resensi film sang kiai
DESCRIPTION
Kontribusi Terhadap Ilmu PolitikTRANSCRIPT
IDENTITAS FILM
Judul Film : Sang Kiai
Produser : Gope T Samtani
Sutradara : Rako Prijanto
Studio : Rapi Films
Durasi : 136 menit
Genre Film : Drama, Sejarah
Tanggal Rilis : 03 Mei 2013
09 Januari 2014 (rilis ulang)
Aktor : Ikranagara sebagai KH Hasyim Asy'ari
Christine Hakim sebagai Masrurah/Nyai Kapu
Agus Kuncoro sebagai KH Wahid Hasyim
Adipati Dolken sebagai Harun
Meriza Febriyani Batubara sebagai Sari
Dimas Aditya sebagai Hamzah
Royham Hidayat sebagai Khamid
Ernestsan Samudera sebagai Abdi
Ayes Kassar sebagai Baidhowi
Dayat Simbaia sebagai KH Yusuf Hasyim
Dymas Agust sebagai KH Mas Mansur
Andrew Trigg sebagai Brigadir Mallaby
Arswendi Nasution sebagai KH A. Wahab Hasbullah
Norman Rivianto Akyuwen sebagai Kang Solichin
1
PENDAHULUAN
Indonesia adalah Negara islam terbesar di dunia, karena mayoritas penduduk
di Indonesia adalah muslim, dimana karena banyaknya penduduk muslim yang
tinggal di Indonesia menyebabkan banyak para ulama dan kyai tak terkecuali di
jaman penjajahan dahulu. Karena, islam sudah masuk ke Indonesia sejak lama.
Banyak juga para pahlawan kita yang bukan hanya berasal dari pemuda-pemuda
yang berjiwa nasionalisme, tapi banyak juga para pahlawan kita yang berasal dari
kaum beragama, seperti santri-santri pesantren bahkan para ulama yang sudah
tidak ingin melihat negeri ini dijajah terus menerus. Dimana salah satu kisah
pejuang nasional yang merupakan seorang ulama atau sebagai tokoh pimpinan
Pondok Pesantren Tebuireng yaitu KH Hasyim Asy’ari.
Inilah yang menginspirasi seorang sutradara yang bernama Rako Prijanto
mengambil tokoh ini untuk diangkat sebagai sebuah film yang dikeluarkan pada
awal Mei 2013 yang lalu ini, akhirnya mendapatkan pencapaian yang sangat
membanggakan karena berhasil menjadi film terbaik 2013 di Festival Film
Indonesia (FFI). Pencapaian ini pun didukung oleh pemeran-pemeran yang
bermain dalam film ini, selain banyak aktris senior yang sudah dikenal oleh
khayalak umum, adanya pula Adipati Dolken semakin menambah minat penonton
terutama dari kalangan remaja
Film ini sendiri bermula ketika kependudukan Jepang yang ternyata tidak
lebih baik dari Belanda. Jepang mulai melarang pengibaran bendera merah putih,
melarang lagu Indonesia Raya dan memaksa rakyat Indonesia untuk melakukan
Sekerei (menghormat kepada Matahari). KH Hasyim Asy’ari sebagai tokoh besar
agamis sekaligus sebagai pimpinan Pondok Pesantren Tebuireng saat itu, menolak
untuk melakukan Sekerei karena beranggapan bahwa tindakan itu menyimpang
dari aqidah agama Islam. Menolak karena sebagai umat Islam, hanya boleh
menyembah kepada Allah SWT. Karena tindakannya yang berani dan tegas itu,
Jepang menangkap KH Hasyim Asy’ari yang diperankan oleh artis senior
Ikranagara.
2
SUBSTANSI FILM
Film “Sang Kiai” ini dimulai dengan sebuah kisah di lingkungan Pesantren
Tebuireng Jombang, Jawa Timur. Pesantren yang dipimpin oleh KH Hasyim
Asy’ari ini mulanya dalam kondisi yang tenang dan khusyuk. Banyak santri yang
berasal dari Pulau Jawa dan Madura datang untuk belajar ilmu pengetahuan Islam
di pesantren ini. Dimana KH Hasyim Asy’ari dikenal sebagai pendiri jama’ah
Nahdlatul ‘Ulama. Organisasi yang dibentuk untuk menyatukan seluruh umat
Islam yang berbasis pesantren. Dimana KH Hasyim Asy’ari tidak hanya
menerima santri dari golongan orang kaya tetapi dia juga menerima santri dari
golongan yang tak mampu membayar. Organisasi Nahdlatul Ulama ini juga
mempunyai tujuan untuk mengajarkan Islam serta mensejahterakan masyarakat
Indonesia.
