resensi film

11
1. Film Indonesia “TIMUR MATAHARI” I. Identitas Film Produser : Nia Sihasale dan Ari Sihasale Sutradara : Ari Sihasale Penulis Naskah : Jeremias Nyangeon Genre : Drama Pemeran Utama : Simson Sikoway sebagai Mazmur Pemeran Pembantu : Abetnego Yogibalom sebagai Thomas Laura Basuki sebagai Vina Lucky Martin sebagai Nyong Michael Idol sebagai Michael Putri Nere sebagai Elsye Ringgo Agus Rahman sebagai Ucok Ririn Ekawati sebagai Dr. Fatimah Pemain : Frisca Waromi sebagai Suryani Maria Resubun sebagai Agnes Razz Manobi sebagai Yokim Yullex Sawaki sebagai Jollex II. Sinopsis

Upload: ni-putu-rahayu-ariyantini

Post on 28-Oct-2015

237 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: resensi film

1. Film Indonesia

“TIMUR MATAHARI”

I. Identitas FilmProduser : Nia Sihasale dan Ari SihasaleSutradara : Ari SihasalePenulis Naskah : Jeremias NyangeonGenre : DramaPemeran Utama : Simson Sikoway sebagai MazmurPemeran Pembantu : Abetnego Yogibalom sebagai Thomas

Laura Basuki sebagai Vina Lucky Martin sebagai Nyong Michael Idol sebagai Michael Putri Nere sebagai Elsye Ringgo Agus Rahman sebagai Ucok Ririn Ekawati sebagai Dr. Fatimah

Pemain : Frisca Waromi sebagai Suryani Maria Resubun sebagai Agnes Razz Manobi sebagai Yokim Yullex Sawaki sebagai Jollex

II. Sinopsis

Pagi itu seperti pagi hari biasanya. Matahari terbit di timur menyinari pulau ini. Papua, pulau paling timur dari Indonesia, dimana cahaya matahari selalu meneranginya terlebih dahulu. Namun, tidak bagi Mazmur, Thomas

Page 2: resensi film

dan teman-temannya. Pagi itu mereka masih menunggu kedatangan cahaya itu, cahaya yang akan menerangi mereka dari gelapnya kebodohan, tapi seperti hari-hari yang telah berlalu cahaya itu tak kunjung datang... GURU!

Mazmur setiap hari selalu menunggu kedatangan guru pengganti di sebuah lapangan terbang tua, satu-satunya penghubung kampung itu dari kehidupan diluar sana, kampung mereka berada di daerah pegunungan tengah Papua, daerah yang cukup sulit untuk dijangkau. Pagi itu ia memandang penuh harap kelangit, semoga hari itu ada pesawat yang datang dan membawa guru pengganti karena sudah 6 bulan tak ada guru yang mengajar, setelah Mazmur melempar pandangannya kepada Bapak Yakob, seorang pria berumur yang masih menjaga tradisi, dan dari Bapak Yakob, Mazmur tahu guru tidak juga datang. Diapun berlari kesekolah dan memberi kabar kepada teman-temannya, Thomas, Yokim, Agnes dan Suryani yang dengan setia selalu menunggu kabar itu. "Guru pengganti belum datang, kita menyanyi saja". Kembali kalimat itu yang keluar dari mulut Mazmur. Karena guru tidak pernah datang akhirnya ke lima anak ini mencari pelajaran di alam dan lingkungan sekitar. Lewat pendeta Samuel, ibu dokter Fatimah, om Ucok dan om Jolex mereka mendapatkan banyak pengetahuan. Namun sebuah kejadian mengubah semua itu, Ayah Mazmur terbunuh oleh Joseph, ayah dari Agnes, dan paman dari Yokim dan Suryani.

Pertikaian antar kampung tak bisa dihindari. Kabar kematian Blasius ayah Mazmur sampai kepada Michael, adik dari Blasius yang sejak kecil diambil oleh mama Jawa yang tinggal dan belajar di Jakarta, Michael terpukul mendengar itu, bersama Vina istrinya, dia memutuskan untuk kembali ke Papua dan mencoba menyelesaikan permasalahan ini. Namun tidak segampang yang dipikirkannya, karena adik bungsunya Alex menentang semua pemikiran modern dari Michael. Perang! Itu jalan satu-satunya bagi Alex untuk membalas kematian Blasius. Orang dewasa bisa saja bertikai, namun tidak bagi Mazmur, Thomas dan ketiga sahabatnya, walaupun kampung mereka bermusuhan, ayah Mazmur terbunuh oleh ayah Agnes, tapi mereka tetap berkawan dan berusaha mendamaikan kedua kampung ini.

Page 3: resensi film

III. Resensi

Satu lagi film garapan Alenia Pictures, sebuah rumah produksi bentukan Ari Sihasale dan Nia Sihasale Zulkarnaen yang memposisikan diri sebagai rumah produksi yang berfokus kepada film-film bertema keluarga. Seperti Denias yang mengambil latar kehidupan masyarakat Papua, Di Timur Matahari juga mengambil lokasi dan cerita di bagian paling timur Indonesia tersebut.

