review jurnal aluminium bu rini.docx

Upload: yossy-ayuliansari

Post on 02-Mar-2016

153 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

TUGAS KIMIA ANORGANIK IIREVIEW JURNAL UNSUR GOLONGAN 31. PENGARUH PENAMBAHAN POLY ALUMINIUM CHLORIDE (PAC) TERHADAP TINGKAT KEKERUHAN, WARNA DAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) PADA LEACHATE (AIR LINDI) DI TPAS PUTRI CEMPO MOJOSONGO SURAKARTA.2. ESTIMASI DOSIS ALUMINIUM SULFAT PADA PROSES PENJERNIHAN AIR MENGGUNAKAN METODE GENETIC ALGORITHM.

DISUSUN OLEHNAMA:YOSSY AYULIANSARINIM:G1C 011 034PROGRAM STUDI KIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS MATARAM2013REVIEW JURNAL 1PENGARUH PENAMBAHAN POLY ALUMINIUM CHLORIDE (PAC) TERHADAP TINGKAT KEKERUHAN, WARNA DAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) PADA LEACHATE (AIR LINDI) DI TPAS PUTRI CEMPO MOJOSONGO SURAKARTAPENDAHULUAN Perkembangan sampah di daerah kota kota besar terus meningkat tiap tahunnya ditambah lagi dengan proses modernisasi dan pembangunan yang menyebabkan terakumulasinya sampah sehingga terus menumpuk setiap harinya. TPAS (Tempat Pembuangan Arkhir Sampah) memiliki peranan yang penting sebagai pegolahan akir sampah baik yang akan didaur ulang atupun hanya sekedar ditimbun dalam tanah, artinya akan terjadi proses dekomposisi angberlangsung besar besaran. Proses dekomposisi akan mengubah sampah menjadi pupuk organik dan akan menimbulkan hasil samping berupa air lindi yang dapat mempengaruhi pencemaran terhadap air tanah dengan meningkatkan kandungan Cl, Fe, BOD (Bilogycal Oxigen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), NO3, dan DO air tanah dan air sumur hingga jarak 500m dari TPAS. Proses pengolahan air lindi pada daerah TPAS ini hanya dilakukan dengan cara mengendapkan air pada bak bak penampung kemudian dialirkan langsung menuju ke sungai, akan tetapi proses pengolahan air ini dianggap masih belum optimal karena air pada saluran inlet dan outletnya tidak jauh berbeda sehingga akan menyebabkan sungai menjadi tercemar. Untuk mengoptimalkan pengolahan air lindi inilah maka perlu diadakannya sistem pengolahan air lindi dengan teknologi sederhana, biaya investasi dan operasional murah. Serta mudah dioperasikan tanpa memerlukan tenaga ahli. Solusi yang paling mendekati ialah melalui proses penambahan Poly Aluminium Chloride (PAC) untuk itu perlu dilakukan pengujian mengenai pengaruh pemberian PAC terhadap tingkat kekeruhan air lindi.

TUJUAN PENELITIANBertujuan untuk mengetahui berapa besar parameter kekeruhan, warna dan TSS air lindi sebelum dan sesudah pemberian PAC.METODE PENELITIANJenis penelitian ini berupa eksperimental dengan rancangan percobaan pretest-postest Control Group Design.Caranya : Sebelumnya dilakukan uji pendahuluan untuk pengukuran jumlah optimum PAC yang diberikan melalui jar test dan didapatkan PAC optimum sebesar 6mg/l. Sampel (air lindi) diambil secara quota sampling masing masing sebesar 20 liter pada 5 bak penampungan berbeda dengan jarak 1 meter dari tepi bak. Dilakukan pengukuran terhadap kekeruhan, warna, TSS dan TDS air lindi pada kelima pengulangan pengambilan kemudian ditentukan nilai rata rata kekeruhan, warna, TSS dan TDS air lindinya (kontrol negatif). Masing masing sampel kemudian diberikan penambahan sebesar 6mg/l PAC, kemudian diukur kembali nilai kekeruhan, warna, TSS dan TDS air lindi kemudian dihitung kembali nilai rata rata kekeruhan, warna, TSS dan TDS air lindinya (sebagai kontrol positif) Dilakukan perbandingan pada air lindi sebelum perlakukan dan sesudah perlakuan untuk diketahui pengaruhnya.HASIL PENELITIAN1. Hasil uji jar dengan parameter kekeruhan, warna TSS dan TDS air lindi

Dari tabel, pemberian PAC dapat menurunkan kekeruhan, warna dan TSS air lindi secara berturut turut dari 2190,2 mg/l menjadi 528,2 mg/l dengan persen penurunan 75,88%; dari 3935,8 PtCo menjadi 409 PtCo dengan persen penurunan 89,61% dan dari 557,4 mg/l menjadi 482,8 mg/l dengan penurunan 13,61%.

