sap tbc dok
DESCRIPTION
sap sap sap sap sap sap sap sap sap sap sap sap sap sap sap sap sap sap sap sap sap sap sap sap sap sap sap sap sap sapTRANSCRIPT
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Pencegahan Cacingan Pada Anak
Oleh :
D IV Keperawatan Tingkat II
I GUSTI AYU INDAH JULIARI (P07120214031)
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
TAHUN 2015
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PENCEGAHAN CACINGAN PADA ANAK
Hari/Tanggal :
Waktu : menit
Tempat Pelaksanaan :
Sasaran : Ibu dan anak (usia 0-12 tahun)
Topik Kegiatan : Penyuluhan Pencegahan Cacingan pada Anak Dan Cara
Mencuci Tangan yang Efektif
Sub Topik : 1. Pengenalan Penyakit Cacingan
2. Penyebab Penyakit Cacingan pada Anak
3. Tanda dan Gejala Penyakit Cacingan pada Anak
4. Pencegahan Penyakit Cacingan pada Anak
5. Cara Mencuci Tangan Efektif
A. LATAR BELAKANG
Penelitian menunjukkan bahwa 90% anak Indonesia mengidap
cacingan. Meskipun demikian, penyakit cacingan ini masih sering
dianggap sebagai angin lalu tidak hanya oleh masyarakat tetapi juga
pemerintah. Padahal, cacingan dapat mengakibatkan menurunnya
kondisi kesehatan, gizi, dan kecerdasan penderitanya sehingga
dipandang sangat merugikan, karena menyebabkan kehilangan
karbohidrat dan protein serta kehilangan darah. Hal ini tentu saja dapat
menurunkan kualitas sumber daya manusia. Melihat berbagai akibat
yang ditimbulkan oleh penyakit ini, tentu saja cacingan dapat
dikategorikan sebagai salah satu masalah kesehatan yang cukup
mengkhawatirkan dan memerlukan penanganan yang serius. Hal ini
terutama karena sebagian besar penderitanya adalah anak – anak atau
balita, yang masih dalam masa pertumbuhan. Selain itu, keadaan
lingkungan dan kebersihan perseorangan juga sangat mempengaruhi
Halaman1
penyebaran penyakit ini. Berkaitan dengan hal itu, diperlukan suatu
upaya bersama dan juga kesadaran untuk menanggulangi penyakit ini.
Anak usia 5 -12 tahun termasuk kelompok masyarakat yang
mempunyai resiko tinggi terkena infeksi cacing karena anak pada usia
tersebut belum bisa menjaga kebersihan diri.Dengan adanya
penyuluhan ini dapat meningkatkan kesadaran serta pemahaman
mengenai penyakit cacingan sebagai salah satu masalah kesehatan
yang serius, diharapkan dapat menurunkan jumlah penderita penyakit
ini, khususnya bagi balita atau anak-anak.
B. TUJUAN
1. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Setelah diberikan penyuluhan selama 20 menit diharapkan ibu
mengetahui dan memahami pentingnya pencegahan cacingan untuk
anak.
2. Tujuan Intruksional Khusus (TIK)
1. Ibu mengetahui gambaran umum mengenai cacingan
2. Ibu mengetahui faktor penyebab cacingan
3. Ibu mengetahui tanda dan gejala cacingan pada anak
4. Ibu mengetahui cara pencegahan cacingan pada anak
5. Ibu dan anak mampu mengikuti atau memperagakan cara
mencuci tangan yang efektif
C. SASARAN
Ibu dan anak (usia 0-12 tahun)
D. MATERI PENYULUHAN
Adapun materi yang akan diberikan dalam penyuluhan kali ini adalah:
1. Gambaran umum mengenai cacingan
2. Faktor penyebab penyakit cacingan pada anak
3. Tanda dan gejala penyakit cacingan pada anak
4. Cara mencegah penyakit cacingan pada anak
Halaman2
5. Cara mencuci tangan efektif.
E. METODA
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Demonstrasi
F. STRATEGI PELAKSANAAN
NO.LANGKAH-
LANGKAHWAKTU
KEGIATAN
PENYULUH
KEGIATAN
SASARAN
1. Pendahuluan 3 menit Salam Pembukaan
Perkenalan Diri
Menyampaikan tujuan
penyuluhan & topik
yang akan
disampaikan.
