risiko likuiditas pada perbankan konvensional dan syariah
TRANSCRIPT
Jurnal Riset Akuntansi & Bisnis
Vol. 16 No. 1, Maret 2016, 1-26
ISSN 1693-7597
1-26
Risiko Likuiditas pada Perbankan Konvensional dan Syariah di Indonesia
Faisusza Bani 1)
dan Rizal Yaya2)
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
ABSTRACT
This study compares risk liquidity at Islamic and conventional bank in Indonesia
and analyses factors that affect it. Data used are quarterly report of islamic and
conventional banks from March 2008- March 2014 where the samples were selected
based on purposive sampling and analysed based on multiple regression analysis. The
findings show that there is a significant difference between islamic and conventional
banks on risk liquidity. This study also found that Capital Adequacy Ratio (CAR) and
Return on Asset (ROA) have negatif effects while Net Interest Margin (NIM) has
positive effects on risk liquidity of Islamic banks. No financial ratios were found had
effect on risk liquity of conventional banks. In terms on company size, it was found
that it has no effect on risk liquidity in both Islamic and conventional banks.
Keywords: Risk Liquidity, Islamic Bank, Conventional Bank, Financial Ratios, Company
Size.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan risiko likuiditas pada perbankan
syariah dan konvensional di Indonesia dan menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhinya. Subjek penelitian yang digunakan adalah laporan keuangan
triwulan bank syariah dan bank konvensional di Indonesia dari Maret 2008 – Maret
2014 dengan sample berdasarkan purposive sampling dan alat analisis berdasarkan
regresi berganda. Hasil analisis menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan
antara risiko likuiditas pada bank syariah dan bank konvensional. Penelitian ini juga
menemukan bahwa rasio keuangan seperti Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Return
on Asset (ROA) berpengaruh negatif signifikan pada risiko likuiditas bank syariah,
dan Net Interest Margin (NIM) berpengaruh positif signifikan. Untuk bank
conventional, tidak ditemukan adanya pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap risiko
Jurnal Riset Akuntansi & Bisnis
Vol. 16 No. 1, Maret 2016, 1-26
ISSN 1693-7597
2-26
leiquiditas. Dalam pengujian ukuran perusahaan, tidak ditemukan pengaruhnya
terhadap risiko likuiditas baik di bank syariah maupun bank konvensional.
Kata kunci : Risiko Likuiditas, Bank Syariah, Bank Konvensional, Rasio Keuangan, Ukuran
Perusahaan
PENDAHULUAN
Menurut Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.11/25/2009, pengertian risiko likuiditas
adalah risiko bank akibat ketidakmampuan bank memenuhi kewajiban bank yang telah jatuh
tempo dari pendanaan arus kas dan atau aset yang likuid tanpa menggangu aktivas bank sehari-
hari. Dalam likuiditas terdapat dua resiko yaitu resiko ketika bank kelebihan dana dimana dana
yang ada dalam bank banyak yang idle, hal ini akan menimbulkan pengorbanan tingkat bunga
yang tinggi. Kedua, resiko ketika bank kekurangan dana, akibatnya dana yang tersedia untuk
mencukupi kebutuhan kewajiban jangka pendek tidak ada.
Bank dapat dikatakan likuid apabila bank memiliki sejumlah likuiditas dan/atau
memegang alat-alat likuid, cash assets (uang kas, rekening pada bank sentral dan bank lainnya)
sama dengan jumlah kebutuhan likuiditas yang diperkirakan, memiliki likuiditas kurang dari
kebutuhan, dan memiliki kemampuan untuk memperoleh likuiditas dengan cara menciptakan
uang. Sebagai lembaga kepercayaan bagi masyarakat maka bank harus bisa mengelola likuiditas
secara baik terutama ditunjukan untuk memperkecil risiko likuiditas yang disebabkan oleh
adanya kekurangan, dalam mengelola likuiditas selalu akan terjadi benturan kepentingan antara
keputusan untuk menjaga likuiditas dan meningkatkan pendapatan.
Risiko ini terjadi karena adanya kesenjangan antara antara sumber pendanaan yang pada
umumnya berjangka pendek dan aktiva yang pada umumnya berjangka panjang. Apabila
kesenjangan tersebut cukup besar maka akan menurunkan kemampuan bank untuk memenuhi
kewajibannya pada saat jatuh tempo. Rendahnya kemampuan bank dalam memenuhi
kewajibanya akan berimbas pada kemampuan bank untuk memenuhi semua penarikan dana oleh
nasabah dan kewajiban yang telah jatuh tempo yang berakibat perbankan tidak dapat
mengembalikan dana tersebut. Hal ini bank dalam kondisi tidak sehat.
Jurnal Riset Akuntansi & Bisnis
Vol. 16 No. 1, Maret 2016, 1-26
ISSN 1693-7597
3-26
Sistem bunga yang digunakan bank konvensional berbeda dengan sistem bagi hasil
yang digunakan bank syariah. Pada bank konvensional bunga harus dibayarkan meskipun bank
mengalami kerugian akibat kegiatan bisnisnya dan apa bila kelangkaan likuiditas yang terjadi
pada perbankan memaksa bank untuk menghimpun dana dari masyarakat melalui peningkatan
suku bunga deposit. Akan tetapi, dengan naiknya suku bunga, hal ini menyebabkan naiknya suku
bunga pinjaman. Akibatnya kredit bermasalah pun muncul akibat kreditor tidak sanggup
membayar hutang dan bank mengalami kerugian akibat hal ini. Berbeda dengan sistem bagi
hasil dimana setiap memperoleh keuntungan dari usaha yang dilakukan, dan juga saat
memperoleh keriguan, maka anatara nasabah dan bank sama-sama saling berbagi baik
keuntungan maupun kerugian. Hal ini menyebabkan bank konvensional lebih berisiko dari pada
bank syariah. Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap risiko likuiditas pada perbankan konvensional dan
syariah.
Landasan Teori
Menurut Peraturan Bank Indonesia nomor 5/8/PBI/2003 tentang “Penerapan
Manajemen risiko Bagi Bank Umum”, risiko adalah potensi terjadinya suatu peristiwa (events)
yang dapat menimbulkan kerugian Bank, sedangkan manajemen risiko adalah serangkaian
prosedur dan metodolagi yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan
mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha.
Menurut Alam (2012) persoalan likuiditas adalah persoalan operasional sehari – hari
dalam dunia perbankan, tek terkecuali perbankan syariah. Likuiditas merupakan salah satu faktor
yang menentukan kesuksesan atau kegagalan perbankan. Menurut Agrista (2012) risiko dapat
didefinisikan sebagai salah satu potensi terjadi suatu peristiwa yang dapat menimbulkan
kerugian. Sedangkan berdasarkan Peraturan Bank Indonesia nomor 5/8/PBI/2003, risiko adalah
potensi terjadinya suatu pristiwa (event) yang dapat menimbulkan kerugian bank. Risiko
mempunyai dampak negatif dan tidak dapat dihindari tetapi risiko dapat dikendalikan, maka
bank wajib menerapkan manajemen risiko.
Antariksa (2005) menyatakan bahwa likuiditas adalah kemampuan bank untuk melunasi
kewajiban yang segera dapat dicairkan atau yang sudah jatuh tempo. Suatu bank dikatakan likuid
apabila bank dapat membayar kewajiban, dan dapat membayar kembali semua deposanya serta
Jurnal Riset Akuntansi & Bisnis
Vol. 16 No. 1, Maret 2016, 1-26
ISSN 1693-7597
4-26
dapat memenuh4i semua permintaan pembiayaan kredit yang diajukan tanpa terjadi
penangguhan. Bank yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dana dengan segera untuk
memenuhi kebutuhan dana yang mendesak mengakibatkan munculnya risiko likuiditas.
