rancangan ptk aulia rahmawati
TRANSCRIPT
LAPORANPENELITIAN TINDAKAN KELAS
PENERAPAN MODEL DUA TINGGAL DUA TAMU (Two Stay Two Stray)
DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA
SMAN 1 LIMBUR LUBUK MENGKUANG
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
DISUSUN OLEH:
NAMA : AULIA RAHMAWATI, S.Pd
NIP : 199001312015032004
UNIT KERJA : SMAN 1 LIMBUR LUBUK MENGKUANG
KABUPATEN/KOTA : BUNGO
TAHUN 2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkompeten dan berdedikasi tinggi, salah
satu cara yang dapat dilakukan adalah melalui pendidikan matematika. Matematika dapat
mengembangkan kreativitas, berpikir kritis, logis, sistematis, objektif, terbuka, dan kemauan
bekerjasama. Matematika memilki peran penting dalam berbagai disiplin ilmu, yakni sebagai
fondasi dan pembantu bagi ilmu pengetahuan yang lain atau yang dikenal dengan sebutan “Queen
and Servant of science”. Mengingat pentingnya matematika, pemerintah pun menetapkan
matematika sebagai salah satu mata pelajaran pokok yang diajarkan disetiap jenjang pendidikan
mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
Adapun tujuan mata pelajaran matematika dalam KTSP (Permendiknas No. 22 Tahun 2006)
salah satunya adalah agar peserta didik memiliki kemampuan memahami konsep matematika,
menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes,
akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
Tidak terlepas dari itu, pemerintah juga telah menyediakan bantuan operasional sekolah
(BOS), BOS buku agar siswa dapat memenuhi kebutuhan buku pelajaran matematika sehingga
mereka dapat mengikuti proses pembelajaran di sekolah dengan baik, dan pemerintah juga
menyediakan dana alokasi khusus (DAK) untuk membiayai kebutuhan sarana dan prasarana seperti
alat peraga matematika, pembangunan perpustakaan, dan labor matematika. Selain itu, pemerintah
juga menyediakan buku elektronik (e-book) yang dapat didownload siswa secara gratis untuk
menambah referensi belajar. Tetapi upaya yang telah dilakukan pemerintah ternyata hasilnya belum
optimal.
Hal ini terlihat pada pembelajaran matematika disekolah-sekolah seperti di sekolah penulis
masih memunculkan beberapa masalah seperti, Siswa beranggapan matematika adalah pelajaran
yang paling sulit, kurangnya pemahaman terhadap konsep matematika materi Pertidaksamaan Linear,
Mengerjakan tugas pelajaran lain disaat guru menerangkan pelajaran didepan kelas, Mencontek atau
meniru hasil pekerjaan teman, Tidak memiliki keberanian untuk bertanya jika masih belum paham
akan materi yang disampaikan, Sebagian siswa masih dalam kabataku terutama bilangan pecahan,
Lemah dalam mengkomunikasikan soal cerita ke dalam bentuk symbol atau bahasa matematika, dan
1
1
Siswa kesulitan jika diberikan soal yang berbeda dengan contoh. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata
hasil belajar siswa pada pokok bahasan Pertidaksamaan Linear pada tabel berikut.
Tabel 1. Hasil Belajar Matematika Siswa kelas XII IPA Tiga Tahun Terakhir
Tahun 2013 2014 2015
Rata-rata Nilai 50,25 63,5 66,35
Masalah diatas disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, minat belajar siswa yang masih
rendah, siswa tidak memahami materi prasyarat yang membuat sulit pembelajaran. Dilain sisi guru
terlalu cepat dalam menjelaskan pembelajaran,serta sumber belajar yang masih terbatas, fasilitas
yang tidak mendukung, dan Hanya mengandalkan teman yang dianggap mampu menyelesaikan.
Di anatara permasalahan yang penulis paparkan di atas yang paling esensial adalah sulit
dalam memahami konsep matematika terutama pada materi Pertidaksamaan Linear.Masalah ini tentu
tidak dapat dibiarkan karena berdampak pada minat belajar siswa akan semakin rendah, Tidak akan
bisa melanjutkan kemateri berikutnya, dan hasil belajar yang tidak mencapai KKM, kurang terampil
dalam mengimplementasikan Peridaksamaan Linear dalam menghitung keuntungan maksimal
maupun minimal.
