respon masyarakat pesisir terhadap pendidikan di …

116
1 RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI DESA LATAWE KECAMATAN NAPANO KUSAMBI KABUPATEN MUNA BARAT SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Oleh : Mitra Sumantri 10538330615 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR OKTOBER 2019

Upload: others

Post on 15-May-2022

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

1

RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI DESA LATAWE KECAMATAN NAPANO KUSAMBI

KABUPATEN MUNA BARAT

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh :

Mitra Sumantri

10538330615

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

OKTOBER 2019

Page 2: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan bisa

jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah

mengetahui sedang kamu tidak mengetahui. ( QS. Al Baqarahh : 216 )

Kupersembahkan karya ini

Kepada kedua orang tuaku, saudara-saudaraku,

sahabat-sahabatku atas doa dan keikhlasan dalam mendukungku

hingga dapat menyelesaikan semua ini

Page 3: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …
Page 4: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …
Page 5: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …
Page 6: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …
Page 7: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

ABSTRAK

MITRA SUMANTRI. 2019. Respon Masyarakat Pesisir terhadap Pendidikan di Desa Latawe Kecamatan Napano Kusambi Kabupaten Muna Barat. Skripsi. Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Di bimbing oleh Jaelan Usman dan Siti Fatimah Tola.

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana respon masyarakat pesisir terhadap pendidikan di Desa Latawe Kecamatan Napano Kusambi Kabupaten Muna Barat dan untuk mengetahui bagaimana partisipasi masyarakat pesisir terhadap dunia pendidikan. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif depskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara Reduksi data, Penyajian data dan Penarikan Kesimpulan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara argumentasi mayoritas masyarakat pesisir merespon baik pendidikan, terlihat dari pemaparannya tentang pentingnya pendidikan bagi anak-anak. Namun melihat angka partisipasinya tentu berbanding terbalik dengan argumentasi yang ditunjukkan. Rendahnya angka partisipasi masyarakat tentu berbanding terbalik dengan pandangannya terhadap dunia pendidikan yang menganggap pendidikan itu penting bagi anak-anak. Namun secara aktuialisasinya masioh jauh dari harapan.

Kata Kunci : Respon, Masyarakat Pesisir, Pendidikan

Page 8: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

ABSTRACT

MITRA SUMANTRI. 2019.Coastal Community Response to Education in Latawe Village, Napano Kusambi District, West Muna Regency. Thesis. Department of Sociology Education Faculty of Teacher Training and Education Muhammadiyah University Makassar. Guided by Jaelan Usman and Siti Fatimah Tola.

The purpose of this study was to see how the response of coastal communities to education in Latawe Village, Napano Kusambi District, West Muna Regency and to find out how the participation of coastal communities in the world of education. This type of research used in this study uses descriptive qualitative method. Data collection techniques used are observation, interviews and documentation. Data analysis in this study was carried out by means of data reduction, data presentation and conclusion drawing.

The results of this study indicate that arguably the majority of coastal communities respond well to education, seen from his presentation of the importance of education for children. But seeing the number of participation is certainly inversely proportional to the arguments shown. The low number of community participation is certainly inversely proportional to his view of the world of education which considers education important for children. But the actualization was still far from expectations.

Keywords: Response, Coastal Society, Education

Page 9: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Wr. Wb

Allah Maha Penyayang dan Pengasih, demikian kata untuk mewakili atas

segala karunia dan nikmat-Nya. Jiwa ini takkan genti bertahmid atas anugrah pada

detik waktu, denyut jantung, gerak langkah, serta rasa dan rasio pada-Mu, Sang

Khalik. Skripsi ini adalah setitik dari sederetan berkah-Mu. Setiap orang dalam

berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi terkadang kesempurnaan itu terasa

jauh dari kehidupan seseorang. Kesempurna bagai fatamorgana yang semakin

dikejar semakin menghilang dari pandangan, bagai pelangi yang terlihat indah

dari kejauhan, tapi menghilang seketika saat didekati.

Terimakasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada pembimbing Bpk

Dr. Jaelan Usman, M.Si selaku pembimbing I dan Ibu Dra. Hj. Sitti Fatimah Tola,

M.Si selaku pembimbing II karena segala bimbingan dan arahannya sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Ungkapan terimakasih penulis ucapkan kepada Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar Bapak Dr. H. Abd. Rahman Rahim, S.E, MM. Dekan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bapak Erwin Akib, M.Pd, Ph.D , Ketua

Program Studi Pendidikan Sosiologi Bapak Drs. H. Nurdin, M.Pd dan Sekretaris

Prodi Pendidikan Sosiologi Bapak Kaharuddin, S.Pd, M.Pd, Ph.D serta seluruh

dosen dan staf pegawai dalam lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali penulis

dengan banyaknya ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat.

Ucapan terimakasih kepada pemerintah Desa Latawe, Bpk Daerah S.Pd

selaku Kepala Desa Latawe, Bpk Tayeb Kepala Seksi Pelayanan Desa Latawe,

keluarga besar masyarakat Desa Latawe yang telah bersedia memberikan

informasi-informasi yang dibutuhkan penulis sebagai data yang di gunakan untuk

menyelesaikan skripsi ini.

Page 10: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

Ungkapan terimakasih dan penghargaan yang teristimewa kepada kedua

orang tua penulis Ayahanda tercinta Majid Dega dan Ibunda tercinta Rahmawati

juga adik-adik kesayangan saya yang semua telah menjadi sosok terhebat sejagad

raya yang selalu memotivasi, menasehati, mencintai, perhatian, kasih saying dan

doa yang selalu mereka kirimkan untuk penulis. Ucapan terimakasih juga penulis

ucapkan kepada teman-teman seperjuangan, sependeritaan, seperantauan kelas

Sosiologi D 15 yang selalu menemani dalam suka dan duka dan seolah telah

menjadi pelangi yang turut mewarnai kehidupan penulis, serta seluruh rekan

mahasiswa jurusan pendidikan sosiologi atas kebersamaan, motivasi saran dan

bantuan yang diberikan kepada penulis.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis senantiasa kritik dan

saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritik tersebut sifatnya membangun

sebab suatu persolan akan cepat terselesaikan dengan adanya kritik dan saran dari

orang lain. Semoga dapat memberikan manfaat bagi pembaca terutama bagi diri

penulis pribadi. Serta memberi manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan

pendidikan.

Amin, Ya Rabbil Alamin

Wassalamu Alaikum Wr. Wb

Makassar, September 2019

Penulis

Mitra Sumantri

Page 11: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iv

SURAT PERNYATAAN ............................................................................... v

SURAT PERJANJIAN .................................................................................. vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. vii

ABSTRAK BAHASA INDONESIA ............................................................. viii

ABSTRAK BAHASA INGGRIS .................................................................. ix

KATA PENGANTAR .................................................................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 8

C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 8

D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 9

E. Definisi Operasional............................................................................. 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Teori dan Konsep ................................................................................. 12

1. Konsep Respon .............................................................................. 12

2. Konsep Masyarakat Pesisir ............................................................ 13

Page 12: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

3. Hakikat Pendidikan ........................................................................ 15

B. Landasan Teori ..................................................................................... 22

1. Teori SOR ...................................................................................... 22

2. Teori Struktur Fungsional .............................................................. 23

3. Teori Tindakan Sosial .................................................................... 24

4. Pemetaan Landasan Teori .............................................................. 24

C. Kerangka Pikir ..................................................................................... 27

D. Penelitian Relevan ................................................................................ 30

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian........................................................... 34

B. Fokus dan Waktu Penelitian................................................................. 36

C. Informan Penelitian .............................................................................. 37

D. Fokus Penelitian ................................................................................... 39

E. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 39

F. Instrument Penelitian ........................................................................... 41

G. Teknik pengumpulan data .................................................................... 44

H. Teknik Analisi Data ............................................................................. 45

I. Teknik Keabsahan Data ....................................................................... 46

BAB IV GAMBARAN HISTORIS LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Lokasi Penelitian ..................................................................... 48

B. Letak Geografis .................................................................................... 48

C. Keadaan Penduduk ............................................................................... 50

D. Keadaan Pendidikan ............................................................................. 55

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian .................................................................................... 57

1. Respon Masyarakat Pesisir terhadap Pendidikan ........................... 58

2. Partisipasi Masyarakat Pesisir terhadap Pendidikan ...................... 66

B. Pembahasan .......................................................................................... 70

Page 13: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 83

B. Saran ..................................................................................................... 84

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 86

LAMPIRAN ....................................................................................................

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................

Page 14: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Tabel 4.1 Jumlah penduduk Desa Latawe berdasarkan jenis kelamin ............. 50

Tabel 4.2 Klasifikasi jenis pekerjaan masyarakat Desa Latawe ...................... 51

Tabel 4.3 Tingkatan pendidikan masyarakat Desa Latawe berdasarkan usia.. 55

Tabel 4.4 Jumlah sekolah, guru dan siswa yang ada di Desa Latawe .............. 56

Page 15: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan sumber daya laut yang

melimpah, sehingga banyak masyarakat yang memanfaatkan wilayah pesisir

sebagai mata pencaharian utama.Namun, dengan kondisi sumber daya laut

yang melimpah dikawasan pesisir nyatanya belum mampu mensejahterakan

masyarakat, wilayah pesisir merupakan salah satu kawasan yang identiik

dengan kemiskinan.

Kualitas sumber daya manusia yang rendah merupakan ciri umum

masyarakat pesisir diberbagai wilayah di Indonesia.Kesulitas ekonomi tidak

memberikan kesempatan pada anak-anak pesisir untuk berpartisipasi aktif

dalam dunia pendidikan.Banyak anak yang dituntut untuk harus bekerja

sebagai nelayan disaat mereka masih berada pada usia-usia sekolah, bekerja

membantu orang tua untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Cara pandang dan anggapan masyarakat pesisir pantai terhadap dunia

pendidikan, hal-hal yang berkenaanmengenai pendidikan formal masyarakat

pesisir tradisional Indonesia,yang masih rendah tingkat kesadaran terhadap

pentingnya pendidikan formal bagi masa depan. Masyarakat pesisir juga

memandang pendidikan formal tidaklah begitu penting bagi kehidupan, hal

ini diperparah lagi dengan banyaknya orang tua dengan berbagi macam

alasan baik karena masalah ketidakmampuan ekonomi, maupun alasan lainya,

sehingga tidak bersedia menfasilitasi anak-anaknya menuntut ilmu ketingkat

pendidikan formal yang lebih tinggi.

1

Page 16: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

Karakteristik masyarakat pesisir yang ditentukan oleh polainteraksi

social, faktor-faktor sosial, ekonomi, lingkungan, agama, bahasa, budaya,

adat istiadat, yang tumbuh dan berkembang serta memberikan ciri khusus

yang membedakan antara masyarakat yang tinggal di daerahpesisir dengan

masyarakat yang tinggal di daerah pengunungan ataumasyarakat yang tinggal

di daerah dataran rendah.

Salah satu hal mendasar yang dimiliki adalah ketergantungan

masyarakat pesisir terhadap iklim atau musim, pada musim penangkapan (

musim teduh ) para nelayan sangat sibuk melaut dan pada musim paceklik

kegiatan melautmenjadi berkurang sehingga banyakpara nelayan yang

terpaksa tidak melaut,hal ini menyebabkan tidak adanya pemasukan untuk

memenuhi kebutuhan., sehingga berpengaruh terhadap masalah-masalah

sosial masyarakat.

Kondisi kesejahteraan masyarakat pesisir yang agak sulit tentu sangat

dirasakan oleh nelayan-nelayan tradisional, apalagi disaat angin musiman

yang berhembus kencang sehingga memaksa mereka untuk tidak melaut

bahkan berhari-hari. Dalam situasi demikian masyarakat pesisir akan

diperhadapkan dengan tiga persolana yang cukup krusial bagi mereka, yaitu :

(1) pergulatan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari, (2) tersendatnya

kebutuhan pendidikan anak-anaknya, (3) terbatasnya akses mereka terhadap

jaminan kesehatan.

Hal ini yang menjadi salah satu penyebabrendahnya sumber daya

manusia di daerah pesisir dan menimbulkanpermasalahan-permasalahan

sosial masyarakat yang terjadi akibatrendahnya kesadaran warga masyarakat

Page 17: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

pesisir terhadap pentingnyapendidikan formal, ditambah lagi dengan adanya

anggapan bahwakeahlian dalam melaut tidak ditemukandalam pendidikan

formal melainkan melalui pengalaman langsung ( terjun langsung kelapangan

), pemikiran inilah yang seolah menjerumuskan masyarakat pesisir kedalam

jurang kemiskinan. Padahal pendidikan merupakan modal social yang sangat

berharga untuk meningkatkan status sosaial.

Salah satu fenomena yang sering terjadi pada daerah pesisir adalah

tercemarnya laut oleh sampah-sampah dan limbah industri disekitar pantai

dan kerusakan terumbu karang akibat penggunaan bom ikan yang merusak

terumbu karang, permasalah laut dan pesisir ini terjadi akibat rendahnya

tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai lingkungan tempat

hidupnya yaitu pesisir pantai yang seharusnya pengetahuan itu dapat mereka

peroleh dari bangku pendidikan.

Di Indonesia, pendidikan yang diwajibkan bagi seluruh warganya

adalahpendidikan dasar 9 tahun atau dinamakan wajar dikdas 9 tahun.

Kesempatanmemperoleh pendidikan dasar yang layak merupakan hak bagi

warga negara,tanpa terkecuali. Hak yang sama dalam memperoleh pendidikan

berarti tidakadanya latar belakang sosial, ekonomi, budaya yang membedakan

dalammemperoleh pendidikan bagi setiap siswa.Hal tersebut sesuai dengan

Undang-Undang Dasar tahun 1945 pasal 31 ayat (1) dan ayat (2) yang

berbunyi bahwa:

1. setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan,

2. setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemeritah

wajib membiayainya.

Page 18: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

Terselenggaranya pendidikan dasar 9 Tahun di Indonesia ini

nampaknya masih banyak siswa yang belum dapat menikmatinya, selain itu

adanya pendidikan dasar ini diberikan agar siswa mampu untuk

mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan dasar yang perlu

dimiliki warga negara sebagai bekal untuk dapat hidup dengan layak di

masyarakat serta, dapat melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih

tinggi.

Pelaksanaan wajib belajar 9 tahuntidak serta-merta berjalan dengan

mulus, namun banyak kendala yang dihadapi oleh pemerintah. Salah satu

masalah yang timbul dalam pencapaian wajib belajar 9 tahun adalah siswa

yang putus sekolah dan yang tidak dapat melanjutkan pendidikan ke tingkat

yang lebih tinggi.Pemerintah telah memberikan progam yang baik untuk

penuntasan wajib belajar 9 tahun, namun dalam implementasinya masih

banyak siswa yang putus sekolah pada usia wajib belajar 9 tahun.

Program wajib belajar 9 tahun tidak sepenuhnya berjalan bukan karena

kesalahan pemerintah, ada hal-hal lain yang membuat program ini tidak

berjalan sepenuhnya.Salah satunya adalah akibat respon masyarakat terhadapa

pendidikan itu sendiri, khusunya masyarakat pesisir yang kebanyakan

tidakberpartisipasi aktif dalam pendidikan formal.Tentu ini menjadi sebuah

problematika tersendiri di dalam dunia pendidikan.

Permasalahan lain yang juga terjadi adalah kebanyakan daerah di

Indonesia khusunya daerah pesisir belum mendapatkan fasilitas yang setara

dengan daerah-daerah lain, fasilitas pendidikan di daerah pesisir sangat kurang

memadai salah satu factor utama yaitu akses yang sulit untuk dijangkau.

Page 19: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

Misalnya pada masyarakat pesisir yang tinggal di pulau-pulau terpencil. Hal

ini tentu juga berdampak pada menurunnya motivasi siswa untuk bersekolah.

Dari berbagai penelitian sebelumnya yang pernah dibaca dibahwa pada

dasarnya permasalahan sosial yang dihadapi masyarakat pesisir tentu amat

beragam dalam dunia pendidikan. Setiap masyarakat diperhadapkan oleh

permasalahan yang berbeda-beda dalam upaya mengenyam bangku

persekolahan.Banyak masyarakat yang menganggap bahwa pendidikan itu

baik, urgen dan sangat perlu bagi generasi muda, tapi banyak juga masyarakat

yang apatis tentang pendidikan. Respon masyarakat baik dan buruknya dapat

dilihat dari angka partisipasi masyarakatnya akan pendidikan, jika masyarakat

merepon baik pendidikan maka tentu angka partisipasi pendidikan sangat

tinggi. Tapi jika masyarakat tidak merespon dengan baik tentu angka putus

sekolah, angka buta huruf, dan pengangguran di daerah tersebuh akan tinggi.

Pada dasarnya setiap masyarakat memiliki permasalahan yang

berbeda-beda dan begitu sangat kompleks. Terkhusus pada masyarakat pesisir

begitu banyak problematika yang dihadapi dalam proses pelaksanaan

pendidikan salah satunya yaitu masyarakat pesisir masih berada pada

perekonomian garis menengah kebawah, sehingga berpengaruh kepada

kehidupan social ekonomi dan pendidikan. Pendidikan merupakan sebauh

modal social yang dapat menjadi sarana untuk keluar dari garis kemiskinan,

sehingga perlunya pendidikan harus dirasakan oleh semua kalangan

masyarakat berdasarkan prinsip keadilan social.

Pemerintah telah berusaha untuk menjadikan pendidikan lebih merata

dan dirasakan oleh semua kalangan masyarakat, namun pendidikan di

Page 20: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

Indonesia yang dianggap oleh masyarakat merupaka kebutuhan yang begitu

mahal saat memasuki jenjang yang lebih tinggi dan menyebabkan persepsi

mereka terhadap pendidikan menjadi sedikit berbeda.

Di saat seorang anak sudah memasuki jenjang pendidikan meneengah

atas atau bahkan tingkat perguruan tinggi, difase inilah masyarakat pesisir

mengalami kesulitan untuk menfasilitasi/membiayai, di akibatkan kebutuhan

dan pendapatan yang belum saling menutupi akibat penghasilan yang tidak

menentu yang menyebabkan mereka menutup peluang anak-anaknya untuk

menuntut ilmu ke jenjang yang lebih tinggi. Hal lain yang berpengaruh

terhadap pendidikan masyarakat pesisir adalah budaya konservatif orang tua,

dimana orang tua yang dulunya memang tak mengenyam bangku pendidikan

sangat berpengaruh terhadap kebijakan untuk memberikan fasilitas pendidikan

kepada anaknya atau tidak.