Menurut Muharram dan Kurnia (2012) risiko likuiditas adalah kerugian yang terjadi
dalam menghasilkan uang tunai yang diperlukan untum memenuhi kewajiban jangka pendek
atau yang sudah jatuh tempo. Menurut Haslem dalam Muharram dan Kurnia (2012) ada
beberapa strategi bagi bank untuk memenuhi tingkat likuiditasnya yaitu :
a. Memiliki kas yang memadai
b. Dapat mengkonversi aset ke kas
c. Pinjaman
Rasio antara kas liquid dan total aset dapat menggambarkan seberapa jauh aktiva bank
dapat dikonversi menjadi uang tunai untuk menutupi risiko likuiditas mereka.
Capital Adequacy Ratio
Capital Adequacy Ratio adalah raiso kinerja bank untuk mengukur kecakupan modal
yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko. CAR
merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai
akibat dari kerugian-kerugian yang disebabkan oleh aktiva berisiko. Rasio ini bertujuan untuk
memastikan bahwa jika dalam aktivitasnya bank mengalami kerugian, maka ketersediaan modal
yang dimiliki oleh bank mampu mengover kerugian tersebut. Menurut Peraturan Bank Indonesia
Nomor 3/21/PBI/2001, bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% dari asets
tertimbang menurut risiko (ATMR). ATMR merupakan penjumlahan ATMR aktiva yang
tercantum dalam neraca dan aktiva bersifat administratif (Dendawijaya dalam Pratami, 2012).
Return On Asets
Return On Aset (ROA) yaitu rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam
menghasilkan laba. ROA digunakan unuk mengetahui kemampuan bank untuk memperoleh
keuntungan (laba sebelum pajak) yang dihasilkan dari rata-rata total aset bank yang
bersangkutan. Adapun kriteria penilaian ROA menurut Surat Edaran Bank Indonesia
No.9/24/DPbS tentang sistem penilaian tingkat kesehatan Bank Umum berdasarkan Prinsip
Syariah adalah sebagai berikut.
Peringkat 1 (sangat baik) : ROA ≥ 1,5%
Jurnal Riset Akuntansi & Bisnis
Vol. 16 No. 1, Maret 2016, 1-26
ISSN 1693-7597
5-26
Peringkat 2 (baik) : 1,25% ≤ ROA < 1,5%
Peringkat 3 (cukup baik) : 0,5% ≤ ROA < 1,25%
Peringkat 4 (kurang baik) : 0% ≤ ROA < 0,5%
Peringkat 5 (lemah) : ROA ≤ 0%
Laba yang tinggi membuat bank mendapatkan kepercayaan dari masyarakat yang
memungkinkan bank untuk menghimpun modal yang lebih banyak sehingga bank memperoleh
kesempatan meminjamkan dengan lebih luas (Simorangkir dalam Pratami, 2011)
Return On Equity
Return on Equity merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank memperoleh laba
dan efisiensi secara keseluruhan operasional melalui penggunaan modal sendiri. Rasio ini
diperoleh dengan cara membagi laba setelah pajak pada tahun berjalan dengan rata-rata modal
disetor (equity). Sesuai dengan Surat Ketetapan Bank Indonesia no 23/67/KEP/DIR, nilai batas
minimal ROE yang baik adalah 10%.
Net Interest Margin
Net Interest Margin merupakan sebuah rasio keuangan yang merupakan hasil dari
perbandingan antara pendapatan dari bunga terhadap aktiva, yang juga merupakan selisih antara
bunga simpanan dan bunga pinjaman. Pengertian Net Interest Margin (NIM) menurut Surat
Edaran Bank Indonesia No 6/23/DPNP adalah Net Interest Margin (NIM) merupakan
perbandingan antara pendapatan bunga bersih terhadap rata-rata aktiva produktifnya.
Risky Liquid Asets Terhadap Total Asets
Risky Liquid Asets adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar aset
likuid berisiko bank yang dapat dikonversi menjadi uang tunai dengan menjual aset mereka
dengan harga murah (Harjum dan Hasna 2012). Shen et al dalam Harjum dan Hasna (2012)
menunjukan bahwa Risky Liquid Asets Terhadap Total Asets memberikan hasil positif terhadap
risiko likuiditas, karena bank mengkonversi aset liquid untuk mendapatkan uang tunai. Uang
yang didapat dari mengkoversi aset liquid dapat digunakan untuk melakukan pembayaran
kewajiban janga pendek dan membayar semua deposanya.
Ukuran Bank
Ukuran perusahaan adalah suatu skala, dimana dapat diklasifikasikan bersar kecilnya
perusahaan menurut berbagai cara, antara lain : total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-
Jurnal Riset Akuntansi & Bisnis
Vol. 16 No. 1, Maret 2016, 1-26
ISSN 1693-7597
6-26
lain. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam katagori yaitu perusahaan besar
(large firm), perusahaan menengah (medium firm) dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan
ukuran perusahaan ini berdasarkan total aset perusahaan. Menurut Nurfitriana dalam Nisa (2014)
menyatakan bahwa ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor penting yang menentukan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Perusahaan yang memiliki aset yang besar
maka akan lebih likuid karena benk tersebut memiliki kemampuan yang lebih baik dalam
menghasilkan laba yang bisa digunakan untuk membayar kewajibannya.
Hasil Penelitian Terdahulu dan Penurunan Hipotesis
Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap risiko likuiditas perbankan syariah
dan perbankan konvensional.
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh
seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada
bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari
sumber-sumber diluar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain
(Dendawijaya dalam Pratami, 2011). Kecukupan modal yang tinggi dan memadai akan
meningkatkan volume kredit perbankan. Oleh karena itu, semakin tinggi CAR maka semakin
besar pula sumber daya finansial yang dapat digunakan untuk keperluan pengembangan usaha
dan mengantisipasi potensi kerugian yang diakibatkan oleh penyaluran pembiayaan/kredit.
Penelitian yang dilakukan Muharam dan Kurnia (2012) Menyatakan bahwa CAR
berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat likuiditas pada perbankan konvensional
sendangkan pada perbankan syariah CAR tidak berpengaruh terhadap tingkat likuditas penelitian
ini sama seperti penelitian yang dilakukan Kurnia (2012) yang menyatakan bahwa CAR
berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat likuiditas pada perbankan konvensional
sendangkan pada perbankan syariah CAR tidak berpengaruh terhadap tingkat likuditas.
Tetapi berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Iqbal (2012) yang menyatakan
bahwa CAR memiliki hubungan poitif signifikan terhadap risiko likuiditas pada perbankan
konvensional, sedangkan pada perbankan syariah CAR juga memiliki hubungan poitif signifikan
terhadap risiko likuiditas. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Akhtar et al (2011)
menyatakan bahwa CAR memiliki hubungan positif signifikan terhadap risiko likuiditas pada
Jurnal Riset Akuntansi & Bisnis
Vol. 16 No. 1, Maret 2016, 1-26
ISSN 1693-7597
7-26
perbankan konvensional sedangkan CAR tidak berpengaruh terhadap risiko likuiditas perbankan
syariah.
Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang dapat diturunkan adalah sebagai
berikut :
H1a : Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh negatif terhadap risiko likuiditas
perbankan syariah
H1b : Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh negatif terhadap risiko likuiditas
perbankan konvensional
Pengaruh Return On Assets (ROA) terhadap risiko likuiditas perbankan syariah dan
perbankan konvensional.