Sebagai guru pembimbing pelajaran matematika penulis mencoba mencarikan alternative
solusi pemecahan masalah melalui penggunaan beberapa model pembelajaran seperti model NHT,
model STAD, Model Dua Tinggal Dua Tamu, Strategi PBL, Penggunaan PPT, dan Penggunaan alat
peraga.
Pada penelitian ini penulis menggunakan model Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two
Stray) untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada Persamaan Linear. Adapun alasan
pengambilan model ini karena model TSTS memiliki keunggulan-keunggulan teoritis seperti dapat
diterapkan pada semua kelas/tingkatan, kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna, lebih
berorientasi pada keaktifan, diharapkan siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya, menambah
kekompakan dan rasa percaya diri siswa, kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan, membantu
meningkatkan minat dan prestasi belajar.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Penggunaan
Model Dua Tinggal Dua Tamu (TSTS) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas
XII IPA SMAN 1 Limbur Materi Program Linear Tahun Pelajaran 2017/2018’.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah
Apakah penerapan Model Dua Tinggal Dua Tamu dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas
XII IPA SMAN 1 Limbur Lubuk Mengkuang pada materi pertidaksamaan linear Tahun Pelajarn
2017/2018?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah penerapan Model Dua Tinggal Dua Tamu
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XII IPA SMAN 1 Limbur Lubuk Mengkuang pada
materi Pertidaksamaan Linear Tahun Pelajaran 2017/2018.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Secara umum hasil laporan PTK ini dapat memberikan sumbangsih terhadap dunia
pendidikan untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembeljaran matematika.
2. Praktis
a. Bagi peneliti
Sebagai acuan, tambahan pengetahuan, wawasan, dan pengalaman sebagai tenaga
pendidik dan pengajar
b. Bagi guru
Sebagai masukan agar dapat menjadi referensi untuk memperbaiki pembelajaran
matematika dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
c. Bagi siswa
1) Dapat meningkatkan pengalaman mengenai pembelajaran matematika dengan
model Dua Tinggal Dua Tamu
2) Menjadi latihan untuk siswa dalam meningkatkan hasil belajar siswa
3) Membantu siswa untuk meningkatkan cara belajar yang baik, efektif, dan efisien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hakekat Pembelajaran Matematika
Belajar menurut Gagne (1984) dalam Syaiful (2003:13) adalah sebagai suatu proses
dimana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Kemudian
Winkel (1996: 53) menyebutkan bahwa “Belajar adalah suatu aktivitas mental/ psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-
perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap”.
Berdasarkan pengertian belajar yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa
belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang dialami oleh individu yang
ditandai dengan perubahan dalam bersikap, bertindak, dan bertingkah laku.
Belajar dan pembelajaran memiliki makna yang berbeda, tetapi dalam belajar terdapat
proses pembelajaran. Degeng dalam Muliyardi (2003: 3) mengemukakan bahwa
“Pembelajaran merupakan suatu upaya untuk membelajarkan siswa”. Hal ini senada dengan
yang ditulis oleh Dimyanti dan Mudjiono (dalam Syaiful, 2009 :62) bahwa “Pembelajaran
adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruktusional, untuk membuat siswa
belajar aktif yang menekankan pada sumber belajar”. Hal ini berarti, pembelajaran
merupakan proses komunikatif-interaktif antara sumber belajar, guru, dan siswa yaitu saling
bertukar informasi. Dalam proses pembelajaran di kelas menurut (Dunkin dan Biddle dalam
Abdul Majid (2006: 111) berada pada empat variable interaksi, yaitu: 1) variable pertanda
(presage variables) berupa pendidik, 2) variable konteks (context variables) berupa peserta
didik, sekolah, dan masyarakat, 3) variable proses (process variables) berupa interaksi
peserta didik dengan pendidik, 4) variable produk (product variables) berupa perkembangan
peserta didik dalam jangka pendek maupun panjang. Hal ini meyiratkan bahwa untuk
mendapatkan hasil belajar yang maksimal seharusnya disertai dengan fasilitas pembelajaran
yang optimal.
Nikson dalam Muliyardi (2003:3) menyatakan bahwa “Pembelajaran Matematika
adalah upaya membantu siswa untuk mengkonstruksi konsep-konsep atau prinsip-prinsip
matematika dengan kemampuannya sendiri, melalui proses internalisasi sehingga konsep
atau prinsip itu terbangun kembali”.
