rjp

12
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman seseorang dalam melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu. Pengetahuan tau kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Kedalaman pengetahuan yang diperoleh seeorang terhadap suatu rangsangan dapat diklasifikasikan berdasarkan enam tingkatan, yaitu: a. Tahu (know) Merupakan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu merupakan tingkatan pengalaman yang paling rendah. b. Memahami (comprehension) Merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang diketahui. Orang telah paham akan objek atau materi harus mampu menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi (application) Kemampuan dalam menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. d. Analisis (analysis) Kemampuan dalam menjabarkan materi atau suatu objek dalam komponen- komponen, dan masuk ke dalam struktur organisasi tersebut. e. Sintesis (synthesis) Universitas Sumatera Utara

Upload: humaira-azmi

Post on 06-Aug-2015

24 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: rjp

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman

seseorang dalam melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu.

Pengetahuan tau kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang (overt behavior).

Kedalaman pengetahuan yang diperoleh seeorang terhadap suatu rangsangan

dapat diklasifikasikan berdasarkan enam tingkatan, yaitu:

a. Tahu (know)

Merupakan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,

termasuk ke dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap

suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima. Oleh karena itu, tahu merupakan tingkatan pengalaman yang paling

rendah.

b. Memahami (comprehension)

Merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang

diketahui. Orang telah paham akan objek atau materi harus mampu

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan

sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Kemampuan dalam menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi

dan kondisi yang sebenarnya.

d. Analisis (analysis)

Kemampuan dalam menjabarkan materi atau suatu objek dalam komponen-

komponen, dan masuk ke dalam struktur organisasi tersebut.

e. Sintesis (synthesis)

Universitas Sumatera Utara

Page 2: rjp

Kemampuan dalam meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (evaluation)

Kemampuan dalam melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek

(Notoatmodjo, 2003).

2.2. Bantuan hidup dasar (Basuc life support)

2.2.1. Definisi

Bantuan hidup dasar (Basuc life support) adalah usaha yang dilakukan untuk

menjaga jalan napas (airway) tetap terbuka, menunjang pernapasan dan sirkulasi dan

tanpa menggunakan alat-alat bantu (Soerianata, 1996).

Istilah basuc life support mengacu pada mempertahankan jalan nafas dan

sirkulasi. Basuc life support ini terdiri dari beberapa elemen: penyelamatan

pernapasan (juga dikenal dengan pernapasan dari mulut ke mulut) dan kompresi dada

eksternal. Jika semua digabungkan maka digunakan istilah Resusitasi Jantung Paru

(RJP) (Handley, 1997).

Bantuan hidup dasar adalah tindakan darurat untuk membebaskan jalan napas,

membantu pernapasan dan mempertahankan sirkulasi darah tanpa menggunakan alat

bantu (Alkatiri, 2007).

2.2.2. Tujuan

Tujuan utama dari bantuan hidup dasar adalah suatu tindakan oksigenasi

darurat untuk mempertahankan ventilasi paru dan mendistribusikan darah-oksigenasi

ke jaringan tubuh (Alkatiri, 2007).

Tujuan bantuan hidup dasar ialah untuk oksigenasi darurat secara efektif pada

organ vital seperti otak dan jantung melalui ventilasi buatan dan sirkulasi buatan

sampai paru dan jantung dapat menyediakan oksigen dengan kekuatan sendiri secara

normal (Latief, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Page 3: rjp

2.2.3. Tindakan

Gambar 2.1. Algoritma Bantuan HIdup Dasar (sumber: European Resuscitation

Council Guidelines for Resuscitation 2010).

Universitas Sumatera Utara

Page 4: rjp

2.2.3.1. Periksa Respon dan Layanan Kedaruratan Medis

Berteriak didekat kuping Pemeriksaan kesadaran dilakukan untuk menentukan

pasien sadar atau tidak dengan cara memanggil, menepuk bahu atau wajah korban.

Jika pasien sadar, biarkan pasien dengan posisi yang membuatnya merasa nyaman,

dan bila perlu lakukan kembali penilaian kesadaran setelah beberapa menit. Jika

pasien tidak sadar segera meminta bantuan dengan cara berteriak “TOLONG!” atau

dengan menggunakan alat komunikasi dan beritahukan dimana posisi anda

(penolong) (ERC Guidelines, 2010).

Gambar 2.2. Pemeriksaan kesadaran korban (sumber: European Resuscitation

Council Guidelines for Resuscitation 2010).korban “apakah anda baik-

baik saja?”

