representasi dan dominasi lingual dalam wacana · pdf fileii representasi dan dominasi lingual...
TRANSCRIPT
i
REPRESENTASI DAN DOMINASI LINGUAL DALAM
WACANA PARIWISATA: ANALISIS WACANA
KRITIS
I NENGAH LABA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
ii
REPRESENTASI DAN DOMINASI LINGUAL DALAM
WACANA PARIWISATA: ANALISIS WACANA
KRITIS
I NENGAH LABA
NIM 1190171004
PROGRAM DOKTOR
PROGRAM STUDI LINGUISTIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
iii
REPRESENTASI DAN DOMINASI LINGUAL DALAM
WACANA PARIWISATA: ANALISIS WACANA
KRITIS
Disertasi untuk memperoleh Gelar Doktor
pada Program Doktor, Program Studi Linguistik
Program Pascasarjana Universitas Udayana
I NENGAH LABA
NIM 1190171004
PROGRAM DOKTOR
PROGRAM STUDI LINGUISTIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
iv
Disertasi ini diujikan pada ujian Tertutup
Tanggal, 1 November 2016
Panitia Penguji Disertasi Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana
Nomor: 5176/UN14.4./HK/2016
Ketua : Prof. Ketut Artawa, MA., Ph.D.
Anggota:
1. Prof. Dr. Drs. I Ketut Riana, S.U. (Promotor)
2. Prof. Dr. Made Budiarsa, M.A. (Kopromotor I)
3. Prof. Dr. I Wayan Pastika, M.S. (Kopromotor II)
4. Prof. Dr. Drs. Ida Bagus Putra Yadnya, M.A.
5. Prof. Dr. I Ketut Darma Laksana, M.Hum.
6. Prof. Dr. Putu Kerti Nitiasih, M.A.
7. Dr. Ni Luh Nyoman Seri Malini, M.Hum.
v
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : I Nengah Laba
NIM : 1190171004
Jurusan/Program Studi : Linguistik
Fakultas/Program : Program Doktor, Program Pascasarjana
Universitas Udayana
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah disertasi ini bebas plagiat.
Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun
2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, 11 November 2016
Saya yang membuat pernyataan,
I Nengah Laba
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Mahaesa/ Ida
Sanghyang Widhi Wasa karena atas berkat dan rahmat-Nyalah penulis dapat
merampungkan disertasi yang berjudul, “Representasi dan Dominasi Lingual
dalam Wacana Pariwisata: Analisis Wacana Kritis” ini. Proses penyusunan
disertasi ini memerlukan waktu dan perjuangan yang sangat berat serta penulis
telah mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang tulus, penghargaan, dan penghormatan kepada
semua pihak terkait.
Penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang mendalam
kepada Prof. Dr. Drs. I Ketut Riana, S.U. selaku promotor yang telah banyak
memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi yang sangat berarti sehingga
penulis dapat menyelesaikan disertasi ini; Prof. Dr. I Made Budiarsa, M.A. selaku
kopromotor I dan Prof. Dr. I Wayan Pastika, M.S. selaku kopromotor II yang
dengan tekun dan kritis telah memberikan masukan, kritikan, dan ide-idenya yang
sangat berarti, baik menyangkut substansi maupun teknis penulisan disertasi.
Berikutnya, ucapan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang tinggi
ditujukan kepada Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi atas
dukungan dana melalui beasiswa BPPDN dan hibah penelitian melalui skim hibah
disertasi doctor tahun 2015; Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. I Ketut
Suastika, Sp. PD.-KEMD. yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk mendapatkan fasilitas pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas
Udayana; Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp. S(K) selaku Direktur PPs Unud,
vii
Prof. Dr. I Made Budiarsa, M. A. selaku Asdir I dan Prof. Made Sudiana
Mahendra, Ph. D. atas kesempatan yang diberikan kepada penulis menjadi
mahasiswa Program Pascasarjana Unversitas Udayana.
Rasa apresiasi dan ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada
anggota tim penguji, yakni Prof. Dr. Ida Bagus Putra Yadnya, M. A., Prof. Dr. I
Ketut Artawa, M.A., Prof. Dr. I Ketut Darma Laksana, MA., Dr. Ni Luh Seri
Malini, M.Hum., dan Prof. Dr. Putu Kerti Nitiasih, M.A. yang dengan tekun dan
teliti mengkritisi disertasi penulis melalui pertanyaan, sanggahan, saran dan
koreksi yang diberikan untuk lebih sempurnanya disertasi ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. I Nengah Sudipa,
M.A. dan Dr. Made Sri Satyawati, S.S., M. Hum. selaku ketua dan sekretaris
Program Doktor Linguistik, Program Pascasarjana, Universitas Udayana yang
telah banyak memberikan arahan dan saran-saran baik formal maupun informal,
dan kepada seluruh staf pengajar pada Program Doktor Linguistik diantaranya
Prof. Dr. Aron Mbete, Prof. Drs. I Dewa Komang Tantra, M.Sc., Ph. D., Prof. Dr.
N.L. Sutjiati Beratha, M.A., Prof. Drs. I Made Suastra, Ph.D., Dr. Ni Made
Dhanawaty, M.S., yang telah memberikan kuliah yang sangat berarti sehingga
dapat membuka wawasan penulis terutama dalam bidang ilmu linguistik.
Ucapan terima kasih penulis juga sampaikan kepada Dekan Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Udayana, Prof. Dr. Ni Luh Sutjiati Beratha, M.A. beserta staf
yang telah memberi fasilitas penulis untuk menyelesaikan jenjang pendidikan
formal pada program studi Doktor (S3) ilmu linguistik.
viii
Penulis juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tidak
terhingga kepada Ketua Yayasan Dharma Widya Ulangun, I Nyoman Gede
Astina, M.Pd., CHA., Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata Bali Internasional, I Made
Sudjana, SE.,MM., CHA.; para puket Drs. I Made Kornelius, M.Pd., Drs. I Wayan
Arcana, M.Pd., I Gusti Agung Nyoman Winda, dan Drs. I Nyoman Urbanus,
M.Si. yang telah memotivasi penulis untuk melanjutkan kuliah jenjang Doktor;
apresiasi yang tinggi juga disampaikan kepada Ketua Program Studi Manajemen
Pariwisata yang telah mengizinkan penulis untuk meninggalkan tugas administrasi
mengajar dan seluruh rekan kerja di Sekolah Tinggi Pariwisata Bali Internasional
atas pengertian dan motivasinya sehingga penulis mampu merampungkan
disertasi ini.
