referat cairan

29
REFERAT TERAPI CAIRAN PERIOPERATIF & TRANSFUSI DARAH Disusun oleh : RAHMI MUIN 2003730023

Upload: erna-wati

Post on 04-Aug-2015

152 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: REFERAT CAIRAN

REFERAT

TERAPI CAIRAN PERIOPERATIF & TRANSFUSI DARAH

Disusun oleh :

RAHMI MUIN2003730023

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ANESTESIARUMAH SAKIT ISLAM CEMPAKA PUTIH JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

Page 2: REFERAT CAIRAN

PERIODE 25 Februari 2008 s/d 05 April 2008L E M B A R P E N G E S A H A N

REFERAT berjudul :

TERAPI CAIRAN PERIOPERATIF DAN TRANSFUSI DARAH

Disetujui oleh Pembimbing Klinik

Tanggal : .................................

Paraf : .................................

Pembimbing Klinik

Dr. Malayanti, Sp. An

Page 3: REFERAT CAIRAN

BAB II

I S I

2.1 Komposisi Cairan Tubuh

Komponen tunggal terbesar dari tubuh adalah air. Air adalah pelarut bagi

semua zat terlarut dalam tubuh baik dalam bentuk suspensi maupun larutan. Air

tubuh total (TBW, Total Body Water) yaitu persentase dari berat air dibandingkan

dengan berat badan total, bervariasi menurut jenis kelamin, umur, dan kandungan

lemak tubuh. Air membentuk sekitar 60 % dari berat seorang priadan sekitar 50 %

dari berat badan wanita. Pada orang tua, TBW sekitar 45 % sampai 50 % dari

berat badannya. (Maxwell dan Kleeman, 1987). Karena lemak pada dasarnya

bebas air, maka makin sedikit lemak akan mengakibatkan makin tinggi persentase

air dari berat badan orang itu. Sebaliknya, jaringan otot memiliki kandungan air

yang tinggi. Oleh karena itu dibandingkan dengan orang kurus, orang yang

gemuk memiliki TBW yang relatif lebih kecil dibandingkan berat badannya.

Secara proposional wanita umumnya mempunyai lebih banyak lemak, dan lebih

sedikit otot jika dibandingkan dengan pria, sehingga kandungan airnya pun lebih

kecil dibandingkan dengan berat badannya. Orang yang tua juga mempunyai

presentase lemak tubuh yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan orang muda.1

Kandungan air pada saat bayi lahir sekitar 75 % berat badan, usia 1 bulan

65 %, dewasa pria 60 % dan wanita 50 %, sisanya ialah zat padat seperti protein,

lemak, karbohidrat, dll. Air dalam tubuh berada di beberapa ruangan intraseluler

35 %, ekstraseluler 20 %,Ekstraslular dibagi menjadi intertisisal 16 %, dan

intravascular 7 %. Cairan antarsel khusus disebut cairan transelular misalnya

cairan serebrospinal, cairan persendian, cairan peritoneum, dll. Gbr (1). Gbr (2)

Page 4: REFERAT CAIRAN

Gbr (1) : skema kompartemen cairan tubuh (3

Page 5: REFERAT CAIRAN

Gbr (2) : Komponen cairan dari tubuh (4

Kandungan air dalam setiap organ tidak seragam seperti terlihat pd tabel (1) (2 :

Jaringan Persentase Air

- Otak

- Ginjal

- Otot lurik

- Kulit

- Hati

- Tulang

- Lemak

84

83

76

72

68

22

10

Tabel (2) : Air tubuh total dalam persentase berat badan (1

- Bayi (baru lahir)

- Dewasa

pria (20 – 40 th)

Wanita (20 – 40 th)

75 %

60 %

50 %

Page 6: REFERAT CAIRAN

- Usia lanjut (> 60 th) 45 – 50 %

Ket : Data dari Maxwell M, Kleeman CR dan Narins RG: clinical disorders of fluid and

electrolyte metabolism, ed 4. New York, 1987. Mc Graw Hill Book Co.

