referat tht lengkap

102
REFERAT THT Anggi Purnamasari 2009730126 Pembimbing : dr. Dian Nurul Al Amini !".THT

Upload: dian-indrayani-pora

Post on 04-Nov-2015

235 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

RS ISLAM JAKARTA

TRANSCRIPT

PowerPoint Presentation

REFERATTHTAnggi Purnamasari2009730126

Pembimbing : dr. Dian Nurul Al Amini, Sp.THT

1. A. DEFINISI OMA (Otitis Media Akut)Adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid dan terjadi dalam waktu < 3 minggu

1. B. STADIUM OMA (Otitis Media Akut)1. C. Gambaran Klinis (masing-masing stadium OMA)1. D. Penatalaksanaan (masing-masing stadium OMA)Membuka kembali tuba Eustachius tekanan negatif telinga tengah hilangObat tetes hidung : - < 12 tahun : HCI efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik - > 12 tahun : HCI efedrin 1% dalam larutan fisiologikAntibiotik diberikan bila penyebabnya kumanStadium oklusi tuba EustachiusAntibiotik diberikan minimal selama 7 hari golongan penisilin atau ampisilin/ eritromisinpada anak, ampisilin 50-100 mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis, amoksisilin 40 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis, atau eritromisin 40 mg/kgBB/hari Obat tetes hidung : HCI efedrinAnalgetik Stadium hiperemis

Antibiotik : mis, amoksilinAnalgetik Idealnya harus disertai miringotomi, bila membran timpani masih utuh gejala klinis lebih cepat hilang & ruptur dapat dihindari.

Stadium supurasiObat cuci telinga H2O2 3% selama 3 5 hari Antibiotik yang adekuatStadium perforasiMembran timpani berangsur normal, sekret tidak ada, perforasi menutupJika tidak terjadi resolusi antibiotik dapat dilanjutkan sampai 3 mingguStadium resolusi

2. A. DEFINISI otitis media supuratif kronis (OMSK)Adalah Infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul (mungkin encer, kental, bening atau berupa nanah). Terjadi >2 bulan

2. B. TIPE otitis media supuratif kronis (OMSK)OMSK Tipe aman (tipe mukosa = tipe benigna)OMSK Tipe bahaya (tipe tulang = tipe maligna)Proses peradangan terbatas pada mukosa sajaProses peradangan tidak terbatas pada mukosaPeradangan biasanya tidak mengenai tulangPeradangan mengenai tulangPerforasi terletak di sentralPerforasi terletak di marginal atau di atik, kadang terdapat kolesteatoma dengan perforasi subtotalJarang menimbulkan komplikasi yang berbahayaSebagian besar komplikasi yang berbahaya atau fatalTidak terdapat kolesteatomaTerdapat kolesteatoma

Berdasarkan aktivitas sekret yang keluar2. C. Gambaran Klinis otitis media supuratif kronis (OMSK)2. D. Penatalaksanaan otitis media supuratif kronis (OMSK)

2. D. Penatalaksanaan otitis media supuratif kronis (OMSK)Onset, Progresifitas, Predisposisi,Penyakit Sistemik,Fokus Infeksi,Riwayat Pengobatan,Cari Gejala/ Tanda KomplikasiAlgoritma 1Tidak (sembuh)OMSK Bahaya (kolesteaoma +)PILIHAN :Atikotomi AnteriorTimpanoplasti Dinding Utuh (Canal Wall Up Tympanoplasty)Timpanoplasti Dinding Runtuh (Canal Wall Down Tympanoplasty)AtikoantroplastiTimpanoplasti Buka-TutupAlgoritma 23. A. DEFINISI RinosinusitisInflamasi hidung dan sinus paranasal yang ditandai dengan adanya dua atau lebih gejala, salah satunya termasuk hidung tersumbat/ obstruksi/ kongesti atau pilek (sekret hidung anterior/ posterior)

3. B. Klasifikasi RinosinusitisEPOS (European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps) 2012Konsensus tahun 2004, buku ajar THT FK UI3. C. Kriteria Diagnosis RinosinusitisRhinosinusitis (dewasa) didefinisikan sebagai : Inflamasi hidung dan sinus paranasal yang ditandai dengan adanya dua atau lebih gejala, salah satunya termasuk hidung tersumbat /obstruksi/ kongesti atau pilek ( sekret hidung anterior atau posterior) nyeri wajah atau rasa tertekan diwajah penurunan atau hilangnya penghidu.

