referat narkotika.docx

19
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain "narkoba", istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Jenis Narkotika adalah : Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing, jicingko), opium obat, morfina, kokaina, ekgonina, dan ganja. Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta campuran-campuran dan sediaan-sediaan yang mengandung bahan tersebut di atas. 1 Semua istilah ini, baik "narkoba" atau napza, mengacu pada sekelompok zat yang umumnya mempunyai risiko kecanduan bagi penggunanya. Ketergantungan NAPZA adalah suatu penyakit yang pada ICD-10 digolongkan dalam Gangguan Mental dan Perilaku akibat zat psikoaktif. 1

Upload: leni

Post on 25-Dec-2015

28 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

narkotika

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Narkotika.docx

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar belakang

Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain "narkoba",

istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia

adalah Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif.

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik

sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,

hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Jenis Narkotika adalah : Tanaman

papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing, jicingko), opium obat, morfina, kokaina,

ekgonina, dan ganja. Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta

campuran-campuran dan sediaan-sediaan yang mengandung bahan tersebut di atas. 1

Semua istilah ini, baik "narkoba" atau napza, mengacu pada sekelompok zat yang

umumnya mempunyai risiko kecanduan bagi penggunanya. Ketergantungan NAPZA adalah

suatu penyakit yang pada ICD-10 digolongkan dalam Gangguan Mental dan Perilaku akibat zat

psikoaktif. 1

Selain itu, dampak penyalahgunaan narkoba pada seseorang sangat tergantung pada jenis

narkoba yang dipakai, kepribadian pemakai dan situasi atau kondisi pemakai. Secara umum,

dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik, psikis maupun sosial seseorang.

Page 2: Referat Narkotika.docx

BAB II

Isi

2.1 Definisi narkotika

Narkotika merupakan zat atau obat yang dapat menyebabkan penurunan, perubahan

kesadaran, berkurang atau hilangnya rasa nyeri, serta menimbulkan ketergantungan bagi

penggunanya. Oleh karena itu, jika narkotika disalahgunakan atau penggunaan narkotika tidak

sesuai dengan standar pengobatan, dapat menimbulkan akibat yang sangat merugikan bagi setiap

orang dan masyarkat, serta nilai-nilai budaya bangsa yang pada akhirnya akan dapat

melemahkan ketahanan nasional.1

Namun, apabila penggunaan narkotika dilakukan sesuai dengan standar, prosedur, dan

ukuran atau dosis yang diizinkan serta melalui pengawasan yang ketat dari dokter atau pejabat

yang berwenang maka narkotika dapat bermanfaat di bidang medis atau kedokteran, serta

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.1

2.2 Penggolongan narkotika

Penggolongan Narkotika menurut undang-undang RI No. 35 Tahun 2009 adalah:

berdasarkan pasal 6 ayat (1) UU No.35 Tahun 2009 tentang narkotika, narkotika digolongkan

menjadi 3 yaitu narkotika golongan I, narkotika golongan II, dan narkotika golongan III.1

Menurut pasal 8 UU Narkotika No.35 Tahun 2009, narkotika golongan I adalah narkotika

yang dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan. Dalam jumlah yang terbatas,

narkotika golongan I dapat digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi dan untuk reagensia diagnostic, serta reagensia laboratorium setelah mendapatkan

persetujuan dari Menteri atau rekomendasi Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Narkotika golongan ini mempunyai potensi sangat tinggi untuk mengakibatkan ketergantungan.

Beberapa narkotika yang termasuk dalam golongan I misalnya tanaman Papaver somniferum L,

Opium, tanaman koka, dan ganja.1

Page 3: Referat Narkotika.docx

Untuk narkotika golongan II adalah narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan yang

digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan

pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan

ketergantungan. Beberapa narkotika yang termasuk kedalam golongan II, misalnya Metadona,

Fentanil, Morfina, dan Petidina.1

Narkotika golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak

digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai

potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Beberapa narkotika yang termasuk ke dalam

golongan III misalnya Asetildihidrokodeina, Dokstropropoksifena, Dihidroko-deina, Etilmorfin,

Kodeina, Buprenorfina dan lain-lain. 1

2.3 Macam Narkotika dan efeknya

2.3.1 Opioida

Opioida dibagi dalam tiga golongan besar yaitu :

a. Opioida alamiah (opiat): morfin, cpium, kodein

b. Opioida semi sintetik : heroin/putauw, hidromorfin

c. Opioida sintetik : meperidin, propoksipen, metadon

Nama jalannya putauw, ptw, black heroin, brown sugar. Heroin yang murni berbentuk bubuk

putih, sedangkan heroin yang tidak murni berwarna putih keabuan.2

Dihasilkan dari cairan getah opium poppy yang diolah menjadi morfin kemudian dengan proses

tertentu menghasil putauw, dimana putauw mempunyai kekuatan 10 kali melebihi morfin.