Kontrak Waktu
Apersepsi
Sasaran antusias
atas kedatangan
penyuluh
Sasaran menjawab
salam penyuluh
2. Penyajian 15 menit Penyampaian materi :
a. Menyampaikan
gambaran umum
mengenai cacingan
b. Menjelaskan faktor
penyebab penyakit
cacingan pada anak
c. Menyebutkan tanda
dan gejala cacingan
pada anak
d. Menjelaskan cara
pencegahan cacingan
pada anak
Sasaran menyimak
dengan cermat apa
yang disajikan oleh
penyuluh
Bertanya apabila
terdapat hal-hal
yang belum jelas
Mencatat hal-hal
penting yang
dijelaskan oleh
penyuluh.
Halaman3
e. memperagakan cara
mencuci tangan yang
efektif.
f. Memberi kesempatan
kepada ibu untuk
mengajukan
pertanyaan
g. Penyuluh menjawab
pertanyaan yang telah
diajukan.
3. Evaluasi 10 menit Memberikan pertanyaan
mengenai materi yang
telah disajikan.
Memberi respon dengan
menjawab pertanyaan
penyuluh dengan
antusias.
4. Penutup 5 menit Menyimpulkan
penyampaian materi
Menyampaikan terima
kasih
Mengucapkan salam
penutup
Sasaran berterima kasih
dan menjawab salam
penutup dari penyuluh.
G. MEDIA
Media yang digunakan sebagai sarana penyampaian penyuluhan antara
lain:
1. Video
H. ALAT
Alat – alat yang digunakan dalam penyampaian penyuluhan antara
lain:
1. Sabun cair
Halaman4
2. Tissue
I. WAKTU
Hari :
Tanggal :
Pukul :
J. SETTING TEMPAT
Ruang Interna E RSUD Klungkung
Penyaji Moderator
( Sasaran )
Fasilitator Sekretaris
Keterangan Gambar:
1. Penyaji 4. Observer/Notulen
2. Moderator 5. Peserta/Sasaran
3. Fasilitator
K. Pengorganisasian
Moderator : I Gusti Ayu Indah Juliari
Penyaji : Ni Putu Amelia Rosalita Dewi
Notulen : Ni Kmang Ayu Risna Muliantini
Demonstrator : Ni Kmang Ayu Risna Muliantini
Luh Agustina Rahayu
Sie Perlengkapan : Ngakan Raka Saputra
L. KRITERIA EVALUASI
Halaman5
55 5555
555555
3
12
4
1. Evaluasi Struktur
Rencana kegiatan dipersiapkan dua hari sebelum kegiatan dengan
melakukan kontrak sebelumnya dengan keluarga satu hari sebelum
kegiaan. Sarana prasarana video, sabun cair dan materi penyuluhan
disiapkan paling lambat dua hari sebelum pelaksanaan.
2. Evaluasi Proses
- Kegiatan berlangsung tepat waktu
- Ibu aktif bertanya
3. Evaluasi Hasil
Sasaran penyuluhan mampu :
1. Memahami dan mampu mengenal gambaran umum mengenai
cacingan
2. Menjelaskan faktor penyebab penyakit cacingan pada anak
3. Menyebutkan tanda dan gejala penyakit cacingan pada anak
4. Menjelaskan cara mencegah penyakit cacingan pada anak
5. Memahami dan mampu memperagakan cara mencuci tangan
efektif.
Halaman6
Lampiran 1
CARA PENCEGAHAN CACINGAN PADA ANAK
1. PENGERTIAN TBC
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama
menyerang penyakit parenkim paru (Brunner & Suddarth, 2002).
Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosa yaitu kuman batang tahan aerobic dan
tahan asam ini dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit
(Silvia A Price, 2005). Penyakit ini bersifat menahun dan dapat menular
dari penderita kepada orang lain (Santa, dkk, 2009). Menurut Depkes
(2007) Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosa). Sebagian
besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ
tubuh lainnya.
Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis dengan perjalanan penyakit yang menahun
yang menimbulkan reaksi terhadap basil diikuti kelainan pada kelenjar
regional, tetapi dapat juga menyebar ke semua organ tubuh
denganmenimbulkan kerusakan yang progresif dan terjadi pembentukan
tuberkel (Arief Mansyoer,1990)
2. PENYEBAB TBC
Penyebab dari penyakit TBC adalah terinfeksinya paru oleh bakteri
yang bernama Micobacterium tuberculosa. Karakteristik bakteri ini
antaralain:
- berbentuk batang dengan ukuran sampai 4 mycron
- bersifat aerob (tumbuh memerlukan O2) Sifat ini yang
menunjukkan kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi
kandungan oksigennya, sehingga paru-paru merupakan
tempat prediksi penyakit tuberculosis.