Air melintasi membran sel dengan mudah, tetapi zat-zat lain sulit atau

diperlukan proses khusus supaya dapat melintasinya, karena itu komposisi

elektrolit didalam dan diluar sel berbeda. Cairan intraseluler banyak mengandung

ion K, ion Mg, dan ion Fosfat, sedangkan ekstraselular mengandung banyak ion

Na dan Cl.(2

Plasma ialah darah dikurangi sel-sel darah seperti eritrosit, lekosit dan

trombosit. Serum ialah plasma darah dikurangi faktor-faktor pembekuan misalnya

fibrinogen dan protombin. Hematokrit ialah presentasi volume eritrosit dalam

darah. (2

2.2 Elektrolit-Elektrolit Utama dan Distribusinya

Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan non-

elektrolit. Nonelektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan yang

tidak bermuatan listrik. Nonelektrolit terdiri dari protein, urea, glukosa, oksigen,

karbondioksida, dan asam-asam organik. Garam yang terurai di dalam air menjadi

satu atau lebih partikel-partikel bermuatan, disebut ion atau elektrolit. Elektrolit

tubuh mencakup natrium (Na+), kalium (K+), kalsium (Ca++), magnesium (Mg++),

klorida (Cl-), bikarbonat (HCO3-), fosfat (HPO4

-) dan sulfat (SO4-). Larutan

elektrolit menghantarkan aliran listrik. Ion-ion yang bermuatan positif disebut

kation dan yang membawa muatan negatif disebut anion. Contohnya natrium

korida (NaCl) terurai dalam larutan menjadi Na+ (kation) dan CL- (anion).

Sebaliknya, ketika glikosa dilarutkan dalam air, ia tidak berubah menjadi

komponen yang lebih kecil.

Konsentrasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian

dengan bagian lainnya, dan dalam keadaan sehat mereka harus berada pada

bagian yang tepat dan dalam jumlah yang tepat. Kation utama pada ECF

(extraceluler fluid) adalah natrium (Na+), dan anion-anion utama adalah klorida

(Cl-) dan bikarbonat (HCO3-); konsentrasi dari elektrolit-elektrolit ini rendah pada

Page 7: REFERAT CAIRAN

ICF (intraceluler fluid). Pada ICF kalium (K+) adalah kation utama dan posfat

(HPO4-) adalah anion utama, dan sebaliknya, konsentrasi-konsentrasi ion ini

rendah pada ECF. Sebagai partikel terbanyak pada ECF, natrium memegang

peranan penting dalam mengendalikan volume cairan tubuh total, sedangkan

kalium penting dalam mengendalikan volume sel. Perbedaan muatan listrik di

dalam dan diluar membran sel penting untuk menghasilkan kerja saraf dan otot,

dan perbedaan konsentrasi K+ dan Na+ didalam dan diluar membran sel penting

untuk mempertahankan perbedaan muatan listrik itu. Meskipun konsentrasi ion

pada tiap bagian berbeda-beda, hukum netralitas listrik menyatakan bahwa

jumlah muatan-muatan negatif harus sama dengan jumlah muatan-muatan positif

(dalam satuan mili-equivalen) dalam setiap bagian. Mempertahankan muatan

listrik yang netral adalah penting agar dapat menetukan pemindahan ion antara

ECF dan ICF dan pada ginjal. Akhirnya, diperhatikan bahwa komposisi ion dari

ISF mirip dengan IVF. Perbedaan utamanya adalah pada ISF mengandung sedikit

sekali protein dibandingkan dengan IVF. Jumlah protein yang lebih tinggi

didalam plasma berperanan penting dalam mempertahankan volume IVF. (1

2.3 Kebutuhan Air dan Elektrolit setiap hari

Asupan Cairan Harian. Cairan ditambahkan ke dalam tubuh dari dua

sumber utama : (1) berasal dari larutan atau cairan makanan yang dimakan, yang

normalnya menambah cairan tubuh sekitar 2100 ml/hari, dan (2) berasal dari

sintesis dalam badan sebagai hasil oksidasi karbohidrat, menambah sekitar 200

ml/hari. Kedua hal ini memberikan asupan cairan harian total kira-kira 2300

ml/hr. (tabel - 3). Asupan cairan sangat bervariasi pada masing-masing orang dan

bahkan pada orang yang sama pada hari yang berbeda, bergantung pada cuaca,

kebiasaan, dan tingkat aktivitas fisik. (5

Tabel 3 : Asupan dan Pengeluaran Cairan Harian (dalam ml/hari) (5

Normal Latihan berat yg lama

Asupan

Cairan dari makanan

Dari metabolisme

Asupan total :

2100

200

2300

?