Realitas sosial yang kebanyakan terlihat bahwa pada prosesnya

masyarakat pesisir memang tidak terlalu pro aktif dalam dunia pendidikan,

banyak masyarakat berfikir bahwa sekolah merupakan kebutuhan yang amat

mahal dengan biaya yang besar, kemudian masyarakat berfikir bahwa dengan

selesainya bersekolah seorang anak tidak akan di jamin apakah akan

mendapatkan kehidupan yang sejahtera, layak atau tidak di kemudian hari. Hal

lain juga di pengaruhi oleh fasilitas yang belum sepenuhnya merata di bidang

pendidikan terkhusus daerah pesisir terpencil, ini tentu mengurangi minat dan

motivasi siswa dan orang tua untuk aktif dalam dunia pendidikan.

Permasalahan yang dihadapi masyarakat pesisir dewasa ini adalah

kebanyakan masyarakat yang tidak mengenyam bangku sekolah menjadi acuh

Page 21: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

terhadap masa depan anaknya. Kemudian permasalahan lain yang juga dihdapi

adalah pada usia sekolah seorang anak dipaksa untuk membantu orang tua

bekerja sebagai nelayan. Seorang anak yang kemudian pendidikanya

terganggu akibat harus membagi waktu untuk sekolah dan mencari uang

membuat sekolahnya terbengkalai bahkan berhenti untuk sekolah. Tak adanya

inisiatif orang tua untuk bagaimana caranya agar bisa menyeimbangkan

pendidikan anaknya dengan tanggung jawab seorang anak untuk membantu

orang tuanya. Hal ini dilatar belakangi oleh kurangnya pemahaman orang tua

untuk bertanggung jawab terhadap masa depen anaknya.

Permasalahan ini tentu menarik untuk diteliti lebih jauh, untuk melihat

sebenanya bagaimana masyarakat merespon pendidikan itu sendiri. Dari

fenomena di atas bahwa masyarakat seolah tak merespon baik pendidikan itu

sendiri terlihat dari minimnya angka partisipasi pendidikan masyarakat pesisir.

Berbagai permasalahan yang dihadapi masyarakat pesisir mulai dari

permasalahan fasilitas pendidikan, permasalahan ekonomi, rendahnya

pendidikan orang tua serta rendah minat seorang anak untuk menuntut ilmu,

permasalhan-permasalahan inilah yang menjadi faktor penyebabkan

masyarakat kurang merespon positif pendidikan. Pendidikan seolah tidak

memberikan dampak apa-apa bagi masyarakt pesisir. Padahal tujuan

pendidikan sebenarnya adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, untuk

meningkatkan sumber daya manusia, meningkatkan skill dan ilmu

pengetahuan yang tentu berguna bagi masyarakat untuk keluar dari jurang

kemiskinan.

Page 22: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

Berdasarkan permasalahan dan fenomena di atas maka peneliti

berinisiatif untuk melakukan penelitian dengan judul Respon Masyarakat

Pesisir terhapat Pendidikan di Desa Latawe Kecamatan Napanokusambi

Kabupaten Muna Barat. Peneliti ingin melihat bagaimana sebenarnya

respon masyarakat terhadap pendidikan, penelitian ini akan menggali lebih

jauh bagaimana sebenarnya pemahaman masyarakat tentang pendidikan dan

sejauh mana mereka merespon pendidikan itu seendiri dan mencoba untuk

memecahkan permasalahan yang terjadi disana.

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan permasalahan di atas, maka penulis menyimpulkan

beberapa rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah respon masyarakat pesisir terhadap pendidikan di Desa

Latawe Kecamatan Napanokusambi Kabupaten Muna Barat ?

2. Bagaimanakah bentuk partisipasi masyarakat pesisir terhadap dunia

pendidikan di Desa Latawe Kecamatan Napanokusambi Kabupaten Muna

Barat ?

C. Tujuan Penelitian

Dari permasalahn yang di paparkan, maka tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui :

1. Untuk mengetahui respon masyarakat terhadap pendidikan di Kecamatan

Napanokusambi.

2. Untuk mengetahui bentuk partisipasi masyarakat pesisisr terhadap dunia

pendidikan.

Page 23: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Untuk menambah pengalaman peneliti tentang potret kehidupan

masyarakat pesisir yang lebih mendalam.

b. Hasil penelitian ini di harapkan dapat menambah pengetahuan dan

wawasan peneliti tentang bagaimana respon masyarakat pesisir

terhadap pendidikan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Masyarakat

1. Memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya

dunia pendidikan bagi generasi muda.

2. Menambah edukasi masyarakat bahwa untuk keluar dari jurang

kemiskinan salah satu upayanya adalah dengan bersekolah.

3. Diharapkan dengan proses ini minset berfikir masyarakat yang

konservatif akan berubah menjadi pemikiran yang evolusioner dan

paham betul dampak buruk dari kebodohan dan buta huruf.

b. Bagi Dinas Pendidikan

Diharapkan agar pemerintah melalui dinas pendidikan dapat

memberikan perhatian khusus terhadap masyarakat pesisir terutama

sector pendidikannya. Mensosialisasikan tentang pentingnya

pendidikan bagi anak-anak pesisir, selain sebagai peningkatan sumber

daya manusia juga sebagai peningkatan taraf kehidupan masyarakat

melalui jalur pendidikan.

Page 24: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

E. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa istilah yang

menjadi kunci, yaitu :

1. Definisi Respon

Respon adalah suatu istilah untuk menamakan suatu reaksi

terhadap rangsangan yang diterima.Respon seseorang dapat dalam bentuk

baik atau buruk, positif atau negatif.Apabila respon positif maka orang

yang bersangkutan cenderung untuk menyukai atau mendekati objek,

sedangkan respon negatif cenderung untuk menjauhi objek tersebut.

Perubahan sikap dapat menggambarkan bagaimana respon

seseorang atau sekelompok orang terhadap objek-objek tertentu seperti

perubahan lingkungan atau situasi lain. Sikap yang muncul dapat positif

yakni cenderung menyenangi, mendekati dan mengharapkan suatu objek,

seseorang disebut mempunyai respon positif dilihat dari tahap kognisi,

afeksi, dan psikomotiorik.Sebaliknya seseorang mempunyai respon

negatif apabila informasi yang didengarkan atau perubahan suatu objek

tidak mempengaruhi tindakan atau malah menghindar dan membenci

objek tertentu.

Respon respon tertentu terikat dengan kata-kata.Dan oleh karna itu

ucapan dapat berfungsi sebagai mediator atau menentukan hierarki mana

yang bekerja.Artinya sosialisasi yang mempergunakan bahasa, baik lisan

maupun tulisan merupakan media strategis dalam pembentukan respon

masyarakat. Apakah respon tersebut terbentuk respon positif mauapun

negatif, sangat tergantung pada sosialisasi dari objek yang akan direspon.

Page 25: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

Respon dalam penelitian ini akan diukur dalam tiga aspek, yaitu persepsi,

sikap, dan partisipasi.

2. Masyarakat Pesisir

Masyarakat pesisir merupakan kelompok orang yang tinggal di

daerah pesisir dan sumber kehidupan perekonomiannya bergantung secara

langsung pada pemanfaatan sumberdaya laut dan pesisir.Golongan

masyarakat pesisir yang dianggap paling memanfaatkan hasil laut dan

potensi lingkungan perairan dan pesisir untuk kelangsungan hidupnya

adalah nelayan (Kusnadi, 2006: 26).

3. Pendidikan

Dalam UU Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003

disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan

negara (UU sisdiknas no 20 th 2003:3). Pendidikan juga bisa dikatakan

sebagai proses belajar untuk mengetahui dari yang tidak tahu menjadi

tahu, artinya, dalam pendidikan biasanya bertujuan untuk

mentransformasikan ilmu pengetahuan dari guru kepada muridnya.

Page 26: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Teori dan Konsep

1. Konsep Respon

Sarlito, 1995 mendefinisikan respon adalah setiap tingkah laku

pada hakikatnya merupakan tanggapan atau balasan( respon ) terhadap

rangsangan atau stimulus. Hal senada yang di definisikan oleh Gulo, 1996

di mana dia menyatakan bahwa respon adalah suatu reaksi atau jawaban

yang bergantung pada stimulus atau merupakan hasil stimulus tersebut.

Pernyataan para ahli di atas memang memiliki kesamaan meski ada

redaksi kata yang sedikit berbeda, tetapai pada dasarnya definisi di atas

memiliki makna yang sama yaitu respon merupakan tanggapan atau

reaksi atas stimulus yang telah di berikan, jadi respon merupakan jawaban

dari stimulus yang telah diberikan.

Menurut Astrid S. Susanto Respon adalah reaksi penolakan

atau pengiyaan ataupun sikap acuh tak acuh yang terjadi dalam diri

seseorang setelah menerima pesan. Menurut definisi yang di sampaikan

oleh Astrid bahwa respon merupaksan jawaban terhadap sebuah pesan,

jawabannya baik mengiyakan sesatu, menolak atau bahwan acuh atau

tidak memperdulikan pesan tersebut . Setidaknya ada jawaban yang di

sampaikan untuk merespon stimulus tadi entah ia berbau positif atapun

negative. Sedangkan Menurut Jalaluddin Rahmat di dalam ( Mutiara,

2011 : 225 ) respon diartikan sebagai suatu kegiatan dari organism itu

bukanlah semata mata suatu gerakan yang positif, setiap jenis kegiatan

12

Page 27: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

yang ditimbulkan oleh suatu perangsang dapat juga di sebut respon. Jadi

apa yang di sampaikan oleh Jalaluddin juga hampir sama dengan yang si

sampaikan oleh Gulo dan Sarlito , respon itu adalah sesatu yang timbul

dari sebuah rangsangan.

Berdasarkan teori yang dikutip dari psikologi komunikasi

karangan Jalaludin Rahmat maka respon dapat diklasifikasikan dalam tiga

kategori :

1. Respon Kognitif

Respon ini timbul dengan adanya perubahan terhadap apa yang

dipahami oleh khalayak. Respon ini juga berkaitan dengan

pengetahuan, kecerdasan, dan informasi seseorang mengenai suatu hal.

2. Respon Afektif

Respon ini berkaitan dengan emosi, sikap, dan nilai seseorang

terhadap sesuatu.Respon ini timbul apabila ada perubahan pada

apa yang disenangi khalayak terhadap sesuatu.

3. Respon Konatif

Respon ini berkaitan dengan prilaku nyata yang meliputi

tindakan, kegiatan, atau kebiasan berprilaku. Dalam hal ini yang

merupakn tindakan, kegiatan atau kebiasaan pendengar Program Kelas

Malam terhadap prilaku dan tindakan sehari-hari.

2. Konsep Masyarakat Pesisir

Menurut Satria, 2004 masyarakat pesisir adalah sekumpulan

masyarakat yang hidup bersama-sama mendiami wilayah pesisir

membentuk dan memiliki kebudayaan yang khas yang terkait dengan

Page 28: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

ketergantungannya pada pemanfaatan sumberdaya pesisir. Hal senada

dengan yang diungkapkan oleh Iron dalam Mulyadi 2005, masyarakat

pesisir adalah masyarakat yang hidup, tumbuh dan berkembang di

kawasan pesisir, yakni suatu kawasan transisi antara wilayah darat

dan laut.

Satria menyatakan bahwa masyarakat pesisir merupakan

masyarakat yang juga memiliki kebudayaan yang khas dan berbeda

dengan masyarakat lain, karena pada dasarnya kebudayaan setiap

masyarakat itu berbeda tergantung dari letak geografis wilayah tempat

mereka tinggal. Misalnya masyarakat yang tinggal di daerah pegunungan

tentu berbeda kebudayaannya dengan masyarakat pesisir, misalnya dari

segi mata pencaharian masyarakat pesisir lebih dominan sebagai seorang

nelayan, sedangkan masyarakat pegunungan tentu dominan menjadi

seorang petani.Masyarakat pesisir menurut Satria juga sangat

menggantungkan hidupnya kepada sumber daya laut, masyarakat pesisir

lebih memanksimalkan potensi laut untuk memenuhi kebutuhan mereka

sehari hari, misalnya menangkap ikan dengan menggunakan jaring,

pancing, jala dan masih banyak lagi ragam alat-alat nelayan yang

digunakan.

Sedangkan menurut Iron bahwa masyarakat pesisir itu merupakan

masyarakat yang tinggal di daerah transisi antara wilayah darat dan laut.

Tempat tinggal masyaarakat pesisir yang berada di daerah transisi ini

tentu memberikan keuntungan tersendiri pada masyarakat pesisir, dengan

keuntungan itu tentu bias di manfaatkan masyarakat pesisir untuk

Page 29: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

memiliki beragam profesi misalnya menjadi seorang nelayan, juga

menjadi seorang petani. Daerah transisi ini juga terkadang menjadi tempat

di dirikannnya pelabuhan pelabuhan yang tentu bisa mengangkat

perekonomian masyarakat pesisir.

3. Hakikat Pendidikan

KI. Hajar Dewantara ( Bapak Pendidikan Nasional ) menjelaskan

tentang pengertian pendidikan yaitu, Pendidikan umumnya berarti daya

upaya untuk memajukan budi pakerti ( karakter, kekuatan batin ), pikiran

( intellect ) dan jasmani anak-anak selaras dengan alam dan

masyarakatnya. Pendidikan menurut KI Hajar Dewantara merupakan

upaya untuk memajukan budi pakerti, akhlak dan moral atau karakter

seorang anak. Di dalam dunia pendidikan seorang anak akan memperoleh

ilmu pengetahuan dan keagamaan serta bimbingan dari seorang guru,

untuk membentuk moral dan karakter seorang siswa. Selain karakter

siswa yang terbentuk dengan berpendidikan seorang anak akan

mendapatkan ilmu pengetahuan yang akan meningkatkan kecerdasan

intelektual, spiritual dan juga emosionalnya.

Menurut Paulo Freire pendidikan merupakan jalan menuju

pembebasan yang permanen dan diri dari dua tahap. Tahap pertama

adalah masa di mana manusia menjadi sadar akan pembebasan mereka

yang melalui praksis mengubah keadaan itu. Tahap kedua di bangun atas

tahap yang pertama dan merupakan sebuah proses tindakan kultural yang

membebaskan.

Page 30: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

Pendidikan yang akan membebaskan berarti bahwa dengan menempuh

jalur pendidikan, seseorang akan terbebas dari kebodohan, buta huruf dan

kemiskinan. Dengan berpendidikan seseorang akan bisa mengubah

kehidupan keluarganya, misalnya seorang anak dari keluarga miskin yang

kemudian bersekolah ke jenjang yang lebih tinggi yakni sarjana, doctor

ataupun profesor. Dengan gelar yang dimiliki tentu saja akan lebih mudah

untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan kehidupan yang layak. Hal

ini akan terlihat bahwa pendidikan merupakan jalan untuk terbebas dari

jurang kemiskinan dan kebodohan. Di dalam kajian stratifiksi sosial bahwa

salah satu jalan untuk meningkatkan atau naik ke stratifikasi atas adalah

dengan jalur pendidikan.

Konsep pendidikan menurut Ibnu Khaldun, pendidikan adalah

mentransformasikan nilai-nilai pengalaman untuk mempertahankan

eksistensi manusia dalam masyarakat yang berkebudayaan serta zaman

yang terus berkembang, maka pendidikan sebagai suatu proses untuk

mewujudkan suatu masyarakat yang berkebudayaan serta masyarakaat

yang seutuhnya.

Dari sini dapat di simpulkan bahwa pendidikan menurut Ibnu

Khaldun merupakan suatu konsep yang akan menanamkan nilai-nilai

kebudayaan, nilai-0nilai kemanusiaan. Karena pada hakikatnya manusia

merupakan mahluk yang berbudaya, dengan menanamkan nilai-nilai

budaya di dalam dunia pendidikan, tentu akan semakin melestarikan

kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat di tengah perkembangan zaman

yang sangat cepat. Tetaoi tidak boleh lupa bahwa nilai-nilai kemanusiaan

Page 31: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

merupakan hal yang fundamental juga untuk kita pelajari, sebab deengan

memahami nilai kemanusiaan tentu manusia akan bias menmpatkan diri

sebagai manusai yang sebenarnya. Sebagaimana pendidikan merupakan

upaya untuk memanusiakan manusia.

Definisi pendidikan menurut UU NO. 20 Tahun 2003 tentang

SISDIKNAS yaitu :

“ Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktid

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, serta keterampilan yang di perlukan dirinya masyarakat,

bangsa dan negara “

Pendidikan menjadi sebuah wadah bagi seorang siswa untuk biasa

mengembangkan potensi dan mengasah bakatnya agar memiliki keahlian,

sikap religious dan bertanggung jawab kepada masyarakat dan Negara. Ini

berarti bahwa menjadi seorang yang terpelajar ada beban moral / tanggung

jawab yang di emban, bukan hanya sekadar menjadi seorang siswa atau

mahasiswa, tapi di saat di butuhkan masyarakat seorang pelajar harus bisa

menunjukkan rasa tanggung jawab tersebut. Dengan pendidikan yang

berkualitas akan melahirkan SDM yang baik, yang akan berguna bagi

negara sebagai kebutuhan tenaga kerja. Sudah sepatutnya pemerintah

menigkatkan kualitas pendidikan, karena dengan kualitas pendidikan yang

baik maka akan melahirkan SDM yang berkualitas.

Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila

dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang

Page 32: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan

tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.Sitem pendidikan nasional

adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara

terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Adapun fungsi dari pendidikan nasional yang tertuang dalam

Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional

yaitu “ Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.Adapun

prinsip penyelenggaraan pendidikan yang terdapat dalam Undang-undang

No. 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional adalah sebagai

berikut :

1. Pendidikan di selenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta

tidak diskriminasi dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai

keagamaan, nilai cultural dan kemajemukan bangsa.

2. Pendekatan diselenggarakan sebagai suatu kesatuan yang sistematik

dengan system terbuka dan multi makna.

3. Pendidikan di selenggarakan sebagai suatu proses penbudayaan dan

pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.

4. Pendidikan diselenggarakan dengan member keteladanan, membangun,

kemauan dan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.

Page 33: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

5. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca,

menulis dan menghitung bagi segenap warga masyarakat.

6. Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen

masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan

pengendalian mutu pelayanan pendidikan.

Selain itu pendidikan nasional mempunyai visi yaitu terwujudnya

system pendidikan sebagai pranata social yang kuat dan berwibawa untuk

memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi

manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab

tantangan zaman yang selalu berubah. Dengan visi pendidikan tersebut,

pendidikan nasional mempunyai misi sebagai berikut :

1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh

pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia.

2. Membantu dan menfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara

utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan

masyarakat belajar.

3. Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk

mengoptimalkan pembentuan kepribadian yang bermoral.

4. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaha pendidikan

sebagai pusat penbudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan

pengalaman, sikap dan nilai berdasarkan standar nasional dan global.

5. Memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan

pendidikan berdasrkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

Page 34: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 Pasal 13 ayat 1

dinyatakan bahwa jalur pendidikan terdiri dari pendidikan formal, non-

formal dan informal.