Opioid sintetik yang mempunyai kekuatan 400 kali lebih kuat dari morfin.2

. Efek samping yang ditimbulkan:

a. Mengalami pelambatan dan kekacauan pada saat berbicara

b. Kerusakan penglihatan pada malam hari

c. Mengalami kerusakan pada liver dan ginjal

d. Peningkatan resiko terkena virus HIV dan hepatitis dan penyakit infeksi lainnya

melalui jarum suntik dan penurunan hasrat dalam hubungan sex

e. Kebingungan dalam identitas seksual

Page 4: Referat Narkotika.docx

f. Kematian karena overdosis

Gejala intoksitasi opium seperti konstraksi pupil atau dilatasi pupil karena anoksia akibat

overdosis berat dan satu atau lebih tanda berikut, yang berkembang selama atau segera setelah

pemakaian opium, yaitu:

o Mengantuk atau koma bicara cadel

o Gangguan atensi atau daya ingat

o Perilaku maladaptif atau perubahan psikologis yang bermakna secara klinis

misalnya:

Euforia awal diikuti oleh apatis

Disforia

Agitasi atau retardasi psikomotor

Gangguan pertimbangaan

Gangguan fungsi sosial atau pekerjaan yang berkembang selama atau

segera setelah pemakaian opium

Seseorang dengan ketergantungan opium jarang meninggal akibat putus opium, kecuali

orang tersebut memiliki penyakit fisik dasar yang parah, seperti penyakit jantung. Gejala residual

seperti insomnia, bradikardia, disregulasi temperatur, dan kecanduan opiat mungkin menetap

selama sebulan setelah putus zat. Pada tiap waktu selama sindroma abstinensi, suatu suntikan

tunggal morfin atau heroin menghilangkan semua gejala. Gejala penyerta putus opioid adalah

kegelisahan, iritabilitas, depresi, tremor, kelemahan, mual, dan muntah. Turunan opium yang

sering disalahgunakan, adalah morfin, heroin, codein.2

2.3.2 Kokain

Kokain merupakan sejenis stimulansia yang di Indonesia saat ini belum begitu popular.

Namun bertambahnya sitaan kokain secara illegal dan meningkatnya kasus-kasus pengguna

kokain akihir-akhir ini, bukan tidak mungkin epidemic kokain akan merajai pasaran peredaran

NAPZA dalam masa-masa mendatang. 2,3

Kokain dihasilkan dari daun tumbuhan yang disebut Erythroxylon coca. Tanaman

tersebut tumbuh subur di sebelah timur pegunungan Andes di Amerika Selatan. Tanaman ini

juga tumbuh di beberapa tempat di Asia Tenggara, Eropa dan Amerika Serikat.

Page 5: Referat Narkotika.docx

Bentuk kokain yang diperjualbelikan di Indonesia dalam bentuk bubuk putih. Ada 3 cara

penggunaan kokain untuk memasukkannya ke dalam tubuh, yaitu:

1. Bubuk kokain (dalam bentuk garam kokain hidrokhlorid) langsung diinhalasi

memalui lubang hidung (sering disebut dengan istilah snorting) dan kemudian

diabsorbsi ke dalam pembuluh darah melalui mukosa lubang hidung

2. Free-base cocain, adalah garam kokain yang dikonversikan dengan larutan yang

mudah menguap. Setelah dipanaskan, uap diinhalasi melalui bibir (seperti

merokok), dengan cepat diabsorbsi melalui membrane alveoli paru

3. Garam kokain yang disuntikkan melalui intravenous

Kokain merupakan suatu zat stimulansia, sehingga efek dari kokain ialah memicu kerja

tubuh kita agar bekerja lebih lagi. Efek yang didapatkan dari pemakaian kokain dapat bermacam-

macam, dan dosispun mempengaruhi efek tersebut. Pada dosis yang rendah, dapat terjadi efek

anestesi local, vasokonstriksi, dilatasi pupil, peningkatan pada pernapasan, denyut jantung,

tekanan darah, dan suhu tubuh.