Halaman7
- Kuman ini juga terdiri dari asal lemak (lipid) yang membuat
kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap
gangguan kimia dan fisik.
- Kuman ini cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi
dapat bertahan hidup sampai beberapa jam di tempat yang
gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat
dorman (tertidur lama) selama beberapa tahun (Depkes RI,
2002; Aditama, 2002).
- Sifat pertumbuhan lambat dengan waktu pembelahan 12-18
jam (waktu generasi 2 sampai 6 minggu), sedangkan
koloninya muncul pada pembiakan 2 minggu sampai 6
minggu.
- Suhu optimum pertumbuhan pada 37˚C dan pH optimum 6,4
sampai 7
3. JENIS-JENIS TBC
1. Tuberkulosis (TBC) paru. TBC paru adalah penyakit tuberkulosis
yang menyerang jaringan paru-paru, namun tidak menyerang selaput
pembungkus paru-paru, yaitu pleura. Tipe TBC ini banyak sekali
dijumpai di masyarakat. TBC tipe ini masih dibagi lagi menjadi TBC
yang diperiksa berdasarkan hasil pemeriksaan dahak. Misalnya: TBC
paru BTA positif dan TBC paru BTA negatif. TBC paru ada juga
yang dibedakan berdasarkan tipe pasien yang telah dirawat
sebelumnya. Ada yang dinamakan TBC kasus baru, TBC kasus
kambuh (relaps), TBC kasus defaulted atau drop out, TBC kasus
gagal, dan TBC kasus kronis (menahun) atau persisten.
2. TBC ekstra paru. Maksudnya TBC yang menyerang berbagai organ
tubuh lainnya selain paru-paru. Misalnya menyerang selaput
pembungkus paru-paru, selaput pembungkus otak dan otak, tulang,
kelenjar getah bening, selaput pembungkus jantung (perikardium),
Halaman8
organ pencernaan termasuk usus, kulit, ginjal dan saluran kemih,
sistem persendian, organ kelamin, dan sebagainya.
3. TBC milier. Istilah “milier” berarti mirip butiran padi atau jewawut.
Dinamakan demikian karena memang ukuran lesinya kecil. TBC ini
adalah hasil dari penyebaran TBC melalui penyebaran melalui aliran
darah diikuti dengan “gerombolan” kuman yang relatif besar.
4. TBC endobronkial. TBC jenis ini sering dijumpai pada anak, dapat
terjadi dalam waktu tiga hingga sembilan bulan. TBC ini menyerang
sistem saluran pernafasan yang disebut bronkus. TBC ini termasuk
berat atau relatif sulit diobati karena sering disertai komplikasi.
5. TBC diseminata. TBC tipe ini adalah hasil menyebarnya kuman TBC
melalui pembuluh darah. Sering terjadi pada penderita yang sistem
imun atau daya tahan tubuhnya rendah. Misalnya pada anak dan
balita. TBC ini muncul sekitar dua hingga enam bulan setelah terjadi
infeksi.
6. PENULARAN TBC
Penyakit Tuberkulosis yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis ini ditularkan melalui udara (droplet
nuclet) saat seorang pasien TBC batuk dan percikan ludah yang
mengandung bakteri tersebut terhirup oleh orang lain saat bernapas.
Risiko tertinggi berkembangnya penyakit yaitu pada anak berusia
dibawah 3 tahun, risiko rendah pada masa kanak-kanak, dan meningkat
lagi pada masa remaja, dewasa muda, dan usia lanjut. Bakteri masuk ke
dalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan dan menyebar
kebagian tubuh lain melalui peredaran darah, pembuluh limfe, atau
langsung ke organ terdekatnya. Setiap satu BTA positif akan
menularkan kepada 10-15 orang lainnya, sehingga kemungkinan setiap
kontak untuk tertular TBC adalah 17%. Seorang penderita dengan
Halaman9
BTA(+) yang derajat positifnya tinggi berpotensi menularkan penyakit
ini. Sebaliknya, penderita dengan BTA (-) dianggap tidak menularkan.
Penularan TBC mudah terjadi di lingkungan yang kumuh.