200

?

Page 8: REFERAT CAIRAN

Keluaran

Insensible-kulit

Insensible paru

Keringat

Feses

Urin

Total pengeluaran

350

350

100

100

1400

2300

350

650

5000

100

500

6600

Insesible water loss, yang terjadi melalui kulit tidak bergantung pada keringat

bahkan tetap terjadi pada orang yang lahir tanpa kelenjar keringat; jumlah rata-rata

kehilangan cairan dengan cara difusi melalui kulit kira-kira 300-400 ml/hr. Kehilangan

ini diminimalkan oleh lapisan korneumkulit yang mengandung kolesterol, yang

memberikan perlindungan terhadap kehilangan yang berlebihan lewat difusi ini. Bila

lapisan korneum ini hilang, seperti terjadi pada luka bakar yang luas, kecepatan evaporasi

dapat meningkat sampai 10 kali lipat, mencapai 3 sampai 5 liter/hari. Karena alasan ini,

maka korban luka bakar harus diberi cairan dalam jumlah yang besar, biasanya intravena,

untuk mengimbangi kehilangan cairan.

Insesible water loss melalui traktus respiratorius rata-rata berkisar 300 sampai 400

ml/hr. Ketika udara memasuki traktus respiratorius maka kemudian dijenuhkan dengan

pengembunan, dan mencapai tekanan uap kira-kira 47 mmHg, sebelum dikeluarkan.

Karena tekanan uap dari udara inspirasi kurang dari 47 mmHg, maka dengan respirasi,

cairan terus menerus hilang melaui paru-paru. Pada udara dingin, tekanan uap atmosfer

turun sampai 0, menyebabkan kehilangan cairan bahkan lebih besar dari paru-paru

bersamaan dengan turunnya suhu tubuh. Hal ini menjelaskan perasaan kering pada

saluran napas saat cuaca dingin.

Kehilangan cairan lewat keringat. Jumlah cairan yang hilang melalui keringat

sangat bervariasi, bergantung pada aktifitas fisik dan suhu lingkungan. Volume keringat

normal hanya sekitar 100 ml/hari, tapi pada keadaan cuaca panas ataupun latihan berat,

kehilangan cairan kadang-kadang meningkat sampai 1-2 liter/jam. Hal ini akan cepat

mengurangi volume cairan tubuh jika asupan tidak ditingkatkan, sehubungan dengan

aktivasi mekanisme haus.(5

Page 9: REFERAT CAIRAN

Kehilangan cairan lewat feses. Hanya sejumlah kecil cairan yang dikeluarkan

melaui feses (100 ml/hari). Jumlah ini dapat meningkat sampai beberapa liter sehari pada

penderita diare. Karena alasan ini, maka diare berat dapat membahayakan jiwa jika tidak

dikoreksi dalam beberapa hari. (5

Kehilangan cairan lewat ginjal. Kehilangan cairan tubuh lainnya adalah dalam

urin yang diekskresikan oleh ginjal. Ada mekanisme multiple yang mengendalikan

kecepatan ekskresi urin. Sebenarnya, cara yang paling penting yang dilakukan oleh tubuh

dalam mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran hampir semua elektrolit

dalam tubuh ialah dengan mengendalikan kecepatan ginjal dalam mengekskresikan zat-

zat ini. Sebagai contoh, volume urin dapat serendah sampai 0,5 liter/hari pada pasien

dehidrasi atau bisa setinggi 20 liter/hari pada orang yang minum cairan yang luar biasa.(5

Variasi yang sangat ekstrim inijuga terjadi pada kebanyakan elektrolit tubuh,

seperti natrium, clorida, dan kalium. Pada beberapa orang, asupan natrium dapat serendah

20 mEq/hari, sedangkan pada orang lainnya, dapat mencapai 300 – 500 mEq/hari. Ginjal

dihadapkan dengan keharusan untuk menyesuaikan kecepatan ekskresi cairan dan

elektrolitnya dengan asupan zat-zat ini, demikian juga mengkompensasi kehilangan

cairan dan elektrolit yang berlebihan yang terjadi pada keadaan penyakit tertentu. (5

Pada orang dewasa kebutuhan air dan elektrolit setiap hari adalah sebagai berikut :

