ptk aqidah ahlaq

33
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu materi penting dalam pelaksanaan pendidikan formal terutama yang berbasis umum. Hal tersebut dikarenakan materi pendidikan Agama Islam merupakan satu-satunya wahana untuk memberikan pengetahuan keagamaan, jika peserta didik tidak mengikuti kegiatan-kegiatan yang bernuansa religius selain disekolah, maka guru memegang peranan penting dalam mengelola dan mengambil tindakan bagaimana dan seberapa jauh tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pendidikan Agama Islam. Kegiatan belajar mengajar yang dapat melahirkan interaksi- interaksi antar potensi yang ada dalam diri peserta didik merupakan suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Salah satu cara untuk mendapatkan hasil yang maksimal diantaranya bagaimana guru dengan segenap pengalaman dan pengetahuannya mampu mengelola dengan menggunakan metodelogi yang sesuai dengan situasi dan kondisi peserta didik Dalam mencapai tujuan dari pada instrumen itu adalah metode dalam mengajar. Banyak metode yang bisa digunakan dalam pengajaran sehingga seorang guru harus selektif dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran. Dalam pembentukan akhlaq peserta didik maka pembelajaran agama islam memegang peranan yang 1

Upload: loiloimuhammadzaenalabidinfauzi

Post on 26-Jul-2015

2.309 views

Category:

Documents


83 download

TRANSCRIPT

Page 1: PTK Aqidah Ahlaq

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu materi penting dalam

pelaksanaan pendidikan formal terutama yang berbasis umum. Hal tersebut

dikarenakan materi pendidikan Agama Islam merupakan satu-satunya wahana

untuk memberikan pengetahuan keagamaan, jika peserta didik tidak mengikuti

kegiatan-kegiatan yang bernuansa religius selain disekolah, maka guru memegang

peranan penting dalam mengelola dan mengambil tindakan bagaimana dan

seberapa jauh tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pendidikan

Agama Islam. Kegiatan belajar mengajar yang dapat melahirkan interaksi-

interaksi antar potensi yang ada dalam diri peserta didik merupakan suatu proses

dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Salah satu cara untuk mendapatkan

hasil yang maksimal diantaranya bagaimana guru dengan segenap pengalaman

dan pengetahuannya mampu mengelola dengan menggunakan metodelogi yang

sesuai dengan situasi dan kondisi peserta didik

Dalam mencapai tujuan dari pada instrumen itu adalah metode dalam

mengajar. Banyak metode yang bisa digunakan dalam pengajaran sehingga

seorang guru harus selektif dalam memilih dan menggunakan metode

pembelajaran. Dalam pembentukan akhlaq peserta didik maka pembelajaran

agama islam memegang peranan yang sangat penting. Mengingat dalam agama

islam sudah tercantum tata cara berakhlaq, hukum agama islam, hukum ibadah

dan lain sebagainya.

Dalam kehidupan sehari-hari kita melihat pendidikan agama islam

kurang begitu diminati oleh peserta didik. Banyak yang menganggap bahwa

pendidikan agama islam sudah mereka dapat dalam sekolah-sekolah non formal

yang ada di musholla atau dimasjid sehingga minat untuk belajar agama islam

sangatlah kurang. Selain dari pada itu pembelajaran Aqidah Akhlak dirasa kurang

menarik minat siswa karena tidak adanya metode yang tepat untuk menyampaikan

materi pelajaran tersebut.

Pelajaran Aqidah Akhlak akan selalu bersinggungan dengan kehidupan

manusia sehari-hari, sebab sebagai insan yang beragama islam maka Aqidah dan

1

Page 2: PTK Aqidah Ahlaq

Akhlak yang sesuai dengen ajaran agama Islam akan selalu melekat pada

kehidupan mereka. Untuk itu perlu adanya metode pembelajaran yang tepat untuk

mengajar pendidikan agama terutama mata pelajaran Aqidah Akhlak disekolah.

Seperti kita ketahui bahwa mata pelajaran Aqidah Akhlak merupakan mata

pelajaran yang memuat tentang dasar keyakinan yang pokok atau Aqidah yakni

yang menyangkut keimanan seseorang serta tata cara bersikap dan bermoral baik

dalam hubungannya dengan Hablimminallah ataupun Hablumminannas dan

lingkungan alam sekitar, sehingga mata pelajaran Aqidah Akhlak akan tetap

digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Mengingat pentingnya materi agama dalam kehidupan manusia dan

dengan semakin majunya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

membuat kita harus mampu menyajikan materi agama Islam secara lugas dan

mudah dipahami serta dapat bersinggungan secara langsung dalam kehidupan

siswa. Berangkat dari permasalahan tersebut diatas maka peneliti berusaha

mengadakan penelitian tentang metode pembelajaran yang tepat dalam mata

pelajaran Aqidah Akhlak.

