revisi laporan usahatani kelompok 2 kelas o

78
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah Negara agraris yang sebagaian besar penduduknya terdiri dari petani sehingga sektor pertanian memegang peranan penting. Sektor pertanian sebagai sumber kehidupan bagi sebagian besar penduduk terutama bagi mereka yang memiliki mata pencaharian utama sebagai petani. Selain itu sektor pertanian, salah satu hal penting yang harus diperhatikan sebagai penyedia pangan bagi masyarakat. Peningkatan produksi yang harus seimbang dengan laju pertumbuhan penduduk dapat dicapai melalui peningkatan pengelolaan usaha tani secara intensif. Oleh karena itu, pengetahuan tentang cara pengusahaan suatu usahatani mutlak dibutuhkan agar dapat meningkatkan produktifitas serta dapat meningkatkan pendapatan sehingga kesejahteraan petani dapat meningkat. Secara garis besar, besarnya pendapatan usaha tani diperhitungkan dari pengurangan besarnya penerimaan dengan besarnya biaya usaha tani tersebut. Penerimaan suatu usahatani akan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti luasnya usaha tani, jenis dan harga komoditi usaha tani yang diusahakan, sedang besarnya biaya suatu usaha tani 1

Upload: mega-shintia

Post on 16-Jan-2016

62 views

Category:

Documents


23 download

DESCRIPTION

LAPORAN USAHA TANI

TRANSCRIPT

Page 1: Revisi Laporan Usahatani Kelompok 2 Kelas o

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah Negara agraris yang sebagaian besar penduduknya

terdiri dari petani sehingga sektor pertanian memegang peranan penting.

Sektor pertanian sebagai sumber kehidupan bagi sebagian besar penduduk

terutama bagi mereka yang memiliki mata pencaharian utama sebagai petani.

Selain itu sektor pertanian, salah satu hal penting yang harus diperhatikan

sebagai penyedia pangan bagi masyarakat. Peningkatan produksi yang harus

seimbang dengan laju pertumbuhan penduduk dapat dicapai melalui

peningkatan pengelolaan usaha tani secara intensif. Oleh karena itu,

pengetahuan tentang cara pengusahaan suatu usahatani mutlak dibutuhkan

agar dapat meningkatkan produktifitas serta dapat meningkatkan pendapatan

sehingga kesejahteraan petani dapat meningkat.

Secara garis besar, besarnya pendapatan usaha tani diperhitungkan dari

pengurangan besarnya penerimaan dengan besarnya biaya usaha tani tersebut.

Penerimaan suatu usahatani akan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti

luasnya usaha tani, jenis dan harga komoditi usaha tani yang diusahakan,

sedang besarnya biaya suatu usaha tani akan dipengaruhi oleh topografi,

struktur tanah, jenis dan varietas komoditi yang diusahakan, teknis budidaya

serta tingkat teknologi yang digunakan.

Bawang merah merupakan komoditas hortikultura yang cukup

menguntungkan untuk diusahakan, karena bawang merah merupakan

kebutuhan sehari-hari sebagai bahan pelengkap. Bawang merah dapat tumbuh

dan diusahakan petani di dataran rendah hingga dataran tinggi dengan

varietas/spesies komersial yang berbeda. Agribisnis bawang merah, jika

diusahakan dengan sungguh-sungguh terbukti mampu meningkatkan

kesejahteraan petani, dan dapat menumbuh-kembangkan perekonomian

masyarakat.

Dalam praktikum Ilmu Usaha tani ini, atau lebih tepatnya wawancara

yang telah dilakukan terhadap petani setempat, penulis berusaha untuk

1

Page 2: Revisi Laporan Usahatani Kelompok 2 Kelas o

mempelajari, mengetahui dan menganalisis kelayakan usahatani yang selama

ini telah dipraktekkan oleh petani bawang merah Desa Gadingkulon,

Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Wawancara yang dilakukan ini

bertujuan agar penulis mampu menerapkan ilmu yang berkaitan dengan

usahatani yang telah mereka peroleh selama kegiatan tutorial dan praktikum.

1.2 Tujuan

Tujuan dari wawancara dan praktikum ini adalah;

a. Mengetahui besarnya biaya dan pendapatan dari suatu usaha tani bawang

merah.

b. Mampu menganalisa kelayakan usaha tani bawang merah.

c. Mengetahui kendala dalam usaha tani bawang merah.

1.3 Manfaat

Wawancara terhadap petani dilaksanakan dengan maksud untuk

melatih mahasiswa dapat memperhitungkan besarnya biaya dan pendapatan

dari usaha tani bersama dengan kendala yang selama ini dihadapi oleh petani

berdasarkan sudut pandang petani. Selain itu mahasiswa juga mampu

elakukan analisis kelayakan dari usahatani tersebut berdasarkan output dan

input, juga faktor-faktor lain yang ada.

2

Page 3: Revisi Laporan Usahatani Kelompok 2 Kelas o

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Usahatani

Pertanian telah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari

kehidupan manusia. Awalnya pertanian dilakukan hanya semata untuk dapat

bertahan hidup. Untuk memenuhi keperluan hidup, masyarakat menanam apa

saja yang diperlukan, awalnya adalah umbi-umbian. Masyarakat berfikir

sederhana bagaimana mempersiapkan lahan, alat-alat, hewan dan sebagainya.

Dari pengalaman bercocok tanam tersebut, nantinya akan muncul kelompok

manusia yang melanjutkan pekerjaan yang berhubungan dengan bercocok

tanam dan yang merasa tidak berbakat mereka akan memelihara dan

menggembalakan ternak.

Kelompok masyarakat yang suka bercocok tanam akan mencari lahan

yang gampang ditanami sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Begitu juga

kelompok masyarakat yang memelihara ternak. Sebelumnya mereka

menanam gandum yang mudah hidup. Padilah yang sejenis paling cocok bagi

mereka, karena padi dapat tumbuh baik di lahan kering maupun tergenang air.

Kelompok masyarakat tersebut berkelompok di satu tempat, tetapi

belum mempunyai tempat bermukim secara tepat (permanen). Kalau tanah

pertaniannya mulai merosot kesuburannya, maka seluruh kelompok tersebut

berpindah lahan pertanian, sehingga berpindah pula tempat bermukim.

Mereka membuka tanah baru lagi, bisa tanah hutan atau tanah padang rumput.

Setiap tiga tahun mereka berpindah, sistem pertanian tersebut dikenal dengan

nama “berladang” yang berpindah-pindah (shifting cultivation). Lahan yang

ditinggalkan dijadikan belukar agar kembali subur.

Kemudian sistem bersawah di temukan, orang mulai bermukim

ditempat yang tetap, tanaman padi yang berasal dari daerah padang rumput

dan kemudian juga diusahakan di daerah-daerah hutan dengan cara berladang

yang berpindah diatas tanah kering terbukti dapat tumbuh baik ditempat-

tempat yang tergenang air, bahkan produksinya lebih tinggi dari padi alang.

3

Page 4: Revisi Laporan Usahatani Kelompok 2 Kelas o

Pada persawahan ini belum mengenal bajak, pengolahan tanah dikenal

dengan cara menginjak-injak tanah basah sampai menjadi lumpur.

Dengan timbulnya persawahan, orang mulai tinggal tetap disuatu

lokasi yang dikenal dengan nama “kampong” walaupun usaha tani

persawahan sudah dimulai, namun usaha tani secara “berladang yang

berpindah-pindah” belum ditinggalkan,namun ada perubahan yang terjadi

dalam pengusahaan jenis tanaman umbi-umbian, daun-daunan dan buah-

buahan. Pengusahaan jenis tanaman tersebut dilakukan jika disekeliling

tempat tinggal sehingga dengan demikian lahir sistem usaha tani pekarangan,

sedangkan yang semula diusahakan secara berladang mulai dijadikan tegalan

yang permanen.

Untuk selanjutnya usaha pertanian menjalar ke semua arah, baik

kearah pegunungan maupun kearah pantai-pantai laut. Dengan bertambahnya

penduduk bertambah pula keperluan akan tanah pertanian dan jenis tanaman.

Perluasan tanah pertanian melebar kedaerah-daerah pegunungan dan

kedaerah-daerah pantai.

Pengaruh yang paling dalam, daripada kekuasaan-kekuasaan luar

terhadap perkembangan pertanian, terdapat dalam hal pemilihan tanah. Di

Jawa sejak VOC mulai meneguhkan kekuasaannya di Indonesia, mulialah

dilakukan penjualan atau pemberian tanah kepada pihak-pihak yang telah

berjasa kepada Belanda atau pihak yang dianggap dapat melayani

kepentingan Belanda dimasa depan. Penduduk asli yang tinggal di tanah

partikelir itu hidupnya merana oleh karena mereka tidak diberi kesempatan

untuk hidup secara wajar. Di luar tanah partikelir itu pemerintah Belanda

sejak jaman VOC juga melakukan kebijakan terhadap pertanian bukan

dengan tujuan memajukan pertanian, melainkan untuk memperoleh

keuntungan yang sebesar-besarnya bagi VOC. VOC menentukan

perdagangan monopoli, sehingga hanya dengan VOC-lah rakyat boleh

berdagang.

Pada akhir abad ke XVII di mulai juga di Jawa Barat gerakan tanaman

kopi paksa kepada rakyat hingga tahun 1921. Kebun-kebun kopi tersebut

diwajibkan ditanam di tanah baru, yaitu tanah hutan yang khusus dibuka

4

Page 5: Revisi Laporan Usahatani Kelompok 2 Kelas o

untuk keperluan tersebut. Raffles sebagai penguasa di zaman interregnum

Inggris (1811-1816) membebani petani dengan pajak yang sangat besar yaitu

sebesar 1/5 dari hasil panen.

Pada permulaan tahun 1970-an pemerintah Indonesia meluncurkan

suatu program pembangunan pertanian yang dikenal secara luas dengan

program Revolusi Hijau yang dimasyarakat petani dikenal dengan program

BIMAS. Tujuan utama dari program tersebut adalah meningkatkan

produktivitas sektor pertanian. Revolusi Hijau memakan waktu lebih dari 20

tahun telah berhasil mengubah sikap para petani khususnya para petani sub

sektor pangan, dari anti teknologi ke sikap yang mau memanfaatkan teknologi

pertanian modern. Perubahan sikap petani sangat berpengaruh terhadap

kenaikan produktivitas sub sektor pangan sehingga Indonesia mampu

mencapai swasembada pangan. Namun kerugian yang ditimbulkan Revolusi

Hijau pun tidak sedikit, diantaranya adalah membuat petani bodoh. Banyak

pengetahuan lokal yang menyangkut pertanian telah banyak dilupakan. Para

petani tergantung pada paket-paket teknoloogi pertanian produk industri.