Seperti film Alenia sebelumnya, konsentrasi untuk mengangkat isu daerah dan pendidikan anak menjadi isu utama. Di film ini persoalan-persoalan yang terjadi di Papua dipaparkan baik melalui verbal maupun visual.

Film Di Timur Matahari mengangkat cerita tentang "kegelapan" anak-anak Papua yang masih tertinggal dalam hal pendidikan. Jauh dari pusat pemerintahan, membuat kontrol terhadap pendidikan di sana menjadi sangat lemah. sebuah film yang menyajikan potret kehidupan masyarakat Papua, khususnya di daerah Tiom, Kabupaten Lani Jaya.

Film ini memberikan gambaran tentang masyarakat di sana. Bahwa kejadian di film ini memang benar-benar terjadi. Ini bukan hanya persoalan di Papua, melainkan sudah menjadi persoalan nasional.

Judul Di Timur Matahari adalah refleksi ironis dari keadaan masyarakat di Papua. Timur sebagai tempat pertama kali matahari terbut, ternyata menyimpan kegelapan bagi masyarakat sana dari segi aspek sosial budaya. Namun, Alenia Pictures mengemas film ini dalam tema keluarga.

Film ini film keluarga. Film yang bisa dinikmati oleh semua anggota keluarga. Di saat menonton film di bioskop, biasanya tercipta quality time di mana anak bisa berdiskusi dengan orang tuanya. Film ini member amanat agar para orang tua memahami bahwa anak-anak juga punya andil dalam menciptakan sebuah kondisi baru dan juga bisa berpartisipasi dalam mewujudkan sebuah perdamaian.

Kita diajak untuk tidak menghakimi begitu saja. Tapi melihat dengan jelas karena film ini seperti memaparkan persoalan dengan alami, tanpa dramatisasi. Bagaimana pergolakan hati warga pendatang melihat hukum adat di Papua juga digambarkan.

Page 4: resensi film

Banyaknya isu yang diangkat tanpa adanya fokus yang jelas bisa membuat penonton sedikit bosan dan bingung dengan cerita. Namun, meski didominasi oleh pemain lokal, namun Ari Sihasale benar-benar mampu membuat mereka berakting natural. Mengalir dengan mulus. Keindahan lanskap Papua, tentu sajasayang untuk dilewatkan. Penonton dimanjakan dengan pemandangan yang indah di sepanjang film ini.

Page 5: resensi film

2. Film Asing

“LOCKOUT”

I. IdentitasProduser : Marc Libert dan Leila SmithSutradara : James Mather dan Stephen St. LegerNaskah : Luc Besson, Stephen St. Leger dan James MatherJenis Film : Thriller actionPemain : Guy Pearce sebagai Snow

Maggie Grace sebagai Emilie Vincent Regan sebagai Alex Joseph Gilgun sebagai Hydell

II. Sinopsis

Mereka memanggilnya Snow (Guy Pearce). Kalau soal melanggar aturan main, Snow paling tahu caranya. Celakanya, sekarang pria tangguh ini jadi tahanan di penjara dengan tingkat keamanan tinggi. Snow memang tidak melakukan kejahatan seperti yang dituduhkan namun sayangnya semua bukti mengarah ke Snow. Kali ini ada kesempatan buat Snow untuk keluar dari penjara dengan cara legal. Kalau ia bisa menuntaskan misi ini, Snow jadi orang bebas lagi.

Snow di tahan di dalam penjara yang berlokasi 50 mil dari bumi. Tak pernah ada keributan di penjara ini karena semua tahanan dibuat tertidur

Page 6: resensi film

selama mereka menjalani masa hukuman mereka. MS ONE adalah ruang penjara eksperimental dimana 500 penjahat paling berbahaya di planet bumi ditidurkan. Memimpin misi kemanusiaan, putri Presiden AS, Emilie Warnock (Maggie Grace) tiba disana pada saat kekerasan tak terduga oleh pemberontakan terjadi. Emilie dan awak MS ONE disandera oleh para tahanan. Dalam waktu singkat, keributan pun tak bisa dihindarkan. Sebenarnya kondisi masih bisa diatasi kalau saja para tahanan tak menyandera putri sang presiden.

Mendatangkan tim dari bumi secara diam-diam jelas tak mungkin dan satu-satunya harapan adalah merekrut orang yang sudah di dalam. Snow adalah pilihan terbaik di antara semua pilihan yang sepertinya pilihan buruk. Presiden Warnock memutuskan untuk mengirim agen Snow (Guy Pearce) ke MS ONE sebagai satu-satunya misi untuk menyelamatkan Emilie.

