resin akrilik

30
Polimerisasi adalah proses penggabungan satu molekul (monomer) menjadi molekul yang berantai panjang (polimer). Polimerisasi dapat terjadi karena panas, cahaya, oksigen, dan zat kimia. Resin acrylic dapat berolimerisasi oleh karena panas atau cahaya. Polimerisasi merupakan proses yang lama dan sesungguhnya tidak pernah selesai. Polimerisasi pada suhu tinggi menghasilkan berat jenis yang lebih rendah daripada bahan yang dihasilkan polimerisasi pada suhu rendah. Ada dua tipe polimerisasi, yaitu polimerisasi adisi dan polimerisasi kondensasi. Bila molekul sejenis bergabung menjadi ikatan yang lebih panjang, maka disebut polimrisasi adisi. Tipe ini banyak dipakai pada kedokteran gigi, missal: resin acrylic. Bila molekul yang berlainan bergabung dan membentuk molekul ketiga yang sama sekali berbeda pada keadaan awal, disebut polimerisasi kondensasi. Polimerisasi sempurna terjadi dalam empat tahap: a. Initiation Tahap pembentukan molekul monomer aktif oleh initiator benzoil peroxide yang dibantu dengan activator (zat kimia, sinar ultraviolet,atau pemanasan). b. Propagation Tahap terbentukknya rantai polimer. c. Termination Tahap pembentukan polimer dimana reaksinya terhenti, yang ditandai dengan pertukaran sebuah atom hydrogen dari satu rantai yang terbentuk pada rantai lain. d. Chain Transfer Proses dimana pertumbuhan rantai menjadi aktif kembali untuk pertumbuhan selanjutnya. I.3. Permasalahan I.3.1. Bagaimana klasifikasi resin? I.3.2. Apa saja syarat resin dalam kedokteran gigi? I.3.3. Bagaimana komposisi dan sifat resin akrilik? I.3.4. Bagaimana cara manipulasi resin akrilik? I.3.5. Apa sajakah pengaplikasian resin akrilik dalam kedokteran gigi? I.5. Learning Objevtive I.5.1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan klasifikasi resin. I.5.2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan syarat-syarat resin dalam kedokteran gigi.

Upload: naayloviana

Post on 10-Nov-2015

249 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

blok ibtkg 1

TRANSCRIPT

Polimerisasi adalah proses penggabungan satu molekul (monomer) menjadi molekul yang berantai panjang (polimer). Polimerisasi dapat terjadi karena panas, cahaya, oksigen, dan zat kimia. Resin acrylic dapat berolimerisasi oleh karena panas atau cahaya. Polimerisasi merupakan proses yang lama dan sesungguhnya tidak pernah selesai. Polimerisasi pada suhu tinggi menghasilkan berat jenis yang lebih rendah daripada bahan yang dihasilkan polimerisasi pada suhu rendah. Ada dua tipe polimerisasi, yaitu polimerisasi adisi dan polimerisasi kondensasi. Bila molekul sejenis bergabung menjadi ikatan yang lebih panjang, maka disebut polimrisasi adisi. Tipe ini banyak dipakai pada kedokteran gigi, missal: resin acrylic. Bila molekul yang berlainan bergabung dan membentuk molekul ketiga yang sama sekali berbeda pada keadaan awal, disebut polimerisasi kondensasi. Polimerisasi sempurna terjadi dalam empat tahap:a. Initiation ( Tahap pembentukan molekul monomer aktif oleh initiator benzoil peroxide yang dibantu dengan activator (zat kimia, sinar ultraviolet,atau pemanasan).b. Propagation ( Tahap terbentukknya rantai polimer.c. Termination ( Tahap pembentukan polimer dimana reaksinya terhenti, yang ditandai dengan pertukaran sebuah atom hydrogen dari satu rantai yang terbentuk pada rantai lain.d. Chain Transfer ( Proses dimana pertumbuhan rantai menjadi aktif kembali untuk pertumbuhan selanjutnya.I.3. Permasalahan

I.3.1. Bagaimana klasifikasi resin?I.3.2. Apa saja syarat resin dalam kedokteran gigi?I.3.3. Bagaimana komposisi dan sifat resin akrilik?I.3.4. Bagaimana cara manipulasi resin akrilik?I.3.5. Apa sajakah pengaplikasian resin akrilik dalam kedokteran gigi? I.5. Learning Objevtive

I.5.1.Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan klasifikasi resin.I.5.2.Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan syarat-syarat resin dalam kedokteran gigi.I.5.3.Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan komposisi dan sifat resin.I.5.4.Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan cara manipulasi resin akrilik.I.5.5Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan aplikasi resin akrilik dalam kedokteran gigi.TINJAUAN PUSTAKAII.1.Klasifikasi resin

Berdasarkan asalnya resin dapat dibedakan menjadi resin alami dan sintetik. Resin alami merupakan bahan yang disekresikan oleh tumbuhan dan serangga tertentu, misalnya rosin (Harty, 1987). Sedangkan resin sintetik terdiri dari campuran bahan-bahan kimia dengan struktur kimia yang mengacu pada resin alami.Dari sifat termalnya, resin dibagi lagi menjadi resin termoplastik dan termosetting. Resin termoplastik, seperti kompoun cetak dan akrilik, melunak ketika di panaskan melebihi temperatur transisi kaca (Tg), kemudian dapat dibentuk dan dengan pendinginan akan mengeras dalam bentuk tersebut. namun, pada pemanasan ulang bahan dapat melunak kembali dan dapat dibentuk kembali bila diperlukan. Setelah itu, resin termosetting, merupakan resin yang menjadi keras secara permanen bila dipanaskan melebihi temperatur kritis dan tidak melunak kembali pada pemanasan ulang (Phillips, 1996).

Sesuai dengan skenario, resin akrilik merupakan resin sintetik termoplastik. Resin akrilik sendiri memiliki beberapa klasifikasi berdasarkan cara polimerisasinya:

1. Heat cured acrylic resin : resin akrilik yang menggunakan pemanasan untuk polimerisasi.

2. Self cured acrylic resin : resin akrilik yang menggunakan akselerator kimia untuk polimerisasi yaitu dimetil-para-toluidin.3. Light cured resin : resin akrilik yang menggunakan sinar tampak untuk polimerisasi.II.2. Syarat resin dalam KG

Semua dental material harus memenuhi syarat-syarat fundamental sebelum dapat digunakan secara klinis pada pasien, tidak terkecuali resin akrilik. Berikut adalah syarat-syarat standar dental material:

1. Biologis : tidak memiliki rasa, tidak berbau, tidak toksik, dan tidak mengiritasi jaringan rongga mulut, tidak boleh larut dalam saliva atau cairan lain yang dimasukkan ke dalam mulut, dan tidak dapat ditembus cairan mulut.

2. Fisik : memiliki kekuatan dan kepegasan serta tahan terhadap tekanan gigit atau pengunyahan, tekanan benturan, serta keausan berlebihan yang dapat terjadi di dalam rongga mulut. Resin akrilik jugalah harus stabil dimensinya dibawah semua keadaan, termasuk perubahan termal serta variasi-variasi dalam beban.

