ringkasan bi.docx

26
RINGKASAN Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) I. Pemakaian Huruf A. Huruf Abjad : Ada 26 yaitu a, b, c, d, e, f, g, h, i, j, k, l, m, n, o, p, q, r, s, t, u, v, w, x, y, dan z, yang masing-masing memiliki jenis huruf besar dan kecil. B. Huruf Vokal : Ada 5 yaitu a, e, i, o, dan u. Tanda aksen é dapat digunakan pada huruf e jika ejaan kata menimbulkan keraguan, misalnya: Kami menonton film seri (séri). C. Huruf Konsonan : Ada 21 yaitu b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z. Huruf c, q, v, w, x, dan y tidak punya contoh di akhir kata. Huruf x tidak punya contoh di tengah kata. Huruf q dan x digunakan khusus untuk nama dan keperluan ilmu. D. Diftong : ai, au, dan oi. Misalnya: aula, saudara, harimau, pandai, amboi. E. Gabungan Konsonan : kh, ng, ny, dan sy. Misalnya: khusus, nyata, syarat, bangun. F. Pemenggalan Kata 1. Kata dasar, digunakan a) Di antara dua vokal berurutan di tengah kata (diftong tidak pernah diceraikan). Misalnya: ma-in, au-la, sau-da-ra. b) Sebelum huruf konsonan yang diapit dua huruf vokal di tengah kata, misalnya: ba-pak.

Upload: hary-gunawan

Post on 11-Apr-2016

229 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Ringkasan BI

TRANSCRIPT

Page 1: RINGKASAN BI.docx

RINGKASAN

Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD)

I. Pemakaian Huruf

A. Huruf Abjad : Ada 26 yaitu a, b, c, d, e, f, g, h, i, j, k, l, m, n, o, p, q, r, s, t, u, v, w, x, y, dan z,

yang masing-masing memiliki jenis huruf besar dan kecil.

B. Huruf Vokal : Ada 5 yaitu a, e, i, o, dan u. Tanda aksen é dapat digunakan pada huruf e jika

ejaan kata menimbulkan keraguan, misalnya: Kami menonton film seri (séri).

C. Huruf Konsonan : Ada 21 yaitu b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z. Huruf c,

q, v, w, x, dan y tidak punya contoh di akhir kata. Huruf x tidak punya contoh di tengah kata.

Huruf q dan x digunakan khusus untuk nama dan keperluan ilmu.

D. Diftong : ai, au, dan oi. Misalnya: aula, saudara, harimau, pandai, amboi.

E. Gabungan Konsonan : kh, ng, ny, dan sy. Misalnya: khusus, nyata, syarat, bangun.

F. Pemenggalan Kata

1. Kata dasar, digunakan

a) Di antara dua vokal berurutan di tengah kata (diftong tidak pernah diceraikan).

Misalnya: ma-in, au-la, sau-da-ra.

b) Sebelum huruf konsonan yang diapit dua huruf vokal di tengah kata, misalnya: ba-pak.

c) Di antara dua konsonan yang berurutan di tengah kata, misalnya: man- di.

d) Di antara konsonan pertama dan kedua pada tiga konsonan yang berurutan di tengah kata,

misalnya: ul-tra.

2. Kata berimbuhan. Sesudah awalan atau sebelum akhiran, misalnya: me-rasa-kan.

3. Gabungan kata. Di antara unsur pembentuknya, misalnya: bi-o-gra-fi.

G. Huruf Kapital

1. Dipakai pada huruf pertama pada awal kalimat, misalnya: Pekerjaan itu belum selesai.

2. Dipakai pada huruf pertama petikan langsung, misalnya: Adik bertanya, Kapan kita pulang?”

3. Dipakai pada huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan

kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan. Misalnya: Yang Mahakuasa, Quran, Islam.

4. Dipakai pada huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti

nama orang. Misalnya: Sultan Hasanuddin, Haji Agus Salim, Nabi Ibrahim.

5. Tidak dipakai jika tidak diikuti nama orang. Misalnya: Tahun ini ia pergi naik haji.

Page 2: RINGKASAN BI.docx

6. Dipakai pada huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau

pengganti nama orang, nama instansi, atau nama tempat. Misalnya: Presiden Jokowi.