30-35 ml/kg. Kenaikan suhu 1°C ditambah 10-15%

Pada anak sesuai berat badan :

*0-10 kg : 100ml/kgBB

* 10-20 kg : 1000 ml + 50 ml/kg diatas 10 kg

* > 20 kg : 1500 ml + 20 ml/kg diatas 20 kg

Elektrolit : Na+ : 1,5 – 2 mEq/kgBB (100 mEq/hari = 5,9 g)

K+ : 1 mEq/kb/BB (60 mEq/hari = 4,5 g)

2.4 Cairan Intravena

Berdasarkan fungsinya cairan dapat dikelompokkan menjadi :

Page 10: REFERAT CAIRAN

1.Cairan pemeliharaan : ditujukan untuk mengganti air yang hilang

lewat urine, tinja, paru dan kulit (mengganti puasa). Cairan yang

diberikan adalah cairan hipotonik, seperti D5 NaCl 0,45 atau

D5W.

2.Cairan pengganti : ditujukan untuk mengganti kehilangan air tubuh

akibat sekuestrasi atau proses patologi lain seperti fistula, efusi

pleura asites, drainase lambung. Cairan yang diberikan bersifat

isotonik, seperti RL, NaCl 0,9 %, D5RL, D5NaCl.

3.Cairan khusus : ditujukan untuk keadaan khusus misalnya asidosis.

Cairan yang dipakai seperti Natrium bikarbonat, NaCl 3%.

Pembagian cairan :

1. Kristaloid

Larutan kristaloid adalah larutan air dengan elektrolit dan atau

dextrosa, tidak mengandung molekul besar. Kristaloid dalam waktu

singkat sebagian besar akan keluar dari intravaskular, sehingga volume

yang diberikan harus lebih banyak (2,5-4 kali) dari volume darah yang

hilang. Kristaloid mempunyai waktu paruh intravaskuler 20-30 menit.

Ekspansi cairan dari ruang intravaskuler ke interstital berlangsung

selama 30-60 menit sesudah infus dan akan keluar dalam 24-48 jam

sebagai urine.Secara umum kristaloid digunakan untuk meningkatkan

volume ekstrasel dengan atau tanpa peningkatan volume intrasel.

2. Koloid

Koloid mengandung molekul-molekul besar berfungsi seperti

albumin dalam plasma tinggal dalam intravaskular cukup lama (waktu

parah koloid intravaskuler 3-6 jam), sehingga volume yang diberikan

sama dengan volume darah yang hilang. Contoh cairan koloid antara lain

dekstran, haemacel, albumin, plasma dan darah.

Secara umum koloid dipergunakan untuk :

1. Resusitasi cairan pada penderita dengan defisit cairan berat (shock hemoragik)

sebelum transfusi tersedia.

2. Resusitasi cairan pada hipoalbuminemia berat, misalnya pada luka bakar

Page 11: REFERAT CAIRAN

Perbedaan kristaloid dengan koloid :

2.4 Terapi Cairan Perioperatif

- pra-pembedahan

- selama pembedahan

- pasca pembedahan

Meliputi :

Penggantian kehilangan cairan, memenuhi kebutuhan air, elektrolit dan

nutrisi untuk membantu tubuh mendapatkan kembali keseimbangan normal dan

pulihnya perfusi ke jaringan, oksigenasi sel, dengan demikian akan mengurangi

iskemia jaringan dan kemungkinan kegagalan organ

a. Cairan Prabedah :

Status cairan harus dinilai dan dikoreksi sebelum dilakukannya induksi

anestesi untuk mengurangi perubahan kardiovaskuler dekompensasi

akut.

Anamnesa : Apakah ada perdarahan, muntah, diare, rasa haus. Kencing

terakhir, jumlah dan warnanya.

Pemeriksaan fisik : Dari pemeriksaan fisik ini didapat tanda-tanda

obyektif dari status cairan, seperti tekanan darah, nadi, berat badan,

kulit, abdomen, mata dan mukosa.

Laboratorium meliputi pemeriksaan elektrolit, BUN, hematokrit,

hemoglobin dan protein.

Defisit cairan dapat diperkirakan dari berat-ringannya dehidrasi yang terjadi.