Peneliti yang sekaligus guru pratikan berusaha menerapkan-menerapkan

metode Cooperatif Learning dan metode Diskusi dalam meningkatkan keaktifan

siswa dan lebih memahamkan siswa dalam mempelajari mata pelajaran Aqidah

Akhlak. Metode cooperatif learning hampir sama dengan metode kelompok,

pembentukan kelompok untuk belajar salah satu alternatif dalam keberhasilan

pendidikan. Pada dasarnya metode cooperatif learning guna membentuk

kerjasama dalam belajar dengan proses yang bertanggung jawab sesama anggota

kelompoknya.

Sebagai tindak lanjut dalam pembelajaran maka peneliti menggunakan

metode yang kedua yaitu diskusi kelas guna memperesentasikan hasil dari belajar

kelompoknya. Suasana kelompok yang lebih mengutamakan kerjasama antar

siswa tanpa membedakan siswa yang pandai dan siswa yang kurang mampu untuk

dapat menjadi penyeimbang dalam proses belajar mengajar. Suasana tolong

menolong dalam kelompok diharapkan dapat menolong siswa yang kurang

mampu untuk dapat memahami materi pelajaran dan dalam diskusi kelas.

2

Page 3: PTK Aqidah Ahlaq

Dengan menggunakan metode cooperatif learning dan metode diskusi

yang diterapkan dalam kelas V MI Bustanul Ulum Sumberanyar bertujuan agar

dapat meningkatkan munat belajar siswa terhadap materi pelajaran agama islam

dan meningkatkan minat belajar siswa serta tercapainya hasil belajar yang baik.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah metode cooperative learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa

pada mata pelajaran Aqidah Akhlak V MI Bustanul Ulum Sumberanyar?

2. Bagaimana system evaluasi yang digunakan dalam menetapkan standar

keberhasilan belajar siswa?

3. Apa saja kelebihan dan kekurangan metode cooperative learning?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang dilakukan peneliti di MI Bustanul Ulum

Sumberanyar sebagai berikut:

1. Ingin mengetahui apakah metode cooperative learning dapat

meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak

kelas V MI Bustanul Ulum Sumberanyar?

2. Ingin mengetahui system evaluasi mana yang cocok digunakan dalam

metode cooperative learning dalam standar keberhasilan belajar siswa

pada mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas V MI Bustanul Ulum

Sumberanyar?

3. Untuk Mengetahui kelebihan dan kekurangan metode cooperative

learning .

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dapat diambil pada penggunaan metode

cooperative learning pada mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas V MI Bustanul

Ulum Sumberanyar adalah :

1. Lembaga.

Memberikan kontribusi pemikiran dalam rangka meningkatkan minat

belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas V MI Bustanul

Ulum Sumberanyar guna pengembangan keilmuan.

2. Siswa

3

Page 4: PTK Aqidah Ahlaq

Dengan adanya penerapan metode cooperative learning siswa akan lebih

mudah dalam mempelajari materi pelajaran agama islam sehingga dapat

mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru

3. Guru

Dengan penerapan metode cooperative learning ini dapat digunakan para

pengajar dalam menambah pengetahuan dan wawasan dalam menggunakan

metode pembelajaran sehingga lebih mudah dalam menyampaikan materi

pelajaran.

4. Peneliti

Sebagai bentuk kreatifitas dibidang penelitian dan sebagai wawasan dalam

dunia pendidikan

E. Hipotesis Tindakan

Metode cooperative learning menjelaskan lebih mengutamakan

kerjasama kelompok dalam belajar antar siswa dalam satu kelas untuk dapat

menguasai materi pelajaran dan mengerjakan tugas dari guru. Oleh karena itu

apabila Metode cooperative learning dilaksanakan dapat :

1. Mempermudah siswa dalam menguasai materi pelajaran.

2. Meningkatkan minat belajar siswa baik dikelas maupun diluar kelas.

3. Meningkatkan hasil belajar siswa secara maksimal.

4

Page 5: PTK Aqidah Ahlaq

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Metode Pengajaran

Metode berasal dari kata Bahasa Yunani (Greeka) “Metha” dan “Hodos”.

”Metha” artinya melalui atau melewati dan “Hodos” berarti jalan atau cara.

