revisi makalah - if-pasca.walisongo.ac.idif-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/...secara...

21
1 SEJARAH ISLAM Revisi Makalah Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendekatan Ilmu Keislaman Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Mushlich Shabir, M. A. Oleh: RIZA AFRIAN MUSTAQIM N I M : 1 6 0 0 0 2 8 0 1 4 PROGRAM STUDI ILMU FALAK PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2016

Upload: vandiep

Post on 29-Jul-2019

241 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

SEJARAH ISLAM

Revisi Makalah

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendekatan Ilmu Keislaman

Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Mushlich Shabir, M. A.

Oleh:

RIZA AFRIAN MUSTAQIM

N I M : 1 6 0 0 0 2 8 0 1 4

PROGRAM STUDI ILMU FALAK

PASCA SARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2016

2

I. Pendahuluan

a. Latar Belakang

Belantara pemikiran kesejarahan, termasuk dalam Islam,1

sejauh ini terus menunjukan perkembangan yang signifikan. Dari

waktu ke waktu, orang menekuni bidang ini, berupaya

menyunggahkan hasil pemikirannya secara maksimal. Tentu dalam

rangka mengungkapkan suatu misteri suatu peristiwa masa lalu yang

sudah terkubur seiring berlalunya waktu. Dengan perangkat

metodelogis yang dimiliki, mereka berupaya menyikap tabir peristiwa

masa lalu (sejarah) itu, untuk dipentaskan pada masa kini, dalam

bentuk karya tulis. Untuk menyikap misteri suatu peristiwa masa lalu

secara benar, sempurna dan logis, ternyata memiliki problematika

tersendiri. Pekerjaan tersebut tidaklah tidaklah semudah yang

dibayangkan banyak orang.2

Begitu pentingnya sejarah bagi kehidupan umat manusia, di

dalam kitab suci al-Qur’an sendiri terdapat banyak kisah para Nabi

dan tokoh masa lalu yang berisi pelajaran yang harus dilaksanakan

atau sebaliknya harus dihindari oleh manusia dalam kehidupannya kini

dan masa mendatang. Atas kegunaan sejarah itulah, pengetahuan serta

pelajaran sejarah merupakan alat penting untuk membentuk umat dan

bangsa yang baikmaupun untuk mengembangkan rasa cinta dan

kesetiaan terhadap agama, bangsa dan negara3

Berdasarkan penjelasan di atas, perlu kiranya untuk diketahui

tentang keilmuan sejarah Islam itu sendiri. Mengingat hal tersebut

sangat tergantung kepada kesiapan umat Islam dalam menghadapi

perkebangan zaman agar tidak pernah lupa dengan sejarahnya sendiri

1 Dalam Islam pemahaman dan pemanfaatan sejarah dianggap sangat penting, terutama

sejarah perjalanan hidup Nabi (Sirah al-Nabawiyah). Sebab, dengan pengajian sejarah Nabi dapat

dipahami ajaran Islam secara menyeluruh (kaffah), dan sejarah jenis ini dianggap sebagai ajaran

Islam tersendiri. 2 Misri A. Muchsin, Filsafat Sejarah Dalam Islam, Djogjakarta: Ar-Ruzz Press, 2001, h.

11 3 Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam, Yogyakarta: Penerbit

Ombak, 2011, h. 4

3

dan agar dapat mengambil pembelajaran yang bermakna dari sejarah

tersebut.

b. Rumusan Masalah

Agar lebih mempermudah pembahasan dalam sejarah Islam,

perlu kiranya dibuat perumusan masalah agar pembahasan dalam

makalah ini lebih sistematis. Adapun rumusan masalah dalam

pembahasan ini adalah sebagai berikut:

A. Bagaimanakah Tinjauan Ontologi Sejarah Islam ?

B. Bagaimanakah Tinjauan Epistimologi Sejarah Islam ?

C. Bagaimanakah Tinjauan Aksiologi Sejarah Islam ?

II. Pembahasan

A. Tinjauan Ontologi Sejarah Islam

1. Pengertian Sejarah Islam

Sebelum kita melangkah lebih jauh membahas tentang

segala pernak-pernik yang terkait dengan sejarah Islam, terlebih

dahulu akan dipaparkan tentang dasar atau pengertian sejarah Islam

supaya diperoleh pemahaman yang jelas dan akurat.4

Sejarah Islam terdiri dari dua unsur kata yang terbentuk

dalam kesatuan, yakni kata „Sejarah‟ dan kata „Islam‟. Berikut

akan dipaparkan pengertian dari masing-masing dan pengertian

secara utuh dari kedua rangkaian kata tersebut.5

Pertama, akan kita bahas pengertian dari kata sejarah.

Langkah pertama kita telaah dari segi makna etimologis. Secara

etimologis (lughawi) kata sejarah oleh para ahli sering disamakan

dengan istilah dalam bahasa arab disebut dengan tarikh, dari akar

kata arrkha (a-r-kh), yang berarti menulis atau mencatat: dan

catatan tentang waktu atau peristiwa.6 Meskipun demikian tidak

4 Muslih, Sejarah Peradaban Islam, cet. I, Semarang: CV. Karya Abadi Jaya, 2015, h. 2 5 Muslih, Sejarah ..., h.3 6 Ahmad Warson Munawir, Kamus Arab-Indonesia, Surabaya: Pustaka Progresif, 1997,

h. 17.

