referat tht setiahasti saily halaman minggu.doc

Upload: wawanarifk

Post on 29-Feb-2016

249 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Referat

BENDA ASING DI HIDUNG

Oleh :SETIAHASTI SAILYNIM 1408465674Pembimbing

dr. Ariman Syukri, Sp.THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN THT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU

RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU

PEKANBARU 2015BENDA ASING DI HIDUNGI. DEFINISI

Benda asing di dalam suatu organ ialah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada.1II. ANATOMIHidung terdiri dari hidung luar (nasus externus) dan rongga hidung (cavum nasi). Hidung luar berbentuk piramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke bawah:2,31. pangkal hidung (bridge)

2. batang hidung (dorsum nasi)3. puncak hidung

4. ala nasi5. kolumela6. lubang hidung (nares anterior).Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan atau menyempitkan lubang hidung. Kerangka tulang terdiri dari:3

1. tulang hidung (os nasal),

2. prosesus frontalis os maksila dan 3. prosesus nasalis os frontalKerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan yang terletak di bagian bawah hidung, yaitu:2,3

1. sepasang kartilago nasalis lateralis superior,

2. sepasang kartilago nasalis lateralis inferior (kartilago alar mayor),

3. tepi anterior kartilago septum.

Gambar 1. Anatomi kerangka hidung4Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke belakang, dipisahkan oleh septum nasi di bagian tengahnya menjadi kavum nasi kanan dan kiri. Pintu atau lubang masuk kavum nasi bagian depan disebut nares anterior dan lubang belakang disebut nares posterior (koana) yang menghubungkan kavum nasi dengan nasofaring.3 Bagian dari kavum nasi yang letaknya sesuai dengan ala nasi, tepat dibelakang nares anterior, disebut vestibulum. Vestibulum ini dilapisi oleh kulit yang mempunyai banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang yang disebut vibrise.3Tiap kavum nasi mempunyai 4 buah dinding, yaitu dinding medial, lateral, inferior dan superior. Dinding medial hidung ialah septum nasi. Septum dibentuk oleh tulang dan tulang rawan. Bagian tulang adalah lamina perpendikularis os etmoid, vomer, krista nasalis os maksila dan krista nasalis os palatina. Bagian tulang rawan adalah kartilago septum (lamina kuadrangularis) dan kolumela. Septum dilapisi oleh perikondrium pada bagian tulang rawan dan periostium pada bagian tulang, sedangkan diluarnya dilapisi pula oleh mukosa hidung.2,3Pada dinding lateral terdapat 4 buah konka, yang terbesar dan letaknya paling bawah ialah konka inferior, kemudian yang lebih kecil adalah konka media, lebih kecil lagi ialah konka superior, sedangkan yang terkecil disebut konka suprema. Konka suprema disebut juga rudimenter.3

Gambar 2. Dinding lateral rongga hidung4III. FISIOLOGI HIDUNGBerdasarkan teori struktural, teori evolusioner dan teori fungsional, fungsi fisiologis hidung dan sinus paranasal adalah:3 1. Fungsi respirasi

Untuk mengatur kondisi udara, humidifikasi, penyeimbang dalam pertukaran tekanan dan mekanisme imunologik lokal. Udara inspirasi masuk ke hidung menuju sistem respirasi melalui nares anterior, lalu naik ke atas setinggi konka media dan kemudian turun ke bawah ke arah nasofaring, sehingga aliran udara ini berbentuk lengkungan atau arkus. Udara yang dihirup akan mengalami humidifikasi oleh palut lendir. Pada musim panas, udara hampir jenuh oleh uap air, sehingga terjadi sedikit penguapan udara inspirasi oleh palut lendir, sedangkan pada musim dingin akan terjadi sebaliknya. Suhu udara yang melalui hidung diatur sehingga berkisar 37 Celcius. Fungsi pengatur suhu ini dimungkinkan oleh banyaknya pembuluh darah di bawah epitel dan adanya permukaan konka dan septum yang luas. Partikel debu, virus, bakteri, jamur yang terhirup bersama udara akan disaring dihidung oleh: a. Rambut (vibrissae) pada vestibulum nasi

b. Silia

c. Palut lendirDebu dan bakteri akan melekat pada palu lendir dan partikel-partikel yang besar akan dikeluarkan dengan refleks bersin.2. Fungsi penghidu