Methode berarti jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu

(Zuhairini dkk:66). Sedangkan dalam kamus ilmiah populer : 461, metode berarti

cara yang teratur dan sitematis untuk melaksanakan sesuatu (Dahlan Yacub A:46)

Sedangkan kata pengajaran berarti proses penyajian atau bahan pelajaran

yang akan disajikan. Jadi metode pengajaran yaitu suatu cara yang harus dilalui

untuk mencapai bahan pengajaran agar tercapai tujuan pengajaran.

Metedologi merupakan suatu proses yang tidak mungkin ditinggalkan

dalam mencapai sesuatu, sebab mencapai sesuatu tanpa adanya metode yang tepat

akan tetap mengalami kesulitan. Pelaksanaan metode pengajaran merupakan salah

satu alat dalam pendidikan.

Hasan Lalunggung mengemukakan tiga prinsip yang mendasari metode

mengajar dalam islam yaitu :

1. Sifat metode dan kepentingan yang berkenaan dengan tujuan utama

pendidikan Al-Qur'an Hadist yaitu pembinaan manusia mukmin yang

mengakui sebagai hamba Allah, membiasakan membaca Al-Qur'an dalam

kehidupan sehari-hari.

2. Berkenaan dengan metode mengajar yang prinsip-prinsipnya terdapat dalam

Al-Qur’an atau disimpulkan dari padanya.

3. Membangkitkan motifasi dan adanya kedisiplinan, yang dalam istilah Al-

Qur’an disebut dengan ganjaran (tsawab) dan hukuman (I’qab)

Dalam menetukan metode pendidikan dalam haruslah memperhatikan

kepentingan siswa, masyarakat, termasuk didalamnya guru yang ada didalamnya.

Sebab dalam sebuah proses pendidikan menginginkan adanya pembentukan watak

dan kepribadian anak didik yang berjalan sesuai dengan fitrahnya.

5

Page 6: PTK Aqidah Ahlaq

Agar metode mengajar dapat dilaksanakan secara efektif dalam proses belajar

mengajar, maka perlu diperhatikan beberapa faktor dalam memilih metode.

Beberapa hal yang perlu diterapkan antara lain:

1. Tujuan yang hendak dicapai

Tujuan merupakan pengarah dari tindakan dalam menjalankan fungsinya

sebagai guru serta kriteria pemilihan dan menentukan alat-alat yang akan

digunakan dalam mengajar.

2. Peserta Didik

Penggunaan metode yang tepat akan mempermudah siswa dalam menyerap

materi belajar seperti belajar kelompok.

3. Bahan atau Materi yang akan diberikan

Dalam hal ini metode yang akan digunakan harus sesuai dengan bobot, isi

dan sifat mata pelajaran yang akan diajarkan.

4. Fasilitas

Faktor fasilitas seperti alat peraga, ruang, waktu, kesempatan, buku dan lain

sebagainnya turut menentukan mengajar yang akan disampaikan.

5. Guru

Suatu metode akan berhasil atau tidak dalam pelaksanaanya tergantung

kemampuan dan ketrampilan guru dalam mengelola metode.

6. Situasi

Yang termasuk situasi disini yaitu keadaan para siswa yang nantinya akan

sangat berpengaruh terhadap penerapan suatu metode.

7. Partisipasi

Partisipasi yaitu turut aktif dalam suatu kegiatan. Agar guru ingin semua

siswa turut aktif merata dalam suatu kegiatan, tentunya guru akan

menggunakan metode kerja kelompok.

Dari berbagai uraian tersebut jelaslah bahwa dalam memilih suatu

metode dalam proses belajar mengajar tidaklah mudah dilaksanakan. Banyak hal

yang harus diperhatikan namun yang paling utama adalah kemampuan seorang

guru dalam memilih dan mengapikasikan metode yang dipilihnya.

6

Page 7: PTK Aqidah Ahlaq

B. Pengertian Cooperative Learning.

Cooperative Learning berasal dari dua kata yaitu “cooperative” yang

berarti kerjasama dan “learning” yang berarti mempelajari (John Echols 1995:

147,353). Jadi cooperative yaitu suatu metode belajar secara kelompok atau

kerjasama atau gotong royong.

Falsafah yang mendasari adanya coopretif learning (pembelajaran

gotong royong) adalah homo homoni socius. Falsafah ini menekankan bahwa

manusia adalah makhluk sosial, maka kerja sama merupakan kebutuhan akan

orang lain inilah yang mendasari adanya cooperative learning. Menurut Imansjah

Alipandie (1984: 93) cooperative learning adalah cara mengajar yang dilakukan

oleh guru dengan jalan membentuk kelompok kerja dari kumpulan beberapa

orang murid untuk mencapai suatu tujuan pelajaran tertentu secara gotong

royong.

