referat psikogeriatrinew

30
BAB I PENDAHULUAN Istilah “Geriatri” barasal dari bahasa Yunani ‘Geras’ yang berarti usia lanjut, dan “iatros” yang berarti dokter. Dengan demikian “Geriatri” berarti terapi medis atau penyembuhan untuk lanjut usia. Psikogeriatri atau psikiatri geriatri adalah cabang ilmu kedokteran yang memperhatikan pencegahan, diagnosis, dan terapi gangguan fisik dan psikologik atau psikiatri pada lanjut usia. Saat ini disiplin ini sudah berkembang menjadi suatu cabang psikiatri, analog dengan psikiatri anak. Usia lanjut bukanlah sebuah penyakit melainkan sebuah fase dalam siklus kehidupan yang memiliki karakter tersendiri pada setiap fase perkembangan. Usia lanjut terkait dengan matangnya pemikiran yang bijak yang bisa diwariskan kepada generasi berikutnya, salah satu tugas pada usia lanjut yang sehat yaitu integritas dan bukan putus asa. Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan telah membuahkan hasil dengan meningkatnya populasi penduduk lanjut usia. Menurut DepKes RI pada tahun 2005 tentang umur harapan hidup pada perempuan 68,2 tahun dan pada laki-laki 64,3 tahun. Harapan hidup orang Indonesia pada tahun 2015 sampai 2020 mencapai 70 tahun atau lebih. Jumlah penduduk lanjut usia mencapai 24 juta jiwa bahkan lebih atau sekitar 9,77 % dari total penduduk. Data prevalensi untuk gangguan mental pada pasien lanjut usia bervariasi, namun secara konservatif diperkirakan sebanyak 1

Upload: amalliapradistha

Post on 30-Jul-2015

84 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: referat psikogeriatrinew

BAB I

PENDAHULUAN

Istilah “Geriatri” barasal dari bahasa Yunani ‘Geras’ yang berarti usia lanjut, dan “iatros”

yang berarti dokter. Dengan demikian “Geriatri” berarti terapi medis atau penyembuhan untuk

lanjut usia. Psikogeriatri atau psikiatri geriatri adalah cabang ilmu kedokteran yang

memperhatikan pencegahan, diagnosis, dan terapi gangguan fisik dan psikologik atau psikiatri

pada lanjut usia. Saat ini disiplin ini sudah berkembang menjadi suatu cabang psikiatri, analog

dengan psikiatri anak. Usia lanjut bukanlah sebuah penyakit melainkan sebuah fase dalam siklus

kehidupan yang memiliki karakter tersendiri pada setiap fase perkembangan. Usia lanjut terkait

dengan matangnya pemikiran yang bijak yang bisa diwariskan kepada generasi berikutnya, salah

satu tugas pada usia lanjut yang sehat yaitu integritas dan bukan putus asa.

Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan telah membuahkan hasil dengan

meningkatnya populasi penduduk lanjut usia. Menurut DepKes RI pada tahun 2005 tentang umur

harapan hidup pada perempuan 68,2 tahun dan pada laki-laki 64,3 tahun. Harapan hidup orang

Indonesia pada tahun 2015 sampai 2020 mencapai 70 tahun atau lebih. Jumlah penduduk lanjut

usia mencapai 24 juta jiwa bahkan lebih atau sekitar 9,77 % dari total penduduk.

Data prevalensi untuk gangguan mental pada pasien lanjut usia bervariasi, namun secara

konservatif diperkirakan sebanyak 25 persen memiliki gejala psikiatri yang signifikan. Angka

morbiditas gangguan psikiatri pada pasien lanjut usia diperkirakan meningkat hingga 20 juta

pada pertengahan abad 20 nanti.

Pemeriksaan psikiatri pada pasien lanjut usia sama dengan yang berlaku pada dewasa

muda. Namun dokter harus lebih teliti agar dapat memastikan pasien mengerti sifat dan tujuan

pemeriksaan dikarenakan tingginya prevalensi gangguan kognitif pada pasien lanjut usia.

Diagnosis dan terapi gangguan mental pada lanjut usia memerlukan pengetahuan khusus, karena

kemungkinan perbedaan dalam manifestasi klinis, patogenesis dan patofisiologi gangguan

mental antara patogenesis dewasa muda dan lanjut usia. Faktor penyulit pada pasien lanjut usia

juga perlu dipertimbangkan, antara lain sering adanya penyakit dan kecacatan medis kronis

penyerta, pemakaian banyak obat (polifarmasi) dan peningkatan kerentanan terhadap gangguan

kognitif.

1

Page 2: referat psikogeriatrinew

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. BATASAN LANJUT USIA

WHO (1989) telah mencapai konsensus bahwa yang dimaksud dengan lanjut usia

(elderly) adalah seseorang yang berumur 60 tahun atau lebih. Menurut Departemen Kesehatan

RI, batasan lanjut usia adalah seseorang dengan usia 60-69 tahun. Sedangkan usia lebih dari 70

tahun dan lanjut usia berumur 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan seperti kecacatan

akibat sakit disebut lanjut usia resiko tinggi.

II. PROSES PENUAAN

Dalam beberapa dekade terakhir, perhatian dunia medis terhadap proses penuaan dan

permasalahan yang timbul pada orang usia lanjut meningkat. Banyak penelitian dilakukan untuk

lebih memahami proses penuaan baik dari segi fisiologis, psikologis, dan sosiologis. Para

peneliti menyadari pentingnya membedakan proses penuaan yang fisiologis dan penuaan yang

bersifat patologis. Efek proses penuaan yang fisiologis penting untuk dipahami sebagai dasar

respons terhadap pengobatan atau terapi serta komplikasi yang timbul (Kaplan dkk., 2010).

