ptk 1213

19
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN SISWA TK DALAM PEMBELAJARAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI PENERAPAN MEDIA GAMBAR (PENELITIAN TINDAKAN KELAS DI TK. NEGERI PEMBINA KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO) BAB I PENDAHULUAN PTK Taman Kanak Kanak A. Latar Belakang Pendidikan Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan pra sekolah yang terdapat di jalur pendidikan sekolah (PP No. 27 Tahun 1990). Sebagai lembaga pendidikan pra-sekolah, tugas utama Taman Kanak-Kanak adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap perilaku, keterampilan dan intelektual agar dapat melakukan adaptasi dengan kegiatan belajar yang sesungguhnya di Sekolah Dasar. Pandangan ini mengisyaratkan bahwa Taman Kanak-Kanak merupakan lembaga pendidikan pra-sekolah atau pra-akademik. Dengan demikian Taman Kanak-Kanak tidak mengemban tanggung jawab utama dalam membina kemampuan akademik anak seperti kemampuan membaca dan menulis. Substansi pembinaan kemampuan akademik atau skolastik ini harus menjadi tanggung jawab utama lembaga pendidikan Sekolah Dasar. Alur pemikiran tersebut tidak selalu sejalan dan terimplementasikan dalam praktik kependidikan Taman Kanak- Kanak dan Sekolah Dasar di Indonesia. Pergeseran tanggung jawab pengembangan kemempuan skolastik dari Sekolah Dasar ke Taman Kanak-Kanak terjadi di mana-mana, baik secara terang- terangan maupun terselubung. Banyak Sekolah Dasar seringkali mengajukan persyaratan atau tes “membaca dan menulis”. Lembaga Pendidikan Sekolah Dasar seperti ini sering pula di anggap sebagai lembaga pendidikan “berkualitas dan bonafide”. Peristiwa praktik pendidikan seperti itu mendorong lembaga pendidikan Taman Kanak-Kanak maupun orang tua berlomba mengajarkan kemampuan akademik membaca dan menulis dengan mengadapsi pola-pola pembelajaran di Sekolah Dasar. Akibatnya, tidak jarang Taman Kanak-Kanak tidak lagi menerapkan prinsip- prinsip bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain, sehingga Taman Kanak-Kanak tidak lagi taman yang indah, tempat bermain dan berteman banyak, tetapi beralih menjadi “Sekolah” Taman Kanak-Kanak dalam makna menyekolahkan secara dini pada

Upload: adam-peters

Post on 28-Oct-2015

89 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PTK 1213

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN SISWA TK DALAM PEMBELAJARAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI  PENERAPAN MEDIA GAMBAR  (PENELITIAN TINDAKAN KELAS DI TK. NEGERI PEMBINA KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO)

BAB IPENDAHULUAN

PTK Taman Kanak Kanak

A.    Latar Belakang

Pendidikan Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan pra sekolah yang terdapat di jalur pendidikan sekolah (PP No. 27 Tahun 1990). Sebagai lembaga pendidikan pra-sekolah, tugas utama Taman Kanak-Kanak adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap perilaku, keterampilan dan intelektual agar dapat melakukan adaptasi dengan kegiatan belajar yang sesungguhnya di Sekolah Dasar.

Pandangan ini mengisyaratkan bahwa Taman Kanak-Kanak merupakan lembaga pendidikan pra-sekolah atau pra-akademik. Dengan demikian Taman Kanak-Kanak tidak mengemban tanggung jawab utama dalam membina kemampuan akademik anak seperti kemampuan membaca dan menulis. Substansi pembinaan kemampuan akademik atau skolastik ini harus menjadi tanggung jawab utama lembaga pendidikan Sekolah Dasar.

Alur pemikiran tersebut tidak selalu sejalan dan terimplementasikan dalam praktik kependidikan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar di Indonesia. Pergeseran tanggung jawab pengembangan kemempuan skolastik dari Sekolah Dasar ke Taman Kanak-Kanak terjadi di mana-mana, baik secara terang-terangan maupun terselubung. Banyak Sekolah Dasar seringkali mengajukan persyaratan atau tes “membaca dan menulis”. Lembaga Pendidikan Sekolah Dasar seperti ini sering pula di anggap sebagai lembaga pendidikan “berkualitas dan bonafide”.

