reaksi kimia

30

Click here to load reader

Upload: nikechandra

Post on 14-Feb-2016

246 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

laporan resmi praktikum kimia dasar 1

TRANSCRIPT

Page 1: REAKSI KIMIA

1. TUJUAN PRAKTIKUM

1.1. Kecepatan Reaksi

Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah agar mahasiswa mengetahui pengaruh

konsentrasi, temperatur, dan katalisator terhadap kecepatan reaksi suatu zat.

1.2. Kenaikan Titik Didih

Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah mengetahui pengaruh konsentrasi zat terlarut

terhadap titik didih larutan.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kecepatan Reaksi

Kecepatan reaksi dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi

tiap satuan waktu. Jika keadaaan setimbang tercapai dalam waktu singkat, maka reaksi

dapat berjalan dengan cepat. Selama reaksi berjalan, kecepatan reaksi tidak tetap,

melainkan berubah sesuai dengan waktu. Pada awal reaksi, kecepatan relatif besar,

semakin dekat pada keadan setimbang, makin kecil kecepatan reaksi (Tupamahu, 1992).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan reaksi adalah konsentrasi zat yang

bereaksi, temperatur saat reaksi terjadi, katalisator dan luas permukaan. Jika konsentrasi

suatu zat tinggi maka kecepatan reaksi juga makin tinggi. Jika temperatur semakin

tinggi maka pergerakan molekul-molekul juga semakin tinggi. Semakin luas permukaan

sentuh dari suatu zat maka reaksi akan berlangsung semakin cepat (Graham & Cragg,

1959).

Kecepatan reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor:

a. Konsentrasi larutan

“Makin tinggi konsentrasi zat-zat yang bereaksi, maka kecepatan reaksinya

bertambah besar pula.” Hal ini dikarenakan pada konsentrasi yang tinggi

(pekat), jarak antar molekul semakin dekat, sehingga makin mudah

bertumbukan (Petrucci, 1992).

1

Page 2: REAKSI KIMIA

2

Reaksi kimia akan berlangsung dengan cepat bila konsentrasi zat yang bereaksi

bertambah besar. Hal ini disebabkan karena makin besarnya konsentrasi suatu

zat maka makin banyak partikel zat sehingga akan memperbesar terjadinya

tumbukan,dan dengan demikian semakin banyak pula kemungkinan tumbukan

berhasil terjadi sehingga makin banyak zat baru yang akan terbentuk yang

berarti semakin cepat reaksi yang berlangsung (Hein,1992).

b. Suhu / temperatur

Reaksi kimia berlangsung lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi, sehingga

makin besar energi kinetik molekul zat dan gerak partikel-partikel zat akan

menjadi lebih cepat. Akibatnya, frekuensi tumbukan yang terjadi akan lebih

besar. Dengan demikian tumbukan yang berhasilpun akan lebih banyak pula,

berarti makin cepat reaksi berlangsung (Tony Bird, 1987).

c. Katalisator

Suatu reaksi dapat dipercepat dengan meningkatkan fraksi molekul yang

memiliki energi melebihi energi aktivasi. Cara lainnya yang tidak memerlukan

peningkatan suhu adalah mendapatkan jalan reaksi dengan energi aktivasi yang

lebih rendah yaitu dengan menambahkan katalis. Fungsi katalis dalam reaksi

kimia ialah menyajikan reaksi alternatif tersebut. Dalam reaksi kimia, katalis

tidak mengalami perubahan yang permanen. Berhasil atau gagalnya suatu proses

komersial untuk menghasilkan suatu senyawa sering bergantung pada

penggunaan katalis yang cocok. (Petrucci,1992).

Semakin banyak katalisator maka energi aktivasi berkurang sehingga kecepatan

bereaksi berkurang, jadi dapat dikatakan besar katalisator berbanding terbalik

dengan energi aktivasi tetapi sebanding dengan kecepatan reaksi.. Dengan

adanya katalisator maka akan mempercepat kecepatan reaksi, tetapi katalisator

sendiri tidak ikut bereaksi (Breck, 1990).

d. Macam zat

Macam zat juga mempengaruhi cepat lambatnya suatu reaksi berlangsung. Zat

yang berbentuk serbuk akan mempercepat terjadinya reaksi. Hal ini ada

Page 3: REAKSI KIMIA

3

kaitannya dengan luas permukaan. Serbuk memilik luas permukaan yang lebih

daripada padatan, maka akan mempercepat reaksi (Hein, 1992)