III. Resensi

Berlatar belakang kisah di masa depan yaitu tahun 2079 dimana Amerika memiliki penjara di ruang angkasa yang bernama MS1. Idenya unik karena para tahanan tidak akan bisa lolos keluar dari penjara. Tidak hanya itu saja, mereka juga ditidurkan dengan system cryo-freeze dalam suatu kotak mirip peti mati. Jadi sewaktu-waktu bila diinginkan mereka baru dibangunkan dari tidurnya. Jadi sulit sekali untuk bisa melarikan diri dari penjara tsb.

Dalam film ini ada dua kisah yang ingin ditampilkan yaitu kisah mengenai Snow (Guy Pearce) yang dijebak dan dituduh membunuh temannya sesama agen rahasia dan kisah Snow menyelamatkan Emilie (Maggie Grace) putri dari Presiden Amerika. Jalan ceritanya memang lebih bagaimana cara bagaimana Snow menyelamatkan Emillie, namun diantara penyelamat tersebut ada beberapa adegan lucu dan mengharukan, kemanusiaan, serta sedikit percikan romantis. Keduanya dirangkai membentuk suatu cerita yang cukup menghibur dengan adegan actionnya dan tembak-menembaknya.

Guy Pearce bermain cukup baik sebagai sang hero yang menyelamatkan Emilie dengan taruhan nyawa. Bentuk tubuh yang atletis dan kekar serta lincah sering ditonjolkan untuk menunjukkan sisi heronya. Namun demikian sebenarnya diawal mempunyai tujuan lain yaitu menemukan

Page 7: resensi film

temannya yang bernama Mace yang menyimpan koper rahasia yang menjadi rebutan semua orang. Begitu Mace sudah mengalami gangguan jiwa dan tewas maka mau tak mau Snow 100% menyelamatkan Emilie.

Maggie bermain lumayan setidaknya bisa menampilkan sosok seorang kantoran karena perannya menuntutnya menjadi seorang peneliti kemanusiaan. Kesedihan dan ketakutan juga dapat ditampilkan dengan wajar dan tidak berlebihan. Terutama pada adegan hendak diperkosa.

Vincent Regan yang bermain sebagai Alex terlihat kurang sesuai dengan perannya sebagai kepala penjahat yang memimpin kelompoknya. Dia terlihat sudah tua, kurang lincah dan kurang sangar wajahnya.

Joseph Gilgun yang bermain sebagai Hydell sangat baik memerankan karakter ini. Sedikit gila, garang dan sangar serta kejam. Dengan mudah dapat membunuh orang tanpa ada yang perlu dipikirkan lagi. Gerak-gerik tubuh dan mimik wajah sangat pas sekali dalam bermain.

Kekurangan dalam film ini adalah jumlah tahanan yang ratusan orang tidak terekspose dan yang tampak hanya kelompok Alex saja yang sekitar sepuluh orang sehingga tidak tampak kericuhan dan kegaduhannya yang dilakukan selain kelompok Alex. Senjata-senjata yang digunakan masih model lama padahal tahun yang diceritakan adalah 2079 seharusnya senjata-senjatanya lebih modern. Pada saat mata Emilie disuntik dan setelahnya tidak ada gangguan sama sekali pada matanya. Tidak dijelaskan apa isi dari memory micro SD card yang menjadi rebutan.

Kelebihan dalam film ini adalah ide dasarnya yang unik yaitu penjara di luar angkasa dengan sistem keamanannya yang tinggi. Film bergenre aksi ini memang tak menawarkan sebuah ide cerita yang istimewa, namun sutradara James Mather dan Stephen St. Leger mampu menjamin bahwa penonton tak akan berkedip sepanjang film ini.

Page 8: resensi film

Kesimpulan:

Setelah menonton kedua film tersebut, saya bisa menyimpulkan beberapa hal. Pertama dari hal sumber daya manusianya, film timur matahari dalam memilih aktor dan aktrisnya ada yang berasal dari ibukota atau yang sudah benar-benar menjadi artis ada juga yang baru dipilih lewat casting dan mereka adalah masyarakat Papua asli. Berbeda dengan film asing, kebanyakan mereka memang artis-artis Hollywood yang sudah terkenal.

Dilihat dari tema, film Indonesia mengambil tema nasional, dan lebih menggambarkan keadaan social dan budaya disana. Sedangkan film barat, lebih cenderung menampilkan adegan action. Dan banyak yang mengangkat tema dengan peran utamanya menampilkan superhero-superhero.

Dilihat dari teknologi dan kreativitas, film Indonesia belum menggunakan teknologi yang begitu maju. Film Indonesia belum menggunakan animasi yang canggih. Cenderung menampilkan film dengan keindahan alam yang ada di tempat tersebut. Semuanya masih natural, belum terkontaminasi dengan efek-efek yang membuat mata tidak berkedip.

Sedangkan film barat/asing kebanyakan sudah menggunakan teknologi yang canggih dan animasi-animasi. Apalagi untuk film yang menggunakan banyak adegan action, hampir semuanya menggunakan efek-efek yang dapat menpu mata.