rjp
DESCRIPTION
resusitasi jantung paruTRANSCRIPT
![Page 1: rjp](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022062516/55cf8f1a550346703b98f9a2/html5/thumbnails/1.jpg)
REFERAT JURNAL READING
QUANTIFYING THE EFFECT OF CARDIOPULMONARY RESUSCITATION QUALITY ON CARDIAC ARREST OUTCOME: A SYSTEMATIC REVIEW
AND META-ANALISIS
Pembimbing :
dr. Mukhlis Rudi P, Sp. An-KNA
Disusun oleh :
Aras Nurbarich Agustin G4A013063
Titiyan Herbiyanto N G4A013064
![Page 2: rjp](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022062516/55cf8f1a550346703b98f9a2/html5/thumbnails/2.jpg)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PENDIDIKAN PROFESI KEDOKTERAN
SMF ANESTESIOLOGI
RSUD PROF. DR MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO
2013
LEMBAR PENGESAHAN
QUANTIFYING THE EFFECT OF CARDIOPULMONARY RESUSCITATION QUALITY ON CARDIAC ARREST OUTCOME: A SYSTEMATIC REVIEW
AND META-ANALISIS
Diajukan untuk memenuhi syarat mengikuti Kepanitraan Klinik
Di bagian SMF Anestesiologi
RSUD Prof. Margono Soekardjo Purwokerto
![Page 3: rjp](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022062516/55cf8f1a550346703b98f9a2/html5/thumbnails/3.jpg)
Disusun Oleh :
Aras Nurbarich Agustin G4A013063
Titiyan Herbiyanto N G4A013064
Purwokerto, Oktober 2013
Mengetahui,
Pembimbing
dr. Mukhlis Rudi P, Sp. An-KNA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat jurnal reading dengan
![Page 4: rjp](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022062516/55cf8f1a550346703b98f9a2/html5/thumbnails/4.jpg)
judul Quantifying The Effect Of Cardiopulmonary Resuscitation Quality On
Cardiac Arrest Outcome: A Systematic Review And Meta-Analisis.
Tujuan penulisan presus ini ialah untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti
Kepaniteraan Klinik di bagian Anestesiologi RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo,
Purwokerto
Dalam kesempatan ini perkenakanlah penulis untuk menyampaikan ucapan
terima kasih kepada :
1. dr. Mukhlis Rudi P, Sp. An-KNA. selaku pembimbing yang telah memberikan
arahan pada tugas-tugas kami.
2. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
presus ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan presus ini masih jauh
dari kesempurnaan serta masih banyak terdapat kekurangan. Kami berharap semoga
presus ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca serta perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya dalam bidang kedokteran.
Purwokerto, Oktober 2013
Penyusun
![Page 5: rjp](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022062516/55cf8f1a550346703b98f9a2/html5/thumbnails/5.jpg)
DAFTAR ISI
HalamanHALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vi
DAFTAR ISTILAH
………………………………………………………………………………………
.. vii
I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 2
A. Kuretase ..................................................................................................... 2
B. Blighted Ovum .......................................................................................... 5
C. Anestesi Spinal
……………………………............................................................. 8
III. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 15
IV. KESIMPULAN ............................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 24
![Page 6: rjp](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022062516/55cf8f1a550346703b98f9a2/html5/thumbnails/6.jpg)
I. PENDAHULUAN
Resusitasi jantung paru adalah serangkaian usaha penyelamatan hidup
padahenti jantung. Walaupun pendekatan yang dilakukan dapat berbeda-beda,
tergantung penyelamat, korban dan keadaan sekitar, tantangan mendasar tetap
ada, yaitu bagaimana melakukan RJP yang lebih dini, lebih cepat dan lebih
efektif. Untuk menjawabnya, pengenalan akan adanya henti jantung dan tindakan
segera yang harusdilakukan menjadi prioritas dari tulisan ini.
Henti jantung menjadi penyebab utama kematian di beberapa negara. Terjadi
baik di luar rumah sakit maupun di dalam rumah sakit. Diperkirakan sekitar
350.000 orang meninggal per tahunnya akibat henti jantung di Amerika dan
Kanada. Perkiraan ini tidak termasuk mereka yang diperkirakan meninggal akibat
henti jantung dan tidak sempat diresusitasi. Walaupun usaha untuk melakukan
resusitasi tidak selalu berhasil, lebih banyak nyawa yang hilang akibat tidak
dilakukannya resusitasi.