Setelah dijajah Belanda pada tahun 1942 Jepang melakukan ekspansi ke
Indonesia. Terlebih di Jawa Timur, dimana kependudukan Jepang di tanah air
tidak lebih baik dengan masa dimana Belanda yang menduduki tanah air. Jepang
mulai melarang pengibaran bendera merah putih, dan melarang lagu Indonesia
Raya untuk dinyanyikan bahkan rakyat Indonesia dipaksa untuk melakukan
Sekerei (menghormat kepada Dewa Matahari didalam agama Shinto). Beberapa
KH dari beberapa pesantren ditangkapi karena melakukan perlawanan. KH
Hasyim Asy'ari sebagai pimpinan Pondok Pesantren Tebuireng pun ditangkap
karena dianggap menentang Jepang. Karena dia juga menolak melakukan Sekerei
karena beranggapan bahwa tindakan itu menyimpang dari akidah agama Islam.
Penangkapan secara brutal ini membuat kericuhan di Pesantren Tebuireng ini,
banyak yang tidak ingin KH Hasyim Asy’ari ditangkap tetapi mereka tidak bisa
berbuat banyak karena jika mereka berani menentang Belanda maka nyawa
mereka taruhanya. Tetapi ada pula reaksi dari para putra beliau yang melihat
ayahnya ditangkap oleh Jepang dengan cara kasar seperti : KH Wahid Hasyim,
Karim Hasyim dan Yusuf Hasyim. Dan beberapa santri yang berani seperti:
Baidlowi (menantu beliau), Kang Solichin (orang kepercayaan beliau), serta tiga
santri muda: Harun, Kamid dan Abdi.
3
Penangkapan itu membuat situasi pesantren kacau. Selanjutnya, setelah KH
Hasyim Asy’ari ditangkap dia pun dibawa secara paksa oleh tentara Jepang untuk
dipaksa menandatangani kesepakatan untuk menyetujui dan mengikuti Sekerei.
Akan tetapi beliau tetap menolak bahkan karena saking teguhnya pendirian sang
kiai Jepang yang geram dengan sikap beliau kemudian menyiksa hingga
tangannya berdarah. Suara jeritan beliau pun terdengar sampai ke luar penjara
dimana para murid santrinya menjerit memanggil nama beliau. Beliau juga
melihat beberapa muslim yang disiksa oleh tentara Jepang karena menolak untuk
melakukan Sekerei. Disisi lain, sepeninggal KH Hasyim Asy'ari, sebagian santri
memilih hengkang dari pesantren. Harun dan Kamid yang membuntuti saat KH
Hasyim Asy'ari ditangkap, mengalami nasib tragis. Kamid ditembak mati, saat
kepergok hendak kabur oleh tentara Jepang yang sedang patroli. Kematian Kamid
didepan Harun dengan cara yang tragis dan penangkapan KH Hasyim Asy'ari
memunculkan kemarahan dalam diri Harun dia berfikir bahwa dengan cara
kekerasan yang dapat menyelesaikan masalah ini. Berbeda dengan Abdi yang
memilih jalan damai mengikuti langkah KH Wahid Hasyim.
Nyai Kapu yaitu istri KH Hasyim Asy'ari pun diungsikan ke daerah Denaran
karena takut ibunya pun akan di incar oleh tentara Jepang. KH Wahid Hasyim
bersama Wahab Hasbullah meminta agar KH Hasyim Asy'ari dibebaskan dengan
berbagai cara tetapi mereka memilih cara diplomasi disamping karena tidak ingin
membuat ibunya khawatir dan tidak ingin melihat para santri terus sedih karena
banyak yang kehilangan sosok sang kiai tersebut mereka juga tidak ingin
menggunakan cara kekerasan dalam membebaskan ayahnya.