Variabel-variabel fisiologis seperti kardiovaskuler, sistem imun, endokrin, ginjal, dan

paru, menunjukan penurunan fungsi dan perubahan seiring dengan meningkatnya usia. Namun,

perubahan pada salah satu organ akibat usia tidak menjadikannya sebagai prediktor atau tolak

ukur bahwa akan terjadi perubahan-perubahan pada organ yang lainnya. Sebagai contoh,

seseorang yang tampak sehat pada usianya yang ke-60 ternyata ditemukan curah jantungnya

menurun. Hasil pemeriksaan tersebut tidak bernilai dalam memprediksikan kapan ginjal, kelenjar

tiroid, sistem saraf simpatis, atau organ lain orang tersebut mengalami perubahan (Kaplan dkk.,

2010).

Perubahan fisiologis dengan tidak disertainya suatu penyakit yang terjadi pada individu

yang lebih tua merupakan hal yang tidak berbahaya dan bukan merupakan suatu faktor risiko

yang signifikan. Perubahan fisiologis pada usia “normal” yang tidak disertai dengan penyakit,

sangat bervariasi. Akan tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor intrinsik seperti gaya hidup, diet,

aktivitas, nutrisi, paparan lingkungan, dan komposisi tubuh memegang peran yang penting

(Busse dkk., 1997).

2

Page 3: referat psikogeriatrinew

Perjalanan dari perubahan fisiologis atau psikologis dengan bertambahnya usia pada

masing-masing individu dipengaruhi proses penuaan intrinsik dan bermacam faktor ekstrinsik,

contohnya genetik, pengaruh lingkungan, gaya hidup, diet, faktor psikososial (Busse dkk., 1997).

Ada perubahan yang terjadi seiring dengan peningkatan usia tampak menyerupai gejala

klinis yang sesungguhnya berbeda, hal ini menyebabkan sulitnya mendiagnosis secara tepat pada

orang usia lanjut (Kaplan dkk., 2010).

Proses penuaan bukanlah suatu penyakit melainkan suatu proses normal yang harus

dimengerti dengan jelas untuk mendiagnosis secara tepat kemudian memberikan

penatalaksanaan yang tepat sehingga beban yang dirasakan akibat penyakit dapat berkurang.

Namun, perubahan fungsi beberapa organ patut diperhitungkan dalam pemberian terapi farmasi

agar tepat sasaran dan tidak membahayakan (Kaplan, 2010).

III. PEMERIKSAAN PSIKIATRIK PADA PASIEN LANJUT USIA

Format pemeriksaan psikiatri pada pasien lanjut usia sama dengan yang berlaku pada

dewasa muda. Namun dokter harus lebih teliti agar dapat memastikan pasien mengerti sifat dan

tujuan pemeriksaan dikarenakan tingginya prevalensi gangguan kognitif pada pasien lanjut usia.

Jika pasien mengalami gangguan kognitif, riwayat tersendiri harus didapatkan dari anggota

keluarga atau pengasuhnya. Namun, penderita juga tetap harus diperiksa tersendiri (walaupun

terlihat adanya gangguan yang jelas) untuk mempertahankan privasi hubungan dokter dan

penderita dan untuk menggali adakah pikiran bunuh diri atau gagasan paranoid dari penderita

yang mungkin tidak diungkapkan dengan kehadiran sanak saudara atau seorang perawat (Kaplan

dkk., 2010).

a. Pemeriksaan fisik dan laboratorium

Pemeriksaan fisik yang lengkap harus dilakukan mengingat banyaknya perubahan

fisiologis yang terjadi pada proses penuaan. Pemeriksaan laboratorium dan pencitraan

dapat membantu menegakkan diagnosis dan mendeteksi kondisi yang dapat diobati.

Tomografi komputer, pencitraan resonansi magnetik, atau pemeriksaan penunjang

lainnya dapat diindikasikan bilamana ditemukan perubahan status mental yang belum

jelas. Termasuk medikasi yang saat ini sedang digunakan untuk mengatasi penyakit

fisiknya, untuk mengetahui apakah ada efek samping psikiatriknya (Sadock dkk., 2007).

3

Page 4: referat psikogeriatrinew

b. Riwayat psikiatri

Bisa didapatkan dari alo- atau auto- anamnesis. Riwayat psikiatrik lengkap

termasuk identifikasi awal (nama, usia, jenis kelamin, status perkawinan), keluhan utama,

riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu (termasuk gangguan fisik yang

pernah diderita ), riwayat pribadi dan riwayat keluarga. Pemakaian obat (termasuk obat

yang dibeli bebas), yang sedang atau pernah digunakan penderita juga penting untuk

diketahui (Sadock dkk., 2007).

Pasien yang berusia di atas 65 tahun sering memiliki keluhan subjektif adanya

gangguan daya ingat yang ringan, seperti tidak mengingat nama orang atau keliru

meletakkan benda. Masalah kognitif ringan juga dapat terjadi karena kecemasan dalam

situasi wawancara. Fenomena ini dapat dijelaskan dalam istilah ”kelupaan lanjut usia

yang ringan” (benign sensecent forgetfulness) (Sadock dkk., 2007).