3. Estetik : menunjukkan transluensi atau transparansi yang cukup sehingga cocok dengan penampilan jaringan mulut yang digantikan, harus dapat diwarnai atau dipigmentasi, dan harus tidak berubah warna atau penampilan setelah pembentukan.

4. Karakteristik penanganan : tidak boleh menghasilkan uap atu debu toksik selama penanganan dan manipulasi, mudah diaduk, dimasukkan, dibentuk, dan diproses, mudah dipoles, dan pada keadaan patah yang tidak disengaja, resin harus dapat diperbaiki dengan mudah dan efisien.

5. Ekonomis : biaya resin dan penanganannya haruslah rendah, dan proses tersebut tidak memerlukan peralatan kompleks serta mahal (Phillips, 1996)

II.3. Komposisi dan sifat resin akrilik

Resin akrilik pada dasarnya memiliki dua komposisi dasar yaitu bubuk polimer dan cairan monomer.

Polimer

Secara umum polimer resin akrilik terdiri dari poli (metil metakrilat), initiator (0.2-0.5% benzoil peroksida), pigmen (merkuri sulfat, cadmium selenit, ferric oxide), plasticizer (dibutil ptalat), opacifiers (zinc atau titanium oxide), bahan tambahan berupa serat sintetis organik (serat nilon atau serat akrilik) dan anorganik (serat kaca, zirkonium silikat). Untuk resin akrilik jenis self cured , ada bahan tambahan aktivator berupa amin tersier, sedangkan pada light cured terdapat aktivator berupa camphoroquinone. Monomer

Monomer resin akrilik terdiri dari metil metakrilat, stabilizer (0.003 0.1% metil ether hydroquinone untuk mencegah terjadinya proses polimerisasi selama penyimpanan), plasticizer (dibutil pthalat), bahan untuk memacu ikatan silang (cross-linking agent) yaitu etilen glikol dimetakrilat (EGDMA). Cross-link agent ini berpengaruh pada sifat fisik polimer dimana polimer yang memiliki ikatan silang bersifat lebih keras dan tahan terhadap pelarut (Chanaka, 2010)II.4. Manipulasi resin akrilik

Manipulasi adalah suatu bentuk tindakan atau proses rekayasa terhadap sesuatu dengan menambah ataupun mengurangi variabel yang berkaitan guna mencapai sifat fisik maupun mekanik yang dikehendaki. Sebelum diaplikasikan pada pasien, resin akrilik harus diolah dan dimanipulasi sedemikian rupa sehingga memenuhi kriteria pengaplikasian klinis yang baik. Secara umum, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memanipulasi resin akrilik, antara lain:

1. Perbandingan monomer dan polimer

Perbandingan yang umum digunakan adalah 3,5 : 1 satuan volume atau 2,5 : 1 satuan berat. Bila monomer terlalu sedikit maka tidak semua polimer sanggup dibasahi oleh monomer akibatnya akrilik yang telah selesai berpolimerisasi akan bergranul. Sebaliknya, monomer juga tidak boleh terlalu banyak karena dapat menyebabkan terjadinya kontraksi pada adonan resin akrilik. 2. PencampuranPolimer dan monomer dengan perbandingan yang benar dicampurkan dalam tempat yang tertutup lalu dibiarkan beberapa menit sampai mencapai fase dough.( SK Khindria ,2009) . Pada saat pencampuran ada empat tahapan yang terjadi, yaitu: 1. Sandy stage adalah terbentuknya campuran yang menyerupai pasir basah.

2. Sticky stage adalah saat bahan akan merekat ketika bubuk mulai larut dalam cairan dan berserat ketika ditarik.

3. Dough stage adalah saat konsistensi adonan mudah diangkat dan tidak melekat lagi, dimana tahap ini merupakan waktu yang tepat untuk memasukkan adonan ke dalam mould dan kebanyakan dicapai dalam waktu 10 menit.

4. Rubber hard stage adalah tahap seperti karet dan tidak dapat dibentuk dengan kompresi konvensional. 3. PengisianTahap ini disebut juga dengan packing, yaitu tahap penuangan resin kedalam mould. Pada proses manipulasi yang perlu diperhatikan pada tahap pengisian ini adalah ketepatan bahan mengisi rongga mould. dengan pengisian pada rongga mould secara bertahap. Pada tahap selanjutnya setelah dilakukan pengisian pada rongga mould adalah dilakukannya press dengan pada kuvet. Kekuatan press yang diberikan pada kuvet sebesar 1000 psi selama 5 menit kemudian sebesar 2200 psi selamat 5 menit juga. Selama proses press ini biasanya ditemukan flash, yaitu adanya kelebihan bahan. Flash ini harus dibersihkan dan dipisahakan dengan bagian resin yang mengisi mould. Setelah dilakukan ini tahap berikutnya adalah dilakukannya curing.

4. Curring. Proses curring adalah proses terjadinya pengerasan, dimana setiap jenis resin akrilik memiliki spesialisasi tersendiri.

Heat cured acrylic resin : yaitu terjadinya curring yang diaktivasi oleh adanya panas. Self cured acrylic resin : curring cukup dapat dilakukan pada suhu ruang karena adanya aktivator amin tersier. Light cured resin : proses curring dicapai dengan dipaparkannya cahaya tampak.II.5. Aplikasi resin akrilik dalam KG

Resin akrilik merupakan salah satu bahan kedokteran gigi yang telah banyak aplikasikan untuk pembuatan anasir dan basis gigi tiruan, pelat ortodonsi, sendok cetak khusus, serta restorasi mahkota dan jembatan dengan hasil memuaskan, baik dalam hal estetik maupun dalam hal fungsinya. Selain itu resin digunakan untuk reline dan perbaikan prostesa, gigi palsu parsial. Resin juga telah digunakan untuk retainer ortodontik dan perangkat removable gigi , pelindung mulut dari bruxism, mahkota gigi. (philis, 2003)

Resin akrilik digunakan sebagai bahan restorasi karena memilki kelebihan yaitu daya alir tinggi, aplikasi mudah setting dengan light-cured selama 10 menit, dan menghasilkan permukaan yang sangat halus dan mengkilat. Digunakam sebagai sendok cetak karena dibuat untuk menyesuaikan lengkung tertentu sehingga sering disebut sendok cetak individual. Sebagai alat ortodonsi lepasan karena dipakai sebagai plat dasar alat ortodontik lepasan yang berupa lempengan plat akrilik berbentuk melengkung mengikuti permukaan palatum atau permukaan lingual lengkung mandibula. Jenis resin yang dipakai adalah heat curing dan cold curing. Bahan dari cold curing memiliki berat molekul lebih rendah sehingga pengkerutannya lebih sedikit namun memiliki porositas lebih banyak sehingga kekuatannya lebih rendah.Sebagai reparasi yaitu bahan yang biasa digunakan adalah jenis self-cured dan heat-cured. Bias juga digunakan sebagai relining, Relining adalah mengganti permukaan protesa yang menghadap jaringan. Bahan yang biasa digunakan adalah self-cured. Namun juga digunakan resin yang diaktivasi dengan energy panas, sinar, atau gelombang mikro yang nantinya akan menghasilkan panas yang cukup besar dan distorsi basis protesa cenderung terjadi. Tahap awal dari relining itu membersihkan permukaan yang menghadap jaringan untuk meningkatkan perlekatan antara resin yang ada dengan bahan relining. Lalu resin yang tepat dimasukkan dan dibentuk dengan teknik molding tekanan.Dan yang terakhir digunakan untuk rebasing, rebasing adalah mengganti keseluruhan basis protesa. Bahan yang biasa digunakan adalah sel-cured. Caranya adalah bahan self-cured dicampur sampai konsistensi encer lalu dimasukkan ke daerah yang kan direparasi. Polimerisasi yang timbul akan lebih sedikit apabila polimerisasi dilakukan di bawah tekanan hydrolic hingga sebesar 250 kN/m pada suhu 40-50oC. (Philips,2003)BAB IIIPEMBAHASANII.1.Klasifikasi resin

