rinore mukoid dan mukopurulen

16
RINORE MUKOID I. Definisi Rinore berasal dari bahasa yunani “rhinos” yaitu hidung dan “-rrhea” yang berarti cairan. Rinore atau hidung berair secara umum dapat diartikan sebagai keluarnya cairan dari hidung yang salah satunya disebabkan oleh adanya suatu proses inflamasi atau iritasi. Cairan yang keluar dapat bewarna jernih, hijau ataupun coklat. 1 II. Etiologi dan Penatalaksanaan Rinore Mukoid 1. Mukoid Rinitis Vasomotor Rinitis vasomotor merupakan istilah yang digunakan untuk gangguan pada mukosa hidung yang ditandai dengan adanya edema yang persisten dan hipersekresi kelenjar pada mukosa hidung apabila terpapar oleh beberapa rangsangan seperti perubahan kelembapan dan suhu atau iritasi di alam yang tidak spesifik. Hal ini dapat terjadi akibat ketidakseimbangan vasomotor dan juga pengaruh faktor endokrin. 2,3 Pada umumnya pasien dengan rinitis vasomotor mengeluhkan gejala yang dominan seperti hidung tersumbat, bergantian kiri dan kanan, tergantung dengan posisi

Upload: indah-prasetya-putri

Post on 29-Oct-2015

617 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Referat Etiologi dan penatalaksanaan Rinore Mukoid dan Mukopurulen -Koas THT- Pembimbing dr.Roy David S,SpTHT-KL

TRANSCRIPT

Page 1: Rinore Mukoid dan Mukopurulen

RINORE MUKOID

I. Definisi

Rinore berasal dari bahasa yunani “rhinos” yaitu hidung dan “-rrhea” yang

berarti cairan. Rinore atau hidung berair secara umum dapat diartikan sebagai

keluarnya cairan dari hidung yang salah satunya disebabkan oleh adanya suatu

proses inflamasi atau iritasi. Cairan yang keluar dapat bewarna jernih, hijau ataupun

coklat.1

II. Etiologi dan Penatalaksanaan Rinore Mukoid

1. Mukoid

Rinitis Vasomotor

Rinitis vasomotor merupakan istilah yang digunakan untuk gangguan pada

mukosa hidung yang ditandai dengan adanya edema yang persisten dan hipersekresi

kelenjar pada mukosa hidung apabila terpapar oleh beberapa rangsangan seperti

perubahan kelembapan dan suhu atau iritasi di alam yang tidak spesifik. Hal ini dapat

terjadi akibat ketidakseimbangan vasomotor dan juga pengaruh faktor endokrin.2,3

Pada umumnya pasien dengan rinitis vasomotor mengeluhkan gejala yang

dominan seperti hidung tersumbat, bergantian kiri dan kanan, tergantung dengan

posisi pasien. Selain itu juga terdapat rinore yang mukoid atau serosa.4 Gejala ini

akan dicetus dan diperparah oleh pengaruh wangi-wangian (seperti parfum, asap

rokok, bau cat, tinta), alkohol, makanan pedas, emosi dan faktor lingkungan seperti

suhu, perubahan tekanan barometrik dan cahaya terang.3,5

Etiologi

Penyebab pasti terjadinya rinitis vasomotor masih belum diketahui.2 Mayoritas

75-80% dari faktor individual.6 Etiologi rinitis vasomotor diduga akibat adanya

gangguan keseimbangan sistem saraf otonom yaitu bertambahnya aktivitas

parasimpatis dimana terjadi gangguan vasomotor atau gangguan fisiologik lapisan

mukosa hidung yang dipicu oleh zat-zat tertentu.2,4

Faktor presiposisi terjadinya rinitis vasomotor yaitu :6,7

Page 2: Rinore Mukoid dan Mukopurulen

a. Herediter

b. Infeksi yaitu riwayat infeksi bakteri dan virus sebelumnya

c. Psikologi dan emosional

d. Obat-obatan yang menginduksi gejala dari rinitis seperti aspirin dan obat

nonsteroidal anti-inflammatory (NSAID), reserpin, hidralazin, guanetidin,

pentolamin, metildopa, penghambat angiotensin-converting enzyme (ACE),

β-blocker, antagonis α-adrenoceptor, klorpromazin, kontrasepsi oral, nasal

dekongestan topikal dan agen psikotropik.6

e. Pengaruh endokrin, rinitis vasomotor terjadi saat usia muda, pubertas,

selama menstruasi, kehamilan serta rangsangan seksual.