Ungkapan rasa terima kasih penulis tujukan kepada Pak Yan, Pak Oka,
Pak Ming, Pak Sueca, Pak Bin, Pak David, Pak Panca, Bu Murni, Bu Yun, Bu
Ari, Bu Tu Adri, Bu Dewi, Bu Arini, Pak Agus, Pak Chan, Pak Tu, Tunik dan
seluruh pegawai SPB/STPBI atas canda tawa yang diberikan sehingga proses
merampungkan disertasi terasa lebih “ringan”. Terima kasih dan penghargaan
juga disampaikan kepada seluruh staf Administrasi pada Program Studi Magister
dan Program Doktor Linguistik, I Ketut Ebuh, S.Sos., I Nyoman Sadra, S.S., I
Gusti Ayu Putu Supadmini, Nyoman Adi Triani, SE., Nyoman Sukartini dan
Nyoman Sumerti yang dengan sabar melayani kebutuhan administrasi dalam
proses penyelesaian studi ini.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada adik Veny dan rekan-rekan
seangkatan 2011 Program Doktor Linguisik, baik konsentrasi Linguistik maupun
ix
konsentrasi Wacana Naratif yang banyak diajak berdiskusi dan para senior dan
teman-teman di Program Doktor Linguistik yang telah banyak memberikan saran
dan masukan dalam proses penulisan disertasi ini. Terima kasih yang tulus dan
penuh rasa hormat penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Enno Schmoll selaku
supervisor dalam penyelesaian program PKPI 2015 di Jade University of Applied
Sciences, Jerman dan Joachim Ziegler yang telah dengan teliti membimbing dan
memberi semangat kepada penulis untuk segera menyelesaikan studi Doktor.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis
sampaikan kepada orang tua, I Ketut Tapuk (Alm) dan Ni Wayan Rindi (Alm),
Mbok Ngah, Mbok Tut, Bli Kubing dan Bli Wayan yang telah mampu menuntun
dan mengarahkan penulis dalam mengarungi kehidupan ini; mertua Bapak I Made
Oker Riadi dan Ibu Ni Wayan Artini serta istri, Kadek Oka Erapartiwi dan anak-
anak tersayang, Gede Fabian dan Made Larix Reynand yang telah meluangkan
waktu dan memberi semangat dalam segala hal kepada penulis demi keberhasilan
penyelesaian jenjang pendidikan Doktor (S3) ini.
Akhir kata, penulis berharap disertasi ini akan berguna dan dapat memberi
kontribusi dalam pengembangan ilmu linguistik, khususnya linguistik kritis.
Dengan segala kerendahan hati penulis persembahkan tulisan sederhana ini
dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Untuk itu, saran, kritik, dan
masukan positif-konstruktif sangat diperlukan dari para pembaca untuk lebih
sempurnanya disertasi ini.
Denpasar, 11 November 2016
Penulis
x
ABSTRAK
REPRESENTASI DAN DOMINASI LINGUAL DALAM WACANA
PARIWISATA: ANALISIS WACANA KRITIS
Penelitian ini mengkaji wacana pariwisata di media cetak nasional untuk
menjawab empat rumusan masalah, yakni 1) implementasi strategi wacana; 2)
representasi lingual yang tersaji dalam wacana pariwisata; 3) dominasi lingual
yang tersaji dalam wacana pariwisata; dan 4) ideologi. Jenis penelitian ini adalah
perpaduan antara kualitatif-deskriptif dan kuantitatif dengan sistematika penulisan
kajian yang berangkat dari teori ke pengamatan terhadap keberadaan data
(Bungin, 2008:23-24). Kerangka teori utama yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teori analisis wacana kritis model van Leeuwen (2005; 2008), representasi
dan dominasi lingual oleh Burton (2008; 2012) dan konsepsi ideologi oleh
Thompson (2003) dengan teori pembongkaran teks yang dikemukakan oleh
Fairclough (1989; 1995) sebagai teori penunjang. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa implementasi berbagai strategi wacana banyak terdapat
dalam wacana pariwisata di media cetak nasional. Kategorisasi determinasi dan
fungsionalisme dalam representasi lingual menunjukkan adanya refleksi dan
rekonstruksi fenomena kepariwisataan. Dilihat dari perspektif dominasi lingual
yang digunakan oleh media cetak nasional menggambarkan berbagai efek yang
mencakup 1) perubahan sikap, 2) perubahan kognitif; 3) reaksi kolektif; 4) reaksi
personal; 5) penetapan agenda; 6) sosialisasi; 7) kontrol sosial; 8) mendefinisikan
realitas; dan 9) penyokongan terhadap ideologi dominan. Kajian ideologi dalam
wacana pariwisata ditemukan bahwa terdapat hubungan yang tidak simetris antara
para pemilik modal dengan penduduk lokal yang ditunjukkan dengan berbagai
leksikon seperti kata pragmatis, watak kapitalisme, konsumtif dan marjinalisasi
sosial sehingga ideologi loco-sosialis melalui pola hidup nyama braya dan gotong
royong didominasi oleh watak kapitalis. Kenyataan ini menunjukkan ideologi
yang berkembang dalam wacana pariwisata adalah ideologi kapitalisme.
Disamping menggunakan data kualitatif, penjaringan data juga dilakukan
melalui metode survei dengan instrumen penelitian berupa kuesioner. Instrumen
kuesioner digunakan untuk menjaring data kuantitatif tentang persepsi pembaca
selaku pengkonsumsi teks terhadap penggunaan fitur-fitur lingual dalam wacana
pariwisata. Analisis data kuantitatif menunjukkan bahwa responden memberikan
persetujuan dengan rata-rata nilai signifikansi di atas 87 % terhadap penggunaan
berbagai bentuk implementasi strategi wacana, representasi dan dominasi lingual
serta ideologi yang merambat dalam wacana pariwisata di media cetak nasional.
Konstruksi teoretis yang dihasilkan dari penelitian ini adalah bahwa analisis
wacana kritis melibatkan tiga parameter wacana, yakni 1) target; 2) proses; dan 3)
konsensus yang selanjutnya disebut dengan Tri Karma Wacana. Konsepsi teoretis
Tri Karma Wacana dan temuan empiris menunjukkan bahwa distribusi wacana
pariwisata bersifat dinamis dan terdistribusi dari atas ke bawah dengan munculnya
istilah-istilah lingual dalam khazanah bahasa Indonesia seperti leksikon
agrowisata dan wisata bahari.