1. Pendidikan Formal

Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan

berjenjang yang terdiri atas pendidikan anak usia dini ( TK/RA ),

pendidikan dasar ( SD/MI ), prndidikan menengah ( SMP/MTs dan

SMA/MA ), dan pendidikan tinggi ( Universitas ). Pendidikan formal

terdiri dari pendidikan formal berstatus negri dan pendidikan formal

berstatus swasta.

Ciri-ciri Pendidikan Formal antara lain :

a. Tempat pembelajarannya di gedung sekolah

b. Ada persyaratan khusus untuk menjadi peserta didik

c. Kurikulumnya jelas

d. Materi pelajaran bersifat akademis

e. Proses pendidikannya memakan waktu yang lama

f. Ada ujian formal

g. Penyelenggara pendidikan adalah pemerintah atau swasta

h. Tenaga pengajar memiliki klasifikasi tertentu

i. Diselenggarakan dengan administrasi yang seragam

2. Pendidikan Non-Formal

Pendidikan non formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan

formal yang dapat dilaksanakan secara berstruktur dan berjenjang.

Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil

Page 35: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian

penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah atau

pemerintah daerah dengan mengacu kepada standar nasional

pendidikan. Seperti lembaga kursus dan pelatihan, kelompok belajar,

sanggar dll.

Ciri-ciri pendidikan nonformal antara lain :

a. Tempat pembelajarannya bisa diluar gedung

b. Kadang tidak ada persyaratan khusus

c. Umumnya tidak memiliki jenjang yang jelas

d. Ada program tertentu yang khusus hendak ditangani

e. Bersifat praktis dan khusus

f. Pendidikannya berlangsung singkat

g. Terkadang ada ujian

h. Dapat dilakukan oleh pemerintah atau swasta

3. Pendidikan Informal

Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan

yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan

informal diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal

setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional

pendidikan. Seperti : Pendidikan agama, budi pakerti, etika, sopan

santun, moral dan sosialisasi.

Ciri-ciri pendidikan informal antara lain :

a. Tempat pembelajarannya bisa dimana saja

b. Tidak ada persyaratan

Page 36: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

c. Tidak berjenjang

d. Tidak ada program yang direncanakan secara formal.

e. Tidak ada materi tertentu yang harus tersaji secara formal

f. Tidak ada ujian

g. Tidak ada lembaga sebagai penyelenggara

B. Landasan Teori

1. Teori S-O-R ( Carl Iver Hovland, 1930)

Model ini menunjukkan bahwa komunikasi merupakan proses aksi-

reaksi. Artinya model ini mengasumsikan bahwa kata-kata verbal, isyarat

non verbal, simbol-simbol tertentu akan merangsang orang lain

memberikan respon dengan cara tertentu.

Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya

perubahan prilaku tergantung kepada kualitas rangsangan (stimulus) yang

berkomunikasi dengan organism. Artinya kualitas dari sumber komunikasi

(sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat

menentukan keberhasilah perubahan prilaku seseorang, kelompok atau

masyarakat.

Teori S-O-R ( Stimulus – Organisme – Respons ) ini lahir karena

adanya pengaruh dari ilmu psikologi, hal ini karena objek kajian psikologi

terutama yang berhubungan dengan behavioristik dan komunikasi adalah

sama, yaitu jiwa manusia yang meliputi sikap, opini, perilaku, kognisi

afeksi dan konasi.

Page 37: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

Komponen dalam model S-O-R : ( Effendy, 2013 : 254 )

a. Stimulus, yaitu berupa rangsangan yang di dalamnya mengandung

pesan-pesan atau gagasan.

b. Organism, yaitu individu atau komunikan yang akan menjadi objek

proses komunikasi persuasive.

c. Respons, yaitu berupa efek yang akan terjadi sebagai sebuah akibat dari

adanya stimulus.

Dalam teori kita akan melhat sejauh mana masyarakat merespon

pendidikan. Pemerintah telah menfasilitasi masyarakat untuk

berpartisipasi dalam dunia pendidikan. Tapi yang menjadi

permasalahan adalah motivasi masyarakat yang rendah untuk

berpendidikan tentu menjadi bukti bahwa masyarakat pesisir

takmerespon baik pendidikan, apakah disebabkan karena faktor

ekonomi maupun di sebabkan karena faktor fasilitas yang kurang

memadai.

2. Teori Struktur Fungsional ( Talcot Parson )

Didalam teori struktur dan fungsional Talcot Parson, di dalam

(Ritzer & Goodman, 2003:121) dengan sistim AGIL memandang sistim

dalam masyarakat sebagai satu kesatuan, dan semua sistim harus

berfungsi sesuai dengan fungsinya agar sistim sosial dapat berlangsung

sesuai dengan tujuannya.

Teori ini selalu berbasis masalah, terkait permasalahan pendidikan

yang ada di daerah pesisir tentu teori ini relevan untuk di angkat. Bahwa

problem yang terjadi masyarakat pesisir tentu akibat dari salah satu unsur

Page 38: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

sistem yang tidak berjalan dengan baik. Misalnya fenomena masyarakat

pesisir yang kurang merespon baik pendidikan, tentu ini terjadi akibat

beberapa faktor entah di akibatkan fasilitas yang kurang baik, motivasi

yang rendah atau akibat intervensi orang tua yang buruk terhadap masa

depana anak.

3. Teori Tindakan Sosial ( Max Weber )

Tindakan rasional instrumental ( Zwerk Rational ) merupakan suatu

tindakan yang dilakukan seseorang didasarkan atas pertimbangan dan

pilihan sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan

ketersediaan alat yang dipergunakan untuk mencapainya.

Sesuai dengan teori diatas bahwa peneliti akan melihat bagaimana

tindakan masyarakat terhadap pendidikan anak-anaknya. Tentu ini

merupakan tindakan sadar masyarakat, sebuah keputusan yang tentu

berdampak pada masa depen anaknya. Tindakan masyarakat untuk peduli

akan pendidikan anaknya juga harus di tunjang dengan adanya alat yang

digunakan misalnya infrastruktur sekolah, biaya pendidikan yang harus

dipersiapkan orang tua dan lain sebagainya.

4. Pemetaan Landasan Teori

Korelasi antara teori SOR dengan penelitian Respon Masyarakat

Pesisir terhadap Pendidikan, di dalam teori SOR ada beberapa elemen

yaitu stimulus, organism dan respon.Sedangankan di dalam pebelitian juga

kita ingin mencari tau respon masyarakat.

a. Stimulus, yaitu berupa rangsangan yang di dalamnya mengandung

pesan-pesan atau gagasan.Didalam teori ini stimulus merupakan pesan

Page 39: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

dan gagasan jika kita kaitkan gagasan ini dengan objek penelitian maka

stimulus merupakan pendidikan yang pemerintah tawarkan atau berikan

kepada masyarakat, pendidikan yang kemudian di sosialisasikan dan

difasilitasi oleh pemerintah untuk masyarakat. Masyarakat kemudian di

wajibkan untuk pro aktif dalam berpendidikan dengan program

pemerintah wajib belajar 9 tahun, sebab pendidikan yang pemerintah

tawarkan merupakan sebuah ide yang akan mengubah masyarakat dari

pemikiran primitive ke pemikiran yang jauh lebih baik, dan

pendidikana kan menjadi jembatan untuk meningkatkan SDM sebagai

aset dan modal untk mencapai kesejahteraan hidup.

Pemerintah bertanggung jawab unutk mensosialisasikan akan

pentingnya pendidikan itu, sebab pendidikanlah yang memberantas

kebodohan, ketertinggalan di dalam masyarakat. Ssalah satu tolak ukur

keberhasilan suatu negara adalah dengan melihat kualitas sumber daya

manusianya.Sebuah negara di katakana maju apabila angka buta huruf

dan peningkatan kualitas pendidikan jauh lebih baik.

Stimulus inilah yang kemudian hadir di dalam masyrakat, dan dalam

penelitian ini kita akan melihat bagaimana respon masyarakat terhadap

stimulus yang di berikan pemerintah. Pemerintah harus pro aktif dalam

membuka mindset masyarakat agar masyarakat berpartisipasi aktif

didalam dunia pendidikan.

b. Organism, yaitu individu atau komunikan yang akan menjadi objek

proses komunikasi persuasive.

Page 40: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

Organisme merupakan masyarakat pesisir yang akan menjadi objek

tujuan stimulus, masyarakatlah yang akan di lihat sejauh mana mereka

mengaplikasikan stimulus yang di berikan oleh pemerintah yaitu berupa

pendidikan yang di sediakan pemerintah untuk masyrakat.

c. Respons, yaitu berupa efek yang akan terjadi sebagai sebuah akibat dari

adanya stimulus.

Dari stimulus yang di berikan kepda organism atau dari pendidikan

yang di berikan kepada masyarakat pesisir kita akan melihat bagaimana

efek, bagaimana respon atau tanggapan masyarakat dari pendidikan

yang telah di berikan. Apakah masyarakat merespon pendidikan ini

dengan baik atau tidak.Respon masyarakat dapat kita lihat dari bentuk

partisipasinnya dalam dunia pendidikan.Jika masyarakat pesisir

merespon baik pendidikan, maka akanterlihat dalam bentuk

partisipasinya, misalnya para orang tua memotivasi dan mendukung

anak-anaknya untuk bersekolah.Sebab mereka sadar bahwa pendidikan

merupakan sebuah hal yang penting untuk generasi mereka. Tetapi

apabila tidak terlihat adanya keinginan dan respon baik masyarakat

pesisir terhadap pendidikan, maka mereka tentu akan lebih memilih

untuk tidak memberikan pendidikan formal kepada anaknya.

Sebagaimana di katakana sebelumnya bahwa respon yang baik

tergantung dari kualitas stimulus.

Respon inilah yang kemudian ingin peneliti cari tau secara mendalam

terhadap orgenisme atau masyarakat pesisir berdasarkan stimulus yang

di berikan pemerintah berupa pendidikan.

Page 41: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

Teori Struktur Parson selalu berbasis masalah, terkait

permasalahan pendidikan yang ada di daerah pesisir tentu teori ini

relevan untuk di angkat. Bahwa problem yang terjadi masyarakat pesisir

tentu akibat dari salah satu unsur sistem yang tidak berjalan dengan

baik. Misalnya fenomena masyarakat pesisir yang kurang merespon

baik pendidikan, tentu ini terjadi akibat beberapa faktor entah di

akibatkan fasilitas yang kurang baik, motivasi yang rendah atau akibat

intervensi orang tua yang buruk terhadap masa depana anak.

Sesuai dengan teori tindakan sosial diatas bahwa peneliti akan

melihat bagaimana tindakan masyarakat terhadap pendidikan anak-

anaknya. Tentu ini merupakan tindakan sadar masyarakat, sebuah

keputusan yang tentu berdampak pada masa depen anaknya. Tindakan

masyarakat untuk peduli akan pendidikan anaknya juga harus di tunjang

dengan adanya alat yang digunakan misalnya infrastruktur sekolah,

biaya pendidikan yang harus dipersiapkan orang tua dan lain

sebagainya.

C. Kerangka Pikir

Respon adalah reaksi penolakan atau pengiyaan ataupun sikap acuh

tak acuh yang terjadi dalam diri seseorang setelah menerima pesan. Respon

merupakan sebuah reaksi yang diperlihatkan oleh masyarakatterhadap sebuah

stimulus yang diberikan. Stimulus yang dimaksud adalah pendidikan. Pada

penelitian ini peneliti ingin melihat bagaimana respon masyarakat pesisir

terhadap pendidikan yang disediakan oleh pemerintah. Masyarakat pesisir

pada dasarnya masyarakat yang apatis terhadap pendidikan, terlihat dari

Page 42: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

angka pastisipasi pendidikan yang rendah di daerah pesisir. Sebagai bukti

bahwa banyak masyarakat pesiisr yang buta huruf, kemudian tingginya angka

putus sekolah dan banyaknya anak-anak yang sama sekali tak pernah

mengenyam bangku sekolah.

Kurangnya minat masyarakat pesisir untuk pro aktif di dunia

pendidikan tentu menjadi sebuah problematika.Masyarakat pesisir yang di

harapkan juga untuk bisa berpartisipasi dengan baik di dalam dunia

pendidikan agar memangkas generasi yang apatis terhadap pendidikan yang

tentu menjadi salah satu akar penyebab rendahnya partisipasti pendidikan

masyarakat yang berimbas pada anak tak bersekolah dan anak putus sekolah.

Berdasarkan problematika yang begitu kompleks dihadapi masyarakat

pesisir tentu akan lahir sebuh reaksi atau tanggapan masyarakat pesisir

terhadap beberapa fenomena yang telah dijelaskan. Respon inilah yang akan

dilihat dan digali oleh peneliti. Tentu dengan fenomena kurangnya partisipasi

pendidikan masyarakat memiliki sebuah alasan. Alasan inilah yang akan

menjawab apakah masyarakat merespon baik pendidikan atau masalah

sebaliknya. Ataukah masyarakat merespon baik tapi tak bisa

mengimplementasikan dalam wujud hal-hal baik ( berpendidikan ).

Berikut merupakan bagan kerangka pikir dengan judul penelitian

Respon Masyarakat Pesisir terhdapa Pendidikan di Desa Latawe Kecamatan

Napanokusambi Kabupaten Muna Barat

Page 43: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

Bagan Kerangka Pikir

.

Penelitian ini akan mengupas dua hal pokok sesuai dengan rumusan

masalah bahwa penelitian ini akan fokus melihat bagaimana respon

masyarakat pesisir terhadap pendidikan. Dilihat dari bagaimana mereka

memahami hakikat pendidikan itu, seberapa penting pendidikan bagi generasi

muda dan melihat tindakan apa yang harus mereka lakukan untuk pendidikan

anak-anaknya. Kemudian untuk membuktikan respon masyarakat baik atau

tidaknya kita perlu melihat angka pasrtisipasinya, jika pasrtisipasinya baik

tentu dapat dikatakan respon masyarakat baik dan aktif, tapi jika

partisipasinya rendah maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat pesisir

masih pasif akan dunia pendidikan.

Respon Masyarakat Pesisir Terhadap Pendidkan

Respon Masyarakat Pesisir

Partisipasi Masyarakat Pesisir

Hasil dan Temuan

Page 44: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

D. Penelitian Relevan

Ada beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan

dilakukan yaitu :

1. Himayatun Nisa‟ 2016, Persepsi Masyarakat Nelayan Terhadap

Pendidikan Tinggi, penelitian di lakukan di Desa Legung Timur yang

berada di kecamatan Batang-Batang Kota Sumenep Kota Madura.

Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan jenis

penelitian study kasus, Informan terdiri dari beberapa orang yaitu kepala

Desa Legung Timur, Masyarakat nelayan Desa Kegung Timur dan anak

masyarakat Desa Legung timur, peneliti tidak menyebutkan secara jelas

jumlah informannya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1). Keadaaan keluarga masyarakat

nelayan di Desa Legung Timur Kecamatan Batang-batang Kabupaten

Sumenep Madura adalah sudah lebih dari cukup, ada juga yang masih

kekurangan dalam memenuhi kebutuhannya, (2). Persepsi masyarakat

nelayan terhadap pendidikan tinggi ditinjau dari stratifikasi sosialnya

adalah pendidikan tinggi itu hampir semua responden mengatakan penting,

agar anaknya tidak bernasib seperti orang tuanya, akan tetapi sebagian

juga megatakan tidak perlu asal bisa baca tulis itu sudah cukup. (3).

Persentase dana pendidikan yang dikeluarkan oleh rumah tangga nelayan

untuk dana pendidikan anaknya adalah bagi nelayan juragan hasil

pendapatan melaut untuk biaya pendidikan masih tersisa banyak dan

bahkan masih bisa disimpan, sedangkan nelayan perorangan sisanya hanya

Page 45: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok, dan bagi nelayan buruh

tidak cukup bahkan harus harus hutang demi membiayai pendidikan anak.

2. Aminul Khoir 2015, Persepsi Masyarakat Nelayan terhadap Pendidikan

Formal Anak di Desa Kedawang Kecamatan Nguling Kabupaten

Pasuruan, Jenis penelitian ini yaitu penelitian kualitatif dengan pendekatan

studi kasus. Lokasi penelitian berada di Desa Kedawang. Informan dalam

penelitian ini, yaitu Kepala Desa Kedawang, tokoh masyarakat, serta

beberapa masyarakat nelayan yang mempuyai anak usia sekolah.

Hasil penelitian ini menunjukan kondisi sosial masyarakat nelayan

meliputi meliputi cara berinteraksi dan karakteristik masyarakat seperti

suka berkelompok, pekerja keras, kurang sadar lingkungan, solidaritas

yang tinggi, memiliki sistem kekerabatan yang tinggi, dan tingkat

ketergantungan tinggi terhadap alam dan orang lain. Adapun hasil

penelitian mengenai alasan masyarakat nelayan pendidikan formal anak

menunjukkan respon positif yang ditunjukan oleh informan.

3. Neng Risma 2016, Respon Masyarakat terhadap Pendidikan di Perguruan

Tinggi (Mendeskripsikan tentang Masyarakat di Desa Tanjungjaya

Pakenjeng-Garut). Penelitian ini di lakukan dengan menggunakan metode

deskripsi yang menggambarkan dan menjelaskan penelitian berdasarkan

hasil temuan di lapangan, dengan jenis data kualitatif. Teknik

pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan

kepustakaan

Hasil temuan di lapangan, memperlihatkan bahwa masyarakat Desa

Tanjungjaya memiliki keinginan untuk melanjutkan anak-anaknya ke

Page 46: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

perguruan tinggi. Karena alasan tertentu yaitu ingin anaknya memiliki masa

depan yang lebih baik ketimbang dengan orang tuanya. Selain itu ditemukan

sebagian masyarakat berpandangan negatif yang menganggap bahwa

pendidikan di perguruan tinggi hanya membuang-buang waktu dan uang saja,

belum tentu yang melanjutkan ke perguruan tinggi bisa sukses.Tanpa

melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi kita bisa mempertahankan

hidup.Adapun faktor yang mempengaruhi respon masyarakat yaitu fakor

pendorong dan faktor penghambat. Faktor pendorong di antaranya: faktor

intern dan faktor ekstern, faktor intern yaitu keluarga dan minat diri sendiri,

adapun faktor ekstern yaitu lingkungan. Sedangkan faktor penghambat di

antaranya yaitu keterbatasan ekonomi dan masih terkungkung dengan budaya

lama.

Dari hasil penelitian terdahulu di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa

penelitian sebelumnya ada kesamaan dan ada perbedaan-perbedaan dengan

dengan penelitian yang akan di lakukan. Penelitian pertama ingin melihat

bagaimana respon masyarakat nelayan terhadap pendidikan tinggi dan telah di

uraikan tentang hasil penelitiannya di atas. Persamaan tentu terletak pada

focus penelitiannya yaitu masyarakat nelayan yang tentu hamper sama

dengan masyarakat pesisir, kemudian persamaan kedua terletak pada metode

yang di gunakan yaitu metode kualitatif deskriftif, sedangkan perbedaannya

yaitu penelitian yang di lakukan peneliti pertama menfokuskan pada

pendidikan / perguruan tinggi, kemudia perbedaan kedua terletak pada lokasi

yang tentun berbeda dengan penelitian yang akan di lakukan.