Peristiwa praktik pendidikan seperti itu mendorong lembaga pendidikan Taman Kanak-Kanak maupun orang tua berlomba mengajarkan kemampuan akademik membaca dan menulis dengan mengadapsi pola-pola pembelajaran di Sekolah Dasar. Akibatnya, tidak jarang Taman Kanak-Kanak tidak lagi menerapkan prinsip-prinsip bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain, sehingga Taman Kanak-Kanak tidak lagi taman yang indah, tempat bermain dan berteman banyak, tetapi beralih menjadi “Sekolah” Taman Kanak-Kanak dalam makna menyekolahkan secara dini pada anak-anak. Tanda-tandanya terlihat pada pentargetan kemampuan akademik membaca dan menulis agar bisa memasukkan anaknya ke Sekolah Dasar favorit. PTK Taman Kanak Kanak

Mengajarkan membaca dan menulis di Taman Kanak-Kanak dapat dilaksanakan selama batas-batas aturan pengembangan pra-sekolah serta mendasarkan diri pada prinsip dasar hakiki dari pendidikan Taman Kanak-Kanak sebagai sebuah taman bermain, sosialisasi, dan pengembangan berbagai kemampuan pra-skolastik yang lebih substansi yaitu bidang pengembangan kemampuan dasar yang meliputi kemampuan berbahasa atau membaca kognitif, fisik-motorik dan seni.

Mencermati kondisi kegiatan pembelajaran membaca dan menulis di Taman Kanak-Kanak yang berlangsung sebagaimana digambarkan di atas, perlu dilakukan penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan tertentu yang direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi. Dengan serangkaian tindakan itu diharapkan dapat mengubah suasana pembelajaran ke arah pembelajaran yang lebih memungkinkan siswa terlibat secara aktif dan menyenangkan. Hal itu dapat dicapai dengan melalui pembelajaran menggunakan media gambar. Media gambar adalah penyajian visual 2 dimensi yang dibuat berdasarkan unsur dan

Page 2: PTK 1213

prinsip rancangan gambar, yang berisi unsur kehidupan sehari-hari tentang manusia benda-benda, binatang, peristiwa, tempat dan sebagainya (Taufik Rachmat, 1994).

Gambar banyak digunakan guru sebagai media dalam proses belajar mengajar, sebab mudah diperoleh tidak mahal dan efektif, serta menambah gairah dalam motivasi belajar siswa.

B.    Rumusan Masalah PTK Taman Kanak Kanak

Agar penelitian tindakan ini dapat lebih terarah, maka secara operational permasalahan penelitian ini difokuskan pada media gambar dan guru dalam pelaksananaan proses belajar mengajar, membaca di Kelompok B Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo. Secara rinci permasalahan penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah gambaran pembelajaran membaca dengan media gambar di Taman Kanak-Kanak secara klasikal ?

2. Bagaimanakah gambaran pembelajaran membaca di Taman Kanak-Kanak dengan media gambar secara kelompok ?

3. Apakah terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam membaca setelah mereka mengikuti pembelajaran membaca dan menulis dengan menggunakan media gambar?

C.    Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menemukan terjadinya peningkatan kemampuan membaca dan menulis dengan menggunakan media gambar. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menggambarkan pembelajaran membaca di Taman Kanak-Kanak dengan media gambar secara klasikal.

2. Menggambarkan pembelajaran membaca di Taman Kanak-Kanak dengan media gambar secara kelompok.

3. Menemukan terjadinya peningkatan kemampuan siswa dalam membaca setelah menerapkan pembelajaran dengan menggunakan media gambar.

D.    Lingkup PenelitianLingkup penelitian yang menjadi batasan materi dalam penelitian adalah kemampuan berbahasa dengan media gambar di Taman Kanak-Kanak Kelompok B. penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelompok B Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo.

E.    Definisi Operasional PTK Taman Kanak Kanak

Untuk mendapatkan kesamaan arti pada penelitian ini dipertukarkan pendefinisian istilah :1. Kemampuan berbahasa yang diajarkan di Taman Kanak-Kanak kelompok B pada

penelitian ini sesuai dengan materi yang terdapat pada kurikulum Taman Kanak-Kanak 2004 yaitu kemampuan membaca permulaan (pra membaca), sedangkan pelaksanaannya menggunakan pendekatan temaik dan pembelajaran yang berorientasi pada prinsip bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain.

2. Yang dimaksud siswa mampu membaca permulaan (pra membaca) adalah siswa dapat menghubungkan dan menyebutkan tulisan sederhana dengan simbol yang melambangkannya atau media gambarnya.

