putusan nomor: 410/pid.b/2009/pn.blt
TRANSCRIPT
![Page 1: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/1.jpg)
1
P U T U S A N
Nomor : 383/Pid.B/2007/PN.Blt.
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
Pengadilan Negeri Blitar yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara
pidana dengan acara pemeriksaan biasa dalam Peradilan Tingkat Pertama telah
menjatuhkan Putusan sebagai berikut dalam perkara terdakwa :
Nama lengkap : Drs. H. SOEBIANTORO, MSi.
Tempat lahir : Blitar
Umur / tanggal lahir : 57 Tahun/21 September 1949
Jenis kelamin : Laki laki ;
Kebangsaan : Indonesia ;
Tempat tinggal : JL. Kebonsari V/ 7 Kelurahan Kebonsari Kecamatan
Jembangan Surabaya.
A g a m a : Islam.
Pekerjaan : Pensiunan PNS (Mantan Sekretaris Kabupaten Blitar).
Terdakwa dalam perkara ini ditahan dalam rumah tahanan negara oleh
1. Penyidik, sejak tanggal 6 Maret 2007 sampai dengan tanggal 25 Maret 2007;
2. Perpanjangan Penuntut Umum, sejak tanggal 26 Maret 2007 sampai dengan
tanggal 25 April 2007;
3. Penuntut Umum, sejak tanggal 26 April 2007 sampai dengan tanggal 29 April
2007;
4. Hakim Pengadilan Negeri Blitar, sejak tanggal 30 April 2007 sampai dengan
tanggal 29 Mei 2007;
5. Perpanjangan Ketua Pengadilan Negeri Tahap Kesatu, sejak tanggal 30 Mei
2007 sampai dengan tanggal 28 Juli 2007;
6. Perpanjangan I Ketua Pengadilan Tinggi Surabaya, sejak tanggal 29 Juli 2007
sampai dengan tanggal 27 Agustus 2007 ;
7. Perpanjangan II Ketua Pengadilan Tinggi Surabaya, sejak tanggal 28 Agustus
2007 sampai dengan tanggal 26 September 2007 ;
Dalam perkara ini terdakwa menggunakan haknya untuk didampingi oleh
Penasihat hukum bernama DR. Priyo Handoko SS. S.H. M.Hum., pekerjaan
Advokat/Dosen Ilmu Hukum, beralamat di Jalan Kalijudan XV/53 Surabaya
berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 30 April 2006 dan Para Penasihat Hukum
![Page 2: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/2.jpg)
2
bernama Kukuh Pramono Budi, S.H., Budi Hariyanto, S.H.,Dody Sasmanda,S.H. dan
Roesmajin,S.H., Advokat/Penasihat Hukum dari Kantor Lembaga Bantuan Hukum
“KAUMAN” beralamat di Jalan Asem Jajar XII/26 Surabaya berdasarkan Surat
Kuasa Khusus tertanggal 2 Mei 2007;
Pengadilan Negeri tersebut ;
Telah membaca :
- Surat Penetapan Ketua Pengadilan Negeri Blitar Nomor 383/Pen.Pid/2007/PN
Blt, tertanggal 30 April 2007 tetang penunjukan Majelis Hakim untuk memeriksa
dan mengadili perkara ini.
- Surat Penetapan Ketua Majelis Hakim Pengadilan Negeri Blitar. No.
383/Pen.Pid/2007/PN.Blt. tertanggal 30 April 2007 tentang Penetapan Hari
Sidang ;
Telah membaca berkas perkara tersebut.
Telah mendengarkan pembacaan Surat Dakwaan Penuntut Umum pada
Kejaksaan Negeri Blitar, No. Reg.Perk : PDS-01/FT.2/BLT/07/2007 tertanggal 27
April 2007 ;
Telah mendengar keterangan saksi-saksi dan ahli serta keterangan
Terdakwa;
Telah memperhatikan barang bukti yang diajukan di persidangan;
Telah mendengarkan Tuntutan Pidana dari Penuntut Umum yang pada
pokoknya sebagai berikut :
1. Menyatakan terdakwa Drs. H.SOEBIANTORO, MSi bersalah melakukan tindak
pidana korupsi sebagai diatur dalam pasal 3 UU No.31 Tahun 1999 tentang
pemberantasan tindak pidana korupsi yang telah diubah dengan UU No.20 tahun
2001 jo pasal 55 (1) ke-1 KUHP, dalam dakwaan subsidair ;
2. Menjatuhkan pidana terhadap Drs. H.SOEBIANTORO, MSi. dengan pidana
penjara selama 4 (empat) tahun dikurangi selama terdakwa dalam tahanan,
dengan perintah terdakwa tetap ditahan.
Dan pidana denda sebesar Rp.100.000.000,- ( seratus juta rupiah ) Subsidair 3
(tiga) bulan kurungan.
Uang pengganti Rp.1.995.000.000,- ( Satu milyard sembilan ratus sembilan
puluh lima juta rupiah), dengan ketentuan jika terdakwa tidak membayar uang
pengganti paling lama dalam waktu 1 (satu) bulan sesudah putusan Pengadilan
memperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta benda dapat disita oleh Jaksa dan
dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut, dalam hal terdakwa tidak
![Page 3: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/3.jpg)
3
mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar uang pengganti maka
diganti dengan pidana penjara selama 2 (dua) tahun ;
3. Menyatakan barang bukti berupa :
8 (delapan) berkas SPMG No.223 s/d.230 tanggal 18 Februari 2004
beserta lampiran berupa SPP , 1 (satu) lembar memo tentang Biaya Jasa
Kerja sebesar Rp. 1.125.000.000,00, 2 (dua) lembar foto-copi kuitansi
penerimaan uang sebesar Rp.900.000.000,- dan Rp.225.000.000,- tanggal
25 Agustus 2004 yang diparaf oleh Samirin Darwoto ;
1 (satu) buku RAPBD tahun 2004 Kabupaten Blitar ;
1 (satu) jilid Perda Kabupaten Blitar Nomor 1 Tahun 2004 tanggal 9
Januari 2004 tentang APBD Tahun Anggaran 2004 ;
1 (satu) jilid Rancangan Penjabaran APBD tahun 2004 tanggal 1 Januari
2004 sampai dengan 31 Desember 2004 Kab.Blitar ;
Keputusan Bupati nomor 8 Tahun 2004 tanggal 12 Januari 2004 tentang
Penjabaran APBD 2004 ;
1 (satu) jilid Rancangan Perubahan APBD Tahun Anggaran tanggal 1
Januari 2004 sampai dengan 31 Desember 2004;
1 (satu) jilid Perda Kab Blitar nomor 8 Tahun 2004 tanggal 28 Juli 2004
tentang perubahan APBD tahun anggaran 2004 tanggal 1 Januari 2004 s/d.
31 Desember 2004 ;
1 (satu) jilid Keputusan Bupati nomor 228 Tahun 2004 tanggal 29 Juli
2004 tentang Penjabaran Perubahan APBD tahun anggaran 2004
(1 Januari 2004 sampai 31 Desember 2004) ;
DASK Sekretariat Kabupaten Blitar tahun 2004 ;
1 (satu) SK. Gubernur Nomor : 171.423/71/021/1999 tentang
Pengangkatan Ketua DPRD ;
1 (satu) berkas SPMG Nomor 699 ;
1 (satu) berkas SPMG Nomor 1387 ;
1 (satu) berkas SPMG Nomor 08 ;
1 (satu) berkas SPMG Nomor 750 ;
1 (satu) berkas SPMG Nomor 954 ;
1 Satu) jilid buku risalah Rapat Paripurna DPRD Kabupaten Blitar tanggal
29 Desember 2003 sampai dengan 9 Januari 2004 dengan acara
pembahasan/Penetapan RAPBD Kabupaten Blitar tahun 2004 ;
![Page 4: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/4.jpg)
4
Keputusan DPRD Kabupaten Blitar Nomor 2 Tahun 1999 tanggal 29
September 1999 tentang Peraturan Tata Tertib DPRD Kabupaten Blitar;
Keputusan Mendagri nomor 835.212.2-2793 tanggal 13 Juli 1999 tentang
Pengangkatan Soebiantoro menjadi SEKWILDA Tingkat II Blitar;
Menjadi barang bukti dalam perkara lain ;
Sebidang tanah pertanian yang terletak di Desa Pejangkungan,
Kec.Rembang, Kab.Pasuruhan seluas 1981 m2, beserta sertipikatNo. AV-
361478 SHM No.23 atas nama drs. Soebiantoro.
dirampas untuk Negara ;
7. Menetapkan supaya terdakwa dibebani biaya perkara sebesar Rp. 5.000,-
(lima ribu rupiah) ;
Telah mendengar pembelaan (pledoi) dari Terdakwa maupun dari Penasihat
Hukum Terdakwa pada tanggal 10 September 2007 yang pada pokoknya terdakwa
menyatakan Terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan. semua dakwaan
Jaksa Penuntut Umum baik primer maupun subsidair tidak terbukti karenanya mohon
putusan :
- Menyatakan terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan
perbuatan pidana yang didakwakan dalam dakwaan primair maupun subsidair;
- Membebaskan terdakwa dari segala dakwaan;
- Memulihkan harkat, martabat dan nama baik terdakwa;
- Menyatakan terdakwa lepas dari segala tuntutan.
Sedangkan Tim Penasihat Hukum terdakwa menyatakan agar Majelis Hakim
memberikan putusan sebagai berikut :
- Membebaskan terdakwa dari segala dakwaan Jaksa Penuntut Umum;
- Memerintahkan Jaksa Penuntut Umum untuk membebaskan terdakwa dari
tahanan;
- Merehabilitasi nama baik, harkat dan martabat terdakwa.
dan atau,
- Mohon putusan yang seadil-adilnya.
Menimbang, bahwa atas pembelaan yang diajukan oleh Penasihat Hukum
Terdakwa tersebut Penuntut Umum telah mengajukan Repliknya pada tanggal 12
September 2007 yang selanjutnya atas replik dari Penuntut Umum tersebut Penasihat
Hukum Terdakwa tidak mengajukan duplik dan mananggapi secara lisan yang pada
pokoknya tetap pada pembelaannya ;
![Page 5: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/5.jpg)
5
Menimbang, bahwa terdakwa diajukan ke depan persidangan oleh Penuntut
Umum dengan surat dakwaan tertanggal 27 April 2007, yang isinya sebagai berikut :
PRIMAIR :
Bahwa terdakwa Drs. H. SOEBIANTORO MSi, selaku Sekretaris Daerah
Pemkab. Blitar sejak Juli 1999 sampai dengan Agustus 2004 dengan H. SAMIRIN
DARWOTO selaku Ketua DPRD Kabupaten Blitar Periode tahun 1999 – 2004 (yang
dilakukan penuntutan secara terpisah), telah melakukan, menyuruh melakukan atau
turut serta melakukan, pada hari Selasa tanggal 30 Desember 2003, Rabu tanggal 31
Maret 2004, tanggal 6 April 2004, tanggal 16 April 2004, Kamis tanggal 24 Juni 2004
dan hari Rabu tanggal 25 Agustus 2004, atau setidak-tidaknya pada suatu waktu
dalam tahun 2003 sampai dengan tahun 2004, bertempat dirumah Dinas Ketua DPRD
Kabupaten Blitar Jalan Merdeka No. 4 Blitar dan Kantor Pemkab. Blitar jalan S.
Supriyadi No.17 Blitar, atau setidak-tidaknya pada suatu tempat didaerah hukum
Pengadilan Negeri Blitar, secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya
diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara yang dilakukan dengan cara sebagai berikut :
diangkat sebagai Sekretaris Daerah Kab. Blitar ;
Bahwa berdasarkan Surat Keputusan Bupati Blitar Nomor : 234 tahun 2002
tanggal 23 Juli 2002 tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Sekretariat
Daerah Kabupaten Blitar .Dalam pasal 2 yaitu :
(1) Sekretariat Daerah adalah unsur Perangkat Daerah yang berada di bawah dan
dalam pelaksanaan tugas bertanggung jawab langsung kepada Bupati.
(2) Sekretariat Daerah dipimpin oleh seorang Sekretaris Daerah yang merupakan
pejabat karir yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada
Bupati.
Pasal 3 yaitu : Bahwa berdasarkan Surat Keputusan Bupati Blitar Nomor : 499
tahun 2003 tanggal 24 Oktober 2003 terdakwa Drs. H. SOEBIANTORO, Msi,
ditunjuk sebagai Ketua Tim Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kab.
Blitar Tahun Anggaran 2004 ;
Bahwa berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur
Nomor : 171.423/71/012/1999 tanggal 16 Oktober 1999 H. SAMIRIN
DARWOTO diangkat sebagai Ketua DPRD Kab. Blitar periode tahun 1999-2004;
Bahwa berdasarkan Undang Undang Nomor 22 tahun 2003 tentang Susunan dan
Kedudukan MPR dan DPR, DPD dan DPRD :
Pasal 74 (1) yang mengatur dan menentukan antara lain :
![Page 6: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/6.jpg)
6
- Tugas Ketua DPRD memimpin sidang-sidang dan menyimpulkan hasil
sidang untuk diambil Keputusan ;
Bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah No.105 tahun 2000 tentang
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah :
Pengelolaan Keuangan Daerah dilakukan secara tertib, taat pada perundang-
undangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan dan bertanggung jawab
dengan memperhatikan azas keadilan dan kepatutan. (Pasal 4) ;
- Bahwa berdasarkan Keputusan MENDAGRI nomor 29 Tahun 2002 tanggal 10
Juni 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan
Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah, Pelaksanaan Tata usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah mengatur antara lain :
- Setiap Pengeluaran Kas harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah
mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang menagih (Pasal 49 ayat 5).
- Pengguna Anggaran dilarang melakukan pengeluaran-pengeluaran atas beban
belanja daerah untuk tujuan lain dari pada yang ditetapkan (Pasal 55 ayat 2) ;
- Bahwa berdasarkan Surat MENDAGRI nomor 161 / 3211 / SJ tanggal 29
Desember 2003 Pedoman tentang Kedudukan Keuangan Pimpinan dan Anggota
DPRD mengatur antara lain :
- Untuk mendukung tugas Pimpinan DPRD atau membiayai kegiatan lainnya
yang dilakukan oleh pimpinan atas nama Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah
dan sebagai Alat Kelengkapan DPRD dapat disediakan Belanja Penunjang
Operasional Pimpinan DPRD. (C.1) ;
- Penyusunan, pelaksanaan dan penatausahaan, penggunaan belanja pimpinan
dan anggota DPRD dilakukan oleh Sekretaris DPRD selaku Pengguna
Anggaran ;
- Bahwa berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Blitar nomor 11 tahun 2003
tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kab Blitar pasal 13
mengatur antara lain :
- Kewenangan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pasal ini adalah
sagai berikut :
- Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan APBD melalui proses
meminta keterangan kepada pemerintah Kab Blitar.( ayat 2 huruf c) ;
- Hak DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pasal ini adalah sbb:
![Page 7: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/7.jpg)
7
- Menentukan anggaran belanja DPRD sesuai dengan peraturan yang berlaku
(ayat 3 huruf b) ;
- Bahwa berdasarkan Keputusan DPRD Kab. Blitar No.2 tahun 1999 tanggal 29
September 1999 tentang Peraturan Tata Tertib DPRD Kab Blitar :
- Pasal 31 berbunyi : bahwa Pimpinan DPRD mempunyai tugas :
- Menghadiri rapat Panitia Musyawarah dan rapat Panitia Anggaran
(huruf b) ;
- Menyimpulkan hasil pembahasan dalam rapat yang dipimpinnya
(huruf d) ;
- Bahwa terdakwa Drs. H.SOEBIANTORO, Msi sebagai Sekretaris Daerah
Pemkab Blitar bersama dengan H. SAMIRIN DARWOTO sebagai Ketua DPRD
Kab. Blitar periode tahun 1999 – 2004 seharusnya dalam pengelolaan Keuangan
Daerah Kab. Blitar khususnya di dalam penyusunan, penggunaan dan peruntukan
anggaran APBD Kab. Blitar tahun 2004 didasarkan pada ketentuan-ketentuan
diatas namun dalam pelaksanaannya terdakwa bersama dengan H. SAMIRIN
DARWOTO sebagai Ketua DPRD Kab. Blitar periode tahun 1999 – 2004 telah
melakukan penyimpangan-penyimpangan yang dapat diuraikan sebagai berikut :
- Bahwa pada sekitar akhir bulan Nopember 2003 atau awal bulan Desember
2003 saat pertemuan di Pendopo Kabupaten Blitar yang dihadiri antara lain
oleh H. SAMIRIN DARWOTO dan terdakwa Drs. H.SOEBIANTORO, Msi
sebagai Sekretaris Daerah Pemkab Blitar yang merangkap sebagai Ketua Tim
Anggaran Kab. Blitar, H. SAMIRIN DARWOTO telah meminta kepada
terdakwa Drs H. SOEBIANTORO, Msi agar diberikan dana untuk biaya
Penyusunan APBD tahun 2004, biaya proses penyusunan perhitungan APBD
tahun 2003 dan untuk uang jasa kerja (pesangon) Dewan (DPRD Kab. Blitar)
periode tahun 1999 – 2004 ;
- Bahwa selanjutnya terdakwa Drs. H. SOEBIANTORO, Msi memerintahkan
kepada KRISANTO, SE.MM sebagai Kabag Keuangan dan sekaligus sebagai
Sekretaris Tim Anggaran Kab. Blitar untuk memasukkan anggaran biaya
penyusunan APBD tahun 2004, biaya proses penyusunan perhitungan APBD
tahun 2003 dan untuk uang jasa kerja (pesangon) DPRD Kab Blitar periode
tahun 1999 – 2004 pada Pos Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan
Sekretariat Pemkab Blitar dan biaya untuk pengadaan alat kebersihan dan
bahan pembersih pada Pos Belanja
Barang dan Jasa ;
![Page 8: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/8.jpg)
8
- Bahwa atas perintah terdakwa Drs.H. SOEBIANTORO, Msi tersebut
kemudian KRISANTO, SE MM menitipkan dana sebesar +
Rp.1.230.000.000,- (Satu milyar dua ratus tiga puluh juta rupiah) pada pos
Belanja Sekretariat Pemkab Blitar. Untuk biaya Pembinaan dan Pemrosesan
Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar rekening No.2.01.03.1.2.02.08.1. pada 8
(delapan) item/kegiatan yang dialokasikan untuk DPRD Kab. Blitar dan uang
Jasa Kerja (uang pesangon) bagi DPRD Kab. Blitar sebesar + Rp.
1.210.000.000,- (Satu milyar dua ratus sepuluh juta rupiah) serta menitipkan
dana sebesar Rp. 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) pada Pos Belanja
Barang dan Jasa untuk biaya peralatan kebersihan dan bahan pembersih
rekening nomor : 01.03.1.2.01.04.1 dalam RAPBD 2004, sehingga pos
Belanja Sekretariat Pemkab Blitar rekening biaya Pembinaan dan Pemrosesan
Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar seluruhnya menjadi senilai
Rp.6.053.250.000,- (enam milyard lima puluh tiga juta dua ratus lima puluh
ribu Rupiah), sedang pada pos Belanja Barang dan Jasa pada biaya peralatan
kebersihan dan bahan pembersih rekening No.01.03.1.2.01.04.1. menjadi
Rp.190.000.000,- (seratus sembilan puluh juta rupiah) ;
- Bahwa pada waktu antara tanggal 22 Desember 2003 sampai dengan tanggal 9
Januari 2004 pada masa pembahasan RAPBD tahun 2004 yang dibahas oleh
Panitia Anggaran DPRD Kab. Blitar dan Tim Anggaran Kab. Blitar untuk
menjadi Perda, disaat H. SAMIRIN DARWOTO bertemu dengan terdakwa
Drs. H. SOEBIANTORO, Msi Sebagai Ketua Tim Anggaran Pemkab Blitar,
H. SAMIRIN DARWOTO meminta tambahan uang jasa kerja (pesangon)
untuk DPRD Kab Blitar kepada terdakwa Drs. H. SOEBIANTORO, Msi.
Karena permintaan tersebut kemudian terdakwa Drs. H. SOEBIANTORO,
Msi memerintahkan kepada KRISANTO, SE. MM. Kabag Keuangan PemKab
Blitar yang sekaligus sebagai Sekretaris Tim Anggaran Kab. Blitar agar
menambahkan uang jasa kerja (uang pesangon) untuk DPRD Kab. Blitar
yang semula dalam RAPBD 2004 Pos Belanja Sekretariat Pemkab Blitar
disediakan sebesar Rp.500.000.000 (Lima ratus juta rupiah),- ditambah
Rp.625.000.000,- (Enam ratus dua puluh lima juta rupiah) sehingga menjadi
sebesar Rp.1.125.000.000,-. Padahal baik H. SAMIRIN DARWOTO maupun
terdakwa Drs H SOEBIANTORO, MSi sebagai Sekretaris Daerah Kab. Blitar
merangkap sebagai Ketua Tim Anggaran Kab. Blitar mengetahui bahwa
anggaran untuk eksekutif tidak bisa diberikan kepada legislatif (DPRD)
![Page 9: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/9.jpg)
9
berdasarkan Peraturan Pemerintah No.105 tahun 2000 tentang Pengelolaan
dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah Pasal 4: “Pengelolaan Keuangan
Daerah dilakukan secara tertib, taat pada perundang-undangan yang berlaku,
efisien, efektif, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan
azas keadilan dan kepatutan” serta Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor
29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggung jawaban dan
Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan tata Usaha Keuangan Daerah
dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah pasal
55 ayat (2) : “Pengguna Anggaran dilarang melakukan pengeluaran-
pengeluaran atas beban belanja daerah untuk tujuan lain daripada yang
ditetapkan”. Selanjutnya atas perintah terdakwa Drs. H. SOEBIANTORO,
Msi tersebut KRISANTO,SE.MM sebagai Sekretaris Tim Anggaran
menambah jumlah nilai biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan
Sekretariat Pemkab Blitar yang semula dalam RAPBD sejumlah
Rp.6.053.250.000,- (enam milyard lima puluh tiga juta dua ratus lima puluh
ribu rupiah), ditambah Rp.625.000.000,- (enam ratus dua puluh lima juta
rupiah) sehingga dalam naskah APBD tahun 2004 menjadi sejumlah
Rp.6.678.250.000,- (enam milyard enam ratus tujuh puluh delapan juta dua
ratus lima puluh ribu rupiah). Kemudian RAPBD Tahun 2004 pada tanggal
9 Januari 2004 disetujui dan disahkan menjadi Perda No.1 Tahun 2004 oleh
DPRD Kab Blitar yang diketuai oleh H. SAMIRIN DARWOTO, yang buku
naskah Perda No.1 Tahun 2004 tentang APBD 2004 Pemkab Blitar dibagikan
kepada seluruh anggota DPRD termasuk H. SAMIRIN DARWOTO.
- Bahwa pada tanggal 30 Desember 2003 H. SAMIRIN DARWOTO meminta
dana DPRD yang dititipkan pada anggaran Sekretariat Pemkab. Blitar kepada
terdakwa Drs. SOEBIANTORO, Msi. dan atas permintaan tersebut ,
kemudian terdakwa Drs. H. SOEBIANTORO, Msi memerintahkan Sdr.
KRISANTO, SE.MM agar memberikan uang kepada H. SAMIRIN
DARWOTO sebesar Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah). Kemudian
KRISANTO, SE.MM secara lisan memerintahkan Sdr. SITI SULASTRI
untuk mengambil uang dari Pembantu Pemegang Kas Rutin Sekretariat
Pemkab Blitar (Sdr. TITIK WISMIATI) untuk kemudian diserahkan langsung
kepada H. SAMIRIN DARWOTO disertai dengan Kwitansi penerimaannya.
Kemudian SITI SULASTRI mengambil uang tunai dari Pembantu Pemegang
![Page 10: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/10.jpg)
10
Kas Rutin Sekretariat Pemkab Blitar (TITIK WISMIATI) sebanyak
Rp.10.000.000,-(Sepuluh juta rupiah) yang setelah disiapkan Kwitansinya lalu
diantar dan diterima oleh H. SAMIRIN DARWOTO di Rumah Dinas Ketua
DPRD Kab Blitar Jln. Merdeka No. 4 Blitar. Setelah Sdr. SITI SULASTRI
melapor kepada KRISANTO,SE.MM tentang penyampaian uang kepada H.
SAMIRIN DARWOTO tersebut, kemudian SITI SULASTRI menyerahkan
kwitansi tanda penerimaan uang kepada TITIK WISMIATI sesuai perintah
KRISANTO, SE.MM untuk bukti pertanggung jawabannya. Pada saat yang
bersamaan terdakwa Drs. H. SOEBIANTORO, Msi, memerintahkan kepada
Kepala Bagian Keuangan yaitu KRISANTO, SE,MM, untuk memberikan
uang kepada MAHMUD ZEN, kemudian atas perintah tersebut pada tanggal
30 Desember 2003 KRISANTO, SE,MM, menyerahkan uang sebesar
Rp. 500.000.000,- (Lima ratus juta rupiah) di kantornya yaitu Pemkab. Blitar
kepada MAHMUD ZEN dengan bukti penyerahan berupa kuitansi.
Selanjutnya untuk mengganti dana cadangan / stock kas yang keluar, pada
tanggal 30 Januari 2004 terdakwa Drs. H. SOEBIANTORO, Msi
memerintahkan . KRISANTO, SE.MM untuk memproses pencairan uang
dana DPRD yang dititipkan pada pos biaya Pembinaan dan Pemrosesan
Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar sebesar Rp.510.000.000,-. Atas perintah
tersebut kemudian KRISANTO, SE.MM memerintahkan dan dilaksanakan
oleh TITIK WISMIATI untuk membuat SPP sebesar tersebut diatas.
Selanjutnya setelah SPP dilengkapi dengan SKO dan kwitansi penerimaan
uang dari H. SAMIRIN DARWOTO, berkas SPP tersebut diajukan kepada
LILIK PURWANTO sebagai Pemegang Kas Sekretariat Pemkab Blitar dan
setelah ditanda tangani oleh LILIK PURWANTO lalu SPP tersebut diajukan
ke Asisten II Sekretariat Pemkab Blitar untuk disetujui, kemudian
disampaikan kepada Kasubag Anggaran untuk diteliti kebenaran nilai
nominalnya untuk selanjutnya diterbitkan SPMG Nomor 08 tanggal 30
Januari 2004 yang ditanda tangani oleh Kabag Keuangan Sekretariat Pemkab
Blitar (KRISANTO, SE.MM) yang dikeluarkan dari Pos Biaya Pembinaan
dan Pemrosesan Keuangan, rekening nomor : 2.01.03.1.2.02.08.1 untuk
pencairan uang senilai Rp.510.000.000,- (Lima ratus sepuluh juta rupiah) ;
- Bahwa selanjutnya pada tanggal 5 Pebruari 2004 terdakwa Drs. H.
SOEBIANTORO, Msi memerintahkan kepada KRISANTO, SE.MM untuk
mencairkan dana / uang jasa kerja (uang pesangon) yang telah direncanakan
![Page 11: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/11.jpg)
11
akan diperuntukkan DPRD Kab. Blitar periode 1999 – 2004. Atas perintah
tersebut KRISANTO, SE.MM memerintahkan SITI SULASTRI untuk
menghubungi TITIK WISMIATI agar memproses pencairan dana sejumlah
Rp.1.125.000.000,- (Satu milyar seratus dua puluh lima juta rupiah) yang
dititipkan pada pos Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan SekKab Blitar pada
rekening No.2.01.03.1.2.02.08.1 masing masing pada :
1. Biaya Proses Penyusunan APBD 2004 sebesar Rp.900.000.000,-
(Sembilan ratus juta rupiah) diambil Rp.200.000.000,- (Dua ratus juta
rupiah).
2. Biaya Proses Penyusunan Perhitungan APBD Th.2003 sebesar
Rp.700.000.000,- (Tujuh ratus juta rupiah) diambil Rp.200.000.000,- (Dua
ratus juta rupiah).
3. Biaya Proses Penyusunan PAK Th.2004 sebesar Rp.700.000.000,- (Tujuh
ratus juta rupiah) diambil Rp.200.000.000,-(Dua ratus juta rupiah).
4. Biaya Proses Penyusunan LPJ Bupati sebesar Rp.625.000.000,- (Enam
ratus dua puluh lima juta rupiah) diambil Rp.125.000.000,- ( Seratus dua
puluh
lima juta rupiah)
5. Biaya Penyelenggaraan Otonomi Daerah sebesar Rp.400.000.000,-
(Empat ratus juta rupiah) diambil Rp.100.000.000,- (Seratus juta rupiah).
6. Biaya Pembinaan Administrasi Daerah sebesar Rp.300.000.000,- (Tiga
ratus juta rupiah) diambil Rp.100.000.000,-(Seratus juta rupiah).
7. Biaya Pengendalian Administrasi Umum sebesar Rp.700.000.000,- (Tujuh
ratus juta rupiah) diambil Rp.100.000.000,- (Seratus juta rupiah) dan
8. Biaya Penyelengaraan Pemerintahan sebesar Rp.580.000.000,- (Lima
ratus delapan puluh juta rupiah) diambil Rp.100.000.000,- (Seratus juta
rupiah).yang seluruhnya sejumlah Rp.1.125.000.000,- Satu milyar seratus
dua puluh lima juta rupiah). Bila dana sudah keluar agar disimpan dulu ;
- Bahwa pada tanggal 18 Pebruari 2004 dana dimaksud telah dicairkan dengan
menggunakan SPMG sebanyak 8 lembar yaitu masing-masing nomor 223 S/d
230 tertanggal 18 Pebruari 2004 yang telah dilengkapi dengan SPP dan SKO.
Setelah dana tersebut keluar kemudian disimpan pada Pembantu Pemegang
Kas Sekretariat Pemkab. Blitar yaitu TITIK WISMIATI sesuai perintah
KRISANTO, SE.MM tersebut diatas ;
![Page 12: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/12.jpg)
12
- Bahwa pada tanggal 31 Maret 2004 H. SAMIRIN DARWOTO meminta uang
dana DPRD pada terdakwa Drs. H. SOEBIANTORO, Msi. Atas permintaan
tersebut terdakwa Drs. H. SOEBIANTORO, Msi memerintahkan kepada
KRISANTO, SE.MM agar memberikan uang kepada H. SAMIRIN
DARWOTO sebesar Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah). Selanjutnya
KRISANTO, SE.MM secara lisan memerintahkan Pembantu Pemegang Kas
Rutin Sekretariat Pemkab. Blitar (TITIK WISMIATI) untuk mengeluarkan
uang cadangan / Stock Kas Rutin Sekretariat Pemkab Blitar sebesar
Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) sekaligus menyiapkan kwitansi
tanda penerimaan atas nama H. SAMIRIN DARWOTO. Setelah uang dan
kwitansi tanda penerimaan siap kemudian oleh TITIK WISMIATI pada hari
itu juga diserahkan kepada Krisanto. Selanjutnya setelah uang tersebut oleh
KRISANTO, SE.MM disampaikan kepada H. SAMIRIN DARWOTO, lalu
kwitansi tanda terima uang tersebut oleh KRISANTO, SE.MM diserahkan
kepada TITIK WISMIATI. Selanjutnya untuk mengganti dana cadangan /
stock kas yang keluar, pada tanggal 2 April 2004 terdakwa Drs. H.
SOEBIANTORO, Msi memerintahkan KRISANTO, SE.MM untuk
memproses pencairan uang dana DPRD yang dititipkan pada Pos Biaya
Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab. Blitar sebesar
Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah). Atas perintah tersebut kemudian
KRISANTO, SE.MM memerintahkan dan dilaksanakan oleh TITIK
WISMIATI untuk membuat SPP sebesar tersebut diatas. Selanjutnya setelah
SPP dilengkapi dengan SKO dan kwitansi penerimaan uang dari H. SAMIRIN
DARWOTO, berkas SPP tersebut diajukan kepada LILIK PURWANTO
sebagai Pemegang Kas Sekretariat Pemkab Blitar dan setelah ditanda tangani
oleh LILIK PURWANTO lalu SPP tersebut diajukan kepada Kabag
Keuangan atas nama Asisten II Sekretariat Pemkab Blitar KRISANTO,
SE.MM untuk disetujui setelah itu kemudian disampaikan kepada Kasubag
Anggaran untuk diteliti kebenaran nilai nominalnya untuk selanjutnya
diterbitkan SPMG no. 699 yang ditanda tangani oleh Kabag Keuangan
Sekretariat Pemkab Blitar (KRISANTO, SE.MM) yang dikeluarkan dari Pos
Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan, rekening nomor :
2.01.03.1.2.02.08.1 untuk pencairan uang senilai Rp.200.000.000,- (Dua ratus
juta rupiah) ;
![Page 13: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/13.jpg)
13
- Bahwa pada tanggal 6 April 2004, terdakwa Drs.H.SOEBIANTORO, Msi,
meminta uang kepada Kepala Bagian Keuangan yaitu KRISANTO, SE,MM,
sebesar Rp. 70.000.000,- (Tujuh puluh juta rupiah), kemudian atas permintaan
tersebut KRISANTO, SE,MM, memerintahkan TITIK WISMIATI untuk
mengambil uang sejumlah tersebut di atas dari brankas dan menyerahkan uang
tersebut kepada terdakwa Drs. H. SOEBIANTORO, Msi, dengan bukti
kwitansi tertanggal 6 April 2004. Untuk mengganti uang kas yang telah
dikeluarkan dari brankas tersebut kemudian KRISANTO, SE.MM,
memerintahkan TITIK WISMIATI untuk menerbitkan SPP untuk
penyelenggaraan pemerintahan. Selanjutnya pada tanggal 13 April 2004
TITIK WISMIATI atas perintah tersebut menerbitkan SPP sebagaimana
dimaksud, yang setelah diproses melalui LILIK PURWANTO,
WISNUGROHO dan KADMIARSIH maka terbitlah SPMG Nomor : 750
tanggal 13 April 2004 sebesar Rp. 70.000.000,- (Tujuh puluh juta rupiah) ;
- Bahwa pada tanggal 16 April 2004, terdakwa Drs.H.SOEBIANTORO, Msi,
meminta uang kepada Kepala Bagian Keuangan yaitu KRISANTO, SE,MM,
sebesar Rp. 20.000.000,- (Tujuh puluh juta rupiah), kemudian atas permintaan
tersebut KRISANTO, SE,MM, memerintahkan TITIK WISMIATI untuk
mengambil uang sejumlah tersebut dari brankas dan menyerahkan uang
tersebut kepada terdakwa Drs.H.SOEBIANTORO, Msi, dengan bukti
kwitansi tertanggal 16 April 2004. Kemudian pada tanggal 19 April 2004 atas
permintaan Drs. IMAM MUHADI, MBA.MM, KRISANTO, SE, MM
meminta kepada TITK WISMIATI untuk mengambil uang sebesar Rp.
50.000.000,- (Lima puluh juta rupiah) dari brankas. Setelah uang tersebut
diterima dan diserahkan kepada Drs. IMAM MUHADI, MBA. MM,
kemudian KRISANTO, SE.MM, membuat kwitansi penerimaan uang sebesar
Rp. 50.000.000,- (Lima puluh juta rupiah) yang ditanda tanganinya sendiri
tertanggal 19 April 2004 dan menyerahkannya pada TITIK WISMIATI.
Selanjutnya pada tanggal 5 Mei 2004 terdakwa Drs. H. SOEBIANTORO,
Msi, memerintahkan KRISANTO, SE, MM untuk menerbitkan SPMG untuk
pertanggung jawaban atas keluarnya uang sebesar Rp. 20.000.000,- (Dua
puluh juta rupiah) dan Rp. 50.000.000,- (Lima puluh juta rupiah) tersebut di
atas. Atas perintah tersebut kemudian KRISANTO memerintahkan TITIK
WISMIATI untuk menerbitkan SPP untuk diproses sehingga terbitlah SPMG
![Page 14: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/14.jpg)
14
Nomor: 945 tanggal 5 Mei 2004 atas pencairan uang senilai Rp. 70.000.000,-
(Tujuh puluh juta rupiah) untuk biaya makan dan minum tamu ;
- Bahwa pada tanggal 24 Juni 2004 H. SAMIRIN DARWOTO minta uang
dana DPRD yang dititipkan pada Anggaran Sekretariat Pemkab. Blitar kepada
terdakwa Drs. H. SOEBIANTORO, Msi. Selanjutnya terdakwa Drs. H.
SOEBIANTORO, Msi. memerintahkan KRISANTO, SE.MM agar
memberikan uang kepada H. SAMIRIN DARWOTO sebesar Rp.
20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) . Atas perintah tersebut KRISANTO,
SE.MM secara lisan memerintahkan Pembantu Pemegang Kas Rutin
Sekretariat Pemkab Blitar ( TITIK WISMIATI) untuk mengeluarkan uang
cadangan / Stock Kas Rutin Sekretariat Pemkab Blitar sebesar
Rp.20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) sekaligus menyiapkan kwitansi tanda
penerimaan atas nama H. SAMIRIN DARWOTO. Setelah uang dan kwitansi
tanda penerimaan siap kemudian oleh TITIK WISMIATI pada hari itu juga
diserahkan langsung kepada Sdr. KRISANTO, untuk selanjutnya uang
tersebut oleh KRISANTO, SE.MM disampaikan kepada H. SAMIRIN
DARWOTO, lalu kwitansi tanda terima uang tersebut oleh KRISANTO,
SE.MM diserahkan kepada TITIK WISMIATI untuk pertanggung
jawabannya. Selanjutnya untuk mengganti dana cadangan / stock kas yang
keluar, pada tanggal 6 Juli 2004 terdakwa Drs. H. SOEBIANTORO, Msi
memerintahkan KRISANTO, SE.MM untuk memproses pencairan uang dana
DPRD tersebut. Atas perintah tersebut kemudian Sdr. KRISANTO
memerintahkan dan dilaksanakan oleh TITIK WISMIATI untuk mencairkan
dana sebesar Rp. 20.000.000,-(Dua puluh juta rupiah) yang dititipkan pada
Pos Belanja Barang dan Jasa Sekretariat Pemkab Blitar. Selanjutnya setelah
SPP dilengkapi dengan SKO dan kwitansi penerimaan uang dari H. SAMIRIN
DARWOTO, berkas SPP tersebut diajukan kepada LILIK PURWANTO
sebagai Pemegang Kas Sekretariat Pemkab Blitar dan setelah ditanda tangani
oleh LILIK PURWANTO lalu SPP tersebut diajukan kepada Kabag
Keuangan atas nama Asisten II Sekretariat Kab Blitar KRISANTO, SE.MM
untuk disetujui, setelah itu kemudian disampaikan kepada Kasubag Anggaran
untuk diteliti kebenaran nilai nominalnya untuk selanjutnya diterbitkan SPMG
no. 1387 yang ditanda tangani oleh Kabag Keuangan Sekretariat Pemkab
Blitar ( KRISANTO, SE.MM) yang dikeluarkan dari Pos Belanja Barang dan
![Page 15: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/15.jpg)
15
Jasa untuk biaya peralatan kebersihan dan bahan pembersih rekening
No.01.03.1.2.01.04.1. dalam RAPBD 2004 ;
- Bahwa terdakwa Drs. SOEBIANTORO, Msi memerintahkan Kabag
Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar KRISANTO, SE, MM, untuk
menyiapkan uang jasa kerja dewan, lalu atas perintah tersebut pada pagi hari
tanggal 25 Agustus 2004 KRISANTO, SE.MM memerintahkan SITI
SULASTRI mengambil dana yang disimpan oleh Pembantu Pemegang Kas
Rutin Sekretariat Pemkab. Blitar (TITIK WISMIATI) sebesar Rp.
1.125.000.000,- (Satu milyar seratis dua puluh lima juta rupiah), untuk
kemudian yang sebesar Rp. 900.000.000,- (Sembilan ratus juta rupiah)
dikemas menjadi 45 amplop masing masing sebesar Rp.20.000.000,- (Dua
puluh juta rupiah) lalu dimasukkannya kedalam 1 tas kresek warna hitam dan
yang Rp. 225.000.000,- (Dua ratus dua puluh lima juta rupiah) dibungkus
dengan kertas Koran dan dimasukkannya pula dalam tas kresek warna hitam
untuk dipersiapkan penyerahannya kepada terdakwa sekaligus menyiapkan 2
lembar kwitansi masing masing 1 lembar senilai Rp.900.000.000,- (Sembilan
ratus juta rupiah) dan 1 lembar lagi senilai Rp.225.000.000,- (Dua ratus dua
puluh lima juta rupiah) yang semuanya atas nama SAMIRIN DARWOTO
sebagai penerima, yang setelah siap kemudian ke dua lembar kwitansi tersebut
dimasukkannya kedalam map warna biru ;
- Bahwa selanjutnya siang hari itu juga sekitar jam 12.00 WIB terdakwa
Drs. H. SOEBIANTORO, Msi memanggil sekaligus mengajak
WISNUGROHO dan SITI SULASTRI pergi ke pendopo Kabupaten Blitar
dengan membawa dua tas kresek berisi uang sekaligus kwitansi atau tanda
terimanya, setelah itu kemudian mereka berangkat bersama-sama menuju
kerumah dinas Ketua DPRD Kab. Blitar . Dan setelah sampai dirumah dinas
Ketua DPRD Kab Blitar Jln. Merdeka No. 4 Blitar terdakwa Drs. H.
SOEBIANTORO, Msi disambut oleh H. SAMIRIN DARWOTO, kemudian
masuk kerumah dinas tersebut yang diikuti oleh WISNUGROHO sambil
membawa 2 tas kresek berisi uang dan l lembar map warna biru yang berisi 2
lembar kwitansi atau tanda terima yang kemudian diletakkanya dimeja tamu
yang ada dalam ruang tamu diantara terdakwa Drs. H. SOEBIANTORO, Msi
dan H. SAMIRIN DARWOTO duduk ;
- Bahwa setelah uang dan 2 lembar kwitansi tersebut diserahkan oleh terdakwa
Drs. H. SOEBIANTORO, Msi kepada H SAMIRIN DARWOTO lalu
![Page 16: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/16.jpg)
16
kwitansi tersebut diparaf oleh H. SAMIRIN DARWOTO untuk selanjutnya
map bersama 2 lembar kwitansi tersebut dibawa kembali oleh terdakwa Drs.
