psychological well-being perawat yang bekerja di ......psychological well-being perawat yang bekerja...
TRANSCRIPT
Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja
di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa
Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur
Tugas Akhir
Disusun Oleh:
Erlin Oktavia Tunliu
462014017
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2018
ii
Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja
di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa
Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur
Tugas Akhir
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam
memperoleh gelar sarjana keperawatan
Disusun Oleh:
Erlin Oktavia Tunliu
462014017
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2018
iii
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT
iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS
vi
vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGASHALAMAN PENGESAHAN
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas tuntunan tangan kasihnya
karya ilmiah tugas akhir ini boleh terselesaikan dengan baik.
Peneliti berharap dengan adanya tulisan ini dapat memberikan dampak
positif bagi setiap profesi perawat yang bertugas di puskesmas kota maupun
puskesmas desa dalam bekerja agar tetap dalam keadaan psikologis yang
sejahtera sehingga dalam pelayanannya dapat memberikan hasil yang maksimal
kepada pasien maupun diri sendiri.
Tugas akhir ini dapat terselesaikan juga tentunya atas dukungan dari
berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis berterimakasih kepada Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan dan juga Fakultas Teologi, Universitas Satya
Wacana yang selalu memberikan bimbingan hingga tugas akhir ini dapat
selesai. Penulis juga berterimakasih kepada tempat penelitian yaitu Puskesmas
Kota Soe dan Puskesmas Binaus, Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur
yang telah memberikan ruang dan kesempatan untuk dijadikan tempat
penelitian.
Tugas akhir yang dikerjakan sejak Agustus 2017 hingga November 2018
ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya.
Salatiga, 12 Desember 2018
Penulis.
ix
DAFTAR ISI
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ..................................................................................................... iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES .......................................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ..................................................................................... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR ...................................................... vi
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................................................... ix
Daftar Lampiran ...................................................................................................................................... x
Pendahuluan ............................................................................................................................................ 1
Metode .................................................................................................................................................... 4
Hasil ........................................................................................................................................................ 5
Pembahasan........................................................................................................................................... 11
Daftar Pustaka ....................................................................................................................................... 14
Lampiran...............................................................................................................................................22
x
Daftar Lampiran
1. Surat ijin penelitian
2. Sertifikasi komisi etik
3. Panduan wawancara
4. Informed consent
5. Transkip wawancara
1
Pendahuluan
Ryff (1989) mengemukakan kesejahteraan psikologis merupakan pencapaian dari
potensi psikologis individu dan ketika individu dapat menerima kelebihan dan kekurangan
diri, mempunyai tujuan hidup, memiliki relasi yang positif dengan orang lain, tidak
bergantung pada orang lain, dapat mengendalikan lingkungan dan terus bertumbuh secara
personal[1]. Ramos (2007) menyebutkan bahwa kesejaheraan psikologis merupakan keadaan
dimana individu memiliki hubungan yang harmonis dengan individu yang lain maupun dalam
suatu kelompok. Ketika seseorang memiliki psychological well-being atau kesejahteraan
yang tinggi maka hal itu juga akan terbawa pada perasaannya saat bekerja[2]. Penilaian
individu terhadap lingkungan kerja yang menyenangkan, memiliki tantangan serta menarik
menunjukkan bahwa individu merasakan kebahagiaan dan memiliki kinerja optimal (Wright
& Bonnet, 2007)[3].
Psychological well-being individu dipengaruhi oleh berbagai hal. Menurut penelitian
yang telah dilakukan oleh Anissa Fitriani (2016), Anita dan Winda Tanujaya (2014),
ditemukan berbagai faktor yang mempengaruhi psychological well-being individu. Faktor
tersebut adalah religiusitas, dukungan sosial keluarga serta ketidakpuasan kerja. Religiutas
dan kesejahteraan psikologis memiliki hubungan positif yang signifikan. Penelitian tersebut
menunjukkan tinggi atau rendahnya kesejahteraan psikologis dapat dilihat dari tinggi
rendahnya religiutas seseorang[4]. Selain itu, disebutkan bahwa ada hubungan positif antara
psychological well-being dengan dukungan dalam keluarga yaitu jika dukungan dari keluarga
rendah maka psychological well-being seorang individu juga akan rendah, begitupun
sebaliknya[5]. Faktor selanjutnya adanya hubungan positif yang rendah dalam kepuasan kerja
karyawan dengan kesejahteraan. Hal ini menandakan semakin seorang karyawan merasakan
kepuasan dalam pekerjaannya maka psychological well-being yang dimilikinya semakin
tinggi, dan juga sebaliknya[6].