Penularan antar-anggota keluarga. Dapat pula antar tetangga, dan di
antara anak-anak sekolah. Mungkin juga di lingkungan kerja. Semua
orang yang keadaan tubuhnya lemah, semua orang yang kurang gizi,
kurang protein, kurang darah, dan kurang beristirahat juga mudah
tertular.
Secara spesifik, berikut adalah media penularan penyakit TBC :
Terdapat banyak faktor yang dapat menyebabkan penularan
penyakit TB Paru ke anggota keluarga lain, penyakit TB Paru dapat
menular melalui batuk langsung, melalui makanan, pemakaian barang
bersama, dahak pasien penderita TB Paru dan merokok.
1. Melalui Batuk Langsung
Penyakit TB Paru dapat menular secara langsung akibat batuk
yang dialami pasien penderita TB Paru, saat pasien batuk
terjadi penyebaran kuman dan dapat terhisap oleh anggota
keluarga yang sehat sehingga terjadi penularan.
2. Melalui dahak penderita TB Paru
Dahak pasien penderita TB Paru yang dibuang sembarangan
dapat menyebabkan penyebaran kuman TB Paru dan
mengakibatkan penularan penyakit
3. Melalui Makanan
Makanan dapat menyebabkan penularan penyakit TB Paru.
Sisa makanan yang dimakan penderita TB Paru bila dimakan
oleh anggota keluarga yang sehat dapat menyebabkan
penularan, selain itu makan secara bersamaan juga dapat
menyebabkan penularan penyakit TB Paru ke anggota keluarga
lainnya.
Halaman10
4. Melalui Pemakaian Barang Bersama
Pemakaian barang-barang bersama dengan penderita TB Paru
terutama alat makan dapat menyebabkan penularan penyakit
TB Paru.
7. TANDA DAN GEJALA PENYAKIT TBC
Tanda dan gejala TBC menurut Perhimpunan Dokter Penyakit
Dalam (2006) dapat bermacam-macam antara lain :
1. Demam dan berkeringat pada malam hari.
Umumnya subfebris, kadang-kadang 40-410C, keadaan ini
sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat
ringannya infeksi kuman tuberculosis yang masuk. Demam
lama atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria
atau infeksi saluran nafas akut) dapat disertai dengan keringat
malam.
2. Batuk (Batuk darah)
Terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini
diperlukan untuk membuang produk radang. Sifat batuk
dimulai dari batuk kering (non produktif). Keadaan setelah
timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum
atau dahak). Keadaan yang lanjut berupa batuk darah
haematoemesis karena terdapat pembuluh darah yang cepat.
Kebanyakan batuk darah pada TBC terjadi pada dinding
bronkus.
3. Sesak nafas
Pada gejala awal atau penyakit ringan belum dirasakan sesak
nafas. Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah
lanjut dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru-paru.
4. Nyeri dada
Halaman11
Gejala ini dapat ditemukan bila infiltrasi radang sudah sampai
pada pleura, sehingga menimbulkan pleuritis, akan tetapi,
gejala ini akan jarang ditemukan.
5. Lemas
Penyakit TBC paru bersifat radang yang menahun. Gejala
malaise sering ditemukan anoreksia, berat badan makin
menurun, sakit kepala, meriang, nyeri otot dan keringat malam.
Gejala semakin lama semakin berat dan hilang timbul secara
tidak teratur.
6. Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab
yang jelas dan tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah
dengan penanganan gizi yang baik.
8. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PENYAKIT TBC
1. Daya Tahan Tubuh (Sistem Imunitas)
Berhubung daya tahan tubuh terhadap penyakit TBC terutama
ditentukan oleh ampuhnya sistem imunitas seluler, setiap faktor
yang mengganggu akan meningkatkan kerentanan terhadap TBC,
seperti AIDS, pemakaian kortikosteroid sistemik jangka lama,
diabetes mellitus, kekurangan gizi, dsb.
2. Orang yang Pernah Menderita TBC Sebelumnya
Orang yang mempunyai bekas pemyakit TBC, walaupun
termasuk klasifikasi tenang, bila belum pernah menerima
pengobatan spesifik lengkap, kemungkinan akan menderita
menderita TBC jauh lebih besar dibandingkan dengan orang
normal.