Tetapi, disisi lain kepala Kempetei yang menahan beliau, tidak bersedia
membebaskan. Bahkan KH Hasyim Asy'ari dipindah penjara hingga tiga kali.
Mulai dari penjara Jombang, Mojokerto hingga ke penjara Bubutan Surabaya
karena dibawah pimpinan Harun banyak para santri yang datang terus menerus
dan menuntut untuk meminta para penjajah melepaskan beliau tapi Harun
menggunakan cara yang salah sehingga malah menyebabkan bertambahnya
korban yang berjatuhan.
4
KH Wahid Hasyim dan KH Wahab Hasbullah lalu meminta bantuan Abdul
Hamid Ono, dia adalah orang Jepang, kenalan keluarga. Sementara proses
negosiasi berlangsung, KH Wahid Hasyim dan KH Wahab Hasbullah
mengadakan pertemuan NU di Jakarta, dengan agenda membebaskan para kiai
yang disandera oleh penjajah. Dalam pertemuan tersebut dicapai kesepakatan
jalan damai, dan para kiai pun dibebaskan dari penjara padahal dibalik
pemembebasan ini ada rencana terselubung yang sudah disusuh oleh para tentara
Jepang. Jepang dengan rencana licik yang sudah mereka susun, membujuk para
pemimpin umat Islam untuk bekerjasama dengan pemerintah Jepang.
Setelah KH Hasyim Asy’ari dibebaskan, beliau pun pulang ke pesantren,
banyak sekali santri yang senang dan menyambut kedatangan beliau, tak
terkecuali Harun yang sebelumnya sudah dijanjikan akan di nikahkan oleh Sari,
seorang santri pula yang sangat shaleh dimana Harun menyukai Sari, akhirnya KH
Hasyim Asy’ari menepati janjinya dimana Sari dan Harun pun menikah.
Ditempat lain Jepang yang sudah mempunyai rencana terhadap para ulama
dan kaum muslim di Indonesia memulai taktik mereka. Dimana, kemudian
Majelis Islam Ala Indonesia (MIAI), sebuah organisasi ke-Islam-an yang
berhubungan dengan jaringan Islam Internasional dibubarkan dan digantikan
dengan Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia). Masyumi ini dipimpin
oleh beberapa ‘ulama Islam dan salah satunya adalah KH Hasyim Asyari.
Kemudian Jepang membujuk Masyumi melalui Departemen Agama (Shumubu)
untuk memaksa masyarakat Indonesia untuk melipatgandakan hasil pertaniannya
melalui ceramah-ceramah di hari jumat dan menyuruh para kiai mencari dalil
tentang meilpatgandakan hasil bumi. Paksaan ini kemudian disetujui dan
dilakukan dengan hati-hati dan kewaspadaan jangan sampai hasil pertanian
masyarakat pribumi disetor ke Negara penjajah karena para kiai tau apa akibat
yang akan diterima oleh masyarakat akibat pangan yang di ambil karena pada saat
itu rakyat sedang terkena krisis beras.
5
Sebenarnya ini merupakan salah satu cara propaganda para ulama untuk
melawan Jepang secara halus. Namun, Harun yang tidak mengetahui masalah itu
malah mempertanyakan hal ini pada KH Hasyim Asy'ari. Ia merasa Masyumi
berpihak pada Jepang. KH Hasyim Asy'ari menjawab bahwa Masyumi hanya
berpihak pada pembesar-pembesar yang adil. Harun merasa kecewa dengan KH
Hasyim Asy’ari orang yang menjadi panutan untuk dirinya, dan akhirnya dia
memutuskan untuk keluar dari lingkup pesantren bersama istrinya yaitu Sari
Abdi yang merupakan sahabat Harun dan mengetahui hal itu mencegah Harun.
Menurutnya, Harun tidak dapat membaca rencana KH Hasyim Asy'ari. Tapi
Harun beserta istrinya Sari bersikukuh untuk pergi dari situ.