H. SOEBIANTORO, Msi untuk kemudian diserahkannya kepada.
WISNUGROHO selanjutnya mereka bersama-sama kembali ke kantor ;
- Bahwa akibat perbuatan terdakwa Drs. H. SOEBIANTORO, Msi sebagaimana
tersebut diatas telah menguntungkan diri sendiri atau orang lain yang dapat
merugikan keuangan negara Cq. Pemerintah Kabupaten Blitar sebesar
Rp.1.925.000.000,- (satu milyard sembilan ratus dua puluh lima juta rupiah) atau
setidak-tidaknya sekitar jumlah tersebut ;
Perbuatan Terdakwa Drs. H. SOEBIANTORO, Msi tersebut diatur dan
diancam pidana menurut pasal 2 ayat (1) Undang Undang No.31 tahun 1999
sebagaimana telah diubah dengan Undang Undang No.20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo pasal 55 (1) ke 1 KUHP ;
SUBSIDAIR :
Bahwa terdakwa Drs. H. SOEBIANTORO, Msi, selaku Sekretaris Daerah
Pemkab. Blitar sejak Juli 1999 sampai dengan Agustus 2004 dengan H. SAMIRIN
DARWOTO selaku Ketua DPRD Kab.Blitar periode tahun 1999 – 2004 (yang
dilakukan penuntutan secara terpisah), telah melakukan, menyuruh melakukan atau
turut serta melakukan, pada waktu dan tempat seperti tersebut pada dakwaan Primair
diatas, dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi, menyalahgunakan kewenangan kesempatan atau sarana yang ada padanya
karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara yang dilakukan dengan cara sebagai berikut :
- Bahwa berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 835.212.2.2793
tanggal 13 Juli 1999 terdakwa Drs. H. SOEBIANTORO, Msi,
Sekretariat Daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) Keputusan ini,
mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam menyelenggarakan tugas
pemerintahan yang meliputi kegiatan pembinaan dan koordinasi dalam
pelaksanaan tugas penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan
serta pembinaan ketentraman masyarakat ;
Bahwa berdasarkan Surat Keputusan Bupati Blitar Nomor : 499 tahun 2003
tanggal 24 Oktober 2003 terdakwa Drs. H. SOEBIANTORO, Msi, ditunjuk
sebagai Ketua Tim Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kab. Blitar Tahun
Anggaran 2004 ;
![Page 17: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/17.jpg)
17
- Bahwa berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur
Nomor :171.423/71/012/1999 tanggal 16 Oktober 1999 H. SAMIRIN
DARWOTO diangkat sebagai Ketua DPRD Kab. Blitar periode tahun 1999-2004;
Bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 tahun 2003 tentang Susunan dan
Kedudukan MPR dan DPR, DPD dan DPRD :
Pasal 74 (1) yang mengatur dan menentukan antara lain :
- Tugas Ketua DPRD memimpin sidang-sidang dan menyimpulkan hasil
sidang untuk diambil keputusan ; selanjutnya dalam keputusan DPRD Kab
Blitar No.2 tahun 1999 tanggal 29 September tentang Peraturan Tata Tertib
DPRD Kab Blitar pasal 31 : menyatakan bahwa Pimpinan DPRD mempunyai
tugas :
- Menghadiri rapat panitia Musyawarah dan rapat panitia anggaran
(huruf b).
- Menyimpulkan hasil pembahasan dalam rapat yang dipimpinnya
(huruf d).
Bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah No.105 tahun 2000 tentang
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan daerah :
- Pengelolaan Keuangan Daerah dilakukan secara tertib taat pada perundang
undangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan dan bertanggung jawab
dengan memperhatikan azas keadilan dan kepatutan. ( Pasal 4 ) .
- Bahwa berdasarkan Keputusan MENDAGRI nomor 29 Tahun 2002 tanggal 10
Juni 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan
Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah, Pelaksanaan Tata usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah mengatur antara lain :
- Setiap Pengeluaran Kas harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah
mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang menagih (Pasal 49 ayat 5).
- Pengguna anggaran dilarang melakukan pengeluaran-pengeluaran atas beban
belanja daerah untuk tujuan lain dari pada yang ditetapkan (Pasal 55 ayat 2) ;
- Bahwa berdasarkan Surat MENDAGRI nomor 161 / 3211 / SJ tanggal 29
Desember 2003 Pedoman tentang Kedudukan Keuangan Pimpinan dan Anggota
DPRD mengatur antara lain :
- Untuk mendukung tugas Pimpinan DPRD atau membiayai kegiatan lainnya
yang dilakukan oleh pimpinan atas nama Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah
![Page 18: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/18.jpg)
18
dan sebagai Alat Kelengkapan DPRD dapat disediakan Belanja Penunjang
Operasional Pimpinan DPRD (C.1) ;
- Penyusunan, pelaksanaan dan penatausahaan, penggunaan belanja pimpinan
dan anggota DPRD dilakukan oleh Sekretaris DPRD selaku Pengguna
Anggaran ;
- Bahwa berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Blitar nomor 11 tahun 2003
tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kab Blitar pasal 13
mengatur antara lain :
- Kewenangan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pasal ini adalah
sebagai berikut :
- Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan APBD melalui proses
meminta keterangan kepada pemerintah Kab Blitar.( ayat 2 huruf c) ;
- Hak DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pasal ini adalah sebagai
berikut :
- Menentukan anggaran belanja DPRD sesuai dengan peraturan yang
berlaku (ayat 3 huruf b) ;
- Bahwa berdasarkan Keputusan DPRD Kab. Blitar No.2 tahun 1999 tanggal 29
September 1999 tentang Peraturan Tata Tertib DPRD Kab Blitar :
- Pasal 31 berbunyi : bahwa Pimpinan DPRD mempunyai tugas :
- Menghadiri rapat Panitia Musyawarah dan rapat Panitia Anggaran
(huruf b) ;
- Menyimpulkan hasil pembahasan dalam rapat yang dipimpinnya
(huruf d) ;
- Bahwa terdakwa Drs. H.SOEBIANTORO, Msi selaku Sekretaris Daerah Pemkab
Blitar bersama dengan H. SAMIRIN DARWOTO selaku Ketua DPRD Kab.
Blitar periode tahun 1999 – 2004, dalam pelaksanaan pengelolaan Keuangan
Daerah Kab. Blitar khususnya di dalam penyusunan, penggunaan dan peruntukan
anggaran APBD Kab. Blitar tahun 2004 didasarkan pada ketentuan-ketentuan di
atas namun dalam pelaksanaannya terdakwa telah menyalah gunakan kewenangan
dan kedudukan selaku Sekretaris Daerah Pemkab. Blitar dengan melakukan
perbuatan sebagai berikut :
- Bahwa pada sekitar akhir bulan Nopember 2003 atau awal bulan Desember
2003 saat pertemuan di Pendopo Kabupaten Blitar yang dihadiri antara lain
oleh H. SAMIRIN DARWOTO dan terdakwa Drs. H.SOEBIANTORO, Msi
sebagai Sekretaris Daerah Pemkab Blitar yang merangkap sebagai Ketua Tim
![Page 19: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/19.jpg)
19
Anggaran Kab. Blitar, H. SAMIRIN DARWOTO telah meminta kepada
terdakwa Drs H. SOEBIANTORO, Msi agar diberikan dana untuk biaya
Penyusunan APBD tahun 2004, biaya proses penyusunan perhitungan APBD
tahun 2003 dan untuk uang jasa kerja (pesangon) Dewan (DPRD Kab. Blitar)
periode tahun 1999 – 2004 ;
- Bahwa selanjutnya terdakwa Drs. H. SOEBIANTORO, Msi memerintahkan
kepada Krisanto, SE.MM sebagai Kabag Keuangan dan sekaligus sebagai
Sekretaris Tim Anggaran Kab. Blitar untuk memasukkan anggaran biaya
penyusunan APBD tahun 2004, biaya proses penyusunan perhitungan APBD
tahun 2003 dan untuk uang jasa kerja (pesangon) DPRD Kab Blitar periode
tahun 1999 – 2004 dalam APBD Kab. Blitar anggaran Sekretariat Kab. Blitar;
- Bahwa atas perintah terdakwa Drs.H. SOEBIANTORO, Msi tersebut
kemudian KRISANTO, SE MM menitipkan dana sebesar +
Rp.1.230.000.000,- (Satu milyar dua ratus tiga puluh juta rupiah) pada pos
Belanja Sekretariat Pemkab Blitar. Untuk biaya Pembinaan dan Pemrosesan
Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar rekening No.2.01.03.1.2.02.08.1. pada 8
(delapan) item/kegiatan yang dialokasikan untuk DPRD Kab. Blitar dan uang
Jasa Kerja (uang pesangon) bagi DPRD Kab. Blitar sebesar
+ Rp. 1.210.000.000,- (Satu milyar dua ratus sepuluh juta rupiah) serta
menitipkan dana sebesar Rp. 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) pada Pos
Belanja Barang dan Jasa untuk biaya peralatan kebersihan dan bahan
pembersih rekening nomor : 01.03.1.2.01.04.1 dalam RAPBD 2004, sehingga
pos Belanja Sekretariat Pemkab Blitar rekening biaya Pembinaan dan
Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar seluruhnya menjadi senilai
Rp.6.053.250.000,- (enam milyard lima puluh tiga juta dua ratus lima puluh
ribu rupiah), sedang pada pos Belanja Barang dan Jasa pada biaya peralatan
kebersihan dan bahan pembersih rekening No.01.03.1.2.01.04.1. menjadi
Rp.190.000.000,- (seratus sembilan puluh juta rupiah) ;
- Bahwa pada waktu antara tanggal 22 Desember 2003 sampai dengan tanggal 9
Januari 2004 pada masa pembahasan RAPBD tahun 2004 yang dibahas oleh
Panitia Anggaran DPRD Kab. Blitar dan Tim Anggaran Kab. Blitar untuk
menjadi Perda, disaat H. SAMIRIN DARWOTO bertemu dengan terdakwa
Drs. H. SOEBIANTORO, Msi Sebagai Ketua Tim Anggaran Pemkab Blitar,
H. SAMIRIN DARWOTO meminta tambahan uang jasa kerja (pesangon)
untuk DPRD Kab Blitar kepada terdakwa Drs. H. SOEBIANTORO Msi,
![Page 20: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/20.jpg)
20
karena permintaan tersebut kemudian terdakwa Drs. H. SOEBIANTORO, Msi
memerintahkan kepada KRISANTO SE MM Kabag Keuangan PemKab Blitar
yang sekaligus sebagai Sekretaris Tim anggaran Kab. Blitar agar
menambahkan uang jasa kerja (uang pesangon) untuk DPRD Kab. Blitar
yang semula dalam RAPBD 2004 Pos Belanja Sekretariat Pemkab Blitar
disediakan sebesar Rp.500.000.000,- (Lima ratus juta rupiah) ditambah
Rp.625.000.000,- (Enam ratus dua puluh lima juta rupiah) sehingga menjadi
sebesar Rp.1.125.000.000,-. Padahal baik H. SAMIRIN DARWOTO maupun
terdakwa Drs H SOEBIANTORO, MSi sebagai Sekretaris Daerah Kab. Blitar
merangkap sebagai Ketua Tim Anggaran Kab. Blitar mengetahui bahwa
anggaran untuk eksekutif tidak bisa diberikan kepada legislatif (DPRD)
berdasarkan Peraturan Pemerintah No.105 tahun 2000 tentang Pengelolaan
dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah Pasal 4: “Pengelolaan Keuangan
Daerah dilakukan secara tertib, taat pada perundang-undangan yang berlaku,
efisien, efektif, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan
azas keadilan dan kepatutan” serta Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor
29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggung jawaban dan
Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan tata Usaha Keuangan Daerah
dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah pasal
55 ayat (2) “Pengguna anggaran dilarang melakukan pengeluaran-pengeluaran
atas beban belanja daerah untuk tujuan lain daripada yang ditetapkan”.
Selanjutnya atas perintah terdakwa Drs. H. SOEBIANTORO, Msi tersebut
KRISANTO,SE.MM sebagai Sekretaris Tim Anggaran menambah jumlah
nilai biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar
yang semula dalam RAPBD sejumlah Rp.6.053.250.000,- (enam milyard lima
puluh tiga juta dua ratus lima puluh ribu rupiah), ditambah Rp.625.000.000,-
(enam ratus dua puluh lima juta rupiah) sehingga dalam naskah APBD tahun
2004 menjadi sejumlah Rp.6.678.250.000,- (enam milyard enam ratus tujuh
puluh delapan juta dua ratus lima puluh ribu rupiah). Kemudian RAPBD
Tahun 2004 pada tanggal 9 Januari 2004 disetujui dan disahkan menjadi
Perda No.1 Tahun 2004 oleh DPRD Kab Blitar yang diketuai oleh H.
SAMIRIN DARWOTO, yang buku naskah Perda No.1 Tahun 2004 tentang
APBD 2004 Pemkab Blitar dibagikan kepada seluruh anggota DPRD
termasuk H. SAMIRIN DARWOTO ;
![Page 21: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/21.jpg)
21
- Bahwa pada tanggal 30 Desember 2003 H. SAMIRIN DARWOTO meminta
dana DPRD yang dititipkan pada anggaran Sekretariat Pemkab. Blitar kepada
terdakwa. Drs. SOEBIANTORO, Msi. dan atas permintaan tersebut ,
kemudian terdakwa Drs. H. SOEBIANTORO, Msi memerintahkan
KRISANTO, SE.MM agar memberikan uang kepada H. SAMIRIN
DARWOTO sebesar Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah). Kemudian sdr
Krisanto, SE.MM secara lisan memerintahkan SITI SULASTRI untuk
mengambil uang dari Pembantu Pemegang Kas Rutin Sekretariat Pemkab
Blitar (TITIK WISMIATI) untuk kemudian diserahkan langsung kepada H.
SAMIRIN DARWOTO disertai dengan Kwitansi penerimaannya. Kemudian
SITI SULASTRI mengambil uang tunai dari Pembantu Pemegang Kas Rutin
Sekretariat Pemkab Blitar (TITIK WISMIATI) sebanyak Rp.10.000.000,-
(Sepuluh juta rupiah) yang setelah disiapkan Kwitansinya lalu diantar dan
diterima oleh H.SAMIRIN DARWOTO di Rumah Dinas Ketua DPRD Kab
Blitar Jln. Merdeka No. 4 Blitar. Setelah SITI SULASTRI melapor kepada
KRISANTO,SE.MM tentang penyampaian uang kepada H. SAMIRIN
DARWOTO tersebut, kemudian SITI SULASTRI menyerahkan kwitansi
tanda penerimaan uang kepada TITIK WISMIATI sesuai perintah
KRISANTO,SE.MM untuk bukti pertanggung jawabannya. Pada saat yang
bersamaan terdakwa Drs. H. SOEBIANTORO, Msi, memerintahkan kepada
Kepala Bagian Keuangan yaitu KRISANTO, SE,MM, untuk memberikan
uang kepada MAHMUD ZEN, kemudian atas perintah tersebut pada tanggal
30 Desember 2003 KRISANTO, SE,MM, menyerahkan uang sebesar Rp.
500.000.000,- (Lima ratus juta rupiah) di kantornya yaitu Pemkab. Blitar
kepada MAHMUD ZEN dengan bukti penyerahan berupa kwitansi.
Selanjutnya untuk mengganti dana cadangan / stock kas yang keluar, pada
tanggal 30 Januari 2004 terdakwa Drs. H. SOEBIANTORO, Msi
memerintahkan KRISANTO,SE.MM untuk memproses pencairan uang dana
DPRD yang dititipkan pada pos biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan
Sekretariat Pemkab Blitar sebesar Rp.510.000.000,- (Lima ratus sepuluh juta
rupiah). Atas perintah tersebut kemudian KRISANTO,SE.MM
memerintahkan dan dilaksanakan oleh TITIK WISMIATI untuk membuat
SPP sebesar tersebut diatas. Selanjutnya setelah SPP dilengkapi dengan SKO
dan kwitansi penerimaan uang dari H.SAMIRIN DARWOTO, berkas SPP
tersebut diajukan kepada LILIK PURWANTO sebagai Pemegang Kas
![Page 22: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/22.jpg)
22
Sekretariat Pemkab Blitar dan setelah ditanda tangani oleh LILIK
PURWANTO lalu SPP tersebut diajukan ke Asisten II Sekretariat Pemkab
Blitar untuk disetujui, kemudian disampaikan kepada Kasubag Anggaran
untuk diteliti kebenaran nilai nominalnya untuk selanjutnya diterbitkan SPMG
Nomor 08 yang ditanda tangani oleh Kabag Keuangan Sekretariat Pemkab
Blitar (Sdr. KRISANTO) yang dikeluarkan dari Pos Biaya Pembinaan dan
Pemrosesan Keuangan, rekening nomor : 2.01.03.1.2.02.08.1 untuk pencairan
uang senilai Rp.510.000.000,- (Lima ratus sepuluh juta rupiah) ;
- Bahwa selanjutnya pada tanggal 5 Pebruari 2004 terdakwa Drs. H.
SOEBIANTORO, Msi memerintahkan kepada Krisanto untuk mencairkan
dana / uang jasa kerja (uang pesangon) yang telah direncanakan akan
diperuntukkan DPRD Kab. Blitar periode 1999 – 2004. Atas perintah tersebut
KRISANTO, SE.MM memerintahkan SITI SULASTRI untuk menghubungi
TITIK WISMIATI memproses pencairan dana sejumlah Rp.1.125.000.000,-
(Satu milyar seratus dua puluh lima juta rupiah) yang dititipkan pada pos
Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan SekKab Blitar pada rekening
No.2.01.03.1.2.02.08.1 masing masing pada :
1. Biaya Proses Penyusunan APBD 2004 sebesar Rp.900.000.000,-
(Sembilan ratus juta rupiah) diambil Rp.200.000.000,- (Dua ratus juta
rupiah) ;
2. Biaya Proses Penyusunan Perhitungan APBD Th.2003 sebesar
Rp.700.000.000,- (Tujuh ratus juta rupiah) diambil Rp.200.000.000,- (Dua
ratus juta rupiah) ;
3. Biaya Proses Penyusunan PAK Th.2004 sebesar Rp.700.000.000,- (Tujuh
ratus juta rupiah) diambil Rp.200.000.000,- (Dua ratus juta rupiah).
4. Biaya Proses Penyusunan LPJ Bupati sebesar Rp.625.000.000,- (Enam
ratus dua puluh lima juta rupiah) diambil Rp.125.000.000,- (Seratus dua
puluh lima juta rupiah) ;
5. Biaya Penyelenggaraan Otonomi Daerah sebesar Rp.400.000.000,-
(Empat ratus juta rupiah) diambil Rp.100.000.000,- (Seratus juta rupiah) ;
6. Biaya Pembinaan Administrasi Daerah sebesar Rp.300.000.000,- (Tiga
ratus juta rupiah) diambil Rp.100.000.000,- (Seratus juta rupiah) ;
7. Biaya Pengendalian Administrasi Umum sebesar Rp.700.000.000,- (Tujuh
ratus juta rupiah) diambil Rp.100.000.000,- (Seratus juta rupiah) dan
![Page 23: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/23.jpg)
23
8. Biaya Penyelengaraan Pemerintahan sebesar Rp.580.000.000,- (Lima
ratus delapan puluh juta rupiah) diambil Rp.100.000.000,- (Seratus juta
rupiah) ;
yang seluruhnya sejumlah Rp.1.125.000.000,- (Satu milyar seratus dua puluh
lima juta rupiah). Bila dana sudah keluar agar disimpan dulu ;
- Bahwa pada tanggal 18 Pebruari 2004 dana dimaksud telah dicairkan dengan
menggunakan SPMG sebanyak 8 lembar yaitu masing-masing nomor 223 S/d
230 tertanggal 18 Pebruari 2004 yang telah dilengkapi dengan SPP dan SKO.
Yang setelah dana tersebut keluar kemudian disimpan pada Pembantu
Pemegang Kas Sekretariat Pemkab. Blitar TITIK WISMIATI sesuai perintah
KRISANTO,SE.MM tersebut diatas ;
- Bahwa pada tanggal 31 Maret 2004 H. SAMIRIN DARWOTO meminta
uang dana DPRD pada terdakwa Drs. H. SOEBIANTORO, Msi. Atas
permintaan tersebut terdakwa Drs. H. SOEBIANTORO, Msi memerintahkan
kepada KRISANTO, ,SE.MM agar memberikan uang kepada H. SAMIRIN
DARWOTO sebesar Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah). Selanjutnya
Sdr. Krisanto, SE.MM secara lisan memerintahkan Pembantu Pemegang Kas
Rutin Sekretariat Pemkab. Blitar (TITIK WISMIATI) untuk mengeluarkan
uang cadangan / Stock Kas Rutin Sekretariat Pemkab Blitar sebesar
Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) sekaligus menyiapkan kwitansi
tanda penerimaan atas nama H. SAMIRIN DARWOTO. Setelah uang dan
kwitansi tanda penerimaan siap kemudian oleh TITIK WISMIATI pada hari
itu juga diserahkan kepada Krisanto. Selanjutnya setelah uang tersebut oleh
Sdr Krisanto disampaikan kepada H. SAMIRIN DARWOTO, lalu kwitansi
tanda terima uang tersebut oleh KRISANTO diserahkan kepada TITIK
WISMIATI. Selanjutnya untuk mengganti dana cadangan / stock kas yang
keluar, pada tanggal 2 April 2004 terdakwa Drs. H. SOEBIANTORO, Msi
memerintahkan KRISANTO,SE.MM untuk memproses pencairan uang dana
DPRD yang dititipkan pada Pos Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan
Sekretariat Pemkab. Blitar sebesar Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah).
Atas perintah tersebut kemudian KRISANTO,SE.MM memerintahkan dan
dilaksanakan oleh TITIK WISMIATI untuk membuat SPP sebesar tersebut
diatas. Selanjutnya setelah SPP dilengkapi dengan SKO dan kwitansi
penerimaan uang dari H.SAMIRIN DARWOTO, berkas SPP tersebut
diajukan kepada LILIK PURWANTO sebagai pemegang Kas Sekretariat
![Page 24: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/24.jpg)
24
Pemkab Blitar dan setelah ditanda tangani oleh LILIK PURWANTO lalu SPP
tersebut diajukan kepada Kabag Keuangan atas nama Asisten II Sekretariat
Pemkab Blitar KRISANTO,SE.MM untuk disetujui setelah itu kemudian
disampaikan kepada Kasubag Anggaran untuk diteliti kebenaran nilai
nominalnya untuk selanjutnya diterbitkan SPMG no. 699 yang ditanda tangani
oleh Kabag Keuangan Sekretariat Pemkab Blitar (KRISANTO,SE.MM) yang
dikeluarkan dari Pos Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan, rekening
nomor : 2.01.03.1.2.02.08.1 untuk pencairan uang senilai Rp.200.000.000,-
(Dua ratus juta rupiah) ;
- Bahwa pada tanggal 6 April 2004, terdakwa Drs.H.SOEBIANTORO, Msi,
meminta uang kepada Kepala Bagian Keuangan yaitu KRISANTO, SE,MM,
sebesar Rp. 70.000.000,- (Tujuh puluh juta rupiah), kemudian atas permintaan
tersebut KRISANTO, SE,MM, memerintahkan TITIK WISMIATI untuk
mengambil uang sejumlah tersebut di atas dari brankas dan menyerahkan uang
tersebut kepada terdakwa Drs. H. SOEBIANTORO, Msi, dengan bukti
kwitansi tertanggal 6 April 2004. Untuk mengganti uang kas yang telah
dikeluarkan dari brankas tersebut kemudian KRISANTO, SE.MM,
memerintahkan TITIK WISMIATI untuk menerbitkan SPP untuk
penyelenggaraan pemerintahan. Selanjutnya pada tanggal 13 April 2004
TITIK WISMIATI atas perintah tersebut menerbitkan SPP sebagaimana
dimaksud, yang setelah diproses melalui LILIK PURWANTO,
WISNUGROHO dan KADMIARSIH maka terbitlah SPMG Nomor : 750
tanggal 13 April 2004 sebesar Rp. 70.000.000,- (Tujuh puluh juta rupiah) ;
- Bahwa pada tanggal 16 April 2004, terdakwa Drs.H.SOEBIANTORO, Msi,
meminta uang kepada Kepala Bagian Keuangan yaitu KRISANTO, SE,MM,
sebesar Rp. 20.000.000,- (Tujuh puluh juta rupiah), kemudian atas permintaan
tersebut KRISANTO, SE,MM, memerintahkan TITIK WISMIATI untuk
mengambil uang sejumlah tersebut dari brankas dan menyerahkan uang
tersebut kepada terdakwa Drs.H.SOEBIANTORO, Msi, dengan bukti
kwitansi tertanggal 16 April 2004. Kemudian pada tanggal 19 April 2004 atas
permintaan Drs. IMAM MUHADI, MBA.MM, KRISANTO, SE, MM
meminta kepada TITK WISMIATI untuk mengambil uang sebesar Rp.
50.000.000,- (Lima puluh juta rupiah) dari brankas. Setelah uang tersebut
diterima dan diserahkan kepada Drs. IMAM MUHADI, MBA. MM,
kemudian KRISANTO, SE.MM, membuat kwitansi penerimaan uang sebesar
![Page 25: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/25.jpg)
25
Rp. 50.000.000,- (Lima puluh juta rupiah) yang ditanda tanganinya sendiri
tertanggal 19 April 2004 dan menyerahkannya pada TITIK WISMIATI.
Selanjutnya pada tanggal 5 Mei 2004 terdakwa Drs. H. SOEBIANTORO,
Msi, memerintahkan KRISANTO, SE, MM untuk menerbitkan SPMG untuk
pertanggung jawaban atas keluarnya uang sebesar Rp. 20.000.000,- (Dua
puluh juta rupiah) dan Rp. 50.000.000,- (Lima puluh juta rupiah) tersebut di
atas. Atas perintah tersebut kemudian KRISANTO memerintahkan TITIK
WISMIATI untuk menerbitkan SPP untuk diproses sehingga terbitlah SPMG
Nomor: 945 tanggal 5 Mei 2004 atas pencairan uang senilai Rp. 70.000.000,-
(Tujuh puluh juta rupiah) untuk biaya makan dan minum tamu ;
- Bahwa pada tanggal 24 Juni 2004 H. SAMIRIN DARWOTO minta uang
dana DPRD yang dititipkan pada Anggaran Sekretariat Pemkab. Blitar kepada
terdakwa Drs. H. SOEBIANTORO, Msi. Selanjutnya terdakwa Drs. H.
SOEBIANTORO, Msi. memerintahkan KRISANTO,SE.MM agar
memberikan uang kepada H. SAMIRIN DARWOTO sebesar Rp.
20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) . Atas perintah tersebut Sdr. KRISANTO,
SE.MM secara lisan memerintahkan Pembantu Pemegang Kas Rutin
Sekretariat Pemkab Blitar (TITIK WISMIATI) untuk mengeluarkan uang
cadangan / Stock Kas Rutin Sekretariat Pemkab Blitar sebesar
Rp.20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) sekaligus menyiapkan kwitansi tanda
penerimaan atas nama SAMIRIN DARWOTO. Setelah uang dan kwitansi
tanda penerimaan siap kemudian oleh TITIK WISMIATI pada hari itu juga
diserahkan langsung kepada KRISANTO,SE.MM, untuk selanjutnya uang
tersebut oleh KRISANTO,SE.MM disampaikan kepada H. SAMIRIN
DARWOTO, lalu kwitansi tanda terima uang tersebut oleh
KRISANTO,SE.MM diserahkan kepada TITIK WISMIATI untuk
pertanggung jawabannya. Selanjutnya untuk mengganti dana cadangan / stock
kas yang keluar, pada tanggal 6 Juli 2004 terdakwa Drs. H. SOEBIANTORO,
Msi memerintahkan KRISANTO,SE.MM untuk memproses pencairan uang
dana DPRD tersebut. Atas perintah tersebut kemudian KRISANTO,SE.MM
memerintahkan dan dilaksanakan oleh TITIK WISMIATI untuk mencairkan
dana sebesar Rp. 20.000.000,- (Dua puluh juta rupiah) yang dititipkan pada
Pos Belanja Barang dan Jasa Sekretariat Pemkab Blitar. Selanjutnya setelah
SPP dilengkapi dengan SKO dan kwitansi penerimaan uang dari H. SAMIRIN
DARWOTO, berkas SPP tersebut diajukan kepada LILIK PURWANTO
![Page 26: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/26.jpg)
26
sebagai pemegang Kas Sekretariat Pemkab Blitar dan setelah ditanda tangani
oleh LILIK PURWANTO lalu SPP tersebut diajukan kepada Kabag
Keuangan atas nama Asisten II Sekretariat Kab Blitar KRISANTO,SE.MM
untuk disetujui, setelah itu kemudian disampaikan kepada Kasubag Anggaran
untuk diteliti kebenaran nilai nominalnya untuk selanjutnya diterbitkan SPMG
no. 1387 yang ditanda tangani oleh Kabag Keuangan Sekretariat Pemkab
Blitar (KRISANTO,SE.MM) yang dikeluarkan dari Pos Belanja Barang dan
Jasa untuk biaya peralatan kebersihan dan bahan pembersih rekening
No.01.03.1.2.01.04.1. dalam APBD 2004 ;
- Bahwa terdakwa Drs. SOEBIANTORO, Msi, memerintahkan Kabag
Keuangan Sekretariat Pemkab. Blitar KRISANTO, SE.MM, untuk
menyiapkan uang jasa kerja dewan, lalu atas perintah tersebut pada pagi hari
tanggal 25 Agustus 2004 KRISANTO,SE.MM memerintahkan. SITI
SULASTRI mengambil dana yang disimpan oleh Pembantu Pemegang Kas
Rutin Sekretariat Pemkab. Blitar (TITIK WISMIATI) sebesar Rp.
1.125.000.000,- (Satu milyar seratus dua puluh lima juta rupiah), untuk
kemudian dikemasnya yang sebesar Rp. 900.000.000,- (Sembilan ratus juta
rupiah) dikemas menjadi 45 amplop masing masing sebesar Rp.20.000.000,-
(Dua puluh juta rupiah) yang dimasukkannya kedalam 1 tas kresek warna
hitam dan yang Rp. 225.000.000,- (Dua ratus dua puluh lima juta rupiah)
dibungkus dengan kertas Koran dan dimasukkannya pula dalam tas kresek
warna hitam untuk dipersiapkan penyerahannya kepada H. SAMIRIN
DARWOTO sekaligus menyiapkan 2 lembar kwitansi masing masing 1
lembar senilai Rp.900.000.000,- dan 1 lembar lagi senilai Rp.225.000.000,-,
yang semuanya atas nama H. SAMIRIN DARWOTO sebagai penerima, yang
setelah siap kemudian ke dua lembar kwitansi tersebut dimasukkannya
kedalam map warna biru ;
- Bahwa selanjutnya siang hari itu juga sekitar jam 12.00 WIB terdakwa Drs. H.
SOEBIANTORO, Msi memanggil sekaligus mengajak WISNUGROHO dan
SITI SULASTRI pergi ke pendopo Kabupaten Blitar dengan membawa dua
tas kresek berisi uang sekaligus kwitansi atau tanda terimanya, setelah itu
kemudian mereka berangkat bersama-sama menuju kerumah dinas Ketua
DPRD Kab. Blitar . Dan setelah sampai dirumah dinas Ketua DPRD Kab
Blitar Jln. Merdeka No. 4 Blitar terdakwa Drs. H. SOEBIANTORO, Msi
disambut oleh H. SAMIRIN DARWOTO, kemudian masuk kerumah dinas
![Page 27: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/27.jpg)
27
tersebut yang diikuti oleh. WISNUGROHO sambil membawa 2 tas kresek
berisi uang dan l lembar map warna biru yang berisi 2 lembar kwitansi atau
tanda terima yang kemudian diletakkanya dimeja tamu yang ada dalam ruang
tamu diantara terdakwa Drs. H. SOEBIANTORO, Msi dan H SAMIRIN
DARWOTO duduk ;
- Bahwa setelah uang dan 2 lembar kwitansi tersebut diserahkan oleh terdakwa
Drs. H. SOEBIANTORO, Msi kepada H SAMIRIN DARWOTO lalu
kwitansi tersebut diparaf oleh H. SAMIRIN DARWOTO untuk selanjutnya
map bersama 2 lembar kwitansi tersebut dibawa kembali oleh terdakwa Drs.
H. SOEBIANTORO, Msi untuk kemudian diserahkannya kepada
WISNUGROHO selanjutnya mereka bersama-sama kembali ke kantor ;
- Bahwa akibat penyalahgunaan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada
padanya karena jabatan atau kedudukan terdakwa Drs. H. SOEBIANTORO,
Msi sebagaimana tersebut diatas telah menguntungkan diri sendiri atau orang
lain sehingga dapat merugikan keuangan negara Cq. Pemerintah Kabupaten
Blitar sebesar Rp.1.925.000.000,- (satu milyard sembilan ratus dua puluh lima
juta rupiah) atau setidak-tidaknya sekitar jumlah tersebut ;
Perbuatan Terdakwa Drs. H. SOEBIANTORO, Msi tersebut diatur dan
diancam pidana dalam pasal 3 Undang Undang No.31 tahun 1999 sebagaimana telah
diubah dengan Undang Undang No.20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi jo pasal 55 (1) ke 1 KUHP ;
Menimbang, bahwa atas surat dakwaan Peununtut Umum tersebut terdakwa
dan Tim Penasihat hukum Terdakwa telah mengajukan keberatan/eksepsi pada
tanggal 21 Mei 2007 dan atas keberatan/eksepsinya tersebut Penuntut Umum telah
pula menyampaikan pendapatnya pada tanggal 24 Mei 2007 sebagaimana termuat
dalam Berita Acara Persidangan perkara ini ;
Menimbang, bahwa sehubungan dengan keberatan/eksepsi Penasehat Hukum
Terdakwa tersebut maka, Majelis Hakim telah menjatuhkan Putusan Sela pada
Persidangan tanggal 28 Mei 2007, yang amarnya berbunyi sebagai berikut :
1. Menolak keberatan/eksepsi yang telah diajukan oleh Tim Penasihat Hukum
terdakwa maupun Terdakwa untuk seluruhnya;
2. Memerintahkan kepada Penuntut Umum untuk melanjutkan pemeriksaan perkara
atas nama Terdakwa Drs. H. SOEBIANTORO, M.Si. ;
3. Menangguhkan biaya perkara sampai putusan akhir ;
![Page 28: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/28.jpg)
28
Menimbang, bahwa untuk membuktikan dakwaannya Penuntut Umum telah
mengajukan saksi-saksi yang masing-masing memberikan ketarangan di bawah
sumpah di persidangan, yaitu sebagai berikut :
1. Drs. Imam Muhadi, MBA. MM., pada pokoknya menerangkan :
- bahwa saksi menjabat sebagai Bupati Blitar periode tahun 2001 sampai
2006.dan kenal dengan Terdakwa sebagai Sekda Kabupaten Blitar.
- Bahwa sesuai Peraturan Pemerintah RI No.105 tahun 2000 , bahwa Bupati
adalah pemegang kekuasaan umum pengelolaan keuangan daerah, dan saksi
telah mendelegasikan wewenang penuh kepada Sekda Kabupaten Blitar yang
pada saat itu dijabat oleh terdakwa dan segala otoritas menjadi tanggung
jawab terdakwa selaku Sekda Kab.Blitar.
- Bahwa Terdakwa sebagai ketua Tim Anggaran Eksekutif, dan sekretarisnya
adalah Kabag Keuangan sedang yang lainnya saksi tidak ingat.
- Bahwa tugas Tim Anggaran eksekutip Pem Kab.Blitar adalah
mempersiapkan, menyusun rancangan APBD Kabupaten Blitar, setelah
rancangan jadi dilaporkan kepada Bupati dan kemudian Bupati tanda tangan,
kemudian RAPBD Pem Kab. tersebut diserahkan kepada DPRD untuk
dibahas oleh Tim Anggaran eksekutif bersama Panitia Anggaran Legeslatif.
Setelah DPRD menyetujui RAPBD tersebut maka disahkan dan menjadi
APBD dengan Perda:
- Bahwa saksi tidak ingat dalam Perda 2003-2004 tersebut terdapat Pos
Pesangon atau tidak.
- Bahwa saksi pernah mengadakan pertemuan-pertemuan di Pendopo
Kabupaten Blitar, yang hadir adalah pimpinan DPR ( Samirin Darwoto, Arif
Fuadi, Made Biasa dan Giyanto) dan dari pihak Pemda yang hadirr saya,
wakil Bupati, Sekda Kab dan pejabat-pejabat Pemda Kab.
- Bahwa saksi pernah pada suatu hari tanggalnya saksi lupa akhir tahun 2003
atau awal 2004, malam hari bertempat di ruang tengah pendopo Kab.Blitar
yang dihadiri oleh Pimpinan DPRD Kabupaten Blitar, saksi dan Wakil
Bupati. Dalam pertemuan tersebut pimpinan DPRD menyentil atau guyon
parikeno ( bhs.jawa) “ masa begini kok gak ada apa-apanya “.Menurut saksi
mungkin yang dimaksud adalah sesuatu yaitu pesangon untuk anggota
DPRD yangwaktu itui saksi jawab kalau ada aturannya silahkan
direalisasikan uang pesangon tersebut, tetapi kalau tidak ada aturannya ya
jangan direalisasikan.. Dan pada malam itu tahu-tahu terjadi berdebatan
![Page 29: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/29.jpg)
29
antara Made Biasa dengan Wakil Bupati yang dimasalahkan adalah tentang
uang pesangon tersebut.
- Bahwa Terdakwa pada pertemuan tersebut tidak hadir, namun keesokan
harinya saksi telah bertemu terdakwa dan saksi beritahukan kepada terdakwa
tentang perdebatan antara Made Biasa dengan Wakil Bupati yang tersebut;
- Bahwa saksi tidak mendapat laporan tentang realisasi pesangon bagi anggota
DPRD tersebut, tetapi saksi baru tahu setelah membaca berita di media surat
kabar bahwa uang pesangon bagi anggota DPRD sudah terealisir dengan
nominal sebesar Rp.1.125.000.000,- .
- Bahwa semua pengeluaran keuangan kas daerah harus melalui Sekda
Kab.Blitar, tetapi masalah teknis ditangani oleh Sekretariat Pem.Kab.Blitar.
- Bahwa setiap pengeluaran atau pemindahan kas daerah ke lembaga lain
memang harus ada Surat Keputusan Bupati, namun saksi tidak pernah
menerbitkan Surat Keputusan tersebut ; Bahwa Terdakwa tidak pernah
melaporkan atau berbicara pada saksi tentang uang pesangon bagi anggota
DPRD Kab.Blitar.
- Bahwa tidak dibenarkan bahwa uang pesangon bagi anggota DPRD
diambilkan dari Pos Sekretariat PEMKAB Blitar;.
- Bahwa tugas terdakwa selaku Sekda adalah mempertanggung jawabkan
pengelolaan keuangan daerah, sedangkan saksi selaku Bupati
mempertanggung jawabkan pengelolaan keuangan daerah kepada DPR
Kabupaten Blitar.
- Bahwa minimal 3 bulan sekali telah diadakan pengawasan atas pengelolaan
keuang daerah.
- Bahwa dalam laporan hasil pengawasan tidak melihat adanya penggunaan
uang pesangon.
- Bahwa pendelegasian wewenang kepada terdakwa tentang pengelolaan
keuangan daerah berdasarkan Surat Keputusan Bupati;
- Bahwa saksi selaku Bupati tidak mengetahui adanya dana titipan untuk
pesangon anggota DPRD Kab.Blitar yang dititpkan di Pos Sekretariat
Pemkab. Blitar.
- Bahwa saksi tidak tahu pada waktu RAPBD disahkan menjadi APBD ada
perubahan atau tidak.
![Page 30: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/30.jpg)
30
- Bahwa pernah ada anggota DPRD Kab.Blitar berbicara kepada Ketua DPR
Samirin Darwoto bahwa setiap kegiatan DPRD Kab.Blitar minta bagian.
Pembicaraan ini oleh Samirin disampaikan kepada Krisanto.
- Bahwa seharusnya terdakwa dalam jabatannya Sekda Kab.Blitar adalah
selaku pemegang otoritas seharusnya mengetahui setiap pengeluaran
keuangan daerah;
- Bahwa didalam sidang DPRD Kab.Blitar untuk membahas RAPBD tidak
menyinggung masalah pesangon.
- Bahwa setiap pembahasan RAPBD oleh Tim Anggaran eksekutif dan
Panggar legislatif tidak lapor pada saksi.
- Bahwa saksi tidak ingat apakah saksi pernah memerintahkan ajudan saksi
untuk mengambil sesuatu pada Krisanto.
- Bahwa Terdakwa tidak pernah pamit kepada saksi untuk pergi menemui
Samirin Darwoto, dan apakah terdakwa pergi menemui Samirin atau tidak
saksi tidak tahu.
- Bahwa sesuai dengan PP No.105 Tahun 2000 semua pengelolaan keuangan
daerah adalah wewenang Sekda, tetapi Bupati juga tetap bertanggung jawab.
- Bahwa saksi tidak pernah memerintahkan pada terdakwa untuk mencairkan
dana kepada Samirin Darwoto
- Bahwa saksi kenal dengan bukti surat berupa SK. Bupati 499 tahun 2003,
isinya tetang pendelegasian wewenang kepada Tim Anggaran..
Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, Tim Penasehat Hukum
terdakwa menyatakan akan menanggapi dalam pledoi ;
2. Krisanto, SE. MM., pada pokoknya menerangkan :
- Bahwa Saksi menjabat Kasub Bag Anggaran pada Bagian Keuangan Pem.
Kabupaten Blitar pada tahun 2002 s/d. 2003. Kemudian menjabat Kabag
Keuangan Pemkab Blitar pada tahun 2004 dan kenal dengan Terdakwa
karena terdakwa sebagai SEKDA Kabupaten Blitar ;
- Prosedur pencairan dana APBD pada Pem Kab.Blitar adalah sebagai berikut :
1. Setelah APBD disahkan, masing-masing unit kerja mengajukan DASK
untuk disahkan dan disetujui oleh Sekda Kab Blitar. Berdasarkan DASK
tersebut Sekda lalu membuat SKO dan setelah SKO keluar maka masing-
masing unit kerja membuat nota dinas yang diajukan kepada Sekda untuk
mendapatkan persetujuan dari Sekda.
![Page 31: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/31.jpg)
31
2. Selanjutnya unit kerja selaku pengguna anggaran membuat SPP. SPP
dilampiri SKO dan Nota dinas serta bukti pendukung diajukan ke
KaSubbag Anggaran untuk diteliti apakah SPP sudah sesuai dengan SKO.