Efek pada dosis yang tinggi juga sangatlah banyak, seperti membuat orang merasa panik,

menjadi agresif, adanya rasa kebingungan, hingga halusinasi dimana yang sering didapat ialah

halusinasi dengar. Efek lain yang dapat diakibatkan dari pemakaian dosis tinggi ialah adanya

kedutan otot, adanya peningkatan refleks, nyeri dada, edema paru, gagal ginjal akut, penglihatan

yang kabur, sakit kepala dan dapat terjadi nyeri pada bagian perut sehingga menimbulkan rasa

mual dan muntah. 3

Pada penggunaan yang sudah cukup lama dapat terjadi beberapa masalah seperti

insomnia, depresi, pemakai menjadi agresif, hilangnya nafsu makan sehingga terjadi penurunan

berat badan. Dan dari pemakaian yang sudah cukup lamapun dapat menimbulkan gejala psikotik

pada pengguna seperti adanya waham dan halusinasi.3

Untuk gejala putus kokain, yang terjadi setelah beberapa hari penggunaan kokain, dapat

terjadi mood disforia, dimana bisa terjadi kesedihan yang mirip dengan depresi, kelelahan karena

merasa badan ingin bergerak terus, insomnia, adanya agitasi psikomotor atau retardasi,

peningkatan nafsu makan karena saat memakai kokain, pengguna tidak merasa lapar, tetapi

setelah tidak memakai, maka rasa lapar yang timbul menjadi meningkat. Ada juga rasa craving,

dimana pemakai ingin menggunakan kokain kembali.

Page 6: Referat Narkotika.docx

2.3.3 Canabis

Canabis atau marijuana adalah zat kimia yang dihasilkan dari ekstrak tumbuhan budidaya

penghasil serat, namun lebih dikenal karena kandungan zat narkotika pada bijinya. Bahan aktif

yang terkandung dalam marijuana adalah tetrahydrocannabinol (THC) yang efeknya membuat

halusinasi, cemas dan paranoid. Ini tidak berlangsung lama sampai kadar cannabis hilang.

Namun bila pemakaian yang lama, gejala yang timbul adalah depresi. Bahan ini dalam dunia

medis banyak dipergunakan salah satunya adalah sebagai obat yang disebut dronabinol dan

digunakan dalam penelitian dan kadang digunakan untuk mengatasi mual dan muntah yang

disebabkan oleh kemoterapi kanker.4,5

Bahan aktif yang kedua adalah cannabinoids (CBD), yang efeknya memberikan rasa

relax, senang, seperti mimpi, warna terlihat lebih cerah, suara terdengar lebih indah. Para musisi

mengatakan bahwa merokok marijuana dapat memberikan mereka inspirasi yang dibutuhkan

untuk memainkan musik mereka. Marijuana bisa memberi mereka visi kontemplatif dan

perasaan kebebasan dan semangat yang luar biasa.4

Efek fisik kanabis yang paling sering adalah dilatasi pembuluh darah konjungtiva (mata

merah) dan takikardia ringan. Pada dosis yang lebih tinggi hipotensi ortostatik dapat timbul.

Peningkatan nafsu makan sering disebut “the munchies” dan mulut kering merupakan efek lazim

intoksikasi kanabis.4

Kehilangan ambisi, yang digambarkan bahwa pemakai hanya duduk-duduk atau

berbaring lesu, bicara pelan dan tidak bersemangat. Selama pemakaian marijuana, kemampuan

komunikasi dan kemampuan motorik menurun. Marijuana juga dapat mengurangi ketegangan

dan menimbulkan perasaan nyaman.4

Reaksi putus obat berupa peningkatan aktivitas otot dan tidak bisa tidur. Tetapi karena

marijuana dibuang dari tubuh secara perlahan, maka reaksi putus obat cenderung bersifat

ringan.4,5

2.3.4 Metadon

Metadon adalah agonis opioid sintetik ampuh yang diserap dengan baik secara oral dan

memiliki waktu paruh yang panjang. Efek metadon secara kualitatif mirip dengan morfin dan

Page 7: Referat Narkotika.docx

opioid lainnya. Metadon juga diberikan sebagai terapi substitusi bagi orang pengguna heroin,

morfin dan kokain. 6

Kebanyakan orang yang telah menggunakan heroin akan mengalami beberapa efek

samping dari metadon. Setelah mencapai dosis stabil, toleransi berkembang sampai pada taraf

keterampilan kognitif dan perhatian tidak terganggu lagi. Gejala sembelit , disfungsi seksual dan

peningkatan produksi keringat kemungkinan masih menetap selama dalam terapi metadon.