Makin luas permukaan sentuh dari suatu zat maka reaksi akan berlangsung

makin cepat. Karena semakin luas permukaan sentuh maka semakin besar

kemungkinan terjadinya tumbukan. Faktor luas permukaan akan mempengaruhi

kecepatan reaksi jika suatu reaksi benda padat dengan gas ataupun cair. Karena

reaksi terjadi pada permukaan benda padat, maka kecepatan reaksi akan

bertambah sesuai dengan pertambahan luas permukaan. ( Ebbing, 1987 ).

2.2. Kenaikan Titik Didih

Titik didih adalah temperatur tetap pada saat zat cair mendidih. Titik didih normal

adalah temperatur di mana tekanan uap dari suatu zat cair setara dengan tekanan

atmosfer normal (1 atm = 760 mmHg) . Zat cair dikatakan mendidih jika dipanaskan

dalam wadah terbuka dan disertai dengan penguapan di seluruh bagian zat cair, tidak

hanya pada bagian permukaannya saja. Kantung-kantung udara yang menguap semula

berasal dari bagian dalam zat cair tersebut, kemudian naik ke permukaan dan lepas ke

udara berupa uap air. Selama proses pemanasan, energi diserap dalam bentuk panas dan

digunakan untuk mengubah molekul-molekul zat cair menjadi uap air. Suhu akan

konstan sampai seluruh zat cair sudah mendidih dan menguap (Petrucci & Wismer,

1987).

Dengan penambahan zat terlarut yang sukar menguap ke dalam zat cair akan

mengurangi tekanan uap yang nantinya temperatur akan naik sehingga titik didih akan

melebihi titik didih normal dan pada akhirnya nanti akan mencapai tekanan 1 atm

(Ebbing, 1987).

Kenaikan titik didih ( Tb) merupakan sifat koligatif larutan yang sebanding dengan

titik didih larutan dikurangi titik didih dari pelarut murni. Kenaikan titik didih

sebanding dengan konsentrasi molal dari larutan.

Tb = Kb . m

m = mol terlarutkg pelarut

Keterangan : Tb : kenaikan titik didih

Page 4: REAKSI KIMIA

4

Kb : konstanta kenaikan titik didih

m : molalitas

Kenaikan titik didih larutan adalah selisih antara titik didih larutan dengan titik didih

pelarut murni.

Tb = titik didih larutan – titik didih pelarut

Pada temperatur di mana tekanan uap zat cair sama / sebanding dengan tekanan

atmosfer, tekanan uapnya cukup tinggi sehingga menyebabkan terjadinya penguapan

dan diikuti oleh pembentukan gelembung-gelembung yang secara simultan terjadi pada

banyak tempat dalam zat cair (Moechtar, 1989).

Pada saat air murni dipanaskan pada tekanan udara 1 atm, maka air tersebut akan

mendidih pada suhu 100oC. Hal ini disebabkan karena pada suhu tersebut tekanan

uapnya sama dengan tekanan udara luar (Rogers, 1987).

Kenaikan titik didih dipengaruhi oleh massa zat pelarut. Semakin besar massa pelarut

atau semakin pekat, maka semakin tinggi kenaikan titik didihnya. Oleh karena itu,

semakin banyak pelarut yang ditambahkan, semakin tinggi kenaikan titik didihnya

(Brandy,1997).

Page 5: REAKSI KIMIA

3. MATERI METODE

3.1. Materi

3.1.1. Alat

3.1.1.1. Kecepatan Reaksi

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah tabung reaksi, pipet volume, pompa

pilleus, rak tabung reaksi, stopwatch, bunsen, kaki tiga, kasa asbes, termometer, gelas

piala 400 ml dan pipet tetes.

3.1.1.2. Kenaikan Titik Didih

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah erlenmeyer, termometer, gelas

arloji, timbangan analitik, pengaduk, bunsen, kaki tiga, kasa asbes.

3.1.2. Bahan

3.1.2.1. Kecepatan Reaksi

Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah Na2S2O3 0,1 N, HCl 0,5 N,

aquades, (COOH)2 0,1 N, H2SO4 6 N, MnSO4 1 N, dan KMnO4 0,1 N.

