ptosis

30
1 BAB I PENDAHULUAN Kelopak mata yang disebut juga palpebra merupakan lipatan kulit yang terdapat dua buah untuk tiap mata. Ia dapat digerakkan untuk menutup mata, dengan ini melindungi bola mata terhadap trauma dari luar yang bersifat fisik atau kimiawi serta membantu membasahi kornea dengan air mata pada saat berkedip. Dalam keadaan terbuka, kelopak mata memberi jalan masuk sinar ke dalam bola mata yang dibutuhkan untuk penglihatan. Membuka dan menutupnya kelopak mata dilaksanakan oleh otot-otot tertentu dengan persarafannya masing-masing. 1 Ptosis adalah istilah medis untuk suatu keadaan dimana kelopak mata atas (palpebra superior) turun di bawah posisi normal saat membuka mata yang dapat terjadi unilateral atau bilateral. 2,3,4,5 Posisi normal palpebra superior adalah 2 mm dari tepi limbus atas dan palpebra inferior berada tepat pada tepi limbus bawah. 6 Kelopak mata yang turun akan menutupi sebagian pupil sehingga penderita mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara menaikkan alis matanya atau menghiperekstensikan kepalanya. Bila ptosis menutupi pupil secara keseluruhan maka keadaan ini akan mengakibatkan ambliopia. Pada ptosis kongenital, selain

Upload: blinkbumbum

Post on 13-Aug-2015

231 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

ptosis

TRANSCRIPT

Page 1: ptosis

1

BAB I

PENDAHULUAN

Kelopak mata yang disebut juga palpebra merupakan lipatan kulit yang

terdapat dua buah untuk tiap mata. Ia dapat digerakkan untuk menutup mata,

dengan ini melindungi bola mata terhadap trauma dari luar yang bersifat fisik atau

kimiawi serta membantu membasahi kornea dengan air mata pada saat berkedip.

Dalam keadaan terbuka, kelopak mata memberi jalan masuk sinar ke dalam bola

mata yang dibutuhkan untuk penglihatan. Membuka dan menutupnya kelopak

mata dilaksanakan oleh otot-otot tertentu dengan persarafannya masing-masing.1

Ptosis adalah istilah medis untuk suatu keadaan dimana kelopak mata atas

(palpebra superior) turun di bawah posisi normal saat membuka mata yang dapat

terjadi unilateral atau bilateral.2,3,4,5 Posisi normal palpebra superior adalah 2 mm

dari tepi limbus atas dan palpebra inferior  berada tepat pada tepi limbus bawah. 6

Kelopak mata yang turun akan menutupi sebagian pupil sehingga penderita

mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara menaikkan alis matanya atau

menghiperekstensikan kepalanya. Bila ptosis menutupi pupil secara keseluruhan

maka keadaan ini akan mengakibatkan ambliopia. Pada ptosis kongenital, selain

menyebabkan ambliopia, juga dapat menimbulkan strabismus.5

Berdasarkan onsetnya ptosis dibagi menjadi ptosis kongenital dan

ptosisdidapat (acquired). Berdasarkan etiologinya ptosis dapat dibagi menjadi

miogenik,aponeurotik, neurogenik, mekanikal dan traumatik. Sedangkan menurut

derajatnya ptosis dibagi menjadi ptosis ringan jika batas kelopak mata atas

menutupi kornea < 2 mm, ptosis sedang jika batas kelopak mata atas

menutupikornea 3 mm dan ptosis berat jika batas kelopak mata atas menutupi

kornea > 4mm.

Blepharoptosis merupakan penyebab penting dari kehilangan penglihatan.

Mengingat penatalaksanaan ptosis tergantung dari etiologi dan derajat ptosis

maka perlu diketahui lebih jelas tentang etiologi dan derajat ptosis. Menurut

etiologinya, pada ptosis congenital (myogenic etiology) dilakukan pembedahan

(memperpendek) otot levator yang lemah serta aponeurosisnya

Page 2: ptosis

2

ataumenggantungkan palpebra pada otot frontal. Jenis operasi untuk ptosis

kongenital adalah reseksi levator eksternal. Pada ptosis yang didapat (aponeurotic

etiology), misalnya pada myastenia gravis dilakukan koreksi penyebab. Jika

koreksi penyebab tidak mungkin, maka kelopak mata diperpendek menurut

arahvertikalnya (jika fungsi levator baik) atau diikatkan ke frontal (jika fungsi

levator  buruk). Prosedur Fasenella-Servat lebih sering digunakan untk kasus

ptosis yang didapat.