F.    Manfaat Penelitian

Page 3: PTK 1213

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi :1. Siswa Taman Kanak-Kanak, agar mereka terbiasa dalam suasana kegiatan

pembelajaran di Taman Kanak-Kanak yang menyenangkan dan tidak menakutkan.2. Bagi guru Taman Kanak-Kanak, dengan penerapan media gambar, guru memperoleh

pengalaman baru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran kemampuan berbahasa di Taman Kanak-Kanak yang berpusat pada anak.

3. Bagi peneliti, dapat membantu guru dalam mengatasi masalah dalam pembelajaran kemampuan berbahasa di Taman Kanak-Kanak.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

PTK Taman Kanak Kanak

A.    Perkembangan Kemampuan Berbahasa

Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang anak untuk mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya. Anak-anak  yang memiliki kemampuan berbahasa yang baik pada umumnya memiliki kemampuan yang baik pula dalam mengungkapkan pemikiran, perasaan serta tindakan interaktif dengan lingkungannya. Kemampuan berbahasa ini tidak selalu didominasi oleh kemampuan membaca saja tetapi juga terdapat sub potensi lainnya yang memiliki peranan yang lebih besar seperti penguasaan kosa kata, pemahaman (mendengar dan menyimak) dan kemampuan berkomunikasi.

Pada usia Taman Kanak-Kanak (4 – 6 tahun), perkembangan kamampuan berbahasa anak ditandai oleh berbagai kemampuan sebagai berikut :

1. Mampu menggunakan kata ganti saya dalam berkomunikasi.2. Memiliki  berbagai perbendaharaan kata kerja, kata sifat, kata keadaan, kata tanya dan

kata sambung.

3. Menunjukkan pengertian dan pemahaman tentang sesuatu.

4. Mampu menggungkapkan pikiran, perasaan, dan tindakan dengan menggunakan kalimat sederhana.

5. Mampu membaca dan mengungkapkan sesuatu melalui gambar

Perkembangan kemampuan tersebut muncul ditandai oleh berbagai gejala seperti senang bertanya dan memberikan informasi tentang berbagai hal, berbicara sendiri, dengan atau tanpa menggunakan alat seperti (boneka, mobil mainan, dan sebagainya). Mencoret-coret buku atau dinding dan menceritakan sesuatu yang fantastik. Gejala-gejala ini merupakan pertanda munculnya kepermukaan berbagai jenis potensi tersembunyi (hidden potency) menjadi potensi tampak (actual potency). Kondisi tersebut menunjukkan berfungsi dan berkembangnya sel-sel saraf pada otak. (DepDikNas, 2000 : 6)

Secara khusus, perkembangan kemampuan membaca pada anak berlangsung dalam beberapa tahap sebagai berikut:

1.    Tahap fantasi (magical stage)Pada tahap ini anak mulai belajar menggunakan buku, mulai berpikir bahwa buku itu penting, melihat atau membolak-balikan buku dan kadang-kadang anak membawa buku kesukaannya. Pada tahap pertama, guru dapat memberikan atau menunjukkan model/contoh tentang perlunya membaca, membacakan sesuatu pada anak, membicarakan buku pada anak.

Page 4: PTK 1213

2.    Tahap pembentukan konsep diri (self concept stage)Anak memandang dirinya sebagai pembaca, dan mulai melibatkan diri dalam kegiatan membaca, pura-pura membaca buku, memberi makna pada gambar atau pengalaman sebelumnya dengan buku, menggunakan bahasa buku meskipun tidak cocok dengan tulisan.Pada tahap kedua, orang tua atau guru memberikan rangsangan dengan jalan membacakan sesuatu pada anak. Guru hendaknya memberikan akses pada buku-buku yang diketahui anak-anak. Orang tua atau guru juga hendaknya melibatkan anak membacakan buku.

3.    Tahap membaca gambar (bridging reading stage)Pada tahap ini anak menjadi sadar pada cetakan yang tampak serta dapat menemukan kata yang sudah dikenal, dapat mengungkapkan kata-kata yang memiliki makna dengan dirinya, dapat mengulang kembali cerita yang tertulis, dapat mengenal cetakan kata dari puisi atau lagu yang dikenalinya serta sudah mengenal abjad.Pada tahap ketiga, guru membacakan sesuatu pada anak-anak, menghadirkan berbagai kosa kata pada lagu dan puisi, memberikan kesempatan sesering mungkin.