3. Selanjutnya SPP diserahkan ke Kasubbag Perbendaharaan untuk
dibuatkan SPMG. SPMG diajukan ke Kabag Keuangan untuk ditanda
tangani oleh Kabag Keuangan tersebut.. Selanjutnya SPMG dicairkan
oleh Pemegang Kas Sekretariat.
- Bahwa penyusunan RAPBD Kab.Blitar dipersiapkan sejak tahun 2003 yang
dibahas oleh Tim Anggaran eksekutif.
- Bahwa berdasarkan SK. Bupati Blitar Nomor 499 tahun 2003 telah ditetapkan
susunan Tim Anggaran eksekutif PemKab Blitar, yaitu : sebagai Ketua Tim
adalah Sekda dalam hal ini terdakwa Pak Soebiantoro, wakil Ketua adalah
Asisten II, sedang Sekretaris I Tim adalah Kepala Bappeda dan Sekretaris II
Kabag Keuangan waktu itu saksi sendiri, dan anggota yang lain yang terdiri
dari Unit Satuan Kerja Pem Kab Blitar.
- Bahwa pada tanggal dan bulan saksi tidak ingat pada akhir tahun 2003
bertempat di Pendopo Kabupaten Blitar telah diadakan pertemuan yang
dihadiri oleh Bupati dan Sekda (terdakwa), Ketua DPRD ( Pak Samirin
Darwoto) Gianto, Made dan Arif Fuadi, dimana dalam pertemuan tersebut
membahas tentang uang pesangon bagi para anggota DPRD Kabupaten
Blitar, namun saksi tidak ikut hadir dalam pertemuan tersebut dan saksi hanya
mendengar dari cerita Pak Bupati ;
- Bahwa pemberian uang pesangon bagi anggota DPRD disetujui oleh Bupati,
selanjutnya Bupati dan SEKDA (terdakwa) memerintahkan secara lisan
kepada saksi selaku Kabag Keuangan untuk menganggarkan uang pesangon
bagi anggota DPRD Kab.Blitar tersebut per anggota sebesar Rp.10.000.000,-
sehingga untuk 45 orang anggota DPRD saksi anggarkan sebesar
Rp.450.000.000,-, akan tetapi selanjutnya ada perintah secara lisan dari Sekda
Kab.Blitar waktu itu dijabat oleh terdakwa, supaya uang pesangon bagi
anggota DPRD diberikan sebesar Rp.20.000.000,- per anggota sehingga saksi
anggarkan seluruhnya sebesar Rp.900.000.000,-.
- Bahwa sebelum uang pesangon Rp.900.000.000,- direalisasi, ada perintah
lagi secara lisan dari Bupati maupun Sekda (terdakwa) bahwa uang pesangon
supaya ditambah lagi sebesar Rp.225.000.000,- yaitu untuk Pimpinan DPRD
![Page 32: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/32.jpg)
32
Kab.Blitar, sehingga jumlah dana untuk pesangon anggota DPRD menjadi
Rp.1.125.000.000,-
- Bahwa selanjutnya saksi minta petunjuk Pak Bupati kapan dana tersebut
dicairkan? Jawab Pak Bupati supaya disiapkan saja, sewaktu-waktu dana
diminta oleh Ketua Dewan dana diserahkan dan penyerahan uang tersebut
mendekati akan berakhirnya masa jabatan DPRD tersebut.
- Bahwa atas perintah lisan Bupati dan Sekda tersebut saksi mencairkan dana
tersebut dengan cara memerintahkan kepada staf di bagian Bendahara
Sekretariat Pem Kab Blitar untuk mencairkan dan menyimpan dulu dalam
brankas.
- Bahwa staf saksi mengatakan bahwa ada telephon dari Sekda (terdakwa)
bahwa uang pesangon bagi anggota DPRD diminta beliau (terdakwa).
Selanjutnya Wisnugroho melaporkan pada saksi bahwa uang pesangon
sebesar Rp.1.225.000.000,- telah diserahkan oleh Wisnugroho bersama
Sulastri dan Pak Sekda kepada Ketua DPRD (Samirin Darwoto) sebagai bukti
penyerahan uang Wisnugroho menunjukkan pada saksi 2 lembar kuitansi
tanda terima uang yang ditanda tangani oleh Samirin Darwoto (Ketua DPRD
Kab.Blitar) yaitu 1 lembar kwitansi nominal uang sebesar Rp.900.000.000,-
dan kuitansi satunya betuliskan nominal Rp.225.000.000,-. Selanjutnya
kwitansi saksi suruh simpan Wisnugroho sebagai bukti pengeluaran.
- Bahwa baru saja saksi memerintahkan untuk simpan kuitansi tersebut,
Wisnugroho melapor pada saksi bahwa kuitansi tersebut diminta Pak Sekda
katanya kuitansi diminta lagi oleh Samirin. Lalu sebagai pegangan bukti di
bagian keuangan maka 2 kuitansi tersebut sebelum diserahkan difoto copy
terlabih dahulu.
- Bahwa waktu penyerahan uang pesangon kepada Samirin tersebut saksi tidak
tahu.
- Bahwa dari Dewan menghendaki uang pesangon diambilkan dari pos di
Sekretariat Pemerintah Kabupaten Blitar, dan atas perintah Bupati maupun
perintah Sekda maka uang pesangon diambilkan dari pos-pos sekretariat,
yaitu pada Pos Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan.
- Bahwa saksi kenal, 2 lembar kuitansi tersebut adalah untuk keperluan biaya
penyusunan APBD tahun 2004 yang masing-masing nominalnya adalah
Rp.500.000.000,- yang tanda tangan sebagai penerima adalah Machmud, dan
Rp.10.000.000,- ditanda tangani penerima yaitu Samirin Darwoto.
![Page 33: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/33.jpg)
33
- Bahwa pencairan dana Rp.500.000.000,- dan Rp.10.000.000,- tersebut atas
perintah Bupati dan Sekda (terdakwa), kemudian saksi memerintahkan
kepada Bendahara ( Titik ) untuk segera mengeluarkan uang dari dana
persiapan yang ada di Bendahara Sekretariat Pem Kab Blitar.
- Bahwa uang sebesar Rp.500.000.000,- diserahkan kepada Sdr.Machmud,
karena Machmud tersebut adalah anggota DPRD dan selaku Sekretaris
Panitia Anggaran Legeslatif.
- Bahwa tidak dibenarkan pencairan dana untuk pesangon bagi anggota DPRD
maupun dana untuk biaya penyusunan APBD kepada DPRD tersebut
diambilkan dari Pos Sekretariat Pem Kab Blitar
- Bahwa pada saat pembicaraan uang pesangon saksi menjabat sebagai
Pelaksana Harian Kabag Keuangan.
- Bahwa tidak ada dasar untuk realisasi dana untuk pesangon bagi anggota
DPRD, tetapi uang pesangon tetap dapat terealisir atas perintah Bupati dan
Sekda (terdakwa) bahwa anggota DPRD Kab.Blitar minta pesangon. Lalu
saksi tanyakan pada Bupati siapa yang bertanggung jawab ? jawab Bupati
“nanti DPRD yang bertanggung jawab “.
- Bahwa barang bukti berupa memo/ nota dinas tersebut benar saksi yang
membuat.
- Bahwa menurut laporan dari Wisnugroho pada saksi, bahwa Wisnugroho
bersama dengan Sekda (terdakwa) pergi menuju Pendopo Kabupaten Blitar
lalu ke rumah dinas Ketua DPRD Kab.Blitar dan ternyata disana sudah ada
Samirin Darwoto (Ketua DPRD ) selanjutnya uang pesangon oleh terdakwa
diserahkan kepada Samirin Darwoto tersebut.
- Bahwa setiap pengeluaran atau pemindahan kas daerah ke lembaga lain
memang harus ada Surat Keputusan Bupati, namun saksi tidak pernah
mengetahui adanya SK. Bupati tentang pemindahan kas untuk pesangon bagi
anggota DPR Kab.Blitar.
- Bahwa berdasarkan SK Bupati Blitar dibentuklah Tim Anggaran eksekutif,
dimana Sekda (Terdakwa) sebagai Ketua, Asisten II sebagai wakil Ketua,
saksi sebagai sekretaris dan masih ada anggota-anggota yang lain.
- Bahwa tugas dari Tim Anggaran eksekutif Pem Kab.Blitar adalah :
1. Menyusun RAPBD atas dasar usulan-usulan dari masing-masing unit
satuan kerja.
2. Melaporkan hasil pelaksanaan kepada Bupati.
![Page 34: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/34.jpg)
34
- Bahwa uang pesangon hanya dibahas dalam rapat khusus antara Tim
Anggaran dengan Panitia Anggaran Legeslatif (DPRD Kabupaten Blitar) dan
rapat khusus antara Pimpinan Pem Kab dan Pimpinan DPRD.
- Bahwa SEKDA mengetahui pengeluaran dana tersebut karena Sekda
bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan daerah maka setiap
pengeluaran uang selalu meminta persetujuan dari Sekda Pem Kab Blitar
(terdakwa), tanpa persetujuan Sekda dana tidak bisa keluar.
- Bahwa dalam rapat-rapat di Dewan/DPRD waktu itu tidak ada dibahas
perubahan mata anggaran pada pos pembinaan dan pemrosesan keuangan
Daerah ;
- Bahwa uang pesangon untuk dewan dimasukan dalam RAPBD sehingga
terjadi perubahan dalam RAPBD menjadi APBD dengan tanpa revisi dan
dapat dilihat dari penjabaran DAS yang tersebar dalam 8 item ;
- Bahwa saksi tahu mengenai barang bukti SPMG tersebut untuk pencairan
dana sebesar Rp.50.000.000,- dan Rp.20.000.000,- untuk keperluan biaya
makan minum tamu.
- Bahwa uang sebesar Rp.50.000.000,- diserahkan oleh saksi kepada terdakwa,
sedangkan uang Rp.20.000.000,- yang menyerahkan Titik Wismiati kepada
terdakwa.
- Bahwa setiap penerbitan SPMG harus dilampiri nota dinas.
- Bahwa SPMG tersebut tidak dilampiri nota dinas karena yang meminta dana
adalah pimpinan dimana pimpinan sudah tahu maksud pengeluaran dana
tersebut.
- Bahwa untuk SPMG No.750 adalah benar dan yang mencairkan uang sebesar
Rp.70.000.00,-adalah Titik Wismiati atas perintah saksi, lalu Titik Wismiati
diserahkan kepada terdakwa
- Bahwa setiap pengeluaran uang Pem Kab Blitar, saksi selalu melaporkan
pada Sekda (terdakwa) dan jawab Sekda “ ya terserah Bupati “.
- Bahwa di dalam kedudukannya sebagai wakil Ketua Tim Anggaran, Asisten
II tidak bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan daerah, Asisten II
hanya menyetujui atau tidak menyetujui pengeluaran dana oleh Bendahara.
3. Wisnoegroho Herdi Prabowo Bin Sukadi, pada pokoknya menerangkan :
- Bahwa saksi terakhir menjabat Kasub Bag Anggaran pada Bagian Keuangan
Pem. Kabupaten Blitar sejak tanggal 17 Pebruari 2004 s/d. 1 Nopember 2005
yang bertugas mengumpulkan dan menyiapkan bahan untuk penyusunan nota
![Page 35: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/35.jpg)
35
keuangan serta petunjuk tehnis tentang penyusunan APBD, perubahan dan
perhitungan APBD.
- Bahwa saksi kenal dengan Terdakwa sebagai Sekda Kabupaten Blitar.
- Bahwa di dalam melaksanakan tugas, saksi bertanggungjawab kepada Kabag
Keuangan.
- Bahwa ketika saksi menjabat Kasubbag Anggaran RAPBD sudah disusun
oleh Kasubbag Anggaran sebelumnya yaitu saksi .Krisanto.
- Bahwa saksi termasuk sebagai anggota Tim Anggaran. Berdasarkan SK.
Bupati Blitar Nomor 499 tahun 2003 telah ditetapkan susunan Tim Anggaran
eksekutif Pem Kab Blitar, yaitu : sebagai Ketua Tim adalah Sekda dalam hal
ini terdakwa, Wakil Ketua adalah Asisten II, sedang Sekretaris I adalah
Kepala Bappeda dan Sekretaris II Kabag Keuangan.
- Bahwa proses pengajuan pencairan dana pengguna anggaran mengajukan
nota dinas ke Sekda untuk dibuatkan SPP yang sesuai dengan SKO kemudian
kalau sudah sesuai diparaf oleh saksi selaku Kasubag Anggaran kemudian
diserahkan ke Kasubag Keuangan untuk dibuatkan SPMG yang selanjutnya
di proses oleh bendahara untuk dicairkan ;
- Bahwa pada tanggal 25 Agustus 2004, saksi ditelephon oleh staf Pak Sekda
bernama Haris kalau saksi dipanggil Bapak yang dimaksud adalah Pak Sekda
(terdakwa). Setelah saksi menghadap Pak Sekda bertanya pada saksi “
Krisanto kemana ?” saksi jawab “tidak tahu”. Selanjutnya terdakwa
mengatakan bahwa uangnya sudah ditunggu, uang apa yang dimaksud Pak
Sekda saksi tidak tahu. Lalu saksi kembali keruangan saksi, dan menanyakan
kepada staf saksi bernama Siti sulastri yang ternyata uang dan kuitansi sudah
disiapkan oleh Siti Sulastri yang katanya untuk Dewan, kemudian saksi
kembali ke ruangan Pak Sekda melapor bahwa uang sudah disiapkan oleh Bu
Siti Sulastri.
- Bahwa saksi tidak mengetahui uang yang telah disiapkan tersebut untuk
keperluan apa dan ketika saksi menanyakan kepada Pak Sekda (terdakwa),
jawabnya uang untuk dewan dan saksi tidak menanyakan lebih jauh lagi.
Sedangkan nominal uang tersebut saksi tahu dari melihat 2 lembar kwitansi
tersebut masing-masing tertera Rp.900.000.000,- dan Rp.225.000.000,- dan
dalam kuitansi juga tidak disebut peruntukan uang tersebut dan dibawah
tertulis nama penerima yaitu Samirin Darwoto ;
![Page 36: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/36.jpg)
36
- Selanjutnya saksi bersama Siti Sulastri diajak oleh terdakwa sebagai Sekda
untuk menuju Pendopo Kab.Blitar dengan membawa uang tersebut. Pak
Sekda (terdakwa ) naik mobil sendiri bersama sopirnya bernama Suparno
sedangkan saksi bersama Siti Sulastri naik mobil yang lain dan berjalan
dibelakang mobil terdakwa. Uang kami bawa ditaruh dalam tas plastik
(kresek) warna hitam terdiri dari dua buah tas kresek dan sebuah map warna
biru yang didalamnya berisi 2 lembar kwitansi dengan nominal
Rp.900.000.000,- dan Rp.225.000.000,- dan tidak tertera peruntukannya,
namun saksi tidak menghitung uang yang ada dalam tas plastik (kresek)
tersebut ;
- Bahwa setelah sampai di Pendopo Terdakwa turun dari mobil dan masuk ke
ruangan pendopo, bertemu siapa saksi tidak tahu karena saksi dan Siti Sulastri
tidak ikut turun dan menunggu di dalam mobil dan uang dalam tas plastik
(kresek) warna hitam tersebut masih tetap didalam mobil ;
- Bahwa setelah sekira jam 12.30 WIB terdakwa keluar dari pendopo dan
mengajak ke rumah dinas Ketua DPRD di Jl.Merdeka. Sesampai dirumah
dinas Ketua DPRD Pak Sekda (terdakwa) masuk ke ruangan dan saksi
dengan membawa tas kresek warna hitam berisikan uang dan sebuah map
warna biru berisi kwitansi ikut masuk ke ruang di rumah dinas Ketua DPRD
dimana sudah ada Pak Samirin (Ketua DRPRD). Setelah saksi bersalaman
dengan Pak Samirin lalu uang dalam tas kresek saksi letakkan di atas meja
sedang map berisi kwitansi saksi serahkan Pak Sekda dan saksi langsung
keluar menunggu diluar bersama Siti Sulastri, apa yang dibicarakan terdakwa
dengan Pak Samirin saksi tidak tahu.
- Bahwa kira-kira 10 menit kemudian terdakwa keluar dari rumah dinas dengan
membawa map dan oleh terdakwa map tersebut diserahkan pada saksi sambil
dibuka terdakwa mengatakan : “ini sudah“. Dalam map biru tersebut saksi
lihat dua lembar kwitansi masih kosongan tetapi sudah ada tanda tangan Pak
Samirin. Kemudian kami pulang menuju ke kantor lagi.
- Bahwa saksi tiba di kantor ternyata Pak Kris sudah ada, lalu saksi melaporkan
bahwa tadi Pak Kris dicari Pak Sekda dan saksi lalu diajak menuju ke
pendopo dan ke rumah dinas Pak Samirin. Kemudian saksi menyerahkan 2
(dua) lembar kwitansi yang ada tanda tangan Samirin tersebut, setelah dilihat
saksi Krisanto maka kwitansi disuruh untuk simpan Bu Sulastri.
![Page 37: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/37.jpg)
37
- Bahwa kira-kira 10 menit kemudian saksi dipanggil Pak Kris kata Pak Kris
bahwa kwitansi diminta kembali oleh Pak Samirin dan atas perintah
Bapaknya (maksudnya Pak Sekda / terdakwa atau Bupati) katanya disuruh
menyerahkan kembali pada Pak Samirin. Kemudian saksi Krisanto
memerintahkan Siti Sulastri agar kuitansi difoto-copy dulu, setelah itu saksi
diperintah saksi Krisanto untuk mengantarkan kuitansi tersebut kepada Pak
Samirin. Setelah saksi bertemu Pak Samirin, kwitansi saksi serahkan dan Pak
Samirin mengatakan “ ini saksi kan pinjam nanti akan dikembalikan “
- Bahwa pengguna anggaran yaitu unit satuan kerja membuat SPP lalu
dimasukkan ke Bag Keuangan yang didisposisi ke Bag Perbendaharaan lewat
Subbag Anggaran untuk dicocokkan dengan SKO apakah dana masih ada
atau sudah habis.
- Bahwa benar besar APBD tahun 2004 adalah Rp.392.685.998.604,-termasuk
di dalamnya dana sebesar Rp.1.125.000.000,- yang diserahkan pada Samirin
tersebut yang berasal dari dana/anggaran Sekretariat PEMKAB Blitar pada
pos pemrosesan dan pembinaan keuangan;
- Bahwa uang pesangon tidak tercantum dalam RAPBD ataupun APBD.
- Bahwa saksi tidak tahu atas dasar apa dana pesangon bisa cair sedangkan
dana untuk pesangon tidak tercantum dalam APBD.
- Bahwa uang pesangon tidak tercantum dalam APBD namun tetap bisa cair,
hal tersebut adalah menyalahi aturan karena dana untuk kesekretariatan
Pemerintah Kabupaten tidak dibenarkan untuk keperluan Dewan/legeslatif.
- Bahwa saksi tahu SPMG No.750 nominalnya Rp.70.000.000,- dalam
lampiran kwitansi tertera keperuntukannya biaya penyelenggaraan
pemerintahan. SPMG tersebut tidak dilampiri nota dinas karena menurut
saksi Krisanto dana tersebut untuk biaya Sekda rapat di Jakarta.
- Bahwa saksi tahu SPMG No.945 tersebut dananya diambil dari pos biaya
rapat, peruntukannya adalah :Rp.50.000.000,- untuk Pak Kris dan
Rp.20.000.000,- untuk Sekda (terdakwa) sesuai bukti kuitansi ;
- Bahwa saksi tahu SPMG No.1387 tersebut diambilkan dari Pos pengadaan
kebersihan. Dalam bukti kuitansi pendukungnya yang tanda tangan penerima
adalah Samirin (Ketua DPRD) dengan nominal Rp.20.000.000,- keperluan
tertulis untuk pengadaan alat kebersihan rumah dinas.
- Bahwa saksi tidak tahu apakah terdakwa tahu apa tidak SPMG No.1387
tersebut.
![Page 38: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/38.jpg)
38
- Bahwa didalam RAPBD ada perubahan. Atas dasar apa dan kapan diadakan
perubahan itu, apakah ada pembahasan atau tidak saksi tidak tahu, tahu-tahu
setelah disahkan menjadi APBD sudah ada perubahan.
- Bahwa didalam rapat pembahasan RAPBD baik antara Tim Anggaran
eksekutif dan Panitia Anggaran legeslatif ataupun dalam rapat DRPRD tidak
pernah dibahas mengenai uang pesangon.
- Bahwa sesuai dengan Permendagri No.29 tahun 2002 dan Perda No. 11 tahun
2003.penerbitan SPMG yang hanya dilampiri dengan bukti pendukung
kwitansi saja belum sah ;
- Bahwa tidak dibenarkan Anggaran eksekutif Pem Kab Blitar digunakan untuk
legeslatif.
- Bahwa benar saksi tahu, SPMG tersebut untuk pencairan dana biaya makan
minum sebesar Rp.50.000.000,- dan Rp.20.000.000,- ;
- Bahwa uang sebesar Rp.50.000.000,- diserahkan oleh Titik kepada Krisanto
untuk diserahkan kepada Terdakwa, sedangkan uang Rp.20.000.000,- yang
menyerahkan Titik Wismiati kepada Terdakwa ;
- Bahwa setiap penerbitan SPMG harus dilampiri nota dinas;
- Bahwa SPMG tersebut tidak dilampiri nota dinas karena yang meminta dana
adalah pimpinan dimana pimpinan sudah tahu maksud pengeluaran dana
tersebut.
- Bahwa yang dimaksud saksi Pimpinan adalah Sekda (terdakwa).
- Bahwa setiap pengeluaran uang Pem Kab Blitar, saksi selalu melaporkan
pada Sekda (terdakwa) dan jawab Sekda “ ya terserah Bupati “.
- Bahwa pada waktu rapat DPRD Kab.Blitar dimana ada pandangan fraksi-
fraksi, saksi tidak tahu apakah ada keberatan dari fraksi terhadap RAPBD,
juga tidak tahu ada perubahan atau tidak terhadap RAPBD.
- Bahwa benar saksi tahu ada perubahan setelah RAPBD disahkan menjadi
perda, tahu-tahu sudah berubah, kapan pembahasannya, kapan perubahannya
saksi tidak tahu.
- Bahwa di dalam kedudukannya sebagai wakil Ketua Tim Anggaran, Asisten
II tidak bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan daerah, Asisten II
hanya menyetujui atau tidak menyetujui pengeluaran dana oleh Bendahara.
- Bahwa yang mempersiapkan pembuatan Nota dinas adalah pengguna
anggaran yaitu dari Unit satuan kerja ( Bagian atau Dinas).
- Bahwa waktu saksi menghadap Sekda di ruangan Sekda ada 2 orang staf.
![Page 39: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/39.jpg)
39
- Bahwa jarak ruang kerja saksi dengan ruang kerja Sekda berjarak + 30 m.
- Bahwa yang memerintahkan Siti Sulatri untuk mempersiapkan uang sebesar
Rp.1.125.000.000,- adalah Pak Krisanto.
- Bahwa untuk pencairan dana yang tidak masuk APBD harus dilampiri Nota
dinas.
- Bahwa dana yang disediakan untuk unit satuan kerja tertentu bisa diserap
untuk unit kerja yang lian
- Bahwa pada waktu akan berangkat ke pendopo saksi tidak berbicara dengan
staf Sekda bernama Haris ataupun Parno.
4. Drs. Hasan Al Habsyi, pada pokoknya menerangkan :
- Bahwa saksi PNS di Pem.Kab.Blitar menjabat Asisten II yaitu Bidang
Administrasi & Umum.dan kenal terdakwa pada saat terdakwa menjabat
Sekda Pem.Kab.Blitar;
- Bahwa tugas saksi sebagai Asisten II Pem.Kab.Blitar sesuai SK Bupati Blitar
No.234 tahun 2002 tgl.23 Juli 2002 adalah melakukan pembinaan dan
mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan di bidang Keuangan, Umum dan
Perlengkapan serta Hubungan Masyarakat yang bertanggung jawab pada
atasan saksi yaitu terdakwa selaku Sekda ;
- Bahwa berdasarkan SK.Bupati No.15 tahun 2004 tgl 23 Januari 2004, saksi
ditetapkan menjadi Wakil Ketua II dalam Tim Anggaran Pem.Kab.Blitar
untuk tahun anggaran 2004. dan sebagai Ketuanya adalah Sekda yang waktu
itu dijabat oleh terdakwa dan tugas saksi selaku Wakil Ketua Tim Anggaran
eksekutif adalah mewakili Ketua Tim apabila Ketua berhalangan ;
- Bahwa tugas Tim Anggaran adalah mempersiapkan dan melaksanakan serta
mengambil langkah dalam rangka penyusunan APBD Kab.Blitar termasuk
perubahan dan perhitungan setiap tahun.
- Bahwa saksi tahu 8 lembar SPMG No..223 d/d No.230 kesemuanya nominal
berjumlah Rp.1.125.000.000,- (satu millyar seratus duapuluh lima juta
rupiah) ;
- Bahwa saksi tidak pernah menerima laporan tentang pengeluaran maupun
penggunaan dana sebagaimana dalam SPMG sebanyak 8 lembar senilai
Rp.1.125.000.000,- tersebut, sehingga saksi tidak tahu penggunaan dana
sebesar Rp.1.125.000.000,- tersebut untuk apa, yang jelas dana tersebut
adalah dana milik sekretariat Pem Kab Blitar.
![Page 40: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/40.jpg)
40
- Bahwa yang berwenang menanda tangani untuk mengetahui / menyetujui
SPP sebagai lampiran SPMG seharusmya adalah saksi selaku asisten II selain
asisten II tidak sah. Sedangkan yang tanda tangan pada SSP lampiran dari
SPMG tersebut adalah Krisanto Kabag Keuangan Pem Kab Blitar.
- Bahwa sifat tanda tangan saksi pada SPP adalah untuk mengetahui apakah
dana yang tersedia masih ada ;.
- Bahwa Sekda (terdakwa) tahu penggunaan dan pengeluaran dana
Rp.1.125.000.000,- tersebut, karena terdakwa sebagai penerima kewenangan
pengelolaan keuangan daerah dan menanda tangani SKO yang dilampirkan
pada SPMG.
- Bahwa saksi pernah ikut dalam rapat pembahasan RAPBD.
- Bahwa saksi tidak tahu ada uang pesangon.
- Bahwa untuk Nota Dinas memang seharusnya sekda tanda tangan.
- Bahwa Tim Anggaran eksekutif menerima masukan dari bagian-bagian
ataupun dinas-dinas mengenai RABD 2004.
- Bahwa setelah RAPBD dibahas Tim Anggaran eksekutif kemudian
diserahkan kepada DPRD Kab.Blitar melalui Panggar legeslatif, selanjutnya
RAPBD dibahas bersama antara Tim Anggaran dan Panitia Anggaran
kemungkinan ada revisi-revisi , apabila Tim Anggaran dan Panggar sudah
menyetujui RAPBD 2004 tersebut dilaporkan kepada DPRD supaya disetujui
dan RAPBD disahkan menjadi Perda APBD 2004 yang kemudian diserahkan
kepada Gubernur untuk disahkan oleh Gubernur;
- Bahwa selain rapat-rapat yang saksi ikuti tersebut tadi dalam pembahasan
Tim Anggaran dan Panggar tentang pembahasan perubahan/revisi saksi tidak
tahu. dan dalam rapat-rapat di Dewan waktu itu tidak ada pembahasan
perubahan ;
- Bahwa sebagai pengelola keuangan daerah itu ada 2 orang pejabat, yaitu
Bupati berwenang mengelola keuangan umum yang kemudian
mendelegaikan wewenangnya kepada Sekda untuk menanda tangani SKO.
Bupati mendelegasikan wewenang kepada Kabag Keuangan untuk menanda
tangani SPMG.
- Bahwa tidak dibenarkan jika anggaran eksekutif Pem Kab dipergunakan oleh
Legeslatif.
- Bahwa saksi pernah baca SPMG No.945 tahun 2004, namun saksi tidak tahu
penggunaannya untuk keperluan apa.
![Page 41: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/41.jpg)
41
- Bahwa setiap Nota dinas dari Unit satuan kerja harus diajukan ke Sekda
untuk di Acc baru dilampiri SKO setelah itu baru bisa dibuatkan SPP lalu
dibawa ke saksi untuk disetujui setelah itu dibawa ke bagian anggaran untuk
dibuatkan SPMG;
- bahwa tanpa acc Sekda dana tidak bisa cair.
- Bahwa saksi tidak ingat untuk kasus perkara ini apakah ada Nota dinas dan
disetujui atau di acc oleh Sekda.;
- Bahwa saksi tidak ingat untuk kasus uang pesangon ini apakah ada SPP yang
dilampiri nota dinas ;
5. Siti Sulastri Binti Sukardi, pada pokoknya menerangkan :
- Bahwa sejak tahun 1999 saksi bertugas di bagian keuangan sebagai staf sub
bagian anggaran yang bertugas menerima, meregister SPP (surat permintaan
pencairan dana) yang masuk di subbag anggaran untuk dicocokkan dengan
kendali, setelah SPP sesuai dan cocok dengan kendali saya serahkan ke
Kepala Subbag Anggaran lalu dibawa ke Subbag Perbendaharaan untuk
dibuatkan SPMG, dan sebagai Kasub Bagian Anggaran adalah Wisnugroho,
sedangkan Kabag Keuangan adalah Krisanto ;
- Bahwa saksi kenal dengan Terdakwa karena terdakwa waktu itu sebagai
Sekda Kabupaten Blitar ;
- Bahwa pada tanggal yang saksi lupa pada bulan Pebruari 2004 saksi diberi
nota dinas dari Krisanto untuk membuat SPP dan mencairkan dana
nominalnya Rp.1.125.000.000,- dan dananya disuruh simpan. Oleh karena
pembuatan SPP adalah tugas dari Titik Wismiati maka Nota dinas dari
Krisanto tersebut saya serahkan kepada Titik Wismiati, dan menurut
Krisanto dana sebesar Rp.1.125.000.000,- adalah dana untuk DPRD Kab
Blitar, namun saksi tidak tahu untuk keperluan apa ;
- Bahwa pada tanggal 25 Agustus 2004 saksi dipanggil dan diperintahkan oleh
Kabag Keuangan (saksi Krisanto) untuk mengambil uang untuk Dewan pada
Titik Wismiati sejumlah Rp.1.125.000.000,-. dan menyiapkan 2 kwitansi
tenda terima uang masing-masing rangkap 3 lembar dengan nominalnya
sebesar Rp.900.000.000,- dan Rp.225.000.000,- sedangkan nama penerima
yaitu Samirin Darwoto (Ketua DPRD Kab. Blitar).Setelah uang saksi ambil
maka sesuai perintah Krisanto maka uang saksi dibantu oleh Bambang
Sugeng (staf keuangan) memasukkan ke dalam amplop masing-masing
amplop Rp.20.000.000,- sebanyak 45 buah amplop saksi masukkan ke dalam
![Page 42: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/42.jpg)
42
tas kresek warna hitam. Sisanya sebanyak Rp.225.000.000,- dibungkus kertas
koran lalu saksi masukkan ke dalam tas kresek warna hitam.
- Bahwa selesai memasukkan uang dalam amplop saksi mau melapor pada
Krisanto, tetapi Krisanto tidak ada lalu saksi didatangi Wisnugroho dan
menanyakan, “ dhuwite wis siap ?” yang oleh saksi dijawab bahwa uang
sudah siap, setelah itu saksi Wisnugroho keluar ruangan tidak tahu kemana.
Setelah kembali Nugroho mengajak saya “ Bu ayo dhuwite diterne nderekne
Pak Bin “ (artinya : “ Bu mari uangnya diantar ikut Pak Soebiantoro“).
Selanjutnya saya dan Wisnugroho dengan membawa uang terdiri dari 45
amplop terbungkus tas kresek hitam dan 1 bungkus kertas koran dimasukkan
dalam tas kresek hitam pergi bersama terdakwa menuju ke rumah dinas Ketua
DPRD Kab Blitar Samirin Darwoto ;
- Bahwa kemudian kira-kira jam 12.00 WIB Terdakwa naik mobil dinas sedan
dengan sopirnya bernama Suparno, sedangkan saksi bersama Wisnugroho
masing-masing dengan membawa 1 (satu) tas kresek berisikan uang tadi naik
mobil Kijang milik pribadi Wisnugroho yang dikemudikan oleh Wisnugroho
sendiri berjalan dibelakang mengikuti mobil dinas yang dinaiki terdakwa,
yang ternyata tidak menuju ke rumah dinas Samirin tetapi menuju ke
Pendopo Kabupaten Blitar., dan sesampainya di pendopo terdakwa turun dari
mobil lalu masuk ke ruang pendopo, sedangkan saksi bersama Wisnugroho
tetap berada di dalam mobil menunggu terdakwa keluar. Tidak lama
kemudian terdakwa keluar dari pendopo lalu langsung mengajak ke rumah
dinas Samirin Darwoto dan mobil yang dinaiki terdakwa berjalan didepan
sedangkan mobil yang saksi naiki bersama Wisnugroho mengikuti di
belakangnya.
- Bahwa setelah tiba di rumah dinas Samirin di Jalan Merdeka Kota Blitar
mobil dinas terdakwa masuk halaman dan parkir di depan rumah dinas lalu
terdakwa turun dari mobil, setelah itu baru mobil Wisnugroho masuk
halaman rumah dinas dan parkir sebelah timur mobil terdakwa menghadap ke
utara lalu Wisnugroho turun dari mobil sedangkan saya tetap di dalam mobil.
Selanjutnya terdakwa langsung masuk ke rumah Samirin yang diikuti oleh
Wisnugroho sambil membawa tas kresek warna hitam berisikan uang sebesar
Rp. 1.125.000.000,00 (satu milyar seratus dua puluh lima juta rupiah)
tersebut beserta sebuah map warna biru berisikan 2(dua) lembar kuitansi
tanda terima.
![Page 43: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/43.jpg)
43
- Bahwa sesaat kemudian Wisnugroho keluar dari rumah Samirin tidak
membawa apa-apa dan kembali ke mobil untuk memarkir mobilnya, sedang
terdakwa masih di dalam ruangan rumah Samirin, dan tidak berapa lama
kemudian terdakwa keluar dari rumah dinas dengan membawa sebuah map
warna biru, lalu map tersebut oleh terdakwa diserahkan kepada Wisnugroho
yang setelah dibuka dan saksi juga melihat sendiri map tersebut berisikan
dua lembar kuitansi yang masing-masing tertera nominal Rp.900.000.000,-
dan Rp.225.000.000,- telah diparaf oleh Samirin Darwoto. Selanjutnya mobil
terdakwa dan mobil Wisnugroho meninggalkan rumah dinas Samirin kembali
pulang ke Kantor Sekretariat Pemerintah Kabupaten Blitar;
- Bahwa setiba di Kantor Sekretariat Pem Kab Blitar Wisnugroho menghadap
Krisanto Kabag Keuangan, apa yang dibicarakan dengan Krisanto saksi tidak
tahu, kemudian setelah keluar lagi Wisnugroho sambil menyerahkan kwitansi
pada saksi suruh serahkan pada Titik Wismiati, lalu saksi akan menyerahkan
kwitansi pada Titik Wismiati tetapi belum sampai saksi serahkan,
Wisnugroho menanyakan kwitansi tanda terima tadi katanya menurut
Krisanto kwitansinya atas perintah Bapake (yang menurut saksi adalah
Bupati) agar kuitansi tersebut dikembalikan kepada Samirin Darwoto. Atas
perintah Krisanto tersebut maka terlebih dahulu kuitansi saksi foto copy
sebagai bukti untuk SPJ, lalu aslinya saksi serahkan kepada Wisnugroho, dan
kuitansi tersebut dibawa Wisnugroho katanya untuk diserahkan kepada
Samirin.
- Bahwa saksi yang mengeketik kuitansi dan atas perintah Krisanto supaya
kuitansi dikosongi hanya ditulis nominal dan nama penerimanya saja.
- Bahwa masing-masing SPMG mulai nomor 223 sampai nomor 230 dibuat
Titik Wismiati dan SPP sebagai lampiran itu pernah saksi register. Sedangkan
nota dinas adalah dari Krisanto berisikan perintah pembuatan SPP dengan
perincian sbb. :
- biaya proses penyusunan APBD tahun 2004 = Rp.200.000.000,- ;
- biaya proses perhitungan APBD 2004 = Rp.200.000.000,- ;
- biaya proses penyusunan PAK = Rp.200.000.000,- ;
- biaya proses penyusunan LPJ = Rp.125.000.000,- ;
- biaya penyelenggaraan otoda sebesar Rp.100.000.000,- ;
- biaya penyelenggaraan administrasi daerah = Rp.100.000.000,- ;
- biaya pengendalian administrasi umum = Rp.100.000.000,- ;
![Page 44: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/44.jpg)
44
- biaya penyelenggaraan pemerintah Kab.Blitar = Rp.100.000.000,-
- Bahwa dana sebesar Rp.1.125.000.000,00 tersebut diambilkan dari dana
APBD pada rekening Pos Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan Sekretariat
Pemerintah Kabupaten Blitar.
- Bahwa SPMG No.945 keperuntukannya biaya makanan dan minuman tamu
pemerintah Kab Blitar nominal Rp.70.000.000,-Yang menerima dana sesuai
bukti kuitansi yang terlampir dalam SPMG tersebut yaitu Krisanto menerima
Rp.50.000.000,- dan Rp.20.000.000,- yang menerima terdakwa, namun saksi
tidak tahu apakah penggunaan dana tersebut sudah sesuai atau tidak sesuai
dengan keperuntukannya seperti tercantum dalam SPMG, dan uang sebesar
Rp.50.000.000,- tersebut saksi serahkan sendiri kepada Krisanto yang
waktunya sesuai dengan yang tertera dalam kwitansi.;
- Bahwa saksi tahu SPMG No.750 tersebut nominalnya Rp.70.000.000,- untuk
biaya penyelenggaraan pemerintahan Kab Blitar ;
- Bahwa saksi tahu SPMG No.08 dengan dana/anggaran sebesar
Rp.510.000.000,- keperuntukannya untuk biaya penyusunan APBD, dimana
uang sebesar Rp.10.000.000,- saksi sendiri yang menyerahkan dan diterima
oleh Samirin Darwoto, sedangkan uang Rp.500.000.000,- diterima oleh
Mahmud Zen (anggota DPRD) dan saksi tidak tahu siapa yang menyerahkan.
- Bahwa setiap penerbitan SPMG harus dilampiri nota dinas.
- Bahwa SPMG No.08 nominal Rp.510.000.000,- keperuntukannya biaya
penyusunan APBD tahun 2004, dengan 2 kuitansi tanda terima ditanda
tangani Samirin. SPMG ini tidak dilampiri nota dinas karena yang meminta
dana adalah pimpinan dimana pimpinan sudah tahu maksud pengeluaran
dana tersebut.
- Bahwa yang dimaksud saksi pimpinan adalah Sekda (terdakwa).
- Bahwa karena ruang kerja saksi di lantai atas dan juga ruang kerja terdakwa
di lantai atas, maka saksi bersama Wisnugroho bertemu terdakwa hanya
bersama sopirnya saja di lantai bawah..
- Bahwa untuk pencairan dana, SPMG ada yang dilampiri Nota Dinas yang
dibuat oleh masing-masing kepala Unit Satuan kerja dan ada juga yang tanpa
dilampiri Nota Dinas.
- Bahwa jarak ruang kerja saksi dengan ruang kerja Sekda tidak jauh. Kira-
kira kalau berjalan makan waktu sekitar 5 menit.
![Page 45: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/45.jpg)
45
- Bahwa tidak dibenarkan Nota Dinas dibuat oleh Krisanto dan diambilkan dari
pos sekretariat Pem Kab Blitar.
- Bahwa Krisanto boleh tanda tangan untuk mengetahui SPP bilamana Asisten
II berhalangan.
6. Suparno, pada pokoknya menerangkan :
- Bahwa saksi PNS di Pem.Kab.Blitar kenal dengan terdakwa karena tugas
saksi sebagai pengemudi mobil dinas Sekda yang dijabat oleh terdakwa sejak
tahun 2002 sampai dengan terdakwa pindah ;
- Bahwa pada tanggal 25 Agustus 2004 sekitar jam 12.00 wib. Saksi diberitahu
oleh ajudan Sekda : bahwa saksi diperintah untuk mengantar Sekda yaitu
terdakwa pergi ke Pendopo Kabupaten Blitar. Kemudian saksi mengantar
terdakwa dengan mengendarai mobil dinas sedan merk Mitsubishi Galant
No.Pol AG.9005 N menuju ke Pendopo, yang pada saat itu saksi tahu mobil
Kijang milik Wisnugroho berjalan dibelakang mobil saksi beriringan.
Sesampainya di Pendopo mobil saksi berhenti dan terdakwa turun dari mobil
menuju ke ruangan pendopo. Pada saat yang sama saksi melihat mobil kijang
milik dan dikemudikan Wisnugroho juga berhenti diparkir di halaman
pendopo Kab Blitar, sedang saksi dan Wisnugroho tidak turun dari mobilnya.
Tidak berapa lama terdakwa keluar lagi dan menyuruh saya untuk mengantar
terdakwa menuju rumah dinas Ketua DPRD Kab Blitar Samirin di jalan
Merdeka Blitar.
- Bahwa setelah sampai di rumah dinas Ketua DPRD Kab Blitar mobil saksi
berhenti di depan pintu rumah dinas dan saksi juga melihat mobil
Wisnugroho juga berhenti di belakang mobil saksi. Selanjutnya terdakwa
turun dari mobilnya dan Wisnugroho juga turun dari mobil dan pada saat itu
saksi melihat Siti Sulastri juga ada di dalam mobil Wisnugroho duduk
dibangku sebelah kiri sopir. Lalu Wisnugroho sambil membawa tas kresek
warna hitam juga masuk kerumah dinas Samirin, dan tidak lama kemudian
Wisnugroho keluar dari rumah dinas sendirian menunggu di dalam mobil
kijangnya. Setelah itu terdakwa juga keluar dari rumah dinas Samirin dengan
membawa sebuah map warna biru dan map tersebut diserahkan kepada
Wisnugroho. Setelah itu saksi mengantar terdakwa untuk kembali ke kantor
Sekretariat Pem Kab Blitar, diikuti oleh mobil Wisnugroho yang berjalan
dibelakang mobil yang saksi kemudikan, namun saksi tidak tahu tujuan
Wisnugroho tersebut kemana.;
![Page 46: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/46.jpg)
46
- Bahwa saksi tidak tahu siapa yang membukakan pintu rumah dinas Ketua
DPRD Kabupaten Blirar tersebut ;
- Bahwa saksi tidak ingat waktu Wisnugroho keluar dari rumah dinas
membawa apa.