3.1.2.2. Kenaikan Titik Didih

Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah aquadestilata, garam rosok dan

garam halus.

3.2. Metode

3.2.1. Kecepatan Reaksi

3.2.1.1. Konsentrasi sebagai Faktor Kecepatan Reaksi

Pada percobaan I larutan HCl 0,5 N dijadikan sebagai control, sedangkan larutan

Na2S2O3 0,1 N dijadikan sebagai variabel. Sebanyak 6 buah tabung reaksi disiapkan dan

diletakkan pada rak tabung reaksi. Tiga buah tabung diisi dengan 4 ml larutan HCl 0,5

N. Tabung ke-4 diisi dengan 5 ml Na2S2O3 0,1 N. Tabung ke-5 diisi dengan 1 ml larutan

tabung ke-4 ditambah dengan 4 ml aquades. Tabung ke-6 diisi dengan 1 ml larutan

tabung ke-5 ditambah dengan 3 ml aquades. Setelah itu larutan tabung ke-6 dituang ke

dalam tabung 1, lalu cepat dituang kembali ke tabung ke-6. Larutan tabung ke-5 dituang

5

Page 6: REAKSI KIMIA

6

ke dalam tabung 2, lalu cepat dituang kembali ke tabung ke-5. Larutan tabung ke-4

dituang ke dalam tabung 3, lalu cepat dituang kembali ke tabung ke-4. Kemudian

tabung reaksi tersebut diletakkan secara berurutan pada rak tabung reaksi dan perubahan

warna yang terjadi diamati lalu jumlah waktu yang dibutuhkan zat pada tabung untuk

bereaksi dicatat. Percobaan II dilakukan sama seperti percobaan I tetapi larutan Na2S2O3

0,1 N dijadikan sebagai control, sedangkan larutan HCl 0,5 N dijadikan sebagai

variabel. Kemudian hasil percobaan II diamati dan dibandingkan dengan percobaan I.

3.2.1.2. Temperatur sebagai Faktor Kecepatan Reaksi

Sebanyak 6 buah tabung reaksi disiapkan dan diletakkan di rak tabung reaksi. Tabung

1,2 dan 3 diisi engan 4 ml HCl 0,5 N. Tabung 4,5 dan 6 diisi dengan 4 ml Na2S2O3 0,1

N. Kemudian tabung 1 dan 4 dicampurkan tanpa pemanasan dan waktu kecepatan reaksi

sampai mengalami kekeruhan dicatat. Lalu gelas piala 400 ml diisi dengan air setinggi

6-7 cm dan dipanaskan sampai suhunya mencapai 500C. Tabung 2 dan 5 dimasukkan ke

dalam gelas piala yang sudah dipanaskan sambil digojog agar temperatur isi tabung

homogen. Setelah suhu larutan dalam tabung mencapai 500C, tabung 2 dan 5

dicampurkan dan waktu kecepatan reaksi sampai mengalami kekeruhan dicatat.

Kemudian air dalam gelas piala dipanaskan lagi hingga suhunya mencapai 800C, lalu

tabung reaksi 3 dan 6 dimasukkan dalam gelas piala. Setelah suhu larutan dalam tabung

mencapai 800C tabung reaksi 3 dan 6 dicampurkan dan waktu kecepatan reaksi sampai

mengalami kekeruhan dicatat. Ketiga tabung yang berisi campuran tadi diletakkan di

rak tabung reaksi dan diamati kekeruhannya atau endapan yang timbul lalu

dibandingkan satu dengan yang lain.

3.2.1.3. Katalisator sebagai Faktor Kecepatan Reaksi

Sebanyak 3 buah tabung reaksi disiapkan. Tabung 1 diisi dengan 6 ml (COOH)2 0,1 N

kemudian ditambahkan 2 ml H2SO4 6 N lalu ditambahkan lagi 4 ml H2O. Tabung 2 diisi

dengan 6 ml (COOH)2 0,1 N kemudian ditambahkan 2 ml H2SO4 6 N lalu ditambahkan

lagi 4 ml MnSO4 1 N. Tabung 3 diisi dengan 6 ml (COOH)2 0,1 N kemudian

ditambahkan 2 ml H2SO4 6 N lalu ditambahkan lagi 1 ml MnSO4 1 N dan 3 ml H2O.