Metadon larut dalam lemak dan terikat ke berbagai jaringan tubuh termasuk paru-paru , ginjal,

hati dan limpa sehingga konsentrasi metadon dalam organ ini jauh lebih tinggi dibandingkan

dalam darah . Karena bioavailabilitas oralnya yang baik dan mempunyai waktu paruh yang

panjang maka metadon diminum dalam dosis oral harian.6

Metadon terutama dipecah dalam hati melalui sistem enzim sitokrom P450.

Sekitar 10% dari metadon yang diberikan secara oral tidak berubah , sedangkan sisanya

dimetabolisme dan dieliminasi dalam urin dan tinja. Metadon juga disekresikan dalam keringat

dan air liur.6

2.3.5 Petidin

Petidin adalah zat sintetik yang formulanya sangat berbeda dengan morfin, tetapi

mempunyai efek klinik dan efek samping yang mendekati sama. Seperti halnya morfin, petidin

menimbulkan efek analgesia, sedasi, euforia, depresi nafas dan efek sentral lainnya. Waktu paruh

petidin adalah 5 jam. Efektivitasnya lebih rendah dibanding morfin, tetapi lebih tinggi dari

kodein. Efek samping petidin dan derivat fenilpiperidin yang ringan berupa pusing, berkeringat,

euforia, mulut kering, mual-muntah, perasaan lemah, gangguan penglihatan, palpitasi, disforia,

sinkop dan sedasi.7

2.4 Terapi dan rehabilitasi

Menurut pasal 54 UU Narkotika No. 35 Tahun 2009, setiap pecandu narkotika dan

korban penyalahgunaan narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.

Dimana rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh dan terpadu melalui

pendekatan non medis, psikologis, sosial dan religi agar pengguna NAPZA yang menderita

sindroma ketergantungan dapat mencapai kemampuan fungsional seoptimal mungkin melalui

Page 8: Referat Narkotika.docx

sarana pelayanan rehabilitasi yang merupakan tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan

pelayanan rehabilitasi penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA, berupa kegiatan pemulihan

dan pengembangan secara terpadu baik fisik, mental, sosial, dan agama. Salah satunya ialah

proses detoksifikasi, suatu proses dimana seorang individu yang ketergantungan fisik terhadap

zat psikoaktif (khususnya Opioida), dilakukan pelepasan zat psikoaktif tersebut secara tiba-tiba

atau secara gradual. 1

Ketergantungan NAPZA merupakan penyakit yang kompleks, ditandai oleh dorongan

yang tidak tertahan untuk menggunakan NAPZA yang disebut craving, dan karena itu ada upaya

yang keras untuk memperolehnya walaupun diketahui konsekuensi-konsekuensi yang menjadi

akibatnya. Penyakit ini sering menjadi kronik dengan adanya episode ”sembuh” dan ”kambuh”:

walaupun kadang-kadang dijumpai abstinensia yang lama. 1

Sampai saat ini belum ditemukan ada metode yang cocok untuk semua individu. Metode

yang cocok pada satu individu belum tentu cocok untuk individu lain. Untuk itu dilakukan

psikoterapi. Dan untuk terapi medis, beberapa dilakukan terapi secara simptomatis, dan beberapa

mempunyai antidotum.

Untuk kasus seperti opiad dan kanabis, terdapat antidotumnya. Untuk opiad dapat

diberikan Nalokson 1-2 mg secara IV atau IM atau dengan Naltrekson dan juga Metadon. Dan

untuk kanabis, biasa digunakan Lorazepam 1-2 mg secara oral dan bila terdapat gejala psikotik,

dapat diberikan haloperidol 1-2 mg secara oral atau IM.

Psikoterapi dilakukan dengan cara terapi kognitif perilaku yang merupakan suatu bentuk

psikoterapi yang ditekankan pada apa yang pasien pikirkan dan lakukan. Terapi kognisi-perilaku

(CBT) merupakan suatu proses mengajar, melatih dan menguatkan perilaku positif. Terapi ini

membantu seorang individu untuk mengidentifikasi pola kognitif atau pikiran dan emosi yang

berhubungan dengan perilaku. Terapi ini merupakan gabungan antara terapi kognitif dengan

terapi perilaku. Terapi ini menganggap kesulitan-kesulitan emosional berasal dari pikiran atau

keyakinan yang salah (kognisi) yang menyebabkan perilaku yang tidak produktif. Kondisi-

kondisi psikiatrik tampaknya membaik apabila cara berpikir pasien menjadi lebih akurat dan jika

perilaku individu lebih tepat. Oleh karena itu, terapis bekerjasama dengan pasien

mengidentifikasi dan mengoreksi salah persepsi dan perilaku yang salah. Terapi ini sangat