2.2.3.2. Pembebasan Jalan Napas (Airway Support)

Gangguan airway dapat timbul secara mendadak dan total, perlahan-lahan dan

sebagian, dan progresif dan/atau berulang (ATLS, 2004). Penyebab utama obstruksi

jalan napas bagian atas adalah lidah yang jatuh kebelakang dan menutup nasofaring.

Selain itu bekuan darah, muntahan, edema, atau trauma dapat juga menyebabkan

obstruksi tersebut. Oleh karena itu, pembebasan jalan napas dan menjaga agar jalan

napas tetap terbuka dan bersih merupakan hal yang sangat penting dalam BLS (Van

Way, 1990).

Universitas Sumatera Utara

Page 5: rjp

Bila penderita mengalami penurunan tingkat kesadaran, maka lidah mungkin

jatuh kebelakang dan menyumbat hipofaring. Bentuk sumbatan seperti ini dapat

segera diperbaiki dengan cara mengangkat dagu (chin-lift maneuver) atau dengan

mendorong rahang bawah ke arah depan (jaw-thrust maneuver). Tindakan-tindakan

yang digunakan untuk membuka airway dapat menyebabkan atau memperburuk

cedera spinal. Oleh karena itu, selama mengerjakan prosedur-prosedur ini harus

dilakukan immobilisasi segaris (in-line immobilization) dan pasien/korban harus

diletakkan di atas alas/permukaan yang rata dan keras (IKABI, 2004).

Teknik-teknik mempertahankan jalan napas (airway):

a. tindakan kepala tengadah (head tilt)

Tindakan ini dilakukan jika tidak ada trauma pada leher. Satu tangan

penolong mendorong dahi kebawah supaya kepala tengadah (Latief dkk,

2009).

b. Tindakan dagu diangkat (chin lift)

Jari-jemari satu tangan diletakkan dibawah rahang, yang kemudian secara

hati-hati diangkat keatas untuk membawa dagu ke arah depan. Ibu jari dapat

juga diletakkan di belakang gigi seri (incisor) bawah dan secara bersamaan

dagu dengan hati-hati diangkat. Maneuver chin lift tidak boleh menyebabkan

hiperekstensi leher (IKABI, 2004)

Gambar 2.3. Head-tilt, chin-lift maneuver (sumber: European Resuscitation

Council Guidelines for Resuscitation 2010).

Universitas Sumatera Utara

Page 6: rjp

c. tindakan mendorong rahang bawah (jaw-thrust)

pada pasien dengan trauma leher, rahang bawah diangkat didorong kedepan

pada sendinya tanpa menggerakkan kepala-leher.

(Latief dkk, 2009).

Gambar 2.4. Jaw-thrust maneuver (sumber: European Resuscitation Council

Guidelines for Resuscitation 2010).

2.2.3.3. Bantuan Napas dan Ventilasi (Breathing Support)

Oksigen sangat penting bagi kehidupan. Pada keadaan normal, oksigen

diperoleh dengan bernafas dan diedarkan dalam aliran darah ke seluruh tubuh (Smith,

2007).

Breathing support merupakan usaha ventilasi buatan dan oksigenasi dengan

inflasi tekanan positif secara intermitten dengan menggunakan udara ekshalasi dari

mulut ke mulut, mulut ke hidung, atau dari mulut ke alat (S-tube masker atau bag

valve mask) (Alkatri, 2007).

Breathing support terdiri dari 2 tahap :

1. Penilaian Pernapasan

Menilai pernapasan dengan memantau atau observasi dinding dada pasien

dengan cara melihat (look) naik dan turunnya dinding dada, mendengar

(listen) udara yang keluar saat ekshalasi, dan merasakan (feel) aliran udara

yang menghembus dipipi penolong (Mansjoer, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Page 7: rjp

Gambar 2.5. Look, listen, and feel (sumber: European Resuscitation Council

Guidelines for Resuscitation 2010).