- Bahwa pada waktu saksi di lantai bawah berada di ruang operator akan
mengantar terdakwa tidak ingat apakah Wisnugroho dan Siti Sulastri berada
di ruang lobi tersebut ;
- Bahwa waktu mau berangkat menuju Pendopo saksi melihat ajudan terdakwa
bernama Haris sedang membukakan pintu mobil untuk masuk terdakwa.
7. L. Nina Dwi Rahayu, S.E. Binti Toni Suprapto, pada pokoknya menerangkan :
- Bahwa saksi kenal dengan Terdakwa karena terdakwa menjabat sebagai
Sekda Kabupaten Blitar sejak 1999 s/d. 2002, sedang saksi sebagai Kasi
Pengeluaran pada Kantor Kas Daerah Pem Kab Blitar.
- Bahwa saksi dinas di Pem Kab Blitar sejak tahu 1983 dan sejak tanggal 5
Desember 2003 bertugas sebagai Kasi Pengeluaran Kantor Kas Daerah
Pemerintah Kab Blitar.yang bertugas :
- melaksanakan pembayaran dana perimbangan dan gaji .
- melaksanakan pembayaran pada bendaharawan atau pihak ketiga
berdasarkan SPMG.
- Penyetoran dan penerimaan pajak negara sesuai dengan ketentuan.
- Membuat rekapan pengeluaran keuangan daerah yang dilaporkan melalui
buku B IX.
- Bahwa yang dimaksud pembayaran kepada pihak ke tiga, misalnya kalau ada
proyek maka pembayaran kepada pemborong melalui dinas terkait, kemudian
dari Kasda dibuat giro sesuai dengan permintaan dinas terkait dengan
menyebutkan menyebutkan nomor rekening dari pemborong tersebut., jadi
pencairan dana langsung ke rekening pihak ke tiga.
- Bahwa mekanisme pengeluaran uang dari Kasda adalah pertama SPMG di
terima dari Bagian keuangan dengan lampiran daftar penguji. Lalu saksi
koreksi nomor SPM, daftar Nomor rekening Pemda atau nominal keuangan
baik angka atau huruf, tanggal SPM, Nomor SKO kalau ada, kalau sudah
sesuai baru bisa diterbitkan Giro. Setelah giro selesai dibuat lalu diteliti dan
kalau sudah benar atau falid baru dimintakan tanda tangan dari Kepala Kantor
Kasda, kemudian dikirim ke Bank Jatim.
![Page 47: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/47.jpg)
47
- Bahwa saksi kenal 8 SPMG tersebut semua tertanggal 18 pebruari 2004
masing-masing terdiri dari :
1. No. 223 nominal Rp.200.000.000,- untuk biaya proses APBD tahun 2004;
2. No. 224 nominal Rp.200.000.000,- untuk biaya proses perhitungan APBD
tahun 2003.
3. No. 225 nominal Rp.200.000.000,- untuk biaya proses penyusunan PAK
tahun 2003.
4. No. 226 nominal Rp.125.000.000,- untuk biaya proses penyusunan LPJ
Bupati tahun 2003.
5. No. 227 nominal Rp.100.000.000,- untuk biaya pengembangan Otoda.
6. No. 228 nominal Rp.100.000.000,- untuk biaya pembinaan administrasi
daerah.
7. No. 229 nominal Rp.100.000.000,- untuk biaya pengendalian administrasi
umum.
8. No. 230 nominal Rp.100.000.000,- untuk penyelenggaraan administrasi
Kabupaten.
Selain itu saksi pernah menerima beberapa SPMG masing-masing terdiri dari:
1. No. 8 tanggal 10 Januari 2004 nominal Rp.510.000.000,- untuk biaya
proses penyusunan perhitungan APBD tahun 2003.
2. No. 699 tanggal 2 April 2004 nominal Rp.200.000.000,- untuk biaya
penyusunan APBD tahun 2004.
3. No. 1387 tanggal 6 Juli 2004 nominal Rp.20.000.000,- untuk pengadaan
alat kebersihan Pemkab Blitar.
4. No. 750 tanggal 13 April 2004 nominal Rp.70.000.000,- untuk biaya
penyelenggaraan Pemerintah Kabupaten Blitar.
5. No. 945 tanggal 5 Mei 2004 nominal Rp.70.000.000,- untuk biaya
makanan dan minuman tamu Pemkab Blitar.
Jumlah nominal dari 13 lembar SPMG tersebut diatas adalah sebesar
Rp.1.995.000.000,- yang dikeluarkan atau dicairkan dari pos Sekretariat
Pemkab Blitar dan diambil dari dana APBD tahun 2004.
- Bahwa saksi selaku Kasi Pengeluaran pada Kantor Kasda Pemkab Blitar
pernah mengeluarkan uang berdasarkan atas SPMG-SPMG no.223 s/d.230,
SPMG no.08, no.699, no.1387, no.750 dan no.945 tersebut sejumlag
Rp.1.995.000.000,-, namun saksi tidak tahu secara riil uang yang dikeluarkan
Kasda tersebut digunakan untuk apa.
![Page 48: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/48.jpg)
48
- Bahwa Dana atas dasar SPMG sebanyak 13 lembar dengan nominal
Rp.1.995.000.000,- sudah cair, saya tahu karena setiap bendahara yang akan
mencairkan uang cek yang untuk mengambil uang harus didaftarkan di
Kasda;
8. Hj. Titik Wismiati Binti Mulyani, pada pokoknya menerangkan :
- Bahwa keterangan saksi di penyidik Kejaksaan Negeri Blitar adalah benar ;
- Bahwa saksi dinas di Pem Kab Blitar sejak tahu 1983 dan kemudian sejak
awal Januari 2004 sampai sekarang sebagai Kasir dan pembantu pemegang
kas pada Sekretariat Pemkab Blitar yang bertugas :
- Menerima ajuan dari Dinas/Bagian.
- Meneliti ajuan tersebut, kalau suadh benar saya buatkan SPP yang
ditanda tangani oleh Asisten II atau Krisanto selaku Kabag Keuangan.
- Mengerjakan resgiter SPMG.
- Mengerjakan reguster SPP.
- Bahwa saksi kenal dengan Terdakwa sebagai Sekda Kabupaten Blitar ;
- Bahwa atasan langsung saksi sebagai Kasir Sekretariat adalah Asisten II,
saksi berada di staf Bagian Keuangan dan Kabagnya Krisanto ;
- Bahwa proses mengajuan anggaran hingga dana cair adalah saksi menerima
pengajuan anggaran dari Dinas/Bagian lalu saksi teliti mengenai nominal dan
penggunaannya, apabila sudah benar kemudian saksi buat SPP untuk
kemudian ditanda tangani oleh Asisten II atau Kabag Keuangan Krisanto,
selanjutnya dikirim kepada Kasubag Anggaran lalu menyerahakan ke
Kasubag Perbendaharaan untuk diterbitkan SPMG, setelah itu SPMG tersebut
diserahkan pada saksi. Setelah dana cair dari bank uangnya saksi serahkan
kepada yang mengajukan sesuai dengan penggunaan yang tertulis dalam nota
dinas;
- Bahwa yang memberi acc / nota persetujuan pada lembar nota dinas atau
memo untuk pembayaran adalah terdakwa waktu itu selaku Sekda Pemkab
Blitar;
- Bahwa saksi pernah menerima SPMG No.750 dengan anggaran sebesar
Rp.70.000.000,- untuk biaya penyelenggaraan pemerintahan Kabupaten
Blitar. Uangnya atas perintah Krisanto saya serahkan langsung kepada
terdakwa sebesar Rp.70.000.000,- dengan bukti kuitansi tertanggal 6 April
2004 yang ditanda tangani oleh terdakwa ;
![Page 49: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/49.jpg)
49
- Bahwa saksi pernah menerima SPMG nomor 945 dengan anggaran sebesar
Rp.70.000.000,- untuk biaya makanan dan minuman, dengan rincian :
- Uang sebesar Rp.50.000.000,- saya serahkan langsung pada Krisanto
dengan bukti kwitansi tertanggal 19 April 2004 yang ditanda tangani oleh
Krisanto.
- Uang yang Rp.20.000.000,- saya serahkan langsung pada terdakwa
dengan bukti kwitansi tertanggal 16 April 2004 yang ditanda tangani oleh
terdakwa.
- Bahwa saksi pernah menerima SPMG No.08 dengan anggaran sebesar
Rp.510.000.000,- untuk biaya penyusunan APBD 2004.
- Uang Rp.10.000.000,- saksi serahkan Bu Siti untuk diserahkan kepada
Samirin Darwoto, dengan bukti kuitansi tertanggal 30 Desember 2003
yang ditanda tangani oleh Samirin Darwoto.
- Uang Rp.500.000.000,- saksi serahkan pada Krisanto untuk diserahkan
kepada Mahmud Zen, dengan bukti kuitansi tertanggal 30 Desember 2003
yang ditanda tangani oleh Mahmud Zen.
- Bahwa uang yang diserahkan oleh saksi langsung kepada terdakwa adalah
Rp.90.000.000,- dengan perinciannya dari :
- Rp.70.000.000,- dari SPMG no.750 untuk biaya penyelenggaraan
pemerintahan Kab.Blitar, dan
- Rp.20.000.000,- dari SPMG no.945 untuk biaya makanan dan minuman.
- Bahwa saksi pernah menerima SPMG No.1387 nominal Rp.20.000.000,-
untuk biaya pengadaan alat kebersihan Pemkab Blitar. Uangnya saksi
serahkan kepada Krisanto dan saksi menerima bukti kwitansi tertanggal 24
Juni 2004 yang ditanda tangani oleh Samirin Darwoto ;
- Bahwa pada tanggal 25 Agustus 2004 saksi pernah mengeluarkan uang
sebesar Rp.1.125.000.000,- yang diambilkan dari pos sekretariat ;
- Bahwa proses pencairan uang sebesar Rp.1.125.000.000,- adalah sebagai
berikut pada tanggal 5 Pebruari 2004 saksi diperintah Krisanto secara tertulis
dengan nota dinas/memo lewat Siti Sulastri supaya dibuat SPP nominal
Rp.1.125.000.000,-, atas perintah Krisanto tersebut saksi membuat SPP
tersebut untuk diteliti dan ditanda tangani oleh Lilik Purwanto, kemudian
saksi bawa SPP ke Subbag Anggaran untuk diproses, kemudian dibawa ke
subbag perbendaharaan untuk diterbitkan SPMG, dan selanjutnya terbitlah 8
![Page 50: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/50.jpg)
50
(delapan) lembar SPMG yang semuanya tertanggal 18 Pebruari 2004 yaitu
terdiri:
1. SPMG No.223 dengan nominal Rp.200.000.000,-.
2. SPMG No.224 dengan nominalnya Rp.200.000.000,-
3. SPMG No.225 dengan nominalnya Rp.200.000.000,-
4. SPMG No.226 dengan nominalnya Rp.125.000.000,-
5. SPMG No.227 dengan nominalnya Rp.100.000.000,-
6. SPMG No.228 dengan nominalnya Rp.100.000.000,-
7. SPMG No.229 dengan nominalnya Rp.100.000.000,- dan
8. SPMG No.230 dengan nominalnya Rp.100.000.000,-
Jumlahnya Rp.1.125.000.000,-
Kemudian pada tanggal 24 Pebruari 2004 SPMG SPMG tersebut dicairkan
oleh Lilik Purwanto di Bank Jatim dan uangnya diserahkan pada saksi untuk
disimpan ;
- Bahwa pada tanggal 25 Agustus 2004 uang Rp.1.125.000.000,- tersebut
diambil oleh Siti Sulastri dan dibawa dengan menggunakan tas kresek warna
hitam, kemudian sekira jam 13.00 wib saksi menerima dari Siti Sulastri
tersebut 2 lembar foto copy kuitansi kosongan masing-masing nominalnya :
- Rp.900.000.000,- ditanda tangani penerima yaitu Samirin Darwoto.
- Rp.225.000.000,- ditanda tangani penerima Samirin Darwoto.
- Bahwa yang menyerahkan uang tersebut saksi tidak tahu persis tetapi setelah
uang diambil Siti Sulastri pada hari itu juga Siti Sulastri menyerahkan 2
(dua) lembar foto copy kuitansi tersebut dan ketika saksi tanyakan Siti
Sulastri mengatakan kalau kuitansi yang asli diminta kembali, namun yang
minta siapa saya tidak ingat ;
- Bahwa sesuai dengan nota dinas atau memo yang dibuat Krisanto bahwa
uang tersebut adalah untuk dewan ;
- Bahwa saksi tahu memo tersebut dari Krisanto lewat Siti Sulastri untuk
diserahkan pada saksi dan memo tersebut ada SKO yang ditanda tangani oleh
terdakwa selaku Sekda ;
- Bahwa pada waktu uang Rp.1.125.000.000,- diambil dari saksi tersebut Siti
Sulastri mengatakan : “ ambil uang untuk dewan. “, lalu uang
Rp.1.125.000.000,- oleh Siti Sulastri dihitung dan dimasukkan ke dalam tas
kresek warna hitam ;
![Page 51: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/51.jpg)
51
- Bahwa SPMG yang tidak dilampiri dengan bukti pendukung adalah tidak
dibenarkan ;
- Bahwa pertanggung-jawaban penggunaan anggaran tidak dapat hanya
dilakukan dengan kuitansi saja, namun harus didukung dengan bukti-bukti
pendudkung lainnya ;
- Bahwa uang yang diterima Krisanto dengan kuitansi tanggal 19 April 2004
untuk SPMG No.945 oleh Krisanto dipergunakan untuk apa atau diserahkan
kepada siapa saksi tidak tahu ;
- Bahwa saksi tidak ingat, apakah Bagain Umum pernah meminta dana untuk
biaya makanan dan minuman ;
- Bahwa saksi tidak tahu siapa yang membuat kuitansi tanda terima uang
nominal Rp.900.000.000,- dan Rp.225.000.000,- ;
- Bahwa yang berhak tanda tangan dalam SKO adalah Sekda (terdakwa);
- Bahwa tidak dibenarkan dana pada pos Sekretariat Pemkab Blitar
dipergunakan untuk kepentingan lain diluar kepentingan sekretariat ;.
- Bahwa saksi tidak tahu perbedaan antara nota dinas dan memo ;
- Bahwa tanggal pada kuitansi adalah lebih dahulu dari pada tanggal SPMG,
karena uang diserahkan dulu kepada pengguna dana, kemudian kuitansi baru
diserahkan pada saya dan penyerahan uang tersebut belum ada SPP maupun
SPMG ;
- Bahwa saksi tidak melihat kuitansi tanda terima uang sebanyak
Rp.900.000.000,- dan Rp.225.000.000,- masing-masing ditanda tangani
Samirin Darwoto, namun saksi tahu dari fotocopy kuitansi ;
- Bahwa pada waktu penyerahan uang Rp.70.000.000,- dengan kuitansi yang
ditanda tangani terdakwa belum ada SPP ataupun SKO ;
- Bahwa bunyi uraian dalam kuitansi harus sama dengan bunyi uraian dalam
SPP maupun SKO.
- Bahwa kuitansi yang hanya diparaf oleh terdakwa sebagai penerima uang
sudah dianggap cukup untuk bukti penerimaan uang ;
- Bahwa kalau terdapat SPP yang menyalahi aturan saksi tidak punya
wewenang menolak untuk membayar.
9. Drs. Gunawan, pada pokoknya menerangkan :
- Bahwa keterangan saksi di hadapan penyidik adalah benar;
- Bahwa saksi sebagai PNS Pemkab Blitar yang sejak tahun 2001 sampai. 2004
sebagai Sekretaris DPRD Kab.Blitar.yang bertugas menyusun anggaran
![Page 52: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/52.jpg)
52
untuk Dewan dan membantu menyiapkan tugas pimpinan dewan.dan kenal
dengan Terdakwa sebagai Sekda Kabupaten Blitar ;
- Bahwa fungsi Sekwan adalah membantu kelancaran tugas-tugas Dewan dan
sebagai penghubung antara eksekutif dan legeslatif dalam rangka kegiatan
dewan yangsecara administrasi bertanggung jawab kepada Bupati, sedang
secara operasional bertanggung jawab kepada Ketua DPRD ;
- Bahwa prosedur pengajuan APBD Kab Blitar untuk Sekwan yaitu :
Sekretariat Dewan bersama Panggar DPRD Kab Blitar menyusun anggaran
yang dibutuhkan. Setelah Panggar menyetujui maka rencana kebutuhan
anggaran dibahas antara Panggar legeslatif dan Tim Anggaran eksekutif.
Setelah sepakat maka dimasukkan dalam APBD.
- Bahwa Anggaran untuk DPRD dalam APBD antara lain : Uang representasi,
uang paket, tunjangan jabatan, tunjangan komisi, tunjangan khusus, tunjangan
panitia, tunjangan kesejahteraan, uang duka, tunjangan perbaikan
penghasilan, biaya bantuan pelatihan anggota DPRD, biaya makanan dan
minuman rapat, biaya PSH, PSL, PSR, biaya perjalanan dinas, yang
keseluruhannya berjumlah Rp.9.877.000.000,- .
- Bahwa yang duduk dalam Panggar DPRD Kabupaten Blitar yaitu :
Ketua : Masdain Rifai
Wakil : Kustanto
Sekretaris : Mahmud Z.
Anggota : Endar Suparno dan lainnya saksi tidak ingat jumlahnya 21 orang
anggota.
- Bahwa yang duduk dalam Tim Anggaran Pemda Kab Blitar yaitu :
Ketua : Soebiantoro (terdakwa).
Wakil : Krisanto.
Sekretaris dan anggotanya saksi tidak hafal..
- Bahwa dalam pengajuan APBD untuk Dewan tidak pernah ada pos untuk
pesangon anggota Dewan. Hanya saja setelah saksi pensiun sekitar bulan
Juni-Juli 2004 mendengar berita dari Abdul Rochim anggota DPRD
Kab.Blitar bahwa ada uang pesangon dari Bupati untuk anggota Dewan,
namun berapa nominalnya saksi tidak tahu.
- Bahwa dalam APBD tahun 2004 untuk sekretariat DPRD Kab.Blitar tidak
pernah dianggarkan biaya pembinaan dan pemrosesan keuangan meliputi
biaya-biaya : penyusunan APBD 2004, penyusunan perhitungan 2003,
![Page 53: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/53.jpg)
53
penyusunan PAK 2004, penyusunan LPJ Bupati, penyelenggaraan otonomi
daerah, pembinaan administrasi daerah dan pengendalian administrasi umum.
- Bahwa APBD tahun 2004 pernah mengalami perubahan PAK 2004, untuk
anggaran Sekretariat Dewan semula Rp.7.000.000.000,- dirubah menjadi
Rp.9.877.000.000,-
- Bahwa jumlah anggota DPRD Kab.Blitar sebanyak 45 orang termasuk 4
orang pimpinan DPRD dan sebagai Ketua adalah Samirin Darwoto.
- Bahwa dalam sidang paripurna saksi ikut terlibat, tetapi di dalam rapat khusus
antara Panggar dengan Tim Anggaran Pemkab Blitar saksi tidak ikut terlibat.
- Bahwa tidak dibenarkan dana pada pos Sekretariat Pemkab Blitar
dipergunakan untuk kepentingan lain diluar kepentingan sekretariat .
- Bahwa pada saat saksi masih aktif menjabat sebagai Sekretaris DPRD Kab.
Blitar saksi tidak tahu adanya uang pesangon untuk anggota DPRD
Kab.Blitar.
- Bahwa saksi pernah mendengar antara Panggar DPRD dan Tim Anggaran
Pemkab Blitar mengadakan rapat, tetapi saksi tidak tahu untuk bahas apa dan
saksi tidak terlibat dalam rapat tersebut.
- Bahwa rapat antara Panggar DPRD dan Tim Anggaran tersebut selalu
dilakukan di PEMKAB Blitar, tidak pernah dilakukan di gedung Dewan.
10. Lilik Poerwanto Bin Slamet, pada pokoknya menerangkan :
- Bahwa keterangan saksi di hadapan penyidik adalah benar ;
- Bahwa saksi kenal dengan Terdakwa karena terdakwa menjabat sebagai
Sekda Kabupaten Blitar periode 1999 – 2004 ;
- Bahwa saksi sebagai PNS di PEMKAB Blitar sejak tahu 1992 dan sejak
tahun 2003 diangkat sebagai sampai sekarang sebagai Pemegang Kas pada
Sekretariat Pemkab Blitar yang bertugas, antara lain : menandatangani SPP
gaji sekretariat. dan SPP dari Bagian-bagian di Sekretariat Pemkab Blitar,
mencairkan SPMG gaji sekretariat serta SPMG khusus dana sekretariat ;
- Bahwa atasan langsung saksi sebagai Pemegang Kas Sekretariat adalah
Asisten II (Hasan Alhabsy), sedang kedudukan saksi berada di staf Bagian
Keuangan dan Kabag. Keuangannya bernama Krisanto ;.
- Bahwa bagian-bagian yang ada di bawah Sekretariat PEMKAB Blitar adalah:
Bagian Keuangan, Umum, Organisasi, Hukum, Perlengkapan, Pemerintahan,
Pembangunan, Perekonomian dan Humas. Bagian-bagian tersebut disebut
sebagai pengguna anggaran;
![Page 54: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/54.jpg)
54
- Bahwa proses mengajukan anggaran untuk kesekretariatan PEMKAB Blitar
adalah masing-masing pengguna anggaran mengajukan SPP dilampiri SKO
Setelah SPP dari pengguna anggaran diterima Titik Wismiati (Kasir)
kemudian diserahkan saksi untuk saksi teliti dan setelah sesuai dengan
keperuntukannya maupun dana yang tersedia maka SPP saksi tenda tangani.
Selanjutnya SPP tersebut diajukan kepada Asisten II (Hasan Alhabsy) untuk
diketahui dan ditanda tangani, setelah itu baru turun ke Kasubbag Anggaran,
lalu Kasubag Anggaran menyerahkan SPP tersebut ke Kasubbag.
Perbendaharaan untuk diterbitkan SPMG kemudian diserahkan Kasda untuk
dicairan di Bank Jatim. Setelah dana saksi cairkan dari bank uangnya saksi
serahkan kepada Kasir dan oleh Kasir uangnya diserahkan kepada pengguna
anggaran ;
- Bahwa saksi adalah selaku satu-satunya pejabat Pemegang Kas dan
mempunyai rekening giro di Bank Jatim, yaitu nomor rekening 01410.5377 ;
- Bahwa pada tanggal 18 Pebruari 2004 saksi pernah mencairkan dana
sejumlah Rp.1.125.000.000,- yang selanjutnya uang tersebut saksi serahkan
kepada Kasir, kemudian oleh Kasir diserahkan kepada siapa dan apa
keperuntukannya saksi tidak tahu ;
- Bahwa saksi kenal SPMG-SPMG masing-masing tertanggal 18 Pebruari 2004
dari nomor 223 sampai dengan nomor 230 adalah sebagai dasar pencairan
uang sejumlah Rp.1.125.000.000,- tersebut sesuai dengan keperuntukannya di
dalam SPP;
- Bahwa saksi pernah menerima SPMG No.08 dengan angaran sebesar
Rp.510.000.000,- untuk biaya penyusunan APBD 2004, dananya saksi
cairkan dari Bank Jatim lalu saksi serahkan kepada Kasir (Titik Wismiati).
Sedangkan 2 lembar kuitansi yang terlampir masing-masing dengan nominal :
- Rp.10.000.000,- tertanggal 30 Desember 2003 ditanda tangani oleh
Samirin Darwoto.
- Rp.500.000.000,- tertanggal 30 Desember 2003 ditanda tangani Mahmud
Zen.
- Bahwa saksi tahu SPMG No.699 tersebut nominal Rp.200.000.000,- untuk
biaya penyusunan perhitungan APBD 2003, dananya saksi cairkan dari Bank
Jatim lalu saksi serahkan kepada Kasir (Titik Wismiati). Sedangkan kuitansi
yang terlampir dengan nominal : Rp.200.000.000,- tertanggal 31 Maret 2004
ditanda tangani oleh Samirin Darwoto ;
![Page 55: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/55.jpg)
55
- Bahwa saksi tahu SPMG No.699 tersebut nominal Rp.20.000.000,- untuk
biaya pengadaan alat kebersihan, dananya saksi cairkan dari Bank Jatim lalu
saksi serahkan kepada Kasir (Titik Wismiati). Sedangkan kuitansi yang
terlampir dengan nominal Rp.20.000.000,- tertanggal 24 Juni 2004 ditanda
tangani oleh Samirin Darwoto ;
- Bahwa saksi tahu SPMG No.750 tersebut nominal Rp.70.000.000,- untuk
biaya penyelenggaraan pemerintahan Kab. Blitar, dananya saksi cairkan dari
Bank Jatim lalu saksi serahkan kepada Kasir (Titik Wismiati). Sedangkan
kuitansi yang terlampir dengan nominal Rp.70.000.000,- tertanggal 4 April
2004 ditanda tangani oleh terdakwa ;
- Bahwa saksi pernah menerima SPMG No.945 tersebut nominal
Rp.70.000.000,- untuk biaya makanan dan minuman tamu PEMKAB Blitar,
dananya saksi cairkan dari Bank Jatim lalu saksi serahkan kepada Kasir (Titik
Wismiati). Sedangkan 2 (dua) lembar kuitansi yang terlampir masing-masing
dengan nominal :
- Rp.50.000.000,- tertanggal 19 April 2004 ditanda tangani oleh Krisanto.
- Rp.20.000.000,- tertanggal 16 April 2004 ditanda tangani terdakwa.
- Bahwa saksi tidak tahu dana dari pencairan SPMG No.08, No.699, No.1387,
No.750 dan No.945 diterima atau diserahkan kepada siapa maupun
peruntukkannya ;
- Bahwa tidak dibenarkan dana pencairan SPMG-SPMG No.08, No.699,
No.1387, No.750 dan No.945 tersebut digunakan untuk kepentingan DPRD
Kabupaten Blitar.
- Bahwa proses pencairan uang sebesar Rp.1.125.000.000,- sebagai berikut
- Pada tanggal 5 Pebruari 2004 atas perintah Krisanto secara tertulis dengan
memo lewat Siti Sulastri supaya dibuat SPP nominal Rp.1.125.000.000,-,
kemudian dibuatkan SPP oleh Titik Wismiati dan ditanda tangani oleh
saksi ;
- SPP tersebut bawa ke Subbag anggaran untuk diproses, kemudian dibawa
ke subbag perbendaharaan untuk diterbitkan SPMG, dan selanjutnya
terbitlah 8 lembar SPMG yang semuanya tertanggal 18 Pebruari 2004
yaitu terdiri:
SPMG No.223 dengan nominal Rp.200.000.000,-.
SPMG No.224 dengan nominalnya Rp.200.000.000,-
SPMG No.225 dengan nominalnya Rp.200.000.000,-
![Page 56: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/56.jpg)
56
SPMG No.226 dengan nominalnya Rp.125.000.000,-
SPMG No.227 dengan nominalnya Rp.100.000.000,-
SPMG No.228 dengan nominalnya Rp.100.000.000,-
SPMG No.229 dengan nominalnya Rp.100.000.000,-
SPMG No.230 dengan nominalnya Rp.100.000.000,-
Jumlahnya Rp.1.125.000.000,- yang berasal dari APBD ;
- Bahwa pada tanggal 24 Pebruari 2004 SPMG SPMG tersebut saksi cairkan di
Bank Jatim dan kemudian uangnya saksi serahkan pada Titik Wismiati untuk
disimpan ;
- Bahwa yang menyerahkan uang kepada Samirin Darwoto saksi tidak tahu
persis, tetapi setelah uang diambil Siti Sulastri kemudian pada hari itu juga
Siti Sulastri menyerahkan 2 lembar foto copy kuitansi yang telah ditanda
tangani oleh Samirin Darwoto ;
- Bahwa sesuai dengan nota dinas yang dibuat Krisanto bahwa uang tersebut
adalah untuk dewan, dan saksi tidak tahu peruntukannya ;.
- Bahwa yang mengajukan SPP untuk biaya makanan dan minuman tamu
PEMKAB.Blitar seharusnya dari Bagian Umum;
- Bahwa dalam melaksanakan tugas-tugas saksi selaku pemegang kas
bertanggung jawab kepada Asisten II ( Hasan Alhasbi ).
- Bahwa Pertanggung jawaban penggunaan anggaran tidak dapat hanya
dilakukan dengan kuitansi saja dan harus didukung dengan bukti-bukti
pendukung lainnya.
- Bahwa dari 8 lembar SPMG No.223 sampai dengan nomor 230 maupun
SPMG No.08, no.699, no.1387, no.750 dan no.945 semuanya selain dilampiri
dengan SSP kadang-kadang disertai nota dinas dan kadang-kadang tanpa
disertai nota dinas ;
- Bahwa setalah saksi memeriksa SPP-SPP yang diajukan oleh Kasir kepada
saksi biasanya kalau ada dilampiri Nota dinas, SKO dan juga kuitansi kalau
ada ;
- Bahwa setiap penyerahan uang pencairan dari Bank Jatim kepada Kasir selalu
dibuat tanda bukti penyerahannya ;
- Bahwa SPP ditanda tangani oleh pengguna anggaran, lalu ditanda tangani
oleh Kabag Keuangan dan Asisten II ;
- Bahwa Nota dinas yang tanpa di Acc terdakwa dana tidak akan cair ;
![Page 57: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/57.jpg)
57
- Bahwa pada waktu penyerahan uang Rp.70.000.000,- dengan kuitansi yang
ditanda tangani terdakwa tersebut belum ada SPP ataupun SKO.
- Bahwa benar penyerahan uang tersebut dasarnya adalah perintah atasan.
- Bahwa bunyi uraian dalam kuitansi harus sama dengan bunyi uraian dalam
SPP maupun SKO.
- Bahwa kuitansi yang hanya diparaf oleh terdakwa sebagai penerima uang
sudah dianggap cukup untuk bukti penerimaan uang. namun hal ini
dibenarkan atau tidak saksi tidak tahu;
- Bahwa kalau terdapat SPP yang menyalahi aturan saksi tidak punya
wewenang menolak untuk membayar ;
11. Drs. Soemardjo, pada pokoknya menerangkan :
- Bahwa saksi kenal dengan Terdakwa sebagai Sekda Kabupaten Blitar, dan
saksi sebagai PNS Pemkab Blitar sejak tahun 1976 dan sejak tahun 2004
menduduki jabatan Kabag Perlengkapan PEMKAB .Blitar.yang bertugas
menyusun program kebutuhan, pengelolaan dan administrasi perbekalan dan
perlengkapan materiil ;
- Bahwa proses pengajuan anggaran untuk bagaian perlengkapan adalah
sebagai berikut :
1. Bagian perlengkapan selaku pengguna anggaran membuat nota dinas
tentang kebutuhan bagaian perlengkapan, yang kemudian diajukan kepada
sekda (terdakwa) untuk mendapatkan persetujuan pencairan dananya.
2. Mencari rekanan/penyedia jasa untuk pengadaan barang.
3. Rekanan mengajukan penawaran kepada Pemkab Blitar.
4. Dibuat surat perjanjian kerja (SPK).
- Bahwa untuk pengajuan SPP selalu dilampiri dengan nota dinas ;
- Bahwa yang berhak mengajukan anggaran untuk pengadaan alat kebersihan
adalah Bagian Perlengkapan;
- Bahwa selama saksi sebagai Kabag Perlengkapan Bagian perlengkapan tidak
pernah mengajukan anggaran sebesar Rp.20.000.000,- .;
- Bahwa bagian perlengkapan pernah mengajukan anggaran untuk pengadaan
alat kebersihan pada tanggal 28 Pebruari 2004 dengan nominal
Rp.11.275.000,- dan sudah cair dan yang menerima pencairan dananya adalah
bagian perlengkapan ;
- Bahwa untuk pengajuan permintaan anggaran tanpa ada pesetujuan atau acc
sekda (terdakwa) dana tidak akan cair;
![Page 58: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/58.jpg)
58
- Bahwa pada waktu saksi menjabat Kabag. perlengkapan tidak pernah
mengajukan anggaran sebagaimana tersebut dalam SPMG no.1387 yaitu
untuk biaya pengadaan alat kebersihan Pem. Kab Blitar ;
- Bahwa anggaran bagian perlengkapan tidak dibenarkan untuk digunakan oleh
DPRD Kab.Blitar ;
- Bahwa selain pengguna anggaran yang bersangkutan yang mengajukan dana
tidak akan bisa cair;
- Bahwa yang berhak menerima anggaran biaya makanan dan minuman adalah
pengguna anggaran yaitu Kabag Umum, sedangkan Sekda tidak bisa
menerima anggaran tersebut ;
- Bahwa bagain perlengkapan tidak pernah mengajukan anggaran diluar
APBD;.
- Bahwa yang tanda tangan pada SPP yang diajukan oleh Bagain perlengkapan
adalah Kabag Perlengkapan ;
- Bahwa saksi tidak tahu terhadap lampiran SPMG ada kuitansi tertanggal 24
Juni 2004 nominal Rp.20.000.000,- ;
12. Kadmiarsih, S. Sos., pada pokoknya menerangkan :
- Bahwa keterangan saksi di hadapan penyidik Kejaksaan Negeri Blitar adalah
benar ;
- Bahwa saksi kenal dengan Terdakwa sebagai Sekda Kabupaten Blitar periode
1999 - 2004, sedang saksi sejak tahu 1981 sebagai PNS Pemkab Blitar dan
sejak tahun 2002 menduduki jabatan Kasubbag Perbendaharaan pada
Sekretariat Pemkab Blitar dengan tugas Meneliti SPP dari masing-masing
unit satuan kerja untuk dijadikan dasar penerbitan SPMG, meneliti SKPP
(surat Keterangan Pemberhentian Pembayaran), meneliti SPP untuk
penerbitan SPMG Gaji, melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan
Pimpinan antara lain : mewakili menghadiri rapat dinas, kursus masalah
keuangan ;
- Bahwa atasan langsung saksi sebagai Kasubbag Perbendaharaan adalah
Kabag Keuangan bernama Krisanto ;
- Bahwa prosedur mengajuan anggaran hingga dana cair adalah :
- Dari unit kerja mengajukan SPP ke Subbag Anggaran.
- Setelah dilampiri SKO, SPP lalu dikirim ke Subbag Perbendaharaan
untuk diregister dan diproses penerbitan SPMG.
![Page 59: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/59.jpg)
59
- SPMG diketik, diteliti dan saya paraf lalu diajukan ke Kabag Keuangan
untuk dimintakan tanda tangan.
- SPMG selanjutnya dikirim ke Kasda .
- Bahwa saksi pernah menerbitkan SPMG beban tetap sebanyak 8 lembar
SPMG masing-masing tertanggal sama yaitu 18 Pebruari 2004 yaitu :
- SPMG No.223 dengan nominal Rp.200.000.000,- untuk biaya proses
penyusunan APBD Pem Kab Blitar tahun 2004.
- SPMG No.224 dengan nominal Rp.200.000.000,- untuk biaya proses
perhitungan APBD tahun 2003.
- SPMG No.225 dengan nominal Rp.200.000.000,- untuk biaya proses
penyusunan PAK tahun 2004.
- SPMG No.226 dengan nominal Rp.125.000.000,- untuk biaya proses
penyusunan LPJ Bupati.
- SPMG No.227 dengan nominal Rp.100.000.000,- untuk biaya
penyelenggaraan Otonomi Daerah Pem Kab Blitar.
- SPMG No.228 dengan ominal Rp.100.000.000,- untuk biaya Pembinaan
administrasi Daerah Pem Kab Blitar.
- SPMG No.229 dengan nominal Rp.100.000.000,- untuk biaya
pengendalian administrasi umum Pem Kab Blitar.
- SPMG No.230 dengan nominal Rp.100.000.000,- untuk biaya
penyelenggaraan Pemerintahan Kab Blitar.
Jumlah nominal semuanya sebesar Rp.1.125.000.000,-.
- Bahwa untuk 8 (delapan) lembar SPMG No.223 sampai dengan No.230
tersebut diterbitkan atas dasar dari perintah Kabag Keuangan Krisanto
melalui Nota dinas yang ditujukan kepada Siti Sulastri. Berdasar atas nota
dinas tersebut maka dibuatlah SPP oleh Bendaharawan Sekretariat Lilik
Purwanto yang kemudian SPP diajukan kepada saksi untuk penerbiatan
SPMG-SPMG tersebut ;
- Bahwa saksi tidak tahu kapan dana dari 8 SPMG-SPMG tersebut
dicairkan.dan dananya diserahkan kepada siapa serta peruntukannya, namun
yang saksi dari nota dinas dari Kabag Keuangan Krisanto bahwa supaya
disiapkan dana untuk dewan.;
- Bahwa benar saksi memberikan paraf pada semua SPMG yang saksi buat.
- Bahwa yang tertera dalam SPMG no.223 s/d. no.230, SPMG no.08, 699,
1387, 750 dan 945 tersebut adalah benar paraf saksi ;
![Page 60: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/60.jpg)
60
- SPMG No.08, 699, 1387, 750 dan 945 semua saksi buat atas dasar SPP dari
Lilik Purwanto, namun saksi tidak tahu penyerahan dan keperluan dana dari
SPMG tersebut digunakan;
- Bahwa saksi tidak tahu apakah untuk dana dari SPMG no.223 s/d. 230 sudah
ada surat pertanggungan jawabnya atau tidak.
- Bahwa saksi tidak tahu penggunaan dana dari SPMG no.945 dan no.750;
- Bahwa saksi pernah menerbitkan SPMG No.750 dengan nominal
Rp.70.000.000,- untuk biaya penyelenggaraan pemerintahan Kabupaten
Blitar. Bukti kuitansi tertanggal 6 April 2004 adalah benar tanda tangannya
terdakwa.
- Bahwa saksi pernah menerbitkan SPMG no.945 nominal Rp.70.000.000,-
untuk biaya makanan dan minuman dengan bukti kuitansi tertanggal 19 April
2004 nominal Rp.50.000.000,- adalah benar tanda tangan Krisanto sedangkan
bukti kuitansi tertanggal 16 April 2004 adalah benar tanda tangan terdakwa
dan untuk biaya makan dan minum tamu tersebut tidak dilengkapi dengan
bukti pendukung seperti kuitansi atau pendukung lainnya. Hal tersebut tidak
dibenarkan ;
- Bahwa SPMG harus dilampiri SPP dengan lampiran : Laporan realisasi beban
tetap, Pengantar SPP, Perincian penggunaan, SKO, Kuitansi dan Nota dinas (
itu kalau ada, karena tidak ada aturan yang mengatur) .
- Bahwa saksi selaku anggota Tim Anggaran selalu hadir dalam rapat yang
diadakan oleh Tim Anggaran eksekutif dengan Panitia Anggaran legeslatif,
namun dalam rapat tersebut tidak dibahas tentang perubahan anggaran, tahu-
tahu sudah ada perubahan dan saksi tidak pernah diperintah terdakwa untuk
merubah angka dalam APBD;
- Bahwa yang menanda tangani SKO adalah terdakwa selaku Sekda.
- Bahwa pengajuan anggaran tanpa dilampiri SKO, dananya tidak bisa
dicairkan.
- Bahwa SPMG yang tidak dilampiri dengan bukti pendukung adalah tidak
dibenarkan.
- Bahwa SKO adalah Surat Keputusan otorisasi. Fungsinya adalah sebagai
batasan tertingi dalam pencairan anggaran agar tidak terjadi pelampauan
dimasing-masing triwulan ;
- Bahwa SPP yang tidak ada tanggalnya akan diisi menyusul oleh saksi selaku
Kasubag Perbendaharaan menyesuaikan dengan tanggal terbitnya SPMG ;.
![Page 61: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/61.jpg)
61
- Bahwa semua prosedur penerbitan SPMG No.945 dan No.750 adalah benar ;
- Bahwa yang berhak untuk menolak atau menerima ajuan SPMG manakala
tidak lengkap seharusnya adalah bagian verifikasi.
- Bahwa Fungsi Tim Anggaran adalah menyusun RAPBD.
- Bahwa Rapat kerja antara Panggar dan Tim Anggaran dipimpin oleh Ketua
Panggar yaitu Masdaim dan pimpinan rapat menanyakan kepada peserta, “
apakah ada ralat ?”yang kemudian dijawab oleh terdakwa “ada”. Setelah itu
Kabag Keuangan, dan kepala unit kerja menyodorkan ralat atas RAPBD;
- Bahwa surat bukti berupa SPMG dan memo yang ditulis tangan tangan
adalah benar SMPG tersebut yang mengetik saksi, sedangkan tulisan tangan
adalah tulisan Krisanto dan yang menandatangani SPMG juga Krisanto ;
13. Drs. Karyono, pada pokoknya menerangkan :
- Bahwa keterangan saksi di penyidik Kejaksaan Negeri Blitar adalah benar ;
- Bahwa saksi kenal dengan Terdakwa sebagai Sekda Kabupaten Blitar periode
1999 - 2004, sedang saksi sebagai anggota DPRD Kab Blitar periode 1999 –
2004 pernah menjadi anggota Panggar legeslatif, dimana sebagai Ketua
Panggar adalah KH. Masdain Rifai, Wakil Ketua Kustanto, Sekretaris Drs.H,
Mahmud Z, dengan jumlah anggotanya 18 orang ;
- Bahwa setiap bulannya saksi sebagai anggota DPRD Kab. Blitar selalu terima
gaji dari Sekretariat DPRD Kab Blitar selain itu saksi kadang-kadang
menerima bantuan dana dari sekretariat DPRD untuk melakukan kegiatan
jaring asmara (jaring aspirasi masyarakat) yang besarnya tidak tentu dari
Rp.1.000.000,- sampai dengan Rp.5.000.000,- dan waktunya saksi tidak ingat
lagi. Selain itu setelah purna bakti saksi selaku mantan Anggota DPRD Kab
Blitar menerima asuransi sebesar Rp.36.000.000,- dari PT Jiwasraya ;.
- Bahwa selain dana yang telah saksi terima di atas, saksi tidak pernah
menerima dana dari Sekretariat Pem Kab Blitar ;
- Bahwa DPRD Kab Blitar ada anggaran yang diperuntukkan pada pos-pos:
biaya proses penyusunan APBD, biaya proses perhitungan APBD dan biaya
proses penyusunan PAK ;
- Bahwa berdasarkan SK Mendagri No.24 tahun 2004 tentang uang pesangon
untuk anggota dewan maximal 6 x Rp.10.000.000,- yaitu sebesar
Rp.60.00.000,-.
