Pakisaji.pdf

SEMINAR MATERNITAS

Comparing the Effects of Swaddled and Conventional Bathing Methods on Body

Temperature and Crying Duration in Premature Infants: A Randomized Clinical

Trial

Mitra Edraki, Maryam Paran, Sedigheh Montaseri, Mostajab Razavi Nejad, Zohre Montaseri

Disusun oleh:

Kelompok 4

Isty Oktavia K. 115070200131008

Kadek Nova P.D 115070201131001

Adinda Mawada R. 115070201131007

Krisna Widya B. 115070200131011

I Ketut Yoga S. 115070201131008

ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015

Page 2: SEMINAR MATERNITAS klp 4 pkm Pakisaji.pdf

1

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan Hidayah-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan laporan Departemen Maternitas dengan judul “Comparing the

Effects of Swaddled and Conventional Bathing Methods on Body Temperature and

Crying Duration in Premature Infants: A Randomized Clinical Trial”. Ketertarikan

penulis akan topik ini didasari pada pentingnya pencegahan terjadinya gangguan

perkembangan pada bayi prematur khususnya dalam menjaga suhu tubuh bayi. Penulis

mengucapkan terimakasih kepada:

1. dr. Bambang, selaku kepala Puskesmas Pakisaji.

2. Bu Khotik Alim, B.SST, selaku Clinical Instructur departemen Maternitas di

Peskesmas Pakisaji.

3. Ns. Fransiska Imavike, S.Kep, M.Nurs, selaku dosen pembimbing Departemen

Maternitas Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan Departemen Maternitas ini masih

kurang sempurna, oleh karena itu penulis membuka diri untuk segala saran dan kritik

yang membangun bagi penulis, sehingga dapat bermanfaat untuk penulis khususnya

dan masyarakat secara umum.

Malang, Juni 2015

Penulis

Page 3: SEMINAR MATERNITAS klp 4 pkm Pakisaji.pdf

2

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................. 1

Daftar isi ............................................................................................................. 2

Latar Belakang ................................................................................................... 3

Metode .............................................................................................................. 4

Sampel .............................................................................................................. 4

Proses Penelitian .............................................................................................. 5

Hasil Penelitian ................................................................................................. 7

Pembahasan ..................................................................................................... 8

Kesimpulan ....................................................................................................... 11

Kekurangan dan Kelebihan Jurnal .................................................................... 11

Pembahasan Perbandingan dengan Jurnal yang Lain ...................................... 12

Penerapan di Indonesia ..................................................................................... 15

SOP Memandikan Bayi Prematur Menururt IDAI .............................................. 16

Daftar Pustaka ................................................................................................... 19

Page 4: SEMINAR MATERNITAS klp 4 pkm Pakisaji.pdf

3

A. Latar Belakang

Kematian perinatal merupakan tolak ukur kemampuan suatu negara

dalam upaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan

menyeluruh, akibatnya makin tinggi kematian perinatal menunjukkan bahwa

pelayanan kesehatan yang buruk. Salah satu penyebab tingginya angka

kematian perinatal atau sekitar 70% disebabkan oleh persalinan prematur

(Manuaba, 2007).

WHO (2012), menyatakan setiap tahun 15 juta bayi terlahir prematur di

seluruh dunia, atau 1 dari 10 kelahiran, bayi terlahir dengan prematur. Iran

adalah negara dengan angka kelahiran bayi prematur terbanyak di dunia dengan

angka kelahiran bayi prematur sebesar 12,9%. Di Indonesia, angka kejadian

bayi prematur adalah 16-18% dari semua kelahiran hidup (Sastrawinata, 2005).

Pada tahun 2005 angka kejadian persalinan prematur di rumah sakit Indonesia

sebayak 3142 kasus dan pada tahun 2006 yaitu sebayak 3063 kasus (Depkes

RI, 2008).

Bayi prematur membutuhkan penanganan yang khusus dibandingkan

dengan bayi normal dalam segala aspek, di awal kelahirannya bayi prematur

harus dimasukkan di ruang NICU dan diletakkan dalam inkubator untuk

mempertahankan suhunya. Di NICU Bayi mengalami berbagai stressor, seperti

prosedur yang menyakitkan, tidur yang terganggu, kebisingan yang berlebihan

dan pemisahan dari ibu. Stres ini dapat mempengaruhi pematangan dan

pembentukan penglihatan, pendengaran, pola tidur, pertumbuhan dan

perkembangan dan dalam jangka panjang akan menyebabkan gangguan pada

pembentukan syaraf bayi (Montirosso et al, 2012).