Resin merupakan suatu dental material yang telah digunakan secara luas. Secara umum, resin ada yang alami (berasal dari tumbuhan atau serangga tertentu) dan sintetik (dari senyawa kimia yang strukturnya mengacu pada struktur resin alami). Resin akrilik adalah salah satu contoh dari resin sintetik. Selain itu, resin juga dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat termalnya, yaitu termoplastik dan termosetting. Resin termoplastik dalah suatu resin yang akan melunak apabila diberi suhu melebihi suhu transisi kaca (Tg)-nya, dan kemudian mengeras. Apabila resin tersebut dipanaskan kembali, maka akan lunak kembali. Contoh resin termoplastik adalah resin akrilik. Hal tersebutlah yang membedakan resin termoplastik dengan resin termosetting. Untuk resin termosetting, resin jenis ini akan mengeras secara permanen apabila dipanaskan melebihi suhu kritisnya. Sehingga bentuk resin ini akan tetap atau tidak berubah meskipun mengalami pemanasan ulang.

Sesuai dengan skenario, resin akrilik yang merupakan jenis resin sintetik, juga memiliki klasifikasi tersendiri berdasarkan cara polimerisasinya, yaitu: heat-cured, self-cured, dan light-cured.

Heat cured acrylic resin : yaitu terjadinya curring yang diaktivasi oleh adanya panas.

Self cured acrylic resin : curring cukup dapat dilakukan pada suhu ruang karena adanya aktivator amin tersier.

Light cured resin : proses curring dicapai dengan dipaparkannya cahaya tampak

Setiap jenis resin akrilik tersebut, memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing.

A. Heat Cured Acrylic (Resin Akrilik teraktivasi Panas)

Pada resin jenis ini, energy thermal diperoleh dari proses perendaman akrilik di dalam air, selain itu juga diperoleh dari proses perebusan. Resin ini memiliki komposisi bubuk atau powder berupa polimethyl metakrilat dengan tambahan inisiator berupa benzoil peroksida. Disamping juga ada liquid atau cairan berupa methyl metakrilat yang di dalamnya terkandung sedikit kandungan hydroquinone yang ditambah dengan glikol dimetakrilat sebagai bahan ikat silang.

Kelebihan dari heat cured acrylic adalah nilai estetis unggul dimana warna hasil akhir akrilik sama dengan warna jaringan lunak rongga mulut. Selain itu, resin akrilik ini tergolong mudah dimanipulasi dan harga terjangkau. Sedangkan jika dilihat dari segi kekurangan heat cured acrylic adalah daya tahan abrasi atau benturan masih tergolong rendah, fleksibilitas juga masih rendah dan hasil akhir dari manipulasi akrilik akan terjadi penyusutan volume.B. Self Cured Acrylic (Resin Akrilik teriaktivasi Kimia)

Berbeda dengan heat cured acrylic, self cured acylic menggunakan activator berupa cairan kimia. Cairan kimia yang digunakan adalah dari golongan amin tersier biasanya adalah dietil paratuloidin. Jenis ini memang tidak sesempurna tipe I karena residu monomer yang terbentuk dari proses polimerisasi dan manipulasi lebih banyak. Namun hal tersebut dapat diatasi dengan mengatur suhu dan waktu manipulasi secara tepat.

Kelebihan dari tipe ini adalah mudah dilepaskan dari kuvet, fleksibilitas lebih tinggi dari tipe I, pengerutan volumeakhir tergolong rendah karena proses polimerisasi dari tipe ini tergolong kurang sempurna. Sedang kekurangannya adalah elastisitas dari tipe ini tergolong kurang dari tipe I, kemudian karena digunakan bahan kimia hal tersebut dapat mengiritasi jaringan rongga mulut, dandari segi ekonomis lebih mahal.C. Light Cured Acrylic (Resin Akrilik teriaktivasi Cahaya)

Cahaya yang dapat digunakan sebagai activator pada resin akrilik jenis ini adalah sinar UV dengan panjang gelombang 290-4nm dan sinar tampak dengan panjang gelombang 400-700 nm. Pada proses manipulasi resin akrilik jenis ini, ditambahkan bahan inisiator berupa champorquinon.

Kelebihan dari resin akrilik jenis ini adalah penyusutan saat polimerisasi rendah, hasil akhir manipulasinya dapat dibentuk dengan baik dan resin ini dapat dimanipulasi dengan peralatan sederhana. Kekurangan dari resin akrilik ini adalah elastisitas dari resin akrilik ini kecil dan penggunaan sinar UV pada resin ini dapat merusak jaringan rongga mulut.D. Microwave Cured Acrylic (Resin Akrilik teriaktivasi Kimia)

Activator pada resin akarilik ini adalah gelombang mikro dimana gelombang ini membuat molekul bergerak secara merata dan seimbang ke segala arah sehingga hasil akhir dari resin akrilik ini lebih sempurna dari yang lain. Hal tersebut disebabkan karena hamper semua monomer beraksi sehingga proses polimerisasinya sempurna.

Kelebihan dari jenis resin akrilik ini adalah waktu pemanasan yang dibutuhkan dari resin ini lebih singkat, perubahan warna kecil, sisa monomer lebih sedikit karena polimerisasinya lebih sempurna. Kekurangan dari resin jenis ini yakni resin akrilik ini masih dapat menyerap air, selain itu harga cukup mahal karena peralatan manipulasinya canggih.Jenis ResinAktivatorKelebihanKekurangan

Heat Curing acrylic resinEnergi termal yang berasal dari panasWarna stabil dan murahTerdapat pengerutan volume akhir, pembuatannya tidak praktis

Self Curing acrylic resinDimethyl paratoluidine atau amin tersierPengerutan volume akhir lebih kecil, praktis, dan relatif murahTerdapat sisa-sisa monomer, kestabilan warna rendah, sisa monomer lebih banyak, porositas lebih tinggi.

Light Curing acylic resinSinar tampak dan sinar UVWaktu polimerisasi dapat diaturBila menggunakan sinar UV dapat merusak jaringan.

Microwave Curing acrylicGelombang mikroWaktu lebih singkat, polimerisasi lebih sempurna, proses pembuatannya lebih bersih, sisa monomer lebih sedikit.Membutuhkan peralatan yang lebih mahal, masih bersifat menyerap air.

Sehingga diharapkan dokter gigi dapat memilih mana resin akrilik terbaik untuk digunakan.

II.2. Syarat resin dalam KG

Persyaratan bahan basis gigitiruan yang ideal untuk pembuatan basis gigitiruan adalah:

1. Tidak toksis dan tidak mengiritasi

2. Tidak terpengaruh oleh cairan mulut: tidak larut dan tidak mengabsorbsi

3. Mempunyai sifat-sifat yang memadai, antara lain:

a. Modulus elastisitas tinggi

b. Proportional limit tinggi: tidak mudah mengalami perubahan secara permanen jika menerima tekanan.

c. Kekuatan transversal tinggi

d. Kekuatan impak tinggi: basis gigitiruan tidak mudah pecah apabila terjatuh

e. Kekuatan fatique tinggi

f. Abration resistance dan kekerasan yang baik

g. Konduktivitas termal yang baik

h. Density rendah: untuk membantu retensi gigitiruan pada rahang atas

4. Estetis dan stabilitas warna cukup baik

5. Hal-hal lain yang menjadi pertimbangan antara lain:

a. Radiopak

b. Mudah dimanipulasi dan direparasi

c. Tidak mengalami perubahan dimensi

d. Mudah dibersihkan

Sampai saat ini belum ada satu pun bahan basis gigitiruan yang memenuhi semua persyaratan diatas.

II.3. Komposisi dan sifat resin akrilik

Komposisi

Komposisi resin akrilik secara umum adalah sama, yaitu terdiri dari bubuk polimer dan cairan monomer. Namun pada resin jenis tertentu, memiliki beberapa bahan tambahan. Berikut adalah komposisi resin akrilik:

1. Polimer:

a. Poli(metil metakrilat)

Bubuk polimer yaitu poli( metil metakrilat ) adalah resin transparan yang dapat menyalurkan cahaya dalam range ultraviolet hingga yang mempunyai wavelength 250nm. Ia mempunyai kekerasan dari 18 hingga 20 Knoop Number. Kekuatan tensilnya dianggarkan dalam 60 Mpa, ketumpatannya adalah 1.19 g/cm2 dan modulus elasticity dianggarkan 2.4 Gpa (2400 Mpa). Polimer ini sangat stabil. Ia tidak mengalami diskolorisasi dalam cahaya ultraviolet, secara kimiawi stabil dalam panas dan melembut pada 125C dan dapat dibentuk seperti bahan termoplastik. Depolimerisasi terjadi pada suhu di antara 125C dan 200C. Sekitar suhu 450C, 90% polimer telah terdepolimerisasi membentuk monomer.

Poli (metil metakrilat) mempunyai kecenderungan untuk meresap air melalui proses imbibisi. Ini karena, struktur non-kristalinnya mempunyai tenaga internal yang tinggi. Jadi, diffusi molekul dapat terjadi dengan mudah karena tidak memerlukan tenaga aktivasi yang banyak. Ia dapat larut dalam beberapa pelarut organik seperti kloroform dan aseton. b. Initiator

Initiator merupakan suatu bahan yang berfungsi untuk mengaktifkan reaksi polimerisasi resin akrilik. Bahan initiator yang biasa ditemukan adalah berupa 0.2 - 0.5% benzoil peroksida. Substansi ini akan mengalami pemutusan ikatan oleh karena adanya pemicu seperti panas pada heat-cured, kimia pada self-cured, dan cahaya pada light-cured. Pemutusan ikatan satu benzoil peroksida akan menghasilkan dua buah radikal bebas. Radikal bebas inilah yang nantinya akan mengikat monomer-monomer sehingga terjadilah reaksi polimerisasi.c. Pigmen

Zat pigmen pada resin akrilik akan membuat resin akrilik dapat memiliki bermacam warna, yaitu transparan yang menyerupai warna gigi, atau pink yang menyerupai gingiva. Beberapa sedian bahwa mengandung serat-serat merah sehingga menyerupai pembuluh darah. Zat pigmen dapat berupa merkuri sulfit, cadmium sulfit, cadmium selenit, dan ferric oxide.d. Plasticizer

Plasticizer adalah zat additif untuk menambah kefleksibilitasan resin akrilik. Zat ini dapat berupa dibutil pthalat.

e. Opacifiers

Tujuan bagi penambahan opacifiers adalah untuk memastikan resin akrilik terlihat di dalam sinar-X apabila tertelan. Opacifiers yang biasa digunakan adalah zinc atau titanium oxide.f. Bahan tambahan

Bahan yang umumnya ditambahkan pada resin akrilik adalah serat sintetis/organik (serat nilon atau serat akrilik) dan partikel inorganik, seperti serat kaca, zirkonium silikat. Adanya penambahan bahan-bahan ini biasanya dilakukan untuk merubah sifat fisik dan menkanik, seperti penambahan serat kaca akan menyebabkan densitas resin akan akrilik semakin meningkat.2. Monomer

a. Metil metakrilat

Cairan monomer adalah metil metakrilat, yaitu suatu cairan bening pada suhu ruangan yang mempunyai sifat fisikal berikut: Berat molekul : 100 u

Suhu lebur : - 48C

Suhu didih : 100.8C

Ketumpatan : 0.945 g/mL pada 20C

Tenaga polimerisasi : 12.9 kcal/mol

Metil metakrilat menunjukkan tekanan uap yang tinggi dan merupakan pelarut organik yang baik.

b. Stabilizer

Terdapat sekitar 0.003 0.1% metil ether hydroquinone untuk mencegah terjadinya proses polimerisasi selama penyimpanan.

c. Plasticizer: dibutil pthalat

d. Bahan untuk memacu ikatan silang (cross-linking agent) Cross-linked agent dapat berupa etilen glikol dimetakrilat (EGDMA). Bahan ini berpengaruh pada sifat fisik polimer dimana polimer yang memiliki ikatan silang bersifat lebih keras dan tahan terhadap pelarut.

Sifat

Beberapa sifat-sifat umum resin akrilik adalah:

a. Berat molekul

Resin akrilik polimerisasi panas memiliki berat molekul polimer yang tinggi yaitu 500.000 1.000.000 dan berat molekul monomernya yaitu 100. Berat molekul polimer ini akan bertambah hingga mencapai angka 1.200.000 setelah berpolimerisasi dengan benar. Rantai polimer dihubungkan antara satu dengan lainnya oleh gaya Van der Waals dan ikatan antar rantai molekul.

Bahan yang memiliki berat molekul tinggi mempunyai ikatan rantai molekul yang lebih banyak dan mempunyai kekakuan yang besar dibandingkan polimer yang memiliki berat molekul yang lebih rendah.

b. Monomer sisa

Monomer sisa berpengaruh pada berat molekul rata-rata. Polimerisasi pada suhu yang terlalu rendah dan dalam waktu singkat menghasilkan monomer sisa lebih tinggi. Monomer sisa yang tinggi berpotensi untuk menyebabkan iritasi jaringan mulut, inflamasi dan alergi, selain itu juga dapat mempengaruhi sifat fisik resin akrilik yang dihasilkan karena monomer sisa akan bertindak sebagai plasticizer yang menyebabkan resin akrilik menjadi fleksibel dan kekuatannya menurun. Pada akrilik yang telah berpolimerisasi secara benar, masih terdapat monomer sisa sebesar 0.2 sampai 0.5%. Proses kuring yang kuat pada temperatur tinggi sangat direkomendasikan untuk mengurangi ketidaknyamanan pasien yang diketahui memiliki riwayat alergi terhadap MMA (Metil Metakrilat). c. Absorbsi air

Resin akrilik polimerisasi panas relatif menyerap air lebih sedikit pada lingkungan yang basah. Nilai absorbsi air oleh resin akrilik yaitu 0.69% mg/cm2. Absorbsi air oleh resin akrilik terjadi akibat proses difusi, dimana molekul air dapat diabsorbsi pada permukaan polimer yang padat dan beberapa lagi dapat menempati posisi di antara rantai polimer. Hal inilah yang menyebabkan rantai polimer mengalami ekspansi. Setiap kenaikan berat akrilik sebesar 1% yang disebabkan oleh absorbsi air menyebabkan terjadinya ekspansi linear sebesar 0.23%. Sebaliknya pengeringan bahan ini akan disertai oleh timbulnya kontraksi.

e. Retak

Pada permukaan resin akrilik dapat terjadi retak. Hal ini diduga karena adanya tekanan tarik (tensile stress) yang menyebabkan terpisahnya molekul-molekul polimer. Keretakan seperti ini dapat terjadi oleh karena stress mekanik, stress akibat perbedaan ekspansi termis dan kerja bahan pelarut. Adanya crazing (retak kecil) dapat memperlemah gigi tiruan.

f. Ketepatan dimensional

Beberapa hal yang dapat mempengaruhi ketepatan dimensional resin akrilik adalah ekspansi mould sewaktu pengisian resin akrilik, ekspansi termal resin akrilik, kontraksi sewaktu polimerisasi, kontraksi termis sewaktu pendinginan dan hilangnya stress yang terjadi sewaktu pemolesan basis gigi tiruan resin akrilik.

g. Kestabilan dimensional

Kestabilan dimensional berhubungan dengan absorbsi air oleh resin akrilik. Absorbsi air dapat menyebabkan ekspansi pada resin akrilik. Pada resin akrilik dapat terjadi hilangnya internal stress selama pemakaian gigi tiruan. Pengaruh ini sangat kecil dan secara klinis tidak bermakna.h. Resisten terhadap asam, basa, dan pelarut organik

Resistensi resin akrilik terhadap larutan yang mengandung asam atau basa lemah adalah baik. Penggunaan alkohol dapat menyebabkan retaknya protesa. Ethanol juga berfungsi sebagai plasticizer dan dapat mengurangi temperatur transisi kaca. Oleh karena itu, larutan yang mengandung alkohol sebaiknya tidak digunakan untuk membersihkan protesa.

i. Porositas

Porositas adalah gelembung udara yang terjebak dalam massa akrilik yang telah mengalami polimarisasi. Timbulnya porositas menyabababkan efek negatif terhadap kekuatan dari resin akrilik. Ada 2 jenis porositas yang dapat kita temukan pada basis gigi tiruan yaitu shrinkage porosity dan gaseous porosity. Shrinkage porosity kelihatan sebagai gelembung yang tidak beraturan bentuk di seluruh permukaan gigi tiruan sedangkan gaseous porosity terlihat berupa gelembung kecil halus yang uniform, biasanya terjadi terutama pada protesa yang tebal dan di bagian yang lebih jauh dari sumber panas.j. Radiologi Akrilik tidak dapat dideteksi dalam foto karena sifat radiolusensinya. Ini disebabkan karena atom C,H,O yang terdapa dalam alrilik melemahkan, menyerap sinar x- ray. Hal ini akan meyulitkan jika terjadi kecelakaan dimana ada bagian akrilik yang tertelan atau tertanam di dalam jaringan lunak.II.4. Manipulasi resin akrilik

Manipulasi adalah suatu bentuk tindakan atau proses rekayasa terhadap sesuatu dengan menambah ataupun mengurangi variable yang berkaitan guna mencapai sifat fisik maupun mekanik yang dikehendaki. Dengan demikian, apabila manipulasi dilakukan pada resin akrilik memiliki tujuan agar resin akrilik ini nantinya mampu memenuhi persyaratan sebagai material yang digunakan pada kedokteran gigi dengan sifat fisik dan mekanik yang sesuai dengan pengaplikasiannya pada kedokteran gigi.

Manipulasi kedokteran gigi meliputi : menentukkan perbandingan polimer dan monomer, pencampuran keduanya, pengisian, serat terakhir adalah proses curring.

1. Perbandingan monomer dan polimer

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa resin akrilik dikemas dalam dua bentuk yaitu cairan (yang mengandung poli (metil metakrilat)/PMMA yang tidak terpolimerasi atau dengan kata lain dalam bentuk monomer) dan bubuk ( berupa PMMA prapolimerasi yang berbentuk butiran-butiran halus. Perbandingan keduanya sangat penting bila digunakan untuk pengaplikasian di kedokteran gigi, semisal pembuatan protesa, hal ini dikarenakan konsistensi yang tepat diantara keduanya mampu menghasilkan sifat fisik dan mekanik yang tepat pula.

Perbandingan yang tidak sesuai antara bubuk dan cairan mampu menyebabkan pengerutan volumetrik dan pengerutan secara linier. Selain itu keadaaan dimana:

a. Konsentrasi Bubuk > Cairan

Keadaan ini mampu menyebabkan terbentuknya granula-granula pada adonan. Hal ini dikarenakan bubuk tidak sepenuhnya mampu dibasahi oleh cairan

b. Konsentrasi Cairan > Bubuk

Keadaan ini mampu menyebabkan kontraksi pada adonan resin akrilik, akibatnya akan terjadi perubahan dimensi yang tampak, serta adanya pengerutan volumetrik dan linier yang telah dijelaskan sebelumnya.

Akibat yang paling harus diwaspadai dari ketidaktepatan perbandingan ini adalah mampu menghasilkan monomer sisa. Dimana monomer sisa ini apabila bereaksi dengan jaringan rongga mulut terutama fibroblas akan menimbulkan respon iritasi, hal ini sangat dihindari pada tindakan kedokteran gigi karena menimbulkan ketidaknyamanan atau bahkan kerugian bagi pasien. Disamping itu monomer sisa juga mampu bertindak sebagai plasticizer yang mampu berakibat pada menurunnya sifat flexibel dari resin dan menurunkan kekuatannya.

Untuk itu,dalam mencapai campuran antara bubuk dan cairan yang tepat. Perbandingan antara bubuk dan cairan resin akrilik adalah 3:1 dilihat berdasarkan volumenya.

2. Pencampuran

Tidakan berikutnya yang berkaitan dengan proses manipulasi setelah menentukkan perbandingan yang tepat adalah pencampuran antara bubuk (polimer) dan cairan(monomer).Begitu kedua variable ini dicampur akan terbentuk beberapa tahap yang terlihat. Pada point ini yang perlu diperhatikan adalah kemampuan dalam mengenali tahap-tahap tersebut guna menentukan waktu yang tepat untuk dilakukan pengisian pada mould. Jika tidak, akan berakibat pada adonan yang terlanjur menjadi keras yang berujung pada ketidakmampuannya dilakukan pembentukan. Atau bahkan campuran yang masih pada tahap lunak akibatnya dapat berpengaruh terhadap perubahan dimensi nantinya, serta timbulanya porositas.

Tahap yang nampak setelah dilakukan pencampuran antara cairan dan bubuk adalah sebagai berikut:

a. Sandy stage

Tahap ini dicirikan dengan terbentuknya bentukan pasir basah. Ini adalah bentuk respon mulai berinteraksinya bubuk dan cairan. Pada tahap ini interaksi tingkat molekuler belum sepenuhnya terjadi atau bahkan belum sama sekali.b. Adonan seperti Lumpur basah (mushy stage).c. Sticky stage Pada tahap ini mulai terjadi interaksi antara bubuk dan cairan. Dimana cairan mulai larut pada bubuk yang dapat berakibat pada terdispersinya rantai polimer (pada bubuk) pada monomer (cairan). Sehingga rantai polimer melepaskan jalinan ikatan yang berpengaruh terhadap adukan yang secara fisual dapat dilihat dengan adanya bentukan serat begitu adonan tersebut ditarik.

d. Dough Stage

Pada tahap ini adalah kesempurnaan dari sticky stage. Yaitu tahap dimana polimer dalam jumlah besar telah terlarut sepenuhnya pada monomer. Dengan demikian adukan yang terbentuk tidak lagi berserat ataupun lengket. Bahkan tidak laki adanya bentukan rekatan pada spatulan ataupun cawannya, yaitu benar-benar berbentuk adonan. Pada tahap inilah yang dikatakan tahap paling tepat untuk dituangkan pada mould.

e. Rubber hard stage

Tahap ini adalah tahap yang telah dikatakan sebelumnya, yaitu ketika adukan sudah tidak lagi mampu dilakukan pembentukkan dengan teknik kompresi konvensional . hal ini dikarenakan sepenuhnya monomer bebas telah diuapkan dan polimer telah seutuhnya masuk lebih jauh di antara monomer, sehingga adonan nampak seperti karet dan tidak lagi memiliki kemampuan ketika diregangkan.Waktu dough (waktu sampai tercapainya konsistensi liat) tergantung pada:

1. Ukuran partikel polymer; partikel yang lebih kecil akan lebih cepat dan lebih cepat mencapai dough.

2. Berat molekul polymer; lebih kecil berat molekul lebih cepat terbentuk konsistensi liat.

3. Adanya Plasticizer yang bisa mempercepat terjadinya dough.

4. Suhu; pembentukan dough dapat diperlambat dengan menyimpan adonan dalam tempat yang dingin.

5. Perbandingan monomer dan polymer; bila ratio tinggi maka waktu dough lebih singkat.3. Pengisian

Tahap ini disebut juga dengan packing, yaitu tahap penuangan resin kedalam mould. Pada proses manipulasi yang perlu diperhatikan pada tahap pengisian ini adalah ketepatan bahan mengisi rongga mould. Apabila terjadi keadaan:

a. Overpacking : akibatnya akan berpengaruh terhadap ketebalan berlebih pada pembuatan basis proteosa yang nantinya akan mempengaruhi posisi elemen gigi protesa di dalamnya.

b. Underpacking : sedangkan keadaan bahan yang tidak sepenuhnya memenuhi rongga mould akan mampu menimbullkan porus.

Untuk menghindari over ataupun under packing. Dapat dilakukan dengan pengisian pada rongga mould secara bertahap. Pada tahap selanjutnya setelah dilakukan pengisian pada rongga mould adalah dilakukannya press dengan pada kuvet. Kekuatan press yang diberikan pada kuvet sebesar 1000 psi selama 5 menit kemudian sebesar 2200 psi selamat 5 menit juga. Selama proses press ini biasanya ditemukan flash, yaitu adanya kelebihan bahan. Flash ini harus dibersihkan dan dipisahakan dengan bagian resin yang mengisi mould. Setelah dilakukan ini tahap berikutnya adalah dilakukannya curing. Ruang cetak diisi dengan acrylic pada tahap adonan mencapai tahap plastis (dough).Sebelum rongga tersebut diisi dengan acrylic, lebih dulu diulasi dengan bahan separator/pemisah, yang umumnya menggunakan could mould seal (CMS). Ruang cetak diisi dengan akrilik pada waktu adonan mencapai tahap plastis (dough stage). Pemberian separator tersebut dimaksudkan untuk:

a. Mencegah merembesnya monomer ke bahan cetakan (gips) dan ber-polimerisasi di dalam gips sehingga menghasilkan permukaan yang kasar dan merekat dengan bahan cetakan/gips.

b. Mencegah air dari bahan cetakan masuk ke dalam resin acrylic.4. Curring

Proses curring adalah proses terjadinya pengerasan, dimana yang menjadi komponen pembantu dalam terjadinya curring adalah dibagi menjadi 4:

a. Heat curring : yaitu terjadinya curring yang diaktivasi dengan adanya panas. Dimana panas yang diperlukan untuk terjadinya polimerasi dan tercapainya curring yang sempurna adalah 740C (1650F) yang dilakukan pada bak air dengan menjaga suhu tersebut selama 8-12 jam tanpa adanya prosedur pendidihan terminal. Baru selanjutnya masuk ke tahap yang kedua dengan meningkatkan suhu mencapai 100oC dan diproses selama 1 jam.Metode pemasakan dapat dilakukan dengan cara cepat atau lambat. Ada tiga metode pemasakan resin acrylic, yaitu:

1. Kuvet dan Begel dimasukkan ke dalam waterbath, kemudian diisi air setinggi 5 cm diatas permukaan kuvet. Selanjutnya dimasak diatas nyala api hingga mencapai temperature 700C (dipertahankan selama 10 menit). Kemudian temperaturnya ditingkatkan hingga 1000C (dipertahankan selama 20 menit). Selanjutnya api dimatikan dan dibiarkan mendingin sampai temperature ruang.

2. Memasak air sesuai kebutuhan hingga mendidih (1000C), kemudian kuvet dan beugel dimasukkan dan ditunggu hingga mendidih kembali (dipertahankan selama 20 menit), api dimatikan dan dibiarkan mendingin sampai temperature ruang.

3. Memasak air sesuai kebutuhan hingga mendidih (1000C), kemudian kuvet dan beugel dimasukkan dan ditunggu hingga mendidih kembali. Setelah mendidih api segera dimatikan dan dibiarkan selama 45 menit.

Kuvet dan begel yang terletak dalam water bath harus dibiarkan dingin secara perlahan-lahan. Selama pendinginan terdapat perbedaan kontraksi antara gips dan acrylic yang menyebabkan timbulnya stress di dalam polimer. Pendinginan secara perlahan-lahan akan akan memberi kesempatan terlepasnya stress oleh karena perubahan plastis. Selama pengisian mould space, pengepresan dan pemasakan perlu dikontrol perbandingan antara monomer dan polimer. Karena monomer mudah menguap, maka berkurangnya jumlah monomer dapat menyebabkan kurang sempurnanya polimerisasi dan terjadi porositas pada permukaan acrylic. Hal-hal yang menyebabkan berkurangnya jumlah monomer adalah:

1. Perbandingan monomer dan polimer yang tidak tepat.2. Penguapan monomer selama proses pengisisan rongga cetak.

3. Pemasakan yang terlalu panas, melebihi titik mdidih monomer (100,30C).

Secara normal setelah pemasakan terdapat sisa monomer 0,2-0,5%. Pemasakan pada temperature yang terlalu rendah dan dalam waktu singkat akan menghasilkan sisa monomer yang lebih besar. Ini harus dicegah, karena:a. Monomer bebas dapat lepas dari gigi tiruan dan mengiritasi jaringan mulut.

b. Sisa monomer akan bertindak sebagai plasticizer dan membuat resin menjadi lunak dan lebih flexible.

Porositas dapat memberi pengaruh yang tidak menguntungkan pada kekuatan dan sifat-sfat optic acrylic. Porositas yang terjadi dapat berupa shrinkage porosity (tampak geleembung yang tidak beraturan pada permukaan acrylic) dan gaseous porosity (berupa gelembung uniform, kecil, halus dan biasanya terjadi pada bagian acrylic yang tebal dan jauh dari sumber panas).Permasalahan yang sering timbul pada acrylic yang telah mengeras adalah terjadinya crazing (retak) pada permukaannya. Hal ini disebabkan adanya tensile stress ysng menyebabkan terpisahnya moleku-molekul primer. Retak juga dapat terjadi oleh karena pengaruh monomer yang berkontak pada permukaan resin acrylic, terutama pada proses reparasi.

Keretakan seperti ini dapat terjadi oleh karena :1. Stress mekanis oleh karena berulang-ulang dilakukan pengerigan dan pembasahan denture yang menyebabkan kontraksi dan ekspansi secara berganti-ganti. Dengan menggunakan bahan pengganti tin-foil untuk lapisan cetakan maka air dapat masuk ke dalam acrylic sewaktu pemasakan; selanjutnya apabila air ini hilang dari acrylic maka dapat menyebabkan keretakan.

2. Stress yang timbul karena adanya perbedaan koefisien ekspansi termis antara denture porselen atau bahan lain seperti klamer dengan landasan denture acrylic;retak-retak dapat terjadi di sekeliling bahan tersebut.

3. Kerja bahan pelarut; missal pada denture yang sedang direparasi, sejumlah monomer berkontak dengan resin dan dapat menyebabkan keretakan.

Denture dapat mengalami fraktur atau patah karena:1. Impact; missal jatuh pada permukaan yang keras.

2. Fatigue; karena denture mengalami bending secara berulang-ulang selama pemakaian.

b. Self curring : cukup dilakukan pada suhu ruang dikarenakan aktivator yang digunakan telah mengunakan amin tersier yang telah dijelaskan sebelumnya pada klasifikasi

c. Light curring : proses curring dicapai dengan dipaparkannya cahaya tampak dengan panjang gelombang sebesar 400-500nm dengan kemampuan menembus ketebalan sebesar 5-6 mm dengan pemaparan radiasi selama 10-25 menit.

II.5. Aplikasi resin akrilik dalam KG

Pembuatan Basis Gigi Tiruan

Resin akrilik terutama polimetilmetakrilat (PMMA) telah diperkenalkan dan dengan cepat menggantikan bahan basis gigi tiruan sebelumnya. Resin akrilik digunakan karena memiliki sifat yang menguntungkan yaitu estetik, warna dan tekstur mirip dengan gingiva sehinggga estetik di dalam mulut baik, daya serap air relatif rendah dan perubahan dimensi kecil.

Sebagai Bahan Restorasi

Kelebihan resin akrilik untuk bahan restorasi antara lain daya alir tinggi, aplikasi mudah setting dengan Light Curing selama 10 menit, dan menghasilkan permukaan yang sangat halus dan mengkilat.

Bahan penambah post dam pada full denture

Pada gigi palsu dibuat pagaran 2 mm agar dam (jarak antara gigi palsu) tidak kemasukkan saliva yang dapat membuat lepas

Restorasi gigi ; tambalan, inlay dan laminate (resin komposit)

Splint dan stents

Sebagai individual tray atau sendok cetak perorangan

Sendok cetak resin dibuat untuk menyesuaikan lengkung tertentu sehingga sering disebut sendok cetak individual. Bahan yang digunakan adalah bahan self-cured resin. Tetapi akhir-akhir ini sering digunakan bahan resin urethra dimetakrilat yang diaktivasi sinar. Sendok cetak dari bahan ini mempunyai dimensi yang stabil selama pasca polimerisasi tetapi rapuh dan melepaskan partikel bubuk selama proses pengasahan.

Peralatan ortodonsia (plat ortodontik) dan Pedodonsia

Sebagai alat ortodonti lepasan

Dipakai sebagai plat dasar alat ortodontik lepasan yang berupa lempengan plat akrilik berbentuk melengkung mengikuti permukaan palatum atau permukaan lingual lengkung mandibula. Jenis resin yang dipakai adalah heat curing dan cold curing. Bahan dari cold curing memiliki berat molekul lebih rendah sehingga pengkerutannya lebih sedikit namun memiliki porositas lebih banyak sehingga kekuatannya lebih rendah. Cold curing polimerisasinya lebih cepat sehingga waktu pengolahannya pun singkat. Waktu pembuatan yang singkat ini membuat bahan ini cocok untuk pembuatan alat ortodontik lepasan dan untuk reparasi plak akrilik. Selain itu cold curing juga mudah dimanipulasi dalam pembuatan.

Protesa maksilofasial (obturator pada celah palatal)

Inlay dan post-core pattern

Relining

Relining adalah mengganti permukaan protesa yang menghadap jaringan. Bahan yang biasa digunakan adalah self-cured. Namun juga digunakan resin yang diaktivasi dengan energy panas, sinar, atau gelombang mikro yang nantinya akan menghasilkan panas yang cukup besar dan distorsi basis protesa cenderung terjadi. Tahap awal dari relining itu membersihkan permukaan yang menghadap jaringan untuk meningkatkan perlekatan antara resin yang ada dengan bahan relining. Lalu resin yang tepat dimasukkan dan dibentuk dengan teknik molding tekanan.

Rebasing

Rebasing adalah mengganti keseluruhan basis protesa. Bahan yang biasa digunakan adalah sel-cured. Caranya adalah bahan self-cured dicampur sampai konsistensi encer lalu dimasukkan ke daerah yang kan direparasi. Polimerisasi yang timbul akan lebih sedikit apabila polimerisasi dilakukan di bawah tekanan hydrolic hingga sebesar 250 kN/m pada suhu 40-50oC.

Die lepasan

Pelindung Mulut untuk atlet

2.2 KEUNTUNGAN RESIN Resin merupakan bahan yang laris digunakan sebagai bahan basis dari berbagai piranti kedokteran gigi. Alasannya ialah karena bahan tersebut memiliki beberapa keuntungan atau kelebihan . 1) Warnanya harmonis dengan jaringan sekitarnya, sehingga memenuhi faktor estetik 2) Dapat dilapis dan dicekatkan kembali dengan mudah 3) Relatif lebih ringan 4) Teknik pembuatan dan pemolesannya mudah 11 5) Harga relatif murah. 2.3 KERUGIAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS Selain mempunyai sifat-sifat menguntungkan, gigi tiruan dari bahan resin akrilik mempunyai kelemahan yaitu mudah patah bila jatuh pada permukaan yang keras atau akibat kelelahan karena ulangan lenturan oleh suatu beban1 . 1. Penghantar panas yang buruk 2. Dimensinya tidak stabil pada waktu pembuatan, pemakaian maupun reparasi 3. Mudah terjadi abrasi pada saat pembersihan atau pemakaian. 4. Walaupun dalam derajat kecil, resin menyerap cairan mulut, yang mempengaruhi stabilitas warna 5. Kalkulus dan deposit makanan mudah melekat pada basis resin Persiapan Model MalamPada saat pembentukan mould space ini pada tahap awal dilakukan penutupan celah yang ada pada tepi malam dengan malam cair hal ini bertujuan agar pada saat penanaman tidak ada gips yang masuk. Selain itu juga bertujuan untuk memberikan kesempatan pada operator untuk melakukan finishing. Penanaman / InvestingUntuk penanaman igunakan gips putih karena jenis gips ini gips memerlukan detail dan kehalusan yang baik sedangkan gips biru yang mempunyai ukuran partikel yang lebih kecil dan halus dipergunakan pada pembukaan kuvet maka permukaan gips pada kuvet bagian atas dan bawah masing-masih diolesi dengan bahan separator yaitu vaselin. Pembuangan MalamPada pembuangan malam ini yang perlu diperhatikan adalah suhu air yang besarnya (1000 C sedang lama perebusan 10 menit. Waktu perebusan harus tepat, bila terlalu lama malam yang ada akan mencair dan merembes kepori-pori gips, hal ini berpengaruh jelak pada hasil permukaan mould space yaitu bahan separator CMS tidak dapat menempel dan melapisi secara sempurna.Manipulasi Bahan Akrilik* Pencampuran. Pencampuran bahan akrilik ini harus sesuai dengan perbandingan antara powder atau polimer dengan liguid atau monomer yaitu 3 : 1. Bila ratio terlalu tinggi maka akrilik yang telah digodok akan bergranula dan bila terlalu rendah kontraksi yang terjadi akan lebih besar. Pada pencampuran tempat yang digunakan terbuat dari bahan porselen atau dari bahan kaca yang tertutup karena akrilik ini prosesnya melalui polimerisasi dan bila tempat yang digunakan terbuat dari plastik maka bagian dari tenpat berjenis polimer tersebut akan ikut bereaksi dalam reaksi polimerisasi adonan gips, sehingga hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Tempat yang tertutup untuk meminimalkan pengaruh-pengaruh dari luar yang nantinya akan mengurangi tingkat keberhasilan dalam pencetakan akrilik. Misalnya sinar matahari, kelembaban udara dan faktor yang lain.* Pengisian. Pada tahap ini diawali dengan pemberian bahan separator yaitu CMS. dan labih cepat tercapai konsistensi liat. Kiur/ pemanasanKarena tipe akrilik ini adalah heat cured maka polimerisasinya dibantu dengan pemanasan. Cara dari pemanasannya yaitu dengan memanaskan pada air mendidih yang suhunya kira-kira 1000 C selama 20 menit. PendinginanKuvet yang masih dalam press dibiarkan perlahan karena selama pendinginan terdapat kontraksi antara bahan cetakan dan akrilik yang menyebabkan timbulnya stress dalam polimer.a.Processing dengan panci dan kompor gasKuvet yang telah berisi resin akrilik dimasukkan ke dalam panci yang telah diisi air, kemudian dipanaskan di atas api kompor sedang. Suhu dibiarkan naik perlahan hingga mencapai kurang lebih 70oC. Suhu ini dipertahankan hingga 1 jam 30 menit dengan mengecilkan api kompor atau menambahkan air dingin jika suhu diperkirakan naik. Suhu dinaikkan dari 70oC menjadi 100oC (mendidih) dan dibiarkan selama 30 menit.

b.Processing dengan Curing UnitAlat kuring unit yang dipergunakan terbuat dari bakstainless steelberukuran 35x48x53 cm. Alat ini dilengkapi dengan sensor panas yang dihubungkan dengan pembaca suhu di bagian dalam bak. Pada bagian luar bak dipasang komponen pengatur panas dan waktu. Alat kuring unit yang digunakan telah dikalibrasi untuk pengendalian suhu dan waktu. Pemrosesan resin akrilik dilakukan dengan mengisi bak kuring unit dengan 5 liter air. Pengaturan kuring unit untuk suhu dan waktu dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama diatur pemanasan mulai suhu kamar dinaikkan perlahan-lahan hingga mencapai suhu 70oC. Suhu ini dipertahankan sampai 1 jam 30 menit. Tahap kedua suhu dinaikkan menjadi 100oC dan dipertahankan selama 30 menit.

Deflasking/ pelepasanPelepasan akrilik ini sulit dilakukan karena : a. Tebal tipisnya lapisan yang dibentuk CMS pada waktu mengering. Keadaan akrilik setelah dilepas terdapt kelebihan dipinggir cetakan akrilik hal itu dapat ditanggulangi dengan cara mengurangi dan merapikan sesuai dengan outline formnya pada waktu finishing. Akrilik tidak patah karena pendinginan yang dilakukan berhati-hati. Tidak terdapat porus karena mould space karena pencampuran yang sudah homogen. Akrilik berwarna merah muda pucat seharusnya berwarna merah muda. Hal ini dikarenakan cara pemanasan yag salah suhu yang digunakan terlalu tinggi. b. Pemberian bahan separator tidak sepenuhnya menempel pada permukan mould space yang hal ini disebabkan karena ada malam yang masih menempel pada proses pembuangan malam. Penyelesaian / finishingPada tahap ini dilakukan pemotongan bagian-bagian yang berlebih. Merapikan pinggiran akrilik dan meratakan permukaan akrilik dengan bor stone, fraiser dan amplas halus.

Pemolesan/ polishingPemolesan ini merupakan tahap terakhir dalam manipulasi gips. Bahan yang digunakan untuk pemolesan pertama kali adalah pumish yang merupakan bahan dari batu apung yang dipergunakan dalam suspensi dalam air. Bahan selanjutnya dipoles dengan bahan yang lebih halus yaitu whiting yang dipergunakan dalam bentuk suspensi dalam air. Pemolesan ini dilakukan sampai permukaan akrilik halus dan mengkilap. Setelah itu diaplikasikan dalam model rahang yang baik yaitu pada waktu dilepas mudah dan pada waktu posisi terbalik akrilik tetap pada model rahang atau tidak jatuh.9.Finishing dan PolishingMenghilangkan sisa-sisa material dari permukaan dan kontur resin akrilik merupakan tahap kelanjutan dari deflasking. Semua kecuali daerah basal (yang menempel dengan palatum untuk maxilla) harusnya halus yang mana tidak ada daerah kasaran ataupun tonjolan. Untuk daerah basal tidak di-polishinguntuk daerah basal dengan tujuan agar bisa menempel erat dengan palatum. Daerah basal dilingkupi resin akrilik sehingga regangan pada permukaan tidak seimbang. Penghilangan beberapa daerah yang masih kasar pada daerah resin akrilik yang menghadap ke lingual akan menyebabkan regangan yang semula tidak seimbang menjadiseimbang dan akan membuat daerah basal lebih menyatu. Semua permukaan selain permukaan basal harus dibuat semengkilat mungkin.