Halaman12
3. Umur
Penelitian yang dilakukan di panti penampungan orang-orang
gelandangan menunjukkan bahwa kemungkinan mendapat infeksi
tuberkulosis aktif meningkat secara bermakna sesuai dengan umur.
Insiden tertinggi tuberkulosis paru biasanya mengenai usia dewasa
muda. Di Indonesia diperkirakan 75% penderita TB Paru adalah
kelompok usia produktif yaitu 15-50 tahun. Pada usia tersebut
merupakan masa yang paling produktif untuk melakukan berbagai
kegiatan.
4. Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor risiko terjadinya
penularan penyakit TB paru. Sehingga tingkat pendidikan seseorang
akan mempengaruhi terhadap pengetahuan tentang penyakit TB
diantaranya mengenai rumah yang memenuhi syarat kesehatan dan
pengetahuan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan TB
Paru sehingga dengan pengetahuan yang cukup maka seseorang
akan mencoba untuk mempunyai perilaku hidup bersin dan sehat.
Selain itu tingkat pedidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap
jenis pekerjaannya.
5. Keadaan Sosial Ekonomi
Keadaan sosial ekonomi berkaitan erat dengan pendidikan,
keadaan sanitasi lingkungan, gizi, pekerjaan dan akses terhadap
pelayanan kesehatan. Salah satu faktor yang berkaitan dengan
penularan penyakit TB adalah jenis pekerjaan. Bila pekerja bekerja
di lingkungan yang berdebu paparan partikel debu di daerah
terpapar akan mempengaruhi terjadinya gangguan pada saluran
pernafasan. Paparan kronis udara yang tercemar dapat
meningkatkan morbiditas, terutama terjadinya gejala penyakit
saluran pernafasan dan umumnya TB Paru. Jenis pekerjaan
seseorang juga mempengaruhi terhadap pendapatan keluarga yang
Halaman13
akan mempunyai dampak terhadap pola hidup sehari-hari diantara
konsumsi makanan dan pemeliharaan kesehatan selain itu juga akan
mempengaruhi terhadap kepemilikan rumah (kontruksi rumah).
Kepala keluarga yang mempunyai pendapatan dibawah UMR akan
mengkonsumsi makanan dengan kadar gizi yang tidak sesuai
dengan ebutuhan bagi setiap anggota keluarga sehingga mempunyai
status gizi yang kurang dan akan memudahkan untuk terkena
penyakit infeksi diantaranya TB Paru. Dalam hal jenis kontruksi
rumah dengan mempunyai pendapatan yang kurang maka kontruksi
rumah yang dimiliki tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga
akan mempermudah terjadinya penularan penyakit TB Paru.
6. Adanya Kontak Dengan Penderita TB
Kontak, adalah orang yang tinggal serumah atau berhubungan
langsung dengan orang yang menderita TB. Di dalam ruangan
dengan ventilasi yang baik, tetesan kecil tersebut akan terbawa
aliran udara, tetapi di ruangan tertutup (sempit), tetesan tersebut
melayang di udara dan akanbertambah jumlahnya setiap kalli orang
tersebut batuk. Orang yang berada di ruangan yang sama dengan
orang batuk tersebutdan menghirup udara yang sama berisiko
menghirup kuman tuberculosis, dan risiko paling tinggi adalah bagi
mereka yang berada paling dekat dengan orang yang batuk. Kedua
orang tua dapat berbahaya yang tinggal atau tidur di ruangan
sempit.
Terjadinya pemaparan oleh kuman TB tersebut bias dimana saja
antara lain didalam rumah, sekitar rumah, tempat-tempat umum,
seperti sekolah, pasar, rumah sakit, sarana angkutan umum, dan
lainnya. Sehingga harus dilindungi dengan melakukan pengawasan
sistematis pada individu, yang karena pekerjaannya berhubungan
dengan orang lain. Adapun penderita tuberculosis dewasa yang
dapat menularkan adalah orang dewasa penderita tuberculosis aktif,
yaitu pada pemeriksaan dahak secara mikroskop terlihat BTA
Halaman14
positif, dan orang tersebut harus segera diobati.Selain itu orang
yang didiagnosis sebagai tuberkulosis BTA negatifdengan rontgen
positifdan tuberculosis ekstra paru, yang diberikan pengobatan.