Bantuan Hidup Dasar (BHD) atau yang lebih dikenal dengan Resusitasi
Jantung Paru (RJP) adalah suatu usaha kedokteran gawat darurat untuk
memulihkan fungsirespirasi dan/atau sirkulasi yang mengalami kegagalan
mendadak pada pasien yang masihmempunyai harapan hidup.
Tindakan bantuan hidup dasar umumnya dilakukan oleh paramedik, namun
di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada, serta Inggris,dapat
dilakukan oleh kaum awam yang telah mendapat pelatihan sebelumnya. Tindakan
![Page 7: rjp](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022062516/55cf8f1a550346703b98f9a2/html5/thumbnails/7.jpg)
pemberian RJP ini sangat berpengaruh terhadap angka survival korban, bahkan
darisurvey yang dilakukan American Heart Association menemukan 50% korban
mengalami angka survival yang mencapai 80% dengan pemberian RJP oleh orang
awam di luar rumah sakit.
Tindakan RJP bukan merupakan suatu jenis keterampilan tindakan
tunggalsemata, melainkan suatu usaha berkesinambungan antara pengamatan serta
intervensiyang dilakukan dalam memberikan pertolongan. Keberhasilan
pertolongan yangdilakukan ditentukan oleh kecepatan dalam memberikan
tindakan awal RJP, hal inimenjadi pencetus ide untuk membuat alur tindakan
melakukan RJP yang efektif sertamelatih sebanyak mungkin orang awam dan
paramedik untuk dapat melakukan RJP secara baik dan benar. Secara umum,
pengamatan serta intervensi yang dilakukan dalam RJP merupakan satu rantai tak
terputus, disebut sebagai rantai kelangsungan hidup (chain of survival).
Pengiriman cepat pada resusitasi jantung paru (RJP) dengan kompresi dada
yang baik telah lama dianggap penting bagi kelangsungan hidup pada pasien
cardiac arrest. Sehingga, American Heart Association dan Dewan Resusitasi
Eropa telah menerbitkan pedoman yang mengatur tingkat konsensus dan
kedalaman kompresi dada selama pengiriman. Namun, pengaruh pengukuran
kualitas resusitasi jantung paru pada kelangsungan hidup belum pernah dinilai
secara prospektif dalam uji randomized trial. Sementara itu, studi nonrandomized
menilai pengaruh kualitas RJP pada hasil klinis telah menghasilkan hasil yang
bertentangan.
Sejauh mana kualitas RJP mempengaruhi kelangsungan hidup dari jantung
penangkapan masih kurang dipahami. Sebuah badan tumbuh investigasi telah
![Page 8: rjp](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022062516/55cf8f1a550346703b98f9a2/html5/thumbnails/8.jpg)
dihitung metrik kinerja RJP dan hasil klinis dari serangan jantung, belum ada
penelitian hingga saat ini ketat menganalisis bukti yang tersedia pada kualitas RJP
untuk menentukan estimasi terbaik dari efeknya terhadap kelangsungan hidup.
Kami berusaha untuk mengukur hubungan antara parameter kualitas RJP
(kecepatan kompresi dada, kedalaman, tidak adanya jeda saat kompresi, dan
kecepatan ventilasi) dengan hasil klinis. Penelitian ini menggunakan pendekatan
formal review sistematis dan meta-analisis.
![Page 9: rjp](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022062516/55cf8f1a550346703b98f9a2/html5/thumbnails/9.jpg)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Cardiac Arrest
1. Pengertian.
Cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba dan
mendadak, bisa terjadi pada seseorang yang memang didiagnosa dengan
penyakit jantung ataupun tidak. Waktu kejadiannya tidak bisa
diperkirakan, terjadi dengan sangat cepat begitu gejala dan tanda tampak
(American Heart Association,2010). Jameson, dkk (2005), menyatakan
bahwa cardiac arrest adalah penghentian sirkulasi normal darah akibat
kegagalan jantung untuk berkontraksi secara efektif. Berdasarkan
pengertian di atas maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa henti
jantung atau cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung secara
mendadak untuk mempertahankan sirkulasi normal darah untuk memberi
kebutuhan oksigen ke otak dan organ vital lainnya akibat kegagalan
jantung untuk berkontraksi secara efektif.
2. Faktor predisposisi
Iskandar (2008), mengatakan bahwa faktor risiko cardiac arrest
adalah:
a. Laki-laki usia 40 tahun atau lebih, memiliki kemungkinan untuk
terkena cardiac arrest satu berbanding delapan orang, sedangkan pada
wanita adalah satu berbanding 24 orang.