Sedangkan menurut derajatnya, untuk ptosis ringan yang tidak

didapatikelainan kosmetik dan tidak terdapat kelainan visual seperti ambliopia,

strabismusdan defek lapang pandang, lebih baik dibiarkan saja dan tetap

diobservasi. Bilaakan dilakukan operasi, prosedur Fasenella-Servat diindikasikan

untuk ptosisringan. Pada kasus ptosis moderat diindikasikan pembedahan dengan

teknik reseksi levator eksternal. Sedangkan pada ptosis berat, frontalis sling

merupakan pendekatan yang paling baik.

Page 3: ptosis

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Histologi

Secara garis besar palpebra superior terbagi menjadi 2 lapisan, yaitu

lapisan anterior (kulit dan otot orbikularis) dan lapisan posterior (tarsus,

aponeurotik levator, otot muller dan konjungtiva).7

1. Kulit

Palpebra memiliki kulit yang tipis ± 1 mm dan tidak memiliki lemak

subkutan. Kulit disini sangat halus dan mempunyai rambut vellus halus

dengan kelenjar sebaseanya, juga terdapat sejumlah kelenjar keringat.8

Gambar 1. Potongan sagital mata

2. Otot orbikularis

Otot skelet yang berfungsi untuk menutup mata. Otot ini terdiri dari

lempeng yang tipis yang serat-seratnya berjalan konsentris. Otot ini

dipersarafi oleh nervus fasialis yang kontraksinya menyebabkan gerakan

mengedip, disamping itu otot ini juga dipersarafi oleh saraf somatik eferen

yang tidak dibawah kesadaran.8

Page 4: ptosis

4

3. Tarsus

Jaringan ikat fibrous ± 25 mm, merupakan rangka dari palpebra.

Didalamnya terdapat kelenjar meibom yang membentuk “oily layer” dari

air mata.8

4. Septum Orbita

Terletak di bawah otot orbikularis post septalis pada kelopak mata atas dan

bawah. Septum orbita ini adalah jaringan ikat yang tipis, merupakan

perluasan dari rima orbita.8

5. Otot levator dan aponeurotik levator palpebra

Merupakan “major refractor”  untuk kelopak mata atas. M. levator

palpebra, yang berorigo pada anulis foramen orbita dan berinsersi pada

tarsus atas dengan sebagian menembus M. orbikularis okuli menuju kulit

kelopak bagian tengah. M. levator palpebra dipersarafi oleh nervus

okulomotoris, yang berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau

membuka mata.7

Gambar 2. Potongan sagital palpebra superior9

Page 5: ptosis

5

2.2 Etiologi

Dalam kebanyakan kasus ptosis kongenital, penyebabnya adalah idiopatik.

Secara histologi, otot levator dari pasien dengan ptosis kongenital mengalami

distropi. Otot levator dan jaringan aponeurosis tampaknya disusupi atau

digantikan oleh jaringan lemak dan berserat. Pada kasus yang berat, otot lurik

sedikit atau tidak dapat diidentifikasi pada saat operasi. Hal ini menunjukkan

bahwa ptosis kongenital adalah sekunder untuk cacat perkembangan lokal

dalam struktur otot. Ptosis kongenital dapat terjadi melalui pewarisan

dominan autosomal. Kejadian familial umum menunjukkan bahwa cacat

genetik atau kromosom mungkin.

Perhatikan penyebab berikut:

1. Sindrom Blepharophimosis: kondisi ini terdiri dari fisura palpebral

pendek, ptosis kongenital, epicanthus inversus, dan telecanthus.