Pencegahan terjadinya gangguan perkembangan pada bayi prematur

sangatlah penting. Salah satu komponen penting dalam perawatan bayi adalah

memandikan bayi. Mandi adalah suatu tindakan yang sangat penting bagi

kesehatan bayi, namun cara memandikan bayi yang salah terutama pada bayi

prematur justru akan dapat memperburuk kondisi bayi (Edraki et al, 2014).

Berbagai masalah yang dapat timbul karena kesalahan dalam teknik

memandikan bayi terutama adalah turunnya suhu bayi. Luas permukaan tubuh

Page 5: SEMINAR MATERNITAS klp 4 pkm Pakisaji.pdf

4

bayi prematur lebih besar dibandingkan dengan massa tubuh bayi,

menyebabkan lemak coklat pun terurai untuk termogenesis, selain itu kulit yang

lebih tipis, dan kurang kemampuan untuk mempertahankan fleksi ekstremitas

adalah salah satu faktor yang membuat bayi prematur lebih mungkin mengalami

kehilangan panas dan hipotermia dibandingkan dengan bayi normal (Loring et al,

2012).

Hipotermia dapat menyebabkan takipnea, apnea, hipoksia, asidosis

metabolik, hipoglikemia, cacat koagulasi, gagal ginjal akut, dan akhirnya

meninggal. Mengingat akibat yang disebutkan di atas, salah satu masalah yang

paling penting dalam memandikan bayi prematur adalah menjaga suhu tubuh

mereka. Salah satu metode mandi yang menggabungkan prinsip-prinsip

perkembangan dalam praktek perawatan memberikan adalah mandi

membedong atau swaddle. Dalam mandi membedong atau swaddle, bayi

ditempatkan dalam posisi tertekuk, garis tengah, terbungkus dalam selimut atau

handuk yang lembut, dan kemudian direndam dalam bak air hangat. Setiap

anggota badan kemudian secara lembut, dicuci, dibilas, dan segera dibungkus

kembali, dimana dengan metode tersebut memungkinkan bayi untuk tetap dalam

kehangatan (Edraki et al, 2014; Waldron & MacKinnon, 2007).

B. Metode

Penelitian ini menggunakan 50 bayi prematur di NICU RS. Hafez

selama Juli 2013-Januari 2014. Subjek penelitian dibagi menjadi dua dengan

masing-masing grup terdiri dari 25 subjek. Subjek dipilih secara random dan

dibagi kedalam kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.

C. Sampel

Sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah 50 bayi premature,

dengan kriteria:

1. Kriteria inklusi

Usia bayi 30-36 minggu

Usia postnatal 7-30 hari

Page 6: SEMINAR MATERNITAS klp 4 pkm Pakisaji.pdf

5

Tidak menggunakan sedative atau relaksan musculoskeletal

Tidak ada kelainan kongenital, kromosom atau neurologis

Tidak dalam operasi

Tidak ada masalah berat dari kelahiran

Tidak ada bukti kelas II atau perdarahan intraventrikular lebih tinggi

Parameter stabilitas psikologis anak

Tidak ada penyalahgunaan zat atau penggunaan narkoba penenang oleh

ibu.

2. Kriteria eksklusi

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah terjadinya kejang atau

ketidakstabilan gejala fisiologis pada bayi, dan keengganan orangtua untuk

terus berpartisipasi dalam penelitian ini.

D. Proses Penelitian

Pada penelitian yang dilakukan dalam jurnal, kelompok perlakuan akan

dimandikan dengan menggunakan metode swaddled bathing dan kelompok

kontrol akan dimandikan dengan mandi konvensional. Pada kelompok perlakuan,

Page 7: SEMINAR MATERNITAS klp 4 pkm Pakisaji.pdf

6

bayi akan ditampatkan fleksi, posisi tengah, masih terbungkus dengan handuk

yang lembut dan setelah dikeluarkan dari inkubator, mereka akan di masukkan

ke dalam bak mandi dengan air hangat. Bak mandi yang digunakan terbuat dari

plastik yang berstandar. Kedalaman dari air 10 cm. Kaki dari bayi diposisikan

bagian bawah, untuk membersihkan mata dan wajah digunakan air hangat dan

kapas yang berbentuk bola. Mata dibersihkan dari bagian dalam ke luar. Lengan

jUga dibersihkan menggunakan kapas dan hanya membuka satu ekstremitas

saja dalam satu waktu. Punggung bayi dibersihkan dengan posisi bedong tidak

terbuka, tetapi tangan perawat masuk ke dalam bedong untuk membersihkan

punggung bayidan yang terakhir adalah rambut bayi dibersihkan sebelum mandi

berakhir untuk mengurangi stres karena dingin. Untuk melengkapi mandi, baju

telah dibuka dan bayi berada di handuk.