Metode gotong royong ini sangat tepat digunakan dalam beberapa

keadaan, yaitu apabila :

1. Kelas memiliki alat atau sarana yang sangat terbatas

2. Terdapat kemampuan individual yang berbeda bagi tiap-tiap anak dalam

proses belajar.

3. Terdapat perbedaan kemampuan individual anak-anak dalam minat belajar

4. Beberapa unit pekerjaan perlu diselesaikan dalam waktu yang bersamaan

atau apabila pekerjaan lebih tepat untuk diperinci sehingga kelas dapat

dibagi dalam beberapa kelompok (Imansjah Alipandie: 1984:92)

Penggunaan metode ini masih sangat kurang walaupun sifat dasar dari

bangsa Indonesia adalah gotong royong. Alasannya adalah pertama kekhawatiran

akan terjadi kekacauan dikelas dan siswa tidak akan belajar, kedua banyak siswa

merasa tidak senang disuruh kerjasama dengan temannya yang lain (Anita Lea:

2002:27) Roger and Davidson (2002:28) menyatakan bahwa tidak semua belajar

secara kelompok bisa dikatakan sebagai bentuk cooperatif learning. Ada lima pilar

dalam pembelajaran cooperatif learning yaitu Saling ketergantungan positif

1. Tanggung jawab perseorangan

2. Tatap muka

3. Komunikasi antar anggota

7

Page 8: PTK Aqidah Ahlaq

4. Evaluasi proses kelompok.

C. Metode Evaluasi Cooperative Learning

Dalam setiap belajar mengajar perlu diadakan evaluasi sebagai

pengukuran hasil belajar. Hal ini juga melihat berhasil atau tidaknya seorang guru

dalam mengajar dan juga kemampuan siswa.

Yang dimaksud dengan evaluasi yaitu penilaian terhadap tingkat

keberhasilan siswa untuk mencapai tujuan yang telah diterapkan dalam program

( Muhibbin Syah 2000:141). Adapun program yang dimaksudkan oleh peneliti

adalah meningkatkan belajar siswa terhadap mata pelajaran Al-Qur'an Hadist

meningkatkan kerjasama serta komunikasi antar siswa dalam kelas XI IPS: 1

Tujuan diadakannya evaluasi menurut Muhibbin Syah (200:141) yaitu untuk

mengetahui :

1. Tingkat kemajuan yang telah dicapai siswa dalam suatu kurun waktu proses

belajar.

2. Posisi siswa dalam kelompok belajarnya.

3. Tingkat usaha yang dilakukan oleh siswa dalam belajar

4. Sejauh mana siswa telah menggunakan kapasitas belajar untuk keperluan

kognitifnya.

5. Tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar yang telah digunakan

oleh guru dalam proses belajar mengajar.

Sedangkan fungsi dari evaluasi yaitu :

1. Fungsi Administratif

2. Fungsi promosi, untuk mendapatkan kenaikan dan kelulusan

3. Fungsi diagnostik, untuk mengidentifikasi kesulitan belajar siswa dan

merencanakan program remedial teaching (pengajaran perbaikan)

4. Sumber data BK

5. Bahan pertimbangan pengembangan pada masa yang akan datang, yang

meliputi pengembangan kurikulum, metode dan alat-alat mengajar.

Dalam penerapan metode cooperative learning juga terdapat evaluasi

untuk mengetahui efektifitas kerja gotong royong yang diterapkan. Menurut

Anita Lea terdapat tiga model evaluasi yang digunakan acuan untuk mengukur

keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar yaitu :

8

Page 9: PTK Aqidah Ahlaq

1.Model Evaluasi Kompetisi

Sistem perangkat yang ada disekolah selama ini menanamkan jiwa

kompetitif. Sejak awal masa pendidikan formal, siswa dipacu agar bisa menjadi

lebih baik dari teman-teman sekelasnya. Siswa yang melebihi kebanyakan siswa

lainnya dianggap berprestasi, sedangkan kemampuannya dibawah rata-rata kelas

dianggap gagal. Pada akhirnya sistem ini mengajarkan nilai-nilai survival. Of the

test atau siapa yang kuat dialah yang menang.

Homo homoni lupus merupakan prinsip dasar dalam dunia kompetesi,

orang sangat sedikit sekali dibelaki kemampuan untuk bekerja sama dengan

orang lain. Padahal dalam hidup bermasyarakat termasuk dalam dunia pekerjaan

kemampuan untuk bersinergi merupakan kunci keberhasilan.