Hidung juga bekerja sebagai indra penghidu dan pengecap dengan adanya mukosa olfaktorius pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas septum. Partikel bau dapat mencapai daerah ini dengan cara difusi dengan palut lendir atau bila menarik napas dengan kuat.Fungsi hidung untuk membantu indra pengecap adalah untuk membedakan rasa manis yang berasal dari berbagai macam bahan, seperti perbedaan rasa manis strawberry, jeruk, pisang atau coklat, juga untuk membedakan rasa ayam yang berasal dari cuka dan asam jawa.3. Fungsi fonetik

Resonansi oleh hidung penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan menyanyi. Sumbatan hidung akan menyebabkan resonansi berkurang atau hilang, sehingga terdengar suara sengau (rinolalia). Hidung membantu proses pembentukan konsonan nasal (m, n, ng), rongga mulut tertutup dan hidung terbuka dan palatum mole turun untuk aliran udara.4. Refleks nasalMukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan saluran cerna, kardiovaskuler dan pernafasan. Iritasi mukosa hidung menyebabkan refleks bersin dan nafas berhenti. Rangsangan bau tertentu akan menyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung dan pankreas.IV. EPIDEMIOLOGIAspirasi benda asing dapat terjadi pada semua umur, terbanyak pada anak, khususnya anak usia 1-3 tahun, hal ini terjadi karena : a) anak-anak umur tersebut sedang mengeksplorasi lingkungan sekitarnya dengan kecenderungan meletakkan sesuatu di mulut sambil bermain dan berlari, b) pertumbuhan gigi molar yang belum lengkap sehingga proses mengunyah belum sempurna, c) belum dapat membedakan yang dapat dimakan dengan yang tidak, dan d) koordinasi menelan dan penutupan glotis yang belum sempurna. Aspirasi benda asing pada dewasa biasanya berhubungan dengan retardasi mental, penggunaan alkohol dan sedatif, tindakan medik di daerah mulut dan faring, gangguan kesadaran, trauma maksilofasial, gangguan neurologis dan demensia senilis.5Kejadian aspirasi benda asing dari berbagai laporan lebih sering terjadi pada laki-laki dengan perbandingan antara laki-laki dan perempuan 2 : 1. Jenis benda asing yang teraspirasi bervariasi, dengan frekuensi tertinggi dari berbagai laporan berupa bahan makanan seperti kacang, biji-bijian, bagian dari sayuran dan benda anorganik lain seperti jarum, peniti, tutup pena, mainan anak-anak dll. Perbedaan geografis, variasi makanan dan lingkungan mempengaruhi hal ini.5Data kasus sebanyak 482 dikumpulkan secara retrospektif dari catatan medik. Jumlah kasus tertinggi pada tahun 2010 (163 kasus, 33,81%), diikuti oleh 2009, 2011, dan 2008. Kasus laki-laki sebanyak 61,82% dan perempuan 38,18%. Kelompok usia 0-10 tahun sebanyak 218 kasus (45,22%), diikuti kelompok usia >51 tahun, 41-50 tahun, 21-30 tahun, 31-40 tahun, dan 11-20 tahun. Lokasi anatomi benda asing tersering pada meatus akustikus eksterna (58,29%), kemudian hidung, faring, esofagus, dan laring serta bronkus.6V. KLASIFIKASI

Berdasarkan asalnya, benda asing digolongkan menjadi dua golongan :1,71. Benda asing eksogen, yaitu yang berasal dari luar tubuh, biasanya masuk melalui hidung atau mulut. Benda asing eksogen terdiri dari benda padat, cair atau gas. Benda asing eksogen padat terdiri dari zat organik seperti kacang-kacangan (yang berasal dari tumbuhan-tumbuhan), tulang (yang berasal dari kerangka binatang) dan zat anorganik seperti paku, jarum, peniti, batu, kapur barus dan lain-lain. Benda asing eksogen cair dibagi dalam benda cair yang bersifat iritatif, seperti zat kimia, dan benda cair non iritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4. 2. Benda asing endogen, yaitu yang berasal dari dalam tubuh. Benda asing endogen dapat berupa sekret kental, darah atau bekuan darah, nanah, krusta, perkijuan, membran difteri. Cairan amnion, mekonium dapat masuk ke dalam saluran napas bayi pada saat proses persalinan.VI.PATOGENESIS