Faktor pesipitasi dari rinitis vasomotor yaitu:6,7

a. Keadaan cuaca, perubahan kelembapan dam suhu

b. Asap, asap rokok, debu, wangi-wangian dan alkohol

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada rinitis vasomotor sangat bervariasi, tergantung pada

faktor penyebab dan gejala yang menonjol.4 Menghindari faktor presipitasi yang

diketahui merupakan langkah awal yang tepat dalam pencegahan terjadinya

vasomotor rinitis. Pemberian antihistamin topikal pada pasien yang menujukkan

gejala seperti rinore dengan bersin, post nasal drip dan hidung tersumbat.3 Pada

pasien yang mengeluhkan rinore semata, pemberian antikolinergik topikal dapat

menjadi langkah awal.8

Pemberian kortikosteroid topikal dapat diberikan pada pasien yang

mengeluhkan hidung tersumbat dan mengalami obstruksi. Saat ini terdapat

kortikosteroid topikal baru dalam larutan aqua seperti flutikason propionate dan

mometason furoat dengan pemakaian cukup satu kali sehari dengan dosis 200 mcg.4

Selain itu dikenal juga operasi bedah beku, elektrokauter, diatermi submukosal, laser-

turbinectomy, krioterapi dan turbinektomi pembedahan sebagai penatalaksanaan

rinitis vasomotor yang bersifat invasif.4 Pilihan terapi ini tidak memberikan 100%

efek perubahan untuk semua gejala.9

Page 3: Rinore Mukoid dan Mukopurulen

Adapun algoritme pendekatan yang disarankan dalam melakukan tatalaksana

dari rinitis vasomotor dijelaskan pada gambar 1.

Gambar 1. Algoritme untuk penatalaksanaan farmakologik dari rinitis vasomotor3

2. Mukopurulen

Rinosinusitis

Rinosinusitis didefinisikan sebagai inflamasi mukosa sinus paranasal.10

Rinosinusitis yang terjadi pada orang dewasa diartikan sebagai inflamasi dari hidung

dan sinus paranasal yang ditandai dengan dua atau lebih gejala, satu diantaranya

harus ada penyumbatan pada hidung/obstruksi/kongesti atau discaj nasal

(anterior/posterior/post nasal drip) ditambah dengan ada atau tidak nyeri tekan pada

muka. Pada dewasa dapat ditandai dengan ada atau tidaknya gangguan penciuman,

namun pada anak-anak ditandai dengan ada atau tidaknya batuk.11 Pada saat ini,

nomenklatur untuk panggilan “sinusitis” telah berubah menjadi “rinosinusitis”.

Hal ini didasarkan pada kedekatan secara anatomi dan fakta bahwa patofisiologi

Page 4: Rinore Mukoid dan Mukopurulen

inflamasi yang terjadi biasanya memberikan pengaruh pada kedua sinus dan jalan

masuk rongga hidung.12

Etiologi

a. Infeksi

Infeksi yang tersering pada rongga hidung adalah infeksi virus, kemudian

diikuti oleh infeksi bakteri yang sekunder. Virus sangat mudah menempel pada

mukosa hidung yang menganggu sistem mukosiliar rongga hidung dan virus

melakukan penetrasi ke selaput lendir dan masuk ke sel tubuh dan menginfeksi secara

cepat. Akibat dari infeksi virus dapat terjadi edema dan hilangnya fungsi silia yang

normal, maka akan terjadi suatu lingkungan ideal untuk perkembangan bakteri.

Bakteri aerob yang paling sering ditemukan, antara lain Staphylococcus aureus,

Streptococcus viridians, Haemophilis influenze, Neisseria flavus, Staphylococcus

epidermidis. Bakteri anaerob termasuk Corynebacterium, Peptostreptococcus dan

Vellonela.13

b. Alergi

Alergi juga dapat merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya

rinosinusitis karena alergi dapat menyebabkan mukosa udem dan hipersekresi.

