sejarah penanggalan hijriah -...
TRANSCRIPT
SEJARAH PENANGGALAN HIJRIAH
Revisi Makalah
Disusun guna memenuhi tugas
“Sejarah Perkembangan Ilmu Falak”
Dosen Pengampu :
1. Dr. Mahsun, M.Ag
2. Dr. H. Akhmad Arif Junaidi, M.Ag
Oleh:
Li’izza Diana Manzil
NIM. 1600028006
MAGISTER ILMU FALAK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2016
1
A. Pendahuluan
Bagi umat Islam sistem pengorganisasian waktu merupakan sebah
kebutuhan yang sangat mendasar, salah satu alasannya karena ibadah dalam
Islam sangat terkait erat dengan waktu, sehingga dalam Islam ada yang disebut
ibadah muwaqqat.1 Sistem penggorganisasian waktu yang dipakai oleh umat
Islam adalah penanggalan Hijriah.
Penanggalan atau Kalender Hijriah yang dipakai umat Islam hingga
saat ini ditetapkan pada masa kekhalifaan Umar bin Khattab, 17 tahun setelah
hijrahnya Rasulullah SAW. Keputusan ini muncul setelah dijumpai kesulitan
mengidentifikasi dokumen yang tak bertahun. Hijrah Rasulullah akhirnya
sepakat dipilih dari sekian usulan alternatif acuan tahun Islam, karena saat
itulah titik awal membangun masyarakat Islami.2
Proses perkembangan sistem penanggalan Hijriah ini sudah pernah
diterapkan di zaman Rasulullah namun dengan sistem yang berbeda, oleh
karena itu, makalah ini selanjutnya akan memaparkan mengenai sejarah
penanggalan Hijriah mulai pra Islam hingga berkembang sampai di Indonesia.
B. Pengertian Kalender Hijriah
Kalender Hijriah berasal dari dua kata yaitu kalender dan hijriah.
istilah kalender berasal dari bahasa Inggris modern calendar, dari bahasa
Inggris pertengahan berasal dari bahasa Perancis lama calendier yang asal
mulanya dari bahasa Latin kalendarium yang artinya buku catatan pemberi
pinjaman uang. Dalam bahasa latinnya kalendarium berasal dari kata kalendae
atau calendae yang artinya hari permulaan suatu bulan.3
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kalender memiliki makna
yang sama dengan penanggalan, almanak, takwin dan tarikh.4 Menurut Ruswa
Darsono dalam bukunya Penanggalan Islam menjelaskan bahwa kalender
merupakan sistem pengorganisasian satuan-satuan waktu yang dengannya
1 Muh. Hadi Bashori, Penanggalan Islam, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2013, h.123.
2 T. Djamaluddin, Menggagas Fiqih Astronomi, Bnadung: Kaki Langit, 2005, h.121.
3 Ruswa Darsono, Penanggalan Islam: Tinjauan Sistem, Fiqih dan Hisab Penanggalan,
Yogyakarta: LABDA Press, 2010, h.27. 4 Muh. Nashirudin, Kalender Hijriah Universal, Semarang: el-Wafa, 2013, h.23.
2
permulaan, panjang dan pemecahan bagian tahun ditetapkan yang bertujuan
menghitung waktu melewati jangka yang panjang.5
Istilah Hijriah berasal dari bahasa arab 6
هجرا-يجهر -هجر yang artinya
pindah ke negeri lain atau hijrah, karena penamaan hijriah mengacu pada
perhitungan tahun pertama yang dimulai sejak peristiwa hijrahnya Nabi dari
Makkah ke Madinah.7 Sebagaimana yang dikutip oleh Susiknan Azhari dalam
Leksikon Islam bahwa kalender Hijriah adalah penanggalan Islam yang
dimulai dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad saw.8 Dalam bahasa Inggris
hijrah ditulis Hegira atau Hejira dengan kata sifatnya Hejric, sehingga dalam
bahasa Inggris kalender Hijriah disebut Hejric Calender.9
Kalender Hijriah disebut juga kalender Islam atau kalender Kamariah
atau lunar calendar yang berdasarkan pada perjalanan Bulan selama
mengorbit (berevolusi terhadap Bumi). Kalender Islam adalah kalender murni
lunar calendar yang mengikuti siklus fase Bulan tanpa ada keterikatan dengan
tahun tropis. Itulah sebabnya, jumlah hari dalam kalender Islam secara
sistematis bergeser (lebih pedek sekitar 11,53 hari per tahun) dari pada
kalender Gregorian.10
Dari sini dapat disimpulkan bahwa kalender Hijriah adalah kalender
Islam yang di mulai dari peristiwa hijrah Nabi dan berdasarkan pada sistem
peredaran Bulan sebagai penentuan awal bulan.