Page 47: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

Penelitian kedua juga ingin melihat persepsi masyarakat nelayan

tentang pendidikan formal, letak perbedaan yaitu pada fous penelitiiannya

yang menitik fokuskan pada pendidikan formal anak.Sedangkan persamaan

tentu pada masyarakatnya yakni masyarakat nelayan yang tentu sudah

menjadi bagian dari masyarakat pesisir, kemudia yang kedua penelitian di

atas juga menggunakan metode kualitatif deskriftif.

Penelitian ketiga mengangkat judul tentang respon masyarakat

terhadap pendidikan tinggi, darisegi perbedaan terlihat bahwa peneliti

sebelumnya menfokuskan pada masyarakat secara umum sedangkan

penelitian yang akan di lakukan menfokuskan pada masyarakat peisir yang

tentu lebih spesifik, perbedaan kedua terletak pada objek penelitian yaitu

pendidikan di perguruan tinggi yang hamper sama dengan peneliti pertama.

Metodenya juga menggunakan metode kualitatif dan lokasi penelitian juga

berbeda.

Page 48: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Ada tiga jenis metodologi penelitian yaitu kuantitatif, kualitatif dan

campuran kuantitatif dengan kualitatif. Dalam penelitian ini digunakan jenis

penelitian kualitatif deskriptif. Menurut Creswell(2010:4), penelitian

kualitatif merupakan metode metode untuk mengeksplorasi dan memahami

makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal

dari masalah sosial atau kemanusiaan.

Selain itu menurut Sugiono ( 2012 : 9 ) juga mengemukakan

penelitian kualitatif sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada

filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek

alamiah, di mana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik

pengumpulan data dengan triangulasi, analisis data bersifat induktif atau

kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada

generalisasi.

Menurut Nana Syaodih Sukmadinata ( 2011 : 73 ) penelitian deskriptif

kualitatif ditujukan untuk mendeskripsikan dan menggambarkan fenomena-

fenomena yang ada, baik bersifat alamiah maupun rekayasa manusia, yang

lebih memperhatikan mengenai karakteristik, kualitas, keterkaitan antar

kegiatan. Selain itu penelitian deskriptif tidak memberikan perlakuan,

manipulasi atau pengubahan pada variable-variabel yang diteliti, melaikan

menggambarkan suatu kondisi yang apa adanya.

Noor (2009: 34), penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum

34

Page 49: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

jelas, mengetahui makna yang tersembunyi, memahami interaksi sosial,

mengembangkan teori, memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah

perkembangan. Proses penelitian kualitatif ini melibatkan upaya-upaya

penting, seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-prosedur,

mengumpulkan data yang spesifik dari partisipan, dan menganalisis datas

ecara induktifmulai dari tema-tema yang khusus ke tema-tema umum,

danmenafsirkanmaknadata.

Creswell (2010: 20) menerangkan bahwa metodologi kualitatif dapat

dilakukan dengan berbagai pendekatan antaralain: penelitian partisipatoris,

analisis wacana, etnografi, grounde theory, studi kasus,fenomenologi, dan

naratif.

Dalam penelitian inidigunakan pendekatan studi kasus sebagai bagian

daripenelitiankualitatif. Pemilihan pendekatan studi kasus karena peneliti

ingin mengkaji secara mendalam tentang masyarakat pesisir, bagaimana

respon masyarakat pesisir tentang pendidikan dan membaca fenomena-

fenomena yang terjadi serta mencoba memecahkan permasalahan yang ada di

lokas penelitian.

Creswell (2010:20) mengatakan bahwa studi kasus merupakan strategi

penelitian dimana didalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu

program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu. Yin (2011:

1) mengatakan studi kasus adalah sebuah penyelidikan empiris yang

menginvestigasi fenomena kontemporer dalam kontek skehidupan nyata,

khususnya ketika batas antara fenomena dan konteks tidak begitu jelas. Ary

dalam Idrus(2009:57), studi kasus adalah suatu penyelidikan intensif tentang

Page 50: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

seorang individu, namun studi kasus terkadang dapat juga di pergunakan

untuk menyelidiki unit sosial yang kecil sepertikeluarga, sekolah, kelompok-

kelompok “geng” anak muda.Pendekatan penelitian studi kasus berfokus

pada spesifikasi kasus dalam suatukejadian baik itu yangmencakup

individu,kelompokbudaya, ataupun suatupotret kehidupan.

Tujuan penggunaan penelitian studi kasus menurut Yin (2011: 2)

adalah untuk menjelaskan bagaimana keberadaan dan mengapa kasus tersebut

terjadi. Penelitian studi kasus bukan sekedar menjawab pertanyaan penelitian

tentang„apa‟(what) obyek yang diteliti, tetapi lebih menyeluruh dan

komprehensif lagi adalah tentang „bagaimana‟ (how) dan „mengapa‟ (why).

Studi kasus digunakan dalam penelitian ini karena studi kasus

merupakan salah satu metode penelitian ilmu-ilmu sosial. Dengan

menggunakan studi kasus peneliti berharap bisa mendapatkan informasi dan

pengetahuan secara ilmiah.

B. Lokus dan Waktu Penelitian

1. Lokus Penelitian

Lokus / lokasi penelitian bertempat di Desa Latawe, Kecamatan

Napanokusambi, Kabupaten Muna Barat, Sulawesi Tenggara.Masyarakat

Desa Latawe merupakan masyarakat yang mayoritas bekerja di sektor

perikanan / nelayan. Masyarakat di sana memiliki angka buta huruf yang

cukup tinggi. Kurangnya pendidikan masyarakat memang di sana terlihat

dari jenis pekerjaan yang homogen tentu tidak membutuhkan background

akademik yaitu nelayan.Selain isu tersebut isu yang paling menarik

adalah kurangnya minat masyarakat untuk pro aktif di dalam dunia

Page 51: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

pendidikan.Terlihat bagaimana minimnya minat orang tua

untukmenfasilitasi anak-anaknya menempuh pendidikan tinggi, meskipun

keadaan ekonomi mendukung. Issue inilah yang akan peneliti angkat

sebagai topik utama untuk meneliti tentang Respon Masyarakat Pesisir

terhadap Pendidikan di Desa Latawe Kecamatan Napanokusambi

Kabupaten Muna Barat.

2. Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan sejak tanggal 6 Agustus – 27

Agustus 2019 menliputi tahap observasi, pengambilan data dll.

C. Informan Penelitian

Informan penelitian adalah subjek yang memahami dan mampu

memberikan informasi pada penelitian sebagai pelaku maupun orang lain

yangmemahami objek penelitian. Terdapat kriteria-kriteria untuk menentukan

informan penelitian menurut para ahli.

Menurut Spradley ( Moleong, 2014 : 165 ) informan harus memiliki

beberapa kriteria yang harsu dipertimbangkan, yaitu :

1. Informan yang intensif menyatu dengan suatu kegiatan atau medah

aktifitas yang menjadi sasaran atau perhatian penelitian dan ini biasanya

ditandai oleh kemampuan memberikan informasi diluar kepala tentang

sesuatu yang ditanyakan.

2. Informan masih terikat secara penuh serta aktif pada lingkungan dan

kegiatan yang menjadi sasaran penelitian

3. Informan mempunyai cukup banyak waktu dan kesempatan untuk dimintai

informasi.

Page 52: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

4. Informan yang dalam memberikan informasi tidak cenderung diolah atau

dikemas terlebih dahulu dan mereka relatif masih lugu dalam memberikan

informasi.

Hendarso dalam Suryanto ( 2009 ) mengemukakan ada tiga macam

sumber informasi yaitu :

1. Informan kunci ( key informan ) yaitu mereka mengetahui dan dapat

memberikan data yang diperlukan oleh peneliti dalam hal ini adalah

masyarakat pesisir di Desa Latawe, Kecamatan Napanokusambi,

Kabupaten Muna Barat.

2. Informan utama yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam

interaksi sosial yang diteliti. Informan utama dalam penelitian ini adalah

anak-anak usia sekolah dan anak-anak yang tidak bersekolah dikalangan

masyarakat pesisir yang terlibat maupun tidak terlibat dalam aktifitas

pendidikan masyarakat di Desa Latawe Kecamatan Napanokusambi

Kabupaten Muna Barat.

3. Informan tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi

walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti.

Informan tambahan adalah kepala Desa Latawe ataupun aparat desa

lainnya yang tentu mereka sedikit mengetahui karakter masyarakatnya.

Pemilihan informan ini melalui pertimbangan bahwa orang yang

dipilih dapat memberikan informasi yang jelas sesuai dengan tujuan dan

permasalahan yang sedang diteliti. Teknik penentuan informan dapat

dilakukan dengan teknik Purposive sampling atau judgmental sampling, yaitu

penarikan informan secara purposive merupakan cara penarikan informan

Page 53: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

yang dilakukan memilih subjek berdasarkan kriteria spesifik yang ditetapkan

peneliti.

D. Fokus Penelian

Dalam penelitian ini dapat difokuskan masalah terlebih dahulu supaya

tidak terjadi perluasan permasalahan yang nanti akan tidak sesuai dengan

tujuan penelitian ini. Tanpa adanya fokus penelitian ini, peneliti akan terjebak

oleh banyaknya datayangdiperoleh ketika terjun ke lapangan,sehinggadalam

penelitianiniyangmenjadifokuspenelitian dari peneliti masyarakat Desa

Lataweyangnotabanenya merupakan masyarakatpesisir.Peneliti akan

menginterview masyarakat mulai dari orang tua, anak hingga aparat desa.

Fokus peneliti tentu ingin melihat bagaimana sebenarnya respon masyarakat

pesisir akan dunia pendidikan serta sejauh mana masyarakat peisisr

berpartisipasi dalam dunia pendidikan.

E. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini digunakan data primer dan data sekunder.

1. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber asalnya, data

primer di peroleh melalui.

a. Observasi yaitu pengumpulan data dalam kegiatan penelitian yang

dilakukan dengan mengamati kondisi yang berkaitan dengan obyek

penelitian.

b. Interview yaitu wawancara mendalam ( in dept interview ) yaitu

mengadakan wawancara dengan informan yang bertujuan untuk

Page 54: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

mendapatkan informasi yang lebih mendalam tentang berbagai aspek

yang berhubungan dengan permasalahan penelitian.

2. Data sekunder adalah data yang telah diolah sebelumnya yang diperoleh

dari dokumentasi maupun studi pustaka. Adapun data sekunder diperoleh

melalui :

a. Dokumentasi yang dapat diasumsikan sebagai sumber data tertulis yang

terbagi dalam dua kategori yaitu sumber resmi dan sumber tidak resmi.

Sumber resmi merupakan dokumen yang dibuat/dikeluarkan oleh

lembaga atau perorangan atas nama lembaga. Sumber tidak resmi

adalah merupakan dokumen yang di buat atau dikeluarkan oleh individu

bukan atas nama lembaga. Dokumen yang akan di jadikan sebagai

sumber refrensi dapat berupa hasil rapat, laporan pertanggung jawaban,

surat dan catatan harian.

b. Studi pustaka merupakan langkah yang sangat penting dalam metode

ilmiah untuk mencari sumber data sekunder yang akan mendukung

penelitian dan untuk mengetahui sampai kemana ilmu yang

berhubungan dengan penelitian telah berkembang, sampai kemana

terdapat kesimpulan dan degeneralisasi yang pernah dibuat. Cara yang

dilakukan dengan mencari data-data pendukung ( data sekunder ) pada

berbagai literatur baik berupa buku-buku, dokumen-dokumen, makalah-

makalah hasil penelitian, serta bahan-bahan referensi lainnya yang

berkaitan dengan penelitian.

Page 55: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

F. Instrumen Penelitian

Arikunto ( 2006 : 160 ) instrumen penelitian adalah alat yang

digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih

mudah dan hasilnya lebih baik. Instrumen penelitian adalah sebuah alat bantu

untuk memperoleh data dalam penelitian. Instrumen penelitian merupakan

salah satu unsur penelitian yang sangat penting karena berfungsi sebagai

sarana pengumpulan data yang banyak menentukan keberhasilan suatu

peneliti. Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri, oleh karena itu peneliti

sebagai instrumen juga harus divalidasi sejauh mana peneliti siap melakukan

penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan.

Dalam proses pengumpulan data instrumen penelitian yang disediakan

berupa :

1. Lembar Observasi

Instrumen ( alat ukur ) yang digunakan pada teknik observasi yaitu berupa

lembar observasi ( pedoman observasi ). Lembar observasi adalah daftar

kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan.

2. Pedoman Wawancara

Pedoman adalah panduan, petunjuk atau acuan. Sedangkan wawancara

adalah percakapan yang berupa tanya jawab yang dilakukan oleh

narasumber dan peneliti yang terdiri dari dua orang bahkan lebih dan

dalam waktu yang telah ditentukan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

pedoman wawncara yakni panduan dalam melakukan kegiatan wawancara

yang terstruktur dan telah ditetapkan oleh pewawancara dalam

mengumpulkan data-data penelitiian baik itu tugas akhir, skripsi dan lain

Page 56: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

sebagainya. Pedoman wawancara terdiri dari sejumlah pertanyaan tertulis

yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden/informan.

3. Dokumentasi

Secara umum dokumentasi adalah aktifitas atau proses sistematis dalam

melakukan pengumpulan, pencarian, penyelidikan, pemakaian dan

penyediaan dokumen untuk mendapatkan keterangan, penerangan

pengetahuan dan bukti serta menyebarkannya kepada pengguna. Ada juga

yang mendefinisikan dokumen sebagai aktivitas atau proses penyediaan

dokumen-dokumen dengan menggunakan bukti yang akurat berdasarkan

pencatatan sebagai sumber informasi.

G. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, pengumpulan data peneliti menggunakan data

teknik sebagai penggalian data, diantaranya dalam bentuk:

1. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah proses pengambilan data dalam

penelitian ini dimana penliti atau pengamat melihat situasi penelitian.

Teknik ini digunakan untuk mengamati dari dekat dalam upaya mencari

dan menggali data melalui pengamatan secara langsung dan mendalam

terhdap objek yang diteliti. Menurut James dan Dean dalam Paizaluddin

dan Ermalinda(2013:113), obervasi adalah mengamati (watching) dan

mendengar (listening) prilaku seseorang selama beberapa waktu tanpa

melakukan manipulasi atau pengendalian.

Namun yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisifasi

pasif, moderat dan aktif yang penjelasanya adalah sebagai berikut:

Page 57: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

a. observasi partisipasi pasif, peneliti datang dilokasi penelitian tetapi

tidak ikut terlibat dalam kegiatan yang dilaksanakan di lokasi hanya

melakukan pengamatan dari jauh.

b. Observasi partisipasi moderat, dalam observasi ini peneliti dalam

mengumpulkan data ikut observasi partisipatif dalam beberapa

kegiatan, tetapi tidak semuanya.

c. Observasi partisipasi aktif, dalam observasi ini peneliti ikut

melaksanakan apa yang dilakukan oleh informan penelitian, tetapi

belum sepenuhnya lengkap.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara

(interviewee) yang memberikan atas pertanyaan itu.

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data oleh

peneliti untuk menentukan permasalahan yang lebih mendalam dari

responden. Teknik wawancara yang dilakukan peneliti ada 2 yaitu

wawancara tidak terstruktur dan wawancara terstruktur.

a. Wawancara tidak terstruktur

Wawancara tidak terstruktur digunakan dalam penelitian

pendahuluan untuk mendapatkan informasi awal tentang berbagai isu

atau permasalahan terhadap apa yang akan diteliti. Wawancara tidak

terstruktur maksudnya adalah wawancara yang bebas dimana peneliti

Page 58: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

tidak memiliki pedoman wawancara yang telah tersusun secara

lengkap.

b. Wawancara terstruktur

Wawancara terstruktur digunakan untuk mendapatkan

gambaran permasalahan yang lebih lengkap. Beberapa ciri dari

wawancara terstruktur meliputi daftar pertanyaan dan kategori

jawaban yang telah disiapkan, kecepatan wawancara terkendali dan

tidak ada fleksibilitas.

Peneliti melakukan wawancara terhadap mahasiswa baru

mengenai regenerasi bullying yang dilakukan oleh para senior. Mula-

mula peneliti memperkenalkan diri serta menyampaikan maksud dan

tujuan melaksanakan penelitian dengan bahsa yang mudah dipahami.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu pengumpulan data dengan

menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen

tertulis, gambar, maupun elektronik. Dokumentasi adalah sebuah cara

yang dilakukan untuk menyediakan bukti yang akurat dari pencatatan dari

sumber-sumber informasi khusus.

Penggunaan dokumentasi ini didasarkan atas:

a. Dokumentasi dan rekaman merupakan sumber informasi yang stabil,

akurat, dan dapat dianalisis kembali.

b. Berguna sebagai bukti untuk suatu penguji

Page 59: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

c. Dokumentasi dan rekaman merupakan sumber informasi yang kaya,

secara kontekstual relevan dan bersandar pada konteksnya.

H. Hasil Analisis Data

Data yang diperoleh akan dianalisis secara kualitatif yang mana di

paparkan secara deskriptif. Dengan menggambarkan masalah secara jelas dan

mendalam. Karakteristik penelitian kualitatif menurut Lexi J Moleong (2017)

adalah deskripsi yang dikumpulkan berupa kata-kata gambaran bukan berupa

angka-angka.

Data yang diperoleh dilapangan kemudian diolah secara kualitatif

dengan melalui tiga tahap reduksi data, yaitu:

1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan

pada hal penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.

Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran

yang lebih jelas untuk mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data, dan mencarinya jika diperlukan.

2. Penyajian data

Setelah data diresuksi maka langkah selanjutnya adalah penyajian data.

Melalui penyajian data maka terorganisasikan, tersusun dalam pola

hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami. Dalam penelitian

kualitatif, penyajian data biasa dilakukan dalam bentuk uraian singkat,

bagan, hubungan antar kategori, flowcheart atau sejenisnya.

Page 60: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

3. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan ini dilakukan secara konduktif, kesimpulan yang

diambil kemudian diferifikasi dengan jalan meninjau ulang catatan

lapangan dan mendiskusikanya guna mendapatkan kesepakatan

intersubjektif, hingga dapat diperoleh kesimpulan yang kokoh.

I. Teknik Keabsahan Data

Pengabsahan data atau vasilitas data ini diterapkan dalam rangka

membuktikan kebenaran temuan hasil penelitian dengan kenyataan

dilapangan. Dalam pengujian keabsahan data menggunakan triangulasi yaitu

teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain.

Diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding

terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan adalah

pemeriksaan melalui sumber Iainnya.Untuk memperkuat keabsahan data,

maka peneliti mengadakan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap

data yang telah dikumpulkan. Ada empat trianggulasi yang dilakukan dalam

pengabsahan data yaitu trianggulasi sumber, trianggulasi teknik,trianggulasi

peneliti dan trianggulasi waktu.

1. Trianggulasi sumber adalah data yang diperoleh oleh beberapa sumber

dengan menggunakan cara wawancara, observasi dan dokumentasi. Data

tersebut diperoleh daribeberapa informan yang telah ditentukan, lalu data

yang diperolah peneliti kemudian diinterpretasikan ke setiap bab.

Kemudian peneliti menyimpulkan dari berbagai hasil yang telah diperoleh

dari beberapa informan tersebut. Wawancara yang dilakukan peneliti

adalah wawancara dari sumber pertama sampai sumber selanjutnya.

Page 61: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

2. Trianggulasi teknik adalah penelitimenggunakan teknik yang berbeda-beda

dengan sumber yang sama. yaitu awalnya mcnggunakan teknik wawancara

kemudian peneliti menggunakan teknik observasi kepada sumber yang

sama. Dan peneliti juga menggunakan teknik dukumemasi kepada sumber

yang sama. Hal ini untuk lebih memudahkan peneliti mendapatkan basil

yang akurat dan terpercaya.

3. Trianggulasi peneliti adalah peneliti melihat atau memeriksa kembali hasil

data yang telah didapatkan atau diperoleh di lapangan dengan cara

mencocokkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi yang telah

didapatkan dari beberapa sumber yang terkait dalam masalah yang

diangkat oleh peneliti. Dengan melakukan cara seperti itu maka hasil yang

diperoleh peneliti dapat lebih dipercaya.

4. Trianggulasi waktu adalah data yang telah dikumpulkan dengan cara

memveriflkasi kembali data melalui informasi yang sama pada waktu yang

berbeda. Peneliti. menggunakan wawancara dengan waktu yang berbeda

dengan sumber lainnya, dengan mendapatkan hasil tersebut dilakukan

dengan waktu beberapa minggu untuk merangkum semua hasil yang telah

didapatkanoleh peneliti, baik itu hasil wawancara, observasi dan

dokumentasi

Page 62: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

BAB IV

GAMBARAN HISTORIS LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Lokasi Penelitian

Desa Latawe merupakan desa yang terletak disebelah utara Kabupaten

Muna Barat, karena lokasinya yang berada di sepanjang pesisir pantai utara

Kabupaten Muna Barat menjadikan masyarakat Desa Latawe mayoritas

bekerja sebagai nelayan

Desa Latawe memiliki keindahan tersendiri di banding desa-desa

lainnya di kecamatan Napanokusambi, karena wilayahnya yang strategis

berada di pesisir pantai utara Pulau Muna. Laut yang biru dan pemandangan-

pemandangan lalu lintas perahu-perahu nelayan yang melalu lalang menjadi

keindahan tersendiri.

B. Keadaan Geografis

1. Letak Geogafis Kecamatan Napano Kusambi

Desa Latawe merupakan wilayah yang berada di kecamatan

napanokusambi. Kecamatan Napanokusambi merupakan sebuah

kecamatan baru hasil pemekaran dari kecamatan Napabalano dan

kecamatan Kusambi, sehingga lahirlah nama Kecamatan Napano

Kusambi. Kecamatan Napano Kusambi terletak di bagian utara pulau

muna barat. Secara geografis, Napano Kusambi terletak di bagian selatan

garis khatulistiwa. Memanjang dari utara keselatan di antara 4o38 – 4o46

Lintang selatan dan membentang dari barat ke timur di antara 122.35o -

122.39o Bujur Timur.

48

Page 63: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

Batas wilayah administrasi kecamatan Napano Kusambi sebagai berikut :

- Sebelah utara berbatasan dengan dengan selat tiworo

- Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan napabalano

- Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan kusambi

- Sebelah utara berbatasan dengan selat tiworo

Luas daratan kecamatan Napano Kusambi yaitu sekitar 77,19 KM2 yang

terletak di bagian utara Pulau Muna Barat. Kecamatan Napano Kusambi

terdiri atas 6 desa yaitu Masara, Lahaji, Umba, Kombikuno, Tangkumaho

dan Latawe.

2. Letak Geografis Desa Latawe

Luas wilayah Desa Latawe adalah 13,14 Km2. Batas-batas Desa

Latawe , dibagian barat berbatasan dengan selat tiworo, sebelah timur

berbatasan dengan Desa Tangkumaho, sebelah selatan berbatasan dengan

Desa Kombikuno dan sebelah utara berhadapan dengan selat tiworo.

Letak Desa Latawe yang berpusat pada daerah pesisir pantai

menyebabkan pemukiman yang tergolong padat. Hal ini di karenakan

masyarakat pesisir Desa Latawe yang mayoritas bekerja sebagai nelayan

lebih senang membangun pemukiman di sepanjang garis pantai, agar lebih

dekat dengan laut yang notabennya menjadi ladang rezeki bagi

masyarakat. Pemukiman yang berputas pada garis pantai tentu memiliki

beberapa potensi yang juga membahayakan bagi masyarakat, misalnya

saat musim angin tiba, tentu berdampak pada ketinggian gelombang air

laut yang juga mengancam pemukiman masyarakat.

Page 64: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

3. Keadaan Iklim

Desa Latawe pada umumnya beriklim tropis dengan suhu antara

rata-rata antara 25`C - 27`C. Seperti halnya daerah lain di Kabupaten

Muna Barat pada bulan November sampai juni angin telah bertiup dari

benua asia dan samudra pasifik mengandung banyak uang air yang

menyebabkan terjadinya hujan di sebagian besar wilayah Indonesia

termasuk Desa Latawe. Sedangkan musim kemarau terjadi antara bulan

Juli dan Oktober, dimana pada bulan ini angin bertiup dari benua Australia

yang sifatnya kering dan sedikit mengandung uap air.

C. Keadaan Penduduk

1. Jumlah Penduduk

Jika kita melihat data statistic jumlah penduduk Desa Latawe di

bandingkan dengan desa-desa lain yang ada di kecamatan napanokusambi,

jumlah penduduk desa latawe merupakan jumlah penduduk terbanyak.

Table 4.1 Klasifikasi jumlah penduduk Desa Latawe berdasarkan jenis

kelamin.

Penduduk / Populasi

NO Desa Laki-laki Perempuan Rumah Tangga/

KK

Jumlah

1 Latawe 762 729 279 1491

Sumber: Data Proyeksi Penduduk 2017

2. Jenis Pekerjaan

Masyarakat Desa Latawe merupakan masyarakat yang cukup

heterogen jenis pekerjaannya, namun berdasarkan letak geografis yang

Page 65: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

berada di daerah pesisir tentu juga berpengaruh terhadap jenis pekerjaan

masyarakat. Alhasil masyarakat Desa Latawe mayoritas bekerja di sektor

kelautan yakni menjadi seorang nelaayan.

Tabel 4.2 Klasifikasi jenis pekerjaan masyarakat Desa Latawe.

No Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Nelayan 196 3 199

2 Petani 63 7 70

3 Pedagang Keliling 0 3 3

4 Buruh Tani 3 3 6

5 Peternak 1 1 2

6 Pegawai Negeri Sipil

3 2 5

258

Sumber : Prodeskel

Jenis pekerjaan masyarakat yang mayoritas sebagai nelayan tentu juga

berpengaruh terhdap pendidikan anak-anak. Masyarakat nelayan dalam

mengerjakan pekerjaan selalu melibatkan anak-anak mereka. Banyak

anak-anak yang harus membantu orang tuanya saat ada waktu libur atau

pada saat sore hari. Hal ini sedikit demi sedikit menghambat waktu anak

untuk fokus sekolah.

3. Sarana dan Prasarana Desa Latawe

Desa Latawe merupakan sebuah desa yang cukup padat

penduduknya, selain itu wilayahnya yang terletak di daerah pesisir pantai

tentu saja menjadikan sulitnya akses air bersih. Air bersih yang di alirkan

dari daerah ketinggian ke daerah pesisir tentu membuat semakin berharga

Page 66: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

air bersih sehingga berdampak pada biaya pengeluaran masyarakat pesisir

akan air bersih cukup besar. Terlihat dari jumlah sumur gali yang hanya

berjumlah 16 dan 6 buah tangki air. Kesulitan air memang sering terjadi di

daerah Desa Latawe, apalagi di saat adanya gangguan pada mesin air

ataupun kebocoran pipa yang tentu membuat masyarakat harus menunggu

perbaikan.

Fasilitas kesehatan masyarakat Desa Latawe masih bergantung

pada Puskesmas yang ada di desa lain, karena belum adanya puskesmas

yang ada di Desa Latawe. Sedangkan fasilitas pendidikan sudah cukup

baik, dari bbrpa jenjang pendidikan hanya SMA yang belum ada di Desa

Latawe. Pelajar-pelajar di Desa Latawe jika melanjutkan Sekolah

menengah harus menyebrang di desa lain yang berjarak 8-15 Km.

Page 67: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAHAN DESA LATAWE

KEPALA DESA Daerah, S.Pd

KAUR UMUM Patahangi

SEKRTARIS DESA Jalil Aswak

KASI PEMERINTAHAN La Ode Habili

KASI PELAYANAN Tayeb

KAUR KEUANGAN Asma, S.Pd

KEPALA DUSUN II La Ode Tutu

KEPALA DUSUN I Tarring

Page 68: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

D. Keadaan Pendidikan

Pendidikan merupakan modal berharga bagi anak-anak untuk meraih

masa depannya, sehingga orang tua sepatutnya membekali anak-anaknya

untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya. Selain untuk merubah masa depan

pendidikan juga menjadi wadah untuk meningkankan status sosial

masyarakat. Alangkah bahagianya jikalau seorang anak pesisir yang

notabennya merupakan daerah terpencil bisa sukses dan mengangkat derajat

orang tuanya.

Keadaan pendidikan masyarakat Desa Latawe tergolong baik dari segi

infrastruktur, hal ini di karenakan jenjang pendidikan yang sudah ada dan

hampir semua tersedia di desa. Hanya jenjang Sekolah menegah atas yang

masih agak jauh dari Desa Latawe. Kualitas pendidikan masyarakat pada

umumnya masih minim, terbukti banyaknya orang-orang tua yang pendidikan

masih rendah, misalnya tidak tamat sekolah bahkan tidak pernah sama

sekolah merasakan pendidikan. Hal ini tentu juga dapat berpengaruh terhadap

perhatian orang tua akan pendidikan anak-anaknya. Masih terdapat orang-

orang tua yang tidak memberikan dukungan penuh untuk menfasil;itasi

anaknya untuk bersekolah. Entah karena factor ekonomi, factor minat anak

yang kurang bahkan diakibatkan karena orang tua yang sama sekolai kurang

memotivasi anak.

Page 69: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

Tabel 4.3 Tingkatan pendidikan masyarakat Desa Latawe berdasarkan usia :

NO Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Usia 3-6 tahun yang belum masuk TK 36 21 57

2 Usia 7 – 18 tahun yang tidak pernah

sekolah

63 65 128

3 Usia 18 – 56 tahun yang tidak pernah

sekolah

89 70 159

4 Tamat SD / Sederajat 53 55 108

5 Usia 18-56 yang tidak tamat SLTA 43 47 90

6 Tamat SMA / Sederajat 42 57 99

7 Tamat S1 / Sederajat 11 5 16

8 Usia 3-6 tahun yang sedang TK/Play

Group

23 31 54

9 Usia 7-18 tahun yang sedang sekolah 164 161 325

10 Usia 18-56 tahun pernah SD tetapi tidak

tamat

53 57 110

11 Usia 12-56 tahun tidak tmat SLTP 30 40 70

12 Tamat SMP/Sederajat 45 48 93

13 Tamat D1/Sederajat 0 2 2

14 Tamat S2 / Sederajat 0 1 1

Prodeskel 2014

Dari data diatas terlihat bahwa pada usia sekolah masih banyak

anak-anak yang tidak bersekolah bahkan berhenti sekolah. Padahal jika

melihat fasilitas pendidikan di Desa Latawe yang sudah dapat dikatakan

baik, tentu hanya niat saja yang dibutuhkan serta dukungan orang tua

untuk berpartisipasi dalam pendidikan di sekolah. Problem ini tentu

menjadi menarik untuk kita lihat, bahwa apakah masyarakat Desa Latawe

benar-benar merespon baik pendidikan itu atau malah tidak. Tentu

problem ini sedikit demi sedikit dapat terjawab.

Page 70: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

Setelah diatas membahas tentang tingkat pendidikan masyarakat

berdasarkan usia, maka kita jugaa akaan melihat sejauh mana

pembangunan fasilitas pendidikan yang ada di Desa Latawe.

Tabel 4.4 Jumlah sekolah, guru dan siswa yang ada di Desa Latawe :

NO Jenjang sekolah Sekolah Guru Siswa

1 TK 2 10 37

2 SD 1 12 249

3 SMP 1 15 170

4 SMA - - -

Jumlah 4 37 356

BPS 2017

Page 71: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Masyarakat pesisir merupakan masyarakat yang mendiami wilayah

garis pantai dan bermukin di sekitaran pantai. Masyarakat pesisir yang selalu

berpusat dan membuat pemukiman di sekitaran garis pantai tentu menarik

untuk kita kaji. Masyarakat pesisir yang selalu identik dengan ketertingglan,

keterbelakangan dan keterbatasan sumber daya manusia. Terkhusus di Desa

Latawe berbicara tentang fasilitas pendidikan sudah dapat dikatakan baik,

hanya saja yang menjadi problem ialah masih banyak anak-anak yang putus

sekolah dan tidak bersekolah sama sekali. Di tengah fasilitas yang sudah ada

tentu menjadi anomaly jika masyarakat tidak berpartisipasi aktif di dalam

dunia pendidikna.

Hal menarik yang tentu harus kita cari tau ialah sejauh mana upaya

orang tua dalam mendukung dan memotivas anak-anaknya untuk menuntut

ilmu. Kualitas pendidikan masyarakat tentu juga berpengaruh terhadap setiap

keputusannya apakah akan menfasilitasi anaknya untuk bersekolah atau

masalh mengajak anak-anaknya untuk terjun menjadi seorang nelayan seperti

mereka. Menjadi seorang nelayan terkhusus di Desa Latawe memang

membutuhkan 2-3 orang tenaga agar efektif dalam menangkap ikan, sehingga

bnyak orang tua yang mengajak anak-anaknya melaut untuk memenuhi

kebutuhan mereka sehari-hari. Hal ini sedikit demi sedikit akan berpengaruh

terhadap pendidikan anak. Waktu yang bisa mereka gunakan untuk belajar

juga terpakai untuk membantu orang tuanya.

57

Page 72: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

Berdasarkan problem di atas maka peneliti akan memecahkan dan menggali

informasi tentang bagaimana sebenarnya respon masyarakat terhadap dunia

pendidikan.

1. Respon Masyarakat Pesisir terhadap Pendidikan

Masyarakat pesisir Desa Latawe merupakan masyarakat yang

mayoritas suku bajo. Suku yang tentu di kenal dengan keahlian dalam

memanfaatkan laut sebagai sumber kehidupan. Masyarakat suku bajo

merupakan masyarakat yang sebagian hidupnya di laut. Bagaimana di

dalam sehari masyarakat suku bajo tak pernah absen untuk menangkap

ikan dan dijual untuk kebutuhan sehari-hari. Kesibukan masyarakat pesisir

Desa Latawe dalam melaksanakan aktifitasnya di laut bukan berarti

membuat mereka sibuk dalam memikirkan masa depan anak-anaknya.

Banyak masyarakat pesisir Desa Latawe yang masih peduli terhadap

pendidikan anak-anaknya. Tetapi banyak juga masyarakat yang tidak

peduli terhadap pendidikan anaknya, terlihat dari tidak adanya penekanan

kepada anak saat anak akan berhenti sekolah.

a. Pandangan Masyarakat Pesisir tentang Pendidikan

Definisi pendidikan juga dapat kita lihat pada berbagai literatur

dan gagasan yang disampaikan oleh banyak ahli. Misalnya Ki Hajar

Dewantara (1889 – 1959) mempunyai pendapat mengenai definisi

pendidikan. Menurut Bapak Pendidikan Nasional Indonesia ini

pendidikan adalah “Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk

memajukan budi pekerti ( karakter, kekuatan bathin), pikiran (intellect)

dan jasmani anak-anak selaras dengan alam dan masyarakatnya”.

Page 73: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

Istilah Pendidikan berkenaan dengan fungsi yang luas dari

pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat terutama

membawa warga masyarakat yang baru (generasi baru) bagi penuaian

kewajiban dan tanggung jawabnya di dalam masyarakat. Gagasan ini

dikemukakan oleh Prof. Richey dalam bukunya „Planning for teaching,

an Introduction to Education‟.

Masyarakat pesisir merupakan masyarakat yang belum

sepenuhnya baik dalam segi pendidikannya, sebab dahulu banyak

masyarakat yang tidak tersentuh pendidikan. Adapun yang sempat

bersekolah hanya sebatas sekolah dasar, bahkan tak lulus sekolah dasar.

Hal ini tentu berdampak pada jenis pekerjaan yang di geluti, akibat

minimnya pendidikan masyarakat pesisir menyebabkan mereka harus

memilih pekerjaan yang tidak membutuhkan jalur akademik misalnya

menjadi seorang nelayan dan petani.

Dalam observasi yang dilakukan bahwa masyarakat sedikit demi

sedikit sudah sadar bahwa keputusan mereka yang tidak bersekolah

tentu berimbas pada kehidupan mereka. Keinginan masyarakat untuk

menyekolahkan anaknya tentu terkadang juga di perhadapkan dengan

permasalahan lain yang dapat mnghambat keinginan mereka,

permasalahan itu akibat faktor ekonomi, motivasi anak yang rendah

untuk bersekolah bahkan akibat pengaruh lingkungan yang kurang

mendukung.

Peneliti berusaha untuk melihat sejauh mana masyarakat

memahami pendidikan itu, sejauh mana masyarakat menafsirkan

Page 74: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

pendidikan dan bagaimana mereka merespon pendidikan itu. Seperti

kutipan wawancara yang pernah peneliti lakukan kepada salah satu

masyarakat Desa Latawe yakni Bpk Nursang, dimana peneliti menggali

informasi tentang apa sebananrnya yang mereka pahami tentang

pendidikan itu sejauh mana mereka memaknai pendidikan itu. Beliau

menyatakan bahwa :

“Pendidikan itu selalu identik dengan sekolah, dan dalam kehidupan pendidikan itu sangat penting, bagi saya hidup tanpa pendidikan itu akan terasa sia-sia. Saya harap anak-anak nanti bisa sekolah tinggi, supaya bisa mereka dapat cita-citanya. (Wawancara 21 Agustus 2019 )

Dari pernyataan bapak Nursang bahwa pada umumnya

pendidikan bagi dia merupakan sesuatu yang amat urgen, di mana

pendidikan haruslah kita enyam sebagai bekal agar kehidupan akan

lebih terasa dan tak terdapat kesia-siaan.