4

bisa dikatakan bahwa istilah ini hanya berasal dari kata tersebut.

Ada beberapa ahli sejarah berpendapat bahwa istilah sejarah itu

berasal dari kata bahasa Arab syajarah yang berarti pohon atau

silsilah. Di sini makna silsilah tampaknya lebih tertuju pada makna

padanan tarikh tadi, atau memiliki padanan yang sama dengan

babad, mitos, legenda dan seterusnya.7 Secara filosofi syajarah

(pohon) bisa dipahami sebagai gambaran suatu rangkaian

geneologi, yaitu pohon keluarga yang mempunyai keterkaitan yang

erat antara akar, batang, cabang, ranting, dan daun serta buah.8

Dalam pengertian ini, sebagai pohon, sejarah sering

dipahami sebagai cerita masalalu, mempunyai akar yang menjadi

asal muasal peristiwa yang dikenal sepanjang waktu. Dalam

perspektif ini, akar pohon yang baik akan menumbuhkan batang

pohon yang besar, kokoh dan tinggi disertai dengan pertumbuhan

dahan, ranting, daun, bunga dan buah yang bermanfaat bagi

manusia. Demikian pula dengan sejarah, kalo ia memiliki titik awal

yang baik maka ia akan melahirkan budaya serta cabang-

cabangnya seperti ekonomi, polotik, bahasa, serta ilmu

pengetahuan yang pada gilirannya akan menumbuhkan karya seni

dan teknologi yang bermanfaat bagi manusia.9 Semua elemen-

elemen pohon ini mempunyai hubungan yang erat meskipun yang

sering dilihat oleh manusia pada umumnya hanyalah batang pohon

saja, akan tetapi adanya pohon dan buah tidak bisa lepas dari peran

akar. Inilah filosofi sejarah yang memiliki keterkaitan yang erat

antara masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang.10

Sementara itu dalam bahasa-bahasa Eropa, istilah sejarah

yang dipakai dalam literatur-literatur berbahasa Indonesia memiliki

asal muasal yang bervariasi. Meskipun demikian banyak ahli yang

7 Sidi Gazalba, pengantar Ilmu Sejarah, Jakarta: Bharata, 1981, h. 11. 8 Muslih, Sejarah ..., h.3 9 M. Hanif, Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: Direktorat Jendral

Pendidikan Islam, 2009, h.4 10 Muslih, Sejarah ..., h.4

5

berpendapat bahwa istilah sejarah bersal dari bahasa Yunani

Historia. Dalam bahasa Inggris istilah sejarah dikenal dengan

istilah history, dalm bahasa Prancis dikenal dengan istilah histoire,

dalm bahasa Italia dengan istilah storia, dalam bahasa Jerman

dikenal dengan istilah geschichte, dan dalam bahasa Belanda

disebut gescheidenis, yang berarti terjadi. Sedangkan dalam bahasa

Cina, istilah sejarah disebut dengan shih, yang berarti kenyataan.

Dalam istilah Hindu kata sejarah memiliki dua istilah yang

memiliki kedekatan makna dengan yang kita pahami dalam bahasa

Indonesia, yakni itihas yang berarti tradisi atau sesuatu yang terjadi

dan purana yang berarti tradisi kuno.11

Bila ditelaah secara seksama tampak jelas bahwa dari

makna berbagai bagai bahasa sebagaimana tersebut di atas, maka

pengertian sejarah ada sangkut pautnya dengan waktu dan

peristiwa. Karena itu waktu begitu penting dalam memahami suatu

peristiwa maka para sejarawan terdorong untuk mengatasi masalah

ini dengan membuat periodesasi. Gordon Leff berpendapat bahwa

pembuatan periodesasi ini merupakan aktivitas para sejarawan

yang sangat menonjol.12

Secara terminologi (istilah) kata sejarah memiliki beberapa

pengertian yang bervariasi dari segi redaksi. Para sejararawan

memberikan rumusan batasan atau pengertian yang berbeda-beda.

Misalnya, R.G. Collingwood memberikan batasan sejarah dengan

ungkapan “sejarah adalah sejarah pemikiran; sejarah adalah sejenis

penelitian atau penyelidikan”. Selain itu Collingwood juga

memaknai sejarah (dalam arti penulisan sejarah atau histografi)

sebagai upaya membangun dunia fantasi.13

11 Misri A. Muchsin, Filsafat ..., h. 18. 12 Misri A. Muchsin, Filsafat ..., h. 18 13 Lihat R.G. Collingwood, The Idea of History, London: oxford University Press, 1976,

h.9

6

Seorang ilmuan/sejarawan Muslim bernama Ibn Khaldun

mendefenisikan sejarah sebagai catatan tentang masyarakat umat

manusia atau peradaban dunia; tentang perubahan-perubahan yang

terjadi pada watak masyarakat itu, seperti kelahiran, keramah

tamahan, dan solidaritas golongan.14

Beberapa ilmuwan/sejarawan yang lainnya juga memiliki

rumusan yang berbeda. Nouruzzam Shiddiqie memaknai sejarah

sebagai peristiwa masa lalu yang tidak sekedar memberi informasi

saja tentang kejadian peristiwa itu melainkan juga memberikan

penafsiran-penafsiran atas peristiwa tersebut dengan berpedoman

pada hukum sebab akibat yang ada. Sayyid Quttub memaknai

sejarah sebagai bukan hanya peristiwa-peristiwa saja melainkan

penafsiran peristiwa-peristiwa dan pengertian mengenai hubungan-

hubungan nyata dan tidak nyata yang menjali seluruh bagian serta

memberikan dinamikanya dalam settingan waktu dan tempat.

Franz Roseltan mengartikan sejarah sebagai deskripsi tentang

aktivitas manusia yang terus-menerus baik dalam bentuk individu

maupun kelompok.15

Dengan demikian, secara ringkas dapat dikatakan bahwa

sejarah bukanlah sekedar catatan peristiwa-peristiwa seperti

kelahiran dan kematian orang-prang tertentu saja, seperti para raja

atau penguasa saja, akan tetapi sejarah merupakan suatu ilmu yang

memberikan penjelasan tentang pengembangan suatu masyarakat

yang mencakup proses yang panjang. Tentunya sejarah berbeda

dari dongeng atau legenda, karena sejarah harus dapat dibuktikan

kebenarannya dan harus logis. Kisah-kisah atau dongeng yang

tidak bisa dibuktikan kebenarannya tentu tidak dikategorikan

sebagai sejarah.16

14 Misri A. Muchsin, Filsafat ..., h. 19 15 Fatah Syukur, sejarah Peradaban Islam, Semarang: Pustaka Rizqi Putra, 2009, h.6 16 Muslih, Sejarah ..., h.9

7

Sedangkan yang dimaksud dengan Islam yaitu agama yang

datangnya dari Allah, baik yang didatangkan melalui perantaraan

Rasul-Nya yang pertama, maupun yang didatangkan melalui

perantaraan Rasul-Nya yang terakhir (Muhammad). Mahmud

Syaltut mendefenisikan Islam sebagai Aqidah dan Syari‟ah yang

pada hakikatnya sama dengan Iman dan Amal. Sedangkan Abdul

Qadir Audah mendefenisikan Islam sebagai Aqidah wa Nidham

(Islam sebagai agama dan negara).17

Dengan pengertian ini maka

seorang „Muslim‟ berarti seorang „mukmin‟ yang sungguh-

sungguh melaksanakan syariat Islam, melaksanakan organisasi dan

cita-cita negara menurut ajaran Islam.18

Dari pengertian di atas, kita dapat mengatakan bahwa yang

dimaksud dengan sejarah Islam adalah peristiwa-peristiwa atau

kejadian-kejadian yang sungguh-sungguh terjadi yang seluruhnya

berkaitan dengan agama Islam. Selanjutnya karena agama Islam itu

lusa cakupannya, maka sejarah Islampun menjadi luas cakupannya.

Di antara cakupan itu ada yang berkaitan dengan sejarah proses

pertumbuhan, perkembangan, dan penyebarannya, tokoh-tokoh

yang melakukan pengembangan dan pengajaran agama Islam

tersebut, sejarah kemajuan dan kemunduran yang dicapai umat

Islam dalam berbagai bidang, seperti dalam ilmu pengetahuan

agama dan umum, kebudayaan, arsitektur, politik pemerintahan,

perperangan, pendidikan, ekonomi, dan lain sebagainya.

Penelitiaan yang berkenaan dengan berbagai aspek yang terdapat

dalam sejarah Islam tersebut telah banyak dilakukan oleh kalangan

umat Islam itu sendiri, maupun para sarjana dari barat.19

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

dengan sejarah Islam adalah berbagai peristiwa atau kejadian yang

17 A. Hasjmy, Sejarah Kebudayaan Islam, Banda Aceh: Bulan Bintang, 1975, h.14-15 18 Muslih, Sejarah ..., h.13 19

Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, cet. III, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