Seorang perawat dalam pekerjaannya memiliki beban yang berat. Hal itu dikatakan
sebagai beban kerja, yaitu saat dimana individu diperhadapkan dengan tanggung jawab yang
harus diselesaikan pada batas waktu yang telah ditetapkan. Hasil penelitian yang dilakukan
Batuah, Haskas dan Latif (2012) terhadap beberapa perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit
Islam Faisal Makassar, didapatkan hasil jika adanya hubungan yang negatif antara beban
kerja yang berat pada kinerja perawat. Hal ini menunjukkan bahwa semakin diberikannya
beban kerja yang berat pada perawat maka perawat akan memberikan kinerja yang kurang
optimal[7]. Nelson, Boudrias, Brunet, Morin, Civita, Savoie dan Alderson (2014),
2
menyatakan bahwa salah satu hal yang dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis
seseorang yaitu kondisi dalam bekerja yang tegang. Kesejahteraan psikologis yang kurang
baik pada perawat akan berpengaruh terhadap keselamatan pasien, kinerja dalam bekerja,
serta keuntungan dalam usaha pelayanan kesehatan[8]. Penelitian lain yang pada perawat di
rawat inap RSUD Undata Palu yang dilakukan oleh Sipatu (2013) dikatakan jika perawat
memiliki stress dalam pekerjaannya akan berpengaruh terhadap kinerjanya dengan sangat
signifikan, hal ini menujukkan bahwa tingkat stress yang makin tinggi menghasilkan kinerja
yang juga makin tinggi. Hal ini dapat terjadi karena kerjasama dengan rekan kerja yang baik,
dimana perawat saling mendukung, membantu dan memotivasi yang lain ketika
diperhadapkan dengan stress, sehingga meskipun perawat memiliki beban kerja yang cukup
tinggi mereka tetap berusaha untuk menyelesaikan pekerjaan dengan terus memberikan
pelayanan secara maksimal pada pasien[9].
Penelitian lain yang dilakukan oleh Malek, Mearns dan Filin (2010), ditemukan hasil
yang menyatakan bahwa stress pada pekerjaan memiliki hubungan yang signifikan serta
hubungan yang negatif dengan psychological well-being. Hal ini menunjukkan bahwa, jika
stress pada pekerjaan cukup tinggi maka psychological well-being akan menurun, begitu juga
sebaliknya[10]. Menurut Anatan (2009), stress memiliki pengaruh yang positif dan juga
negatif. Dampak yang negatif yaitu adanya gangguan terhadap mental individu baik kognitif
maupun perilakunya, atau bisa juga secara fisik yang mengganggu organ tubuh. Selain itu,
stres juga dapat berpengaruh negatif terhadap karir individu dikarenakan ada penurunan
stabilitas maupun imunitas sehingga individu akan terhambat karirnya, namun dilain sisi stres
juga dapat mempengaruhi perkembangan karir dikarenakan stressor dapat dipakai menjadi
motivator dalam memacu kinerja. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dampak stres
akan berpengaruh positif maupun negatif tergantung dari bagaiman individu merespon stres
yang ada[11].
Dalam kondisi diatas, sudah seharusnya penyedia layanan kesehatan yaitu rumah sakit
dan puskesmas bertanggung jawab terhadap tenaga kesehatannya khususnya perawat dalam
memberikan dukungan. Hal ini dikarenakan perawat merupakan ujung tombak pelayanan
kesehatan, yang jumlah waktu dan intensitas pekerjaannya relatif lebih banyak dibandingkan
tenaga kesehatan lainnya[12]. Oleh karena itu pelayanan yang diberikan oleh perawat akan
menjadi acuan baik buruknya suatu rumah sakit ataupun puskesmas[13].
