psychological well-being perawat yang bekerja di ......psychological well-being perawat yang bekerja...

69
Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur Tugas Akhir Disusun Oleh: Erlin Oktavia Tunliu 462014017 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2018

Upload: others

Post on 09-May-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja

di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa

Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur

Tugas Akhir

Disusun Oleh:

Erlin Oktavia Tunliu

462014017

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2018

Page 2: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

ii

Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja

di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa

Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur

Tugas Akhir

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam

memperoleh gelar sarjana keperawatan

Disusun Oleh:

Erlin Oktavia Tunliu

462014017

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2018

Page 3: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

iii

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Page 4: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES

Page 5: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

Page 6: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

vi

Page 7: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGASHALAMAN PENGESAHAN

Page 8: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas tuntunan tangan kasihnya

karya ilmiah tugas akhir ini boleh terselesaikan dengan baik.

Peneliti berharap dengan adanya tulisan ini dapat memberikan dampak

positif bagi setiap profesi perawat yang bertugas di puskesmas kota maupun

puskesmas desa dalam bekerja agar tetap dalam keadaan psikologis yang

sejahtera sehingga dalam pelayanannya dapat memberikan hasil yang maksimal

kepada pasien maupun diri sendiri.

Tugas akhir ini dapat terselesaikan juga tentunya atas dukungan dari

berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis berterimakasih kepada Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan dan juga Fakultas Teologi, Universitas Satya

Wacana yang selalu memberikan bimbingan hingga tugas akhir ini dapat

selesai. Penulis juga berterimakasih kepada tempat penelitian yaitu Puskesmas

Kota Soe dan Puskesmas Binaus, Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur

yang telah memberikan ruang dan kesempatan untuk dijadikan tempat

penelitian.

Tugas akhir yang dikerjakan sejak Agustus 2017 hingga November 2018

ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya.

Salatiga, 12 Desember 2018

Penulis.

Page 9: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

ix

DAFTAR ISI

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ..................................................................................................... iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES .......................................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ..................................................................................... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR ...................................................... vi

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ......................................................................................................................... viii

DAFTAR ISI .......................................................................................................................................... ix

Daftar Lampiran ...................................................................................................................................... x

Pendahuluan ............................................................................................................................................ 1

Metode .................................................................................................................................................... 4

Hasil ........................................................................................................................................................ 5

Pembahasan........................................................................................................................................... 11

Daftar Pustaka ....................................................................................................................................... 14

Lampiran...............................................................................................................................................22

Page 10: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

x

Daftar Lampiran

1. Surat ijin penelitian

2. Sertifikasi komisi etik

3. Panduan wawancara

4. Informed consent

5. Transkip wawancara

Page 11: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

1

Pendahuluan

Ryff (1989) mengemukakan kesejahteraan psikologis merupakan pencapaian dari

potensi psikologis individu dan ketika individu dapat menerima kelebihan dan kekurangan

diri, mempunyai tujuan hidup, memiliki relasi yang positif dengan orang lain, tidak

bergantung pada orang lain, dapat mengendalikan lingkungan dan terus bertumbuh secara

personal[1]. Ramos (2007) menyebutkan bahwa kesejaheraan psikologis merupakan keadaan

dimana individu memiliki hubungan yang harmonis dengan individu yang lain maupun dalam

suatu kelompok. Ketika seseorang memiliki psychological well-being atau kesejahteraan

yang tinggi maka hal itu juga akan terbawa pada perasaannya saat bekerja[2]. Penilaian

individu terhadap lingkungan kerja yang menyenangkan, memiliki tantangan serta menarik

menunjukkan bahwa individu merasakan kebahagiaan dan memiliki kinerja optimal (Wright

& Bonnet, 2007)[3].

Psychological well-being individu dipengaruhi oleh berbagai hal. Menurut penelitian

yang telah dilakukan oleh Anissa Fitriani (2016), Anita dan Winda Tanujaya (2014),

ditemukan berbagai faktor yang mempengaruhi psychological well-being individu. Faktor

tersebut adalah religiusitas, dukungan sosial keluarga serta ketidakpuasan kerja. Religiutas

dan kesejahteraan psikologis memiliki hubungan positif yang signifikan. Penelitian tersebut

menunjukkan tinggi atau rendahnya kesejahteraan psikologis dapat dilihat dari tinggi

rendahnya religiutas seseorang[4]. Selain itu, disebutkan bahwa ada hubungan positif antara

psychological well-being dengan dukungan dalam keluarga yaitu jika dukungan dari keluarga

rendah maka psychological well-being seorang individu juga akan rendah, begitupun

sebaliknya[5]. Faktor selanjutnya adanya hubungan positif yang rendah dalam kepuasan kerja

karyawan dengan kesejahteraan. Hal ini menandakan semakin seorang karyawan merasakan

kepuasan dalam pekerjaannya maka psychological well-being yang dimilikinya semakin

tinggi, dan juga sebaliknya[6].

Seorang perawat dalam pekerjaannya memiliki beban yang berat. Hal itu dikatakan

sebagai beban kerja, yaitu saat dimana individu diperhadapkan dengan tanggung jawab yang

harus diselesaikan pada batas waktu yang telah ditetapkan. Hasil penelitian yang dilakukan

Batuah, Haskas dan Latif (2012) terhadap beberapa perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit

Islam Faisal Makassar, didapatkan hasil jika adanya hubungan yang negatif antara beban

kerja yang berat pada kinerja perawat. Hal ini menunjukkan bahwa semakin diberikannya

beban kerja yang berat pada perawat maka perawat akan memberikan kinerja yang kurang

optimal[7]. Nelson, Boudrias, Brunet, Morin, Civita, Savoie dan Alderson (2014),

Page 12: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

2

menyatakan bahwa salah satu hal yang dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis

seseorang yaitu kondisi dalam bekerja yang tegang. Kesejahteraan psikologis yang kurang

baik pada perawat akan berpengaruh terhadap keselamatan pasien, kinerja dalam bekerja,

serta keuntungan dalam usaha pelayanan kesehatan[8]. Penelitian lain yang pada perawat di

rawat inap RSUD Undata Palu yang dilakukan oleh Sipatu (2013) dikatakan jika perawat

memiliki stress dalam pekerjaannya akan berpengaruh terhadap kinerjanya dengan sangat

signifikan, hal ini menujukkan bahwa tingkat stress yang makin tinggi menghasilkan kinerja

yang juga makin tinggi. Hal ini dapat terjadi karena kerjasama dengan rekan kerja yang baik,

dimana perawat saling mendukung, membantu dan memotivasi yang lain ketika

diperhadapkan dengan stress, sehingga meskipun perawat memiliki beban kerja yang cukup

tinggi mereka tetap berusaha untuk menyelesaikan pekerjaan dengan terus memberikan

pelayanan secara maksimal pada pasien[9].

Penelitian lain yang dilakukan oleh Malek, Mearns dan Filin (2010), ditemukan hasil

yang menyatakan bahwa stress pada pekerjaan memiliki hubungan yang signifikan serta

hubungan yang negatif dengan psychological well-being. Hal ini menunjukkan bahwa, jika

stress pada pekerjaan cukup tinggi maka psychological well-being akan menurun, begitu juga

sebaliknya[10]. Menurut Anatan (2009), stress memiliki pengaruh yang positif dan juga

negatif. Dampak yang negatif yaitu adanya gangguan terhadap mental individu baik kognitif

maupun perilakunya, atau bisa juga secara fisik yang mengganggu organ tubuh. Selain itu,

stres juga dapat berpengaruh negatif terhadap karir individu dikarenakan ada penurunan

stabilitas maupun imunitas sehingga individu akan terhambat karirnya, namun dilain sisi stres

juga dapat mempengaruhi perkembangan karir dikarenakan stressor dapat dipakai menjadi

motivator dalam memacu kinerja. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dampak stres

akan berpengaruh positif maupun negatif tergantung dari bagaiman individu merespon stres

yang ada[11].

Dalam kondisi diatas, sudah seharusnya penyedia layanan kesehatan yaitu rumah sakit

dan puskesmas bertanggung jawab terhadap tenaga kesehatannya khususnya perawat dalam

memberikan dukungan. Hal ini dikarenakan perawat merupakan ujung tombak pelayanan

kesehatan, yang jumlah waktu dan intensitas pekerjaannya relatif lebih banyak dibandingkan

tenaga kesehatan lainnya[12]. Oleh karena itu pelayanan yang diberikan oleh perawat akan

menjadi acuan baik buruknya suatu rumah sakit ataupun puskesmas[13].

Unit pelaksana yang dibuat oleh dinas kesehatan kabupaten untuk menjalankan tugas-

tugas pembangunan kesehatan yaitu puskesmas dimana perannya sangat penting dalam

pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam suatu kecamatan. Pada tahun 2014 jumlah

Page 13: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

3

puskesmas di Kabupaten Timor Tengah Selatan berjumlah 34 puskesmas yang tersebar di 32

kecamatan dan pada tahun 2015 jumlah Puskesmas menjadi 35 unit Puskesmas. Berdasarkan

survei tenaga kesehatan yang dilakukan oleh Bidang Umum dan Kepegawaian TTS pada

tahun 2015, rasio tenaga kesehatan per 100.000 penduduk yang tersebar di Kabupaten TTS

ditemukan bahwa rasio tertinggi adalah tenaga Bidan yaitu sebesar 52 per 100.000 penduduk

(standar: 75 per 100.000), tenaga perawat sebesar 46 per 100.000 penduduk (standar: 158 per

100.000) , tenaga sanitasi sebesar 12 per 100.000 penduduk (standar 15 per 100.000),

sedangkan untuk rasio terendah adalah tenaga dokter spesialis sebesar 1 per 100.000 dengan

standar penduduk 12 per 100.000)[14]. Data ini menunjukkan bahwa jumlah tenaga

kesehatan sangat kurang dalam melayani masyarakat. Berdasarkan penelitian Ihsan,

Mubasysyir dan Helly (2000) menyatakan beberapa hal yang terkait dengan kecukupan

jumlah tenaga kesehatan di Kota dan di Desa. Puskesmas yang berada di kota memiliki

tenaga kesehatan yang cukup dan lebih berkualitas dari pada puskesmas di desa, kecukupan

tenaga kesehatan ini berkaitan dengan lokasi serta letak geografis dari puskesmas[15]. Selain

itu ketidakseimbangan antara jumlah perawat dan masyarakat dapat menjadi beban kerja bagi

perawat dalam memberikan pelayanan. Menurut Abdillah (2011) dalam penelitiannya beban

kerja menjadi salah satu penyebab stress kerja yang signifikan terhadap perawat ruang rawat

inap di RSD. Dr. Soebandi Jember[16]. Hasil tersebut sejalan dengan pernyataan Haryanti

(2014), dijelaskan akibat buruk dari beban kerja yang meningkat adalah adanya emosi

perawat yang tidak sejalan dengan harapan [17].

Berdasarkan data dan hasil penelitian di atas, maka penulis berpikir bahwa penelitian

terkait psychological well-being perawat di Puskesmas belum banyak diteliti oleh peneliti

terdahulu. Penelitian ini perlu dilakukan mengingat psychological well-being merupakan hal

yang berpengaruh dalam pelayanan perawat kepada pasien seperti yang dinyatakan oleh

Nelson, Boudrias, Brunet, Morin, Civita, Savoie dan Alderson (2014), bahwa kesejahteraan

psikologis yang rendah pada perawat berpengaruh pada keselamatan pasien, keuntungan dari

unit pelayanan serta kualitas kinerja perawat. Peneliti memilih melakukan penelitian di

Kabupaten Timor Tengah Selatan mengingat bahwa perbandingan tenaga kesehatan yang

lebih kecil dibandingkan penduduk, maka perlu untuk dikaji bagaimana psychological well-

being perawat dalam keterbatasannya saat menghadapi penduduk/pasien dalam jumlah yang

banyak dimana hal tersebut dapat berpengaruh pada kondisi kesejahteraan psikologis

perawat. Penelitian ini untuk membandingkan perawat yang bekerja di Puskesmas di kota

dengan yang di desa. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan kondisi Puskesmas yang berada

di desa dengan Puskesmas yang di kota baik dari segi fasilitas, letak geografis serta jumlah

Page 14: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

4

penduduk dengan latar belakangnya masing-masing. Hal ini memungkinkan akan ada juga

tantangan serta masalah yang berbeda pula yang akan dihadapi oleh para perawat. Tantangan

yang dihadapi oleh para perawat akan berakibat pada psychological well-being yang berbeda

pula, perbedaan psychological well-being inilah yang perlu untuk dikaji oleh peneliti.

Tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan kesejahteraan psikologis perawat

yang bekerja di Puskesmas kota dan di Puskesmas desa.

Metode

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan tipe fenomenologi

deskriptif. Tipe penelitian ini berfokus pada pengalaman manusia, memberi perhatian kepada

makna dan kemunculannya serta fokus pada deskripsi dan relasi ketimbang hubungan timbal

balik dan interpretasi[18]. Desain studi menggunakan studi perbandingan atau comparative

study yang membandingkan dua atau lebih suatu kondisi, kejadian, kegiatan dan lainnya[19].

Pengumpulan data dilakukan melalui teknik wawancara terstruktur dan mendalam disertai

dengan observasi tingkah laku partisipan ketika diwawancarai. Observasi dalam hal ini ialah

pemilihan, pengubahan, pencatatan dan pengodean serangkaian perilaku dan suasana yang

sesuai dengan tujuan penelitian[20]. Wawancara dilakukan dengan pencatatan verbatim serta

alat perekam suara (voice recorder) [21].

Data dalam penelitian ini dianalisis melalui reduksi data yaitu semua data dari

lapangan disingkatkan, direduksi, dirangkum, dipilih dalam hal-hal yang pokok, difokuskan

hal pokok yang penting, dan diberi susunan secara sistematis. Tujuan dilakukan reduksi data

agar lebih mudah dikendalikan, mendapat gambaran yang lebih jelas terhadap data hasil

lapangan dan memudahkan peneliti untuk mencari kembali data jika dirasakan bahwa data

yang didapatkan masih kurang sehingga hasil penelitian dapat maksimal saat dibahas.

Partisipan adalah seseorang yang akan memberikan infomasi yang dibutuhkan oleh

peneliti. Dalam penentuan informan teknik yang digunakan peneliti yaitu purposive

sampling. Penentuan informan menggunakan teknik ini tidak berpatok pada kedudukan,

strata, wilayah maupun pedoman melainkan pada tujuan serta pertimbangan yang sesuai

dengan kebutuhan penelitian[22].

Partisipan yang diteliti yaitu perawat yang bekerja di Puskesmas kota dan perawat

yang bekerja di Puskesmas desa. Kriterianya adalah telah memiliki masa kerja selama lebih

dari dua tahun dan tidak pernah berganti puskesmas selama dua tahun tersebut serta berstatus

sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Puskesmas kota dan Puskesmas desa yang dijadikan

tempat penelitian didasarkan pada ketentuan peraturan Badan Pusat Statistik (BPS) tentang

Page 15: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

5

klasifikasi perkotaan dan perdesaan. Suatu wilayah dikategorikan perkotaan apabila

memenuhi kriteria dan klasifikasi wilayah perkotaan, begitu juga suatu wilayah dikatakan

perdesaan apabila status administrasi dari wilayah tersebut setingkat dengan desa maupun

kelurahan dan tidak atau belum memenuhi kriteria wilayah perkotaan[23]. Berdasarkan

klasifikasi tersebut maka Puskesmas kota yang menjadi tempat penelitian yaitu Puskesmas

Kota Soe yang diklasifikasikan sebagai daerah perkotaan, serta Puskesmas di Desa Binaus

yang diklasifikasikan sebagai daerah perdesaan.

Data yang didapatkan dalam penelitian ini perlu untuk diuji keabsahannya. Untuk

mencapai tingkat validitas data peneliti dapat menempuh cara-cara berikut, (1) ketekunan

pengamatan, dalam observasi, segala hal yang berkaitan dengan kondisi lingkungan fisik,

setting ruangan, dan perilaku yang ditunjukkan subjek selama melakukan aktivitas dicatat dan

didokumentasikan [24]. (2) Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

menggunakan pembanding[25]. (3) Member check dilaksanakan dengan responden diminta

untuk memberikan pendapat terhadap data, tafsiran dan kesimpulan setelah peneliti

membuatnya dalam bentuk laporan sehingga responden dapat mengklarifikasi data yang

sudah ada[21].

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

Timur pada Januari-April 2018.

Hasil

Hasil dari penelitian ini berdasarkan wawancara yang telah dilakukan kepada empat

orang partisipan yang terdiri dari dua orang perawat puskesmas kota Soe, yaitu Ny. AK

berusia 50 tahun, bekerja selama 13 tahun dan Ny. NS berusia 39 tahun dan bekerja selama

11 tahun. Untuk perawat yang bekerja di puskesmas desa Binaus yaitu Ny. ST berusia 30

tahun dan telah bekerja selama 4 tahun di puskesmas Binaus dan Ny. MN berusia 29 tahun

yang telah bekerja selama 2 tahun di puskesmas Binaus.

Menurut Ryff (dalam Allan Car, 2008) kesejahterann psikologis merupakan dorongan

dalam diri seseorang untuk menggali potensi diri secara keseluruhan. Kesejahteraan

psikologis individu dapat menjadi tinggi ketika dorongan yang ada menyebabkan individu

berusaha untuk memperbaiki keadaan hidupnya, sedangkan kesejahteraan psikologis dapat

juga menjadi rendah ketika individu pasrah terhadap dorongan (Ryff & Keyes, 1995) [26].

Kesejahteraan psikologis yang tinggi dimiliki oleh individu ketika individu dapat merakan

kepuasan dengan diri dan hidupnya, memiliki emosional yang positif, dapat melewati

pengalaman buruk, memiliki hubungan harmonis dengan sesama, dapat menentukan nasib

Page 16: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

6

sendiri, dapat mengatur dan mengontrol lingkungan sekitar, memiliki arah dan tujuan hidup

yang jelas dan dapat berkembang dari hari ke hari (Ryff, 1989).

Partisipan dari puskesmas kota dan puskesmas desa diberikan pertanyaan yang

berhubungan dengan keenam dimensi Psychological well-being sehingga diperoleh hasil

sebagai berikut :

1) Perawat Puskesmas Kota

a. Penerimaan diri

Partisipan menerima dan menilai serta mengevaluasi diri sendiri dengan segala keadaan

yang ada, baik sebagai ibu rumah tangga maupun sebagai perawat. Ia tidak pernah

kecewa dengan diri sendiri dan menyukai setiap hal yang ada dalam dirinya. Partisipan

juga memiliki hal positif dalam dirinya berupa sikap tenang saat melakukan pelayanan

pada pasien dan sikap bertanggung jawab yang selalu berpengaruh positif, yaitu adanya

hubungan yang baik dengan pasien dan pasien memperoleh kesembuhan. Berikut

ungkapan partisipan :

“Mm, paling saya suka itu a,, dalam pelayanan a,, keperawatan yang

diberikan kepada masyarakat itu, a,, selalu dilayani dengan apa

namanya, a,, tenang dan tidak marah-marah sehingga pasien juga

seperti a,, apa namanya, hubungan itu baik, bagus, saya senang dan

pasien yang dilayani juga a,, mengalami perubahan berupa

kesembuhan, ia.” (RP3)

“Tetap menerima karena kita dalam menjalankan tugas harus

profesional, (sambil tersenyum ke PL dan PK 1)”(RP4)

b. Hubungan positif dengan orang lain

Partisipan memiliki hubungan sosial yang baik dengan orang lain dilingkungan kerja.

Hal itu ditunjukkan dengan kepercayaan yang selalu didapatkan dari rekan kerja dalam

hal pengelolaan program kegiatan yang ada di puskesmas setiap tahun dan selalu

diminta konsultasi mengenai tugas keperawatan oleh perawat junior. Partisipan juga

mendapat kepercayaan dari pengunjung puskesmas saat partisipan melayani dan pasien

selalu merasa puas dan tidak pernah ada protes dari pasien atau keluarga pasien.