Kata kunci: wacana kritis, representasi lingual, dan pariwisata
xi
ABSTRACT
LINGUAL REPRESENTATION AND DOMINATION IN TOURISM
DISCOURSE: CRITICAL DISCOURSE ANALYSIS
This study examines tourism discourse in the national printed media to
answer four research questions, namely 1 ) the implementation of discourse
strategy; 2) lingual representation presented in the tourism discourse; 3) lingual
domination presented in the tourism discourse; and 4) ideology. This study uses
qualitative and quantitative research methodology. A phenomenological approach
using the phenomenon of the use of language in national printed media is
employed in this study. The grand theories used in this research are the theory of
Critical Discourse Analysis (CDA) model proposed van Leeuwen (2005, 2008),
lingual representation and lingual domination by Burton (2008, 2012) and the
conception of ideology enumerated by Thompson (2004 ) with a supporting
theory of Critical Discourse Analysis proposed by Fairclough (1989, 1995). The
research results of this study indicate the implementation of the discourse strategis
which include nominalization, objectivation-abstraction, nomination categories,
nomination-identification, assimilation-individualization and association-
disassociation used in the tourism discourse presented in the national printed
media. The Categorization of determination and functionalism prescribed on
lingual representation show that social reflection and reconstruction are also
presented in the tourism discourse.
The perspective of lingual domination used by the national printed media
show social effects on 1) attitude change; 2) cognitive change; 3) collective
reactions; 4) personal reactions; 5) agenda setting; 6) socialization; 7) social
control; 8 ) defining reality; and 9) endorsement of dominant ideology. Study of
ideology in tourism discourse found that there is no symmetrical relationship
investors and local people who are dominated by the capitalist character. This fact
shows the ideology that developed in tourism discourse is the ideology of
capitalism. Besides using qualitative data obtained from the news articles from the
national printed media of Kompas, Bali Post and Nusa Bali, quantitative data is
also obtained through survey method using questionnaire. Questionnaire is used
to collect quantitative empirical data on the reader's perception as to the use of
text-consuming features in the tourism discourse. Empirical data is analyzed using
statistical calculation on Likert scale. Quantitative data analysis shows that the
perception of respondents is on an average value of significance above 87%
regarding the use of various forms of discourse strategy implementation, lingual
representation and domination as well as ideology propagated in tourism
discourse.
Theoretical construction resulting from this research is that critical
discourse analysis involves three parameters. They are target, process; and
consensus hereinafter called the Tri Karma Wacana. Tri Karma Wacana
conception and empirical findings show that the distribution of tourism discourse is dynamic and is distributed top-down.
Keywords: critical discourse, lingual representation, and tourism
xii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ............................................................................................... ii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ................................................................... v
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ................................................................. vi
UCAPAN TERIMA KASIH .............................................................................. vii
ABSTRAK ........................................................................................................... xi
ABSTRACT ........................................................................................................ xii
RINGKASAN .................................................................................................... xiii
DAFTAR ISI .................................................................................................... lxxii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ lxxv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... lxxvi
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ............................................... lxxvii
DAFTAR LAMPIRAN . ................................................................................. lxxix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 12
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 13
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................................ 13
1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................................... 13
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 14
1.4.1 Manfaat Teoretis ........................................................................................ 15
1.4.1.1 Bagi Pengembangan Linguistik .............................................................. 15
1.4.1.2 Bagi Pengembangan Bahasa Indonesia ................................................... 15
1.4.2 Manfaat Praktis .......................................................................................... 16
1.4.2.1 Bagi Akademisi Pariwisata ..................................................................... 16
1.4.2.2 Bagi Pelaku Pariwisata ............................................................................ 17
1.4.2.3 Bagi Pemerintah ...................................................................................... 17
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN
MODEL PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka ............................................................................................. 19
2.2 Konsep ........................................................................................................... 40
2.2.1 Representasi Lingual .................................................................................. 40
2.2.2 Dominasi Lingual ....................................................................................... 41
2.2.3 Wacana Pariwisata ..................................................................................... 43
2.2.4 Media Cetak Nasional ................................................................................. 45
2.3 Landasan Teori .............................................................................................. 46
2.3.1 Teori Analisis Wacana Kritis ..................................................................... 46
2.3.2 Teori Representasi Lingual ......................................................................... 66
2.3.3 Teori Dominasi Lingual .............................................................................. 68
2.3.4 Teori Ideologi ............................................................................................. 72
xiii
2.4 Model Penelitian ........................................................................................... 76
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian .................................................................................... 80
3.1.1 Pendekatan Penelitian ................................................................................ 80
3.1.2 Jenis Penelitian ........................................................................................... 82
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................ 82
3.3 Jenis dan Sumber Data .................................................................................. 83
3.4 Instrumen Penelitian....................................................................................... 84
3.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 86
3.5.1 Teknik Dokumentasi .................................................................................. 87
3.5.2 Teknik Observasi ....................................................................................... 88
3.5.3 Teknik Survei ............................................................................................. 90
3.6 Pemeriksaan Keabsahan Data ....................................................................... 90
3.7 Analisis Data ................................................................................................. 95
3.8 Penyajian Hasil Analisis Data ....................................................................... 96
BAB IV STRATEGI WACANA DALAM WACANA PARIWISATA
4.1 Pengantar ..................................................................................................... 103
4.2 Strategi Wacana .......................................................................................... 103
4.2.1 Strategi Eksklusi ........................................................................................ 105
4.2.1.1 Pemasifan ............................................................................................... 105
4.2.1.2 Nominalisasi ........................................................................................... 110
4.2.1.3 Penggantian Kalimat .............................................................................. 112
4.2.2 Strategi Inklusi ......................................................................................... 113
4.2.2.1 Diferensiasi-indiferensiasi....................................................................... 113