Dan salah satu dari temuan nasoendoskopi :Polip dan/atauSekret mukopurilen dari meatus medius dan/atauEdema/obstruksi mukosa di meatus medius

Dan/atau Gambaran tomografi komputer :- perubahan mukosa dikompleks osteomeatal dan/atau sinus.Rhinosinusitis (anak) didefinisikan sebagai : Inflamasi hidung dan sinus paranasal yang ditandai dengan adanya dua atau lebih gejala, salah satunya termasuk hidung tersumbat /obstruksi/ kongesti atau pilek ( sekret hidung anterior atau posterior) nyeri wajah atau rasa tertekan diwajah batuk.

Dan salah satu dari temuan nasoendoskopi :Polip dan/atauSekret mukopurilen dari meatus medius dan/atauEdema/obstruksi mukosa di meatus medius

Dan/atau Gambaran tomografi komputer :- perubahan mukosa dikompleks osteomeatal dan/atau sinus.EPOS (European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps) 20123. D. Penatalaksanaan Rinosinusitis

Skema Penatalaksanaan Rinosinusitis Akut pada Anak dan Dewasa untuk Pelayanan PrimerSkema Penatalaksanaan Rinosinusitis Akut pada Anak dan Dewasa untuk Spesialis THTSkema Penatalaksanaan Rinosinusitis Kronik pada dewasa untuk Pelayanan Primer dan Spesialis Non - THT2 simtom : salat satunya harus ada obstruksi nasal, discharge hidung.+/- nyeri frontal, sakit kepala+/- gangguan penciuman hidung,Pemeriksaan rinoskopi anteriorX-ray/CT scan tidak direkomendasikanSarana Endoskopi Tidak tersediaPemeriksaan : Rhinoskopi Anterior X-ray/CT scan tidak direkomendasikan

Steroid TopikalIrigasi NasalEvaluasi Ulang setelah 4 minggu PerbaikanLanjutkan TerapiTidak ada perbaikanRujuk ke spesialis THTSarana Endoskopi TersediaIkuti skema untuk CRSsNP atau CRSwNPRujuk ke Spesialis THT jika dipertimbangkan untuk di operasiPertimbangkan Diagnosis Lain Jika ada symptom unilateralPerdarahanKakosmiaSimptom Orbita1 edem periorbita2. Kesalahan tempat pada bola mata3. penglihatan ganda4. kelumpuhan gerak bola mata5. berkurangnya tajam penglihatan6. nyeri frontal hebat baik unilateral atau bilateral7. pembengkan frontal8. tanda dari meningitis atau kel. neurologis

Investigasi dan Intervensi Urgent2 simtom : salat satunya harus ada obstruksi nasal, discharge hidung.+/- nyeri frontal, sakit kepala+/- gangguan penciuman hidung,Pemeriksaan rinoskopi anteriorX-ray/CT scan tidak direkomendasikan

Skema Penatalaksanaan CRSwNP untuk Spesialis THTRinganVAS 0-3Pada endoskopi tidak ditemukan gangguan seromukosaSteroid Topikal SprayEvaluasi Ulang setelah 3 bulanPerbaikanTeruskan Steroid TopikalEvaluasi Setiap 6 bulanTidak ada PerbaikanSedangVAS > 3-7Pada endoskopi ditemukan gangguan mukosaSteroid Topikal SprayPertimbangkan meningkatkan dosis Pertimbangkan dropsPertimbangkan Doxycycline

