revisi responsi kbf

31
CASE STUDY OKSIGENASI Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kebutuhan Biologi dan Fisiologi II Disusun oleh : Kelompok 7 1. Ana Yuliana (22O20114120065) 2. Anisa Dyah Nur K. (22020114130045) 3. Aryani Wahyuningsih (22020114120013) 4. Bekti Wulandari (22020114120038) 5. Liliana Dewi Anggarini (22020114130092) 6. Vita Agustin (22020114130130) JURUSAN KEPERAWATAN

Upload: lala

Post on 09-Nov-2015

239 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

untuk matkul biofis

TRANSCRIPT

CASE STUDY OKSIGENASIUntuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kebutuhan Biologi dan Fisiologi II

Disusun oleh : Kelompok 7

1. Ana Yuliana

(22O20114120065)

2. Anisa Dyah Nur K.(22020114130045)

3. Aryani Wahyuningsih(22020114120013)

4. Bekti Wulandari

(22020114120038)

5. Liliana Dewi Anggarini(22020114130092)

6. Vita Agustin

(22020114130130)

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2015

SOAL1. Berdasarkan ilustrasi lampiran kasus ini, buatlah analisa data dan rencana keperawatan (nursing care plan) terkait pemenuhan kebutuhan oksigenasinya.

2. Tugas didiskusikan dan dibuat dalam paper dengan berpedoman NANDA NIC NOC dan nantinya dievaluasi dengan cara responsi dengan dosen pengampu oksigenasi KBF II.

KASUS VIITgl Pengkajian: 9 Februari 2014jam : 07.15 WIB

Tgl Masuk Ruangan : 8 Februari 2014jam : 17.00 WIB

Ruang

: C3Lt2 RSDK

Diagnosa Medis: Anemia

PENGKAJIAN

A. Identitas

1. Identitas Klien

a. Nama

: Ny. B

b. Umur

: 38 tahunc. Jenis kelamin

: Perempuan

d. Agama

: Islame. Pendidikan

: SMA

f. Suku

: Jawag. Bahasa

: Indonesia dan jawah. Alamat

: Semarang

i. Pembiayaan Kes: BPJS Kesehatan2. Identitas Penanggung Jawab

a. Nama

: Tn. C

b. Umur

: 42 tahunc. Hubungan

: Suami

d. No. Telp

: -B. Keluhan Utama

Klien mengeluh lemas

C. Riwayat Penyakit Sekarang

1 hari sebelum masuk RSDK, pasien mengeluh lemas, pusing dan sempat pingsan 1 kali. Beberapa hari sebelumnya pasien memang anoreksia dan jarang makan. Pasien juga mengeluh sesak napas saat beraktivitas. Keluarga membawa pasien ke IGD RSDK dan didiagnosa anemia. Pasien dipindahkan ke rawat inap C3 lt2. Kondisi pasien sekarang masih lemas dan hanya bisa berbaring di tempat tidur.

D. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien belum pernah menderita penyakit berat apapun sebelumnya

E. Riwayat Penyakit Keluarga

Bapak dari pasien mempunyai riwayat asma

F. Pemeriksaan Fisik

1. Kesadaran

: Composmentis

2. Vital sign

Suhu:37,2oC

Nadi: 60 x permenit, lemah, reguler

TD:100/70 mmHg

RR:26 x permenit

SaO2: 90 % dengan nasal kanul 3 liter/menit

3. Pemeriksaan Fisik Head To Toe

Kepala:

a. Wajah

Terlihat pucat

b. Mata

Sclera normal, konjungtiva anemis, pupil isokor kanan kiri 2 mm, reflek cahaya baik

c. Hidung

Simetris, tidak ada sumbatan jalan napas di hidung, sesekali terlihat napas cuping hidung

d. Telinga

Kedua telinga simetris, bersih, pendengaran baik dan tidak ada serumen yang keluar

e. Mulut dan bibir

Bibir pucat, tidak ada sariawan, lidah bersih, gigi ada karies di geraham kanan bawah, tidak ada gigi berlubang

f. Leher

Tidak ada deviasi trakea, tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan tiroid, tidak terlihat denyutan vena jugularis

g. Thorax

1. Pulmo

Inspeksi: Terlihat retraksi intercosta, tidak terlihat penggunaan otot bantu napas, takipnea 26 x/menit, reguler