Sedangkan menurut Bpk. Yustinus tentang argumennya tentang

pendidikan ;

“ Pendidikan yang sa pahami itu adalah tempat kita di didik dan

juga ada aturan-aturan yang harus kita patuhi dengan aturan itu mi yang bikin kita disiplin. Kita jadi rajin, pintar, dan kalau kita sekolah tinggi pasti bagus kehidupan” ( Wawancara 22 Juli 2019 ) Menurut Bpk Musnading saat peneliti mewawancarai beliau di

teras rumahnya tentang pandangannya mengenai pendidikan.

“Pendidikan itu sekolah. Tempat anak-anak belajar supaya mereka bisa membaca, menghitung. kalau anak-anak sekolah kan bagus juga di lihat apalagi kalau sudah selesai sekolah baru adami dia kerja. ( Wawancara 22 Juli 2019 )

Page 75: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

Dari beberapa pernyataan dari informan di nyatakan bahwa

pada dasarnya masyarakat pesisir cukup memahami makna

pendidikan, pendidikan bagi mereka merupakan sebuah jembatan dan

bekal agar anak-anak bisa meraih apa yang mereka cita-citakan.

Masyarakat pada dasarnya memahami arti penting pendidikan itu,

dimana dari pernyataan di atas terlihat bahwa masyarakat pesisir tidak

ada yang merasa terbebani dengan pendidikan. Masyarakat pesisir

malah antusias untuk memberikan pendidikan pada anak-anaknya. Hal

ini tentu merupakan sinyal positif bagi masyarakat besar harapan

peneliti untuk melihat masyarakat pesisir dipenuhi sarjana-sarjana dan

cendekiawan yang bisa membangun desa dan berguna bagi masyarakat

banyak.

b. Pentingnya Pendidikan bagi Anak-anak Pesisir

Masyarakat pesisir dapat di definisikan sebagai masyarakat

yang tinggal dan melakukan aktifitas social ekonomi yang terkait

dengan sumber daya wilayah pesisir dan lautan . secara sederhana

bahwa masyarakat pesisir merupakan masyarakat yang

menggantungkan hidupnya pada pemanfaatan sumber daya laut.

Beberapa pekerjaan yang sering dilakukan oleh masyarakat pesisir

adalah menjadi seorang nelayan.

Menjadi seorang nelayan tentu bukanlah pekerjaan yang hanya

dapat dikerjaan sendirian, perlunya tenaga tambahan membuat para

nelayan terkadang melibatkan anak-anaknya dalam menagkap ikan.

Pekerjaan sebagai nelayan yang dilakukan masyarakat pesisir antara

Page 76: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

pukul 4 pagi hingga pukul 8 pagi, kemudian pukul 5 sore sampai pukul

10 malam. Kegiatan ini sedikit demi sedikita dapat berpengaruh

kepada waktu anak untuk belajar. Kebanyakan para nelayan

melibatkan anak-anaknya pada waktu sore hari agar pagi anak-anak

bisa bersekolah.

Masyarakat pesisir terkhusus nelayan sebagian masih

memikirkan pendidikan anak-anaknya, dimana masih banyak orang tua

yang masih peduli bahwa pendidikan itu tetap harus menjadi prioritas

bagi anak-anaknya. Bukan hanya itu terdapat juga tipikal masyarakat

yang acuh terhadap pendidikana anak-anak. Terlihat masih maraknya

siswa-siswa yang berhenti sekolah dan terjun menjadi seorang nelayan.

Kutipan wawancara dibawah ini sedikit menggambarkan

tentang pandangan masyarakat tentang ugensi pendidikan itu bagi

anak-anak pesisir.

Hasil wawancara dengan pak Nursang tentsng seberapa

penting pendidikan bagi anak-anak dimana beliau menjawab :

“ Pendidikan itu sangat perlu buat anak karena dengan

pendidikan mereka bisa berilmu dan meraih cita-citanya. Saya juga tidak mau kalau anak-anak nantinya jadi nelayan seperti saya. Bagus sekali juga dirasa kalau saarjana itu anak-anak jadi biar mereka mudah cari kerja” (Wawancara 21 Agustus 2019)

Pak Nursang hanyalah seorang tamatan SD, beliau berhenti di

karenakan telah menjadi tulang punggung keluarga bersama bapak dan

saudara laki-laki lainnya untuk membiayai saudara-saudaranya yang

berjumlah 9 orang. Tentu penyesalan ada didalam dirinya. Oleh sebab

Page 77: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

itulah ia berujar bahwa ia sangat ingin melihat anak-anaknya kelak`

menjadi seorang sarjana.

Kutipan wawancara dengan Bpk Awaludin tentang pentingnya

pendidikan bagi anak-anak, dimana beliau berpendapat bahwa :

“Sekolah itu sangatlah penting sekali untuk anak-anak, karena kita orang tua tidak ada sekolahnya kita kasian. Jadi harus anak-anak ada yang sekolah supaya bagus kehidupannya, nda kaya kita ini. Tangkap iakn juga sudah setengah mati bela” (Wawancara 24 Agustus 2019 )

Senada dengan pernyataan sebelumnya, menurut Bpk Dergam bahwa :

“Anak-anak harus di kasi sekolah karena kalau mereka tidak sekolah mau jadi apa dia kalau besar. Anak-anak saya 2 orang sa kasi sekolah di pesantren supaya mereka dapat ilmu agama juga. Bangga juga kita orang tua kalau ada anak yang hafal Al-quran. Kan kalau dia sekolah di pesantren juga dia dapat pelajaran sekolah dia dapat juga ilmu agama. Kita kasian orang tua tinggal berusaha saja mudah-mudahan mi ada rejeki baru bisa mereka selesaikan kuliah nanti” ( Wawancara 24 Agustus 2019 )

Dari hasil wawancara diatas bahwa pada dasarnya masyarakat

pesisir memandang bahwa pendidikan sangatlah penting bagi anak-

anak, karena pendidikan adalah ibarat jembatan yang bisa mereka lalui

untuk meraih apa yang anak-anak cita-citakan. Masyarakat pesisir juga

sangat berharap besar untuk anak-anaknya tidak mengikuti jejak mereka

yang tidak bersekolah. menggapai cita-citanya.

Itulah sedikit gambaran tentang realitas yang terjadi dalam

masyarakat pesisir. Seorang anak yang berhenti sekolah otomatis akan

menjadi seorang nelayan. Memang terkesan miris tetapi itu adalah

konsekuensi yang harus di jalani saat seorang anak memutuskan untuk

berhenti bersekolah.

Page 78: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

c. Keadaan Infrastruktur Sekolah di Desa Latawe

Kualitas infrastruktur pendidikan merupakan aspek utama dalam

mendukung pelaksanaan pendidikan yang baik dan berkualitas. Kualitas

infrastruktur yang baik akan menunjang pelaksanaan pendidikan yang

maksimal. Infrastruktur pendidikan inilah yang nantinya akan berperan

untuk menfasilitasi pelaksanaan kegiatan pendidikan. Fasilitas

pendidikan inalah yang akan di manfaatkan oleh siswa dalam

melaksanakan pembelajaran sehingga tujuan yang akan dicapai akan

terlaksanan dengan baik dan juga di dukung oleh kurikulum yang ada.

Namun sebaliknya jika kualitas infrastruktur pendidikan yang

buruk akan menjadi kendala utama dalam proses kegiatan pendidikan di

Indonesia selama ini. Kurangnya sarana prasarana pendidikan yang

tidak dapat menjangkau semua daerah di Indonesia tentu akan

memperburuk kondisi pendidikan di Indonesia, terutama di daerah luar

jawa dan daerah Indonesia timur.

Wilayah peesisir merupakan wilayah yang selalu di identikkan

dengan daerah terpencil, wilayah yang terkadang tak terjangkau oleh

pemerintah pusat perihal pembangunan utamanya pendidikan. Apatah

lagi wailayah-wilayah pesisir di pulau-pulau terpencil. Desa Latawe

menjadi salah satu wilayah pesisir yang agak baik fasilitassnya sesuai

dengan penuturan beberapa masyarakat yang ada di Desa Latawe,

melalui kegiatan wawncara dengan salah satu masyarakat pesisir Desa

Latawe Bpk Nursang , demikian petikan wawncara dengan Bpk

Nursang :

Page 79: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

“ Infrastruktur pendidikan di Desa Latawe sudah cukup bagus,

adaji semua skolah di Latawe mulai TK, SD sama SMP. Baru anak-anak juga kalau ke sekolah bisa jalan kaki karena nda jauh. Kan SD sama SMP berdekatan jadi bisa mereka sama-sama pergi. Tapi kalau ini anak-anak sudah masuk SMA, harus mereka di usahakan beli motor karena SMA itu jauh sekitar 8-15 KM” ( Wawancara 24 Agustus 2019 )

Sejalan dengan penuturan Bpk Dodi bahwa

“Sekolah-sekolah di Latawe sini kalau dari segi fasilitasnya bagusmi, apalagi nda jauh ji juga dari rumah, hanya jalan-jalan saja anak-anak. Itu SMP juga saya dengar di renovasi lagi bagian atapnya. Mudah-mudahanmi tambah nyama anak-anak belajar. Tapi saya juga tidak bisa kasi sekolah semua anak-anak karna harus ada yang bantu saya kerja di laut untuk biayai sekolah anak-anak yang lain” ( Wawancara 24 Agustus 2019 ) Dari beberapa statemen yang di kumpulkan dari beberapa

informan terlihat bahwa masyarakat senang dengan kualitas

infrastruktur sekolah yang ada di desa. Namun yang menurut mereka

menjadi problem ialah bahwa masih banyak anak-anak yang masih

bermalas-malasan untuk menuntut ilmu bahkan lebih senang untuk

membantu orang tuanya melaut ketimbang harus bersekolah.

Infrastruktur yang baik bukanlah jaminan untuk anak-anak bisa

bersekolah dengan baik, banyak anak-anak saat memasuki jenjang SMP

mereka harus berhenti karena sudah merasa bahwa dengan melaut

mereka sudah bisa mendapatkan penghasilan. Jadi tak perlu sekolah

untuk mendapatkan uang, padahal pemikiran dangkal yang seperti

inilah yang membuat masa depan anak-anak pesisir menjadi suram.

Disini tentu perlunya peran orang tua dalam memotivasi anak-anak,

Page 80: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

bukan malah menerima saja keputusan anak-anak jikalau mereka

memilih untuk berhenti untuk bersekolah.

2. Partisipasi Masyarakat Pesisir terhadap Pendidikan

Partisipasi masyarakat merupakan wujud kepedulian masyarakat

terhadap sesuatu dan akan memberikan bentuk perubahan-perubahan,

menurut Mulyasa ( 2014:194) bahwa partisipasi masyarakat mengacu

pada adanya keikut sertaan secara nyata dalam sesuatu kegiatan, bisa

berupa gagasan, kritik membangun, dukungan dan pelaksanaan

pendidikan.

Beberapa perananan yang bisa di jalankan masyarakat pesisir

dalam proses kegiatan pendidikan dapat berupa menjaga dan mendukung

keberadaan fasilitas sekolah yang ada di desa, memotivasi dan

mendukung anak-anak untuk menuntut ilmu disekolah dan juga

bekerjasama dengan baik dengan pihak sekolah agar terjalin relasi antara

sekolah dan orang-orang tua siswa. Kemudian membantu sekolah

menurunkan angka siswa putus sekolah yang tentu saja menjadi salah satu

problem bagi dunia pendidikan.

Masyarakat pesisir Desa Latawe jika melihat antusiasmenya

dalam berpendidikan dapat di katakana kurang. Hal ini terlihat dari

beberapa informan yang tidak menfasilitasi anak-anaknya untuk

melanjutkan studinya. Hal ini tentu menjadi misteri apakah problem ini

lahir dari tidak adanya dukungan orang tua, permasalahan ekonomi,

motivasi anak yang rendah dan factor-faktor lainnya.

Page 81: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

Petikan wawancara dengan Bpk Yustinus mengenai keadaan

pendidikan keluarganya :

“ Saya punya 7 orang anak dan yang sekolah Cuma 1 orang

sekarang sudah SMP. 6 orang anak berhenti sekolah. Ada yang kelur sekolah waktu SMP, ada juga waktu SD berhenti. Anak yang sekolah tinggal perempuan saja 1 orang sekarang sudah SMP, mudah-mudahan dia nda keluar. Saya tidak kasi sekolah karna selain karna masalah ekonomi baru mereka juga memang tidak mau sekolah. 3 orang saya punya anak laki-laki lebih senang disuruh pergi melaut dari pada sekolah. Apalagi saya orangnya tidak bisa melaut jadi anak-anakmi yang tangkap ikan baru dijual sama mamanya” ( Wawancara 22 Agustus 2019 )

Orang tua tidak sepenuhnya tidak mendukung anak-anaknya untuk

bersekolah, melainkan ada faktor lain yang berasal dari anak itu sendiri

untuk berhenti. Permasalahan ekonomi juga tentu tidak bisa di pungkiri di

mana masyarakat seolah hanya mampu menbiayai anak 1-2 orang saja.

Seperti ungkapan pak Yustinus yang berencana jikalau anak

perempuannya benar-benar ingin melanjutkan studi ke perguruan tinggi,

ia akan berusaha untuk menfasilitasi.

“ Anak ada 5 orang, 3 orang sekolah 1 orang baru mau masuk

TK dan 1 orang putus sekolah anak pertama. Anak yang pertama keluar sekolah waktu dia SMP, dia keluar karna tidak ada keinginan mau sekolah. Jadi dia mi yang bantu kasian saya ini tangkap ikan setiap hari, dia mi juga yang bantu saya ini kasi sekolah adik-adiknya. Alhamdulillah adiknya sudah ada mau kuliah tahun depan. Kalau tidak ada kasian dia ini bantu saya setengah mati saya kerja “

( Wawancara 24 Agustus 2019 ) Anak-anak pesisir yang berhenti sekolah sebagian besar bekerja

sebagai nelayan membantu orang tua dalam menopang ekonomi keluarga.

Banyak masyarakat pesisir yang kemudian mengajarkan anaknya menjadi

Page 82: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

seorang nelayan agar pada saat berhenti sekolah mereka bisa bekerja

meskipun hanya sebatas nelayan.

Hasil wawancara dengan Bpk Nursang yang sangat bersemangat

untuk menyekolahkan anaknya :

“Jumlah anak ada 4 orang, Alhamdulillah 3 orang sekolah semua.

1 orang masih 4 tahun. Saya kasi sekolah mereka supaya bisa berguna untuk orang tuanya untuk orang lain juga. Saya harap juga mereka bisa sekolah tinggi-tinggi sampai sarjana. Kan untuk kebaikannya juga ini di kasi sekolah. Setidaknya adami sekolahnya mereka dulu kalau mau jadi apa nanti mereka biar mereka sendiri yang tentukan. Jadi kalau waktu-waktunya mereka nda sekolah, biasa sore-sore saya biasa bawa mereka ke laut bantu-bantu saya, jarring ikan, pasang serong juga. Yang penting sekolahnya mereka nda terganggu” ( Wawancara 21 Agustus 2019 ) Masyarakat pesisir tidak sepenuhnya berfikir sempit tentang masa

depan anak-anaknya. Ada juga sebagian yang memiliki sikap visioner

seperti pak Nursang yang bersedia menfasilitasi anak-anaknya untuk

menuntut ilmu setinggi-tingginya selagi anak-anaknya mau untuk

bersekolah. Tentu pemikiran-pemikiran seperti ini harus selalu di

tanamkan oleh masyarakat pesisir, karena melalui pendidikanlah anak-

anak bisa menaikkan derajat orang tuanya. Meskipun orang tua hanya

bekerja sebagai nelayan, tapi tidak menutup kemungkinan kelak anak-

anaknya menjadi orang-orang besar yang bisa berguna bagi bangsa dan

negara. Sangat di sayangkan bisa sebuah wialayh di penuhi anak-anak

yang tidak bersekolah, salah satu dampak negative anak putus

sekolah/tidak bersekolah adalah pengangguran dan kejahatan. Minimnya

pekerjaan dan keterdesakan ekonomi tentu dapat membuat seseorang

melakukan segala cara untuk memenuhi kebutuhan salah satunya adalah

Page 83: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

kejahatan. Kemudia hal lain yang dapat dilakukan adalah dengan

merantau. Banyak masyarakat Desa Latawe yang harus merantau ke

Papua dan Kalimantan untuk mencari pekerjaan.

Petikan wawancara dengan salah seorang mantan siswa yang

berhenti sekolah bernama Fajar.

“Saya berhenti sekolah waktu SMP kelas 2 karena saya anak

laki-laki pertama, bapak tidak kerja karena tidak bisa melaut. Jadi saya yang kerja sama adik laki-laki yang berhenti sekolah juga. Tiap hari tangkap ikan bahkan kalau tidak naik ikan di kampung bisa kita melaut sampai di kampung sebelah. Hasil tangkapannya kita dia jual mamaku ke pasar untuk biaya kebutuhan setiap hari, apalagi kita 7 orang bersaudara”. ( Wawancara 23 Agustus 2019 )

Dari pernyataan Pak Tayeb selaku Seksi Pelayanan Desa Latawe

mengenai keadaan pendidikan masyarakat pesisir bahwa menurut

beliau ;

“Pendidikannya masyarakat disini agak rendah, banyak

masyarakat hanya tamatan SD saja bahkan banyak yg tidak selesai. Bahkan lebih mirisnya lagi banyak sekali masyarakat yang buta huruf karena memang tidak pernah sekolah. Karena tidak ada sekolahnya akhirnya mereka hanya kerja jadi nelayan saja sama ambil kayu bakar di hutan baru dijual. Hanya itu saja kasian pekerjaannya orang yang tidak sekolah. Kalau yang bagus penghasilannya jadi nelayan biasa mereka kasi sekolah ji anaknya. Tapi kalau yang nelayan yang biasa, yang agak sedikit penghasilannya biasa dia tidak kasi sekolah anaknya. Banyak juga orang tua yang cari ikan sama-sama anaknya, apalagi kalau sudah keluar sekolah itu anak-anak. Kasian juga kalau kita lihat biasa kasian anak-anak masih SMP baru pergimi tangkap ikan” (Wawancara 23 Agustus 2019 ) Salah seorang informan yang merupakan mantan siswa juga

mengutarakan alasannya berhenti sekolah, dimana menurutnya ia

berhenti di karena telah menjadi tulang punggung keluarga. Banyaknya

anggota keluarga dan bapaknya yang tidak bisa bekerja menyebabkan ia

Page 84: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

harus mengambil tanggung jawab menjadi seorang nelayan untuk

memenihi kebutuhan keluarga. Anomaly memang jika kita melihat

seorang anak yang harus menjadi tulang punggung keluarga semenjak

SMP hingga saat ini.