4.2.2.2 Objektivasi-abstraksi ............................................................................... 114
4.2.2.3 Nominasi-kategorisasi ............................................................................ 117
4.2.2.4 Nominasi-identifikasi ............................................................................. 121
4.2.2.5 Determinasi-indeterminasi ..................................................................... 126
4.2.2.6 Asimilasi-individualisasi ........................................................................ 131
BAB V REPRESENTASI LINGUAL DALAM WACANA PARIWISATA
5.1 Pengantar ..................................................................................................... 147 5.2. Representasi ............................................................................................... 147
5.2.1 Tindakan Representasi ............................................................................. 148
5.2.2 Sasaran dan Eksplanasi Representasi ....................................................... 149
5.2.3 Representasi Lingual ................................................................................ 150
5.2.3.1 Determinasi ........................................................................................... 151
5.2.3.2 Fungsionalisme ..................................................................................... 157
BAB VI DOMINASI LINGUAL DALAM WACANA PARIWISATA
6.1 Pengantar ..................................................................................................... 171
6.2 Dominasi Lingual ........................................................................................ 171
6.2.1 Perubahan Sikap ....................................................................................... 173
6.2.2 Perubahan Kognitif .................................................................................. 175
xiv
6.2.3 Reaksi Kolektif ......................................................................................... 177
6.2.4 Reaksi Personal ........................................................................................ 180
6.2.5 Penetapan Agenda .................................................................................... 183
6.2.6 Sosialisasi ................................................................................................. 186
6.2.7 Kontrol Sosial............................................................................................ 187
6.2.8 Mendefinisikan Realitas ........................................................................... 190
6.2.9 Penyokongan terhadap Ideologi Dominan ............................................... 193
6.4 Efek-efek Dominasi Lingual ....................................................................... 195
6.5 Deskripsi dan Eksplanasi Dominasi ............................................................ 197
BAB VII IDEOLOGI DALAM WACANA PARIWISATA 7.1 Pengantar ..................................................................................................... 226
7.2 Ideologi ........................................................................................................ 226
7.3 Ideologi dalam Wacana Pariwisata ............................................................. 231
BAB VIII TEMUAN PENELITIAN 8.1 Pengantar ..................................................................................................... 242
8.2 Temuan Teoretis .......................................................................................... 242
8.3 Temuan Metodologis .................................................................................. 247
8.4 Temuan Empiris .......................................................................................... 248
BAB IX SIMPULAN DAN SARAN
9.1 Pengantar ..................................................................................................... 250
9.2 Simpulan ..................................................................................................... 250
9.3 Saran ............................................................................................................ 255
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 257
LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1 Paradigma Pluralis dan Pandangan Kritis tentang Media .............................. 20
2.2 Kerangka Kerja Representasi di Media........................................................... 67
2.3 Hubungan antara Parameter Teori dengan Aspek Analisis ............................ 74
3.1 Kriteria Pemeriksaan Keabsahan Data ........................................................... 91
3.2 Hubungan antara Rumusan Masalah, Sumber Data, Teknik
Pengumpulan Data dan Jenis Data ................................................................. 94
7.1 Ideologi Bekerja melalui Perantara Teks ..................................................... 228
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.1 Hubungan Antara Media, Wacana dan Ideologi ............................................ 10
2.2 Model Penelitian ............................................................................................ 78
3.1 Teks sebagai Objek Penelitian ....................................................................... 89
3.2 Operasionalisi Data ke Analisis Data ............................................................. 95
9.1 Segitiga Tri Karma Wacana ......................................................................... 247
xvii
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
AI : Asimilasi-individualisasi
AWK : Analisis Wacana Kritis
BP : Bali Post
DI : Determinasi-indeterminasi
DIN : Diferensiasi-indiferensiasi
FGD : Forum Group Discussion
N : Nominalisasi
NB : Nusa Bali
NI : Nominasi-identifikasi
NK : Nominasi-kategorisasi
KM : Kompas
OA : Objektivasi-abstraksi
P : Pemasifan
PK : Penggantian Kalimat
SE : Strategi Eksklusi
SI : Strategi Inklusi
SN : Strategi Nominalisasi
SP : Strategi Pemasifan
= Hubungan kausal
= Hubungan resiprokal
= Cakupan
xviii
= Batasan Definisi dan/atau Eksplanasi
xix
Daftar Lampiran
Halaman
Lampiran 1 Penjaring Data Teknik Dokumentasi .............................................. 263
Lampiran 2 Penjaring Data Teknik Observasi ................................................... 264
Lampiran 3 Penjaring Data Teknik Survei......................................................... 265
Lampiran 4 Data Responden .............................................................................. 270
Lampiran 5 Korpus Data .................................................................................... 288
Lampiran 6 Korpus Data Mentah ....................................................................... 300
Lampiran 7 Peta Lokasi Penelitian ................................................................... 301
Lampiran 8 Daftar Riwayat Hidup .................................................................... 302
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa memiliki peran vital dalam proses komunikasi dan interaksi sosial
di tengah masyarakat. Perkembangan dunia pariwisata memengaruhi dinamika
bahasa. Hal ini tampak dari kenyataan bahwa industri pariwisata dapat
memperkaya khazanah kosakata dan istilah dalam bahasa Indonesia, misalnya
leksikon restoran dan akomodasi. Ini membuktikan bahwa pertumbuhan
pariwisata tidak hanya berpengaruh di bidang ekonomi, sosial-budaya dan
lingkungan alam, tetapi juga berpengaruh terhadap dinamika bahasa Indonesia.
Persinggungan antarbahasa di dalam dunia pariwisata telah menjadi fenomena
sentral dalam masyarakat posmodern (bdk. Fox, 2008:13-15; Beratha, 2004: 68).
Hubungan antara bahasa dan pariwisata merupakan hubungan yang saling
memengaruhi dan saling mendukung.
Kuper dan Kuper (1996: 625-627) menyatakan bahwa media massa telah
menjadi institusi sosial baru yang berkaitan dengan produksi dan distribusi
pengetahuan. Di era global, media massa menggunakan teknologi modern untuk
memproduksi dan menyebarkan pesan, memiliki struktur oraganisasi yang
sistematis dan dapat mendoktrin audiens melalui pesan tersembunyi. Dalam
konteks ini, media massa beroperasi dalam dimensi publik yang dapat menjadi
sarana representasi dan dominasi pada strata dan lapisan sosial. Sehubungan
dengan tersebut, media massa cenderung akan menjadi arena pergulatan
kepentingan yang tercermin dari implementasi berbagai strategi wacana sehingga
2
memunculkan berbagai representasi dan dominasi lingual. Media massa
sesungguhnya berada di tengah realitas sosial yang sarat dengan berbagai
kepentingan, konflik, fakta yang kompleks dan beragam sehingga berbagai
representasi dan dominasi lingual akan tercermin dalam teks media. Bahkan,
media massa dipandang sebagai instrumen manipulatif, representatif, dan
dominatif yang dapat mengancam nilai-nilai budaya, norma keagamaan, dan
demokrasi (bdk. Kuper dan Kuper, 1996; Thornborrow, 2006: 78-79). Konstruksi
lingual pada judul berita:“Izin Pembangunan Akomodasi Pariwisata akan Distop
Sementara ”yang dimuat di harian umum Bali Post (BP) pada Jumat, 7
September 2012 menampilkan adanya proses determinasi melalui penyerapan
leksikon „akomodasi‟ ke dalam bahasa Indonesia. Pemilihan leksikon distop
menunjukkan adanya representasi dan dominasi lingual bahasa Inggris terhadap
bahasa Indonesia. Ketika adagium bahasa menunjukkan bangsa dipahami secara
utuh menyeluruh, tidakkah pemilihan leksikon „distop‟ pada teks berita di atas
menggambarkan representasi dan dominasi bangsa asing melalui unsur lingual
telah terjadi di tengah masyarakat kita.
