ringkasan jurnal

Upload: yarti-physics

Post on 14-Oct-2015

65 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

ARTIKEL

TRANSCRIPT

KEBIJAKAN PENGGUNAAN PESTISIDA PADATANAMAN July 24, 2011VERA IDA ROMANNA, SPAbstrakdampak negatif yang besar bagi lingkungan mengenai penggunaan bahan-bahan kimia untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Penggunaan pupuk, pestisida, dan bahan kimia lainnya yang terus menerus dapat merusak biota tanah, keresistenan hama dan penyakit, serta dapat merubah kandungan vitamin dan mineral beberapa komoditi sayuran dan buah. Hal ini tentunya jika dibiarkan lebih lanjut akan berpengaruh fatal bagi siklus kelangsungan kehidupan, bahkan jika sayuran atau buah yang telah tercemar tersebut dimakan oleh manusia secara terus menerus, tentunya akan menyebabkan kerusakan jaringan bahkan kematian. memberikan penyuluhan kepada petani untuk memilih pestisida sebagai alternatif terakhir dalam pembasmi hama dan penyakit tanaman.)(Kata Kunci: Pestisida, dosis dan penggunaan pestisida organic)PendahuluanPestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama.) Pestisida juga diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang mengatur dan atau menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman, (e-petani, 2010).)Dalam konsep Pengendalian Terpadu Hama, pestisida berperan sebagai salah satu komponen pengendalian. Prinsip penggunaannya adalah:* harus kompatibel dengan komponen pengendalian lain, seperti komponen hayati* efisien untuk mengendalikan hama tertentu* meninggalkan residu dalam waktu yang tidak diperlukan* tidak boleh persistent, jadi harus mudah terurai* dalam perdagangan (transport, penyimpanan, pengepakan, labeling) harus memenuhi persyaratan keamanan yang maksimum* harus tersedia antidote untuk pestisida tersebut* sejauh mungkin harus aman bagi lingkungan fisik dan biota* relatif aman bagi pemakai (LD50 dermal dan oral relatif tinggi)* harga terjangkau bagi petani.)(PEMBAHASAN)(Kandungan Pestisida)(Di Indonesia, perkembangan industri pestisida lebih banyak didominasi oleh para pemegang pendaftaran)Menurut data Departemen Perindustrian dan Perdagangan diketahui bahwa setiap tahunnya jumlah perusahaan pemegang pendaftaran pestisida terus bertambah. Saat ini, tak kurang dari 511 formulasi pestisida yang telah terdaftar dan diizinkan beredar untuk pertanian dan kehutanan. Umumnya berbahan bahan aktif senyawa kimia sintetik.)Pestisida sebelum digunakan harus diformulasi terlebih dahulu. Pestisida dalam bentuk murni biasanya diproduksi oleh pabrik bahan dasar, kemudian dapat diformulasi sendiri atau dikirim ke formulator lain. Berikut ini beberapa formulasi pestisida yang sering dijumpai:1. (Cairan emulsi (emulsifiable concentrates/emulsible concentrates)Pestisida yang berformulasi cairan emulsi( meliputi pestisida yang di belakang nama dagang diikuti oleb singkatan ES (emulsifiable solution), WSC (water soluble concentrate). B (emulsifiable) dan S (solution). Biasanya di muka singkatan tersebut tercantum angka yang menunjukkan besarnya persentase bahan aktif. Bila angka tersebut lebih dari 90 persen berarti pestisida tersebut tergolong murni. Komposisi pestisida cair biasanya terdiri dari tiga komponen, yaitu bahan aktif, pelarut serta bahan perata.1. (Butiran (granulars)(digunakan pada bidang pertanian sebagai insektisida sistemik.)Komposisi pestisida butiran biasanya terdiri atas bahan aktif, bahan pembawa yang terdiri atas talek dan kuarsa serta bahan perekat. Komposisi bahan aktif biasanya berkisar 2-25 persen, dengan ukuran butiran 20-80 mesh). (Pestisida formulasi butiran di belakang nama dagang biasanya tercantum singkatan G atau WDG (water dispersible granule).)1. (Debu (dust))(terdiri atas bahan aktif dan zat pembawa seperti talek).Hanya berkisar 10-40 persen saja apabila pestisida formulasi debu ini diaplikasikan dapat mengenai sasaran (tanaman).)