rjp (resusitasi jantung paru)
DESCRIPTION
Jurusan KeperawatanFakultas KedokteranUniversitas DiponegoroTRANSCRIPT
TUGAS BASIC LIFE SUPPORT UNIT II
RESUSITASI JANTUNG PARU
Disusun oleh:
Nama : Nindhita Setyaningrum
NIM : (22020112130053)
A 12. 1
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013/2014
UNIT II
RESUSITASI JANTUNG PARU
Pertanyaan :
1. Apa definisi RJP ?
2. Apa tujuan tindakan RJP ?
3. Apakah indikasi dilakukannya tindakan RGP ?
4. Jelaskan langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan tindakan RGP ?
5. Apa saja alat-alat yang dibutuhkan dalam melakukan tindakan RGP ?
6. Jelaskan bedanya teknik resusitasi jantung paru pada klien dewasa dan bayi
(neonatus)
Jawaban :
1. Resusitasi Jantung paru (RJP)
Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan gawat darurat akibat kegagalan
sirkulasi dan pernafasan untuk dikembalikan ke fungsi optimal guna mencegah
kematian biologis. RJP disebut juga dengan CPR (Cardio Pulmonary Resuscitation)
merupakan gabungan antara pijat jantung dan pernafasan buatan. Teknik ini
diberikan pada korban yang mengalami henti jantung dan nafas, tetapi masih hidup.
RJP harus segera dilakukan dalam 4-6 menit setelah ditemukan telah terjadi henti
nafas dan henti jantung untuk mencegah kerusakan sel-sel otak dan lain-lain.
Mati Klinik RJP Mati Biologik
( Reversibel ) 4-6 menit ( Ireversibel )
Keterangan:
1) Mati Klinis
Tidak ditemukan adanya pernapasan dan denyut nadi, bersifat reversibel,
penderita punya kesempatan waktu 4-6 menit untuk dilakukan resusitasi tanpa
kerusakan otak.
2) Mati Biologis
Biasanya terjadi dalam waktu 8-10 menit dari henti jantung, dimulai
dengan kematian sel otak, bersifat irreversibel. (kecuali berada di suhu yang
ekstrim dingin, pernah dilaporkan melakukan resusitasi selama 1 jam/ lebih dan
berhasil).
Sumbatan jalan napas/depresi
pernapasan sentral atau perifer
hipoksiaFrekuensi napas
meningkat
Kelelahan otot pernapasan
Penumpukan CO2
Henti napas
2. Tujuan tindakan RJP
Tujuan tindakan RJP adalah untuk membuka kembali jalan napas yang menyempit
atau tertutup sama sekali sehingga menghindari kematian.
3. Indikasi Melakukan RJP
1) Henti Napas (Apneu)
Dapat disebabkan oleh sumbatan jalan napas atau akibat depresi
pernapasan baik di sentral maupun perifer. Berkurangnya oksigen di dalam tubuh
akan memberikan suatu keadaan yang disebut hipoksia. Frekuensi napas akan
lebih cepat dari pada keadaan normal. Bila perlangsungannya lama akan
memberikan kelelahan pada otot-otot pernapasan. Kelelahan otot-otot napas
akan mengakibatkan terjadinya penumpukan sisa-sisa pembakaran berupa gas
CO2, kemudian mempengaruhi sistem saraf pusat dengan menekan pusat
napas. Keadaan inilah yang dikenal sebagai henti nafas.
Pernapasan buatan diberikan dengan cara :
a. Mouth to Mouth Ventilation
Cara langsung sudah tidak dianjurkan karena bahaya infeksi
(terutama hepatitis, HIV) karena itu harus memakai ”barrier device” (alat
perantara). Dengan cara ini akan dicapai konsentrasi oksigen hanya 18 %.
- Tangan kiri penolong menutup hidung korban dengan cara memijitnya
dengan jari telunjuk dan ibu jari, tangan kanan penolong menarik dagu
korban ke atas.
- Penolong menarik napas dalam-dalam, kemudian letakkan mulut
penolong ke atas mulut korban sampai menutupi seluruh mulut korban
secara pelan-pelan sambil memperhatikan adanya gerakan dada korban
sebagai akibat dari tiupan napas penolong. Gerakan ini menunjukkan
Henti napasO2 tidak ada dalam tubuh
Jantung tidak dapat berkontraksiHenti jantung
bahwa udara yang ditiupkan oleh penolong itu masuk ke dalam paru-paru
korban.
- Setelah itu angkat mulut penolong dan lepaskan jari penolong dari hidung
korban. Hal ini memberikan kesempatan pada dada korban kembali ke
posisi semula.
b. Mouth to Stoma
Dapat dilakukan dengan membuat Krikotiroidektomi yang kemudian
dihembuskan udara melalui jalan yang telah dibuat melalui prosedur
Krikotiroidektomi tadi.
c. Mouth to Mask ventilation
Pada cara ini, udara ditiupkan ke dalam mulut penderita dengan
bantuan face mask.
d. Bag Valve Mask Ventilation ( Ambu Bag)
Dipakai alat yang ada bag dan mask dengan di antaranya ada katup.
Untuk mendapatkan penutupan masker yang baik, maka sebaiknya masker
dipegang satu petugas sedangkan petugas yang lain memompa.
e. Flow restricted Oxygen Powered Ventilation (FROP)
Pada ambulans dikenal sebagai “ OXY – Viva “. Alat ini secara
otomatis akan memberikan oksigen sesuai ukuran aliran (flow) yang
diinginkan.
Bantuan jalan napas dilakukan dengan sebelumnya mengevaluasi jalan
napas korban apakah terdapat sumbatan atau tidak. Jika terdapat sumbatan
maka hendaknya dibebaskan terlebih dahulu.