Berikut ungkapan partisipan:

“ia, sering mendapat kepercayaan karena terbukti mereka masih

percayakan kita pegang program yang begitu banyak, masih percaya

kita dari tahun ke tahun” (RP4)

“A,, sama, sama. Jadi pasien dari luar dengan kunjungan pasien e,

keluarga pasien itu mereka lebih senang ke puskesmas karena

pelayanannya cepat trus mereka katakan bahwa tidak tau lai meskipun

obat generiknya sama, tapi pelayanan disini obatnya lebih bagud

dibanding dengan dokter-dokter atau rumah sakit. Nah, makanya kami

Page 17: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

7

sering mengeluh kok pasien terlalu banyak, tapi mereka lebih senang

karena tepat waktu, nah seperti liat setenga delapan buka loket jam

lapan harus pelayanan, jadi kalau kita meninggalkan seperti hari ini

saya piket saya harus beritahu dengan teman loket dengan dokter di

poli.” (RP3)

c. Otonomi

Sebagai seorang perawat dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab partisipan

terkadang menemukan permasalahan namun partisipan tetap mampu untuk mengatasi

permasalahan yang ada dengan selalu berkonsultasi dengan kepala puskesmas dan juga

rekan kerja. Partisipan juga terkadang mendapat masukan atau kritik dari orang lain

namun partisipan memilih untuk menerima masukan yang dapat membangun diri

menjadi lebih baik. Berikut ungkapan partisipan:

“A,, dalam hal kalo ada kritikan ya, berkaitan dengan kelalaian kerja

saya, mungkin menerima, tetapi kritikan yang dalam hal seperti

mengacaukan otak saya, saya bantah, kerena pelayanan saya itu saya

yang layani sendiri bukan siapa-siapa, ia” (RP3)

d. Penguasaan lingkungan

Partisipan menyukai lingkungan kerjanya saat ini, baik lingkungan fisik maupun sosial.

Meskipun lingkungan kerja berada di tempat yang kurang strategis karena berlokasi di

jalan yang cukup sempit menuju pasar inpres yang tentunya akan selalu terdengar

bising karena lalu lalang kendaraan bermotor, namun partisipan tetap menerima dan

tidak merasa terganggu karena telah terbiasa sehingga tidak berpengaruh terhadap

kinerjanya dalam bekerja. Lingkungan sosial juga mendukung partisipan di dalam

bekerja seperti saat terjadi masalah di puskesmas dan RT setempat turut membantu

menyelesaikan masalah. Partisipan menerima pekerjaan dengan senang hati dan

bertanggung jawab sehingga tidak pernah ada keluhan dari pasien. Hal itu membuat

partisipan puas dengan pekerjaannya. Berikut ungkapan partisipan:

“Alasannya selama ini kami kalau tidak nyaman sering ya, ada pasien

begitu banyak tapi suara bising kendaraan bahkan masyarakat, ini kan

lingkungan pasar, tapi kita melayani dengan baik, tidak merasa

terganggu” (RP4)

e. Tujuan hidup dan harapan

Saat bekerja partisipan mengharapkan agar selalu ada kerja sama dengan rekan kerja

dan tidak ada keluhan tentang pekerjaan, sedangkan yang partisipan harapkan dari

pengunjung puskesmas yaitu pengunjung tetap percaya pada tim kesehatan puskesmas

kota Soe. Partisipan juga memiliki tujuan hidup yaitu untuk selalu menjalankan tugas

Page 18: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

8

dan tanggung jawabnya sebagai perawat dengan baik hingga masa pensiun. Sedangkan

dalam konteks keluarga, partisipan berharap agar kebutuhan dan kenyamanan dalam hal

ekonomi dapat terpenuhi. Secara pribadi partisipan juga berharap agar tetap bertahan

hingga mendapatkan cucu. Namun tujuan hidup yang dimiliki partisipan belum

semuanya tercapai karena adanya kendala dalam ekonomi keluarga dan kendala dalam

pekerjaan berupa fasilitas puskesmas yang kurang. Berikut ungkapan partisipan:

“a,, kalau dalam hal pekerjaan mungkin kendalanya kadang bekerja

dengan baik tapi, fasilitas yang kurang begitu, kalau di a,, rumah

tangga mungkin keinginannya tinggi begini, tapi ada kendala ada

masalah entah waktu atau keuangan, begitu. Tapi sejauh ini ya sudah

sesuai dengan kemampuan kami ya sudah rasa cukup” (RP4)

“Anak saya dua sudah a,, wisuda dan sudah dapat kerja, satu hampir

mau habis, satu masih SMP tetapi harapan saya yang terakhir itu saya

harus melihat anak cucu saya, menantu anak dan cucu” (RP3)

f. Pertumbuhan pribadi

Setelah beberapa tahun bekerja di puskesmas kota Soe, partisipan merasakan perubahan

yang positif dari dalam dirinya dengan mendapat pengalaman kerja yang baru saat

bekerja. Perubahan yang positif juga datang dari masukan dan kritikan dari rekan kerja

kepada partisipan. Partisipan juga merasa bahwa masih ada hal-hal dari dalam diri yang

perlu untuk ia perbaiki seperti bekerja lebih baik lagi dan lebih banyak beristirahat.

Berikut ungkapan partisipan:

“Mm,, dalam pelayanan sudah oke tetapi dalam hal pribadi saya yang

peru saya perbaiki tu yang seperti tadi saya bilang, saya butuh ekstra

seperti istirahat, rekreasi, sehingga saya tu tidak terbeban, saya

memang orang HT to jadi ia begitu sudah” (RP3)

2) Perawat Puskesmas Desa

a. Penerimaan diri

Partisipan menerima keadaan dirinya dengan sisi baik dan buruk yang dimiliki, baik

sebagai seorang ibu rumah tangga maupun seorang perawat, serta bersyukur untuk

keadaan dirinya. Hal tersebut membuat partisipan memiliki hal positif dalam diri yang

berpengaruh terhadap pekerjaannya. Hal positif tersebut yaitu partisipan optimis dan

bersemangat. Terdapat beberapa hal yang tidak disukai oleh partisipan dari dalam

dirinya, karena hal tersebut sering berpengaruh terhadap pekerjaan. Hal itu antara lain

sikap menunda pekerjaan yang akan mengakibatkan tertumpuknya pekerjaan dan juga

sifat tidak sabar yang mengakibatkan tidak maksimalnya hasil pekerjaan. Berikut

ungkapan partisipan :

Page 19: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

9

“A,, saya optimis, bersemangat, tidak a, apa e, saya suka

mengembangkan kreativitas pribadi, hobi, kemudian saya suka

menghabiskan waktu bersama keluarga di saat-saat liburan, atau saat-

saat setelah pulang dari kantor” (RP 2)

b. Hubungan positif dengan orang lain

Partisipan terbuka dalam bersosialisasi dengan rekan kerja maupun pengunjung

puskesmas, sehingga memiliki hubungan yang baik dengan orang lain dan sering

mendapatkan kepercayaan dari rekan kerja maupun pengunjung puskesmas.

Kepercayaan yang didapat partisipan dari rekan kerja yaitu diserahi tugas untuk

pengelolaan program kerja sedangkan kepercayaan dari pengunjung puskesmas yaitu

hal privasi pasien yang selalu dijaga partisipan. Berikut ungkapan partisipan :

“A,, Kepercayaan saat membantu tugas-tugas teman, kemudian a,,

kepercayaan dalam pengelolaan program, seperti imunisasi, itukan

salah satu kepercayaan dari kepala puskesmas dan juga dari teman-

teman.” (RP2)

“Misalnya rahasia pribadi mereka yang tidak perlu orang lain ketahui,

mereka biasa cerita” (RP1)

c. Otonomi

Partisipan mampu menjalankan kehidupannya namun tetap membutuhkan orang lain

dalam menghadapi tantangan maupun persoalan serta dalam menilai dan mengevaluasi

diri partisipan. Hal tersebut dikarenakan partisipan beranggapan bahwa ia manusia

biasa yang memiliki kekurangan dan tetap membutuhkan orang lain. Partisipan dalam

menjalankan tugas sering mendapat masukan serta kritikan dari orang lain dan

partisipan tetap menerima masukan dan kritikan tersebut, namun partisipan berusaha

untuk menyaring kritikan-kritikan yang bersifat negatif untuk tidak dipikirkan berlama-

lama. Berikut ungkapan partisipan:

“A,, bersikap positif, menerima dan menyaring mana yang membangun

dan mana yang kritikan yang bersifat a,, menjelek-jelekkan atau

negatif saya berusaha untuk tidak dipikirkan berlama-lama, berlarut-

larut” (RP2)

d. Penguasaan lingkungan

Penguasaan lingkungan dari partisipan yaitu ia memiliki usaha untuk memperbaiki

lingkungan kerja yang kurang nyaman contoh kecilnya memperhatikan meja kerjanya

untuk terus tertata rapi. Contoh lainnya untuk penguasaan lingkungan yaitu selalu

diadakannya pertemuan antara pihak puskesmas dengan pengurus desa serta tenaga

kesehatan dari masing-masing desa yang berada diwilayah kerja puskesmas Binaus,

untuk membicarakan kondisi kesehatan didesa masing-masing. Partisipan merasakan

Page 20: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

10

pekerjaannya dapat optimal jika ada dukungan dari rekan kerja serta masyarakat

sekitar. Berikut ungkapan partisipan:

“A,, Untuk contoh kecil seperti meja kerja ya usahanya ya usahakan

ruangan bersih, nyaman, meja kerja rapi, kemudian lingkungan rapi

otomatis kita juga nyaman saat bekerja.” (RP2)

“Usaha lain yang dilakukan dalam mengatasi kendala yang besar

yaitu kita bekerja sama dengan lintas sektor ya” (RP1)

“Lingkungan kerja yang ideal itu paling tidak ada posisi ruangan yang

juga memungkinkan, terus teman-teman kerja juga saling mendukung,

terutama juga lingkungan tempat kita bekerja, maksudnya lokasi atau

masyarakatnya bisa terima kita, saya rasa itu sudah cukup ideal.

Artinya dari, kalau kita punya teman, kalau lingkungan, kalau

masyarakat itu bisa terima kita, kita bisa bekerja dengan maksimal.”

(RP1)

e. Tujuan hidup dan harapan

Partisipan menilai bahwa setiap orang harus memiliki tujuan hidup sebagai acuan

dalam hidup. Tujuan hidupnya yaitu menginginkan hidup yang lebih nyaman dan

bahagia. Selain itu ia menginginkan dapat melanjutkan pendidikan ke S1, mampu

membahagiakan keluarga dan memiliki rumah pribadi. Dalam mencapai tujuan hidup

tersebut partisipan sering diperhadapkan dengan hambatan baik berupa permasalahan

ekonomi dalam keluarga maupun persoalan dalam pekerjaan. Partisipan dalam

mengtasi hambatan yaitu dengan bekerja lebih baik dan lebih fokus terhadap tujuan

hidup. Berikut ungkapan partisipan:

“Tujuan hidupnya saya itu, supaya saya bisa hidup lebih nyaman

dengan keluarga dan hidup bahagia sampai tua.” (RP1)

“Tujuan hidup saya adalah, em,, saya bisa membahagiakan keluarga,

aa, saya bisa membahagiakan keluarga, kemudian cita-cita saya

tercapai,aa, hubungan saya baik dengan orang lain, tidak muluk-muluk

itu sa” (RP2)

f. Pertumbuhan pribadi

Partisipan menerima setiap tanggung jawab yang diberikan baik sebagai perawat yang

memberikan perawatan pada pasien maupun sebagai perawat yang mengelola program

kerja puskesmas. Dalam menjalankan tanggung jawab partisipan terkadang mengeluh

namun tetap bersyukur sehingga dapat bekerja dengan optimal. Pekerjaan yang

dijalankan dengan optimal tersebut membuat partisipan merasakan pengaruh yang

positif dalam diri, seperti menjadi lebih baik dalam bekerja, lebih dewasa, serta

keterampilan sebagai perawat meningkat. Partisipan juga terbuka terhadap setiap

kritikan yang membangun dirinya menjadi lebih baik. Berikut ungkapanpartisipan :

Page 21: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

11

“A, menurut saya sudah bisa optimal karena saya sudah bekerja sesuai

denga profesi saya, tanggung jawab saya sebagai seorang perawat

sudah saya laksanakan. Perubahan yang dirasakan saya lebih baik

dalam bekerja, lebih, lebih dewasa, trus a apa, ketrampilan dalam

bekerja kira-kira mungkin bisa bertambah” (RP1)

Pembahasan

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kesejahteraan psikologis perawat

puskesmas kota dan puskesmas desa dikatakan sejahtera berdasarkan teori enam dimensi

kesejahteraan psikologis dari Ryff (dalam Ryff 1989 dan Ryff and Keyes 1995) dimana

partisipan dapat menerima diri, memiliki hubungan yang positif dengan sesama, mandiri

(otonomi), menguasai lngkungan, memiliki tujuan hidup dan bertumbuh secara pribadi

[26].

Individu dikatakan memiliki psychological well-being yang baik dalam penerimaan

diri, ditunjukkan dengan sikap positif yaitu tidak menolak keadaan diri saat ini sehingga

terus menerima kelebihan dan kelemahan yang ada pada diri individu. Sedangkan,

individu dengan kesejahteraan psikologis yang kurang akan menunjukkan ketidakpuasan

pada dirinya dan terus kecewa dengan kehidupannya di masa lalu (Nenny, 2015) [27].

Dimensi penerimaan diri menjadi salah satu karakter individu dimana terus diterapkannya

penerimaan diri yang apa adanya, menjadikan pelayanan yang tinggi pada individualitas

serta keadaan diri yang unik (Lourista, 2017)[28]. Penerimaan diri juga menekankan

bagaimana menerima diri tanpa perasaan bersalah, cemas dan marah. Dalam mencapai hal

tersebut seorang individu harus memiliki suasana hati yang senang dalam berkativitas

sehari-hari sehingga dapat mencapai kepuasan diri dari perannya. Saat individu merasakan

ketidakpuasan dalam diri dalam menjalankan perannya maka kesehatan psikologisnya

secara cepat atau lambat akan terpengaruh (Irnawati, 2008)[29].

Aspek berikutnya dalam psychological well-being yaitu aspek hubungan positif dengan

orang lain. Partisipan memiliki hubungan yang baik dengan rekan kerja serta pengunjung

puskesmas hal itu dibuktikan dengan partisipan terus mendapatkan kepercayaan dari rekan

kerja maupun pengunjung puskesmas. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Shiren (2017) menyatakan bahwa rata-rata responden yang mengalami perasaan

positif merupakan responden dalam usia produktif yang selalu menghabiskan waktu

dengan melakukan kegiatan-kegiatan positif dengan orang-orang disekitar responden[30].

Penelitian lain juga menunjukkan bahwa hubungan sosial adalah faktor yang sangat

dominan dalam memunculkan kebahagiaan seorang individu (Efilda, 2014)[31]. Aspek

Page 22: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

12

hubungan positif dengan orang lain sangatlah penting karena dengan adanya hubungan

yang positif dengan penuh kepercayaan pada orang lain menunjukkan bahwa individu

memiliki rasa kepedulian pada kesejahteraan sesama, memiliki empati, dan mengerti

prinsip saling memberi dan menerima dalam menjalin hubungan dengan (Fransisca, 2005).

Aspek ketiga psychological well-being yaitu otonomi atau kemandirian individu.

Partisipan mampu untuk menjalankan kehidupannya dengan tetap memperhatikan

masukan dan kritikan yang membangun diri menjadi lebih baik, hal ini menunjukkan

bahwa otonomi dari partisipan masih kurang. Fransisca (2005) menegaskan aspek mandiri

berhubungan dengan keadaan sendiri yang memiliki tanda utama yang mandiri sehigga

mampu bertahan dalam menghadapi tekanan sosial, mampu mengatur sikap diri sendiri

dan mampu mengevaluasi diri. Namun, otonomi tidak dapat disamakan dengan antisosial

melainkan sikap diri yang memiliki standar dan tidak terpengaruh dengan orang lain

(Meithy, 2017)[32].

Aspek penguasaan lingkungan berdasarkan penelitian Nenny (2015) dikatakan

penguasaan lingkungan mampu mengendalikan aktivitas diluar yang tidak sama dengan

lingkungannya, termasuk mengendalikan keadaann sehari-hari. Individu digolongkan

memiliki kesejahteraan psikologis yang baik ketika dalam penguasaann lingkungan ia

dapat memilih, menciptakan serta mengelola keadaan sekitar sehingga dapat sesuai dengan

keadaan psikologisnya dalam hal pengembangan diri (Meithy, 2017). Partisipan dalam hal

ini mampu untuk mengendalikan lingkungan yang kurang nyaman serta mampu untuk

menyesuaikan diri dengan lingkungan sehingga pekerjaan yang dilaksanakan tetap

berjalan dengan baik. Dalam pembahasan penguasaan lingkungan, Buhler (dalam Ryff

1989) juga menyatakan bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk mengubah dunia

disekelilingnya melalui aktifitas fisik ataupun mental. Meithy (2017) menyimpulkan

perspektif ini menyatakan bahwa partisipan aktif dan penguasaan lingkungan merupakan

hal yang penting bagi seseorang individu untuk dapat berfungsi secara maksimal.

Aspek selanjutnya yang menunjang psychological well-being seseorang yaitu tujuan

hidup. Baik perawat puskesmas kota maupun puskesmas desa sama-sama memiliki tujuan

hidup yang belum tercapai dan sedang berusaha untuk mencapai tujuan hidup yang

dimiliki. Aspek yang sangat penting untuk dikatakan seorang individu memiliki

kesejahteraan psikologis yang baik adalah ketika ia memiliki tujuan hidup dalam

karakteristiknya (Lourista, 2017)[28]. Seorang individu yang berkeyakinan dalam

memberikan tujuan dan sasaran hidup, akan merasakan arti dari kehidupan yang

dijalaninya dimasa lalu pada kehidupannya saat ini (Ryff and Keyes, 1995).

Page 23: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

13

Pertumbuhan pribadi merupakan aspek terakhir dari psychological well-being.

Partisipan perawat puskesmas desa dan puskesmas kota mengatakan bahwa mereka

merasakan perubahan positif dalam diri mereka setelah beberapa tahun bekerja

dipuskesmas. Perubahan positif dalam diri partisipan menunjukkan bahwa partisipan

memiliki psychological well-being yang tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan Riny (2014) menyatakan bahwa subjek penelitian memiliki psycholgical wel-

being yang tinggi berdasarkan aspek pertumbuhan pribadi dimana subjek memiliki

keinginan untuk terus berkembang, terbuka terhadap hal baru, mampu melihat kemajuan

dalam diri dari waktu ke waktu dan memilih untuk terus berkembang, tidak berada pada

satu keadaan yang tetap dimana seluruh masalah teratasi[33]. Hasil penelitian ini

menjawab teori Meithy (2017) mengatakan individu yang memiliki pertumbuhan pribadi

yang baik ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan dalam diri individu, menilai diri

sebagai seseorang yang mampu berkembang, tidak menutup diri terhadap pengalaman

baru, dapat menggunakan potensi dalam diri dengan maksimal, merasakan pertumbuhan

dalam diri berdasarkan tingkah laku, dan mampu untuk menjadi individu yang lebih

efektif serta bertambah dalam pengetahuan[34].

Hasil dari penelitian juga menunjukkan bahwa partisipan puskesmas kota dan desa

memiliki kinerja yang optimal, dimana partisipan selalu dipercayakan mengelola program

kerja puskesmas dan juga terus mendapatkan kepercayaan pasien, hal ini menunjukkan

partisipan memiliki kinerja optimal. Kinerja yang optimal dari partisipan di puskesmas

kota dan puskesmas desa menunjukkan psychological well-being yang tinggi sesuai

dengan teori Wright and Bonnert (2007), bahwa ketika seseorang memiliki psychological

well-being atau kesejahteraan yang tinggi maka hal itu juga akan terbawa pada

perasaannya saat bekerja, individu saat menerima lingkungannya dengan penuh tantangan,

menarik dan menyenangkan dapat dikatakan individu tersebut bahagia dengan

kehidupannya ditandai dengan optimal dalam kinerjanya[35].

Kesimpulan dan Saran

Penelitian ini menyimpulkan bahwa, lokasi pekerjaan, baik itu kota maupun desa

tidak memberi perbedaan bagi perawat dalam hal mengalami sejahtera. Semua partisipan

penelitian ini sama-sama mengalami sejahtera sebagaimana dengan teori Ryff tentang

enam dimensi psychological well-being.

Saran untuk peneliti selanjutnya dalam pengambilan data lebih mendalam saat

wawancara dan pengamatan lingkungan partisipan.

