resume biotek mikroba
DESCRIPTION
aaTRANSCRIPT
A. STRUKTUR MIKROBA
Sel bakteri menunjukkan struktur sebagai berikut yang menunjang
fungsinya sebagai bioteknologi mikrobial.
1. DNA tidak terletak pada nukleus dan terdiri atas single kromosom sirkuler
dengan sedikit protein histon.
2. Bakteri dapat terdiri atas DNA plasmid.
3. Bakteri sedikit mengandung ikatan membrane organel.
4. Dinding sel terdiri atas peptidoglikan.
5. Beberapa bakteri ada yang memiliki kapsul.
Jumlah kromosom bakteri sekitar 2 – 4 juta pasang basa, dibandingkan
dengan jumlah pasang basa manusia yang mencapai 200 juta. Bakteri memiliki
plasmid sebagai tambahan DNA kromosomnya. Keberadaan plasmid inilah yang
sangat penting pemanfaatannya sebagai alat dalam biologi molecular karena dapat
di clonk an dalam percobaan DNA rekombinan.
Kemampuan pertumbuhan dan pembelahan yang cepat dari bakteri juga
sebagai penunjang dari bioteknologi microbial. Hal ini yang menyebabkan bakteri
merupakan organism ideal untuk kajian keilmuan dalam bidang biologi molecular,
genetika, biokimia, dan bioteknologi.
Yeast merupakan bagian penting juga dalam bioteknologi. Yeast juga
memiliki genom yang lebih besar dibandingkan dengan bakteri. Kelengkapan
inilah yang menyebabkan yeast sangat berharga sebagai organism model dalam
mempelajari struktur kromosom, regulasi gen, pembelahan sel, dan control siklus
sel. Kromosom buatan pada yeast yang disebut YACs memegang peranan penting
dalam Human Genome Project.
B. MIKROORGANISME SEBAGAI ALAT
1. Enzim Mikrobial
Enzim dari mikroba merupakan aplikasi dalam produksi makanan untuk
kepetingan penelitian biologi molecular. Enzim yang terkenal penggunaannya
adalah DNA polymerase dan enzim restriksi. DNA polymerase didaptkan dari
bakteri E. coli yang kemudian dimanfaatkan untuk membuat DNA rekombinan
3
4
seperti pelabelan sekuens DNA untuk membentuk probes dan perbanyakan dalam
proses PCR.
Berikut contoh pemanfaatan enzim dari bakteri sebagai berikut.
1. Taq yang penting digunakan dalam PCR yang merupakan hasil isolasi dari
Archaean Thermus aquaticus.
2. Pfu DNA polymerase yang dihasilkan dari Pyrococcus furiosus.
3. Enzim selulase yang diproduksi E. coli dapat mendegradasi selulosa. Selulosa
ini dapat mencerna serat selulosa pada kapas sehingga dapat dihasilkan kain.
4. Protease subtilisin yang berasal dari Bacillus subillis, merupakan komponen
dari detergen yang fungsinya sebagai pendegradasi strain protein dari pakaian.
5. Amilase sebagai pembuat makanan dengan mendegradasi pati untuk membuat
sirup jagung.
2. Transformasi Bakteri
a. Teknik Kalsium Klorida
Transformasi merupakan kemampuan bakteri dalam mengambil DNA dari
lingkungan sehingga dapat terbentuk DNA rekombinan yang dimanfaatkan dalam
proses cloning. Terdapat bakteri yang tidak mudah mengambil DNA di
lingkungan secara langsung, sehingga dalam prosesnya dibutuhkan perlakuan agar
lebih reseptif, inilah yang disebut dengan sel kompeten. Salah satu teknik yang
digunakan dalam mempersiapkan sel kompeten adalah dengan ice-cold solution
dari kalsium klorida. Prinsipnya, kation kalsium klorida dapat merusak dinding sel
dan membrane bakteri dengan membentuk lubang kecil sehingga dimungkinkan
DNA dapat masuk.
DNA yang dimasukkan dalam plasmid terdiri atas gen resisten antibiotic.
Plasmid rekombinan tersebut dicampurkan dengan selkompeten dalam tabung
yang ditempatkan pada ice dalam beberapa menit. Dalam keadaan dingin inilah
menyebabkan terbentuknya celah pada struktur lipid membrane sel sehingga DNA
dapat masuk. Kation dari kalsium klorida dapat menetralkan muatan negative dari
fosfat dalam membrane sel sehingga masing-masing dapat terjadi penolakan
diantaranya. Keadaan ini menyebabkan sel memanas secara singkat pada
temperature sekitar 37 – 420C. Dalam keadaan inilah DNA masuk kedalam
bakteri.
