responsi
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Sirosis hepatis adalah keadaan patologis yang menggambarkan stadium
akhir fibrosis hepatis yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi
arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regeneratif. Gambaran ini terjadi akibat
nekrosis hepatoseluler. Jaringan penunjang retikulin kolaps disertai deposit
jaringan ikat, distorsi jaringan vaskular, dan regenerasi nodularis parenkim hati.1
Lebih dari 40 % pasien sirosis asimtomatis. Pada keadaan ini sirosis
ditemukan waktu pemeriksaan rutin kesehatan atau pada waktu autopsi.
Keseluruhan insidensi sirosis di Amerika diperkirakan 360 per 100.000 penduduk.
Penyebabnya sebagian besar akibat penyakit hati alkoholik maupun infeksi virus
kronik. hasil penelitian lain menyebutkan perlemakan hati akan mengakibatkan
steatohepatitis nonalkoholik (NASH, prevalensi 4%) dan berakhir dengan sirosis
hati dengan prevalensi 0,3%. Prevalensi sirosis hati akibat steatohepatitis
alkoholik dilaporkan 0,3% juga. Di Indonesia data prevalensi sirosis hati belum
ada, hanya laporan-laporan dari beberapa pusat pendidikan saja. Di RS Dr.
Sardjito Yogyakarta jumlah pasien sirosis hati berkisar 4,1% dari pasien yang
dirawat di bagian Penyakit Dalam dalam kurun waktu 1 tahun (2004). Di Medan
dalam kurun waktu 4 tahun dijumpai pasien sirosis hati sebanyak 819 (4%) pasien
dari seluruh pasien di Bagian Penyakit Dalam.1
Gejala klinis penderita penyakit sirosis hepatis sangat bervariasi, tergantung
dari stadiumnya, mulai dari tidak ada gejala sampai gejala yang sudah berat.
Sirosis hepatis memiliki 2 fase di mana fase awal, fase kompensasi, diikuti dengan
fase dekompensasi di mana sudah mencul gejala akibat komplikasi dari
meningkatnya tekanan darah di hati atau karena gangguan hati atau keduanya.2
Penyulit yang terpenting dari sirosis hepatis adalah timbulnya hipertensi
portal dan karsinoma hepatoseluler, komplikasi yang ditakuti dari hipertensi portal
adalah perdarahan saluran makan bagian atas yang seringkali mengakibatkan
kematian. Secara keseluruhan, sekitar 30% pasien dengan varises dapat
mengalami perdarahan. Angka kematian pada perdarahan pertama sangat tinggi,
1
yakni sekitar 50-60% dan 70% pasien yang pernah menderita perdarahan akan
mengalami perdarahan kembali setelah satu tahun.2
Skor Child Pugh merupakan suatu skor untuk menilai cadangan fungsi hati
pada penderita sirosis hepatis, yang dipublikasikan oleh Child pada tahun 1964.
Pada awalnya skor ini direncanakan untuk menstratifikasi pasien yang masuk ke
dalam kelompok risiko sebelum menjalani operasi pemintasan. Dan sekarang ini
digunakan sebagai kriteria baku menilai keparahan penyakit hati, prognosis sirosis
hepatis dan pembuatan daftar pasien yang akan menjalani transplantasi hati.3
Prognosis atau perjalanan penyakit sirosis hepatis sangat bervariasi yang
dipengaruhi oleh sejumlah faktor, meliputi etiologi, beratnya kerusakan hati,
komplikasi, dan penyakit hati lain yang menyertai. Umumnya penyakit sirosis
hepatis tanpa pengobatan memberikan prognosis yang buruk.4 Oleh karena itu,
diperlukan kerjasama tim medis, pasien, serta keluarga dan lingkungan dalam
pengelolaan penyakit ini. Edukasi terhadap pasien dan keluarganya tentang
penyakit dan komplikasi yang memungkinkan akan sangat membantu
memperbaiki hasil pengobatan, serta diharapkan dapat membantu memperbaiki
kualitas hidup penderita.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Pasien
Nama : GP
Umur : 26 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Hindu
Alamat : Br. Canggu Permai D 3 No 58, Canggu, Kuta,
Badung, Bali
Kewarganegaraan : Indonesia
Suku : Bali
Pendidikan : Tamat Akademi/Universitas
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Status Perkawinan : Belum Menikah
Tgl. Pertama Masuk : 21 Maret 2012
Tgl. Pemeriksaan : 17 April 2012
2.2 Anamnesis
Keluhan utama : Muntah darah
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan muntah darah sejak ± 1 jam sebelum
masuk rumah sakit (SMRS). Pasien muntah darah sebanyak 1 kali dengan
volume ± 250 cc. Muntah darah yang dialami oleh pasien tidak didahului
oleh rasa mual dan pusing. Muntahan yang keluar tidak disertai dengan
“food material”. Sebelum masuk rumah sakit (SMRS) nafsu makan pasien
normal. Keluhan mata berwarna kuning disangkal oleh pasien. BAK
dikatakan berwarna kuning kemerahan seperti teh dan pancarannya normal.