Pada kelompok kontrol bayi dikeluarkan dari inkubator dan dibersihkan

secara konvensional dengan bagian masing-masing yang berbeda, kemudian

tubuh bayi dan kepalanya dibedong. Bayi dikembalikan dengan cepat ke dalam

tempat yang hangat. Untuk menjaga keakuratan hasil penelitian, perawat yang

terlibat adalah perawat profesional.

Mandi dilakukan satu jam setelah bayi minum susu dan bayi dalam

kondisi tenang dan stabil. Kondisi lingkungan saat memandikan digunakan

kondisi yang tenang. Baju yang digunakan oleh bayi selama penelitian juga

sama. Pada saat mulai mandi, suhu lingkungan 25o dan dilakukan oleh perawat

denganshift pagi. Suhu dari air antara 37-38o. Kehangatan dari air pada

kelompok kontrol dan perlakuan diperlakukan sama yaitu 36,5o.

Pada masing-masing kelompok, suhu bayi dihitung baik 10 menit

sebelum maupun sesudah mandi pada axila. Sedangkan untuk menghitung

lamanya tangisan bayi, digunakan kamera digital. Tangisan bayi dihitung selama

mandi dengan persentase yang akan digunakan adalah (total tangan/total waktu

mandi) x 100. Pada akhirnya, suhu tubuh berubah sebelum dan setelah mandi

serta persentase tangisan bayi pada kedua grup dibandingkan.

Data yang dikumpulkan termasuk data yang dikumpulkan dari hasil

rekaman tangisan bayi termasuk data karakteristik demografi dari subjek, suhu

Page 8: SEMINAR MATERNITAS klp 4 pkm Pakisaji.pdf

7

tubuh selama 10 menit sebelum dan setelah perlakuan. Karakteristik demografi

meliputi menit pertama dan kelima apgar skor, berat lahir, berat ketika mandi,

usia gestasional, usia postnatal dan usia ibu. Data demografi sebagian

didapatkan dari orangtua bayi.

Penelitian tentang rekaman tangisan bayi direkam dengan interval 10

detik, total waktu mandi, dan total persentase tangisan dari masing-masing bayi.

Metode ini mengkaji tingkah laku atau respon selama mandi. Penelitian ini

sebagai dasar untuk mendukung validitas dari tangisan bayi selama penelitian.

Untuk meningkatkan reliabilitas rekaman tangisan bayi, digunakan interater

reliabilitas. Setelah observasi video rekaman tangisan bayi dan merekam semua

waktu tangisan bayi, 20 rekomendasi video dipilih secara random dan

diinterpretasikan oleh orang yang tidak terlibat dalam penelitian.

Data dikumpulkan kemudian dianalisis SPSS versi 13. data yang

dilaporkan sebagai mean dan standar deviation (SD) untuk variabel kuantitatif

dengan menggunakan chi-square. Sedangkan kolmogorov-smirov digunakan

untuk konfirmasi distribusi normal dari variabel. Hasil dari penelitian diindikasikan

bahwa semua variabel adalah kuantitatif kecuali tangisan bayi selama mandi

menunjukkan distribusi normal. Untuk membandingkan mean variabel antara

kedua grup, digunakan independent t-test dan mann-whitney untuk tangisan

bayi. Selain itu, paired t-test digunakan untuk membandingkan suhu tubuh pada

masing-masing grup.

E. Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan diantara

kelompok perlakuan dan control terkait gender, cara persalinan, umur gestasi,

usia ibu, usia postnatal, berat badan lahir, berat badan saat dimandikan, dan

APGAR score. Hasil dari penelitian juga menunjukkan tidak ada perbedaan

signifikan dalam suhu tubuh 10 menit sebelum mandi antara 2 kelompok.