10
Adapun tujuan mata pelajaran matematika dalam KTSP (Permendiknas No. 22 Tahun
2006) adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat
dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika
dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model, menyelesaikan model, dan
menafsirkan solusi yang diperoleh.
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Dari paparan Permendiknas No. 22 Tahun 2006 di atas, dapat dilihat bahwa pembelajaran
matematika di sekolah memilki peran penting dalam membangun kemampuan peserta didik, salah
satunya adalah kemampuan dalam memahami konsep matematika. Oleh karena itu, guru diharapkan
mampu menumbuh-kembangkan kemampuan konsep matematika yang merupakan konsep dasar
dalam proses pembelajaran matematika.
2.2 Materi Esensial dalam Pembelajaran
Secara sederhana yang dimaksud dengan konsep esensial adalah konsep yang dinilai dapat
memberikan kontribusi kuat terhadap tercapainya aspek – aspek tujuan pendidikan, khususnya
pendidikan matematika yang telah ditentukan. Dengan demikian topik yang esensial adalah topik
yang memuat atau dipelajari melalui konsep – konsep yang esensial. Pada dasarnya suatu konsep
matematika dapat tercakup dalam beberapa topic, sedangkan suatu topic dapat memuat beberapa
konsep.
Dari uaraian di atas, konsep esensial dalam matematika adalah konsep – konsep matematika
yang strategis dalam menunjang kemampuan untuk memahami konsep – konsep lainnya, banyak
digunakan bagi bidang studi lain dan kehidupan sehari – hari.
Pertidaksamaan Linear merupakan materi yang sanagt esensial dalam pembelajaran
matematika karena materi tersebut meliputi kemampuan merumuskan secara sederhana fenomena
dalam kehidupan sehari – hari dalam model matematika, atau sebaliknya.
Uraian singkat tentang pertidaksamaan Linier
Pertidaksamaan adalah kalimat terbuka yang menggunakan tanda <, > , ≤ , ≥
Contoh:
5 + x >10
x – 4 < 12
3x – 2 ≤ 7
2x + 6 ≥ 4
Ketidaksamaan adalah kalimat tertutup yang menggunakan tanda <, >, ≤, ≥
contoh:
7 + 3 ≥ 15
2 -6 < -4 + 10
3 x 5 ≤ 5 x 6
20 : 2 > 9 : 4
Penyelesaian Pertidaksamaan adalah konstanta pengganti variabel yang menyebabkan suatu
pertidaksamaan menjadi kalimat yang benar.
Himpunan penyelesaian pertidaksamaan adalah himpunan yang memuat semua penyelesaian
Pertidaksamaan linier.
Sifat-sifat pertidaksamaan :
Suatu pertidaksamaan tidak berubah tandanya jika kedua ruas pertidaksamaan ditambah atau
dikurangi dengan bilangan yang sama misal x > y maka x + a > y + a
Suatu pertidaksamaan tidak berubah tandanya jika kedua ruas dikali atau dibagi dengan bilangan
positif yang sama, misalnya x ≤ y maka a .x ≤ y. a dengan a > 0
Suatu pertidaksamaan akan berubah tandanya jika kedua ruas dikali atau dibagi dengan bilangan
negatif yang sama misal x ≤ y maka –x a ≥ -y a (berubah tanda karena kedua ruas dikali dengan
bilangan negatif yang sama) misal x ≤ y maka (berubah tanda karena kedua ruas dibagi dengan
bilangan negatif yang sama.)
Penyelesaian pertidaksamaan
Materi himpunan penyelesaian dari suatu pertidaksamaan dapat ditunjukan dendan notasi himpunan
atau dengan garis bilangan.
Jika HP ditunjukan dengan garis bilangan , maka tanda < atau ≤ digambarkan dengan anak panah ke
kiri, sedangkan tanda > atau ≥ digambarkan dengan anak panah ke kanan.