BAK 3-4 kali per hari dengan volume 150-200 cc setiap kali kencing.
Riwayat kencing keluar darah dan nyeri saat kencing tidak ada. BAB
3
dikatakan normal oleh pasien. Keluhan berak berwarna kuning pucat seperti
dempul disangkal oleh pasien. Keluhan berak kehitaman atau disertai darah
ataupun lendir disangkal oleh pasien. Riwayat minum minuman alkohol
sebelum keluhan ini muncul disangkal oleh pasien. Tidak ada keluhan
berupa sesak nafas ataupun gatal-gatal di kulit. Riwayat pernah menjalani
operasi disangkal oleh pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien sebelumnya tidak pernah mengeluhkan keluhan seperti saat ini.
Riwayat maag, penyakit kuning, hepatitis, diabetes melitus, hipertensi
ataupun penyakit kronis lainnya disangkal oleh pasien.
Riwayat Pengobatan :
Sebelumnya pasien mengatakan pernah dirawat di RSU Kasih Ibu
sejak ± bulan februari. Selama dirawat di RSU Kasih Ibu (± 1 minggu yang
lalu), pasien mendapatkan transfusi darah sebanyak 10 kolf (Hb = 6).
Riwayat Penyakit Keluarga :
Keluhan penyakit serupa dalam keluarga pasien disangkal. Riwayat
penyakit diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung, penyakit kuning,
hepatiotis dan penyakit kronis lainnya pada anggota keluarga yang lain juga
disangkal oleh pasien.
Riwayat Lingkungan Sosial dan Pribadi :
Pasien belum menikah dan bekerja sebagai pegawai swasta, namun
sejak 1 bulan terakhir pasien sering tidak bekerja karena sakit yang diderita.
Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol.
2.3 Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital
Keadaan umum : Sedang
4
Kesadaran : Compos Mentis
Gizi : Baik
GCS : E4V5M6
Tekanan Darah : 100/60 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
RR : 18 kali/menit
Tax : 36,2 0C
Berat badan : 60 kg
Tinggi badan : 165 cm
BMI : 22,03
Pemeriksaan Khusus
Mata : anemis (+/+), ikterus (-/-), pupil (+/+) isokor, edema
palpebra (-/-)
THT
Telinga : sekret tidak ada, pendengaran menurun tidak ada
Hidung : sekret tidak ada
Tenggorokan : tonsil T1/T1, hiperemis (-/-) pharing hiperemi (-/-)
Lidah : ulkus (-), papil lidah atropi (-)
Kelenjar parotis : tidak ditemukan pembesaran
Mukosa bibir : basah, stomatitis angularis (-)
Leher
JVP : PR ± 0 cmH2O
Kelenjar getah bening : tidak ditemukan pembesaran
Kelenjar parotis dan tiroid : tidak ditemukan pembesaran
Thoraks
Cor :
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat, spider nevi (-), ginekomastia (-)
5
Palpasi : iktus cordis tidak teraba
Perkusi : batas atas jantung ICS II midclavicular line sinistra, batas
kanan jantung parasternal line dekstra, batas kiri jantung
midclavicular line sinistra ICS V
Auskultasi : S1S2 tunggal, regular, murmur (-)
Pulmo :
Inspeksi : simetris saat statis dan dinamis, retraksi (-), spider nevi (-),
ginekomastia (-)
Palpasi : vocal fremitus (N/N)
Perkusi : sonor (+/+)
(+/+)
(+/+)
Auskultasi : vesikuler (+/+), ronchi (-/-), wheezing(-/-)
(+/+) (-/-) (-/-)
(+/+) (-/-) (-/-)
Abdomen
Inspeksi : distensi (-), spider nevi (-), caput medusae (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal, venous hum/hepatic bruit (-),
hepatic friction rub (-)
Palpasi : ascites (-), nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, ginjal tidak
teraba, murphy’s sign (-), nyeri ketok CVA (-)
Perkusi : timpani , meteorismus (-), lien traube space redup
Ekstremitas : hangat , edema
2.4 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Endoskopi Saluran Cerna Atas/EGD (12 Maret 2012)
Esophagus : varises grade III jam 3,7,12 RC +, RUPTURE JAM 3
pada posisi 35 cm
6
+ ++ +
- -- -
Gaster :
Kardia : Normal
Fundus : Normal
Korpus : hiperemis, edema, submucosal bleeding
Angulus : Normal
Antrum : Hiperemis, edema
Pylorus : Normal
Duodenum :
Bulbus : Normal
PartII : Normal
Diagnosa Klinis : Hematemesis
Premedikasi : Xylocain Spray
Kesimpulan :
Varises Esophagus Grade III Rupture dan Portal Hypertension
Gastropathy
Pemeriksaan USG Abdomen (12 Maret 2012)
Hati : lobus kanan-kiri tidak membesar, echogenitas parenchyma meninggi,
inhomogen, agak kasar, tidak tampak nodule, duktus biliaris extra hepatic
tidak melebar, duktus biliaris intra hepatic tidak melebar, vena porta tidak
melebar, vena hepatica tidak melebar, vena cava inferior tidak melebar,
velocity vena porta 14 cm/sec, agak menurun.