Dengan menggunakan paired T test diketahui bahwa pada kelompok perlakuan

tidak ada perbedaan signifikan pada suhu tubuh sebelum dan sesudah

dimandikan. Suhu tubuh 10 menit sebelum dimandikan rata rata 36,500C dan 10

Page 9: SEMINAR MATERNITAS klp 4 pkm Pakisaji.pdf

8

menit setelah dimandikan adalah 36,420C. Sedangkan di kelompok control,

terdapat perbedaan signifikan pada suhu tubuh sebelum dan sesudah

dimandikan dimana suhu tubuh 10 menit setelah dimandikan lebih rendah. Rata

rata suhu tubuh sebelum dimandikan pada kelompok control adalah 36,550C dan

setelah dimandikan adalah 35,960C. hilangnya panas tubuh pada kelompok

control lebih besar daripada kelompok perlakuan.

Sedangkan perbandingan durasi menangis di uji menggunakan mann-

whitney U test dan menunjukkan hasil bahwa durasi menangis pada kelompok

perlakuan lebih pendek daripada kelompok control.

F. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan efek dari metode swaddled

bathing dan konvensional pada suhu tubuh dan durasi menangis pada bayi

prematur . Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu tubuh setelah mandi pada

kelompok konvensional lebih rendah daripada kelompok swaddled bathing.

Perubahan suhu tubuh juga minimal dalam kelompok swaddled bathing

dibandingkan kelompok mandi konvensional . Hasil ini mendukung hipotesis

pertama penelitian. Oleh karena itu, swaddled bathing lebih efektif dalam

Page 10: SEMINAR MATERNITAS klp 4 pkm Pakisaji.pdf

9

menjaga suhu tubuh dan mencegah kehilangan panas pada bayi prematur

dibandingkan dengan mandi konvensional. Satu keuntungan lain untuk metode

ini adalah mampu meminimalkan penurunan suhu pada neonatus. Namun, tidak

ada penelitian yang ditemukan dalam literatur Iran maupun internasional

mengenai efek swaddled bathing pada suhu tubuh pada bayi baru lahir prematur.

Hasil penelitian ini konsisten dengan studi lain tentang pengaruh bak mandi pada

suhu tubuh bayi. Misalnya, Bryanton et al. (2004), membandingkan efek dari bak

mandi dan spons pada perubahan suhu tubuh pada bayi dan hasilnya

menunjukkan bahwa kehilangan panas bayi dalam bak mandi lebih rendah

daripada spons ( P< 0,001 ). Selain itu , Loring et al., (2012), dalam penelitian

mereka pada membandingkan suhu tubuh bayi prematur sebelum dan sesudah

bak dan spons mandi, melaporkan bahwa bayi prematur pada kelompok mandi

bak menunjukkan perubahan suhu secara signifikan lebih rendah daripada

mereka dalam kelompok spons mandi ( P = 0,02 ).

Mengingat bahwa kehilangan panas tubuh terjadi sebagai akibat dari

penguapan, konduksi, dan proses radiasi, dapat disimpulkan bahwa metode

swaddled bathingefektif dalam mengurangi kehilangan panas tubuh. Selain itu,

bayi yang baru lahir tampaknya lebih terkena aliran udara dalam metode mandi

konvensional yang digunakan di sebagian besar NICU dan faktor ini sangat

mungkin memiliki dampak yang besar pada bayi kehilangan panas setelah

mandi. Dalam metode swaddled bathing, melindungi dan merendam bayi baru

lahir dapat mengurangi kehilangan panas melalui radiasi, konduksi dan

evaporasi.

Temuan lain dari penelitian ini menunjukkan bahwa waktu menangis

selama mandi secara signifikan lebih rendah pada bayi baru lahir pada kelompok

swaddled bathing dibandingkan pada kelompok mandi konvensional. Hasil ini

mendukung hipotesis kedua penelitian ini. Keuntungan dari metode ini mandi

dinyatakan oleh Fern et al., (2002), yaitu penurunan durasi menangis dan agitasi

pada bayi baru lahir. Tidak ada studi yang ditemukan dalam literatur Iran maupun

internasional mengenai efek swaddled bathing terhadap durasi menangis pada

bayi baru lahir prematur. Namun, Liaw et al., (2010) dalam penelitian mereka

Page 11: SEMINAR MATERNITAS klp 4 pkm Pakisaji.pdf

10

bertujuan untuk mengetahui pengaruh perilaku perawat pada bayi prematur

perilaku selama mandi melaporkan bahwa perilaku pemberian perawatan yang

lebih mendukung selama mandi (perilaku terutama seperti dukungan posisi dan

penahanan) menunjukkan dapat mengurangi stres dan perilaku self-regulatory.