- Bahwa pada tanggal 25 Agustus 2004 setelah magrib saksi mendapat telphon
dari Wijanarko bahwa saksi supaya datang ke rumah Kustanto untuk
![Page 62: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/62.jpg)
62
mengambil uang tali asih bagi mantan anggota DPRD Kab Blitar dari Bupati
Imam Muhadi setiap orang Rp.20.000.000,- kemudian saksi menghubungi
Kustanto lewat HP-nya menanyakan perihal uang tali asih tersebut, yang
dijawab oleh Kustanto bahwa ia tidak tahu dan Kustanto menerima uang tali
asih dari Samirin tetapi tidak termasuk saksi dan Yakobus. Lalu saksi
menemui Samirin yang menurut Samirin uang tali asih untuk saksi dibawa
oleh Kustanto. Setelah saksi temui Kustanto ia bersumpah bahwa ia tidak
membawa uang saksi, dan saksi disarankan untuk menanyakan kepada
Nasrudin. Setelah saksi ketemu Nasrudin menerangkan bahwa ia hanya
sebagai sopir waktu bersama Kustanto ke rumah Samirin dan pulang dari
rumah Samirin ia tahu Kustanto membawa tas kresek berisikan uang tali asih
tetapi tidak tahu berapa jumlahnya ;
- Bahwa menurut Suwardiyono (aktifis PDI DPS Ponggok) bahwa menurut
Bupati bahwa semua anggota dewan menerima uang tali asih, namun sampai
sekarang saksi tidak pernah menerima uang sebagai tali asih dari Bupati ;
- Bahwa saksi tidak tahu berapa orang anggota DPRD Kab Blitar yang
menerima uang tali asih dari Bupati Imam Muhadi.
14. Drs. H. Mahmud Zen :
- Bahwa saksi pernah memberikan keterangan dihadapan penyidik kejaksaan
dan apa yang saksi terangkan tersebut adalah benar ;
- Bahwa saksi kenal dengan Terdakwa sebagai Sekda Kabupaten Blitar periode
1999 - 2004, sedang saksi sebagai anggota DPRD Kab Blitar sejak tahun
1997 sampai dengan sekarang ;
- Bahwa saksi pernah duduk sebagai anggota Panggar, dengan susunannya
sebagai berikut : Ketua : KH. Masdaim Rifai, Wk.Ketua : Kustanto,
Sekretaris : Drs.H.Mahmud Z. Jumlah anggota seluruhnya ada sekitar 18
orang anggota, diambil wakil dari fraksi-fraksi di DPRD Kab Bllitar.
- Bahwa tugas saksi selaku sekretaris Panggar adalah mencatat seluruh
kegiatan Panitia Anggaran.
- Bahwa dalam proses penyusunan RAPBD Panggar menunggu masukan dari
eksekutif, maka Dewan juga harus menjaring aspirasi masyarakat untuk
menentukan RAPBD ;
- Bahwa proses pembahasan Rancangan APBD adalah :
- Eksekutif (Tim Anggaran) menyusun RAPBD tahun 2004.
![Page 63: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/63.jpg)
63
- Anggota DPRD Kabupaten Blitar melaksanakan jaring aspirasi
masyarakat untuk bahan pembahasan APBD, pandangan Umum fraksi,
rapat-rapat Panggar dan pendapat akhir fraksi.
- RAPBD diserahkan ke DPRD Kab.Blitar untuk diparipurnakan dengan
penjelasan Bupati, pandangan umum fraksi-fraksi dan jawaban Bupati
tentang pandangan umum fraksi.
- RAPBD dibahas di Panggar yang hasilnya disampaikan pada rapat
paripurnasebagai bahwan pertimbangan DPRD untuk menyetujui atau
menolak.
- Rapat paripurna tentang laporan hasil pembahasan oleh Panggar.
- Rapat paripurna pendapat akhir fraksi-fraksi terhadap hasil pembahasan
Panggar.
- APBD disahkan menjadi Perda dan penjelasan APBD dikirim ke
Gubernur untuk dievaluasi.
- Bahwa pembiayaan kegiatan Panggar dalam proses pembahasan RAPBD
tersebut diambilkan dari anggaran yang ada di eksekutif (Sekretariat
Kabupaten Blitar ), karena di legislatif tidak dianggarkan untuk kegiatan
tersebut;
- Bahwa kegiatan yang dilaksanakan oleh dewan dengan menggunakan
anggaran eksekutif antara lain :
1. Biaya pemrosesan APBD 2004 dalam bentuk jaring asmara (aspirasi
masyarakat).
2. Biaya perhitungan APBD 2004 dalam bentuk kunjungan lapangan ke
proyek-proyek yang didanai APBD;
3. Biaya PAK APBD 2004 dalam bentuk jaring asmara.
- Bahwa di dalam APBD tidak ada pos pesangon bagi anggota dewan.
- Bahwa saksi tidak pernah menerima uang pesangon.
- Bahwa saksi pernah mendengar bahwa ada uang pesangon anggota dewan
yang sudah selesai masa tugasnya, saksi baru dengar setelah terjadi perkara
ini bahwa ada uang pesangon.
- Bahwa benar dalam kuitansi tersebut adalah tanda tangan saksi atas
penerimaan uang untuk bantuan biaya Pemrosesan keuangan dari Kabag
Keuangan Krisanto sebesar Rp.500.000.000,- ;
- Bahwa uang Rp.500.000.000,- diterima pada tanggal 30 Desember 2003
di Bagian Keuangan Pem Kab Blitar, dan yang menerima kami bertiga,
![Page 64: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/64.jpg)
64
yaitu saksi Masdaim dan Kustanto atas perintah Ketua DPRD Samirin,
dan saksi yang tanda tangan pada kwitansi, sedang Kustanto yang
membawa uangnya dan pada hari itu juga oleh Ketua Dewan
diperintahkan agar uang tersebut dibagikan langsung kepada masing-
masing pimpinan fraksi, yaitu :
PDI diterima Ahmad Nur sebesar Rp.102.000.000,- ;
PKB diterima Nur Hidayatuloh sebesar Rp.78.000.000,-;
TNI-Polri diterima Parkan sebesar Rp.30.000.000,- ;
Golkar diterima Abul Rokhim sebesar Rp.42.000.000,- ;
Amanat persatuan diterima Zamroji sebesar Rp.18.000.000,- ;
Sisanya untuk Panggar yaitu untuk jaring aspirasi Rp.2.500.000,- dan
kunjungan proyek Rp.2.500.000,- ;
- Bahwa perincian penggunaan uang sebesar Rp.500.000.000,- adalah :
- Rp.272.500.000,- digunakan untuk kegiatan jaring aspirasi masyarakat
oleh anggota Dewan ke daerah-daerah dalam rangka pra pemrosesan
APBD 2004 ;
- Rp.227.500.000,- digunakan untuk kegiatan kunjungan ke proyek-proyek
yang didanai APBD 2003 dalam rangka pra perhitungan APBD 2003.
- Bahwa saksi tidak tahu kwitansi dengan nominal Rp.10.000.000,- tanggal 30
Desember 2003 yang ditanda tangani oleh Samirin Darwoto tersebut.
- Bahwa saksi tidak tahu dan tidak pernah mendengar bahwa Ketua DPRD
Samirin Darwoto menerima uang dari Sekretariat Pemerintah Kabupaten
Blitar sebesar Rp.1.125.000.000,-.
- Bahwa Ketua Tim Anggaran eksekutif untuk tahun 2004 adalah terdakwa.
- Bahwa saksi kenal itu buku risalah dari Dewan, dan dalam risalah tersebut
antara lain dinyatakan bahwa RAPBD tidak ada revisi.
- Bahwa saksi kenal buku RAPBD 2004 dan APBD 2004.
- Bahwa tentang RAPBD pada pos biaya pemrosesan keuangan disebutkan
besar anggaran Rp.6.053.250.000.- sedang dalam Perda No.1 2004/APBD
pada pos tersebut mengalami perubahan menjadi Rp.6.678.250.000,-
sehingga ada selisih Rp.625.000.000,- , namun saksi tidak ingat hal itu ;
- Bahwa pada dasarnya tidak boleh anggaran eksekutif digunakan oleh
legislatif ;
- Bahwa di dalam rapat-rapat antara Panggar legislatif dan Tim Anggaran
eksekutif, terdakwa selalu hadir selaku pimpinan tim Anggaran eksekutip.
![Page 65: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/65.jpg)
65
- Bahwa yang memimpin dalam rapat-rapat Panggar dan Tim eksekutif adalah
ketua Panggar yaitu Masdai’in Rifai.
- Bahwa rapat pembahasan rancangan APBD 2004 dilaksanakan pada bulan
Nopember 2003 dan rapat perhitungan anggaran 2003 dilaksanakan pada
bulan Pebruari 2004 ;
- Bahwa untuk perubahan atau ralat Rancangan APBD selalu diajukan dengan
tertulis ;
- Bahwa pada Rancangan APBD tahun 2004 banyak sekali ralat-ralat atau
perubahan ;
- Bahwa karena rapat pembahasan dilaksanakan oleh Panggar legislatif dan
Tim Anggaran eksekutif, maka untuk menghindari doubel anggaran dalam
obyek yang sama maka antara legislatif dan eksekutif sepakat bahwa biaya
pembinaan dan pemrosesan keuangan dianggarakan pada salah satu saja yaitu
pada anggaran eksekutif ;
- Bahwa setelah disahkan APBD tidak ada komplin;
- Bahwa DPRD Kab Blitar tidak pernah mengadakan rapat khusus membahas
uang pesangon dewan;
15. H. Masdain Rifai, pada pokoknya menerangkan :
- Bahwa keterangan saksi dihadapan penyidik Kejaksaan negeri Blitar tersebut
adalah benar ;
- Bahwa saksi kenal dengan Terdakwa sebagai Sekretaris Daerah Kabupaten
Blitar periode 1999 - 2004, sedang saksi sebagai anggota DPRD Kab Blitar
periode 1999 – 2004;
- Bahwa saksi pernah menjadi anggota Panggar legeslatif, dimana sebagai
Ketua Panggar adalah saksi sendiri, Wakil Ketua Kustanto, Sekretaris Drs.H,
Mahmud Z, dengan jumlah anggotanya 21 orang. dan tugas saksi sebagai
Ketua Panggar legislatif adalah :
1. Membahas semua RAPBD Kab Blitar.
2. Membahas Rancangan Perubahan APBD Kab Blitar.
3. Membahas Rancangan perhitungan APBD.
- Bahwa di dalam pembahasan-pembahasan RAPBD tersebut dilakukan oleh
Panggar Legislatif (DPRD) bersama Tim Anggaran eksekutif sebagai ketua
adalah terdakwa ;
- Bahwa proses pembahasan Rancangan APBD adalah sebagai berikut :
Dewan menerima buku RAPBD dari eksekutif.Pimpinan
![Page 66: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/66.jpg)
66
Dewan bersama Panitia Musyawarah menyusun jadwal pembahasan
RAPBD tersebut, selanjutnya jadwal diserahkan ke Panggar dengan surat
perintah pembahasan RAPBD.
Membahas RAPBD setelah Paripurna penghantar nota Keuangan
disampaikan oleh eksekutif sekitar kebijaksanaan umum.
Pembahasan RAPBD diawali oleh pembahasan komisi-komisi sesuai
tupoksi masing-masing komisi.
Pembahasan oleh masing-masing fraksi dengan mencermati berbagai
fenomena yang berkembang dan desakan aspirasi masyarakat.
RAPBD dibahas oleh Panggar legislatif bersama Tim Anggaran eksekutif
dan semua Kadin, Kakan, Kabag yang dipimpin oleh terdakwa waktu itu
selaku Sekda Kab Blitar.
Rapat khusus Panggar untuk mengefaluasi hasil rapat kerja yang baru
dilakukan dan dilanjutkan dengan rapat untuk menyusunhasil akhir kerja
Panggar dengan kesimpulan yang harus dilaporkan pada Pimpinan Dewan
melalui rapat paripurna Khusus anggota DPRD Kab Blitar.
- Bahwa untuk biaya kegiatan pembahasan RAPBD adalah diambil dari
anggaran eksekutif, karena pada legislatif tidak ada pos-pos anggaran untuk
kegiatan pembahasan RAPBD ;
- Bahwa tidak dibenarkan anggaran eksekutif digunakan oleh legislatif ;
- Bahwa saksi tidak pernah mendengar apalagi menerima uang pesangon
dewan, saksi baru mendengar ada uang pesangon dewan setelah saksi tidak
aktif sebagai anggota dewan dan besarnya masing-masing anggota dewan
Rp.20.000.000,- ;
- Bahwa APBD Kab Blitar tahun 2004 adalah sebesar Rp.390.000.000.000,-
lebih ;
- Bahwa saksi tidak pernah ikut bersama Mahmud Z, Kustanto untuk
mengambil dana di Sekretariat Pem Kab Blitar sebesar Rp.500.000.000,-,
namun saksi hanya mendengar legislatif telah menerima uang dari pos
anggaran eksekutif sebesar Rp.500.000.000,- ;
- Bahwa uang sebesar Rp.500.000.000,- untuk apa saksi tidak tahu, hanya
setahu saksi uang tersebut diserahkan kepada Ketua-Ketua fraksi.untuk biaya
pemrosesan keuangan ;
- Bahwa selisih/perbedaan antara RAPBD dengan APBD saksi tidak ingat;
- Bahwa hasil kerja Panggar legislatif dituangkan dalam bentuk laporan.
![Page 67: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/67.jpg)
67
- Bahwa dalam laporan tidak disebutkan adanya perubahan atau revisi pada pos
biaya pembinaan dan pemrosesan keuangan dan karena perubahannya cukup
besar seharusnya termuat di dalam risalah dan Revisi RAPBD harus tertulis;
- Bahwa kalau tidak ada perubahan seharusnya nominalnya juga harus tetap,
tidak berubah ;
- Bahwa terhadap APBD yang sudah disahkan tidak ada komplin.
- Bahwa tidak pernah diadakan rapat-rapat khusus antara Panggar dengan pihak
eksekutif misalnya dengan Krisanto
16 Kustanto, pada pokoknya menerangkan :
- Bahwa pernah memberikan keterangan saksi dihadapan penyidik kejaksaan
adalah benar ;
- Bahwa saksi kenal terdakwa pada waktu saksi menjadi anggota DPRD Kab
Blitar periode 1999-2004, sedangkan waktu itu terdakwa sebagai Sekda
PEMKAB Blitar sampai dengan tahun 2004 sekaligus juga Ketua Tim
Anggaran yang memimpin rapat dari eksekutif ;
- Bahwa sebagai Ketua Panggar adalah Masda’im Rifai, Wakil Ketua saksi
sendiri, Sekretaris dijabat oleh Mahmud Z.dan beberapa anggota lainnya
kurang labih 18 orang anggota ;
- Bahwa tugas saksi selaku wakil Ketua Panggar legislatif adalah ikut
membahas RAPBD dan apabila Ketua Panggar berhalangan maka saksi
mewakili untuk membuka dalam rapat-rapat pembahasan RAPBD.
- Bahwa mekanisme pembahasan RAPBD untuk menjadi APBD dengan Perda
adalah sebagai berikut :
- RAPBD masuk di Pimpinan Dewan, setelah itu pimpinan Dewan
memanggil Panitia musyawarah untuk membuat jadwal pembahasan
RAPBD tersebut, yang meliputi : jadwal untuk Komisi-komisi, fraksi-
fraksi, Panggar legislatif, Tim Anggaran eksekutif..
- Setelah itu sesuai dengan jadwal maka diadakan sidang paripurna pertama
untuk mendengarkan laporan keuangan Bupati, lalu komisi-komisi sesuai
jadwal meneliti RAPBD tersebut.
- Fraksi-fraksi sesuai dengan jadwal memberikan pandangan umumnya
terhadap RAPBD dalam sidang paripurna DPDRD Kab Blitar.
- Bahwa biaya untuk kegiatan dewan sebagaimana di atas diambilkan dari
anggaran eksekutif.
![Page 68: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/68.jpg)
68
- Bahwa saksi tidak ingat apakah pernah bersama saksi Mahmud Z dan
Masda’in Rifai di PEMKAB Blitar menemui Krisanto mengambil uang untuk
biaya pemrosesan RAPBD ;
- Bahwa saksi pernah menerima uang dari Pem Kab Blitar yaitu pada tanggal :
1. tanggal 16 Pebruari 2004 nominal Rp.25.000.000,- untuk bantuan biaya
pengendalian administrasi Umum Pem Kab Blitar.
2. tanggal 18 Maret 2004 nominal Rp.250.000.000,- untuk biaya proses
penyusunan perhitungan APBD Pem Kab Blitar 2003.
3. tanggal 29 Maret 2004 nominal Rp.300.000.000,- untuk bantuan proses
biaya penyusunan LPJ Bupati Blitar.
4. tanggal 29 Maret 2004 nominal Rp.17.000.000,- untuk biaya proses
penyusunan LPJ Bupati Blitar.
5. tanggal 20 Juli 2004 nominal Rp.20.000.000,- untuk bantuan biaya proses
penyusunan PAK tahun 2004.
Jumlahmya sekitar Rp.612.000.000,-
- Bahwa uang tersebut saksi terima kadang-kadang saksi ambil di PEMKAB
Blitar dan kadang-kadang diantar ke Dewan. Pada saat tanda tangan kuitansi
dalam keadaan kosong, hanya tertulis nominalnya saja dan uang tersebut
semuanya selalu saksi serahkan kepada pimpinan Dewan ;
- Bahwa yang berwenang menyusun Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ)
Bupati adalah eksekutif, Dewan hanya membahas LPJ Bupati.
- Bahwa saksi tidak berwenang untuk menangani pembinaan administrasi
umum Pem Kab Blitar.
- Bahwa saksi tidak pernah menerima uang tali asih atau uang pesangon.
- Bahwa Karyono tidak pernah menanyakan tentang uang pesangon atau uang
tali asih pada saksi.
- Bahwa yang menyerahkan uang sebesar Rp.612.000.000,- kepada saksi
adalah Kabag. Keuangan Pem Kab Blitar yaitu Krisanto.
- Bahwa uang yang saksi terima dari Pem Kab sebesar Rp.612.000.000,- sudah
diserahkan kepada Pimpinan Dewan dan sudah dibagikan kepada semua
anggota DPRD Kab Blitar.
- Bahwa pada saat saksi menerima uang sebesar Rp.250.000.000,- pada saat itu
kegiatan DPRD Kabupaten Blitar adalah proses penyusunan perhitungan
APBD 2003.
- Bahwa anggaran untuk eksekutif tidak boleh dipakai oleh legislatif.
![Page 69: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/69.jpg)
69
- Bahwa saksi tidak ingat tentang RAPBD pada pos biaya pemrosesan
keuangan disebutkan besar anggaran Rp.6.053.250.000.- sedang dalam Perda
No.1 2004/APBD pada pos tersebut mengalami perubahan menjadi
Rp.6.678.250.000,- sehingga ada selisih Rp.625.000.000,-.
- Bahwa yang hadir dalam rapat pembahasan RAPBD 2004 adalah semua
anggota Panggar legislatif dan anggota Tim Anggaran ;
- Bahwa untuk pengambilan uang bantuan biaya pemrosesan keuangan
PEMKAB Blitar adalah atas perintah Ketua Dewan Samirin kepada pimpinan
Panggar ;
- Bahwa saksi menerima uang bantuan biaya pemrosesan keuangan Pem Kab
Blitar sebesar Rp.250.000.000,- dan masing-masing anggota dewan pasti
menerima ;
- Bahwa untuk RAPBD 2004 banyak sekali ralat-ralat, dan yang meralat adalah
eksekutif.
- Bahwa saksi tidak tahu bahwa ternyata di pos RAPBD ada perubahan dalam
APBD yang telah disahkan dan saksi mengetahuinya saat saksi diperiksa di
penyidik Kejaksaan Negeri Blitar.
- Bahwa panggar legislatif pernah mengadakan rapat khusus, yaitu untuk
menyusun jadwal kegiatan.
- Bahwa saksi tidak pernah pulang dari rumah Samirin Darwoto dengan
membawa tas kresek berisi uang dan tidak pernah membicarakan masalah
uang pesangon antara Samirin dengan Karyono maupun dengan Nasrudin
Menimbang, bahwa atas keterangan saksi-saksi tersebut di atas, maka
Penasihat Hukum terdakwa akan menanggapinya dalam pembelaan (pledoi) dan
Penuntut Umum akan menanggapinya dalam tuntutan (requisitoir);
Menimbang, bahwa telah pula didengar ahli (saksi ahli) bernama ROEDY
HARIYANTO, SE yang memberikan keterangan di bawah sumpah dalam
persidangan yang pada pokoknya menerangkan :
- Bahwa saksi sebagai PNS dengan jabatan Auditor di BPKP perwakilan
Jember sejak tahun 1985 dan sejak tahun 2001 sampai sekarang sebagai
Auditor Ahli Muda di Perwakilan Propinsi Jawa Timur ;
- Bahwa berdasarkan Surat dari Kejaksaan Negeri Blitar Nomor :
B-988/O.5.22/Fs.1/5/2006 tanggal 11 Mei 2005 dan
No.B.988/O.5.22/Fs.1/5/2006 dan Surat Tugas Kepala Perwakilan BPKP
Prop Jawa Timur No.ST-570/PW.13/5/2006 tanggal 5 Juni 2006 saksi
![Page 70: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/70.jpg)
70
pernah melakukan audit terhadap keuangan Pem Kab Blitar khusus anggaran
Sekretariat yaitu pada pos proses penganggaran Sekretariat PEMKAB Blitar
tahun 2004 untuk menghitung kerugian keuangan daerah PEMKAB Blitar
tahun anggaran 2004, dalam kaitannya perkara pidana atas nama terdakwa
Drs. Soebiantoro ;
- Bahwa di dalam melakukan audit untuk bahan perhitungan atas keuangan
daerah Pem Kab Blitar tahun 2004 adalah :
- BAP Saksi-saksi dan Tersangka dari Kejaksaan Negeri Blitar;
- Berita Acara Pendapat (Resum) dari kejaksaan Negeri Blitar ;
- SPP/SPMU Beban Tetap dari Pem Kab Blitar tahun anggaran 2004;
- Bukti kwiotansi pertanggung jawaban penggunaan anggaran yang
berkaitan dengan perkara ini ;
- Bahwa berdasarkan data yang ada bahwa kerugian keuangan Daerah Pem
Kab Blitar untuk tahun anggaran 2004 adalah sebesar Rp.1.835.000.000,-
(satu milyar delapan ratus tiga puluh lima juta rupiah) yang tampak dengan
adanya SPJ yang ternyata bukan untuk kegiatan sekretariat sehingga tidak
sesuai keperuntuknnya dimana anggaran ditujukan untuk kegiatan eksekutip
ternyata untuk kegiatan legislatif, sedangkan untuk kegiatan Legislatif telah
disediakan anggaran tersendiri / terpisah ;
- Bahwa tidak dibenarkan anggara eksekutif digunakan oleh legislatif dan atau
sebaliknya ;
- Bahwa kerugian keuangan Daerah Pem Kab Blitar tersebut terjadi akibat
terbitnya SPMG masing-masing bernomor :
- 08 tertanggal 30 Januari 2004 untuk biaya penyusunan APBD 2004,
sebesar Rp.510.000.000,-
- 699 tertanggal 2 April 2004 untuk biaya proses penyusunan perhitungan
APBD 200 2003, sebesar Rp.200.000.000,-
- 223 tanggal 18 Pebruari 2004 untuk biaya proses penyususnan APBD
2004 Pem Kab Blitar, sebesar Rp.200.000.000,-
- 224 tanggal 18 Pebruari 2004 untuk Proses perhitungan APBD 2003,
sebesar Rp.200.000.000,- ;
- 225 tanggal 18 Pebruari 2004 untuk proses penyusunan PAK 2004,
sebesar Rp.200.000.000,- ;
- 226 tanggal 18 Pebruari 2004 untuk proses penyusunan LPJ Bupati,
sebesar Rp.125.000.000,- ;
![Page 71: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/71.jpg)
71
- 227 tanggal 18 Pebruari 2004 untuk biaya penyelenggaraan Otoda,
sebesar Rp.100.000.000,- ;
- 228 tanggal 18 Pebruari 2004 untuk biaya pembinaan administrasi
umum daerah Pem Kab Blitar sebesar Rp.100.000.000,- ;
- 229 tanggal 18 Pebruari 2004 untuk biaya pengendalian administrasi
umum Pem Kab Blitar , sebesar Rp.100.000.000,- ;
- 230 tanggal 18 Pebruari 2004 untuk biaya penyelenggaraan
pemerintahan Kab Blitar, sebesar Rp.100.000.000,-
Jumlah seluruhnya Rp.1.835.000.000,- ;
- Bahwa benar telah terjadi penyimpangan-penyimpangan SPJ yang ada pada
SPMG tersebut yaitu :
- Kuitansi tanggal 30 Desember 2003 atas nama Mahmud (Sekretaris
Panggar DPRD Kab Blitar), dengan nominal Rp.500.000.000,- ;
- Kuitansi tanggal 30 Desember 2003 atas nama Samirin Darwoto (Ketua
DPRD Kab Blitar), dengan nominal Rp.10.000.000,- ;
- Kuitansi tanggal 31 Maret 2004 atas nama Samirin Darwoto, dengan
nominal Rp.200.000.000,- ;
- Foto copy kuitansi tanggal 25 Agustus 2004 atas nama Samirin Darwoto,
tertera paraf dengan nominal Rp.900.000.000,- didukung disposisi
Krisanto kepada Siti Sulastri yang didukung disposisi Krisanto kepada
Siti Sulastri ;
- Foto copy kuitansi tanggal 25 Agustus 2004 atas nama Saminirn
Darwoto tertera paraf dengan nominal Rp.225.000.000,- yang didukung
disposisi Krisanto kepada Siti Sulastri ;
Jumlah seluruhnya Rp.1.835.000.000,-
- Bahwa adanya penyimpangan dari aturan yaitu berdasarkan Kep mendagri
No.29 tahun 2002 tanggal 10 Juni 2002, sesuai bunyi pasal 55 pada :
- ayat (1) : Pengguna anggaran dilarang melakukan tindakan yang
mengakibatkan beban APBD jika dana untuk pengeluaran tersebut tidak
tersedia atau dananya tidak cukup tersedia.
- Ayat (2) : Pengguna anggaran dilarang melakukan pengeluaran-
pengeluaran atas beban Belanja Daerah untuk tujuan lain daripada yang
ditetapkan.
- Bahwa sesuai bunyi pasal 55 ayat (1) dan (2), karena penganggaran “biaya
Pembinaan dan Pemrosesan keuangan” merupakan bagian dari DASK
![Page 72: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/72.jpg)
72
Belanja Administrasi Umum Kab Blitar pada unit kerja Sekretariat Pem Kab
Blitar, dengan demikian anggarannya dipergunakan untuk pembiayaan Tim
Anggaran Eksekutif.
- Bahwa berdasar Surat Mendagri No.161/3211/SJ tanggal 29 Desember 2003,
tentang pedoman tentang kedudukan keuangan pimpinan dan anggota
DPRD, pada huruf E “ Pengelolaan dan Pertanggung jawaban Keuangan “
yaitu pada :
- angka 3, Penghasilan Pimpinan dan Anggota DPRD dianggarakan dalam
pos DPRD, yaitu : uang representasi, uang paket, tunjangan jabatan,
tunjangan panitia, tunjangan komisi, tunjangan Badan Kehormatan dan
tunjangan khusus ;
- angka 4, dianggarakan uang duka, belanja pakaian dinas, belanja
pemeliharaan rumah jabatan pimpinan dan rumah dinas anggota DPRD,
Belanja perjalanan dinas, pengadaan rumah jabatan pimpinan dan rumah
dinas anggota DPRD ;
- angka 5, Belanja kegiatan Sekretariat DPRD dalam rangka mendukung
kelancaran tugas dan fungsi DPRD ;
- angka 6, Belanja untuk mendukung program dan kegiatan DPRD ;
- angka 8, anggaran Belanja DPRD dan sekretariat DPRD merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari APBD.
- Bahwa dari kerugian keuangan daerah sebesar Rp.1.835.000.000,- tersebut,
tidak ada yang disebabkan secara langsung oleh terdakwa.
- Bahwa saksi tidak mengaudit terhadap SPMG No.1367, no.750, no.945 dan
No.699.
- Bahwa yang berhak untuk mengajukan anggaran pengadaan alat kebersihan
adalah dari Bagian Perlengkapan;
- Bahwa yang berhak mengajukan anggaran makanan dan minuman adalah
Kepala Bagian Umum, selain itu tidak diperbolehkan ;
- Bahwa untuk SPMG-SPMG yang jumlah nominalnya sebesar
Rp.1.835.000.000,-tersebut sumber dananya dari APBD Pemkab Blitar tahun
2004.
- Bahwa SKO adalah Surat keputusan Otorisasi, yang dibuat sesuai dengan
besar dana pada pos-pos yang termuat dalam Perda/APBD. SKO adalah
untuk menyatakan bahwa uang itu ada di APBD.
- Bahwa yang berwenang menerbitkan SKO adalah Sekda.
![Page 73: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/73.jpg)
73
- Bahwa saksi menemukan adanya kejanggalan dalam perubahan, dimana di
dalam RAPBD 2004 pada pos biaya pembinaan dan pemrosesan keuangan
yang semula penganggaran dalam draf awal sebesar sebesar
Rp.5.503.250.000,- kemudian dalam RAPBD dianggarkan sebesar
Rp.6.053.250.000,- sedang dalam APBD 2004 pada pos tersebut
dianggarkan dana sebesar Rp.6.678.250.000,-, jadi ada selisih pembengkaan
sebesar Rp.1.175.000.000,- ;
- Bahwa kuitansi saja bukan merupakan bukti yang bisa dipertanggung
jawabkan, karena tidak memenuhi syarat kompeten, cukup dan relevan,
sebagai kuitansi tersebut harus disertai dengan bukti-bukti pendukung
lainnya ;
- Bahwa kuitansi saja tidak sah, karena harus relevan yaitu sesuai dengan
peruntukannya, kompeten harus ada dananya dan digunakan oleh yang
berhak (pengguna anggaran) atas penggunaannya dan cukup apabila ada
rincian dan ada bukti-bukti pendukung lainnya atas kegiatan tersebut,
misalnya bukti-bukti dari pihak ketiga ;
- Bahwa apabila SPP tidak dilengkapi bukti pendukung, maka secara formal
yang bertanggung jawab adalah pembuat SPP ;
- Bahwa Rekening giro harus atas nama pemegang kas ;
- Bahwa untuk pengajuan SPP beban tetap harus dilengkapi dengan laporan
kemajuan fisik ;
- Bahwa untuk nota dinas saya tidak tahu karena hal itu merupakah
kebijaksanaan instansi masing-masing ;
- Bahwa kalau BPK mengaudit yang bersifat operasional, sedangkan audit
yang dilakukan BPKP bersifat khusus ;
Menimbang, bahwa atas keterangan ahli tersebut di atas, maka Penasihat
Hukum terdakwa akan menanggapinya dalam pembelaan (pledoi) dan Penuntut
Umum akan menanggapinya dalam tuntutan (requisitor) ;
Menimbang, bahwa selanjutnya Penasehat Hukum Terdakwa mengajukan
saksi yang meringankan bagi Terdakwa (a de charge) yang memberikan keterangan di
bawah sumpah di persidangan, yaitu sebagai berikut :
Saksi Haris Muktiono, S.Sos., pada pokoknya menerangkan :
- Bahwa saksi sebagai PNS sejak tahun 2002 sampai 2005 tugas di Bagian
umum Pemkab Blitar yang diperbantukan sebagai ajudan Sekretaris Daerah
Blitar yang waktu itu terdakwa, dan pada waktu di Pemkab tugas saksi adalah
![Page 74: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/74.jpg)
74
mencatat nota dinas, surat-surat masuk dan keluar, mendistribusikan surat-
surat ke unit kerja, mencatat agenda kerja dan mempersiapkan rapat-rapat
Sekda, melaksanakan tugas lain yang diberikan Sekda;
- Sekda waktu itu adalah Subiantoro yang berakhir jabatannya pada tanggal 27
September 2004 untuk pindah ke Mojokerto yang sebelumnya waktu itu
masih aktif bekerja di Sekretariat Kabupaten Blitar ;
- Bahwa saksi tidak tahu Sekda (terdakwa) pergi ke luar dari kantor bersama
Wisnugroho karena terdakwa tidak pernah memberitahukan tujuan perginya ;
- Bahwa pada hari dan tanggal yang saksi lupa pernah disuruh memanggilkan
Wisnugroho untuk datang menghadap Sekda, kemudian Wisnugroho datang
menghadap Sekda di ruangan Sekda dan saksi tidak tahu untuk kepentingan
apa Wisnugroho dipanggil sekda ;
- Bahwa saksi tidak tahu apakah setelah Wisnugroho keluar dari menghadap
terdakwa untuk kemudian Wisnugroho menghadap lagi ke terdakwa ;
- Bahwa seingat saksi pernah disuruh terdakwa untuk memanggil Wisnugroho
sebanyak 2 (dua) kali, namun untuk kepentingan apa saksi tidak tahu;
- Bahwa tamu-tamu terdakwa pada tanggal 25 Agustus 2004 saksi tidak ingat;
- Saksi selaku ajudan selalu mengantar terdakwa sampai ke mobil apabila
terdakwa pergi dan saksi tidak melihat Wisnugroho menunggu terdakwa di
dekat mobil ;
- Bahwa antara pak Wisnugroho dengan terdakwa tidak ada permasalahan
pribadi ;
Saksi Sudiarti Rahayu, S.Sos., pada pokoknya menerangkan :
- Bahwa sebagai PNS bertugas sebagai staf bagian umum yang diperbantukan
sebagai staf sekda yang waktu dijabat oleh terdakwa, dan tugas saksi
mengagendakan keluar masuk surat dan mendistribusikan surat-surat ke bagian-
bagian terkait;
- Bahwa saksi kenal dengan Wisnugroho dan saksi tidak ingat pada bulan Agustus
2004 Wisnugroho keruangan terdakwa untuk menghadap ;
- Bahwa semua SKO ditandatangani terdakwa yang jumlahnya banyak sekali yang
disodorkan ke Sekda (terdakwa) yang sudah ada parafnya sebanyak tiga dari
bagian keuangan;
- Bahwa terdakwa pindah dan tidak aktif bekerja sejak akhir bulan September 2004
yang sebelumnya masih aktif dinas di Sekteratiat Daerah Kabupaten Blitar;
![Page 75: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/75.jpg)
75
- Bahwa saksi tidak pernah dengar kalau antara terdakwa dengan Wisnugroho ada
dendam atau permasalah pribadi;
Saksi Drs. Kartiwi, pada pokoknya menerangkan :
- Bahwa saksi mantan sopir pribadi terdakwa sejak akhir tahun 2004 sampai
2007 yang melaksanakan tugas setelah jam 15.00 WIB pulang kantor;
- Bahwa saksi pernah diajak oleh terdakwa pergi ke rumahnya di Surabaya, ke
rumah Ibunya di Tulung Agung, ke rumah kakaknya di Kertosono dan di
Wisma peristirahatannya di Gedog Blitar;
- Bahwa pada tahun 2006 saksi pernah diajak oleh terdakwa dan pak Kuncoro
ke rumahnya pak Suparno, dan pada saat di rumah pak Parno yang waktu itu
di teras rumah pak Parno telah mendengar pembicaraan antara terdakwa
dengan pak Parno, yang waktu itu pak Parno menyatakan menyesal karena
keterangannya di persidangan berdampak akan memberatkan terdakwa karena
keterangan itu hanya mempertegas kalau yang menerima uang pak Samirin,
dan pak Parno mengatakan kalau nanti didesak oleh Hakim akan mengatakan
apa adanya, dan juga Pak Parno mengatakan kalau ketarangan pak Parno
hanya mengikuti saksi lainnya;
- Bahwa pak Parno juga mengatakan kalau sore tadi ditelepon oleh bu Lastri
agar besok mampir ke Kejaksaan untuk diberikan arahan agar sesuai dengan
keterangan di BAP;
Saksi Toni Kusworo, S.H. pada pokoknya menerangkan :
- Bahwa saksi kenal terdakwa sejak proses kepindahan terdakwa dari Blitar ke
Pemerintahan Kota Mojokerto;
- Bahwa pada pagi hari tanggal 25 Agustus 2004 yang saat itu sebagai Kepala
Kesbanglitmas telah diperintah oleh Walikota Mojokerto untuk menghubungi
terdakwa dalam rangka kesiapan pelantikan sebagai Sekretaris Kota
Mojokerto, kemudian sekira jam 08.00 WIB saksi menghubungi terdakwa
melalui handpone yang saat itu terdakwa menyatakan tidak ada kepastian dan
siang harinya sekira jam 12.00 WIB terdakwa menghubungi saksi melaui
handpone yang menyatakan telah mendapat persetujuan dari Bupati dan
kepastian pelantikan pada tanggal 21 - 22 September 2004, namun saat
menghubungi saksi tersebut terdakwa tidak menyatakan tentang
keberadaannya ;
![Page 76: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/76.jpg)
76
- Bahwa pada waktu diperintah oleh Walikota tersebut belum ada SK Gubernur
tentang Mutasi Kepegawaian belum ada dan SK. Gubernur baru turun pada
tanggal 21 September 2004;
- Bahwa saksi ingat pada waktu menghubungi terdakwa tersebut pada tanggal
25 Agustus 2004 karena pada tanggal 24 Agustus surat pengusulan Walikota
turun dan pada tanggal 25 Agustus 2004 saksi surat tersebut dikirim yang
harinya bersamaan dengan saksi menghubungi terdakwa;
- Bahwa secara de fakto terdakwa menjalankan tugas sebagai Sekretaris Kota
Mojokerto sejak awal bulan Oktober 2004, sedangkan pelantikan Sekda Blitar
pada tanggal 27 Oktober 2004 ;
Menimbang, bahwa atas keterangan saksi-saksi tersebut, Penasihat Hukum
terdakwa menyatakan akan menanggapi dalam pledoinya dan Penuntut Umum akan
menanggapi dalam tuntutannya ;
Menimbang, bahwa terdakwa di persidangan telah memberikan keterangan
yang pada pokoknya menerangkan sebagai berikut :
- Bahwa saksi sebagai Sekda sejak tanggal 26 Juni 1999 sampai tanggal 21
September 2004 yang setiap tahun berdasarkan SK Bupati mendapat
pendelegasian kewenangan mengelola keuangan daerah yang berwenang
menandatangani SKO (Surat Keputusan Otoritas) dan sebagai Ketua Tim
Anggaran yang bertugas untuk menyusun ABPD dengan Sekretaris Tim
Anggaran adalah Kabag Keuangan Krisanto ;
- Bahwa saksi sebagai Ketua Tim Anggaran APBD tahun 2004 yang bertugas
membina anggota tim, mengkoordinir dalam pembahasan RAPBD dan
RAPBD dikirim ke Dewan untuk dibahas oleh Tim dari eksekutif dan
legislatif, kemudian RAPBD ditanggapi dalam rapat fraksi-fraksi, lalu secara
administrasi berdasarkan konsultasi panggar bersama- dengan tim eksekutif
untuk disahkan oleh DPRD menjadi APBD untuk kemudian oleh Bupati
dikirim ke Gubernur ;
- Bahwa RAPBD tahun 2004 ada tanggapan dari Panitia Anggaran (Panggar)
dan setelah disahkan menjadi APBD dengan PERDA untuk diundangkan.
kemudian berdasarkan APBD yang disyahkan tersebut bagian keuangan
berkoordinasi dengan Dispenda membuat anggaran Kas sebagai dasar
pembuatan SKO pertriwulan untuk masing-masing satuan kerja;
- Bahwa pelimpahan kewenangan keuangan diserahkan kepada Asisten II
sebagai Pengguna Anggaran yang membawahi bidang-bidang keuangan,
![Page 77: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/77.jpg)
77
umum, perlengkapan dan humas yang masing-masing Kepala Bagian tersebut
sebagai Kuasa Pengguna Anggaran, dan di bidang keuangan Asisten II
bertanggung jawab kepada Pemberi Kuasa Anggaran, yaitu Bupati sebagai
pengelola keuangan secara umum ;
- Bahwa ada dua kali pertemuan di pendopo dalam waktu berbeda pernah minta
tali asih/pesangon yaitu pada pertemuan yang pertama kali tanggal 9
Desember 2003, yakni sewaktu rapat di pendopo yang dihadari oleh
terdakwa, Bupati, Ketua Dewan, Arif, Gianto dan Made tersebut terdakwa
pernah mendengar Samirin menanyakan mengenai tali asih untuk Dewan, dan
saat itu oleh Bupati dijawab kalau ada aturannya bisa dan oleh terdakwa
dijawab kalau hal itu tidak ada aturannya dan tidak ada perintah Bupati untuk
menindak-lanjuti. Sedangkan pertemuan kedua di Pendopo terdakwa tidak
ikut dan keesokan harinya diberitahu pak Bupati kalau pertemuan semalam
ada keributan antara Pak Made dengan Wakil Bupati;
- Bahwa pada tanggal 25 Agustus 2004 sekira jam 08.00 WIB mendapat
telepone dari pak Toni Kusworo yang menanyakan tanggal kepastian
Pelantikan terdakwa sebagai Sekretaris Kota Mojokerto, kemudian sekira jam
12.00 WIB saksi dengan diantar sopirnya bernama Suparno pergi ke Pendopo
menghadap Bupati untuk minta persetuan pelantikan terdakwa sebagai
Sekretaris Kota Mojokerto yang disetujui pelantikan tanggal 27 September
2004 dan waktu itu Bupati minta tolong dipanggilkan Krisanto lalu terdakwa
menelpon ke ruang bagian Keuangan dan yang menerima Wisnugroho yang
mengatakan kalau Krisanto tidak ada dan terdakwa tidak menyuruh stafnya
bernama Haris Muktiono untuk menelpon Wisnugroho, kemudian terdakwa
menanyakan keberadaan Krissanto yang oleh Wisnugroho dijawab bahwa
Krisanto tidak ada dan kalau ada titipan pak Buipati sudah ada, lalu atas
perintah Bupati terdakwa memberitahukan agar dibawa ke Pendopo dan kira-
kira 30 menit kemudian ajudan Bupati melaporkan kalau Wisnugroho sudah
datang, lalu Bupati melalui ajudannya menyuruh langsung ke rumah dinas
Ketua Dewan (Samirin), kemudian terdakwa pergi ke rumah dinas Ketua
DPRD Kabupaten Blitar Samirin Darwoto ;
- Bahwa ketika terdakwa sampai dirumah dinas Samirin untuk berpamitan
sudah ada mobil kijang milik Wisnugroho dan ternyata Wisnugroho sudah ada
di dalam ruang tanu rumah dinas Samirin Darwoto dan 2 (dua) menit
kemudian Wisnugroho keluar mendahului terdakwa dan disana sudah ada map
![Page 78: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/78.jpg)
78
yang warnanya terdakwa lupa yang kata Samirin adalah milik Wisnugroho,
lalu map tersebut saksi bawa keluar untuk diserahkan kepada Wisnugroho
yang saat itu saksi tidak membuka map tersebut dan pada waktu menyerahkan
map tersebut ternyata didalam mobil Wisnugroho ada Siti Sulastri dan map
tersebut terdakwa serahkan kepada Siti Sulastri, kemudian terdakwakembali
lagi menemui Samirin untuk berpamitan ;
- Bahwa pada waktu di ruang tamu rumah dinas terdakwa tidak melihat
bungkusan tas kresek di atas meja kecuali stopmap tersebut dan saksi tidak
mengetahui isi stofmap ;
- Bahwa setelah terdakwa kembali ke kantor 1 (satu) jam kemudian Samirin
Darwoto menelpon terdakwa yang mengatakan, “cuma pinjam ke pak Bupati
kok pakai kuitansi”, kemudian terdakwa menelpon ke ruangan bagian
keuangan untuk menghubungi Wisnugroho ternyata yang menerima Krisanto
dan terdakwa memberitahukan kepada Krisanto kalau tanda terimanya
(kuitansi) diminta kembali pak Samirin Darwoto ;
- Bahwa terdakwa tidak mengetahui adanya uang pesangon atau tali asih bagi
anggota DPRD Kabupaten Blitar periode 1999 – 2004 yang memasuki purna
bakti serta tidak mengetahui siapa yang menyerahkan dana tersebut dan
terdakwa mendengar istilah uang pesangon dalam rapat pembahasan oleh tim
anggaran dan Pantia Anggaran pernah ada anggota Panggar bernama Pak
Wito menanyakan masalah uang pesangon untuk anggota dewan, namun
tidak ada yang menanggapai ;
- Bahwa terdakwa tidak mengetahui pengeluaran uang pesangon sebesar Rp.