Kebijakan Jepang untuk melipatgandakan hasil pertanian pun mulai menuai
protes dari masyarakat Indonesia karena sudah banyak yang kekurangan hasil
pangan dan banyak yang mulai kelaparan dengan krisis beras yang sedang
melanda rakyat. Beberapa pergolakan pun mulai terjadi, dan puncaknya adalah
ketika salah satu peristiwa terjadi di daerah Sukamanah, Jawa Barat. Pergolakan
ini dipimpin oleh KH Zaenal Mustafa yang menentang kebijakan tanam paksa
ini. Sikap Masyumi seakan-akan diam menuai pertanyaan dari masyarakat.
Hingga kemudian KH Zaenal Mustafa dihukum penggal oleh Jepang di pesisir
Ancol. Harun yang mengetahui hal ini pun semakin geram karena dia
menganggap bahwa guru pesantren nya sudah berpindah pihak kepada Jepang.
Pelawanan rakyat Indonesia kembali bergelora setelah melihat penjajah
Jepang yang mulai mengingkari perjanjian yang telah disepakati. Masyumi
akhirnya menolak untuk melanjutkan bujukan Jepang tentang melipatgandakan
hasil bumi melalui Departmen Agama (Shumubu). Dan Jepang akhirnya
melakukan taktik untuk menggabungkan Shumubu dengan Masyumi dengan
menunjuk KH Hasyim Asy’ari sebagai Menteri Agama waktu itu. Beliau
menerimanya, akan tetapi Beliau memilih untuk tetap di Pesantren Tebuireng dan
Tugas Menteri Agama dilaksanakan oleh Putra Sulungnya Wahid Hasyim.
6
Hingga pada akhirnya, tahun 1945 Jepang mendapatkan tekanan dan serangan
oleh tentara Sekutu sehingga kemudian Jepang mengalami kekalahan dan
pasukannya mulai melemah. Kemudian Jepang meminta kepada Masyumi untuk
mengadakan pelatihan wajib militer kepada seluruh pemuda Muslim Indonesia
melalui KH Hasyim Asy’ari Akan tetapi, KH Hasyim Asy’ari menolaknya karena
mayoritas masyarakat Indonesia pasti tidak mau untuk melawan tentara sekutu di
wilayah Burma.
Beliau kemudian meminta kepada Jepang untuk melatih masyarakat Indonesia
dalam hal militer untuk menjaga tanah air dari pasukan sekutu dan Jepang pun
menyetujui untuk membentuk tentara Laskar Hisbullah untuk mempersiapkan
kemerdekaan.
Laskar Hisbullah pun terbentuk, dan pada saat itu propaganda pun muncul dari
rakyat Indonesia posisi Jepang pun mulai terancam terlebih dengan kekalahannya
melawan tentara Sekutu. Sementara itu, pembentukan panitia persiapan
kemerdekaan pun terus berlanjut. Hingga kemudian pada tanggal 11 Agustus
1945, Perdana Menteri Jepang, PM Kaiso menjanjikan kemerdekaan kepada
Indonesia dan mengundang Soekarno sebagai utusan yang menerima pernyataan
kemerdekaan Indonesia tersebut.
Kemerdekaan pun semakin dekat, dan Soekarno pun mengirim utusan kepada
KH Hasyim Asy’ari untuk menanyakan apa hukumnya kita membela tanah air
tanpa kepentingan golongan dan agama apapun, dan fatwa pertama pun keluar
dari beliau yang mengatakan bahwa hukumnya adalah wajib. Pada akhirnya,
kemerdekaan pun dikumandangkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Lewat pidato
proklamasi yang dikumandangkan oleh Presiden pertama kita Soekarno.
Peperangan masih berlanjut dan Jepang pun akhrinya angkat kaki dari Indonesia.
Tetapi, ini belum berakhir, justru ini adalah awal dari pertempuran yang
sesungguhnya.
7
Salah satu pejuang nasional Bung Tomo pun sempat datang ke pesantren dan
meminta nasihat KH Hasyim Asy’ari tentang kemudian beliau menyuruh Bung
Tomo untuk mengorasikan dengan lantang seruan-seruan islam didepan para
pemuda dan rakyat untuk menyemangati para pemuda terutama arek-arek
Suroboyo dan para Laskar Hisbullah.