4.    Tahap pengenalan bacaan (take-off reader stage)Anak mulai menggunakan tiga sistem isyarat (fraphoponic, semantic dan syntactic) secara bersama-sama. Anak tertarik pada bacaan, mulai mengingat kembali cetakan pada konteknya, berusaha mengenal tanda-tanda pada lingkungan serta membaca berbagai tanda seperti kotak susu, pasta gigi, atau papan iklan.Pada tahap keempat guru masih harus membacakan sesuatu pada anak-anak sehingga mendorong anak membaca suatu pada berbagai situasi. Orang tua dan guru jangan memaksa anak membaca huruf secara sempurna.

5.    Tahap membaca lancar (independent reader stage)Pada tahap ini anak dapat membaca berbagai jenis buku yang berbeda secara bebas. Menyusun pengertian dari tanda, pengalaman dan isyarat yang dikenalnya, dapat membuat perkiraan bahan-bahan bacaan. Bahan-bahan yang berhubungan secara langsung dengan pengalaman anak semakin mudah dibaca. (DepDikNas, 2000 : 7 – 8).

Untuk memberikan rangsangan positif terhadap munculnya berbagai potensi keberbahasaan anak diatas maka permainan dan berbagai alatnya memegang peranan penting. Lingkungan (termasuk didalamnya peranan orang tua dan guru) seharusnya menciptakan berbagai aktifitas bermain secara sederhana yang memberikan arah dan bimbingan agar berbagai potensi yang tampak akan tumbuh dan berkembang secara optimal

BAB IIIMETODE PENELITIAN

PTK Taman Kanak Kanak

A.    Pendekatan Dan Jenis PenelitianPendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, penelitian ini berangkat dari masalah yang di dapat di lapangan, kemudian direfleksikan dan dianalisis berdasarkan teori yang menunjang, kemudian dilaksanakan tindakan di lapangan. Kesimpulan yang diperoleh tidak dapat digeneralisasikan pada ruang lingkup yang lebih luas, karena untuk kondisi dan situasi yang berbeda hasilnya dapat berbeda. Penelitian ini dapat dijadikan model untuk memberikan rekomendasi pada situasi yang lain (Arifin Imron, 1990 : 4)

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian berusaha untuk memahami makna peristiwa dari interaksi yang terjadi selama penelitian berlangsung.

B.    Model Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, karena penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah pada penelitian tindakan yang meliputi penyusunan rencana,

Page 5: PTK 1213

melaksanakan tindakan, mengobservasi, melakukan analisis dan refleksi terhadap hasil observasi dari hasil analisis dan refleksi setiap akhir kegiatan dilakukan tindakan perbaikan pada siklus yang berikutnya berdasarkan hasil analisis dan refleksi yang dibuat sebelumnya.

Pada model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini pembelajaran kemampuan membaca melalui penerapan media gambar.

C.    Rancangan PenelitianPenelitian tindakan ini dilaksanakan dalam dua siklus kegiatan yaitu siklus 1 dan siklus 2. Masing-masing siklus terdiri 4 tahap kegiatan yaitu :

1. Menyusun rencana tindakan2. Melaksanakan tindakan

3. Melakukan observasi

4. Membuat analisis dilanjutkan refleksi

Pada penelitian ini yang melaksanakan kegiatan mengajar adalah Kepala Taman Kanak-Kanak bersama-sama dengan guru kelompok B sekaligus sebagai observer

SIKLUS – 1 PTK Taman Kanak Kanak

a.    Penyusunan rencana tindakan 1Pada tahap ini Kepala Taman Kanak-Kanak menyusun rencana pembelajaran berdasarkan pokok bahasan dan tema yang akan diajarkan yaitu kemampuan membaca meliputi merumuskan tujuan pembelajaran, menyusun langkah-langkah pembelajaran, merencanakan alat peraga (media) apa yang sesuai pokok bahasan yang akan diajarkan dari bagaimana menggunakannya, serta menyusun alat evaluasi yang sesuai dengan tujuan.

b.    Pemberian tindakan 1Guru melaksanakan pengajaran dengan menggunakan media gambar sesauai dengan perencanaan yang telah disusun. Pada kegiatan awal pembelajaran guru melakukan kegiatan berbagi dan bertanya serta tanya jawab tentang benda-benda di sekitar anak, siswa di bentuk tiga kelompok yang terdiri dari 7 – 8 anak, siswa, masing-masing kelompok di beri tugas untuk mengamati dan melihat gambar-gambar benda yang telah disediakan, kemudian siswa diminta menghubungkan antara tulisan (kata) dengan gambar benda yang melambangkan. Dengan memberikan tugas-tugas diharapkan siswa mendapat pemahaman tentang konsep kemampuan membaca permulaan dengan menggunakan media gambar dan kartu kata yang telah disediakan.