1.125.000.000,00 (satu milyar seratus duapuluh lima juta rupiah) karena tidak
dilibatkan dan dilewati dan menurut staf terdakwa terealisasi pada bulan
Februari 2004 yang diambil dari Anggaran pembinaan dan pemrosesan
keuangan sekretariat PEKKAB Blitar yang dicairkan dengan 8 (delapan)
lembar SPMG masing-masing tertanggal 18 Februari 2004 yang dicairkan
pada tanggal 24 Februari 2004 , dan pencairan dana tersebut untuk uang
pesangon/tali asih kepada anggota DPRD Kabuapen Blitar tersebut tidak
dibenarkan karena menyalahi aturan ;
- Bahwa bukti kuitansi tertanggal 6 April 2004 dengan nominal Rp.
70.000.000,00 (tujuh puluh juta rupiah) adalah benar didalamnya paraf
terdakwa yang waktu itu disodorkan oleh Titik Wismiati dan anggaran
tersebut untuk keperluan menunjang kegiatan Sekda dalam rangka
![Page 79: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/79.jpg)
79
penyelengaraan pemerintahanan, namun terdakwa tidak menerima uang
tersebut karena hanya untuk melengkapi SPJ yang seharusnya mengajukan
adalah bagian umum sebagai pengguna angaran;
- Bahwa bukti kuitansi tertanggal 16 April 2004 dengan nominal Rp.
20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) di dalamnya benar adalah tanda tangan
terdakwa dan dana tersebut untuk biaya makan minum tamu Pemda
Kabupaten Blitar dan uang tersebut terdakwa terima dari Titik Wismiati
sebagai Bendahara dengan menandatangani kuitansi tersebut ;
- Bahwa terdakwa sebagai sekda bukan sebagai pengguna angaran dan untuk
melaksanakan kegiatan tidak mempunyai mata anggaran ;
- Bahwa yang berwenang untuk menerima uang biaya bantuan makan minum
tamu PEMKAB Blitar adalah Bagian Umum;
- Bahwa kuitansi sebesar Rp. 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) telah
terdakwa serahkan kepada Kabag Umum pak Wakid Rosidi dan bukti-bukti
penggunaan/pengeluaran oleh pak Wakid telah diserahkan kepada terdakwa
pada bulan Januari 2007 ;
- Bahwa dalam pencairan dana/anggaran Rp. 20.000.000,00 (dua puluh juta
rupiah) dan Rp. 70.000.000,00 (tujuh puluh juta rupiah) tersebut tidak
dilampiri nota dinas dan tidak ada rincian penggunaannya karena anggaran
dikeluarkan dahulu;
- Bahwa penggunaan anggaran untuk kegiatan di luar peruntukannya tidak
diperbolehkan ;
- Bahwa bukti berupa Risalah merupakan surat resmi yang isinya dibuat oleh
pejabat yang berwenang, yaitu Sekretaris Dewan yang dibuat setelah APBD
disyahkan, dan di dalam risalah tersebut tidak ada ralat/revisi RAPBD dalam
pos Pembinaan dan pemrosesan Keuangan Sekretariat PEMKAB Blitar ;
- Bahwa dalam pembahasan RAPBD kabag keuangan mengajukan banyak ralat
tertulis yang dilampirkan pada RAPBD, sehingga RAPBD yang dimuat dalam
Risalah merupakan RAPBD yang sudah jadi dianggap sudah direvisi maka
tidak ada revisi untuk ditetapkan menjadi APBD, dan RAPBD yang diajukan
sebagai bukti di persidangan mungkin belum lengkap;
- Bahwa untuk setiap pencairan keuangan menurut kebiasaan dan kebijakan
intern harus ada nota dinas pengguna anggaran kepada terdakwa dan
memerintahkan stafnya untuk diteliti apakah sesuai dengan SKO dan kalau
![Page 80: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/80.jpg)
80
sesuai maka saksi setujui (acc) dan setelah itu dibuatkan SPP yang didasarkan
pada DASK ;
- Bahwa terdakwa tidak ada kewenangan untuk mengontrol SPP yang telah cair
dan tidak ada keharusan bagi pengguna anggaran untuk melaporkan
pengeluaran anggaran kepada Sekda;
- Bahwa terdakwa sebagai Sekda yang membuat SKO tidak bertanggung-jawab
atas pengeluaran atau penggunaan anggaran ;
- Bahwa bukti-bukti SKO adalah benar yang ditandatangani terdakwa dan
dalam SKO tidak terperinci penggunaannya dan hanya memuat nominal dan
penggunaan anggaran tersebut ;
- Bahwa saksi tidak mengetahui mengenai penyerahan uang sebesar
Rp.1.125.000.000,00 (satu milyar seratus dua puluh lima juta rupiah) . kepada
Samirin Darwoto dan terdakwa mengetahui disposisi/memo Krisanto pada
waktu pemeriksaan di Kejaksaan ;
- Bahwa terdakwa bukan pengguna anggaran dan terdakwa tidak dapat
mengambil uang Sekretariat Kabupaten ;
- Bahwa terdakwa tidak mengetahui pencairan maupun penyerahan serta
SPMG-SPMG atas dana sebesar sebesar Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) dalam SPMG nomor 699 tanggal 2 April 2004, Rp. 20.000.000,00
(dua puluh juta rupiah) dalam SPMG nomor 1387 tanggal 6 Juli 2004 dan Rp.
10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) maupun Rp. 500.000.000,00 dalam
SPMG nomor 8 tanggal 30 januari 2004 karena tidak ada nota dinasnya;
- Bahwa APBD Tahun 2004 yang disahkan tersebut oleh Pemerintah Provinsi
dan DEPDAGRI telah disetujui dan tidak ada masalah ;
Menimbang, bahwa di persidangan telah diajukan barang bukti berupa :
8 (delapan) lembar SPMG tanggal 18 Februari 2004 beserta lampiran berupa
SPP, 1 (satu) lembar memo tentang Biaya Jasa Kerja sebesar
Rp. 1.125.000.000,00, 2 (dua) lembar fotocopi kuitansi tanggal 25 Agustus 2004
yang diparaf oleh Samirin Darwoto dengan perincian :
a. fotocopi kuitansi 1 senilai Rp. 900.000.000,00
b. fotocopi kuitansi 2 senilai Rp. 225.000.000,00
1 (satu) buku RAPBD Kabupaten Blitar tahun 2004 ;
1 (satu) jilid buku Perda Kabupaten Blitar Nomor 1 Tahun 2004 tanggal 9 Januari
2004 tentang APBD Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2004 ;
![Page 81: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/81.jpg)
81
1 (satu) jilid buku Rancangan Penjabaran APBD tahun 2004 tanggal 1 Januari
2004 sampai dengan 31 Desember 2004 ;
1 (satu) buah Rancangan Perubahan APBD Kabupaten Blitar tahun 2004 tanggal
1 Januari 2004 sampai dengan 31 Desember 2004;
1 (satu) buku Keputusan Bupati nomor 8 Tahun 2004 tanggal 12 Januari 2004
tentang Penjabaran APBD Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2004 ;
1 (satu) jilid buku Rancangan Perubahan Penjabaran APBD Kabupaten Blitar
tahun 2004 tanggal 1 Januari 2004 sampai dengan 31 Januari 2004
1 (satu) jilid buku Keputusan Bupati nomor 228 Tahun 2004 tanggal 29 Juli 2004
tentang Penjabaran Perubahan APBD Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2004 (1
Januari 2004 sampai 31 Desember 2004) ;
1 (satu) buah DASK Sekretariat Kabupaten Blitar tahun 2004 ;
1 (satu) bendel SPMG Nomor 699 tanggal 2 April 2004 ;
1 (satu) bendel SPMG Nomor 1387 tanggal 6 Juli 2004 ;
1 (satu) bendel SPMG Nomor 08 tanggal 30 Januari 2004 ;
1 (satu) bendel SPMG Nomor 750 tanggal 13 April 2004 ;
1 (satu) bendel SPMG Nomor 954 tanggal 5 Mei 2004 ;
1 Satu) jilid buku risalah Rapat Paripurna DPRD Kabupaten Blitar tanggal 29
Desember 2003 sampai dengan 9 Januari 2004 dengan acara
pembahasan/Penetapan RAPBD Kabupaten Blitar;
Keputusan DPRD Kabupaten Blitar Nomor 2 tahun 1999 tentang Peraturan Tata
Tertib DPRD Kabupaten Blitar;
1 (satu) S.K. Gubernuir Nomor 171.423/71/021/1999 tanggal 16 Oktober 1999
tentang Pengangkatan Ketua DPRD
Keputusan Mendagri nomor 835.212.2-2793 tanggal 13 Juli 1999 tentang
Pengangkatan Soebiantoro menjadi Sekwilda Tingkat II Blitar;
Sertifikat No. AV-361478 Hak Milik Nomor 23 atas nama Soebiantoro;
Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan para saksi maupun saksi a de
charge dan ahli yang telah memberikan keterangannya di bawah sumpah yang saling
bersesuaian satu dengan lainnya dikaitkan pula dengan keterangan Terdakwa serta
memperhatikan pula barang bukti lainnya yang dihadapkan ke persidangan, maka
Majelis Hakim memperoleh fakta-fakta hukum yang terungkap di persidangan
sebagai berikut :
- Bahwa berdasarkan Keputusan MENDAGRI Nomor 835.212.2-2793 tanggal 13
Juli 1999 terdakwa diangkat sebagai SEKWILDA Tingkat II Blitar yang
![Page 82: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/82.jpg)
82
menjalankan tugas sejak tangggal 26 Juli 1999 sampai dengan tanggal 21
September 2004 dan pada tanggal 27 september 2004 dilantik sebagai
SEKWILKOT Mojokerto;
- Bahwa selain menjabat sebagai Sekda Kabupaten Blitar terdakwa juga sebagai
Ketua Tim Anggaran eksekutif untuk penyusunan dan pembahasan RAPBD
Kabupaten Blitar tahun anggaran 2004 yang bertugas membina anggota tim,
mengkoordinir dalam penyusunan RAPBD dan mengirim RAPBD ke Dewan
serta membahas RAPBD antara Tim Anggaran dari eksekutif dengan Panitia
Anggaran (PANGGAR) DPRD Kabupaten Blitar ;
- Bahwa pada tanggal 9 Desember 2004 di Pendopo Kabupaten Blitar telah terjadi
pertemuan antara Bupati (saksi Imam Muhadi), Wakil Bupati, Sekda (terdakwa)
dengan Pimpinan Dewan yang terdiri dari Samirin Darwoto, Arif Fuadi, Gianto
dan Made, yang dalam pertemuan tersebut Samirin membicarakan masalah uang
pesangon sebagai tali asih anggota dewan, demikian juga dalam rapat DPRD juga
ada permintaan dari anggota DPRD Kabupaten Blitar bernama Wito mengenai
uang pesangon untuk anggota Dewan tersebut ;
- Bahwa atas perintah secara lisan dari Bupati dan Sekda (terdakwa) maka Kabag
Keuangan (Saksi Krisanto) menganggarkan uang pesangon/tali asih anggota
DPRD Kabupaten Blitar pada pos belanja Kesekretariatan PEMKAB Blitar, yaitu
pada pos pembinaan dan pemrosesan keuangan dalam anggaran tahun 2004
dengan nilai nominal sebesar Rp. 1.125.000.000,00 (satu milyar seratus dua puluh
lima juta rupiah) pada saat pembahasan RAPBD tahun 2004 dengan rincian setiap
anggota dewan mendapat Rp. 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) dan khusus
Pimpinan Dewan ditambah lagi uang sebesar Rp. 225.000.000,00 (dua ratus dua
puluh lima juta rupiah) ;
- Bahwa sekira pada bulan Februari 2004 atas perintah lisan dari Bupati (saksi
Imam Muhadi) dan terdakwa selaku Sekda karena ada permintaan dari Samirin
Darwoto, maka uang sebesar Rp. 1,125 milyar tersebut dicairkan dan atas
perintah atasan pula uang pesangon tersebut agar disimpan terlebih dahulu, maka
saksi Krissanto (Kabag Keuangan) mengajukan nota dinas atau memo dana untuk
Jasa Kerja sebesar Rp. 1.125.000.000,- dengan memo (nota dinas) tersebut agar
saksi Siti Sulastri mengajukan SPP rincian dana , bulan maret 2006, dana
disimpan dulu dan untuk Dewan, kemudian pada tanggal 5 Februari 2004 saksi
Titik Wismiati atas perintah Krissanto berupa memo tersebut membuatkan SPP
sebanyak 8 (delapan) lembar yang setelah diparaf dan diketahui oleh Saksi Hasan
![Page 83: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/83.jpg)
83
Alhabsy (Asisten II) lalu diajukan ke bagian anggaran untuk diparaf dan
dilengkapi SKO dan diajukan ke saksi Kadmiarsih (Kasubag Angggaran) untuk
dibuatkan 8 (delapan) lembar SPMG dengan SPMG nomor 223, 224, 225, 226,
227, 228, 229 dan 230 dari pos Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan pada
Sekretaraitan Kabupaten Blitar yang berasal dari APBD Tahun Anggaran 2004.
Kemudian pada tanggal 18 Februari 2004 saksi Lilik Purwanto mencairkan dana
sebesar Rp. 1.125.000.000,00 di Bank Jantim dan uang itu diserahkan kepada
saksi Titik Wismiati untuk di simpan di Brankas :
- Bahwa kedelapan SPMG tersebut dari Pos Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan
pada Sekretariatan Kabupaten Blitar yang berasal dari APBD Tahun Anggaran
2004 yang terdiri dari SPMG :
o Nomor 223 tanggal 18 Februari 2004 dari pos Biaya Proses
Penyusunan APBD tahun 2004 sebesar Rp. 200.000.000,00.
o Nomor 224 tanggal 18 Februari 2004 dari Biaya Proses Perhitungan
Tahun 2003 sebesar Rp. 200.000.000,00.
o Nomor 225 tanggal 18 Februari 2004 dari pos Biaya Penyusunan PAK
Tahun 2004 sebesar Rp. 200.000.000,00.
o Nomor 226 tanggal 18 Februari 2004 dari pos Biaya Proses
Penyusunan LPJ Bupati sebesar Rp. 125.000.000,00.
o Nomor 227 tanggal 18 Februari 2004 dari pos Biaya Penyelenggaraan
Otonomi Daerah sebesar Rp. 100.000.000,00.
o Nomor 228 tanggal 18 Februari 2004 dari pos Biaya Pembinaan
Administrasi Daerah sebesar Rp. 100.000.000,00.
o Nomor 229 tanggal 18 Februari 2004 dari pos Biaya Pengendalian
Administrasi Umum sebesar Rp. 100.000.000,00.
o Nomor 230 tanggal 18 Februari 2004 dari pos Biaya Penyelenggaraan
Pemerintahan sebesar Rp. 100.000.000,00.
- Bahwa pada tanggal 25 Agustus 2004 pagi hari saksi Krisanto (Kabag Keuangan)
memerintahkan saksi Siti Sulastri untuk mengambil uang ke saksi Titik Wismiati
sebesar Rp. 1.125.000.000,00 untuk Dewan sesuai Nota Dinas saksi Krisanto,
kemudian uang tersebut dihitung oleh saksi Titik Wismiati lalu uang tersebut oleh
saksi Siti Sulastri dibawa ke ruangannya dan dari uang sebesar Rp.
1.125.000.000,00 tersebut sesuai dengan perintah saksi Krisanto maka yang
sebesar Rp. 900.000.000,00 saksi Siti Sulastri masukkan dalam 45 (empat puluh
lima) amplop warna coklat yang masing-masing berisi Rp. 20.000.000,00 dan
![Page 84: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/84.jpg)
84
dimasukan dalam tas kresek warna hitam, sedangkan uang yang sebesar Rp.
225.000.000,00 dibungkus kertas koran yang dimasukan dalam tas kresek warna
hitam ;
- Bahwa kemudian setelah saksi Wisnoegroho mendapat telepon dari terdakwa
yang menanyakan saksi Krisanto maka saksi Wisnugroho menemui saksi Siti
Sulastri menanyakan titipan uang dan saksi Siti Sulastri telah menyiapkan 2 (dua)
kuitansi senilai Rp. 900.000,00 dan Rp. 225.000.000,00 masing-masing rangkap 3
(tiga) dengan nama penerima Samirin Darwoto berikut uang tunai sebesar Rp.
1.125.000.000,00 yang dimasukan dalam tas kresek warna hitam tersebut,
kemudian saksi Wisnugroho menghadap lagi kepada terdakwa untuk
memberitahukan kesiapan titipan tersebut ;
- Bahwa kemudian saksi Wisnoegroho dan saksi Siti Sulastri dengan
menggunakan mobil Kijang milik saksi Wisnugroho membawa uang sebesar Rp.
1.125.000.000,00 dalam tas kresek warna hitam tersebut yang pada waktu hampir
bersamaan terdakwa dengan menggunakan mobil yang dikemudikan saksi
Suparno pergi menuju Pendopo Kabupaten Blitar yang saat itu terdakwa masuk
ke dalam pendopo sedangkan saksi Wisnugroho maupun saksi Siti Sulastri
menunggu di luar tetap dalam mobil, dan selang beberapa waktu kemudian
terdakwa keluar pendopo dan dengan menggunakan mobil yang dikemudikan
Suparno tersebut pergi menuju ke rumah dinas Ketua DPRD Kabupaten Blitar
Samirin Darwoto yang terletak di jalan Merdeka Blitar dan saat itu pula saksi
Wisnugroho dan saksi Siti Sulastri dari pendopo juga mengikuti mobil terdakwa
menuju ke rumah dinas Ketua DPRD Kabupaten Blitar dengan menggunakan
mobil Kijang dan uang yang berada dalam tas kresek warna hitam tetap ada di
dalam mobil tersebut ;
- Bahwa setelah sampai di rumah dinas Ketua DPRD tersebut terdakwa turun dari
mobil demikian pula saksi Wisnugroho juga turun dari mobilnya dengan
membawa Stopmap berisi kuitansi dan tas kresek warna hitam yang berisi uang
yang sudah disiapkan Saksi Siti Sulastri, lalu terdakwa dan saksi Wisnugroho
masuk ke dalam rumah dinas Samirin Darwoto dengan membawa Stopmap berisi
kuitansi dan tas kresek warna hitam yang berisi uang yang sudah disiapkan saksi
Siti Sulastri sedangkan saksi Siti Sulastri tetap menunggu di dalam mobil
Wisnugroho, dan tak lama selang waktu kemudian saksi Wisnugroho keluar dari
rumah dinas dengan sudah tidak membawa tas kresek warna hitam maupun
stopmap kemudian terdakwa juga keluar dengan membawa Stopmap dan
![Page 85: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/85.jpg)
85
diserahkan kepada Wisnugroho, yang setelah dibuka oleh saksi Wisnugroho dan
saksi Siti Sulastri dalam Stopmap tersebut masih tetap ada kuitansi yang pada
nama penerima Samirin Darwoto sudah di paraf yang sebelumnya kuitansi-
kuitansi tersebut belum diparaf ;
- Bahwa terdakwa menerangkan bahwa pada waktu masuk ke dalam rumah dinas
Samirin Darwoto tersebut ternyata saksi Wisnugroho sudah ada di ruang tamu
yang saat itu terdakwa hanya melihat stopmap warna hijau atau biru di atas meja
dan tidak melihat ada bungkusan tas kresek, lalu Samirin darwoto menyuruh
terdakwa untuk mengembalikan stopmap tersebut kepada pemiliknya, yaitu saksi
Wisnugroho kemudian terdakwa ke luar menyerahkan stopmap kepada saksi
Wisnugroho yang sudah ada di mobil bersama saksi Siti Sulastri, namun terdakwa
tidak mengetahui isi stopmap tersebut ;
- Bahwa setelah dari rumah dinas terdakwa, baik saksi Wisnugroho, saksi Siti
Sulastri, saksi Suparno dan terdakwa langsung pulang ke kantor Bupati dan
sampai di kantor masih dalam jam kantor (dinas) yang setelah itu saksi
Wisnugroho melaporkan kepada saksi Krisanto kalau uang untuk DPRD sudah
diserahkan kepada Samirin Darwoto serta menyerahkan 2 (dua) lembar kuitansi
bukti penerimaan masing-masing sebesar Rp. 900.000.000,00 dan Rp.
225.000.000,00, dan tak lama kemudian Samirin Darwoto menelpon terdakwa
untuk meminta kembali kuitansi-kuitansi yang diserahkan saksi Wisnugroho
dengan alasan bahwa terdakwa hanya pinjam pak Bupati, lalu terdakwa
memerintahkan menelpon ke ruangan Bagian Keuangan dan memberitahukan
kepada Krisanto kalau tanda terima /kuitansinya diminta kembali oleh Samirin
Darwoto, namun sebelum dikembalikan 2 (dua) lembar kuitansi tersebut oleh
saksi Siti Sulastri di fotocopi untuk diserahkan dan disimpan oleh saksi Titik
Wismiati, sedangkan aslinya diserahkan oleh saksi Wisnugroho kepada Samirin
Darwoto di rumah dinasnya ;
- Bahwa terdakwa menyatakan tidak mengetahui pencairan maupun penyerahan
dana/uang sebesar Rp. 1.125.000.000,00 ;
- Bahwa penggunaan angaran di luar peruntukannya adalah tidak diperbolehkan,
sehingga dana yang dianggarkan untuk Pemerintah Kabupaten Blitar (ekseklutif)
tidak boleh diterima atau dipergunakan untuk keperluan DPRD Kabupaten Blitar
(legislatif) ;
- Bahwa terdakwa sebagai Sekretaris Daerah Kabupaten Blitar bukan pengguna
anggaran dan dalam melakukan kegiatannya tidak mempunyai mata anggaran ;
![Page 86: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/86.jpg)
86
- Bahwa untuk pencairan SPMG harus dilengkapi SKO, SPP, kuitansi, rincian
penggunaan anggaran maupun bukti-bukti pendukung lainnya, dan berdasarkan
kebiasaan serta kebijaksanaan intern PEMKAB Blitar harus dilampiri dengan
nota dinas ;
- Bahwa perubahan anggaran pada biaya pembinaan dan pemrosesan keuanggan
Sekretariat Pemkab dalam RAPBD 2004 sebelum dibahas di Panggar Dewan oleh
saksi Krisanto dianggarkan sebesar Rp.5.353.250.000,00 dan karena atas perintah
atasan saksi Krisanto serta permintaan uang pesangon dari dewan maka terjadi
perubahan dalam RAPBD menjadi Rp. 6.053.250.000,00 dan berubah lagi dalam
APBD menjadi Rp. 6.678.250.000,00, dimana atas perubahan-perubahan tersebut
dalam rapat di Panggar Dewan dan oleh fraksi-fraksi dalam rapat paripurna
berdasarkan risalah tidak dibahas dan tanpa revisi ;
- Bahwa pembahasan RAPBD dibahas dalam rapat Panggar dengan Tim Anggaran;
- Bahwa pengeluaran dana dari anggaran Sekretariat Pemkab pasti diketahui oleh
Sekda, dan yang bertanggung jawab atas keuangan Sekretariat Pemkab tersebut
adalah Sekda ;
- Bahwa prosedur pencairan dana adalah harus sesuai dengan DASK yang
didasarkan pada APBD dan dari Kabag atau Dinas-Dinas mengajukan dana
dengan nota dinas yang telah ditandatangani kemudian diajukan SEKDA yang
setelah disetujui kemudian dibuatkan SPP oleh Pemegang Kas lalu diajukan
kepada Saksi Hasan Al Habsy selaku Asisten II bidang Administrasi dan Umum
untuk diparaf dan kemudian dikembalikan lagi ke Kabag Keuangan untuk
dibuatkan SPMG (surat perintah membayar giro) dan SKO (Surat Keputusan
otoritas), setelah itu diserahkan ke pemegang Kas untuk pencairan dana dan
setelah cair diserahkan kepada pos-pos yang mengajukan dan sebagai
pertanggung jawaban anggaran harus menyerahkan kuitansi serta bukti-bukti
pendukung lainnya ;
- Bahwa pada tanggal 16 April 2004 di ruang kerja terdakwa ketika terdakwa
berada di ruangan tersebut telah menerima uang sebesar Rp. 20.000.000,00 (dua
puluh juta rupiah) dari saksi Titik Wismiati selaku Bendahara dan terdakwa
menandatangani kuitansi tertanggal 16 April 2004 untuk keperluan biaya makan
minum, kemudian kuitansi tersebut dilampirkan dalam SPMG Nomor 945 tanggal
5 Mei 2004 dan pengajuan anggaran tersebut tanpa dilengkapi dengan nota dinas
serta rincian penggunaan;
![Page 87: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/87.jpg)
87
- Bahwa sebagai pengguna anggaran/Kuasa pengguna anggaran dan yang berhak
menerima anggaran biaya makan minum adalah Kepala Bagian Umum ;
- Bahwa terdakwa juga menerima uang sebesar Rp. 70.000.000,00 (tujuh puluh juta
rupiah) dari saksi Titik Wismiati selaku Bendahara atas perintah saksi Krisanto
selaku Kabag Keuangan dan terdakwa membubuhkan paraf pada kuitansi
tertanggal 6 April 2004 untuk keperluan biaya Bantuan Penyelenggaraan
Pemerintahan yang diajukan saksi Titik Wismiati, kemudian kuitansi tersebut
dilampirkan dalam SPMG Nomor 750 tanggal 13 April 2004 dan pengajuan
anggaran tersebut tanpa dilengkapi dengan nota dinas serta rincian penggunaan;
- Bahwa pada bulan Desember 2003 saksi Siti Sulastri atas perintah saksi Krisanto
telah mengambil uang dari saksi Titik Wismiati sebesar Rp. 10.000.000,00
(sepuluh juta rupiah) sesuai dengan SPMG Nomor 08 tanggal 30 Januari 2004
yang diambil dari pos biaya penyusunan APBD tahun 2004 pada Sekretariat
Pemkab Blitar yang dana tersebut berasal dari APBD, dan oleh saksi Siti Sulastri
uang sebesar Rp. 10.000.000,00 tersebut diserahkan dan diterima sendiri oleh
Samirin Darwoto di rumah dinasnya yang atas penyerahan uang tersebut
dibuatkan bukti berupa kuitansi tertanggal 30 Desember 2003 ;
- Bahwa atas perintah atasannya saksi Krisanto pernah menyerahkan uang sebesar
Rp. 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) sesuai dengan SPMG Nomor 1387
tanggal 6 Juli 2004 yang diambil dari pos Pengadaan Alat-alat Kebersihan
Sekretariat Pemkab Blitar yang dana tersebut berasal dari APBD dan uang
tersebut saksi Krisanto serahkan dan diterima oleh Samirin Darwoto serta Samirin
Darwoto menandatangani kuitansi tertanggal 24 Juni 2004 ;
- Bahwa dana sebesar Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dari Pos Proses
Penyusunan Perhitungan APBD 2003 pada Sekretariat Pemkab Blitar yang
berasal dari APBD sesuai SPMG nomor 699 telah cair dan dana tersebut telah
Samirin Darwoto terima berdasarkan kuitansi tertanggal 31 Maret 2004 ;
- Bahwa Saksi Mahfud Zen selaku Sekretaris Panitia Anggaran (Panggar) DPRD
Kabupaten Blitar pada tanggal di ruang kerja Kabag Keuanggan PEMKAB Blitar
telah menemui dan menerima dana/anggaran sebesar Rp. 500,000,000,00 (lima
ratus juta rupiah) dari saksi Krisanto selaku Kabag Keuanggan PEMDA Blitar
dan atas penerimaan uang tersebut saksi Mahmud Zen menandatangani bukti
penerimaan berupa kuitansi untuk biaya Proses Penyusunan Perhitungan APBD
2003, kemudian kuitansi tersebut dilampirkan dalam SPMG Nomor 8 tanggal 30
![Page 88: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/88.jpg)
88
Januari 2004 dan pengajuan anggaran tersebut tanpa dilengkapi dengan nota dinas
serta rincian penggunaan;
- Bahwa berdasarkan bukti kuitansi tertanggal sebagai lampiran SPMG Nomor 945
tanggal 5 Mei 2004 saksi Krisanto juga telah mengambil atau menerima anggaran
Biaya Makan Minum sebesar Rp. 70.000.000,00 (tujuh puluh juta rupiah);
- Bahwa atas pencairan dana/angaran dalam SPMG-SPMG masing-masing Nomor
945, 750, 223, 224, 225, 226, 227, 228, 229, 230, 08, 699 dan 1387 maka dari
anggaran Sekretariatan Pemerintah Kabupaten Blitar telah dikeluarkan atau
dicairkan dana sejumlah Rp. 1.995.000.000,00 (satu milyar sembilan ratus
sembilan puluh lima juta rupiah)
Menimbang, bahwa Terdakwa telah diajukan ke persidangan oleh Penuntut
Umum dengan Dakwaan yang disusun secara subsidaritas yaitu Dakwaan Primair
perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 2 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Pasal 55 ayat (1)
Ke-1 KUHP; dakwaaan Subsidair perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan
diancam pidana dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 jo. Pasal 55 ayat (1) Ke-1 KUHP;
Menimbang, bahwa oleh karena dakwaan Penuntut Umum disusun secara
Subsidaritas maka terlebih dahulu Majelis akan mempertimbangkan Dakwaan
Primair yaitu perbuatan terdakwa seabagaimana diatur dan diancam pidana dalam
Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Pasal
55 ayat (1) Ke-1 KUHP, yang unsur-unsurnya adalah :
1. Setiap Orang;
2. Secara Melawan Hukum Melakukan perbuatan Memperkaya Diri Sendiri
Atau Orang Lain Atau Suatu Korporasi;
3. Dapat Merugikan Keuangan Negara Atau Perekonomian Negara;
4. Perbuatan Tersebut Dilakukan Sebagai Orang Yang Melakukan, Yang
Menyuruh Melakukan, dan Turut Serta Melakukan;
Unsur ke- 1 : “Setiap Orang”.
![Page 89: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/89.jpg)
89
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan Setiap Orang sesuai dengan
ketentuan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999, adalah orang perseorangan atau termasuk korporasi.
Menimbang, bahwa menurut Martiman Projo Hamidjojo, SH, MM dalam
bukunya “Penerapan Pembuktian Terbalik Dalam Delik Korupsi”, Penerbit CV.
Mandar Maju Bandung tahun 2001 hal. 52-53, disebutkan istilah yang lazim dalam
perundang-undangan pidana ataupun KUHP memakai kata Barangsiapa atau salinan
dari “Hij die” (teks KUHP) dan yang dimaksud dengan Setiap orang atau Barang
siapa adalah orang atau orang-orang yang apabila orang atau orang-orang tersebut
terbukti memenuhi unsur-unsur delik yang diatur dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, maka
orang-orang itu disebut sebagai si pelaku atau si pembuat dari delik tersebut.
Menimbang, bahwa menurut R. Wiyono, SH dalam bukunya “Pembahasan
Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi” Penerbit Sinar Grafika
Jakarta tahun 2005, hal. 27 disebutkan bahwa dalam Pasal 2 ayat (1) tersebut tidak
ditentukan adanya suatu syarat, misalnya syarat Pegawai Negeri yang harus
menyertai “setiap orang” yang melakukan tindak pidana korupsi yang dimaksud.
Oleh karena sesuai dengan apa yang dimaksud dengan “setiap orang” dalam Pasal 1
angka 3 Pelaku Tindak Pidana Korupsi yang terdapat dalam Pasal 2 ayat (1) dapat
terdiri atas orang perseorangan dan/atau korporasi.
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta di persidangan terdakwa Drs,
SOEBIANTORO, MSi. telah membenarkan identitasnya sebagaimana dalam surat
dakwaan Penuntut Umum, sehingga terdakwa adalah orang sebagai subyek hukum
yang didakwa melakukan tindak pidana;
Menimbang, bahwa mengenai alasan Penasihat Hukum terdakwa dalam
pembelaannya yang menyatakan bahwa terdapat kekurang-lengkapan dan kekaburan
mengenai subyek hukum dari pelaku tindak pidana yang didakwakan oleh Penuntut
Umum tersebut Majelis tidak sependapat karena oleh Penuntut Umum dalam surat
dakwaaannya sudah disebutkan secara lengkap mengenai identitas terdakwa dan oleh
terdakwa identitas tersebut telah dibenarkan sebagaimana dipertimbangkan di atas ;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, maka Majelis tidak
sependapat dengan alasan Tim Penasihat Hukum dan Majelis berpendapat unsur ke-1
“setiap orang” telah terpenuhi.
![Page 90: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/90.jpg)
90
Unsur ke- 2 : “Dengan Secara Melawan Hukum Melakukan Perbuatan
Memperkaya Diri Sendiri atau Orang Lain atau Suatu Korporasi”.
Menimbang, bahwa unsur kedua ini terdiri dari beberapa sub unsur (elemen)
yang masing-masing saling berkaitan (berhubungan). Dimana yang dimaksud dengan
secara melawan hukum dalam rumusan delik ini berdasarkan penjelasan pasal 2 ayat
(1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 adalah mencakup
perbuatan melawan hukum dalam arti formil maupun dalam arti materiil, yakni
meskipun perbuatan tersebut tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan,
namun apabila perbuatan tersebut dianggap tercela karena tidak sesuai dengan rasa
keadilan atau norma-norma kehidupan sosial dalam masyarakat, maka perbuatan
tersebut dapat dipidana.Oleh karena itu perbuatan melawan hukum dapat diartikan
sebagai perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan (hukum
tertulis) dan/atau rasa keadilan atau norma-norma kehidupan sosial. Walaupun sifat
melawan materiil dalam fungsi yang positif telah ada putusan Mahkamah Konstitusi
Nomor 003/P.UU.IV/2006 tanggal 25 Juli 2006 dinyatakan tidak mempunyai
kekuatan hukum mengikat sehingga yang masih berlaku hanya sifat melawan hukum
dalam arti formil, yang pada hakekatnya sifat melawan hukum secara materiil sudah
melekat pada sifat melawan hukum formil sebagai perbuatan yang tidak patut dan
tidak terpuji. Demikian pula revisi maupun perubahan terhadap bunyi pasal 2 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
sampai saat ini belum ada .
Menimbang, bahwa dari fakta yang teruangkap di persidangan, maka unsur
kedua ini akan dipertimbangkan sebagai berikut :
- Bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi : Krisanto (Kabag Keuangan) dan
Wisnugroho (Kasubag Anggaran), Siti Sulastri (staf Bagian Anggaran), Titik
Wismiati (Kasir dan Pembantu Pemegang Kas) serta barang bukti berupa surat
biaya Jasa Kerja sebesar Rp. 1.125.000.000,- dan SPMG-SPMG masing-masing
mulai dari nomor 223 sampai dengan nomor 230 yang saling bersesuaian
diperoleh fakta maupun petunjuk bahwa pada tanggal 25 Agustus 2004 pagi hari
saksi Krisanto (Kabag Keuangan) memerintahkan saksi Siti Sulastri (staf Bagian
Anggaran) untuk mengambil uang ke saksi Titik Wismiati (Kasir/Pembantu
Pemegang Kas) sebesar Rp. 1.125.000.000,00 dari pos Biaya Pembinaan dan
![Page 91: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/91.jpg)
91
Pemrosesan Keuangan untuk Dewan sesuai Nota Dinas (memo) saksi Krisanto
dan SPMG :
o Nomor 223 tanggal 18 Februari 2004 dari pos Biaya Proses
Penyusunan APBD tahun 2004 sebesar Rp. 200.000.000,00.
o Nomor 224 tanggal 18 Februari 2004 dari Biaya Proses Perhitungan
Tahun 2003 sebesar Rp. 200.000.000,00.
o Nomor 225 tanggal 18 Februari 2004 dari pos Biaya Penyusunan PAK
Tahun 2004 sebesar Rp. 200.000.000,00.
o Nomor 226 tanggal 18 Februari 2004 dari pos Biaya Proses
Penyusunan LPJ Bupati sebesar Rp. 125.000.000,00.
o Nomor 227 tanggal 18 Februari 2004 dari pos Biaya Penyelenggaraan
Otonomi Daerah sebesar Rp. 100.000.000,00.
o Nomor 228 tanggal 18 Februari 2004 dari pos Biaya Pembinaan
Administrasi Daerah sebesar Rp. 100.000.000,00.
o Nomor 229 tanggal 18 Februari 2004 dari pos Biaya Pengendalian
Administrasi Umum sebesar Rp. 100.000.000,00.
o Nomor 230 tanggal 18 Februari 2004 dari pos Biaya Penyelenggaraan
Pemerintahan sebesar Rp. 100.000.000,00.
kemudian uang tersebut dihitung oleh saksi Titik Wismiati lalu uang tersebut
oleh saksi Siti Sulastri dibawa ke ruangannya dan dari uang sebesar
Rp. 1.125.000.000,00 tersebut sesuai dengan perintah saksi Krisanto maka yang
sebesar Rp. 900.000.000,00 saksi Siti Sulastri masukkan dalam 45 (empat puluh
lima) amplop warna coklat yang sesuai dengan jumlah anggota DPRD Kabupaten
Blitar sebanyak 45 (empat puluh lima) orang yang masing-masing berisi
Rp. 20.000.000,00 dan dimasukan dalam tas kresek warna hitam, sedangkan uang
yang sebesar Rp. 225.000.000,00 dibungkus kertas koran yang dimasukan dalam
tas kresek warna hitam dan kemudian kedua bungkusan dalam tas kresek hitam
tersebut dimasukan lagi dalam satu tas kresek warna hitam ;
- Bahwa berdasarkan persesuaian keterangan terdakwa, saksi Wisnugroho dan saksi
Siti Sulastri serta bukti berupa 2 (dua) lembar fotokopy kuitansi masing-masing
sebesar Rp. 225.000.000,00 (dua ratus dua puluh lima juta rupiah) dan dan Rp.
900.000.000,00 (sembilan ratus juta rupiah) diperoleh petunjuk setelah saksi
Wisnoegroho mendapat telepon dari terdakwa yang menanyakan keberadaan
saksi Krisanto dan uang titipan maka saksi Wisnugroho menemui saksi Siti
Sulastri menanyakan titipan uang dan saksi Siti Sulastri sudah menyiapkan
![Page 92: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/92.jpg)
92
uang/dana sebesar Rp. 1.125.000.000,00 (satu milyar seratus dua puluh lima juta
rupiah) berikut membuat 2 (dua) kuitansi senilai Rp. 900.000,00 dan Rp.
225.000.000,00 masing-masing rangkap 3 (tiga) dengan nama penerima Samirin
Darwoto ;
- Bahwa berdasarkan keterangan saksi Wisnoegroho dan saksi Siti Sulastri dengan
menggunakan mobil sendiri milik saksi Wisnugroho membawa uang sebesar
Rp. 1.125.000.000,00 dalam tas kresek warna hitam tersebut yang pada waktu
hampir bersamaan terdakwa dengan menggunakan mobil yang dikemudikan saksi
Suparno pergi menuju Pendopo Kabupaten Blitar yang saat itu terdakwa masuk
ke dalam pendopo sedangkan saksi Wisnugroho maupun saksi Siti Sulastri
menunggu diluar tetap dalam mobil, dan selang beberapa waktu kemudian
terdakwa keluar pendopo dan dengan menggunakan mobil yang dikemudikan
saksi Suparno tersebut pergi menuju ke rumah dinas Ketua DPRD Kabupaten
Blitar (Samirin Darwoto) yang terletak di jalan Merdeka Kota Blitar dan saat itu
pula saksi Wisnugroho dan saksi Siti Sulastri dari pendopo juga menuju ke rumah
dinas Ketua DPRD Kabupaten Blitar dengan menggunakan mobil sendiri dan
uang yang berada dalam tas kresek warna hitam berisi uang Rp. 1.125.000.000,00
(satu milyar seratus dua puluh lima juta rupiah) tetap ada di dalam mobil
tersebut.
- Bahwa berdasarkan persesuaian keterangan saksi Wisnugroho, saksi Siti Sulastri
dan saksi Suparno di peroleh petunjuk bahwa sekira jam 13.30 WIB setelah
sampai di rumah dinas Ketua DPRD Kabupaten Blitar (Samirin Darwoto) di Jalan
Merdeka Kota Blitar terdakwa turun dari mobil demikian pula saksi Wisnugroho
juga turun dari mobilnya dengan membawa Stopmap berisi kuitansi dan tas
kresek warna hitam yang berisi uang yang sudah disiapkan Saksi Siti Sulastri, lalu
terdakwa dan saksi Wisnugroho masuk ke dalam rumah dinas Samirin Darwoto
dengan membawa Stopmap berisi kuitansi dan tas kresek warna hitam yang berisi
uang Rp. 1.125.000.000,00 (satu milyar seratus dua puluh lima juta rupiah) yang
sudah disiapkan dan dibawa oleh saksi Siti Sulastri, sedangkan saksi Siti Sulastri
tetap menunggu di dalam mobil Wisnugroho.