Hal cukup di sayangkan oleh pemerintah desa yang melihat

keadaan masyarakat yang angka putus sekolahnya cukup tinggi. Tetapi

ia juga memahami bahwa keadaan ekonomi masyarakat tak bisa di

paksakan jika memang tidak memungkinkan untuk anaknya

bersekolah.

B. Pembahasan

Pendidikan pada masyarakat pesisir tentu menarik untuk diteliti.

Masayarakat pesisir yang kesehariannya selalu berada di laut sebab

pekerjaan yang digeluti mengharuskan mereka untuk setiap waktu harus

melaut. Kebutuhan ekonomi tentu mendesak mereka untuk terus bekerja

tanpa mengenal panas terik matarai, hujan, angin dan gelombang harus

dihadapi demi mencari nafkah keluarga. menarik untuk kita gali mengenai

pendidikan masyarakat pesisir, sejauh mana mereka merespon pendidikan

di tengan kesibukannya dalam bekerja sebagai nelayan. Yang akan

difokuskan ialah melihat sejauh mana perhatian masyarakat pesisir akan

pendidikan anak-anaknya.

Dari hasil penelitian yang di lakukan bahwa pada dasarnya

masyarakat memahami apa makna pendidikan itu. Terlihat dari jawaban-

jawaban mereka tentang makna pendidikan itu. Merekanpun menjelaskan

secara sederhana urgensi pendidikan, kemudian mereka pun melihat

Page 85: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

bahwa pendidikan memangb benar-benar sebuh keharusan, keputusan

mereka yang tak bersekolah mereka anggap sebagai sebuah kesalahan.

Kemudian hasil wawancara dengan beberapa informan tentang

pentingnya pendidikan anak, masyarakat dengan yakin mengatakan bahwa

pendidikan amatlah penting bagi anak-anak, sebab pendidikan merupakan

jembatan yang bisa mereka lalui untuk menggapai cita-cita anak-anaknya.

Dari sektor infrastruktur sekolah berdasarkan hasil observasi

peneliti dan wawancara terlihat bahwa fasilitas sekolah di desa Latawe

sudah cukup baik. Selain tersedianya beberapa jenjang sekolah juga

fasilitas sudah cukup mendukung, kemudian jarak tempuh yang juga agak

dekat dari pusat pemukiman sehingga anak-anak bisa mengakses sekolah

dengan berjalan kaki.

Melihat infrastruktur yang sudah cukup memadai dan pandangan

masyarakat yang baik tentang pendidikan ternyata berbanding terbalik

dengan tingkat partisipasinya. Masih banyak anak-anak yang tidak

bersekolah seolah menjawab bahwa masyarakat hanya memandang baik

pendidikan dari segi argumentasi tapi untuk memanifestasikan

peryataannya masih jauh dari kata terealisasi. Hal ini tentu disebabkan

oleh beberapa faktor misalnya faktor ekonomi, motivasi anak, lingkungan

dan juga di sebabkan karena masih banyaknya masyarakat yang

memegang budaya konservastif yang tak peduli dengan pendidikan.

1. Respon Masyarakat Pesisir terhadap Pendidikan di Desa Latawe

Secara sederhana respon merupakan reaksi atas stimulus yang

telah di berikan oleh organism atau orang lain. Peneliti akan melihat

Page 86: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

sejauh mana masyarakat merepon pendidikan itu yang telah di sediakan

dan di fasilitasi oleh pemerintah. Tentu menarik untuk melihat lebih

jauh tentang pendidikan masyarakat pesisir karena yang telah diketahui

bahwa masyarakat pesisir selalu di cirikan dengan masyarakat yang

termargilkan, masyarakat yang tidak sepenuhnya mendapatkan

perhatian pemerintah.

Fenomena tentang pendidikan pada daerah pesisir memang

selalu menarik untuk di gali lebih dalam, masyarakat pesisir yang

memang selalu di gambarkan jauh dari yang namanya pendidikan,

terlebih lagi masyarakat pesisir yang memang wilayahnya terpencil dan

jauh dan sulit untuk di akses. Menjadi nelayan tentu sudah pekerjaan

paling mnjanjikan di wilayah pesisir, apalagi kebutuhan ikan yang

begitu besar dari daerah-daerah lain tentu menjadi keuntungan bagi

masyarakat untuk memasarkan penghasilan ke daerah-daerah lain. Para

nelayan selalu melibatkan anak-anaknya untuk membantu dalam

pekerjaannya sebagai nelayan. Menjadi seorang anak pesisir dengan

peran ganda tentu selalu kita temukan di daerah pesisir. Di satu sisi

mereka harus bersekolah sembari di sore harinya membantu orang tua

melaut.

a. Pandangan Masyarakat Pesisir tentang Pendidikan

Ditengah kesibukan dalam bekerja sebagai nelayan, tentu

para orang tua juga harus dan wajib untuk memperhatikan

pendidikan anak-anaknya. Karena tentu motivasi orang tua dalam

menfasilitasi anaknya sangat di butuhkan sang anak sebagai

Page 87: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

jembatan mereka menggapai mimpi. Selain sebagai jalan untuk

mereka meraih cita-citanya tentu dengan pendidikan tinggi juga

dapat meningkatkan status sosial orang tua dalam masyarakat.

Seperti di dalam kajian sosiologi tentang stratifikasi sosial bahwa

salah satu jalan untuk meningkatkan status sosial adalah dengan

pendidikan.

Masyarakat pada umumnya terbagi menjadi dua pandangan

dalam melihat pendidikan. Pertama bahwa ada sebagian masyarakat

yang memang kurang aktif dalam dunia pendidikan terlihat dari

rendahnya minat untuk menfasilitasi anak-anaknya bersekolah,

kurang memotivasi anak-anak dan juga tidak adanya tindakan-

tindakan tegas kepada sang anak saat anak berusaha untuk berhenti

sekolah.

Kemudian terdapat pula golongan masyarakat yang memang

sadar akan urgensi pendidikan. Selalu berusaha bagaimana caranya

agar anak-anaknya bisa bersekolah. Selain agar anak-anak bisa

hidup dengan baik dan memilki pekerjaan salah satu alasan lain

tentu untuk meningkatkan status sosial. Menjadi sebuah kebanggan

juga seorang anak pesisir yang hidup dengan perekonomian

sederhana namun bisa membiayai anaknya sampai ke perguruan

tinggi.

Fakta lain yang terlihatat bahwa banyak anak-anak pesisir

yang berhenti sekolah memang di karenakan tidak adanya minat

untuk bersekolah. Lebih senang ikut orang tua melaut ketimbang

Page 88: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

harus kesekolah. Akhinya saat seoranga anak meraasa sudah bisa

mencari uang seperti orang tuanya, maka keluar sekolah adalah

tindakan yang selalu mereka pilih.

Perlu adanya edukasi khusus untuk masyarakat pesisir

misalnya sosialisasi pendidikan di daerah pesisir agar para orang tua

lebih memperhatikan pendidikan anak-anaknya. Karena salah satu

jalan untuk keluar dari kemiskinan dan ketertinggalan adalah

dengan berpendidikan. Peningkatan sumber daya manusia

masyarakat pesisir menjadi perlu agar kelak tak banyak lagi anak-

anak pesisir yang mengikuti jejak orang tuanya yang mengais rezeki

di lautan, gelombang, angin, hujan, panas dan dingin harus dilalui.

b. Pentingnya Pendidikan bagi Anak-anak Pesisir

Kualitas sumber daya manusia menjadi problem bagi

masyarakat Indonesia, tak terkecuali masyarakat pesisir yang

terkadang jauh dari pusat keramaian kota, jauh dari perhatian

pemerintah. Upaya pemberdayaan masyarakat pesisir menjadi perlu

dilakukan agar kelak generasi-generasi/anak-anak pesisir tidak

merasakan apa yang orang-orang tua mereka rasakan. Kualitas

pendidikan dan kesehatan haruslah selalu diperhatikan, sebab dua

unsur pokok ini terkadang menjadi problem bagi masyarakat pesisir.

Secara umum dilihat dari argumentasi mereka bahwa pada

dasarnya pendidikan memang perlu bagi generasi-generasi muda.

Ditengah kehidupan yang problemya semakin-hari semkin

kompleks tentu menjadi amat penting pendidikan dewasa ini, selain

Page 89: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

sebagai jalan untuk meraih masa depan yang cerah, juga sebagai

antisipasi agar anak-anak kelak tidak bekerja seperti mereka.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa meyarakat pesisir

memiliki ekspektasi yang besar terhadap pendidikan. Harapan yang

besar di ungkapkan masyarakat pesisir tentu membuat kita merasa

bahwa ternyata masyarakat peduli pada pendidikan. Tetapi dibalik

harapan itu ada saja hal-hal yang membuat harapan itu tak

terealisasikan. Banyak masyarakat yang memang berkeinginan

untuk menyekolahkan anak-anaknya, namun akibat faktor ekonomi

dan faktor lingkungan dan juga motivasi anak-anak untuk menuntut

ilmu yang rendah tentu membuat harapan-harapan mereka hanya

menjadi sebatas angan-angan belaka.

c. Keadaan Infrastruktur Sekolah di Desa Latawe

Infrastruktur merupakan salah satu penunjang bagi

bergeraknya pendidikan itu. Infrastruktur haruslah selalu baik agar

tercipta suasana belajar yang baik dan kondusif. Selain itu

infrastruktur juga dapat membangkitkan motivasi anak-anak untuk

lebih giat dalam menuntut ilmu. Di saat fasilitas pendidikan kurang

baik, tentu minat bersekolahpun akan menurun, misalnya sekolah-

sekolah dengan bangunan usang, jaraknya yang jauh dari pusat

pemukiman, fasilitas belajar mengajar yang rusak tentu akan

mempengaruhi minat anak bersekolah.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan

informan dapat disimpulkan bahwa infrastruktur sekolah di Desa

Page 90: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

Latawe tergolong baik, ini di karenakan dari berbagai jenjang

sekolah sudah tersedia di desa mulai dari TK, Sekolah Dasar sampai

SMP. Tentu sebuah kesyukuran di daerah pesisir seperti desa

Latawe bisa merasakan fasilitas sekolah yang lumayan baik walau

untuk melanjutkan ke jenjang sekolah menengah harus

menggunakan kendaraan, karena berjarah 8-15 Km. ditambah lagi

adanya sekolah baru di kecamatan SMK Pelayaran yang baru

beberapa tahun dibuka. Sekolah ini tentu relevan dengan

background masyarakat pesisir yang tentu laut adalah dunianya.

2. Partisipasi Masyarakat Pesisir terhadap Pendidikan

Partisipasi adalah proses aktif dan inisiatif yang muncul dari

masyarakat serta akan terwujud sebagai suatu kegiatan nyata apabila

terpenuhi oleh 3 faktor pendukung yaitu ; adanya kemauan,

kemampuan, dan kesempatan untuk berpartisipasi ( Slamet : 1992 ).

Kemauan dan kemampuan tentu lahir dari pribadi atau masyarakat

sendiri sedangkan kesempatan berpartisipasi dating dari pihak yang

memberikan peluang.

Demikian halnya dengan partisipasi masyarakat dalam dunia

pendidikan, untuk berpartisipasi tentu dibutuhkan niat dari masyarakat

apakah masyarakat pesisir bersedia atau berniat untuk mendukung

anaknya bersekolah atau malah sebaliknya. Kemudian hal lain adalah

sebesar apapun niat orang tua untuk menyekolahkan anaknya apabila

ia tidak mampu dari segi ekonomi ( tidak memiliki kemampuan

ekionomi ) tentu ini juga tidak bisa terealisasi. Komponen-kompenen

Page 91: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

lain ialah peluang untuk bersekolah, apakah sekolah itu tersedia atau

tidak di lingkungan masyarakat.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa pada dasarnya masyarakat

pesisir terbagi atas dua pandangan dalam melihat pendidikan, yang

pertama bahwa masih banyak masyarakat pesisir yang masih apatis

akan masa depan anak-anaknya. Masih banyak masyarakat yang tidak

bisa memberikan dukungan kepada anak-anaknya entah itu dukungan

moral atau motivasi maupun dukungan ekonomi. Kemudian golongan

yang kedua ada juga tipikal masyarakat yang memang sangat

memperhatikan pendidikan anak-anaknya. Tidak ingin anak-anaknya

mengikuti jejaknya menjadi seorang nelayan sehingga orang tua

berusaha untuk bagaimana caranya agar anak-anaknya bisa bersekolah

dengan baik agar bisa menggapai cita-citanya dan ilmunya bisa

berguna bagi anak pribadi, orang tuanya dan masyarakat banyak.

Banyaknya anak-anak pesisir berhenti sekolah di sebebkan oleh

beberapa faktor ;

a. Faktor Ekonomi

Rendahnya sumber daya manusia masyarakat pesisir membuat

mereka tak bebas dalam memilih pekerjaan. Sehingga masyarakat

pesisir mayoritas bekerja sebagai seorang nelayan, jenis pekerjaan

yang tentu saja tidak membutuhkan background akademik.

Menjadi seorang nelayan tidak lantas menjadi mereka hidup

sejahtera dan menjanjikan ekonominya. Apalagi jikalau dalam satu

keluarga memiliki banyak anak tentu beban akan semakinberat.

Page 92: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

Kebutuhan sehari-hari akan tinggi akibat banyak tanggungan. Jadi

bukan sesuatu yang mustahil jika banyak anak berhenti sekolah

selain karena akan membantu orang tuanya juga karena masalah

ekonomi yang membuat mereka tidak bisa melanjutkan studi ke

jenjang yang lebih tinggi.

b. Faktor Motivasi

Motivasi anak tentu juga menjadi amat perlu, untuk apa orang tua

bercita-cita menyekolahkan anaknya jika anak-anak tidak memiliki

keinginan untuk bersekolah. Disini perlunya dukungan orang tua

dalam memberikan dorongan motivasi kepada anak-anak saat

mulai jenuh dan merasa kesulitan di sekolah. Orang tua harus

pandai-pandai dalam memberikan masukan nasehat agar anak-anak

bisa yakin bahwa jalan pendidikan akan merubah masa depannya

kelak. Hal seperti ini yang kurang dimiliki masyarakat pesisir.

c. Faktor Lingkungan

Salah satu hal yang menjadi faktor penyebab banyaknya anak-anak

pesisir yang berhenti sekolah, lingkungan yang membuat anak-

anak menjadikan mereka bekerja keras. Di usia mereka yang

semestinya fokus pada pendidikan malah berbanding terbalik yang

di alami anak-anak pesisir. Dilingkungannya mereka di ajarkan

untuk bekerja dan mencari uang dengan mudah, terlibat langsung

dalam mencari nafkah menjadikan mereka sosok yang pekerja

keras. Hal ini membuat pandangan mereka bahwa di usia seperti

inipun merek sudah bisa menghasilkan uang, jadi bagi mereka tak

Page 93: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

perlu sekolah tinggi-tinggi untuk bisa mendapat penghasilan.

Kebiasaan dalam melaut membuat mereka seolah menjadi sosok

yang dewasa yang cenderung pekerja keras dan mandiri, pada

akhirnya merekapun disibukkan dengan aktifitas melaut yang lebih

menjanjikan menurut mereka ketimbang harus bersekolah.

d. Budaya Konservatif

Yang menjadi problem masyarakat pesisir ialah rendahnya tingkat

pendidikannya, hal ini sedikit-demi sedikit berpengaruh terhadap

pandangan masyarakat terhadap urgennya pendidikan itu.

Masyarakat seolah tidak begitu merasakan manisnya pendidikan

sehingga cenderung apatis terhadap pendidikan anak-anaknya.

Seperti di dalam teori stimulus-respon-organisme bahwa jika

seseorang merespon baik sesuatu, maka ia akan cenderung

mendekati sesuatu itu. Tentu dikalangan akademisi, pejabat,

pengusa dll berbeda pandangnya dalam merespon pendidikan,

seorang pejabat tentu berusaha agar semua anak-anaknya

bersekolah agar bisa mengikuti jejaknya. Berbeda halnya dengan

masyarakat pesisir, jika mereka tak merasakan nikmatnya buah dari

berpendidikan itu tentu mereka akan acuh tak acuh akan

pendidikan anak-anaknya.

Secara substantive bahwa masyarakat pesisir secara argumentasi

mereka cenderung merespon baik pendidikan itu, dimana masyarakat

seolah berfikir bahwa pendidikan merupakan sesautu yang harus di

dekatkan kepada anak-anak. Karena pendidikan merupakan jembatan

Page 94: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

untuk anak-anak bisa meraih apa yang mereka cita-citakan. Dari beberapa

informan yang diwawancarai hampir semua informan mengatakan bahwa

pendidikan itu perlu bagi anak-anak, karena di tengah kompleksnya

permasalahan hidup pendidikan seolah menjadi wadah untuk anak-anak

bisa meningkatkan taraf ekonomi mereka.

Namun semangat masyarakat untuk menfasilitasi anak-anaknya

bersekolah seolah berbanding terbalik dengan tingkat partisipasinya.

Terlihat dari adanya ketimpangan antara jumlah anggota keluarga yang

bersekolah dengan yang tidak bersekolah amatlah jauh. Masih banyak saja

masyarakat yang hanya menfasilitasi 1-2 orang anak-anaknya untuk

bersekolah dan anak-anak lain hanya bisa bekrja bagi laki-laki.

Didalam teori Pertukaran Mikro dan Makro Peter M Blau di

katakana bahwa suatu usaha bergerak dari tingkat mikro ke tingka makro.

Pada tingka makro membedakan penghargaan intrinsik, di mana

pertukaran dengan penghargaan intriksik tunduk pada hambatan –

hambatan normative tertentu yang menghalangi terjadinya tawar menawar

mengenai biaya dan imbalan dan yang mengurangi perhatian terhadap apa

yang seharusnya di bayar oleh individu.

Artinya bahwa di dalam teori pertukaran ini di katakana suatu

usaha kecil bergerak ke usaha yang lebih besar. Jika dikaitkan dengan

masyarakat pesisir bahwa masyarakat semestinya melakukan pertukaran

social dari yang awal seharusnya membantu membiayai anak-anaknya

untuk bersekolah apabila mampu secara ekonomi, dan tentu proses ini

akan memberikan imbalan kelak dengan imbal;an yang lebih besar.

Page 95: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

Misalnya anak-anak yang bersekolah kelak nantinya akan memiliki masa

depan yang cerah, membantu perekonomian orang tua, mengangkat derajat

orang tuanya bahkan bisa mewujudkan cita-cita orang tuanya misalnya

seorang anak yang mewujudkan harapa orang tuanya kebitullah,

memenuhi setiap kebutuhan orang tua dll.