BeratVAS > 7-10Pada endoskopi ditemukan gangguan mukosa

Steroid LokalSteroid Oral(Dosis Pendek)Evaluasi Ulang setelah 3 bulan

PerbaikanTidak ada PerbaikanCT- SCAN PembedahanFollw UP1. Irigasi Nasal2. Steroid Topikal3. Antibiotik Jangka panjangPertimbangkan Diagnosis Lain Jika ada symptom unilateralPerdarahanKakosmiaSimptom Orbita1 edem periorbita2. Kesalahan tempat pada bola mata3. penglihatan ganda4. kelumpuhan gerak bola mata5. berkurangnya tajam penglihatan6. nyeri frontal hebat baik unilateral atau bilateral7. pembengkan frontal8. tanda dari meningitis atau kel. neurologis

Investigasi dan Intervensi UrgentSkema Penatalaksanaan pada Anak CRSsNP untuk Spesialis THT2 simtom : salat satunya harus ada obstruksi nasal, discharge hidung.+/- nyeri frontal, sakit kepala+/- batukPemeriksaan rinoskopi anteriorX-ray/CT scan tidak direkomendasikan

RinganVAS 0-3

Steroid NasalIrigasi NasalFollow Up +Irigasi NasalSteroid TopikalGagal setelah 3 bulanSedangVAS > 3-7

Pertimbangkan kulturPertimbangkan Penggunaan antibiotika jangka PanjangCT-SCANPertimbangkan Adenoidectomi dan Irigasi SinusPertimbangkan FESSFollow- UpIrigasi NasalTopical SteroidPertimbangkan antibiotika jangka panjangPertimbangkan Diagnosis Lain Jika ada symptom unilateralPerdarahanKakosmiaSimptom Orbita1 edem periorbita2. Kesalahan tempat pada bola mata3. penglihatan ganda4. kelumpuhan gerak bola mata5. berkurangnya tajam penglihatan6. nyeri frontal hebat baik unilateral atau bilateral7. pembengkan frontal8. tanda dari meningitis atau kel. neurologis

Investigasi dan Intervensi Urgent

4. A. DEFINISI Riniitis AlergiPenyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut. (Von Pirquet, 1986)Kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal, dan tersumbat setela mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh IgE. (WHO ARIA 2001)

4. B. Klasifikasi Riniitis Alergi (WHO ARIA)Berdasarkan Sifat Berlangsungnya Intermitten (kadang-kadang)Bila gejala < 4 hari/minggu atau < 4 minggu Persisten/ menetapBila gejala > 4 hari/minggu atau > 4 mingguBerdasarkan Derajat Berat Ringannya Penyakit Ringan Bila tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan aktivitas harian, bersantai, berolahraga, belajar, bekerja, dan hal-hal lain yang menggangguSedang- BeratBila terdapat satu atau lebih dari gangguan tersebut diatas4. C. Kriteria Diagnosis Riniitis Alergi (WHO ARIA)

4. C. Kriteria Diagnosis Riniitis Alergi (WHO ARIA)

4. C. Kriteria Diagnosis Riniitis Alergi (WHO ARIA)

4. D. Penatalaksanaan Riniitis Alergi Terapi yang ideal menghindari kontak dengan alergen penyebabnya (avoidance) dan eliminasiMedikamentosa :Antihistamin antagonis histamin H-1 dapat dalam kombinasi atau tanpa kombinasi dengan dekongestan secara peroral. 2 golongan antihistamin :Antihistamin generasi 1 (klasik) Difenhidramin, klorfeniramin,prometasin, siproheptadin. Dapat diberikan topikal : azelastin, Antihistamin generasi 2 (non sedatif) AstemisolTerfenadin

Operatif konkotomi parsial, konkoplasti (bila konka inferior hipertrofi berat, tidak berhasil dikecilkan dengan cara kauterisasi memakai AgNO3 25 % atau triklor asetat.Imunotererapi intradermal dan sublingual.