7. Tidak berlaku jika tidak diikuti nama orang, instansi, atau tempat. Misalnya : Siapa gubernur

yang baru dilantik itu?

8. Dipakai pada huruf pertama unsur-unsur nama orang. Misalnya: Dewi Sartika.

9. Tidak berlaku untuk nama orang yang digunakan sebagai nama sejenis atau satuan ukuran.

Misalnya: mesin diesel.

10. Dipakai pada huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa. Misalnya: bahasa Inggris, suku

Sunda.

11. Tidak berlaku untuk nama bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata

turunan. Misalnya: mengindonesiakan kata asing.

12. Dipakai pada huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.

Misalnya: hari Minggu, tahun Hijriah.

13. Tidak berlaku untuk peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama, misalnya:

Perlombaan senjata membawa resiko pecahnya perang dunia.

14. Dipakai pada huruf pertama nama geografi, misalnya : Danau Toba.

15. Tidak berlaku untuk istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri dan nama geografi

yang digunakan sebagai nama jenis. Misalnya: berlayar ke teluk, gula jawa, pisang ambon.

16. Dipakai pada huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintahan dan

ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti "dan" yang tidak terletak pada

posisi awal, termasuk semua unsur bentuk ulang sempurna. Misalnya: Republik Indonesia,

Perserikatan Bangsa-Bangsa.

17. Tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga

pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi. Misalnya: Menjadi

sebuah republik.

18. Dipakai pada huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur bentuk ulang sempurna) di

dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari,

dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Misalnya : Bacalah majalah

Bahasa dan Sastra.

19. Dipakai pada huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan. Misalnya:

penulisan gelar akademik: Kepmendikbud 036/U/1993, S.S (sarjana sastra).

20. Dipakai pada huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara,

kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan. Misalnya: Besok

Paman akan datang.

Page 3: RINGKASAN BI.docx

21. Tidak berlaku jika tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan. Misalnya: Kita harus

menghormati bapak dan ibu kita.

22. Dipakai pada huruf pertama kata ganti Anda, misalnya: Surat Anda telah kami terima.

H. Huruf Miring

1. Nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.

Misalnya: surat kabar Suara Karya

2. Huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata yang ditegasan atau dikhususkan.

Misalnya: Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.

3. Kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.

Misalnya: Politik divide et impera pernah merajalela negeri ini.

II. Penulisan Kata

A. Kata Dasar ditulis sebagai satu kesatuan, misalnya: Ibu percaya bahwa engkau tahu.

B. Kata Turunan

1. Imbuhan ( awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasar.

Misalnya: bergetar, dikelola, penetapan.

2. Jika kata dasar berbentuk gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata

yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Tanda hubung boleh dipergunakan untuk

memperjelas. Misalnya: bertepuk tangan, garis bawahi.

3. Jika kata dasar berbentuk gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur

gabungan ditulis serangkai. Tanda hubung boleh digunakan untuk memperjelas.

Misalnya: menggarisbawahi, dilipatgandakan.

4. Jika salah satu unsur gabungan hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata ditulis

serangkai. Misalnya: adipati, mancanegara, pramuniaga, semiformal.

5. Jika kata dasar huruf awalnya adalah huruf kapital, diselipkan tanda hubung.

Misalnya: non-Indonesia.

C. Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung, baik yang berarti

tunggal (lumba-lumba, kupu-kupu, hati-hati), maupun yang berbentuk berubah beraturan (sayur-

mayur, ramah-tamah, gerak-gerik).

Page 4: RINGKASAN BI.docx

D. Gabungan kata atau kata majemuk.

1. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, ditulis terpisah.

Misalnya: duta besar, orang tua, ibu kota, sepak bola.

2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian,

dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian.

Misalnya: alat pandang-dengar, anak-istri saya.