1999, h.315

8

benar-benar terjadi, yang berkaitan dengan pertumbuhan dan

pengembangan agama Islam dalam berbagai aspek. Dalam kaitan

ini, maka muncul berbagai istilah yang sering digunakan untuk

sejarah ini, di antaranya Sejarah Islam,20

Sejarah Peradaban

Islam,21

Sejarah dan Kebudayaan Islam.22

B. Tinjauan Epistimologi Sejarah Islam

1. Metode Studi Sejarah Islam

Pertanyaan krusial yang harus kita renungkan ketika

hendak mengkaji atau mempelajari sejarah Islam dan kebudayaan

atau peradabannya adalah mampukah kita bersifat adail dan

objektif dalam melakukan pengkajian ? idealnya, seseorang yang

mempelajari sejarah akan mendapatkan wawasan yang luas dan

dikap yang positif. Namun kenyataannya, tidak sedikit para sarjana

yang bersifat negatif dan apriori, hal itu disebabkan oleh metode

dan pendekatan yang digunakan tidak tepat. Sebagian orientalis

misalnya, bersikap negatif dan menjelek-jelekan Islam ketika

mereka melakukan pengkajian terhadap Islam. Hal itu terjadi

karena mereka tidak mampu menyelami kedalaman substansi

masalah yang mereka kaji. Sementara dari kalangan kaum Muslim

sendiri sebagian ada yang tidak bisa bersikap objekti dan terjebak

ke dalam sikap subjektifitas yang berlebihan sehingga hanya akan

melahirkan sikap fanatik yang menutupi kebenaran sejati.23

Seseorang yang hendak mempelajari sejarah islam,

kebudayaan atau peradaban Islam hendaknya memahami metode

dan pendekatan yang benar dalam mengkaji sejarah. Beberapa

metode dan pendekatan studi sejarah berikut ini bisa dijadikan

pegangan bagi para pengkaji sejarah Islam.

20

Istilah Sejarah Islam antara lain digunakan oleh Prof. Dr. Hamka dalam bukunya

Sejarah Ummat Islam, sebanyak 4 jilid. 21

Istilah Sejarah Peradaban Islam antara lain digunakan oleh Drs. Badri Yatim. 22

Istilah Sejarah dan Kebudayaan Islam antara lain digunakan oleh A. Syalabi. 23 Muslih, Sejarah ..., h.24

9

a. Belajar seharah harus bersikap kritis. Seseorang harus kritis

pada setiap unsur yang ada dalam studi sejarah, yakni:

apa/siapa, di mana, kapan, bagaimana dan mengapa.

Artinya apa atau siapa pelaku peristiwa sejarah, dimana

suatu peristiwa sejarah itu terjadi, kapan peristiwa sejarah

itu terjadi, bagaimana proses kejadiannya dan mengapa

peristiwa tersebut bisa terjadi semua harus dilihat dengan

sikap kritis.

b. Sejarah itu fakta dan realita dari sesuatu yang bersifat

empirik-objektif, bukan sesuatu yang bersifat normatif. Ia

merupakan apa yang terjadi, bukan sesuatu yang mestinya

terjadi. Belajar sejarah berarti melatih seseorang untuk

berfikir empirik bukan normatif. Seseorang boleh tidak

menyukai suatu fakta dan realita sejarah yang tidak sesuai

dengan norma tetapi ia harus mengakuinya bila

kenyataannya demikian. Kaum muslimin tentunya tidak

menginginkan khalifah Usman, Ali dan Muawwiyah

terlibat perang karena itu tidak sesuai dengan norma Islam,

tetapi sejarah berkata lain.

c. Belajar sejarah memerlukan penafsiran terhadap fakta-fakta

dengan pendekatan analisis-kritis. Pendekatan ini untuk

menemukan hikmah atau teori yang mungkin bisa dibangun

dari suatu peristiwa sejarah. Mislanya bila seseorang belajar

sirah Nabi hanya dengan cara menghafal deskriptif-

kronologis maka ia tidak menemukan pelajaran/teori apa-

apa, kecuali ada upaya-upaya kritis untuk menganalisis

kepemimpinan Nabi.

d. Penulisan sejarah model lama masih bertumpu pada aspek

politik atau cerita raja-raja beserta perang-perangnya.

Padahal dewasa ini umat Islam membutuhkan studi

peradaban Islam yang komprehensif, tidak hanya aspek

politik saja, oleh karena itu perlu dihidupkan studi-studi

10

sejarah Islam dari aspek peradabannya yang bersifat

komprehensif.

e. Belajar sejarah masa lampau harus mengikuti pola dan

logika zaman dimana peristiwa sejarah itu terjadi, bukan

memaksakan diri agar sejarah mengikuti pola dan logika

zaman sekarang dimana studi dilakukan. Misalnya, ketika

seseorang mengkaji pemerintahan Usman dari perspektif

sekarang maka ia akan berkesimpulan bahwa Usman adalah

seorang yang nepotis. Kesimpulan ini mungkin tidak tepat

karena ia tidak memahami kultur masyarakat saat itu dan

motivasi Usman melakukan hal itu.

f. Belajar sejarah harus bersikap kritis dan selektif dalam

memilih sumber. Sumber sejarah ada dua, yakni sumber

primer dan sumber sekunder. Primer ditulis sezaman atau

dekat dengan peristiwa sejarah oleh para pelaku atau

mereka yang menyelidiki secara langsung. Sedangkan

sumber sekunder ditulis oleh generasi yang tidak sezaman

dengan peristiwa sejarah, atau yang tidak menyelidikinya

secara langsung, contoh buku-buku sejarah yang ditulis

para sejarawan zaman sekarang. Salah satu bentuk sikap

selektif dalam memilih sumber sejarah adalah

mengutamakan sumber primer dan menjadikan sumber

sekunder sebagai pelengkap dalam mempelajari sejarah.

g. Memperlajari sejarah Islam bukan untuk tenggelam ke

dalam masa lampau yang dipelajari, akan tetapi untuk

mempelajari pola, sistem, hikmah dan teori-teori yang

pernah ada sebagai pengalaman masa lampau yang bisa

dipergunakan untuk mengatasi permasalahan sekarang.