Page 24: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

14

Daftar Pustaka

[1] Ryff. Happiness is Everything, or is it ? Explorations on the Meaning of Psychological

Well-being. Journal of Personality and Social Psychology.1989s

[2] Ramos. In the eye of the beholder: Implicit theories of happiness among Filipino

adolescents. Philippine Journal of Counseling Psychology. 2007

[3] Wright & Bonnet. Job Satisfaction and Psychological WellBeing as Nonaddictive

Predictors of Workplace Turnover. Journal of Management. 2007

[4] Annisa, Fitriani. Peran Religiusitas Dalam Meningkatkan Psychological Well Being.

Al-AdYaN/Vol.XI, No.1/Januari-Juni.2016

[5] Anita Cresentiana Linda Yosephin. Jurnal: Kesejahteraan Psikologis Ditinjau dari

Dukungan Sosial Keluarga

[6] Winda Tanujaya. Hubungan Kepuasan Kerja Dengan Kesejahteraan Psikologis

(Psychological Well Being) Pada Karyawan Cleaner (Studi Pada Karyawan Cleaner

Yang Menerima Gaji Tidak Sesuai Standar Ump Di Pt. Sinergi Integra Services,

Jakarta). Jurnal Psikologi Volume 12 Nomor 2. 2014

[7] Batuah N., Latif A., & Haskas Y. Hubungan beban kerja perawat terhadap kinerja

perawat pelaksana dalam pemberian pelayanan kesehatan di ruang rawat inap Rumah

Sakit Islam Faisal Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan. DIAGNOSIS. 2012

[8] Nelson, K., Boudrias, J. S., Brunet, L., Morin, D., Civita, M. D., Savoie, A., &

Alderson, M. Authentic leadership and psychological well-being at work of nurses: The

mediating role of work climate at the individual level of analysis.2014

[9] Sipatu, L. Pengaruh motivasi, lingkungan kerja dan stres kerja terhadap kinerja

perawat di ruang rawat inap RSUD Undata Palu. Jurnal Katalogis. 2013

[10] Malek, M. D. A., Mearns, K. & Flin, R. Stress and psychological well-being in uk and

malaysian fire fighters. Cross Cultural Management: An International Journal. 2010

[11] Anatan, L. Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Bisnis Modern. Bandung:

ALFABETA. 2009

Page 25: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

15

[12] Simbolon, Rosmida. Pengaruh Budaya Organisasi terhadapkinerja Perawat Pelaksana.

2012

[13] Aditama TY. Manajemen Administrasi Rumah Sakit, Edisi kedua, Jakarta: Universitas

Indonesia Press. 2002

[14] Dinas Kesehatan Kab.TTS. Profil Dinas Kesehatan Kab.TTS 2015. Soe : Dinas

Kesehatan. 2016

[15] Ihsan Huasin, Mubasysyir Hasanbari, Helly Soetjipo. Kualitas dan Kuantitas Tenaga

Puskesmas; Studi Distribusi Desa-Kota dan Regional Analisis Data SAKERTI. 2000

[16] Abdillah, I. P. Hubungan beban kerja dengan stress kerja pada perawat di ruang rawat

inap RSD Dr. Soebandi Jember. Skripsi. Jember: Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Jember. 2011

[17] Ambarwati, D. Pengaruh beban kerja terhadap stres perawat igd dengan dukungan

sosial sebagai variabel moderating (studi pada RSUD Dr. Kariadi Semarang). Skripsi.

Semarang: Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. 2014

[18] Langdridge, D. Phenomenological Psychology: Theory, Researh and Method. England

: Pearson Education Limited. 2007

[19] Sukmadinata, Nana Syodih. Metode penelitian pendidikan. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya. 2012

[20] Hasan, M. Iqbal. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya,

Indonesia, Bogor: Ghalia. 2002

[21] Sugiyono. Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D.

Bandung: ALFABETA. 2007

[22] Sugiyono. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: ALFABETA.

2012

[23] Peraturan Badan Pusat Statistik no.37 tentang Klasifikasi Perkotaan dan Perdesaan di

Indonesia. Buku 3; Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua.

Jakarta: Badan Pusat Statistik. 2010

Page 26: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

16

[24] Sugiyono. Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D.

Bandung: ALFABETA. 2007

[25] Moleong, Lexy J. Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2007

[26] Ryff, C.D & Keyes C. L. M. The structure of psychologicl wellbeing revisited. Journal

of Personality and Social Psychology. 1995

[27] Neny Simarmat. Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Well-Being Perawat in PT Intan

Havea Industri, Medan. Medan : Jurnal Fakultas Psikologi, HKBP Nomensen. Vol.1

No.1. 2015

[28] Laurista Sahusilawane, Yulius Yusak Ranimpi & Desi. Hubungan antara pshychologial

well-being perawat dengan psychological well-being pasien anak. Jurnal Keperawatan

Muhammadiyah 2(2). 2017

[29] Irnawati. Hubungan antara konsep diri dengan perilaku melayani pada perawat di

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah. Semarang: Roemani. 2008

[30] Desi, Shiren J.T, Simon P.S. Well-being: Studi sosiodemografi di Ambon. Jurnal

Keperawatan Muhammadiyah 2(2). 2017

[31] Efilda D, Lestari Y.I, Diamera A, Angreani R, Islami S. Hubungan baik dengan orang

yang signifikan dan kontribusinya terhadap kebahagiaan remaja Indonesia. Jurnal

Psikologi, 10 (2). 2014

[32] Meithy, Ranchia. Gambaran kesejahteraan psikologis pada remaja laki-laki di SMA

Negeri Se-DKI Jakarta. Jurnal Bimbingan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan,

Universitas Negeri Jakarta. 2017

[33] Riny Indryawati. Kesejahteraan psikologi guru yang mendapat sertifikasi. Fakultas

psikologi Gunadarma. Jurnal Psikolog Volume 7, No. 2 Desember. 2014

[34] Meithy, Ranchia. Gambaran kesejahteraan psikologis pada remaja laki-laki di SMA

Negeri Se-DKI Jakarta. Jurnal Bimbingan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan,

Universitas Negeri Jakarta. 2017

[35] Wright & Bonnet. Job Satisfaction and Psychological WellBeing as Nonaddictive

Predictors of Workplace Turnover. Journal of Management.2007

Page 27: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

17

Lampiran 1. Surat ijin penelitian

Page 28: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

18

Lampiran 2. Persetujuan komisi etik

Page 29: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

19

Lampiran 3. Panduan wawancara

PERTANYAAN PENELITIAN SAAT WAWANCARA

Enam dimensi psychological well-being menurut Ryff :

1. Penerimaan diri

Defenisi :

Penerimaan diri yang dimaksud adalah kemampuan seseorang menerima dirinya

secara keseluruhan baik pada masa kini dan masa lalunya. Seseorang yang menilai

positif diri sendiri adalah individu yang memahami dan menerima berbagai aspek diri

termasuk di dalamnya kualitas baik maupun buruk, dapat mengaktualisasikan diri,

berfungsi optimal dan bersikap positif terhadap kehidupan yang dijalaninya.

Sebaliknya, individu yang menilai negatif diri sendiri menunjukkan adanya

ketidakpuasan terhadap kondisi dirinya, merasa kecewa dengan apa yang telah terjadi

pada kehidupan masa lalu, bermasalah dengan kualitas personalnya dan ingin menjadi

orang yang berbeda dari diri sendiri atau tidak menerima diri apa adanya

Pertanyaan :

Bagaimana partisipan menilai dirinya sendiri?

Apa yang mempengaruhi penilaian tersebut? Mengapa?

Apakah ada hal-hal yang tidak disukai dari diri partisipan?

Apa yang mempengaruhi hal-hal tersebut tidak disukai? Mengapa?

Apa hal yang paling disukai partisipan dari dirinya?

Apa yang mempengaruhi hal tersebut disukai? Mengapa?

Apakah hal yang disukai dan tidak disukai dalam diri partisipan berpengaruh

kepada pekerjaan?

Bagaimana pengaruh dari hal-hal tersebut?

Bagaimana partisipan mengaktualisasikan hal-hal positif dalam diri partisipan

dalam kehidupan sehari hari?

Apakah hal-hal positif tersebut berfungsi secara optimal saat diterapkan?

Bagaimana partisipan menghadapi setiap persoalan maupun tugas dalam

pekerjaan?

Apakah partisipan menerima setiap pekerjaan ataukah sering mengeluh dalam

menghadapinya? Mengapa?

Apakah partisipan merasa sudah puas dengan keadaan partisipan yang sekarang

ini? Mengapa?

Apakah partisipan pernah atau sedang merasa tidak menerima keadaan diri

sendiri dan ingin menjadi orang lain? Mengapa?

Apakah partisipan pernah merasa kecewa dengan diri partisipan sendiri yang

diakibatkan oleh kejadian masa lalu?

2. Hubungan positif dengan orang lain

Page 30: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

20

Defenisi :

Hubungan positif yang dimaksud adalah kemampuan individu menjalin hubungan

yang baik dengan orang lain di sekitarnya. Individu yang tinggi dalam dimensi ini

ditandai dengan mampu membina hubungan yang hangat dan penuh kepercayaan dari

orang lain. Selain itu, individu tersebut juga memiliki kepedulian terhadap

kesejahteraan orang lain, dapat menunjukkan empati, afeksi, serta memahami prinsip

memberi dan menerima dalam hubungan antarpribadi. Sebaliknya, individu yang

rendah dalam dimensi hubungan positif dengan orang lain, terisolasi dan merasa

frustasi dalam membina hubungan interpersonal, tidak berkeinginan untuk

berkompromi dalam mempertahankan hubungan dengan orang lain.

Pertanyaan :

Bagaimana hubungan partisipan dengan rekan kerja?

Bagaimana hubungan partisipan dengan pengunjung puskesmas?

Apakah partisipan terbuka untuk bersosialisasi dengan rekan kerja?

Apakah partisipan terbuka untuk bersosialisasi dengan pengunjung puskesmas?

Jika tidak terbuka, mengapa?

Apakah partisipan sering mendapat kepercayaan dari rekan kerja?

Kepercayaan seperti apa yang didapatkan dari rekan kerja?

Apakah partisipan sering mendapat kepercayaan dari pengunjung puskesmas?

Kepercayaan seperti apa yang didapatkan dari pengunjung puskesmas?

Bagaimana respon partisipan ketika mendapati rekan kerja yang sedang

kesusahan?

Apa yang dirasakan partisipan ketika mendapati rekan kerja yang sedang

kesusahan?

Bagaimana respon partisipan ketika mendapati pengunjung puskesmas yang

sedang kesusahan?

Apa yang dirasakan partisipan ketika mendapati pengunjung puskesmas yang

sedang kesusahan?

Apakah ada hal yang tidak diinginkan terjadi ketika partisipan menjalin hubungan

positif dengan rekan kerja?

Apakah ada hal tidak diinginkan terjadi ketika partisipasn menjalin hubungan

positif pengunjung puskesmas?

Apa yang diharapkan partisipan ketika menjalin hubungan yang positif dengan

rekan kerja?

Apa yang diharapkan partisipan ketika menjalin hubungan positif dengan

pengunjung puskesmas?

Jika tidak mengharapakan apa-apa, mengapa?

Apakah partisipan sering menutup diri untuk bersosialisasi dengan orang lain?

Mengapa partisipan menutup diri?

3. Otonomi

Defenisi :

Page 31: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

21

Otonomi digambarkan sebagai kemampuan individu untuk bebas namun tetap mampu

mengatur hidup dan tingkah lakunya. Individu yang memiliki otonomi yang tinggi

ditandai dengan bebas, mampu untuk menentukan nasib sendiri (self-determination)

dan mengatur perilaku diri sendiri, kemampuan mandiri, tahan terhadap tekanan

sosial, mampu mengevaluasi diri sendiri, dan mampu mengambil keputusan tanpa

adanya campur tangan orang lain. Sebaliknya, individu yang rendah dalam dimensi

otonomi akan sangat memperhatikan dan mempertimbangkan harapan dan evaluasi

dari orang lain, berpegangan pada penilaian orang lain untuk mmembuat keputusan

penting, serta mudah terpengaruh oleh tekanan sosial untuk berpikir dan bertingkah

laku dengan cara-cara tertentu.

Pertanyaan :

Apa saja masalah yang paling sering muncul saat partisipan bekerja?

Saat menghadapi masalah ditempat kerja tersebut apakah partisipan lebih

memilih untuk berbagi dan meminta bantuan orang lain ataukah partisipan

memilih menyelesaikann sendiri?

Mengapa partisipan lebih memilih untuk menyelesaikan masalah sendiri?

Ketika diperhadapkan dengan masalah dan partisipan mendapat masukan atau

kritikan dari orang lain bagaimana perasaan partisipan?

Ketika diperhadapkan dengan masalah dan partisipan mendapat masukan atau

kritik dari orang lain bagaimana sikap partisipan?

Apakah partisipan terbuka terhadap masukan dan kritikan dari orang lain?

Mengapa?

Menurut partisipan apa itu tanggung jawb terhadap diri sendiri?

Apakah partisipan merasa telah bertanggung jawab terhadap diri sendiri?

Mengapa partisipan merasa belum atau telah bertanggung jawab terhadap diri

sendiri?

Saat dihadapkan dengan persoalan ditempat kerja bagaimana partisipan

menanggapi masalah tersebut dan bagaimana mengatasinya?

Apakah partisipan mampu untuk bertahan dengan tekanan sosial yang ada?

Mengapa?

Apakah partisipan mampu untuk menilai dan mengevaluasi diri sendiri?

Bagaimana penilaian partisipan terhadap kondisi partisipan yang sekarang ini?

Apakah ada hal-hal yang menurut partisipan perlu untuk diperbaiki dari dalam

diri partisipan?

Hal apakah yang perlu diperbaiki?

Bagaimana cara partisipan untuk memperbaiki diri partisipan menjadi lebih baik?

Jika partisipan merasa tidak ada yang perlu diperbaiki apakah alasannya?

4. Penguasaan lingkungan

Defenisi :

Penguasaan lingkungan digambarkan dengan kemampuan individu untuk mengatur

lingkungannya, memanfaatkan kesempatan yang ada di lingkungan, menciptakan, dan

mengontrol lingkungan sesuai dengan kebutuhan. Individu yang tinggi dalam dimensi

Page 32: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

22

penguasaan lingkungan memiliki keyakinan dan kompetensi dalam mengatur

lingkungan. Ia dapat mengendalikan aktivitas eksternal yang berada di lingkungannya

termasuk mengatur dan mengendalikan situasi kehidupan sehari-hari, memanfaatkan

kesempatan yang ada di lingkungan, serta mampu memilih dan menciptakan

lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan pribadi. Sebaliknya individu yang memiliki

penguasaan lingkungan yang rendah akan mengalami kesulitan dalam mengatur

situasi sehari-hari, merasa tidak mampu untuk mengubah atau meningkatkan kualitas

lingkungan sekitarnya serta tidak mampu memanfaatkan peluang dan kesempatan diri

lingkungan sekitarnya.

Pertanyaan :

Bagaimana pandangan partisipan kepada lingkungan kerja?

Apakah partisipan merasa terganggu pekerjaannya ketika diperhadapkan dengan

keadaan sekitar yang tidak nyaman?

Mengapa partisipan merasa terganggu?

Apakah ada usaha dari partisipan untuk memperbaiki lingkungan yang kurang

nyaman?

Seperti apa usaha yang dilakukan partisipan untuk memperbaikinya?

Saat terjadi permasalahan di lingkungan kerja dan permasalahan tersebut tidak

melibatkan partisipan, bagaimana tanggapan partisipan?

Bagaimana lingkungan kerja yang ideal menurut partisipan?

Mengapa lingkungan seperti yang dijelaskan partisipan dianggap ideal?

5. Tujuan hidup

Defenisi :

Tujuan hidup memiliki pengertian individu memiliki pemahaman yang jelas akan

tujuan dan arah hidupnya, memegang keyakinan bahwa individu mampu mencapai

tujuan dalam hidupnya, dan merasa bahwa pengalaman hidup di masa lampau dan

masa sekarang memiliki makna. Individu yang tinggi dalam dimensi ini adalah

individu yang memiliki tujuan dan arah dalam hidup, merasakan arti dalam hidup

masa kini maupun yang telah dijalaninya, memiliki keyakinan yang memberikan

tujuan hidup serta memiliki tujuan dan sasaran hidup. Sebaliknya individu yang

rendah dalam dimensi tujuan hidup akan kehilangan makna hidup, arah dan cita-cita

yang tidak jelas, tidak melihat makna yang terkandung untuk hidupnya dari kejadian

di masa lalu, serta tidak mempunyai harapan atau kepercayaan yang memberi arti

pada kehidupan.

Pertanyaan :

Apa tujuan hidup menurut partisipan?

Apakah menurut partisipan setiap orang harus memiliki tujuan hidup? Mengapa?

Apa tujuan hidup partisipan? Apakah tujuan tersebut sudah tercapai?

Jika partisipan merasa belum mencapai tujuan hidup, apakah kendala yang

menghambat partisipan?

Dalam mencapai tujuan hidup apa yang dilakukan oleh partisipan?

Apa kendala yang paling sering muncul saat partisipan berusaha mencapai tujuan

hidup?

Page 33: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

23

Bagaimana cara partisipan mengatasi kendala tersebut?

6. Pertumbuhan pribadi

Defenisi :

Individu yang tinggi dalam dimensi pertumbuhan pribadi ditandai dengan adanya

perasaan mengenai pertumbuhan yang berkesinambungan dalam dirinya, memandang

diri sebagai individu yang selalu tumbuh dan berkembang, terbuka terhadap

pengalaman-pengalaman baru, memiliki kemampuan dalam menyadari potensi diri

yang dimiliki, dapat merasakan peningkatan yang terjadi pada diri dan tingkah

lakunya setiap waktu serta dapat berubah menjadi pribadi yang lebih efektif dan

memiliki pengetahuan yang bertambah. Sebaliknya, individu yang memiliki

pertumbuhan pribadi rendah akan merasakan dirinya mengalami stagnasi, tidak

melihat peningkatan dan pengembangan diri, merasa bosan dan kehilangan minat

terhadap kehidupannya, serta merasa tidak mampu dalam mengembangkan sikap dan

tingkah laku yang baik

Pertanyaan :

Apakah partisipan merasa ada perubahan dalam diri partisipan setelah beberapa

tahun bekerja disini?

Apa saja perubahan yang dialami partisipan?

Bagaimana pengaruh dari pekerjaan ini terhadap kehidupan pribadi partisipan?

Apakah paritisipan merasa telah bekerja dengan optimal? Jelaskan

Hal apa saja yang telah dilakukan partisipan sehingga partisipan merasa telah

bekerja dengan optimal?

Bagaimana perasaan partisipan ketika mampu bekerja dengan optimal?

Apakah partisipan merasa ada perubahan dalam diri partisipan saat bekerja

dengan optimal?

Apa saja hambatan yang sering terjadi saat partisipan berusaha bekerja dengan

optimal?

Bagaimana partisipan mengatasi hambatan yang ada

Page 34: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

24

Lampiran 4. Informed consent

Page 35: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

25

Page 36: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

26

Page 37: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

27

Page 38: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

28

Lampiran 5. Transkip wawancara

HASIL WAWANCARA DALAM BENTUK TRANSKRIP DAN VERBATIM

Ket :

PL : Peneliti

PD 1 : Partisipan Perawat Puskesmas Desa I

PD 2 : Partisipan Perawat Puskesmas Desa II

PK 1 : Partisipan Perawat Puskesmas Kota I

PK 2 : Partisipan Perawat Puskesmasn Kota II

A. Puskesmas Desa

1. Partisipan I (Ibu. ST)

Wawancara dengan Ibu. ST dilakukan di kantor puskesmas Binaus di ruangan ibu ST pada

Selasa, 17 April 2018 pukul 14.30, saat wawancara ada juga pegawai puskesmas yang lain

yaitu satu orang bidan dan satu orang perawat yang berada diruangan. Peneliti duduk

berhadapan dengan partisipan.

PL : Selamat sore ibu, jadi a saya Erlin Oktavia Tunliu mahasiswi S1 Program Studi Ilmu

Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Satya

Wacana. Disini saya akan mewawancarai ibu sebagai responden terkait penelitian

saya tentang Psyichological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Desa

dan Puskesmas Kota, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur.