Proses pemasifan dalam konstruksi berita, artikel opini atau tajuk rencana
di media massa dapat memengaruhi kesan pada khalayak umum. Kasus seperti itu
dicontohkan seperti dalam kalimat aktif: “Pemerintah Provinsi Bali
menelantarkan konsep pariwisata budaya.” diubah ke dalam kalimat pasif
“Konsep pariwisata budaya di Bali ditelantarkan”. Terlihat jelas bahwa
pemasifan dapat menghilangkan aktor yang semestinya bertanggung jawab dalam
upaya pengembangan konsep pariwisata budaya. Bentuk kalimat pasif yang
3
menghilangkan aktor (pemerintah) pada kalimat di atas dapat membuat khalayak
pembaca tidak kritis. Sebab, khalayak tidak dapat melihat aktor atau pelaku yang
menelantarkan konsep pariwisata budaya untuk dikritisi. Aktor sosial yang
bertanggung jawab dalam penelantaran konsep pariwisata budaya dikeluarkan
pada teks. Dari contoh ini diketahui bahwa teks media yang mewacanakan
pariwisata adalah juga hasil proses wacana yang mengandung nilai-nilai
representasi dan dominasi lingual, yakni pemilihan dan penggunaan unsur dan
struktur lingual untuk menyebarkan ide-ide tertentu.
Disamping itu, melalui wacana individu ataupun lembaga dalam
masyarakat tidak hanya didefinisikan, melainkan juga dibentuk dan dikendalikan
dengan berbagai tanda bahasa dan stigma. Misalnya, kalimat pernyataan:
“Kebudayaan Bali sebagai bagian dari kebudayaan Indonesia adalah landasan
utama pembangunan kepariwisataan Bali, yang mampu menggerakkan potensi
kepariwisataan dalam dinamika kehidupan lokal, nasional, dan global serta
jargon di tengah masyarakat bahwa pariwisata Bali adalah pariwisata budaya”
sebagaimana juga tertuang dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 2 Tahun
2012 tentang Kepariwisataan Budaya Bali. Pernyataan stigmatis-tekstual ini
dipersepsikan sebagai suatu kebenaran oleh masyarakat kebanyakan sehingga hal
tersebut tidak perlu lagi diperdebatkan. Inilah yang menjadi titik awal mengapa
tiap wacana perlu dianalisis lebih lanjut untuk membongkar pesan yang belum
terungkap ke permukaan dan yang masih berada pada wilayah pembenaran.
Menurut Pastika (2013), media massa mempunyai peran yang sangat
penting dalam memberi informasi kepada masyarakat dan sekaligus dapat
4
menggiring pandangan mereka terhadap suatu persoalan. Pada konteks ini, media
massa memiliki berbagai peran di tengah masyarakat. Berdasarkan berbagai
kemungkinan peran yang dapat dimainkan itu, media massa memiliki kekuatan
nilai tawar yang sangat diperhitungkan secara sosial. Dalam berbagai analisis
tentang kehidupan sosial, ekonomi dan politik, media sering ditempatkan sebagai
variabel kunci. Media massa dalam posisinya sebagai perlambang institusi
informasi dapat dipandang sebagai faktor yang paling menentukan dalam
fenomena sosial, budaya, dan politik di tengah masyarakat (lihat Matheson, 2005:
58).
Dari uraian di atas, tergambar bahwa media massa sebagai perlambang
konstruksi informasi dapat menjadi faktor kunci atas penerapan ideologi tertentu.
Dengan demikian, orang yang mempunyai akses informasi yang kuat dan
memahami wacana yang sedang berkembang yang akan mampu bertahan dalam
percaturan konstruksi sosial. Ini berarti, dalam menyajikan suatu informasi media
massa tidak akan terlepas dari beragam konflik kepentingan yang sering
disebabkan oleh adanya berbagai keinginan untuk menanamkan ideologi tertentu.
Media juga dimanfaatkan sebagai ruang untuk merepresentasikan diri dan
mendominasi wacana sosial. Analisis wacana kritis diperlukan untuk melihat
bagaimana suatu kelompok masyarakat direpresentasikan dan mendominasi
kelompok lainnya melalui perantara teks di mana teks tidak hanya sekadar tulisan
di atas kertas, namun suatu produksi yang berupa kode (lihat Sim dan van Loon,
2008: 23-24).
5
Menurut van Leeuwen dan Machin (2007:60-61), wacana juga dapat
mentransformasikan praksis sosial melalui berbagai elemen dan konteks
kepentingan. Lebih lanjut mereka menyatakan bahwa wacana yang berkembang di
media massa akan dapat menjadi instrumen representatif dan dominatif untuk
memengaruhi konstruksi dan realitas sosial di tengah-tengah masyarakat. Ini
berarti, makna terhadap sesuatu ataupun seseorang sangat tergantung dari cara kita
merepresentasikannya, tergantung pada cara kita memahami simbol-simbol
lingual dan seberapa besar pemahaman kita terhadap proses dominasi yang sedang
berlangsung. Melalui konstruksi lingual di media massa, proses penggunaan
bahasa dapat membentuk suatu wacana tersendiri. Santoso (2012)
mengungkapkan bahwa bahasa tidak hanya digunakan untuk alat berinteraksi,
bekerja sama, dan mengindentifikasi diri tetapi bahasa juga digunakan sebagai
instrumen pendominasi. Dalam pandangan paradigma kritis, bahasa bukanlah
medium yang bersifat netral melainkan sebagai representasi yang berperan dalam
membentuk subjek ataupun objek tertentu, tema-tema wacana sekaligus strategi
wacana di dalamnya. Sehubungan dengan itu, analisis wacana kritis dapat
digunakan untuk memaparkan dan menjelaskan segala sesuatu yang ada di dalam
setiap proses penggunaan bahasa di tengah-tengah masyarakat. Oleh karena objek
analisis wacana bersifat kompleks, maka upaya untuk menguak identitas objek
analisis memerlukan adanya pijakan konstruksi lingual. Sebab, konstruksi lingual
yang terdapat dalam berita, artikel opini, pernyataan pejabat dan teks sejenis yang
dimuat di media massa dapat menimbulkan ketimpangan informasi. Misalnya,
dalam satu topik berita yang sama bisa didapat kesan berbeda ketika diberitakan
6
oleh dua atau lebih kelompok media. Dalam konteks ini, analisis wacana kritis
dapat dijadikan alat untuk membedah simbol-simbol lingual seperti teks yang
menggunakan sistem-sistem semiotik seperti bahasa tulis, pencitraan visual
dan/atau bunyi (bdk. van Leeuwen, 2005).