Titik yang menyatakan bilangan tertentu , maka tanda < atau > digambarkan dengan tanda kurung
biasa, sedangkan tanda ≤ atau ≥ digambarkan dengan tanda kurung siku
2.3 Model Pembelajaran Matematika
Cooperative learning merupakan strategi pembelajaran yang menitikberatkan pada
pengelompokan siswa dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda kedalam kelompok-
kelompok kecil (Saptono, 2003:32). Kepada siswa diajarkan keterampilan keterampilan khusus agar
dapat bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya, seperti menjelaskan kepada teman
sekelompoknya, menghargai pendapat teman, berdiskusi dengan teratur, siswa yang pandai
membantu yang lebih lemah, dan sebagainya. Agar terlaksana dengan baik strategi ini dilengkapi
dengan LKS yang berisi tugas atau pertanyaan yang harus dikerjakan siswa. Selama bekerja dalam
kelompok, setiap anggota kelompok berkesempatan untuk mengemukakan pendapatnya dan
memberikan respon terhadap pendapat temannya. Setelah menyelesaikan tugas kelompok, masing-
masing menyajikan hasil pekerjaannya didepan kelas untuk didiskusikan dengan seluruh siswa.
Bebrapa model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika antara lain:
1. Student teams achievement division (STAD)
Pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Slavin dkk.
Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD:
a) Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi
dasar yang akan dicapai.
b) Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual sehingga akan diperoleh skor
awal.
c) Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa dengan
kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah). Jika mungkin anggota kelompok
berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda tetapi tetap mementingkan kesetaraan jender.
d) Bahan materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam kelompok untuk mencapai kompetensi
dasar. Pembelajaran kooperatif tipe STAD biasanya digunakan untuk penguatan pemahaman
materi.
e) Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan
penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
f) Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual.
g) Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil
belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini)
Group investivigation go a round (infvestigasi kelompok)
Langkah-langkah:
a) Membagi siswa kedalam kelompok kecil yang terdiri dari ± 5 siswa
b) Memberikan pertanyaan terbuka yang bersifat analitis
c) Mengajak setiap siswa untuk berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan kelompoknya secara
bergiliran searah jarum jam dalam kurun waktu yang disepakati.
4. Think pair and share
Langkah-langkah:
a) Guru menyampaikan inti materi
b) Siswa berdiskusi dengan teman sebelahnya tentang materi/permasalahan yang disampaikan
guru
c) Guru memimpin pleno dan tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
d) Atas dasar hasil diskusi, guru mengarahkan pembicaraan pada materi/permasalahan yang belum
diungkap siswa
e) kesimpulan
Dari beberapa model pembelajaran yang ada, penulis memilih model Dua Tinggal Dua Tamu
(TSTS). Hal ini didasari atas, jumlah siswa yang bisa dibagi menajdi 4 orang perkelompok,
kemampuan siswa yang belum merata, kemampuan siswa yang belum bisa mengkomunikasikan hasil
yang diperoleh untuk di persentasikan, dan kemampuan siswa dalam memberikan pertanyaan
maupun menanggapi pertanyaan.
6. Pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Heads Together)
Pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993). Pada
umumnya NHT digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman pembelajaran atau
mengecek pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.
Langkah-langkah penerapan tipe NHT:
a) Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi
dasar yang akan dicapai.
b) Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar atau skor
awal.
c) Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa, setiap
anggota kelompok diberi nomor atau nama.
d) Guru mengajukan permasalahan untuk dipecahkan bersama dalam kelompok.
e) Guru mengecek pemahaman siswa dengan menyebut salah satu nomor (nama) anggota
kelompok untuk menjawab. Jawaban salah satu siswa yang ditunjuk oleh guru merupakan wakil
jawaban dari kelompok.
f) Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan
penegasan pada akhir pembelajaran.
g) Guru memberikan tes/kuis kepada siswa secara individual.
h) Guru memberi penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan
nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).
Ciri-ciri model pembelajaran Two Stay Two Stray, yaitu:
1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
3. Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda.
4. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu
Dalam model pembelajaran ini siswa dihadapkan pada kegiatan mendengarkan apa yang
diutarakan oleh temannya ketika sedang bertamu, yang secara tidak langsung siswa akan dibawa
untuk menyimak apa yang diutarakan oleh anggota kelompok yang menjadi tuan rumah tersebut.
Dalam proses ini, akan terjadi kegiatan menyimak materi pada siswa.