2. Kelumpuhan saraf kranial Ketiga: Tanda-tanda regenerasi menyimpang

biasanya hadir. Siswa mungkin paradoks kecil dan tidak reaktif.

3. Horner syndrome: Temuan ipsilateral ptosis ringan, miosis, dan anhidrosis

ciri sindrom ini. Kelopak mata bawah ipsilateral mungkin

meningkat. Juga, karena kurangnya persarafan simpatik untuk

pengembangan iris melanosit, perbedaan warna iris antara mata dapat

mengakibatkan (disebut heterochromia).

4. Marcus Gunn rahang-mengedip sindrom  : Saraf motorik untuk otot

pterygoideus eksternal adalah salah arah ke otot levator ipsilateral. Elevasi

Tutup terjadi dengan pengunyahan atau dengan gerakan rahang ke sisi

yang berlawanan.

5. Lahir trauma

6. Duane sindrom  : Dalam kondisi ini, saraf kranial keenam gagal innervate

otot rektus lateral. Kemudian, otot mengakuisisi sebuah persarafan dari

saraf kranial ketiga. Meskipun synkinesis dihasilkan tidak melibatkan

persarafan tutup, enophthalmos dengan ptosis jelas bisa terjadi. Dalam

Duane sindrom tipe I, bagian atas kelopak mata terkulai lanjut dan tutup

Page 6: ptosis

6

lebih rendah ketika mengangkat mata yang adduksi karena kontraksi co-

otot rektus horisontal.

7. Tumor periorbital: Neuroblastoma, neuromas plexiform, limfoma,

leukemia, rhabdomyosarcomas, neuromas, neurofibroma, atau tumor

orbital dalam bisa menghasilkan ptosis atau proptosis.

8. Kearns-Sayre sindrom  : Ini gangguan penghapusan mitokondria ditandai

dengan ophthalmoplegia eksternal progresif, blok jantung, retinitis

pigmentosa, dan pusat manifestasi sistem saraf. Kondisi ini dimulai pada

anak usia tetapi jarang hadir saat lahir. Kondisi yang paling mungkin

untuk menunjukkan gejala pada dekade pertama atau kedua

kehidupan. Ptosis bilateral adalah fitur yang menonjol dari sindrom ini.

9. Distrofi Myotonic: Pasien dengan kondisi ini mungkin hadir dengan

katarak polikromatik, atrofi gonad, atau prematur penipisan dan / atau

hilangnya rambut. Distrofi Myotonic adalah gangguan dominan autosomal

yang ditandai secara klinis oleh myotonia dan kelemahan otot yang

progresif.

10. Blepharochalasis  : Kondisi ini ditandai oleh proses infiltratif yang

mengentalkan tutup dan menghasilkan ptosis.

11. Miastenia gravis: Sebuah cacat pada sambungan neuromuskuler

menghasilkan unresponsiveness relatif terhadap asetilkolin dirilis,

mengakibatkan ptosis.

12. Pseudotumor dari orbit: Pasien dengan kondisi ini mungkin hadir dengan

ptosis karena peradangan dan edema kelopak mata.

13. Pseudoptosis: Kurang jaringan di orbit (misalnya, mata kecil sepihak,

atrofi lemak, fraktur ledakan) menghasilkan penampilan ptosis sekunder

terhadap penurunan volume isi orbital.

2.3 Insidensi

Frekuensi ptosis kongenital di Amerika Serikat belum dilaporkan secara

resmi.Namun, pada sekitar 70% dari kasus yang diketahui, ptosis kongenital

mempengaruhi hanya satu mata. Ptosis kongenital dapat mengenai seluruh

Page 7: ptosis

7

ras, angka kejadian ptosis sama antara pria dan wanita. Ptosis kongenital

biasanya tampak segera setelah lahir maupun pada tahun pertama kelahiran.3

2.4 Patofisiologi

Kelopak mata diangkat oleh kontraksi m. Levator superioris palpebrae.

Dalam kebanyakan kasus ptosis kongenital, sebuah hasil kelopak mata

droopy dari disgenesis miogenik lokal. Daripada serat otot normal, jaringan

berserat dan lemak yang hadir di dalam otot, mengurangi kemampuan m.