Teknik Mandi bervariasi antara NICU, tetapi seperti yang disebutkan

sebelumnya mandi dianggap sebagai pengalaman stres untuk bayi. Sebuah

studi oleh Peters (1998), menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam

perilaku stres dalam mandi dengan spons. Selanjutnya, dalam sebuah studi oleh

Liaw et al., (2006), yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh bak mandi

terhadap stres pada bayi prematur, didapatkan kesimpulan bahwa bak mandi

dapat meningkatkan perilaku yang terkait dengan stres seperti menangis dan

agitasi pada bayi prematur (P < 0,001). Studi menunjukkan bahwa swaddled

bathing dapat membantu mengurangi rasa sakit pada bayi baru lahir dan efektif

dalam menurunkan stres pada mereka. Memberikan pertahanan untuk bayi yang

baru lahir selama proses mandi, dapat mengurangi stres. Dalam metode

swaddled bathing, mensimulasikan lingkungan rahim dan aman serta

mempromosikan pengalaman mandi yang tenang dan bebas stres untuk bayi

yang baru lahir.

Keterbatasan penelitian ini meliputi berikut ini: karena banyak kriteria

inklusi, sedikit peserta yang termasuk dalam penelitian ini dan tidak dapat

mengakses lebih banyak sampel dalam waktu yang terbatas. Oleh karena itu

disarankan untuk melakukan penelitian ini pada sejumlah sampel yang lebih

besar. Meskipun bayi baru lahir hanya difilmkanclose-up untuk mencatat waktu

menangis selama mandi dan pengamat tetap kurang informasi tentang tujuan

dan jenis intervensi, namun kemungkinan tanpa sadar pengamat mungkin telah

sadar akan metode yang digunakan dan tujuan penelitian. Satu saran untuk

mengurangi bias potensial ini dalam studi masa depan adalah untuk mencatat

waktu bayi menangis selama mandi melalui penggunaan alat perekam suara.

Kehadiran rangsangan lingkungan yang tidak diinginkan adalah keterbatasan

lain penelitian ini. Karena rangsangan lingkungan dapat mempengaruhi perilaku

bayi, upaya yang dilakukan selama penelitian untuk memiliki mandi dilakukan di

Page 12: SEMINAR MATERNITAS klp 4 pkm Pakisaji.pdf

11

lingkungan yang tenang dan stimulus bebas. Namun, itu tidak mungkin untuk

sepenuhnya mengendalikan semua rangsangan lingkungan di lingkungan NICU.

Karena setiap bayi yang baru lahir adalah unik, respon perilaku yang disebabkan

oleh stres bervariasi antara bayi. Oleh karena itu, ini agak dapat mempengaruhi

hasil penelitian.

G. Kesimpulan

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa metode swaddled bathing

dapat membantu untuk menjaga suhu tubuh dan mengurangi stres pada bayi

prematur selama mandi.

H. Kekurangan dan Kelebihan Jurnal

1. Kekurangan

- Belum ada literatur (yang berasal dari Iran atau literatur internasional)

yang membahas tentang efek swaddle bathing pada suhu tubuh bayi baru

lahir dengan prematur.

- Belum ada literatur (yang berasal dari Iran atau literatur internasional)

yang membahas tentang efek swaddle bathing pada durasi menangis bayi

baru lahir dengan prematur.

- Dalam jurnal ini tidak dibahas mengapa dengan swaddle bathing dapat

mengurangi kemungkinan perubahan suhu tubuh dan dapat mengurangi

durasi menangis bada bayi baru lahir dengan prematuritas.

- Dalam jurnal ini juga belum dibahas apakah metode swaddled bathing ini

hanya dapat digunakan pada bayi prematur saja ataukah dapat digunakan

bada bayi baru lahir aterm maupun post-term baik secara pervaginam

ataukah SC

2. Kelebihan jurnal ini adalah:

- Merupakan jurnal keluaran terbaru tahun 2014

- Sumber yang dipakai berasal dari 10 tahun terakhir

- Di dalam jurnal memaparkan teknik swaddled bathing dan metode

konvensional dengan rinci.