Benda asing mati (inanimate foreign bodies) di hidung cenderung menyebabkan edema dan inflamasi mukosa hidung, dapat terjadi ulserasi, epistaksis, jaringan granulasi dan dapat berlanjut menjadi sinusitis. Benda-benda erosif seperti baterai dapat mengakibatkan kerusakan parah dari septum hidung. Hal ini dapat terjadi karena benda erosif ini mengandung berbagai jenis logam berat seperti merkuri, seng, perak, nikel, kadmium, dan lithium.1,8Benda asing hidup menyebabkan reaksi inflamasi dengan derajat bervariasi, dari infeksi lokal sampai destruksi tulang rawan dan tulang hidung dengan membentuk daerah supurasi yang dalam dan berbau. Beberapa benda asing yang masuk kedalam rongga hidung dapat bertahan bertahun-tahun tanpa adanya perubahan mukosa, namun sebagian besar benda mati yang masuk ke hidung dapat menimbulkan pembengkakan mukosa hidung dengan kemungkinan menjadi nekrosis, ulserasi, erosi mukosa, dan epistaksis. Tertahannya sekresi mukus, benda asing yang membusuk serta ulserasi dapat menyebabkan sekret berbau busuk. Cacing askaris di hidung dapat menimbulkan iritasi dengan derajat yang bervariasi karena geraknya.1,7Benda asing hidung dapat ditemukan di setiap bagian rongga hidung, sebagian besar ditemukan di dasar hidung tepat dibawah konka inferior. Lokasi lainnya ada di depan dari konka media. Benda-benda kecil yang masuk kebagian anterior rongga hidung dapat dengan mudah dikeluarkan dari hidung. Benda asing yang berada di rongga hidung dalam waktu yang cukup lama serta benda hidup dapat menimbulkan berbagai kesulitan dalam mengeluarkan benda asing.7

Gambar 3. Lokasi benda asing yang masuk ke rongga hidung (IT= inferior turbinate, MT= middle turbinate, SS= sphenoid sinus, ST= superior turbinate)7VII.MANIFESTASI KLINIKBenda asing di hidung pada anak sering luput dari perhatian orang tua karena tidak ada gejala dan bertahan untuk waktu yang lama. Dapat timbul rinolith di sekitar benda asing. Gejala yang paling sering adalah hidung tersumbat, rinore unilateral dengan cairan kental dan berbau, kadang-kadang terdapat rasa nyeri, demam, epistaksis dan bersin. Pada pemeriksaan,fisik tampak edema dengan inflamasi mukosa hidung unilateral dan dapat terjadi ulserasi. Benda asing biasanya tertutup oleh mukopus, sehingga disangka sinusitis. Dalam hal demikian bila akan menghisap mukopus haruslah berhati-hati supaya benda asing itu tidak terdorong ke arah nasofaring yang kemudian dapat masuk ke laring, trakea dan bronkus. Benda asing, seperti karet busa, sangat cepat menimbulkan sekret yang berbau busuk.1VIII.DIAGNOSIS

Diagnosis klinis benda asing di saluran napas ditegakkan berdasarkan anamnesis adanya riwayat tersedak sesuatu, tiba-tiba timbul rasa tercekik, gejala, tanda, pemeriksaan fisik dengan auskultasi, palpasi dan pemeriksaan radiologik sebagai pemeriksaan penunjang. Diagnosis pasti benda asing di saluran napas ditegakkan setelah dilakukan tindakan endoskopi atas indikasi diagnostik dan terapi. Anamnesis yang cermat perlu ditegakkan, karena kasus aspirasi benda asing sering tidak segera dibawa ke dokter pada saat kejadian. Perlu diketahui macam benda atau bahan yang teraspirasi dan telah berapa lama tersedak benda asing itu.1,7

Gambar 4 . Rinolith yang tampak pada pemeriksaan endoskopi7IX. PENATALAKSANAANProses pengeluaran benda asing di hidung harus dilakukan oleh klinisi yang berpengalaman jika benda dapat diperkirakan diekstraksi, jika ragu akan keberhasilannya, dapat dirujuk ke spesialis Telinga Hidung dan Tenggorok (THT) karena jika proses pengeluarannya berulang, dapat meningkatkan trauma dan merubah posisi benda asing tersebut.7Beberapa teknik pengeluaran benda asing dapat dilakukan, dan pilihan terhadap teknik yang digunakan tergantung kepada jenis benda asing, peralatan yang tersedia, dan kenyamanan klinisi dengan metode yang digunakan. Jika bendanya mudah dilihat, tidak bulat, tidak rapuh, maka kebanyakan klinisi memilih metode langsung, jika bendanya sulit dilihat, bulat atau tidak dapat dilakukan dengan metode langsung, maka dipilih cara ballon cathteters, sedangkan untuk benda yang besar, menyumbat, maka teknik tekanan positif lebih sering digunakan.7