Kandung empedu : ukuran normal, tidak tampak debris/batu, dinding
kontur ganda ec ascites.
Tampak ascites.
Tampak efusi pleura kanan-kiri minimal.
Pancreas : tidak membesar, echo baik, tidak tampak dilatasi duktus.
Limpa : membesar, vena lienalis melebar dengan dilatasi vena sekitar, echo
homogen.
Ginjal kanan : ukuran normal, tampak batu 1,2 mm subcortex atas. Tidak
tampak dilatasi pielo-kalises. Echo cortex baik.
7
Ginjal kiri : ukuran normal, tidak tampak batu. Tidak tampak dilatasi
pelviokalises. Echo cortex baik.
Vesika urinaria terisi urin cukup, dinding normal, tidak tampak batu, ada
balon kateter
Kesan :
1. Splenomegali dengan tanda hipertensi porta dan varises esophagus.
2. Asites dan efusi pleura kanan-kiri minimal.
3. Penyakit hati menahun.
4. Nefrolith kanan 1,2 mm, tidak tampak hidronefrosis kanan.
Pemeriksaan Darah Lengkap
Parameter
Hasil
21/3/12 –
04:55
21/3/12 –
09:19
22/3/12 –
06:04
23/3/12 –
12:57
27/3/12 –
05:18
WBC
-NE%
-LY%
-MO%
-EO%
-BA%
-NE#
-LY#
-MO#
-EO#
-BA#
13,10
88,00
5,50
5,30
1,10
0,10
11,60
0,70
0,70
0,10
0,00
11,00
82,70
10,50
5,60
1,00
0,20
9,10
1,20
0,60
0,10
0,00
6,70
76,40
12,90
7,50
2,90
0,30
5,10
0,90
0,50
0,20
0,00
7,16
80,10
10,90
5,90
2,34
0,77
5,74
0,78
0,42
0,20
0,10
4,21
69,70
17,30
7,70
4,34
0,88
2,94
0,73
0,32
0,20
0,00
RBC 3,31 3,33 2,66 3,29 3,13
HGB 9,50 9,50 7,60 9,10 8,40
HCT 28,00 27,70 22,10 27,10 25,20
MCV 84,40 83,00 83,40 82,60 80,60
MCH 28,60 28,60 28,60 27,60 26,80
MCHC 33,80 34,40 34,30 33,40 33,30
8
RDW 16,80 16,70 16,50 13,30 13,50
PLT 133,00 158,00 109,00 85,40 72,40
MPV 9,60 8,60 9,40 11,07 10,30
Parameter
Hasil
3/4/12 –
08:40
7/4/12 –
08:07
8/4/12 –
10:46
12/4/12 –
08:57
17/4/12 –
08:28
WBC
-NE%
-LY%
-MO%
-EO%
-BA%
-NE#
-LY#
-MO#
-EO#
-BA#
4,05
71,90
14,40
5,10
4,70
0,40
2,91
0,58
0,20
0,19
0,01
4,78
70,50
13,10
6,70
4,70
0,70
3,37
0,63
0,32
0,23
0,03
5,80
57,60
13,40
26,80
2,20
0,00
3,30
0,80
1,50
0,10
0,00
4,51
71,40
15,10
5,00
3,60
0,70
3,22
0,68
0,23
0,16
0,03
5,83
78,10
11,40
5,20
2,60
0,40
4,55
0,66
0,31
0,15
0,02
RBC 3,58 3,71 3,69 3,99 4,13
HGB 8,50 8,60 9,50 9,10 9,50
HCT 27,80 28,70 29,20 30,30 31,90
MCV 77,60 77,50 79,00 76,00 77,20
MCH 23,70 23,30 25,60 22,90 23,00
MCHC 30,50 30,10 32,40 30,10 29,80
RDW 14,50 14,30 17,30 14,80 15,00
PLT 114,00 105,00 124,00 102,00 95,00
MPV 9,10 6,70 9,20 8,50 10,60
Pemeriksaan Urine Lengkap
Parameter Hasil
9
21/3/12 –
04:55
29/3/12 –
00:50
17/4/12 –
12:39
17/4/12
– 08:28
PH 7,00 6,50 8,00 8,00
Leucocyte neg neg 500,00 neg
Nitrite neg neg neg neg
Protein neg neg 25,00 neg
Glucose norm norm norm norm
Ketone neg neg neg neg
Urobilinogen 1,00 norm norm norm
Bilirubin neg neg neg neg
Erythrocyte 10,00 neg 250,00 50,00
Specific Gravity 1,02 1,01 1,015 1,015
Colour yellow yellow p.yel p.yel
SEDIMEN URINE:
-Lekosit
-Eritrosit
-Sel Epitel
-- Gepeng
-Silinder
-Kristal
-Lain-lain
.