2. Memberikan bantuan napas

Bantuan napas dapat dilakukan melalui mulut ke mulut (mouth-to-mouth),

mulut ke hidung (mouth-to-nose), mulut ke stoma trakeostomi atau mulut ke

mulut via sungkup (Latief dkk, 2009).

a. Pada bantuan napas mulut-ke-mulut (mouth-to-mouth) jika tanpa alat,

maka penolong menarik napas dalam, kemudian bibir penolong

ditempelkan ke bibir pasien yang terbuka dengan erat supaya tidak bocor

dan udara ekspirasi dihembuskan ke mulut pasien sambil menutup kedua

lubang hidung pasien dengan cara memencetnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: rjp

Gambar 2.6. Ventilasi buatan mulut ke mulut (sumber: European

Resuscitation Council Guidelines for Resuscitation 2010).

b. Pada bantuan napas mulut-ke-hidung (mouth-to-nose), maka udara

ekpsirasi penolong dhembuskan kehidung pasien sambil menutup mulut

pasien. Tindakan ini dilakukan kalau mulut pasien sulit dibuka (trismus)

atau pada trauma maksilo-fasial.

c. Pada bantuan napas mulut-ke-sungkup pada dasarnya sama dengan mulut-

ke-mulut. Bantuan napas dapat pula dilakukan dari mulut-ke-stoma atau

lubang trakeostomi pada pasien pasca bedah laringektomi.

Frekuensi dan besar hembusan sesuai dengan usia pasien apakah korban bayi,

anak atau dewasa. Pada pasien dewasa, hembusan sebanyak 10-12 kali per

menit dengan tenggang waktu antaranya kira-kira 2 detik. Hembusan

penolong dapat menghasilkan volum tidal antara 800-1200 ml (Latief dkk,

2009).

2.2.3.4. Sirkulasi (Circulation Support)

Merupakan suatu tindakan resusitasi jantung dalam usaha mempertahankan

sirkulasi darah dengan cara memijat jantung, sehingga kemampuan hidup sel-sel saraf

otak dalam batas minimal dapat dipertahankan (Alkatri, 2007).

Dilakukan dengan menilai adanya pulsasi arteri karotis. Penilaian ini

maksimal dilakukan selama 5 detik. Bila tidak ditemukan nadi maka dilakukan

kompresi jantung yang efektif, yaitu kompresi dengan kecepatan 100 kali per menit,

kedalaman 4-5 cm, memberikan kesempatan jantung mengembang (pengisian

ventrikel), waktu kompresi dan relaksasi sama, minimalkan waktu terputusnya

kompresi dada. Rasio kompresi dan ventilasi 30:2 (Mansjoer, 2009).

Tempat kompresi jantung luar yang benar ialah bagian tengah separuh bawah

tulang dada. Pada pasien dewasa tekan tulang dada kebawah menuju tulang punggung

sedalam 3-5 cm sebanyak 60-100 kali per menit.tindakan ini akan memeras jantung

Universitas Sumatera Utara

Page 9: rjp

yang letaknya dijepit oleh dua bangunan tulang yang keras yaitu tulang dada dan

tulang punggung. Pijatan yang baik akan menghasilkan denyut nadi pada karotis dan

curah jantung sekitar 10-15% dari normal (Latief dkk, 2009).

Gambar 2.7. Posisi penolong pijat jantung (sumber: European Resuscitation

Council Guidelines for Resuscitation 2010).

Periksa keberhasilan tindakan resusitasi jantung paru dengan memeriksa

denyut nadi arteri karotis dan pupil secara berkala. Bila pupil dalam keadaan

konstriksi dengan reflex cahaya positif, menandakan oksigenasi aliran darah otak

cukup. Bila sebaliknya yang terjadi, merupakan tanda kerusakan otak berat dan

resusitasi dianggap kurang berhasil (Alkatiri, 2007).

Penghentian RJP

Hentikan usaha RJP jika terjadi hal-hal berikut:

a. Korban sadar kembali (dapat bernapas dan denyut nadi teraba kembali).

b. Digantikan oleh penolong terlatih lain atau layanan kedaruratan medis.

c. Penolong kehabisan tenaga untukmelanjutkan RJP.

d. Keadaan menjadi tidak aman.

(Asih, 1996).

Universitas Sumatera Utara

Page 10: rjp

2.2.3.5. Posisi Pemulihan (Recovery Position)

Recovery position dilakukan setelah pasien ROSC (Return of Spontaneous

Circulation). Urutan tindakan recovery position meliputi:

a. Tangan pasien yang berada pada sisi penolong diluruskan ke atas

b. Tangan lainnya disilangkan di leher pasien dengan telapak tangan pada pipi

pasien

c. Kaki pada sisi yang berlawanan dengan penolong ditekuk dan ditarik ke arah

penolong, sekaligus memiringkan tubuh korban ke arah penolong

Dengan posisi ini jalan napas diharapkan dapat tetap bebas (secure airway)

dan mencegah aspirasi jika terjadi muntah. Selanjutnya, lakukan pemeriksasn

pernapasan secara berkala (Resuscitation Council UK, 2010).