Media massa merupakan alat bagi kelompok yang dominan untuk
menguasai dan memarjinalkan kelompok yang tidak dominan. Media massa
membantu kelompok dominan menyebarkan gagasannya, mengontrol kelompok
lain, dan membentuk konsensus antaranggota komunitas. Dengan demikian,
media bukan sarana yang netral yang menampilkan kekuatan dan kelompok dalam
masyarakat apa adanya, tetapi kelompok dan ideologi yang dominan itulah yang
akan tampil dalam pemberitaan yang terungkap dalam berbagai bentuk teks yang
tidak terlepas dari aspek lingual (Burton, 2012: 190). Burton lebih lanjut
menegaskan teks-teks di media massa akan mengalami berbagai konstruksi dan
rekonstruksi lingual melalui berbagai pilihan kata, frasa, klausa, ataupun struktur
kalimat untuk mempertegas ideologi penyertanya.
Berkaitan dengan proses konstruksi dan rekonstruksi lingual tersebut, bias
berita akan terungkap atau sengaja diungkap oleh media massa. Hal tersebut
dikarenakan media tidak berada dalam ruang yang bebas nilai. Media massa
sesungguhnya berada di tengah realitas sosial yang sarat dengan berbagai
kepentingan, konflik, fakta yang kompleks dan beragam. Menurut Wazis
(2012:13), media massa juga tidak bisa dilepaskan dari perannya dalam
mengontrol persoalan yang terjadi di masyarakat. Artinya, sebuah media dalam
hubungannya dengan kehidupan sosial dapat menempati posisi yang sangat
7
strategis. Hal ini dikarenakan kemampuannya sebagai sarana pengontrol ataupun
sebaliknya sebagai alat legitimasi dan penanaman suatu bentuk ideologi.
Sehubungan dengan hal ini, media massa cenderung akan menjadi arena
pergulatan ideologi yang saling berkompetisi antara satu ideologi dan ideologi
lainnya. Media massa bisa menjadi sarana penyebaran ideologi penguasa, sebagai
alat legitimasi sekaligus sebagai kontrol wacana publik. Namun, pada sisi lain
media massa juga bisa menjadi alat resistensi terhadap konstruksi tertentu. Media
bisa menjadi alat untuk membangun kultur dan ideologi yang dominan bagi
kepentingan kelas dominan, sekaligus bisa juga menjadi instrumen perjuangan
bagi kaum tertindas untuk membangun kultur dan ideologi tandingan.
Teks di dalam media cetak sebagai salah satu bentuk media massa adalah
hasil proses wacana yang mengandung nilai-nilai representasi, dominasi dan
ideologi sebagai penyerta sehingga media cetak sering belum mampu bersikap
netral dalam menjelaskan realitas sosial. Artinya, media akan mengikutsertakan
perspektif dan cara pandang mereka dalam menjelaskan realitas sosial. Mereka
memilihnya untuk menentukan aspek-aspek yang ditonjolkan ataupun
dihilangkan, menentukan struktur berita yang sesuai dengan kehendak mereka,
dari sisi mana peristiwa yang ada disoroti, bagian mana dari peristiwa yang
didahulukan atau dilupakan serta bagian mana dari peristiwa yang ditonjolkan
atau dihilangkan. Intinya, pandangan wacana kritis memandang bahwa media
ditempatkan sebagai ruang atau forum publik tempat terjadinya kompetisi
identitas kepentingan. Konsekuensinya, setiap unsur masyarakat berkompetisi
untuk mewacanakan sesuatu yang mampu merepresentasikan identitas mereka
8
masing-masing atau mendominasi masyarakat lainnya, termasuk dalam bidang
pariwisata sebagai bagian integral dari praksis sosial. Inilah yang menjadi titik
pijak munculnya wacana pariwisata.
Untuk mengetahui bagaimana media cetak menjalankan praktik
konstruksinya, penggunaan bahasa menjadi unsur penting untuk diamati.
Sehubungan dengan itu, konstruksi lingual dalam wujud kata, frase, kalimat
ataupun ungkapan tertentu pada wacana pariwisata memiliki alasan masing-
masing dan pilihan ini bukan suatu kebetulan dan bukan juga arbitrase.
Diasumsikan bahwa pilihan yang dilakukan memiliki perspektif tertentu, agenda
tertentu dan ideologi tertentu, contohnya, dalam kalimat:“alih fungsi lahan
produktif untuk pariwisata sudah pada tingkat mengkhawatirkan”. Kalimat ini
menunjukkan gejala atau keadaan alih fungsi lahan dengan menampilkan objek
pariwisata tanpa menunjukkan siapa yang menyebabkan alih fungsi lahan.
Berkaitan dengan berbagai fenomena tekstualitas dalam wacana pariwisata
di atas, analisis wacana kritis diperlukan untuk melihat aspek lingual dalam
wacana pariwisata yang akan berfokus pada (a) bagaimana teks menggambarkan
situasi pariwisata yang sedang terjadi, (b) mengapa wacana pariwisata pada
konteks tertentu yang berkembang, dan sebaliknya mengapa wacana yang lain
tidak berkembang, (c) mengapa istilah pariwisata berkelanjutan begitu
berkembang dan memperoleh nilai positif di tengah masyarakat, dan mengapa
ungkapan “eksploitasi dan eksplorasi lahan produktif untuk pariwisata” menjadi
bernilai negatif dan sejenisnya.
9
Wacana yang muncul dalam berbagai bentuk teks bersama konteks di
media cetak tidak dipandang sebagai sesuatu yang alamiah, wajar, dan netral,
tetapi merupakan bentuk pertarungan ideologis. Dalam konteks kajian ini,
pertarungan ideologis dapat terjadi antara pemilik modal (kapitalis) dengan
masyarakat. Ideologi yang berada di balik penghasil teks akan selalu mewarnai
bentuk wacana tertentu. Pemroduksi teks yang berideologi kapitalisme ataupun
sosialisme tentu akan menghasilkan wacana yang memiliki karakter tersendiri.
Dari paparan ini diperoleh pemahaman bahwa analisis wacana kritis
menempatkan bahasa dalam sistem terbuka sesuai dengan konteks sosialnya.
Analisisnya akan selalu mengungkap bagaimana teks dan konteks diproduksi dan
direproduksi akibat suatu kepentingan representasi dan dominasi yang selanjutnya
dijadikan instrumen dalam penanaman ideologi tertentu.