Levator untuk kontraksi dan relaksasi. Oleh karena itu, kondisi ini biasa

disebut ptosis kongenital myogenic. Ptosis kongenital juga dapat terjadi

ketika inervasi untuk m. Levator terganggu melalui disfungsi neurologis atau

neuromuscular junction.

2.5 Gambaran Klinik

Pasien ptosis sering datang dengan keluhan utama jatuhnya kelopak

mata atas dengan atau tanpa riwayat trauma lahir, paralisis n. III, horner

syndrom ataupun penyakit sistemik lainnya. Keluhan tersebut biasanya

disertai dengan ambliopia sekunder.3

Pada orang dewasa akan disertai dengan berkurangnya lapang

pandang karena mata bagian atas tertutup oleh palpebra superior. Pada kasus

lain, beberapa orang (utamanya pada anak-anak) keadaan ini akan

dikompensasi dengan cara memiringkan kepalanya ke belakang

(hiperekstensi) sebagai usaha untuk dapat melihat dibalik palpebra superior

yang menghalangi pandangannya. Biasanya penderita juga mengatasinya

dengan menaikkan alis mata (mengerutkan dahi). Ini biasanya terjadi pada

ptosis bilateral. Jika satu pupil tertutup seluruhnya, dapat terjadi

ambliopia.1,14,15

Ptosis yang disebabkan distrofi otot berlangsung secara perlahan-

lahan tapi progresif yang akhirnya menjadi komplit.15

Page 8: ptosis

8

Gambar 3. Chin-up posture due to congenital ptosis of the left eye.

Gambar 4. Congenital ptosis of the left eye partially obstructing the left pupillary axis.

Page 9: ptosis

9

Gambar 5. Congenital ptosis of the right eye.

Ptosis pada myasthenia gravis onsetnya perlahan-lahan, timbulnya

khas yaitu pada malam hari disertai kelelahan, dan bertambah berat sepanjang

malam. Kemudian menjadi permanen. Ptosis bilateral pada orang muda

merupakan tanda awal myasthenia gravis.5,15

Pada ptosis kongenital seringkali gejala muncul sejak penderita lahir,

namun kadang pula manifestasi klinik ptosis baru muncul pada tahun pertama

kehidupan. Kebanyakan kasus ptosis kongenital diakibatkan oleh

suatu disgenesis miogenic lokal. Bila dibandingkan dengan otot yang normal,

terdapat serat dan jaringan adipose di dalam otot, sehingga akan mengurangi

kemampuan otot levator untuk berkontraksi dan relaksasi. Kondisi ini disebut

sebagai miogenic ptosis kongenital.3

Symptom/ gejala ptosis:

- Jatuhnya / menutupnya kelopak mata atas yang tidak normal.

- Kesulitan membuka mata secara normal.

- Peningkatan produksi air mata.

- Adanya gangguan penglihatan.

- Iritasi pada mata karena kornea terus tertekan kelopak mata.

- Pada anak akan terlihat gulirab kepala ke arah belakang untuk mengangkat

kelopak mata agar dapat melihat jelas.

Page 10: ptosis

10

Berdasarkan jarak jatuhnya palpebra superior, ptosis diklasifikasikan

atas 3 derajat :13

Amount Ptosis Classificationless than or equal to 2mm Mild3mm Moderategreater than or equal to 4mm Severe

Pada kepustakaan lain digambarkan juga perbedaan klinik antara congenital myogenic and neurogenic ptosis dan congenital aponeurotic ptosis. 3

Gejala congenital myogenic and neurogenic ptosis

congenital aponeurotic ptosis.