5
Kemudian sel dikultur, dan setelah itu ditumbuhkan dalam medium yang
mengandung antibiotic. Prinsipnya, hanya sel yang mengandung DNA plasmid
rekombinan (memiliki gen resisten antibiotic) yang dapat tumbuh membentuk
koloni. Teknik ini disebut dengan antibiotic selection. DNA plasmid mengalami
perbanyakn sehingga dihasilkan protein. Keadaan ini sudah masuk dalam tahap
produksi protein rekombinan.
b. Elektroporasi
Teknik lain yang dikembangkan dalam upaya transformasi bakteri yaitu
elektroporasi. Prinsipnya dengan pemberian kejutan listrik pada DNA tanpa
membunuh sel bakteri. Proses ini lebih efisien daripada teknik transformasi
kalsium klorida karena prosesnya lebih cepat, selyang dibutuhkan lebih sedikit
dan dapat digunakan dalam memasukkan DNA dengan berbagai tipe sel seperti
yeast, jamur, hewan, dan tumbuhan sekalipun.
Penjelasan mengenai elektroporasi dapat dilihat pada Gambar 2.2 sebagai
berikut.
Gambar 2.2. Elektroporasi
3. Teknik Cloning dan Ekspresinya
a. Protein fusi
Teknik yang digunakan dalam sintesis dan isolasi protein rekombinan
dengan menggunakan protein fusi. Prinsipnya, DNA rekombinan dimasukkan
dalam gen yang bekerja untuk protein tertentu ke dalam plasmid yang terdiri atas
6
protein yang belum diketahui fungsinya dan dijadikan sebagai “tag”. Protein tag
ini selanjutnya di isolasi dan dimurnikan dari protein rekombinan sebagai protein
fusi. Vektor plasmid yang digunakan dalam pembuatan protein fungsi disebut
dengan vector ekspresi.
Vektor ekspresi ini berisi gen yang diharapkan melalui proses
transformasi, kemudian bakteri mensintesis mRNA dan nantinya akan dihasilkan
protein dengan gen yang diharapkan seperti protein yang berikatan dengan
maltosa. Teknik yang digunakan dalam mengetahui protein fusi yaitu dengan
Affinity Chromatography. Pemanfaatan protein fusi ini antara lain untuk
mempelajari struktur dan fungsi protein dari insulin dan bidang kesehatan lainnya.
4. Protein Mikrobial sebagai Reporter
Salah satu bentuk bahwa protein microbial sebagai reporter yaitu adanya
bentukan biosensor. Biosensor ini dimanfaatkan untuk mendeteksi penyebab
kanker seperti zat karsinogen, polusi lingkungan, dan bakteri kontaminan dalam
makanan. Keberadaan protein microbial ini diilhami karena adanya bentukan
Bioluminiscent di lautan. Hal ini dikarenakan adanya gen lux yang dapat
membentuk subunit protein enzim luciferase. Keberadaan enzim inilah yang
menyebabkan gen ini di cloning untuk mempelajari bagaimana ekspresi gen.
Dengan mengkloning gen lux pada plasmid dapat menghasilkan protein fusi yang
berfungsi sebagai gen reporter.
Setelah dikembangkan, pemanfaatan gen lux inidapat dilihat pada bioassay
fluorescent untuk tes dari tuberculosis (TBC). TBC ini disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Proses analisisnya dilakukan dengan cara
menggunakan saliva dari penderita yang kemudian dicampurkan dengan lux yang
berisi virus. Apabila sampel saliva tersebut terinfeksi oleh bakteri maka akan
nampak berpijar bersinar. Betuk pemanfaatan lainnya juga dapat terlihat pada
strain E. coli untuk mendeteksi kontaminasi arsenic di air.
C. PEMANFAATAN MIKROBA DALAM APLIKASI SEHARI-HARI
1. Produksi Makanan
Mikroba dimanfaatkan dalam proses pembuatan makanan seperti roti,
yogurt, keju, sauerkraut, dan juga minuman seperti beer, wine, champagne, dan
7
liquors. Pembuatan keju memanfaatkan enzim rennin yang dapat
mengkoagulasikan susu sehingga menghasilkan protein cassei.