Berdasarkan kenyataan di atas,diasumsikan bahwa media cetak bukanlah
institusi dengan entitas yang tidak memihak, tetapi media cetak dikuasai oleh
kelas dominan. Dalam pengertian ini, media cetak dapat dijadikan instrumen
representatif dan dominatif dalam kehidupan bermasyarakat. Media cetak adalah
sarana diskusi publik karena tiap kelompok sosial saling bertarung dan
menyajikan perspektif dengan wacananya masing-masing untuk menguasai
medan makna atas suatu permasalahan demi menentukan representasi,
mewujudkan dominasi ataupun sebagai sarana penanaman ideologi melalui
perantara teks. Inilah fenomena menarik yang dikaji lebih lanjut dan merupakan
titik temu terhadap persinggungan antara media, wacana dan ideologi yang
10
dijembatani oleh sarana bahasa dengan berbagai konstruksi lingual yang dapat
membentuk realitas sosial.
Hubungan antara media, wacana, dan ideologi dapat digambarkan sebagai
berikut.
Gambar 1.1
Hubungan antara Media, Wacana dan Ideologi
(Sumber: Burton, 2012:75 dimodifikasi oleh Peneliti)
Gambar di atas mendeskripsikan bahwa representasi seseorang atau
kelompok berkepentingan memerlukan institusi media beserta segala instrumen
operasionalnya untuk membuka ruang wacana dalam melakukan dominasi melalui
pelbagai konstruksi lingual sebagai upaya menanamkan ideologi, baik secara
nyata maupun terselubung, kepada khalayak (masyarakat). Ideologi akan
menunjukkan efek-efek yang berkaitan dengan sikap dan perilaku khalayak
sebagai penyebab terjadinya konstruksi sosial yang akan melahirkan realitas sosial
dan kembali memerlukan ruang untuk merepresentasikan dirinya. Pada konteks
ini, analisis wacana kritis dapat digunakan sebagai bingkai kerja untuk
membongkar representasi dan bentuk-bentuk dominasi dalam kehidupan sosial
Khalayak (masyarakat)
Sasaran Dominasi
Institusi Media Teks Media
Entitas Pendominasi Ungkapan Mendominasi
KONSTRUKSI LINGUAL
Konstruksi Sosial
dan individual
Representasi Realitas Sosial
11
yang dapat terlihat maknanya dalam realitas sosial melalui konstruksi lingual yang
dimunculkan melalui berbagai strategi wacana yang digunakan (bdk. van
Leeuwen, 2005:95; Laba, Riana, dan Schmoll, 2015:190-191).
Wacana tidak cukup hanya didasarkan pada konstruksi lingual yang
muncul dipermukaan, namun harus juga dilihat bagaimana konstruksi tersebut
diproduksi sehingga diperoleh pemahaman yang utuh mengapa sebuah teks
muncul (lihat van Dijk, 1997: 4-7). Misalnya, kalau ada suatu teks yang
memarjinalkan masyarakat Bali di bidang pariwisata, maka analisis wacana kritis
diperlukan untuk melihat bagaimana suatu kelompok masyarakat
direpresentasikan atau mendominasi kelompok lainnya melalui perantara teks
dalam konteks wacana pariwisata. Sebab, seperti yang dinyatakan oleh Scollon
(2001: 139) bahwa persoalan sosial-kemasyarakatan di dunia pada saat ini secara
masif dikaitkan dengan kemunculan teks di media massa. Lebih lanjut, Scollon
menjelaskan bahwa tindakan sosial sering terwujud dari bentuk teks yang kita
pilih dan gunakan. Pilihan kata atau bentuk gramatikal lainnya bisa menunjukkan
bagaimana aktor dalam sebuah peristiwa diwacanakan. Hal ini dapat dihubungkan
ke dalam tiga aspek utama yakni; aspek ideologis pada pilihan teks yang
digunakan; (b) aktor tertentu yang dibahasakan dengan kata-kata tertentu; dan (c)
pemaknaan yang diterima oleh khalayak berdasarkan pilihan kata dan frasa yang
digunakan.
Berkaitan dengan fenomena pelbagai konstruksi lingual di media cetak
nasional, kajian lebih lanjut diperlukan untuk membongkar berbagai implementasi
strategi wacana, bentuk representasi dan dominasi lingual untuk mengungkap
12
proses produksi serta reproduksi teks dalam wacana pariwisata di media cetak
nasional melalui teropong analisis wacana kritis. Sebab, pariwisata sebagai salah
satu entitas sosial memainkan peran penting dalam kehidupan sosio-budaya dan
sosio-ekonomi di tengah masyarakat sehingga berbagai kepentingan dan ideologi
berkecimpung didalamnya. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji
kepariwisataan yang telah dan sedang berkembang, bukan dari aspek sosial dan
ekonomi, melainkan dari aspek kebahasaan (linguistik) yang tentunya menjadi
unsur tak terpisahkan dan menjadi entitas primer dalam wacana pariwisata.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, masalah dalam penelitian ini
dapat dirumuskan seperti berikut ini.
1. Bagaimanakah implementasi strategi eksklusi dan inklusi dalam wacana
pariwisata di media cetak nasional?
2. Bagaimanakah representasi lingual disajikan dalam wacana pariwisata di media
cetak nasional?
3. Bagaimanakah dominasi lingual disajikan dalam wacana pariwisata di media
cetak nasional?
4. Ideologi apakah yang terungkap dalam wacana pariwisata di media cetak
nasional?
13
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji fenomena penggunaan bahasa dan
berbagai bentuk konstruksi lingual di media cetak nasional dilihat dari perspektif
analisis wacana kritis. Adapun tujuan penelitian ini dijabarkan ke dalam tujuan
umum dan tujuan khusus yang diuraikan sebagai berikut.
1.3.1 Tujuan Umum
Secara umum kajian linguistik dan media dalam penelitian ini memiliki
dua tujuan, yakni 1) untuk menelaah dan memaparkan secara lebih rinci tentang
implementasi strategi wacana dalam ranah wacana pariwisata dan kaitannya
dengan konteks sosial yang berkembang melalui piranti analisis wacana kritis, dan
2) untuk menjelaskan secara mendalam tentang representasi dan dominasi lingual
yang tersembunyi di balik wacana pariwisata sehingga ideologi terungkap secara
lebih gamblang melalui kajian bahasa. Kajian ini juga diharapkan dapat
memberikan gambaran secara utuh menyeluruh tentang hubungan antara wacana
pariwisata dengan ideologi dalam kemasan linguistik.