Gambar 2.8. Recovery position (sumber: European Resuscitation Council

Guidelines for Resuscitation 2010)

2.3. Indikasi Bantuan Hidup Dasar

Tindakan RJP sangat penting terutama pada pasien dengan cardiac arrest

karena fibrilasi ventrikel yang terjadi di luar rumah sakit, pasien di rumah sakit

dengan fibrilasi ventrikel primer dan penyakit jantung iskemi, pasien dengan

hipotermi, overdosis, obstruksi jalan napas atau primary respiratory arrest (Alkatiri

dkk, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Page 11: rjp

Pada beberapa keadaan, tindakan resusitasi tidak dianjurkan (tidak efektif),

antara lain: bila henti jantung (arrest) telah berlangsung lebih dari 5 menit (oleh

karena biasanya kerusakan otak permanen telah terjadi pada saat ini), pada keganasan

stadium lanjut, payah jantung refrakter, edema paru-paru refrakter, syok yang

mendahului arrest, kelainan neurologic yang berat, serta pada penyakit ginjal, hati

dan paru yang lanjut (Alkatiri dkk, 2007).

2.3.1. Henti Napas (Respiratory Arrest)

Henti Napas primer (respiratory arrest) dapat disebabkan oleh banyak hal,

misalnya serangan stroke, keracunan obat, tenggelam, inhalasi asap/uap/gas,

obstruksi jalan napas oleh benda asing, tersengat listrik, tersambar petir, serangan

infark jantung, radang epiglottis, tercekik (suffocation), trauma dan lain-lain (Latief

dkk, 2009).

Tanda dan gejala henti napas berupa tidak sadar (pada beberapa kasus terjadi

kolaps yang tiba-tiba), pernapasan tidak tampak atau pasien bernapas dengan

terengah-engah secara intermitten, sianosis dari mukosa buccal dan liang telinga,

pucat secara umum, nadi karotis teraba (Muriel, 1995).

Pada awal henti nafas, jantung masih berdenyut, masih teraba nadi, pemberian

O2 ke otak dan organ vital lainnya masih cukup sampai beberapa menit. Kalau henti

napas mendapat pertolongan dengan segera maka pasien akan terselamatkan

hidupnya dan sebaliknya kalau terlambat akan berakibat henti jantung yang mungkin

menjadi fatal (Latief dkk, 2009).

2.3.2. Henti Jantung (Cardiac Arrest)

Henti jantung adalah keadaan terhentinya alran darah dalam system sirkulasi

tubuh secara tiba-tiba akibat terganggunya efektifitas kontraksi jantung saat sistolik

(Mansjoer, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Page 12: rjp

Berdasarkan etiologinya henti jantung disebabkan oleh penyakit jantung

(82,4%); penyebab internal nonjantung (8,6%) seperti akibat penyakit paru, penyakit

serebrovaskular, penyakit kanker, perdarahan saluran cerna obstetrik/pediatrik,

emboli paru, epilepsi, diabetes mellitus, penyakit ginjal; dan penyebab eksternal

nonjantung (9,0%) seperti akibat trauma, asfiksisa, overdosis obat, upaya bunuh diri,

sengatan listrik/petir (Mansjoer, 2009).

Henti jantung biasanya terjadi beberapa menit setelah henti napas. Umumnya

walaupun kegagalan pernapasan telah terjadi, denyut jantung dan pembuluh darah

masih dapat berlangsung terus sampai kira-kira 30 menit. Pada henti jantung dilatasi

pupil kadang-kadang tidak jelas. Dilatasi pupil mulai terjadi 45 detik setelah aliran

darah ke otak berhenti dan dilatasi maksimal terjadi dalam waktu 1 menit 45 detik.

Bila telah terjadidilatasi pupil maksimal, hal ini menandakan sudah 50% kerusakan

otak irreversible (Alkatiri dkk, 2007).

Henti jantung ditandai oleh denyut nadi besar tak teraba (karotis, femoralis,

radialas), disertai kebiruan (sianosis) atau pucat sekali, pernapasan berhenti atau satu-

satu (gasping, apnu), dilatasi pupil tak bereaksi dengan ranngsang cahaya dan pasien

dalam keadaan tidak sadar (Latief dkk, 2009).

Universitas Sumatera Utara