Unit pelaksana yang dibuat oleh dinas kesehatan kabupaten untuk menjalankan tugas-
tugas pembangunan kesehatan yaitu puskesmas dimana perannya sangat penting dalam
pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam suatu kecamatan. Pada tahun 2014 jumlah
3
puskesmas di Kabupaten Timor Tengah Selatan berjumlah 34 puskesmas yang tersebar di 32
kecamatan dan pada tahun 2015 jumlah Puskesmas menjadi 35 unit Puskesmas. Berdasarkan
survei tenaga kesehatan yang dilakukan oleh Bidang Umum dan Kepegawaian TTS pada
tahun 2015, rasio tenaga kesehatan per 100.000 penduduk yang tersebar di Kabupaten TTS
ditemukan bahwa rasio tertinggi adalah tenaga Bidan yaitu sebesar 52 per 100.000 penduduk
(standar: 75 per 100.000), tenaga perawat sebesar 46 per 100.000 penduduk (standar: 158 per
100.000) , tenaga sanitasi sebesar 12 per 100.000 penduduk (standar 15 per 100.000),
sedangkan untuk rasio terendah adalah tenaga dokter spesialis sebesar 1 per 100.000 dengan
standar penduduk 12 per 100.000)[14]. Data ini menunjukkan bahwa jumlah tenaga
kesehatan sangat kurang dalam melayani masyarakat. Berdasarkan penelitian Ihsan,
Mubasysyir dan Helly (2000) menyatakan beberapa hal yang terkait dengan kecukupan
jumlah tenaga kesehatan di Kota dan di Desa. Puskesmas yang berada di kota memiliki
tenaga kesehatan yang cukup dan lebih berkualitas dari pada puskesmas di desa, kecukupan
tenaga kesehatan ini berkaitan dengan lokasi serta letak geografis dari puskesmas[15]. Selain
itu ketidakseimbangan antara jumlah perawat dan masyarakat dapat menjadi beban kerja bagi
perawat dalam memberikan pelayanan. Menurut Abdillah (2011) dalam penelitiannya beban
kerja menjadi salah satu penyebab stress kerja yang signifikan terhadap perawat ruang rawat
inap di RSD. Dr. Soebandi Jember[16]. Hasil tersebut sejalan dengan pernyataan Haryanti
(2014), dijelaskan akibat buruk dari beban kerja yang meningkat adalah adanya emosi
perawat yang tidak sejalan dengan harapan [17].
Berdasarkan data dan hasil penelitian di atas, maka penulis berpikir bahwa penelitian
terkait psychological well-being perawat di Puskesmas belum banyak diteliti oleh peneliti
terdahulu. Penelitian ini perlu dilakukan mengingat psychological well-being merupakan hal
yang berpengaruh dalam pelayanan perawat kepada pasien seperti yang dinyatakan oleh
Nelson, Boudrias, Brunet, Morin, Civita, Savoie dan Alderson (2014), bahwa kesejahteraan
psikologis yang rendah pada perawat berpengaruh pada keselamatan pasien, keuntungan dari
unit pelayanan serta kualitas kinerja perawat. Peneliti memilih melakukan penelitian di
Kabupaten Timor Tengah Selatan mengingat bahwa perbandingan tenaga kesehatan yang
lebih kecil dibandingkan penduduk, maka perlu untuk dikaji bagaimana psychological well-
being perawat dalam keterbatasannya saat menghadapi penduduk/pasien dalam jumlah yang
banyak dimana hal tersebut dapat berpengaruh pada kondisi kesejahteraan psikologis
perawat. Penelitian ini untuk membandingkan perawat yang bekerja di Puskesmas di kota
dengan yang di desa. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan kondisi Puskesmas yang berada
di desa dengan Puskesmas yang di kota baik dari segi fasilitas, letak geografis serta jumlah
4
penduduk dengan latar belakangnya masing-masing. Hal ini memungkinkan akan ada juga
tantangan serta masalah yang berbeda pula yang akan dihadapi oleh para perawat. Tantangan
yang dihadapi oleh para perawat akan berakibat pada psychological well-being yang berbeda
pula, perbedaan psychological well-being inilah yang perlu untuk dikaji oleh peneliti.
Tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan kesejahteraan psikologis perawat
yang bekerja di Puskesmas kota dan di Puskesmas desa.
Metode
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan tipe fenomenologi
deskriptif. Tipe penelitian ini berfokus pada pengalaman manusia, memberi perhatian kepada
makna dan kemunculannya serta fokus pada deskripsi dan relasi ketimbang hubungan timbal
balik dan interpretasi[18]. Desain studi menggunakan studi perbandingan atau comparative
study yang membandingkan dua atau lebih suatu kondisi, kejadian, kegiatan dan lainnya[19].
Pengumpulan data dilakukan melalui teknik wawancara terstruktur dan mendalam disertai
dengan observasi tingkah laku partisipan ketika diwawancarai. Observasi dalam hal ini ialah
pemilihan, pengubahan, pencatatan dan pengodean serangkaian perilaku dan suasana yang
sesuai dengan tujuan penelitian[20]. Wawancara dilakukan dengan pencatatan verbatim serta
alat perekam suara (voice recorder) [21].
Data dalam penelitian ini dianalisis melalui reduksi data yaitu semua data dari
lapangan disingkatkan, direduksi, dirangkum, dipilih dalam hal-hal yang pokok, difokuskan
hal pokok yang penting, dan diberi susunan secara sistematis. Tujuan dilakukan reduksi data
agar lebih mudah dikendalikan, mendapat gambaran yang lebih jelas terhadap data hasil
lapangan dan memudahkan peneliti untuk mencari kembali data jika dirasakan bahwa data
yang didapatkan masih kurang sehingga hasil penelitian dapat maksimal saat dibahas.
Partisipan adalah seseorang yang akan memberikan infomasi yang dibutuhkan oleh
peneliti. Dalam penentuan informan teknik yang digunakan peneliti yaitu purposive
sampling. Penentuan informan menggunakan teknik ini tidak berpatok pada kedudukan,
strata, wilayah maupun pedoman melainkan pada tujuan serta pertimbangan yang sesuai
dengan kebutuhan penelitian[22].
Partisipan yang diteliti yaitu perawat yang bekerja di Puskesmas kota dan perawat
yang bekerja di Puskesmas desa. Kriterianya adalah telah memiliki masa kerja selama lebih
dari dua tahun dan tidak pernah berganti puskesmas selama dua tahun tersebut serta berstatus
sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Puskesmas kota dan Puskesmas desa yang dijadikan
tempat penelitian didasarkan pada ketentuan peraturan Badan Pusat Statistik (BPS) tentang
5
klasifikasi perkotaan dan perdesaan. Suatu wilayah dikategorikan perkotaan apabila
memenuhi kriteria dan klasifikasi wilayah perkotaan, begitu juga suatu wilayah dikatakan
perdesaan apabila status administrasi dari wilayah tersebut setingkat dengan desa maupun
kelurahan dan tidak atau belum memenuhi kriteria wilayah perkotaan[23]. Berdasarkan
klasifikasi tersebut maka Puskesmas kota yang menjadi tempat penelitian yaitu Puskesmas
Kota Soe yang diklasifikasikan sebagai daerah perkotaan, serta Puskesmas di Desa Binaus
yang diklasifikasikan sebagai daerah perdesaan.
Data yang didapatkan dalam penelitian ini perlu untuk diuji keabsahannya. Untuk
mencapai tingkat validitas data peneliti dapat menempuh cara-cara berikut, (1) ketekunan
pengamatan, dalam observasi, segala hal yang berkaitan dengan kondisi lingkungan fisik,
setting ruangan, dan perilaku yang ditunjukkan subjek selama melakukan aktivitas dicatat dan
didokumentasikan [24]. (2) Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
menggunakan pembanding[25]. (3) Member check dilaksanakan dengan responden diminta
untuk memberikan pendapat terhadap data, tafsiran dan kesimpulan setelah peneliti
membuatnya dalam bentuk laporan sehingga responden dapat mengklarifikasi data yang
sudah ada[21].