Page 12: REFERAT CAIRAN

Fase awal pasien yang sadar akan mengeluh haus, nadi biasanya meningkat

sedikit, belum ada gangguan cairan dan komposisinya secara serius. Dehidrasi

pada fase ini terjadi jika kehilangan kira-kira 2% BB (1500 ml air).

Fase moderat, ditandai rasa haus. Mukosa kering otot lemah, nadi cepat dan

lemah. Terjadi pada kehilangan cairan 6% BB.

Fase lanjut/dehidrasi berat, ditandai adanya tanda shock cardiosirkulasi, terjadi

pada kehilangan cairan 7-15 % BB. Kegagalan penggantian cairan dan elektrolit

biasanya menyebabkan kematian jika kehilangan cairan 15 % BB atau lebih.

Page 13: REFERAT CAIRAN

Cairan preoperatif diberikan dalam bentuk cairan pemeliharaan,

a. Pada dewasa 2 ml/kgBB/jam. Atau 60 ml ditambah 1 ml/kgBB untuk berat

badan lebih dari 20 kg.

a. Pada anak-anak 4 ml/kg pada 10 kg BB I, ditambah 2 ml/kg untuk 10 kgBB II,

dan ditambah 1 ml/kg untuk berat badan sisanya.

à Kecuali penilaian terhadap keadaan umum dan kardiovaskuler, tanda rehidrasi

tercapai ialah dengan adanya produksi urine 0,5-1 ml/kgBB.

Terapi cairan selama operasi meliputi :

kebutuhan dasar cairan dan penggantian sisa defisit pra operasi ditambah

cairan yang hilang selama operasi.

Page 14: REFERAT CAIRAN

à Berdasarkan beratnya trauma pembedahan dikenal pemberian cairan pada

trauma ringan, sedang dan berat.

Pada Dewasa :

Trauma ringan

à Cairan 2 ml/kg BB/jam untuk kebutuhan dasar ditambah 4 ml/kg BB/jam

sebagai pengganti akibat trauma pembedahan.

Trauma pembedahan sedang

à 6 ml/kg BB/jam

Trauma pembedahan berat

à 8 ml/kg BB/jam

Pada anak :

Ringan à 2 ml/kg BB/jam,

Sedang à 4 ml/kgBB/jam dan

Berat à 6 ml/kgBB/jam.

Pemilihan jenis cairan intravena tergantung pada prosedur pembedahan dan perkiraan

jumlah perdarahan.

à Dalam hal ini cara yang biasa digunakan untuk memperkirakan jumlah

perdarahan dengan {mengukur jumlah darah di dalam botol suction + perkiraan

jumlah darah di kain kasa dan kain operasi} . Satu lembar duk dapat menampung

100 – 150 ml darah, sedangkan untuk kain kasa sebaiknya ditimbang sebelum

dan setelah dipakai, dimana selisih 1 gram dianggap sama dengan 1 ml darah.

à Perkiraan jumlah perdarahan dapat juga diukur dengan pemeriksaan hematokrit

dan hemoglobin secara serial

TRANFUSI DARAH

Jenis golongan darah ABO :

Page 15: REFERAT CAIRAN

Jenis Antibodi Kekerapan

Golongan A Anti B 45 %

Golongan B Anti A 8 %

Golongan AB - 4 % resipien

universal

Golongan O Anti A,

Anti B

43 % donor

universal

Indikasi Transfusi Darah :

Transfusi darah umumnya > 50 % diberikan pada saat perioperatif dengan tujuan

untuk menaikkan kapasitas pengangkutan oksigen dan volume intravaskuler.

Indikasi :

1. Perdarahan akut sampai Hb < 8 gr% atau Ht < 30 %, pada orang tua kelainan

paru, kelainan jantung Hb < 10 g%

2. Bedah mayor, kehilangan darah > 20 % volume darah.

Jenis dan Bahan Transfusi :

Darah lengkap (whole blood), segar (< 48 jam), baru (< 6 hari) dan biasa (35

hari).

à untuk perdarahan akut, syok hivpovolemik, bedah mayor perdarahan

>1500 mL.

Plasma biasa dan Plasma segar beku (FFP, fresh frozen plasma)

à diberikan setelah transfusi darah masif, setelah terapi warfarin, dan

koagulopati pada penyakit hepar.

Packed cells biasa dan cuci

à digunakan pada perdarahan lambat, anemia, atau pada kelainan jantung.