5. A. Pembagian Gejala Ca. Nasofaring

5. B. Stadium Ca. NasofaringT = Tumor primer.T0 Tidak tampak tumor.T1 Tumor terbatas di nasofaringT2 Tumor meluas ke jaringan lunakT2a : perluasan tumor ke orofaring dan / atau rongga hidung tanpa perluasaan ke parafaring*T2b : disertai perluasaan ke parafaring T3 Tumor menginvasi struktur tulang dan / atau sinus paranasalT4 Tumor dengan perluasan intrakranial dan / atau terdapat keterlibatan saraf kranial, fossa infratemporal, hipofaring, orbita, atau ruang mastikatorCatatan : *perluasan parafaring menunjukkan infiltrasi tumor ke arah postero-lateral melebihi fasia faringo-basilarN = Pembesaran kelenjar getah bening regionalNX Pembesaran kelenjar getah beningtidak dapat dinilaiN0 tidak ada pembesaranN1 Metastasi kelenjar getah bening unilateral, dengan ukuran terbesar kurang atau sama dengan 6 cm, di atas fossa supraklavikulaN2 Metastasis kelenjar getah bening bilateral, dengan ukuran terbesar kurang atau sama dengan 6 cm, di atas fossa supraklavikulaN3 Metastasis kelenjar getah bening bilateral dengan ukuran lebih besar dari 6 cm, atau terletak di dalam fossa supraklavikulaN3a : ukuran lebih dari 6 cmN3b : di dalam fossa supraklavikulaCatatan : kelenjar yang terletak di daerah midline dianggap sebagai kelenjar ipsilateral

M = Metastasis jauhMX Metastasis jauh tidak dapat dinilaiM0 Tidak ada metastasis jauhM1 Terdapat metastasis jauh.TNM menurut UICC (2002)Stadium:0: T0N0M0I: T1N0M0IIA: T2aN0M0IIB: T1N1M0 T2aN1M0 T2bN0, N1M0III: T1N2M0 T2a, T2bN2M0 T3N2M0IVa: T4N0, N1, N2M0IVb: semua TN3M0IVc: semua Tsemua NM15. C. Penatalaksanaan Ca. NasofaringPengobatan tambahan yang diberikan dapat berupa diseksi leher, pemberian tetrasiklin, faktor transfer, interferon, kemoterapi, seroterapi, vaksin, dan anti virus6. A. Ruang Leher Dalam

6. A. Ruang Leher Dalam

Ruang prevertebraRuang submandibulaRuang peritonsilRuang Suprahioid

Ruang prevetebraRuang mandibulaRuang tonsila6. A. Macam-macam abses leher dalam

6. Abses Peritonsil (Quinsy)

Proses ini terjadi sebagai komplikasi tonsilitis akut atau infeksi yang bersumber dari kelenjar mukus Weber di kutub atas tonsil.Biasanya kuman penyebab sama dengan penyebab tonsilitis, dapat ditemukan kuman aerob dan anaerobGejala klinis : Tanda tonsilitis akutOdinofagia (nyeri menelan) yang hebatOtalgia (nyeri telinga) biasanya pada sisi yang samaRegurgitasi (muntah)Mulut berbau (Foetor ex ore)Hipersaliva (banyak ludah)Hot potato voice (suara gumam)Trismus (sukar membuka mulut)Pembengkakan kelenjar submandibual dengan nyeri tekan.

Pemeriksaan : Kadang sukar memeriksa faring karena trismusPalatum mole tampak membengkak dan menonjol kedepan, dapat teraba fluktuasi.Uvula bengkak dan terdorong ke sisi kontra lateral.Tonsil bengkak, hiperemis, mungkin banyak detritus dan terdorong kearah tengah depan dan bawah.