2. Uji signifikansi untuk menentukan p pada signifikansi 95 % dan 0,05 ( Berdasarkan Uji Anova )

Dari tabel uji anova diatas, didapatkan nilai p hitung selalu lebih kecil dari (0,05), artinya Hipotesisnya adalah Ha, yang artinya memang benar ada pengaruh oenambahan PAC terhadap penurunan kadar kekeruhan, warna dan TSS air lindi.KESIMPULAN Pemberian PAC pada air lindi memang dapat mengurangi kekeruhan, warna dan TSS air linda sebesar 75,88%, 89,61% dan 13,61% sehingga dapat digunakan dalam proses pengelolaan air lindi di daerah TPAS setempat.

REVIEW JURNAL 2ESTIMASI DOSIS ALUMINIUM SULFAT PADA PROSES PENJERNIHAN AIR MENGGUNAKAN METODE GENETIC ALGORITHMPENDAHULUAN Perkembangan industri, perkembangan kota dan aktifitas manusia yang semakin meningkat serta perubahan musim yang terjadi tiap tahunnya dapat menyebabkan turunnya kualitas air sungai. Disamping menurunnya kualitas air sungai, kebutuhan masyarakat akan air minum justru semakin meningkat, sedangkan perusahaan perusahaan air minum harus tetap menyediakan air minum yang selain jumlahnya lebih besar kualitasnya harus tetap terjamin. Sejauh ini teknik pengoperasian yang biasanya dilakukan perusahaan perusahaan air minum adalah teknik Water Treatment Plant (WTP) dimana proses utamanya ialah penjernihan air melalui proses koagulasi yang bekerja dengan cara mengikat partikel partikel koloid air menjadi koagulan yang nantinya akan mengendap. Selama ini proses koagulasi yang sering dilakukan ialah teknik koagulasi secara manual yaitu dengan cara mencampurkan air baku dengan koagulan (tawas) pada dosis tertentu yang kemudian ditentukan dosis optimumnya melalui test jar. Meskipun penjernihan air dari proses koagulasi ini dapat dilakukan dalam jumlah besar akan tetapi pembentukan koagulannya berlangsung secara lambat, maka untuk mempecepat prosesnya sering dilakukan dengan penambahan dosis tawas sehingga hal ini justru akan menyebabkan air baku menjadi kembali keruh. Cara kerja metode WTP : Pemberian koagulan pada air untuk pengedapan, namun kekeruhannya masih cukup banyak. Air yang masih keruh kemudian di pompa menuju 18 filter untuk disaring dan didapatkan air yang jernih tetapi belum bebas kuman. Dilakukan pemberian desinfektan untuk membunuh kuman. Dilakukan pengontrolan dosis pemberian tawas tiap 2 jam sekali dengan jartest. Pada dasarnya metode yang digunakan dalam AG sama dengan metode WTP, hanya saja dilakukan modifikasi dalam penentuan kadar tawas agar kita tidak perlu melakukan penetuan kadar tawas tiap 2 jam sekali. sehingga penelitian mengenai kekeruhan dapat berlangsung lebih efektif, efisien dan ekonomis.TUJUANMelakukan pendekatan pendekatan matematis untuk menemukan kondisi yang optimum dalam penentuan dosis koagulan yang digunakan dalam proses penjernihan air sungai.METODE PENELITIANPrinsip dasarnya ialah menggantikan metode jartes dengan pendekatan secara AG. Dalam metode AG ini, dilakukan pengumpulan data mengenai tingkat kekeruhan air permusim untuk menemukan fungsi matematika masing masing musim. Dengan mencari kesalahan terkecil antara data yang sebenarnya dengan pendekatan AG, maka akan didaptkan nilai pendekatan yang paling mendekati dan cocok menjadi nilai koefisiennya. Dengan begitu akan didapatkan rumus rumus persamaan yang sesuai dalam menentukan kondisi yang paling cocok bagi masing masing parameter.Jadi secara garis besar, metode AG ini melakukan pendekatan pendekatan secara matematis untuk menemukan hubungan yang paling sesuai dalam penentuan pH dan dosis koagulan (Aluminium sulfat) dan disesuaikan dengan perubahan musim yang terjadi.Hasil yang didaptkan akan optimal pada grafik yang kurva hubungan antara pH, dosis tawas serta kekeruhan tiap musimnya akan membentuk kurva linier seperti U (parabola terbuka) seperti pada gambar :

HASIL PENELITIANDilakukan penggabungan tiap persamaan persamaan fungsi yang didaptkan dari perbandingan kekeruhan air tiap musim yang dibagi dalam 3 kelompok yaitu 2 bulan pertama, 2 bulan pertengahan dan 2 bulan akhir, kemudian didaptkan beberapa persamaan yang dimasukkan dalam perangkat lunak, sehingga hasil rancangan perangkat lunak yang didapatkan berupa :

Dari perangkat lunak yang berhasil dirancang ini, kita hanya perlu memasukkan data sesui dengan kondisi yang ada, sehingga akan ditentukan secara langsung berapa dosis tawas yang perlu ditambahkan pada 2 bulan pertama, pertengahan dan akhir tiap musim, persen error/ tingkat kesalahan yang didapatkan pun relatif sangat kecil sehingga tidak perlu dilakukan pengontrolan tiap 2 jam sekali.