Jarak fissura palpebra Ringan sampai berat Ringan sampai beratLipatan kelopak mata atas

Lemah atau tidak terdapat lipatan pada posisi normal

Lebih tinggi dari posisi normal

Fungsi levator Berkurang NormalPandangan atas-bawah Kelopak mata mengikuti

arah pandanganKelopak mata jatuh

2.6 Cara Pemeriksaan

Pemeriksaan fisis pada pasien ptosis dimulai dengan empat pemeriksaan

klinik :17

1. Palpebra Fissure Height

Jarak ini diukur pada posisi celah terlebar antara kelopak bawah

dan kelopak atas pada saat pasien melihat benda jauh dengan pandangan

primer.17

Fissura pada palpebra diukur pada posisi utama (orang dewasa

biasanya 10-12 mm dengan kelopak mata teratas menutup 1 mm dari

limbus). Jika ptosis unilateral, pemeriksa harus membedakan dengan

artifak strabismus vertikal (hipotropia) atau retraksi kelopak mata

kontralateral. Kelopak mata harus dieversi untuk menyingkirkan penyebab

lokal ptosis misalnya konjungtivitis papilar raksasa. Jika ptosis asimetris,

khususnya bila kelopak mata atas mengalami retraksi – dokter harus secara

Page 11: ptosis

11

manual mengangkat kelopak yang ptosis untuk melihat jika terjadi

jatuhnya kelopak atas pada mata lain.17

2. Margin-reflex distance

Jarak ini merupakan jarak tepi kelopak mata dengan reflek cahaya

kornea pada posisi primer, normalnya ± 4 mm. Refleks cahaya dapat

terhalang pada kelopak mata pada kasus ptosis berat dimana nilainya nol

atau negatif. Bila pasien mengeluh terganggu pada saat membaca maka

jarak refleks-tepi juga harus diperiksa.17

3. Upper lid crease

Jarak dari lipatan kelopak atas dengan tepi kelopak diukur. Lipatan

kelopak atas sering dangkal atau tidak ada pada pasien dengan ptosis

kongenital. 17

4. Levator function

Untuk mengevaluasi fungsi otot levator, pemeriksa mengukur

penyimpangan total tepi kelopak mata, dari penglihatan ke bawah dan ke

atas, sambil menekan dengan kuat pada alis mata pasien untuk mencegah

kerja otot frontalis. Penyimpangan normal kelopak atas adalah 14-16 mm.

Sebagai tambahan, jarak refleks kornea - kelopak mata dan jarak tepi

kelopak atas-lipatan kelopak atas diukur. 17

5. Bells Phenomenon

Penderita disuruh menutup/memejamkan mata dengan kuat,

pemeriksa membuka kelopak mata atas, kalau bola mata bergulir ke atas

berarti Bells Phenomenon (+).

Page 12: ptosis

12

Palpebra Fissure Height 9,5 7,5Margin-Reflex Distance +4 +2Upper Lid Crease 8 11Levator Function 15 14Example of ptosis data sheet 11

        Jarak penyimpangan fungsi kelopak mata :17

- Baik : lebih dari 8 mm

- Sedang : 5-8 mm

- Buruk : kurang dari 5 mm

Photograph with this patient looking down, a ruler is used to measure the motion of the eyelid with the forehead muscles blocked.

Photograph with the patient looking up with the thumb blocking the frontalis forehead muscle's contribution to the eyelid.

Gambar 6. Cara pengukuran fungsi otot levator13

Pemeriksaan Laboratorium

Page 13: ptosis

13

Jika dicurigai myasthenia gravis, memeriksa kadar reseptor asetilkolin

antibodi serum. [3]

Pemeriksaan Pencitraan

Berikut ini adalah indikasi untuk melakukan studi neuroimaging

(misalnya, MRI, CT) dari orbit dan otak:

1. Sejarah tidak konsisten dan onset tidak jelas

2. temuan neurologis lain bersama dengan ptosis

3. suspect fraktur orbita dengan riwayat trauma

4. Terlihat atau teraba massa tutup

5. Suspect tumor orbital (misalnya limfoma, leukemia,

rhabdomyosarcoma)

6. Adanya sindrom Horner dengan atau tanpa temuan neurologis lainnya

7. Adanya kelumpuhan saraf kranial ketiga dengan atau tanpa temuan

neurologis lainnya

Tes lainnya

Jika dicurigai myasthenia gravis, tes berikut dianjurkan:

1. EMG

2. Tensilon test

3. Ice Test

Jika diduga adanya gangguan mitokondria, EKG dianjurkan.