Penatalaksanaan

6. Abses RetrofaringPenyakit ini biasanya ditemukan pada anak yang berusia dibawah 5 tahun. Hal ini terjadi karena pada usia tersebut ruang retrofaring masih berisi kelenjar limfa, masing-masing 2-5 buah pada sisi kanan dan kiri.Gejala klinis : Rasa nyeri atau sukar menelan.Demam, leher kaku dan nyeriSesak napas Stridor Perubahan suara Terdapat benjolan pada dinding belakang faring Mukosa bengkak dan hiperemis

Diagnosis : Adanya riwayat infeksi saluran nafas atas atau trauma.Foto rontgen tampak pelebaran ruang retrofaring lebih dari 7 mm pada anak dan dewasa serta pelebaran retrotrakeal lebih dari 14 mm pada anak dan lebih dari22 mm pada orang dewasa.Terlihat berkurangnya lordosis vertebra servikal PenatalaksanaanMedikamentosa: antibiotik dosis tinggi untuk kuman aerob dan anaerob (parenteral)Tindakan bedah: pungsi dan insisi abses melalui laringoskopi langsung, tindakan dapat dilakukan dalam analgesia lokal/ anestesia umum, pasien dirawat inap sampai gejala dan tanda infeksi reda

6. Abses ParafaringETIOLOGI Akibat tusukan jarum pada saat melakukan tonsilektomi dengan analgesia.Proses supurasi kelenjar limfa leher bagian dalam, gigi, tonsil, faring, hidung, sinus paranasal, mastoid dan vertebra servikal dapat merupakan sumber infeksi untuk terjadinya abses ruang parafaring.Penjalaran infeksi dari ruang ruang peritonsil, retrofaring, submandibulaGejala klinis : TrismusIndurasi / pembengkakkan di sekitar angulus mandibulaDemam tinggiPembengkakan dinding lateral faring sehingga menonjol ke arah medialDiagnosis : Berdasarkan riwayat penyakit, gejala dan tanda klinik.Bila meragukan pemeriksaan penunjang berupa foto Rontgen jaringan lunak AP atau CT scan.

PenatalaksanaanDiberikan antibiotika dosis tinggi secara parenteral (evaluasi abses dilakukan, bila tidak ada perbaikan dengan antibiotik dalam 24-48 jam dengan cara eksplorasi dalam narkosis, caranya melalui insisi dari luar dan intra orbital.

6. Abses SubamandibulaETIOLOGI Infeksi dapat bersumber dari gigi, dasar mulut, faring, kelenjar liur, kelenjar limfa submandibula Kuman: campuran aerob & anaerobGejala klinis : DemamNyeri leher disertai pembengkakkan di bawah mandibula dan / di bawah lidah, mungkin berfluktuasiTrismus sering ditemukan

PenatalaksanaanAntibiotik dosis tinggi terhadap kuman aeroab dan anaerob secara parenteralEvakuasi abses : abses yg dangkal dan terlokalisasi/ eksplorasi dalam narkosis bila letak abses dalam dan luas dalam anastesi lokal Abses yang dalam dan luas.3. Insisi abses submandibula: Dibuat pada tempat yang paling berfluktuasi atau setinggi os. Hioid, tergantung letak dan luas abses6. Angina LudoviciInfeksi ruang submandibula berupa selulitis dengan tanda khas berupa pembengkakan seluruh ruang submandibula, tidak membentuk abses, sehingga keras pada perabaan submandibula.Gejala klinis : Nyeri tenggorok dan leherDisertai pembengkakkan di daerah submandibula yang tampak hiperemis dan keras pada perabaanDasar mulut membengkak, dapat mendorong lidah ke atas belakang sesak napas karena sumbatan jalan napasDiagnosis : Berdasarkan riwayat sakit gigi, mengorek/ cabut gigi, gejala dan tanda klinikPada Pseudo Angina Ludovici dapat terjadi fluktuasi

Terapi : Antibiotik dosis tinggi untuk kuman aerob dan anaerob secara parenteralLakukan eksplorasi yang dilakukan untuk tujuan dekompresi (mengurangi ketegangan)Evakuasi pus atau jaringan nekrosisInsisi di garis tengah secara horizontal setinggi os hioid (3-4 jari dibawah mandibula)Lakukan pengobatan terhadap sumber infeksi untuk mencegah kekambuhan

7. A. Macam-macam Pemeriksaan Penala

7. B. Prinsip Pemeriksaan Penala

7. C. Hasil dan Interpretasi Pemeriksaan PenalaTes RinneTes WeberTes SchwabachDiagnosis Positif Tidak ada lateralisasiSama dengan pemeriksaNormal Negatif Lateralisasi ke telinga yang sakitMemanjang Tuli Konduktif Positif Lateralisasi ke telinga yang sehatMemendek Tuli Sensorineural*Pada tuli konduktif < 30 dB, Rinne bisa masih positif8. A. DEFINISI Tuli Mendadak (Sudden Deafness)Tuli yang terjadi secara tiba-tiba.Jenis ketuliannya adalah sensorineural, penyebabnya tidak dapat langsung diketahui, biasanya terjadi pada satu telinga.Tuli mendadak adalah penurunan pendengaran sensorineural 30 dB atau lebih paling sedikit 3 frekuensi berturut-turut pada pemeriksaan audiometri dan berlangsung dalam waktu kurang dari 3 hari.8. B. Gambaran Klinis Tuli Mendadak (Sudden Deafness)Bersifat mendadak atau menahun secara tidak jelas. Kadang-kadang bersifat sementara atau berulang dalam serangan, tetapi biasanya menetap.Tuli dapat unilateral atau bilateral, dapat disertai dengan tinitus dan vertigo.Pada infeksi virus : tuli mendadak biasanya pada satu telinga, dapat disertai dengan tinitus dan vertigo. Pada anamnesis tanyakan riwayat penyakit virus mis, parotis, varisela, variola.Pada pemeriksaan klinis tidak terdapat kelainan telinga.

8. B. Penatalaksanaan Tuli Mendadak (Sudden Deafness)Vasodilatansia injeksi yang cukup kuat (complamin inj. 3x1200mg, 3x900mg, 3x600mg, 3x300mg tiap dosis selama 3 hari) disertai pemberian tablet vasodilator oral tiap hariPrednison (kortikosteroid) 4x10 mg (2 tablet) tappering off tiap 3 hariVitamin C 500mg 1x1 tablet/hariNeurobion (neurotonik) 3x1 tablet/hariDiet rendah garam dan rendah kolesterol.Inhalasi O2 4x15 mnt (2liter/mnt). Obat anti virus sesuai dengan virus penyebab.Hiperbarik oksigen terapiTotal bed rest(2 minggu) utk mengurangi/ menghilangkan stres

9. A. DEFINISI OtotoksisitasGangguan yang terjadi pada alat pendengaran yang terjadi karena efek samping dari konsumsi obat-obatan.Gangguan yang terjadi pada pendengaran biasanya bermanifestasi menjadi tulisensorineural.Biasanya tuli bersifat bilateral, tetapi tidak jarang yang unilateralDapatbersifatreversibel &sementara / ireversibel & permanen.9. B. Macam-macam Obat Ototoksisitas

9. C. Faktor Resiko OtotoksisitasKelainan genetika gangguan pendengaranPemberian Terapi dosis tinggiKonsentrasi serum tinggiPemberian terapi dalam waktu lamaInsufisiensi ginjalRw keluarga yang mengalami ototoksisitas9. D. Gambaran Klinis Ototoksisitas9. E. Penatalaksanaan OtotoksisitasTuli yang diakibatkan obat ototoksik tidak dapat diobatiJika ketika diberi obat ototoksik terdapat gangguan dengar pengobatan harus segera dihentikanJika ketulian sudah terjadi rehabilitasiAlat bantu dengarPsikoterapiAuditory training termasuk belajar komunikasi total dengan belajar membaca bahasa isyaratCochlear Implant