Para pemuda yang tak ingin negaranya dijajah terus menerus pun mulai
bergejolak lagi semangatnya kemudian mereka melakukan perlawanan besar-
besaran. Dan pada saat Hisbullah sedang bertarung dengan pasukan Brigadir
Mallaby, pasukan Inggris yang terdesak pun menyetujui untuk genjatan senjata,
dalam perang tersebut banyak sekali Hisbullah yang mati syahid dan menjadi
korban kebengisan tentara Inggris Harun dan 2 teman nya tak sanggup melihat
banyak nya korban yang berjatuhan. Dan di malam harinya pun Harun
mengetahui bahwa istrinya Sari sedang hamil dan mengandung anak mereka
berdua.
Esoknya Brigadir Mallaby pun memutuskan untuk turun sendiri ke Gedung
Lindentevest dan Internation untuk memberitahukan kepada tentara Inggris yang
lain bahwa mereka akan melakukan genjatan senjata. Di depan gedung banyak
tentara Hisbullah yang menunggu mereka tidak percaya bahwa Soekarno telah
menyetuujui untuk melakukan genjatan senjata. Maka mereka pun meminta agar
inggris menyerahkan seluruh persenjataan mereka sampai mereka mengawal
seluruh pasukan ke bandara.
Ketika Hisbullah sedang melucuti tentara Inggris ternyata ada tentara Inggris
yang menyembunyikan granat di saku bajunya. Harun yang sudah tidak bisa
menahan emosinya pun gelap mata dan puncak dia menembak tewas Brigadir
Mallaby anak buah Mallaby yang mengetahui hal itu pun tak luput di tembaki
oleh Harun sampai salah satu tentara melemparkan granat kearah Harun kedua
temanya pun tak bisa berbuat banyak granat itupun meledak dan Harun pun tewas
dalam ledakan itu.
8
Ketika tentara Hisbullah kembali ke Tebuireng, Sari yang menanti Harun pun
menanyakan dimana keberadaan Harun dan Sari tidak sanggup menerima
kenyataan bahwa suaminya telah tiada dan meninggal dengan cara yang sadis. Di
situ Sari pun membantu para tentara Hisbullah yang terluka untuk dirawat dan
diobati. KH Hasyim Asy’ari yang melihat banyak korban yang berjatuhan terlihat
seperti sangat sedih dan tak tega melihat para santrinya banyak yang jadi korban.
Perjuangan tentara Hisbullah tidak hanya sampai disitu pada tanggal 9
November 1945 pengganti Brigadir Mallaby yaitu Mayjen R.C Mansergh
memberikan ultimatum kepada para pemimpin di Surabaya untuk melakukan
penyerangan pada pukul 18.00 sehingga pasukan Hisbullah pun pergi kembali
untuk bertempur.
Pada tanggal 10 November 1945 kota Surabaya pun di bombardier. Dan pada
tahun 1947 pasukan mariner Belanda yang membonceng sekutu melancarkan
Agresi Militer I.
Kemudian di pesantren KH Hasyim Asy’ari memanggil salah satu muridnya
beliau meminta diajarkan menggunakan pistol oleh santrinya karena posisi
Belanda sudah dekat dengan Jombang beliau berkata lebih baik melawan daripada
ditawan oleh Belanda, karena setidaknya jika beliau matipun, beliau masih bisa
membunuh satu atau dua tentara Belanda. Ketika itu, disaat yang bersamaan
datang pula utusan Jenderal Soedirman yang meminta wejangan untuk revolusi
syahid dari KH Hasyim Asy’ari yang seperti beliau berikan kepada Bung Tomo.
Tiba- tiba beliau yang sedang memikirkan jalan untuk memecahkan masalah
tersebut wafat dengan tenangnya. Meninggalnya sang pahlawan serta ulama ini
yaitu KH Hasyim Asy’ari yang memang sudah lanjut usia dan sangat mendadak
ini, dimana beliau meninggal ketika orang-orang sedang membutuhkan beliau.
Banyak yang merasa kehilangan dan sedih atas wafatnya beliau termasuk para
santri-santrinya dan terutama istrinya. Kemudian, pimpinan Pondok Pesantren
Tebuireng pun diganti oleh KH. Wahid Hasyim.