Prosedur

Jika diduga adanya gangguan mitokondria, biopsi otot harus dilakukan.

2.7 Diagnosis

Diagnosis ptosis tidak sulit untuk ditegakkan. Berdasarkan pada

anamnesa dan pemeriksaan yang tepat maka selain diagnosis, juga dapat

diketahui causa dari ptosis dan derajat beratnya ptosis sehingga dapat

ditentukan tindakan dan penanganan yang tepat. Pada pasien ptosis umumnya

tidak diperlukan pemeriksaan laboratorium. Namun untuk mengetahui adanya

kelainan sistemik yang dapat mengakibatkan keadaan tersebut kiranya dapat

dilakukan pemeriksaan darah. Pemeriksaan MRI dan CT-scan kepala dan

Page 14: ptosis

14

mata dibutuhkan misalnya bila untuk melihat adanya massa tumor yang

menyebabkan terjadinya ptosis, dan pada pasien yang ditemukan adanya

kelainan neurologik lainnya misalnya pada pupil yang abnormal. 3,14

2.8 Penatalaksanaan

Apabila ptosisnya ringan, tidak didapati kelainan kosmetik dan tidak

terdapat kelainan visual seperti ambliopia, strabismus dan defek lapang

pandang, lebih baik dibiarkan saja dan tetap diobservasi.1,3

Penanganan ptosis pada umumnya adalah pembedahan. Pada anak-

anak dengan ptosis tidak memerlukan pembedahan secepatnya namun perlu

tetap diobservasi secara periodik untuk mencegah terjadinya ambliopia. Bila

telah terjadinya ambliopia, pembedahan dapat direncanakan secepatnya.

Namun jika hanya untuk memperbaiki kosmetik akibat ptosis pada anak,

maka pembedahan dapat ditunda hingga anak berumur 3-4 tahun.12,14

Indikasi pembedahan6

1. Fungsional

Gangguan axis penglihatan. Ambliopia dan stabismus dapat menyertai

ptosis pada anak-anak.

2. Kosmetik

Tujuan operasi adalah simetris, dan simetris dalam semua posisi

pandangan hanya mungkin jika fungsi levator tidak terganggu.

Kontra Indikasi pembedahan18

1. Kelainan permukaan kornea

2. Bells Phenomenon negatif

3. Paralisa nervus okulomotoris

4. Myasthenia gravis

Prinsip-Prinsip Pembedahan

Page 15: ptosis

15

Pembedahan dapat dilakukan pada pasien rawat jalan cukup dengan

anestesi lokal. Pada ptosis ringan, jaringan kelopak mata yang dibuang

jumlahnya sedikit. Prinsip dasar pembedahan ptosis yaitu memendekkan otot

levator palpebra atau menghubungkan kelopak mata atas dengan otot alis

mata. Koreksi ptosis pada umumnya dilaksanakan hanya setelah ditemukan

penyebab dari kondisi tersebut. Dan perlu diingat bahwa pembedahan

memiliki banyak resiko dan perlu untuk didiskusikan sebelumnya dengan ahli

bedah yang akan menangani pasien tersebut.14

Beberapa Pembedahan Ptosis

Reseksi levator eksternal19

Reseksi levator eksternal diindikasikan pada kasus ptosis moderat

sampai berat dengan fungsi kelopak yang buruk. Ptosis kongenital termasuk

kategori tersebut.

Pedoman yang dianjurkan Beard :

1. Ptosis kongenital ringan (1,5-2 mm) dengan fungsi levator yang masih

baik (8 mm atau lebih) : reseksi 10 – 13 mm.

2. Ptosis kongenital sedang (3 mm) :

- fungsi levator baik (8 mm atau lebih) : dipotong 14 – 17 mm;

- fungsi yang kurang (5-7 mm) : direseksi 13 – 22 mm

- fungsi yang buruk (0-4 mm): reseksi 22 mm atau lebih.

3. Ptosis kongenital berat (4 mm atau lebih) dengan fungsi yang kurang

sampai buruk : reseksi 22 mm atau lebih atau lakukan sling frontalis

Advancement of the levator aponeurosis atau Tucking19

Prosedur ini biasanya diindikasikan pada ptosis di dapat (acquired). Juga dapat

dilakukan pada ptosis kongenital.