10. A. Fisiologi Pendengaran

10. B. Fisiologi Keseimbangan

STATIS

Berhubungan dengan orientasi letak kepala (badan) terhadap gravitasi bumi

KINETIK

Upaya pertahanan keseimbangan tubuh terhadap gerakan-gerakan berbagai arah (berputar, jatuh, percepatan, dsb.)Ke 3 canalis semisircularis letaknya saling tegak lurus gerakan kepala kesegala arah dapat terkontrol oleh alat keseimbangan

11. A. DEFINISI BPPV (Benign Paroxysmal Position Vertigo)Bahasa latin vertere = memutar, merujuk pada sensasi berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan seseorang,BPPV didefinisikan sebagai vertigodengannistagmus vertikal, horizontal/ rotatoaryang dicetuskan oleh perubahan posisi kepala.BPPV dikenal juga dengan nama vertigoposturalataukupulolitiasis,merupakangangguankeseimbanganperiferyang sering dijumpai.11. B. Patofisiologi BPPV (Benign Paroxysmal Position Vertigo)11. C. Gambaran Klinis BPPV (Benign Paroxysmal Position Vertigo)

11. D. Penatalaksanaan BPPV (Benign Paroxysmal Position Vertigo)Canalith Repositioning Treatment (CRT)Pasien duduk tegak dengan kepala menoleh 45 derajat Dengan cepat pasien dibaringkan dengan kepala tetap miring 45 derajat sampai kepala pasien menggantung 20-30 derajat pada ujung meja pemeriksaan Kepala ditahan pada posisi tersebut selama 1-2 menit, kemudian kepala direndahkan dan diputar secara perlahan dan dipertahankan selama beberapa saat Kemudian badan pasien dimiringkan dengan kepala tetap dipertahankan pada posisi tersebut dengan sudut 45 derajat sehingga kepala menghadap ke bawah melihat lantaiAkhirnya pasien kembali keposisi duduk dengan menghadap kedepan

Perasat LiberatoryPenderita duduk dengan kepala diputar menghadap kekiri 45 derajatPasien yang duduk dengan kepala menghadap kekiri secara cepat dibaringkan ke sisi kanan dengan kepala menggantung ke bahu kanan Setelah 1 menit pasien secara cepat digerakkan ke posisi duduk awal dan untuk ke posisi side lying kiri dengan kepala menoleh 45 derajat kekiri Setelah itu lakukan pada arah sebaliknya

Perasat Brandt DaroffPenderita/ pasien melakukan gerakan-gerakan posisi duduk dengan kepala menoleh 45 derajat Lalu badan dibaringkan ke sisi yang berlawanan Posisi ini dipertahankan selama 30 detik Selanjutnya pasien kembali keposisi duduk 30 detikSetelah itu pasien menolehkan kepalanya 45 derajat ke sisi yang lain, lalu badan dibaringkan ke sisi yang berlawanan selama 30 detikLatihan ini dilakukan secara rutin 10-20 kali. 3 kali dalam sehari.

12. A. Cabang dan Perjalanan Nervus Facialis Ke dorsomedialKe ventrolateralKeluarDi dalam MAIdalam canalis facialisKe inferior12. B. Otot-otot Wajah yang Dipersarafi

12. C. Pemeriksaan Otot-otot Wajah

12. D. Klasifikasi Derajat Parese Menurut House Brackman 12. D. Klasifikasi Derajat Parese Menurut Yanagihara ScoreIstirahat43210Dahi berkerut43210Menutup mata normal43210Membuka mata lebar43210Menutup sebelah mata43210Hidung berkerut43210Pipi jatuh43210Bersiul43210Menyeringai43210Menarik bibir bawah43210Pasien disuruh melakukan gerakan-gerakan di atas Nilai 4 : apabila normalNilai 3 : apabila terdapat paralisis ringanNilai 2 : apabila terdapat paralisis sedangNilai 1 : apabila terdapat paralisis beratNilai 0 : apabila paralisis total13. A. DEFINISI Polip HidungMassa lunak yang mengandung banyak cairan di dalam rongga hidung, berwarna putih keabu-abuan, yang terjadi akibat inflamasi mukosa