Page 13: SEMINAR MATERNITAS klp 4 pkm Pakisaji.pdf

12

- Kelompok sampel mencakup bayi prematur per vaginam dan saecar

sehingga bisa diterapkan di masyarakat oleh bidan

I. Pembahasan perbandingan dengan jurnal yang lain

No

.

Penulis Tahun Judul Negara Isi

1 Tulay

Ayyildiz,

Hulya

Kulakci,

Ferruh

Niyazi

Ayoglu,

Nihal

Kalinci, dan

Funda

Veren

2015 The Effects of

Two Bathing

Methods on the

Time of

Separation of

Umbilical Cord in

Term Babies in

Turkey

Turkey - Pada jurnal ini

penulis

membandingkan

pengaruh sponge

bathing dan tub

bathing terhadap

lama pelepasan

umbilical cord.

- Umbilical cord

lebih cepat lepas

dengan

menggunakan

sponge bathing

- Umbilical cord

yang basah

selama tub

bathing

menyebabkan

umbilical cord

lebih lama lepas,

sehingga sponge

bathing lebih

direkomendasika

n pada bayi baru

lahir

Page 14: SEMINAR MATERNITAS klp 4 pkm Pakisaji.pdf

13

2 Loring C,

Gregory K,

Gargan B,

LeBlanc V,

Lundgren D,

Reilly J, et al

2012 Tub Bathing

Improves

Thermoregulation

of the Late

Preterm Infants

Amerika

Serikat

Bayi yang

dimandikan

dengan tub bathing

kurang signifikan

terhadap

variabilitas suhu

tubuh dan secara

keseluruhan lebih

hangat 10 menit

dan 30 menit

setelah mandi

dibandingkan

dengan bayi yang

dimandikan

dengan sponge

bathing.

3 Kerry Hall

RSCN, BS

2008 Practising

developmentally

supportive

care during infant

bathing: reducing

stress through

swaddle bathing

Inggris - Sponge bathing

untuk bayi

prematur

beresiko

menghilangkan

panas tubuh

- Teknik swaddle

bathing

menunjukkan

hasil

mengurangi

perilaku stres

yang terjadi

seperti

menangis,

Page 15: SEMINAR MATERNITAS klp 4 pkm Pakisaji.pdf

14

cegukan dan

rewel dan

menjaga suhu

tubuh

4 Maria Luzia

Chollopetz

da Cunha,

RN, PhD

Renato S.

Procianoy,

MD, PhD

2005 Effect of Bathing

on Skin Flora of

Preterm

Newborns

Brazil Memandikan bayi

hanya dengan air

atau air ditambah

sabun mempunyai

efek yang sama

pada kolonisasi

bakteri di bayi

preterm.

Semuanya efektif

untuk mengurangi

kolonisasi bakteri

gram positif dan

negative

5 Bryanton J,

Walsh D,

Barrett M,

Gaudet D

2004 Tub bathing

versus traditional

sponge bathing

for the newborn

Canada Kehilangan suhu

tubuh lebih sedikit

pada Bayi yang

dimandikan

dengan metode tub

bathing

dibandingkan

metode sponge

bathing

J. Penerapan di Indonesia

Di Indonesia penerapan memandikan bayi premature menurut Ikatan

Dokter Anak Indonesia sedikit berbeda dengan penelitian dalam jurnal ini, di

Indonesia cara memandikan bayi premature yaitu dengan buka baju bayi secara

Page 16: SEMINAR MATERNITAS klp 4 pkm Pakisaji.pdf

15

perlahan dengan memantau keadaan bayi, setelah semua baju terlepas

hangatkan bayi dengan menyelimutinya/membedong secara longgar. Celupkan /

ceburkan bayi secara perlahan ke dalam bak mandi dengan memegang kepala-

bahu dan ke dua kaki bersama selimut atau bedongnya. Jaga kepala berada di

atas air dengan memegang dasar kepala dan bahu sedangkan badan serta kaki

terendam di air. Gunakan tempat duduk khusus untuk bak mandi ataupun alas

anti licin. Buka dan angkat selimut atau bedong dari dalam air. Bersihkan wajah

tanpa sabun, bersihkan masing-masing mata dengan kapas yang berbeda dan

telah dicelup di air bersih dengan gerakan arah dalam ke luar (Roesiani, 2014).