Dalam model pembelajaran kooperatif TSTS ini memiliki tujuan yang sama dengan pendekatan
pembelajaran kooperatif yang telah di bahas sebelumnya. Siswa di ajak untuk bergotong royong
dalam menemukan suatu konsep. Penggunaan model pembelajaran kooperatif TSTS akan
mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan
dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Selain itu, alasan menggunakan model
pembelajaran Two Stay Two Stray ini karena terdapat pembagian kerja kelompok yang jelas tiap
anggota kelompok, siswa dapat bekerjasama dengan temannya, dapat mengatasi kondisi siswa yang
ramai dan sulit diatur saat proses belajar mengajar.
Dengan demikian, pada dasarnya kembali pada hakekat keterampilan berbahasa yang menjadi
satu kesatuan yaitu membaca, berbicara, menulis dan menyimak. Ketika siswa menjelaskan materi
yang dibahas oleh kelompoknya, maka tentu siswa yang berkunjung tersebut melakukan kegiatan
menyimak atas apa yang di jelaskan oleh temannya. materi kepada teman lain. Demikian juga ketika
siswa kembali ke kelompoknya untuk menjelaskan materi apa yang di dapat dari kelompok yang
dikunjungi. Siswa yang kembali tersebut menjelaskan materi yang di dapat dari kelompok lain, siswa
yang bertugas menjaga rumah menyimak hal yang dijelaskan oleh temannya.
Dalam proses pembelajaran dengan model two stay two stray, secara sadar ataupun tidak sadar, siswa
akan melakukan salah satu kegiatan berbahasa yang menjadi kajian untuk ditingkatkan yaitu
keterampilan menyimak. Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif TSTS seperti itu,
siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan menyimak secara langsung, dalam artian tidak selalu
dengan cara menyimak apa yang guru utarakan yang dapat membuat siswa jenuh. Dengan penerapan
model pembelajaran TSTS, siswa juga akan terlibat secara aktif, sehingga akan memunculkan
semangat siswa dalam belajar (aktif).
Sedangkan tanya jawab dapat dilakukan oleh siswa dari kelompok satu dan yang lain, dengan
cara mencocokan materi yang didapat dengan materi yang disampaikan. Dengan begitu, siswa dapat
mengevaluasi sendiri, seberapa tepatkah pola pikirnya terhadap suatu konsep dengan pola pikir nara
sumber. Kemudian bagi guru atau peneliti, menjadi acuan evaluasi berapa persenkah keberhasilan
penggunaan model pemelajaran kooperatif two stay two stray ini dalam meningkatkan keterampilan
menyimak siswa.
Model Dua Tinggal Dua Tamu memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dari model
TSTS adalah sebagai berikut.:
a. Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan
b. Kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna
c. Lebih berorientasi pada keaktifan.
d. Diharapkan siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya
e. Menambah kekompakan dan rasa percaya diri siswa.
f. Kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan.
g. Membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar
Sedangkan kekurangan dari model TSTS adalah:
a. Membutuhkan waktu yang lama
b. Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok
c. Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan tenaga)
d. Guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas.
Untuk mengatasi kekurangan pembelajaran kooperatif model TSTS, maka sebelum
pembelajaran guru terlebih dahulu mempersiapkan dan membentuk kelompok-kelompok belajar
yang heterogen ditinjau dari segi jenis kelamin dan kemampuan akademis. Berdasarkan sisi jenis
kelamin, dalam satu kelompk harus ada siswa laki-laki dan perempuannya. Jika berdasarkan
kemampuan akademis maka dalam satu kelompok terdiri dari satu orang berkemampuan akademis
tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang dan satu lainnya dari kelompok kemampuan akademis
kurang. Pembentukan kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar dan
saling mendukung sehingga memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang yang
berkemampuan akademis tinggi yang diharapkan bisa membantu anggota kelompok yang lain.
2.5 Hasil Belajar (pengertian, domain)
Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar
berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap
dan keterampilan siswa sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa
a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan
maupun tertulis
b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.
c. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintetis
fakta-konsep dan mengembangka prinsip-prinsip keilmuan.
d. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktifitas kognitifnya sendiri.
e. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah
2.6 Penelitian Yang Relevan
Arif, Bahrul. 2009. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Two Stay Two Stray (TSTS)
untuk Meningkatkan Aspek Kogintif dan Aspek Aktif Siswa Kelas VII D SMP Negeri 1 Singosari.