- Bahwa berdasarkan persesuaian keterangan terdakwa, saksi Wisnugroho dan saksi
Siti Sulastri diperoleh fakta maupun petunjuk bahwa tidak lama selang waktu
kemudian saksi Wisnugroho keluar dari rumah dinas dengan sudah tidak
membawa tas kresek warna hitam maupun stopmap dan tidak lama kemudian
terdakwa juga keluar dengan membawa Stopmap dan diserahkan kepada
![Page 93: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/93.jpg)
93
Wisnugroho, dan berdasarkan keterangan saksi Wisnugroho dan saksi Siti Sulastri
bahwa setelah dibuka dalam stopmap tersebut masih tetap ada 2 (dua) lembar
kuitansi atas penerimaan uang sebesar Rp. 1.125.000.000,00 yang masing-masing
senilai Rp. 900.000.000,00 dan Rp. 225.000.000,00 yang pada nama penerima
Samirin Darwoto sudah di paraf yang sebelumnya kuitansi-kuitansi tersebut
belum diparaf ;
- Bahwa berdasarkan persesuaian keterangan terdakwa, saksi Krisanto, saksi Siti
Sulastri, saksi Wisnugroho dan saksi Titik Wismiati serta bukti berupa 2 (dua)
lembar fotokopy kuitansi masing-masing sebesar Rp. 225.000.000,00 (dua ratus
dua puluh lima juta rupiah) dan dan Rp. 900.000.000,00 (sembilan ratus juta
rupiah) diperoleh fakta maupun petunjuk bahwa setelah sampai kembali di kantor
tidak lama kemudian Samirin darwoto menelpon terdakwa untuk meminta
kembali 2 (dua) kuitansi sebagai tanda penerimaan uang tersebut dan sebelum
kuitansi-kuitansi tersebut dikembalikan dan diserahkan oleh saksi Wisnugroho
kepada Samirin Darwoto di rumah Dinasnya terlebih dahulu difotocopi oleh saksi
Siti sulastri ;
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta ataupun petunjuk sebagaimana
dipertimbangkan di atas bahwa Ketua DPRD Kabupaten Blitar Samirin Darwoto
telah menerima uang sebesar Rp. 1.125.000.000,00 (satu milyar seratus dua puluh
lima juta rupiah) yang diserahkan saksi Wisnugroho sebagai Kasubag Anggaran
Pemkab Blitar dan Terdakwa sebagai Sekretaris Daerah Kabupaten Blitar yang
berasal dari pos Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan pada anggaran Sekretariat
Kabupaten Blitar ;
Menimbang, bahwa keterangan terdakwa yang menyatakan bahwa kehadiran
saksi Wisnugroho lebih dahulu di rumah dinas Ketua DPRD Kabupaten Blitar
(Samirin Darwoto) dan belakangan baru terdakwa datang adalah bertentangan dengan
keterangan saksi-saksi Wisnugroho, Siti Sulastri dan Suparno yang menerangkan
pada waktu ada di rumah dinas Ketua DPRD terdakwa dan saksi Wisnugroho
bersamaan masuk rumah dinas tersebut sebagaimana dipertimbangkan di atas,
sehingga keterangan terdakwa tersebut patut untuk dikesampingkan dan Majelis tidak
sependapat dengan Tim Penasihat hukum terdakwa yang menyatakan adanya
kebohongan besar pada saksi Suparno yang mengetahui saksi Wisnugroho membawa
tas kresek warna hitam ;
Menimbang, bahwa berdasarkan persesuaian keterangan saksi Siti Sulastri,
saksi Titik Wismiati, saksi Krisanto dan saksi Mahfud Zen serta barang bukti berupa
![Page 94: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/94.jpg)
94
1 (satu) bendel SPMG nomor 08 tertanggal tanggal 30 Januari 2004 dengan lampiran
berupa 2 (dua) lembar kuitansi tertanggal 30 Desember 2006 diperoleh fakta maupun
petunjuk bahwa uang sebesar Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan kuitansi
dengan nominal Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) yang ditandatangani oleh
saksi Mahmud Zen telah diambil dari pos Biaya Proses Penyusunan Perhitungan
APBD tahun 2003 Sekretariat Pemkab Blitar. Dana sebesar Rp. 10.000.000,00
(sepuluh juta rupiah) tersebut diambil dari Kasir dan Pembantu Pemegang Kas
Pemkab Blitar (saksi Titik Wismiati) yang oleh saksi Siti Sulastri sebagai staf Bagian
Anggaran tersebut diserahkan dan diterima sendiri oleh Samirin Darwoto di rumah
dinasnya yang atas penyerahan uang tersebut dibuatkan bukti berupa kuitansi
tertanggal 30 Desember 2003 dan nama penerima adalah Samirin Darwoto tanpa
dilengkapi dengan bukti kuitansi pendukung lainnya, sedangkan dana sebesar
Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) oleh saksi Saksi Krisanto telah diserahkan
dan diterima oleh saksi Mahmud Zen di Sekretariat PEMKAB Blitar dan atas
penyerahan tersebut dibuat bukti berupa kuitansi tertanggal 30 Desember 2003 yang
ditandatangani oleh saksi Mahmud Zen sendiri tanpa dilengkapi dengan bukti
kuitansi pendukung lainnya;
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta ataupun petunjuk sebagaimana
dipertimbangkan di atas bahwa Samirin Darwoto selaku Ketua DPRD Kabupaten
Blitar telah menerima uang sebesar Rp.10.000.000,00 dari Staf Bagian Anggaran
Pemkab Blitar yaitu saksi Siti Sulastri demikian pula saksi Mahmud Zen selaku
Wakil Ketua Panitia Anggaran DPRD Kabupaten Blitar telah menerima uang sebesar
Rp. 500.000.000,00 dari saksi Krisanto selaku Kabag Keuangan PEMKAB Blitar,
dan uang/dana tersebut diambil dari pos Biaya Proses Penyusunan Perhitungan
APBD tahun 2003 Sekretariat Pemkab Blitar ;
Menimbang, bahwa berdasarkan persesuaian keterangan saksi Lilik Purwanto,
saksi Titik Wismiati, saksi Krisanto, saksi L. Nina Dwi Rahayu, saksi Lilik Purwanto
barang bukti berupa 1 (satu) bendel SPMG nomor 1387 tanggal 6 Juli 2004 dengan
salah satu lampiran berupa kuitansi tertanggal 24 Juni 2004 diperoleh fakta maupun
petunjuk bahwa uang sebesar Rp. 20.000.000,00 yang diambil dari pos Pengadaan
Alat Kebersihan Pemkab Blitar telah dibuatkan SPP serta SPMG dan telah cair, dan
berdasarkan keterangan saksi Krisanto Kabag Keuangan Pemkab Blitar telah
menyerahkan uang sebesar Rp. 20.000.000,00 tersebut dan diterima oleh Samirin
Darwoto selaku Ketua DPRD Kabupaten Blitar dengan menandatangani kuitansi
![Page 95: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/95.jpg)
95
penerimaan tertanggal 24 Juni 2004 tanpa dilengkapi dengan bukti kuitansi
pendukung lainnya ;
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta ataupun petunjuk sebagaimana
dipertimbangkan di atas bahwa Samrin Darwoto selaku ketua DPRD Kabupaten
Blitar telah menerima uang sebesar Rp.20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) dari
Kabag Keuangan Pemkab Blitar yaitu saksi Krisanto dan uang/dana tersebut diambil
dari pos Pengadaan Alat Kebersihan Pemkab Blitar ;
Menimbang, bahwa berdasarkan persesuaian keterangan saksi Lilik Purwanto,
saksi Titik Wismiati, saksi Krisanto, saksi L. Nina Dwi Rahayu serta barang bukti
berupa 1 (satu) bendel SPMG nomor 699 tanggal 2 April 2004 dengan salah satu
lampiran berupa kuitansi tertanggal 31 Maret 2004 diperoleh fakta maupun petunjuk
bahwa uang sebesar Rp. 200.000.000,00 yang diambil dari pos Biaya Proses
Penyusunan perhitungan APBD 2003 Pemkab Blitar pada Sekretariat Pemkab Blitar
telah dibuatkan SPP ,SPMG serta dilampiri SKO yang dana tersebut telah dicairkan
dan berdasarkan keterangan saksi Krisanto uang sejumlah Rp. 200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah) tersebut diterima oleh Samirin Darwoto selaku Ketua DPRD Kota
Blitar dan atas penyerahan uang/dana tersebut dibuat bukti penerimaan berupa
kuitansi yang ditandatangani Samirin Darwoto tertanggal 31 Maret 2004 tanpa
dilengkapi dengan bukti kuitansi pendukung;
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta ataupun petunjuk sebagaimana
dipertimbangkan di atas bahwa Samirin Darwoto telah menerima uang sebesar
Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dari saksi Krisanto yang berasal dari pos
Biaya Proses Penyusunan Perhitungan APBD tahun 2003 Pemkab Blitar yang
dicairkan/dikeluarkan dari Kas Pemkab Blitar ;
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta ataupun petunjuk di persidangan, yaitu
persesuaian keterangan saksi-saksi Krisanto, Titik Wismiati dan terdakwa serta bukti
SPMG Nomor 945 tanggal 5 Mei 2004 bahwa pada tanggal 16 April 2004 di ruang
kerja terdakwa ketika terdakwa berada di ruangan tersebut telah menerima uang
sebesar Rp. 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) dari saksi Titik Wismiati selaku
Bendahara dan terdakwa menandatangani kuitansi tertanggal 16 April 2004 untuk
keperluan biaya makan minum dan saksi Krisanto di ruang kerjannya juga telah
menerima uang sebesar Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dari saksi Titik
Wismiati selaku Bendahara dan saksi Krisanto menandatangani kuitansi tertanggal 16
April 2004 untuk keperluan biaya makan minum, kemudian kuitansi-kuitansi tersebut
![Page 96: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/96.jpg)
96
dilampirkan dalam SPMG Nomor 945 tanggal 5 Mei 2004 dan pengajuan anggaran
tersebut tanpa dilengkapi dengan nota dinas serta rincian penggunaan;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas bahwa terdakwa telah
menerima uang sebesar Rp.20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) dari pos Biaya
makan minum Pemkab Blitar yang dicairkan/dikeluarkan dari Kas Pemkab Blitar
tanpa dilapiri nota dinas dan rincian penggunaan serta tanpa dilengkapi dengan bukti
kuitansi pendukung lainnya;
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta maupun petunjuk di persidangan, yaitu
berdasarkan keterangan saksi Krisanto, saksi Titik Wismiati, terdakwa serta bukti
berupa SPMG Nomor 750 tanggal 13 April 2004 bahwa saksi Titik Wismiati selaku
Bendahara atas perintah saksi Krisanto selaku Kabag Keuangan telah menyerahkan
uang sebesar Rp. 70.000.000,00 (tujuh puluh juta rupiah) kepada terdakwa dan atas
penyerahan uang tersebut terdakwa membubuhkan paraf pada kuitansi tertanggal 6
April 2004 untuk keperluan biaya Bantuan Penyelenggaraan Pemerintahan yang
diajukan saksi Titik Wismiati, kemudian kuitansi tersebut dilampirkan dalam SPMG
Nomor 750 tanggal 13 April 2004 dan pengajuan anggaran tersebut tanpa dilengkapi
dengan nota dinas serta rincian penggunaan tanpa dilengkapi dengan bukti kuitansi
pendukung lainnya ;
Menimbang, bahwa mengenai keterangan terdakwa yang menyatakan bahwa
terdakwa hanya memparaf kuitansi tertanggal 6 April 2004 dan tidak menerima
uangnya adalah bertentangan dengan keterangan saksi Titik Wismiati dan saksi
Krisanto yang menyatakan terdakwa telah menerima penyerahan uang sebesar
Rp. 70.000.000,00 (tujuh puluh juta rupiah) dari saksi Titik Wismiati, disamping itu
terdakwa sebagai orang yang berpendidikan tinggi serta sangat berpengalaman di
bidang administrasi lembaga pemerintahan adalah sangat tidak mungkin
membubuhkan tandatangan atau paraf dalam kuitansi tanda penerimaan uang apabila
terdakwa tidak menerima uangnya dan secara hukum seseorang yang menandatangani
suatu surat berarti telah membenarkan isi surat tersebut. Oleh karena itu berdasarkan
pertimbangan tersebut keterangan terdakwa yang menyatakan tidak menerima uang
sebesar Rp. 70.000.000,00 (tujuh puluh juta rupiah) dari saksi Titik Wismiati adalah
tidak beralasan dan patut untuk dikesampingkan ;dan berdasarkan pertimbangan di
atas Majelis tidak sependapat dengan pendapat Tim Penasihat Hukum terdakwa
dalam pembelaaannya yang menyatakan bahwa terdakwa secara pribadi sama sekali
secara tunai tidak pernah menerima uang sebesar Rp.20.000.000,00 (dua puluh juta
rupiah) dan Rp. 70.000.000,00 (tujuh puluh juta rupiah) ;
![Page 97: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/97.jpg)
97
Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 22
Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dalam pasal 78 ayat (1) dinyatakan:
“Penyelenggaraan tugas Pemerintah Daerah dan DPRD di biayai dan atas Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah”, kemudian dalam pasal 29 ayat (5) juga dinyatakan
: “Anggaran Belanja Sekretariat DPRD ditetapkan dengan Keputusan DPRD dan
dicantumkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah” dan dalam pasal 18
ayat (1) huruf f angka ke-3 dinyatakan DPRD mempunyai tugas dan wewenang
melaksanakan pengawasan terhadap Pelaksanaan Anggaran Pendapat dan Belanja
Daerah ;
Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 105
tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggung Jawaban Keuangan Daerah dalam
pasal 4 dinyatakan :”Pengelolaan Keuangan Daerah dilakukan secara tertib, taat pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku, efesien, efektif, transparan dan
bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan dan kepatutan”, kemudian
dalam pasal 10 ayat (3) ditentukan bahwa setiap pejabat dilarang melakukan tindakan
yang berakibat pengeluaran atas beban APBD apabila tidak tersedia atau tidak cukup
tersedia anggaran untuk membiayai pengeluaran tersebut. Demikian pula dalam pasal
27 ayat (1) menyatakan : “Setiap pembebanan APBD harus didukung oleh bukti-bukti
yang lengkap dan sah mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang menagih “ ;
Menimbang, bahwa berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29
Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan, pertanggung jawaban dan pengawasan
keuangan daerah serta tata cara penyusunan anggaran pendapatan dan belanja daerah,
pelaksanaan tata usaha keuangan daerah dan penyusunan perhitungan anggaran
pendapatan dan belanja daerah dalam pasal 49 ayat (5) dinyatakan : “Setiap
pengeluaran kas harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah mengenai hak yang
diperoleh oleh pihak yang menagih”, kemudian dalam pasal 55 ayat (1) juga
dinyatakan ; “Pengguna Anggaran dilarang melakukan tindakan yang mengekibatkan
beban APBD jika dana untuk pengeluaran tersebut tidak tersedia atau dananya tidak
cukup tersedia” dan dalam ayat (2) dinyatakan : “Pengguna Anggaran dilarang
melakukan pengeluaran-pengeluaran atas beban Belanja Daerah untuk tujuan lain dari
pada yang ditetapkan”.
Menimbang, bahwa berdasarkan surat Menteri Dalam Negeri nomor
161/3211/SJ tanggal 29 Desember 2003 tentang Pedoman , Kedudukan Keuangan
Pimpinan dan Anggota DPRD yang diantaranya mengatur bahwa untuk mendukung
tugas Pimpinan DPRD atau untuk membiayai kegiatan lainnya yang dilakukan
![Page 98: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/98.jpg)
98
pimpinan atas nama Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah dan sebagai Alat
Kelengkapan DPRD dapat disediakan Belanja Penunjang Operasional Pimpinan, dan
penyususunan, pelaksanaan dan penatausahaan, penggunaan belanja Pimpinan dan
Anggota DPRD dilakukan oleh Sekretaris DPRD selaku Pengguna Anggaran ;
Menimbang, bahwa berdasarkan PERDA Nomor 11 Tahun 2003 bahwa setiap
pengeluaran harus didukung bukti pendukung selain kuitansi ;
Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan peraturan-peraturan tersebut di
atas dapat disimpulkan :
- bahwa Pemerintah Daerah dan DPRD masing-masing mempunyai anggaran
sendiri-sendiri ;
- bahwa penggunaan anggaran harus cukup atau tersedia dananya dan sesuai
dengan peruntukannya yang telah ditetapkan ;
- bahwa setiap pengeluaran harus didukung dengan bukti-bukti yang lengkap
dan sah mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang menagih;
- bahwa pengelolaan keuangan daerah dilakukan secara tertib, taat pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku, efesien, efektif, transparan dan
bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan dan kepatutan ;
- bahwa setiap pejabat dilarang melakukan tindakan yang berakibat
pengeluaran atas beban APBD apabila tidak tersedia atau tidak cukup tersedia
anggaran untuk membiayai pengeluaran ;
Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi : Imam Muhadi;
Hasan Al Habsy; Wisnugroho; Lilik Purwanto; Gunawan; Kustanto, Soemardjo
Krisanto dan keterangan terdakwa serta ketentuan peraturan di atas (pasal 29 ayat (5)
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 jo. pasal 10 ayat (3) Peraturan Pemerintah
Nomor 105 tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggung Jawaban Keuangan
Daerah jo pasal 49 ayat (5) dan 55 ayat (1) Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor
29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan, pertanggung jawaban dan pengawasan
keuangan daerah serta tata cara penyusunan anggaran pendapatan dan belanja daerah,
pelaksanaan tata usaha keuangan daerah dan penyusunan perhitungan anggaran
pendapatan dan belanja daerah bahwa eksekutif /Pemerintah Kabupaten (in casu
PEMKAB Blitar) dan Legislatif (in casu DPRD Kabupaten Blitar) masing-masing
mempunyai anggaran sendiri-sendiri dan anggaran eksekutif tidak dapat diambil
maupun dipergunakan/dipakai oleh legislatif ;
Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan ahli (Roedy Hariyanto, SE.)
bahwa kuitansi saja bukan merupakan bukti yang bisa dipertanggung jawabkan,
![Page 99: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/99.jpg)
99
karena tidak memenuhi syarat kompeten, cukup dan relevan, sebagai kuitansi
tersebut harus disertai dengan bukti-bukti pendukung lainnya, relevan yaitu sesuai
dengan peruntukannya, kompeten harus ada dananya dan digunakan oleh yang
berhak (pengguna anggaran) atas penggunaannya dan cukup apabila ada rincian dan
ada bukti-bukti pendukung lainnya atas kegiatan tersebut, misalnya bukti-bukti dari
pihak ketiga ;
Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi Wisnugroho, saksi Titik
Wismiati, saksi Lilik Purwanto dan saksi Kadmiarsih bahwa SPMG tidak cukup
hanya dilampiri kuitansi saja, sehingga pertanggung-jawaban pengguna anggaran
yang hanya dilampiri kuitansi tidak dibenarkan namun harus dilengkapi dengan
bukti-bukti pendukung lainnya;
Menimbang, bahwa berdasarkan persesuaian keterangan keterangan saksi
Krisanto, Saksi Wisnugroho, saksi Siti Sulastri, saksi Titik Wismiati dan barang bukti
surat biaya Jasa Kerja sebesar Rp. 1.125.000.000,- bahwa pada tanggal 25 Agustus
2004 sekira jam 12.30 WIB di rumah dinas Ketua DPRD Kabupaten Blitar terdakwa
bersama saksi Wisnugroho telah menyerahkan uang sebesar Rp. 1.125.000.000,00
(satu milyar seratus dua puluh lima juta rupiah) kepada Samrin Darwoto selaku Ketua
DPRD Kabupaten Blitar sebagaimana dipertimbangkan di atas adalah untuk pesangon
atau tali asih para anggota dewan sebanyak 45 orang dan uang tambahan Pimpinan
Dewan yang akan memasuki purna bhakti yang diterima Samirin Darwoto (Ketua
DPRD kabupaten Blitar) yang diambil/dikeluarkan dari Kas Daerah Kabupaten Blitar
yang berasal dari Pos Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan pada Sekretariat
PEMKAB Blitar dan uang pesangon/tali asih tersebut tidak dianggarkan dalam
APBD tahun 2004 Kabupaten Blitar dalam pos Sekretariat PEMKAB Blitar ;
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta di persidangan Samirin Darwoto adalah
Ketua DPRD Kabupaten Blitar bukan sebagai pengguna anggaran pada Sekretariat
PEMKAB Blitar, sehingga pengeluaran dana atau uang tersebut tidak sesuai dengan
peruntukannya dan anggaran/dana pada eksekutif (PEMKAB Blitar) tidak boleh
dipergunakan oleh Legislatif (DPRD Kabupaten Blitar) dan sebagai pertanggung-
jawaban penggunaan anggaran tersebut hanya dilampiri kuitansi saja tanpa disertai
bukti-bukti pendukung lainnya, sehingga tindakan terdakwa yang menyerahkan
dana/uang sebesar Rp. 1.125.000.000,00 (satu milyar seratus dua puluh lima juta
rupiah) kepada Samrin Darwoto selaku Ketua DPRD Kabupaten Blitar adalah
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu ketentuan
pasal 29 ayat (5) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 jo. pasal 10 ayat (3)
![Page 100: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/100.jpg)
100
Peraturan Pemerintah Nomor 105 tahun 2000 jo pasal 49 ayat (5) dan 55 ayat (1)
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 dan tindakan terdakwa yang
menyerahkan uang sebesar Rp. 1.125.000.000,00 (satu milyar seratus dua puluh lima
juta rupiah) tersebut secara materiil telah memberikan keuntungan berupa perolehan
uang bagi Ketua DPRD (Samirin Darwoto) maupun anggota-anggota DPRD
Kabupaten Blitar ;
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta di persidangan, yaitu berdasarkan
keterangan saksi Imam Muhadi, saksi Krisanto, saksi Hasan Al Habsy, saksi Siti
Sulastri, saksi Hj. Titik Wismiati, saksi Lilik Purwanto, saksi Soemardjo, saksi
Kadmiarsih dan saksi a de charge Sudiati Rahayu maupun ahli (Roedy Hariyanto)
yang saling bersesuaian diperoleh petunjuk bahwa terdakwa sebagai Sekretaris
Daerah (SEKDA) Kabupaten Blitar mendapat pendelegasian kewenangan dari Bupati
Kabupaten Blitar untuk mengelola keuangan dengan menandatangani SKO (Surat
Keputusan Otorisasi), dimana prosedur pengeluaran keuangan pada sekretariat
PEMKAB Blitar melalui terdakwa dengan diterbitkan SKO yang ditandatangani
terdakwa dan tanpa persetujuan terdakwa dana/anggaran tidak dapat keluar
(dicairkan). Demikian pula berdasarkan persesuaian keterangan saksi Hasan Alhabsy,
saksi Krisanto, saksi Wisnugroho dan saksi Siti Sulastri ahli diperoleh fakta maupun
petunjuk bahwa setiap pengajuan anggaran dan penerbitan SPMG harus dilampiri
nota dinas untuk di acc (disetujui) oleh terdakwa kalau tidak disetujui terdakwa maka
dana tidak bisa cair , namun SPMG dapat terbit tanpa dilampiri nota dinas karena
yang meminta dana adalah pimpinan (terdakwa) dimana pimpinan (terdakwa) sudah
mengetahui maksud pengeluaran dana tersebut. Demikian pula berdasarkan
keterangan saksi Krisanto setiap pengeluaran dana dana tersebut diketahui oleh
terdakwa dan setiap pengeluaran keuangan saksi Krisanto sebagai Kepala Bagian
Keuangan PEMKAB Blitar selalu meminta persetujuan dan melaporkan kepada
terdakwa ;
Menimbang, bahwa oleh karena itu berdasarkan pertimbangan di atas, maka
terdakwa telah menyetujui atas pengeluaran dana yang berasal dari anggaran
Sekretariat PEMKAB Blitar, antara lain : uang sebesar Rp. 1.125.000.000,00 (satu
milyar seratus dua puluh lima juta rupiah); Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah);
Rp. 20.000.000,00 ( dua puluh juta rupiah) Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)
yang telah diterima Samirin Darwoto dalam kaitannya sebagai Ketua DPRD
Kabupaten Blitar dan Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) yang telah diterima
oleh saksi Mahmud Zen dan dana-dana tersebut diperuntukan bagi anggota DPRD
![Page 101: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/101.jpg)
101
Kabupaten Blitar dan sebagai pertanggung jawabannya hanya diberikan kuitansi
tanda terima, yang berdasarkan ketentuan peraturan yang ada yaitu Undang-Undang
Nomor 22 tahun 1999, Peraturan Pemerintah Nomor 105 tahun 2000 dan Keputusan
Menteri Dalam Negeri Nomor 29 tahun 2002 dan berdasarkan keterangan saksi-saksi
maupun ahli sebagaimana di pertimbangkan di atas bahwa anggaran eksekutif
(PEMKAB Blitar) tidak boleh dipergunakan oleh legislatif (DPRD Kabupaten Blitar)
karena dana tersebut tidak tersedia dalam APBD Kabupaten Blitar Tahun 2004 dan
tidak sesuai dengan peruntukan yang telah ditetapkan tanpa didukung kelengkapan
bukti sah lainnya;sehingga terdakwa yang menyetujui pengeluaran dana-dana yang
berasal dari anggaran pada Sekretariat PEMKAB Blitar tersebut adalah bertentangan
dengan ketentuan peraturan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999, Peraturan
Pemerintah Nomor 105 tahun 2000 dan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29
tahun 2002 ;
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta di persidangan terdakwa sebagai
Sekretaris Daerah Kabupaten Blitar bukan sebagai Pengguna Anggaran ataupun
Kuasa Pengguna Anggaran pada Sekretariat Pemerintah Kabupaten Blitar, dan
berdasarkan persesuaian keterangan saksi-saksi : Wisnugroho, Siti Sulastri, Hj. Titik
Wismiati, Soemardjo dan keterangan ahli bahwa dalam prosedur pengajuan
pencairan anggaran harus diajukan oleh masing-masing pengguna anggaran, yaitu
kepala bagian/kepala unit kerja, dan yang berhak mengajukan dan menggunakan
anggaran makan minum adalah Kepala Bagian Keuangan, demikian pula
berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 105 tahun 2000
jo.Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 tahun 2002 jo PERDA Kabupaten
Blitar Nomor 11 Tahun 2003 bahwa setiap pengeluaran harus didukung dengan bukti-
bukti yang lengkap dan sah mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang menagih;
pengelolaan keuangan daerah dilakukan secara tertib, taat pada peraturan perundang-
undangan yang berlaku, efesien, efektif, transparan dan bertanggung jawab dengan
memperhatikan asas keadilan dan kepatutan ; setiap pejabat dilarang melakukan
tindakan yang berakibat pengeluaran atas beban APBD apabila tidak tersedia atau
tidak cukup tersedia anggaran untuk membiayai pengeluaran ;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas bahwa tindakan
terdakwa yang telah menerima uang sebesar Rp. 20.000.000,- ( dua puluh juta rupiah)
dari saksi Titik Wismiati untuk biaya makan minum dan Rp. 70.000.000,00 ( tujuh
puluh juta rupiah) dari saksi Titik Wismiati untuk biaya penyelenggaraan
pemerintahan sebagaimana dipertimbangkan di atas dan sebagai pertanggung-
![Page 102: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/102.jpg)
102
jawabannya hanya dilampiri dengan bukti kuitansi penerimaan uang tanpa dilengkapi
dengan rincian penggunaan dan bukti kuitansi pendukung lainnya, padahal
berdasarkan fakta di persidangan bahwa terdakwa bukan sebagai pengguna anggaran
ataupun kuasa pengguna anggaran yang tidak berhak untuk mengajukan ataupun
menggunakan anggaran dimaksud serta terdakwa (Sekda) tidak mempunyai mata
anggaran karena yang berhak untuk mengajukan dan menggunakan biaya makan
minum tamu adalah Kepala Bagian Umum dan untuk biaya penyelenggaraan
Pemerintahan adalah Kepala Bagian Pemerintahan pada Sekretariat PEMKAB Blitar
demikian pula sebagai pertanggungan-jawaban penggunaan anggaran tersebut
terdakwa hanya melengkapi bukti kuitansi dan tidak dilengkapi dengan rincian
penggunaan dan tidak didukung dengan bukti-bukti yang lengkap dan sah mengenai
hak yang diperoleh oleh pihak yang menagih. Oleh karena itu tindakan terdakwa
tersebut bertentangan dengan ketentuan peraturan-peraturan yang ada, yaitu Undang-
Undang Nomor 22 tahun 1999, Peraturan Pemerintah Nomor 105 tahun 2000 dan
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 tahun 2002 maupun PERDA Kabupaten
Blitar Nomor 11 Tahun 2003;
Menimbang, bahwa terdakwa sebagai Sekda Blitar mengetahui dan
menyetujui setiap pengeluaran anggaran yang dicairkan dari Sekretariat PEMKAB,
dan setiap pengeluaran keuangan saksi Krisanto sebagai Kepala Bagian Keuangan
PEMKAB Blitar selalu meminta persetujuan dan melaporkan kepada terdakwa
sebagaimana telah dipertimbangkan di atas, maka terdakwa juga telah menyetujui
atas pengeluaran dana yang berasal dari anggaran Sekretariatan PEMKAB Blitar
berupa dana sebesar Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) yang diterima oleh
saksi Krisanto sebagai Kepala bagian Keuangan dari saksi Titik Wismiyati selaku
Bendahara Sekretariat PEMKAB Blitar untuk biaya makan minum tamu dan sebagai
pertanggungan-jawaban penggunaan anggaran tersebut saksi Krisanto hanya
melengkapi dengan bukti kuitansi dan tidak didukung dengan bukti-bukti yang
lengkap dan sah mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang menagih, sehingga
tindakan terdakwa yang menyetujui pengeluaran dana untuk saksi Krisanto tersebut
bertentangan dengan ketentuan peraturan-peraturan yang ada, yaitu Peraturan
Pemerintah Nomor 105 tahun 2000 dan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29
tahun 2002 ;
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi adalah suatu perbuatan
atau serangkaian perbuatan yang dengan perbuatan tersebut dapat bertambah harta-
![Page 103: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/103.jpg)
103
hartanya atau kekayaannya, baik dapat berupa barang-barang atau keuangan.
Sedang yang diperkaya ini adalah orang yang bersangkutan sendiri atau orang lain
atau suatu korporasi yang bersifat alternatif, maksudnya apabila salah satu terpenuhi
maka terpenuhilah unsur ini ;
Menimbang, bahwa oleh karena perbuatan terdakwa yang bertentangan
dengan ketentuan peraturan yang ada sebagaimana dipertimbangkan di atas terdakwa
yang telah menerima uang sebesar Rp. 90.000.000,00 (sembilan puluh juta rupiah)
yang berasal dari anggaran Sekretariat PEMKAB Blitar tersebut dan hal ini
mengakibatkan harta-harta kekayaan pribadi terdakwa menjadi bertambah
Rp. 90.000.000,00 (sembilan puluh juta rupiah) ;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas pula maka akibat dari
perbuatan terdakwa yang menyetujui dan menyerahkan uang yang berasal dari
anggaran Sekretariat PEMKAB Blitar yang bertentangan dengan peraturan tersebut,
mengakibatkan telah bertambah hartanya atau kekayaannya karena menerima uang
yang berasal dari Sekretariat PEMKAB Blitar , antara lain :
- Untuk Samirin Darwoto sebesar Rp. 56.250.000,00 (lima puluh enam juta
dua ratus lima puluh ribu rupiah) ditambah Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta
rupiah) ditambah Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) ditambah
Rp. 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah), sehingga berjumlah
Rp. 286.250.000.000,00 (dua ratus delapan puluh enam juta dua ratus lima
puluh ribu rupiah);
- untuk anggota-anggota DPRD Kabupaten Blitar sebesar Rp. 900,000.000,00
(sembilan ratus juta rupiah) ditambah Rp.168.750.000,00 (seratus enam
puluh delapan juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) yang telah diterima
oleh Samirin Darwoto dari Saksi Wisnugroho dan terdakwa ditambah
Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) yang diterima oleh Mahfud Zen
dari Kabag Keuangan (saksi Krisanto), dan
- untuk saksi Krisanto sebesar Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
yang diterima dari Bendahara Sekretariat PEMKAB Blitar (saksi titik
Wismiati) ;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, maka tindakan
terdakwa yang bertentangan dengan ketentuan peraturan yang ada tersebut telah
mengakibatkan bertambahnya kekayaan orang lain, yaitu anggota-anggota DPRD
Kabupaten Blitar dan saksi Krisanto ;
Menimbang , bahwa saksi a de charge Haris Muktiono dan Sudiati Rahayu
![Page 104: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/104.jpg)
104
sebagai staf terdakwa di persidangan menerangkan tidak ingat pada tanggal 25
Agustus 2004 apakah saksi Wisnugroho pernah menghadap terdakwa di ruang
kerjanya atau tidak, dan menurut hemat Majelis keterangan saksi tersebut tidak dapat
membuktikan kejadian pada tanggal 25 Agustus 2004 di ruang kerja terdakwa, oleh
karena itu keterangan saksi a de charge tersebut patut untuk dikesampingkan ;
Menimbang, bahwa mengenai keterangan saksi a de charge Drs. Kartiwi yang
pada pokoknya menerangkan pada tahun 2006 pernah bersama pak Kuncoro dan
terdakwa pergi ke rumah saksi Suparno telah mendengar pembicaraan antara Suparno
dengan terdakwa dan saat itu Suparno mengatakan telah menyesali keterangannya di
persidangan yang ternyata dampaknya memberatkan dan melibatkan terdakwa, maka
menurut hemat Majelis disamping keterangan tersebut hanya diterangkan 1 (satu)
saksi yang berdiri sendiri yang tidak ada kejelasan kaitannya dengan perkara ini dan
keterangan Suparno tersebut diberikan di luar persidangan yang tidak dapat dijadikan
sebagai alat bukti, sehingga keterangan saksi a de charge Drs. Kartiwi tersebut patut
untuk dikesampingkan;
Menimbang, bahwa mengenai keterangan saksi a de charge R. Tony Kusworo,
S.H. yang pada pokoknya menerangkan bahwa pada tanggal 25 Agustus 2004 sekira
jam 08.00 WIB telah menghubungi terdakwa melalui handphone untuk menanyakan
masalah kepastian tanggal pelantikan terdakwa sebagai Sekretaris Pemerintah Kota
Mojokerto dan sekira jam 12.00 WIB terdakwa menghubungi saksi yang mengatakan
kalau Bupati Blitar menyetujui memberikan ijin pelantikan pada tanggal 21 atau 22
September 2004. Atas keterangan saksi a de charge tersebut terdakwa menyatakan
bahwa kehadiran terdakwa pada tanggal 25 Agustus 2004 di rumah dinas Samirin
Darwoto adalah untuk berpamitan.
Menimbang, bahwa saksi a de charge R. Tony Kusworo, S.H. tersebut tidak
menerangkan apakah pada waktu itu terdakwa datang ke rumah dinas Samirin
Darwoto dan untuk kepentingan apa terdakwa datang ke rumah dinas Samirin
Darwoto, sehingga keterangan saksi a de charge R. Tony Kusworo, S.H tidak dapat
membuktikan keberadaan terdakwa di rumah dinas Samirin Darwoto. Demikian pula
atas keterangan terdakwa yang menyatakan bahwa kedatangan terdakwa ke rumah
dinas Samirin Darwoto untuk berpamitan sehubungan dengan kepindahan tugas
terdakwa ke Mojokerto, maka Majelis berpendapat bahwa persesuaian keterangan
terdakwa dengan saksi a de charge Haris Muktiono dan Sudiati Rahayu bahwa
terdakwa tidak aktif bekerja di kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Blitar sejak
akhir bulan September 2004 yang secara nyata pindah ke Mojokerto pada tanggal 27
![Page 105: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/105.jpg)
105
September 2004 dan sebelumnya masih aktif bekerja di kantor Pemerintah Daerah
Kabupaten Blitar, sehingga kedatangan terdakwa ke rumah dinas Samirin Darwoto
untuk berpamitan adalah sesuatu yang tidak beralasan karena terdakwa masih aktif
bekerja dan waktu kepindahan masih dalam jangka waktu 1 (satu) bulan untuk
berpamitan adalah tidak logis dan berdasarkan pertimbangan sebagaimana disebutkan
di atas bahwa kedatangan terdakwa ke rumah dinas Samirin Darwoto adalah untuk
menyerahan uang sebesar Rp. 1.125.000.000,00 (satu milyar seratus dua puluh lima
juta rupiah). Oleh karena itu keterangan terdakwa yang menyatakan bahwa kehadiran
terdakwa ke rumah dinas Samirin darwoto untuk berpamitan adalah patut untuk
dikesampingkan ;
Menimbang, bahwa mengenai alasan dari tim Penasihat Hukum terdakwa
yang menyatakan bahwa terdakwa tidak pernah memperkaya diri sendiri karena
terdakwa telah melaksanakan kegiatan-kegiatan prioritas Sekda dan atas kegiatan –
kegiatan tersebut SPJ berupa kuitansi-kuitansi telah dikirimkan kepada terdakwa pada
sekitar pertengahan bulan Juli 2005, namun bukti-bukti pendukung tersebut secara
tidak sengaja telah terdakwa temukan pada awal bulan Desember 2006 namun bukti
pendukung tersebut belum ditandatangani oleh Kepala Bagian Umum atau asisten
Sekda Bidang Administrasi dan Umum, lalu pada awal bulan Januari 2004 bukti-
bukti pendukung terdakwa kirimkan kepada Wachid Rosidi (Kabag Umum) dan pada
tanggal 19 Januari 2007 bukti-bukti pendukung tersebut dikirim kembali kepada
terdakwa tersebut, Majelis berpendapat bahwa kuitansi-kuitansi sebagai bukti
pendukung yang diajukan oleh Tim Penasihat Hukum terdakwa tersebut berdasarkan
fakta dipersidangan tidak dilampirkan pada waktu mempertanggung-jawabkan
penggunaan anggaran tersebut dan baru diajukan ke bagian umum (Kepala Bagian
Umum) pada awal tahun 2007 sehingga sudah terlalu jauh melampui waktu dari masa
pertanggung jawaban atas penggunaan anggaran tahun 2004 dan bukti-bukti
pendukung yang diajukan Tim Penasihat Hukum terdakwa tersebut tidak didukung
dengan keterangan saksi-saksi, sehingga bukti-bukti pendukung tersebut tidak dapat
dipertanggung-jawabkan dan berdasarkan pertimbangan tersebut di atas bahwa
terdakwa telah melakukan perbuatan melawan hukum memperkaya diri sendiri. Oleh
Karena itu Majelis tidak sependapat dengan alasan Tim Penasihat Hukum terdakwa
tersebut dan alasan tersebut patut dikesampingkan karena tidak beralasan ;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diuraikan di
atas, maka Majelis berpendapat bahwa unsur ke-2 “Secara melawan hukum
melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain” telah terpenuhi ;
![Page 106: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/106.jpg)
106
Unsur ke- 3 : “Dapat Merugikan Keuangan Negara atau Perekonomian
Negara”.
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan “merugikan keuangan negara”
adalah sama artinya dengan menjadi ruginya keuangan negara atau berkurangnya
keuangan negara (R. Wiyono SH dalam bukunya Undang-Undang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi hal. 32) ;
Menimbang, bahwa selanjutnya yang dimaksud dengan “keuangan negara”
sebagaimana dalam penjelasan umum Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 adalah
seluruh kekayaan negara dalam bentuk apapun yang dipisahkan atau tidak dipisahkan
termasuk didalamnya segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban
yang timbul karena berada dalam penguasaan, pengurusan dan pertanggungjawaban
pejabat lembaga negara baik tingkat pusat ataupun di daerah.
Menimbang, bahwa arti “dapat” dalam dalam unsur ke – 3 ini haruslah
diartikan sebagai sebagai suatu perbuatan yang menimbulkan kerugian negara dengan
tanpa dirinci dan menyebut bentuk dan jumlah kerugian negera tertentu sebagaimana
halnya tindak pidana materiil (Drs. Adami Chazawi, SH dalam bukunya Hukum
Pidana Materiil dan Formil Korupsi di Indonesia hal. 45).
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan pembuktian unsur ke-2
yang telah dinyatakan telah terpenuhi sebagaimana diuraikan di atas yang bersesuaian
dengan keterangan saksi-saksi : Krisanto, Wisnugroho, Hj. Titik Wismiati, Siti
Sulastri, Hasan Al Habsy, Lilik Purwanto, Kadmiarsih, L. Nina Dwi Rahayu dan
keterangan ahli serta keterangan terdakwa yang dikaitkan dengan bukti SPMG-SPMG
bahwa akibat perbutan terdakwa yang telah menyetujui pengeluaran anggaran yang
bertentangan dengan peraturan-perauran yang ada tersebut, maka dana atau uang
yang berasal dari :
Pos Anggaran Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan pada Sekretariat
Kabupaten Blitar yang berasal dari APBD Tahun Anggaran 2004 sesuai dengan
bukti SPMG nomor 223, 224, 2256, 226, 227, 228, 229 dan 230 yang terdiri
dari :
o pos Biaya Proses Penyusunan APBD tahun 2004 sebesar Rp.
200.000.000,00.
o Pos Biaya Proses Perhitungan Tahun 2003 sebesar Rp. 200.000.000,00.
o Pos Biaya Penyusunan PAK Tahun 2004 sebesar Rp. 200.000.000,00.
o pos Biaya Proses Penyusunan LPJ Bupati sebesar Rp. 125.000.000,00.
o pos Biaya Penyelenggaraan Otonomi Daerah sebesar Rp. 100.000.000,00.