Mukosa sinus yang udem dapat menyumbat muara sinus dan menganggu drainase

sehingga menyebabkan timbulnya infeksi, selanjutnya dapat menghancurkan epitel

permukaan dan siklus seterusnya berulang yang mengarah pada rinosinusitis kronis.13

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan dilakukan tergantung penyebabnya. Pada rinosinusitis viral

dapat dilakukan dengan menghilangkan gejala dari hidung tersumbat dan rinore yang

diderita, sedangkan untuk rinosinusitis yang disebabkan oleh infeksi bakteri dapat

dilakukan penatalaksanaan dengan pemberian antibiotik untuk mngeradikasi infeksi,

mencegah komplikasi dan mencegah penyakit agar tidak menjadi kronis.

Adapun algoritme pendekatan yang disarankan dalam melakukan tatalaksana

dari rinosinusitis dapat dijelaskan pada gambar 2.

Page 5: Rinore Mukoid dan Mukopurulen

Gambar 2. Algoritme pendekatan dalam tatalaksana rinosinusitis akut11

Menurut The European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps

(EPOS) 2012 merekomendasikan pemberian antibiotik harus diberikan pada pasien

dengan gejala yang berat seperti discaj yang bewarna, nyeri local (VAS >7), demam

(>380C), peningkatan laju endap darah (LED) atau C-reactive protein (CRP) serta

gejala yang timbul lebih berat dari gejala sebelumnya.11 Adapun pengobatan

antibiotik seperti golongan cephalosporin (cefpodoxime, cefuroxime, cefdinir,

ceftriaxone) dan amoxicillin/clavulanate potassium dapat direkomendasikan sebagai

pengobatan inisial.13 Pasien dilakukan perujukan jika ditemukan beberapa kondisi

sebagai berikut periorbital edema,eritema, globe dysplaced, penglihatan ganda,

oftalmoplegia, pengurangan lapangan penglihatan, nyeri kepala yang hebat unilateral

atau bilateral, bengkak pada bagian frontal, tanda-tanda meningitis dan tanda-tanda

neurologis lainnya.11

Korpus Alienum

Etiologi

Page 6: Rinore Mukoid dan Mukopurulen

Benda asing adalah benda yang berasal dari luar (eksogen) atau dalam

(endogen) tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada pada tubuh. Benda asing dapat

masuk melalui hidung atau mulut. Benda asing eksogen terdiri dari benda padat, cair

atau gas. Benda asing endogen dapat berupa sekret kental, darah, bekuan darah,

nanah, krusta, membrane difteri atau cairan amnion.14

Pembagian lain juga membagi benda asing menjadi benda asing hidup dan

benda asing mati. Benda asing hidup yang pernah ditemukan yaitu larva lalat, lintah

dan cacing sedangkan benda asing mati yang tersering yaitu manik-manik, baterai

logam dan kancing baju.14

Faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing kedalam saluran

nafas antara lain faktor personal (umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial,

tempat tinggal), kegagalan mekanisme proteksi yang normal, faktor fisik, faktor

dental, faktor medikal dan surgikal, faktor kejiwaan, ukuran dan bentuk benda asing

serta faktor kecerobohan. Benda asing dapat masuk melalui hidung dan dapat

tersangkut di hidung, nasofaring, laring, trakea dan bronkus. 14

Penatalaksanaan

Secara prinsip benda asing yang berada pada saluran nafas diatasi dengan

pengangkatan segera secara endoskopik dalam kondisi yang paling aman dan dengan

trauma yang minimum. Benda asing yang berada dalam hidung dapat dilakukan

pengangkatan dengan menggunakan pengait (haak) yang dimasukkan kedalam bagian

hidung bagian atas, menyusuri atap kavum nasi sampai menyentuh nasofaring.Setelah

itu pengait diturunkan sedikit dan ditarik kedepan. Dengan cara ini benda asing itu

akan terbawa keluar. Cara lain yang dapat digunakan dengan alat cunam Nortman

atau wire loop.14

Rinitis Atrofi (Ozaena)

Page 7: Rinore Mukoid dan Mukopurulen

Rinitis atrofi didefinisikan sebagai penyakit infeksi pada hidung yang kronik.