c.    Melakukan observasiPada waktu kegiatan pembelajaran berlangsung, Kepala Taman Kanak-Kanak bersama guru kelompok B melakukan observasi dan mencatat kejadian-kejadian selama kegiatan pembelajaran berlangsung yang nantinya dapat bermanfaat untuk pengambilan keputusan apakah guru dapat menggunakan kalimat dengan tepat atau perlu diadakan. Apakah tugs-tugas dan pertanyaan yang diajukan guru sudah mencerminkan pembelajaran kemampuan berbahasa (pra membaca)

d.    Pembuatan analisis dan refleksiDari hasil observasi dilakukan analisis pada tindakan 1 kemudian dilanjutkan dengan refleksi. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi yang dilakukan bersama-sama ini, direncanakan perbaikan dengan melakukan tindakan 2 terhadap permasalahan-permasalahan yang masih ada. Untuk mengetahui apakah guru dapat menyusun rencana pembelajaran yang mencerminkan pembelajaran kemampuan berbahasa (pra membaca) dapat dilihat dan komponen-komponen yang terdapat pada rencana pembelajaran yang telah disusunnya.

Page 6: PTK 1213

Mudah mudahan dengan adanya contoh ptk taman kanak kanak ini teman teman bisa terbantu dalam menyusun ptk teman yang bersangkutan

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan karya ilmiah ini dapat terselesaikan pada waktunya.

Karya ilmiah yang berjudul “Penggunaan Buku Besar (Big Book) Dalam Mengembangkan Kemampuan Baca Tulis Anak Di Taman Kanak-Kanak……” ini, disusun untuk memenuhi persyaratan kenaikan golongan profesi guru dari IV/a ke IV/b.

Dalam penyusunan dan penyelesaian karya ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Yth. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten …2. Yth. Ketua PGRI Kabupaten …

3. Yth. Rekan-rekan Guru …

4. Semua pihak yang telah banyak membantu sehingga penulisan ini selesai

Peneliti menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat peneliti harapkan demi kesempurnaan penelitian ini dan demi penelitian yang akan datang.

……..…, Mei 200X

Peneliti

ABSTRAK

…, 200X. Penggunaan Buku Besar (Big Book) Dalam Mengembangkan Kemampuan Baca Tulis Anak Di Taman Kanak-Kanak……

Kata Kunci: belajar membaca, big book

Keberhasilan proses belajar mengajar di dalam kelas sangat ditentukan oleh strategi pembelajaran, bagaimanapun lengkap dan jelasnya komponen lain, tanpa diimplementasikan melalui strategi yang tepat, maka komponen-komponen tersebut tidak akan memiliki makna dalam proses pencapaian tujuan. Oleh karena itu setiap akan mengajar guru diharuskan untuk menerapkan strategi atau metode tertentu dalam pelaksanaan pembelajaran.

Penelitian ini berdasarkan permasalahan: (a) Jenis-jenis kegiatan apakah yang dapat dilakukan guru dalam pelaksanaan strategi Big Book …? (b) Bagaimana membuat Big Book yang sesuai dengan budaya dan perkembangan anak di Tama Kanak-Kanak Indonesia ……?(c) Bagaimana menerapkan model pengajaran Big Book tersebut di Taman Kanak-Kanak Indonesia ………….?.

Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah: mengembangkan model pengajaran berdasarkan strategi Big Book dan mencari alternatif penerapannya di Taman Kanak-Kanak Indonesia. Di samping itu tujuan lain dari penelitian ini adalah menambah alternatif media pengajaran bahasa yang sesuai dengan situasi dan kondisi Taman Kanak-Kanak Indonesia.

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi,

Page 7: PTK 1213

dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas … Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar.

Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (……) siklus II (…..)

Simpulan dari penelitian ini adalah model pembelajaran menggunkan big book dapat berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa taman kanak-kanak …. , serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran di taman kanak-kanak

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ……………………………………………………………………….

Lembar Pengesahan ……………………………………………………………………………………….

Kata Pengantar ……………………………………………………………………………………………..

Abstrak ……………………………………………………………………………………………………….

Daftar Isi ……………………………………………………………………………………………………..

Daftar Lampiran ……………………………………………………………………………………………

BAB  I       PENDAHULUAN ………………………………………………………………………..