(Kurnia, 2006)
7. Kebiasaan Menggunakan Peralatan Makan Penderita
Peralatan makan yang digunakan oleh penderita dapat
menularkan penyakit TBC karena pada dasarnya kebersihan kurang
dijaga. Seperti yang telah diketahui bahwa bakteri TBC dapat hidup
lebih dari 20 menit di udara bebas, maka begitu pula dengan
peralatan penderita. Disarankan untuk menghindari penggunaan
peralatan bersama dengan penderita.
9. PENCEGAHAN TBC
TBC dapat dicegah dengan memutuskan rantai penularan yaitu
dengan mengobati penderita TBC sampai benar-benar sembuh serta
dengan melaksanakan Pola Hidup Bersih dan Sehat.
Adapun cara-cara yang dapat dilakukan untuk mencegah
menularnya penyakit TBC ini yaitu :
A. Bagi Penderita
1. Tidak meludah sembarangan
Telah dijelaskan bahwa cara penularan yang paling efektif dari
penyakit ini adalah melalui dahak pasien yang terinfeksi. Ketika
pasien membuang ludah sembarangan, maka lingkungan akan
tercemar dengan bakteri penyebab TBC dan seketika akan
mengontaminasi udara sehingga dapat terhirup oleh orang-orang
sehat di sekitarnya. Jadi, disarankan bagi penderita (maupun
bukan penderita) untuk membuang ludahnya bukan di sembarang
tempat, melainkan pada tempat yang telah disediakan dan diberi
desinfektan (pembunuh bakteri dan kuman) seperti tempat
dengan sediaan air sabun.
Halaman15
2. Meludah di tempat yang terkena sinar matahari langsung
Bakteri penyebab TBC akan mati ketika sudah berada di luar
tubuh manusia apalagi terkena sinar matahari. Jadi, disarankan
kepada penderita untuk meludah di tempat yang langsung
tersorot sinar matahari langsung.
3. Tidak meludah di ruangan yang sempit
Sarankan kepada penderita untuk tidak batuk dan membuang
ludahnya di tempat yang tidak disarankan seperti kamar yang
sempit, tanpa ventilasi, dan tanpa adanya radiasi sinar matahari
mengingat karakteristik kuman ini yaitu mampu hidup dalam
jangka waktu lama di tempat yang gelap, sempit, dan tanpa
ventilasi.
4. Menutup mulut ketika hendak batuk dan mengeluarkan dahak
Perilaku seperti ini selain merupakan etika dan sopan santun juga
dapat digunakan untuk mencegah penularan penyakit TBC ini.
Disarankan bagi penderita (maupun bukan penderita) agar batuk
dan meludah untuk menutupi mulut sehingga kuman yang
terdapat dalam dahak tidak bisa keluar langsung ke udara.
Kemudian, cuci tangan dengan bersih menggunakan desinfektan
berupa sabun untuk membunuh mati kuman yang ada di tangan.
5. Menggunakan Masker
masker bedah efektif digunakan oleh pasien karena dapat
menyaring percikan air liur atau dahak yang dikeluarkankan oleh
pasien.
B. Bagi Bukan Penderita
1. Menutup mulut ketika berdekatan dengan orang yang batuk dan
berdahak
Halaman16
Disarankan untuk menutup mulut ketika berada dekat dengan
orang yang hendak batuk maupun berdahak untuk melindungi
diri dari penularan penyakit ini melalu media udara secara
langsung.
2. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
Menggunakan alat perlindungan diri yang dapat mencegah
menularnya bakteri TBC dengan masker yang dapat menutupi
mulut dan hidung secara tepat.
3. Menata ruangan dalam rumah.
Bakteri TBC akan dapat berkembang biak di dalam ruangan
sempit, kotor, gelap, dan tidak berventilasi. Disarankan bagi non-
penderita untuk menata ruangnnya agar selalu bersih, memiliki
rongga salinan udara/ventilasi, dan usahakan agar terpapar
cahaya matahari pagi yang sehat.
4. Menjaga kebersihan lingkungan
Lingkungan yang kotor juga dapat berpengaruh terhadap
penularan penyakit ini. Kebersihan ini dapat terjaga dengan kita
selalu menggunakan desinfektan dimana-mana seperti pembersih
lantai, pencuci piring, pembersih kaca, pengharum ruangan yang
berisikan zat kimia pembunuh kuman seperti aerosol, dsb.
Apabila kita rajin merawat lingkungan sehingga menjadi bersih
dan bebas kuman, maka dapat dipastikan kecil kemungkinan
penularan yang dapat terjadi.