Sedangkan dalam jurnal ini, saat memandikan bayi bedongnya tidak dilepaskan

semuanya tetapi hanya seperlunya saja. Setelah prosedur memandikan bayi

selesai, baru bedong/kain tersebut dilepas, bayi segera diangkat dari air, lalu

segera menutupi tubuh bayi dengan handuk sampai dengan kepala.

Cara Memandikan Bayi Prematur menurut IDAI:

1. Siapkan perlengkapan mandi di dekat bak mandi dan ajak ayah atau anggota

keluarga lain untuk menolong.

Page 17: SEMINAR MATERNITAS klp 4 pkm Pakisaji.pdf

16

2. Jaga suhu ruangan tidak terlalu dingin maupun hangat (suhu ruangan 24-270 C),

tutup jendela dan sebaiknya tidak ramai/berisik dan ajak bicara bayi dengan

suara lemah lembut mengenai langkah-langkah yang akan dilalui seperti

membuka baju, menyelupkan badan dan lain-lain.

3. Siapkan air hangat, periksa dengan siku ibu sebaiknya air tidak terasa panas

ataupun dingin. Beberapa kepustakaan menganjurkan temperatur air mandi

menyerupai suhu tubuh bayi (98,60 F) yaitu berkisar antara 99-1000 F (37,2-

37,70C), bila menggunakan termometer untuk air.

4. Buka baju bayi secara perlahan dengan memantau keadaan bayi, bila bayi

merasa tidak nyaman mereka akan menguap, mengangkat tangan disertai

membuka jari-jarinya, dan menangis. Sebaiknya kita menghentikan tindakan

tersebut dan menunggu hingga bayi kembali ke posisi semula. Setelah semua

baju terlepas hangatkan bayi dengan menyelimutinya/membedong secara

longgar.

5. Celupkan / ceburkan bayi secara perlahan ke dalam bak mandi dengan

memegang kepala-bahu dan ke dua kaki bersama selimut atau bedongnya. Jaga

kepala berada di atas air dengan memegang dasar kepala dan bahu sedangkan

badan serta kaki terendam di air. Gunakan tempat duduk khusus untuk bak

mandi ataupun alas anti licin. Perhatikan apakah bayi menunjukkan tanda tidak

nyaman seperti di atas.

6. Buka dan angkat selimut atau bedong dari dalam air. Bersihkan wajah tanpa

sabun, bersihkan masing-masing mata dengan kapas yang berbeda dan telah

dicelup di air bersih dengan gerakan arah dalam ke luar.

7. Sabuni bayi dari bagian atas tubuh ke arah bawah, perhatikan daerah lipatan

seperti leher, siku, lutut, dan lain-lain.

8. Bilas dengan air bersih, angkat bayi dalam perlekatan kulit dan segera keringkan

menggunakan handuk yang telah dihangatkan, kembali perhatikan daerah

lipatan. Jangan lupa mengeringkan telinga dengan menggunakan handuk yang

sama atau handuk kering lainnya.

Page 18: SEMINAR MATERNITAS klp 4 pkm Pakisaji.pdf

17

9. Bila bayi teraba dingin dapat dihangatkan dengan meletakannya di dada ibu dan

dilakukan perlekatan antara kulit ibu dan bayi dengan Perawatan Metode

Kanguru (PMK). Bayi diselimuti dan menggunakan topi.

10. Perawatan Metode KanguruBayi dipakaikan baju kembali dan sebaiknya tidak

menggunakan lotion, minyak, ataupun bedak.

11. Mandikan bayi prematur anda tiap 2-4 hari sekali, dapat lebih sering bila bayi

kerap gumoh, muntah atau terkena kotorannya. Kulit bayi prematur mudah

kering bila dimandikan terlalu sering. Seka wajah bayi dan lipatan leher setiap

hari.

12. Waktu yang tepat untuk memandikan bayi premature

Mandikan bayi 30 menit sebelum minum berikutnya untuk mencegah kembung

atau gangguan perut atau stomach upset. Setelah mandi bayi akan minum lahap

dan tidur lelap.