Riwayat medis termasuk riwayat penyalahgunaan zat harus dicatat sebagai

kemungkinan penyebab defisit yang terjadi sekarang. Begitu juga dengan riwayat masa

kanak dan remaja untuk mengetahui organisasi kepribadian pasien dan mekanisme

pertahanan yang dia gunakan. Riwayat keluarga harus termasuk penjelasan tentang sikap

orang tua penderita dan adaptasi terhadap ketuaan mereka. Jika mungkin informasi

tentang kematian orang tua, riwayat gangguan jiwa dalam keluarga. Penting juga untuk

dokter mengetahui riwayat pekerjaan pasien dan hubungan sosial pasien. Berhubungan

dengan masalah pensiun dan rencana masa depan serta apakah ada ketakutan ataupun

harapan pasien. Situasi sosial pasien sekarang harus dinilai yaitu siapa yang merawat

pasien sekarang, bagaimana keadaan keluarga ataupun anak-anak pasien. Semua ini

menjadi bekal pertimbangan dokter dalam membuat anjuran terapi yang realistik.

Riwayat perkawinan dan riwayat seksual pasien juga perlu ditanyakan. Karena masalah

yang sering dihadapi pada usia lanjut adalah kematian pasangan dan peristiwa tersebut

dapat berdampak pada defisit yang terjadi saat ini (Kaplan, 2010).

c. Pemeriksaan status mental

Pada pasien lanjut usia, dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan status mental

berulang-ulang karena adanya perubahan yang berfluktuasi dalam status mental pasien.

Riwayat longitudinal dari pasien atau keluarga penting nilainya. Pemeriksaan status

4

Page 5: referat psikogeriatrinew

mental meliputi bagaimana penderita berfikir (proses pikir), merasakan dan bertingkah

laku selama pemeriksaan. Keadaan umum penderita adalah termasuk penampilan,

aktivitas psikomotorik, sikap terhadap pemeriksaan dan aktivitas bicara (Sadock dkk.,

2007).

- Deskripsi umum

Termasuk di dalam bagian ini adalah penampilan pasien, aktivitas psikomotorik,

sikap terhadap pemeriksa dan aktivitas bicara. Gangguan motorik seperti gaya berjalan

yang menyeret, postur bungkuk, gerakan jari memilin pil, tremor harus dicatat. Gerakan

involunter pada mulut atau lidah mungkin merupakan efek samping fenotiazine. Wajah

seperti topeng pada penyakit Parkinson. Air mata atau menangis dapat ditemukan pada

gangguan depresif dan gangguan kognitif, terutama jika pasien merasa frustasi tidak bisa

menjawab pertanyaan pemeriksa (Sadock dkk., 2007).

- Penilaian fungsi

Tanyakan mengenai kemampuan mereka mempertahankan kemandirian dan

melakukan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari yaitu toilet, menyiapkan makanan,

berpakaian, berdandan. Derajat kemampuan fungsional dari perilaku sehari-hari adalah

suatu pertimbangan penting dalam menyusun rencana terapi selanjutnya (Sadock dkk.,

2007)

- Alam perasaan

Gangguan pada keadaan mood, terutama adalah depresi dan kecemasan dapat

mengganggu fungsi daya ingat. Tanyakan mengenai pikiran bunuh diri, apakah pasien

merasa tidak lagi berharga, merasa lebih baik mati dan jika mati, tidak membebani orang

lain lagi. Suatu mood yang meluas atau euforik mungkin menyatakan suatu episode

manik atau mungkin merupakan bagian dari gangguan demensia. Afek yang datar,

tumpul, terbatas, dangkal atau tidak sesuai, dapat merujuk ke gangguan depresif,

skizofrenia atau disfungsi otak (Sadock dkk., 2007).

- Gangguan persepsi

Halusinasi dan ilusi pada lanjut usia mungkin merupakan fenomena transien yang

disebabkan oleh penurunan ketajaman sensorik. Pemeriksa harus mencatat dengan teliti

5

Page 6: referat psikogeriatrinew

kelainan yang terjadi apakah berhubungan dengan suatu kondisi organik. Halusinasi

dapat disebabkan oleh tumor otak dan patologi lokal (Sadock dkk., 2007).

- Kemampuan berbahasa

Mencakup afasia, yang merupakan gangguan pengeluaran bahasa yang

berhubungan dengan lesi organik otak. Pada afasia Broca, pengertian pasien tetap utuh

tetapi kemampuan untuk berbicara terganggu, salah diucapkan. Pada afasia Wernicke,

pasien diminta menunjukkan beberapa benda sederhana yang umum (kunci, pensil,

tombol lampu). Pasien mungkin tidak dapat menunjukkan kegunaan benda sederhana

tersebut (apraksia ideomotorik) (Sadock dkk., 2007).

- Fungsi visuospasial

Suatu penurunan kapasitas fungsi visuospasial adalah normal dengan

bertambahnya usia. Meminta penderita untuk mencontoh gambar atau menggambar

mungkin membantu dalam penilaian. Pemeriksaan neuropsikologi harus dilakukan jika

fungsi visuospasial sangat terganggu (Sadock dkk., 2007).