Pada tahun 1980-an, teknik DNA rekombinan dimanfaatkan pada
Aspergillus niger. Rennin rekombinan disebut chymosin dari mikroba
dimanfaatkan untuk pembuatan keju. Setalah itu pada tahun 1990 Rennin diakui
keberadaannya oleh Food and Drug Administration (FDA). Bentuk lain
pemanfaatan mikroba untu mengolah susu menjadi keju yaitu strain bakteri asam
laktat (L. lactis, L. acidophilus). Proses pendegradasian casein ini dilakukan oleh
enzim lactase yang memecah gula dalam susu sebagai bahan metabolism bakteri
untuk fermentasi.
a. Mikroba fermentasi
Proses metabolism mikroba ada yang secara aerob dan anaerob. Dalam
keadaan kekurangan oksigen, bakteri mengalami proses perubahan untuk dapat
mempertahankan hidupnya pada kondisi yang kekurangan oksigen dengan cara
memanfaatkan kembali NADH menjadi NAD+. Mikroba fermentasi
memanfaatkan piruvat sebagai acceptor electron dari NADH sehingga menjadi
NAD+. Proses ini disebut dengan fermentasi asam laktat/ fermentasi alcohol.
Selama proses fermentasi ini, hasil samping berupa CO2 dihasilkan.
Salah satu organism yang juga sebagai mikroba fermentasi yaitu
Saccharomyces cereviseae yang mampu menghasilkan fermentasi alcohol dengan
baik. Dengan kemampuan mengontrol kadar alcohol, maka produk makanan yang
dihasilkan menghasilkan mutu yang baik.
2. Protein Pengobatan (Therapeutic)
a. Produksi insulin rekombinan pada bakteri
Insulin merupakan hormone yang diproduksi oleh sel pancreas yang
disebut sel beta. Ketika insulin disekresikan dalam darah, maka metabolism
karbohidrat telah terjadi. Diabetes mellitus terjadi saat sel beta tidak memproduksi
insulin. Kekurangan insulin mempengaruhi kadar glukosa dalam darah,
menyebabkan berbagai penyakit seperti tekanan darah tinggi, sirkulasi yang
buruk, katarak, dan kerusakan sistem saraf. Solusinya dengan menginjeksikan
insulin dalam darahnya.
8
Insulin di cloning dengana menggunakan vector ekspresi plasmid yang
terdapat pada sel bakteri. Pada tahun 1982, insulin rekombinan manusia yang
disebut Humulin diterima oleh FDA. Dalam pancreas sel beta mensintesis 2 rantai
insulin. Saat gen insulin pada manusia di cloning dan terekspresi pada bakteri,
terdapat ekspresi vector yang berisi lacZ yang mengkode enzim beta-
galaktosidase. Ketika bakteri mensintesis protein maka hasilnya adala beta-gal-
insulin yang merupakan protein fusi. Dengan adanya protein fusi ini memudahkan
para peneliti untuk mengisolasi dan memurnikan protein penyusun insulin.
Setelah pemurnian sesuai prosedur FDA, maka hormone rekombinan tersebut siap
untuk diinjeksikan pada penderita.
Penjelasan mengenai pemanfaatan bakteri untuk memproduksi insulin
dapat dilihat pada gambar 2.6 sebagai berikut.
Gambar 2.6. Pemanfaatan Bakteri untuk Produksi Insulin
3. Pemanfaatan Mikroba untuk Melawan Mikroba Lainnya
Antibiotik merupakan produk yang mampu menghalangi pertumbuhan dari
mikroba lainnya. Tergolong kedalam jenis obat-obatan. Produk pertamanya yaitu
Penicillin. Penicilin merupakan senyawa yang membuktikan bahwa mikroba
dapat melindungi dirinya dari yang lainnya dengan adanya senyawa antibiotic.
Keberadaan antibiotic ini dapat mencegah bakteri mampu bereplikasi dan
membunuh bakteri lain secara langsung. Antibiotik dapat merusak dinding sel
atau menghambat sintesis, menghalangi sintesis protein, mencegah replikasi
9
DNA, dan atau menghambat sintesis atau aktivitas enzim penting dalam proses
metabolism.
Penjelasan mengenai antibiotic dapat dilihat pada gambar 2.7 sebagai
berikut.
Gambar 2.7. Proses Kerja Antibotik
D. VAKSIN
Antibiotik dan vaksin telah terbukti efektif dalam mengobati infeksi dari
penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme pathogen. Penemuan vaksin
pertama kali oleh Edward Jenner pada tahun 1976 virus cacar sapi dapat
digunakan sebagai vaksin untuk manusia dalam mencegah penyakit cacar.