Palpasi: taktil fremitus kanan dan kiri sama

Perkusi: sonor di seluruh lapang paru

Auskultasi: suara dasar bronkovesikuler, tidak ada suara tambahan napas

2. Cor

Inspeksi: ictus cordis tidak tampak

Palpasi: ictus cordis teraba di ICS V mid clavicula sinistra

Perkusi: tidak ada pelebaran batas jantung

Auskultasi: suara jantung I & II normal, tidak ada suara jantung tambahan

h. Abdomen

Inspeksi: datar

Auskultasi: bising usus 15 x/menit

Perkusi: timpani

Palpasi: tidak ada distensi abdomen dan tidak ada nyeri tekan

i. Ekstremitas

1. Ekstremitas atas: ada edema, kekuatan otot kanan dan kiri penuh, akral agak dingin, CRT > 3 detik

2. Ekstremitas bawah: tidak ada edema, kekuatan otot kanan dan kiri penuh, akral hangat

j. Genitalia

Tidak terkaji

k. Fungsi Persarafan

Dalam batas normal

G. Pengkajian Fungsional Fokus

1. Oksigenasi

Saat sakit pasien terlihat sangat lemas dan lemah. Pasien bed rest total. Pasien terjadi perubahan hemodinamik terutama frekuensi napas, denyut nadi dan tekanan darah jika melakukan aktivitas agak berat misalnya pindah dari bed ke toilet ruang perawatan. Pasien juga merasakan sesak napas dengan RR 26 x/menit.

2. Aktifitas dan Latihan/ Mobilisasi

Sebelum sakit: Klien mengatakan jika aktivitas berat sesak napasnya semakin terasa

Saat dikaji: Klien hanya berbaring di tempat tidur, dan terlihat hiperpnea

Tabel tingkat kemandirianKemampuan perawatan diri12345

Makan / minumv

Toiletingv

Berpakaianv

Mobilitas tempat tidurv

Berpindahv

Keterangan :

1. = mandiri

2. = dengan alat bantu3. = dibantu orang lain4. = dibantu orang lain dan alat5. = tergantung total3. Rasa Aman dan Nyaman

Saat sakit pasien merasakan ketidaknyamanan, lemas, pusing sehingga bed rest total. Pasien tidak merasakan nyeri.

H. Pemeriksaan Penunjang

Jenis PemeriksaanHasilNilai NormalKesan

Paket Darah Lengkap

Hemoglobin8 g/dL13,0 15,0

Jumlah Sel Darah

Leukosit11,1 10^3/uL4,00 - 11,00High

Eritrosit4,8 10^6/uL4,50 - 6,50

Hematokrit41,1 %40,0 - 54,0

Trombosit275 10^3/uL150 450

Diff Count Presentase

Netrofil segmen38 %40 75Low

Limfosit52 %20 45High

Monosit5 %2 10

Eosinofil4 %1 6

Basofil1 %0 1

Diameter Sel/Size

RDW-CV14,3 %11,6 14,4

RDW-SD44,2 fL35,1 43,9

P-LCR23,3 %9,3 27,9

Calculated

MCV86,3 fL76 96

MCH29,4 pg27,5 32,0

MCHC34,1 g/dL30,0 35,0

Kimia Klinik

GDS462 mg/dL70 140High

Fungsi Ginjal

Ureum21 mg/dL16,6 48,5

Creatinin1,45 mg/dL0,67 1,17High

Analisa Data

NoTanggal/JamData FokusProblemEtiologiTTD

19 Februari 2014 / 07.15 WIBDS:

klien mengeluh sesak napas saat beraktivitasDO: Hb 8 g/dL RR 26x/menit(Tachypnea) Bed rest dan hiperpneu Ada retraksi intercostal Ada nafas cuping hidungKetidakefekti-fan pola napasKompensasi penurunan Hb

29 Februari 2014 / 07.15 WIBDS:

Klien mengeluh lemah, pusing, dan sempat pingsan 1 kali

Klien mengatakan jika aktivitas berat sesak napasnya semakin terasa

Klien merasa tidak nyaman

DO: Wajah dan bibir pucat Lemas dan lemah Ada perubahan hemodinamik frekuensi napas, denyut nadi dan tekanan darah setelah melakukan aktivitas agak beratIntoleransi aktivitasKetidakseimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan

39 Februari 2014 / 07.15 WIBDS:

Klien merasa lemas, lemah dan pusingDO: Ekstremitas atas ada edema dan akral agak dingin, CRT > 3 detik Bibir pucat dan konjungtiva anemisKetidakefekti fan perfusi jaringan periferPenurunan konsentrasi hemoglobin dalam darah

Prioritas Diagnosa Keperawatan1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kompensasi penurunan Hb. 2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin dalam darah.3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan.Nursing Care Plan

NoDiagnosa KeperawatanTujuan dan Kriteria HasilTindakan Keperawatan

1Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kompensasi penurunan Hb (00032).Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 30 menit diharapkan terjadi peningkatan Hb sehingga ventilasi menjadi adekuat dengan kriteria hasil:1. Kedalaman inspirasi menjadi normal

2. Jarang terjadi retraksi intercostal 3. RR berkisar 23 24 kali/menit4. Bernapas dengan bantuan nasal kanul menjadi 2,5 L/menit.