![Page 10: rjp](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022062516/55cf8f1a550346703b98f9a2/html5/thumbnails/10.jpg)
b. Semakin tua seseorang, semakin rendah risiko henti jantung
mendadak. Orang dengan faktor risiko untuk penyakit jantung, seperti
hipertensi, hiperkholesterolemia dan merokok memiliki peningkatan
risiko terjadinya cardiac arrest (Iskandar,2008).
Menurut American Heart Association (2010), seseorang dikatakan
mempunyai risiko tinggi untuk terkena cardiac arrest dengan kondisi:
a. Adanya jejas di jantung karena serangan jantung terdahulu atau oleh
sebab lain; jantung yang terjejas atau mengalami pembesaran karena
sebab tertentu cenderung untuk mengalami aritmia ventrikel yang
mengancam jiwa. Enam bulan pertama setelah seseorang mengalami
serangan jantung adalah periode risiko tinggi untuk terjadinya cardiac
arrest pada pasien dengan penyakit jantung atherosclerotic.
b. Penebalan otot jantung (cardiomyopathy) karena berbagai sebab
(umumnya karena tekanan darah tinggi, kelainan katub jantung)
membuat seseorang cenderung untuk terkena cardiac arrest.
c. Seseorang sedang menggunakan obat-obatan untuk jantung;
karenabeberapa kondisi tertentu, beberapa obat-obatan untuk jantung
(anti aritmia) justru merangsang timbulnya aritmia ventrikel dan
berakibat cardiac arrest. Kondisi seperti ini disebut proarrythmic
effect. Pemakaian obat-obatan yang bisa mempengaruhi perubahan
kadar potasium dan magnesium dalam darah (misalnya penggunaan
diuretik) juga dapat menyebabkan aritmia yang mengancam jiwa dan
cardiac arrest.
![Page 11: rjp](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022062516/55cf8f1a550346703b98f9a2/html5/thumbnails/11.jpg)
d. Kelistrikan yang tidak normal; beberapa kelistrikan jantung yang tidak
normal seperti Wolff-Parkinson-White-Syndrome dan sindroma
gelombang QT yang memanjang bisa menyebabkan cardiac arrest pada
anak dan dewasa muda.
e. Pembuluh darah yang tidak normal, jarang dijumpai (khususnya di
arteri kor onari dan aorta) sering menyebabkan kematian mendadak
pada dewasa muda. Pelepasan adrenalin ketika berolah raga atau
melakukan aktifitas fisik yang berat, bisa menjadi pemicu terjadinya
cardiac arrest apabila dijumpai kelainan tadi.
f. Penyalahgunaan obat; penyalahgunaan obat adalah faktor utama
terjadinya cardiac arrest pada penderita yang sebenarnya tidak
mempunyai kelainan pada organ jantung.
3. Tanda- tanda cardiac arrest.
Tanda-tanda cardiac arrest menurut Diklat Ambulans Gawat Darurat
118 (2010), yaitu:
a. Ketiadaan respon; pasien tidak berespon terhadap rangsangan suara,
tepukan di pundak ataupun cubitan.
b. Ketiadaan pernafasan normal; tidak terdapat pernafasan normal ketika
jalan pernafasan dibuka.
c. Tidak teraba denyut nadi di arteri besar (karotis, femoralis, radialis).
4. Proses terjadinya cardiac arrest.
Kebanyakan korban henti jantung diakibatkan oleh timbulnya
aritmia: fibrilasi ventrikel (VF), takhikardi ventrikel (VT), aktifitas listrik
tanpa nadi (PEA),dan asistol (Diklat Ambulans Gawat Darurat 118, 2010).
![Page 12: rjp](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022062516/55cf8f1a550346703b98f9a2/html5/thumbnails/12.jpg)
B. Resusitasi Jantung Paru
1. Definisi
Resusitasi Jantung Paru (RJP) atau Cardiopulmonary Resuscitation
(CPR)adalah suatu tindakan darurat sebagai suatu usaha untuk
mengembalikan keadaanhenti nafas atau henti jantung (kematian klinis) ke
fungsi optimal, guna mencegahkematian biologis. Kematian klinis ditandai
dengan hilangnya nadi arteri carotisdan arteri femoralis, terhentinya
denyut jantung dan pembuluh darah atau pernafasan dan terjadinya
penurunan atau kehilangan kesadaran. Kematian biologis dimana
kerusakan otak tak dapat diperbaiki lagi, dapat terjadi dalam 4menit
setelah kematian klinis. Oleh Karena itu, berhasil atau tidaknya
tindakanRJP tergantung cepatnya dilakukan tindakan dan tepatnya teknik
yang dilakukan.