Karena mungkin saja bisa terjadi pengulangan pola pada

suatu peristiwa meskipun jenis peristiwanya berbeda.

Selain itu, terkadang peristiwa sejarah memiliki sifat

berkesinabungan dan sifat perubahan. Jadi mungkin saja

11

seseorang belajar sejarah masa lalu karena ingin

mengetahui kaitannya dengan keadaan sekarang. Misalnya,

keterbelakangan umat Islam saat ini dikaitkan dengan

sejarah penjajahan Belanda di masa lalu.

Jadi, dalam mempelajari sejarah kita mesti memiliki sikap

kritis, objektif dalam melihat fakta-fakta emperik, lalu mampu

mengintegrasikan kejadian secara kritis pula agar dapat

menemukan hikmah dari peristiwa itu. Juag tidak kalah pentingnya

adalah ketika mempelajari sejarah seseorang harus mampu

menggunakan logika berfikir sesuai dengan zaman dimana

peristiwa tersebut terjadi.24

Menurut Teuku Ibrahim Alfian, menulis sejarah sebagai

metode atau metodelogi, bertumpu pada empat kagiatan pokok

berikut:

a. Pengumpulan objek yang berasal dari zaman itu, dan

pengumpulan bahan-bahan tercetak, tertulis dan lisan

yang boleh jadi relevan.

b. Menyingkirkan bahan-bahan (atau bagian-bagian

daripadanya) yang tidak otentik.

c. Mengumpulkan kesaksian yang dapat dipercaya

mengenai bahan-bahan yang otentik.

d. Menyusun kesaksian yang dapat dipercaya itu menjadi

sesuatu kisah atau penyajian yang berarti.25

2. Sumber Sejarah Islam

Sumber sejarah sering kali disebut juga “data sejarah”.

Perkataan “data” merupakan bentuk jamak dari kata “datum”

(bahasa latin) yang berarti “pemberitaan”. Data sejarah itu sendiri

berarti bahan sejarah yang memerlukan pengolahan, penyeleksian

dan pengkategorisasian. Sejumlah sumber yang tersedia pada

24 Muslih, Sejarah ..., h.24-27 25 Misri A. Muchsin, Filsafat ..., h. 36

12

dasarnya adalah data verbal sehingga membuka kemungkinan bagi

peneliti sejarah untuk memperoleh pengetahuan tentang berbagai

hal. Adapun klasifikasi sumber sejarah itu dapat dibedakan

menurut bahannya, asal-usul atau urutan penyampaiannya, dan

tujuan sumber itu dibuat. Sumber menurut bahannya dibagi

menjadi dua: tertulis dan tidak tertulis; sumber-sumber demikian

menurut urutan penyampaiannya dapat dibedakan menjadi sumber

primer dan sumber sekunder. Dapat pula sumber-sumber itu,

menurut tujuannya, dibagi atas sumber-sumber formal dan

informal.26

Berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut tentang jenis sumber

sejarah berdasarkan bahannya.

a. Sumber Tertulis

Kumpulan data verbal yang berbentuk tulisan,

dalam arti sempit bisa disebut dengan dokumen. Adapun

dokumen dalam arti luas juga meliputi momen, artefak,

foto-foto dan sebaginya.

Data yang tercantum dalam bahan-bahan

dokumenter itu pada dasarnya merupakan alat untuk

mempelajari permasalahan tertentu, terutama tentang

permasalahan yang tidak dapat diobservasi lagi atau tidak

dapat diingat lagi. Namun bahan-bahan itu juga sering kali

tidak legkap, tidak korespondensif dengan model

konseptual, bahkan tidak memuat sama sekali data yang

relevan bagi permasalahan yang sedang diselidiki.27

b. Sumber Tidak Tertulis

26 Dudung Abdurrahman, Metodologi ..., h. 35-36 27

Dudung Abdurrahman, Metodologi ..., h. 36

13

Termasuk dalam kategori sumber tidak tertulis itu

adalah artefak (artifact) dan sumber lisan. Artefak dapat

berupa foto-foto, bangunan, atau alat-alat.

Sumber tidak tertulis lain adalah sumber lisan.

Sumber ini secara metodelogis merupakan bahan intik bagi

sejarah lisan. Pengetahuan tentang kejadian-kejadian masa

lampau didasarka pada data atau informasi yang masih

tersebar secara lisan.28

Dalam referensi lain disebutkan sumber sejarah ada dua,

yakni sumber primer dan sumber sekunder. Primer ditulis sezaman

atau dekat dengan peristiwa sejarah oleh para pelaku atau mereka

yang menyelidiki secara langsung. Sedangkan sumber sekunder

ditulis oleh generasi yang tidak sezaman dengan peristiwa sejarah,

atau yang tidak menyelidikinya secara langsung, contoh buku-buku

sejarah yang ditulis para sejarawan zaman sekarang. Salah satu

bentuk sikap selektif dalam memilih sumber sejarah adalah

mengutamakan sumber primer dan menjadikan sumber sekunder

sebagai pelengkap dalam mempelajari sejarah.29

3. Periodesasi Sejarah Islam

Periodesasi merupakan pembabakan-pembabakan waktu.