Jadi disini ada enam dimensi terkait kesejahteraan psikologis atau psychological

well-being yang pertama itu penerimaan diri. Jadi sebelum memulai dengan

pertanyaan saya mungkin menjelaskan sedikit tentang penerimaan diri.

PD 1 : Ia (PD 1 tampak mengangguk)

a. Penerimaan diri

PL : Jadi disini itu, penerimaan diri itu kemampuan seseorang menerima dirinya

keseluruhan baik masa kini dan masa lalu. A, Seseorang yang menilai positif diri

sendiri adalah individu yang memahami dan menerima berbagai aspek dalam diri,

termasuk didalamnya kualitas baik maupun buruk, dapat mengaktualisasikan diri,

berfungsi optimal dan bersikap positif terhadap kehidupan yang dijalaninya.

Seperti itu, jadi kita mulai dengan pertanyaan tentang penerimaan diri, yang

pertama, bagaimana ibu menilai diri ibu sendiri?

PD 1 : Maksudnya? (PD 1 dengan volume suara yang kecil, menatap PL dengan

mengerutkan wajah sambil berpikir)

PL : Penilaian ibu terhadap diri ibu sendiri, baik buruknya ibu, bagaimana ?

PD 1 : Yaa, namanya manusia pasti ada dia pung baik buruk to, kalo, kalo saya, saya

merasa bahwa, sekalipun saya mempunyai banyak kekurangan tapi saya mampu

untuk mengerjakan apa yang bisa saya kerjakan. (PD 1 tampak tersenyum)

PL : A, kemudian selanjutnya, apa ada hal-hal yang ibu tidak sukai dari dalam diri ibu

sendiri?

Page 39: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

29

PD 1 : Pasti ada, namanya manusia, baik sedikit atau tidak sedikit pasti ada hal yang

kita tidak sukai.

PL : Kalau.. O, itu seperti apa ?

PD 1 : Misalnya, mungkin saja.. (PD 1 terdiam dan berpikir). Maksudnya dalam pribadi

?

PL : Ia ia.

PD 1 : Namanya manusia ini kita punya banyak kekurangan to? Mungkin a, salah

satunya mungkin saya tidak cepat sabar, mungkin saya tidak suka, tapi, mungkin

sampai saat ini, saya belum tau bagaimana cara untuk saya bisa bersabar dengan

diri sendiri. (Sambil menjawab mata PD 1 tertuju pada jari tangan yang berada di

atas meja yang sedang memain-mainkan pena sambil sesekali melihat ke arah

peneliti dan rekan kerja di ruangan).

PL : A, mengapa a, hal itu ibu tidak sukai ?

PD 1 : (PD 1 menaikkan vol. suara) Maksudnya itu menurut saya orang yang tidak sabar

itu, itu salah satu perilaku yang negatif e, itu juga bisa menghambat kita punya

pekerjaan dan juga bisa menghambat kita pung pekerjaan, bisa menghambat kita

pung kehidupan sesehari-hari, tapi namanya kita manusia (sambil PD 1

mengetukkan pena ke meja) sekalipun ada hal yang tidak baik untuk berusaha

untuk, untuk menghilangkan itu memang butuh waktu.

PL : Pertanyaan selanjutnya, apa hal yang paling ibu sukai dari dalam diri ibu?

PD 1 : Mmmm apa ee (PD 1 mengerutkan dahi sambil berpikir). Kira-kira (PD 1

menatap rekan kerja sambil tertawa kecil) kalau, kalau menurut saya, sampai

saat ini banyak hal yang saya suka dalam saya punya diri tapi sendiri, tapi yang

paling paling istimewa itu saya senang saya bisa jadi perawat.

PL : Oh ia. Kemudian, dari hal-hal yang disukai dan tidak disukai itu apa itu

berpengaruh kepada pekerjaan ?

PD 1 : Ia, berpengaruh. (PD 1 tampak mengangguk cepat)

PL : Berpengaruh. A, pengaruhnya seperti apa ibu?

PD 1 : Bisa saja kita, kalo orang tidak sabar itu kan pasti banyak dia punya pengaruh

buruk, bisa sa ada pengaruh terhadap pekerjaannya kita, bisa sa pengaruh

misalnya a, kita bertemu dengan pasien yang mungkin lebih agresif dari kita, kita

kalo kita tidak sabar, tidak tenang ya pasti punya pengaruh buruk. (PD 1

tersenyum pada PL)

PL : Kalo dalam diri setiap orang kan ada hal positif, bagaimana ibu a,

mengaktualisasikan hal positif dalam kehidupan sehari-hari?

PD 1 : Hal-hal positif itu berusaha bekerja lebih baik, maksudnya bekerja sesuai

dengan tanggung jawabnya saya sebagai perawat.

PL : A, apakah hal-hal positif tersebut berfungsi secara optimal saat di terapkan?

PD 1 : Yaa ada yang ber, ada yang berjalan se, se apa (sambil PD 1 berpikir), secara

optimal ada juga yang tidak.

PL : A, selanjutnya. Kalau dalam tugas dan pekerjaan ada persoalan begitu,

bagaimana ibu menghadapinya?

PD 1 : A, kira-kira kita butuh teman. Mungkin kalau ada masalah kita cari teman,

teman-teman sejawat, rekan-rekan kerja untuk membantu kita menyelesaikan

masalah.

Page 40: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

30

PL : Selanjutnya lagi, apa ibu menerima setiap pekerjaan atau sering mengeluh

dalam pekerjaan yang ada?

PD 1 : Kalau pekerjaan sejauh ini, apa yang menjadi tanggung jawab saya, saya

kerjakan. (Setelah menjawab PD 1 tersenyum pada PL)

PL : A, apa ibu sudah merasa puas dengan keadaan ibu yang sekarang?

PD 1 : Kalau puas, tidak.

PL : Kira-kira apa alasannya?

PD 1 : Kira-kira mmmm, saya sekarang baru D3 untuk saat ini saya kepingin kalau bisa

suatu hari kelak saya bisa lanjut kuliah. (Pandangan mata PD 1 tampak

memandang jauh kedepan sambil tersenyum)

PL : Lanjut lagi. A, apa sekarang ibu sedang merasa tidak menerima keadaan diri

atau ingin menjadi orang lain begitu?

PD 1 : Tidak, sejauh ini tidak.

PL : A, yang terakhir untuk ini. Apa ibu pernah merasa kecewa diri sendiri?

PD 1 : Mmmm,, (sambil berpikir) kecewa ya pasti, setidaknya, sedikit tidaknya kalo kita

sudah pernah berbuat salah, kalau misalnya setelah itu kita menyesal pasti sedikit

tidaknya kita rasa kecewa.

b. Hubungan positif dengan orang lain

PL : Kita lanjut

PD 1 : Ia

PL : Yang kedua itu hubungan positif dengan orang lain. Jadi hubungan positif yang

dimaksud ini kemampuan individu menjalin hubungan yang baik dengan orang

lain disekitarnya, individu yang dalam dimensi ini ditandai dengan mampu

membina hubungan yang hangat dan penuh kepercayaan dari orang lain. Selain

itu, individu tersebut juga memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan orang lain,

dapat menunjukkan empati, afeksi serta memahami prinsip memberi dan

menerima dalam hubungan antar pribadi. Masuk di pertanyaan, ada beberapa

disini.

Yang pertama, bagaimana hubungan ibu dengan rekan kerja?

PD 1 : Sejauh ini baik-baik semua

PL : Baik-baik semua. Kalau hubungan dengan pengunjung puskesmas baik pasien

maupun keluarga pasien ?

PD 1 : Sejauh ini ju baik (Sambil mengangguk perlahan)

PL : Selanjutnya lagi, apakah ibu terbuka untuk bersosialisasi dengan sesama rekan

kerja?

PD 1 : Ia (PD 1 menjawab dengan cepat)

PL : Kemudian, apakah ibu terbuka untuk bersosialisasi dengan pengunjung

puskesmas?

PD 1 : Ia (PD 1 menjawab dengan volume suara yang kecil)

PL : A, apa, apa ibu sering mendapat kepercayaan dari rekan kerja?

PD 1 : Sejauh ini, ia

PL : Kepercayaan seperti apa yang didapatkan ?

PD 1 : Mmm, (PD 1 sambil berpikir), misalnya ada tanggung jawab pekerjaan yang bisa

diselesaikan bersama, butuh bantuan, mereka minta tolong

Page 41: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

31

PL : A, apakah ibu sering mendapat kepercayaan dari pengunjung puskesmas?

PD 1 : Ia ( PD 1 menjawab dengan volume suara yang kecil)

PL : Itu kepercayaan seperti apa ?

PD 1 : Misalnya rahasia pribadi mereka yang tidak perlu orang lain ketahui, mereka

biasa cerita.

PL : Bagaimana respon ibu ketika mendapati rekan kerja yang sedang kesusahan?

PD 1 : Mmm, membantu sebisanya saya bisa bantu.

PL : Kemudian, sama juga. Apa yang dirasakan partisipan ketika mendapati rekan

kerja yang, Ohh.. pengunjung puskesmas yang sedang kesusahan?

PD 1 : Sebisa mungkin, apa yang saya bisa buat ya saya bantu.

PL : A, apakah ada hal yang tidak diinginkan terjadi ketika ibu menjalin hubungan

positif dengan rekan kerja?

PD 1 : Maksudnya bagaimana ? (Dengan volume suara yang kecil)

PL : Ketika sedang menjalin hubungan positif dengan orang lain, apakah ada hal yang

tidak diinginkan terjadi begitu?

PD 1 : Sebisa mungkin, tidak mengecewakan teman kerja dan kerja sama yang baik,

intinya begitu.

PL : Apa yang ibu harapkan ketika menjalin hubungan yang positif dengan rekan

kerja?

PD 1 : A, sebisa mugkin, kita bisa kerja sama tru, terus apa yang kita kerjakan itu kira-

kira bisa diselesaikan dengan baik dan setidaknya memuaskan baik itu pasien

maupun teman kerjanya kita.

PL : Apa yang diharapkan ibu ketika menjalin hubungan positif dengan pengunjung

puskesmas ?

PD 1 : Setidaknya, yang paling utama itu a, mereka puas dengan pelayanan di

puskesmas, trus apa yang mereka harapkan dari kita, seperti mereka

membutuhkan pertolongan kita apa dan kira-kira kita bisa membantu.

PL : Berarti ibu tidak menutup diri untuk bersosialisasi dengan orang lain.

PD 1 : Ia (dengan volume suara yang kecil)

c. Otonomi

PL : Dimensi yang ketiga itu otonomi, jadi otonomi ini digambarkan sebagai

kemampuan individu untuk bebas namun tetap mampu untuk mengatur hidup

dan tingkah lakunya. Individu yang mempunyai otonomi yang tinggi ditandai

dengan bebas, mampu untuk menentukan nasib sendiri, dan mengatur perilaku

sendiri, kemampuan mandiri, tahan terhadap tekanan sosial, mampu

mengevaluasi diri sendiri dan mampu mengambil keputusan tanpa adanya

campur tangan orang lain. Seperti itu, masuk dipertanyaannya.

Yang pertama apa saja masalah yang sering muncul saat ibu bekerja?

PD 1 : Yang paling, masalah didalam, di puskesmas,mmmm (PD 1 berhenti sejenak dan

berpikir), mungkin masalah antara itu ee, bisa juga ada masalah dengan pasien,

bisa masalah dengan teman kerja,

PL : Saat menghadapi masalah ditempat kerja tersebut apakah ibu lebih memilih

untuk berbagi dan meminta bantuan orang lain ataukah ibu memilih

menyelesaikann sendiri?

Page 42: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

32

PD 1 : Saya lebih memilih dengan bekerja sama (volume suara PD 1 mengecil)

PL : Bekerja sama. Mengapa ibu lebih memilih untuk bekerja sama?

PD 1 : Kalau kita bekerja sama, saya rasa masalah itu biar seberat apapun kalau kita

bekerja sama pasti akan terselesaikan dengan baik (sambil PD 1 menatap pada

PL)

PL : A, selanjutnya. Ketika diperhadapkan dengan masalah dan ibu mendapat

masukan atau kritikan dari orang lain bagaimana perasaan partisipan?

PD 1 : Kalau saya, saya menerima, baik itu kritikan, namanya kritikan itu untuk

membangun, jadi apapun itu saya terima.

PL : Selanjutnya, a, sama seperti tadi, ketika diperhadapkan dengan masalah dan ibu

mendapat masukan atau kritikan dari orang lain bagaimana sikap ibu?

PD 1 : A, kira-kira kalau seandainya kritikan itu baik dan bisa untuk menyelesaikan

masalah bisa diterima

PL : Berarti ibu terbuka terhadap masukan dan kritikan?

PD 1 : Ia

Pl : Mengapa ibu terbuka terhadap kritikan?

PD 1 : Supaya kita sebagai manusia ini banyak kekurangan, pasti saya mempunyai

banyak salah, dengan kita menerima kritikan dari orang lain itu, kita bisa merubah

sikap menjadi lebih baik.

PL : Selanjutnya, ini kan tadi otonomi ada tentang tanggung jawab, jadi menurut ibu

apa itu tanggung jawab terhadap diri sendiri?

PD 1 : Tanggung jawab terhadap diri sendiri itu artinya bahwa, apapun yang menurut

saya apapun yang terjadi baik buruk maupun tidak itu yang saya buat, saya harus

bertanggung jawab terhadap semua.

PL : Apakah ibu merasa telah bertanggung jawab terhadap diri sendiri?

PD 1 : Ya, bisa jadi iya. (volume suara PD 1 mengecil)

PL : A, alasannya?

PD 1 : Alasannya, apapun yang terjadi didalam saya punya diri, saya bisa terima itu dan

ketika ada persoalan ketika ada masalah saya berusaha untuk menyelesaikan

masalah.

PL : A, tadi dalam otonomi juga ada tentang tekanan sosial, jadi apakah ibu mampu

untuk bertahan dengan tekanan sosial yang ada ?

PD 1 : Kalau saya sendiri mungkin tidak mampu, tapi karena ada teman-teman ada

orang lain disekitar saya, yang sepertinya bisa membantu saya, saya rasa bisa

menyelesaikan itu. (Sambil pandangan PD 1 tertuju pada rekan kerja sambil

tersenyum)

PL : A, mengapa ibu merasa belum mampu dengan tekanan sosial yang ada?

PD 1 : Karena namanya kita hidup ini pasti kita ada kekurangan dan kalau disaat kita

menghadapi suatu persoalan kita masih tetap membutuhkan orang lain untuk

membantu kita.

PL : A, selanjutnya apakah ibu mampu untuk menilai dan mengevaluasi diri sendiri?

PD 1 :Menurut saya tidak bisa.

PL : A, alasannya apa ibu?

Page 43: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

33

PD 1 : A, biar bagaimanapun sekalipun kita bisa, kita sendiri bisa mengevaluasi diri

tetapi kita tetap membutuhkan orang lain untuk menilai kita. (Sambil menatap ke

arah PL)

PL : Selanjutnya lagi, kalau untuk keadaan saat ini bagaimana penliaian ibu terhadap

kondisi ibu?

PD 1 : Kondisi maksudnya? (Sambil PD 1 mengerutkan dahi)

PL : Maksudnya a, keadaan diri begitu, penilaian terhadap diri sendiri.

PD 1 : Sampai saat ini ya saya baik-baik saja (Sambil PD 1 tersenyum)

PL : Apakah menurut ibu ada hal-hal perlu untuk diperbaiki dari dalam diri ibu?

PD 1 : Ia perlu, ada. (dengan volume suara yang kecil)

PL : A, itu hal apa yang perlu diperbaiki?

PD 1 :Mungkin dari segi sikap, mungkin dari, (PD 1 berhenti sejenak dan berpikir),

keterampilan dalam bekerja, bagaimana berinteraksi dengan orang lain,

walaupun mungkin sudah baik tapi kita masih perlu untuk memperbaiki diri.

PL : A, untuk memperbaiki diri itu kira-kira menurut partisipan caranya seperti apa?

PD 1 : Caranya mungkin, salah satunya itu mungkin bisa melanjutkan sekolah, terus

yang kedua kita berinteraksi dengan orang lain, bekerja sama dengan orang lain,

d. Penguasaan lingkungan

PL : Lanjut lagi yang keempat itu, penguasaan lingkungan. Jadi penguasaan

lingkungan itu digambarkan, dengan kemampuan individu mengatur

lingkungannya, memanfaatkan kesempatan yang ada di lingkungan, menciptakan

dan mengontrol lingkungan sesuai dengan kebutuhan. Individu yang tinggi dalam

dimensi penguasaan lingkungan memiliki keyakinan dan kompetensi dalam

mengatur lingkungan, yaitu dapat mengendalikan aktivitas eksternal yang berada

di lingkungannya, termasuk mengatur dan mengendalikan situasi lingkungan

kehidupan sehari-hari, memanfaatkan kesempatan yang ada di lingkungan, serta

mampu memilih dan menciptakan lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan

pribadi. Itu penguasaan lingkungan, masuk di pertanyaan, yang pertama;

Bagaimana pandangan ibu terhadap lingkungan kerja?

PD 1 : Kalau lingkungan kerja baik, nyaman, cukup nyaman untuk bekerja. (Volume

suara partisipan mengecil)

PL : Selanjutnya, apakah ibu merasa terganggu pekerjaannya ketika diperhadapkan

dengan keadaan sekitar yang tidak nyaman?

PD 1 : Ia terganggu (volume suara PD 1 mengecil)

PL : Terganggu. A, mengapa ibu merasa terganggu?

PD 1 : A, kita kalau misalnya lingkungan sudah tidak nyaman, tidak ada dukungan dari

lingkungan otomatis pekerjaannya kita itu saya rasa terganggu pelayanannya.

PL : A, dari lingkungan yang tidak nyaman itu apakah ada usaha dari ibu untuk

memperbaiki lingkungan yang kurang nyaman?

PD 1 : Ia ada

PL : A, usaha seperti apa yang dilakukan?

PD 1 : Misalnya kita bekerja sama dengan lintas sektor ya,

PL : A, selanjutnya lagi. Saat terjadi permasalahan di lingkungan kerja dan

permasalahan tersebut tidak melibatkan ibu, bagaimana tanggapan ibu?

Page 44: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

34

PD 1 : Kalau misalnya tidak melibatkan saya, tapi a, kira-kira misalnya itu berhubungan

dengan teman kerja dan membutuhkan dukungan, membutuhkan partisipasinya

saya, saya membantu.

PL : A, kalau menurut ibu lingkungan kerja yang ideal itu seperti apa?

PD 1 : Lingkungan kerja yang ideal itu paling tidak ada posisi ruangan yang juga

memungkinkan, terus teman-teman kerja juga saling mendukung, terutama juga

lingkungan tempat kita bekerja, maksudnya lokasi atau masyarakatnya bisa

terima kita, saya rasa itu sudah cukup ideal.

PL : Mengapa lingkungan seperti yang seperti itu dianggap ideal?

PD 1 : Artinya dari, kalau kita punya teman, kalau lingkungan, kalau masyarakat itu bisa

terima kita, kita bisa bekerja dengan maksimal.

e. Tujuan hidup

PL : Lanjut lagi yang ke lima itu, tujuan hidup. Jadi tujuan hidup disini itu a,

pengertian individu memiliki pemahaman yang jelas akan tujuan dan arah

hidupnya, memegang keyakinan bahwa individu mampu mencapai tujuan dalam

hidupnya, dan merasa bahwa pengalaman hidup di masa lampau dan masa

sekarang memiliki makna. Individu yang tinggi dalam dimensi ini adalah individu

yang memiliki tujuan dan arah dalam hidup, merasakan arti dalam hidup masa

kini maupun masa yang telah dijalaninya, memiliki keyakinan yang memberikan

tujuan hidup serta memiliki tujuan hidup dan sasaran. Pertanyaannya itu yang

pertama; Menurut ibu apa itu tujuan hidup ?

PD 1 : Tujuan hidup itu sesuatu yang harus kita capai

PL : A, apakah menurut ibu setiap orang harus memiliki tujuan hidup?

PD 1 : Harus

PL : Alasannya?

PD 1 : Alasannya kalau kita, namanya kita hidup ini kita harus ada tujuan hidup supaya

kita bisa berbuat sesuatu untuk apa kita hidup untuk mencapai tujuan.

PL : A, kira-kira apa tujuan hidup dari ibu?