1. Latar Belakang Masalah ……………………………………………………………2. Rumusan Masalah …………………………………………………………………….

3. Tujuan Penelitian ………………………………………………………………………

4. Kegunaan Penelitian ………………………………………………………………….

5. Batasan Masalah ……………………………………………………………..

BAB  II      TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………………..

1. Hakikat Pendidikan ………………………………………………………….2. Definisi Pembelajaran………………………………………………………..

3. Big Book ……………………………………………………………………….

BAB  III     METODOLOGI PENELITIAN ……………………………………………..

1. Tempat, Waktu, dan Subyek Penelitian ………………………………..

Page 8: PTK 1213

2. Rancangan Penelitian ………………………………………………………..

3. Alat Pengumpul Data ………………………………………………………..

4. Analisis Data …………………………………………………………………..

BAB  IV    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………………….

1. Hasil Penelitian dan Pembahasan………………………………………….

BAB  V      KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………………………

1. Kesimpulan …………………………………………………………………….2. Saran …………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………………

About these ads

Page 9: PTK 1213

KONSEP-KONSEP DASAR PENDIDIKAN ANAK USIA DINI 30/06/2010 Posted by ebekunt in Uncategorized. trackback

Oleh :

Kuntjojo

Pengertian dan Karakteristik Anak Usia Dini

Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 14).

Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 7). Usia dini merupakan usia di mana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Usia dini disebut sebagai usia emas (golden age). Makanan yang bergizi yang seimbang serta stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tersebut.

Ada berbagai kajian tentang hakikat anak usia dini, khususnya anak TK diantaranya oleh Bredecam dan Copple, Brener, serta Kellough (dalam Masitoh dkk., 2005: 1.12 – 1.13) sebagai berikut.

1. Anak bersifat unik.2. Anak mengekspresikan perilakunya secara relatif spontan.

3. Anak bersifat aktif dan enerjik.

4. Anak itu egosentris.

5. Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal.

6. Anak bersifat eksploratif dan berjiwa petualang.

7. Anak umumnya kaya dengan fantasi.

8. Anak masih mudah frustrasi.

9. Anak masih kurang pertimbangan dalam bertindak.

10. Anak memiliki daya perhatian yang pendek.

11. Masa anak merupakan masa belajar yang paling potensial.

Page 10: PTK 1213

12. Anak semakin menunjukkan minat terhadap teman.

Prinsip-prinsip Perkembangan Anak Usia Dini

Prinsip-prinsip perkembangan anak usia dini berbeda dengan prinsip-prinsip perkembangan fase kanak-kanak akhir dan seterusnya. Adapun prinsip-prinsip perkembangan anak usia dini menurut Bredekamp dan Coople (Siti Aisyah dkk., 2007 : 1.17 – 1.23) adalah sebagai berikut.

1. Perkembangan aspek fisik, sosial, emosional, dan kgnitif anak saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain.

2. Perkembangan fisik/motorik, emosi, social, bahasa, dan kgnitif anak terjadi dalam suatu urutan tertentu yang relative dapat diramalkan.

3. Perkembangan berlangsung dalam rentang yang bervariasi antar anak dan antar bidang pengembangan dari masing-masing fungsi.

4. Pengalaman awal anak memiliki pengaruh kumulatif dan tertunda terhadap perkembangan anak.

5. Perkembangan anak berlangsung ke arah yang makin kompleks, khusus, terorganisasi dan terinternalisasi.

6. Perkembangan dan cara belajar anak terjadi dan dipengaruhi oleh konteks social budaya yang majemuk.

7. Anak adalah pembelajar aktif, yang berusaha membangun pemahamannya tentang tentang lingkungan sekitar dari pengalaman fisik, social, dan pengetahuan yang diperolehnya.

8. Perkembangan dan belajar merupakan interaksi kematangan biologis dan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.

9. Bermain merupakan sarana penting bagi perkembangan social, emosional, dan kognitif anak serta menggambarkan perkembangan anak.

10. Perkembangan akan mengalami percepatan bila anak berkesempatan untuk mempraktikkan berbagai keterampilan yang diperoleh dan mengalami tantangan setingkat lebih tinggi dari hal-hal yang telah dikuasainya.

11. Anak memiliki modalitas beragam (ada tipe visual, auditif, kinestetik, atau gabungan dari tipe-tipe itu) untuk mengetahui sesuatu sehingga dapat belajar hal yang berbeda pula dalam memperlihatkan hal-hal yang diketahuinya.