Model TSTS dapat meningkatkan aspek kognitif dan aspek afektif siswa dengan cara memberikan
suasana belajar diskusi yang menyenangkan, kesempatan kepada siswa untuk belajar aktif melakukan
pertukaran informasi dan materi dengan sesama teman, menyampaikan gagasan kepada teman,
meyampaikan jawaban dan pertanyaan terhadap permaslahan diskusi, serta membutuhkan kerja sama
dalam kelompok.
Ni Wayan Sri Mahyuni, 2015. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Two
Stay Two Stray (TSTS) terhadap Hasil Belajar Kimia Kelas XII IPA SMA Negeri 1 Selemadeg
ditinjau dari Gaya Berpikir. Tujuan Penelitian ini mengetahui pengaruh penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TSTS terhadap hasil belajar yang ditinjau dari gaya berpikir.
Dari dua penelitian di atas, menjadi landasan bagi penulis untuk menggunakan model TSTS
pada pembelajaran matematika untuk tingkat SMA.
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
3.1 Subjek Penelitian
Subjek penlitian ini adalah kelas XII IPA SMAN 1 Limbur Lubuk Mengkuang dengan jumlah 33
orang dengan rincian laki-laki sebanyak 15 orang dan perempuan sebanyak 18 orang. Siswa siwa
berasal dari suku yang berbeda-beda karena kawasan SMAN 1 Limbur terletak di daerah urban.
Sehingga banyak yang berasal dari daeraah jawa dan juga ada yang pribumi. Secara umum
perekonomian daerah Limbur adalah berkebun karet dan sawit. Pendidikan orangtua siswa pada
umumnya tidak tamat SD. Sehingga dukungan dari orangtua pun masih kurang dalam meningkatkan
motivasi siswa untuk semangat belajar.
(karakteristik subjek, latar belakang ekonomi dan pendidikan orangtua subjek)
3.2 Seting Penelitian (tempat dan waktu)
3.2.1 Tempat penelitian (profil sekolah dan prestasi sekolah)
Penelitian akan dilakukan di SMAN 1 Limbur Lubuk Mengkuang yang berlokasi di
KecamatanLimbur Lubuk Mengkuang Kabupaten Bungo. Visi yang diusung oleh SMA Negeri 1
Limbur Lubuk Mengkuang adalah ”Terwujudnya Peserta Didik yang disiplin, terdidik,
berprestasi, dan berwawasan lingkungan dilandasi dengan iman dan taqwa”.
Berdasarkan visi yang telah dikemukakan di atas, maka diuraikanlah misi SMA Negeri 1
Limbur Lubuk Mengkuang sebagai berikut:
a. Menumbuhkan semangat dan pentingnya disiplin terhadap warga sekolah.
b. Menumbuhkan semangat berprestasi secara intensif kepada warga sekolah.
c. Menumbuhkan minat baca terhadap siswa.
d. Menjalankan pembelajaran dan bimbingan kepada siswa sehingga dapat secara
optimal sesuai potensi yang dimiliki.
e. Mendorong dan membantu siswa untuk mengenali potensi dirinya sendiri sehingga
berkembang menjadi sumber kearifan dalam bertindak.
f. Menerapkan menejemen partisifatif dengan melibatkan seluruh warga sekolah.
g. Memberikan layanan pendidikan yang efektif dan bermutu.
h. Terselenggaranya layanan pendidikan bagi siswa yang berbakat baik akademik
maupun ekstrakurikuler.
i. Meningkatkan jumlah lulusan yang melanjutkan ke Perguruan Tinggi baik jalur
SNMPTN undangan, SBMPTN, UMB, jalur PKPM maupun jalur lainnya.
j. Menciptakan lingkungan sekolah yang asri dalam menunjang kegiatan proses belajar
mengajar.
Susunan Organisasi SMAN 1 Limbur Lubuk Mengkuang
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dari bulan Januari – April 2017 dengan rincian
kegiatan sebagai berikut:
No Uraian Kegiatan Januari Februari Maret April
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Perencanaan
Siklus 1
v v
KOMITE SEKOLAH TATA USAHAKEPALA SEKOLAH
WAKA KURIKULUMYunidan Husni, S.Pd.
GURU
SISWA
WAKA SARANA DAN PRASARANA
Edhy Suyarmo, S.Pd
WAKA KESISWAANAzwar Anas, S.Pd, M.Si.