2. Indikasi
a. Henti napas primer (respiratory arrest) dapat disebabkan oleh banyak
hal, misalnya serangan stroke, keracunan obat, tenggelam, inhalasi
asap/uap/gas,obstruksi jalan napas oleh benda asing, tesengat listrik,
tersambar petir,serangan infark jantung, radang epiglotis, tercekik
(suffocation), trauma danlain-lainnya
Pada awal henti napas, jantung masih berdenyut, masih teraba nadi,
pemberian O2 ke otak dan organ vital lainnya masih cukup sampai
beberapamenit. Kalau henti napas mendapat pertolongan segera maka
pasien akan teselamatkan hidupnya dan sebaliknya kalau terlambat
akan berakibat henti jantung
![Page 13: rjp](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022062516/55cf8f1a550346703b98f9a2/html5/thumbnails/13.jpg)
b. Henti Jantung Henti jantung primer (cardiac arrest) ialah
ketidaksanggupan curah jantung untuk memberi kebutuhan oksigen ke
otak dan organ vital lainnya secara mendadak dan dapat balik normal,
kalau dilakukan tindakan yang tepat atau akan menyebabkan kematian
atau kerusakan otak. Henti jantung terminal akibat usia lanjut atau
penyakit kronis tentu tidak termasuk henti jantung
c. Sebagian besar henti jantung disebabkan oleh fibrilasi ventrikel atau
takikardi tanpa denyut (80-90%), kemudian disusul oleh ventrikel
asistol(+10%) dan terakhir oleh disosiasi elektro-mekanik (+5%). Dua
jenis henti jantung yang terakhir lebih sulit ditanggulangi karena akibat
gangguan pacemaker jantung. Fibirilasi ventrikel terjadi karena
koordinasi aktivitas jantung menghilang. Henti jantung ditandai oleh
denyut nadi besar tak teraba (karotis femoralis,radialis) disertai
kebiruan (sianosis) atau pucat sekali, pernapasan berhenti atau satu-
satu (gasping, apnu), dilatasi pupil tak bereaksi terhadap
rangsangcahaya dan pasien tidak sadar.Pengiriman O2ke otak
tergantung pada curah jantung, kadar hemoglobin(Hb), saturasi Hb
terhadap O2 dan fungsi pernapasan. Iskemi melebih 3-4menit pada
suhu normal akan menyebabkan kortek serebri rusak
menetap,walaupun setelah itu dapat membuat jantung berdenyut
kembali
3. Pembaharuan Pada Bls Guidelines 2010
Terdapat beberapa pembaharuan pada RJP 2010, berbanding dengan
2005. Beberapa perubahan yang telah dilakukan adalah seperti berikut:
![Page 14: rjp](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022062516/55cf8f1a550346703b98f9a2/html5/thumbnails/14.jpg)
1. Mengenali sudden cardiac arrest (SCA) dari menganalisa respon dan
pernafasan. (ie korban tidak bernafas)
2. “Look,listen and feel” tidak digunakan dalam algortima BLS
3. Hands-only chest compression RJP digalakkan pada siapa yang tidak
terlatih
4. Urutan ABC diubah ke urutan CAB, chest compression sebelum
breathing.
5. Health care providers memberi chest compression yang efektif
sehingga terdapat sirkulasi spontan.
6. Lebih terfokus kepada kualiti RJP.
7. Kurangkan penekanan untuk memeriksa nadi untuk health care
providers.
8. Algoritma BLS yang lebih mudah diperkenalkan.
9. Rekomendasi untuk mempunyai pasukan yang serentak mengandali
chestcompression, airway management,rescue breathing, rhythm
detection danshock.
Untuk mengenali terjadinya SCA ( sudden cardiac arrest) adalah hal yang
tidak mudah. Jika terjadi kekeliruan dan keterlambatan untuk bertindak dan
memulakan CPR, ini akan mengurangi survival rate korban tersebut.Chest
compression merupakan antara tindakan yang sangat penting dalam CPR
kerana perfusi tergantung kepada kompresi. Oleh karena itu, chest
compression merupakan tindakan yang terpenting jika terdapat korban yang
mempunyai SCA.