1.Metode langsung

Teknik ini idealnya dilakukan untuk benda asing yang mudah dilihat, tidak bulat, dan tidak rapuh. Peralatan yang digunakan termasuk hemostat, forsep alligator, dan forsep bayonet. Cara mengeluarkan benda asing di hidung adalah dengan memakai pengait (haak) yang dimasukkan ke dalam hidung dibagian atas, menyusuri atap kavum nasi sampai menyentuh nasofaring. Setelah itu pengait diturunkan sedikit dan ditarik ke depan. Dengan cara ini benda asing itu akan ikut terbawa ke luar. Dapat pula menggunakan cunam Nortman atau wire loop.1,7

2.Kateter balon

Teknik ini dilakukan terhadap benda asing yang kecil, bulat, dan tidak mudah dilakukan dengan metode langsung. Kateter yang sering dipakai seperti kateter Foley atau kateter Fogarty, dan esktraktor Katz juga merupakan pilihan. Apapun pilihan kateternya, teknik yang digunakan kurang lebih sama. Pertama balon diperiksa, lalu kateter diolesi jelly 2%. Pasien berbaring terlentang, lalu kateter disisipkan melewati benda asing dan dimasukkan udara atau air (2 ml pada anak kecil dan 3 ml pada anak yang lebih besar). Setelah itu di pompa, kateter ditarik mendorong benda asing tersebut.7

Gambar 5. Penggunaan Fogarty Catheter7

3.Tekanan positifBenda asing yang besar dan menyumbat cocok untuk dilakukan teknik tekanan positif. Teknik ini dikenal juga dengan istilah ekhalasi paksa, yaitu dengan menutup hidung yang tidak tersumbat oleh benda asing, lalu dilakukan ekspirasi paksa.7

Gambar 6. Konektor adapter9

Gambar 7. Teknik tekanan positif9X.KOMPLIKASIPerdarahan merupakan komplikasi yang paling sering terjadi, meskipun hal ini hanya bersifat minimal dan hilang dengan tampon sederhana. Selain itu benda asing pada hidung juga dapat menyebabkan iritasi dan reaksi inflamasi. Beberapa komplikasi benda asing pada hidung yang telah dilaporkan, antara lain:7 Sinusitis Otitis Media Akut

Perforasi septum nasi

Selulitis periorbital

Meningitis Epiglotitis akut

Difteria

Tetanus

DAFTAR PUSTAKA

1. Junizaf MH. Benda Asing di Saluran Napas. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher. Edisi ketujuh. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2012: 259-2382. Snell RS. Kepala dan Leher. Dalam: Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6. Alih Bahasa: Sugiharto L. EGC. 2000: 803-5.3. Soetjipto S, Mangunkusumo E, Wardani RS. Hidung. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher. Edisi ketujuh. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2012: 97-100.4. Putz R, Pabst R. Atlas Anatomi Manusia Sobotta. Jilid 1 Edisi 22. hlm. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 200: 086-088. 5. Singh A, Ghosh D, Samuel C. Pediatric Foreign Body Aspiration: How much does our community knows. 2010. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2995936/6. Marthalisa S, Sosir, Palandeng. Benda Asing Telinga Hidung Tenggorok di Bagian/SMF THT-KL BLU RSU Prof. DR. R. D. Kandou Manado Periode Januari 2008-Desember 2011. Jurnal biomedik. 2012;4(3)7. Fischer JI. Nasal Foreign Bodies. 2013. Available at : http://emedicine.medscape.com/article/763767-overview8. Guidera AK, Stegehuis HR. Button batteries: The Worst Scenario in Nasal Foreign Bodies. Journal of the New Zealand Medical Association. 2010 April;123:13139. Pediatric Emergency Medicine Practice. 2009. Available at : http://www.ebmedicine.net/2084251-treatment2

_1496774379.unknown