Ketiga tabung reaksi tersebut ditetesi dengan 3 tetes KMnO4. Perubahan warna yang

Page 7: REAKSI KIMIA

7

terjadi diamati lalu waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi dicatat dan dibandingkan 1

sama lain.

3.2.2. Kenaikan Titik Didih

Erlenmeyer diisi dengan 100 ml aquades lalu didihkan di atas bunsen. Saat air sudah

mendidih suhu air diukur dengan termometer. Garam ditimbang sebanyak 2,5 gram

dalam gelas arloji sebanyak 3 kali. Lalu 2,5 gram garam tersebut dimasukkan ke dalam

erlenmeyer dan diaduk hingga larut. Setelah itu didihkan lalu suhu titik didihnya diukur

dengan termometer dan dicatat. Kemudian 2,5 gram garam ditambahkan lagi ke dalam

erlenmeyer, diaduk hingga larut, didihkan, lalu suhu titik didihnya diukur dengan

termometer dan dicatat. Selanjutnya 2,5 gram garam dimasukkan lagi ke dalam

erlenmeyer, diaduk hingga larut, didihkan, kemudian suhu titik didihnya diukur dan

dicatat.

Page 8: REAKSI KIMIA

4. HASIL PENGAMATAN

4.1. Kecepatan Reaksi

4.1.1. Konsentrasi sebagai Faktor Kecepatan Reaksi

Hasil pengamatan konsentrasi sebagai faktor kecepatan reaksi dapat dilihat pada Tabel

1.

Tabel 1. Konsentrasi sebagai Faktor Kecepatan Reaksi

Cara pengenceran

HCl 0,5 N kontrol Na2S2O3 kontrolWaktu (s) Warna + ket Waktu

(s)Warna + ket

Kel 3

Kel 4

Kel 3 Kel 4 Kel 3

Kel 4

Kel 3 Kel 4

6 dituang 1

5 dituang 2

4 dituang 3

2148

273

95

2252

787

63

Agak keruh

Keruh

Keruh keku-ningan

Bening

Putih susu,

keruh(sedikit)

Putih susu,

kehijauan, keruh

122

52

48

216

160

77

Keruh

Sangat keruh

Keruh kehijaua

n

Putih, sedikit keruhPutih susu, keruh

Putih susu kehijauan,

sangat keruh

Pada Tabel 1., dapat dilihat bahwa kelompok 3 dan 4 mencatat waktu yang berbeda-

beda untuk kedua percobaan. Dari kedua kelompok tersebut baik pada HCl kontrol

maupun Na2S2O3 kontrol ,tabung 4 dituang 3 membutuhkan waktu paling cepat untuk

bereaksi dan tabung 6 dituang 1 membutuhkan waktu paling lama. Larutan yang

dihasilkan masing-masing kelompok menunjukkan bahwa semuanya keruh.

4.1.2. Temperatur sebagai Faktor Kecepatan Reaksi

Hasil pengamatan temperatur sebagai faktor kecepatan reaksi dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Temperatur sebagai Faktor Kecepatan Reaksi

Jenis tabung + keterangan Waktu (s) Warna endapan dan kekeruhanKel 5 Kel 6 Kel 5 Kel 6

Tabung 1(1+4) tanpa pemanasan 40 64 Putih keruh Putih kehijauan

8

Page 9: REAKSI KIMIA

9

Tabung 2 (2+5) dipanaskan 500C

Tabung 3 (3+6) dipanaskan 800C

16

5

26

8

kekuninganPutih keruh

Putih keruh

keruhPutih keruh

Coklat keruh

Pada Tabel 2., menunjukkan jenis tabung dengan perlakuan berbeda dengan waktu dan

reaksi yang timbul. Dapat dilihat bahwa kelompok 5 dan 6 mencatat waktu yang

dibutuhkan untuk mengalami kekeruhan paling cepat terdapat pada tabung 3 yang

dipanaskan hingga 800C, yaitu 5 s untuk kelompok 5 dan 8 s untuk kelompok 6.

Sedangkan waktu paling lama yang dibutuhkan untuk mengalami kekeruhan terdapat

pada tabung 1, yaitu 40 s untuk kelompok 5 dan 64 s untuk kelompok 6.