- Alam pikiran

Hilangnya kemampuan untuk berpikir abstrak merupakan tanda awal dari

demensia. Isi pikiran harus diperiksa mengenai fobia, obsesi, preokupasi somatik dan

kompulsi. Gagasan bunuh diri pun harus diperiksa dengan teliti. Pemeriksaan harus

menentukan apakah terdapat waham dan bagaimana waham tersebut mempengaruhi

kehidupan penderita. Waham mungkin merupakan alasan untuk dirawat (Sadock dkk.,

2007)

- Sensorium dan kognisi

Sensorium mempermasalahkan fungsi dari indera tertentu dan kognisi

mempermasalah proses informasi dan intelektual. Gangguan orientasi terhadap waktu,

tempat dan orang berhubungan dengan gangguan kognisi. Gangguan orientasi sering

ditemukan pada gangguan kognitif, gangguan kecemasan, gangguan buatan, gangguan

konversi dan gangguan kepribadian, terutama selama periode stres fisik atau lingkungan

yang tidak mendukung (Sadock dkk., 2007).

- Pertimbangan

Adalah kapasitas untuk bertindak sesuai dalam berbagai situasi. Sebagai contoh,

apakah yang akan pasien lakukan bila menemukan sebuah amplop di jalan dengan

6

Page 7: referat psikogeriatrinew

perangko dan alamat sudah tertulis? Apa yang akan dilakukan bila mencium bau asap di

dalam bioskop? Dapatkah pasien membedakan? (Sadock dkk., 2007).

IV. GANGGUAN MENTAL PADA LANJUT USIA

Program Epidemiological Catchment Area (ECA) dari National Institute of Mental

Health telah menemukan bahwa gangguan mental yang paling sering pada lanjut usia adalah

gangguan depresif, gangguan kognitif, fobia dan gangguan pemakaian alkohol. Lanjut usia juga

memiliki resiko tinggi untuk bunuh diri dan gejala psikiatrik akibat obat. Banyak gangguan

mental pada lanjut usia dapat dicegah, dihilangkan atau bahkan dipulihkan. Jika tidak didiagnosis

dengan akurat dan diobati tepat waktu, kondisi tersebut dapat berkembang menjadi keadaan

ireversibel yang membutuhkan institusionalisasi pasien (Sadock dkk., 2007).

Sejumlah faktor resiko psikososial juga mempredisposisikan lanjut usia pada gangguan

mental. Faktor resiko tersebut adalah hilangnya peranan sosial, hilangnya otonomi, kematian

teman atau sanak saudara, penurunan kesehatan, peningkatan isolasi, keterbatasan finansial dan

penurunan fungsi kognitif (Kaplan dkk., 2010)

a. Gangguan demensia

Demensia, suatu gangguan intelektual yang umumnya progresif dan ireversibel,

meningkat prevalensinya dengan bertambahnya usia. Dari orang Amerika yang berusia lebih dari

65 tahun, kira-kira 5 persen mengalami demensia parah, dan 15 persen mengalami demensia

ringan. Dari orang Amerika yang berusia lebih dari 80 tahun, kira-kira 20 persennya menderita

demensia parah (Glass, 2009).

Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ

III), demensia merupakan suatu sindrom akibat penyakit otak, biasanya bersifat kronik atau

progresif dan terdapat gangguan fungsi luhur (fungsi kortikal yang multiple) termasuk daya

ingat, daya pikir, daya orientasi, daya pemahaman, berhitung, kemampuan belajar, berbahasa dan

kemampun menilai. Kesadaran tidak berkabut. Untuk penegakkan diagnosis dementia, gejala di

atas harus sudah nyata setidak-tidaknya 6 bulan. Dementia terjadi pada penyakit Alzheimer, dan

pada penyakit serebrovaskular, dan pada kondisi lain yang mengenai otak (PPDGJ III, 1993).

- Demensia tipe alzheimer

7

Page 8: referat psikogeriatrinew

Dari semua pasien dengan demensia, 50 sampai 60 persen nya memiliki demensia tipe

Alzheimer, yang merupakan tipe demensia tersering. Prevalensi tipe Alzheimer adalah lebih

tinggi pada wanita dibandingkan pria (Glass J, 2009) .

Penyakit Alzheimer merupakan salah satu penyakit degenerative otak yang etiologinya

tidak diketahui, dengan gambaran neuropatologi dan neurokimiawi yang jelas. Dementia pada

penyakit Alzheimer mempunyai beberapa gambaran

a. Terdapat gejala dementia seperti yang telah disebutkan di atas

b. Tidak ada bukti klinis yang menyatakan bahwa kondisi mental tersebut dapat

diakibatkan oleh penyakit otak atau sistemik lain yang dapat menimbulkan dementia

c. Tidak adanya serangan apopletik mendadak atau gejala neurologis kerusakan otak

fokal seperti hemiparesis, hilangnya daya sensorik, defek lapangan pandang dan

inkoordinasi yang terjadi dalam masa dini dari gangguan itu.

(PPDGJ III, 1993)

- Demensia vaskular

Demensia vaskular adalah tipe demensia kedua yang tersering (Glass J, 2009). Demensia

ini ditandai oleh defisit kognitif yang sama seperti demensia tipe Alzheimer ,tetapi pada

demensia ini terdapat riwayat iskemia sepintas dengan gangguan kesadaran sepintas, paresis

yang sejenak, atau hilangnya penglihatan. Daya tilik diri dan daya nilai secara relative tetap baik.