KESIMPULANMetode AG dapat digunakan untuk mempermudah penentuan dosis koagulan pada air, sehingga diharapkan AG akan mampu menggantikan kerja jartest dalam menentukan dosis tawas, sehingga proses penjernihan pada air sungai tidak perlu melakukan estimasi dosis secara berulang ulang.

PERBANDINGAN KEDUA JURNALSebenarnya jika dilahat secara keseluruhan, kedua jurnal yang telah direview ini memiliki perbedaan yang sangat banyak, kesamaan dari kedua jurnal ini hanyalah terletak pada upayanya untuk mengoptimalkan proses penjernihan air saja, akan tetapi mulai dari metode sampai sampel yang ingin dijernihkan pun berbeda. Tujuan Jurnal 1 bertujuan untuk menguji pengaruh penambahan PAC terhadap penjernihan air lindi yang dihasilkan pada daerah sekitar TPAS.Jurnal 2 bertujuan untuk melakukan perhitungan terhadap dosis tawas (aluminium sulfat) yang paling tepat digunakan untuk meningkatkan kualitas air sungai melalui pendekatan secara AG. MetodeMetode dalam jurnal 1 menggunakan metode qouta sampling dengan membandingkan hasil sebelum dan sesudah perlakuan sebagi kontrol negatif dan kontrol positifnya. Dalam jurnal 1 dosis pemberian PAC dilakukan dengan tes jar terlebih dahulu untuk mengetahui dosis PAC optimumnya, sedangkan jurnal 2 justru melakukan pendekatan pendekatan matematis untuk menentukan dosis tawas yang optimum sehingga tidak perlu melalui prosen panjang dari tes jar, cukup hanya dengan memasukkan parameter parameter yang ada ke dalam perangkat lunak yang sudah dirancang, sehingga dosis pemberian koagulannya bisa ditentukan lebih cepat.Kedua jurnal yang dibandingkan ini memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, pada jurnal 1 pemberian PAC memang telah terbukti mampu mengurangi kekeruhan, warna dan TSS pada sampel. Akan tetapi dalam jurnal 1 ini kita tidak dapat memastikan apakah air yang sudah dijernihkan ini telah terbebas dari kuma atau tidak, karena tidak ada penjelasan yang rinci mengenai kualitas air yang telah dijernihkan sehingga kualitas air yang telah dijernihkan ini pun kualitasnya belum jelas terjamin. Sedangkan pada jurnal 2 metode yang digunakan digabungkan terlebih dulu dengan meetode WTP yang dalam metode WTP ini selain sampel dijernihkan, pada sampel juga diberi desinfektan yang mampu membunuh kuman pada air. Merode AG berperan dalam penentuan dosis tawas yang optimum dengan menggunakan perangkat lunak. Akan tetapi metode AG ini hanya melakukan pengujian secara matematis dengan membandingkan beberapa kondisi saja. Selain itu metode AG ini hanya dapat digunakan untuk menentukan dosis koagulan berdasarkan 3 parameter saja yaitu musim, pH dan kekeruhan saja. Artinya tetap juga perlu dilakukan pengukuran terlebih dahulu terhadap kekeruhan dan pH, sehingga pengerjaannya membutuhkan tenaga ahli yang mengerti cara mengukur pH dan kekeruhan serta mengoperasikan komputer. Jika dibandingkan dengan metode quota sampling pada jurnal 1, proses pengrjaannya bisa dilakukan oleh orang biasa, karena hanya perlu menambahkan PAC sebesar 6 mg untuk tiap liternya saja.Jika ditinjau dari bahan yang digunakan, penentuan dosis koagulan pada jurnal 2 memiliki hasil yang lebih pasti jika dibandingkan pada jurnal 1, karena pada jurnal 1 tidak diperhitungkan kondisi pH dan keadaan sekitar, selain itu jika akan menjernihkan air pada jumlah besar, bahan koagulan yang dibutuhkan tentu akan besar juga dan proses penambahannya pun harus dilakukan secara manual sehingga pengerjaannya pun cukup ribet.Pada dasarnya kedua metode yang dilakukan ini memang akan mendapatkan hasil yang lebih efektif jika dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan penempatannya. Karena untuk penggunaan yang tidak terlalu besar hanya dengan penambahan PAC saja sudah dianggap cukup efisien, lain halnya jika yang akan diolah adalah air dalam jumlah besar dengan kualitas yang harus baik, sehingga penambahan PAC tidak akan cukup maka akan lebih efektif jika dilakukan metode AG.