2.Model Evaluasi Individu

Berbeda dengan sistem penilaian peringkat, dalam pengukuran individual

guru menetapkan standart untuk setiap murid. Nilai seseorang tidak ditentukan

oleh nilai rata-rata teman sekelas, melainkan oleh usahanya sendiri dan standart

yang ditentukan oleh guru dan dianggap kemampuan maksimalnya. Setiap orang

bertanggung jawab atas tindakannya sendiri. Tak ada orang lain yang bisa

membantu dan sebaliknya tidak perlu membantu orang lain.

Dalam Evaluasi individual anak dituntut untuk dapat mengerkan sendiri

tugasnya tanpa adanya ketergantungan terhadap orang lain. Namun semangat

kebersamaanya kurang sehingga dapat menimbulkan dampak dalam kehidupan

bermasyarakat nantinya juga kurang bisa untuk hidup bermasyarakat.

3.Model evaluasi Cooperative Learning

Kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting, sesuai dengan

falsafah nenek moyang Indonesia yang lebih mengutamakan kerjasama yang

ditunjukkan dengan adanya gotong-royong . Dalam penilaian cooperative

learning siswa mendapatkan nilai pribadi dan nilai kelompok. Siswa bekerja

sama dengan metode gotong royong dengan saling membantu antar siswa yang

kurang mampu dan siswa yang mempunyai kemampuan lebih dibandingkan

dengan teman-temannya.

Nilai kelompok dapat dibentuk dengan beberapa cara, Pertama, nilai

kelompok bisa diambil dari nilai terendah yang didapat oleh siswa dalam

9

Page 10: PTK Aqidah Ahlaq

bentuk kelompok. Kedua, nilai kelompok bisa diambil dari rata-rata semua

anggota kelompok dari “sumbangan” dari setiap anggota. Hal ini dimaksudkan

untuk menjaga rasa keadilan dalam kelompok serta menghilangkan rasa minder

terhadap anggota yang mendapat nilai kurang bagus.

Model evaluasi ini perlu diterapkan dalam dunia pendidikan, karena

sistem pendidikan gotong royong ini merupakan alternatif menarik yang bisa

mencegah tumbuhnya keagresifan dalam sistem kompetisi dan rasa keterasingan

dalam sistem individu tanpa mengorbankan aspek kognitif.

E. Keberhasilan Belajar Mengajar

1. Pengertian Keberhasilan

Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan

berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan

filsafatnya namun utnuk menyamakan persepsi sebaiknya kita berpedoman pada

kurikulum yang berlaku saat ini yang telah disempurnakan, antara lain bahwa

“suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan

berhasil apabila tujuan intruksional khususnya dapat tercapai”.

Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional kuhusus (TIK),

guru perlu mengadakan tes formatif setiap selesai menyajikan suetu bahasan pada

siswa, penilaian formatif ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah

menguasai tujuan instruksional kuhusus (TIK) yang harus dicapai. Fungsi

penilaian ini adalah utnuk memberikan umpan balik ( feed back) kepada guru

dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar dan melaksanakan progam

remedial bagi siswa yang berhasil.

Karena itulah suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan

pengajaran dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan instruksional

khusus dari bahan tersebut.

2. Indikator Keberhasilan

Yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses mengajar dianggap berhasil

adalah hal-hal sebagai berikut:

Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi

tinggi, baik secara baik secara individual maupun kelompok

10

Page 11: PTK Aqidah Ahlaq

Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran atau intruksional

khusus ( TIK) telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun

kelompok

Namun demikian, indicator yang banyak dipakai sebagai tolak ukur

keberhasilan adalah daya serap.

3. Penilaian Keberhasilan

Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar tersebut

dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar. Berdasrkan tujuan dan ruang

lingkupnya, tes prestasi belajar dapat digolongkan dalam jenis penilaian sebagai

berikut:

a. Tes Formatif

Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok

bahasan tertentu dan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya

serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan

untuk memperbaiki proses belajar mengajar bahan tertentu dalam jangka

waktu tertentu.

b. Tes Sub sumatif

Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan

dalam jangka waktu tertentu tujuannya adalah utnuk memperoleh

gambaran daya serap siswa terhadap beberapa pokok bahasan. Hasil tes

sub sumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar

dan diperhitungkan dalam menentukan nilai raport.

c. Tes Sumatif

Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap pokok-pokok

bahasan yang telah diajarkan selama satu semester atau dua tahun

pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf

keberhasilan belajar siswa dalam suatu periode belajar tertentu, hasi dari

tes sumatif ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat

(ranking) atau sebagai ukuran mutu sekolah.