Pada beberapa kasus, penetapan hanya dapat dilakukan dengan pemeriksaan CT-scan

(computerized axial tomography) atau pemeriksaan neuropatologis (PPDGJ III, 1993)

b. Delirium

Delirium merupakan suatu sindrom yang etiologinya tidak khas ditandai dengan

gangguan kesadaran yang bersamaan dengan gangguan daya perhatian, persepsi, proses pikir,

daya ingat, perilaku psikomotor, emosi dan siklus tidur. Kondisi ini dapat terjadi pada semua

usia, namun lebih sering pada usia di atas 60 tahun. Untuk pemastian diagnosis gejala yang

ringan atau berat, harus ada pada setiap kondisi di bawah ini:

- Hendaya kesadaran dan perhatian

- Gangguan secara umum daya kognitif

- Gangguan psikomotor

8

Page 9: referat psikogeriatrinew

- Gangguan siklus tidur

- Gangguan emosional.

Keadaan delirium dapat bertumpangtindih dengan atau menjadi demensia. Tabel dibawah

merupakan perbedaan antara demensia, delirium dan pseudodemensia (Sadock dkk., 2007;

PPDGJ III, 1993)

Dementia delirium Pseudodemensia

Onset Lambat Cepat

Durasi Bulan-tahun Jam-minggu

Perhatian Baik Dapat menurun dapat

meningkat

Menurun

Ingatan/memori Gangguan ingatan jangka

panjang

Gangguan ingatan

jangka pendek dan

segera

Gangguan ingatan

jangka pendek dan

segera

Arus

pembicaraan

Kesulitan menemukan

kata-kata

Dapat bertambah dan

dapat berkurang

Normal

Siklus tidur Sering terbangun Terganggu

Isi pikir Miskin isi pikir Hendaya daya

pikir/tidak terorganisasi

Kesadaran Tidak berubah/baik Berkurang

kewaspadaan Normal Dapat meningkat dapat

menurun

c. Gangguan Depresif

Gejala depresif ditemukan pada kira-kira 25 persen dari semua penduduk komunitas

lanjut usia dan pasien rumah perawatan. Tanda dan gejala yang sering dari gangguan depresif

adalah penurunan energi dan konsentrasi, gangguan tidur (terutama terbangun dini hari dan

sering terbangun di malam hari), penurunan nafsu makan, penurunan berat badan, dan keluhan

somatik. Gejala yang tampak mungkin berbeda dibandingkan dengan pasien dewasa muda, pada

pasien lanjut usia terdapat peningkatan pada keluhan somatic (Smith dkk., 2011).

9

Page 10: referat psikogeriatrinew

Lanjut usia rentan terhadap episode depresif berat dengan ciri melankolik, ditandai oleh

depresi, hipokondriasis, harga diri yang rendah, perasaan tidak berharga, dan kecenderungan

menyalahkan diri sendiri, dengan ide paranoid dan bunuh diri. Hampir 75% dari semua korban

bunuh diri menderita depresi dan penyalahgunaan alkohol. Resiko bunuh diri yang tinggi bila

diapatkan perasaan kesepian, tidak berguna, tidak berdaya, putus asa terutama bila hidup

sendirian, kematian pasangan yang belum lama terjadi dan nyeri somatic (Smith dkk., 2011).

Pada pasien lanjut usia yang mengalami depresi, kadang terdapat gangguan kognitif yang

dinamakan sindroma pseudodemensia. Sindrom ini harus dibedakan dengan demensia yang

sebenarnya. Pada pseudodemensia, ada defisit konsentrasi dan atensi dan jarang disertai dengan

gangguan berbahasa (Smith dkk., 2011)

d. Gangguan bipolar I

Gangguan bipolar I biasanya dimulai pada masa dewasa pertengahan, walaupun

prevalensi seumur hidup sebesar 1 persen adalah stabil sepanjang hidup. Kerentanan akan

rekurensi tetap, sehingga pasien dengan riwayat gangguan bipolar I mungkin datang dengan

periode manik di kemudian hari.

Tanda dan gejala mania pada lanjut usia adalah serupa dengan tanda dan gejala pada

orang dewasa yang lebih muda dan berupa mood yang meninggi, ekspansif, atau mudah

tersinggung; penurunan kebutuhan akan tidur; distraktibilitas; impulsivitas; dan, sering kali,

asupan alkohol yang berlebihan. Perilaku bermusuhan atau paranoid biasanya ditemukan.

Adanya gangguan kognitif, disorientasi, atau tingkat kesadaran yang berfluktuasi harus

menyebabkan klinisi curiga akan penyebab organic (Smith dkk., 2011).

e. Skizofrenia

Skizofrenia biasanya mulai pada masa remaja akhir atau masa dewasa muda dan menetap

seumur hidup. Wanita lebih sering menderita skizofrenia onset lambat dibandingkan laki-laki.

Prevalensi skizofrenia paranoid tinggi pada tipe onset lambat.

Kira-kira 20 persen orang skizofrenia tidak menunjukkan gejala aktif pada usia 65 tahun,

80 persen menunjukkan gangguan dengan berbagai tingkatan. Psikopatologi menjadi kurang

jelas saat pasien bertambah tua. Skizofrenia tipe residual terjadi pada kira-kira 30 persen. Pasien

10

Page 11: referat psikogeriatrinew

yang tidak mampu merawat dirinya sendiri, dianjurkan dirawat di rumah sakit dalam waktu

jangka panjang. Orang lanjut usia dengan skizofrenik adalah berespon baik terhadap obat

antipsikotik. Medikasi harus diberikan dengan hati-hati. Dosis yang lebih rendah dari biasanya

sering efektif pada lanjut usia (Moran dkk., 2005; Sadock dkk., 2007).