0 – 1
1 - 2
.
2 – 3
-
amorf
-
0 – 1
-
.
0 – 1
-
10-15
banyak
-
0-1
-
-
-
-
-
4 – 6
-
-
bacteri +
Pemeriksaan Imuno Serologi
Parameter
Hasil
Satuan Nilai Rujukan21/3/12 –
12:49
26/3/12 –
00:12
Hbs Ag 0,59 0,588 COI Non reaktif: < 0,90
Equivocal: 0,90 – 1,00
Reaktif: > 1,00
Anti HCV 0,433 0,382 COI Non reaktif: < 0,90
Equivocal: 0,90 – 1,00
10
Reaktif: > 1,00
Pemeriksaan Faal Hemostasis
Parameter
Hasil
Satuan Nilai Rujukan22/3/12
– 06:04
17/4/12
– 18:00
Bleeding Time 1’00’’ menit 1,00 – 3,00
Cloting Time 7’30’’ menit 5,00 – 15,00
PT 15,00 14,30 detik Normal – Perbedaan
dengan kontrol < 2
detik
INR 1,29 1,23 - 0,90 – 1,10
Kontrol PT 12,40 11,30 - ---
APTT 42,70 45,70 detik Normal – Perbedaan
dengan Kontrol < 7
detik
Kontrol APTT 35,90 30,60 - ---
Pemeriksaan Kimia Darah
Parameter
Hasil
22/3/12
– 06:04
22/3/12
– 06:04
28/3/12
– 12:02
3/4/12
– 08:40
7/4/12
– 08:07
12/4/12
– 08:57
Bilirubin
Total
0,88 0,85 0,96 1,46
Bilirubin
Indirek
0,62 0,58 0,77 1,20
Bilirubin
Direk
0,26 0,27 0,19 0,26
Alkali
Phospatase
59,00 77,00 78,00 74,00
11
SGOT 28,80 28,50 31,00 33,00 28,00
SGPT 23,30 25,60 19,40 26,00 24,00
Gamma GT 26,00 31,00 26,00 25,00
Total Protein 6,00 5,46 6,67 6,70
Albumin 3,55 3,48 3,99 3,70
Globulin 2,45 1,98 2,68 2,99
Bun 11,00 8,00 9,00
Creatinin 0,81 0,75 0,79
Natrium 138,00 139,00
Kalium 4,09 4,10
Pemeriksaan Kimia Darah (26 Maret 2012 – 00:12)
Parameter Hasil Satuan Nilai Rujukan
Cholesterol 118,00 mg/dL < 200
HDL Direk 30,00 mg/dL 40,00 – 65,00
LDL 71,00 mg/dL < 100
Triglyserida 85,00 mg/dL < 150
Glukosa darah sewaktu 97,00 mg/dL 70,00 – 140,00
Pemeriksaan Imuno Serologi (28 Maret 2012)
Nama
Pemeriksaan
Hasil Nilai
Rujukan
Satuan Keterangan
Imuno Serologi
Anti-HBc # Non Reaktif
S/CO : 0.69
Non Reaktif S/CO < 1.00
Non Reaktif
S/CO >= 1.00
Reaktif
Pemeriksaan USG Abdomen Atas dan Bawah (29 Maret 2012)
Hepar : ukuran mengecil, echoparenchim meningkat kasar, tepi ireguler
sudut tumpul, system bilier tampak normal, VH/tampak menyempit, VP
12
tidak melebar, pnp 0,79 cm dengan velocity 19 cm/s, tidak tampak
nodul/kista.
Gallbladder : ukuran tampak normal, dinding menebal, tidak tampak
sludge/batu.
Pancreas : ukuran tampak normal echoparenchim normal, ductus
pancreatikus tidak melebar, tidak tampak kalsifikasi.
Lien : ukuran membesar, echoparenchim normal, tidak tampak SOL.
Ginjal kanan : ukuran normal, batas sinus cortex jelas.
Ginjal kiri : ukuran normal, echocortex normal, batas sinus cortex normal,
pelviocalyceal system tidak melebar, tidak tampak batu/kista/massa.
VU : terisi urine cukup, dinding tidak menebal, batu/massa (-).
Tak tampak cairan bebas di cavum abdomen dan pleura kanan-kiri.
Kesimpulan :
CLD (Chronic liver disease) dengan splenomegali.