4.1.3. Katalisator sebagai Faktor Kecepatan Reaksi

Hasil pengamatan katalisator sebagai faktor kecepatan reaksi dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Katalisator sebagai Faktor Kecepatan Reaksi

Jenis tabung Waktu (s) Perubahan warnaKel 1 Kel 2 Kel 1 Kel 2

Tabung 1 (4 ml H2O)

Tabung 2 (4 ml MnSO4 1 N)

Tabung 3 ( 1 ml MnSO4 1 N + 3 ml H2O)

38

10

19

197

6

8

Ungu

Coklat

Oranye

Ungu kecoklatan

Coklat

Oranye

Pada Tabel 3., menunjukkan 3 tabung dengan bahan berbeda-beda dengan waktu dan

reaksi yang ditimbulkan juga berbeda. Dapat dilihat bahwa kelompok 1 maupun 2

mencatat waktu yang dibutuhkan untuk mengalami perubahan warna paling cepat

adalah tabung 3, yaitu 19 detik pada kelompok 1 dan 8 detik pada kelompok 2.

Sedangkan waktu yang dibutuhkan paling lambat untuk mengalami perubahan warna

adalah pada tabung 1, yaitu 38 detik pada kelompok 1 dan 197 detik pada kelompok 2.

4.2. Kenaikan Titik Didih

Hasil pengamatan kenaikan titik didih dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan 4.2

Page 10: REAKSI KIMIA

10

Tabel 4.1. Kenaikan Titik Didih

Kelompok Zat terlarut Suhu (0C) ΔT (0C)C1

C2

C3

C4

C5

C6

Air mendidihAir + 2,5 gr garam kasarAir + 5,0 gr garam kasarAir + 7,5 gr garam kasar

Air mendidihAir + 2,5 gr garam kasarAir + 5,0 gr garam kasarAir + 7,5 gr garam kasar

Air mendidihAir + 2,5 gr garam kasarAir + 2,5 gr garam halusAir + 5,0 gr garam kasarAir + 5,0 gr garam halusAir +7,5 gr garam kasarAir + 7,5 gr garam halus

Air mendidihAir + 2,5 gr garam kasarAir + 2,5 gr garam halusAir + 5,0 gr garam kasarAir + 5,0 gr garam halusAir +7,5 gr garam kasarAir + 7,5 gr garam halus

Air mendidihAir + 2,5 gr garam halusAir + 5,0 gr garam halusAir + 7,5 gr garam halus

Air mendidihAir + 2,5 gr garam halusAir + 5,0 gr garam halusAir + 7,5 gr garam halus

100101

101,5102

100101

101,5102

100101101102103104105

100102102104103105104

100100,5101102

100101

101,5102

11,52

11,52

112345

224354

0,512

11,52

Keterangan : ΔT = perubahan suhu

Pada Tabel 4., menunjukkan bahwa pada air mendidih titik didihnya 1000C. Sedangkan

setelah ditambah garam halus dan garam kasar dengan massa yang berbeda-beda, titik

didihnya semakin meningkat. Dapat dilihat bahwa seiring bertambahnya konsentrasi,

maka kenaikan titik didih suatu larutan akan turun sebanding dengan konsentrasinya.

Page 11: REAKSI KIMIA

11

Tabel 4.2.

No Banyak garam (g) ΔTd (0C)1

2

3

2,5 (kasar)2,5 (halus)5,0 (kasar)5,0 (halus)7,5 (kasar)7,5 (halus)

0,0220,0220,0450,0450,0670,067

Pada Tabel 4.2., dapat dilihat bahwa keenam kelompok mendapatkan hasil perhitungan

yang sama karena rumus dan data yang dipakai sama, yaitu 0,022 untuk 2,5 gram garam

kasar dan halus, 0,045 untuk 5 gram garam kasar dan halus, dan 0,067 untuk 7,5 gram

garam kasar dan halus.