PD 1 : Tujuan hidupnya saya itu, supaya saya bisa hidup lebih nyaman dengan keluarga

dan hidup bahagia sampai tua. (Sambil PD 1 tersenyum)

PL : Apakah tujuan hidup tersebut sudah tercapai?

PD 1 : Belum (sambil PD 1 tertawa kecil), belum tua na (PD 1 kembali tertawa kecil)

PL : A, kira-kira kendala apa yang menghambat ibu dalam mencapai tujuan hidup?

PD 1 : Mmmm (dengan volume suara yang kecil sambil PD 1berpikir). Banyak e,

mungkin ada masalah dalam keluarga, masalah persoalan dalam pekerjaan, bisa

seperti itu.

PL : A, dalam mencapai tujuan hidup apa yang dilakukan oleh ibu untuk dapat

mencapainya?

PD 1 : Bekerja lebih baik (PD 1 berhenti sejenak dan memberikan kunci kepada rekan

kerja), mencari nafkah untuk keluarga, dan berbuat lebih baik.

PL : Tadi kan a ada hambatan dalam mencapai tujuan hidup, itu kira-kira cara ibu

untuk mengatasi kendala tersebut seperti apa?

PD 1 : Mungkin kita bisa merubah sikap, lebih giat lagi bekerja, terus lebih

mengutamakan tujuan hidup, bekerja dan bekerja lebih baik.

Page 45: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

35

f. Pertumbuhan pribadi

PL : Lanjut lagi yang terakhir, yang ke enam itu pertumbuhan pribadi. Jadi a,

pertumbuhan pribadi disini yaitu, itu individu yang tinggi Individu yang tinggi

dalam dimensi pertumbuhan pribadi ditandai dengan adanya perasaan mengenai

pertumbuhan yang berkesinambungan dalam dirinya, memandang diri sebagai

individu yang selalu tumbuh dan berkembang, terbuka terhadap pengalaman-

pengalaman baru, memiliki kemampuan dalam menyadari potensi diri, dapat

merasakan peningkatan yang terjadi pada diri dan tingkah lakunya setiap waktu

serta dapat berubah menjadi pribadi yang lebih efektif dan memiliki pengetahuan

yang bertambah. Pertanyaannya yang pertama; Apakah ibu merasa ada

perubahan dalam diri partisipan setelah beberapa tahun bekerja disini?

PD 1 : Ia ada (dengan volume suara yang kecil)

PL : A, apa saja perubahan yang dialami ibu?

PD 1 : A, saya lebih baik dalam bekerja, lebih, lebih dewasa, trus a apa, ketrampilan

dalam bekerja kira-kira mungkin bisa bertambah.

PL : A, bagaimana pengaruh dari pekerjaan disini terhadap kehidupan pribadi ibu ?

PD 1 : Kalo pengaruh itu, baik (sambil PD 1 tersenyum pada PL)

PL : Apakah ibu merasa telah bekerja dengan optimal di tempat ini?

PD 1 : Kalo bekerja dengan optimal, ia bisa.

PL : A, itu bisa dijelaskan mungkin.

PD 1 : A, menurut saya sudah bisa optimal karena saya sudah bekerja sesuai denga

profesi saya, tanggung jawab saya sebagai seorang perawat sudah saya

laksanakan. (rekan kerja mengembalikan kunci dan ditaruh ditas meja PD 1).

PL : A, hal apa, hal apa saja yang telah dilakukan ibu sehingga ibu merasa telah

bekerja dengan optimal?

PD 1 : Mmmm, menyelesaikan setiap tanggung jawab yang diberikan kepada saya, baik

itu sebagai, profesi sebagai seorang perawat, maupun tanggung jawab dalam

program kerja yang dipercayakan.

PL : Bagaimana perasaan ibu ketika mampu bekerja dengan optimal?

PD 1 : Bersyukur (sambil PD 1 tersenyum)

PL : Bersyukur. Apa ibu merasa ada perubahan dalam diri ibu saat bekerja dengan

optimal?

PD 1 : Ia, ada.

PL : A, saat ibu bekerja dengan optimal kira-kira ada hambatan yang sering terjadi

atau tidak?

PD 1 : Pasti ada

PL : A, hambatan itu seperti apa?

PD 1 : Hambatan a, bisa dengan keluarga pasien, bisa dengan lingkungan dengan

masyarakat,

PL : Untuk mengatasi hambatan tersebut apa yang ibu lakukan?

PD 1 : Berkoordinasi dengan teman kerja yang lain, bisa dengan kepala wilayah,

dengan kader mungkin.

Page 46: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

36

PL : Jadi a, itu sudah semua pertanyaan dari saya, trimakasih untuk waktu ibu.

Untuk, hasil, hasil penelitian nanti akan saya serahkan langsung ke ibu setelah

selesai penelitian.

PD 1 : Ia, terimakasih (dengan volume suara yang kecil)

PL : Terimakasih ibu, Tuhan memberkati.

PD 1 : Iaa.

2. Partisipan II (Ibu. M N)

Wawancara dengan Ibu. MN dilakukan pada Rabu, 18 April 2018 pukul 09.00, wawancara

dilakukan di loket puskesmas bersampingan dengan poli umum, saat wawancara ada juga

satu orang perawat yang sedang bertugas di loket. Peneliti duduk berhadapan dengan

partisipan.

PL : Selamat pagi, saya Erlin Oktavia Tunliu, mahasiswi S1 Ilmu Keperawatan, Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Satya Wacana. Jadi, disini saya

meminta kesedian dari ibu untuk menjadi responden terkait penelitian saya tentang

Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas

Desa. Ibu bersedia?

PD 2 : Bersedia (Sambil PD 2 mengangguk dan tersenyum kepada PL)

PL : Kita mulai dengan yang pertama. Aspek yang pertama dari Psychological Well-Being

itu penerimaan diri.

a. Penerimaan diri

PL : Jadi penerimaan diri disini itu, kemampuan seseorang menerima dirinya secara

keseluruhan baik pada masa kini dan masa lalunya. Seseorang yang menilai positif

diri sendiri adalah individu yang memahami dan menerima berbagai aspek diri

termasuk di dalamnya kualitas baik maupun buruk, dapat mengaktualisasikan

diri, berfungsi optimal dan bersikap positif terhadap kehidupan yang dijalaninya.

(Saat menerangkan terdengar suara teriakan anak-anak yang bermain di luar

sehingga PL menaikkan volume suara).

Masuk di pertanyaan, yang pertama (terdengar 1-2 kali suara bersin dari seorang

rekan perawat), bagaimana ibu menilai diri ibu sendiri?

PD 2 : (PD 2 tampak mengerutkan dahi dan berpikir sejenak) (terdengar suara dari luar

ruangan dan juga suara bersin dari rekan perawat) A...di, dari segi pekerjaan

atau?

PL : Secara umum

PD 2 : Secara umum? Saya, selain bekerja sebagai seorang perawat saya seorang ibu

rumah tangga, yang a,, secara keseluruhan saya menerima kondisi saya, secara

fisik maupun secara psikologis. (Terdengar suara teriakan anak-anak yang sedang

bermain)

PL : A,,berdasarkan penilaian tersebut kira-kira apa yang mempengaruhi ibu untuk

menilai diri ibu seperti tadi ? (Terdengar suara teriakan anak-anak yang sedang

bermain namun dengan volume yang lebih besar) aa, yang mempengaruhi

(PD 2 menunjuk ke arah anak-anak yang sedang bermain sambil tersenyum)

Page 47: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

37

PD 2 : Yang mempengaruhi, (PD 2 menarik diri ke belakang dan memegang kepala

sambil tersenyum) apa e,

PL : Berdasarkan keseharian ibu atau pandangan dari orang lain atau seperti apa?

PD 2 : Berdasarkan keseharian dan sebenarnya sifat dasar saya seperti itu. (Masih

terdengar suara teriakan dari anak-anak yang sedang bermain)

PL : Selanjutnya lagi, apa ada hal-hal yang tidak disukai dari diri ibu?

PD 2 : Mmmm (PD 2 tampak berpikir). Ada, saya orang yang suka menunda pekerjaan.

Bukan suka, tapi a,, sering menunda pekerjaan, seperti iu saja.

PL : A,, kenapa ibu tidak menyukai hal tersebut?

PD 2 : A,, sebenarnya itu ji ini...merugikan saya jika ada hal-hal yang harus segera

diselesaikan karena pekerjaan menumpuk (PD 2 berhenti sejenak), dirumah

maupun dikantor.

PL : Oh iaa. Lanjut lagi, apa hal paling ibu sukai dari diri ibu?

PD 2 : A,, saya optimis, bersemangat, tidak a, apa e (PD 2 berhenti sejenak dan berpikir

sambil membunyikan jari), saya suka mengembangkan kreativitas pribadi, hobi,

kemudian saya suka menghabiskan waktu bersama keluarga di saat-saat liburan,

atau saat-saat setelah pulang dari kantor. (Suara teriakan anak-anak masih

terdengar).

PL : Berarti hal yang di sukai ibu memiiki pengaruh positif pada diri ibu?

PD 2 : Itu sangat berpengaruh positif (Sambil PD 2 tersenyum).

PL : Apakah hal-hal yang tadi di sukai dan tidak disukai itu berpengaruh terhadap

pekerjaan? (Masih terdengar teriakan suara anak-anak)

PD 2 : Berpengaruh (PD 2 menjawab dengan cepat)

PL : Berpengaruh ?

PD 2 : Ia.

PL : A,, seperti apa pengaruh dari hal-hal tersebut?

PD 2 : Hal negatif tentu saja jika saya menunda banyak pekerjaan maka pekerjaan yang

seharusnya diselesaikan pada saat ini akhirnya menumpuk dam terbawa. Hal

positifnya, saya bersemangat jika, dikantor saya bisa menyelesaikan tugas-tugas

saya, kemudian a,, (PD 2 berhenti sejenak dan berpikir), intinya saya dari kantor

ke, e,, dari rumah ke kantor perasaan positif sudah timbul dari rumah akhirnya

saya bersemangat jika di kantor menyelesaikan tugas dan pulang kerumah dalam

keadaan yang bahagia. (Terdengar suara tangisan dari seorang anak yang tadi

bermain)

PL : Berarti hal-hal positif itu dia berfungsi secara optimal saat diterapkan?

PD 2 : Ia.

PL : A,, lanjut lagi. Bagaimana ibu menghadapi setiap persoalan dalam pekerjaan?

Pd 2 : Diselesaikan secara baik, dibicarakan secara baik a,, dengan kepala puskesmas

dan dengan teman-teman.

PL : Selanjutnya, apakah ibu menerima setiap pekerjaan ataukah sering mengeluh

dalam menghadapi pekerjaan?

PD 2 : Fifty-fifty.

PL : Oh iaa, a,,

PD 2 : (PD 2 melanjutkan pembicaraan), Kadang mengeluh kadang menerima dengan

baik tergantung beban kerja.

Page 48: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

38

PL : A,, apa ibu sudah merasa puas dengan keadaan ibu yang sekarang?

PD 2 : A,, mau dibilang puas, seperti, a,, bukan puas tapi bersyukur dengan a,,

pekerjaan yang sekarang.

PL : Alasannya?

PD 2 : Intinya saya menjalaninya dengan bahagia, saya menjalani dengan positif, a,,

apapun yang terjadi, masalah apapun yang datang juga dihadapi dengan positif ya

ujung-ujungnya nanti hasilnya baik.

PL : Selanjutnya, apa ibu pernah atau sedang merasa tidak menerima dengan

keadaan saat ini, keadaan diri ibu saat ini?

PD 2 : Tidak (dengan volume suara yang kecil)

PL : Alasannya?

PD 2 : Saya menerima keadaan saya sekarang

PL : Apa ibu pernah merasa kecewa dengan diri ibu sendiri?

PD 2 : Pernah.

PL : Pernah. Itu kalau boleh tau kecewa karena apa?

PD 2 : A,, (sambil berpikir). Kecewa pernah, disaat saya masih ditempat tugas yang

lama a,, banyak waktu yang a,, karena berjauhan dari keluarga jadi, saya pernah

merasakan kekecewaan karena, akhirnya saya pindah kesini banyak waktu

bersama keluarga, jadi intinya saya bisa kalau keluarga bahagia saya juga bisa

melaksanakan pekerjaan dengan baik di luar.

b. Hubungan positif dengan orang lain

PL : Jadi a,, kita lanjut yang kedua itu hubungan positif dengan orang lain. Jadi

hubungan positif yang dimaksud, kemampuan individu menjalin hubungan yang

baik dengan orang lain di sekitarnya. Individu yang tinggi dalam dimensi ini

ditandai dengan mampu membina hubungan yang hangat dan penuh

kepercayaan dari orang lain. Selain itu, individu tersebut juga memiliki kepedulian

terhadap kesejahteraan orang lain, dapat menunjukkan empati serta memahami

prinsip memberi dan menerima dalam hubungan antarpribadi. Kita masuk ke

pertanyaan yang pertama; Bagaimana hubungan ibu dengan rekan kerja?

PD 2 : Baik

PL : Baik. Kalau hubungan ibu dengan pengunjung puskesmas baik pasien maupun

keluarga pasien?

PD 2 : Baik, sejauh ini. (dengan volume suara yang kecil)

PL : Baik. A,, apakah ibu terbuka untuk bersosialisasi dengan rekan kerja?

PD 2 : Terbuka (PD 2 menjawab sambil tersenyum)

PL : A,, Apakah ibu terbuka untuk bersosialisasi dengan pengunjung puskesmas?

PD 2 : Terbuka

PL : Terbuka e,. Apakah ibu sering mendapat kepercayaan dari rekan kerja?

PD 2 : Sering

PL : Kepercayaan seperti apa yang biasa didapatkan?

PD 2 : A,, Kepercayaan saat membantu tugas-tugas teman, kemudian a,, kepercayaan

dalam pengelolaan program, seperti imunisasi, itukan salah satu kepercayaan dari

kepala puskesmas dan juga dari teman-teman.

Page 49: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

39

PL : Selanjutnya, a,, apa ibu sering mendapat kepercayaan dari pengunjung

puskesmas? (Terdengar suara seorang rekan kerja yang sedang melayani pasien

di loket)

PD 2 : Ia (PD 2 menjawab dengan cepat)

PL : A,, kepercayaan seperti apa yang didapat dari pengunjung puskesmas?

PD 2 : A,, kalo pelayanan pasien, pasien datang saat kita bertugas mereka juga apa,

dilayani dengan baik otomatis timbul saling percaya. Kemudian a,, kerahasiaan

pasien, saat kita menjaga kerahasiaan mereka, mereka juga percaya.

PL : Kita lanjut, bagaimana respon ibu ketika mendapati rekan kerja yang sedang

kesusahan?

PD 2 : Membantu

PL : Membantu. A,, apa yang dirasakan ibu ketika mendapati rekan kerja yang

sedang kesusahan? Perasaan ibu seperti apa?

PD 2 : Turut bersimpati dan empati, a,, kemudian menawarkan bantuan sebisa saya.

(Terdengar percakapan antara perawat yang menjaga loket dengan pasien).

PL : Bagaimana respon ibu ketika mendapati pengunjung puskesmas yang sedang

kesusahan? Respon.

PD 2 : Menawarkan bantuan, kemudian seperti itu menawarkan bantuan apa yang

bisa, sebagai tenaga kesehatan sebisanya saya bantu. (Masih terdengar

percakapan perawat dengan pasien di loket).

PL : Seperti tadi, apa yang dirasakan ibu ketika mendapati pengunjung puskesmas

yang sedang kesusahan? Perasaan ibu.

PD 2 : Ikut berempati, bersimpati, dan aa, intinya ikut merasakan apa yang mereka

rasakan, seperti itu.

PL : Saat menjalin hubungan baik dengan partisipan, kira-kira ada hal yang tidak

diinginkan terjadi atau tidak?

PD 2 : Hal-hal diluar keinginan kita otomatis ada

PL : Itu biasanya seperti apa?

PD 2 : Ia a,, (PD 2 berhenti sejenak dan berpikir). Seperti respon teman-teman,

biasalah masalah didalam kantor.

PL : Kalau dengan pengunjung puskesmas?

PD 2 : Tidak ada, sejauh ini baik.

PL : A,,apa yang diharapkan ibu ketika menjalin hubungan yang positif dengan rekan

kerja?

PD 2 : Yang saya harapkan, ada hubungan baik yang bisa terjalin saling membantu

dalam tugas, maupun dalam masalah-masalah dikantor dengan teman-teman

bisa diselesaikan secara baik dan tidak ada masalah yang berlebihan yang

menimbulkan sebuah masalah besar.

PL : Selanjutnya, apa yang diharapkan ibu ketika menjalin hubungan positif dengan

pengunjung puskesmas?

PD 2 : A,, semakin banyak a,, semakin tinggi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap

puskesmas, terhadap tenaga kesehatan dan tidak terjadi hal-hal negatif

PL : A,, berarti ibu tidak menutup diri untuk bersosialisasi dengan orang lain?

PD 2 : Ia.

Page 50: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

40

c. Otonomi

PL : Lanjut, yang ke tiga itu otonomi. Otonomi digambarkan sebagai kemampuan

individu untuk bebas namun tetap mampu mengatur hidup dan tingkah lakunya.

Individu yang memiliki otonomi yang tinggi ditandai dengan bebas, mampu untuk

menentukan nasib sendiri (self-determination) dan mengatur perilaku diri sendiri,

mandiri, tahan terhadap tekanan sosial, mampu mengevaluasi diri sendiri, dan

mampu mengambil keputusan tanpa adanya campur tangan orang lain. Masuk ke

pertanyaan, yang pertama; Apa saja masalah yang paling sering muncul saat ibu

bekerja?

PD 2 : (PD 2 terdiam, menarik diri ke belakang sambil berpikir) Mmm,, yang paling

sering muncul itu (PD 2 kembali terdiam sambil berpikir), kesalahpahaman antar

sesama teman, miss communication.

PL : Saat menghadapi masalah ditempat kerja apa ibu lebih memilih untuk berbagi

dan meminta bantuan orang lain atau ibu memilih menyelesaikann sendiri?

PD 2 : Saya lebih memilih berbagi, khususnya dengan atasan. Otomatis jika ada

masalah antar saya dengan teman atau saya dengan atasan, yang paling utama tu

dengan atasan lebih dalu setelah itu biasanya langsung clear. (Terdengar

percakapan antar perawat di loket dengan pasien)

PL : Lanjut, ketika di perhadapkan dengan masalah, dan ibu mendapat masukan atau

kritikan dari orang lain bagaimana perasaan ibu?

PD 2 : Menerima.

PL : Menerima?

PD 2 : Ia

PL : A,, ketika diperhadapkan dengan masalah dan ibu mendapat masukan atau

kritik dari orang lain bagaimana sikap ibu?

PD 2 : A,, bersikap positif, menerima dan menyaring mana yang membangun dan mana

yang kritikan yang bersifat a,, menjelek-jelekkan atau negatif saya berusaha untuk

tidak dipikirkan berlama-lama, berlarut-larut. (Terdengar percakapan antara

perawat dan pasien di poli umum)

PL : Lanjut, apakah ibu terbuka terhadap masukan dan kritikan dari orang lain?

PD 2 : Ia.

PL : A,, mengapa alasannya?

(Wawancara terhenti 5-10 menit dikarenakan kepala puskesmas memanggil PD 2 untuk

keperluan posyandu serta PD 2 melayani pasien yang sudah menunggu untuk di periksa)

PL : Tadi kan ibu bi, ibu mengatakan terbuka terhadap masukan

PD 2 : Ia (PD 2 menjawab dengan cepat)

PL : Alasannya apa?

PD 2 : A,, Agar yang kurang dari diri kita bisa diperbaiki, dan intinya kan kita hidup

bersosialisasi jadi intinya masukan yang baik tetap diterima demi kebaikan diri

sendiri. (Terdengar percakapan antar perawat dan pasien di loket pendaftaran)

PL : Selanjutnya menurut ibu apa itu tanggung jawb terhadap diri sendiri?

PD 2 : Tanggung jawab terhadap diri sendiri, saya bertanggung jawab untuk a,,

kebutuhan a,, diri sendiri, saya bertanggung jawab untuk a,, (PD 2 berhenti dan

berpikir sejenak), kelangsungan hidup saya a,, kemudian kondisi fisik saya, kondisi

Page 51: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

41

psikososial saya, yang bertanggung jawab adalah diri saya sendiri. (PD 2

tersenyum kepada PL) (Masih terdengar percakapan perawat dengan pasien di

loket)

PL : Lanjut, apa ibu merasa telah bertanggung jawab terhadap diri sendiri? (Masih

terdengar percakapan antar perawat dan pasien di loket)

PD 2 : Ia (PD 2 menjawab dengan cepat)

PL : Mengapa ibu telah bertanggung jawab terhadap diri sendiri?