Berdasarkan jenisnya, bank dibedakan menjadi dua jenis yaitu bank umum
konvensional dan bank umum syariah. Hal mendasar yang membedakan antara lembaga
keuangan konvensional dengan syariah terletak pada pengambilan dan pembagian keuntungan
yang diberikan kepada lembaga keuangan dan/atau diberikan oleh lembaga keuangan kepada
nasabah (Muhammad, 2005). Kegiatan operasional bank konvensional menggunakan sistem
bunga, sedangkan bank syariah menggunakan sistem bagi hasil (profit dan loss).
Return on assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang dapat mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Semakin bersar
ROA, maka semakin besar pula keuntungan yang didapatkan oleh bank sehingga kemungkinan
suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.
Penelitian yang dilakukan Muharam dan Kurnia (2012) menyatakan bahwa ROA
berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat likuiditas pada perbankan konvensional,
sedangkan pada perbankan syariah ROA berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat
likuiditas, hasil penelitian pada bank konvensional sama seperti dengan penelitian yang
dilakukan oleh Iqbal (2012) tetapi pada perbankan syariah berbeda yaitu ROA berpengaruh
positif signifikan terhadap tingkat likuiditas. Pada penelitian yang dilakukan Akhtar et al (2011)
menyatakan bahwa ROA tidak berpengaruh tingkat likuiditas pada perbankan konvensional,
sedangkan pada perbankan syariah ROA berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat
likuiditas.
Jurnal Riset Akuntansi & Bisnis
Vol. 16 No. 1, Maret 2016, 1-26
ISSN 1693-7597
8-26
Pada penelitian yang dilakukan Kurnia (2012) yang menyatakan bahwa ROA
berpangaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap risiko likuiditas perbankan konvensional,
sedangankan pada perbankan syariah ROA memiliki arah positif.
Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang dapat diturunkan adalah sebagai
berikut :
H2a : Return On Assets (ROA) berpengaruh negatif terhadap risiko likuiditas perbankan
syariah
H2b : Return On Assets (ROA) berpengaruh negatif terhadap risiko likuiditas perbankan
konvensional
Pengaruh Return On Equity (ROE) terhadap risiko likuiditas perbankan syariah dan
perbankan konvensional.
Menurut Mardiyanto dalam Ina (2009) ROE adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba bagi para pemegang saham. ROE
dianggap sebagai representasi dari kekayaan pemegang saham atau nilai perusahaan. Menurut
Shen, et al (2009) Bank yang memiliki tingkat lukuiditas yang tinggi membuat mereka
kekurangan pada dana yang ada, sehingga mereka harus menggunakan aset cair atau meminta
banyak pendanaan dari pihak luar dan pemegang saham untuk memenuhi permintaan dana
tersebut, hal ini meningkatkan biaya pendanaan bank. Hal ini akan dapat menurunkan
profitabilitas bank.
Penelitian yang dilakukan Muharam dan Kurnia (2012) menyatakan bahwa ROE
berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat likuiditas pada perbankan konvensional,
sedangkan pada perbankan syariah ROE berpengaruh positif signifikan terhadap risiko likuiditas,
hasil penelitian pada perbankan konvensional sama seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh
Kurnia (2012) tetapi pada perbankan syariah berbeda yaitu ROE pengaruh negatif dan signifikan
terhadap risiko likuiditas.
Pada penelitian yang dilakukan Akhtar et al (2011) menyatakan bahwa ROE tidak
berpengaruh terhadap risiko likuiditas pada perbankan syariah dan konvensional. Sedangkan
pada penelitian yang dilakukan oleh Iqbal (2012) ROE memiliki hubungan poitif signifikan
terhadap risiko likuiditas pada perbankan syariah dan konvensional.
Jurnal Riset Akuntansi & Bisnis
Vol. 16 No. 1, Maret 2016, 1-26
ISSN 1693-7597
9-26
Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang dapat diturunkan adalah sebagai
berikut :
H3a :Return On Equity (ROE) berpengaruh negatif terhadap risiko likuiditas perbankan
syariah
H3b :Return On Equity (ROE) berpengaruh negatif terhadap risiko likuiditas perbankan
konvensional
Pengaruh Net Interest Margin (NIM) terhadap risiko likuiditas perbankan syariah
dan perbankan konvensional.
NIM merupakan rasio yang menunjukan kemampuan manajeman bank dalam
mengelola aktiva produktifnya. NIM digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank
dalam menghasilkan pendapatan dari bunga dengan melihat kinerja bank dalam menyalurkan
kredit, mengingat pendapatan oprasional bank sangat tergantung dari selisih bunga dari kredit
yang disalurkan (Mahardian 2008 dalam Diana 2009). Semakin besar NIM yang dicapai oleh
suatu bank maka akan meningkatkan pendapatan bunga yang bisa digunakan untuk memenuhi
tanggal jatuh tempo mereka, sehingga risiko kredit bermasalah akan semakin kecil.
Penelitian yang dilakukan Muharam dan Kurnia (2012) menyatakan bahwa NIM tidak
berpengaruh terhadap risiko likuditas pada perbankan konvensional, sedangkan pada perbankan
syariah NIM tidak berpengaruh terhadap risiko likuditas. Penelitian ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Kurnia (2012) yang menyatakan bahwa NIM berpengaruh negatif
tapi tidak signifikan. terhadap risiko likuditas pada perbankan konvensional, sedangkan pada
perbankan syariah NIM pengaruh positif dan signifikan terhadap risiko likuiditas.
Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang dapat diturunkan adalah sebagai
berikut :
H4a : Net Interest Margin (NIM) berpengaruh negatif terhadap risiko likuiditas perbankan
syariah
H4b : Net Interest Margin (NIM) berpengaruh negatif terhadap risiko likuiditas perbankan
konvensional
Jurnal Riset Akuntansi & Bisnis
Vol. 16 No. 1, Maret 2016, 1-26
ISSN 1693-7597
10-26
Pengaruh Risky Liquid Assets terhadap Total Aktiva (RLA) terhadap risiko likuiditas
perbankan syariah dan perbankan konvensional.
RLA adalah rasio antara risiko aset liquid terhadap total aset. Shen et al. dalam
Muharam dan Kurnia (2012) dalam penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa penyebab bank
dapat malakukan perdagangan aset likuid adalah untuk mendapatkan pembiayaan cair, menjaga
agar aset likuid dapat mengurangi risiko likuiditas bank. Walaupun bank bisa terganggu dengan
perdanggan aset likuidnya yang dikarenakan kredit bermaslah. Shen et al. dalam Muharam dan
Kurnia (2012) menemukan bahwa RLA memiliki dampak negatif terhadapat risiko likuiditas.
Penelitian yang dilakukan Muharam dan Kurnia (2012) menyatakan RLA berpengaruh
positif signifikan terhadap risiko likuiditas pada perbankan konvensional dan perbankan syariah.
Tetapi pada penelitian yang dilakukan oleh Kurnia (2012) menyatakan bahwa RLA tidak
berpengaruh signifikan terhadap perbankan konvensional dan perbankan syariah.
Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang dapat diturunkan adalah sebagai
berikut :
H5a : Risky Liquid Assets berpengaruh negatif terhadap risiko likuiditas perbankan syariah
H5b : Risky Liquid Assets berpengaruh negatif terhadap risiko likuiditas perbankan
konvensional
Pengaruh Ukuran Bank terhadap risiko likuiditas perbankan syariah dan perbankan
konvensional.
Ukuran perusahaan (size) adalah menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang
ditunjukan oleh total aktiva. Sartika (2012) mengemukakan bahwa ukuran perusahaan dapat
dilihat dari total asset perusahaan, jika suatu perusahaan mempunyai aset yang besar maka
mencermikan kemampuan perusahaan. Semakin besar aset yang dimiliki oleh perusahaan maka
semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba. Ukuran bank yang lebih
besar lebih diinginkan karena kemungkinan bank akan lebih luas dalam menyediakan jasa
keuangan.