Dari segi penerapan, jurnal ini dapat diterapkan di Indonesia, sebab dalam jurnal

tersebut menjelaskan bahwa keuntungan dengan menggunakan teknik swaddled

bathing pada bayi prematur dapat menurunkan intensitas menangis bayi prematur saat

dimandikan dan lebih mampu menjaga kestabilan suhu tubuh bayi saat dimandikan,

walaupun tidak didapatkan perbedaan yang signifikan antara teknik memandikan

dengan bedong dan teknik memandikan konensional.

Namun dalam penerapan teknik swaddled bathing juga memiliki beberapa

kendala yaitu cara memandikan bayi yang cukup rumit karena harus dilakukan tanpa

membuka bedong yang dipakai bayi saat memandikan bayi juga kurangnya

pemahaman ibu mengenai langkah- langkah yang harus diterapkan dalam teknik

swaddled bathing salah satunya seperti menggunakan kapas bulat untuk membasuh

Page 19: SEMINAR MATERNITAS klp 4 pkm Pakisaji.pdf

18

mata bayi dimana selama ini tidak pernah dilakukan dalam memandikan bayi di

Indonesia, sehingga dalam aplikasinya mungkin perlu dilakukan sosialisasi secara

intenif terlebih dahulu kepada ibu-ibu yang memiliki bayi prematur.

Page 20: SEMINAR MATERNITAS klp 4 pkm Pakisaji.pdf

19

DAFTAR PUSTAKA

Ayyildiz, et al,. 2015. The Effects of Two Bathing Methods on the Time of Separation of

Umbilical Cord in Term Babies in Turkey. doi:10.5812/ircmj.19503, 17(1):

e19053.

Bryanton J., Walsh D., Barrett M., Gaudet D.2004. Tub bathing versus traditional

sponge bathing for the newborn. JOGNN; 33(6): 704-12.

Depkes RI. 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Depkes RI.

Edraki M, Maryam P, Sedigheh M, Mostajab RN, Zohre M. 2014. Comparing the effects

of swaddled and conventional bathing methods on body temperature and

crying duration in premature infants: A randomized clinical trial. Journal of

Caring Sciences. 3(2). 83-9.

Fern D, Graves C, L'Huillier M. Swaddled bathing in the newborn intensive care unit.

Newborn Infant Nurs Rev 2002; 2(1): 3-4.

Hall, Kerry. 2008. Practising developmentally supportive care during infant bathing:

reducing stress through swaddle bathing. Infant Journal; 4(6): 198-201.

Liaw JJ, Yang L, Chou HL, Yang MH, Chao SC. Relationships between nurse

care‐giving behaviours and preterm infant responses during bathing: a

preliminary study. J Clin Nurs 2010; 19(1‐2): 89-99.

Liaw JJ, Yang L, Yuh YS, Yin T. Effects of tub bathing procedures on preterm infants'

behavior. J Nurs Res 2006; 14(4): 297-305.

Loring C, Gregory K, Gargan B, LeBlanc V, Lundgren D, Reilly J, et al. 2012.Tub

bathing improves thermoregulation of the late preterm infant. J Obstet

Gynecol Neonatal Nurs. 41(2): 171-9.

Luzia, Maria. 2005. Effect of Bathing on Skin Flora of Preterm Newborns. Journal of

Perinatology (2005) 25, 375–379.

Manuaba, I.B.G. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.

Montirosso R, Del Prete A, Bellù R, Tronick E, Borgatti R. 2012.Level of NICU quality of

developmental care and neurobehavioral performance in very preterm

infants. Pediatrics. 129(5): 1129-37.

Page 21: SEMINAR MATERNITAS klp 4 pkm Pakisaji.pdf

20

Peters KL. Bathing premature infants: physiological and behavioral consequences. Am

J Crit Care 1998; 7(2): 90-100.

Roesiani, Rosalina Dewi. 2014. Memandikan Bayi Prematur di Rumah. Ikatan Dokter

Anak Indonesia. http://idai.or.id/public-articles/klinik/pengasuhan-anak/

memandikan-bayi-prematur-di-rumah.html Diakses tanggal 18 Juli 2015 Jam

20.00 WIB

Sastrawinata, Sulaiman. 2005. Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obstetric Patologi Ed 2.

Jakarta : EGC.

Waldron S, MacKinnon R. 2007. Neonatal thermoregulation. Infant. 3(3):101-4.

WHO. 2012. The global action report on preterm birth. Geneva. http://www.who.int/pm

nch/media/news/201 2/preterm_birth_report/en. Diakses tanggal 17 Juli

2015.