PD 2 : Sejauh ini saya merasa puas dengan keadaan diri sendiri, baik dari fisik saya

menerima keadaan saya maupun secara psikologis saya menerima.

PL : Saat dihadapkan dengan persoalan ditempat kerja bagaimana ibu menanggapi

masalah tersebut dan bagaimana mengatasinya?

PD 2 : Mmm,, selalu mengkonfirmasikan dengan atasan, dan menyelesaikan,

konfirmasi dengan a,, teman, atau misalnya masalah pekerjaan intinya

komunikasikan dulu dengan perawat puskesmas.

PL : A,, selanjutnya apa ibu mampu untuk bertahan dengan tekanan sosial yang ada?

PD 2 : Ia

PL : A,, mengapa?

PD 2 : Sejauh ini ya saya masih ada sampai sekarang dan saya a,, masih bekerja sampai

sekarang, jika saya tidak bertahan mungkin saya sudah mengundurkan diri

ataupun lari dari kenyataan. (PD 2 sambil tertawa kecil)

PL : Lanjut, apakah ibu mampu untuk menilai dan mengevaluasi diri sendiri?

PD 2 : Ia

PL : Bagaimana penilaian ibu terhadap kondisi ibu yang saat ini?

PD 2 : A,, saya menilai diri saya sendiri dari segi,, (PD 2 berhenti sejenak). Ini dari segi

apa?

PL : Pokoknya penilaian ibu keseluruhan,

PD 2 : Saya menilai diri saya sendiri baik.

PL : Maksudnya penilaian terhadap kondisi misalnya, a,, saya sudah puas atau

keadaan saya saat ini sudah lebih baik dibanding dulu, atau apa yang diperbaiki

begitu.

PD 2 : Saya sudah puas dengan keadaan saya sekarang dibanding yang dulu ya

sekarang lebih baik. A,, tapi masih ada hal-hal yang harus dipersiapkan juga untuk

a,, kedepan.

PL : Berarti itu sudah menjawab pertanyaan selanjutnya itu, apakah ada hal-hal yang

menurut partisipan perlu untuk diperbaiki ?

PD 2 : Ia, ada kekurangan-kekurangan saya segera menyelesaikan pekerjaan, tidak

menumpuk pekerjaan itu yang harus diperbaiki, seperti itu (Terdengar

percakapan antar perawat dan pasien di loket)

PL : A,, caranya untuk memperbaiki itu seperti apa?

PD 2 : A,, untuk pekerjaan yang menumpuk, mencicil jika ada waktu luang, mencicil

pekerjaan yang walaupun masih lama deadline waktu tapi, contohnya laporan

bulanan yang harus dimasukkan setiap tanggal 5 ya, setelah kegiatan berusaha

mencicil sedikit demi sedikit dan memang hasil positif yang saya ambil ya tidak

terlambat laporan, seperti itu.

Page 52: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

42

d. Penguasaan lingkungan

PL : Yang keempat itu penguasaan lingkungan, jadi penguasaan lingkungan

digambarkan dengan kemampuan individu untuk mengatur lingkungannya,

memanfaatkan kesempatan yang ada di lingkungan, menciptakan, dan

mengontrol lingkungan sesuai dengan kebutuhan. Individu yang tinggi dalam

dimensi penguasaan lingkungan memiliki keyakinan dan kompetensi dalam

mengatur lingkungan. Ia dapat mengendalikan aktivitas eksternal yang berada di

lingkungannya termasuk mengatur dan mengendalikan situasi kehidupan sehari-

hari. Pertanyaan yang pertama; Bagaimana pandangan ibu kepada lingkungan

kerja? (Terdengar percakapan antar rekan kerja di ruangan sebelah)

PD 2 : Baik

PL : Baik?

PD 2 : A,, ia.

PL : Lanjut, apakah ibu merasa terganggu pekerjaannya ketika diperhadapkan

dengan keadaan sekitar yang tidak nyaman?

PD 2 : Tidak

PL :Tidak? O, tidak merasa terganggu ya. Apakah ada usaha dari ibu untuk

memperbaiki lingkungan yang kurang nyaman?

PD 2 : Ada

PL : A,, Seperti apa usaha yang dilakukan ?

PD 2 : A,, Untuk contoh kecil seperti meja kerja ya usahanya ya usahakan ruangan

bersih, nyaman, meja kerja rapi, kemudian lingkungan rapi otomatis kita juga

nyaman saat bekerja.

PL : Selanjutnya, saat terjadi permasalahan di lingkungan kerja dan permasalahan

tersebut dalam penyelesaiannya tidak melibatkan partisi aa, tidak melibatkan ibu,

kira-kira bagaimana tanggapan ibu?

PD 2 : Intinya a,, intinya komunikasi, komunikasi yang baik dengan kepala, komunikasi

yang baik dengan teman-teman, intinya a,, menjalin komunikasi yang baik.

PL : Selanjutnya, bagaimana lingkungan kerja yang ideal menurut ibu?

PD 2 : Lingkungan kerja yang ideal adalah lingkungan yang nyaman, bersih, kemudian

suasananya enak, aa antara, hubungan antara kepala atau atasan kepada aa,

hubungan antara bahawan dan atasan baik, hubungan kita sesama bawahan atau

teman baik, kemudian beban kerja yang seimbang dengan kondisi kita, menurut

saya itu yang ideal. (PD 2 tersenyum kepada PL, terdengar suara antar perawat

dan penunjung puskesmas di loket)

e. Tujuan hidup

PL : Lanjut, yang kelima itu tujuan hidup. Jadi tujuan hidup memiliki pengertian,

individu memiliki pemahaman yang jelas akan tujuan dan arah hidupnya,

memegang keyakinan bahwa individu mampu mencapai tujuan dalam hidupnya,

dan merasa bahwa pengalaman hidup di masa lampau dan masa sekarang

memiliki makna. Aa, masuk ke pertanyaan yang pertama; Apa tujuan hidup

menurut ibu?

PD 2 : Tujuan hidup saya adalah, em,, saya bisa membahagiakan keluarga, aa, (PD 2

berbicara denngan lambat), saya bisa membahagiakan keluarga, kemudian cita-

Page 53: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

43

cita saya tercapai,aa, hubungan saya baik dengan orang lain, tidak muluk-muluk

itu sa. (Terdengar suara dari pasien yang sedang pamit) ( PD 2 tertawa kecil

setelah menajwab)

PL : (Ikut tersenyum) Aa, apa menurut ibu setiap orang harus mempunyai tujuan

hidup?

PD 2 : Harus

PL : A, alasannya?

PD 2 : Jika kita tidak memiliki tujuan hidup kita seperti berjalan dalam kegelapan, nah

kalau ada tujuan hidup, kita berusaha untuk menggapai, kita berusaha untuk

memperbaiki yang kurang.

PL : A,, dari tujuan hidup yng ibu sebutkan, apakah tujuan hidup tersebut sudah

tercapai?

PD 2 : Belum

PL : Belum?

PD 2 : Masih sementara.

PL : A,, apakah .. a, apa kendala yang menghambat ibu dalam mencapai tujuan

hidup?

PD 2 : Kendalanya, (dengan volume suara yang kecil), ini sebenarnya dari segi

pekerjaan aman,semua tidak ada ini, lebih banyak saya kedalam keluarga karena

masih sementara membangun rumah, aa jadi intinya saya lebih banyak ke

keluarga. Tujuan hidup ada rumah, anak-anak sekolah yang, pokoknya cita-cita

anak-anak tercapai itu saja.

PL : Selanjutnya, apa yang dilakukan ibu dalam mencapai tujuan hidup?

PD 2 : Berusaha menggapai, aa, sementara, pekerjaan yang ada sementara dikerjakan,

aa, anak-anak sekolah juga baik. Oo cita-cita, ingin melanjutkan sekolah ke tingkat

yang lebih tinggi juga tapi nanti setelah anak-anak berhasil. (sambil PD 2 tertawa

kecil setelah menjawab)

f. Pertumbuhan pribadi

PL : Lanjut ke nomer enam. Yang terkahir itu, pertumbuhan pribadi jadi a

pertumbuhan pribadi Individu yang tinggi dalam dimensi pertumbuhan pribadi itu

ditandai dengan adanya perasaan mengenai pertumbuhan yang

berkesinambungan dalam dirinya, memandang diri sebagai individu yang selalu

tumbuh dan berkembang, terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru,

memiliki kemampuan dalam menyadari potensi diri yang dimiliki, dapat

merasakan peningkatan yang terjadi pada diri dan tingkah lakunya setiap waktu

serta dapat berubah menjadi pribadi yang lebih efektif dan memiliki pengetahuan

yang bertambah. Pertanyaan pertama; apakah ibu merasa ada perubahan dalam

diri ibu setelah beberapa tahun bekerja disini? (terdengar percakapan antar

perawat dan pengunjung puskesmas di loket)

PD 2 : Ia,

PL : Ada perubahan ya?

PD 2 : Ia

PL : Perubaha seperti apa yang dialami oleh ibu?

Page 54: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

44

PD 2 : A,, Saya merasa lebih banyak waktu dirumah dibanding tempat kerja yang lama,

a,, kemudian banyak waktu juga untuk bekerja di kantor, dibanding dengan

tempat kerja yang lama karena kondisi tempat kerja yang jauh kemudian dari segi

pertumbuhan ekonomi lebih bak karena tempat kerja yang lama kondisinya jauh

jadi otomatis terkuras tenaga, biaya, waktu dengan keluarga terpotong jadi

ditempat ini saya merasa lebih baik. (terdengar percakapan antar perawat

dengan pengunjung puskesmas di loket)

PL : Aa,, bagaimana pengaruh dari pekerjaan ini terhadap kehidupan pribadi ibu?

PD 2 : Aa, Baik. Pengaruh positifnya banyak sekali aa, karena saya berbahagia

melaksanakan semua pekerjaan disini. (sambl tersenyum)

PL : Apakah ibu merasa telah bekerja dengan optimal?

PD 2 : Ia. Walaupun mungkin ada hasilnya yang kurang baik tapi saya sudah berusaha

semampu saya.

PL : A,, Hal apa saja yang telah dilakukan oleh ibu sehingga ibu merasa telah bekerja

dengan optimal?

PD 2 : Saya berusaha masuk kantor lebih pagi,tepat waktu, kemudian pekerjaan-

pekerjaan seperti laporan dan lain-lain diselesaikan dengan tepat waktu.

(terdengar suara teriakan anak kecil yang sedang bermain)

PPL : Bagaimana perasaan ibu ketika mampu bekerja dengan optimal?

PD 2 : Senang

PL : Apakah ibu merasa ada perubahan dalam diri partisipan saat bekerja dengan

optimal?

PD 2 : Ada. (masih terdengar suara anak kecil berteriak saat bermain)

PL : Kir-kira ada hambatan yang terjadi ketika ibu beruasaha bekerja dengan

optimal?

PD 2 : Tidak ada

PL : Ohh, berarti sudah ya ibu, terimakasih untuk waktunya, untuk hasil penelitian,

akan saya serahkan langsung ke ibu.

PD 2 : Ia

PL : Terimakasih, Tuhan memberkati.

PD 2 : Oke, sama-sama.

B. Puskesmas Kota

Wawancara dilakukan pada Selasa, 24 April 2018 pukul 08.30. Wawancara dilakukan sekaligus

pada dua orang partisipan dikarenakan waktu dari partisipan yang tidak memungkinkan,

sebelumnya partisipan sudah datang ke puskesmas sejak tanggal 20 April namun kedua

partisipan terus berhalangan sehingga pada hari Selasa 24 April dilakukan secara bersamaan.

Wawancara dilakukan di kantor puskesmas yang terkadang pegawai puskesmas masuk keluar

kantor. Peneliti duduk berhadapan dengan PK 1 sementara PK 2 di samping peneliti.

PL : Selamat pagi, saya Erlin Oktavia Tunliu, mahasiswi S1 Program Studi Ilmu Keperawatan,

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Satya Wacana. Disini saya akan

mewawancarai ibu a,, untuk penelitian saya terkait Psychological Well-Being Perawat yang

Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa. A,, disini ada enam aspek yang saya

Page 55: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

45

tanyakan, masing-masing aspek terdiri dari lima sampai lima belas pertanyaan. (PK 1 dan PK

2 menatap ke PL dan mengangguk saat PL menjelaskan sementara terdengar bunyi

kendaraan dan percakapan di luar ruangan).

a. Penerimaan diri

PL : A,, yang pertama itu, penerimaan diri. Jadi penerimaan diri itu kemampuan

seseorang menerima dirinya secara keseluruhan baik pada masa kini maupun masa

lalunya. A,, jadi penerimaan diri disini, individu yang memahami dan menerima

berbagai aspek diri termasuk di dalamnya kualitas baik maupun buruk, dapat

mengaktualisasikan diri, berfungsi secara optimal dan bersikap positif terhadap

kehidupan yang dijalaninya. Masuk ke pertanyaan yang pertama ibu; Bagaimana ibu

menilai diri sendiri?

PK 1 : (PK 1 terdiam dan berpikir), A,, dalam hal apa ?

PL : Keseluruhan baik a,, fisik ibu maupun a,, mental, keseharian, penilaian ibu terhadap

kehidupan ibu.

PK 1 : Mmm, penilaian saya terhadap kehidupan saya, dalam pelayanan di puskesmas. A,,

jadi baik, penialaian pribadi saya terhadap diri saya itu, saya melakukan seluruh

aktivitas saya, semampu saya, dimana saya bekerja didalam gedung puskesmas

maupun diluar puskesmas yaitu di posyandu atau pusling dan sebagainya, trus dalam

pelayanan kami kaitan dengan a,, kemampuan kami, kami melayani sesuai dengan

profesi kami a,, pada dasarnya pelayanan kami itu pada a,, keperawatan tapi a,, ada

kalanya kami juga a,, rangkap tugas dengan pelayanan dokter yaitu dalam tindakan-

tindakan medis seperti injeksi, trus pelayanan resep. Itu kadang kami melakukan

karena tenaga dokter yang ada disini a,, sekarang ni baru dua ee,, sudah dua, dulu tu

satu jadi kami perawat-perawat tu harus hendel entah senior atau perawat yunior

juga harus hendel tindakan-tindakan dokter. (PK1 berbicara sambil menatap PL dan

menggerakkan tangan)

PL : Ia. A,, ibu bagaimana penilaian ibu terhadap diri sendiri. (Sambil menatap ke arah PK

2)

PK 2 : (PK 2 terdiam dan terus menatap PL)

PL : A,, secara keseluruhan maupun dalam pekerjaan

PK 2 : A,, kinerja sebagai seorang perawat ya. A,, sebetulnya selama ini sudah

melaksanakan tugas dengan baik, dengan giat, kita jadi perawat kan memang

kemauan kita sendiri, (PK 2 tersenyum ke PK 1), jadi kita melaksanakan dengan senang

hati a,, walaupun kadang dibebani dengan tugas-tugas diluar tugas pokok perawat,

tapi selama ini kami melaksanakan dengan baik, dengan ikhlas, seperti itu. (terdengar

percakapan di luar ruangan)

PL : Selanjutnya a,, apakah ada hal-hal yang tidak disukai dari diri ibu? (PL bicara sambil

bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara mengarahkan perekam

suara ke PK 2)

PK 2 : Tidak ada

PL : Tidak ada ya?

PK 2 : Karena selama ini sudah dengan ikhlas, jadi tidak ada.

PL : Bagaimana dengan ibu? (sambil menatap PK 1 dan mengarahkan perekam suara ke

arah PK 1)

Page 56: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

46

PK 1 : Tidak ada

PL : Tidak ada juga?

PK 1 : Ia

PL : Selanjutnya apa hal yang paling disukai dari diri ibu? (PL bicara sambil bergantian

menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara mengarahkan perekam suara ke PK

1)

PK 1 : (PK 1 terdiam dan berpikir sejenak) Mm, paling saya suka itu a,, dalam pelayanan a,,

keperawatan yang diberikan kepada masyarakat itu, a,, selalu dilayani dengan apa

namanya, a,, tenang dan tidak marah-marah sehingga pasien juga seperti a,, apa

namanya, hubungan itu baik, bagus, saya senang dan pasien yang dilayani juga a,,

mengalami perubahan berupa kesembuhan, ia.

PL : Bagaimana denga ibu, hal yang paling disukai dalam diri ibu? (sambil menatap PK 2

dan mengarahkan perekam suara ke arah PK 2)

PK 2 : A,, saya sendiri walaupun a,, dibebani dengan banyak tanggung jawab sebagai a,,

sudah menjalani tugas pokok sebagai perawat, trus dibebani dengan tugas-tugas

pengelola program yang begitu banyak, tapi pimpinan tetap mempercayai saya untuk

melakukan a,, beban-beban a,, untuk tanggung jawab program-program lain.

Pimpinan menilai saya mampu jadi saya cukup senang juga.

PL : A,, selanjutnya. Oh,, berarti hal-hal yang tadi disukai itu berpengaruh pada

pekerjaan?

PK 2 : Ia (sambil menjawab dengan cepat)

PK 1 : Ia, ada kemajuan.

PL : Ada kemajuan? (sambil menatap ke PK 1)

PK 1 : Dalam hal program juga bagus, trus terhadap pelayanan kami terhadap pasien juga

bagus.

PL : Ia, a,, selanjutnya bagaimana ibu mengaktualisasikan hal-hal positif dalam diri ibu

pada kehidupan sehari-hari? (PL bicara sambil bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2,

lalu setelah berbicara mengarahkan perekam suara ke PK 2)

PK 2 : Ya, dibawa a,, kerja dengan senang hati saja yah, supaya tidak merasa tereban

seperti itu (sambil tersenyum).

PL : Bagaimana dengan ibu? (sambil mengarahkan perekam suara ke PK 1)

PK 1 : Sama (dengan volume suara yang kecil)

PL : A,, bagaimana ibu menghadapi persoalan dalam tugas dan pekerjaan? (PL bicara

sambil bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara mengarahkan

perekam suara ke PK 1)

PK 1 : A,, dalam menjalankan tugas a,, selagi menghadapi persoalan, katakanlah seperti a,,

pasien yang tidak mampu ditangani dikonsulkan pada a,, dokter kalau memang tetap

tidak bisa dirujuk ke rumah sakit, kalau memang ada kendala dari pasien atau dalam

pelayanan ada alat yang kurang mendukung kita harus merujuk ke atas karena

pemeriksaan diatas lebih lengkap.

PL : A,, bagaimana dengan ibu, dalam menghadapi persoalan dalam tugas dan pekerjaan?

(sambil mengarahkan perekam suara ke PK 2)

PK 2 : Yang jelas, sharing dengan teman sejawat, dengan pimpinan, bagaimana cara

menyelesaikan masalah.

Page 57: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

47

PL : A,, apakah ibu menerima setiap pekerjaan ataukah sering mengeluh dengan

pekerjaan? (PL bicara sambil bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah

berbicara mengarahkan perekam suara ke PK 2)

PK 2 : Ya, menerima tapi terkadang mengeluh tapi tetap juga dilaksanakan dengan baik.

PL : Alasannya ibu?

PK 2 : A,, karena kadang kita punya beban sudah tertumpuk, tapi mungkin pimpinan

memilih kita karena kita mampu bekerja masih ditamba beban lagi sedangkan, a,,

teman-teman profesi lain ada yang tanpa beban tambahan sama sekali, tapi kita

tertumpuk, tapi kita melaksanakan dengan senang hati juga. (terdengar percakapan

pegawai puskesmas dengan volume suara yang cukup besar)

PL : A,, bagaimana dengan ibu apakah tetap menerima pekerjaan a,, atau sering

mengeluh dengan pekerjaan? (sambil mengarahkan perekam suara ke PK 1)

PK 1 : Mm, sama juga.

PL : Alasannya ibu?

PK 1 : Pada dasarnya perawat itu beban kerjanya lebih besar, kadang-kadang kami juga iri

dengan teman profesi lain yang duduk ngerumpi, terus pasiennya juga cuman satu

dua, sedangkan kita, kita harus layani ratusa pasien bahkan pekerjaan tambahan yang

kepala harus berikan, kadang kita juga comel tetapi kita terima dan mengerjakan.