Penelitian yang dilakukan oleh Iqbal (2012) menyatakan bahwa Ukuran bank
berpengaruh positif dan signifikan terhadap perbankan syariah dan konvensional, tetapi pada
penelitian yang dilakukan oleh Akhtar et al (2011) menyatakan bahwa ukuran bank tidak
berpengaruh signifikan terhadap perbankan syariah dan konvensional.
Jurnal Riset Akuntansi & Bisnis
Vol. 16 No. 1, Maret 2016, 1-26
ISSN 1693-7597
11-26
Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang dapat diturunkan adalah sebagai
berikut :
Perbedaan antara risiko likuiditas perbankan syariah dan perbankan konvensional.
Berdasarkan jenisnya, perbankan di Indonesia dibedakan menjadi dua jenis yaitu
perbankan konvensional dan perbankan syariah. Hal yang paling mendasar yang mebedakan
antara lembaga keuangan konvensional dan syariah adalah terletak pada pengembalian dan
pembagian keuntungan yang diberikan nasabah kepada lembaga keuangan dan/atau yang
diberikan oleh lembaga keuangan kepada nasabah (Muhammad, 2005). Kegiatan operasional
bank syariah menggunakan sistem bagihasil (profit and loss sharing), sedangkan bank
konvensional menggunakan sistem bunga.
Menurut Muharam dan Kurnia (2012) bank islam yang mengadopsi sistem bagi hasil
dapat memberikan keuntungan kepada pelanggan mereka, sedangkan sistem bunga lebih
fluktuatif dan lebih berisiko dari pada sistem bagi hasil. Hal ini memberikan pengaruh yang
berbeda pada risiko likuiditas mereka. Pada penelitian terdapat perbedaan yang disebabkan oleh
risiko likuiditas antara Bank Konvensional dan Bank Syariah.
Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang dapat diturunkan adalah sebagai
berikut :
H7 :Terdapat perbedaan antara risiko likuiditas perbankan syariah dan perbankan konvensional.
METODE PENELITIAN
Objek/Subjek Penelitian
Objek pada penelitian ini adalah laporan keuangan triwulan pada Bank Syariah dan
Bank Konvensioal yang mempublikasikan laporan keuangannya pada website resmi Bank
Indonesia dari Maret 2008 sampai dengan Maret 2014.
Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan merupakan
data kuantitatif. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diambil dalam laporan
keuangan triwulan yang diperoleh dari Statistik Perbankan Syariah dan Perbankan Konvensional
Jurnal Riset Akuntansi & Bisnis
Vol. 16 No. 1, Maret 2016, 1-26
ISSN 1693-7597
12-26
Bank Indonesia dan dipublikasikan melalui website resminya www.bi.go.id dari Maret 2008
sampai dengan Maret 2014.
Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling yaitu
berdasarkan pertimbangan dan kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan. Alasan digunakan
metode purposive sampling dalam penelitian ini karena untuk mengetahui kriteria dari Bank
Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional yang akan menjadi sampel dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Bank Syariah dan Bank Konvensional yang ada di Indonesia
2. Bank Syariah dan Bank Konvensional yang mempublikasikan laporan keuangan
triwulanan pada situs resmi Bank Indonesia.
3. Laporan keuangan Bank Syariah dan Bank Konvensional Maret 2008- Maret 2014.
Teknik Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan menggunakan metode dokumentasi, yaitu dilakukan dengan
menelusuri, mengumpulkan, mencatat dan menghitung dari data-data yang diperoleh. Data
dokumentasi diperoleh dari laporan keuangan pada Bank Syariah dan Bank Konvenional yang
dipublikasikan pada website Bank Indonesia yang dapat diakses di www.bi.go.id.
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel penelitian
1. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah rasio likuiditas. Menurut Harjum dan
Hasna (2013) risiko likuiditas adalah kerugian yang mungkin terjadi dalam menghasilkan uang
tunai yang diperlukan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek atau yang sudah jatuh tempo.
Rasio likuiditas adalah rasio antara kas liquid dan Total Aset dapat menggambarkan seberapa
jauh aktiva bank dapat dikonversi menjadi uang tunai untuk menutupi risiko likuiditas mereka.
Risiko likuditas = Kas
Total Asets
2. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah CAR, ROA, ROE, NIM, RLA, Ukuran
Bank, NPF dan NPL.
a. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Jurnal Riset Akuntansi & Bisnis
Vol. 16 No. 1, Maret 2016, 1-26
ISSN 1693-7597
13-26
Capital Adequacy Ratio (rasio kecukupan modal) digunakan untuk mengukur
kecukupan modal bank baik dalam menyangga risiko dan aktiva bank (Dendawijaya dalam
Kurnia, 2012) Perhitungan rasio kecukupan modal dilakukan dengan membandingkan jumlah
modal yang dimiliki (modal inti dan modal pelengkap) dengan aktiva tertimbang menurut risiko
dan dinyatakan dalam bentuk presentase.
Perhitungan modal dan aktiva tertimbang menurut risiko dilakukan berdasarkan
ketentuan kewajiban penyediaan modal minimum yang berlaku.
CAR = Modal
ATMR X 100%
b. Return On Assets (ROA)
Return On Assets (ROA) digunakan untuk menunjukan kemampuan dari modal yang
diinvestasikan dari keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keutungan (Dendawijaya dalam
Kurnia,2012).
Return On Assets =Laba Sebelum Pajak
Total Asets X 100%
c. Return On Equity (ROE)
Return on Equity (ROE) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank
memperoleh laba dan efisiensi secara keseluruhan operasional melalui penggunaan modal sendiri
(Dendawijaya dalam Kurnia, 2012).
Return On Equity =Laba Sesudah Pajak
Total Modal X 100%
d. Net Interest Margin (NIM)
Net Interest Margin (NIM) adalah salah satu rasio untuk mengukur kemampuan dari
aktiva produktif dalam menghasilkan pendapatan bunga bersih (Kurnia, 2012).
NIM =Pendapatan bersih
Aktiva Produktif X 100%
e. Risky Liquid Assets to Total Asets Ratio (RLA)
RLA adalah rasio antara risiko aset likuid terhadap total aset (Shen et al., dalam Kurnia,
2012) RLA dirumuskan sebagai betikut :
RLA =Aset Likuid Berisiko
Total Aset X 100%
Jurnal Riset Akuntansi & Bisnis
Vol. 16 No. 1, Maret 2016, 1-26
ISSN 1693-7597
14-26
Yang termasuk aset likuid dengan risiko yang paling tinggi adalah sebagai
berikut :
1. Penyetoran yang tidak dikonsolidasikan
2. Aset tetap dan inventaris
3. Rupa – rupa aset
4. Aset antar kantor
f. Ukuran Bank
Ukuran perusahaan adalah suatu skala, dimana dapat diklasifikasikan bersar kecilnya
perusahaan menurut berbagai cara, antara lain : total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-
lain. Variabel ukuran perusahaan diukur dengan logaritma naturar (Ln) dari Total Aset. Hal ini
dikarenakan besarnya Total Aset dari masing-masing perbankan yang dapat menyebabkan
perbedaan selisih yang begitu besar, sehingga dapat menimbulkan selisi dengan nilai yang begitu
ekstrim. Untuk menghindari hal tersebut maka Total Aset perlu diukur menggunakan logaritma
natural (Ln)
Ukuran perusahaan = LnTotal Aktiva
Uji Hipotesis dan Analisis Data
Untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat menggunakan analisis
regresi linear berganda (Multiple Regression Analysis). Metode regresi linear berganda
merupakan metode statistik yang berfungsi untuk menguji pengaruh beberapa variabel
independen terhadap satu variabel dependen. Model yang digunakan dalam regresi linear
berganda pada penelitian ini yaitu untuk melihat pengaruh CAR, ROA, ROE, NIM, RLA,
Ukuran Bank terhadap risiko likuiditas. Alat analisis yang digunakan untuk uji hipotesis dalam
penelitian ini adalah menggunakan SPSS.