13. B. Jenis-jenis Polip Hidung

13. C. Gambaran Klinis Polip Hidung7713. D. Penatalaksanaan Polip Hidung

7814. A. Jenis Tonsilitis

14. B. Perbedaan Masing-masing TonsilitisTONSILITIS AKUT

14. B. Perbedaan Masing-masing TonsilitisTONSILITIS MEMBRANOSA

14. B. Perbedaan Masing-masing TonsilitisTONSILITIS MEMBRANOSA

14. B. Perbedaan Masing-masing TonsilitisTONSILITIS KRONIKTampak tonsil membesar dengan permukaan yang tidak rataKriptus melebarBeberapa kripti terisi oleh detritusRasa ada yang mengganjal di tenggorok Dirasakan kering di tenggorokan& nafas berbau

14. C. Patofisiologi Tonsilitis Akut

14. C. Patofisiologi Tonsilitis Kronis

14. D. Derajat Pembesaran Tonsil, menurut BailleyT0 : Post TonsilektomiT1 : Tonsil masih terbatas dalam Fossa TonsilarisT2 : Sudah melewati pillar posterior belum melewati garis paramedianT3 : Sudah melewati garis paramedian, belum melewati garis median (pertengahan uvula)T4 : Sudah melewati garis median

15. A. Jenis-jenis Fraktur Maksilofasialis

15. B. Penatalaksanaan Fraktur MaksilofasialisPenanganan awal15. B. Penatalaksanaan Fraktur MaksilofasialisFraktur Tulang Hidung15. B. Penatalaksanaan Fraktur MaksilofasialisFraktur Tulang ZigomaTrauma dari depan yang langsung merusak pipi meyebabkan perubahan tempat dari tulang zigoma tersebut ke arah posterior, medial, lateralTidak mengubah posisi dari rima orbita inferior kearah atas atau bawahPerubahan posisi dari orbita tersebut menyebabkan gangguan pada bola mataReduksi dari fraktur zigoma ini difiksasi dengan kawat baja/ mini plate15. B. Penatalaksanaan Fraktur MaksilofasialisFraktur Tulang Maksila

Penanggulangan fraktur maksila (mid facial fracture) sangat ditekankan agar rahang atas dan rahang bawah dapat menutupDilakukan fiksasi inter-maksilar sehingga oklusi gigi menjadi sempurna 9115. B. Penatalaksanaan Fraktur MaksilofasialisFraktur Tulang Orbita TerapiMengembalikan isi orbita kembaliTutup defek dengan silastik/tulang15. B. Penatalaksanaan Fraktur MaksilofasialisFraktur Tulang Mandibula16. A. DEFINISI Karsinoma LaringTumor ganas (kanker) yang terdapat pada laring (batang tenggoroka) da paling sering mengenai pita suara

16. B. Stadium Karsinoma LaringTumor primer (T)16. B. Stadium Karsinoma LaringStadium:I: T1N0M0II: T2N0M0III: T3N0M0, T1/T2/T3 N1 M0IV: T4N0/N1M0 T1/T2/T3/T4N2/N3 T1/T2/T3/T4N1/N2/N3M1

16. C. Gambaran Kliinis Karsinoma Laring

16. D. Penatalaksanaan Karsinoma LaringJenis Pembedahan : laringektomi totalis / parsial, tergantung lokasi & penjalaran tumor. Dilakukan juga diseksi leher radikal jika terdapat penjalaran ke kelenjar limfa leher.Rehabilitasi suara : alat bantu suara, esophageal speech

17. A. Derajat Sumbatan Jalan Napas Atas meurut JacksonJackson membagi sumbatan laring dalam 4 stadium:

17. B. Gambaran Klinis Sumbatan Jalan Napas Atas

17. C. Penatalaksanaan Sumbatan Jalan Napas Atas