Tak tampak tanda-tanda porta hypertensi
Pemeriksaan Fibro scans (31 Maret 2012 – 13:30)
Stiffness (KPa)
8,9
(01) E = 7,5 KPA
(02) E = 8.8 KPA
(03) E = 10.1 KPA
(04) E = 9,6 KPA
(05) E = 10.2 KPA
(06) E = 7.1 KPA
IQR
(KPa)
1.0
CS
(KPa)
9,6
13
(07) E = 8.9 KPA
Success
rate
100%
Test # 4
Valid 10
Invalid 0
Pemeriksaan Feses (3 April 2012 – 08:40)
Parameter Hasil Satuan Nilai Rujukan
Faeces Rutin - - --
Makroskopis - - --
Warna coklat kehitaman - --
Konsistensi padat - --
Lendir negatif - --
Darah negatif - --
Mikroskopis - - --
Leukosit negatif /lp --
Eritrosit negatif /lp --
Amoeba - - --
Vegetatif negatif - --
Kista negatif - --
Telor Cacing negatif - --
Lain-lain gist cel +, bacteri + - --
Tes Darah
Samar/Faecal
Occult Blood Test
positif (+) - negatif
Pemeriksaan CT Angiografi Sistem Porta (11 April 2012)
Tampak dilatasi v. porta (diameter v. porta 1,5 cm), v. lienalis (1,3 cm)
dan v. mesenterika superior.
14
Tidak terlihat jelas penyempitan pada v. porta (di pangkal v. Porta
sampai hilus hepar) maupun pada pertemuan antara v. lienalis dan v.
mesenterika superior.
Tidak terlihat adanya trombus di dalam v. porta/v. lienalis.
Tampak dilatsi turtous dari v. lienalis di dekat hilus lien dan dilatasi
turtous vena coronaria sampai ke vena-vena di sekitar esofagus.
Hepar: ukuran normal, tepi rata, sudut tajam. Densitas normal. Saluran
bilier intrahepatal dan ekstrahepatal normal. Sistem vaskuler kesan
normal. Nodul/kista/kalsifikasi (-).
GB normal, batu/massa (-).
Lien: membesar (uk. Craniocaudal 18 cm). Densitas normal,
nodul/kista/kalsifikasi (-).
Pancreas, ginjal kanan kiri, usus-usus: tidak tampak kelainan.
Cairan bebas intraabdomen (-).
Kesan:
Dilatasi v. porta, v. lienalis dan v. mesenterika superior, dengan varises
pada v. lienalis dan v. coronaria sampai ke vena-vena di sekitar esofagus.
Tidak terlihat adanya thrombus di dalam v. porta.
Saat ini tidak terlihat jelas adanya penyempitan pada v. porta (di pangkal
v. porta sampai hilus hepar) ataupun penyempitan pada pertemuan v.
lienalis dan v. mesenterika superior.
Hepar tidak menunjukkan gambaran CLD ataupun sirosis hepatis.
Splenomegali.
2.5 Diagnosis
Sirosis Hepatis (CP-A)
Post hematemesis e.c. ruptur vasies esophagus
Anemia ringan N-N e.c. post bleeding
2.6 Penatalaksanaan
Rawat inap (MRS) dan tirah baring
15
NGT (Gastric Cooling)
Somatostatin
NaCl 0,9 % 30 tetes per menit → NS 20 tetes per menit
Omeprazole 2 x 40 mg IV → 2 x 20 mg IV
Sucralfat 3 x CI
Antasida 3 x CI
Asam tranexamat 3 x 500 mg IV
Vitamin K 3 x 1 mg
Neomisin 4 x 500 mg
Lactulosa 3 x CI
Propanolol 3 x 10 mg
Spironolakton 25 mg (1 – 0 – 0) p.o.
BAB III
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Sirosis hepatis merupakan suatu keadaan patologis yang menggambarkan
stadium akhir fibrosis hepatis yang berlangsung progresif yang ditandai dengan
16
distorsi dari arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regeneratif. Gambaran ini
terjadi akibat nekrosis hepatoseluler. Jaringan penunjang retikulin kolaps disertai
deposit jaringan ikat, distorsi jaringan vaskular, dan regenerasi nodularis
parenkim hati. Penyebab sirosis hepatis bermacam-macam, yaitu penyakit infeksi,
penyakit keturunan dan metabilik, serta obat dan toksin.1
Tabel 1. Etiologi Sirosis Hepatis
Penyakit Infeksi Penyakit Keturunan
dan Metabolik
Obat dan Toksin
Bruselosis
Ekinokokus
Skistosomiasis
Toksoplasmosis
Hepatitis virus (hepatitis B,
hepatitis C, hepatitis D,
sitomegalovirus)
Defisiensi α1-
antitripsin
Sindrom Fanconi
Galaktosemia
Penyakit Gaucher
Penyakit simpanan
glikogen
Hemokromatosis
Intoleransi fluktosa
herediter
Tirosinemia
herediter
Penyakit Wilson
Alcohol
Amiodaron
Arsenik
Obstruksi bilier
Penyakit
perlemakan hati
non alkoholik
Sirosis bilier
primer
Kolangitis
sklerosis primer
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
pada pasien GP, 26 tahun, laki-laki, suku Bali, belum menikah, dapat ditegakkan
diagnosis penyakit Sirosis Hepatis (CP-A).
Anamnesis
Manifestasi klinis pada pasien dengan sirosis hepatis dapat berupa:1,3
17
Gejala-gejala gastrointestinal yang tidak khas seperti perasaan mudah lelah dan
lemas, selera makan berkurang, perasaan perut kembung, mual, berat badan
menurun.