12. Kondisi terbaik anak untuk berkembang dan belajar adalam dalam komunitas yang menghargainya, memenuhi kebutuhan fisiknya, dan aman secara fisik dan fisiologis.

Pendidikan Anak Usia Dini

Jalur Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini

Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Nomor 20 Tahun 2003 (Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional) Bab I Pasal 1 Ayat 14).

Dalam pasal 28 ayat 3 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudathul Athfal, atau bentuk lain yang sederajat.

Page 11: PTK 1213

Satuan Pendidikan Anak Usia Dini

Satuan pendidikan anak usia dini merupakan institusi pendidikan anak usia dini yang memberikan layanan pendidikan bagi anak usia lahir sampai dengan 6 tahun. Di Indonesia ada beberapa lembaga pendidikan anak usia dini yang selama ini sudah dikenal oleh masyarakat luas, yaitu:

Taman Kanak-kanak (TK) atau Raudhatul Atfal (RA)

TK merupakan bentuk satuan pendidikan bagi anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan bagi anak usia 4 sampai 6 tahun, yang terbagi menjadi 2 kelompok : Kelompok A untuk anak usia 4 – 5 tahun dan Kelompok B untuk anak usia 5 – 6 tahun.

Kelompok Bermain (Play Group)

Kelompok bermain berupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus program kesejahteraan bagi anak usia 2 sampai dengan 4 tahun (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 23)

Taman Penitipan Anak (TPA)

Taman penitipan anak merupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan non formal yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus pengasuhan dan kesejahteraan anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun. TPA adalah wahana pendidikan dan pembainaan kesejahteraan anak yang berfungsi sebagai pengganti keluarga untuk jangka waktu tertentu selama orang tuanya berhalangan atau tidak memiliki waktu yang cukup dalam mengasuh anaknya karena bekerja atau sebab lain (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 24).

Landasan Pendidikan Anak Usia Dini

Landasan Yuridis Pendidikan Anak Usia Dini

Dalam Amandemen UUD 1945 pasal 28 B ayat 2 dinyatakan bahwa ”Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.

Dalam UU NO. 23 Tahun 2002 Pasal 9 Ayat 1 tentang Perlindungan Anak dinyatakan bahwa ”Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasarnya sesuai dengan minat dan bakatnya”.

Dalam UU NO. 20 TAHUN 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1, Pasal 1, Butir 14 dinyatakan bahwa ”Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”. Sedangkan pada pasal 28 tentang Pendidikan Anak Usia Dini dinyatakan bahwa ”(1) Pendidikan Anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, (2) Pendidkan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidkan formal, non formal, dan/atau informal, (3) Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal: TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat, (4) Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan non formal: KB, TPA, atau bentuk lain yang sederajat, (5) Pendidikan usia dini jalur pendidikan informal: pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan, dan (6)

Page 12: PTK 1213

Ketentuan mengenai pendidikan anak usia dini sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.”

Landasan Filosofis Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memanusiakan manusia. Artinya melalui proses pendidikan diharapkan terlahir manusia-manusia yang baik. Standar manusia yang “baik” berbeda antar masyarakat, bangsa atau negara, karena perbedaan pandangan filsafah yang menjadi keyakinannya. Perbedaan filsafat yang dianut dari suatu bangsa akan membawa perbedaan dalam orientasi atau tujuan pendidikan.

Bangsa Indonesia yang menganut falsafah Pancasila berkeyakinan bahwa pembentukan manusia Pancasilais menjadi orientasi tujuan pendidikan yaitu menjadikan manusia indonesia seutuhnya.Bangsa Indonesia juga sangat menghargai perbedaan dan mencintai demokrasi yang terkandung dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang maknanya “berbeda tetapi satu.” Dari semboyan tersebut bangsa Indonesia juga sangat menjunjung tinggi hak-hak individu sebagai mahluk Tuhan yang tak bisa diabaikan oleh siapapun. Anak sebagai mahluk individu yang sangat berhak untuk mendaptkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Dengan pendidikan yang diberikan diharapkan anak dapat tumbuh sesuai dengan potensi yang dimilkinya, sehingga kelak dapat menjadi anak bangsa yang diharapkan. Bangsa Indonesia yang menganut falsafah Pancasila berkeyakinan bahwa pembentukan manusia Pancasilais menjadi orientasi tujuan pendidikan yaitu menjadikan manusia indonesia seutuhnya Sehubungan dengan pandangan filosofis tersebut maka kurikulum sebagai alat dalam mencapai tujuan pendidikan, pengembangannya harus memperhatikan pandangan filosofis bangsa dalam proses pendidikan yang berlangsung.