Pada tahun 1998 usaha tani di Indonesia mengalami keterpurukan

karena adanya krisis multi-dimensi. Pada waktu itu telah terjadi perubahan

yang mendadak bahkan kacau balau dalam pertanian kita. Kredit pertanian

dicabut, suku bunga kredit membumbung tinggi sehingga tidak ada kredit

yang tersedia ke pertanian. Karena desakan IMF waktu itu, subsidi pertanian

(pupuk, benih, dll) juga dicabut dan tarif impor komoditi khususnya pangan

dipatok maksimum 5%. Infrastruktur pertanian pedesaan khususnya irigasi

banyak yang rusak karena biaya pemeliharaan tidak ada. Penyuluh pertanian

juga kacau balau karena terlalu mendadak didaerahkan. Tidak hanya itu,

akibat kerusuhan, jaringan distribusi bahan pangan dan sarana produksi

pertanian lumpuh, antrian beras dan minyak goreng terjadi dimana-mana.

Itulah kondisi pertanian dan pangan yang kita hadapi saat itu. Akibat

perubahan mendadak tersebut pelaku agribisnis khususnya para petani

mengalami kegamangan dan kekacauan. Kredit untuk petani tidak ada, harga

pupuk melambung baik karena depresiasi rupiah maupun karena pencabutan

subsidi. Itulah sebabnya mengapa pada saat krisis pada tahun 1998-1999

5

Page 6: Revisi Laporan Usahatani Kelompok 2 Kelas o

booming agribisnis tidak berlangsung lama meskipun depresiasi rupiah cukup

memberi insentif untuk eksport. Perubahan mendadak waktu itu, tidak

memberi waktu bagi para petani untuk menyesuaikan diri. Sehingga PDB

pertanian mengalami pertumbuhan rendah sebesar 0,88 persen (terendah

sepanjang sejarah) (Heru, 2010).

2.2 Transek Desa

Transek (PenelusuranDesa) merupakan teknik untuk memfasilitasi

masyarakat dalam pengamatan langsung lingkungan dan keadaan sumber

sumberdaya dengan cara berjalan menelusuri wilayah desa mengikuti suatu

lintasan tertentu yang disepakati. Dengan teknik transek, diperoleh gambaran

keadaan sumberdaya alam masyarakat beserta masalah-masalah, perubahan-

perubahan keadaan dan potensi-potensi yang ada. Hasilnya digambar dalam

diagram transek atau gambaran irisan muka bumi. Jenis-jenis transek meliputi

Transek sumber daya desa umum, Transek sumber daya alam, Transek Topik

Tertentu, misalnya transek mengamati sumber pakan ternak atau transek

pengelolaan tanah.

Transek biasanya terdiri dari dua tahapan utama yaitu:

1. Perjalanan dan observasi

2. Pembuatan gambar transek

Hasilnya biasanya langsung digambar atas flipchart (kertas lebar).

Sebelum melakukan Transek perlu disiapkan bahan dan alat seperti kertas

flipchart, kartu warna-warni, spidol, makanan dan minuman. Kegiatan

transek biasanya makan waktu yang cukup lama.

Tahapan dalan transek desa, yaitu:

Perjalanan

1. Sepakatilah tentang lokasi-lokasi penting yang akan dikunjungi serta

topik-topik kajian yang akan dilakukan (misalnya penggunaan lahan, jenis

tanah, pengairan, ketersediaan pakan ikan, masalah, potensi dan lain-lain)

2. Sepakatilah lintasan penelusuran serta titik awal dan titik akhir (bisa

memanfaatkan hasil Pemetaan Desa)

6

Page 7: Revisi Laporan Usahatani Kelompok 2 Kelas o

3. Lakukan perjalanan dan mengamati keadaan, sesuai topik-topik yang

disepakati

4. Buatlah catatan-catatan hasil diskusi di setiap lokasi (tugas pencatat)

Pembuatan gambaran transek

1. Sepakatilah simbol yang akan dipergunakan dan mencatat simbol dan

artinya

2. Gambarlah bagan transek berdasarkan hasil lintasan (buatlah dengan bahan

yang mudah diperbaiki/dihapus agar masih dapat dibuat perbaikan)

3. Untuk memfasilitasi penggambaran, masyarakat diarahkan untuk

menganalisa mengenai:

a. Perkiraan ketinggian.

b. Perkiraan jarak antara satu lokasi dengan lokasi lain.

c. Mengisi hasil diskusi tentang topik-topik dalam bentuk bagan/matriks

(lihat contoh).

4. Kalau gambar sudah selesai, mendiskusikan kembali hasil dan buat

perbaikan jika diperlukan.

5. Mendiskusikan permasalahan dan potensi masing-masing lokasi.

6. Menyimpulkan apa yang dibahas dalam diskusi.

7. Pencatat mendokumentasi semua hasil diskusi. (Heru, 2010)

2.3 PROFIL USAHATANI

Dengan wilayah yang luas, serta ditambah lagi dengan lahan pertanian

yang luas, dengan penduduknya sebagian besar adalah tani atau mata

pencariannya adalah dengan bertani maka Indonesia merupakan negara yang

agraris, yang menempatkan pertanian sebagai potensi yang paling dominan.

Pertanian di Indonesia merupakan sector yang paling penting diantara

yang lainya. Hal ini dikarenakan sektor pertanian telah terbukti tetap tegak

dan bertahan dari terpaan gelombang krisis moneter. Sedangkan sektor-sektor

lainnya justru banyak yang mengalami kebangkrutan. Peran sektor pertanian

dalam perekonomian nasional dapat ditinjau dari berbagai aspek, antara lain

sebagai penyedia lapangan kerja (sumber mata pencaharian penduduk),

sumber devisa negara, sumber bahan baku industri, dan sumber pendapatan

7

Page 8: Revisi Laporan Usahatani Kelompok 2 Kelas o

nasional. Selain itu, sektor pertanian juga merupakan sumber bahan pangan

bagi sebagian besar penduduk Indonesia.

Usaha tani mempunyai arti penting dalam suatu pertanian, dimana

usaha tani adalah suatu tempat di permukaan bumi dimana pertanian di

selenggarakan. Pembangunan usaha tani yang berhasil akan membuahkan

terwujudnya target pembanguna nasional. Seperti tujuan dari pancasila dan

UUD 1945 yaitu mewujudkan kesejahteraan rakyat serta keadilan social bagi

seluruh rakyat Indonesia. Dengan terwujudnya kesejahteraan rakyat dan

keadilan social secara menyeluruh di wilayah Indonesia ini maka otomatis

telah tecapainya pembangunan pertanian serta pembangunan ekonomi yang

baik yang berawal dari perubahan kearah perbaikan kualitas dari usaha tani

itu sendiri.

Di Indonesia, usahatani dikategorikan sebagai usahatani kecil karena

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1) Berusahatani dalam lingkungan tekanan penduduk lokal yang meningkat

2) Mempunyai sumberdaya terbatas sehingga menciptakan tingkat hidup

yang rendah

3) Bergantung seluruhnya atau sebagian kepada produksi yang subsisten

4) Kurang memperoleh pelayanan kesehatan, pendidikan dan pelayanan

lainnya

5) Usahatani tersebut masih dilakukan oleh petani kecil,maka telah

disepakati batasan petani kecil (Soekartawi, 1986) pada seminar petani

kecil di Jakarta pada tahun 1979, menetapkan bahwa petani kecil adalah :

a. Petani yang pendapatannya rendah, yaitu kurang dari setara 240 kg beras

per kapita per tahun

b. Petani yang memiliki lahan sempit, yaitu lebih kecil dari 0,25 ha lahan

sawah di Jawa atau 0,5 ha di luar Jawa. Bila petani tersebut juga memiliki

lahan tegal maka luasnya 0,5 ha di Jawa dan 1,0 ha di luar Jawa.

c. Petani yang kekurangan modal dan memiliki tabungan yang terbatas.

d. Petani yang memiliki pengetahuan terbatas dan kurang dinamis.

8

Page 9: Revisi Laporan Usahatani Kelompok 2 Kelas o

Dari segi ekonomi, ciri yang sangat penting pada petani kecil adalah

terbatasnya sumberdaya dasar tempat ia berusahatani. Pada umumnya mereka

hanya menguasai sebidang lahan kecil, disertai dengan ketidakpastian dalam

pengelolaannya. Lahannya sering tidak subur dan terpencar-pencar dalam

beberapa petak. Mereka sering terjerat hutang dan tidak terjangkau oleh

lembaga kredit dan sarana produksi. Bersamaan dengan itu, mereka

menghadapi pasar dan harga yang tidak stabil, mereka tidak cukup informasi

dan modal.

Walaupun petani-petani kecil mempunyai ciri yang sama yaitu

memiliki sumberdaya terbatas dan pendapatan yang rendah, namun cara

kerjanya tidak sama. Karena itu petani kecil tidak dapat dipandang sebagai

kelompok yang serba sama, walaupun mereka berada di suatu wilayah kecil,

sehingga tiap-tiap usaha petani tersebut mempunyai sistem usahatani yang

unik. Jelas bahwa hal ini diperlukan penelitian-penelitian mengenai usahatani

di bebagai daerah dengan berbagai karakteristik petani, iklim, sosial, budaya

yang berbeda, sehingga diperoleh perumusan masalah yang dapat digunakan

untuk merumuskan suatu kebijakan.

Selain masing-masing petani memiliki sistem usahatani yang unik,

juga agroekosistemnya, suatu kombinasi sumber daya fisik dan biologis seperti

bentuk-bentuk lahan, tanah, air, tumbuhan dan hewan. Dengan mengalokasikan

sumber daya tersebut, petani melakukan proses produksi agar dapat terus

menghasilkan produk baik berupa fisik maupun uang.