Setiap babakan merupakan suatu komponen dan kesatuan yang

mempunyai ciri khas, serta merupakan kebulatan untuk suatu

jangka waktu tertentu dengan kekhasannya.30

Aktivitas yang cukup menonjol dari para sejarawan adalah

membuat periodesasi-periodesasi karena berbicara tentang sejarah

tidak bisa lepas dari membicarakan peristiwa yang berkaitan erat

dengan waktu. Beberapa sejarawan juga telah membuat periodesasi

sejarah Islam. Harun Nasutino, dalam bukunya Islam Ditinjau dari

28

Dudung Abdurrahman, Metodologi ..., h. 42 29 Muslih, Sejarah ..., h.26 30 Misri A. Muchsin, Filsafat ..., h. 40

14

Berbagai Aspeknya, membuat periodesasi sejarah Islam ke dalam

tiga periode. Pertama, Periode Klasik (650-1250 M); Kedua,

Periode Pertengahan (1250-1800 M); dan Ketiga, Periode Modern

(1800 M sampai sekarang)31

Periode Pertama, yang disebut dengan Periode Klasik,

dimulai dari masa rasulullah hingga jatuhnya pemerintahan Bani

Abbas di Baghdad. Periode ini ditandai dengan adanya upaya

perintisan, pengembangan dan kemajuan puncak yang pertama

peradaban Islam (650-1000 M), lalu diikuti oleh masa disintigrasi

(1000-1250 M), Periode ini diwakili oleh masa kekhalifahan Nabi

Muhammad di Haramain (Makkah dan Madinah), masa

kekhalifahan al-Khulafa‟ al-Rasyidin di Madinah, masa

pemerintahan Dinasti Bani Abbasiyah di Damaskus, dan kemudian

dilanjutkan dengan masa pemerintahan Dinasti Bani Abbas di

Baghdad.

Periode Kedua, yang disebut dengan periode pertengahan,

dimulai dari masa jatuhnya Bani Abbas sehingga akhir datangnya

pengaruh medernisasi Eropa dalam dunia Islam. Periode ini

ditandai dengan masa-masa berlangsungnya kemunduran

peradaban Islam pertama yang sering disebut dengan masa

stagnan, yakni sejak jatuhnya Bani Abbas di Baghdad (1258)

hingga lahirnya tiga kerajaan besar, yakni Usmani di Turki, Safawi

di Persia, Mughal di India di sekitar 1500-an. Berikutnya, sejak

tahun 1500 M hingga 1700 M, ketiga kerajaan ini berhasil

mempelopori kemajuan peradaban Islam yang kedua. Namun, di

tahun 1700-18000 M kemunduran kedua datang lagi diman budaya

modern Eropa merabah dunia Islam dan lahir kekuatan-kekuatan

kolonial sementara kondisi dunia Islam mengalami kemunduran.

31 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI Press, 1979, h.

56-89.

15

Periode Ketiga, yang disebut dengan Periode Modern

dimulai sejak kurang lebih tahun 1800 M hingga sekarang. Periode

ini ditandai dengan masa penjajahn Eropa tehadap dunia Islam,

timbul pengaruh modernisasi ke dalam kalangan umat Islam, dan

karenanya lahir kebangkitan dan upaya-upaya pembaharuan di

dunia Islam. Negara-negara yang mayoritas penduduknya Muslim,

seperti Mesir, Turki, India dan Indonesia sebagai contoh telah

melakukan pembaharuan sesudah mereka memperoleh

kemerdekaan dari penjajah.

Secara ringkas, bisa dijelaskna bahwa pada masa Periode

Klasik peradaban Islam mengalami kemajuan pesat, sementara

pada masa Periode Pertengahn peradaban Islam mengalami

kemunduran, lalu pada masa Periode Modern peradaban Islam

mengalami kebangkitan kembali dan melakukan upaya-upaya

pembaharuan.32

C. Tinjauan Aksiologi Sejarah Islam

1. Urgensi Mempelajari Sejarah Islam

Tidak bisa dipungkiri bahwa sejarh Islam merupkan salah

satu bidang kajian studi Islam yang menarik banyak perhatian dari

para peneliti baik itu dari kalangan Muslim maupun non-Muslim.