![Page 15: rjp](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022062516/55cf8f1a550346703b98f9a2/html5/thumbnails/15.jpg)
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Total abstrak yang masuk sejumlah 603 dan hanya 10 penelitian yang
diikutsertakan.
Gambar 1. Proses seleksi dan screening penelitian yang akan diikutsertakan
Dari 10 penelitian yang masuk, 8 diantaranya adalah penelitian kohort
retrospektif dan 2 sisanya adalah . tujuh penelitian dilakukan di Amerika Utara dan 3 di
Eropa.
![Page 16: rjp](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022062516/55cf8f1a550346703b98f9a2/html5/thumbnails/16.jpg)
Mean diff 95% CI P
Kedalaman kompresi dada 2,44 mm 1,19-3,69 <0,001
Kecepatan kompresi dada 85 x/m -4,81 x/m -8,19 s.d -1,43 <0,005
100 x/m -5,04 x/m -8,44 s.d -1,65 <0,004
Tidak ada jeda saat kompresi 1,34% -1,50-4,18 =0,36
Kecepatan ventilasi 0,18 x/m -1,60-1,96 =0,84
Hasil yang didapat pada penelitian ini adalah:
![Page 17: rjp](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022062516/55cf8f1a550346703b98f9a2/html5/thumbnails/17.jpg)
Kompresi dada yang lebih dalam dan kecepatan kompresi hingga 85-100 kali
permenit sangat berhubungan signifikan dengan keberlangsungan hidup pasien cardiac
arrest pada penelitian meta analisis ini, hal ini konsisten dengan pedoman rekomendasi
hasil consensus saat ini dan diperkirakan kelangsungan hidup pasien cardiac arrest sangat
bergantung pada kualitas RJP. Penelitian ini merupakan penelitian jenis sistematik review
dan meta analisis pertama yang menilai hubungan kejadian cardiac arrest secara
internasional dan menggunakan berbagai macam metode. pengumpulan database
membutuhkan pencarian yang panjang sehingga peneliti harus menghubungi ketua
penulis dari 10 penelitian yang masuk untuk mengidentifikasi dan menggali data-data.
Hasil terpenting kami dari kedalaman kompresi dada adalah penelitian ini sesuai
dengan hasil penelitian laboratorium sebelumnya, yaitu penelitian pada anjing yang
menunjukkan bahwa cardiac output dan aliran darah dipengaruhi oleh kedalaman
kompresi. Penelitian lain menunjukkan bahwa semakin dalam kompresi dada maka
kemungkinan keberhasilan resusitasi semakin besar dibandingkan mendahulukan
defibrilasi dan kecepatan kompresi dada 100+5 kali permenit dengan kedalaman 50+1
mm lebih unggul dibandingkan dengan yang berkecepatan kompresi 80+5 kali permenit
dengan kedalaman 37+1 mm, angka keberhasilannya lebih tinggi untuk ROSC dan
mempertahankan keutuhan neurologi.
Pada penelitian-penelitian saat ini, kecepatan kompresi dada antara 85-100 kali
permenit sangat berhubungan signifikan dengan kelangsungan hidup pasien cardiac
arrest, meskipun kecepatan kompresi >105 kali permenit tidak secara jelas berhubungan
dengan peningkatan angka kelangsungan hidup. Hal ini sesuai dengan penelitian pada
hewan yang menyatakan bahwa aliran darah pada anjing yang mendapat RJP tidak ada
peningkatan ataupun penurunan jika kecepatan kompresi dadanya >120 kali permenit.
Terlalu cepatnya kompresi dada juga bisa menimbulkan penurunan perfusi diastolic yang
menyebabkan kurang optimalnya aliran darah ke arteri coronaria.
![Page 18: rjp](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022062516/55cf8f1a550346703b98f9a2/html5/thumbnails/18.jpg)
Meskipun kecepatan kompresi dada 85-100 kali permenit memiliki hubungan
yang signifikan dengan kelangsungan hidup pasien cardiac arrest tanpa memperhatikan
lokasi dimana terjadinya, kami menemukan bahwa kelangsungan hidup IHCA lebih
ditentukan oleh kecepatan kompresi dada dibandingkan kelangsungan hidup OHCA. Hal
ini dapat dijelaskan perbedaan dari 2 kondisi tersebut. Secara umum, OHCA lebih
disebabkan karena adanya perubahan ritme yang tiba-tiba; 40% pasien pada 1
metaanalisis yang terdiri dari 142.740 OHCA disebabkan karena adanya fibrilasi
ventrikel/ventrikel takikardi sehingga waktu untuk defibrilasi lebih penting untuk
mempertahanka kelangsungan hidup pasien dibandingkan kompresi dada. IHCA lebih
disebabkan karena kurangnya aktivitas aliran listrik atau asistol dan sangat jarang
penyebabnya karena fibrilasi ventrikel/ ventrikel takikardi; hanya 23% pasien pada 1
penelitian kohort yang terdiri dari 36902 orang dewasa IHCA yang mengalami perubahan
ritme yang tiba-tiba. Hal ini masuk akal bahwa kualitas kompresi dada selama resusitasi
IHCA lebih penting dibandingkan defibrilasi untuk mempercepat ROSC.