Pembangunan pertanian pada masa lalu mempunyai beberapa

kelemahan, yakni hanya terfokus pada usaha tani, lemahnya dukungan

kebijakan makro, serta pendekatannya yang sentralistik. Akibatnya usaha

pertanian di Indonesia sampai saat ini masih banyak didominasi oleh usaha

dengan: (a) skala kecil, (b) modal yang terbatas, (c) penggunaan teknologi

yang masih sederhana, (d) sangat dipengaruhi oleh musim, (e) wilayah

pasarnya lokal, (f) umumnya berusaha dengan tenaga kerja keluarga sehingga

menyebabkan terjadinya involusi pertanian (pengangguran tersembunyi), (g)

akses terhadap kredit, teknologi dan pasar sangat rendah, (h) pasar komoditi

9

Page 10: Revisi Laporan Usahatani Kelompok 2 Kelas o

pertanian yang sifatnya mono/oligopsoni yang dikuasai oleh pedagang-

pedagang besar sehingga terjadi eksploitasi harga yang merugikan petani.

Selain itu, masih ditambah lagi dengan permasalahan-permasalahan

yang menghambat pembangunan pertanian di Indonesia seperti pembaruan

agraria (konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian) yang semakin

tidak terkendali lagi, kurangnya penyediaan benih bermutu bagi petani,

kelangkaan pupuk pada saat musim tanam datang, swasembada beras yang

tidak meningkatkan kesejahteraan petani dan kasus-kasus pelanggaran Hak

Asasi Petani, menuntut pemerintah untuk dapat lebih serius lagi dalam upaya

penyelesaian masalah pertanian di Indonesia demi terwujudnya pembangunan

pertanian Indonesia yang lebih maju demi tercapainya kesejahteraan

masyarakat Indonesia. (Heru, 2010)

Masalah-masalah dalam usahatani di Indonesia

Menurut Fadholi (1991) masalah-masalah yang terjadi dalam

usahatani di Indonesia adalah sebagai berikut :

a) Kurang rangsanga

Masalah kurang rangsangan karena sikap puas diri para petani yang

umumnya petani kecil. Ada semacam kejenuhan dan putus asa karena

sulitnya meningkatkan taraf hidup dan pemenuhan kebutuhan keluarganya.

Akibat berikutnya akan berpengaruh terhadap kemampuan untuk

meningkatkan pendidikan dan tersedianya dana yang cukup untuk biaya

operasional usahataninya. Rendahnya tingkat pendidikan akan berpulang

kepada rendahnya adopsi teknologi, apalagi kurangnya dana tadi akan sulit

untuk membeli teknologi.

b) Lemah tingkat teknologinya

Dalam hal ini, disebut dalam kelompok Late Majority. Yaitu

kelompok yang lambat dalam hal menerima informasi ataupun teknologi

terbaru. Sehingga mereka tetap berada di situ saja. Tidak berjalan ke depan.

Tetapi kelompok ini lebih skeptic dan lambat dalam hal mengadoptir sesuatu

hal baru yang asing bagi mereka, meskipun mereka punya kemauan untuk

mengadopsi atau menerapka suatu teknologi tersebut. Mereka hanya

10

Page 11: Revisi Laporan Usahatani Kelompok 2 Kelas o

mengikuti teknologi yang baru jika telah disetujui oleh pendapat umum dan

telah diterapkan oleh kebanyakan orang.

c) Langkanya permodalan untuk pembiayaan usahatani

Dengan terbatasnya modal, maka penyediaan fasilitas kerja berupa

alat-alat usahatani semakin sulit dipenuhi. Akibatnya intensitas penggunaan

kerja menjadi semakin menurun. Ketergantungan keluarga akan modal

menyebabkan petani terjerat sistem yang dapat merugikan diri sendiri dan

keluarganya , seperti adanya sistem ijon dsb.

Sebagai akibat langkanya modal usahatani, kredit menjadi penting.

Dalam hal ini pemerintah perlu menyediakan fasilitas kredit kepada petani

dengan syarat mudah dicapai. Keadaan yang demikian belum sepenuhnya ada.

Demikian pula dengan prosedur mudah dan suku bunga yang relatif rendah.

Dengan demikian terbuka pemilik modal swasta mengulurkan tangan, sambil

membunuh secara perlahan kepada petani, melalui sistem yang dikenal dengan

sistem ijon. Alasan petani untuk tidak menggunakan fasilitas kredit yang

disediakan pemerintah adalah belum tahu caranya, tidak ada jaminan, serta

bunganya dianggap terlalu besar.

d) Masalah transformasi dan komunikasi

Upaya pembangunan termasuk membuka isolasi yang menutup

terbukanya komunikasi dan langkanya transportasi. Hal itu menyulitkan petani

untuk menyerap inovasi baru dan bahkan untuk memasarkan hasil

usahataninya. Isolasi ini akan menutup setiap informasi harga yang sebetulnya

sangat diperlukan oleh petani.

e) Kurangnya informasi harga

Aspek-aspek pemasaran merupakan masalah diluar usahatani yang

perlu diperhatikan. Seperti kita ketahui petani yang serba terbatas ini berada

pada posisi yang lemah dalam penawaran persaingan, terutama yang

menyangkut penjualan hasil dan pembelian bahan-bahan pertanian. Penentu

harga produk tidak pada petani. Petani harus terpaksa menerima apa yang

menrjadi kehendak dari pembeli dan penjual. Makin ia maju, ketergantungan

akan dunia luar akan semakin besar. Tengkulak memegang peranan yang

besar pada aspek penjualan hasil usahatani.

11

Page 12: Revisi Laporan Usahatani Kelompok 2 Kelas o

f) Adanya gap penelitian terpakai untuk petani

Bahan penelitian yang mampu menggerakkan teknologi terkadang

lambat diubah dalam bahan penyuluhan oleh penghantar teknologi. Terjadi

kesenjangan antara peneliti dan petani. Terjadi kelambatan dan adanya proses

adaptasi hasil penelitian,memerlukan penanganan yang lebih mantap terhadap

sistem maupun pelayanan pengukuran.

g) Luasan usaha yang tidak menguntungkan

Dengan lahan usahatani yang sempit, akan membatasi petani berbuat

pada rencana yang lebih lapang. Keadaan yang demikian akan membuat petani

serba salah, bahkan menjurus kepada keputusasaan. Tanah yang sempit

dengan kualitas tanah yang kurang baik akan menjadi beban bagi petani

pengelola usaha tani.

Akibat lanjutan dari sempitnya luasan lahan usahatani adalah

rendahnya tingkat pendapatan petani. Besarnya jumlah anggota yang akan

menggunakan pendapatan yang sedikit tadi, akan berakibat rendahnya tingkat

konsumsi. Dan ini berpengaruh terhadap produktivitas kerja dan kecerdasan

anak, menurunnya kemampuan berinvestasi, dan upaya pemupukan modal.

h) Belum mantapnya sistem dan pelayanan penyuluhan

Memang penyuluh telah ditambah, tetapi jumlah petani cukup banyak

sehingga imbangan petani-penyuluh menjadi besar. Belum lagi lokasi dan

tingkat pengetahuan petani yang beragam membuat sulit dalam mekanisme

penghantaran teknologi.

i) Aspek social, politik, ekonomi yang berkaitan dengan kebijakan bagi petani

Petani dituntut mengadakan pangan, bahan baku industri, dan

melestarikan sumberdaya alam. Ada pembebanan yang tinggi terhadap sector

ini. Semua semua merupakan kebijakan-kebijakan politik. Kondisi sosial

menempatkan petani pada posisi sulit, meskipun berperan besar. Ini adalah

fakta sosial petani, termasuk nelayan, bagian yang terbesar jumlah petani pada

posisi lemah. Posisi kuat dimiliki sektor lain, kebanyakan di luar petani. Ini

aspek ekonomi, di pihak lain petani memberikan konstruksi tinggi terhadap

pendapatan nasional. Pemasaran hasil usahataninya di luar kekuasaannya.

12

Page 13: Revisi Laporan Usahatani Kelompok 2 Kelas o

Meraka belum dan bahkan tidak dilibatkan dalam penetapan kebijakan pasar,

mereka lemah posisi bersaingnya.(Hernanto, 1991)

2.3.1 Karakeristik Usahatani dan Petani Indonesia

Usahatani di Indonesia mayoritass merupakan usaha tani berskala

kecil yang menggunakan modal kecil.

Ciri-ciri usahatani Indonesia :

1. Skala usaha kecil, unit produksi tidak ekonomis

2. Tujuan utama untuk pendapatan keluarga (subsisten atau setengah

subsisten)

3. Perluasan lahan dilakukan dengan  modal kerja terbatas

4. Lahan relative kecil < 0,5 ha

5. Status lahan yang diusahakan biasanya milik sendiri / menggarap lahan

pihak lain

6. Modal terbatas

7. Daya beli rendah sehingga kehilangan potongan harga yang seharusnya

diterima bila membeli faktor produksi dalam jumlah besar

8. Teknologi yang digunakan konvensional (tradisional) karena memiliki

keterbatasan modal untuk mengadopsi teknologi baru yang canggih

9. Pengelolaan bersifat apa adanya (sederhana)

10. Tenaga kerjanya berasal dari keluarga sehingga upahnya tidak dibayarkan

namun terkadang hanya diperhitungkan

11. Cara perhitungan produksi dan Biaya usahatani: subsisten jumlah produksi

dinyatakan secara fisik (kg, ton,dll) tanah dan modal milik sendiri tidak

dihitung bunganya

12. Tingkat pendidikan pekerjanya masih tergolong rendah

13. Berusahatani dalam lingkungan tekanan penduduk lokal yang meningkat

14. Pendapatan usahataninya rendah tapi relatuf stabil

15. Sangat sensitive terhadap keadaan alam

16. Umumnya menanam suatu komoditas dengan pola monokultur dan

dilakukan secara berkeanjutan (Downey, 1992)

13

Page 14: Revisi Laporan Usahatani Kelompok 2 Kelas o

2.3.2 Tinjauan Tentang Komoditas Pertanian Bawang Merah

Bawang merah (Allium ascalonicum L. adalah tanaman dari familia

Alliaceae dan nama dari umbi yang dihasilkan. Umbi dari tanaman bawang

merah merupakan bahan utama untuk bumbu dasar makanan Indonesia.

Bawang merah adalah tanaman semusim yang memiliki umbi yang berlapis.