3. Beberapa gabungan kata yang sudah lazim dapat ditulis serangkai.

Ada 47 kata pengecualian tersebut, yaitu: acapkali, adakalanya, akhirulkalam, alhamdulillah,

astagfirullah, bagaimana, barangkali, bilamana, bismillah, beasiswa, belasungkawa,

bumiputra, daripada, darmabakti, darmasiswa, dukacita , halalbihalal, hulubalang, kacamata,

kasatmata, kepada, keratabasa, kilometer, manakala, manasuka, mangkubumi, matahari,

olahraga, padahal, paramasastra, peribahasa , puspawarna, radioaktif, sastramarga,

saputangan, saripati, sebagaimana, sediakala, segitiga, sekalipun, silaturahmi, sukacita,

sukarela, sukaria, syahbandar, titimangsa, wasalam.

E. Kata ganti

1. Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.

Misalnya: Apa yang kumiliki boleh kauambil.

2. -ku, -mu,dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Misalnya: Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.

F. Kata depan atau preposisi (di, ke, dan dari) ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali

di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan

daripada. Misalnya: Kain itu terletak di dalam lemari.

G. Kata Sandang si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Misalnya: Sang harimau marah kepada si kancil.

H. Partikel

1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai. Misalnya: bacalah, siapakah.

2. Partikel -pun ditulis terpisah, misalnya : apa pun, satu kali pun. Terkecuali yang lazim

dianggap padu yaitu: adapun, andaipun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, ataupun,

kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, dan walaupun.

Page 5: RINGKASAN BI.docx

3. Partikel per- yang berarti "mulai", "demi", dan "tiap" ditulis terpisah, misalnya: per 1 April,

per helai. Tetapi per- yang menunjukkan pecahan atau imbuhan harus ditulis serangkai

dengan kata yang mendahuluinya, misalnya: lima tiga pertujuh, perempat final, satu perdua.

I. Singkatan dan Akronim

1. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik.

Misalnya: A.S. Kramawijaya, M.B.A.

2. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta

nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak

diikuti dengan tanda titik. Misalnya: DPR, SMA.

3. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Misalnya: dst.,

hlm.

4. Singkatan umum yang terdiri atas dua huruf diikuti tanda titik pada setiap huruf, misalnya:

a.n., s.d.

5. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti

tanda titik. Misalnya: cm, Cu

6. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya

dengan huruf kapital, misalnya: ABRI, PASI

7. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari

deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital. Misalnya: Akabri, Iwapi

8. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan

huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil. Misalnya: pemilu,

tilang.

J. Angka dan Lambang Bilangan

a) Fungsi

1. Menyatakan lambang bilangan atau nomor yang lazimnya ditulis dengan angka Arab (0,

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9) atau angka Romawi (I, II, III, IV, V, VI, VIII, IX, X, L, C, D,M)

2. Menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi (ii) satuan waktu (iii) nilai uang, dan

(iv) kuantitas. Misalnya: 5 kilogram, tahun 1928, 2.000 rupiah, 28 orang.

3. Melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.

Misalnya: Jalan Tanah Abang I No. 15

4. Menomori bagian karangan dan ayat kitab suci, misalnya: Bab X, Pasal 5, halaman 252

Page 6: RINGKASAN BI.docx

b) Penulisan

1. Lambang bilangan utuh. Misalnya: dua belas 12

Bilangan Pecahan. Misalnya: satu persen 1%

2. Lambang bilangan tingkat. Misalnya: Paku Buwono X

3. Lambang bilangan yang mendapat akhiran –an.

Misalnya: Tahun ’50-an atau Tahun lima puluhan

4. Ditulis dengan huruf jika dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata, kecuali jika

beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan

pemaparan. Misalnya: Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.

5. Ditulis dengan huruf jika terletak di awal kalimat. Jika perlu, susunan kalimat diubah

sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat

pada awal kalimat. Misalnya: Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.

6. Dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca bagi bilangan utuh yang besar.

Misalnya: Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 120 juta orang.

7. Tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam

dokumen resmi seperti akta dan kuitansi. Misalnya: Kantor kami mempunyai dua puluh

orang pegawai.

8. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat. Misalnya:

Saya lampirkan tanda terima uang sebesarRp999,75 (sembilan ratus sembilan puluh

sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).

III. Penulisan unsur serapan

Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa lain, baik

dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing seperti Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, atau Inggris.

Berdasarkan taraf integrasinya unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas:

1. unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle,

shuttle cock, l’exploitation de l’hommepar l’homme. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks

bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing.

2. unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia.

Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya

masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.

Page 7: RINGKASAN BI.docx

Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu ialah sebagai berikut.

aa (Belanda) menjadi a

baal bal

ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e

aerrodinamics aerodinamika

ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e

haemoglobin hemoglobin

ai tetap ai

trailer trailer

au tetap au

audiogram audiogram

autotroph autotrof

tautomer tautomer

caustic kaustik

c di muka a, u, o, dan konsonan menjadi k

calomel kalomel

construction konstruksi

cubic kubik

crystal kristal

c di muka e, i, oe, dan y menjadi s

central sentral

circulation sirkulasi

cylinder silinder

coelom selom

cc di muka o, u, dan konsonan menjadi k

accomodation komodasi

acclimatization aklimatisasi

accumulation akumulasi

acclamation aklamasi

cc di muka e dan i menjadi ks

accent aksen

vaccine vaksin

cch dan ch di muka a, o, dan konsonan

menjadi k

saccharin sakarin

cholera kolera

technique teknik

ch yang lafalnya s atau sy menjadi s

machine mesin

ch yang lafalnya c menjadi c

China Cina

ç (sanskerta) menjadi s

çastra sastra

e tetap e

effect efek

ea tetap ea

idealist idealis

ee (Belanda) menjadi e

systeem sistem

ei tetap ei

eidetic eidetik

eo tetap eo

geometry geometri

eu tetap eu

neutron neutron

f tetap f

fanatic fanatik

gh menjadi g

sorghum sorgum

gue menjadi ge

igue ige

i pada awal suku kata di muka vokal, tetap i ie (Belanda) menjadi i jika lafalnya i

Page 8: RINGKASAN BI.docx

ion ion politiek politik

ie tetap ie jika lafalnya bukan i

efficient efisien

kh (Arab) tetap kh

khusus khusus

ng tetap ng

linguistics linguistik

oe (oi Yunani) menjadi e

oestrogen estrogen

oo (Belanda) menjadi o

komfoor kompor

oo (Inggris) menjadi u

cartoon kartun

oo (vokal ganda) tetap oo

coordination koordinasi

ou menjadi u jika lafalnya u

coupon kupon

ph menjadi f

phase fase

ps tetap ps

psychiatry psikiatri

pt tetap pt

ptyalin ptialin

q menjadi k

aquarium akuarium

rh menjadi r

rhythm ritme

sc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi sk

scriptie skripsi

sc di muka e, i, dan y menjadi s

scenography senografi

sch di muka vokal menjadi sk

schema skema

t di muka i menjadi s jika lafalnya s

action aksi

th menjadi t

methode metode

u tetap u

structure struktur

ua tetap ua

dualisme dualisme

ue tetap ue

duet duet

ui tetap ui

conduite konduite

uo tetap uo

quota kuota

uu menjadi u

vacuum vakum

v tetap v

vitamin vitamin

x pada awal kata tetap x

xenon xenon

x pada posisi lain menjadi ks

executive eksekutif

xc di muka e dan i menjadi ks

exception eksepsi

xc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi

ksk

excavation ekskavasi

excommunication ekskomunikasi

y tetap y jika lafalnya y

yakitori yakitori

yangonin yangonin

yen yen

Page 9: RINGKASAN BI.docx

exclusive eksklusif yuan yuan

y menjadi i jika lafalnya i

dynamo dinamo

z tetap z

zodiac zodiak

Konsonan ganda mejadi konsonan tunggal kecuali kalau dapat membingungkan, misalnya:

effect efek

commission komisi

tetapi:

mass massa

Catatan:

1. Unsur pungutan yang sudah lazim dieja secara Indonesia tidak perlu lagi diubah.

Misalnya: kabar, iklan, bengkel, sirsak, perlu, hadir

2. Sekalipun dalam ejaan yang disempurnakan huruf q dan x diterima sebagai bagian abjad bahasa

Indonesia, unsur yang mengandung kedua huruf itu diindonesiakan menurut kaidah yang terurai

di atas. Kedua huruf itu dipertahankan dalam penggunaan tertentu saja seperti dalam pembedaan

nama dan istilah khusus.