Landasan Keilmuan Pendidikan Anak Usia Dini

Konsep keilmuan PAUD bersifat isomorfis, artinya kerangka keilmuan PAUD dibangun dari interdisiplin ilmu yang merupakan gabungan dari beberapa displin ilmu, diantaranya: psikologi, fisiologi, sosiologi, ilmu pendidikan anak, antropologi, humaniora, kesehatan, dan gizi serta neuro sains atau ilmu tentang perkembangan otak manusia (Yulianai Nurani Sujiono, 2009: 10).

Berdasarkan tinjauan secara psikologi dan ilmu pendidikan, masa usia dini merupkan masa peletak dasar atau fondasi awal bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Apa yang diterima anak pada masa usia dini, apakah itu makanan, minuman, serta stimulasi dari lingkungannya memberikan kontribusi yang sangat besar pada pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa itu dan berpengaruh besar pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya.

Pertumbuhan dan perkembangan anak tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan perkembangan struktur otak. Dari segi empiris banyak sekali penelitian yang menyimpulkan bahwa pendidikan anak usia dini sangat penting, karena pada waktu manusia dilahirkan, menurut Clark (dalam Yuliani Nurani Sujono, 2009) kelengkapan organisasi otaknya mencapai 100 – 200 milyard sel otak yang siap dikembangkan dan diaktualisasikan untuk mencapai tingkat perkembangan optimal, tetapi hasil penelitian menyatakan bahwa hanya 5% potensi otak yang terpakai karena kurangnya stimulasi yang berfungsi untuk mengoptimalkan fungsi otak.

Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini

Secara umum tujuan pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Page 13: PTK 1213

Secara khusus tujuan pendidikan anaka usia dini adalah (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 42 – 43):

1. Agar anak percaya akan adanya Tuhan dan mampu beribadah serta mencintai sesamanya.

2. Agar anak mampu mengelola keterampilan tubuhnya termasuk gerakan motorik kasar dan motorik halus, serta mampu menerima rangsangan sensorik.

3. Anak mampu menggunakan bahasa untuk pemahaman bahasa pasif dan dapat berkomunikasi secara efektif sehingga dapat bermanfaat untuk berpikir dan belajar.

4. Anak mampu berpikir logis, kritis, memberikan alasan, memecahkan masalah dan menemukan hubungan sebab akibat.

5. Anak mampu mengenal lingkungan alam, lingkungan social, peranan masyarakat dan menghargai keragaman social dan budaya serta mampu mngembangkan konsep diri yang positif dan control diri.

6. Anak memiliki kepekaan terhadap irama, nada, berbagai bunyi, serta menghargai karya kreatif.

Prinsip-prinsip Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan anak usia dini pelaksanaannya menggunakan prinsip-prinsip (Forum PAUD, 2007) sebagai berikut.

Berorientasi pada Kebutuhan Anak

Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak. Anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik maupun psikis, yaitu intelektual, bahasa, motorik, dan sosio emosional.

Belajar melalui bermain

Bermain merupakan saran belajar anak usia dini. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan, dan mengambil kesimpulan mengenai benda di sekitarnya.

Menggunakan lingkungan yang kondusif

Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan belajar melalui bermain.

Menggunakan pembelajaran terpadu

Pembelajaran pada anak usia dini harus menggunakan konsep pembelajaran terpadu yang dilakukan melalui tema. Tema yang dibangun harus menarik dan dapat membangkitkan minat anak dan bersifat kontekstual. Hal ini dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas sehingga pembelajaran menjadi mudah dan bermakna bagi anak.

Mengembangkan berbagai kecakapan hidup

Mengembangkan keterampilan hidup dapat dilakukan melalui berbagai proses pembiasaan. Hal ini dimaksudkan agar anak belajar untuk menolong diri sendiri, mandiri dan bertanggungjawab serta memiliki disiplin diri.

Page 14: PTK 1213

Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar

Media dan sumber pembelajaran dapat berasal dari lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik /guru.

Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar

Pembelajaran bagi anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai dari konsep yang sederhana dan dekat dengan anak. Agar konsep dapat dikuasai dengan baik hendaknya guru menyajikan kegiatan–kegiatan yang berluang .

Referensi

Masitoh dkk. (2005) Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: 2005.

Patmonodewo, Soemiarti. (2003) Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Siti Aisyah dkk. (2007) Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sujiono, Yuliani Nurani. (2009) Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks.

UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Visimedia

About these ads