![Page 107: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/107.jpg)
107
o pos Biaya Pembinaan Administrasi Daerah sebesar Rp. 100.000.000,00.
o pos Biaya Pengendalian Administrasi Umum sebesar Rp. 100.000.000,00.
o pos Biaya Penyelenggaraan Pemerintahan sebesar Rp. 100.000.000,00.
seluruhnya berjumlah Rp. 1.125.000.000,00 (satu milyar seratus dua puluh lima
juta rupiah) telah cair dari Kas PEMKAB Blitar dan telah diterimakan oleh
Samirin Darwoto yang diserahkan saksi Wisnugroho sebagai Kasubag
Anggaran Pemkab Blitar bersama terdakwa selaku SEKDA Kabupaten Blitar ;
pos Biaya Proses Penyusunan Perhitungan APBD tahun 2003 Sekretariat
Pemkab Blitar sesuai bukti SPMG nomor 08 sebesar Rp.10.000.000,00 telah
cair dan diserahkan oleh Staf Bagian Anggaran Pemkab Blitar yaitu saksi Siti
Sulastri kepada Samirin Darwoto dan sebesar Rp. 500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah) telah cair dari Kas PEMKAB Blitar dan telah diserahkan oleh
saksi Krisanto sebagai Kepala Bagian Keuangan PEMKAB Blitar kepada saksi
Mahmud Zen ;
pos Pengadaan Alat Kebersihan Pemkab Blitar sesuai bukti SPMG nomor 1387
sebesar Rp.20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) yang telah cair dari Kas
PEMKAB Blitar dan telah diserahkan oleh Kabag Keuangan Pemkab Blitar
yaitu saksi Krisanto kepada Samirin Darwoto ;
pos Biaya Proses Penyusunan Perhitungan APBD tahun 2003 Pemkab Blitar
sesuai bukti SPMG nomor 699 sebesar Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) telah cair dari Kas PEMKAB Blitar yang telah diserahkan oleh saksi
Krisanto sebagai kepala Bagian Keuangan PEMKAB Blitar kepada Samirin
Darwoto ;
pos penyelenggaran Pemerintah Kabupaten Blitar sesuai bukti SPMG Nomor
750 sebesar Rp. 70.000.000,00 (tujuh puluh juta rupiah) telah cair dari Kas
PEMKAB Blitar yang telah diserahkan oleh saksi Titik wismiati sebagai
Bendahara kepada terdakwa ;
pos makan minum sesuai bukti SPMG Nomor 945 sebesar Rp. 70.000.000,00
(tujuh puluh juta rupiah) telah cair dari Kas PEMKAB Blitar yang masing-
masing sebesar Rp. 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) telah diserahkan oleh
saksi Titik Wismiati sebagai Bendahara kepada terdakwa dan sebesar Rp.
50.000.000,00 (lima puluih juta rupiah) telah diserahkan oleh saksi Titik
Wismiati sebagai Bendahara kepada saksi Krisanto sebagai Kepala Bagian
Keuangan PEMKAB Blitar ;
![Page 108: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/108.jpg)
108
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, maka uang sejumlah
Rp. 1.995.000.000,00 (satu milyar sembilan ratus sembilan puluh lima juta rupiah)
yang telah cair/keluar tersebut berasal dari pos-pos anggaran yang diperuntukan bagi
Pemerintah Kabupaten Blitar (eksekutif), yaitu pada pos anggaran Pembinaan dan
Pemrosesan Keuangan, pos makan minum rapat pada Bagian Umum Sekretariat
PEMKAB Blitar, pos penyelenggaraan Pemerintah Kabupaten Blitar dan pos
Pengadaan Alat Kebersihan Sekretariat Pemkab Blitar;
Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 22
Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dalam pasal 78 ayat (1) dinyatakan :
“Penyelenggaraan tugas Pemerintah Daerah dan DPRD di biayai dan atas Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah”, dan berdasarkan fakta di persidangan bahwa
anggaran Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan, pos makan minum rapat pada
Bagian Umum Sekretariat PEMKAB Blitar, pos penyelenggaraan Peemerintah
Kabupaten Blitar maupun Pengadaan Alat Kebersihan berasal dari angggaran
Sekretariat Pemerintah Kabupaten Blitar yang bersumber pada APBD Tahun 2004
Kabupaten Blitar;
Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan ahli (Roedy Hariyanto, SE.)
bahwa tim telah menemukan adanya kerugian uang negara sebesar
Rp. 1.835.000.000,00 / Rp. 1,835 milyar dengan rincian telah diterbitkan dan
dicairkan SPMG :
Nomor 08 tanggal 30 Januari 2004 sebesar Rp. 510.000.000,00.
Nomor 223 tanggal 18 Februari 2004 sebesar Rp. 200.000.000,00.
Nomor 224 tanggal 18 Februari 2004 sebesar Rp. 200.000.000,00.
Nomor 225 tanggal 18 Februari 2004 sebesar Rp. 200.000.000,00.
Nomor 226 tanggal 18 Februari 2004 sebesar Rp. 125.000.000,00.
Nomor 227 tanggal 18 Februari 2004 sebesar Rp. 100.000.000,00.
Nomor 228 tanggal 18 Februari 2004 sebesar Rp. 100.000.000,00.
Nomor 229 tanggal 18 Februari 2004 sebesar Rp. 100.000.000,00.
Nomor 230 tanggal 18 Februari 2004 sebesar Rp. 100.000.000,00.
Nomor 669 tanggal 2 April 2004 sebesar Rp. 200.000.000,00.
sesuai dengan kuitansi yang menerima dana sebesar Rp. 1.835.000.000,00, yaitu :
Kuitansi tanggal 30 Desember 2003 yang menerima Mahmud senilai
Rp. 500.000.000,00.
1. Kuitansi tanggal 30 Desember 2003 yang menerima Samirin Darwoto
senilai Rp. 10.000.000,00.
![Page 109: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/109.jpg)
109
2. Kuitansi tanggal 31 Maret 2004 yang menerima Samirin Darwoto senilai
Rp. 200.000.000,00.
3. Fotocopi kuitansi tanggal 25 Agustus 2004 yang menerima Samirin
Darwoto senilai Rp. 900.000.000,00.
4. Fotocopi kuitansi tanggal 25 Agustus 2004 yang menerima Samirin
Darwoto senilai Rp. 225.000.000,00.
dan kuitansi-kuitansi tersebut tidak dilengkapi dengan bukti-bukti pendukung lainnya
dan tidak sesuai dengan peruntukannya;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas bahwa dana sebesar
Rp. 1.355.000.000,00 (satu milyar tiga ratus lima puluh lima juta rupiah) telah cair
(keluar) yang diterima oleh Samirin Darwoto, Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) yang diterima saksi Mahmud Zen, Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
yang diterima oleh saksi Krisanto dan Rp. 90.000.000,00 (sembilan puluh juta rupiah)
yang diterima terdakwa dengan tidak sesuai prosedur maupun ketentuan yang ada
seperti pertanggung jawabannya hanya berupa kuitansi tanpa didukung bukti
pendukung lainnya dan tidak sesuai dengan peruntukkannya dalam mata anggaran
yang telah ditetapkan, dimana dana tersebut berasal dari APBD tahun 2004
Kabupaten Blitar yang dianggarkan pada Sekretariat PEMKAB Blitar ;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas maka akibat
perbuatan terdakwa tersebut negara telah mengalami kerugian keuangan sebesar
Rp. 1.995.000.000,00 (satu milyar sembilan ratus sembilan puluh lima juta rupiah) ;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, maka
majelis tidak sependapat dengan alasan Tim Penasihat Hukum terdakwa dalam
pembelaannya yang menyatakan bahwa terdakwa tidak pernah melakukan perbuatan
dan tidak akan pernah melakukan perbuatan yang dapat merugikan keuangan negara,
demikian pula di persidangan saksi Ahli (Roedy Hariyanto, SE) tidak pernah
menerangkan bahwa terdakwa tidak terlibat dalam kerugian negara, namun saksi Ahli
tersebut menerangkan tidak ada perbuatan terdakwa yang secara langsung
mengakibatkan kerugian negara yang hal ini bukan berarti terdakwa tidak terlibat,
dan berdasarkan fakta di persidangan sebagaimana di pertimbangkan dalam
pembuktian unsur ke-2 di atas bahwa terdakwa telah melakukan perbutan melawan
hukum bukan kapasitasnya sebagai pengguna anggaran, sehingga alasan Tim
Penasihat Hukum ini harus ditolak.
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan-pertimbangan di atas
maka Majelis berpendapat bahwa unsur ke-3 dakwaan primair ini telah terpenuhi ;
![Page 110: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/110.jpg)
110
Unsur ke- 4 : “Perbuatan Tersebut Dilakukan Sebagai Orang Yang Melakukan,
Yang Menyuruh Lakukan Atau Turut Serta Melakukan “.
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan “ orang yang melakukan”
adalah seorang yang sendirian telah berbuat mewujudkan segala anasir atau elemen
dari peristiwa pidana, dan yang dimakud dengan “yang menyuruh lakukan” artinya
bukan orang itu sendiri yang melakukan peristiwa pidana akan tetapi ia menyuruh
orang lain. Sedangkan arti “turut melakukan” dalam arti kata “bersama-sama
melakukan”, sedikit-dikitnya ada dua orang ialah orang yang melakukan (pleger) dan
orang yang turut melakukan (medepleger) peristiwa pidana itu. ( R. Soesilo, Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), hal 62 – 63) ;
Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi dan keterangan
Terdakwa dihubungkan dengan surat bukti dan barang bukti yang diajukan di
persidangan telah terungkap fakta-fakta sebagai berikut :
Bahwa berdasarkan keterangan saksi Imam Muhadi, saksi Krisanto dan
terdakwa bahwa pada bulan Deseber 2003 di Pendopo Kabupaten Blitar telah
diadakan pertemuan yang dihadiri oleh Bupati (saksi Imam Muhadi), Wakil
Bupati (Heri Nugroho), Sekda (terdakwa) dengan Ketua DPRD Kabupaten
Blitar (terdakwa), Sugianto, Made dan Arif Fuadi masing-masing Wakil
Ketua DPRD dan dalam pertemuan tersebut dewan meminta uang
pesangon/tali asih bagi anggota dewan yang akan memasuki purna bhakti.
Demikian pula berdasarkan keterangan saksi Gunawan dan saksi Karyono
yang mendengar kalau anggota Dewan akan mendapatkan uang pesangon/tali
asih ;
Bahwa berdasarkan persesuaian keterangan saksi Krisanto dengan saksi
Imam Muhadi serta barang bukti surat tentang biaya Jasa Kerja sebesar
Rp. 1.125.000.000,- semula di Sekretariat di alihkan ke Sekretariat DPRD
pada Belanja barang dan Jasa (Jenis Belanja) Jasa Kantor (Obyek Belanja)
Biaya Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan bahwa pada waktu rapat antara
Tim Anggaran dari Pemkab Blitar yang diketuai oleh Sekda (terdakwa)
dengan Panitia Anggaran dari DPRD Kabupaten Blitar yang diketuai oleh
saksi Masdaim Rifai tersebut Panitia Anggaran meminta dana uang pesangon
yang diganti dengan istilah Jasa Kerja untuk dianggarkan di Sekkab, maka
saksi Krisanto yang juga sebagai Sekretaris Tim Anggaran akhirnya
menganggarkan dana pesangon sebesar Rp. 1.125.000.000,00 (Satu milyar
seratus dua puluh lima juta rupiah) dengan cara memasukkan ke pos-pos
![Page 111: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/111.jpg)
111
Sekretariatan Sekkab, yaitu pada Pos Anggaran Pembinaan dan Pemrosesan
Keuangan pada Sekretaritan Kabupaten Blitar yang berasal dari APBD Tahun
Anggaran 2004 yang terdiri dari :
o pos Biaya Proses Penyusunan APBD tahun 2004
o Pos Biaya Proses Perhitungan Tahun 2003
o Pos Biaya Penyusunan PAK Tahun 2004
o Pos Biaya Proses Penyusunan LPJ Bupati
o pos Biaya Penyelenggaraan Otonomi Daerah
o pos Biaya Pembinaan Administrasi Daerah
o pos Biaya Pengendalian Administrasi Umum
o pos Biaya Penyelenggaraan Pemerintahan
sehingga dalam penyusunan telah terjadi perubahan dalam RAPBD dan
jumlah anggaran dalam RAPBD juga mengalami perbedaan dan perubahan
dalam APBD yang telah disahkan dengan PERDA Nomor 1 Tahun 2004 ;
Bahwa berdasarkan persesuaian keterangan saksi Krisanto dan Rudy Harianto,
SE. (ahli) bahwa ada perubahan pada pos biaya pembinaan dan pemrosesan
keuangan Sekkab dalam RAPBD tahun 2004 dari dana sebesar
Rp. 6.053.250.000,00 berubah menjadi Rp. 6.678.250.000,00 yang tertuang
dalam APBD sehingga ada kenaikan sebesar Rp. 625.000.000,00, dan
sebelum dibahas di Panggar dianggarkan sebesar Rp. 5.353.250.000,00 ;
Bahwa berdasarkan persesuaian keterangan saksi Imam Muhadi, saksi
Masdaim Rifai, saksi Kustanto, saksi Krisanto, ahli Rudy Harianto, SE. dan
keterangan terdakwa serta barang bukti buku risalah Rapat Paripurna DPRD
Kabupaten Blitar tanggal 29 Desember 2003 sampai dengan 9 Januari 2004
dengan acara pembahasan/Penetapan RAPBD Kabupaten Blitar bahwa yang
membahas RAPBD untuk menjadi APBD adalah Panitia Anggaran dengan
Tim Anggaran, dan atas perubahan jumlah anggaran dalam RAPBD dengan
APBD tersebut tidak dibahas serta tidak ada revisi ;
Bahwa dana sebesar Rp. 1.355.000.000,00 (satu milyar tiga ratus lima puluh
lima juta rupiah) telah cair (keluar) yang diterima oleh Samirin Darwoto,
Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) yang diterima saksi Mahmud Zen,
Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) yang diterima oleh saksi Krisanto
dan Rp. 90.000.000,00 (sembilan puluh juta rupiah) yang diterima terdakwa
telah cair dengan tidak sesuai prosedur maupun ketentuan yang ada seperti
pertanggung jawabannya hanya berupa kuitansi tanpa didukung bukti
![Page 112: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/112.jpg)
112
pendukung lainnya dan tidak sesuai dengan peruntukkannya dalam mata
anggaran yang telah ditetapkan, dimana dana tersebut berasal dari APBD
tahun 2004 Kabupaten Blitar yang dianggarkan pada Sekretariat PEMKAB
Blitar ;
Bahwa berdasarkan keterangan saksi Imam Muhadi, saksi Hasan Al Habsyi,
saksi Kadmiarsih, saksi Krisanto dan Abu Umar (ahli) bahwa setiap
pengeluaran dana pada anggaran Kesekretariatan Pemkab pasti Sekda
mengetahuinya ;
bahwa berdasarkan keterangan saksi Imam Muhadi, saksi Krisanto, saksi
Hasan Al Habsy, saksi Siti Sulastri, saksi Hj. Titik Wismiati, saksi Lilik
Purwanto, saksi Soemardjo, saksi Kadmiarsih dan ahli (Rudy Harianto,
SE.)diperoleh petunjuk bahwa terdakwa sebagai Sekretaris Daerah (SEKDA)
Kabupaten Blitar mendapat pendelegasian kewenangan dari Bupati Kabupaten
Blitar untuk mengelola keuangan dengan menandatangani SKO dan prosedur
pengeluaran keuangan pada sekretariat PEMKAB Blitar melalui terdakwa
sehingga setiap pengeluaran dana dana tersebut diketahui oleh terdakwa dan
setiap pengeluaran keuangan saksi Krisanto sebagai Kepala Bagian Keuangan
PEMKAB Blitar selalu meminta persetujuan dan melaporkan kepada
terdakwa ;
Menimbang, bahwa syarat adanya turut serta (medeplegen) dalam pasal 55
ayat (1) ke-1 KUHP ini, terdiri dari :
1. adanya kerjasama secara sadar, yaitu adanya kesadaran bersama ini tidak
berarti ada permufakatan terlebih dulu, cukup apabila ada pengertian antara
peserta pada saat perbuatan dilakukan dengan tujuan mencapai hasil yang
sama.
2. ada pelaksanaan bersama secara fisik, yaitu perbuatan yang langsung
menimbulkan selesainya delik ;
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta di persidangan sebagaimana di
pertimbangkan di atas bahwa terjadi pertemuan di pendopo Kabupaten Blitar yang
dihadiri oleh Bupati (saksi Imam Muhadi), Wakil Bupati (Heri Nugroho), Sekda
(terdakwa) dengan Ketua DPRD Kabupaten Blitar (Samirin Darwoto) Sugianto,
Made dan Arif Fuadi masing-masing Wakil Ketua DPRD yang dibahas masalah uang
pesangon/tali asih untuk anggota dewan , sehingga baik terdakwa maupun Samirin
Darwoto mengetahui adanya uang pesangon untuk anggota dewan, kemudian
terdakwa yang saat itu sebagai Sekretaris Daerah Kabupaten Blitar yang juga sebagai
![Page 113: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/113.jpg)
113
Ketua Tim Anggaran dari eksekutif (Pemkab Blitar) adalah atasan dari saksi Krisanto
yang saat itu sebagai Kabag Keuangan juga sebagai Sekretaris Tim Anggaran telah
menyuruh saksi Krisanto untuk memasukan dana uang pesangon permintaan dewan
ke pos-pos sekretariatan Pemkab blitar, lalu saksi Krisanto menganggarkan uang
pesangon/tali asih tersebut ke pos anggaran Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan
pada Sekretariat Pemkab Blitar yang semula dianggarkan sebesar
Rp. 5.353.250.000,00 (lima milyar tiga ratus lima puluh tiga juta dua ratus lima
puluh ribu rupiah) menjadi Rp.6.053.250.000,00 (enam milyar lima puluh tiga juta
dua ratus lima puluh ribu rupiah) dalam RAPBD tahun 2004, dalam dalam rapat
pembahasan RAPBD tersebut oleh Panitia Anggaran Dewan yang juga dihadiri oleh
terdakwa (Ketua Tim Anggaran) dan saksi Krisanto (sekretaris Tim Anggaran)
terjadi permintaan penambahan uang pesangon/taliasih dan nama pesangon diganti
dengan Jasa Kerja, sehingga yang semula pada pos anggaran Pembinaan dan
Pemrosesan Keuangan pada Sekretariat Pemkab Blitar dalam RAPBD tahun 2004
sebesar Rp.6.053.250.000,00 (enam milyar lima puluh tiga juta dua ratus lima puluh
ribu rupiah) berubah lagi/bertambah menjadi Rp. 6.678.250.000,00 (enam milyar
enam ratus ratus tujuh puluh delapan juta dua ratus lima puluh ribu rupiah) dalam
APBD tahun 2004 Kabupaten Blitar yang disahkan dengan PERDA Nomor 1 Tahun
2004, dan atas perubahan/perbedaan yang signifikan jumlah anggaran pada pos
anggaran Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan pada Sekretariat Pemkab Blitar
dalam RAPBD tahun 2004 dengan APBD tahun 2004 tersebut tidak ada pembahasan
maupun revisi baik dalam rapat antara Panitia Anggaran Dewan dengan Tim
Anggaran, rapat pendapat fraksi maupun sidang-sidang paripurna yang dipimpin oleh
Samirin Darwoto dan apabila tidak ada pembahasan revisi maka nilai/jumlah dana
angaran pada pos anggaran Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan pada Sekretariat
Pemkab Blitar dalam APBD seharusnya tetap atau tidak berubah seperti yang
tertuang dalam RAPBD;
Menimbang, bahwa dengan dimasukannya dana/uang pesangon dalam pos
Anggaran Pembinaan dan Pemrosesan Sekkab Blitar, maka terdakwa sebagai Sekda
selaku atasan saksi Krisanto (Kabag Keuangan) telah memerintahkan kepada saksi
Krisanto untuk mencairkan dan menyimpan dulu uang pesangon/taliasih untuk dewan
tersebut, lalu atas perintah tersebut saksi Krisanto melaksanakannya dengan membuat
nota dinas dengan memo yang berupa surat tentang biaya Jasa Kerja sebesar
Rp. 1.125.000.000,- kepada Bendahara (saksi Titik Wismiati). Kemudian pada saat
anggota DPRD Kabupaten Blitar akan purna bhakti, maka pada tanggal 25 Agustus
![Page 114: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/114.jpg)
114
2004 terdakwa dan saksi Wisnugroho (Kasubag Anggaran) telah menyerahkan uang
pesangon untuk Anggota Dewan sebesar Rp. 1.125.000.000,00 (satu milyar seratus
dua puluh lima juta rupiah) kepada Samirin Darwoto di rumah dinas Ketua DPRD
Kabupaten Blitar (Samirin Darwoto) sebagaimana yang telah dipertimbangkan dalam
unsur ke-2 di atas;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas bahwa terdakwa telah
berperan aktif melakukan perbuatan-perbuatan mulai dari pembicaraan masalah uang
pesangon/taliasih, penyusunan dan pembahasan anggaran untuk memasukkan uang
pesangon/taliasih untuk Anggota Dewan sebesar Rp. 1.125.000.000,00 (satu milyar
seratus dua puluh lima juta rupiah) dalam pos anggaran Pembinaan dan Pemrosesan
Keuangan pada Sekretariat Pemkab Blitar dalam RAPBD tahun 2004 maupun APBD
tahun 2004 Kabupaten Blitar sampai dengan penyerahan uang tersebut kepada
Samirin Darwoto, demikian pula saksi Krisannto juga berperan dengan melakukan
perbuatan-perbuatan mulai dari penyusunan dan pembahasan anggaran untuk
memasukkan uang pesangon/taliasih untuk Anggota Dewan sebesar
Rp. 1.125.000.000,00 (satu milyar seratus dua puluh lima juta rupiah) dalam pos
anggaran Pembinaan dan Pemrosesan Keuangan pada Sekretariat Pemkab Blitar
dalam RAPBD tahun 2004 maupun APBD tahun 2004 Kabupaten Blitar sampai
dengan pencairan dana/uang pesangon untuk anggota dewan tersebut,
Menimbang, bahwa dana sebesar Rp. 1.355.000.000,00 (satu milyar tiga
ratus lima puluh lima juta rupiah) telah cair (keluar) yang diterima oleh Samirin
Darwoto, Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) yang diterima saksi Mahmud
Zen, Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) yang diterima oleh saksi Krisanto
dan Rp. 90.000.000,00 (sembilan puluh juta rupiah) yang diterima terdakwa tersebut
sesuai dengan keterangan saksi Krisanto adalah berdasarkan perintah dari terdakwa
selaku Sekda dan saksi terdakwa sebagai Sekda mengetahui semua pencairan dan
pengeluaran Anggaran pada Sekretariat Pemkab Blitar Bahwa berdasarkan
keterangan saksi Imam Muhadi, saksi Hasan Al Habsyi, saksi Kadmiarsih, saksi
Krisanto dan Abu Umar (ahli) bahwa setiap pengeluaran dana pada anggaran
Kesekretariatan Pemkab pasti Sekda mengetahuinya ;
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta di persidangan baik terdakwa, saksi
krisanto maupun saksi Mahmud Zen dan Samirin Darwoto bukan sebagai pengguna
anggaran ataupun kuasa pengguna anggaran pada Sekretariat Pemkab Blitar. Akan
tetapi berdasarkan pertimbangan di atas bahwa terdakwa, saksi Krisanto maupun
saksi Mahmud Zen dan Samirin Darwoto telah menerima dana/uang yang berasal dari
![Page 115: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/115.jpg)
115
anggaran pada Sekretariat Pemkab Blitar, sehingga tidaklah mungkin Samirin
Darwoto, Mahmud Zen, saksi Krisanto maupun terdakwa menerima dana/uang dari
sekretariat PEMKAB Blitar tersebut tanpa keterlibatan atau keterkaitan dengan
orang-orang yang mempunyai kewenangan untuk mencairkan/mengeluarkan dana
yang tersedia dalam Anggaran Sekkab Blitar, yaitu SEKDA Blitar yang berwenang
mengelola anggaran dan Kabag Keuangan Pemkab Blitar maupun staf-staf yang ada
dibawah perintahnya ;
Menimbang, bahwa mengenai alasan Tim Penasihat hukum terdakwa dalam
pembelaannya yang menyatakan bahwa surat dakwaan Penuntut kabur dan cacat
hukum karena Penuntut Umum tidak menentukan bentuk perbuatan materiil yang
dilakukan terdakwa apakah sebagai melakukan , menyuruh-lakukan dan turut
melakukan, maka Majelis berpendapat bahwa alasan Tim Penasihat Hukum terdakwa
tersebut merupakan alasan dalam ruang lingkup eksepsi dan bukan dalam ruang
lingkup atas hal-hal yang berkaitan dengan materi perkara. Oleh karena itu alasan
Tim Penasihat hukum terdakwa ini harus ditolak;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas maka Majelis
berpendapat unsur ke-5 “turut serta melakukan “ dalam dakwaan primair ini telah
terpenuhi ;
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan-pertimbangan di atas,
maka semua unsur dakwaan primair telah terpenuhi, dan karenanya Majelis
berpendapat bahwa terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan
perbuatan seperti dalam dakwaan primair karena telah memenihi unsur-unsur dalam
pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi jo. pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP ;
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan-pertimbangan
tersebut di atas, maka Majelis tidak sependapat dengan Tim Penasihat Hukum
terdakwa maupun terdakwa dalam pembelaan (pleidoi) dan Majelis sependapat
dengan Penuntut Umum yang menyatakan bahwa semua unsur dakwaan primair telah
terpenuhi sehingga dakwaan primair telah terbukti. Namun demikian Majelis tidak
sependapat dengan Penuntut Umum yang menyatakan karena salah satu unsur dari
pasal tidak tepat dalam pengetrapan hukumnya maka perlu dibuktikan dakwaan
subsidair maka Majelis tidak sependapat dengan pendapat Penuntut Umum tersebut
dengan pertimbangan bahwa dalam praktek peradilan selama ini yang tertuang dalam
berbagai putusan bahwa apabila semua unsur pasal yang didakwakan terpenuhi, maka
![Page 116: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/116.jpg)
116
secara mutatis mutandis maka dakwaan tersebut harus dinyatakan terbukti dan
terdakwa dinyatakan terbukti secara sah melakukan perbuatan sebagaimana yang
didakwakan, dan tidak ada bentuk penyimpangan atau kebijaksanaan dengan
pertimbangan hukum sebagaimana dilakukan oleh Penuntut Umum dengan dalih azas
Lex Specialis de Rogat Lex Generali dan dakwaan primair tidak tepat dalam
pengetrapan hukumnya. Oleh karena itu Majelis berpendapat bahwa alasan Penuntut
Umum tersebut harus dinyatakan ditolak;
Menimbang, bahwa mengenai alasan-alasaan terdakwa maupun alasan-
alasan Tim Penasihat Hukum terdakwa selebihnya dalam pembelaannya (pleidoi)
yang ternyata pada pokoknya berupa bantahan-bantahan terhadap pembuktian unsur
dakwaan subsidair dalam tuntutan Penuntut Umum, dan oleh karena Majelis
menyatakan yang telah terbukti adalah dakwaan primair maka atas alasan-alasan
terdakwa dalam pembelaannya tidak perlu dipertimbangkan lebih lanjut ;
Menimbang, bahwa karena dakwaan primair telah terbukti maka dakwaan
selebihnya tidak perlu dipertimbangkan lagi ;
Menimbang, bahwa selama proses persidangan berlangsung Majelis tidak
menemukan adanya alasan pemaaf maupun pembenar pada diri terdakwa yang dapat
menghapuskan pertanggung-jawaban pidana atas segala perbuatan pidana yang
dilakukannya, maka kepada Terdakwa haruslah dinyatakan telah terbukti secara sah
dan meyakinkan bersalah melakukan perbuatan pidana sebagaimana diatur dan
diancam pidana dalam pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP, dan
karenanya patut dijatuhkan pidana yang setimpal dengan kesalahannya sebagaimana
yang akan disebutkan dalam amar putusan ini ;
Menimbang, bahwa oleh karena selama proses pemeriksaan terhadap
Terdakwa telah dilakukan penahanan, maka sesuai ketentuan Pasal 22 ayat (4)
KUHAP penahanan yang telah dijalani Terdakwa tersebut dikurangkan seluruhnya
dari pidana yang akan dijatuhkan;
Menimbang, bahwa karena terdakwa ditahan, maka sesuai pasal 193 ayat (2)
huruf b KUHAP jo. pasal 21 ayat (4) KUHAP Majelis mempunyai cukup alasan
untuk menetapkan Terdakwa tetap berada dalam tahanan ;
Menimbang, bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 2 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
![Page 117: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/117.jpg)
117
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 diatur mengenai komulasi
penjatuhan hukuman pokok, yaitu hukuman penjara dan hukuman denda, maka
kepada diri Terdakwa selain dijatuhi pidana penjara juga patut untuk dijatuhkan
pidana denda yang besarnya akan ditetapkan dalam amar putusan ini.
Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 18 ayat (1) huruf b Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999, disebutkan bahwa selain tindak pidana
tambahan sebagaimana dimaksud dalam KUHP, pidana tambahan dalam tindak
pidana korupsi salah satunya adalah pembayaran uang pengganti yang jumlah
sebanyak-banyaknya sama dengan harta benda yang diperoleh dari tindak pidana
korupsi.
Menimbang, bahwa untuk menentukan besarnya uang pengganti tersebut
majelis berpendapat sesuai dengan telah dipertimbangkan dalam unsur ke – 2 dalam
Dakwaan primair tersebut diatas yaitu Terdakwa telah memperkaya dirinya sendiri
sebesar Rp. 90.000.000,00 (sembilan puluh juta rupiah), sehingga berdasarkan hal
tersebut adalah cukup beralasan apabila Terdakwa di pidana pula dengan pidana
tambahan berupa pembayaran uang pengganti sebesar Rp. 90.000.000,00 (sembilan
puluh juta rupiah) dengan ketentuan apabila Terdakwa tidak membayar uang
pengganti tersebut paling lama dalam waktu 1 (satu) bulan sesudah Putusan
Pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta bendanya harus disita
oleh Jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut (Pasal 18 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001).
Menimbang, bahwa terhadap barang bukti yang diajukan di depan
persidangan berupa :
8 (delapan) lembar SPMG tanggal 18 Februari 2004 beserta lampiran
berupa SPP, 1 (satu) lembar memo tentang Biaya Jasa Kerja sebesar
Rp. 1.125.000.000,00, 2 (dua) lembar fotocopi kuitansi tanggal 25 Agustus 2004
yang diparaf oleh Samirin Darwoto dengan perincian :
a. fotocopi kuitansi 1 senilai Rp. 900.000.000,00
b. fotocopi kuitansi 2 senilai Rp. 225.000.000,00
1 (satu) buku RAPBD Kabupaten Blitar tahun 2004 ;
1 (satu) jilid buku Perda Kabupaten Blitar Nomor 1 Tahun 2004 tanggal 9 Januari
2004 tentang APBD Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2004 ;
![Page 118: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/118.jpg)
118
1 (satu) jilid buku Rancangan Penjabaran APBD tahun 2004 tanggal 1 Januari
2004 sampai dengan 31 Desember 2004 ;
1 (satu) buah Rancangan Perubahan APBD Kabupaten Blitar tahun 2004 tanggal
1 Januari 2004 sampai dengan 31 Desember 2004;
1 (satu) buku Keputusan Bupati nomor 8 Tahun 2004 tanggal 12 Januari 2004
tentang Penjabaran APBD Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2004 ;
1 (satu) jilid buku Rancangan Perubahan Penjabaran APBD Kabupaten Blitar
tahun 2004 tanggal 1 Januari 2004 sampai dengan 31 Januari 2004
1 (satu) jilid buku Keputusan Bupati nomor 228 Tahun 2004 tanggal 29 Juli 2004
tentang Penjabaran Perubahan APBD Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2004 (1
Januari 2004 sampai 31 Desember 2004) ;
1 (satu) buah DASK Sekretariat Kabupaten Blitar tahun 2004 ;
1 (satu) bendel SPMG Nomor 699 tanggal 2 April 2004 ;
1 (satu) bendel SPMG Nomor 1387 tanggal 6 Juli 2004 ;
1 (satu) bendel SPMG Nomor 08 tanggal 30 Januari 2004 ;
1 (satu) bendel SPMG Nomor 750 tanggal 13 April 2004 ;
1 (satu) bendel SPMG Nomor 954 tanggal 5 Mei 2004 ;
1 Satu) jilid buku risalah Rapat Paripurna DPRD Kabupaten Blitar tanggal 29
Desember 2003 sampai dengan 9 Januari 2004 dengan acara
pembahasan/Penetapan RAPBD Kabupaten Blitar;
SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 171423/71/012/1999
tanggal 16 Oktober 1999 tentang Pengangkatan Ketua DPRD;
Keputusan DPRD Kabupaten Blitar Nomor 2 Tahun 1999 tanggal 29 September
1999 tentang Peraturan Tata Tertib DPRD Kabupaten Blitar;
Keputusan Mendagri nomor 835.212.2-2793 tanggal 13 Juli 1999 tentang
Pengangkatan Soebiantoro menjadi SEKWILDA Tingkat II Blitar;
masih diperlukan dalam perkara lainnya, maka barang-barang bukti tersebut harus
dikembalikan kepada Penuntut Umum untuk bukti dalam perkara lain ;
Dan untuk barang bukti berupa :
Sertifikat No. AV-361478 Sertifikat Hak Milik No. 23 atas nama Soebiantoro
atas tanah pertanian seluas 1981 m2 yang terletak di desa Pejangkungan
Kecamatan Rembang Kabupaten Pasuruan
ternyata jual belinya dilakukan pada tahun 2002 dan tahun 2003 dan apabila dikaitkan
dengan tempus delicti/waktu tindak pidana yang telah dilakukan Terdakwa maka
![Page 119: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/119.jpg)
119
cukup beralasan apabila dirampas untuk negara guna memenuhi uang pengganti
yang telah ditetapkan.
Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa dinyatakan bersalah dan dijatuhi
pidana, maka sesuai Pasal 197 ayat (1) huruf i KUHAP dan Pasal 222 ayat (1)
KUHAP kepada Terdakwa dibebani untuk membayar biaya perkara yang besarnya
akan ditetapkan dalam amar putusan ini ;
Menimbang, bahwa sebelum Majelis menjatuhkan pidana kepada terdakwa,
maka sesuai pasal 197 ayat (1) huruf f KUHAP akan dipertimbangkan terlebih dahulu
hal-hal yang memberatkan maupun hal-hal yang meringankan bagi diri terdakwa,
yaitu sebagai berikut :
Hal-hal yang memberatkan :
- Sebagai Sekretaris Daerah Kabupaten Blitar dan Aparatur Pemerintah Terdakwa
tidak memberikan contoh/teladan baik bagi rakyat Blitar;
- Terdakwa sebagai Sekretaris Daerah Kabupaten Blitar yang berpendidikan tinggi
seharusnya mempunyai tanggung jawab untuk mengawasi dan melakukan
efesiensi dan penghematan pengeluaran anggaran Sekretariat Pemerintah
Kabupaten Blitar agar berjalan baik dan tidak justru sebaliknya dengan
melakukan penyimpangan ;
- Perbuatan Terdakwa mengakibatkan kerugian negara yang sangat besar.
- Perbuatan Terdakwa bertentangan dengan semangat Pemerintah dalam
memberantas dan memerangi tindak pidana korupsi
- Perbuatan terdakwa dilakukan justru pada saat perekonomian dan keuangan
Negara sedang mengalami masa sulit dan sangat banyak rakyat Indonesia yang
hidup menderita (miskin);
- Dalam perkara ini terdakwa melakukan dua kulalifikasi perbuatan (concorsus
realis), yaitu terdakwa memperkaya dirinya sendiri dan memperkaya orang lain ;
- Terdakwa sudah menikmati hasil perbuatannya.
Hal-hal yang meringankan :
- Terdakwa mengaku belum pernah dihukum
- Terdakwa bersikap sopan dalam persidangan.
- Terdakwa mempunyai tanggungan keluarga.
- Terdakwa seorang Pensiunan PNS yang telah cukup lama mengabdikan dirinya
pada Bangsa dan Negara
![Page 120: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/120.jpg)
120
Menimbang, bahwa untuk mempersingkat putusan ini, maka segala hal yang
tertuang dalam berita acara persidangan adalah merupakan satu kesatuan yang tak
terpisahkan dalam putusan ini ;
Mengingat akan pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 20 tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 jo. pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP dan ketentuan pasal-pasal dalam
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana serta peraturan
perundang-undangan lainnya yang berkaitan dengan perkara ini ;
M E N G A D I L I :
1. Menyatakan terdakwa Drs. H. SOEBIANTORO, Msi. tersebut di atas telah
terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana :
“ KORUPSI YANG DILAKUKAN SECARA BERSAMA-SAMA ” ;
2. Menjatuhkan Pidana kepada Terdakwa tersebut oleh karenanya dengan Pidana
Penjara selama 5 (lima) tahun.dan pidana denda sebesar Rp. 200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah) subsidair 6 (enam) bulan kurungan ;
3. Menetapkan masa penahanan yang dijalani oleh Terdakwa dikurangkan
seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan ;
4. Memerintahkan Terdakwa tetap berada dalam tahanan ;
5. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa dengan pidana tambahan untuk
membayar uang pengganti sebesar Rp. 90.000.000,00 (sembilan puluh juta
rupiah) dan jika Terdakwa tidak membayar uang pengganti paling lama satu
bulan sejak putusan ini memperoleh kekuatan hukum tetap maka harta
bendanya dapat disita oleh jaksa dan dilelang untuk mencukupi uang
pengganti tersebut dan dalam hal Terdakwa tidak mempunyai harta benda
yang mencukupi untuk membayar uang pengganti maka akan diganti dengan
pidana penjara selama 5 (lima) bulan ;
6. Menetapkan barang bukti berupa :
8 (delapan) lembar SPMG tanggal 18 Februari 2004 beserta lampiran
berupa SPP , 1 (satu) lembar memo tentang Biaya Jasa Kerja sebesar
Rp. 1.125.000.000,00, 2 (dua) lembar fotocopi kuitansi tanggal 25
Agustus 2004 yang diparaf oleh Samirin Darwoto dengan perincian :
a. fotocopi kuitansi 1 senilai Rp. 900.000.000,00
b. fotocopi kuitansi 2 senilai Rp. 225.000.000,00
1 (satu) buku RAPBD Kabupaten Blitar tahun 2004 ;
![Page 121: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/121.jpg)
121
1 (satu) jilid buku Perda Kabupaten Blitar Nomor 1 Tahun 2004 tanggal 9
Januari 2004 tentang APBD Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2004 ;
1 (satu) jilid buku Rancangan Penjabaran APBD tahun 2004 tanggal 1
Januari 2004 sampai dengan 31 Desember 2004 ;
1 (satu) buah Rancangan Perubahan APBD Kabupaten Blitar tahun 2004
tanggal 1 Januari 2004 sampai dengan 31 Desember 2004;
1 (satu) buku Keputusan Bupati nomor 8 Tahun 2004 tanggal 12 Januari
2004 tentang Penjabaran APBD Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2004 ;
1 (satu) jilid buku Rancangan Perubahan Penjabaran APBD Kabupaten
Blitar tahun 2004 tanggal 1 Januari 2004 sampai dengan 31 Januari 2004
1 (satu) jilid buku Keputusan Bupati nomor 228 Tahun 2004 tanggal 29
Juli 2004 tentang Penjabaran Perubahan APBD Kabupaten Blitar Tahun
Anggaran 2004 (1 Januari 2004 sampai 31 Desember 2004) ;
1 (satu) buah DASK Sekretariat Kabupaten Blitar tahun 2004 ;
1 (satu) bendel SPMG Nomor 699 tanggal 2 April 2004 ;
1 (satu) bendel SPMG Nomor 1387 tanggal 6 Juli 2004 ;
1 (satu) bendel SPMG Nomor 08 tanggal 30 Januari 2004 ;
1 (satu) bendel SPMG Nomor 750 tanggal 13 April 2004 ;
1 (satu) bendel SPMG Nomor 954 tanggal 5 Mei 2004 ;
1 Satu) jilid buku risalah Rapat Paripurna DPRD Kabupaten Blitar tanggal
29 Desember 2003 sampai dengan 9 Januari 2004 dengan acara
pembahasan/Penetapan RAPBD Kabupaten Blitar;
SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor
171423/71/012/1999 tanggal 16 Oktober 1999 ;
Keputusan DPRD Kabupaten Blitar Nomor 2 Tahun 1999 tanggal 29
September 1999 tentang Peraturan Tata Tertib DPRD Kabupaten Blitar;
Keputusan Mendagri nomor 835.212.2-2793 tanggal 13 Juli 1999 tentang
Pengangkatan Soebiantoro menjadi SEKWILDA Tingkat II Blitar;
dikembalikan kepada Penuntut Umum untuk bukti dalam perkara lain ;
Sedangkan barang bukti berupa :
Sertifikat no. AV-361478 Sertifikat Hak Milik No. 23 atas nama
Sobiantoro atas tanah pertanian seluas 1981 m2 yang terletak di desa
pejangkungan Kecamatan Rembang Kabupaten Pasuruan
dirampas Negara untuk dilelang ;
7. Membebankan biaya perkara kepada terdakwa Rp. 5.000,- (lima ribu rupiah)
![Page 122: PUTUSAN Nomor: 410/PID.B/2009/PN.Blt](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022052620/5572115f497959fc0b8eddd0/html5/thumbnails/122.jpg)
122
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Blitar pada hari Jum’at tanggal 14 September 2007 oleh kami
HERI SUKEMI, S.H.M.H. sebagai Hakim Ketua Majelis, SINUNG BARKAH
PRACAYA, S.H.M.H. dan SIGIT PANGUDIANTO, S.H.M.H. masing-masing
sebagai Hakim Anggota, putusan tersebut diucapkan dalam persidangan yang yang
terbuka untuk umum pada hari Rabu tanggal 19 September .2007 oleh Hakim Ketua
Majelis dengan didampingi oleh Hakim hakim Anggota tersebut, dibantu
BAMBANG URIPTO, S.H. Panitera Penganti pada Pengadilan Negeri Blitar, yang
dihadiri Tim Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Blitar serta dihadapan terdakwa
dengan didampingi Tim Penasihat Hukumnya ;
Hakim-Hakim Anggota, Hakim Ketua Majelis,
Ttd. Ttd.
SINUNG BARKAH PRACAYA, S.H.M.H. HERI SUKEMI, S.H. M.H.
Ttd.
SIGIT PANGUDIANTO, S.H.M.H.
Panitera Pengganti,
Ttd.
BAMBANG URIPTO, S.H.
Dicatat disini bahwa turunan putusan ini belum mempunyai kekuatan hukum tetap karena Terdakwa telah menyatakan bading pada tanggal 19 September 2007. Panitera Pengganti, Ttd.
BAMBANG URIPTO, SH.