F. Kekurangan dan Kelebihan Metode Cooperative Learning

Dalam suatu metode pasti ada kelebihan dan kekurangan, demikian juga

pada metode ccoperative learning. Diantaranya kelebihannya adalah :

11

Page 12: PTK Aqidah Ahlaq

1. Dapat meningkatkan kualitas kepribadian anak-anak dalam hal ini

kerjasama, saling menghargai pendapat orang lain, toleransi, berpikir kritis,

disiplin dan sebagainnya.

2. Menumbuhkan semangat persaingan yang positif dan kontruktif, karena

dalam kelompoknya masing-masing anak akan lebih giat dan sungguh-

sungguh bekerja.

3. Menambahkan rasa persatuan dan solidaritas yang tinggi, sebab anak yang

pandai dalam kelompoknya akan membantu teman yang memiliki

kemampuan kurang dari dia demi nama baik kelompoknya.

Sedangkan kekurangan dari metode cooperative learning adalah :

1. Metode ini memerlukan persiapan-persiapan yang agak rumit bila

dibandingkan dengan metode-metode yang lain.

2. Bilamana terjadi persaingan yang negatif baik antara individu dalam

kelompok maupun antar kelompok, maka hasilnya akan lebih buruk.

3. Bila terdapat anak yang pemalas atau anak yang ingin berkuasa dalam

kelompok besar kemungkinan akan mempengaruhi kelompok sehingga

usaha tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. ( imansjah Alipandie :

1984 : 94)

12

Page 13: PTK Aqidah Ahlaq

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

1. Lokasi

Nama Madrasah : MI Bustanul Ulum Sumberanyar

Status : Terakreditasi B

Nomor Telp / Fax : 085730204010

Alamat : Jalan Pesantren Sumberanyar

Kecamatan : Rowokangkung

Kabupaten : Lumajang

Kode Pos : 67359

Alamat Website (jika ada) : http://www.mi-bu.co.cc

Email (jika ada) : [email protected]

Tahun Berdiri : 1946

Progam yang diselenggarakan : Akselerasi

Waktu Belajar : Pagi

2. Sejarah singkat berdirinya MI Bustanul Ulum Sumberanyar

B. Perencanaan Tindakan

Rancangan penelitian tindakan kelas yang dipakai yaitu modus siklus

dilakukan secara berulang-ulang dan berkelanjutan, artinya semakin lama

diharapkan semakin meningkat perubahan atau pencapaian hasilnya. Dalam

perencanaan penelitian ini kami menggunakan sistem refleksi spiral diri yang

dimulai dengan rencana tindakan pengamatan atau releksi sesuai model tersebut

maka kegiatannya:

1. Observasi dan wawancara.

2. Identifikasi masalah dalam kegiatan belajar mengajar.

13

Page 14: PTK Aqidah Ahlaq

3. Merumuskan metode yang disukai dengan pembelajaran Aqidah Akhlak

4. Melakukan metode yang sesuai dengan pembelajaran Aqidah Akhlak yang

mampu meningkatkan motivasi belajar siswa

5. Melaksanakan tindakan kelas

Penelitian ini dilaksanakan kurang lebih satu setengah bulan. Adapun

kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama kurang lebih satu setengah bulan

tersebut adalah sebagai berikut:

Pertemuan I (tanggal, 22 Juli 2011)

a.Tahap Awal

-Salam Pembuka

Assalamualaiku Wr.Wb

-Perkenalan antara peneliti

Peneliti memperkenalkan diri dengan seluruh siswa dan dilanjutkan dengan

siswa

Memberikan penjelasan kepada siswa tentang keberadaan peneliti dikelas V

MI Bustanul Ulum Sumberanyar.

b.Tahap inti

Orientasi bahan pelajaran Aqidah Akhlak dan membangkitkan semangat

siswa untuk belajar.

Peneliti mengadakan pra test kepada siswa dengan tanya jawab langsung

antara guru dan siswa.

Peneliti menjelaskan sedikit tentang materi Iman Kepada Kitab-Kitab

Allah.