Page 16: ptosis

16

Sebelum Pembedahan

Setelah Pembedahan

Gambar 5. Keadaan seorang pasien sebelum dan sesudah tindakan pembedahan20

Frontalis sling

Pada kasus ptosis berat dengan fungsi palpebra 1-2 mm, frontalis sling

merupakan pendekatan yang paling baik.18

Prosedur Fasenella – Servat

Operasi ini diindikasikan jika fungsi levator baik (10 mm) dan ptosis ringan

(1-2 mm).19

Kebanyakan operasi ptosis berupa reseksi aponeurosis levator atau

otot-otot tarsus superior (atau keduanya). Banyak cara, dari kulit maupun dari

konjungtiva, kini dipakai. Pada tahun-tahun terakhir ini, titik berat diletakkan

pada keuntungan  membatasi operasi pada perbaikan dan reseksi aponeurosis

levator, terutama pada ptosis yang didapat.6

Pasien dengan sedikit atau tanpa fungsi levator memerlukan sumber

pengangkatan alternatif. Menggantungkan palpebra pada kening (alis)

memungkinkan pasien mengangkat palpebra dengan bantuan gerak alami

muskulus frontalis. Fascia lata autogen biasanya dianggap sebagai alat terbaik

untuk menggantung.6

Page 17: ptosis

17

2.9 Prognosis

Prognosis tergantung pada tingkat ptosisnya dan etiologinya.3

1. Ptosis kongenital tipe mild dan moderate dapat mengalami perbaikan

seiring dengan waktu tanpa komplikasi yang berat.

2. Ptosis yang menyebabkan ambliopia membutuhkan terapi “Patching”

3. Ptosis kongenital yang menyebabkan hambatan penglihatan sebaiknya

segera ditangani dengan pembedahan

2.10 Komplikasi

- Underkoreksi

Merupakan komplikasi yang paling sering terjadi pada operasi

ptosis.Underkoreksi ini dapat dicegah dengan mengukur jumlah

reseksiaponeurosis levator yang tepat sebelum ujung aponeurosis dipotong

dandijahit pada pinggir tarsus. Koreksi ulang apabila dijumpai

underkoreksidapat dilakukan dalam minggu pertama setelah operasi atau

pada saat pasienmasih dirawat di rumah sakit. Dalam hal ini harus dapat

dibedakanunderkoreksi karena edema setelah operasi dengan

underkoreksisebenarnya.

- Overkoreksi

Dapat disertai dengan keratitis eksposure dan dry eyes.

BAB III

KESIMPULAN

Page 18: ptosis

18

Ptosis adalah istilah medis untuk suatu keadaan dimana kelopak mata

atas (palpebra superior) turun di bawah posisi normal saat membuka mata

yang dapat terjadi unilateral atau bilateral. Pada ptosis kongenital seringkali

gejala muncul sejak penderita lahir, namun kadang pula manifestasi klinik

ptosis baru muncul pada tahun pertama kehidupan. Kebanyakan kasus ptosis

kongenital diakibatkan oleh suatu disgenesis miogenic lokal.

Untuk menegakkan diagnosis ptosis, dilakukan berdasarkan pada

anamnesa dan pemeriksaan yang tepat, selain itu juga dapat diketahui causa

dari ptosis dan derajat beratnya ptosis sehingga dapat ditentukan tindakan dan

penanganan yang tepat.

Prinsip penatalaksanaan ptosis pada umumnya adalah pembedahan.

Namun, apabila ptosisnya ringan, tidak didapati kelainan kosmetik dan tidak

terdapat kelainan visual seperti ambliopia, strabismus dan defek lapang

pandang, lebih baik dibiarkan saja dan tetap diobservasi. Pada anak-anak

dengan ptosis tidak memerlukan pembedahan secepatnya namun perlu tetap

diobservasi secara periodik untuk mencegah terjadinya ambliopia.