Kelainan endokrin yang merupakan tanda dari hiperestrogenisme seperti
impotensi, testis mengecil, buah dada membesar, dan hilangnya dorongan
seksualitas.
Gejala komplikasi kegagalan hati dan hipertensi porta seperti hilangnya rambut
badan, gangguan tidur, demam tak begitu tinggi, gangguan pembekuan darah,
perdarahan gusi, epistaksis, gangguan siklus haid, ikterus dengan air kemih
berwarna seperti teh pekat, muntah darah, melena, serta perubahan mental
meliputi mudah lupa, sukar konsentrasi, bingung, agitasi sampai koma.
Melalui anamnesis terhadap pasien, ditemukan beberapa gejala-gejala klinis
seperti berikut:
Keluhan muntah darah sejak ± 1 jam sebelum masuk rumah sakit (SMRS).
Pasien muntah darah sebanyak 1 kali dengan volume ± 250 cc.
BAK berwarna kuning kemerahan seperti teh dan pancarannya normal. BAK
3-4 kali per hari dengan volume 150-200 cc setiap kali kencing. Riwayat
kencing keluar darah dan nyeri saat kencing tidak ada.
Pemeriksaan Fisik
Temuan klinis sirosis hepatis pada pemeriksaan fisik meliputi:1,3
Spider angioma-spiderangiomata atau spider telangiektasi, suatu lesi vascular
yang dikelilingi beberapa vena-vena kecil. Tanda ini sering ditemukan di bahu,
muka, dan lengan atas.
Eritema Palmaris, warna merah saga pada thenar dan hipothenar telapak
tangan.
Perubahan kuku-kuku Muchrche berupa pita putih horizontal dipisahkan
dengan warna normal kuku.
Jari gada.
Kontraktur Dupuytren akibat fibrosis fasia Palmaris menimbulkan kontraktur
fleksi jari-jari.
18
Ginekomastia secara histologis berupa proliferasi benigna jaringan glandula
mammae laki-laki.
Atrofi testis hipogonadisme menyebabkan impotensi dan infertil.
Hepatomegali.
Splenomegali akibat kongesti pulpa merah lien karena hipertensi porta.
Asites, penimbunan cairan di dalam rongga peritoneum akibat hipertensi porta
dan hipoalbuminemia.
Caput medusa akibat hipertensi porta.
Fetor hepatikum, bau napas yang khas pada pasien sirosis disebabkan
peningkatan konsentrasi dimetil sulfide akibat pintasan porto sistemik yang
berat.
Ikterus pada kulit dan membran mukosa akibat bilirubinemia. Warna urin
terlihat gelap seperti air teh.
Asterixis bilateral tetapi tidak sinkron berupa gerakan mengepak-ngepak dari
tangan, dorsofleksi tangan.
Demam yang tidak tinggi akibat nekrosis hepar.
Batu pada vesika felea akibat hemolisis.
Pembesaran kelenjar parotis terutama pada sirosis alkoholik akibat sekunder
infiltrasi lemak, fibrosis, dan edema.
Dari tampilan fisik secara umum, keadaan umum pasien sedang dengan kesadaran
compos mentis disertai demam yang tidak terlalu tinggi. Hal ini terlihat dari
pemeriksaan tanda-tanda vital pasien. Dari gejala demam yang tidak terlalu tinggi
tersebut dapat dicurigai adanya nekrosis hepar.
Diagnostik
Diagnosis sirosis hepatis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis,
laboratorium dan pemeriksaan penunjang. Pada stadium kompensasi sempurna
kadang-kadang sulit menegakkan diagnosis sirosis hepatis. Pada stadium
dekompensasi kadang tidak sulit menegakkan diagnosis dengan adanya ascites,
edema pretibial, splenomegali, vena kolateral, eritema palmaris. Pada
pemeriksaan laboratorium darah tepi sering didapatkan anemia normositik
normokrom, leukopenia dan trombositopenia. Waktu protrombin sering
19
memanjang. Tes fungsi hati dapat normal terutama pada penderita yang masih
tergolong konpensata-inaktif. Pada stadium dekompensata ditemui kelainan fungsi
hati. Kadar alkali fosfatase sering meningkat terutama pada sirosis bilier.
Pemeriksaan elektroforesis protein pada sirosis didapatkan kadar albumin rendah
dengan peningkatan kadar gama globulin.