( Tepung (powder))Komposisi pestisida formulasi tepung pada umumnya terdiri atas bahan aktif dan bahan pembawa seperti tanah hat atau talek (biasanya 50-75 persen). Untuk mengenal pestisida formulasi tepung, biasanya di belakang nama dagang tercantum singkatan WP (wettable powder) atau WSP (water soluble powder).)1. (Oli (oil))dikenal dengan singkatan SCO (solluble concentrate in oil).Biasanya dicampur dengan larutan minyak seperti xilen, karosen atau aminoester. Dapat digunakan seperti penyemprotan ULV (ultra low volume) dengan menggunakan atomizer. Formulasi ini sering digunakan pada tanaman kapas.)1. 6. ( Fumigansia (fumigant)1. berupa zat kimia yang dapat menghasilkan uap, gas, bau, asap yang berfungsi untuk membunuh hama. Biasanya digunakan di gudang penyimpanan.)1. (Dosis Penggunaan Pestisida pada Tanaman)Besarnya suatu dosis pestisida biasanya tercantum dalam label pestisida.1.Sebelum membeli, baca dahulu kegunaan dari pestisida tersebut pada labelnya.Sebelum mencampur, ukur takaran secara akurat sesuai dosis pada petunjuk pemakaiannya1. Sebelum menggunakannya, periksa dengan seksama waktu, kondisi lingkungan, target dll.Jangan menggunakannya pada siang hari karena akan membakar daun, jangan lakukan pada saat anak-anak sedang berada pada lingkungan tersebut, dll.)(Sebelum melakukan penyemprotan, gunakan pelindung seperti yang tertera pada label,)Sebelum menyimpan atau membuang sisa bahan, ikuti petunjuk cara penyimpanan dan pembuangan yang terdapat pada label.)1. Buang air bekas cucian wadah tersebut ketempat yang aman sesuai dengan petunjuk pada label.)(Simpan pestisida :1. jauh dari jangkauan anak20. pada tempat aslinya (jangan dituang/dipindahkan ke wadah lain).0. jauh dari binatang peliharaan.0. ditempat yang terkunci dan kering.1. Setelah melakukan penyemprotan, jangan lupa untuk mencuci tangan dengan sabun atau mandi untuk menghilangkan sisa-sisa pestisida.1. Ganti dan cuci dengan bersih pakaian dan peralatan lainnya yang digunakan untuk penyemprotan.1. Jika terjadi keracunan, segera lakukan tindakan sesuai dengan petunjuk pada kemasan atau konsultasi dengan dokter.)(Dampak yang Ditimbulkan bila Menyalahi Aturan Pemakaian Pestisida)Kesalahan dalam memilih jenis pestisida berakibat tidak efektifnya pestisida tersebut, misalnya OPT tidak terkendali dan tanaman tidak sembuh. Hal ini mendorong pengulangan aplikasi pestisida berkali-kali dalam jangka waktu pendek yang dampaknya antara lain residunya tinggi, percepatan resistensi, pemborosan, dan pencemaran lingkungan hidup.)Ditemukan bahwa sisa pemakaian pestisida dapat merusak ekosistem air yang berada di sekitar lahan pertanian. Jika pestisida digunakan, akan menghasilkan sisa-sisa air yang mengandung pestisida. air yang mengandung pestisida ini akan mengalir melalui sungai atau aliran irigasi dan dapat menyuburkan ganggang di perairan tempat sungai atau irigasi tadi bermuara.Dengan suburnya ganggang, dapat mengakibatkan cahaya matahari sulit untuk masuk ke dalam danau. Ini mengakibatkan hewan-hewan ataupun fitoplankton tidak mendapat cahaya. Jika fitoplankton tidak mendapat cahaya, maka tidak akan dapat berfotosintesis dan tidak dapat lagi menghasilkan makanan untuk hewan-hewan air.)Selain merusak ekosistem, (pestisida juga dapat mengganggu kesehatan terutama kesehatan petani.). mengakibatkan iritasi kulit. Atau jika pestisida terhirup dan masuk paru-paru, dapat mengganggu kesehatan pernafasan.)Penelitian lain juga menyebutkan bahwa resiko kanker pada orang-orang yang merokok disebabkan oleh penggunaan pestisida pada saat menanam tembakau.