Peneliti memberikan instruksi kepada siswa membentuk dan memilih

kelompok sendiri untuk mendiskusikan materi pelajaran

Guru card dan masing-masing kelompok mencocokkan jawaban yang ada

dengan pertanyaan yang telah ditempel dipapan tulis

Siswa berdikusi dengan kelompoknya untuk mencocokkan jawaban siswa

yang ditempel dipapan dengan jawaban yang ada dalam resource

document yang telah diberikan oleh peneliti

c.Tahap Akhir

Peneliti menyimpulkan tentang pembahasan

14

Page 15: PTK Aqidah Ahlaq

Peneliti memberi tugas individu

Peneliti menutup kegiatan dengan salam

Pertemuan ke II (29 Juli 2011)

a. Tahap Awal

Salam pembuka

Presensi Siswa

Apersepsi

b. Tahap Inti

Peneliti memberikan penjelasan tentang materi Iman Kepada Rasul Allah

Peneliti memberikan penjelasan singkat tentang metode cooperative

learning

Peneliti memberikan instruksi kepada siswa membentuk dan memilih

kelompok sendiri untuk mendiskusikannya.

Peneliti mengajukan pertanyaan dimaksudkan untuk mengetahui

pemahaman siswa tentang materi Iman Kepada Rasul Allah

c. Tahap Akhir

Peneliti memberikan tugas untuk siswa.

Salam penutup

C. PENGUMPULAN DATA

Data yang akurat dapat diperoleh jika pengumpulan data tersebut

dipersiapkan dengan matang. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa

cara untuk mengumpulkan data selama proses penelitian, antara lain :

1.Pengamatan Terbuka

Penelitian dilakukan agar memperoleh data yang diinginkan sesuai

dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti. Maksud dari penelitian terbuka yaitu

bahwa penelitian diketahui oleh subyek yang diteliti, dalam hal ini adalah siswa.

2.Observasi Aktivitas Kelas

Observasi aktivitas ini dilaksanakan oleh peneliti mengajar dikelas

dengan menggunakan metode cooperative learning. Observasi ini juga biasa

disebut observasi secara langsung. Dengan demikian peneliti akan dapat

memperoleh gambaran suasana kelas dan peneliti dapat menemukan salah satu

15

Page 16: PTK Aqidah Ahlaq

model pembelajaran dengan menggunakan cooperative learning yang lebih

tepatnya diterapkan di kelas ( Lexy J. Moleong 2000:21).

D. Perekaman Data

Untuk memperoleh data yang lebih akurat dan agar data yang telah

diperoleh tidak hilang, maka peneliti melakukan perekaman dengan cara

membuat catatan –catatan dari hasil yang telah diperoleh selama mengadakan

proses penelitian.

Teknik perekaman yang telah dilakukan adalah dengan membuat

catatan berdasarkan perkembangan siswa setiap hari setelah pembelajaran

dengan pengamatan dikelas yang dilakukan peneliti.

E. Analisa dan Refleksi

Dalam pelaksanaan peneliti ini ada beberapa hal yang menjadi catatan

peneliti selama menjalani peneliti di MI Bustanul Ulum Sumberanyar. Diantara

beberapa catatan peneliti adalah :

1. Rencana tindakan peneliti yang telah direncanakan sebelumnya telah

dilaksanakan semaksimal mungkin walaupun hasilnya kurang begitu maksimal.

2. Kendala yang peneliti alami selama menjalankan penelitian adalah :

- Ketidak lengkapan fasilitas yang harus dimiliki siswa seperti; buku

pegangan, LKS yang tidak sesuai dengan silabus berdasarkan KTSP

- Adanya siswa yang kurang antusias dan bekerja semuanya sendiri sehingga

belajar secara kelompok masih dikerjakan oleh beberapa orang saja.

- Kebiasaan siswa pada proses belajar mengajar yang menggunakan metode

ceramah sehingga siswa kesulitan untuk menyesuaikan dengan sistem yang

baru.

3. Kemajuan yang dialami siswa adalah siswa berani dalam mengemukakan

pendapat dan lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

4. Untuk pembelajaran selanjutnya metode cooperative learning hendaknya terus

dilaksanakan.

16

Page 17: PTK Aqidah Ahlaq

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. PAPARAN DATA

Dari hasil penelitian yang telah peneliti laksanakan menunjukkan adanya

kemajuan belajar pada diri siswa. Rencana tindakan yang kami laksanakan dalam

kegiatan belajar mengajar dikelas dapat diaplikasikan dan membawa dampak yang

positif pada siswa. Sebelum menggunakan metode cooperative learning

nampaknya siswa kurang begitu aktif dan lebih bersikap ramai sendiri sehingga

pembelajaran kurang beritu berjalan dengan baik.

Setelah penerapan metode cooperative learning menunjukkan perbaikan

sikap siswa dan rasa antusias siswa untuk belajar dikelas. Dari hasil belajar yang

dilakukan dikelas menunjukkan bahwa rata-rata kelas menunjukkan hasil yang

cukup baik. Hasil ini kami ambil setelah kami melaksanakan metode cooperative

learning yang rata-rata dilaksanakan pada setiap kali pertemuan, baik itu berupa

nilai tugas, maupun nilai ulangan harian pertama. Penilaian tidak hanya dilakukan

secara tertulis, akan tetapi juga secara lisan yakni seberapa besar tingkat keaktifan

siswa dikelas ketika proses belajar mengajar dilaksanakan.