Ultrasonografi merupakan pemeriksaan noninvansif, aman dan mempunyai
ketepatan yang tinggi. Gambaran ultrasonografi pada sirosis hepatis tergantung
pada berat ringannya penyakit. Keterbatasan ultrasonografi adalah sangat
tergantung pada subjektifitas pemeriksa dan pada sirosis pada tahap awal sulit
didiagnosis. Pemeriksaan serial ultrasonografi dapat menilai perkembangan
penyakit dan mendeteksi dini karsinoma hepatoseluler. Pemeriksaan scanning
sering pula dipakai untuk melihat situasi pembesaran hepar dan kondisi
parenkimnya. Diagnosis pasti sirosis ditegakkan dengan pemeriksaan
histopatologik jaringan hati yang didapat dari biopsi.2
Klasifikasi Child-Pugh digunakan untuk menilai prognosis pasien sirosis yang
akan menjalani operasi, variabelnya meliputi konsentrasi bilirubin, albumin, ada
tidaknya asites dan ensefalopati juga status nutrisi. Klasifikasi ini terdiri dari
Child A, B, dan C. Klasifikasi Child-Pugh berkaitan dengan kelangsungan hidup.
Angka kelangsungan hidup selama satu tahun untuk pasien Child A, B, dan C
berturut-turut 100, 80, dan 45%.1
Tabel 2. Klasifikasi Child-Pugh Pasein Sirosis Hepatis
Klasifikasi Parameter
(Pugh)
A
1
B
2
C
3
Bilirubin (mg/dl
Albumin (g/dl)
Ascites
Ensefalopati
Nutrisi
<2
>3,5
-
-
Baik
2 - 3
3 – 3,5
Terkontrol
Std I/II
Sedang
>3
<3
Sulit dikontrol
Std III/IV
Jelek
20
Total Skor 5 – 7 (Ringan) 8 – 10 (Sedang) 11 – 15 (Berat)
Pada pasien ini didiagnosis dengan Sirosis Hepatis (CP-A) karena didapatkan
beberapa kriteria bilirubin 0,88 mg/dl, albumin 3,48 g/dl, ascites minimal, tanpa
tanda-tanda enselopati dengan nutrisi baik yang sesuai dengan klasifikasi Child-
Pugh berdasarkan pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan.
Penatalaksanaan
Pengobatan sirosis hepatis pada prinsipnya berupa:1,5
1. Terapi kausal
Terapi kausal adalah usaha untuk menghilangkan agen penyebab, seperti
menghentikan penggunaan alkohol dan bahan-bahan lain yang toksik dan dapat
mencederai hati. Pada sirosis hepatis akibat infeksi virus C dapat dicoba
dengan interferon (IFN). Saat ini dikembangkan perubahan strategi terapi bagi
pasien dengan hepatitis C kronik yang belum pernah mendapatkan pengobatan
IFN seperti:
a. Kombinasi IFN dengan ribavirin.
Terapi kombinasi IFN dengan ribavirin terdiri dari IFN 3 juta unit 3 x
seminggu dan ribavirin 1000 – 2000 mg perhari tergantung berat badan
(1000 mg untuk berat badan kurang dari 75 kg) yang diberikan untuk jangka
waktu 24-48 minggu.
b. Terapi induksi IFN.
IFN diberikan diberikan dengan dosis yang lebih tinggi dari 3 juta unit
setiap hari untuk 2 -4 minggu yang dilanjutkan dengan 3 juta unit 3 x
seminggu selama 48 minggu dengan atau tanpa kombinasi dengan ribavirin.
c. Terapi dosis IFN tiap hari.
Dasar pemberian IFN dengan dosis 3 juta atau 5 juta unit tiap hari sampai
HCV-RNA negatif di serum dan jaringan hati.
2. Terapi simtomatis
21
3. Terapi suportif
a. Istirahat di tempat tidur sampai terdapat perbaikan ikterus, asites, dan
demam.
b. Pengaturan diet yang mengandung protein 1 g/kgBB dan kalori sebanyak
2000 – 3000 kkal/hari.
c. Memperbaiki keadaan gizi dengan pemberian asam amino esensial berantai
cabang dan glukosa serta vitamin B kompleks.
4. Terapi komplikasi
a. Asites
Istirahat.
Diet rendah garam (200 -500 mg/hari).
Membatasi jumlah pemasukan cairan selama 24 jam hanya sampai 1 liter
atau kurang.
Diuretik berupa spironolakton 50 – 100 mg/hari (awal) dan dapat
ditingkatkan sampai 300 mg/hari bila setelah 3-4 hari tidak terdapat
perubahan.
Parasentesis dilakukan bila terjadi asites refrakter (asites yang tidak dapat
dikendalikan dengan terapi medikamentosa yang intensif) disertai dengan
infus albumin atau dekstran 70% sebanyak 6 -8 g untuk setiap liter cairan
asites.
b. Spontaneous bacterial peritonitis
Cephalosphoprin Generasi III (Cefotaxime) secara parentral selama 5
hari atau Qinolon secara oral.
Profilaksis Norfloxacin dengan dosis 400 mg/hari selama 2 – 3 minggu
untuk mencegah rekurensi.
c. Hepatorenal syndrome
Restriksi cairan, garam, potassium, dan protein.
Menghentikan obat-obatan yang nefrotoksik.
Transplantasi hati.
d. Perdarahan karena pecahnya varises esophagus
Pasien diistirahatkan dan dipuasakan.