(Upaya Pemerintah dalam Mengatur Penggunaan Pestisida)penggunaan pestisida di Indonesia harus memenuhi unsur standar mutu yang ditetapkan Undang-Undang Tentang Sistem Budidaya Tanaman No. 12 Tahun 1992Pada pasal 38 (1) disebutkan bahwa : Pestisida yang akan diedarkan di dalam wilayah negara RI wajib terdaftar, memenuhi standar mutu, terjamin efektivitasnya, aman bagi manusia dan lingkungan hidup, serta diberi label.)Pada pasal 38 (2) berbunyi : Pemerintah menetapkan standar mutu pestisida sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dan jenis pestisida yang boleh diimpor.)pasal 39 yang menyebutkan : Pemerintah melakukan pendaftaran dan mengawasi pengadaan, peredaran, serta penggunaan pestisida.)(KESIMPULAN)Penggunaan pestisida khususnya pestisida sintetis/kimia memang memberikan keuntungan secara ekonomis, namun memberikan kerugian diantaranya : Residu yang tertinggal tidak hanya pada tanaman, tapi juga pada air, tanah dan udara. Penggunaan pestisida kimia di Indonesia telah memusnahkan 55% jenis hama dan 72% agen pengendali hayati. Oleh karena itu, diperlukan pengganti pestisida yang ramah lingkungan. Salah satu alternatif pilihannya adalah penggunaan pestisida hayati tumbuhan. Pestisida nabati adalah salah satu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Tumbuhan sendiri pada dasarnya kaya akan bahan aktif yang berfungsi sebagai alat pertahanan alami terhaddap penganggunya. Alternatif lainnya adalah penggunaan pestisida nabati. Pestisida nabati adalah bahan aktif tunggal atau majemuk yang dapat digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan (PPT). Pestisida nabati ini berfungsi sebagai penolak, penarik, antifertilitas (pemandul), pembunuh dan bentuk lainnya.tumbuhan (PPT). Pestisida nabati ini berfungsi sebagai penolak, (DAFTAR PUSTAKAAchmadi, Umar Fahmi. 1987. Kelompok Resiko Tinggi Keracunan Pestisida Anti Chlinesterase pada Para Petani. Medika No. 10 Oktober 1987. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.Atmosoeharjo, Suprapto. 1991. Suatu Upaya Pengendalian Penggunaan Pestisida Melalui Pendekatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Pidato Pengukuhan Guru Besar UGM. YogyakartaArdiwinanta, A.N, S.Y.Jatmiko, and E.S Harsanti. 1999. Monitoring Residue at West Java, Proceeding for GreenHouse Gasses emulsion Research & Increasing Rice Productivity in Law and Rice research Station for Agricultral Environment Preventation. Jakenan.Direktorat Jenderal P2PM. 2003. Pedoman Penggunaan Pestisida. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.Djajadi., Sholeh, M dan Nunung Sudibyo. 2002. Jurnal Penelitian Tanaman Industri Volume 8 No. 1 : Pengaruh Pupuk Organik dan Anorganik ZA dan SP 36 terhadap Hasil dan Mutu Tembakau Temanggung pada Tanah Andisol. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Bogor.Faesal.,Najamuddin, A dan M. Akil. 2006. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan Volume 25 No. 2 : Pengaruh Cara Pemberian dan Takaran Pupuk Kandang terhadap Hasil Biomas Tanaman Jagung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.Handojo, D. 2009. Blog : Sedikit Tentang Pestisida. Dinas Kesehatan Jawa Tengah. SemarangMunaf, S. 1997. Bahaya Pestisida. Departemen Kesehatan RI. JakartaKeputusan Menteri. 2002. Pengawasan Pupuk dan Pestisida. Jakarta.Keputusan Menteri Pertanian. 1997. Nomor 887/Kpts/OT.210/9/97 Tentang Pedoman Pengendalian OPT. Jakarta.Petani, E. 2010. Apa itu Pestisida. Distribusi Biotis Agrindo. Jakarta.Peraturan Menteri Perdagangan RI. 2008. Lampiran IV Permenrindag Tanggal 24 Juni 2008. Jakarta.Peraturan Pemerintah. 1995. PP No. 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman. Jakarta.Soetikno S. Sastroutomo, M.Sc., D.Sc., Ir. 1992. Pestisida dan Dampak Penggunaannya. PT. Gramedia Pustaka Ilmiah. Jakarta.http://uwityangyoyo.wordpress.com/2011/07/24/kebijakan-penggunaan-pestisida-pada-tanaman/)