Seiring berkembangnya waktu ditemukan berbagai macam vaksin sebagai
berikut.
1. Vaksin DPT, untuk melindungi dari penyait dipteri, pertusis, dan tetanus.
2. Vaksin MMR (measless mumps-rubella).
3. Vaksin OPV (oral polio vaccine)
1. Primer Antibodi
Sistem imun manusia dan hewan sangat kompleks. Sejumlah besar sel
dalam tubuh bekerjasama dalam berbagai cara untuk mendeteksi adanya material
asing yang masuk ke dalam tubuh dan melakukan penyerangan untuk
menghancurkan material asing tersebut. Substansi asing yang menstimulus
10
penyerangan tersebt adalah antigen. Antigen dapat berupa bakteri, jamur, virus,
atau molekul tunggal seperti protein, lipid yang terkandung dalam spora.
Seseorang yang menderita alergi memiliki sistem imun untuk merespon protein,
karbohidrat, dan lipid pada makanan tertentu.
Sistem imun biasanya merespon antigen dengan memproduksi antibody.
Respon semacam ini disebut dengan Antibody-mediated Immunity. Ketika tubuh
mengenali suatu antigen, limfosit B yang merupakan salah satu jenis sel darah
putih akan mengenali dan berikatan denga antigen tersebut. Limfosit T akan
memainkan peran penting dalam membantu limfosit B merespon antigen.
Limfosit B akan membentuk plasma sel yang akan memproduksi antibody.
Sebagian besar antibody diedarkan melalui pembuluh darah, tapi ada juga yang
terdapat pada saliva, air mata, dan cairan disepanjang saluran pencernaan.
2. Tipe-tipe Vaksin: Bagaimana Vaksin dihasilkan?
Vaksin merupakan bagian dari pathogen atau tubuh organism yang dapat
memberikan manusia stimulasi untuk meningkatkan sistem imun terhadap infeksi
pathogen. Ketika manusia atau hewan diberi vaksin, maka sistem imun mereka
akan merespon vaksin sebagai benda asing dan terbentuklah limfosit B. vaksin ini
nantinya akan masuk pada memori sel sehingga di masa depan nanti sistem imun
kita sudah siap apabila infeksi pathogen yang sebenarnya masuk. Bagaimana
vaksin dibuat? Ada 4 strategi dasar yang dapat digunakan dalam pembuatan
vaksin.
a. Sub unit vaksin
Dibuat dengan cara menginjeksikan dosis tertentu viral atau bakteri untuk
menimbulkan respon sistem kekebalan tubuh. Contoh vaksin yang menggunakan
strategi ini adalah vaksin hepatitis B, tetanus, dan anthrax.
b. Vaksin yang disusutkan
Melibatkan bakteri hidup atau virus yang dilemahkan dengan cara diberi
perlakuan penuaan atau mengubah kondisi pertumbuhan mereka untuk mencegah
replikasinya setelah dimasukkan kepada resipien. Contoh vaksin dengan prinsip
ini adalah vaksin TBC dan kolera
c. Vaksin yang menginaktivasi
11
Disediakan untuk memusnahkan pathogen. Caranya adalah dengan
memanfaatkan mikroorganisme mati untuk bahan baku vaksin. Contohnya adalah
vaksin Sach untuk penyakit polio yang menggunakan campuran poliovirus yang
telah inaktif. Contoh lainnya adalah vaksin influenza dan vaksin hewan.
d. Vaksin berbasis DNA
Vaksin tipe ini terbukti kurang efektif, cara pembuatannya melibatkan
plasmid dengan enzim manusia tyrosinase. Contoh pembuatan vaksin ini adalah
vaksin yang melawan penyakit West Nile Virus pada kuda.
3. Target Bakterial dan Viral untuk Vaksin
Pathogen selalu berubah dan berkembang. Karena itulah bidang
bioteknologi banyak melakukan riset untuk menciptakan vaksin-vaksin jenis baru.
Beberapa target untuk pembuatan vaksin adalah penyakit hepatitis C dan E,
demamberdarah, penyakit kelamin, serta West Nile Virus. Selain itu, penyakit-
penyakit non pathogen seperti Alzheimer, alergi, dan juga kecanduan obat juga
menjadi target pembuatan vaksin therapeutic.
E. GENOM MIKROBIAL
1. Mengapa Dilakukan Sekuensing Genom Mikrobial
Streptococcus pneumoniae adalah bakteri penyebab infeksi saluran
pernafasan dan pendengaran, dan telah menewaskan sekitar 3 juta anak di seluruh
dunia setiap tahunnya. Infeksi dari bakteri ini telah ditangani sejak 1946, akan
tetapi tidak semua anak berhasil ditangani dengan vaksin yang sesuai dan efektif.