Tanaman mempunyai akar serabut, dengan daun berbentuk silinder

berongga. Umbi terbentuk dari pangkal daun yang bersatu dan membentuk

batang yang bentuk dan fungsi, membesar dan mwmbwntuk umbi berlapis.

Umbi bawang merah terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang membesar

dan bersatu. Umbi bawang merah bukan merupakan umbi sejati seperti

kentang dan talas. (Aak, 2004)

2.4 Analisis Biaya, Penerimaan dan Keuntungan (Pendapatan) Usahatani

Analisis biaya, penerimaan dan keuntungan (pendapatan) usahatani

merupakan analisis finansial. Dengan demikian analisis finansial usaha

mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui besarnya jumlah modal yang dibutuhkan untuk

kegiatan usaha agribisnis dalam skala tertentu.

2. Untuk mengetahui besar (proyeksi) keuntungan yang akan diperoleh.

3. Untuk memperhitungkan resiko atau hambatan yang dihadapi dalam

proses produksi, sehingga dapat dilakukan antisipasi untuk menghindari

kerugian

4. Untuk melakukan kegiatan efisiensi biaya usaha dalam rangka

meningkatkan pendapatan (keuntungan).

Agar dapat melakukan analisis finansial usaha agribisnis diperlukan

kondisi atau prasyarat, sebagai berikut : 1) penguasaan teknologi agribisnis

yang akan digunakan dalan proses produksi atau usaha, 2) tersedianya

informasi dan data dari hasil pencatatan kegiatan suatu usaha, dan 3)

penguasaan informasi dan data pasar barang atau jasa yang dihasilkan.

Analisis finansial usaha dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

14

Page 15: Revisi Laporan Usahatani Kelompok 2 Kelas o

1. Menetapkan rencana atau skala produksi;

Yang dimaksudkan dengan rencana produksi dalam hal ini adalah skala

(volume) usaha dan jenis usaha yang akan dikerjakan.  Hal ini penting untuk

dasar dalam perhitungan finansial lebih lanjut, semakin besar skala (volume)

usaha akan semakin besar pula kebutuhan modal dan biaya usaha serta semakin

komplek pengelolaan usaha dan resiko kecenderungan semakin besar.  Oleh

karena itu penetapan rencana skala usaha dibutuhkan banyak pertimbangan

baik secara teknis maupun ekonomis.

2. Menghitung biaya (cost) usaha;

Biaya usaha adalah seluruh pengeluaran dana (korbanan ekonomis)

yang diperhitungkan untuk keperluan usaha.  Dalam praktek di agribisnis oleh

masyarakat, yang dimaksud dengan biaya usaha hanyalah biaya yang secara

riel atau cash dikeluarkan oleh pelaku usaha, sedangkan biaya yang tidak

riel/cash dikeluarkan seperti biaya tenaga kerja rumah tangga, gaji petani

selaku pengelola usaha, nilai sewa lahan usaha, dll tidak dihitung sebagai

biaya usaha. Cara pandang seperti tersebut adalah tidak tepat karena akan

mengakibatkan laba atau keuntungan usaha yang didapat oleh pelaku usaha

hanyalah laba kotor. Demikian juga akan mengakibatkan hasil analisis

kelayakan usaha (secar financial) menjadi tidak benar. Oleh karena itu dalam

analisis finansial dalam rangka kelayakan usaha, biaya usaha haruslah

dihitung seluruhnya, baik yang riel (cash/kontan) maupun yang tidak

dikeluarkan petani.

Biaya usaha secara terinci meliputi :

a) Investasi harta tetap.

Yaitu seluruh biaya yang digunakan untuk investasi harta tetap.

Harta tetap adalah sarana prasarana usaha yang mempunyai jangka usia

ekonomi atau usia pemakaian yang panjang atau berumur tahunan.

Misalnya : biaya pembangunan kandang, biaya peralatan, biaya sarana

penunjang (seperti: sumur, drainase, pemasangan listrik, dll). Di dalam

analisis (perhitungan) biaya, investasi harta tetap dihitung nilai atau biaya

penyusutan.

15

Page 16: Revisi Laporan Usahatani Kelompok 2 Kelas o

b) Biaya operasional usaha :

Yaitu seluruh biaya yang digunakan untuk pelaksanaan proses

produksi suatu usaha. Biaya operasional usaha dibedakan menjadi 2 (dua),

yaitu :

Biaya Usaha (= Biaya Tetap).

Yaitu seluruh biaya yang harus dikeluarkan dalam proses

produksi untuk menghasilkan suatu produk yang besarnya tetap

(konstan), tidak dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan.

Dengan demikian biaya usaha dapat diartikan sebagai Biaya Tetap

(Fixed Cost). Misalnya : biaya sewa tanah, tenaga kerja tetap, gaji

pengelola, biaya penyusutan investasi.

Biaya Pokok Produksi (= Biaya Tidak Tetap).

Yaitu seluruh biaya yang harus dikeluarkan dalam proses

produksi untuk menghasilkan suatu produk yang besarnya tidak tetap

dan dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan. Dengan

demikian biaya pokok produksi dapat diartikan sebagai Biaya Tidak

Tetap (Variable Cost). Misalnya : biaya bahan baku, bibit, pakan,

obat2an, sewa alat, tenaga kerja tidak tetap (harian), bahan bakar, dll.

c) Biaya Penyusutan

Biaya penyusutan hanya diperhitungkan terhadap investasi harta

tetap.  Biaya penyusutan yaitu biaya yang harus dikeluarkan dan

diperuntukan sebagai pengganti investasi harta tetap, yang pada waktu

tertentu tidak dapat digunakan lagi atau rusak. Karena biaya penyusutan

diperhitungkan setiap tahun selama masa ekonomi suatu alat maka biaya

penyusutan dihitung sebagai biaya tetap (biaya usaha).  Dalam analisis

finansial biaya penyusutan dihitung sebagai biaya tetap. Biaya penyusutan

dihitung dengan rumus sebagai berikut.

16

Page 17: Revisi Laporan Usahatani Kelompok 2 Kelas o

d) Total Biaya (Total Cost = TC)

Yaitu hasil penjumlahan dari Biaya Usaha (FC) + Biaya Pokok (VC).

3. Menghitung penerimaan (revenue) usaha;

Penerimaan usaha yaitu jumlah nilai uang (rupiah) yang

diperhitungkan dari seluruh produk yang laku terjual. Dengan kata lain

penerimaan usaha merupakan hasil perkalian antara jumlah produk (Q) terjual

dengan harga (P). Hal ini dapat dimengerti bahwa produk yang dihasil oleh

suatu usaha tidak semua dapat atau laku dijual yang dikarenakan misalnya

Rusak atau cacat, dikonsumsi sendiri.

Harga (P) yang digunakan dalam perhitungan adalah harga pasar. 

Misalnya seorang peternak dalam periode tertentu dapat menjual produk

sebagai berikut :

17

Page 18: Revisi Laporan Usahatani Kelompok 2 Kelas o

4. Menghitung pendapatan (income) usaha;

18

Page 19: Revisi Laporan Usahatani Kelompok 2 Kelas o

Yaitu jumlah nilai uang (rupiah) yang diperoleh pelaku usaha, setelah

Penerimaan (R) dikurangi dengan seluruh biaya atau Total Biaya (TC). Oleh

karena itu pendapatan usaha disebut juga sebagai Laba Usaha.

Pendapatan atau Laba Usaha dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu :

a. Pendapatan / Laba Kotor

Adalah penerimaan usaha dikurangi biaya pokok produksi atau

biaya tidak tetap.

b. Pendapatan / Laba Usaha

Adalah Laba Kotor dikurangi Biaya Usaha dan Biaya Penyusutan.

c. Pendapatan / Laba Bersih (Benefit)

Adalah Laba Usaha yang telah dikurangi dengan pajak-pajak, bunga bank,

dan pajak lain yang berlaku.

5. Menghitung kelayakan usaha.

Analisis kelayakan usaha penting dilakukan oleh seorang produsen

guna menghindari kerugian dan untuk pengembangan serta kelangsungan

usaha. Secara finansial kelayakan usaha dapat dianalisis dengan menggunakan

beberapa indikator pendekatan atau alat analisis, seperti menggunakan Titik

Pulang Pokok (Break Event Point/ BEP), Revenue-Cost ratio (R/C ratio),

Benefit-Cost ratio (B/C ratio), Payback Period, Retur of Investment, dll.

Pada usaha skala kecil (mikro) disarankan paling tidak menggunakan

BEP dan R/C ratio atau B/C ratio sebagai alat analisis kelayakan agribisnis.

Soekartawi (1995)

19

Page 20: Revisi Laporan Usahatani Kelompok 2 Kelas o

2.5 Analisis Kelayakan Usahatani

2.5.1 R/C ratio

R/C Ratio merupakan alat analisa untuk mengukur biaya dari suatu

produksi. Efisiensi menurut Soekartawi (1995), merupakan gambaran

perbandingan terbaik antara suatu usaha dan hasil yang dicapai. Efisien

tidaknya suatu usaha ditentukan oleh besar kecilnya hasil yang

diperoleh dari usaha tersebut serta besar kecilnya biaya yang diperlukan

untuk memperoleh hasil tersebut.

Tingkat efisiensi suatu usaha biasa ditentukan dengan menghitung

per cost ratio yaitu imbangan antara hasil usaha dengan total biaya

produksinya.Untuk mengukur efisiensi suatu usahatani digunakan

analisis R/C ratio. Menurut Soekartawi (1995), R/C Ratio (Return Cost

Ratio) merupakan perbandingan antara penerimaan dan biaya, yang

secara matematik dapat dinyatakan sebagai berikut:

Keterangan:

R : Penerimaan

C : Biaya

PQ : Harga output

Q : Output

TFC : Biaya Tetap (Fixed Cost)

TVC : Biaya Variabel (Variable Cost)

Indikator R/C Ratio, ada tiga kriteria dalam R/C ratio, yaitu:

R/C rasio > 1, maka usaha tersebut efisien dan menguntungkan

R/C rasio = 1, maka usahatani tersebut BEP

R/C rasio < 1, maka tidak efisien atau merugikan

20

R / C = PQ . Q / (TFC+TVC)

Page 21: Revisi Laporan Usahatani Kelompok 2 Kelas o

2.5.2 BEP (Break Even Point)

A. Pengertian

Break Even Point adalah kondisi dimana perusahaan tidak

mengalami untung dan tidak mengalami kerugian. Jadi dapat

dikatakan bahwa perusahaan yang mencapai titik break event point

ialah prusahaan yang telah memiliki kesetaraan antara modal yang

dikeluarkan untuk proses produksi dengan pendapatan produk yang

dihasilkan.