Adapun persamaan regresi untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Yt = α + β1X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + X5 + β6 Ln_X6 + e
Keterangan :
Y = Rasio Likuiditas
α = Koefisien
X1 = Capital Adequacy Ratio
Jurnal Riset Akuntansi & Bisnis
Vol. 16 No. 1, Maret 2016, 1-26
ISSN 1693-7597
15-26
X2 = Return On Assets
X3 = Return On Equity
X4 = Net Interest Margin
X5 = Liquid Asset Risky Terhadap Total Aktiva (RLA)
X6 = Ukuran Bank
e = Eror (tingkat kesalahan pengganggu)
Transformasi dalam bentuk logaritma natural dilakukan untuk memperkecil nilai
koefisien yang dihasilkan karena adanya perbedaan satuan nilai antar variabel. Dengan demikian
model persamaan regresinya menjadi:
Yt = α + β1X1+ β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + β5 X5 + β6Ln_X7 + €
Keterangan :
Y = Rasio Likuiditas
α = Koefisien
Y = Rasio Likuiditas
α = Koefisien
X1 = Capital Adequacy Ratio
X2 = Return On Assets
X3 = Return On Equity
X4 = Net Interest Margin
X5 = Liquid Asset Risky Terhadap Total Aktiva (RLA)
X6 = Ukuran Bank
€ = Eror (tingkat kesalahan pengganggu)
Selanjutnya untuk menguji perbedaan risiko likuitas bank syariah dan bank
konvensional dilakukan pengujian Chow Test (alat untuk menguji kesamaan koefisien) dengan
rumus: (Imam Ghozali, 2005)
F hit =(RSSr − RSSuR)/k
RSSur/(N1 + N2 − 2K)
RSSr : Sum of Squared Residual untuk regresi dengan total observasi
Jurnal Riset Akuntansi & Bisnis
Vol. 16 No. 1, Maret 2016, 1-26
ISSN 1693-7597
16-26
RSSur : Penjumlahan Sum of Squared Residual dari masing-masing regresi
menurut kelompok.
n : Jumlah observasi
k : Jumlah parameter yang diestimasi pada restricted regresion.
r : Jumlah parameter yang diestimasi pada unrestricted regresion.
Hasil dari F hitung ini akan kemudian dibandingkan dengan F tabel, jika F hitung > F
tabel, maka hipotesis nol dapat ditolak. Jadi ada beda variabel independen (CAR, ROA, ROE
NIM, RLA, dan Ukuran Bank) dalam mempengaruhi Risiko Likuiditas antara perbankan syariah
dan perbankan konvensional. Jika F hitung < F tabel maka yang terjadi sebaliknya.
Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Gambaran Umum Objek/Subjek Penelitian
Objek penelitian ini adalah data laporan keuangan triwulan pada Bank Umum Syariah
dan Bank Umum Konvensional di Indonesia periode bulan maret 2008 sampai dengan Maret
2014. Berdasarkan kriteria menggunakan teknik purposive sampling, maka yang menjadi
sampel dalam penelitian ini sebanyak 4 Perbankan Syariah dan 4 Perbankan Konvensional, yaitu
Bank Syariah Mandiri, Bank Syariah Mega Indonesia, Bank Muamalat Indonesia, Bank Bukopin
Syariah, Bank Rakyat Indonesia, Bank Mandiri, Bank Central Asia, dan Bank Negara Indonesia.
Dengan menggunakan metode penggabungan data (pooling) maka diperoleh data sebanyak 25 x
4 bank = 200 data pengamatan.
Analisis deskriptif dari data yang diambil untuk penelitian ini adalah dari tahun 2008
sampai dengan tahun 2014 yaitu sebanyak 200 data pengamatan. Deskripsi variabel dalam
statistik deskriptif yang digunakan pada penelitian ini meliputi nilai minimum, maksimum, mean
dan standar deviasi dari satu variabel dependen yaitu Rasio Likuiditas (Likuiditas) dan enam
variabel independen yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Assets (ROA), Return On
Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), Risky Liquid Assets terhadap Total Aktiva (RLA),
dan Ukuran Bank.
Jurnal Riset Akuntansi & Bisnis
Vol. 16 No. 1, Maret 2016, 1-26
ISSN 1693-7597
17-26
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa selama periode pengamatan, variabel Capital
Adequacy Ratio (CAR) pada perbankan konvensional memiliki nilai rata-rata lebih tinggi
sebesar 15,2 dibandingkan perbankan syariah sebesar 14,5169. Hal ini berarti perbankan
konvensional memiliki kecakupan modal yang lebih baik dalam mengantisipasi kerugian yang
terjadi. Kedua perbankan tergolong baik karena tingkat CAR mencapai sekurang-kurangnya 8%,
hal ini juga sesuai dengan peraturan Bank Indonesia yang terkait dengan kecukupan modal
minimum yang wajib dimiliki oleh perbankan.
Variabel Return On Assets (ROA) pada perbankan konvensional memiliki nilai rata-rata
lebih tinggi sebesar 2,88 dibandingkan perbankan syariah sebesar 1,4911. Hal ini berarti
perbankan konvensional lebih baik dalam memperoleh keuntungan yang dihasilkan dari total
aset perbankan.
Return On Equity (ROE) pada perbankan syariah memiliki nilai rata-rata lebih tinggi
sebesar 29,7089 dibandingkan perbankan konvensional sebesar 26,84. Hal ini berarti perbankan
syariah lebih baik dalam menghasilkan laba menggunakan modal sendiri. Kedua bank tergolong
baik karena tingkat ROE mencapai sekurang-kurangnya 10%, hal ini juga sesuai dengan Surat
Ketetapan Bank Indonesia.
Net Interest Margin (NIM) pada perbankan syariah memiliki nilai rata-rata lebih tinggi
sebesar 6,9355 dibandingkan perbankan konvensional sebesar 6,17. Hal ini berarti perbankan
syariah memiliki kemampuan lebih baik dalam mengelola aktiva produktifnya.
Risky Liquid Assets terhadap Total Aktiva (RLA) pada perbankan konvensional
memiliki nilai rata-rata lebih tinggi sebesar 2,6992 dibandingkan perbankan syariah sebesar
2,3986. Hal ini berarti bahwa perbankan konvensional memiliki banyak aset likuid berisiko yang
dapat dikonversi menjadi uang tunai.
Ukuran Bank pada perbankan konvensional memiliki nilai rata-rata lebih tinggi sebesar
19,6482 dibandingkan perbankan syariah sebesar 16,0447. Hal ini berarti bahwa perbankan
konvensional memiliki kemampuan yang lebih besar dalam menghasilkan laba dibandingkan
perbankan syariah.
Uji Validitas Data
Jurnal Riset Akuntansi & Bisnis
Vol. 16 No. 1, Maret 2016, 1-26
ISSN 1693-7597
18-26
Pada tabel 3 besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov pada perbankan syariah adalah 0,872
dengan signifikasi 0,432 yang lebih besar dari alpha (0,05), hal ini menunjukkan data
berdistribusi normal. Sedangkan besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov pada perbankan
konvensional adalah 1,038 dengan signifikasi 0,231 yang lebih besar dari alpha (0,05), hal ini
menunjukkan data berdistribusi normal.