9
Dan pada saat itulah ketika Belanda sampai ke Surabaya dan sudah
menaklukan nya sampai ke dekat Jombang. Pesantren Tebuireng pun menjadi
tempat persembunyian tentara Hisbullah pun dibakar dan para santri serta para
tentara Hisbullah pun mengungsi dari pesantren tersebut. Dan film ini ditutup
ketika Belanda mengakui kedaulatan dan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 27
September 1949.
10
KEKUATAN & KELEMAHAN FILM
1. Kekuatan Film
Film ini memiliki kekuatan yang lumayan dapat membuat saya penasaran
dengan setiap adegan yang ada di film ini, dan film ini benar-benar
mengajarkan saya untuk menghargai sesame kaum mudlim, tidak memandang
perbedaan derajat karena harta dan bagaimana kita belajar untuk hidup
sederhana, tidak berfoya-foua tetapi kita tetap merasa bahagia karena memiliki
kepercayaan terhadap Allah SWT.
Yang saya dapat pula dari film ini adalah sisi agamanya karena begitu
membuat hati saya merinding setiap mendengarkan tiap kata-kata dari KH
Hasyim Asy’ari. Para santri nya yang selalu setia dan memiliki rasa
nasionalisme yang tinggi membuat saya terharu betapa susahnya hidup di
zaman dahulu, zaman waktu negeri kita dijajah, karena sekarang hidup kita
sudah tegolong sangat enak karena untuk menginginkan apapun tidak sulit.
Yang lebih membuat saya kagum adalah sosok berpendirian teguh dan
kebaikan yang dimiliki oleh beliau, walaupun dia sudah sampai disiksa dan di
rajam oleh tentara Jepang, tetapi dia tetap berpegang teguh kepada ajaran
islam apapun yang terjadi.
Disini pun banyak pelajaran yang bisa saya ambil dari nilai-nilai
positifnya, seperti kita tidak boleh memiliki pemikiran yang berburuk sangka
kepada orang sebelum ada buktinya, bagaimana kita melakukan propaganda
untuk mengalahkan musuh dari dalam tanpa melakukan banyak kekerasan.
Dan bagaimana cara kita meneguhkan hati kita jika kita sedang bingung selain
dengan berdoa.
Banyak kegigihan dari beliau yang sangat membuat saya takjub bahwa
walaupun kita berasal dari golongan yang agamis bukan berarti kita harus
mengesampingkan rasa nasionalisme.
11
2. Kelemahan Film
Tetapi sayang, film ini pun masih banyak kelemahan yang membuat film
ini jadi agak kurang sempurna. Karena, film ini tidak berfokus pada1 pemeran,
jadi pada awalnya saya tidak mengerti film ini maksudnya kemana, karena
tokoh utama di film ini adalah KH Hasyim Asy’ari seperti tergantikan oleh
Harun yang sepertinya lebih banyak mengambil peran. Pada awalnya saya kira
memang tokoh utama nya adalah Harun ini karena banyak sekali peranan yang
diambil, sedangkan padahal cerita nya adalah tentang KH Hasyim Asy’ari
bukan Harun.
Yang lainya adalah alur cerita yang sedikit berantakan, mungkin karena
film ini lama, dan cerita seharusnya panjang jadi cerita ini diringkas, tetapi
saya sempat kebingungan karena kadang cerita yang satu dan yang lain tidak
berkesinambungan, entah saya saja yang merasakan apa semua merasakanya.
Dan filmnya sedikit membuat mengantuk pada awalnya karena ceritanya
membingungkan itu.
Cerita yang ditonjolkan sosok KH Hasyim Asy’ari nya pun kurang seperti
tidak diceritakan bagaimana berdirinya NU (Nahdlatul Ulama). Dan terlalu
banyak pemeran yang masuk dalam cerita ini, sehingga semakin membuat
saya bingung dia itu siapa dan berperan sebagai apa. Sehingga sosok sang kiai
yang ada disini kurang terasa untuk saya. Banyak nya juga adegan-adegan
pembunuhan yang menurut saya sadis untuk ditonton oleh anak-anak sehingga
terkadang saya pun takut untuk melihat adegan pembunuhan yang banyak
terjadi di cerita ini.