22
Pemasangan IVFD berupa garam fisiologis dan kalau perlu transfusi.
Pemasangan Naso Gastric Tube untuk mengetahui perdarahan, cooling
dengan es, pemberian obat-obatan, dan evaluasi darah.
Pemberian obat-obatan berupa antasida, ARH2, antifibrinolitik, vitamin
K, vasopressin, octriotide, dan somatostatin.
Menghentikan perdarahan, misalnya pemasangan Ballon Tamponade dan
Tindakan Skleroterapi/Ligasi atau Oesophageal Transsection.
e. Ensefalophaty hepatic
Mengenali dan mengobati faktor pencetus.
Intervensi untuk menurunkan produksi dan absorpsi amoniak serta toxin-
toxin yang berasal dari usus dengan jalan:
o Diet rendah protein.
o Pemberian antibiotik (neomisin).
o Pemberian lactulosa/lactikol.
Obat-obatan yang memodifikasi Balance Neurotransmiter:
o Secara langsung (Bromocriptin, Flumazemil).
o Tak langsung (pemberian AARS).
Pada pasien ini, dilakukan penatalaksanaan berupa:
Rawat inap (MRS) dan tirah baring
NGT (Gastric Cooling)
Somatostatin
NaCl 0,9 % 30 tetes per menit → NS 20 tetes per menit
Omeprazole 2 x 40 mg IV → 2 x 20 mg IV
Sucralfat 3 x CI
Antasida 3 x CI
Asam tranexamat 3 x 500 mg IV
Vitamin K 3 x 1 mg
Neomisin 4 x 500 mg
Lactulosa 3 x CI
23
Propanolol 3 x 10 mg
Spironolakton 25 mg (1 – 0 – 0) p.o.
Penunjang Diagnostik:
Faal hemostatis (PT, APTT, INR)
LFT
HbsAg dan Anti HCV
Pemeriksaan cairan asites
Monitoring:
Monitoring terhadap keluhan, vital sign dan perdarahan dilakukan untuk
memantau kondisi pasien dan melihat efektivitas dari pengobatan yang dilakukan.
BAB IV
KESIMPULAN
Sirosis hepatis adalah keadaan patologis yang menggambarkan stadium
akhir fibrosis hepatis yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi
arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regeneratif. Gambaran ini terjadi akibat
nekrosis hepatoseluler. Jaringan penunjang retikulin kolaps disertai deposit
jaringan ikat, distorsi jaringan vaskular, dan regenerasi nodularis parenkim hati.
24
Berdasarkan anamnesis, pasien mengeluh muntah darah dan BAK seperti air
the. Hal-hal tersebut mengarahkan diagnosis terhadap sirosis hepatis. Berdasarkan
klasifikasi Child-Pugh, dengan bilirubin 0,88 mg/dl, albumin 3,48 g/dl, ascites
minimal, tanpa tanda-tanda enselopati dengan nutrisi baik mengarahkan pasien
dengan diagnosis sirosis hepatis CP-A.
Pasien mendapatkan terapi suportif sepereti rawat inap, diet hati II, IVFD
NaCl 0,9 % 30 tetes per menit sebagai pemberi nutrisi, Omeprazole, Sucralfat,
Antasida, Asam tranexamat, Vitamin K, Neomisin, Lactulosa, Propanolol, dan
Spironolakton. Pasien juga disarankan untuk melakukan pemeriksaan faal
hemostatis (PT, APTT, INR), LFT, HbsAg dan Anti HCV dan pemeriksaan cairan
asites serta perlu dimonitor tentang keluhan, vital sign dan perdarahan untuk
memantau kondisi pasien dan melihat efektivitas dari pengobatan yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Siti Nurdjanah. Sirosis Hati. Dalam: Alwi, I, Bahar A, Djojoninggrat D,
Lesmana L, Mudjadid HE, Setiati S, Sudoyo AW, SuhardjonobH, Sundaru H,
Waspadji S, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi ketiga.
Jakarta: Balai Penernit FKUI; 2001. hal 443-446.
25
2. Yusri DJ, Yorva S, Hernofialdi. Sirosis Hepatis dengan Hipertensi Portal dan
Pecahnya Varises Esofagus. Majalah Kedokteran Andalas, No. 2, Vol. 31. Juli
– Desember 2007.
3. Longmore, M, Ian BW, Edward HD, Alexander F, Ahmad RM. Oxford
Handbook of Clinical Medicine. Eighth Edition. New York: Oxford University
Inc, 2010.p. 260-261.
4. Arrisonia CH. Perbandingan Validitas Skor Mayo End Stage Liver Disease dan
Skor Child-Pugh dalam Memprediksi Ketahanan Hidup 12 Minggu pada
Pasien Sirosis Hepatis. Fakultas Kedokteran Universitas Diponogoro,
Semarang, 2009.
5. Sri Mulyani. Sirosis Hepatis. http://library.usu.ac.id/download/fk/penydalam-
srimaryani5.pdf. (Akses: 25 April 2012)
26