5. Mengonsumsi makanan dan minuman yang sehat dan bergizi.
Dengan asupan makanan bergizi, daya tahan tubuh akan
meningkat. Produksi leukosit pun tidak akan mengalami
gangguan, hingga siap melawan bakteri TBC yang kemungkinan
terhirup. Selain itu, konsumsi makanan bergizi juga
Halaman17
menghindarkan terjadinya komplikasi berat akibat TBC (Anonim
e, 2010).
6. Berolahraga untuk meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh.
Olahraga dapat menjadi cara untuk meningkatkan stamina dan
daya tahan tubuh untuk menghindari lemahnya sistem imun
dalam memproteksi diri dari serangan berbagai kuman dan
bakteri penyebab penyakit di antaranya adalah penyakit TBC.
7. Melakukan vaksinasi/imunisasi di waktu yang tepat
Penularan dapat dicegah dari dini yaitu dengan melakukan vaksin
atau imunisasi BCG. BCG (Bacillus Calmette Guerin) Vaksin
ini wajib diberikan yang dapat mencegah penyakit TBC
(Tuberkulosis). Vaksin BCG bisa 80% efektif mencegah TBC
selama jangka waktu 15 tahun. Imunisasi BCG hanya dilakukan
sekali, efektifnya saat bayi berusia 1 bulan. Suntikan ini akan
menampakkan 'bisul' kecil di daerah yang disuntik. Bila tidak,
harus dilakukan suntikan ulang.
8. Hindarkan menggunakan alat-alat yang sudah terpapar penyakit
TBC
Membedakan penggunaan alat-alat yang memungkinkan menjadi
penularan dari penderita ke orang sehat di sekitarnya seperti
peralatan makan dan pakaian. Disarankan agar peralatan
penderita dibedakan menjadi miliknya sendiri agar menghindari
kontak langsung dengan media penularan.
10. ETIKA SAAT BATUK DAN MENGELUARKAN DAHAK
1. Menutup mulut saat batuk atau bersin di tempat umum.
2. Mencuci tangan setelah digunakan untuk menutup mulut atau
hidung saat batuk, bersin dan mengeluarkan dahak.
Halaman18
3. Tidak membuang ludah batuk disembarang tempat.
4. Tidak meludah di ruang yang sempit
5. Meludah di tempat yang terkena sinar matahari
6. Tidak membuang atau meletakkan tissue yang sudah dipakai
disembarang tempat.
7. Menggunakan masker saat flu atau batuk.
11. ALAT PERLINDUNGAN DIRI (APD) MASKER
Dalam dunia kesehatan, dikenal masker yang umum di gunakan yaitu
Masker Biasa
Masker biasa atau yang dikenal dengan nama masker bedah
(surgical Mask) yang sudah umum digunakan masyarakat umum ,
biasanya memiliki bagian luar berwarna hijau muda dan bagian
dalamnya berwarna putih serta memiliki tali/karet untuk
memudahkan terpasang ke bagian belakang kepala atau telinga.
Disebut masker bedah (surgical mask) karena biasanya
dipergunakan oleh tenaga kesehatan ketika melakukan tindakan
operasi dan efektif sebagai penghalang cairan dari mulut dan
hidung sehingga tidak menkontaminasi sekeliling.
Tetapi perlu diingat, masker ini tidak didesain untuk menyaring
partikel dan mikroorganisme yang berukuran sangat kecil,
termasuk virus influenza dan bakteri turbekulosis. Oleh karena itu
orang yang sehat tidak disarankan untuk menggunakan masker jenis
ini dan cukup hanya orang yang sakit saja.
Seperti yang pernah disampaikan oleh dr. Dedi Suryatno, kepala
Poliklinik DOTS RS. Hasan Sadikin Bandung, masker bedah efektif
digunakan oleh pasien karena dapat menyaring percikan air liur
atau dahak yang dikeluarkankan oleh pasien. Beda halnya bila orang
sehat yang memakai masker tersebut. Mikroorganisme yang
berukuran sangat kecil dan melayang-layang diudara dapat terjebak
di di dalam pori-pori masker tersebut. Bila mikroorganisme
Halaman19
tersebut berakumulasi, dapat terhirup dan pada akhirnya masuk ke
dalam saluran pernafasan.