Page 12: REAKSI KIMIA

5. PEMBAHASAN

5.1. Kecepatan Reaksi

Pada pengujian HCl sebagai kontrol didapat data bahwa laju reaksi yang paling cepat

dialami oleh tabung 4 yang dituang 3 dengan waktu untuk kelompok C3 95 detik

sedangkan kelompok C4 63 detik. Tabung 5 dituang 2 membutuhkan waktu 273 detik

untuk kelompok C3 dan 787 detik untuk kelompok C4 dan yang paling lama oleh

tabung 6 dituang 1 dengan waktu 2148 detik untuk kelompok C3 dan 2252 detik untuk

kelompok C4. Perbedaan laju reaksi tiap tabung tersebut dikarenakan adanya beda

konsentrasi antar larutan karena larutan pada tabung 4 memiliki konsentrasi paling

pekat dan tabung 6 yang memiliki larutan paling encer. Begitu pula dengan Na2S2O3

sebagai kontrol, tabung 6 dituang 1 membutuhkan waktu yang paling lama yaitu 122

detik untuk kelompok C3 dan 216 detik untuk kelompok C4. Sedangkan tabung 4

dituang 3 membuthkan waktu paling cepat yaitu 48 detik pada kelompok C3 dan 77

detik pada kelompok C4. Hal ini juga disebabkan karena tabung 4 dituang 3 memiliki

konsentrasi paling pekat.

Hasil ini membuktikan bahwa konsentrasi mempengaruhi laju reaksi. Hal ini sependapat

dengan Hein yaitu bahwa reaksi kimia berlangsung lebih cepat jika konsentrasi zat yang

bereaksi lebih besar, karena semakin besar konsentrasi zat semakin banyak pula partiket

zat tersebut. Sehingga semakin besar konsentrasi suatu zat maka semakin cepat pula

pembentukan zat lainnya.

Pada percobaan temperatur, tabung 1 + tabung 4 digabungkan dan tanpa pemanasan

dalam waktu 50 detik untuk kelompok C5 dan 60 detik untuk kelompok C6 warna yang

dihasilkan adalah putih keruh kekuningan. Tabung 2 + tabung 5 digabung dan

dipanaskan hingga mencapai 500C dalam waktu 16 detik untuk kelompok C5 dan 26

detik untuk kelompok C6, warna yang dihasilkan adalah putih keruh. Kemudian tabung

3 + tabung 5 dicampurkan dan dipanaskan hingga mencapai 800C, dalam waktu 5 detik

untuk kelompok C5 dan 8 detik untuk kelompok C6, warna yang dihasilkan adalah

putih keruh dan coklat keruh. Jadi dapat disimpulkan bahwa reaksi kimia berlangsung

lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi, sehingga makin besar energi kinetik molekul

zat dan gerak partikel-partikel zat akan menjadi lebih cepat. Akibatnya, frekuensi

12

Page 13: REAKSI KIMIA

13

tumbukan yang terjadi akan lebih besar. Dengan demikian tumbukan yang berhasilpun

akan lebih banyak pula, berarti makin cepat reaksi berlangsung (Tony Bird, 1987).

Pada percobaan katalisator, digunakan katalisator MnSO4. Pada tabung 1 membutuhkan

waktu reaksi 38 detik untuk kelompok C1 dan 197 detik untuk kelompok C2. Kemudian

tabung 2 membutuhkan 10 detik untuk kelompok C1 dan 6 detik untuk kelompok C2.

Reaksi berlangsung lebih cepat daripada tabung 3 yaitu 19 detik untuk kelompok C1

dan 8 detik untuk kelompok C2. Karena reaksi tersebut menimbulkan katalisatornya

sendiri yaitu Mn2+. Hal ini disebut otokatalisator, karenanya reaksi akan berlangsung

lebih cepat, Semakin banyak katalisator maka energi aktivasi berkurang sehingga

kecepatan bereaksi berkurang, jadi dapat dikatakan besar katalisator berbanding terbalik

dengan energi aktivasi tetapi sebanding dengan kecepatan reaksi.. Dengan adanya

katalisator maka akan mempercepat kecepatan reaksi, tetapi katalisator sendiri tidak ikut

bereaksi (Breck, 1990).

5.2. Kenaikan Titik Didih

Pada percobaan ini titik didih air murni yang didapatkan sesuai dengan teori Rogers

(1987) yang menyatakan bahwa titik didih air adalah 100oC. Mendidihnya air dapat kita

lihat dengan adanya gelembung udara di seluruh bagian zat cair, hal ini sesuai dengan

teori Moecthar (1989), ia mengatakan bahwa mendidihnya suatu zat disebabkan karena

tekanan uap pada permukaan cairan sama dengan tekanan uap udara luar.