f. Gangguan kecemasan

Gangguan kecemasan berupa gangguan panic, fobia, gangguan obsesif kompulsif,

gangguan kecemasan umum, gangguan stres akut, dan gangguan stress pascatraumatik. Menurut

Program Epidemiological Catchment Area (ECA), gangguan paling sering adalah fobia sebanyak

4 persen dan gangguan panik sebanyak 1 persen. Onset awal gangguan panik adalah jarang tetapi

dapat terjadi. Orang lanjut usia telah harus menyiapkan diri menghadapi kematian dan

kecemasan dapat timbul akibat pikiran mengenai kematian, bukan dengan ketenangan hati dan

rasa integritas. Tanda dan gejala fobia pada lanjut usia kurang parah dibandingkan pada orang

yang lebih muda tetapi efeknya sama. Gangguan pascatraumatik sering lebih parah pada lanjut

usia dibandingkan pada orang muda karena adanya kecacatan fisik yang menyertai pada lanjut

usia (Busse dkk., 1997).

g. Gangguan somatoform

Gangguan somatoform, ditandai oleh gejala fisik yang menyerupai penyakit medis,

adalah relevan dengan psikiatri geriatrik karena keluhan somatic sering ditemukan pada lanjut

usia. Hipokondriasis sering ditemukan pada pasien berusia diatas 60 tahun, walaupun insiden

puncak adalah pada kelompok usia 40 sampai 50 tahun. Gangguan biasanya kronis dan

pemeriksaan fisik ulang berguna untuk menentramkan pasien bahwa mereka tidak memiliki

penyakit yang mematikan. Tetapi prosedur invasif yang memiliki resiko tinggi, harus dihindari

(Busse dkk., 1997).

h. Gangguan tidur

Fenomena yang berhubungan dengan tidur yang lebih sering pada orang usia lanjut

adalah gangguan tidur, mengantuk di siang hari, tidur sejenak di siang hari dan pemakaian obat

11

Page 12: referat psikogeriatrinew

hipnotik. Disamping perubahan fisiologis dan sistem regulasi, penyebab gangguan tidur pada

lanjut usia adalah gangguan tidur primer, gangguan mental lain, kondisi medis umum, dan faktor

sosial dan lingkungan. Di antara gangguan tidur primer, disomnia adalah yang paling sering,

terutama insomnia primer, mioklonus nocturnal, sindroma kaki gelisah (restless leg syndrome)

dan apnea tidur. Kondisi yang sering menggangu tidur pada lanjut usia adalah nyeri, nokturia,

sesak nafas, dan nyeri perut (Sadock dkk., 2007).

Alkohol dengan jumlah yang kecil sekalipun dapat mengganggu kualitas tidur, yang

menyebabkan fragmentasi tidur dan terbangun di dini hari. Alkohol juga dapat mencetuskan atau

memperberat apnea tidur obstruktif. Banyak pasien lanjut usia menggunakan alkohol, hipnotik,

dan depresan sistem saraf pusat lain untuk membantu mereka tertidur. Tetapi, data menunjukkan

bahwa sebagian besar pasien lanjut usia lebih banyak mengalami terbangun dini hari

dibandingkan gangguan dalam tertidur. Perubahan dalam struktur tidur di lanjut usia adalah tidur

gerakan mata cepat (rapid aye movement, REM) sepanjang malam, peningkatan jumlah episode

REM, penurunan lama episode, penurunan tidur REM total. Perubahan tidur gerakan mata

lambat (non rapid eye movement, NREM) yaitu penurunan amplitude gelombang delta. Di

samping pada lanjut usia juga mengalami bertambahnya terjaga setelah onset tidur (Sadock dkk.,

2007).

V. PENATALAKSANAAN GANGGUAN PSIKIATRI PADA PASIEN LANSIA

1. Terapi psikofarmakologis

Tujuan utama terapi farmakologis pada lanjut usia adalah untuk meningkatkan kualitas

hidup, mempertahankan mereka dalam komunitas dan menunda atau menghindari penempatan

mereka di rumah perawatan (Sadock dkk., 2007).

Prinsip dasar psikofarmakologi geriatri adalah individualisasi dosis, karena berhubungan

dengan perubahan fisiologis pada proses penuaan. Penurunan klirens obat dapat terjadi pada

gangguan ginjal, gangguan kardiovaskular dan penurunan curah jantung. Penyakit hati

menyebabkan penurunan kemampuan metabolisme obat. Penyakit gastrointestinal dan

penurunan sekresi asam lambung mempengaruhi absorpsi obat. Massa tubuh yang tidak

berlemak (lean body mass) menurun pada lanjut usia dan lemak tubuh meningkat mempengaruhi

distribusi obat (Sadock dkk., 2007).

12

Page 13: referat psikogeriatrinew

Pada lanjut usia, pedoman tertentu tentang pemakaian semua obat harus diikut.

Pemeriksaan medis praterapi adalah penting, termasuk elektrokardiogram (EKG). Seluruh obat-

obatan yang sedang diminum penting untuk dievaluasi efek sampingnya dan efek interaksi

dengan obat psikotropika yang akan diberikan (Sadock dkk., 2007).

Sebagian besar obat psikotropika harus diberikan dalam dosis terbagi yang sama tiga atau

empat kali selama periode 24 jam. Pasien lanjut usia mungkin tidak mampu mentoleransi

peningkatan kadar obat dalam darah yang tiba-tiba yang disebabkan dari dosis sekali sehari yang

besar. Klinisi harus sering memeriksa kembali semua pasien untuk menentukan perlunya

medikasi pemeliharaan, perubahan dalam dosis dan perkembangan efek samping. Jika pasien

sedang menggunakan obat psikotropika saat pemeriksaan, klinisi harus mengentikan medikasi

tersebut jika dimungkinkan dan setelah periode pembersihan (washout period), periksa ulang

pasien selama keadaan dasar yang bebas dari obat (Kaplan dkk., 2011).