Bukan hanya orang tua yang dituntut untuk mewujudkan harapan

ini tentu peran seorang anak juga di butuhkan di mana anak-anak harus

berusaha untuk tetap melanjutkan pendidikan serumit apapun itu. Cita-cita

harus tetap di tanamkan dalam diri agar apa yang menajdi harapan orang

tua dapat terwujud. Rela berkoraban demi pendidikan dan kelak seorang

anak yang bersunggung-sungguh akan memetik buah dari apa yang

mereka tanam, seperti ungkapan Man Jadda Wa Jada artinya barang siapa

yang bersungguh-sungguh pasti akan meendapatkan hasil.

Didalam teori struktur dan fungsional Talcot Parson, di dalam

(Ritzer & Goodman, 2003:121) dengan sistim AGIL memandang sistim

dalam masyarakat sebagai satu kesatuan, dan semua sistim harus berfungsi

sesuai dengan fungsinya agar sistim sosial dapat berlangsung sesuai

dengan tujuannya.

Dalam relasi antara pendidikan dan masyarakat tentu terdapat tiga

komponen pokok yang saling berkaitan dan saling membutuhkan antara

sekolah, siswa dan orang tua. Tiga komponen ini harus menjaga hubungan

dengan baik agar ketiga komponen ini bisa sejalan dalam mencapai tujuan.

Sekolah harus menjadi tempat yang nyaman bagi siswa, tempat siswa

belajar mendidik siswa agar bisa mengembangkan potensi yang ia miliki.

Page 96: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

Bentuk dukungan yang diberikan sekolah ialah selalu menjaga

kualitas dan mutu pendidikan itu, mulai dari infrastruktur, kegiatan

pembelajaran dan juga iklim sekolah yang baik hingga membuat siswa

nyaman berada disekolah. Di sisi lain peran orang tua ialah menjadi

pembimbing dan pendidik bagi siswa di rumah, memotivasi siswa untuk

lebih giat dalam menuntut ilmu dan menjaga hubungan yang baik dengan

pihak sekolah ( melalui komite ). Saat hubungan ini dapat berjalan baik

tentu akan berdampak positif bagi semua, siswa akan mendapatkan haknya

yakni pendidikan dan orang tua akan merasa bangga saat anak-anaknya

bisa mendapatkan pendidikan yang baik di sekolah.

Namun apabila satu dari ketiga komponen di atas tidak berjalan

sebagaimana peranannya tentu akan terjadi kekacauan, misalnya seorang

anak menjadi malas ke sekolah akibat kurang lengkapnya fasilitas sekolah,

atau karena proses belajar mengajar yang tidak menarik / membosankan

hingga membuat siswa malas untuk kesekolah. Disisi lain juga orang tua

harus menjadi motivator untuk siswa, mendukung setiap kegiatan siswa

yang berkaitan dengan pendidikan, menfasilitasi anak dari segi materi dan

selalu mengontrol kegiatan-kegiatan siswa di rumah agar terhindar dari hal

negative yang merugikan siswa dan orang tua.

Page 97: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan yang telah di

paparkan maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Respon Masyarakat Pesisir terhadap Pendidikan di Desa Latawe

Sebagian masyarakat pada umumnya masih ada yang peduli

terhadap pendidikan anak-anaknya, ini terlihat dari hasil hasil wawancara

dengan informan. Terdapat pula golongan masyarakat yang memang

benar-benar cuek terhadap pendidikan anaknya, wujudnya dapat terlihat

dari lebih banyaknya jumlah anak yang tidak bersekolah dari pada yang

bersekolah dalam satu kepala keluarga. Padahal jika kita melihat

infrastruktur pendidikan di Desa Latawe sudah memungkinkan, namun

bukan menjadi jaminan untuk masyarakat mendukung anak-anaknya

secara penuh untuk menuntut ilmu.

Maka dapat disimpukan bahwa masyarakat secara argumentasi

sangat merespon baik pendidikan anak-anaknya, urgennya pendidikan dan

pentinya pendidikan bagi anak-anak itu terlihat dari wawancara antara

masyarakat dengan informan. Namun dari aktualisasinya belum terlihat

antusias yang besar, ini tergambarkan dari banyaknya orang tua yang

belum menfasilitasi anaknya bersekolah.

83

Page 98: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

2. Partisipasi Masyarakat Pesisir terhadap Pendidikan

Secara umum masyarakat Desa Latawe kurang aktif dalam

berpendidikan, hal ini terlihat dari tingginya angka putus sekolah pada

masyarakat pesisir. Putus sekolah bukanlah merupakan fenomena baru

dikalangan masyarakat tetapi telah menjadi budaya masyarakat pesisir

yang notabennya selalu apatis akan pendidikan. Banyak anak-anak yang

berhenti sekolah menurut hemat peneliti disebabkan oleh beberapa faktor,

yaitu : Faktor ekonomi, motivas anak yang rendah, faktor lingkungan,

hingga faktor pendidikan orang tua yang rendah.

B. Saran

Setelah serangkaian kegiatan penelitian maka penulis dapat memebrikan

beberapa saran yang semoga bisa berguna dan bahan pertimbangan :

1. Bagi Masyarakat Pesisir Desa Latawe

Masyarakat sedikit demi sedikit harus menumbuhkan rasa peduli

terhadap masa depan anak-anak, berupaya membantu anak-anak untuk

selalu menuntut ilmu. Mendukung dari segi motivasi dan ekonomi agar

anak-anak bisa berpendidikan dan memiliki masa depan yang baik.

Pendidikan harus di tanamkan sejak anak-anak kecil hingga ia dewasa

karena pendidikan merupakan jalan untuk keluar dari lingkaran

kemiskinan.

2. Bagi Dinas Pendidikan

Diharapkan agar pemerintah melalui dinas pendidikan dapat

memberikan perhatian khusus terhadap masyarakat pesisir terutama

sector pendidikannya. Mensosialisasikan tentang pentingnya

Page 99: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

pendidikan bagi anak-anak pesisir, selain sebagai peningkatan sumber

daya manusia juga sebagai peningkatan taraf kehidupan masyarakat

melalui jalur pendidikan.

3. Saran untuk Peneliti Selanjutnya

Penelitian selanjutnya harus lebih baik dalam melakukan kegiatannya

dalam meneliti, agar mendapatkan data yang benar-benar otentik dan

factual. Jadikanlah penelitian ini sebagai rujukan untuk penelitian

selanjutnya tetapi dengan fokus, lokus atau metode yang berbeda.

Semoga penelitian kita yang menyangkut masyarakat pesisir dapat

meningkatkan motivasi dan semangat masyarakat untuk aktif dalam

dunia pendidikan.

Page 100: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kabupaten Muna. 2017. Kecamatan Napano Kusambi

dalam Angka. BPS Kabupaten Muna. Kabupaten Muna Creswall, John W.( 2016). Research Design. Pendekatan Metode Kualitatif,

kuantitatif dan campuran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Departemen Pendidikan Nasional.2003.Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas

Dewantara, Ki Hajar. 1997. Pendidikan. Yogyakarta: Majelis Persatuan Taman Siswa

Effendi, Onchong Uchjana. 2005. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Freire, Paulo. 2001. Pendidikan yang Membebaskan. Jakarta. Melibas

Gulo, W. 2008. Metodologi Penelitian. Grasindo

Khaldun, Ibnu. 2014. Mukaddimah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar

Moleong, Lexy J. (2017). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Mulyadi, S. 2005. Ekonomi Kelautan. Jakarta. Raja Grafindo Persada

Nana, Syaodih Sukmadinata.( 2011 ). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Noor, Juliasnyah. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Nursalam, Suardi, & Syarifuddin. (2016). Teori Soiologi. Yogyakarta: Writing Revolution.

Rakhmad, Jalaluddin. 1985. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya

85

Page 101: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

Satria, Arif. 2015. Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Sugiyono. (2017). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfa Beta.

Sugiyono. (2017). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Research and Development. Bandung: Alfa Beta

Suharsimi, Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Rineka Cipta

Susanto, S. Astrid. 1982. Komunikasi Massa. Jakarta: Bina Cipta

W Sarlito, Sarwono, dkk. 2012. Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Empat

Khoir, Aminul 2015, Persepsi Masyarakat Nelayan terhadap Pendidikan Formal Anak di Desa Kedawang Kecamtan Nguling Kabupaten Pasuruan. Skripsi. Malang: Universitas Negeri Malang

Nisa‟, Himayatun 2016. Persepsi Masyarakat Nelayan Terhadap Pendidikan Tinggi ( Studi Kasus Desa Legung Timur Kecamatan Batang-Batang Kabupaten Sumenep Kota Madura). Skripsi. Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Risma, Neng. 2016. Respon Masyarakat terhadap Pendidikan di Perguruan Tinggi (Mendeskripsikan tentang Masyarakat di Desa Tanjungjaya Pakenjeng-Garut). Skripsi. Bandung. UIN Sunan Gunung Jati Bandung

Page 102: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

LAMPIRAN

Page 103: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

DATA INFORMAN PENELITIAN

NO Nama Pendidikan Terakhir

Usia Pekerjaan

1

Tayeb

Tidak Tamat SD

. 52

Kepala Seksi

Pelayanan Desa Latawe

2 Tarring

Tidak Tamat SD

54

Nelayan

( Kepala Dusun 1 )

3

Nursang

Tidak Tamat SD

41

Nelayan

4

Awaluddin

SMP

39

Nelayan

5

Dergam

Tidak Tamat SMP

37

Pedagang Ikan

6

Dodi

Tidak Tamat SD

50

Nelayan

7

Yus

SMA

47

Serabutan

8

Fajar

Tidak Tamat SMP

23

Nelayan

9

Musnading

Tidak Tamat SD

39

Nelayan

Page 104: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

HASIL WAWANCARA

NO Nama Waktu Keterangan

1 Nursang

( Masyarakat Pesisir )

21 Agustus

2019

Pendidikan itu selalu identik dengan sekolah, dan dalam kehidupan pendidikan itu sangat penting, bagi saya hidup tanpa pendidikan itu akan terasa sia-sia. Saya harap anak-anak nanti bisa sekolah tinggi, supaya bisa mereka dapat cita-citanya.

2 YUS

( Masyarakat Pesisir )

22 Agustus

2019

Pendidikan yang sa pahami itu adalah tempat kita di didik dan juga ada aturan-aturan yang harus kita patuhi dengan aturan itu mi yang bikin kita disiplin. Kita jadi rajin, pintar, dan kalau kita sekolah tinggi pasti bagus kehidupan.

3 Musnading

( Masyarakat Pesisir )

22 Agustus

2019

Pendidikan itu sekolah. Tempat anak-anak belajar supaya mereka bisa membaca, menghitung. kalau anak-anak sekolah kan bagus juga di lihat apalagi kalau sudah selesai sekolah baru adami dia kerja.

4 Nursang

( Masyarakat Pesisir )

22 Agustus

2019

Pendidikan itu sangat perlu buat anak karena dengan pendidikan mereka bisa berilmu dan meraih cita-citanya. Saya juga tidak mau kalau anak-anak nantinya jadi nelayan seperti saya. Bagus sekali juga dirasa kalau saarjana itu anak-anak jadi biar mereka mudah cari kerja

5 Awaluddin

( Masyarakat Pesisir )

24 Agustus

2019

Sekolah itu sangatlah penting sekali untuk anak-anak, karena kita orang tua tidak ada sekolahnya kita kasian. Jadi harus anak-anak ada yang sekolah supaya bagus kehidupannya, nda kaya kita ini. Tangkap iakn juga sudah setengah mati bela.

Page 105: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

6 Dergam

( Masyarakat Pesisir )

24 Agustus

2019

Anak-anak harus di kasi sekolah karena kalau mereka tidak sekolah mau jadi apa dia kalau besar. Anak-anak saya 2 orang sa kasi sekolah di pesantren supaya mereka dapat ilmu agama juga. Bangga juga kita orang tua kalau ada anak yang hafal Al-quran. Kan kalau dia sekolah di pesantren juga dia dapat pelajaran sekolah dia dapat juga ilmu agama. Kita kasian orang tua tinggal berusaha saja mudah-mudahan mi ada rejeki baru bisa mereka selesaikan kuliah nanti.

7 Nusang

( Masyarakat Pesisir )

22 Agustus

2019

Infrastruktur pendidikan di Desa Latawe sudah cukup bagus, adaji semua skolah di Latawe mulai TK, SD sama SMP. Baru anak-anak juga kalau ke sekolah bisa jalan kaki karena nda jauh. Kan SD sama SMP berdekatan jadi bisa mereka sama-sama pergi. Tapi kalau ini anak-anak sudah masuk SMA, harus mereka di usahakan beli motor karena SMA itu jauh sekitar 8-15 KM.

8 Dodi

( Masyarakat Pesisir )

24 Agustus

2019

Sekolah-sekolah di Latawe sini kalau dari segi fasilitasnya bagusmi, apalagi nda jauh ji juga dari rumah, hanya jalan-jalan saja anak-anak. Itu SMP juga saya dengar di renovasi lagi bagian atapnya. Mudah-mudahanmi tambah nyama anak-anak belajar. Tapi saya juga tidak bisa kasi sekolah semua anak-anak karna harus ada yang bantu saya kerja di laut untuk biayai sekolah anak-anak yang lain

9 Yus

( Masyarakat

Pesisir )

22 Agustus

2019

Saya punya 7 orang anak dan yang sekolah Cuma 1 orang sekarang sudah SMP. 6 orang anak berhenti sekolah. Ada yang kelur sekolah waktu SMP, ada juga waktu SD berhenti. Anak yang sekolah tinggal perempuan saja 1 orang sekarang sudah SMP, mudah-mudahan dia nda keluar. Saya tidak kasi sekolah karna selain karna masalah ekonomi baru mereka juga memang tidak mau sekolah. 3 orang saya punya anak laki-

Page 106: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

laki lebih senang disuruh pergi melaut dari pada sekolah. Apalagi saya orangnya tidak bisa melaut jadi anak-anakmi yang tangkap ikan baru dijual sama mamanya.

10 Dodi

( Masyarakat Pesisir )

24 Agustus

2019

Anak ada 5 orang, 3 orang sekolah 1 orang baru mau masuk TK dan 1 orang putus sekolah anak pertama. Anak yang pertama keluar sekolah waktu dia SMP, dia keluar karna tidak ada keinginan mau sekolah. Jadi dia mi yang bantu kasian saya ini tangkap ikan setiap hari, dia mi juga yang bantu saya ini kasi sekolah adik-adiknya. Alhamdulillah adiknya sudah ada mau kuliah tahun depan. Kalau tidak ada kasian dia ini bantu saya setengah mati saya kerja.

11 Nursang

( Masyarakat Pesisir )

21 Agustus

2019

Jumlah anak ada 4 orang, Alhamdulillah 3 orang sekolah semua. 1 orang masih 4 tahun. Saya kasi sekolah mereka supaya bisa berguna untuk orang tuanya untuk orang lain juga. Saya harap juga mereka bisa sekolah tinggi-tinggi sampai sarjana. Kan untuk kebaikannya juga ini di kasi sekolah. Setidaknya adami sekolahnya mereka dulu kalau mau jadi apa nanti mereka biar mereka sendiri yang tentukan. Jadi kalau waktu-waktunya mereka nda sekolah, biasa sore-sore saya biasa bawa mereka ke laut bantu-bantu saya, jarring ikan, pasang serong juga. Yang penting sekolahnya mereka nda terganggu.

Page 107: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

12 Fajar

( Remaja Pesisir )

23 Agustus

2019

Saya berhenti sekolah waktu SMP kelas 2 karena saya anak laki-laki pertama, bapak tidak kerja karena tidak bisa melaut. Jadi saya yang kerja sama adik laki-laki yang berhenti sekolah juga. Tiap hari tangkap ikan bahkan kalau tidak naik ikan di kampung bisa kita melaut sampai di kampung sebelah. Hasil tangkapannya kita dia jual mamaku ke pasar untuk biaya kebutuhan setiap hari, apalagi kita 7 orang bersaudara.

13 Tayeb

( Pemerintah Desa

Latawe )

23 Agustus

2019

Pendidikannya masyarakat disini agak rendah, banyak masyarakat hanya tamatan SD saja bahkan banyak yg tidak selesai. Bahkan lebih mirisnya lagi banyak sekali masyarakat yang buta huruf karena memang tidak pernah sekolah. Karena tidak ada sekolahnya akhirnya mereka hanya kerja jadi nelayan saja sama ambil kayu bakar di hutan baru dijual. Hanya itu saja kasian pekerjaannya orang yang tidak sekolah. Kalau yang bagus penghasilannya jadi nelayan biasa mereka kasi sekolah ji anaknya. Tapi kalau yang nelayan yang biasa, yang agak sedikit penghasilannya biasa dia tidak kasi sekolah anaknya. Banyak juga orang tua yang cari ikan sama-sama anaknya, apalagi kalau sudah keluar sekolah itu anak-anak. Kasian juga kalau kita lihat biasa kasian anak-anak masih SMP baru pergimi tangkap ikan”(Wawancara 23 Agustus

2019 )

Page 108: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

DOKUMENTASI

1. Keadaan Infrastruktur Sekolah

SMPN 1 Napano Kusambi

SDN 1 Napano Kusambi

Page 109: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

TK Raudhatul Athfal Asy Syafiiyah Desa Latawe

Halaman Sekolah SDN 1 Napano Kusambi

Page 110: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

2. Potret Lingkungan Desa Latawe

Desa Latawe tampak dari laut

Kegiatan Observasi di Desa Latawe

Page 111: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

Wawancara bersama Bapak Nursang

Wawancara Bersama Bapak Yustinus

Page 112: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

Wawancara Bersama Bapak Musnading

Wawancara bersama salah satu aparat Desa Latawe

Page 113: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

Bersama Kepala Dusun 1

Panorama Desa Latawe saat air laut tengah surut

Page 114: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …
Page 115: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …
Page 116: RESPON MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENDIDIKAN DI …

RIWAYAT HIDUP

Mitra Sumantri. Lahir pada tanggal 17 Maret 1996

di Latawe Kabupaten Muna Barat Provinsi Sulawesi

Tenggara. Penulis merupakan anak pertama dari lima

bersaudara dari pasangan ayah Majid Dega dan Ibu

Rahmawati.

Penulis pertama kali masuk pendidikan formal di TK PGRI Latawe lulus pada

tahun 2002, kemudian masuk di SD Negeri 10 Napabalano pada tahun 2002

dan tamat pada tahun 2008. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan

pendidikan ke SMP Negeri 4 Napabalano dan tamat pada tahun 2011. Setelah

tamat di SMP Penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Napano

Kusambi dan pindah ke Madrasah Aliyah Al-Hilaal Namlea salah satu sekolah

di Kabupaten Buru Privinsi Maluku dan tamat pada tahun 2015. Pada tahun

yang sama Penulis terdaftar sebagai Mahasiswa di Universitas Muhammadiyah

Makassar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan

Sosiologi melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru.