resin akrilik (repaired)

41
LAPORAN TUTORIAL BLOK ILMU BAHAN DAN TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI SKENARIO 2 Basis Gigi Tiruan Akrilik” Oleh : Ketua : Zulfa Fithri (Nim:121610101097) Sekertaris : Inetia Fluidayanti (Nim:121610101001) Hayyu Safira F. (Nim:121610101013) Anggota : Trianike Nor A. (Nim:121610101002) Gladiola Nadisha (Nim:121610101005) Yuni Aisyah P. (Nim:121610101006) Medina Nanda U. (Nim:121610101007) Fikhih Kartika M. (Nim:121610101008) Yusron Haries (Nim:121610101010)

Upload: trianike-nur-aini

Post on 12-Dec-2014

465 views

Category:

Documents


78 download

TRANSCRIPT

Page 1: Resin Akrilik (Repaired)

LAPORAN TUTORIAL

BLOK ILMU BAHAN DAN TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI

SKENARIO 2

“Basis Gigi Tiruan Akrilik”

Oleh :

Ketua : Zulfa Fithri (Nim:121610101097)

Sekertaris : Inetia Fluidayanti (Nim:121610101001)

Hayyu Safira F. (Nim:121610101013)

Anggota : Trianike Nor A. (Nim:121610101002)

Gladiola Nadisha (Nim:121610101005)

Yuni Aisyah P. (Nim:121610101006)

Medina Nanda U. (Nim:121610101007)

Fikhih Kartika M. (Nim:121610101008)

Yusron Haries (Nim:121610101010)

Nazala Zetta Z. (Nim:121610101011)

Gita Putri K. (Nim:121610101014)

Ilvana Ardi W. (Nim:121610101099)

Niken W. (Nim:121610101105)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS JEMBER

2013

Page 2: Resin Akrilik (Repaired)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya

sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan ini, tentang Basis Gigi Tiruan

Akrilik. Laporan ini disusun untuk memenuhi hasil diskusi tutorial kelompok I

pada skenario kedua.

Penulisan laporan ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh

karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. drg. Sukanto M. Kes. selaku tutor yang telah membimbing jalannya diskusi

tutorial kelompok I Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember dan yang

telah memberi masukan yang membantu, bagi pengembangan ilmu yang telah

didapatkan.

2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.

Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi

perbaikan–perbaikan di masa mendatang demi kesempurnaan laporan ini. Semoga

laporan ini dapat berguna bagi kita semua.

Jember, April 2013

Tim Penyusun

Page 3: Resin Akrilik (Repaired)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Permasalahan

I.2. Skenario

I.3. Permasalahan

I.4. Mapping Permasalahan

I.5. Learning Objective

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1.Klasifikasi resin

II.2. Syarat resin dalam KG

II.3. Komposisi dan sifat resin akrilik

II.4. Manipulasi resin akrilik

II.5. Aplikasi resin akrilik dalam KG

BAB III PEMBAHASAN

BAB IV KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Resin Akrilik (Repaired)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Permasalahan

Gigi merupakan salah satu organ pengunyahan yang sangat penting.

Hilangnya salah satu atau lebih gigi akan menyebabkan terganggunya sistem

mastikasi dan juga hilangnya estetika rongga mulut. Adapun range kasus

hilangnya gigi ini sangatlah tinggi, terutama pada manula. Untuk itu sangatlah

diperlukan adanya suatu solusi dalam menghadapi masalah tersebut, salah satunya

adalah dengan menggunakan gigi palsu atau protesa. Di dalam dunia kedokteran

gigi, protesa ini dalam proses pengaplikasiannya di dalam rongga mulut adalah

melalui suatu basis. Basis dari protesa yang umumnya digunakan adalah basis

berbahan dasar resin akrilik. Resin akrilik merupakan suatu polimer dari metil

metakrilat.

Melihat urgensi dari protesa dalam praktek kedokteran gigi, seorang calon

dokter gigi haruslah mengetahui secara mendalam tentang basis protesa berbahan

dasar resin akrilik. Beberapa hal yang perlu diketahui adalah antara lain

mengetahui klasifikasi resin, sifat resin yang dapat digunakan dalam KG,

komposisi dan sifat resin akrilik, proses manipulasi, serta pengaplikasiannya di

dalam KG. Oleh karena itu, kami kelompok tutorial 1 akan sedikit mengupas

tentang resin akrilik di dalam laporan ini.

Page 5: Resin Akrilik (Repaired)

I.2. Skenario

BASIS GIGI TIRUAN AKRILIK

Ilham adalah mahasiswa kedokteran gigi universitas jember semester 2.

Sebagai seorang calon dokter gigi Ilham merasa punya tanggung jawab terhadap

masalah-masalah kesehatan gigi dan mulut yang ada di keluarganya. Melihat gigi

ayahnya sudah banyak yang hilang Ilham menyarankan agar ayahnya

membuatkan gigi palsu ke dokter gigi. Sore hari Ilham bersama ayahnya pergi ke

dokter gigi setelah sampai di tempat praktek ternyata sudah banyak pasien yang

antri. Sambil menunggu antrian iseng-iseng Ilham tanya pada salah seorang

pasien yang ingin membetulkan gigi palsu yang patah, pasien ini bilang kalau

dokter gigi ini bisa memperbaiki gigi palsu yang patah tanpa menunggu lama dan

sambungannya tidak kelihatan. Tiba saatnya giliran Ilham dan ayahnya masuk

ruang praktek, setelah berkonsultasi dan mendapat penjelasan dari dokter akhirnya

ayah Ilham memilih gigi tiruan dengan basis resin akrilik. Ilham juga menanyakan

pada dokter gigi bagaimana cara menyambung gigi palsu yang patah dengan

cepat, dokter menjawab bahwa hal itu bisa dilakukan dengan menggunakan resin

akrilik jenis self curring. Dokter gigi ini menjelaskan kalau punya ayah Ilham

tidak menggunakan self curring tetapi menggunakan resin akrilik jenis heat

curring yang membedakan keduanya adalah proses polimerisasinya.

I.3. Permasalahan

I.3.1. Bagaimana klasifikasi resin?

I.3.2. Apa saja syarat resin dalam kedokteran gigi?

I.3.3. Bagaimana komposisi dan sifat resin akrilik?

I.3.4. Bagaimana cara manipulasi resin akrilik?

I.3.5. Apa sajakah pengaplikasian resin akrilik dalam kedokteran gigi?

Page 6: Resin Akrilik (Repaired)

I.4. Mapping Permasalahan

I.5. Learning Objevtive

I.5.1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan klasifikasi resin.

I.5.2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan syarat-syarat resin

dalam kedokteran gigi.

I.5.3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan komposisi dan sifat

resin.

I.5.4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan cara manipulasi resin

akrilik.

I.5.5 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan aplikasi resin akrilik

dalam kedokteran gigi.

RESIN

KG

AKRILIK

BASIS PROTESA

ALAM SINTETIK

KOMPOSISI

SYARATSIFAT

Page 7: Resin Akrilik (Repaired)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Resin adalah campuran asam-asam karboksilat, minyak essensial, dan

terpenting, yang terdapat sebagai eksudat pada berbagai pohon atau tanaman

semak atau yang diproduksi secara sintetis. Resin merupakan benda padat amorf

atau semi padat yang sangat mudah terbakar dan larut dalam air, sedangkan

beberapa jenis larut dalam etanol dan yang lainnya larut dalam karbon

tetraklorida, eter, dan minyak yang mudah menguap. Sebagian besar lunak dan

lengket, tetapi mengeras jika terpajan pada suhu dingin. (Dorland : 2002)

II.1.Klasifikasi resin

Berdasarkan asalnya resin dapat dibedakan menjadi resin alami dan

sintetik. Resin alami merupakan bahan yang disekresikan oleh tumbuhan dan

serangga tertentu, misalnya rosin (Harty, 1987). Sedangkan resin sintetik terdiri

dari campuran bahan-bahan kimia dengan struktur kimia yang mengacu pada resin

alami.

Dari sifat termalnya, resin dibagi lagi menjadi resin termoplastik dan

termosetting. Resin termoplastik, seperti kompoun cetak dan akrilik, melunak

ketika di panaskan melebihi temperatur transisi kaca (Tg), kemudian dapat

dibentuk dan dengan pendinginan akan mengeras dalam bentuk tersebut. namun,

pada pemanasan ulang bahan dapat melunak kembali dan dapat dibentuk kembali

bila diperlukan. Setelah itu, resin termosetting, merupakan resin yang menjadi

keras secara permanen bila dipanaskan melebihi temperatur kritis dan tidak

melunak kembali pada pemanasan ulang (Phillips, 1996).

Page 8: Resin Akrilik (Repaired)

Sesuai dengan skenario, resin akrilik merupakan resin sintetik

termoplastik. Resin akrilik sendiri memiliki beberapa klasifikasi berdasarkan cara

polimerisasinya:

1. Heat cured acrylic resin : resin akrilik yang menggunakan pemanasan untuk

polimerisasi.

2. Self cured acrylic resin : resin akrilik yang menggunakan akselerator kimia

untuk polimerisasi yaitu dimetil-para-toluidin.

3. Light cured resin : resin akrilik yang menggunakan sinar tampak untuk

polimerisasi.

II.2. Syarat resin dalam KG

Semua dental material harus memenuhi syarat-syarat fundamental sebelum

dapat digunakan secara klinis pada pasien, tidak terkecuali resin akrilik. Berikut

adalah syarat-syarat standar dental material:

1. Biologis : tidak memiliki rasa, tidak berbau, tidak toksik, dan tidak

mengiritasi jaringan rongga mulut, tidak boleh larut dalam saliva atau cairan

lain yang dimasukkan ke dalam mulut, dan tidak dapat ditembus cairan mulut.

2. Fisik : memiliki kekuatan dan kepegasan serta tahan terhadap tekanan gigit

atau pengunyahan, tekanan benturan, serta keausan berlebihan yang dapat

terjadi di dalam rongga mulut. Resin akrilik jugalah harus stabil dimensinya

dibawah semua keadaan, termasuk perubahan termal serta variasi-variasi

dalam beban.

3. Estetik : menunjukkan transluensi atau transparansi yang cukup sehingga

cocok dengan penampilan jaringan mulut yang digantikan, harus dapat

diwarnai atau dipigmentasi, dan harus tidak berubah warna atau penampilan

setelah pembentukan.

4. Karakteristik penanganan : tidak boleh menghasilkan uap atu debu toksik

selama penanganan dan manipulasi, mudah diaduk, dimasukkan, dibentuk,

Page 9: Resin Akrilik (Repaired)

dan diproses, mudah dipoles, dan pada keadaan patah yang tidak disengaja,

resin harus dapat diperbaiki dengan mudah dan efisien.

5. Ekonomis : biaya resin dan penanganannya haruslah rendah, dan proses

tersebut tidak memerlukan peralatan kompleks serta mahal (Phillips, 1996)

II.3. Komposisi dan sifat resin akrilik

Resin akrilik pada dasarnya memiliki dua komposisi dasar yaitu bubuk

polimer dan cairan monomer.

Polimer

Secara umum polimer resin akrilik terdiri dari poli (metil metakrilat), initiator

(0.2-0.5% benzoil peroksida), pigmen (merkuri sulfat, cadmium selenit, ferric

oxide), plasticizer (dibutil ptalat), opacifiers (zinc atau titanium oxide), bahan

tambahan berupa serat sintetis organik (serat nilon atau serat akrilik) dan

anorganik (serat kaca, zirkonium silikat). Untuk resin akrilik jenis self cured ,

ada bahan tambahan aktivator berupa amin tersier, sedangkan pada light cured

terdapat aktivator berupa camphoroquinone.

Monomer

Monomer resin akrilik terdiri dari metil metakrilat, stabilizer (0.003 – 0.1%

metil ether hydroquinone untuk mencegah terjadinya proses polimerisasi

selama penyimpanan), plasticizer (dibutil pthalat), bahan untuk memacu ikatan

silang (cross-linking agent) yaitu etilen glikol dimetakrilat (EGDMA). Cross-

link agent ini berpengaruh pada sifat fisik polimer dimana polimer yang

memiliki ikatan silang bersifat lebih keras dan tahan terhadap pelarut

(Chanaka, 2010)

II.4. Manipulasi resin akrilik

Manipulasi adalah suatu bentuk tindakan atau proses rekayasa terhadap

sesuatu dengan menambah ataupun mengurangi variabel yang berkaitan guna

mencapai sifat fisik maupun mekanik yang dikehendaki. Sebelum diaplikasikan

Page 10: Resin Akrilik (Repaired)

pada pasien, resin akrilik harus diolah dan dimanipulasi sedemikian rupa sehingga

memenuhi kriteria pengaplikasian klinis yang baik. Secara umum, ada beberapa

hal yang harus diperhatikan dalam memanipulasi resin akrilik, antara lain:

1. Perbandingan monomer dan polimer

Perbandingan yang umum digunakan adalah 3,5 : 1 satuan volume

atau 2,5 : 1 satuan berat. Bila monomer terlalu sedikit maka tidak semua

polimer sanggup dibasahi oleh monomer akibatnya akrilik yang telah

selesai berpolimerisasi akan bergranul. Sebaliknya, monomer juga tidak

boleh terlalu banyak karena dapat menyebabkan terjadinya kontraksi pada

adonan resin akrilik.

2. Pencampuran

Polimer dan monomer dengan perbandingan yang benar dicampurkan

dalam tempat yang tertutup lalu dibiarkan beberapa menit sampai

mencapai fase dough.( SK Khindria ,2009) . Pada saat pencampuran ada

empat tahapan yang terjadi, yaitu:

1. Sandy stage adalah terbentuknya campuran yang menyerupai pasir

basah.

2. Sticky stage adalah saat bahan akan merekat ketika bubuk mulai larut

dalam cairan dan berserat ketika ditarik.

3. Dough stage adalah saat konsistensi adonan mudah diangkat dan tidak

melekat lagi, dimana tahap ini merupakan waktu yang tepat untuk

memasukkan adonan ke dalam mould dan kebanyakan dicapai dalam

waktu 10 menit.

4. Rubber hard stage adalah tahap seperti karet dan tidak dapat dibentuk

dengan kompresi konvensional.

5. Pengisian

Page 11: Resin Akrilik (Repaired)

Tahap ini disebut juga dengan packing, yaitu tahap penuangan

resin kedalam mould. Pada proses manipulasi yang perlu diperhatikan

pada tahap pengisian ini adalah ketepatan bahan mengisi rongga

mould. dengan pengisian pada rongga mould secara bertahap. Pada

tahap selanjutnya setelah dilakukan pengisian pada rongga mould

adalah dilakukannya press dengan pada kuvet. Kekuatan press yang

diberikan pada kuvet sebesar 1000 psi selama 5 menit kemudian

sebesar 2200 psi selamat 5 menit juga. Selama proses press ini

biasanya ditemukan flash, yaitu adanya kelebihan bahan. Flash ini

harus dibersihkan dan dipisahakan dengan bagian resin yang mengisi

mould. Setelah dilakukan ini tahap berikutnya adalah dilakukannya

curing.

6. Curring.

Proses curring adalah proses terjadinya pengerasan, dimana setiap

jenis resin akrilik memiliki spesialisasi tersendiri.

Heat cured acrylic resin : yaitu terjadinya curring yang diaktivasi

oleh adanya panas.

Self cured acrylic resin : curring cukup dapat dilakukan pada suhu

ruang karena adanya aktivator amin tersier.

Light cured resin : proses curring dicapai dengan dipaparkannya

cahaya tampak.

II.5. Aplikasi resin akrilik dalam KG

Resin akrilik merupakan salah satu bahan kedokteran gigi yang telah

banyak aplikasikan untuk pembuatan anasir dan basis gigi tiruan, pelat ortodonsi,

sendok cetak khusus, serta restorasi mahkota dan jembatan dengan hasil

memuaskan, baik dalam hal estetik maupun dalam hal fungsinya. Selain itu resin

digunakan untuk reline dan perbaikan prostesa, gigi palsu parsial. Resin juga telah

digunakan untuk retainer ortodontik dan perangkat removable gigi , pelindung

mulut dari bruxism, mahkota gigi. (philis, 2003)

Page 12: Resin Akrilik (Repaired)

Resin akrilik digunakan sebagai bahan restorasi karena memilki kelebihan

yaitu daya alir tinggi, aplikasi mudah setting dengan light-cured selama 10 menit,

dan menghasilkan permukaan yang sangat halus dan mengkilat. Digunakam

sebagai sendok cetak karena dibuat untuk menyesuaikan lengkung tertentu

sehingga sering disebut sendok cetak individual. Sebagai alat ortodonsi lepasan

karena dipakai sebagai plat dasar alat ortodontik lepasan yang berupa lempengan

plat akrilik berbentuk melengkung mengikuti permukaan palatum atau permukaan

lingual lengkung mandibula. Jenis resin yang dipakai adalah heat curing dan cold

curing. Bahan dari cold curing memiliki berat molekul lebih rendah sehingga

pengkerutannya lebih sedikit namun memiliki porositas lebih banyak sehingga

kekuatannya lebih rendah.Sebagai reparasi yaitu bahan yang biasa digunakan

adalah jenis self-cured dan heat-cured. Bias juga digunakan sebagai relining,

Relining adalah mengganti permukaan protesa yang menghadap jaringan. Bahan

yang biasa digunakan adalah self-cured. Namun juga digunakan resin yang

diaktivasi dengan energy panas, sinar, atau gelombang mikro yang nantinya akan

menghasilkan panas yang cukup besar dan distorsi basis protesa cenderung terjadi.

Tahap awal dari relining itu membersihkan permukaan yang menghadap jaringan

untuk meningkatkan perlekatan antara resin yang ada dengan bahan relining. Lalu

resin yang tepat dimasukkan dan dibentuk dengan teknik molding tekanan.Dan

yang terakhir digunakan untuk rebasing, rebasing adalah mengganti keseluruhan

basis protesa. Bahan yang biasa digunakan adalah sel-cured. Caranya adalah

bahan self-cured dicampur sampai konsistensi encer lalu dimasukkan ke daerah

yang kan direparasi. Polimerisasi yang timbul akan lebih sedikit apabila

polimerisasi dilakukan di bawah tekanan hydrolic hingga sebesar 250 kN/m pada

suhu 40-50oC. (Philips,2003)

Page 13: Resin Akrilik (Repaired)

BAB III

PEMBAHASAN

II.1.Klasifikasi resin

Resin merupakan suatu dental material yang telah digunakan secara luas.

Secara umum, resin ada yang alami (berasal dari tumbuhan atau serangga tertentu)

dan sintetik (dari senyawa kimia yang strukturnya mengacu pada struktur resin

alami). Resin akrilik adalah salah satu contoh dari resin sintetik. Selain itu, resin

juga dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat termalnya, yaitu termoplastik dan

termosetting. Resin termoplastik dalah suatu resin yang akan melunak apabila

diberi suhu melebihi suhu transisi kaca (Tg)-nya, dan kemudian mengeras.

Apabila resin tersebut dipanaskan kembali, maka akan lunak kembali. Contoh

resin termoplastik adalah resin akrilik. Hal tersebutlah yang membedakan resin

termoplastik dengan resin termosetting. Untuk resin termosetting, resin jenis ini

akan mengeras secara permanen apabila dipanaskan melebihi suhu kritisnya.

Sehingga bentuk resin ini akan tetap atau tidak berubah meskipun mengalami

pemanasan ulang.

Sesuai dengan skenario, resin akrilik yang merupakan jenis resin sintetik,

juga memiliki klasifikasi tersendiri berdasarkan cara polimerisasinya, yaitu: heat-

cured, self-cured, dan light-cured.

Heat cured acrylic resin : yaitu terjadinya curring yang diaktivasi oleh

adanya panas.

Self cured acrylic resin : curring cukup dapat dilakukan pada suhu ruang

karena adanya aktivator amin tersier.

Light cured resin : proses curring dicapai dengan dipaparkannya cahaya

tampak

Page 14: Resin Akrilik (Repaired)

Setiap jenis resin akrilik tersebut, memiliki kekurangan dan kelebihan

masing-masing.

Jenis Resin Aktivator Kelebihan Kekurangan

Heat Curing

acrylic resin

Energi termal

yang berasal dari

panas

Warna stabil dan

murah

Terdapat

pengerutan volume

akhir,

pembuatannya

tidak praktis

Self Curing

acrylic resin

Dimethyl

paratoluidine

atau amin tersier

Pengerutan

volume akhir

lebih kecil,

praktis, dan

relatif murah

Terdapat sisa-sisa

monomer,

kestabilan warna

rendah, sisa

monomer lebih

banyak, porositas

lebih tinggi.

Light Curing

acylic resin

Sinar tampak dan

sinar UV

Waktu

polimerisasi

dapat diatur

Bila menggunakan

sinar UV dapat

merusak jaringan.

Microwave

Curing

acrylic

Gelombang

mikro

Waktu lebih

singkat,

polimerisasi

lebih sempurna,

proses

pembuatannya

lebih bersih, sisa

monomer lebih

sedikit.

Membutuhkan

peralatan yang

lebih mahal, masih

bersifat menyerap

air.

Sehingga diharapkan dokter gigi dapat memilih mana resin akrilik terbaik untuk

digunakan.

Page 15: Resin Akrilik (Repaired)

II.2. Syarat resin dalam KG

Persyaratan bahan basis gigitiruan yang ideal untuk pembuatan basis gigitiruan

adalah:

1. Tidak toksis dan tidak mengiritasi

2. Tidak terpengaruh oleh cairan mulut: tidak larut dan tidak mengabsorbsi

3. Mempunyai sifat-sifat yang memadai, antara lain:

a. Modulus elastisitas tinggi

b. Proportional limit tinggi: tidak mudah mengalami perubahan secara

permanen jika menerima tekanan.

c. Kekuatan transversal tinggi

d. Kekuatan impak tinggi: basis gigitiruan tidak mudah pecah apabila terjatuh

e. Kekuatan fatique tinggi

f. Abration resistance dan kekerasan yang baik

g. Konduktivitas termal yang baik

h. Density rendah: untuk membantu retensi gigitiruan pada rahang atas

4. Estetis dan stabilitas warna cukup baik

5. Hal-hal lain yang menjadi pertimbangan antara lain:

a. Radiopak

b. Mudah dimanipulasi dan direparasi

c. Tidak mengalami perubahan dimensi

d. Mudah dibersihkan

Sampai saat ini belum ada satu pun bahan basis gigitiruan yang memenuhi

semua persyaratan diatas.

II.3. Komposisi dan sifat resin akrilik

Komposisi

Komposisi resin akrilik secara umum adalah sama, yaitu terdiri dari bubuk

polimer dan cairan monomer. Namun pada resin jenis tertentu, memiliki beberapa

bahan tambahan. Berikut adalah komposisi resin akrilik:

1. Polimer:

a. Poli(metil metakrilat)

Page 16: Resin Akrilik (Repaired)

Bubuk polimer yaitu poli( metil metakrilat ) adalah resin transparan yang dapat

menyalurkan cahaya dalam range ultraviolet hingga yang mempunyai wavelength

250nm. Ia mempunyai kekerasan dari 18 hingga 20 Knoop Number. Kekuatan

tensilnya dianggarkan dalam 60 Mpa, ketumpatannya adalah 1.19 g/cm2 dan

modulus elasticity dianggarkan 2.4 Gpa (2400 Mpa).

Polimer ini sangat stabil. Ia tidak mengalami diskolorisasi dalam cahaya

ultraviolet, secara kimiawi stabil dalam panas dan melembut pada 125°C dan

dapat dibentuk seperti bahan termoplastik. Depolimerisasi terjadi pada suhu di

antara 125°C dan 200°C. Sekitar suhu 450°C, 90% polimer telah

terdepolimerisasi membentuk monomer.

Poli (metil metakrilat) mempunyai kecenderungan untuk meresap air melalui

proses imbibisi. Ini karena, struktur non-kristalinnya mempunyai tenaga internal

yang tinggi. Jadi, diffusi molekul dapat terjadi dengan mudah karena tidak

memerlukan tenaga aktivasi yang banyak. Ia dapat larut dalam beberapa pelarut

organik seperti kloroform dan aseton.

b. Initiator

Initiator merupakan suatu bahan yang berfungsi untuk mengaktifkan

reaksi polimerisasi resin akrilik. Bahan initiator yang biasa ditemukan adalah

berupa 0.2 - 0.5% benzoil peroksida. Substansi ini akan mengalami pemutusan

ikatan oleh karena adanya pemicu seperti panas pada heat-cured, kimia pada self-

cured, dan cahaya pada light-cured. Pemutusan ikatan satu benzoil peroksida akan

menghasilkan dua buah radikal bebas. Radikal bebas inilah yang nantinya akan

mengikat monomer-monomer sehingga terjadilah reaksi polimerisasi.

c. Pigmen

Zat pigmen pada resin akrilik akan membuat resin akrilik dapat memiliki

bermacam warna, yaitu transparan yang menyerupai warna gigi, atau pink yang

menyerupai gingiva. Beberapa sedian bahwa mengandung serat-serat merah

sehingga menyerupai pembuluh darah. Zat pigmen dapat berupa merkuri sulfit,

cadmium sulfit, cadmium selenit, dan ferric oxide.

d. Plasticizer

Page 17: Resin Akrilik (Repaired)

Plasticizer adalah zat additif untuk menambah kefleksibilitasan resin

akrilik. Zat ini dapat berupa dibutil pthalat.

e. Opacifiers

Tujuan bagi penambahan opacifiers adalah untuk memastikan resin

akrilik terlihat di dalam sinar-X apabila tertelan. Opacifiers yang biasa digunakan

adalah zinc atau titanium oxide.

f. Bahan tambahan

Bahan yang umumnya ditambahkan pada resin akrilik adalah serat

sintetis/organik (serat nilon atau serat akrilik) dan partikel inorganik, seperti serat

kaca, zirkonium silikat. Adanya penambahan bahan-bahan ini biasanya dilakukan

untuk merubah sifat fisik dan menkanik, seperti penambahan serat kaca akan

menyebabkan densitas resin akan akrilik semakin meningkat.

2. Monomer

a. Metil metakrilat

Cairan monomer adalah metil metakrilat, yaitu suatu cairan bening pada

suhu ruangan yang mempunyai sifat fisikal berikut:

Berat molekul : 100 u

Suhu lebur : - 48°C

Suhu didih : 100.8°C

Ketumpatan : 0.945 g/mL pada 20°C

Tenaga polimerisasi : 12.9 kcal/mol

Metil metakrilat menunjukkan tekanan uap yang tinggi dan merupakan

pelarut organik yang baik.

b. Stabilizer

Terdapat sekitar 0.003 – 0.1% metil ether hydroquinone untuk mencegah

terjadinya proses polimerisasi selama penyimpanan.

c. Plasticizer: dibutil pthalat

d. Bahan untuk memacu ikatan silang (cross-linking agent)

Page 18: Resin Akrilik (Repaired)

Cross-linked agent dapat berupa etilen glikol dimetakrilat (EGDMA).

Bahan ini berpengaruh pada sifat fisik polimer dimana polimer yang memiliki

ikatan silang bersifat lebih keras dan tahan terhadap pelarut.

Sifat

Beberapa sifat-sifat umum resin akrilik adalah:

a. Berat molekul

Resin akrilik polimerisasi panas memiliki berat molekul polimer yang

tinggi yaitu 500.000 – 1.000.000 dan berat molekul monomernya yaitu 100. Berat

molekul polimer ini akan bertambah hingga mencapai angka 1.200.000 setelah

berpolimerisasi dengan benar. Rantai polimer dihubungkan antara satu dengan

lainnya oleh gaya Van der Waals dan ikatan antar rantai molekul.

Bahan yang memiliki berat molekul tinggi mempunyai ikatan rantai

molekul yang lebih banyak dan mempunyai kekakuan yang besar dibandingkan

polimer yang memiliki berat molekul yang lebih rendah.

b. Monomer sisa

Monomer sisa berpengaruh pada berat molekul rata-rata. Polimerisasi pada

suhu yang terlalu rendah dan dalam waktu singkat menghasilkan monomer sisa

lebih tinggi. Monomer sisa yang tinggi berpotensi untuk menyebabkan iritasi

jaringan mulut, inflamasi dan alergi, selain itu juga dapat mempengaruhi sifat

fisik resin akrilik yang dihasilkan karena monomer sisa akan bertindak sebagai

plasticizer yang menyebabkan resin akrilik menjadi fleksibel dan kekuatannya

menurun. Pada akrilik yang telah berpolimerisasi secara benar, masih terdapat

monomer sisa sebesar 0.2 sampai 0.5%. Proses kuring yang kuat pada temperatur

tinggi sangat direkomendasikan untuk mengurangi ketidaknyamanan pasien yang

diketahui memiliki riwayat alergi terhadap MMA (Metil Metakrilat).

Page 19: Resin Akrilik (Repaired)

c. Absorbsi air

Resin akrilik polimerisasi panas relatif menyerap air lebih sedikit pada

lingkungan yang basah. Nilai absorbsi air oleh resin akrilik yaitu 0.69% mg/cm2.

Absorbsi air oleh resin akrilik terjadi akibat proses difusi, dimana molekul air

dapat diabsorbsi pada permukaan polimer yang padat dan beberapa lagi dapat

menempati posisi di antara rantai polimer. Hal inilah yang menyebabkan rantai

polimer mengalami ekspansi. Setiap kenaikan berat akrilik sebesar 1% yang

disebabkan oleh absorbsi air menyebabkan terjadinya ekspansi linear sebesar

0.23%. Sebaliknya pengeringan bahan ini akan disertai oleh timbulnya kontraksi.

e. Retak

Pada permukaan resin akrilik dapat terjadi retak. Hal ini diduga karena

adanya tekanan tarik (tensile stress) yang menyebabkan terpisahnya molekul-

molekul polimer. Keretakan seperti ini dapat terjadi oleh karena stress mekanik,

stress akibat perbedaan ekspansi termis dan kerja bahan pelarut. Adanya crazing

(retak kecil) dapat memperlemah gigi tiruan.

f. Ketepatan dimensional

Beberapa hal yang dapat mempengaruhi ketepatan dimensional resin akrilik

adalah ekspansi mould sewaktu pengisian resin akrilik, ekspansi termal resin

akrilik, kontraksi sewaktu polimerisasi, kontraksi termis sewaktu pendinginan dan

hilangnya stress yang terjadi sewaktu pemolesan basis gigi tiruan resin akrilik.

g. Kestabilan dimensional

Kestabilan dimensional berhubungan dengan absorbsi air oleh resin

akrilik. Absorbsi air dapat menyebabkan ekspansi pada resin akrilik. Pada resin

akrilik dapat terjadi hilangnya internal stress selama pemakaian gigi tiruan.

Pengaruh ini sangat kecil dan secara klinis tidak bermakna.

Page 20: Resin Akrilik (Repaired)

h. Resisten terhadap asam, basa, dan pelarut organik

Resistensi resin akrilik terhadap larutan yang mengandung asam atau basa

lemah adalah baik. Penggunaan alkohol dapat menyebabkan retaknya protesa.

Ethanol juga berfungsi sebagai plasticizer dan dapat mengurangi temperatur

transisi kaca. Oleh karena itu, larutan yang mengandung alkohol sebaiknya tidak

digunakan untuk membersihkan protesa.

II.4. Manipulasi resin akrilik

Manipulasi adalah suatu bentuk tindakan atau proses rekayasa terhadap

sesuatu dengan menambah ataupun mengurangi variable yang berkaitan guna

mencapai sifat fisik maupun mekanik yang dikehendaki. Dengan demikian,

apabila manipulasi dilakukan pada resin akrilik memiliki tujuan agar resin akrilik

ini nantinya mampu memenuhi persyaratan sebagai material yang digunakan pada

kedokteran gigi dengan sifat fisik dan mekanik yang sesuai dengan

pengaplikasiannya pada kedokteran gigi.

Manipulasi kedokteran gigi meliputi : menentukkan perbandingan polimer

dan monomer, pencampuran keduanya, pengisian, serat terakhir adalah proses

curring.

1. Perbandingan monomer dan polimer

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa resin akrilik dikemas dalam dua

bentuk yaitu cairan (yang mengandung poli (metil metakrilat)/PMMA yang tidak

terpolimerasi atau dengan kata lain dalam bentuk monomer) dan bubuk ( berupa

PMMA prapolimerasi yang berbentuk butiran-butiran halus. Perbandingan

keduanya sangat penting bila digunakan untuk pengaplikasian di kedokteran gigi,

semisal pembuatan protesa, hal ini dikarenakan konsistensi yang tepat diantara

keduanya mampu menghasilkan sifat fisik dan mekanik yang tepat pula.

Perbandingan yang tidak sesuai antara bubuk dan cairan mampu menyebabkan

pengerutan volumetrik dan pengerutan secara linier. Selain itu keadaaan dimana:

Page 21: Resin Akrilik (Repaired)

a. Konsentrasi Bubuk > Cairan

Keadaan ini mampu menyebabkan terbentuknya granula-granula pada

adonan. Hal ini dikarenakan bubuk tidak sepenuhnya mampu dibasahi oleh cairan

b. Konsentrasi Cairan > Bubuk

Keadaan ini mampu menyebabkan kontraksi pada adonan resin akrilik,

akibatnya akan terjadi perubahan dimensi yang tampak, serta adanya pengerutan

volumetrik dan linier yang telah dijelaskan sebelumnya.

Akibat yang paling harus diwaspadai dari ketidaktepatan perbandingan ini

adalah mampu menghasilkan monomer sisa. Dimana monomer sisa ini apabila

bereaksi dengan jaringan rongga mulut terutama fibroblas akan menimbulkan

respon iritasi, hal ini sangat dihindari pada tindakan kedokteran gigi karena

menimbulkan ketidaknyamanan atau bahkan kerugian bagi pasien. Disamping itu

monomer sisa juga mampu bertindak sebagai plasticizer yang mampu berakibat

pada menurunnya sifat flexibel dari resin dan menurunkan kekuatannya.

Untuk itu,dalam mencapai campuran antara bubuk dan cairan yang tepat.

Perbandingan antara bubuk dan cairan resin akrilik adalah 3:1 dilihat berdasarkan

volumenya.

2. Pencampuran

Tidakan berikutnya yang berkaitan dengan proses manipulasi setelah

menentukkan perbandingan yang tepat adalah pencampuran antara bubuk

(polimer) dan cairan(monomer).Begitu kedua variable ini dicampur akan

terbentuk beberapa tahap yang terlihat. Pada point ini yang perlu diperhatikan

adalah kemampuan dalam mengenali tahap-tahap tersebut guna menentukan

waktu yang tepat untuk dilakukan pengisian pada mould. Jika tidak, akan

berakibat pada adonan yang terlanjur menjadi keras yang berujung pada

ketidakmampuannya dilakukan pembentukan. Atau bahkan campuran yang masih

pada tahap lunak akibatnya dapat berpengaruh terhadap perubahan dimensi

nantinya, serta timbulanya porositas.

Page 22: Resin Akrilik (Repaired)

Tahap yang nampak setelah dilakukan pencampuran antara cairan dan

bubuk adalah sebagai berikut:

a. Sandy stage

Tahap ini dicirikan dengan terbentuknya bentukan pasir basah. Ini adalah bentuk

respon mulai berinteraksinya bubuk dan cairan. Pada tahap ini interaksi tingkat

molekuler belum sepenuhnya terjadi atau bahkan belum sama sekali.

b. Sticky stage

Pada tahap ini mulai terjadi interaksi antara bubuk dan cairan. Dimana cairan

mulai larut pada bubuk yang dapat berakibat pada terdispersinya rantai polimer

(pada bubuk) pada monomer (cairan). Sehingga rantai polimer melepaskan jalinan

ikatan yang berpengaruh terhadap adukan yang secara fisual dapat dilihat dengan

adanya bentukan serat begitu adonan tersebut ditarik.

c. Dough Stage

Pada tahap ini adalah kesempurnaan dari sticky stage. Yaitu tahap dimana polimer

dalam jumlah besar telah terlarut sepenuhnya pada monomer. Dengan demikian

adukan yang terbentuk tidak lagi berserat ataupun lengket. Bahkan tidak laki

adanya bentukan rekatan pada spatulan ataupun cawannya, yaitu benar-benar

berbentuk adonan. Pada tahap inilah yang dikatakan tahap paling tepat untuk

dituangkan pada mould.

d. Rubber hard stage

Tahap ini adalah tahap yang telah dikatakan sebelumnya, yaitu ketika adukan

sudah tidak lagi mampu dilakukan pembentukkan dengan teknik kompresi

konvensional . hal ini dikarenakan sepenuhnya monomer bebas telah diuapkan

dan polimer telah seutuhnya masuk lebih jauh di antara monomer, sehingga

adonan nampak seperti karet dan tidak lagi memiliki kemampuan ketika

diregangkan.

Page 23: Resin Akrilik (Repaired)

3. Pengisian

Tahap ini disebut juga dengan packing, yaitu tahap penuangan resin

kedalam mould. Pada proses manipulasi yang perlu diperhatikan pada tahap

pengisian ini adalah ketepatan bahan mengisi rongga mould. Apabila terjadi

keadaan:

a. Overpacking : akibatnya akan berpengaruh terhadap ketebalan berlebih pada

pembuatan basis proteosa yang nantinya akan mempengaruhi posisi elemen gigi

protesa di dalamnya.

b. Underpacking : sedangkan keadaan bahan yang tidak sepenuhnya memenuhi

rongga mould akan mampu menimbullkan porus.

Untuk menghindari over ataupun under packing. Dapat dilakukan dengan

pengisian pada rongga mould secara bertahap. Pada tahap selanjutnya setelah

dilakukan pengisian pada rongga mould adalah dilakukannya press dengan pada

kuvet. Kekuatan press yang diberikan pada kuvet sebesar 1000 psi selama 5 menit

kemudian sebesar 2200 psi selamat 5 menit juga. Selama proses press ini biasanya

ditemukan flash, yaitu adanya kelebihan bahan. Flash ini harus dibersihkan dan

dipisahakan dengan bagian resin yang mengisi mould. Setelah dilakukan ini tahap

berikutnya adalah dilakukannya curing.

4. Curring

Proses curring adalah proses terjadinya pengerasan, dimana yang menjadi

komponen pembantu dalam terjadinya curring adalah dibagi menjadi 4:

a. Heat curring : yaitu terjadinya curring yang diaktivasi dengan adanya panas.

Dimana panas yang diperlukan untuk terjadinya polimerasi dan tercapainya

curring yang sempurna adalah 740C (1650F) yang dilakukan pada bak air dengan

menjaga suhu tersebut selama 8-12 jam tanpa adanya prosedur pendidihan

terminal. Baru selanjutnya masuk ke tahap yang kedua dengan meningkatkan suhu

mencapai 100oC dan diproses selama 1 jam.

Page 24: Resin Akrilik (Repaired)

b. Self curring : cukup dilakukan pada suhu ruang dikarenakan aktivator yang

digunakan telah mengunakan amin tersier yang telah dijelaskan sebelumnya pada

klasifikasi

c. Light curring : proses curring dicapai dengan dipaparkannya cahaya tampak

dengan panjang gelombang sebesar 400-500nm dengan kemampuan menembus

ketebalan sebesar 5-6 mm dengan pemaparan radiasi selama 10-25 menit.

II.5. Aplikasi resin akrilik dalam KG

Pembuatan Basis Gigi Tiruan

Resin akrilik terutama polimetilmetakrilat (PMMA) telah diperkenalkan dan

dengan cepat menggantikan bahan basis gigi tiruan sebelumnya. Resin akrilik

digunakan karena memiliki sifat yang menguntungkan yaitu estetik, warna dan

tekstur mirip dengan gingiva sehinggga estetik di dalam mulut baik, daya serap air

relatif rendah dan perubahan dimensi kecil.

Sebagai Bahan Restorasi

Kelebihan resin akrilik untuk bahan restorasi antara lain daya alir tinggi,

aplikasi mudah setting dengan Light Curing selama 10 menit, dan menghasilkan

permukaan yang sangat halus dan mengkilat.

Bahan penambah ”post dam” pada full denture

Pada gigi palsu dibuat pagaran ± 2 mm agar dam (jarak antara gigi palsu)

tidak kemasukkan saliva yang dapat membuat lepas

Restorasi gigi ; tambalan, inlay dan laminate (resin komposit)

Splint dan stents

Sebagai individual tray atau sendok cetak perorangan

Page 25: Resin Akrilik (Repaired)

Sendok cetak resin dibuat untuk menyesuaikan lengkung tertentu sehingga

sering disebut sendok cetak individual. Bahan yang digunakan adalah bahan self-

cured resin. Tetapi akhir-akhir ini sering digunakan bahan resin urethra

dimetakrilat yang diaktivasi sinar. Sendok cetak dari bahan ini mempunyai

dimensi yang stabil selama pasca polimerisasi tetapi rapuh dan melepaskan

partikel bubuk selama proses pengasahan.

Peralatan ortodonsia (plat ortodontik) dan Pedodonsia

Sebagai alat ortodonti lepasan

Dipakai sebagai plat dasar alat ortodontik lepasan yang berupa lempengan

plat akrilik berbentuk melengkung mengikuti permukaan palatum atau permukaan

lingual lengkung mandibula. Jenis resin yang dipakai adalah heat curing dan cold

curing. Bahan dari cold curing memiliki berat molekul lebih rendah sehingga

pengkerutannya lebih sedikit namun memiliki porositas lebih banyak sehingga

kekuatannya lebih rendah. Cold curing polimerisasinya lebih cepat sehingga

waktu pengolahannya pun singkat. Waktu pembuatan yang singkat ini membuat

bahan ini cocok untuk pembuatan alat ortodontik lepasan dan untuk reparasi plak

akrilik. Selain itu cold curing juga mudah dimanipulasi dalam pembuatan.

Protesa maksilofasial (obturator pada celah palatal)

Inlay dan post-core pattern

Relining

Relining adalah mengganti permukaan protesa yang menghadap jaringan.

Bahan yang biasa digunakan adalah self-cured. Namun juga digunakan resin yang

diaktivasi dengan energy panas, sinar, atau gelombang mikro yang nantinya akan

menghasilkan panas yang cukup besar dan distorsi basis protesa cenderung terjadi.

Tahap awal dari relining itu membersihkan permukaan yang menghadap jaringan

untuk meningkatkan perlekatan antara resin yang ada dengan bahan relining. Lalu

resin yang tepat dimasukkan dan dibentuk dengan teknik molding tekanan.

Page 26: Resin Akrilik (Repaired)

Rebasing

Rebasing adalah mengganti keseluruhan basis protesa. Bahan yang biasa

digunakan adalah sel-cured. Caranya adalah bahan self-cured dicampur sampai

konsistensi encer lalu dimasukkan ke daerah yang kan direparasi. Polimerisasi

yang timbul akan lebih sedikit apabila polimerisasi dilakukan di bawah tekanan

hydrolic hingga sebesar 250 kN/m pada suhu 40-50oC.

Die lepasan

Pelindung Mulut untuk atlet

Page 27: Resin Akrilik (Repaired)

BAB IV

KESIMPULAN

Resin akrilik merupakan campuran asam-asam karboksilat, minyak

essensial, dan terpenting, yang terdapat sebagai eksudat pada berbagai pohon atau

tanaman semak atau yang diproduksi secara sintetis. Resin diklasifikasikan

menjadi resin alami dan sintetis (resin akrilik) berdasarkan asal. Ada tiga jenis

resin akrilik berdasarkan polimerisasinya: heat cured, self cured, dan light cured.

Komposisi resin yaitu bubuk polimer poli metil metakrilat dan cairan monomer

metil metakrilat. Resin akrilik harus memenuhi syarat biologis, fisis, estetis,

ekonomis, dan mekanis untuk dapat diaplikasikan dalam kedokteran gigi. Aplikasi

umum resin akrilik dalam kedokteran gigi adalah basis protesa, restorasi, dll.

Page 28: Resin Akrilik (Repaired)

DAFTAR PUSTAKA

Anusavice, Kenneth J. 1996. Phillips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi.

Jakarta: EGC

Harty, F.J & R. Ogston. 1993. Kamus Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC

Nirwana, Intan & R. Heal Soekanto. Jurnal : Sitotoksisitas Resin Akrilik Setelah

Penambahan Glass Fiber dengan Metode Berbeda. Surabaya: Bagian Ilmu

Material dan Teknologi kedokteran Gigi Universitas Airlangga

Riadiantoro, Affian. 2011. Jurnal : Pembuatan Gigi Tiruan Lepasan dengan

Menggunakan Resin Visible Light Cure