Page 9: Referat Narkotika.docx

berdasar pada realitas dan menekankan “hal yang terjadi di sini dan saat ini” (apa yang

dipikirkan pasien saat ini; bagaimana perilaku pasien saat ini). 9

Prinsip dasar dari terapi perilaku kognitif adalah mengajarkan kepada pasien bahwa

kepercayaan dan pemikiran tidak rasional adalah penyebab dari gangguan emosional dan tingkah

laku. Sebelum proses terapi dimulai, terapis perlu terlebih dahulu menjelaskan susunan terapi

kepada subjek, yang meliputi penjelasan tentang sudut pandang teori modifikasi perilaku dan

teori terapi kognitif terhadap perilaku yang tidak adaptif, prinsip yang melandasi prosedur

modifikasi perilaku kognitif, dan tentang langkah-langkah di dalam terapi. Penjelasan ini penting

perannya untuk meningkatkan motivasi individu dan menjalin kerjasama yang baik. 9

Perlu pula dijelaskan bahwa fungsi terapis hanyalah sebagai fasilitator timbulnya perilaku

yang dikehendaki, dan individu yang berperan aktif dalam proses terapi. Oleh karena itu individu

harus benar-benar terampil menggunakan prinsip-prinsip terapi kognitif dan modifikasi perilaku

dengan masalah yang dialaminya, dan peran terapis penting dalam mengajak individu memahami

perasaannya dan teknik terapi yang efektif untuk terjadinya perubahan perilaku yang

dikehendaki. Terkait dengan perlunya pemahaman tentang prinsip-prinsip modifikasi perilaku-

kognitif, Meichenbaum mengemukakan 10 hal yang harus diperhatikan seorang terapis dalam

penggunaan modifikasi perilaku-kognitif, yaitu:

1. Terapis perlu memahami bahwa perilaku klien ditentukan oleh pikiran, perasaan,

proses fisiologis, dan akibat yang dialaminya. Terapis dapat memasuki sistem interaksi

dengan memfokuskan pada pikiran, perasaan, proses fisiologis, dan perilaku yang

dihasilkan klien.

2. Proses kognitif sebenarnya tidak menyebabkan kesulitan emosional, namun yang

menyebabkan kesulitan emosional adalah karena proses kognitif itu sendiri merupakan

proses interaksi yang kompleks. Bagian penting dari proses kognisi adalah meta-

kognisi yaitu klien berusaha untuk memberi komentar secara internal pada pola

pemikiran dan perilakunya saat itu. Struktur kognisi yang dibuat individu untuk

mengorganisasi pengalaman adalah personal schema. Terapis perlu memahami

personal schema yang digunakan oleh klien untuk lebih mamahami masalah yang

dialami klien. Perubahan personal skema yang tidak efektif adalah bagian yang

penting dari terapi

Page 10: Referat Narkotika.docx

3. Tugas penting dari seorang terapis adalah menolong klien untuk memahami cara klien

membentuk dan menafsirkan realitas.

4. Modifikasi perilaku-kognitif memahami persoalan dengan pendekatan psikoterapi

yang diambil dari sisi rasional atau objektif.

5. Modifikasi perilaku-kognitif ditekankan pada penjabaran serta penemuan proses

pemahaman pengalaman klien

6. Dimensi yang cukup penting adalah untuk mencegah kekambuhan kembali.

7. Modifikasi perilaku-kognitif melihat bahwa hubungan baik yang dibangun antara klien

dan terapis merupakan sesuatu yang penting dalam proses perubahan klien.

8. Emosi memainkan peran yang penting dalam terapi, untuk itu klien perlu dibawa ke

dalam suasana terapi yang mengungkap pengalaman emosi.

9. Terapis perlu menjalin kerjasama dengan pihak keluarga ataupun pasangan klien.

10. Modifikasi perilaku-kognitif dapat diperluas sebagai proses pencegahan timbulnya

perilaku maladaptif.