B. Analisa BEP (Break Even Point)

Analisa BEP adalah alat yang digunakan untuk menentukan

besaran harga dan anggaran yang dikeluarkan oleh suatu

perusahaan untuk mencapai BEP. Dalam melakukan analisa BEP,

perusahaan akan meperoleh volume produksi, penjualan, dan

keuntungan yang akan diperoleh, serta waktu yang diperlukan

untuk mencapai BEP.

Semakin banyak barang yang diproduksi, semakin rendah nilai

harga jual, dan semakin lama proses mencapai BEP, namun

semakin mudah untuk mengikat konsumen. Begitu pula

sebaliknya, semakin sedikit barang yang diproduksi, semakin

21

Page 22: Revisi Laporan Usahatani Kelompok 2 Kelas o

tinggi nilai jual barang, dan semakin cepat untuk mencapai BEP.

Rumus analisa BEP :

BEP = Total Fixed Cost / (Harga perunit - Variabel Cost Perunit)

Contoh perhitungan :

Seseorang dengan modal Rp 10.000.000 ingin melakukan bisnis

usaha makanan martabak telor dengan harga jual per unitnya ialah

Rp 15.000. Besar biaya produksi martabak telor tersebut ialah Rp

10.000. Berapa buah kah martabak telor yang harus diproduksi

dengan harga Rp. 15.000 untuk mencapai titik BEP?

Jawab :

BEP = 10.000.000 / ( 15.000 - 10.000 )

BEP = 10.000.000 / 5.000

BEP = 2.000 buah

Jadi, untuk mencapai titik BEP, martabak yang harus diproduksi

ialah sebanyak 2.000 buah.

Asumsi - asumsi dalam mengadakan BEP :

Harga jual produk harus tetap

Tidak menggunakan lebih dari satu jenis produk, apabila

menggunakan lebih dari satu jenis produk maka

menggunakan perhitungan analisa BEP tersendiri

Produksi haruslah konstan

Semua biaya besaran produksi dapat diukur secara realistic

C. Kegunaan Break Even Point 

BEP sangat berguna bagi perusahaan untuk menentukan besaran

jumlah produksi yang akan dihasilkan dan nilai harga jual barang

tersebut. Dengan menerapkan analisa BEP, perusahaan dapat

melihat laba, kerugian, harga jual, produksi, keuntungan, dan lain

sebagainya yang telah dapat diprediksi sebelumnya, sehingga

mempermudah bagi pemimpin perusahaan untuk menentukan

kebijaksanaan.

22

Page 23: Revisi Laporan Usahatani Kelompok 2 Kelas o

D. Kelemahan Break Even Point

Sekalipun Analisa break even ini banyak digunakan oleh

perusahaan, tetapi tidak dapat dilupakan bahwa analisa ini

mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan utama dari analisa

break even point ini antara lain : asumsi tentang linearity,

kliasifikasi cost dan penggunaannya terbatas untuk jangka waktu

yang pendek. (Soehardi,2004).

a. Asumsi tentang linearity

Pada umumnya baik harga jual per unit maupun variabel cost

per unit, tidaklah berdiri sendiri terlepas dari volume penjualan.

Dengan perkataan lain, tingkat penjualan yang melewati suatu

titik tertentu hanya akan dicapai dengan jalan menurunkan

harga jual per unit. Hal ini tentu saja akan menyebabkan garis

renevue tidak akan lurus, melainkan melengkung. Disamping

itu variabel operating cost per unit juga akan bertambah besar

dengan meningkatkan volume penjualan mendekati kapasitas

penuh. Hal ini bisa saja disebabkan karena menurunnya

efesiensi tenaga kerja atau bertambah besarnya upah lembur.

b. Klasifikasi biaya Kelemahan kedua dari analisa break event

point adalah kesulitan di dalam mengklasifikasikan biaya

karena adanya semi variabel cost dimana biaya ini tetap sampai

dengan tingkat tertentu dan kemudian berubah-ubah setelah

melewati titik tersebut.

c. Jangka waktu penggunaan

Kelemahan lain dari analisa break event point adalah jangka

waktu penerapanya yang terbatas, biasanya hanya digunakan di

dalam pembuatan proyeksi operasi selama setahun. Apabila

perusahaan mengeluarkan biaya-biaya untuk advertensi

ataupun biaya lainnya yang cukup besar dimana hasil dari

pengeluaran tersebut (tambahan investasi) tidak akan terlihat

dalam waktu yang dekat sedangkan operating cost sudah

meningkat, maka sebagai akibatnya jumlah pendapatan yang

23

Page 24: Revisi Laporan Usahatani Kelompok 2 Kelas o

harus dicapai menurut analisa break event point agar dapat

menutup semua biaya-biaya operasi yang bertambah besar

juga. Soekartawi (1995)

24

Page 25: Revisi Laporan Usahatani Kelompok 2 Kelas o

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Sejarah Usahatani

Pertanian telah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan manusia. Awalnya pertanian dilakukan hanya semata untuk

dapat bertahan hidup. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, manusia

menanam apa saja yang diperlukan, awalnya adalah umbi-umbian.

Masyarakat berpikir sederhana bagaimana mempersiapkan lahan, alat-alat,

hewan dan sebagainya. Dari pengalaman bercocok tanam tersebut, maka

muncul kelompok manusia yang melanjutkan pekerjaan yang berhubungan

dengan bercocok tanam. Petani yang kami survey bernama Bapak Jumadi

yang bertempat tinggal di Dusun Princi, Desa Gadingkulon yang

merupakan daerah dominan pertanian. Menurut Bapak Jumadi, daerah

Princi mulai beliau lahir sekitar tahun 1942 sudah terdapat lahan pertanian,

namun dalam skala yang tidak luas dengan komoditas yang ditanam

didaerah tersebut dahulu terbatas yaitu padi,jagung, dan ketela pohon.

Untuk komoditas seperti sayuran dahulu belum dibudidayakan, karena

belum adanya petani yang bisa menanam sayur dan belum adanya

penyuluhan yang dilakukan untuk cara bercocok tanam sayur. Hingga

pada tahun 1999 pemerintah mulai memasukkan bibit jeruk ke desa-desa

sekitar sebanyak 80.000 bibit/desa agar dikelola oleh masyarakat di sekitar

desa tersebut. Dengan adanya program pemerintah tersebut banyak

masyarakat yang berpindah menjadi petani jeruk. Namun masih banyak

juga masyarakat lain yang menanam tanaman lain seperti sayuran dan

palawija.

Sejarah usahatani Bapak Jumadi sudah dimulai sejak turun

temurun dari orang tua beliau. Dari orang tua beliau sudah menanam

tanaman bawang merah, buncis, dan tanaman lainnya. Namun sekarang

Bapak Jumadi hanya menanam tanaman bawang merah dan buncis saja

yang ditanam secara berurutan pada lahan seluas 2.500 m2. Jarak tanam

yang digunakan adalah 20 cm x 10 cm, dan jumlah tanaman bawang

25

Page 26: Revisi Laporan Usahatani Kelompok 2 Kelas o

merah kira-kira 125.000 tanaman. Bibit bawang merah beliau dapatkan

dari toko pertanian setempat dengan harga Rp 15.000/kg Produksi yang

dihasilkan dalam sekali tanam sekitar 2,5 ton dengan harga kira-kira Rp

12.000/kg. Selain tanaman budidaya tersebut Bapak Jumadi juga menanam

tanaman jeruk yang sekarang dikelola oleh anak beliau.

3.2 Transek Desa

Gambar. Transek Desa Gadingkulon

Gambar. Transek Desa Gadingkulon

26

Page 27: Revisi Laporan Usahatani Kelompok 2 Kelas o

Untuk menju ke tempat survey atau kediaman Bapak Jumadi, kita

memulai suvey dari daerah Dau dan berjalan lurus ke selatan dengan

mengikuti jalan utama sampai masuk ke desa Gadingkulon. Awal masuk

Desa Gadingkulon kita menemukan lahan pertanian yang ditanami dengan

komoditas hortikultura berbagai macam yaitu jagung, sawi, kacang tanah,

kubis, dan banyak sekali lahan yang ditanami dengan jeruk karena daerah

tersebut mulai dikembangkan untuk wisata petik jeruk. Terdapat pula

tegalan yang didalamnya berisi beberapa tanaman tahunan. Selain lahan

pertanian terdapat pula pemukiman sepanjang jalan yang letaknya

kompleks pada wilayah tersebut. Selanjutnya kita berjalan lurus keselatan

mengikuti jalan dan sampai pada Dusun Princi tepatnya Jalan Srigading

yang disekitarnya terdapat sawah yang sedang ditanami tomat, bawang

merah, jagung, dan jeruk. Namun tidak terlihat adanya tanaman padi,

karena memang belum musim tanam padi yang biasanya pada awal musim

hujan. Dan ketika sampai lokasi survey langsung terlihat adanya

pemukiman yang cukup padat dengan hawa yang sangat sejuk dan segar.

Lokasi survey terletak setelah pertigaan dan sebelum mushola. Jalan yang

di tempuh kurang nyaman dikarenakan jalan yang berlubang dan

pencahayaan yang sangat kurang pada malam hari sehingga membutuhkan

konsentrasi yang lebih saat berkendara.

27

Page 28: Revisi Laporan Usahatani Kelompok 2 Kelas o

3.3 Profil petani dan Usaha Tani

Narasumber yang kami wawancarai yaitu Bapak Jumadi berumur

65 tahun yang bertempat tinggal di Dusun Princi, RT 21, RW 3, Desa

Gadingkulon, Kabupaten Malang. Riwayat pendidikan terakhir dari Bapak

Jumadi yaitu SD, dengan pekerjaan utama saat ini yaitu sebagai petani

bawang merah. Namun selain menjadi petani, Bapak Jumadi juga

mempunyai pekerjaan sampingan yaitu sebagai peternak sapi perah dan

sapi potong. Beliau menjadi peternak sapi perah sejak tahun 1980 dengan

jumlah sebanyak 3 sapi perah dan 5 sapi potong.