C. Sejarah Kalender Hijriah
1. Sejarah Kalender Hijriah Pra Islam
Kalender hijriah atau kalender Islam ditentukan berdasarkan peredaran
Bulan, oleh karena itu kalender ini disebut juga sebagai kalender Kamariah
(bulan).
Kalender bulan merupakan kalender yang pertama kali dikenal dalam
peradaban manusia sebelum masuknya Islam. Sebagaimana ungkapan
5 Ruswa Darsono, Penanggalan Islam..... h.28.
6 Ahmad Warson Munawwir, Al Munawwir Kamus Arab-Indonesia, Surabaya: Penerbit
Pusataka Progressif, cet-14, 1997, h.1489. 7 T. Djamaluddin, Menggagas Fiqih...... h.74.
8 Susiknan Azhari, Kalender Islam ke Arah Integrasi Muhammadiyah-NU, Yogyakarta:
Museum Astronomi Islam, 2012, h.27. 9 Ruswa Darsono, Penanggalan Islam..... h.70.
10 Tono Saksono, Mengkompromikan Rukyat dan Hisab, Jakarta: Amythas Publicita, 2007,
h.48.
3
Moh. Ilyas yang dikutip oleh Moh. Nashirudin dalam Kalender Hijriah
Universal menyatakan bahwa:
“proses mengawasi perjalanan masa dan waktu boleh dikatakan hampir
sama bayanya dengan tamadun manusia. Sungguhpun pada hari ini kita
menggunakan Matahari untuk menentukan waktu, telah dilakukan
terlebih dahulu. Sebab asas yang mempengaruhi pemilihan utnuk
menggunakan Bulan sebagai penentuan dalam kalender adalah karena
kekuatan dan keunggulan Bulan dari kacamata astronomi berbanding
dengan Matahari. Di samping itu, penggunaan Bulan dalam penentuan
masa dan waktu lebih mudah. Dan tidak memerlukan sembarang
bantuan untuk mendapatkan ketepatan sistem pusingnya.
Oleh karena itu, tidak heranlah mengapa tamadun awal manusia
bermula dengan kalender qamari. Orang Babylon, Yunani Yahudi dan
Mesir dalam zon Timur Tengah; Aztec dan Inca dalam zon Barat;
China dan Hindu dalam zon Timur menggunakan sistem ini. Haampir
semua tamadun awal bermula dengan sistem qamari tetapi akhirnya
memerlukannya kepada sistem qamari-suria...”.11
Dahulu sebelum masuknya agama Islam, masyarakat Arab belum
mengenal kalender Hijriah atau kalender bulan, pada saat itu kalender
yang digunakan masyarakat Arab adalah kalender lunisolar. Dalam The
Shorter Encyclopedia of Islam disebutkan bahwa kalender Arab pra Islam,
sebagaimana kalender Yahudi, dimulai pada musim gugur.12
Kalender lunisolar pra Islam memiliki 12 bulan yang tiap bulannya
berjumlah 29 atau 30 hari, sehingga jumlah hari dalam satu tahun kalender
adalah 354 hari. Untuk menyesuaikan jumlah hari yang didasarkan pada
perputaran Bulan mengelilingi Bumi (lunar month) dengan jumlah hari
dalam tahun Matahari mencapai sekitar 11,53 hari setiap tahunnya,
dibuatlah bulan sisipan (intercalary month) sebagai bulan ke-13 yang
dalan al-Quran disebut dengan an-nasi’. Kurang begitu jelas apakah Nasi
ini disisipkan pada musim semi (spring) seperti kalender yahudi atau pada
musim gugur (autumn), namun diduga kuat sisipan ini dilakukan antara
bulan ke-12 (bulan haji bagi masyarakat pagan Arab sebelum Islam) dan
bulan pertama (Muharam). Dua bulan ini dikenal sebagai musim hujan di
Makkah yang sebetulnya sedang musim gugur. Ini menimbulkan dugaan
11
Moh. Nashirudin, Kalender Hijriah..... h.33. 12
Moh. Nashirudin, Ibid, h.60.