2. Psikoterapi

Intervensi psikoterapi standar seperti psikoterapi berorientasi tilikan, psikoterapi suportif,

terapi kognitif, terapi kelompok dan terapi keluarga harus tersedia bagi pasien lanjut usia.

Menurut Freud, orang berusia lebih dari 50 tahun tidak cocok untuk terapi psikoanalisa karena

tidak adanya elastisitas pada proses mental mereka.

Masalah dalam terapi yang berkaitan dengan usia dan yang sering adalah kebutuhan

untuk beradaptasi terhadap kehilangan pasangan hidup, perlunya menerima peran baru (pensiun,

lepas dari peran yang sebelumnya) dan kebutuhan untuk menerima kematian diri sendiri.

Psikoterapi membantu lanjut usia menghadapi masalah tersebut, meningkatkan hubungan

interpersonal, psikoterapi meningkatkan harga diri dan keyakinan diri, menurunkan perasaan

ketidakberdayaan dan kemarahan dan memperbaiki kualitas hidup. Bentuk psikoterapi yang

dilakukan adalah transferensi, terapi kelompok, terapi keluarga dan terapi singkat (Sadock dkk.,

2007).

BAB III

INSTRUMEN PEMERIKSAAN PADA PSIKOGERIATRI

13

Page 14: referat psikogeriatrinew

1. Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ

III), demensia merupakan suatu sindrom akibat penyakit otak, biasanya bersifat kronik atau

progresif dan terdapat gangguan fungsi luhur (fungsi kortikal yang multiple) termasuk daya

ingat, daya pikir, daya orientasi, daya pemahaman, berhitung, kemampuan belajar,

berbahasa dan kemampun menilai. Mini Mental State Examination (MMSE) adalah tes

fungsi kognitif yang paling sering digunakan. Menilai orientasi, atensi, berhitung, daya ingat

segera dan jangka pendek, bahasa dan kemampuan untuk mengikuti perintah sederhana.

MMSE digunakan untuk mendeteksi gangguan sederhana, perjalanan penyakit dan untuk

monitor respon pasien terhadap terapi, tetapi tes ini tidak digunakan untuk membuat suatu

diagnosis resmi tanpa disertai klinis yang mendukung (Sadock dkk., 2007).

14

Page 15: referat psikogeriatrinew

Interpretasi MMSE

Resiko dementia<21 Resiko tinggi terkena demensia

>25 Resiko terkena demensia lebih rendah

Hendaya kognitif

24-30 Tidak terdapat hendaya kognitif

18-23 Hendaya kognitif sedang

0-17 Hendaya kognitif berat

15

Page 16: referat psikogeriatrinew

2. Gejala depresif ditemukan pada kira-kira 25 persen dari semua penduduk komunitas lanjut

usia dan pasien rumah perawatan. Tanda dan gejala yang sering dari gangguan depresif

adalah penurunan energi dan konsentrasi, gangguan tidur (terutama terbangun dini hari dan

sering terbangun di malam hari), penurunan nafsu makan, penurunan berat badan, dan

keluhan somatik. Gejala yang tampak mungkin berbeda dibandingkan dengan pasien dewasa

muda, pada pasien lanjut usia terdapat peningkatan pada keluhan somatik (Smith dkk.,

2011). Geriatric Depression Scale adalah instrumen penyaring yang berguna untuk

memeriksaan depresi pada pasien lanjut usia, walaupun tanpa adanya demensia, sering

mengganggu kinerja psikomotorik (Sadock dkk., 2007).

No PERTANYAAN JAWABAN

1 Apakah pada dasarnya anda puas dengan kehidupan anda ?

TIDAK

2 Sudahkah anda meninggalkan aktivitas dan minat anda ?

YA

3 Apakah anda merasa bahwa hidup anda kosong ? YA

4 Apakah anda sering bosan ? YA

5 Apakah anda mempunyai semangat setiap waktu ? TIDAK

6 Apakah anda takut sesuatu akan terjadi pada anda ? YA

7 Apakah anda merasa bahagia disetiap waktu ? TIDAK

8 Apakah anda merasa jenuh ? YA

9 Apakah anda lebih suka tinggal dirumah pada malam hari, dari pada pergi melakukan sesuatu yang baru ?

YA

10 Apakah anda merasa bahwa anda lebih banyak mengalami masalah dengan ingatan anda daripada yang lainnya ?

YA

11 Apakah anda berfikir sangat menyenangkan hidup sekarang ini ?

TIDAK

16

Page 17: referat psikogeriatrinew

12 Apakah anda merasa tidak berguna saat ini ? YA

13 Apakah anda merasa penuh berenergi saat ini ? TIDAK

14 Apakah anda saat ini sudah tidak ada harapan lagi ? YA

15 Apakah anda berfikir banyak orang yang lebih baik dari anda ?

YA

Nilai 1 poin untuk setiap respon yang cocok dengan jawaban ya dan tidak setelah pertanyaan.

Nilai 5 atau lebih dapat menandakan depresi.