Pendekatan terapi perilaku kognitif adalah pendekatan pemberian bantuan yang bertujuan

mengubah suasana hati dan perilaku individu dengan mempengaruhi pola berfikirnya. Pada

dasarnya pendekatan terapi perilaku kognitif bertujuan untuk mengenali kejadian yang memberi

tekanan, mengenali dan memantau gangguan-gangguan kognitif yang muncul dalam menanggapi

kejadian atau peristiwa, dan mengubah cara berfikir dalam menginterpretasikan dan menilai

kejadian dengan cara-cara yang lebih sehat.9

BAB III

Kesimpulan

Page 11: Referat Narkotika.docx

Narkotika merupakan zat atau obat yang dapat menyebabkan penurunan, perubahan

kesadaran, berkurang atau hilangnya rasa nyeri, serta menimbulkan ketergantungan bagi

penggunanya. Ketergantungan NAPZA adalah suatu penyakit yang pada ICD-10 digolongkan

dalam Gangguan Mental dan Perilaku akibat zat psikoaktif. Terdapat macam-macam narkotika

yang telah digolongkan menurut UU terbaru Narkotika no. 35 Tahun 2009. Narkotika

digolongkan ke dalam 3 golongan, yaitu golongan I, II, dan III. Golongan I merupakan narkotika

yang dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan, terutama karena golongan I

dapat menimbulkan ketergantungan yang sangat tinggi. Golongan II dan III lebih sering

digunakan untuk terapi meskipun ketergantungan pada golongan II juga tinggi, tetapi golongan II

seperti Metadon masih digunakan sebagai terapi substitusi dari pemakai opioid.

Banyak juga efek yang ditimbulkan oleh penggunaan narkotika dimana efek yang

biasanya diharapkan dari penggunaan narkotika adalah adanya rasa euphoria atau rasa dimana

mereka merasa senang. Tetapi banyak juga efek merugikan lain yang dihasilkan oleh

penggunaan narkotika. Seperti dapat memicu rasa depresi, memicu perilaku psikotik, dan

sebagainya.

Untuk terapi yang dipakai pada pengguna narkotika, menurut pasal 54 UU Narkotika No.

35 Tahun 2009, setiap pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika wajib menjalani

rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Tidak ada terapi yang spesifik atau metode yang cocok

untuk pengobatan ketergantungan NAPZA, metode seseorang belum tentu cocok untuk orang

lain. Maka terapi yang lebih berperan pada terapi ketergantungan NAPZA ialah dengan

psikoterapi. Terdapat beberapa antidotum untuk kasus ketergantungan tertentu seperti Opioid

dan Cannabis. Opioid dapat diterapi dengan metode substitusi, dan untuk Cannabis atau ganja,

dapat dengan pemberian Lorazepam.

Salah satu psikoterapi yang dapat digunakan ialah dengan Cognitive Behaviour Therapy

yang merupakan suatu bentuk psikoterapi yang ditekankan pada apa yang pasien pikirkan dan

lakukan. Terapi ini membantu seorang individu untuk mengidentifikasi pola kognitif atau pikiran

dan emosi yang berhubungan dengan perilaku. Terapi ini merupakan gabungan antara terapi

kognitif dengan terapi perilaku.

Page 12: Referat Narkotika.docx

Daftar Pustaka

1. Undang-undang narkotika dan psikotropika edisi terbaru. Bandung: Fokusmedia;

2013.

2. Kurniadi H. Wreksoatmodjo B. Napza dan Tubuh Kita. Jakarta : Yayasan

Jendela; 2004

Page 13: Referat Narkotika.docx

3. Greydanus DE. Use and misuse of stimulant. Dalam: Stimulant misuse :

Strategies to manage a growing problem. Michigan. Diunduh dari :

http://www.acha.org/Continuing_Education/docs/ACHA_Use_Misuse_of_Stimu

lants_Article2.pdf (26 Desember 2014)

4. Benowitz, N.L. Marijuana. Lange Poisoning & Drug Overdose. 5th ed. United

States of America: Mc Graw Hill, 2007: 252-3.

5. Cannabis use and mental health in young people: cohort study (2002) George C

Patton et al. British Medical Journal, 325: 1195-1198.

6. Gazelle G, Fine PG. Methadone for the treatment of pain. J Palliat Med: 2003

7. Latief, S.A. Petunjuk praktis anestesiologi. edisi kedua. Jakarta : FKUI; 2007

8. Drug-drug interactions in opioid maintenance: a focus on buprenorphine &

methadone. 3rd edition. Pharmacom Media. 2008.

9. Cognitive Behavioral Therapy. Diunduh dari www.nacbt.org/whatiscbt.htm (26

Desember 2014)