5. Jarang terlihat napas cuping hidungFluid management

Kolaborasi:

1. Kolaborasi dengan dokter untuk persiapkan pemberian transfusi

Rasional:

Untuk mempercepat peningkatan HbAirway management

Mandiri:

1. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi klien pada posisi semifowler.

Rasional: duduk tinggi memungkin kan ekspansi paru, mengurangi tekanan pada diafragma sehingga dada dapat relaksasi dan memudahkan pernafasan.Respiratory monitoring

Mandiri: 1. Mengkaji kualitas, frekuensi, dan kedalaman pernapasan. Melaporkan setiap perubahan yang terjadi.

Rasional : dengan mengkaji kualitas, frekuensi, dan kedalaman pernapasan kita dapat mengetahui sejauh mana perubahan kondisi klien.2. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi dada. Catat upaya pernafasan termasuk pelebaran nasal.

Rasional : Ekspansi dada yang terbatas berhubungan dengan nyeri dada

Vital sign monitoring

Mandiri:1. Mengobserva si tanda-tanda vital seperti nadi dan RR.

Rasional : Peningkatan RR merupakan indikasi adanya penurunan kondisi paru-paru

2Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin dalam darah (00204)Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 3 jam perfusi jaringan perifer klien adekuat dengan kriteria : 1. Pengisisan capilary refill < 3 detik2. Warna kulit normal3. Tidak ada edema perifer4. Konjungtiva dalam keadaan normal5. Akral hangat

Circulatory care

Mandiri:

1. Cek nadi perifer

Rasional:

Mengetahui perkembangan aliran darah di perifer

2. Catat warna kulit dan temperature

Rasional:

Aliran darah yang tidak memadai mengakibat kan ekstremitas yang dingin dan pucat, kekurangan oksigen

3. Cek capilary refill

Rasional:

Kecepatan capilery refill berhubungan dengan pemenuhan oksigen pada perifer

4. Catat prosentase edema, terutama di ekstremitas

Rasional:Penurunan aliran darah vena mengakibat kan peningkatan tekanan vena, diikuti peningkatan tekanan hidrostatik perifer, filtrasi bersih cairan keluar dari kapiler ke rongga intertisial, dan selanjutnya terjadi edema5. Jangan mengelevasi tangan melebihi jantung

Rasional:

Agar darah dapat mengalir menuju ekstremitas sehingga akral menjadi hangat

6. Monitor lab Hb Rasional:

Untuk mengetahui perkembangan jumlah Hb dalam darah

3Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen (00092)Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam klien dapat melakukan aktivitas dan perawatan diri secara mandiri tanpa mengalami perubahan hemodinamik yang berarti.Cardiac care

Mandiri:1. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan parameter : frekwensi nadi, catat peningkatan TD, trakipnea, atau nyeri dada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat, pusing atau pingsan.

Rasional : Parameter menunjukan respon fisiologis pasien terhadap aktivitas dan indicator pengaruh kelebihan kerja jantung.Nutrition management

Kolaborasi

1. Konsultasikan dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah asupan nutrisi dan kalori sesuai kebutuhan .

Rasional : bermanfaat dalam menjaga dan meningkatkan kestabilan Hb dan ketersediaan energy untuk melakukan aktivitasEnergy management

Mandiri:

1. Ajarkan cara penghematan energi Rasional : membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2Activity therapy

Mandiri:1. Rencanakan tentang pemberian progam latihan sesuai kemampuan pasien. Rasional: latihan pergerakan dapat meningkatkan stimulasi sirkulasi darah

2. Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas. Rasional : kemajuan aktivitas terhadap mencegah meningkatnya kerja jantung tiba-tiba.