Penyakit ini ditandai dengan adanya atrofi progresif pada mukosa dan tulang konka

serta terdapat adanya pembentukan krusta. Secara klinis, mukosa hidung

menghasilkan sekret yang kental dan cepat mongering, sehingga terbentuk krusta

yang berbau busuk.15

Etiologi

Penyebab rinitis atrofi belum dapat diketahui sampai sekarang. Adapun

beberapa keadaan yang menjadi faktor predisposisi yang dianggap berhubungan

dengan terjadinya rinitis atrofi yaitu :15

- Infeksi setempat atau kronik spesifik. Paling banyak disebabkan oleh

Klebsiella ozaena. Kuman spesifik lainnya antara lain Stafilokokkus,

Streptokokus, Pseudomonas dan Kokobasil.

- Defisiensi Fe dan vitamin A

- Infeksi sekunder seperti sinusitis kronis

- Kelainan hormon

- Penyakit kolagen termasuk penyakit autoimun

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan rinitis atrofi lebih ditujukan dalam mengatasi etiologi dan

menghilangkan gejala. Pengobatan rinitis atrofi bersifat konservatif yaitu diberikan

antibiotik bersprektrum luas yang sesuai dengan uji resistensi kuman yang dikultur.

Pemberian antibiotik dianjurkan harus adekuat dan lama pemberian bervariasi

tergantung dari hilangnya tanda klinis berupa sekret yang kehijauan.15

Selain itu untuk membantu dalam menghilangkan bau busuk yang dihasilkan

dari proses infeksinya, dapat diberikan obat cuci hidung yang sering diberikan yaitu

larutan garam hipertonik. Larutan ini dimasukkan kedalam rongga hidungdan

dikeluarkan lagi dengan menghembuskan sekuat-kuatnya atau yang masuk ke

nasofaring dikeluarkan melalui mulut. Pencucian ini dilakukan dua kali dalam sehari.

Jika dengan menggunakan pengobatan konservatif tidak memberikan

perbaikan, maka dilanjutkan dengan melakukan pengobatan operatif. Teknik operasi

Page 8: Rinore Mukoid dan Mukopurulen

yang akan dilakukan dengan menutup lubang hidung atau penyempitan lubang

hidung dengan implantasi atau dengan jabir osteoperiosteal. Tindakan ini diharapkan

dapat mengurangi turbulensi udara dan pengeringan sekret serta inflamasi dari

mukosa juga berkurang.15

Akhir-akhir ini dilakukan bedah endoskopik fungsional (BSEF) untuk

mengatasi rinitis atrofi. Dilakukannya pengangkatan sekat-sekat tulang yang

mengalami osteomyelitis dengan harapan infeksi tereradikasi, fungsi ventilasi dan

drainase sinus kembali menjadi normal.15

Rinitis Hipertrofi

Etiologi

Rinitis hipertrofi terjadi dikarenakan adanya proses inflamasi yang disebabkan

oleh infeksi berulang dalam hidung dan sinus, kelanjutan dari rinitis alergi dan rinitis

vasomotor serta akibat paparan bahan iritan kimiawi dan udara kotor.15

Penatalaksanaan

Pada penatalaksanaan rinitis hipertrofi ditujukan untuk mengatasi faktor-

faktor yang menyebabkan terjadinya rinitis hipertrofi. Terapi simtomatis hanya dapat

meredakan sumbatan hidung akibat terjadinya hipertrofi konka, antara lain dapat

menggunakan nitras argenti atau dengan kauter listrik . Bila tidak ada perbaikan dapat

dilakukan dengan luksasi konka, frakturisasi konka multipel, konkoplasti ataupun

konkotomi parsial.15

Rinitis Tuberkulosa

Etiologi

Rinitis tuberkulosa merupakan kejadian infeksi tuberkulosa ekstra pulmoner.

Penyakit ini meningkat seiring dengan meningkatnya kasus tuberculosis. Penyakit

yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis ini berbentuk noduler atau ulkus

pada hidung dan dapat mengenai tulang rawan septum bahkan dapat menyebabkan

perforasi septum.15

Penatalaksanaan

Page 9: Rinore Mukoid dan Mukopurulen

Penatalaksanaan rinitis tuberkulosa seiiring dengan etiologinya yaitu

melakukan pengobatan antituberkulosis dan diberikan obat cuci hidung untuk

menghilangkan sekret dan bau yang berada pada hidung.15

Rinitis Jamur

Etiologi

Rinitis akibat jamur dapat terjadi bersama dengan sinusitis dan bersifat

invasive atau non invasif. Rinitis jamur non invasif dapat menyerupai rinolith dengan

inflamasi mukosa yang lebih berat, sedangkan rinitis jamur tipe invasive ditandai

dengan ditemukannya hifa jamur pada lamina propria. Adapun jamur penyebab rinitis

jamur yaitu Aspergillus, Candida, Histoplasma, Fussarium dan Mucor.