Dalam rumah tangga Bapak Jumadi terdapat 4 anggota keluarga

termasuk Bapak Jumadi. Pertama yaitu istri Bapak Jumadi yang bernama

Suyati yang berumur 53 tahun, dengan pendidikan terakhir yang sama

seperti Bapak Jumadi yaitu lulusan SD dan sekarang bekerja sebagai

petani dan peternak membantu suaminya. Bapak Jumadi dan Ibu Suyati

dikaruniai oleh dua anak yaitu anak pertama bernama Puji Rahayu

berumur 41 tahun yang tiggal di Surabaya bersama suaminya, sedangkan

anak kedua bernama Sri Indah yang berumur 38 tahun yang telah berumah

tangga pula dan sekarang beliau tinggal di dekat rumah Bapak Jumadi

dengan pekerjaan yang sama. Bapak Jumadi mempunyai kebun seluas

2500 m2 yang merupakan milik pribadi dan digarap sendiri bersama

dengan istrinya yang akan menimbulkan keberkahan tersendiri menurut

beliau. Sedangkan untuk lahan sapi terletak di belakang rumah beliau.

Terkait usaha tani yang dilakukan Bapak Jumadi dengan komoditas

yang dipilih yaitu bawang merah dengan lahan seluas 2500 m2 atau

sebanyak 125.000 tanaman. Bibit bawang merah beliau dapatkan dari toko

pertanian setempat dengan harga Rp 15.000/kg Produksi yang dihasilkan

dalam sekali tanam sekitar 2,5 ton dengan harga kira-kira Rp 12.000/kg.

Selain tanaman budidaya tersebut Bapak Jumadi juga menanan tanaman

jeruk yang sekarang dikelola oleh anak beliau.

Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan tanaman

hortikultura musiman yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Bapak Juma’in

mulai menanamnya pada awal musim hujan dan akhir musim hujan.

28

Page 29: Revisi Laporan Usahatani Kelompok 2 Kelas o

Kegiatan awal sebelum penanaman yaitu pengolahan tanah. Tanah dibuat

bedengan dengan lebar 1-1,2 meter, tinggi 20-30 cm dan panjang

menyesuaikan. Jarak antar bedengan 50 cm, sekaligus dijadikan parit

sedalam 50 cm. Cangkul bedengan sedalam tomat 20 cm, gemburkan

tanahnya. Bentuk permukaan atau bagian atas bedengan rata, tidak

melengkung. Setelah itu ditambahkan kapur atau dolomit sebanyak 1 ton

per hektar. Bapak Jumain dalam tahap awal yaitu menggunakan 10 ton

petroganik dan 5 ton pupuk ayam sebagai pupuk dasar. Tebarkan pupuk di

atas bedengan dan aduk dengan tanah hingga merata. Bisa juga

ditambahkan urea, ZA, SP-36 dan KCL sebanyak 47 kg, 100 kg, 311 kg

dan 56 kg setiap hektarnya. Campur pupuk buatan tersebut sebelum

diaplikasikan. Biarkan selama satu minggu sebelum bedengan ditanami.

Benih bawang merah ditanam dengan cara membenamkan seluruh bagian

umbi kedalam tanah. Penyiraman pada budidaya bawang merah

hendaknya dilakukan sehari dua kali setiap pagi dan sore. Setidaknya

hingga tanaman berumur 10 hari. Setelah itu, frekuensi penyiraman bisa

dikurangi hingga satu hari sekali. Pemupukan susulan diberikan 3 kali

dalam satu musim tanam. Penyiangan gulma biasanya dilakukan sebanyak

dua kali dalam satu musim tanam. Untuk menghemat biaya, lakukan

penyiangan bersamaan dengan pemberian pupuk susulan. Namun apabila

serangan gulma menghebat, segera lakukan penyiangan tanpa menunggu

pemberian pupuk susulan. Untuk pengendalian hama pada bawang merah

Bapak Jumadi memakai pestisida merk Fenthrin 50 EC dan Osada 75 SP.

Ciri-ciri budidaya bawang merah siap panen apabila 60-70% daun sudah

mulai rebah. Atau, lakukan pemeriksaan umbi secara acak. Khusus untuk

pembenihan umbi, tingkat kerebahan harus mencapai lebih dari 90%.

Menurut beliau, budidaya bawang merah biasanya sudah bisa dipanen

setelah 55-70 hari sejak tanam. Produktivitas bawang merah dangat

bervariasi tergantung dari kondisi lahan, iklim, cuaca dan varietas. Umbi

bawang merah yang telah dipanen harus dikeringkan terlebih dahulu.

Penjemuran penjemuran bisa berlangsung hingga 7-14 hari. Pembalikan

29

Page 30: Revisi Laporan Usahatani Kelompok 2 Kelas o

dilakuan setiap 2-3 hari. Bawang yang telah kering, kadar air 85%, siap

untuk disimpan atau dipasarkan.

3.4 Analisis Biaya, Penerimaan, dan Keuntungan (Pendapatan) Usahatani

1. Biaya Usahatani (satu kali musim tanam)

A. Biaya Tetap/ TFC (Total Fixed Cost)’

No. Uraian Jumlah (Unit) Harga (Rp)

Perhitungan

Biaya

(Rp)

1. Sewa Lahan 1/4 ha 1.500.000/th/ha 375.000

2. Penyusutan Alat

a) Semprot Pestisida

b) Cangkul

c) Skop

d) Sabit

e) Selang

1

2

2

3

1

300.000

150.000

85.000

45.000

75.000

-

300.000

150.000

170.000

135.000

75.000

Total Biaya Tetap (Total Fixed Cost) 1.205.000

Total biaya tetap yang harus dikeluarkan oleh Bapak Jumadi sebesar

Rp1.205.000,00. Biaya tetap ini merupakan biaya yang umumnya selalu konstan,

bahkan di masa sulit. Biaya tetap tidak terpengaruh oleh perubahan-perubahan

dalam aktivitas operasi sampai pada kondisi tertentu, kondisi dimana sesuai

dengan kapasitas yang tersedia.

30

Page 31: Revisi Laporan Usahatani Kelompok 2 Kelas o

B. Biaya Variabel/ TVC (Total Variable Cost)

No. Uraian Jumlah (Unit) Harga (Rp)

Perhitungan

Biaya (Rp)

1. Benih/ Bibit

Bawang merah batu ijo 300 kg 15.000/kg 4.500.000

2. Pupuk:

Phonska

Urea

ZA

Organik

KCL

50 Kg

25 Kg

50 Kg

75 Kg

37,5 Kg

2300/kg

1800/kg

1500/kg

500/kg

2800/kg

115.000

45.000

75.000

37.500

105.000

3. Pestisida

VIPER 600 EC 1,5ml/tan 1,5 x 300x

2300

1.035.000

4. Tenaga Kerja Kegiata

Persiapan Lahan

Tanam

Penyiangan

Pemupukan

Pengobatan

3 orang (lk)

2 orang (lk)

5 orang (Pr)

4 orang (pr)

1 orang (lk)

5 orang (pr)

1 orang (lk)

4 orang (lk)

(3x 1x8/8)x 25.000

(2x 1x8/8)x 25.000

(5x 1x8/8)x 17.500

(4x 1x8/8)x 17.500

(1x 1x8/8)x 25.000

(5x 1x8/8)x 17.500

(1x 1x8/8)x 25.000

(4x 1x8/8)x 25.000

75.000

50.000

52.500

70.000

25.000

87.500

25.000

100.000

5. Air 50.000

31

Page 32: Revisi Laporan Usahatani Kelompok 2 Kelas o

6. Listrik -

Total Biaya Variabel (Total Variable Cost) 6.447.500

Total biaya variabel yang harus dibayarkan oleh Bapak Jumadi ini sebesar

Rp6.447.500,00. Biaya variabel ini merupakan biaya yang umumnya berubah-

rubah sesuai dengan volume bisnis. Makin besar volume penjualan, makin besar

pula biaya yang harus anda keluarkan. Biaya bahan baku seperti bibit atau benih,

pupuk, pestisida, dan biaya tenaga kerja adalah biaya variabel.

C. Total Biaya / TC (Total Cost)

No. Biaya Total Biaya (Rp)

1. Total Biaya Tetap (Total Fixed Cost) 1.205.000

2. Total Biaya Variabel (Total Variable Cost) 6.447.500

Total Biaya (Total Cost) 7.652.500

Total biaya yang dihasilkan oleh Bapak Jumadi ini sebesar Rp7652.000,00.

Hal ini diperoleh dari perhitungan selisih antara total biaya tetap dan total biaya

variabel, dimana biaya tetap sebesar Rp1.205.000,00 dan biaya variabel sebear

Rp6.447.500,00

2. Penerimaan Usahatani

No. Uraian Nilai Jumlah (Rp)

1. Produksi (Unit) 2,5 ton x 12.000/kg 30.000.000

2. Harga (per satuan unit) 12.000/kg -

Penerimaan Usahatani (Total Revenue) 30.000.000

Setap kali panen Bapak Jumadi memperoleh hasil berkisar 2,5 ton atau

2500kg dimana harga per kg bawang merah naik turun. Pada saat ini haga bawang

32

Page 33: Revisi Laporan Usahatani Kelompok 2 Kelas o

mencapai 12.000/kg nya, ketika dijumlahkan Bapak Jumadi menerima uang

sebesar Rp30.000.000,00.

3. Keuntungan Usahatani

No. Uraian Jumlah (Rp)

1. Total Biaya (Total Cost) 7.652.500

2. Penerimaan (Total Revenue) 30.000.000

Keuntungan 22.348.000

Keuntungan yang diperoleh oleh Bapak Jumadi ketika menanam bawang

merah ini cukup menggiurkan, yaitu berkisar Rp22.348.000,00. Keuntungan

usahatani ini diperoleh dari selisih antara penerimaan dan total biaya. Dimana

total biaya Bapak Jumadii ini sebesar Rp7.652.500,00 sedangkan penerimaan

yang didapat yaitu Rp30.000.000,00.