3. Indeks Barthel merupakan instrumen untuk menilai tingkat kemandirian fungsional /

ketergantungan selama sepuluh Kegiatan Sehari-hari (ADL) terutama yang berkaitan dengan

perawatan pribadi dan mobilitas dalam pengaturan klinis. Awalnya dirancang untuk di-

pasien pasien dengan kelumpuhan dan pasient sakit kronis, sekarang digunakan umumnya

untuk stroke, penyakit Parkinson, dan proses penuaan. Tes ADL termasuk menilai

kemampuan untuk mandiri memberi makan diri sendiri, mandi, mengendalikan perut dan

kandung kemih, menggunakan toilet, transfer, mobilitas pada permukaan tingkat dan tangga.

skor yang lebih tinggi berarti pasien lebih independen (Mahoney dkk., 2008).

17

Gambar 2.1 Barthel Indeks

Page 18: referat psikogeriatrinew

Interpretasi Indeks ADL Barthel

20 Mandiri

12-19 Ketergantungan ringan

9-11 Ketergantungan sedang

5-8 Ketergantungan berat

0-4 Ketergantungan total

4. Skala kualitas hidup (Quality of Life Scale / QOLS) merupakan instrumen pengukuran

kualitas hidup penderita/pasien dengan penyakit kronik yang lama. Skala QOL

18

Page 19: referat psikogeriatrinew

ditargetkan terhadap pasien psikiatrik dan pasien dengan penyakit kronik dengan tujuan

untuk mengukur kualitas hidup secara akurat (lampiran). The World Health Organization

Quality of Life (WHOQOL) dibuat pada tahun 1991, bertujuan untuk meningkatkan

instrument penilaian kualitas hidup yang dapat sesuai dengan budaya Internasional.

WHOQOL menilai persepsi individual dalam konteks budaya responden. WHOQOL

berisi 26 pertanyaan yang mencangkup mengenai kesehatan fisik, kesehatan psikologis,

hubungan social, dan lingkungan (WHO, 1993).

BAB IV

KESIMPULAN

Angka morbiditas gangguan psikiatri pada pasien lanjut usia diperkirakan meningkat

hingga 20 juta pada pertengahan abad 20. Prevalensi gangguan mental emosional meningkat

sejalan dengan pertambahan usia. Berdasarkan umur, tertinggi pada kelompok umur 75 tahun ke

atas (33,7%).

Maka dari itu, diperlukan pemeriksaan psikiatri yang rinci pada pasien lanjut usia agar

dapat memastikan pasien mengerti sifat dan tujuan pemeriksaan dikarenakan tingginya

19

Page 20: referat psikogeriatrinew

prevalensi gangguan kognitif pada pasien lanjut usia. Karena proses penuaan bukanlah suatu

penyakit melainkan suatu proses normal yang harus dimengerti dengan jelas untuk mendiagnosis

secara tepat kemudian memberikan penatalaksanaan yang tepat sehingga beban yang dirasakan

akibat penyakit dapat berkurang.

Seluruh stressor pada pasien lanjut usia baik yang bersifat fisik dan psikososial harus

dapat dinilai agar penatalaksanaan yang holistik dapat tercapai dengan tujuan utama untuk

meningkatkan kualitas hidup, mempertahankan mereka dalam komunitas dan menunda atau

menghindari penempatan mereka di rumah perawatan. Oleh karena itu kesiapan fisik serta

mental maupun kerasnya ikhtiar diperlukan untuk dapat bersama-sama mewujudkan keinginan

melihat generasi tua kita dapat menjalani hari tua yang berkualitas.

DAFTAR PUSTAKA

Busse EW and Blazer DG. 1997. Textbook of Geriatry Psychology. Edisi kedua. Washington :

The American Psychiatric Press.

Covino, Jennifer. Depression in Geriatric Patients. Diunduh dari :

http://www.medscape.com/viewarticle/520534

Glass J. 2009. WebMD. Alzheimer's Disease and Other Forms of Dementia. Diunduh dari :

http://www.webmd.com/alzheimers/guide/alzheimers-dementia

Kaplan HI, Sadock BJ and Grebb JA. 2010. Kaplan-Sadock Sinopsis Psikiatri jilid 1. Alih bahasa

20

Page 21: referat psikogeriatrinew

: Wijaya Kusuma. Jakarta : Bina Rupa Aksara.

Kaplan HI, Sadock BJ and Grebb JA. 2010. Kaplan-Sadock. Sinopsis Psikiatri. Jilid 1. Alih

bahasa : Wijaya Kusuma. Jakarta : Bina Rupa Aksara.

Mahoney FI, Barthel DW. 2008. Barthel Indeks. Diunduh dari:

http://pt.unlv.edu/ebpt/tests/Barthel%20Index.doc

Moran M, Lawlor B. 2005. Late-life Schizophrenia; PSYCHIATRY 4:11; 2005 The Medicine

Publishing Company Ltd.

Sadock BJ, Sadock VA. 2004/ Concise Textbook of Clinical Psychiatry. Edisi kedua.

Philadelphia : The William-Wilkins.

Sadock BJ, Sadock VA. 2007. Synopsis of Psychiatry. Edisi kesepuluh. Philadelphia : The

William-Wilkins.

Smith M, Robinson L, Segal J. 2011. Helpguide.org. Depression in Older Adults and Elderly.

Diunduh dari : http://helpguide.org/mental/depression_elderly

World Health Organization (1993). WHOQoL Study Protocol. Di unduh dari :

http://www.who.int/substance_abuse/research_tools/whoqolbref/en/

21