Pada percobaan kali ini pengaruh penambahan garam terhadap air mendidih adalah

meningkatkan konsentrasi. Dari hasil percobaan yang telah dilakukan penambahan

garam dapat meningkatkan temperaturnya. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan

bahwa penambahan zat terlarut yang tidak mudah menguap menyebabkan konsenstrasi

cairan semakin tinggi sehingga penurunan tekanan uapnya menjadi lebih besar,

akibatnya terjadi peningkatan suhu yang nilainya lebih besar dari titik didih normal

(Ebbing,1987).

Konsentrasi dari garam halus dan garam kasar berbeda, hal tersebut dikarenakan garam

halus merupakan garam kasar yang telah ditambahkan yodium sebelum dipasarkan,

sehingga konsentrasi larutan di dalam garam halus lebih besar. Pada data menunjukkan

Page 14: REAKSI KIMIA

14

bahwa semakin ditambah massa garam semakin meningkat pula titik didihnya.

Kenaikan titik didih ini dipengaruhi oleh massa zat pelarut. Semakin besar massa

pelarut atau semakin pekat, maka semakin tinggi kenaikan titik didihnya. Oleh karena

itu, semakin banyak pelarut yang ditambahkan, semakin tinggi kenaikan titik didihnya

(Brandy, 1997).

Page 15: REAKSI KIMIA

6. KESIMPULAN

Kecepatan reaksi dipengaruhi oleh bebepara faktor yaitu, konsentrasi larutan, suhu

atau temperatur dan penambahan katalisator.

Konsetrasi larutan yang tinggi akan mempercepat laju suatu reaksi.

Semakin tinggi suhu suatu larutan, maka semakin cepat reaksi itu berlangsung.

Penambahan suatu katalisator dalam suatu reaksi, akan mempercepat laju reaksi

Titik didih zat cair pada tekanan 1 atm adalah 100˚C.

Konsentrasi dari zat pelarut dapat mempengaruhi kenaikan titik didih.

Zatcair yang mendidih ditandai dengan adanya gelembung-gelembung pada seluruh

zat cair yang dipanaskan.

Kenaikan titik didih adalah selisih titik didih larutan dengan titik didih pelarut

murni.

Semarang, 24 September 2014

Praktikan, Asisten Praktikum:

- Angela Irena W.

- Lucas Terry B.

(Nike Chandrawibowo)

14.I2.0046

15

Page 16: REAKSI KIMIA

7. DAFTAR PUSTAKA

Brandy, J.E. (1997). Kimia Universitas. Bina Rupa Aksara. Jakarta.

Breck, W.G. et all (1990). Chemistry For Science And Engineering. Mc Graw Hill Ryerson Limited. Canada.

Ebbing, D. D. (1987). General Chemistry edisi 2. Houghton Mifflin Company. USA.

Graham, R.P. & L.H. Cragg. (1959). The Essential of Chemistry. Holt, Reinhart & Winston, Inc. USA.

Hein, M. (1992). An Introduction to General Organic and Biochemistry Fifth Edition. Cole Publishing Company. California.

Moechtar, A. (1989) . Farmasi Fisika . Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Petrucci,R.H. (1992). Kimia Dasar. Erlangga. Jakarta.

Rogers, Elizabeth P. (1987). Fundamentals of Chemistry. Brooks Cole Publishing Company. California.

Tupamahu. (1992). Kinetika. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

16

Page 17: REAKSI KIMIA

8. LAMPIRAN

8.1. Perhitungan

Perhitungan kenaikan titik didih

∆ Td= MassaMr

× 1000V

× Kb

Keterangan : Massa = massa NaCl

Mr = berat molekul NaCl

V = volume aquades (100 ml)

Kb = 0,0521

1. Garam kasar 2,5 gram

∆ Td= 2,558,5

× 1000100

×0,0521

= 0,0220C

2. Garam halus 2,5 gram

∆ Td= 2,558,5

× 1000100

×0,0521

= 0,0220C

3. Garam kasar 5 gram

∆ Td= 558,5

× 1000100

×0,0521

= 0,0450C

4. Garam halus 5 gram

∆ Td= 558,5

× 1000100

×0,0521

= 0,0450C

5. Garam kasar 7,5 gram

∆ Td= 7,558,5

× 1000100

×0,0521

= 0,0670C

6. Garam halus 7,5 gram

∆ Td= 7,558,5

× 1000100

×0,0521

= 0,0670C

17

Page 18: REAKSI KIMIA

18

8.2. Laporan Sementara