3.5 Analisis Kelayakan Usahatani

3.5.1 R/C Ratio

R/C ratio berguna untuk mengetahui perbandingan antar besarnya

hasil penjualan dengan jumlah biaya yang dikeluarkanPerhitungan R/C ratio

untuk satu kali masa tanam

R/C ratio : TR/TC

: P x Q / TVC+TFC

: 30.000.000/7.652.500 = 3.92

Dari hasil perhitungan R/C ratio diatas, dapat disimpulkan bahwa

usahatani Bapak Jumadi menguntungkan, efisien dan layak untuk dijalankan. Hal

ini dikarenakan nilai indikator kelayakan usaha R/C ratio 3,92≥ 1.

33

Page 34: Revisi Laporan Usahatani Kelompok 2 Kelas o

34

Page 35: Revisi Laporan Usahatani Kelompok 2 Kelas o

3.5.2 BEP (Break Event Point)

A. Break Even Point (BEP) Produksi Unit

BEP Produksi (Unit) =

=

=

=

= 128 kg

Jadi, berdasarkan perhitungan BEP Unit maka produksi minimal yang

harus dihasilkan dalam usahatani bawang merah milik Bapak Jumadi ini sebesar

128 kg, agar usahatani beliau tidak mengalami kerugian. Sehingga berdasarkan

data produksi bawang merah milik Bapak Jumain maka usaha tani beliau ini tidak

mengalami kerugian karena menghasilkan produksi 2500 kg.

B. Break Even Point (BEP) Penerimaan (Rupiah)

=

=

= Rp1.525.300,00

Jadi, berdasarkan perhitungan BEP penerimaan maka total penerimaan

produk dengan kuantitas produk menghasilkan nilai sebesar Rp1.525.300,00

C. Break Even Point (BEP) Harga (Rupiah)

BEP = TC/Q

35

Page 36: Revisi Laporan Usahatani Kelompok 2 Kelas o

=

= Rp3061,00

Jadi, berdasarkan perhitungan BEP harga maka biaya rata-rata per satuan

unit produk atau harga produk per satuan unit saat BEP adalah Rp3061,00.

3.6 Pemasaran Hasil Pertanian

Pemasaran hasil pertanian merupakan distribusi hasil usaha tani.

Melalui pemasaran, petani dapat menerima pendapatan dari usahataninya.

Pada daerah bapak Jumadi tidak ada lembaga pemasaran. Hasil panen

bawang merah Bapak Jumadi dibeli oleh bakul (tengkulak) yang pada sore

hari setelah panen bawang merah datang ke tempat bapak Jumadi.

Pemasaran yang dilakukan oleh bapak Jumadi hanya mengandalkan

tengkulak yang datang. Harga ditentukan oleh tengkulak, bapak Jumadi

hanya menerima harga dari tengkulak. Rata-rata harga jual per kilogram

bawang merah yang diberikan tengkulak adalah 12.000. Dalam pemasaran

bapak Jumadi tidak mengandalkan cara lain selain mengandalkan

tengkulak yang datang. Dalam setahun bapak Jumadi mampu memanen

bawang merah sekitar 2,5 ton. Keuntungan kotor yang biasa diterima

berkisar tiga puluh juta namun ini masih dikurangi dengan biaya produksi

meliputi perawatan, tenaga kerja, pupuk anorganik, pupuk kandang, biaya

transportasi dan lain-lain. Harga bawang merah yang terkadang tidak stabil

bisa membuat bapak Jumadi untung atau bahkan merugi. Kerugian biasa

dialami ketika adanya panen raya atau gagal panen. Seperti diketahui

bahwa budidaya tanaman bawang merah mempunyai resiko kegagalan

yang cukup tinggi. Resiko gagal panen biasa terjadi karena adanya

serangan hama dan penyakit maupun cuaca yang kurang menguntungkan.

Menurut Toruan (2007) terdapat sembilan fungsi pemasaran yaitu

pembelian, penjualan, penyimpanan, transportasi, standarisasai/sortasi,

pembiayaan, penanggungan resiko, informasi pasar dan pengepakan. Hal

yang dilakukan bapak Jumadi sebagai produsen adalah menjual hasil

pertaniannya dan penanggungan resiko.

36

Page 37: Revisi Laporan Usahatani Kelompok 2 Kelas o

3.7 Kelembagaan Petani

Kelembagaan pertanian adalah norma atau kebiasaan yang

terstruktur dan terpola serta dipraktekan secara terus menerus untuk

memenuhi kebutuhan anggota masyarakat yang terkait erat dengan bidang

pertanian di pedesaan (Suradisastra, 2008). Pada daerah bapak Jumadi

terdapat lembaga tani yang bisa dikatakan cukup aktif. Nama kelompok

Tani pada daerah bapak Jumadi adalah Srigading 2 yang diketuai oleh

menantu bapak Jumadi. Ketua kelompok tani dipilih berdasarkan petani

yang paling sukses. Ketua kelompok tani mengikuti pelatihan yang

diadakan kemudian menyampaikan kepada anggota. Selain menyampaikan

ketua kelompok tani harus mempraktekan terlebih dahulu. Menurut

penuturan bapak Jumadi, gabungan kelompok tani yang ada cukup aktif

mengadakan pertemuan. Dalam pertemuan tersebut dibahas mengenai

perkembangan tanaman budidaya milik anggota kelompok tani selain itu

juga pelaksanaan program-program pelatihan yang diberikan oleh

pemerintah. Bapak Jumadi sendiri kurang berpartisipasi dalam kelompok

tani sehingga bapak Jumadi kurang tahu mengenai perkembangan

kelompok tani. Untuk pengairan tidak terdapat kelompok petani pengguna

air. Bapak Jumadi untuk memenuhi kebutuhan airnya mengandalkan air

hujan dan terkadang ketika melakukan pengairan langsung bergantian

dengan petani yang lain. Tidak ada lembaga resmi untuk penggunaan air.

Pada literatur disebutkan bahwa permasalahan yang melekat pada sosok

petani dan kelembagaan petani adalah a)Masih minim wawasan dan

pengetahuan petani terhadap manajemen produksi dan jaringan pemasaran

b) Petani belum terlibat secara utuh dalam kegiatan agribisnis dan c)

Peran dan fungsi kelembagaan petani sebagai wadah organisasi petani

belum berjalan secara optimal.

3.8 Kendala Usaha Tani

Kendala usaha tani merupakan masalah yang dihadapi oleh petani

dalam berusahatani. Pada usahatani yang dilakukan oleh bapak Jumadi

terdapat beberapa kendala yaitu manajemen produksi dan partisipasi bapak

37

Page 38: Revisi Laporan Usahatani Kelompok 2 Kelas o

Jumadi yang kurang dalam lembaga tani. Manajemen produksi ini

mengenai penyediaan pupuk kandang yang jauh dari tempat tinggal bapak

Jumadi, mencari buruh tani yang mau membantu, penetapan harga jual

bawang merah, serangan hama dan penyakit yang banyak sehingga bapak

Jumadi terlalu banyak menggunakan insektisida. Penggunaan insektisida

yang banyak tentu membuat biaya perawatan semakin meningkat.

Partispasi bapak Jumadi kurang karena bapak Jumadi kurang tertarik

dengan adanya lembaga tani. Padahal dengan berpartisipasi pada lembaga

usaha tani maka dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia

khususnya petani.

38

Page 39: Revisi Laporan Usahatani Kelompok 2 Kelas o

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil wawancara petani Bapak Jumadi mengenai

usahatani bawang merah didapatkan data sebagai berikut yaitu total biaya

yang dikeluarkan dalam usahatani bawang merah dalam sekali tanam

sebesar Rp7.652.500,00 serta penerimaan yang didapatkan untuk satu kali

musim tanam sebesar Rp30.000.000. Dari hasil tersebut, dapat

dikategorikan bahwa usahatani bawang merah milik Bapak Jumadi layak

dijalankan dan efisien serta menguntungkan, karena nilai R/C ratio yang

didapatkan pada usahatani bawang merah Bapak Jumadi sebesar 3.92. Hal

ini berarti nilai R/C Ratio > 1 yaitu layak.

Sedangkan kendala yang dihadapi oleh Bapak Jumadi yaitu

mengenai manajemen produksi dan partisipasi bapak Jumadi yang kurang

dalam lembaga tani. Manajemen produksi ini mengenai penyediaan pupuk

kandang yang jauh dari tempat tinggal bapak Jumadi, mencari buruh tani

yang mau membantu, penetapan harga jual bawang merah, serangan hama

dan penyakit yang banyak sehingga bapak Jumadi terlalu banyak

menggunakan pestisida. Partispasi bapak Jumadi kurang aktif dalam

kelembagaan karena Bapak Jumadi yang jarang hadir dalam pertemuan

kelompok tani setempat, karena menurut beliau tidak ada manfaatnya,

padahal dalam tiap pertemuan kelompok tani selalu member masukan

mengenai budidaya tanaman di desa tersebut.

4.2 Saran

Saran untuk petani jeruk terutama Bapak Jumadi adalah agar lebih

baik lagi dalam merawat tanaman budidayanya baik tanaman bawang

merah maupun komoditas lain yang beliau tanam agar produksinya dapat

maksimal dan harganya pun dapat tinggi. Serta terus mempelajari cara

budidaya dari tanaman yang beliau usahakan secara berkelanjutan atau

terpadu. Agar dalam pengendalian hama dan penyakit tidak sesalu

39

Page 40: Revisi Laporan Usahatani Kelompok 2 Kelas o

menggunakan pestisida, sehingga juga dapat mengurangi biaya yang

dikeluarkan. Dan untuk Pemerintah, lebih memperhatikan lagi petani-

petani agar kesejahteraan mereka juga lebih baik. Misalnya dengan

diadakannya program-program untuk mengembangkan pertanian di daerah

tersebut.