4
bahwa tahun lunisolar pada masa pra-Islam diawali pada sekitar autum
equinox. Namun pada menjelang meninggalnya, atas perintah Allah, Nabi
Muhammad kemudian melarang bulan sisipan ini yang menimbulkan
dugaan bahwa tahun lunisolar pra-Islam itu dimulai berdekatan dengan
vernal equinox karena ini merupakan dimulainya tahun Kamariah modern
(era Islam) yaitu pada tahun terakhir sebelum beliau meninggal.13
Bulan sisipan inilah yang kemudian dijadikan oleh Arab pra Islam
sebagai alat untuk mempermainkan bulan Muharam yang dilarang untuk
melakukan peperangan. Jika mereka menginginkan peperangan, maka
bulan Muharam akan dirubah menjadi Safar sehingga tidak lagi
menjadikan bulan tersebut sebagai bulan yang dilarang untuk berperang.14
Selain itu biasanya bulan ke-13 ini digunakan sebagai upacara pesta yang
dibarengi dengan upacara penyembahan berhala dan pesta mabuk-
mabukan. Maka atas perintah Allah, Nabi Muhammad kemudian
menghilangkan bulan ke-13 ini.15
Sekilas nama-nama bulan pada kalender pra Islam dengan kalender
Islam saat ini sama, bahkan nama-namanya mirip dengan pembagian bulan
dalam zaman kuno yang dihitung berdasarkan pada tahun Matahari,16
diantaranya adalah:
a. Muharam (bulan yang disucikan)
b. Safar (bulan yang dikosongkan)
c. Rabiul Awal (musim semi pertama)
d. Rabiul Akhir (musim semi kedua)
e. Jumadil Ula (musim kering pertama)
f. Jumadil Akhir (musim kerimg kedua)
g. Rajab (bulan pujian)
h. Syakban (bulan pembagian)
i. Ramadhan (bulan yang sangat panas)
j. Syawal (bulan berburu)
k. Zulkaidah (bulan istirahat)17
13
Tono Saksono, Mengkompromikan Rukyat dan Hisab..... h.61. 14
Moh. Nashirudin, Kalender Hijriah..... h.61. 15
Tono Saksono, Mengkompromikan Rukyat..... h.61. 16
Maskufa, Ilmu Falaq, Jakarta: Gaung Persada, 2009, h.190. 17
A. Kadir, Formula Baru Ilmu Falak, Jakarta: Amzah, 2012, h.133.
5
2. Sejarah Penanggalan Hijriah setelah masuknya Islam
Sebagaimana telah dijelaskan diatas, dahulu masa pra-Islam jumlah
bulan dalam satu tahun ada 13 bulan, dan di bulan ke-13 ini terjadi banyak
penyimpangan, Islam kemudian datang melalui Rasulullah saw dan
berupaya untuk meluruskan tradisi menyimpang melalui firman Allah
dalam Surat at-Taubah ayat 36, yatiu:
ة ٱلشهور عند ٱلله ٱث ت خلق م ٱلله يو كتب ف راعشر شه ناإن عد و ٱلسم
لك حرم أرب عة ها من ر وٱل ين ٱل ذ فيهن لموا فل تظ ق يم ٱلد
وقتلوا أنفسكم ٱل تلونكم فة كا شرك أن ٱلله ا لمو ٱعو فة كاكما ي ق
مع ٱل تق
Artinya: Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas
bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit
dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan)
agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu
dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu
semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya,
dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang
bertakwa.18
Tokoh penggagas kalender Hijriah adalah khalifah Umar Ibn al-
Khattab.19
Sebenarnya perhitungan tahun Hijriah pernah digunakan oleh
Rasulullah SAW ketika beliau menulis surat kepada kaum Nasrani Bani
Najran, di sana tertulis tahun ke-5 Hijriah. Namun penamaan tahun bagi
bangsa Arab sering berkaitan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi
ketika itu, seperti tahun Gajah karena pada tahun kelahiran Nabi terjadi
penyerangan pasukan yang menaiki gajah ke Kakbah. Tahun Izin karena
18
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, Bandung: PT. Sigma Iksamedia,
2009, h.192. 19
Susiknan Azhari, Kalender Islam..... 2012, h.47.