2 Pelaksanaan
tindakan siklus 1
v v
3 Observasi Siklus
1
v v
4 Refleksi Siklus 1 v
5 Perencanaan
Siklus 2
v v
6 Pelaksanaan
tindakan siklus 2
v v
7 Observasi Siklus
2
v v
8 Refleksi Siklus 2 v
9 Penyusunan
Laporan
Penelitian
v v
10 Seminar hasil
PTK
v
11 Revisi Laporan
PTK
v
3.3 Prosedur Penelitian
Siklus 1
1. Perencanaan
Untuk melaksanakan peneltian ini penulis menyiapakan beberapa perencanaan sebagai berikut:
a. mengembangkan silabus
b. membuat RPP
c. menyiapkan media
d. Menyiapkan latihan soal pada materi Pertidaksamaan Linear
e. menyiapkan instrument
f. menyiapkan Jadwal
g. merencanakan pembentukan kelompok yang heterogen
h. Peneliti membuat lembar pengamatan pembelajaran kooperatif untuk peserta didik.
2. Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus, satu siklus dilaksanakan untuk 2 kali pertemuan.
Pertemuan pertama dilaksanakan dengan langkah sebagai berikut.(copas RPP)
a. perencanaan
1) Menetukan jadwal penelitian
2) Menetapkan materi yang akan disampaiakn kepada siswa menguunakan pembelajaran
Kooperatif Tipe TSTS
3) Mempersiapkan perangkat pembelajaran yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
4) Mempersiapkan tes formatif hasil belajar siswa
b. Tindakan
1) Pendahuluan
a) Guru mengecek kehadiran siswa
b) Guru memotivasi agar siswa berminat belajar
c) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
2) Kegiatan Inti
a) Memberikan informasi tentang tujuan pembelajaran yang akan dilakukan dan
memberikan motivasi belajar.
b) Membagi peserta didik ke dalam kelompok yang terdiri dari peserta didik yang
memiliki kemampuan heterogen.
c) Menyampaikan apersepsi dan menyampaikan indikator tentang Pertidaksamaan Linear
d) Menyampaikan materi secara singkat
e) Guru membagikan soal untuk didiskusikan oleh peserta didik.
f) Guru meminta dua orang dari tiap kelompok untuk berkunjung ke kelompok lain
untuk mencatat soal dan sisa dari anggota kelompok tetap tinggal di kelompok untuk
menerima tamu yang berkunjung.
g) Setelah mendapat soal dari kelompok lain, peserta didik kembali ke kelompoknya
untuk membahas soal tersebut
h) Guru meminta setiap kelompok mengumpulkan hasil diskusinya.
i) Guru menunjuk salah satu kelompok untuk melaporkan atau mempresentasikan hasil
diskusi
3) Penutup
a) Bersama peserta didik mengevaluasi dan menyimpulkan hasil belajar.
b) Memberikan tes evaluasi
c) Memberikan pekerjaan rumah
3. Observasi
a) Peneliti mengawasi aktivitas peserta didik ketika diskusi kelompok dan keberhasilan
peserta didik dalam melaksanakan tugas.
b) Mengamati aktivitas peserta didik saat mengerjakan latihan soal.
c) Mengamati dan mencatat peserta didik yang aktif, berani bertanya kepada guru, atau
berani menjawab pertanyaan dari teman yang belum paham dan berani mengerjakan
tugas di papan tulis.
d) Pengamatan pada guru kelas dalam menjalankan RPP
4. Refleksi
a) Menganalisis hasil pengamatan untuk memberikan simpulan sementara terhadap
pelaksanaan pengajaran pada siklus I
b) Mendiskusikan hasil analisis untuk tindakan perbaikan pada pelaksanaan kegiatan
penelitian dalam siklus II.
3.4 Teknik Pengumpulan dan Analisi Data
3.4.1 Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data-data yang dibutuhkan, peneliti melakukan teknik pengumpulan
data berupa tes dan observasi. Tes dilakukan setelah materi selesai diberikan berguna untuk
mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam memahami materiyang diajarkan dan observasi
digunakan untuk mengamati siswa dan guru secara langsung dalam interaksi pelajaran
matematika.
Siklus 2
Pada siklus II, topik yang dibahas adalah menentukan rumus luas dan keliling jajar
genjang. Pada prinsipnya, semua kegiatan siklus II mirip dengan kegiatan siklus I,. Siklus II
merupakan perbaikan dari siklus I, terutama didasarkan atas hasil refleksi pada siklus I.