PL : A,, apakah ibu pernah atau sedang merasa tidak menerima keadaan ibu saat ini, atau

menerima? (PL bicara sambil bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah

berbicara mengarahkan perekam suara ke PK 1)

PK 1 : Tidak, menerima.

PL : Menerima, alasannya ibu?

PK 1 : Alasannya a,, pelayanan profesi kita harus jalankan jadi, mau tidak mau harus

menerima

PL : A,, ibu bagaimana? (sambil mengarahkan perekam suara ke PK 2)

PK 2 : Tetap menerima karena kita dalam menjalankan tugas harus profesional, (sambil

tersenyum ke PL dan PK 1)

PL : Lanjut lagi a,, apa ibu pernah merasa kecewa dengan diri sendiri? (PL bicara sambil

bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara mengarahkan perekam

suara ke PK 2)

PK 2 : Tidak

PL : Tidak ?

PK 2 : Ia.

PL : Bagaimana dengan ibu, apakah pernah merasa kecewa dengan diri sendiri? (sambil

mengarahkan perekam suara ke PK 1)

PK 1 : Tidak

PL : Tidak juga.

b. Hubungan positif dengan orang lain

PL : Lanjut pada aspek yang ke dua, itu hubungan positif dengan orang lain. Jadi

hubungan positif itu kemampuan individu menjalin hubungan yang baik dengan orang

lain di sekitarnya. Individu dalam dimensi ini ditandai dengan mampu membina

hubungan yang hangat dan penuh kepercayaan dari orang lain. Kita masuk ke

pertanyaan; Bagaimana hubungan ibu denga rekan kerja ? (PL bicara sambil

Page 58: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

48

bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara mengarahkan perekam

suara ke PK 1)

PK 1 : Hubungan saya dengan rekan kerja, baik seprofesi perawat a,, maupun diluar profesi

perawat kami saling menjalin hubungan kerjasama yang baik dalam hal pelayanan

dalam gedung maupun luar gedung. Jadi seperti dalam hal a,, ada kesulitan kami

saling konsultasi, saling menanyakan, a,, bagaimana cara jalan keluarnya.

PL : Bagaimana dengan ibu, hubungan dengan rekan kerja seperti apa? (sambil

mengarahkan perekam suara ke PK 2)

PK 2 : Sejauh ini baik-baik saja dan kami saling kerja sama, kerja sama sesuai profesi

masing-masing dengan baik, tanggung jawab, dan tetap profesional.

PL : A,, bagaimana hubungan ibu dengan puskesmas dengan pasien maupun keluarga

pasien?

PK 2 : Sangat baik, bahkan kalau ketemu diluar mereka hafal kita, kita kan tidak mungkin

hafal satu per satu karena tiap hari ratusan kunjungan pasien, tapi mereka tegur kita

dengan senang hati (sambil tersenyum)

PL : Bagaimana dengan ibu hubungan dengan,

PK 1 : Baik (sambil memotong pembicaraan PL)

PL : Ia. A,, apakah ibu terbuka untuk bersosialisasi dengan rekan kerja? (PL bicara sambil

bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara mengarahkan perekam

suara ke PK 1)

PK 1 : Selalu baik

PL : Ibu bagaimana? (sambil mengarahkan perekam suara ke arah PK 2)

PK 2 : Sangat terbuka

PL : Apakah terbuka juga dengan pengunjung puskesmas ?

PK 2 : Terbuka (dengan volume suara yang kecil)

PL : Ibu terbuka ? (sambil mengarahkan perekam suara ke PK 1)

PK 1 : Terbuka.

PL : A,, apakah ibu sering mendapat kepercayaan dari rekan kerja? (PL bicara sambil

bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara mengarahkan perekam

suara ke PK 1)

PK 1 : A,, selalu

PL : Seperti apa

PK 1 : A,, misalnya seperti a, dalam hal pelayanan kalau ade-ade yang mau minta konsultasi

a,, kami sebagai senior harus membimbing mereka dan memberi jalan keluar.

PL : Bagaimana dengan ibu, sering mendapat kepercayaan dari rekan kerja ? (sambil

mengarahkan perekam suara ke PK 2)

PK 2 : Ia karena, ia sering mendapat kepercayaan karena terbukti mereka masih percayakan

kita pegang program yang begitu banyak, masih percaya kita dari tahun ke tahun.

PL : A,, apakah sering mendapat kepercayaan dari pengunjung puskesmas?

PK 2 : Ia

PL : Seperti apa?

PK 2 : A,, mereka lebih senang a,, kalau berkunjung kesini, berobat disini, a,, karena

bilangnya pelayanannya lebih bagus, cekatan, begitu.

PL : Bagaimana dengan ibu, sering.. (sambil mengarahan perekam suara ke PK 1)

Page 59: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

49

PK 1 : (memotong pembicaraan) A,, sama, sama. Jadi pasien dari luar dengan kunjungan

pasien e, keluarga pasien itu mereka lebih senang ke puskesmas karena pelayanannya

cepat trus mereka katakan bahwa tidak tau lai meskipun obat generiknya sama, tapi

pelayanan disini obatnya lebih bagud dibanding dengan dokter-dokter atau rumah

sakit. Nah, makanya kami sering mengeluh kok pasien terlalu banyak, tapi mereka

lebih senang karena tepat waktu, nah seperti liat setenga delapan buka loket jam

lapan harus pelayanan, jadi kalau kita meninggalkan seperti hari ini saya piket saya

harus beritahu dengan teman loket dengan dokter di poli.

PL : A,, apa yang dirasakan ibu ketika mendapati rekan kerja yang sedang kesusahan?

Perasaannya? (PL bicara sambil bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah

berbicara mengarahkan perekam suara ke PK 1)

PK 1 : Kesusahan apa?

PL : A,, misalnya mereka sedang membutuhkan bantuan begitu, atau sedang, aa,

pokoknya mereka sedang kesusahan dengan pekerjaan mereka begitu ibu,

PK 1 : Oh ia, jadi dalam hal pelayanan kalau mereka mengalami kesusahan atau kesulitan

kita memberikan bimbingan, kita sebagai senior itu memberikan bimbingan a,, jadi

kalau apa yang mau dikerjakan sama-sama atau dia bisa kerjakan kita membimbing dia

untuk bisa melaksanakan.

PL : Bagaimana dengan ibu (sambil mengarahkan perekam suara ke arah PK 2)

PK 2 : Kalau disini memang sudah terbiasa kerjasama, jadi salah satu rekan kita ada

kesusahan misalnya saat, contohnya saat membuat laporan, kita tanggal lima ni harus

masuk ke dinas, jadi saling membantu, saling kerjasama, jadi tepat waktu terus begitu.

(terdengar teriakan suara anak kecil dari luar)

PL : A bagaimana, a,, apa yang dirasakan ibu ketika mendapati pengunjung puskesmas

yang sedang kesusahan? (PL bicara sambil bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu

setelah berbicara mengarahkan perekam suara ke PK 2)

PK 2 : Jelas kami bertanya dan kami bantu semampu kami.

PL : A,, ibu bagaimana ? (sambil mengarahkan perekam suara ke arah PK 1)

PK 1 : Dia susah dalam hal apa?

PL : A,, misalnya administrasinya ataupun a,, kesusahan dengan kesehatannya, ataupun

tidak tau jalan keluar tentang kesehatannya seperti apa.

PK 1 : A iaa, jadi dalam hal kesehatannya kami semampu kami untuk memberikan

pelayanan kalau tidak bisa kami merujuk. Trus dalam hal administrasi, kami ke

tatausaha untuk membantu dan kami di poli umum juga membantu dalam

administrasi pemeriksaan dan memberikan rujukan.

PL : A,, apa hal yang diinginkan dari ibu ketika ibu menjalin hubungan positif dengan

rekan kerja, yang ibu harapkan seperti apa? (PL bicara sambil bergantian menatap ke

PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara mengarahkan perekam suara ke PK 1)

PK 1 : Yang saya harapkan dalam segi positif, kalau memang kita kerjasama yang bagus

dalam pelayanan maupun hubungan kerjasama didalam berarti semua itu tidak ada

beban, kita bergerak kemana bebas, kesini bebas, tidak ada sesuatu yang mengganjal

sehingga pekerjaan didalam itu semua dilaksanakan dengan baik.

PL : A,, apa yang diharapkan ibu ketika menjalin hubungan positif dengan rekan kerja?

(sambil mengarahkan perekam suara ke PK 2, terdengar teriakan suara anak kecil

diluar)

Page 60: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

50

PK 2 : Ia harapannya akan terus kerjasama yang baik akan terus terjalin sampai kapanpun

a,, terus tidak ada yang mengeluh satu sama lain, begitu.

PL : A,, selanjutnya apa yang ibu harapkan ketika menjalin hubungan positif dengan

pengunjung puskesmas? (PL bicara sambil bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu

setelah berbicara mengarahkan perekam suara ke PK 2)

PK 2 : Ya harapan saya, pasien tetap a,, percaya, tetap a,, percaya bahwa kami selalu

memberikan pelayanan yang terbaik untuk mereka dan kita mereka juga mempercayai

kami, supaya mereka tetap a,, datang sini dan dilayani, dengan baik, ia. (dengan

volume suara yang kecil).

PL : Bagaimana harapan ibu ketika menjalin hubungan positif dengan pengunjung

puskesmas? (sambil mengarahkan perekam suara ke arah PK 1)

PK 1 : A,, dalam hal pengunjung puskesmas, untuk hal yang positif itu, kalau kita melayani

sesama kita yang sakit, kita kan mengandaikan kita pung diri, nah jadi seandainya saya

yang sakit saya pergi ke, meskipun kita orang kesehatan, kita ke faskes yang kita tuju

dan kita diterima dengan baik, secara tidak langsung pengobatan psikis itu sudah ada,

apalagi pengobatan medisnya masuk jelas kita akan sembuh,sama juga pasien yang

berkunjung saya mengandaikan, saya melayani itu saya mengandaikan saya punya diri,

jadi dia tu manusia sama dengan kita, jadi kita harus melayani dari hati. Ia.

PL : A,, selanjutnya apakah pernah ada hal yang tidak diinginkan terjadi ketika ibu

menjalin hubungan positif dengan orang lain? (PL bicara sambil bergantian menatap

ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara mengarahkan perekam suara ke PK 1)

PK 1 : A,, saya tuh sangat tidak mengharapkan hal-hal yang negatif terjadi dalam pekerjaan

kita, baik didalam gedung maupun luar gedung, yang diharapkan itu hal-hal yang baik.

PL : Bagaimana dengan ibu? (sambil mengarahkan perekam suara ke arah PK 2)

PK 2 : A,, jika sampai memang itu terjadi, yang jelas kami secepatnya menyelesaikan

dengan baik, tidak berlarut-larut sampai mempengaruhi kerja kami (terdengar suara

tertawa anak kecil dan juga teriakan)

PL : A,, berarti disini ibu tidak menutup diri untuk berosialisasi dengan rekan kerja

maupun pengunjung puskesmas. (PL bicara sambil bergantian menatap ke PK 1 dan PK

2, lalu setelah berbicara mengarahkan perekam suara ke PK 2)

PK 2 : Pastinya tidak

PL : Tidak. Ibu? (sambil mengarahkan perekam suara ke PK 1)

PK 1 : Tidak juga.

c. Otonomi

PL : A,, kita lanjut lagi yang ketiga itu otonomi, aa otonomi itu kemampuan individu untuk

bebas namun tetap mampu mengatur hidup dan tingkah lakunya, aa otonomi disini

ditandai dengan bebas, mampu untuk menentukan nasib sendiri dan mengatur

perilaku diri sendiri, kemampuan mandiri, tahan terhadap tekanan sosial,maupun

mampu unutk mengevaluasi diri sendiri. Masuk pertanyaan yang pertama; apa saja

masalah yang paling sering muncul dalam pekerjaan? (PL bicara sambil bergantian

menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara mengarahkan perekam suara ke PK

1)

PK 1 : (PK 1 terdiam beberapa detik sambil berpikir) A,, misalnya apa ya, saya rasa tidak ada

masalah, hanya dalam pelaksanaan tugas itu seperti tadi saya bilang, karena

Page 61: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

51

kekurangan dokter, pasien dalam hal ini dalam kunjungan banyak jadi perawat yang

mengambil alih aa,, profesi dokter, jadi itu kendala bagi saya tetapi dalam hal

pelaksanaan kami tidak menganggap hal itu sebagai beban, kami menjalankan seperti

biasa, saya sudah 13 tahun disini tapi tidak terjadi sesuatu hal yang diangkat di publik

bahwa a,, perawat ini begini-begini, nah makanya saya tuh senang meskipun kami tuh

merangkap profesinya dokter.

PL : A,, bagaimana dengan ibu masalah apa yang paling sering muncul di tempat kerja?

(sambil mengarahkan perekam suara ke PK 2, terdengar suara percakapan dari

pegawai puskesmas)

PK 2 : Secara pribadi tidak ada masalah, terkadang ya seperti a,, tadi itu, disini jumlah

tenaga sedikit dibanding jumlah sasaran yang begitu banyak, dengan kunjungan kita

yang banyak setiap hari, belum lagi tugas keluar kedung yang juga banyak, jadi

terkadang mengalami kendala seperti jadwal tugas keluar sekian orang harus keluar,

nanti terpaksa yang lain harus tinggal poli melayani pasien di puskesmas begiut, tidak

bisa keluar karena memang sasaran banyak sekali. (PK 2 berbicara dengan lembut dan

volume suara yang keci, sesekali terdengar suara dari pegawai puskesmas)

PL : A,, selanjutnya saat menghadapi masalah ditempat kerja, apa ibu lebih memilih

untuk menyelesaikan sendiri atau berbagi dengan rekan kerja? (PL bicara sambil

bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara mengarahkan perekam

suara ke PK 2)

PK 2 : tetap berbagi, kalau seee, masalah yang dihadapi adalah masalah bersama tentang

pekerjaan di puskesmas yang jelas diselesaikan secara bersama, kalau pribadi ya

pribadi.

PL : Bagaimana dengan ibu? (sambil mengarahkan perekam suara ke PK 1)

PK 1 : A,, dalam hal tadi pelayanan itu, a,, dianggap sebagai masalah kalau merangkap tugas

tetapi kami menyelesaikan sendiri, karena tidak ada dokter perawat menyelesaikan

sendiri, tetapi kalau dalam hal yang mungkin harus saya selesaikan dengan kepala

puskesmas atau teman-teman rekan kerja, nanti didiskusikan bersama. (terdengar

suara tangisan anak kecil dari luar ruangan)

PL : Selanjutnya ketika diperhadapkan dengan masalah, dan ibu mendapat masukan dan

kritikan dari orang lain bagaimana a,, perasaan ibu? (PL bicara sambil bergantian

menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara mengarahkan perekam suara ke PK

1)

PK 1 : A,, dalam hal kalo ada kritikan ya, berkaitan dengan kelalaian kerja saya, mungkin

menerima, tetapi kritikan yang dalam hal seperti mengacaukan otak saya, saya

bantah, kerena pelayanan saya itu saya yang layani sendiri bukan siapa-siapa, ia.

(terdengar teriakan suara anak kecil)

PL : Bagaimana dengan ibu, perasaan ketika menerima kritikan dari orang lain? (sambil

mengarahkan perekam suara ke PK 2)

PK 2 : Kalo kritikan itu berpengaruh positif bagi pelayanan kami, bagi kinerja kami, yang

jelas kami, saya pribadi menerima.

PL : Oh, berarti ibu menerima kritikan ya, a,, mengapa ibu menerima kritikan dari orang

lain? (PL bicara sambil bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara

mengarahkan perekam suara ke PK 2)

Page 62: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

52

PK 2 : A,, sejauh itu baik, a,, pengaruhnya untuk, membwa segi posittif begitu untuk kinerja,

hasil kinerja kami.

PL : A,, mengapa ibu menerima kritikan dari orang lain? (sambil mengarahkan perekam

suara ke arah PK 1)

PK 1 : Itu masukan positif

PL : Ia

PK 1 : Ia, tetapi kritikan yang a,, masukan negatif bagi saya, saya langsung bantah. Ia

PL : Lanjut lagi, menurut ibu apa tanggung jawab bagi diri sendiri? (PL bicara sambil

bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara mengarahkan perekam

suara ke PK 1)

PK 1 : A,, tanggung jawab pelayanan terhadap masyarakat itu a,, saya harus ini untuk diri

saya sendiri. Jadi saya untuk mempertahankan tanggung jawab yang dibebankan

kepada saya, saya harus melakukan dengan baik.

PL : A,, menurut ibu apa tanggung jawab terhadap diri sendiri? (sambil mengarahkan

perekam suara ke arah PK 2)

PK 2 : Profesi saya sebagai perawat, yang jelas saya harus bekerja profesional sebagai

seorang perawat, melayani dengan ikhlas, dengan sungguh a,, membawa kebaikan

kepada masyarakat.

PL : Apakah ibu merasa telah bertanggung jawab terhadap diri sendiri? (PL bicara sambil

bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara mengarahkan perekam

suara ke PK 2)

PK 2 : Sudah, selama ini saya rasa saya sudah bertanggung jawab.

PL : Mengapa ibu merasa sudah bertanggung jawab? Alasannya

PK 2 : Karena semua tugas yang diberikan, semua beban kerja, semua tanggung jawab saya

sudah laksanakan a,, semampu saya dan sudah berusaha sebaik mungkin (sambil

tersenyum menatap ke PL)

PL : Apakah ibu merasa telah bertanggung jawab dengan diri ibu? (sambil mengarahkan

perekam suara ke PK 1)

PK 1 : Ia. Saya sudah bertanggung jawab karena seluruh beban yang diberikan kepada saya,

itu saya melaksanakan dengan baik, terbukti dengan pelayanan pasien, terus program

itu seperti laporan bulanan jadi semua baik a,, kegiatan kerja harian maupun

pertanggungjawaban keuangan itu saya laksanakan semuanya dengan baik.

PL : A,, selanjutnya apakah ibu mampu bertahan dengan tekanan sosial yang ada? (PL

bicara sambil bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara

mengarahkan perekam suara ke PK 1)

PK 1 : Tekanan?

PL : Ia, aa.. tekanan dari pekerjaan, atau dari orang lain yang membuat ibu seperti down

begitu

PK 1 : A,, dalam hal pekerjaan saya, saya bertahan.

PL : Bertahan. Alasannya ibu?

PK 1 : Alasannya karena saya masih mampu untuk melayani jadi a,, saya semampu saya

untuk bisa melayani kepada sesama saya.

PL : Bagaimana dengan ibu? (sambil mengarahkan perekam suara ke PK 2)

Page 63: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

53

PK 2 : Saya bertahan karena terbukti selama ini saya melayani dengan baik, tidak ada

keluhan dari rekan kerja ataupun pengunjung puskesmas begitu. (volume suara PK 2

mengecil)

PL : A,, selanjutnya apakah ibu mampu untuk menilai dan mengevaluasi diri sendiri? (PL

bicara sambil bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara

mengarahkan perekam suara ke PK 2)

PK 2 : Mampu (dengan volume suara yang kecil)

PL : Mampu?

PK 2 : Ia

PL : Bagaimana dengan ibu? (sambil mengarahkan perekam suara ke arah PK 1)

PK 1 : Ia untuk dalam hal kinerja dan pelayanan, mampu.

PL : A,, lanjut lagi. Bagaimana penilaian ibu terhadap kondisi ibu saat ini? (PL bicara

sambil bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara mengarahkan

perekam suara ke PK 1)

PK 1 : A,, penilaian a,, saya sementara terhadap kondisi saya sampai saat ini, saya memang

orang hipertensi, tetapi dalam hal a,, instirahat, pikiran, obat, saya a,, jalani dengan

baik jadi saya tidak mengalami hambatan.

PL : A,, bagaimana penilaian ibu terhadap kondisi ibu saat ini? (sambil mengarahkan

perekam suara ke arah PK 2)

PK 2 : A,, saya baik-baik saja, dan bersyukur selama ini sehat-sehat saja. Kadang kalau ada

beban tugas, selalu dikerjakan a, didiskusikan dengan rekan kerja a,, di rumah pun

begitu kadang didiskusikan dengan suami, jadi saya tidak merasa terbeban sama skali.