Faktor pembekuan :

à Trombosit mampat (thrombocyte concetrate)

o Cryopricipitate-AHF

Komponen lain, Buffycoat-granolocyt concentrate

Page 16: REFERAT CAIRAN

Pada perdarahan untuk mempertahankan volume intravena dapat diberikan

kristaloid atau koloid sampai tahap timbulnya bahaya karena anemia.

Pada keadaan ini perdarahan selanjutnya diganti dengan transfusi sel darah merah

untuk mempertahankan konsentrasi hemoglobin ataupun hematokrit pada level

aman, yaitu Hb 7 – 10 g/dl atau Hct 21 – 30%.

Kebutuhan transfusi dapat ditetapkan pada saat prabedah berdasarkan nilai

hematokrit dan EBV.

EBV pada neonatus prematur 95 ml/kgBB,

fullterm 85 ml/kgBB,

bayi 80 ml/kgBB

pada dewasa laki-laki 75 ml/kgBB, perempuan 85 ml/kgBB.

Reaksi transfusi akibat golongan darah yang tidak cocok

Bila darah donor dengan golongan tertentu ditransfusikan ke resipien

dengan golongan darah yang lain, maka reaksi transfusi yang cenderung terjadi

adalah agutinasi dari sel darah merah dari darah donor. Jarang terjadi bahwa

darah yang ditransfusi akan menyebabkan aglutinasi pada sel-sel darah resipien,

karena alasan berikut; Bagian plasma dari darah donor dengan segera akan

diencerkan oleh seluruh plasma dari resipien, dengan demikian menurunkan titer

aglutinin yang diinfuskan sampai kadarnya sangat rendah untuk dapat

menimbulkan aglutinasi. Sebaliknya, darah yang diinfuskan tidak mengencerkan

aglutinindalam plasma resipien sampai sedemikian besar. Oleh karena itu,

aglutinin resipien tetap masih dapat mangaglutinasikan sel-sel donor.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, semua reaksi transfusi akhirnya

menyebabkan hemolisis segera akibat hemolisin atau hemolisis kemudian akibat

fagositosis sel yang teraglutinasi. Hemoglobin yang dilepaskan dari sel darah

merah kemudian diubah oleh sel-sel fagosit menjadi bilirubin dan kemudian

dieksresikan ke dalam empedu oleh hati. Konsentrasi bilirubin dalam cairan

Page 17: REFERAT CAIRAN

tubuh seringkali meningkat cukup tinggi sehingga menyebabkan ikterus – yaitu,

jaringan seseorang menjadi berwarna kuning akibat pigmen empedu. Tetapi, bila

fungsi hati normal, maka ikterus biasanya tidak timbul kecuali jika lebih dari 400

mililiter darah dihemolisis dalam waktu kurang dari sehari.

Penghentian fungsi ginjal akut setelah reaksi transfusi. Salah satu

efek reaksi transfusi yang paling mematikan adalah penghentian fungsi ginjal,

yang dapat mulai terjadi dalam beberapa menit sampai beberapa jam dan terus

berlangsung sampai orang itu meninggal karena gagal ginjal. Penghentian

fungsi ginjal sepertinya disebabkan oleh tiga hal; Pertama, reaksi antigen-antibodi

dari reaksi transfusi akan mengeluarkan zat toksik yang berasal dari darah yang

mengalami hemolisis, yang kemudian menimbulkan vasokonstriksi ginjal yang

kuat. Kedua, hilangnya sel-sel darah merah dari sirkulasi disertai produksi zat

toksik dari sel yang mengalami hemolisis dan dari reaksi imun seringkali

menyebabkan syok sirkulasi. Tekanan darah arteri turun sangat rendah dan aliran

darah ginjal serta pengeluaran urin menurun. Ketiga, bila jumlah total

hemoglobin bebas dalam darah sirkulasi lebih besar dari jumlah hemoglobin yang

berikatan dengan haptoglobin (suatu protein plasma yang dapat mengikat sedikit

hemoglobin), maka hemoglobin yang berlebihan tersebut akan menerobos

membran glomerulus masuk kedalam tubulus ginjal. Bila jumlahnya sedikit,

hemoglobin tersebut dapat direabsorbsi melalui epitel tubuli masuk ke dalam

darahdan tidak akan menimbulkan kerusakan; tetapi bila jumlahnya besar, hanya

sedikit yang direabsorbsi. Karena air di dalam tubulus terus-menerus di

reabsorbsi, maka konsentrasi hemoglobin di dalam tubulus dapat meningkat

sedemikian tinggi sehingga mengendap dan menyumbat banyak tubulus; hal ini

terutama terjadi bila urin bersifat asam. Jadi, vasokonstriksi ginjal, syok sirkulasi,