Dengan mempelajari sejarah Islam maka seseorang akan dapat

mengetahui masa-msa kejayaan Islam di masa lalu. Dengan

memepelajari sejarah Islam maka akan membuat seseorang

Muslim menjadi bangga dan lebih percaya diri akan identitasnya

sebagai Muslim. Selain itu, lewat upaya pengkajian sejarah

tentunya juga akan diketahui pula kemunduran dan kelemahan

yang pernah dialami oleh umat Islam dimasa lalu. Dengan begitu

seorang Muslim akan dapat mengambil pelajaran dan pengalaman

agar kesalahan di masa lalu tidak diulang lagi di masa kini dan agar

32 Muslih, Sejarah ..., h.15-17

16

supaya umat Islam dapat menentukan langkah ke depan dan

menemukan jalan terbaik demi kejayaan Islam itu sendiri.33

2. Fungsi Dan Manfaat Sejarah

Sejarah memiliki makna penting dan bermanfaat bagi

kehidupan manusia karena sejarah menyimpan kekuatan yang

dapat melahirkan nilai-nilai baru bagi pengembangan kehidupan

manusia. Memahami sejarah Islam tidak semata-mata mengetahui

tanggal, bulan dan tahun dari suatu peristiwa di masa lampau saja,

namun lebih dari itu untuk memahami realitas dan mengetahui

peristiwa peradaban Islam secara lebih arif.

Untuk itu kita jangan meremehkan sejarah yang membahas

peristiwa-peristiwa masa lalu karena ia memiliki makna yang

paling besar bagi kehidupan manusia. Bahkan sebaliknya kita

harus mau belajar dari sejarah kalau kita ingin sukses dalam

kehidupan ini. Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno,

mengingatkan kepada bangsa ini supaya tidak melupakan sejarah

bangsanya di masa lalu, dengan semboyan „Jasmerah‟ yang

merupakan akronim dari “Jangan sekali-kali melupakn sejarah”.34

Ini menunjukan pentingya sejarah sehingga sebuah bangsa harus

mengetahui sejarah bangsa itu di masa lalu untuk bisa menjadi

bangsa yang besar dan maju di masa yang kan datang.

Belajar dari pengalaman sejarah merupakn hal penting yang

harus disadari olah setiap orang. Sejarah memiliki beberapa

manfaat yang diperlukan oleh seseorang agar dapat menjalani

hidup secara baik. Beberapa fungsi sejarah secara umum antara

lain adalah:

a. Fungsi Pelajaran

33 Muslih, Sejarah ..., h.1-2 34 Mansur, Sejarah Islam dalam Lintasan Sejarah, Yogyakarta: Pustaka Utama, 2004, h.

v

17

Harus diakui bahwa sejarah merupakn pelajaran

terbaik bagi kehidupan karena ia telah menyediakan

referensi yang berharga kepada seseorang untuk mengambil

keputusan tanpa harus ikut mengalaminya. Namun

demikian sejarah tidak akan punya makna apa-apa kalau

tidak dibaca dengan empati (merasakan apa yang dirasakan

orang lain). Karena masing-masing peristiwa sejarah itu

terjadi hanya (einmalig) dan tidak terulang (errevesible)

maka dibutuhkan usaha kreatif untuk memahami makna

sejarah, terutama sejarah awal peradaban Islam di masa

Nabi.

b. Fungsi Model

Perlu diketahui bahwa sejarah bisa dijadikan model

untuk menentukan sikap dan membangun masa kini dan

masa mendatang. Sejarah kebudayaan Islam awal pada

masa Nabi bisa dijadikan paradigma membangun

masyarakat yang adil dan sejahtera. Tokoh sejarahnya

seperti Nabi Muhammad dan para sahabatnya bisa

idjadikan uswah atau model untuk kehidupan masyarakat.

Sedangkan sistem pembentukan masyarakat yang dilakukan

oleh Nabi juga bisa dijadikan model untuk membangun

masyarakat kini dan akan datang yang lebih baik.

c. Fungsi Rekreasi

Tidak bisa dipungkiri bahwa peradaban Islam masa

lalu telah memberikan banyak peninggalan sejarah, baik

yang berupa artifact (barang atau benda yang menjadi fakta

sejarah), sociofact (fakta sosial yang berupa interaksi untuk

manusia), maupun mentifact (keyakinan dan kepercayaan).

Benda-benda peninggalan sejarah peradaban Islam baik

yang berupa situs atau tempat bersejarah, gedung dan

banguna maupun barang-barang lainnya yang dijadikan

18

objek rekreasi yang menyenangkan bagi penunjangnya.

Khusus untuk peninggalan sejarah kebudayaan/peradaban

Islam lokal seperti kerajaan-kerajaan Islam yang ada di

Jawa bisa dikunjungi sebagai tempat rekreasi dan edukasi.