Banyak juga cerita yang memakai teks, sebenarnya bukan masalah untuk
saya. Tetapi sangat disayangkan bagian yang ada didalam teks tidak
diceritakan. Menurut saya jika cerita yang dikatakan bisa di visualisasikan
melalui gambar, pasti akan lebih bagus, dan membuat saya tidak bosan untuk
menonton film. Tetapi secara keseluruhan film ini sangat bagus.
12
KONTRIBUSI FILM TERHADAP STUDI ILMU POLITIK
Menurut saya, kontribusi film ini terhadap studi ilmu politik banyak. Memang
di awal cerita tidak terlalu terlihat. Tetapi mulai memasuki pertengahan film
terlihat pada adegan propaganda yang dilakukan oleh para kiai yang pura-pura
setuju dengan kerja sama Jepang tentang melipatgandakan hasil bumi, selama
kegiatan itu belum menyimpang para kiai akan tetap ikut pada permainan Jepang,
sembari mereka pun memantau agar jangan sampai hasil bumi tersebut dibawa ke
Jepang dan mereka pun sambil memperhatikan Jepang jika melakukansesuatu.
Terlihat juga ketika KH Hasyim Asy’ari akan membentuk Hisbullah, dia
meminta supaya Jepang tidak membawa tentara itu untuk melawan sekutu
melainkan untuk dilatih militer untuk menjaga keamanan di Indonesia sendiri,
entah mengapa sepertinya para tentara Jepang seperti yang menurut kepada sang
kiai dan menyetujui permintaan sang kiai.
Kemudian ketika anak-anak KH Hasyim Asy’ari berdiplomasi kepada
pemerintah Jepang untuk melepaskan ayahnya, walaupun sempat ditolak beberapa
kali tetapi pada akhirnya tentara Jepang pun membebaskan KH Hasyim Asy’ari
dan para ulama lain. Yang paling menonjol adalah ketika KH Hasyim Asy’ari
ditangkap oleh tentara Jepang dimana semua santrinya berbondong-bondong
datang untuk membela sang kiai ini, hal ini menunjukan betapa berpengaruhnya
seorang pemimpin dalam suatu kelompok atau instansi besar seperti Negara.
Dalam ilmu politik pun dapat dilihat begitu besar peran yang di emban oleh
KH Hasyim Asy’ari ini karena dia mendapat kepercayaan yang besar sekalipun itu
dari pemerintah Jepang. Hal ini menunjukan bahwa peran pemimpin dan orang
yang dipercaya itu sangat berpengaruh dalam suatu kelompok, dimana karena
banyak masyarakat Indonesia yang mempercayai dan sangat menghormati KH
Hasyim Asy’ari ini membuat orang akan menurut dengan apa yang dikatakan
beliau karena beliau sanat disegani, tidak terkecuali pahlawan kita Bung Tomo
presiden kita Soekarno yang bahkan meminta wejangan kepada beliau.
13
Nilai-nilai politik yang ada di film ini tidak hanya ada pada bagian di
Indonesia juga, tetapi peran penjajah pun ambil andil pada nilai politik. Hal ini
bisa dilihat ketika para tentara Jepang memaksa rakyat Indonesia untuk
melakukan Sekerei, walaupun mereka beragama tidak sama dengan para penjajah
tetapi mereka harus menuruti apa yang dipinta oleh mereka, karena jika berani
menentang penjajah, maka nyawa mereka menjadi taruhanya. Walaupun
melakukan cara yang tergolong memaksa tetapi akhirnya banyak juga masyarakat
Indonesia yang menurut.
Hal lain nya juga bisa diliat saat Jepang melipatgandakan hasil bumi dan hasil
bumi itu kemudian disetor kepemerintah Jepang walaupun mereka berat hati
karena mereka pun akan kelaparan tetapi mereka harus menuruti apa yang
diperintahkan oleh pemimpin mereka pada saat itu.
14
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Sang_Kiai (diakses tanggal 9 Oktober 2014)
http://semangatprogresivitas.wordpress.com/2013/06/12/resensi-film-hadratussyaikh-sang-kyai-hasyim-asyari/ (diakses tanggal 9 Oktober 2014)
http://filmindonesia.or.id/movie/title/lf-s008-13-020007_sang-kiai (diakses tanggal 9 Oktober 2014)
15