A. Pembahasan
a) Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh negatif terhadap risiko likuiditas perbankan
syariah dan perbankan konvensional
Berdasarkan analisis data perbankan syariah dapat diketahui bahwa variabel Capital
Adequacy Ratio (CAR) memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap risiko likuiditas pada
perbankan syariah. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Muharam
dan Kurnia (2012) dan Kurnia (2012) yang menyatakan bahwa CAR tidak berpengaruh terhadap
risiko likuditas pada perbankan syariah.
Penelitian ini juga berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Iqbal (2012) yang
menyatakan CAR memiliki hubungan poitif signifikan terhadap risiko likuiditas pada perbankan
syariah. Begitu juga berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Akhtar et al (2011) yang
menyatakan bahwa CAR tidak berpengaruh terhadap risiko likuiditas pada perbankan syariah.
Sedangkan berdasarkan analisis data pada perbankan konvensional dapat diketahui
variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh terhadap risiko likuiditas pada
perbankan konvensional. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Muharam dan Kurnia (2012) dan Kurnia (2012) yang menyatakan bahwa CAR berpengaruh
negatif signifikan terhadap risiko likuiditas pada perbankan konvensional.
Begitu juga berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Iqbal (2012) yang menyatakan
bahwa CAR memiliki hubungan poitif signifikan terhadap risiko likuiditas pada perbankan
konvensional. Penelitian ini juga berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Akhtar et al
(2011) yang menyatakan bahwa CAR memiliki hubungan positif signifikan terhadap risiko
likuiditas pada perbankan konvensional.
Hasil analisis data menunjukan bahwa hipotesis 1 (H1) diterima pada perbankan syariah
tetapi ditolak pada perbankan konvensional. Hal ini menunjukan bank syariah memiliki
Jurnal Riset Akuntansi & Bisnis
Vol. 16 No. 1, Maret 2016, 1-26
ISSN 1693-7597
19-26
kecukupan modal yang baik. Kecukupan modal yang tinggi dan memadai akan meningkatkan
volume kredit perbankan. Oleh karena itu, semakin tinggi CAR maka semakin besar pula sumber
daya finansial yang dapat digunakan untuk keperluan pengembangan usaha dan mengantisipasi
potensi kerugian yang diakibatkan oleh penyaluran pembiayaan/kredit.
Sedangkan pada bank konvensional, menunjukan CAR tidak berpengaruh secara
signifikan. Hal ini menunjukan bahwa bank konvensional tidak menggunakan modalnya untuk
membayar kewajiban jangka pendeknya. Perbankan konvensional menggunakan modal mereka
untuk melakukan kegiatan ekonominya dan terus menyalurkan kredit. Meskipun demikian bank
harus menjaga ketersediaan modal sesuai dengan peraturan bank Indonesia. Karena akan ada
kemungkinan penyediaan likuiditas bank akan diambil dari permodalan untuk menutupi kerugian
yang dialami oleh bank apabila kas yang ada tidak memadai untuk membayar bunga dan
kewajiban jangka pendek.
b) Return On Assets (ROA) berpengaruh negatif terhadap risiko likuiditas perbankan syariah
dan perbankan konvensional
Berdasarkan analisis data pada perbankan syariah dapat diketahui bahwa variabel Return
On Assets (ROA) memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap risiko likuiditas perbankan
syariah. Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Iqbal (2012) dan
juga Akhtar et al (2011) yang menyatakan bahwa ROA berpengaruh positif signifikan terhadap
risiko likuiditas pada perbankan syariah. Dan juga berbeda dengan penelitian yang dilakukan
Kurnia (2012) yang menyatakan bahwa ROA tidak berpengaruh signifikan.
Namun penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Muharam dan Kurnia (2012)
menyatakan bahwa Return On Assets (ROA) memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap
risiko likuiditas pada perbankan syariah.
Sedangkan berdasarkan analisis data pada perbankan konvensional dapat diketahui bahwa
Return On Assets (ROA) tidak berpengaruh terhadap risiko likuiditas. Hasil penelitian ini
berbeda dengan penelitian yang dilakukan Muharam dan Kurnia (2012), dan Iqbal (2012) yang
menyatakan bahwa ROA berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat likuiditas pada
perbankan konvensional. Namum penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh
Kurnia (2012) dan Akhtar et al (2011) yang menyatakan bahwa ROA berpangaruh positif tetapi
tidak signifikan terhadap risiko likuiditas pada perbankan konvensional
Jurnal Riset Akuntansi & Bisnis
Vol. 16 No. 1, Maret 2016, 1-26
ISSN 1693-7597
20-26
Hasil dari analisis data menunjukan bahwa hipotesis 2 (H2) diterima pada perbankan
syariah tetapi ditolak pada perbankan konvensional. Bank syariah menggunakan sistem bagi
hasil dimana bank syariah wajib memberikan keuntungan yang didapat dari pembiayaannya.
Perbankan syariah memiliki kemampuan yang baik dalam menghasilkan keuntungan yang
didapat dari aset, sehingga perbankan dapat menggunakan keuntungan tersebut untuk menutupi
kewajibannya.
Sedangkan perbankan konvensional tidak menggunakan keuntungan yang didapat untuk
menutupi kewajiban mereka. Bank konevensional menggunakan sistem bunga dimana hal itu
harus dibayarkan meskipun bank tersebut mengalami kerugian akibat kredit yang diberikan,
maka bank menggunakan sebagian kasnya untuk membayar bunga kepada nasabahnya dan juga
kewajiban jangka pendek. Hal ini membuat bank konvensional lebih berisiko dari pada bank
syariah.
c) Return On Equity (ROE) berpengaruh negatif terhadap risiko likuiditas perbankan syariah
dan perbankan konvensional
Berdasarkan analisis data pada perbankan syariah dapat diketahui bahwa Return On Equity
(ROE) memiliki pengaruh positif signifikan terhadap risiko likuiditas pada perbankan syariah.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Kurnia (2012) yang menyatakan
bahwa ROE pengaruh negatif dan signifikan terhadap risiko likuiditas perbankan syariah.
Penelitian ini juga berbeda dengan penelitian yang dilakukan Akhtar et al yang menyatakan
bahwa ROE tidak berpengaruh terhadap risiko likuiditas pada perbankan syariah.
Namum penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Muharam dan Kurnia
(2012), dan iqbal (2012) yang menyatakan bahwa syariah ROE berpengaruh positif signifikan
terhadap risiko likuiditas pada perbankan syariah.
Sedangkan berdasarkan analisis data pada perbankan konvensional dapat diketahui bahwa
Return On Equity (ROE) tidak berpengaruh terhadap risiko likuiditas pada perbankan
konvensional. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Muharam dan
Kurnia (2012) dan Kurnia (2012) yang menyatakan bahwa ROE berpengaruh negatif signifikan
terhadap tingkat likuiditas pada perbankan konvensional.
Jurnal Riset Akuntansi & Bisnis
Vol. 16 No. 1, Maret 2016, 1-26
ISSN 1693-7597
21-26
Penelitian ini juga berbeda dengan penelitian yang dilakukan iqbal (2012) yang
menyatakan bahwa ROE memiliki hubungan poitif signifikan terhadap risiko likuiditas pada
perbankan konvensional. Namum hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan
oleh Akhtar et al (2011) yang menyatakan bahwa ROE tidak berpengaruh terhadap risiko
likuiditas pada perbankan konvensional.
Hasil analisis data menunjukan bahwa hipotesis 3 (H3) ditolak pada kedua bank. Pada
perbankan syariah Return On Equity (ROE) memiliki pengaruh positif signifikan terhadap risiko
likuiditas. Hal ini terjadi karena bank syariah menggunakan keuntungan yang didapatkan dari
aset atau modal untuk membayar kewajiban. Bank syariah merupakan bank yang masih baru,
oleh karena itu bank syariah masih mencari nasabah untuk melakukan pembiayaan.