Akhiran asing diserap sebagai bagian kata yang utuh. Kata seperti standardisasi, efektif,

danimplementasi diserap secara utuh di samping kata standar, efek, dan implemen.

Berikut akhiran-akhiran asing serta penyesuaiannya dalam bahasa Indonesia.

-aat (Belanda) menjadi -at

plaat pelat

-age menjadi -ase

Percentage persentase

-al, -eel (Belanda) menjadi -al

formal formeel formal

-ant menjadi -an

Accountant akuntan

-archy,-archie (Belanda) menjadi arki

Anarchy anarchie anarki

-ary, -air (Belanda) menjadi -er

Primary primair primer

-(a)tion, -(a)tie (Belanda) menjadi -asi, -si

Action actie aksi

Publication publicatie publikasi

-eel (Belanda) yang tidak ada padannya

dalam bahasa Inggris menjadi -il

moreel moril

-ein tetap ein

Casein kasein

Protein protein

-ic, -ics, -ique, -iek, -ica (nomina) menjadi –

ik, -ika

Logic logica logika

Page 10: RINGKASAN BI.docx

Dialectics dialektic dialektika

Technique techniek teknik

-ic (nominaI) menjadi -ik

electronic elektronik

statistic statistik

-ic, -ical, -isch (adjektiva) menjadi -is

Electronic elektronisch electronis

Logical logisch logis

-ile, -iel menjadi -il

Percentile percentiel persentil

ism, -isme (Belanda) menjadi -isme

communism communisme komunisme

-ist menjadi -is

Publicist publisis

-ive, -ief (Belanda) menjadi -if

Descriptive descriptief deskriptif

-logue menjadi -log

Catalogue katalog

-logy, -logie (Belanda) menjadi –logi

technology technologie teknologi

-loog (Belanda) menjadi -log

analoog analog

-oid, -oide (Belanda) menjadi –oid

Hominoid homonoid homonoid

-oir(e) menjadi -oar

trottoir trotoar

repertoire repertoar

-or, -eur (Belanda) menjadi -ur, -ir

Director directeur direktur

amateur amatir

-or tetap -or

dictator diktator

-ty, -teit (Belanda) menjadi -tas

Quality kwaliteit kualitas

-ure, -uur (Belanda) menjadi -ur

structure struktuur struktur

IV. Pemakaian Tanda Baca

A. Tanda Titik (.)

1. Dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.

Misalnya: Saya suka makan nasi.

Apabila dilanjutkan dengan kalimat baru, harus diberi jarak satu ketukan.

2. Dipakai pada akhir singkatan nama orang. Apabila nama itu ditulis lengkap, tanda titik tidak

dipergunakan. Misalnya:

a. Irwan S. Gatot

b. Dwiki Halla

3. Dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan. Misalnya:

Page 11: RINGKASAN BI.docx

o Dr. (doctor)

o S.E. (sarjana ekonomi)

4. Dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum. Pada singkatan yang

terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda titik.

Misalnya:

o dll. (dan lain-lain)

o tgl. (tanggal)

5. Dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu atau

jangka waktu. Misalnya: 20.30 jam (20 menit, 30 detik)

6. Dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan

tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.

Misalnya: Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltervreden: Balai Pustaka.

7. Dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya (tidak dipakai jika tidak

menunjukkan jumlah). Misalnya:

o Kota kecil itu berpenduduk 51.156 orang.

o Nama Ivan terdapat pada halaman 1210 dan dicetak tebal.

8. Tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel,

dan sebagainya . Misalnya:

o Latar Belakang Pembentukan

o Lihat Pula

9. Tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2) nama dan alamat

penerima surat.

Misalnya: Yth. Sdr. Moh. Hasan

Jalan Arif 43

Palembang

10. Tidak dipakai dalam singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan

atau organisasi, serta nama dokumen resmi maupun di dalam akronim yang sudah diterima

oleh masyarakat. Misalnya: DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)

11. Tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata

uang. Misalnya:

o Cu (tembaga)

o 52 cm

o 1 (liter)

o Rp350,00

Page 12: RINGKASAN BI.docx

B. Tanda Koma (,)

1. Dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan. Misalnya: Saya

membeli kertas, pena, dan tinta.

2. Dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang

didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan. Misalnya: Saya ingin datang, tetapi hari

hujan.

3. Dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului

induk kalimatnya. Misalnya:Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.

Tidak dipakai jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya. Misalnya: Saya tidak akan

datang kalau hari hujan.

4. Dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal

kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.

Misalnya: ......Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.

5. Dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain yang

terdapat di dalam kalimat. Misalnya: “O, begitu?” , “Hati-hati, ya, nanti jatuh.”

6. Dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. Misalnya: Kata

Ibu,”Saya gembira sekali.”

7. Dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan

(iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Misalnya: Surat-surat ini

harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Raya

Salemba 6, Jakarta

8. Dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.

Misalnya: Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949. TatabahasaBaru Bahasa Indonesia, jilid 1dan 2.

Djakarta: PT Pustaka Rakjat.

9. Dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki. Misalnya: W.J.S. Poerwadarminta,

Bahasa Indonesiauntuk Karang-mengarang (Yogyakarta: UPIndonesia, 1967), hlm. 4

10. Dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya

dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. Misalnya: B. Ratulangi, S.E.

11. Dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan

angka. Misalnya: Rp12,50

12. Dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. Misalnya:

Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.

Page 13: RINGKASAN BI.docx

13. Dapat dipakai di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat untuk menghindari

salah baca. Misalnya: Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap

yang bersungguh-sungguh.

14. Tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya

dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.

Misalnya: “Di mana Saudara tinggal?” tanya Karim.

C. Tanda Titik Koma (;)

1. Dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.

Misalnya:Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.

2. Dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di

dalam kalimat majemuk. Misalnya: Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk

bekerja di dapur; Adik menghapal nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik

mendengarkan siaran “Pilihan Pendengar”.

D. Tanda Titik Dua (:)

1. Dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.

Misalnya: Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.

Tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri

pernyataan.

2. Dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian. Misalnya:

Ketua : Ahmad Wijaya

Sekretaris : S. Handayani

Bendahara : B. Hartawan

3. Dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.

Misalnya:

Ibu : (meletakkan beberapa kopor) “Bawa kopor ini, Mir!”

Amir : “Baik, Bu.” (mengangkat kopor danmasuk)

Ibu : “Jangan lupa. Letakkan baik-baik!”(duduk di kursi besar)

4. Dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab

suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit

buku acuan dalam karangan. Misalnya: Tempo, I (1971), 34:7

Page 14: RINGKASAN BI.docx

E. Tanda Hubung (-)

1. Dipakai untuk menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh penggantian baris.

Misalnya:

2. Suku kata yang berupa satu vokal tidak ditempatkan pada ujung baris atau pangkal baris.

Misalnya:

3. Dipakai untuk menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan

bagian kata di depannya pada pergantian baris (Akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan

terdapat satu huruf saja pada pangkal baris).

Misalnya:

4. Dipakai untuk menyambung unsur-unsur kata ulang. Misalnya: anak-anak, berulang-ulang.

5. Dipakai untuk menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.

Misalnya: p-a-n-i-t-i-a , 8-4-1973

6. Dapat dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan, dan (ii)

penghilangan bagian kelompok kata.

Misalnya: ber-evolusi, dua puluh lima-ribuan (20 5000), tanggung jawab dan

kesetiakawanan-sosial.

Bandingkan dengan: be-revolusi, dua-puluh-lima-ribuan (1 25000), tanggung jawab dan

kesetiakawanan sosial.

7. Dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf

kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan -an, (iv) singkatan berhuruf kapital dengan

imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan rangkap. Misalnya: se-Indonesia , hadiah ke-2.

8. Dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.

Misalnya: di-smash, pen-tackle-an.

Di samping cara-cara lama itu ada ju-

ga cara yang baru

Beberapa pendapat mengenai masalah

itu telah disampaikan ….

Walaupun sakit, mereka tetap tidak mau

beranjak ….

bukan: Beberapa pendapat mengenai masalah i-

tu telah disampaikan …. Walaupun sakit,

mereka tetap tidak mau beranjak ….

Kini ada cara yang baru untuk meng-

ukur panas.

Senjata ini merupakan alat pertahan-an

yang canggih.