dan penyumbatan tubulus, bersama-sama akan menyebabkan penghentian fungsi

ginjal akut. Jika fungsi ginjal ini bersifat sempurna dan tubulus gagal untuk

membuka, maka penderita akan meninggal dalam waktu satu minggu sampai 12

hari, kecuali jika penderita ini diobati dengan ginjal buatan.

Komplikasi Transfusi Darah :

Page 18: REFERAT CAIRAN

Reaksi hemolitik

- pada pasien sadar : demam, mengigil, nyeri dada – panggul, dan mual.

- pd pasien dalam anestesia : demam, takikardi tak jelas asalnya, hipotensi,

perdarahan merembes ke daerah operasi, syok, spasme bronkus à Hb uria,

ikterus, dan ‘Renal shut down’

Infeksi

- Virus (Hepatitis, HIV-AIDS, CMV)

- Bakteri (stafilokok, yesteria, citrobakter)

- Parasit (malaria)

Lain-lain : urtikaria, anafilaksis, edema paru non-kardial, purpura, intoksikasi

sitrat, hiperkalemia, asidosis

Penanggulangan Transfusi darah :

Stop transfuse

Naikkan tekanan darah dengan koloid, kristaloid, jika perlu tambah

vasokonstriksor, inotropik

Berikan O2 100 %

Diuretika manitol 50 mg atau furosemid (lasix) 10-20 mg

Antihistamin

Steroid dosis tinggi

Jika perlu ‘exchanged transfusion’

Periksa analisis gas darah dan pH darah.

Cairan Pasca bedah

Terapi cairan paska bedah ditujukan untuk :

a. Memenuhi kebutuhan air, elektrolit dan nutrisi.

b. Mengganti kehilangan cairan pada masa paska bedah (cairan

lambung, febris).

c. Melanjutkan penggantian defisit prabedah dan selama pembedahan.

d. Koreksi gangguan keseimbangan karena terapi cairan.

Page 19: REFERAT CAIRAN

Nutrisi parenteral bertujuan menyediakan nutrisi lengkap, yaitu kalori, protein

dan lemak termasuk unsur penunjang nutrisi elektrolit, vitamin dan trace

element.

Pemberian kalori sampai 40 – 50 Kcal/kg dengan protein 0,2 – 0,24 N/kg.

Nutrisi parenteral ini penting, karena pada penderita paska bedah yang tidak

mendapat nutrisi sama sekali akan kehilangan protein 75 – 125 gr/hari.

Hipoalbuminemia menyebabkan edema jaringan, infeksi dan dehisensi luka

operasi, terjadi penurunan enzym pencernaan yang menyulitkan proses

realimentasi.

Page 20: REFERAT CAIRAN

DAFTAR PUSTAKA

Collins, VI., 1996, Fluids and Electrolytes, in Physicologic and

Pharmachologic Bases of Anesthesia, Williams & Wilkins, USA, p :

165-187.

Sjamsuhidajat, R. dan Wim de Jong. 2005. Buku ajar Ilmu Bedah. Ed.2.

Penerbit buku Kedokteran,EGC. Jakarta, p: 125-129

Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson,1995 Patofisiologi Konsep Klinis

Proses-Proses Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta. p;

283-295

Sunatrio, S. Resusitasi Cairan. Penerbit Media Aesculapius. Fakultas

Kedokteran Indonesia. Jakarta, 2000

Latief, A. Said. Dkk. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi kedua. Bagian

Anestesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran Indonesia,

Jakarta, 2001

Guyton & Hall, Buku ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9. Penerbit Buku

Kedokteran, EGC. Jakarta, 1997.

The SAFE study Investigators, The NEW ENGLAND JOURNAL of

MEDICINE, A Comparison of Albumin and Saline for Fluid

Resucitation in the Intensive Care Unit, 2004.