Aspergilosis merupakan infeksi jamur paling sering yang menyebabkan rinitis

kronik spesifik dengan koloni jamur yang terdapat dalam sinus paranasal.15

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan rinitis jamur non invasif dapat dilakukan dengan mengangkat

bola jamur (fungus ball). Pemberian obat anti jamur untuk non invasif tidak begitu

diperlukan, sedangkan untuk pengobatan rinitis jamur invasif dapat diberikan anti

jamur oral dan topikal yang bertujuan untuk mengeradikasi agen penyebabnya. Obat

cuci hidung dapat diberikan untuk pembersihan hidung dari krusta-krusta yang

lengket. Khusus untuk rinitis jamur invasif perlu dilakukannya tindakan debridement

sebelumnya untuk mengangkat seluruh jaringan yang nekrotik dan tidak sehat

sehingga tidak akan terjadi proses destruksi tulang yang lebih lanjut.15

DAFTAR PUSTAKA

1. Kamus Kedokteran Dorland.EGC.edisi ke 31. 2010:19912. Adam, Boies, Higler. Rinitis vasomotorik. Dalam Boies Buku Ajar Penyakit

THT. Edisi 6.Jakarta: EGC. 1997:218-193. Patricia W, Wheeler MD, Stephen F. Vasomotor rhinitis. Kentucky :

American Academy of Family Physicians Publishing. 2005.

Page 10: Rinore Mukoid dan Mukopurulen

4. Irawati N, Poerbonegoro NL, Kasakeyan E. Rinitis vasomotor. Dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Editor: Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Edisi ke 6. Jakarta:Balai Penerbit FK UI. 2007:135-37

5. Druce HM. Allergic and nonallergic rhinitis. Dalam : Middleton E jr, Ellis EF, Yunginger JW, Reed CE, Adkinson NF, Busse WW,edisi Allergy principles and practices.Edisi ke 5. St.Louis:Mosby.1998:1005-16

6. Garay G. Mechanism of vasomotor rhinitis.France:Journal of Allergy.2004:4-10

7. Downtown D, Blau JN. Vasomotor rhinitis in a synopsis of otolaryngology. Edisi ke4. Bristol:Wright.1985:230-31.

8. Dolovich J, Kennedy L, Vickerson F, Kazim F. Control of the hypersecretion of vasomotor rhinitis by topical ipratropium bromide. J Allergy Clin Immunol.1987;274-8.

9. Ellen A, Jaatun, Claude L. Radio-wave therapy of inferior turbinates for treatment of intractable vasomotor rhinitis-a clinical study of the subjective long term outcome. Clinical Medicine and Diagnostics. Norway.2012;1-5.

10. Endang M,Damajanti S. Sinusitis. Dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Editor: Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Edisi ke 6. Jakarta:Balai Penerbit FK UI. 2007: 150-4

11. Fokkens WJ, Lund VJ, Mullol, Bachert C, Alobid I, Baroody F, et al. European Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps 2012. Rhinol Suppl.2012 Mar(23):1-298.

12. Paul C, Potter MD, Ruby P. Indication, efficacy and safety of intranasal corticosteroids in rhinosinusitis. WAO Journal.Tokyo.2012:14-17.

13. Dewey C, Sched MD, Robert M. Acute bacterial rhinosinusitis in adults: part II.treatment. American Academy Family Physician.Oklahoma.2004:1711-12.

14. Junizaf MH. Benda asing di saluran nafas. Dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Editor: Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Edisi ke 6. Jakarta:Balai Penerbit FK UI. 2007: 259-265

15. Wardani RS, Mangunkusumo E. Rinorea, infeksi hidung dan sinus. Dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Editor: Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Edisi ke 6. Jakarta:Balai Penerbit FK UI. 2007:139-143.

Page 11: Rinore Mukoid dan Mukopurulen