6
diizinkannya hijrah ke Madinah, tahun Amar yang berkenaan dengan
diperintahkannya membela diri dengan menggunakan senjata dan tahun
Zilzal adalah tahun terjadinya gonjnag-ganjing pada tahun ke-4 Hijriah.20
Penanggalan hijriah ini dimulai sejak tanggungjawab kepemimpinan
umat Islam berada di tangan Umar bin Khattab yakni 2,5 tahun diangkat
sebagai khalifah kepemimpinan khalifah Abu Bakar as-Shiddiq.21
Pada suatu saat terdapat persoalan yang menyangkut sebuah dokumen
pengangkatan Abu Musa al-Asy’ari sebagai gubernur di Basrah yang
terjadi pada bulan Syakban. Muncul pertanyaan bulan Syakban yang
mana?.22
Selain itu, ketika Abu Musa al-Asy’ari menjadi gubernur, ia
menerima surat dari khalifah Umar bin Khattab yang tanpa ada nomor
bilangan tahunnya. Dan itu sering terjadi setiap khalifah Umar mengirim
surat hanya ada tanggal dan bulan saja tanpa ada bilangan tahun.
Sementara itu sebuah surat yang tanpa ada catatan tahunnya akan
bermasalah dan menjadi persoalan serius jika diarsipkan ke dalam
administrasi kenegaraan.23
Oleh sebab itu, Umar bin Khattab memanggil
beberapa orang sahabat terkemuka guna membahas persoalan tersebut.
Agar persoalan semacam itu tidak terulang lagi maka khalifah Umar bin
Khattab bermusyawarah dengan para stafnya untuk menyusun sebuah
penanggalan Islam. Semua sahabat sepakat bahwa sistem kalender yang
dipakai adalah sistem lunar sesuai dengan petunjuk Rasulullah.24
maka
diciptakanlah penanggalan Hijriah yang dihitung mulai tahun yang
didalamnya terjadi hijrah Nabi Muhammad saw dari Makkah ke Madinah.
Dengan demikian penanggalan hijriah itu diberlakukan mundur sebanyak
17 tahun.25
Sebenarnya pada saat musyawarah berkembang beragam pendapat
tentang permulaan kalender Islam ini, yaitu:
1. Ada yang berpendapat sebaiknya permulaan kalender Islam adalah
tahun kelahiran Rasulullah saw
20
Sofyan Jannah, Kalender Hijriah dan Masehi 150 Tahun, Yogyakarta: UII Press, 1994, h.2. 21
Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, Yogyakarta: Buana Pustaka, 2008,
h.110. 22
Muhyiddin Khazin, Ibid. 23
E. Dermawan Abdullah, Jam Hijriah, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2011, h.70-71. 24
Sofia Hardani, Dasar-dasar Ilmu Falak, Pekanbaru: Suska Prress, 2010, h.136. 25
Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak..... h.110.
7
2. Ada yang berpendapat sebaiknya permulaannya dimulai sejak Nabi
Muhammad diangkat menjadi Rasul
3. Ada yang berpendapat lain sebaiknya dimulai dari peristiwa isra’
mi’raj
4. Ada yang berpendapat sebaiknya dimulai dari wafat Rasulullah saw
5. Ali bin Abi Thalib berpendapat bahwa sebaiknya permulaan kalender
Islam dimulai dari hijrah Nabi dari Makkah ke Madinah.26
Peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad beserta para pengikutnya dari
Makkah ke Madinah yang dipilih sebagai titik awal perhitungan tahun,
karena peristiwa tersebut merupakan peristiwa besar dalam sejarah awal
perkembangan Islam. Peristiwa hijrah adalah pengorbanan besar pertama
yang dilakukan Nabi dan umatnya untuk keyakinan Islam, terutama dalam
masa awal perkembangan.27
Kemudian perbedaan pendapat terjadi lagi dalam menentukan bulan
pertama pada penanggalan Hijriah beserta urutannya dalam siklus satu
tahun, pendapat-pendapat tersebut antara lain:
1. Bulan pertama adalah bulan Ramadan, karena bulan ini adalah bulan
yang dimuliakan oleh segenap umat Islam di seluruh dunia, selain itu
Ramadan juga merupakan bulan diturunkannya al-Quran.