1) Tahapannya tetap yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
2) Materi pelajaran berkelanjutan.
3) Diharapkan, kerjasama kelompok semakin meningkat. Data hasil belajar diambil dari
nilai evaluasi akhir pada tiap siklus. Data tentang proses belajar mengajar pada saat
dilaksanakan penelitian tindakan kelas diambil dengan lembar observasi. Data tentang
refleksi dan perubahan – perubahan yang terjadi di kelas diambil dari jurnal, angket,
dan hasil tes akhir pembelajaran.
Nilai hasil belajar dikatakan meningkat apabila nilai rata – rata evaluasi akhir pada
siklus II lebih besar dari siklus I.
3.4. 2 Teknik Analisis Data
Data kuantitatif (hasil belajar siswa) akan dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui
kualitas hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar siswa dapat diketahui dengan cara
membandingkan skor individu dengan skor kelompok, yang diperoleh sebelum dan setelah
mengikuti pelajaran. Analisis data hasil belajar diperoleh melalui hasil tes. Pada setiap siklus
dilakukan 1 kali tes evaluasi. Skor maksimal yang diperoleh siswa adalah 100, sedangkan skor
rata-rata tes siswa dapat dihitung dengan rumus :
x=∑ xN
,
x = Nilai rata – rata
∑ x = jumlah skor keseluruhan
N = Jumlah Siswa
Nilai yang diperoleh melalui perhitungan tersebut akan digunakan untuk menetapkan
kualitas hasil belajar siswa dalam proses kegiatan pembelajaran. Untuk memudahkan
menginterpretasikan hasil belajar siswa maka akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi. Selanjutnya baru menetapkan kualitas kegiatan pembelajaran sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan. Kriteria Ketuntasan Minimal Kelas XII IPA SMAN 1 Limbur Lubuk
Mengkuang adalah 70,00 maka standar ketuntasan individu dan standar ketuntasan klasikal akan
diinterpretasikan sebagai berikut:
a) Standar Ketuntasan Individu Secara perorangan (individual), dianggap telah “tuntas belajar”
apabila daya serap siswa mencapai 70,00.
b) Standar Ketuntasan Klasikal Secara klasikal, dianggap telah “tuntas belajar” apabila
mencapai 80% dari jumlah siswa yang mencapai daya serap minimal 70. Sedangkan untuk
mengetahui ketuntasan belajar (KB) secara klasikal menggunakan rumus sebagai berikut:
KB= Nn
x100 %
KB = Ketuntasan Belajar
N = banyak siswa memperoleh nilai diatas 70
n = banyak siswa yang mengikuti tes.
Sedangkan evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui penguasaan
siswa terhadap materi pembelajaran matematika. Dalam hal ini materi pembelajaran yang
dilaksanakan adalah Pertidaksamaan Linear.
3.5 Indikator Keberhasilan
Analisis hasil pada penelitian ini ditekankan hasil belajar siswa. Hasil belajar ini dapat
dilihat dari ketuntasan siswa yang mencapai KKM dengan nilai lebih dari sama dengan 70,
keaktifan bertanya kepada guru tentang materi yang belum jelas, keberanian menanggapi
pendapat siswa lain, dan antusias siswa mengerjakan soal yang diberikan dari guru.
3.6 Desain Penelitian
Penelitian tindakan kelas merupakan jenis kolaborasi. Pihak yang melakukan tindakan
adalah penulis sendiri yang juga berperan sebagai guru. Dalam penelitian ini juga membutuhkan
teman sejawat yang berperan sebagai pengamat atau observer.
Desain penelitian tindakan kelas di setiap siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi terhadap pelaksanaan tindakan, dan refleksi. Penelitian tindakan kelas terdiri dari dua
siklus. Masing-masing siklus melalui tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi tindakan,
dan refleksi.
Secara rinci prosedur pelaksanaan PTK itu dapat digambarkan sebagai berikut:
SIKLUS I
SIKLUS II
PERENCANAAN
REFLEKSI Pelaksanaan 2 kali pertemuan
PENGAMATAN
PENGAMATAN
Refleksi/Analisa Data akhirPelaksanaan 2 kali
pertemuan
PERENCANAAN