Daftar Hasil PenilaianMata Pelajaran Aqidah Akhlak

Kelas V MI Bustanul Ulum Sumberanyar

Mata Pelajaran : Aqidah AkhlakKelas/ Semester : VIII A / Ganjil

No Nama Siswa NilaiHafalan

Nilai Ulangan

1. Abdul Hakim 70 702. Afiful Ikhwan 75 853. Ahmad Rizal Aminuddin 75 654. Amin Thohari 70 755. Andi Dwi Yuliawan 60 656. Andi Mukti wibowo 60 707. Ari Subiayanto 60 658. Ahmad Syaiful Rohman 75 709. Bisri Ahmadi 70 7010. Budi utomo 70 7511. Doris Sofi hisani 75 7012. Eli Mustofa 60 7513. Fakur rohman 70 70

17

Page 18: PTK Aqidah Ahlaq

14. Moh. Ali fikri 80 6515. Firman Syah 70 7516. Heri Susanto 60 6517. Heri Eka Prayana 60 7018. Heri Wibowo 75 8019. Jehan Nuruddin Muslim 80 8020. Khoirul Anam 60 7021. Lanang farandi Erwin 70 6522. M.Agus fitroni 70 7023. M.Ali fauzi 60 7024. M.Nashohah 65 7025. M.Samsu Hartono 80 8026. Sutirsno 60 7027. Masda'in Rifai 70 6528. Moh.Roni Afandi 65 6529. Moh. Faisol Amir 75 75

Ket : Jumlah soal 30, terdiri dari pilihan ganda 25 dan soal esay jumlah total

nilai 100

B. Pembahasan

Dari pengamatan sehari-hari yang dilakukan oleh peneliti dalam proses

belajar mengajar siswa mampaknya lebih aktif dan antusias dalam mengikuti

proses belajar mengajar. Hal ini dapat dijadikan sebagai katagori keberhasilan

dalam program yang direncanakan dan juga siswa nampaknya lebih bisa bekerja

sama dengan teman-teman sekelasnya dalam proses belajar mengajar. Kegiatan-

kegiatan tersebut tidak dapat ditemukan oleh peneliti sebelum menggunakan

rencana tindakan yang direncanakan oleh peneliti.

18

Page 19: PTK Aqidah Ahlaq

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Metode pembelajaran merupakan hal yang tidak bisa ditinggalkan dalam

pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Banyak sekali metode pembelajaran yang

bisa digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, salah satu diantaranya adalah

cooperative learning. Cooperative learning adalah suatu metode belajar yang

menggunakan sistem kelompok dalam menjalankan kegiatan belajar mengajar.

Hasil penelitian yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa penerapan

cooperative learning pada mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas V MI Bustanul

Ulum Sumberanyar menunjukkan adanya kemajuan dalam belajar siswa. Hal ini

terlihat dengan adanya sikap siswa yang lebih tertarik dan antusias dalam belajar.

Selain itu siswa juga nampak lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

Semangat kebersamaan dan adanya tolong menolong diantara teman-

teman sekelas dalam belajar juga nampak sehingga tercipta suasana belajar yang

kondusif dan mempunyai hasil belajar yang baik.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang kami lakukan selama kami bertugas sebagai

guru praktikan di MI Bustanul Ulum Sumberanyar dan juga demi perkembangan

dan kemajuan proses belajar mengajar maka kami menyarankan hendaknya :

1. Sebagai seorang guru hendaknya menyiapkan materi pelajaran dengan

matang dan menggunakan metode yang tepat dalam proses belajar

mengajar.

2. Adanya dukungan yang baik dari seluruh pihak yang ada disekolah untuk

memajukan proses belajar mengajar.

3. Guru tidak hanya monoton menggunakan metode ceramah saja dalam

menyampaikan materi yang berkenaan dengan pendidikan agama Islam,

tetapi lebih baiknya diselingi dengan penggunaan metode cooperative

learning atu metode active learning yang lain yang dapat merangsang

minat siswa untuk blajar agama.

19

Page 20: PTK Aqidah Ahlaq

4. Kepada guru pamong hendaknya dapat meneruskan metode cooperative

learning guna mendapatkan hasil belajar yang maksimal.

20

Page 21: PTK Aqidah Ahlaq

21