Pada tahun 2001 genome bakteri ini telah berhasil disekuensing dan protein-
protein yang dihasilkan telah berhasil diidentifikasi. Dengan adanya sekuensing
genome bakteri ini, para ilmuwan optimis dapat menemukan cara-cara terbaru
dalam menciptakan pengobatan penyakit yang lebih efektif. Dengan adanya
sekuensing genom microbial ini juga ilmuwan dapat mengungkap rahasia
metabolism mikroba dan menciptakan strain baru untuk kepentingan
bioremediasi, pengurangan efek rumah kaca, mendeteksi senjata biologi, dan juga
melakukan kemajuan produksi bahan pangan.
12
2. Sekuens Genome Pilihan
Jutaan jenis bakteri telah berhasil diidentifikasi oleh para ilmuwan. Ada
banyak sekali bakteri penyebab penyakit serius yang akhirnya dapat diungkap.
Misalkan saja strain Pseudomonas aeruginosa yang menyebabkan infeksi saluran
urin, infeksi kulit, dan juga gangguan paru-paru. Telah diidentifikasi pula bakteri
Vibrio cholerae yang biasanya mencemari air dan menyebabkan penyakit kolera.
Selain itu, para ilmuwan juga telah mempelajari berbagai jenis bakteri asam laktat
yang memiliki kemampuan menghasilkan keju, yoghurt, dan banyak bahan
pangan lainnya. Dengan mempelajari metabolism mikroba melalui sekuensing
genom mikrobial kita dapat menelusuri alternatif penyembuhan apa yang dapat
digunakan bagi penyakit-penyakit tertentu yang disebabkan bakteri tersebut, serta
mengembangkan berbagai strain yang memiliki kegunaan dalam meningkatkan
F. MIKROBA UNTUK BAHAN BAKAR
United States of America menghabiskan sekitar 140 miliar gallon bahan
bakar untuk memenuhi kebutuhannya, dan hingga saat ini kita hanya mampu
menghasilkan ethanol sebagai bahan bakar alternatif sebanyak 5 miliar gallon per
tahun yang diproduksi dari limbah pertanian. Produksi bahan bakar alternatif ini
sangat penting bagi penyediaan sumber energy dan juga menekan dampak Global
Warming dari aktifitas penggunaan bahan bakar fosil. Untuk memproduksi
ethanol, kita membutuhkan mikroba yang dapat melakukan proses fermentasi
alkohol, tapi proses ini dianggap belum efektif dan efisien. Dibutuhkan banyak
sekali biji jagung untuk difermentasi dan hanya dihasilkan sedikit sekali ethanol.
Trik yang digunakan adalah memecah selulosa dari limbah pertanian misalnya
batang jagung menjadi gula yang strukturnya lebih sederhana, barulah diproses
fermentasi untuk menghasilkan ethanol. Banyak teknik perlakuan secara kimiawi
yang digunakan untuk proses tersebut, tapi ternyata proses secara kimiawi ini
justru menghambat mikroba untuk memproduksi ethanol.
Teknologi DNA rekombinan telah digunakan untuk mengembangkan
E.coli untuk peningkatan produksi ethanol, sebagaimana bakteri pengubah gula
menjadi ethanol melalui proses fermentasi. Selain itu, dihasilkan juga E.coli yang
dapat menghasilkan enzim pendegradasi selulosa. Sekalipun saat ini produksi
13
energy alternatif masih terasa belum terljelas, tapi dengan dilakukannya beberapa
penelitian, dipastikan beberapa tahun mendatang produksi sumber energy
alternatif bukan sesuatu yang mustahil lagi.
G. DIAGNOSA MIKROBIAL
Telah kita ketahui bersama bahwa beberapa penyakit yang menyerang
manusia, hewan, dan tanaman pangan disebabkan oleh mikroorganisme. Beberapa
peneliti menggunakan banyak sekali metode untuk melacak spesies mikroba
tersebut, dan metode ini disebut dengan diagnose mikrobial.