PL : A,, selanjutnya apa ada hal-hal yang menurut ibu perlu diperbaiki dalam diri ibu? (PL

bicara sambil bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara

mengarahkan perekam suara ke PK 2)

PK 2 : Mungkin mm, walaupun selama ini mungkin pimpinan tugas-tugas sudah

mempercayai kepada saya, tapi saya ingin a,, bekerja lebih baik lagi.

PL : A,, apakah ada hal-hal yang menurut ibu perlu untuk diperbaiki dari diri ibu? (sambil

mengarahkan perekam suara ke PK 1)

PK 1 : Mm,, dalam pelayanan sudah oke tetapi dalam hal pribadi saya yang peru saya

perbaiki tu yang seperti tadi saya bilang, saya butuh ekstra seperti istirahat, rekreasi,

sehingga saya tu tidak terbeba, saya memang orang HT to jadi ia begitu sudah.

PL : A,, bagaimana cara ibu untuk memperbaiki diri lebih baik?

PK 1 : A,, cara saya seperti yang tadi bilang, saya harus menjaga kondisi saya, saya setiap

hari tu harus mendapat istirahat ia, istirahat trus pola makan itu saya harus perhatikan

dengan obat-obatan ya pengontrolan kesehatan saya (volume suara TK 1 mengecil lalu

naik lagi). Saya terkadang tu tensi sendiri, suami saya ada tapi saya tidak harap, saya

rasa agak tidak enak saya tensi sendiri,

PL : Oh ia. Ibu bagaimana cara ibu untuk memperbaiki diri ibu ? (sambil mengarahkan

perekam suara ke PK 2)

PK 2 : Yang jelas untuk tugas, dalam hal pekerjaan ya? (terdengar percakapan pegawai

puskesmas)

PL : Ia

PK 2 : Saya membutuhkan dukungan dari rekan kerja juga, dari kepal puskesmas juga,

untuk memperbaiki a,, diri saya. (volume suara PK 2 menjadi sangat kecil)

Page 64: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

54

d. Penguasaan lingkungan

PL : Lanjut yang keempat itu penguasaan lingkungan, itu digambarkan dengan

kemampuan individu untuk mengatur lingkungannya, memanfaatkan kesempatan

yang ada di lingkungan, menciptakan, dan mengontrol lingkungan sesuai dengan

kebutuhan. A,, pertanyaan yang pertama; bagaimana pandangan ibu kepada

lingkungan kerja? (PL bicara sambil bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah

berbicara mengarahkan perekam suara ke PK 1)

PK 1 : Mm,, pandangan saya terhadap lingkungan keerja saya tu a,, saya senang karena

disini kunjungan pasiennya lumayan banyak,karena dekat dengan akses pasar jadi

pasien tuh banyak. Nah trus yang berikut rekan kerja saya itu juga bagus terus kami

juga tidak saling cemburu, saling kerjsama karena semua pasien itu terlayani dengan

baik. Trus hal yang ketiga saya senang di puskesmas kota karena kami tidak bolak-balik

untuk kebutuhan rumah tangga, setelah pelayanan pasien kami langsug ke pasar

untuk belanja kebutuhan keluarga, jadi saya sangat senang dengan lingkungan saya.

(volume suara PK 1 mengecil, terdengar percakapan di luar ruangan)

PL : A,, bagaimana pandangan ibu kepada lingkungan kerja? (sambil mendekatkan

perekam suara ke arah PK 2)

PK 2 : Didalam puskesmas sendiri atau di masyarakat?

PL : A,, tentang pekerjaan ibu di puskesmas

PK 2 : Untuk lingkungan puskesmas dengan rekan-rekan kerja profesi yang lain, mungkin

kami cukup bangga karena selama ini kerja sama kami sangat bagus. Untuk lingkungan

masyarakat, masyarakat sendiri juga mengerti walaupun diantara rumah penduduk

yang begini padat, tapi mereka terhadap pelayanan kami juga mengerti meskipun

pasien begitu banyak mereka tetap mengerti. (suara PK 2 sangat kecil dan tertutup

suara percakapan dari pegawai puskesmas)

PL : Selanjutnya, apa ibu merasa terganggu pekerjaannya ketika diperhadapkan dengan

keadaan yang tidak nyaman, pada lingkungan sekitar yang tidak nyaman? (PL bicara

sambil bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara mengarahkan

perekam suara ke PK 2)

PK 2 : Tidak

PL : Tidak, alasannya?

PK 2 : Alasannya selama ini kami kalau tidak nyaman sering ya, ada pasien begitu banyak

tapi suara bising kendaraan bahkan masyarakat, ini kan lingkungan pasar, tapi kita

melayani dengan baik, tidak merasa terganggu.

PL : A,, ibu apakah merasa terganggu pekerjannya ketika diperhadapkan dengan keadaan

sekitar yang tidak nyaman? (sambil mengarahkan perekam suara ke arah PK 1)

PK 1 : A,, bagi pelayanan kami itu tidak masalah. Hanya seperti suasana bising yang bahkan

seperti kalau pelayanan masalah karena didalam ruangan yang menjadi masalah tu

saat-saat rapat. Rapat itu kan tidak ada aula dari lorong situ sampai jalan sini (sambil

PK 1 menunjuk ke arah lorong puskesmas), jadi kalau motor yang anak muda gas-gas

itu saya tidak senang.

PL : A,, selanjutnya ada usaha dari ibu untuk memperbaiki lingkungan yang kurang

nyaman? (PL bicara sambil bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah

berbicara mengarahkan perekam suara ke PK 1)

Page 65: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

55

PK 1 : Tidak, seperti suasana bising motor itu kita mau bagaimana karena bukan seprofesi

jadi kita ada masukan, ini orang luar semua.

PL : Ibu seperti apa? (sambil mengarahkkan perekam suara kearah PK 2)

PK 2 : A,, sama kita tidak mungkin melarang to lewat sini karena memang ini jalan akses

menuju kepasar. (sambil PK 2 tersenyum)

PL : Saat terjadi permasalahan di lingkungan kerja dan permasalahan tersebut tidak

melibatkan ibu bagaimana a,, tanggapan ibu? Ketika ibu tidak dilibatkan dalam suatu

penyelesaian masalah begitu (PL bicara sambil bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2,

lalu setelah berbicara mengarahkan perekam suara ke PK 2)

PK 2 : Tidak ada, jadi menerima saja tapi kalau ada hubungannya dengan profesi kami yang

jelas kami akan bertanya kenapa, selama ini kita kerjasama dengan baik.

PL : Bagaimana dengan ibu, ketika ibu tidak dilibatkan dalam a,, suatu penyelesaian

masalah? (sambil mengarahkan perekam suara ke PK 1)

PK 1 : Untuk selama saya bekerja selama 13 tahun disini, selama ini tidak ada masalah,

hanya kemarin itu yang ada lempar-lempar pot, mungkin anak-anak mabuk jadi kami

juga tidak dilibatkan karena bukan piket malam, hanya kita memberikan solusi, jadi

ada hubungi RT abis minta cctv dari tetangga paman didepan, hanya memberikan

solusi saja tetapi penyelesaian itu atasan dan pemerintah setempat.

PL : Selanjutnya lagi bagaimana lingkungan kerja yang ideal menurut ibu? (PL bicara

sambil bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara mengarahkan

perekam suara ke PK 1)

PK 1 : A,, lingkungan kerja yang ideal menurut saya yaitu seperti apa namanya, jangan

terlalu di tempat-tempat a,, jalan umum begini sehingga tidak mengganggu seperti

suasana bising segala macam nah itu maunya kami tetapi itu sudah seperti itu akses

pelayanan kami, faskes kami itu di tempat-tempat umum ini jadi untuk sementara ada

mau persiapan membangun ada satu lurah di Nonohonis itu memang mau disitu, tapi

mungkin memang kunjungannya lebih kecil karena dia jauh dari kota to, jadi orang

mau ojek bolak balek juga pikir, mungkin disini nanti lebih banyak tetapi itu hanya

untuk mendekatkan pelayanan kesana.

PL : A,, bagaimana lingkungan kerja yang ideal menurut ibu? (sambil mengarahkan

perekam suara ke arah PK 1)

PK 2 : Yang jelas posisinya strategis, masyarakat mudah menjangkau dengan transportasi

apapun pribadi ataupun kendaraan umum, itu kami sudah punya, selama ini memang

tempatnya strategis, mungkin saja dulu waktu membangun kan tidak seramai ini, nah

sekarang sudah berkembang, sudah begini rame jadi, tapi pemerintah sudah

merencanakan untuk tempatnya.

e. Tujuan hidup

PL : Lanjut yang kelima itu tujuan hidup, jadi tujuan hidup itu individu memiliki

pemahaman yang jelas akan tujuan dan arah hidupnya, memegang keyakinan bahwa

individu mampu mencapai tujuan dalam hidupnya, dan merasa bahwa pengalaman

hidup di masa lampau dan masa sekarang memiliki makna. Masuk ke pertanyaan; A,,

apa tujuan hidup menurut ibu? (PL bicara sambil bergantian menatap ke PK 1 dan PK

2, lalu setelah berbicara mengarahkan perekam suara ke PK 1)

Page 66: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

56

PK 1 : A,, tujuan hidup menurut saya yang saya harapkan itu saya sampai pensiun bahkan

sampai bisa melihat anak cucu saya yang penting saya masih bisa bersama-sama

mereka.

PL : Oh iaa,

PK 1 : (melanjutkan pembicaraan) Itu harapan saya meskipun, saya ni orangnya memang

sakit-sakitan yaitu bukan sakit apa tapi hipertensi tetapi harapan saya itu saya masih

mau sampai pensiun bahkan bisa sampai melihat anak cucu, ia.

PL : Bagaimana dengan ibu? (sambil mengarahkan perekam suara ke arah PK 2)

PK 2 : Saya sebagai profesi sebagai seorang perawat, saya bisa menjalankan tugas dengan

baik, dengan benar dan bertanggung jawab, profesional. Abis sebagai seorang prbiadi

a,, dalam keluarga semua kebutuhan, kenyamanan hidup terpenuhi.

PL : Selanjutnya apakah menurut ibu setiap orang harus memiliki tujuan hidup? (PL bicara

sambil bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara mengarahkan

perekam suara ke PK 2)

PK 2 : Harus

PL : A,, alasannya?

PK 2 : Karena kalau kita tidak punya tujuan hidup yang jelas kerjanya mungkin tidak

terarah, iaa.

PL : Bagaimana dengan ibu? (sambil mengarahkan perekam suara ke PK 1)

PK 1 : Jelas, semua manusia, kecuali memang dia gangguan sedikit baru tidak ada tujuan

hidup.

PL : Oh iaa

PK 1 : Ia

PL : Selanjutnya, tadi kan ibu sudah menyebutkan tujuan hidup ibu a,, apakah tujuan

hidup tersebut sudah tercapai? (PL bicara sambil bergantian menatap ke PK 1 dan PK

2, lalu setelah berbicara mengarahkan perekam suara ke PK 1)

PK 1 : A,, tujuan hidup saya yang pertama yang saya banggakan a,, bukan sudah tercapai.

PL : Ia

PK 1 : Tetapi anak saya dua sudah a,, wisuda dan sudah dapat kerja, satu hampir mau habis,

satu masih SMP tetapi harapan saya yang terakhir itu saya harus melihat anak cucu

saya, menantu anak dan cucu.

PL : Bagaimana dengan ibu? (sambil mengarahkan perekam suara ke arah PK 2, terdengar

teriakan dari anak kecil diluar)

PK 2 : Kalau tercapai, seratus persen belum, karena kita hidup masih lama kedepan, tidak

tau kita sampai umur berapa, tapi sejauh ini ya baik dipekerjaan kita, dirumah tangga

kita, saya sudah merasa nyaman lah, sudah cukup ada puasnya. (sambil tersenyum)

PL : A,, dalam mencapai tujuan hidup apakah ada kendala yang menghambat? (PL bicara

sambil bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara mengarahkan

perekam suara ke PK 2)

PK 2 : Mm,, pasti sedikit-sedikit ada, mungkin hal-hal kecil pasti ada

PL : Pasti ada, biasanya seperti apa?

PK 2 : A,, kalau dalam hal pekerjaan mungkin kendalanya kadang bekerja dengan baik tapi,

fasilitas yang kurang begitu, kalau di a,, rumah tangga mungkin keinginannya tinggi

begini, (sambil memperbaiki cara duduk), tapi ada kendala ada masalah entah waktu

Page 67: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

57

atau keuangan, begitu. Tapi sejauh ini ya sudah sesuai dengan kemampuan kami ya

sudah rasa cukup.

PL : A,, bagaimana dengan ibu apakah ada kendala dalam mencapai tujuan hidup?

(sambil mengarahkan perekam suara ke PK 1)

PK 1 : (sambil tertawa) A,, dalam mencapai tujuan hidup a,, itu sudah ada kendala tetapi

tidak terlalu ini, jadi kami bisa menyelesaikan semua, terus dalam hal kebutuhan

keluarga ya ada juga tetapi kami mengupayakan sampai semua sepertinya terpenuhi.

PL : A,, untuk mencapai tujuan hidup apa yang dilakukan ibu, usaha apa yang dilakukan?

(PL bicara sambil bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara

mengarahkan perekam suara ke PK 1)

PK 1 : A,, ini sampai harus bongkar semua-semua ini ko? (sambil tertawa dan menarik diri

kebelakang) aduhh, adek sayang ee harus buka-bukaan mau tertutup juga a,,

bertentangan (PK 2 ikut tertawa kecil).

Ya, dalam hal tujuan hidup kami, syukur kepada Tuhan, kami dikaruniai empat anak,

dan kami suami istri juga bekerja, kami punya usaha-usaha kecil, kios, angkot, trus

sekarang lagi geluti dengan kos-kosan, siap dipakai, ia. (PK 1 tersenyum. Terdengar

percakapan pegawai puskesmas di luar ruangan).

PL : A,, bagaimana dengan ibu usaha untuk mencapai tujuan hidup seperti apa? (sambil

mengarahkan perekam suara ke PK 2)

PK 2 : Kalau untuk tujuan hidup, pasti kita semua pasti mau hidup enak (sambil tersenyum),

ya ujung-ujungnya pada keadaan ekonomi, jadi yang jelas kami akan berusaha

walaupun gaji kami tidak seberapa, yang jelas kami harus pintar-pintar a,, untuk usaha

begitu, supaya tidak kekurangan, tidak selalu kekurangan, dan yang jelas kami a,,

harus tau diri lah, pengeluaran itu harus disesuaikan dengan kemampuan kami, tidak

boleh melebihi pendapatan begitu.

f. Pertumbuhan pribadi

PL : Lanjut yang terakhir itu pertumbuhan pribadi. Jadi pertumbuhan pribadi itu ditandai

dengan adanya perasaan mengenai pertumbuhan yang berkesinambungan dalam

dirinya, memandang diri sebagai individu yang selalu tumbuh dan berkembang,

terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru, memiliki kemampuan dalam

menyadari potensi diri yang ada, a,, masuk ke pertanyaan pertama itu; apakah ibu

merasa ada perubaha dalam diri ibu setelah beberapa tahun bekerja disini? (PL bicara

sambil bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara mengarahkan

perekam suara ke PK 2)

PK 2 : A,, ada, perubahan ada.

PL : Ada a,, perubahan seperti apa yang ibu alami? (terdengar percakapan dari pegawai

puskesmas)

PK 2 : Baik dalam hal ilmu, pengalaman kerja, (PK 2 berhenti dan berpikir sejenak)

kesejahteraan, semua bertambah.

PL : A,, bagaimana dengan ibu apakah merasa ada perubahan setelah beberapa tahun

bekerja disini? (sambil mengarahkan perekam suara ke PK 1)

PK 1 : Ia ada perubahan (dengan volume suara yang kecil)

PL : Perubahan seperti apa yang dialami?

Page 68: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

58

PK 1 : A,, berpengaruh dalam hal pengalaman kerja, perubaha a,, apa, ilmu dari pelatihan-

pelatihan, trus pengalaman di kampung itu beda orang pedesaan dengan orang di

perkotaan, jadi memang ada perubahan, ia.

PL : A,, apakah ibu merasa telah bekerja dengan optimal? (PL bicara sambil bergantian

menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara mengarahkan perekam suara ke PK

1)

PK 1 : Ia (volume suara mengecil)

PL : Mungkin bisa dijelaskan,

PK 1 : A,, saya bekerja dengan optimal, caranya dengan kalau dikampung, a,, pelayanan

pasien tu ramai kalo di pasar saja, sedangkan di kota, kota ni entah di puskesmas lain,

tapi di puskesmas kota hampir setiap hari tu ramai terus, trus dalam hal pekerjaan di

luar gedung itu juga demikian, hanya akses di apa namanya, di transportasi di

pedesaan harus ditempuh dengan jalan kaki, sedangkan di kota cepat, enak dengan

angkot atau ojek trus hanya pengeluaran a,, dikota lebih besar dibanding dengan

didesa, didesa karena ditempuh dengan jalan kaki trus uang yang masuk di pasar

cuman semingu sekali, pembelanjaan juga kurang ini, tetapi dikota harus setiap hari,

jadi kita harus pintar-pintar untuk bagaimana memperoleh tambahan dari gaji.

PL : A,, ibu apakah ibu merasa telah bekerja dengan optimal? (sambil mengarahkan

perekam suara ke PK 2)

PK 2 : Ia, saya sudah bekerja dengan optimal karena a,, semua beban, semua tugas,

tanggung jawab yang dilimpahkan kepada saya belum ada yang mengeluh tentang

kinerja saya, kadang saya pengen rolling tanggung jawab tapi rekan-rekan dengan

kepala puskesmas itu tidak

PL : A,,bagaimana perasaan ibu ketika bekerja dengan optimal? (PL bicara sambil

bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara mengarahkan perekam

suara ke PK 2)

PK 2 : Rasa puas

PL : Rasa puas. Bagaimana dengan ibu, perasannya? (sambil mengarahkan perekam suara

ke PK 1)

PK 1 : Senang dan puas dengan hasil pekerjaan yang saya lakukan. (terdengar percakapan

pegawai puskesmas di luar ruangan)

PL : A,, apakah ibu merasa ada perubahan dalam diri ibu saat bekerja dengan optimal?

(PL bicara sambil bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara

mengarahkan perekam suara ke PK 1)

PK 1 : Ada perubahan

PL : Ada perubahan?

PK 1 : Ia

PL : A,, bagaimana dengan ibu? (sambil mengarahkan perekam suara ke arah PK 2)

PK 2 : Ada perubahan, yang jelas saya senang.

PL : A,, apa saja hambatan yang sering terjadi saat ibu berusaha bekerja dengan optimal?

(PL bicara sambil bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara

mengarahkan perekam suara ke PK 2)

PK 2 : Kalau kita mau melakukan hal yang baik, a,, sesuai prosedur yang ada pasti ada

kekurangan-kekurangan dan hambatan, kalau kita lakukan sesuai protab pasti ada

saja, entah fasilitasnya seperti alatnya atau dananya itu pasti ada.

Page 69: Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di ......Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara

59

PL : A,, bagaimana ibu mengatasi hambatan tersebut?

PK 2 : Berusaha untuk komunikasi dengan yang ada, kalau misalkan tidak ada dana

mungkin kita tunda kegiatan-kegiatan lain, waktunya begitu,

PL : A,, ibu apa saja hambatan yang sering terjadi saat ibu bekerja dengan optimal?

(sambil mengarahkan perekam suara ke PK 1)

PK 1 : A,, contoh kegiatan yang tidak seberapa lama kemarin itu kegiatan POPM frambusia,

kendala bagi saya tu dana, jadi kepala puskesmas meminta saya untuk pakai tahan

dana saya untuk bisa membantu kelancaran kegiatan, nanti sudah ada baru

dikembalikan.

PL : Ohh, berarti mengatasinya dengan menggunakan usaha sendiri?

PK 1 : Ia, demi programnya saya dari pada nanti tidak jalan dan itu biar saya handle dulu

tapi perjanjian dari kepala nanti dikembalikan.

PL : A,, itu sudah semua pertanyaan yang saya ajukan, trimakasih untuk waktunya, maaf

saya sudah mengganggu kegiatan ibu hari ini, semoga penelitian ini dapat memberi

manfaat bagi kita, demikian dari saya, trimakasih banyak.