Pada perbankan konvensional mereka tidak menggunakan keuntungan yang didapatkan
dari ekuitasnya untuk menutupi kewajiban mereka. Perbankan konvensional mengunakan
ekuitasnya untuk mendapatkan pendapatan yang lebih. Namun bank tetap harus membayar
kewajiban dan juga bunga kepada nasaba. Maka bank tersebut menggunakan kas yang ada untuk
membayar bunga dimana kas tersebut belum tentu bisa membayar semua kewajiban dan juga
bunga kepada nasabah. Hal ini membuat bank konvensional lebih berisiko.
d) Net Interest Margin (NIM) berpengaruh negatif terhadap risiko likuiditas perbankan
syariah dan perbankan konvensional
Berdasarkan analisis data pada perbankan syariah dapat diketahui bahwa Net Interest
Margin (NIM) memiliki pengaruh positif signifikan terhadap risiko likuiditas pada perbankan
syariah. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Muharam dan Kurnia
(2012) NIM tidak berpengaruh terhadap risiko likuditas perbankan syariah. Namum penelitian
ini sama dengan penelitian yang dilakukan Kurnia (2012) yang menyatakan bahwa NIM
pengaruh positif dan signifikan terhadap risiko likuiditas pada perbankan syariah.
Sedangkan berdasarkan analisis data pada perbankan konvensional dapat diketahui bahwa
Net Interest Margin (NIM) tidak berpengaruh terhadap risiko likuiditas pada perbankan
konvensional. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan Muharam dan Kurnia
(2012) dan Kurnia (2012) yang menyatakan bahwa NIM tidak berpengaruh terhadap risiko
likuditas pada perbankan konvensional.
Jurnal Riset Akuntansi & Bisnis
Vol. 16 No. 1, Maret 2016, 1-26
ISSN 1693-7597
22-26
Hasil dari analisis data menunjukan bahwa hipotesis 4 (H4) ditolak dikedua perbankan.
Hasil penelitian pada perbankan syariah ini menunjukan bahwa NIM pengaruh positif dan
signifikan terhadap risiko likuiditas. Dengan demikian semakin tinggi NIM maka semakin tinggi
risiko likuiditas. Hal ini dikarena risiko prinsip bagi hasil yang digunakan perbankan syariah
yang mengharuskan perbankan membagi keuntungan yang didapat kepada pemilik dana.
Pada bank konvensional Net Interest Margin (NIM) tidak berpengaruh terhadap risiko. Hal
ini dikarenakan bank konvensional menggunakan sistem bunga dimana bisa terjadi kredit macet
karena bunga yang harus dibayarkan atas pinjaman yang dipinjam nasabah tinggi. Hal tersebut
membuat bank mengalami kerugian atas kredit macet tersebut. Meskipun demikian bank
konvensional memiliki kewajiban yang harus dibayarkan kepada nasabah dan juga kewajiban
jangka pendeknya. Maka bank konvensional menggunakan kasnya untuk membayarnya. Hal ini
membuat bank konvensional lebih berisiko.
e) Risky Liquid Assets terhadap Total Aktiva (RLA) berpengaruh negatif terhadap risiko
likuiditas perbankan syariah dan perbankan konvensional
Berdasarkan analisis data pada perbankan syariah dapat diketahui bahwa Risky Liquid
Assets terhadap Total Aktiva (RLA) tidak berpengaruh terhadap risiko likuiditas pada perbankan
syariah. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Muharam dan Kurnia
(2012) menyatakan bahwa RLA berpengaruh positif signifikan terhadap risiko likuiditas pada
perbankan syariah. Namum hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh
Kurnia (2012) yang menyatakan bahwa RLA tidak berpengaruh signifikan terhadap perbankan
syariah.
Sedangkan berdasarkan analisis data pada perbankan konvensional dapat diketahui bahwa
Risky Liquid Assets terhadap Total Aktiva (RLA) tidak berpengaruh terhadap risiko likuiditas
pada perbankan konvensional. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan
oleh Muharam dan Kurnia (2012) yang menyatakan bahwa RLA berpengaruh positif signifikan
terhadap risiko likuiditas pada perbankan konvensional. Namum hasil penelitian ini sama dengan
penelitian yang dilakukan Kurnia (2012) yang menyatakan bahwa RLA tidak berpengaruh
signifikan terhadap perbankan syariah.
Hasil analisis data menunjukan bahwa hipotesis 5 (H5) ditolak pada kedua bank. Hal ini
disebabkan kedua bank tidak menggunakan aset likuid berisikonya untuk dikonversi menjadi
Jurnal Riset Akuntansi & Bisnis
Vol. 16 No. 1, Maret 2016, 1-26
ISSN 1693-7597
23-26
uang tunai untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Perbankan menggunakan asetnya
untuk menambah pendapatan.
f) Ukuran Bank berpengaruh negatif terhadap risiko likuiditas perbankan syariah dan
perbankan konvensional
Berdasarkan analisis data pada perbankan syariah dapat diketahui bahwa Ukuran Bank
tidak berpengaruh terhadap risiko likuiditas pada perbankan syariah. Hasil penelitian ini berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Iqbal (2012) yang menyatakan bahwa Ukuran Bank
berpengaruh positif dan signifikan terhadap perbankan syariah. Namum penelitian ini sama
dengan penelitian yang dilakukan oleh Akhtar et al (2012) yang menyatakan bahwa Ukuran
Bank tidak berpengaruh signifikan terhadap perbankan syariah.
Sedangkan berdasarkan analisis data pada perbankan konvensional dapat diketahui bahwa
Ukuran Bank tidak berpengaruh terhadap risiko likuiditas pada perbankan konvensional. Hasil
penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Iqbal (2012) yang menyatakan
bahwa Ukuran Bank berpengaruh positif dan signifikan terhadap perbankan konvensional.
Namum penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Akhtar et al (2012) yang
menyatakan bahwa Ukuran Bank tidak berpengaruh signifikan terhadap perbankan
konvensional.
Hasil dari analisis data menunjukan H6 ditolak di kedua bank. Bank syariah masih
merupakan bank yang relatif baru, walaupun secara pertumbuhan terlihat mengalami
peningkatan, sehingga total aset belum mampu meningkatkan alokasi dana untuk pembiayaan.
Meskipun demikian bank syariah harus melakukan pembiayaan pada sektor-sektor yang lebih
produktif agar bisa mendapatkan keutungan dari aset yang dimiliki. Pada bank konvensional,
persaingan di pasar perbankan makin kuat, karena munculnya perbankan syariah oleh karena itu
perbankan berlomba untuk mendapatkan nasabah. Hal ini menyebabkan bank konvensional
meningkatkan asetnya ataupun mengembangkan usahanya agar para nasabah nyama dengan
pelayanan yang diberikan. Ukuran bank yang besar akan mendapatkan kepercayaan yang lebih
dari masyarakat.
g) Terdapat perbedaan yang signifikan antara risiko likuiditas perbankan syariah dan
perbankan konvensional
Jurnal Riset Akuntansi & Bisnis
Vol. 16 No. 1, Maret 2016, 1-26
ISSN 1693-7597
24-26
Berdasarkan analisis data yang dilakukan dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan antara
risiko likuiditas perbankan syariah dan perbankan konvensiona. Hasil penelitian ini mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Muharam dan Kurnia (2012) yang menyatakan bahwa terdapat
perbedaan antara risiko likuiditas perbankan syariah dan perbankan konvensional.