Pada penelitian ini, tidak adanya jeda saat kompresi tidak berhubungan dengan
kelangsungan hidup pada pasien cardiac arrest. Data dari laboratory menunjukkan bahwa
terhentinya RJP dapat mengganggu kelangsungan hidup. Bagaimanapun, terhentinya
kompresi dada biasanya terjadi karena keadaan klinis pasien itu sendiri dan terjadi karena
beberapa alasan, termasuk terhenti karena untuk defibrilasi. Sangat memungkinkan
bahwa tidak ada jeda saat kompresi menjadi hal yang penting, tergantung dari
karakteristik arrest yang tidak dipertimbangkan pada meta analisis ini; sebagai contoh,
penelitian pada populasi yang sama dapat mengungkap hubungan yang berbeda antara
jeda kompresi dada dan kelangsungan hidup, tergantung dari ritme awal.
Kami juga menemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada
kecepatan ventilasi antara pasien cardiac arrest yang bisa survive dengan yang tidak
survive. Penelitian saat ini menjelaskan bahwa assisted ventilation selama OHCA tidak
terlalu dibutuhkan dan bermanfaat bagi pasien. Pada beberapa kasus, hal ini bahkan
![Page 19: rjp](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022062516/55cf8f1a550346703b98f9a2/html5/thumbnails/19.jpg)
menyebabkan hasil yang semakin memburuk karena memutuskan durasi saat kompresi
dada yang berfungsi untuk menjaga perfusi darah ke organ vital.
![Page 20: rjp](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022062516/55cf8f1a550346703b98f9a2/html5/thumbnails/20.jpg)
IV. KESIMPULAN
1. Cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba dan mendadak,
bisa terjadi pada seseorang yang memang didiagnosa dengan penyakit jantung
ataupun tidak. Waktu kejadiannya tidak bisa diperkirakan, terjadi dengan
sangat cepat begitu gejala dan tanda tampak.
2. Resusitasi Jantung Paru (RJP) atau Cardiopulmonary Resuscitation (CPR)
adalah suatu tindakan darurat sebagai suatu usaha untuk mengembalikan
keadaanhenti nafas atau henti jantung (kematian klinis) ke fungsi optimal,
guna mencegahkematian biologis.
3. Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain systemic review dan meta
analisis.
4. Terdapat hubungan yang signifikan antara kedalaman kompresi dada dengan
survival dari cardiac arrest.
5. Terdapat hubungan yang signifikan antara kecepatan kompresi dada dengan
survival dari cardiac arrest.
6. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tidak adanya jeda saat
kompresi dengan survival dari cardiac arrest.
7. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kecepatan ventilasi dengan
survival dari cardiac arrest.
![Page 21: rjp](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022062516/55cf8f1a550346703b98f9a2/html5/thumbnails/21.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Andrew H. Travers, et al. 2010. Part 4: CPR Overview: 2010 American Heart
Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency
Cardiovascular Care.Circulation 2010;122;S676-S684
Diana M. Cave, et al. 2010. Part 7: CPR Techniques and Devices: 2010 American
Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and
Emergency Cardiovascular Care. Circulation 2010;122;S720-S728
John M. Field. 2010. Part 1: Executive Summary: 2010 American Heart
Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency
Cardiovascular Care. Circulation 2010;122;S640-S656.
Robert A. Berg, et al. 2010. Part 5: Adult Basic Life Support: 2010 American
Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and
Emergency Cardiovascular Care. Circulation 2010;122;S685-S705.
Wallace, Sarah K., Benjamin S.A dan Lance B.B. 2013. Quantifying The Effect
Of Cardiopulmonary Resuscitation Quality On Cardiac Arrest Outcome: A
Systematic Review And Meta-Analisis. Circ Cardiovasc Qual Outcome.
Vol.6: 148-156