2. Awal bulan Islam hendaknya dimulai dari Rabiul Awal sesuai dengan
waktu pertama Rasulullah Saw hijrah dari Makkah ke Madinah yang
mana bertepatan juga dengan bulan kelahiran Rasulullah Saw.
3. Pendapat lain menyatakan bahwa sebaiknya bulan Muharam yang
dijadikan sebagai awal bulan Islam, karena setelah Ramadan adalah
Syawal, Zulkaidah dan Zulhijjah, sedangkan sejak Syawal sudah
termasuk Asharul Haji. Musim haji adalah puncak kesibukan di tanah
haram (Makkah) untuk menerima dan menghormati tamu-tamu Allah
dari seluruh penjuru dunia yang melaksanakan ibadah haji sejak
Syawal hingga pertengahan Zulhijjah. Sejak pertengahan Zulhijjah
tamu-tamu Allah meninggalkan tanah haram. Dengan demikian dapat
diselesaikan pembukuan dan administrasi negara sampai akhir bulan
Zulhijjah, setelah itu memasuki lembaran baru pada bulan berikutnya
26 Susiknan Azhari, Kalender Islam..... h.48.
27 Slamet Hambali, Almanak Sepanjang..... h.59.
8
yaitu bulan Muharam. Sedangkan bulan Rabiul Awal dan bulan
sebelumnya (Safar) adaah bulan sepi, tidak ada kegiatan rutin.28
Sementara itu para penulis Eropa menyebut kalender Hijriah sebagai
kalender Aritmatik atau kalender tabular. Sistem kalender Hijriah ini
masih sederhana karena untuk keperluan administrasi semata, belum
mempertimbangkan posisi hilal kaitannya dengan ritual keagamaan.29
Tanggal 1 Muharam tahun 1 Hijriah ada yang berpendapat jatuh pada
hari Kamis tanggal 15 Juli 622 M. Penetapan ini kalau berdasarkan pada
hisab, sebab irtifa’ hilal pada hari Rabu 14 Juli 622 M sewaktu Matahari
terbenam sudah mencapai 5 derajat 57 menit. Pendapat lain mengatakan 1
Muharam 1 Hijriah jatuh pada tanggal 16 Juli 622 M. Ini apabila
permulaan bulan didasarkan pada rukyat, karena sekalipun posisi hilal
pada menjelang 1 Muharam 1 Hijriah sudah cukup tinggi, namun waktu itu
tidak satu pun didapati laporan hasil rukyat.30
Dalam perjalanan kalender Hijriah berkembang sesuai dengan
peradaban Islam. Cyril Glasse melaporkan bahwa kalender Islam pada
masa dinasti Fatimiah mengalami penyempurnaan dengan
mempertimbangkan aspek astronomis. Hal ini dilakukan oleh Jenderal
Jauhar setelah selesai mendirikan kota Kairo pada tahun 359 H/969 M.31
3. Sejarah Penanggalan Hijriah di Indonesia
Pada dasarnya kalender yang resmi dipakai di Indonesia adalah
kalender Masehi, yakni sistem kalender Gregorian. Sebelum kedatangan
Kolonial Belanda, sebagian besar masyarakat Indonesia menggunakan
kalender Hijriah dalam kehidupan sehari-harinya. Termasuk di sini
penggunaan kalender Jawa yang merupakan kalender Hijriah dengan
modifikasi angka tahun melanjutkan bilangan tahun Saka. Setelah
Indonesia merdeka secara implisit diakui bahwa kalender Hijriah
merupakan kalender Nasional, terbukti dengan pencantuman perayaan hari
besar Islam sebagai hari libur Nasional dan acara kenegaraan pada event
28
Sofyan Jannah, Kalender Hijriah..... h.2-6. 29
Susiknan Azhari, Kalender Islam..... h.48. 30
Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak..... h.110-111. 31
Susiknan Azhari, Kalender Islam.... h.48-49.