1. Strategi Deteksi Bakteri
Sebelum ilmu biologi molekuler berkembang dengan pesat. Ahli
mikrobiologi bergantung pada uji biokimia dan kultur bakteri pada berbagai
media berkenaan dengan identifikasi mikroba penyebab penyakit. Kita dapat
mengambil contoh, ketika dokter ingin mengidentifikasi bakteri yang
menyebabkan sakit tenggorokan, dokter mengambil sampel cairan dari
tenggorokan pasien untuk mengidentifikasi adanya bakteri Streptococcus
pyogenes, bakteri yang menyebabkan sakit tenggorokan. Sekalipun metode ini
sangat penting, tetapi dengan adanya perkembangan biologi molekuler
dimungkinkan untuk melakukan diagnosis secara cepat dan lebih sensitif.
Teknik molekuler seperti analisis RFLP, PCR, dan sekuensing DNA dapat
digunakan sebagai bahan identifikasi bakteri . jika genom dari pathogen panjang
dan menghasilkan banyak sekali enzim restriksi, yang nantinya akan terlihat pada
gel agarose.
Database RFLP, PCR, dan sekuensing DNA tersedia sebagai sample
perbandingan dalam dunia kesehatan. Misalkan saja seorang dokter mencurigai
adanya bakteri yang terlibat dalam suatu penyakit, maka sample pasien yang
terdiri dari darah, air saliva, feses, dan cairan serebrospinal dapat dipergunakan
untuk isolasi bakteri dan viral pathogen. DNA dari pathogen nantinya akan diberi
perlakuan secara molekuler melalui teknik PCR. PCR merupakan proses yang
penting dalam membuat suatu uji diagnose penyakit yang disebabkan oleh
mikroba.
2. Melacak mikroorganisme penyebab penyakit
14
Para ilmuwan menggunakan teknik biologi molekuler untuk melacak pola
pertumbuhan mikroba penyebab penyakit. Seperti yang telah kita ketahui bersama
bahwa mikroba memiliki peran penting dalam memproduksi bahan pangan di
bidang pertanian seperti yoghurt dan keju. Akan tetapi tidak menutup
kemungkinan bahwa produksi pangan tersebut juga terkontaminasi bakteri-bakteri
pathogen. Adanya berita tentang adanya mikroba yang mengkontaminasi produk
susu akan membedakan susu yang berkualitas dan produk susu yang rusak.
Kontaminasi bahan pangan oleh bakteri merupakan permasalahan dunia yang
sanagt serius. Mungkin kita juga sudah mendengar bahwa Salmonella telah
mengkontaminasi daging, unggas, dan telur. Bakteri ini dapat menginfeksi
pencernaan manusia dan menyebabkan penyakit seperti diare dan muntah-muntah,
inilah yang kemudian disebut sebagai sindrom keracunan makanan.
Setelah berhasil membuktikan adanya kontaminasi E.coli pada daging,
lembaga CDC dan US Department of Agriculture mendirikan jaringan
laboratorium pendeteksi DNA. Jaringan ini disebut PulseNet, yang
memungkinkan ahli biologi menggunakan pendekatan metode fingerprinting
untuk mengidentifikasi mikroba yang terlibat dalam kondisi kesehatan sekitarnya.
Hasilnya dapat dibandingkan dengan database yang ada untuk membuktikan
adanya bakteri kontaminan pada makanan dan bagaimana mengobati orang-orang
yang telah terinfeksi.
Sekitar 76 juta kasus keracunan makanan karena mikroba terjadi di United
States setiap tahunnya, menyebabkan sekitar 300.000 orang harus dilarikan ke
rumah sakit dan 5000 jiwa melayang. PulseNet telah mendeteksi berbagai strain
yang biasa mengkontaminasi makanan seperti E.coli, Salmonella, Shigella, dll.
3. Radar Mikro untuk Melacak Penyakit Menular
Radar mikro menciptakan metode baru untuk mendeteksi dan
mengidentifikasi pathogen dan untuk menjabarkan respon inang yang terinfeksi.
Contohnya, radar mikro pendahulu milik Affymetrics Inc. yang mengembangkan
SARSCoV Genechip, mencakup sekitar 30.000 penyelidikan viral genom untuk
Coronavirus penyebab SARS. Virus SARS merupakan virus yang menular
melalui sistem pernafasan dan menginfeksi sekitar 9000 jiwa, 900 diantaranya
15
meninggal sejak terdeteksi November 2002. Chip yang sma juga digunakan untuk
mendeteksi flu H1N1 dan H5N1.
RESUME
MICROBIAL BIOTECHNOLOGY
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Bioteknologi yang diampu oleh
Prof. Dr. Agr. Mohamad Amin, S.Pd, M.Si
Oleh:
Devan Aditya Rahman (130341818694)
\