40

Page 41: Revisi Laporan Usahatani Kelompok 2 Kelas o

BAB V

LAMPIRAN

5.1 Transek Desa dan Peta Desa

a. Transek pemetaan desa

41

Page 42: Revisi Laporan Usahatani Kelompok 2 Kelas o

b. Peta desa menggunakan google earth

42

Page 43: Revisi Laporan Usahatani Kelompok 2 Kelas o

5.2 Lampiran foto hasil pengamatan lapang

43

Page 44: Revisi Laporan Usahatani Kelompok 2 Kelas o

44

Page 45: Revisi Laporan Usahatani Kelompok 2 Kelas o

5.3 Kalender Musim Tanam

Kalender Musim Tanam Tanaman Jeruk

Bulan Kegiatan

Juni Penyiapan lahan

Juli Penanaman

Agustus Pemeliharaan

September Panen

Oktober Bero

45

Page 46: Revisi Laporan Usahatani Kelompok 2 Kelas o

5.4 Quisioner yang sudah terisi data survey lapang

QUISIONER SURVEY LAPANG

Nama petani : Jumadi

Desa : Gadingkulon

Dusun : Princi

RT/RW : 21/3

Kota/Kabupaten : Malang

Propinsi : Jawa Timur

Komoditas : Bawang merah

Nama Kelompok Tani : Srigading 2

Tanggal Wawancara : 26 November 2014

I. Sejarah Usahatani

1. Sejarah Pertanian di Desa:

Sejarah pertanian di Desa Gadingkulon ini sudah dilakukan dari sejak turun

temurun dari nenek moyang hingga sekarang. Banyaknya lahan kosong di

Desa Gadingkulon dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk bercocok

tanam. Komoditas yang biasa ditanam di daerah tersebut hanya padi, jagung,

sayuran, bawang merah dan ketela pohon. Pada tahun 1999 pemerintah mulai

memasukkan bibit jeruk ke desa-desa sekitar sebanyak 80.000 bibit/desa agar

dikelola oleh masyarakat di sekitar desa tersebut. Dengan adanya program

pemerintah tersebut banyak masyarakat yang berpindah menjadi petani jeruk.

Namun masih banyak juga masyarakat lain yang menanam tanaman lain

seperti sayuran dan palawija.

2. Sejarah Usaha Tani petani:

Sejarah usahatani Bapak Jumadi sudah dimulai sejak turun temurun dari orang

tua beliau. Dari orang tua beliau sudah menanam tanaman bawang merah,

buncis, dan tanaman lainnya. Namun sekarang Bapak Jumadi hanya menanam

tanaman bawang yang ditanam secara berurutan pada lahan seluas 2.500 m2.

Jarak tanam yang digunakan untuk penanaman bawang merah adalah 20 cm x

10 cm, dan jumlah tanaman bawang merah kira-kira 125.000 tanaman. Bibit

46

Page 47: Revisi Laporan Usahatani Kelompok 2 Kelas o

bawang merah beliau dapatkan dari toko pertanian setempat dengan harga Rp

15.000/kg. Varietas yang digunakan adalah batu ijo. Produksi yang dihasilkan

dalam sekali tanam sekitar 2,5 ton dengan harga kira-kira Rp 12.000/kg.

Selain tanaman budidaya tersebut Bapak Jumadi juga menanan tanaman jeruk

yang sekarang dikelola oleh anak beliau.

II. Transek Desa

1. Komoditas Pilihan Kelompok: Bawang merah

2. Gambar Transek Desa

III. Profil Petani Responden47

2

Page 48: Revisi Laporan Usahatani Kelompok 2 Kelas o

1. Nama : Jumadi

2. Umur : 65 tahun

3. Pendidikan : Tamat SD

4. Pekerjaan Utama : Petani Bawang merah

5. Pekerjaan Sampingan : Peternak sapi

6. Jumlah Anggota keluarga : 3 orang

7. Keterangan Anggota keluarga

Tabel data anggota keluarga

No NamaHub dg

KKUmur Pend.

PekerjaanKet

Utama Sampingan

1. Jumadi KK65

tahunSD Petani Peternak -

2. Suyati Istri53

tahunSD Petani Peternak -

3. Puji rahyuAnak

pertama

41

tahunSLTA

Bekerja

di pabrik-

Tinggal

di

Surabaya

4. Sri indahAnak

kedua

38

tahunSLTA Petani Peternak -

8. Penguasaan Lahan Garapan Pertanian

Tabel dala luas penguasaan lahan pertanian

No Keterangan Jenis lahan (ha) Jumlah

1. Milik sendiri : digarap sendiri Tegal 2500 m2

Jumlah 2500 m2

9. Kepemilikan Ternak

Tabel data kepemilikan ternak

No Jenis ternak Jumlah

1. Sapi perah 3 ekor

2. Sapi potong 5 ekor

48

Page 49: Revisi Laporan Usahatani Kelompok 2 Kelas o

IV. Usahatani (Kegiatan Bercocok Tanam)

1. Komoditas : Bawang merah

2. Pola Tanam : Monokultur

3. Kegiatan Bercocok Tanam:

Tabel kegiatan bercocok tanam

No Waktu tanam Jenis kegiatan Uraian

1. Juni Penyiapan lahan 2 minggu sebelum tanam

2. Juli Penanaman Pertengahan Juli

3. (10hst) Pemupukan Pemupukan Phonska,

Urea, Za, KCl

4. (14 hst) Penyulaman Apabila ada tanaman

yang mati

5. 21 hstPembubunan dan

penyiangan

Dilakukan bersamaan

untuk menghemat tenaga

kerja

6.

Tergantung

serangan hama

dan penyakit

Pengendalian OPTTergantung dari tingkat

serangan OPT

7. 60 – 80 hst Panen

Pemanenan dapat

dilakukan setelah daun

mulai menguning, antara

60 hst – 80 hst

Jika menggunakan pupuk organik:

Beli sebanyak 75 kg seharga Rp 37.500,00

Cara pengendalian/pemberantasan hama/penyakit yang dilakukan petani:

Menggunakan pestisida kimia yang dilakukan tergangtung dari serangan

dari OPT

V. Biaya, Penerimaan dan Keuntungan Usahatani

49

Page 50: Revisi Laporan Usahatani Kelompok 2 Kelas o

1. Biaya Usahatani

D. Biaya Tetap/ TFC (Total Fixed Cost)’

No. Uraian Jumlah (Unit) Harga (Rp)

Perhitungan

Biaya

(Rp)

1. Sewa Lahan 1/4 ha 1.500.000/th/ha 375.000

2. Beli Alat

f) Semprot Pestisida

g) Cangkul

h) Skop

i) Sabit

j) Selang

1

2

2

2

1

300.000

150.000

85.000

45.000

75.000

-

300.000

150.000

170.000

90.000

75.000

3. Penyusutan Alat

a. Sabit 1

-

45.000

-

45.000

Total Biaya Tetap (Total Fixed Cost) 1.205.000

E. Biaya Variabel/ TVC (Total Variable Cost)

No. Uraian Jumlah (Unit) Harga (Rp)

Perhitungan

Biaya (Rp)

1. Benih/ Bibit

Bawang merah batu ijo 300 kg 15.000/kg 4.500.000

2. Pupuk:

Phonska

Urea

ZA

Organik

KCL

50 Kg

25 Kg

50 Kg

75 Kg

37,5 Kg

2300/kg

1800/kg

1500/kg

500/kg

2800/kg

115.000

45.000

75.000

37.500

105.000

3. Obat-Obatan

Pestisida 1,5ml/tan 1,5 x 300x

2300

1.035.000

50

Page 51: Revisi Laporan Usahatani Kelompok 2 Kelas o

4. Tenaga Kerja Kegiata

Persiapan Lahan

Tanam

Penyiangan

Pemupukan

Pengobatan

3 orang (lk)

2 orang (lk)

5 orang (Pr)

4 orang (pr)

1 orang (lk)

5 orang (pr)

1 orang (lk)

4 orang (lk)

3x 25.000/hari/lk

2x25.000/hari/lk

3x 17.500/hari/pr

4x 17.500/hari/pr

1x25.000/hari/lk

5x 17.500/hari/pr

1x25.000/hari/lk

4x25.000/hari/lk

75.000

50.000

52.500

70.000

25.000

87.500

25.000

100.000

5. Air 50.000

6. Listrik -

Total Biaya Variabel (Total Variable Cost) 6.447.500

a. Total Biaya / TC (Total Cost)

No. Biaya Total Biaya (Rp)

1. Total Biaya Tetap (Total Fixed Cost) 1.205.000

2. Total Biaya Variabel (Total Variable Cost) 6.447.500

Total Biaya (Total Cost) 7.652.500

4. Penerimaan Usahatani

No. Uraian Nilai Jumlah (Rp)

1. Produksi (Unit) 2,5 ton x 12.000/kg 30.000.000

2. Harga (per satuan unit) 12.000/kg -

Penerimaan Usahatani (Total Revenue) 30.000.000

5. Keuntungan Usahatani

51

Page 52: Revisi Laporan Usahatani Kelompok 2 Kelas o

No. Uraian Jumlah (Rp)

1. Total Biaya (Total Cost) 7.652.500

2. Penerimaan (Total Revenue) 30.000.000

Keuntungan 22.348.000

VI. Pemasaran Hasil Pertanian

N

oUraian

Jumlah Pemasaran

Alasa

nUni

t%

Lembaga

Pemasara

n

Tempat/

Lokasi

1.Dikonsums

i Sendiri- - - - -

2. Dijual2.5

ton

100

%Tengkulak Tegalan -

VII. Kelembagaan

No Jenis Kelembagaan Lokasi Manfaat

1. Gapoktan “Srigading 2”Desa Gading

Kulon

Memberikan

informasi tentang

budidaya tanaman

yang

dibudidayakan

oleh petani.

Adanaya program

pelatihan

pertanian untuk

pengembangan

pertanian di

daerah tersebut.

VIII. Kendala-kendala Petani Dalam Berusahatani

52

Page 53: Revisi Laporan Usahatani Kelompok 2 Kelas o

No Kendala Solusi Harapan

1.

Penyediaan pupuk

kandang yang jauh

dari tempat tinggal

Menggunakan pupuk

kandang dari ternak

sendiri

Diadakan

penyuluhan atau

informasi

mengenai

pembuatan pupuk

kandang.

2.

Mencari buruh tani

yang mau

membantu

Menggunakan

tenaga kerja dari

keluarga

Aktif dalam

kelembagaan agar

mudah mencari

relasi

3.Serangan hama dan

penyakitPestisida

Iklim dapat

bersahabat

sehingga tidak

banyak hama dan

penyakit yang

menyerang

4.Petani kurang aktif

dalam kelembagaan

Petani lebih rajin

dan aktif dalam

menghadiri

pertemuan kelompok

tani

Supaya tidak

ketinggalan

informasi terbaru

tentang program

pemerintah untuk

mengembangkan

pertanian di

daerah tersebut

53