9
perayaan Hari Besar Islam. Namun karena mayoritas penduduk Indonesia
adalah muslim maka kalender Hiriah menjaadi bagian yang tidak
terpisahkan dari kalender Nasional.32
Sejarah kalender Hijriah di Indonesia berawal dari kedatangan agama
Islam di tanah Jawa yang membawa bermacam-macam produk budaya
dari pusat penyebaran Islam. Di antara produk budaya yang dibawa Islam
ketika itu adalah sistem penanggalan berdasarkan revolusi Bulan terhadap
Bumi (Kamariah), yang dikenal dengan penanggalan Hijriah. masyarakat
Jawa sendiri juga sudah memiliki sistem penanggalan yang mapan, yaitu
penanggalan Saka.33
Pada awalnya penanggalan Saka atau Soko ini merupakan sistem
penanggalan Hindu, yakni sistem penanggalan yang didasarkan pada
peredaran Matahari mengelilingi Bumi. Permulaan tahun Soko ini ialah
hari Sabtu (14 Maret 78M), yaitu satu tahun setelah penobatan Prabu
Syaliwahono (Aji Soko) sebagai raja di India. Oleh sebab itulah
penanggalan ini dikenal dengan penanggalan Saka atau Soko.34
Menurut sejarah munculnya kalender Jawa-Islam tidak lepas dari peran
Sultan Agung (1613-1645 M). Sultan Mataram Islam ketiga yang bergelar
Senapati Ing Alaga Sayiddin Pranatagma Khalifatullah. Sultan Agung
mengakulturasikan penanggalan saka35
yang berdasarkan sistem kalendder
matahari dan bulan (kalender lunisolar) dengan penanggalan Hijriah.36
Kemudian pada tahun 1633 M yang bertepatan tahun 1043 H atau
1555 Saka, oleh Sri Sultan Muhammad yang terkenal dengan nama Sultan
Agung Anyokrokusumo yang bertahta di kerajaan Mataram, kedua sistem
penanggalan tersebut dipertemukan, yaitu tahunnya mengambil tahun
32
Ruswa Darsono, Penanggalan Islam..... h.90. 33
Slamet Hambali, Almanak Sepanjang..... h.55 34
Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam..... h.116. 35
Almanak Saka dipakai di Jawa sampai awal abad ke-17. Kesulatanan Demak, Banten dan
Mataram menggunakan almanak Saka dan almanak Hijriah secara bersama-sama. Sultan Agung (1613-
1645) dari Mataram menghapuskan almanak Saka, lalu menciptakan almanak Jawa yang identik
dengan almanak Hijriah. namun bilngan 1555 tetap dilanjutkan. Jadi 1 Muharam 1043H adalah 1
Muharam 1555 Jawa, yang jatuh pada tanggal 8 Juli 1633. Muharam dijuluki bulan Suro sebab
mengandung hari Asyura 10 Muharam. Angka tahun jawa selalu berselisih 512 dari angka tahun
Hijriah. keputusan sultan Agung ini diikuti oleh Sultan Abul-Mafakhir Mahmud Abdulkadir (596-
1651) dari Bnaten. Sehingga almanak Saka tidak dipakai lagi di Jawa dan digantikan oleh almanak
Hijriah-Jawa yang bercorak Islam. Lihat juga Slamet Hambali, Almanak..... h.17-18. 36
Slamet Hambali, Ibid, h.55.
10
Saka, yakni meneruskan tahun Saka (tahun 1555), tetapi sistemnya
mengambil tahun Hijriah yakni berdasarkan peredaran Bulan mengelilingi
Bumi. Oleh karena itu, sistem ini dikenal dengan sistem penanggalan Jawa
Islam.37
Dalam satu tahun terdapat 12 bulan, yaitu Suro, Sapar, Mulud,
Bakdomulud, Jumadilawal, Jumadilakhir, Rejeb, Ruwah, Poso, Sawal,
Dulkangidah (Selo), dan Besar. Bulan-bulan ganjil berumur 30 hari,
sedangkan bulan-bulan genap berumur 29 hari, kecuali bulan ke-12
(Besar) berumur 30 tahun pada tahun panjang. Satu tahun berumur
354,375 hari (354 3/8 hari), dengan daur (siklus) 8 tahun (1 windu) yang
ditetapkan bahwa pada urutan tahun ke-2, 5, dan 8 merupakan tahun
panjang (Wuntu: 355 hari), sedangkan lainnya merupakan tahun pendek
(Wastu: 354 hari).38
Tahun-tahun dalam satu windu (8 tahun) diberi nama dengan angka
huruf jumali berdasarkan nama hari pada tanggal satu suro tahun yang
bersangkutan dihitung dari nama hari tangal 1 suro tahun alipnya.39
Nama-
nama tahun yang dimaksud adalah
Tahun pertama = Alip
Tahun kedua = Ehe
Tahun ketiga = Jim Awal
Tahun keempat = Ze
Tahun kelima = Dal
Tahun keenam = Be
Tahun ketujuh = Wawu
Tahun terakhir = Jim Akhir40
Pada saat bangsa Belanda menjajah Indonesia, terjadi pergeseran
penggunaan kalender resmi pemerintahan, yang semula kalender Hijriah
diubah menjadi kalender Masehi (kalender Matahari). Meskipun demikian
umat Islam tetap menggunakan kalender Hijriah terutama daerah-daerah
kerajaan Islam. Tindakan demikian tidak dilarang oleh pemerintah
37
Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam..... h.116. 38
Ibid, h.117 39
Ibid. Lihat juga Ruswa Darsono, Penanggalan Islam..... h.99. 40
Ibid.