RESUME JURNALActivity therapy

Aktivitas dan Istirahat a) Manfaat Olah Raga Terhadap Imunitas Tubuh

Menurut Simon, (1988) dalam Ader (1991) Stres olahraga dapat menstinulus hampir seluruh organ saat keadaan akut, olahraga dapat berdampak buruk bagi kesehatan, namun olahraga yang dilakukan secara teratur dapat menimbulkan kebiasaan pada organ tubuh yang berdampak baik bagi kesehatan. Menurut Simon, (1988) dalam Ader, (1991) Aktifitas olah raha yang dilakukan secara rutin menimbulkan perubahan bagi jaringan sel, dan protein pada sistem imun.

b) Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Tubuh (1) Perubahan Sistem Sirkulasi Meningkatnya darah ke otot skelet dan jantung, dapat disebabkan aktifitas olahraga yang meningkatkan cardiac output dari 5lt menjadi 20 lt/menit pada orang dewasa yang sehat. Menurut Ader, (1991) dampak latihan yang teratur meningkatkan isi sekuncup dan cardiac output dari adaptasi pada sistem sirkulasi, meningkatnya volume dan masa ventrikel kiri sehingga dapat mencapai kapasitas kerja maksimal.

(2) Sistem pulmoner Menurut Alder, (1991) meningkatnya frekuensi napas, dan pertukaran gas serta pengangkutan oksigen dan penggunaan oksigen oleh otot disebabkan oleh olah raga. (3) Metabolisme Energi diperlukan otot, untuk melakukan olah raga. Pemecahan trigliserida dan jaringan adipose menjadi glikogen dan FFA terjadi pada saat olah raga dalam frekuensi rendah sampai sedang. Olah raga dalam frekuensi yang tinggi meningkatkan kebutuhan energi, otot makin tergantung glikogen sehingga metabolisme berubah dari metabolisme aerob menjadi anaerob.

Menurunnya kerja otot karena terjadi metabolisme anaerob yang menghasilkan 2 ATP dan asam laktat. Dalam mempertahankan gula darah normal tubuh meningkatkan glikogenesis dan glukogenesis hati untuk mencegah hipoglikemia saat melakukan olah raga diamana tubuh meningkatkan ambilan glukosa darah.

Banyaknya cairan isotonis yang keluar bersama keringat, disertai hiperkalemia karena kalium banyak dilepas dari otot disebabkan olah raga yang berlebih. Menurut ader, (1991) dapat terjadi dehidrasi dan hiperosmolaritas.Referensi: Nursalam, M.Nurs (Hons), Ninuk Dian K.2007. Asuhan keperawatan pada pasien terinfeksi HIV.Jakarta: Salemba Medika.

Airway management

Posisi semifowler

Keluhan utama pasien asma adalah sesak napas. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi keluhan sesak napas tersebut. Cara untuk mengurangi rasa sesak napas pada pasien penyakit kardiopulmonari salah satunya mengatur posisi pasien saat istirahat. Posisi yang paling dianjurkan untuk pasien sesak napas adalah posisi semi fowler dengan ukuran derajat kemiringan 45. Posisi semi fowler diharapkan dapat membantu pengefektifan pengembangan paru dan mengurangi tekanan abdomen di diafragma dengan mekanisme gaya gravitasi. Posisi semi fowler dilakukan sebagai salah satu cara untuk membantu mengurangi sesak napas (Bare, 2010). Tujuan dari tindakan ini adalah untuk menurunkan konsumsi O2 dan menormalkan ekspansi paru yang maksimal, serta mempertahankan kenyamanan (Azis & Musrifatul, 2012).Munculnya berbagai gejala klinis pada pasien yang menderita gangguan oksigenasi akan menimbulkan masalah keperawatan dan mengganggu kebutuhan dasar manusia salah satu diantaranya adalah kebutuhan istirahat, seperti adanya nyeri dada saat aktivitas, dyspnea saat istirahat atau aktivitas, letargi dan gangguan tidur (Heather, 2013). Metode yang paling sederhana dan efektif untuk mengurangi resiko penurunan pengembangan dinding dada yaitu dengan pengaturan posisi saat istirahat (Yulia, 2008). Referensi: Safitri, Refi, Annisa Andriyani. Keefektifan posisi semifowler terhadap penurunan sesak nafas pada pasien asma di ruang inap kelas lll RSUD Dr Moewardi Surakarta. 2011. Gaster Vol. 8 No. 2 hal 783 792. Majampoh, Aneci Boki, Rolly Rondonuwu, Franly Onibala. Pengaruh pemebrian posisi semifowler terhadap kestabilan pola napas pada pasien TB paru di Irina C5 RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Manado. 2013. ejournal Keperawatan Universitas Sam Ratulangi (e-Kp) Volume 3.