2) Henti Jantung (Cardiac Arrest)
Otot jantung juga membutuhkan oksigen untuk berkontraksi agar darah
dapat dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh. Dengan berhentinya napas,
maka oksigen akan tidak ada sama sekali di dalam tubuh sehingga jantung tidak
dapat berkontraksi dan akibatnya henti jantung (cardiac arrest).
4. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan tindakan RJP :
a. Cek kesadaran
Periksa kesadaran korban dengan menepuk bahu dan memanggil dengan suara
keras
b. Memanggil bantuan dari orang sekitar, meminta mereka untuk ikut menolong dan
telfon rumah sakit terdekat untuk meminta bantuan medik atau ambulans
c. Posisi korban
Jika korban telungkup, balikkan pelan-pelan agar terentang. Korban harus
ditolong dalam posisi terlentang di atas alas keras
d. Bebaskan jalan napas dari sumbatan pangkal lidah. Dengan satu tangan di dahi
korban. Doronglah dahi kebelakang, agar kepala menengadah dan mulut sedikit
terbuka (head tilt). Pertolongan dapat ditambah dengan mengangkat dagu (chin
lift). Pada korban yang tidak sadar, posisi kepala cenderung fleksi sehingga
mengakibatkan terjadinya sumbatan akibat pangkal lidah yang jatuh kebelakang.
Selain itu dapat juga dilakukan dengan jaw thrust yaitu dagu korban diangkat
dengan kedua tangan kita, sehingga deretan gigi rahang bawah berada di depan
deretan gigi rahang atas.
e. Bebaskan jalan napas dari sumbatan benda asing
Buka mulut korban, bersihkan benda asing yang ada di dalam mulut korban
dengan mengorek dan menyapukan dua jari penolong yang telah dibungkus
dengan secarik kain
f. Periksa apakah korban bernapas dengan mendekatkan pipi penolong kemulut
dan hidung korban. Mata penolong melihat ke arah dada (primary survey : lihat,
dengar, raba)
Jaw ThrustHead Tilt dan Chin Lift
g. Menentukan denyut nadi leher. Untuk orang awan hal ini tidak mutlak dilakukan
h. Menentukan lokasi titik tumpu kompresi
- 1/3 distal sternum atau 2 jari proksimal Prosesus Xiphoideus
- Jari tengah tangan kanan diletakkan di Prosesus Xiphoideus, sedangkan jari
telunjuk mengikuti
- Tempatkan tumit tangan di atas jari telunjuk tersebut
- Tumit tangan satunya diletakkan di atas tangan yang sudah berada tepat di
titik pijat jantung
- Jari-jari tangan dapat dirangkum, namun tidak boleh menyinggung dada
korban
f. Teknik Resusitasi Jantung Paru (Kompresi)
- Kedua lengan lurus dan tegak lurus pada sternum
- Tekan ke bawah sedalam 4-5 cm
- Tekanan tidak terlalu kuat
- Tidak menyentak
- Tidak bergeser / berubah tempat
- Kompresi ritmik 100 kali / menit ( 2 pijatan / detik )
- Fase pijitan dan relaksasi sama ( 1 : 1)
- Rasio pijat dan napas 30 : 2 (15 kali kompresi : 2 kali hembusan
napas/ventilasi)
- Setelah empat siklus pijat napas, evaluasi sirkulasi
Bila belum terdapat denyut nadi leher maka lanjutkan RJP sampai ambulans
datang
g. Tindakan RJP ini hanya boleh dihentikan bila :
1) RJP sudah berhasil (korban sadar/hidup)
2) Ada orang lain yang lebih ahli yang menggantikan
3) Penolong kelelahan
4) Korban dinyatakan meninggal (pupil makin melebar/dilatasi maksimal, tanda-
tanda mati batang otak, mati klinis)
5. Alat-alat yang dibutuhkan dalam melakukan tindakan RJP
a. Handscoon
b. Oropharingeal tube (untuk korban tidak sadar) dan nasopharingeal tube (untuk
korban sadar) alat tersebut digunakan untuk membuka jalan napas
c. face mask dan barier device
d. Ambu Bag
6. Perbedaan Resusitasi jantung paru pada klien dewasa dan bayi (neonatus)
1) Resusitasi jantung paru pada bayi ( < 1 tahun)
a. 2 – 3 jari atau kedua ibu jari
b. Titik kompresi pada garis yang menghubungkan kedua papilla mammae
c. Kompresi ritmik 5 pijatan / 3 detik atau kurang lebih 100 kali per menit
d. Rasio pijat : napas 15 : 2
e. Setelah tiga siklus pijat napas, evaluasi sirkulasi
2) Resusitasi Jantung paru pada dewasa
Oropharingeal tube Nasopharingeal tube
a. Dua telapak tangan
b. Titik kompresi pada dua jari di atas Prosessus Xiphoideus
c. Kompresi ritmik 100 kali / menit ( 2 pijatan / detik )
d. Rasio pijat : napas 30 : 2
e. Setelah empat siklus pijat napas, evaluasi sirkulasi
DAFTAR PUSTAKA
1. www.hetfkunand.org diunduh pada tanggal 18 september 2013 pukul 21.42 WIB
2. www.pmisumut.or diunduh pada tanggal 18 september 2013 pukul 21.50 WIB
3. thefuturisticlovers.wordpress.com diunduh pada tanggal 19 september 2013
pukul 22.03 WIB
4. Purwoko, Susi. 2006. Pertolongan pertama dan RJP pada anak. Jakarta : Arcan