11
kolonial bahkan penetapannya diserahkan pada penguasa kerajaan-
kerajaan Islam yang masih ada, terutama penetapan terhadap hari-hari
yang berkaitan dengan persoalan ibadah.41
D. Kesimpulan
Dengan demikian dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. kalender Hijriah pada pra Islam sebelum menggunakan kalender Hijriah,
bangsa Arab mengguanakan kalender lunisolar yang terdiri dari 13 bulan.
Setelah datangnya Rasulullah 1 bulan sisipan tersebut dihapus, dan mulai
menggunakan kalender Hijriah tanpa nomer tahun. Pada masa khalifah
Umar bin Khattab Kalender Hijrah mulai diterapkan dengan tahun.
2. kalender Hijriah masuk ke Indonesia beriringan dengan masuknya Islam
ke Nusantara melalui kerajaan-kerajaan Islam, bahkan terjadi asimilasi
antara dua kebudayaan yakni Hindu dan Islam, yang mana semula
menganut sistem kalender Saka yang bercorak Hindu hingga diubah
menjadi kalender yang bercorak Islam, bahkan pada masa kolonial pun
kalender Hijriah masih tetap digubakan hingga sampai saat ini.
E. Penutup
Demikian makalah ini dibuat. Penulis menyadari masih banyak adanya
kekurangan baik dari segi penulisan maupun materi. Untk itu kritik dan saran
yang konstruktif sangat penulis butuhkan untuk pembuatan makalah
kedepannya. Kiranya hanya itu yang dapat penulis sampaikan, semoga
makalah ini apat memberikan manfaat umumnya bagi masyarakat khususnya
bagi pembaca. Sekian terimakasih.
41
Ahmad Izzuddin, Fiqih Hisab..... h.56.
12
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, E. Dermawan, Jam Hijriah, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2011.
Azhari, Susiknan, Kalender Islam ke Arah Integrasi Muhammadiyah-NU,
Yogyakarta: Museum Astronomi Islam, 2012.
Bashori, Muh. Hadi, Penanggalan Islam, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2013.
Djamaluddin, T., Menggagas Fiqih Astronomi, Bnadung: Kaki Langit, 2005.
Darsono, Ruswa, Penanggalan Islam: Tinjauan Sistem, Fiqih dan Hisab
Penanggalan, Yogyakarta: LABDA Press, 2010.
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, Bandung: PT. Sigma
Iksamedia, 2009.
Jannah, Sofyan, Kalender Hijriah dan Masehi 150 Tahun, Yogyakarta: UII Press,
1994.
Kadir, A., Formula Baru Ilmu Falak, Jakarta: Amzah, 2012.
Khazin, Muhyiddin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, Yogyakarta: Buana
Pustaka, 2008.
Nashirudin, Muh., Kalender Hijriah Universal, Semarang: el-Wafa, 2013.
Maskufa, Ilmu Falaq, Jakarta: Gaung Persada, 2009.
Munawwir, Ahmad Warson, Al Munawwir Kamus Arab-Indonesia, Surabaya:
Penerbit Pusataka Progressif, cet-14, 1997.
Saksono, Tono, Mengkompromikan Rukyat dan Hisab, Jakarta: Amythas Publicita,
2007.