Page 15: RINGKASAN BI.docx

F. Tanda Pisah (-)

1. Dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar

bangun kalimat. Misalnya: Kemerdekaan bangsa itu–saya yakin akan tercapai–diperjuangkan

oleh bangsa itu sendiri.

2. Dipakai untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga

kalimat menjadi lebih jelas. Misalnya: Rangkaian temuan ini–evolusi, teori kenisbian, dan

kini juga pembelahan atom–telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.

3. Dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti 'sampai ke' atau 'sampai dengan'.

Misalnya: 1910–1945, Tanggal 5–10 April 1970, Jakarta–Bandung.

4. Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi

sebelum dan sesudahnya.

G. Tanda Elipsis ( … )

1. Dipakai dalam kalimat yang terputus-putus. Misalnya: Kalau begitu ... ya, marilah kita

bergerak.

2. Dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang

dihilangkan. Misalnya: Sebab-sebab kemerosotan … akan ditelitilebih lanjut.

3. Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga

buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat.

H. Tanda Tanya (?)

1. Dipakai pada akhir kalimat tanya. Misalnya: Kapan ia berangkat?

2. Dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang

kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Misalnya:Ia dilahirkan pada tahun 1683. (?)

I. Tanda Seru (!)Dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang

menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.

Misalnya: Alangkah seramnya peristiwa itu!

J. Tanda Kurung ((…))

1. Mengapit keterangan atau penjelasan. Misalnya: Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun

DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor itu.

Page 16: RINGKASAN BI.docx

2. Mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.

Misalnya: Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud”(nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis

pada tahun 1962.

3. Mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan. Misalnya:

Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.

4. Mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan. Misalnya:Faktor

produksi menyangkut masalah (a)alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal

K. Tanda Kurung Siku ([…])

1. Mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau

bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau

kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.

Misalnya: Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.

2. Mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung. Misalnya:

Persamaan kedua proses ini (perbedaannya [lihat halaman 35–38] tidakdibicarakan) perlu

dibentangkan di sini.

L. Tanda Petik (“…”)

1. Mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.

Misalnya:“Saya belum siap,” kata Mira, “tunggu sebentar!”

2. Mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.

Misalnya: Bacalah ”Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.

3. Mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.

Misalnya: Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara”coba dan ralat” saja.

4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.

Misalnya: Kata Tono, “Saya juga minta satu.”

5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang

mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian

kalimat. Misalnya: Karena warna kulitnya, Budi mendapatjulukan “Si Hitam”.

6. Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis sama

tinggi di sebelah atas baris.

M. Tanda Petik Tunggal (‘…’)

1. Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.

Page 17: RINGKASAN BI.docx

Misalnya: Tanya Basri, “Kau dengar bunyi ‘kring-kring’tadi?”

2. Mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing.

Misalnya: feed-back ‘balikan’

N. Tanda Garis Miring (/)

1. Dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang

terbagi dalam dua tahun takwim. Misalnya: No. 7/PK/1973

2. Dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, atau tiap. Misalnya: mahasiswa/mahasiswi

O. Tanda Penyingkat / Apostrof (‘)

Menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun. Misalnya:

o Malam 'lah tiba. ('lah = telah)

o 1 Januari '88 ('88 = 1988)

V. Penggunaan Spasi dan Garis Bawah Satu

A. Penggunaan Spasi

Digunakan setiap setelah tanda baca (titik, koma, titik koma, titik dua, tanda seru, dan tanda

tanya) dengan jarak satu pukulan ketikan, sebaliknya sebelum tanda baca tidak diberikan jarak

spasi.

B. Penggunaan Garis Bawah Satu

Digunakan untuk menandai kata-kata atau bagian-bagian yang harus dicetak miring apabila karya

ilmiah tersebut diterbitkan. Dipakai untuk penulisan:

1. Kata asing atau kata daerah, misalnya: acceptance bacundary ‘batas penerima’

2. Judul buku, majalah, atau surat kabar yang diterbitkan, misalnya: Buku Dasar-dasar

Manajemen, Majalah Tempo, Surat Kabar Republika.

Garis bawah satu dibuat putus-putus kata demi kata, sedangkan spasi (jarak kata dengan kata) tidak

perlu digaris bawah.