Cara penggunaannya :
a. Tutup keseluruhan mulut dan hidung dengan masker
b. Jika menggunakan tali lepas : ikatkan tali atas terlebih
dahulu kemudian ikatkan tali bawah
c. Jika menggunakan tali elastik : masing-masing tali kaitkan
pada daun telinga kanan dan kiri, cara pengaitannya boleh
biasa atau disilangkan.
d. Bentuk kawat pada bagian atas masker mengikuti bentuk
tulang hidung agar tidak ada celah masuk kontaminasi lewat
atas.
Catatan :
- Masker ini harus senantiasa diganti setiap hari karena
masker memfiltrasi partikel dan partikel-partikel tersebut
menempel di masker.
Lampiran 2
EVALUASI
Halaman20
1. Apa pengertian TBC?
2. Apa yang menyebabkan penyakit TBC? Sebutkan 2 karakteristiknya!
3. Bagaimana penularan TBC dapat terjadi?
4. Sebutkan tanda dan gejala penyakit TBC!
5. Apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit TBC?
6. Langkah-langkah apa saja yang dapat dilakukan untuk mencegah TBC?
JAWABAN
1. Pengertian TBC adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosa dengan perjalanan penyakit yang menahun.
2. Penyebab penyakit TBC adalah penularan bakteri Mycobacterium
tuberculosa dengan karakteristik :
a. Hidup aerob (memerlukan O2 sehingga hidup dominan di paru).
b. Mati di bawah sinar matahari langsung.
3. Penularan TBC dapat terjadi melalui :
a. Melalui Batuk Langsung
b. Melalui dahak penderita TB Paru
c. Melalui Makanan
d. Melalui Pemakaian Barang Bersama
4. Tanda dan gejala penyakit TBC antara lain:
a. Demam dan berkeringat pada malam hari
b. Batuk (Batuk darah)
c. Sesak nafas
d. Nyeri dada
Halaman21
e. Malaise
f. Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas
g. Gejala dari saluran cerna, misalnya diare berulang yang tidak sembuh
dengan pengobatan diare
5. Faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit TBC yaitu:
a. Daya Tahan Tubuh (Sistem Imunitas)
b. Orang yang Pernah Menderita TBC Sebelumnya
c. Umur
d. Tingkat Pendidikan
e. Keadaan Sosial Ekonomi
f. Adanya Kontak Dengan Penderita TB
g. Kebiasaan Menggunakan Peralatan Makan Penderita
6. Langkah-langkah dalam pencegahan TBC adalah :
A. Bagi Penderita
1) Tidak meludah sembarangan
2) Meludah di tempat yang terkena sinar matahari langsung
3) Tidak meludah di ruangan yang sempit
4) Menutup mulut ketika hendak batuk dan mengeluarkan dahak
5) Menggunakan Masker
B. Bagi Bukan Penderita
1) Menutup mulut ketika berdekatan dengan orang yang batuk dan
berdahak
2) Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
3) Menata ruangan dalam rumah
4) Menjaga kebersihan lingkungan
5) Mengonsumsi makanan dan minuman yang sehat dan bergizi.
6) Berolahraga untuk meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh.
7) Melakukan vaksinasi/imunisasi di waktu yang tepat
Halaman22
8) Hindarkan menggunakan alat-alat yang sudah terpapar penyakit
TBC
Halaman23
DAFTAR PUSTAKA
Danusantoso, Halim. 2013. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Depkes RI, 2008. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi 2,
Cetakan kedua. Jakarta.
Greenberg, Michael I. 2008. Teks-Atlas Kedokteran Kedaruratan. Jakarta:
Penerbit Erlangga
Kurnia, Lisa.___. Konsep Dasar Tuberkulosis (TBC). (online) Available:
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/128/jtptunimus-gdl-lisakurnia-6389-2-
babii.pdf (Diakses pada Jumat, 8 Mei 2015 pukul 20.45 WITA)
Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed.
6, Vol. 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
RS Jakarta. 2013. Masker, Kenali Jenis dan Kegunaannya. (online) Available:
http://www.rsjakarta.co.id/artikel-dokter/masker-kenali-jenis-dan-kegunaan/
(Diakses pada Sabtu, 9 Mei 2015 pukul 08.45 WITA)
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Wardhani, Ayu. 2012. Pencegahan Penyakit Menular TBC. (online) Available:
https://www.academia.edu/7076072/PENANGGULANGAN_PENYAKIT_
TBC (Diakses pada Sabtu, 8 Mei 2015 pukul 07.30 WITA)
Halaman24