Ketika umat Islam melakuakan haji di Makkah juga bisa

mengunjungi tempat-tempat bersejarah di Arab.35

Selanjutnya dengan mempelajari sejarah akan banyak

keuntungan dan manfaat yang diperoleh. Berikut ini adalah contoh

beberapa manfaat dari mempelajari sejarah.

a. Menumbuhkan kesadaran komunitas

Tidak diragukan lagi sejarah memiliki fungsi

psikologis yang strategis dalam membangkitkan optimisme

suatu bangsa. Lewat sejarah seseorang akan merasakan

bahwa dirinya adalah bagian dari suatu masyarakat saat ini

dan sebelumnya. Melalui sejarah pula seseorang kaan

mengetahui sifat-sifat dari masyarakat sebelumnya dan

menjadikan pelajaran untuk meningkatkan dan memperkuat

identitas dan solidaritas komunitas tersebut.

b. Membangkitkan Inspirasi

Perlu ditegaskan bahwa sejarah bukan sekedar

kumpulan cerita yang berkaitan dengan tanggal, tokoh dan

tempat berbagai peristiwa penting terjadi. Akan tetapi lebih

dari itu ia memiliki makna yang dapat dijadikan rujukan

untuk mengambil pelajaran (ibrah), dan dijadikan inspirasi

untuk menata kehidupan hari esok yang lebih baik. Jida

sejarah tidak dimaknai dan dijadikan sebagai nila pelajaran

(ibrah) maka ia hanya akan berfungsi sebagi pajangan dan

kenangan masa lalu yang tidak memberi manfaat apa-apa.

c. Membiasakn berfikir konstektual

35 M. Hanif, Pembelajaran ..., h. 11.

19

Harus disadari bahwa teks sejarah tidak pernah

ditulis terlepas dari konteks yang menyertai peristiwa itu.

Pola penulisan sejarah akan membuat pembacanya terbiasa

berfikir secara konstektual. Meski dipenuhi dengan nilai-

nilai dan konsep-konsep yang sulit sejarah akan

menghadirkan referensi kejadian yang meliputi dimensi

ruang dna waktu.

d. Mendorong berfikir kritis

Perlu diingat bahwa sejarah tidak bisa dipahami

hanya sebagai kumpulan peristiwa dalam kurun dan rentang

waktu tertentu saja, akan tetapi ia akan mendorong orang

untuk berfikir kritis, karena sejarah selalu melibatkan

interprstasi dan opini dari penulisnya. Jadi, sejarah akan

mendorong seseotrang untuk belajar kritis untuk memahami

peristiwa berdasarkan konteksnya.

d. Menghargai jasa masyarakat sebelumnya

Sering digambarkan bahwa sejarah selalu penuh

dengan cerita panjang masyarakat masa lalu untuk

mendapatkan kehidupan yang lebih baik, yang terkadang

berakhir dengan tragis. Lewat sejarah akan diketahui bahwa

kehidupan sekarang ini tidak akan bisa dinikmati tanpa

perjuangan orang-orang terdahulu. Menyadari akan paa

yang telah dilakukan generasi terdahulu bagi perkembangan

masyarakat sekarang akan mendorong seseorang untuk

memberikan apresiasi atau penghargaan atas jasa generasi

sebelumnya.36

Sebagai kesimpulan, secara ringkas bisa ditegaskan bahwa

dengan menyadari fungsi dan manfaat sejarah bagi kehidupan

masyarakat sekarang dan masa yang akan adatang, akan menjadi

36 M. Hanif, Pembelajaran ..., h. 12-13

20

bijaksana kalau seseorang tidak melupakan sejarah dan menyia-

nyiakannya. Dengan demikian sejarah bisa difungsikan sebagai

laboratoruim kehidupan yang menjadi tempat semua orang untuk

belajar, dan sebagai sumber bahan ajar kehisupan yang selalu

digali dan dijadikan inspirasi untuk membangun masa depan yang

lebih baik dan sejahtera.37

III. Penutup

Demikian makalah tentang sejarah Islam ini. Semoga dapat bermanfaat

sebagai pengembangan keilmuan Islam. Dalam penulisan makalah ini,

tentunya terdapat banyak kekurangan, baik dari segi substansi, maupun dari

segi penulisan. Terhadap kesalahan tersebut penulis meminta maaf karena hal

tersebut terjadi karena kekurangan wawasan penulis.

37 Muslih, Sejarah ..., h. 23

21

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Dudung, Metodologi Penelitian Sejarah Islam, Yogyakarta:

Penerbit Ombak, 2011.

Collingwood, R.G, The Idea of History, London: oxford University Press, 1976.

Gazalba, Sidi, Pengantar Ilmu Sejarah, Jakarta: Bharata, 1981.

Hanif, M, Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: Direktorat Jendral

Pendidikan Islam, 2009.

Hasjmy, A, Sejarah Kebudayaan Islam, Banda Aceh: Bulan Bintang, 1975.

Mansur, Sejarah Islam dalam Lintasan Sejarah, Yogyakarta: Pustaka Utama,

2004.

Muchsin, Misri A, Filsafat Sejarah Dalam Islam, Djogjakarta: Ar-Ruzz Press,

2001.

Munawir, Ahmad Warson, Kamus Arab-Indonesia, Surabaya: Pustaka Progresif,

1997.

Muslih, Sejarah Peradaban Islam, cet. I, Semarang: CV. Karya Abadi Jaya, 2015.

Nasution, Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI Press, 1979.

Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, cet. III, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 1999.

Syukur, Fatah, Sejarah Peradaban Islam, Semarang: Pustaka Rizqi Putra, 2009.