1.3.2 Tujuan Khusus
Searah dengan tujuan umum di atas, tujuan khusus penelitian ini adalah; 1)
mengungkap, mengkaji, dan menemukan strategi eksklusi yang mencakup strategi
pemasifan, nominalisasi, dan penggantian kalimat dan bagaimana strategi inklusi
yang mencakup diferensiasi-indiferensiasi, objektivasi-abstraksi, nominasi-
kategorisasi, nominasi-identifikasi, determinasi-indeterminasi, asimilasi-
14
individualisasi, dan asosiasi-disasosiasi dalam wacana pariwisata di media cetak
nasional sehingga berbagai strategi wacana bidang pariwisata dapat diungkap
secara lebih jelas; 2) mengkaji, menjelaskan, dan menemukan bentuk
implementasi representasi lingual yang menampilkan adanya sirkulasi
kepentingan dalam wacana pariwisata di media cetak nasional sehingga wujud
determinasi dan fungsionalisme dapat diungkap secara jelas; 3) mengkaji,
menjelaskan, dan menemukan bentuk implementasi dominasi lingual yang
menampilkan adanya konstruksi dan rekonstruksi sosial dalam wacana pariwisata
di media cetak nasional sehingga berbagai efek seperti perubahan sikap,
perubahan kognitif, kepanikan moral, tanggapan emosional/reaksi personal,
penetapan agenda, sosialisasi, kontrol social, mendefinisikan realitas, dan
penyokongan terhadap ideologi dominan dapat diungkap secara jelas; dan 4)
mengkaji, menjelaskan, dan menemukan ideologi yang melatarbelakangi
munculnya teks tulis berkenaan dengan wacana pariwisata di media cetak
nasional.
1.4 Manfaat Penelitian
Melalui kajian dan penjelasan mendalam tentang representasi lingual,
dominasi lingual, dan ideologi dalam wacana pariwisata dari aspek linguistik dan
melalui penelusuran berbagai strategi wacana eksklusi dan inklusi, penelitian ini
diharapkan memberikan manfaat teoretis dan praktis yang diuraikan secara rinci
di bawah ini.
15
1.4.1 Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah (a) sebagai
sumbangan pengembangan dunia linguistik secara makro dan (b) bagi
pengembangan bahasa Indonesia ranah pariwisata. Uraian manfaat teoretis dapat
dijelaskan sebagai berikut.
1.4.1.1 Bagi Pengembangan Linguistik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
dalam memperkaya ranah kajian linguistik, khususnya hubungan antara linguistik
dan wacana dengan topik-topik yang berkaitan dengan (a) bahasa dalam ranah
pariwisata, (b) kosakata dalam ranah pariwisata, (c) titik temu antara teori
linguistik dan kajian ideologi, (d) linguistik kritis dan wacana pariwisata, dan (e)
ideologi yang memengaruhi penggunaan bahasa di media cetak nasional. Temuan
konsep struktur wacana pariwisata bermanfaat untuk mempolakan struktur bahasa
sebagai praktik sosial, khususnya praktik sosial ranah pariwisata.
1.4.1.2 Bagi Pengembangan Bahasa Indonesia
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan akademik
bagi pengembangan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam komunikasi
media dan penggunaannya dalam bidang peraturan dan penyusunan Rencana
Induk Pengembangan Daerah (RIPDA) bidang pariwisata. Dengan diakuinya
pariwisata sebagai ilmu mandiri pada tahun 2008, kajian ini juga diharapkan
bermanfaat dan berkontribusi bagi pengembangan ilmu pariwisata melalui kajian
aspek kebahasaan.
16
Selain itu, pada tataran pengembangan pariwisata budaya yang menjadi
ikon pariwisata Bali, hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan menjadi piranti
akademik dalam rangka pembinaan dan penguatan penggunaan bahasa Indonesia
dalam bidang pariwisata. Misalnya, untuk mengurangi representasi dan dominasi
penggunaan bahasa asing yang acapkali salah kaprah. Dalam konteks semacam
ini, diharapkan akan menumbuhkan kebanggaan terhadap penggunaan bahasa
Indonesia. Hasil penelitian ini juga diharapkan bermanfaat dalam penggunaan dan
pengembangan bahasa Indonesia ranah pariwisata secara baik dan benar.
1.4.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah (1) sebagai
kontribusi bagi akademisi pariwisata, (2) bagi pelaku pariwisata, dan (c) bagi
pemerintah. Uraian manfaat praktis dapat dijabarkan secara lebih rinci sebagai
berikut.
1.4.2.1 Bagi Akademisi Pariwisata
Hasil penelitian ini bermanfaat dalam menambah pengetahuan dan
pemahaman para akademisi pariwisata di perguruan tinggi baik dalam skala lokal
Bali maupun nasional tentang piranti dan energi bahasa yang termuat dalam
media cetak nasional. Dengan tambahan pengetahuan tersebut, para akademisi
pariwisata dapat memberikan apresiasi dan tanggapan terarah, utamanya melalui
pemilihan leksikon dan struktur bahasa yang lugas dalam mengungkap fenomena
17
kebahasaan dari perspektif paradigma kritis ketika mengkaji permasalahan
pariwisata.
1.4.2.2 Bagi Pelaku Pariwisata
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi dan menambah khasanah
praktis dalam memahami ideologi yang berada di balik pembangunan pariwisata
secara nasional, khususnya di Bali. Melalui kegiatan desiminasi hasil penelitian
ini, pelaku pariwisata seperti para pemandu wisata, karyawan hotel, dan penyedia
jasa paket pariwisata dapat memahami pergulatan berbagai kepentingan dalam
dunia pariwisata. Dari pemahaman tersebut, para pelaku pariwisata diharapkan
tidak lagi terpengaruh dengan jargon Bali untuk pariwisata, akan tetapi mampu
berpikir sebaliknya bahwa pariwisata ada untuk kemajuan Bali dan Indonesia. Di
samping itu, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat praktis
bagi pelaku pariwisata untuk menggunakan istilah dan struktur bahasa Indonesia
secara baik dan benar dalam dunia pariwisata sehingga istilah-istilah asing dapat
dikurangi.
1.4.2.3 Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini secara praktis dapat digunakan oleh pemerintah selaku
pengambil kebijakan bidang pariwisata dalam memetakan kegiatan
kepariwisataan secara tertulis melalui undang-undang atau peraturan sejenis
lainnya. Penelitian ini akan memberi sumbangan dalam pemilihan berbagai
strategi wacana ketika menyusun draf undang-undang atau peraturan dimaksud.
18
Kebijakan bidang pariwisata yang akan dituangkan ke dalam undang-undang atau
peraturan lainnya penting dibuat secara komprehensif dengan menggunakan
pemilihan strategi wacana yang tepat. Inilah contoh nyata bagaimana penelitian
ini akan bermanfaat bagi pemerintah. Sebab, secara praktis hasil penelitian ini
memberikan acuan awal untuk menjembatani persoalan pariwisata yang
bersentuhan langsung dengan masyarakat melalui proses komunikatif dan
koordinatif lewat perantara bahasa dengan berbagai strategi wacana, representasi
lingual dan dominasi lingual yang dituangkan ke dalam kebijakan dan peraturan
bidang Pariwisata.