Hal ini disebabkan bank konvensional menggunakan sistem bunga untuk memberikan
keuntungan kepada para nasabah. Bank konvensional bisa mendapatkan keuntungan yang besar
ketika mendapatkan laba usaha yang besar namun keuntungan yang diterima nasabah tidak
bertambah. Tetapi bank rentan mendapatkan kerugian apabila laba usaha yang didapat
mengalami penurunan yang signifikan. Bunga yang diterapkan pada sistem bank konvensional
harus tetap dibayarkan kepada nasabah walaupun bank tidak mendapatkan keuntungan.
Sedangkan bank syariah menggunakan sistem bagi hasil untuk memberikan keuntungan
kepada para nasabah. Apabila bank mendapatkan keuntungan yang tinggi maka nasabahpun
mendapatkan keuntungan yang tinggi dan apabila bank mendapatkan kerugian maka kerugian
ditanggung bersama.Kondisi ini membuat sistem bunga lebih berisiko dari pada sistem bagi
hasil. Jadi bank konvensional memiliki tingkat risiko likuiditas yang lebih tinggi dari bank
syariah.
Kesimpulan Dan Saran
Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan risiko likuiditas pada perbankan syariah
dan konvensional di Indonsesia dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhinya. Subjek
penelitian ini adalah laporan keuangan triwulan bank syariah dan bank konvensional di
Indonesia dari Maret 2008 – Maret 2014. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
purposive sampling. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda (muliple
regression). Berdasarkan analisis yang telah dilakukan diperoleh bahwa terdapat perbedaan
signifikan antara risiko likuiditas pada bank syariah dan bank konvensional. Penelitian ini juga
menemukan bahwa rasio keuangan seperti Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Return on Asset
(ROA) berpengaruh negatif signifikan pada risiko likuiditas bank syariah, dan Net Interest
Margin (NIM) berpengaruh positif signifikan. Sedangkan Return on Equity (ROE), Risky Liquid
Asset (RLA) dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap risiko likuiditas bank syariah.
Jurnal Riset Akuntansi & Bisnis
Vol. 16 No. 1, Maret 2016, 1-26
ISSN 1693-7597
25-26
Pada bank konvensional CAR, ROE, NIM, RLA dan Ukuran perusahaan tidak berpengaruh
terhadap risiko likuiditas bank konvensional.
Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, beberapa saran yang dapat diberikan adalah sebagai
berikut :
1. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini hanya menggunakan variabel CAR,
ROA, ROE, NIM, RLA, dan Ukuran Bank. Pada penelitian selanjutnya diharapkan
penulis menambahkan variabel-variabel bebas lain yang berpengaruh terhadap risiko
likuiditas bank syariah dan bank konvensional.
2. Memperluas objek penelitian tidak hanya pada Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank
Umum Konvensional tetapi juga dapat menggunakan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS), Bank Pembiayaan Rakyat (BPR) dan Unit Usaha Syariah (UUS).
3. Untuk para peneliti selanjutnya juga disarankan untuk menambah periode penelitian
agar sample yang diperoleh lebih banyak dan hasil yang didapatkan lebih baik.
Daftar pustaka
Agrista, Riyas H, 2010, “Pengaruh Risiko Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pada Perbankan
Syariah”, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Akhtar, M., Ali, K., & Sadaqat, S., 2011, Liquidity Risk Management: A comparitive study
between Conventional and Islamic Bank of Pakistan. Lahore: Interdisciplinary Journal of
Research in Business.
Alam, Whinda Febrianti Iskandar, 2012, “Pengaruh Risiko Likuiditas Terhadap Profitabilitas
Pada Perbankan Syariah dan Konvensional”, Skripsi, Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
Antariksa, Riki, 2005, “Pengaruh Risiko Likuiditas Terhadap Profitabilitas (Studi kasus pada PT
Bank Mualamat Indonesia, Tbk)”,Tesis, Universitas Indonesia, Jakarta.
Bank Indonesia, 2008, Laporan Keuangan Publikasi Triwulan Perbankan Syariah, www.bi.go.id Bank Indonesia, 2008, Laporan Keuangan Publikasi Triwulan Perbankan Konvensional,
www.bi.go.id
Bank Indonesia, 2009, Laporan Keuangan Publikasi Triwulan Perbankan Syariah, www.bi.go.id Bank Indonesia, 2009, Laporan Keuangan Publikasi Triwulan Perbankan Konvensional,
www.bi.go.id
Bank Indonesia, 2010, Laporan Keuangan Publikasi Triwulan Perbankan Syariah, www.bi.go.id
Bank Indonesia, 2010, Laporan Keuangan Publikasi Triwulan Perbankan Konvensional,
www.bi.go.id
Bank Indonesia, 2011, Laporan Keuangan Publikasi Triwulan Perbankan Syariah, www.bi.go.id
Jurnal Riset Akuntansi & Bisnis
Vol. 16 No. 1, Maret 2016, 1-26
ISSN 1693-7597
26-26
Bank Indonesia, 2011, Laporan Keuangan Publikasi Triwulan Perbankan Konvensional,
www.bi.go.id
Bank Indonesia, 2012, Laporan Keuangan Publikasi Triwulan Perbankan Syariah, www.bi.go.id Bank Indonesia, 2012, Laporan Keuangan Publikasi Triwulan Perbankan Konvensional,
www.bi.go.id
Bank Indonesia, 2013, Laporan Keuangan Publikasi Triwulan Perbankan Syariah, www.bi.go.id
Bank Indonesia, 2013, Laporan Keuangan Publikasi Triwulan Perbankan Konvensional,
www.bi.go.id
Bank Indonesia, 2014, Laporan Keuangan Publikasi Triwulan Perbankan Syariah, www.bi.go.id Bank Indonesia, 2014, Laporan Keuangan Publikasi Triwulan Perbankan Konvensional,
www.bi.go.id
Iqbal, Anjum. (2012). Liquidity Risk Management: A Comparative Study between Conventional
and Islamic of Pakistan. USA : Global Journal of Management and Business Research.
Ghozali, Imam, 2005, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi Tiga, Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Kurnia, HP, 2012, “The Influence Of Fundamental Factors Toliquidity Risk On Banking
Industry (Comparative Study between Islamic Bank and Conventional Bank In
Indonesia)”, Skripsi, Universitas Diponegoro.
Muharam, H dan Kurnia, HP, 2012, “The Influence Of Fundamental Factors Toliquidity Risk On
Banking Industry (ComparativeStudy between Islamic Bank and Conventional Bank In
Indonesia)”, Conference In Business, Accounting And Management (Cbam) 2012, Vol 1,
No 2 (2012).
Pratami, AW, 2011,”Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio
(CAR), Non Performing Financing (NPF), dan Return On asset (ROA) Terhadap
Pembiayaan Perbankan Syariah”, Skripsi, Universitas Diponogoro, Semarang.
Peraturan Bank Indonesia nomor 5/8/PBI/2003
Sari, Ratna P, 2012, “Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Profitabilitas
Perbankan Syariah (Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah di Indonesia)”, Skripsi,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Shen, C.-H., Kuo, C.-J., and Chen, H.-J., 2001, Determinants of Net Interest Margins in Taiwan
Banking Industry. Taiwan : Journal of Financial Studies, Vol. 9, 47-83.
Surat Edaran Bank Indonesia No.9/24/DPbS
Surat Edaran Bank Indonesia No 6/23/DPNP
Surat Ketetapan Bank Indonesia no 23/67/KEP/DIR
Trianto O., 2009, Pengaruh Risiko Kredit dan Risiko Likuiditas Terhadap Profitabilitas Bank,
Universitas Padjajaran, Bandung.
Yaya, et al, 2009, Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik Kontemporer, Salemba
Empat, Jakarta.