Page 19: ptosis

19

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, Sidharta (ed). Kelopak Mata. Dalam Ilmu Penyakit Mata. Edisi 2.

Sagung Seto. Jakarta. 2002; hal : 57,73-5.

2. Ptosis. Steen-Hall Eye Institute. Available

at http://www.steen-hall.com/ptosis.html.   Modified on 01/23/2004.

3. Suh, Donny Wun. Ptosis, Congenital. Editor(s) : Michael J Bartiss, Donald S

Fong, Mark T Duffy, Lance L Brown, Hampton Roy. Department of

Ophthalmology, University of Nebraska Medical Center. Avaiable at

http://www.emedicine.com/ ph/topic345.  Last update : November 13, 2003.

4. Ptosis. TSBVI Education. Available at

http://www.tsbvi.edu/Education/anomalies/ ptosis.htm.

5. Vaughan, Daniel. Ptosis. Dalam General Opthalmology. edisi 9, lange

Medical Publications, California, 1980, hal : 50

6. Vaughan, Daniel. Blepharoptosis. Dalam Oftalmologi Umum. Edisi 14.

Widya Medika. Jakarta. 2000; hal : 86-7.

7. Ilyas, Sidharta. Anatomi Kelopak Mata. Dalam Ilmu Penyakit Mata. FKUI.

Jakarta. 1998; hal :1

8. Koswandi, Arthur., Lianury, Robby N. Mata. Dalam Histologi. Jilid 4.

Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Ujung Pandang. hal : 126-7.

9. Fraundorfer, Elisabeth K. Magnussa Phoenix Scientific/Medical

Illustration. Schwemmäckergasse 19, A-2202 Enzersfeld bei Korneuburg,

Austria/Europe.Available at

http://www.magnussa.com/medicalillustrations.html.

10. Miller, Stephen. Disease Of The Ednexa Of The Eye. Dalam Disease Of The

Eye (Parson’s). Churchchill Livingstone. London. 1978; hal : 524.

11. Newman, Steven A. Eyelid Malposition and Involutional

Changes. Dalam Basic And Clinical Science Course-Orbit, Eyelids, and

Lacrimal System.Bagian 7. The Foundation Of The Academy Of

Oftalmology, San Fransisco, 2001, hal : 190,191,200 dan 204

12. Ptosis. Available at http://pedclerk.bsd.uchicago.edu/ptosis.html.

Page 20: ptosis

20

13. Bermant, Michael. Measuring Eyelid Function and Ptosis (drooping upper

eyelid). American Board of Plastic Surgery. Available

athttp://www.plasticsurgery4u.com/procedure_folder/eyelid_recon_folder/

eyelid_function.html. Last update : Januari 8, 2004.

14. Stonely, Dorothy Elinor. Ptosis. The Thompson Corporation. Available at

http://www.ehendrick.org/healthy /001140.htm. 2003.

15. Doyle, Martin. Disease Of The Eyelid. Dalam A Synopsis Of

Ophthalmology. A John Wright & Sons LTD Publication. Chicago. 1975;

hal : 147

16. Ptosis : Drooping of The Upper Eyelid. Medical Marketting. Physicians’

Advertising & Promotion. Availabe

at http://www.oculo-doc.com/myasthenia_gravis_ptosis.htm

17. Newman, Steven A. The Pasient With Eyelid or Facial Abnormalities.

DalamBasic And Clinical Science Course-Neuro Opthalmology. Bagian 5.

The Foundation Of The American Academy Of Ophthalmology. San

Fransisco. 2001; hal : 263.

18. Evans, N.M. The Eyelids. Dalam Opthalmology. Oxford University Press.

Oxford. 1995; hal : 17-20

19. Sparth, George L. Plastic Surgery. Dalam Opthalmic Surgery. W.B.

Saunders Company. Philadelphia. 1982; hal : 582-589.

20. Bermant Michael. Eyelid Ptosis (drooping of upper eyelid) Plastic

Surgery. American Board of Plastic Surgery. Available at

http://www.plasticsurgery4u.com/procedurefolder/eyelid_recon_folder/eyeli

ptosis.html . Last update : Januari 8, 2004.