Penelitian ini akan dilaksanakan di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara
Timur pada Januari-April 2018.
Hasil
Hasil dari penelitian ini berdasarkan wawancara yang telah dilakukan kepada empat
orang partisipan yang terdiri dari dua orang perawat puskesmas kota Soe, yaitu Ny. AK
berusia 50 tahun, bekerja selama 13 tahun dan Ny. NS berusia 39 tahun dan bekerja selama
11 tahun. Untuk perawat yang bekerja di puskesmas desa Binaus yaitu Ny. ST berusia 30
tahun dan telah bekerja selama 4 tahun di puskesmas Binaus dan Ny. MN berusia 29 tahun
yang telah bekerja selama 2 tahun di puskesmas Binaus.
Menurut Ryff (dalam Allan Car, 2008) kesejahterann psikologis merupakan dorongan
dalam diri seseorang untuk menggali potensi diri secara keseluruhan. Kesejahteraan
psikologis individu dapat menjadi tinggi ketika dorongan yang ada menyebabkan individu
berusaha untuk memperbaiki keadaan hidupnya, sedangkan kesejahteraan psikologis dapat
juga menjadi rendah ketika individu pasrah terhadap dorongan (Ryff & Keyes, 1995) [26].
Kesejahteraan psikologis yang tinggi dimiliki oleh individu ketika individu dapat merakan
kepuasan dengan diri dan hidupnya, memiliki emosional yang positif, dapat melewati
pengalaman buruk, memiliki hubungan harmonis dengan sesama, dapat menentukan nasib
6
sendiri, dapat mengatur dan mengontrol lingkungan sekitar, memiliki arah dan tujuan hidup
yang jelas dan dapat berkembang dari hari ke hari (Ryff, 1989).
Partisipan dari puskesmas kota dan puskesmas desa diberikan pertanyaan yang
berhubungan dengan keenam dimensi Psychological well-being sehingga diperoleh hasil
sebagai berikut :
1) Perawat Puskesmas Kota
a. Penerimaan diri
Partisipan menerima dan menilai serta mengevaluasi diri sendiri dengan segala keadaan
yang ada, baik sebagai ibu rumah tangga maupun sebagai perawat. Ia tidak pernah
kecewa dengan diri sendiri dan menyukai setiap hal yang ada dalam dirinya. Partisipan
juga memiliki hal positif dalam dirinya berupa sikap tenang saat melakukan pelayanan
pada pasien dan sikap bertanggung jawab yang selalu berpengaruh positif, yaitu adanya
hubungan yang baik dengan pasien dan pasien memperoleh kesembuhan. Berikut
ungkapan partisipan :
“Mm, paling saya suka itu a,, dalam pelayanan a,, keperawatan yang
diberikan kepada masyarakat itu, a,, selalu dilayani dengan apa
namanya, a,, tenang dan tidak marah-marah sehingga pasien juga
seperti a,, apa namanya, hubungan itu baik, bagus, saya senang dan
pasien yang dilayani juga a,, mengalami perubahan berupa
kesembuhan, ia.” (RP3)
“Tetap menerima karena kita dalam menjalankan tugas harus
profesional, (sambil tersenyum ke PL dan PK 1)”(RP4)
b. Hubungan positif dengan orang lain
Partisipan memiliki hubungan sosial yang baik dengan orang lain dilingkungan kerja.
Hal itu ditunjukkan dengan kepercayaan yang selalu didapatkan dari rekan kerja dalam
hal pengelolaan program kegiatan yang ada di puskesmas setiap tahun dan selalu
diminta konsultasi mengenai tugas keperawatan oleh perawat junior. Partisipan juga
mendapat kepercayaan dari pengunjung puskesmas saat partisipan melayani dan pasien
selalu merasa puas dan tidak pernah ada protes dari pasien atau keluarga pasien.
Berikut ungkapan partisipan:
“ia, sering mendapat kepercayaan karena terbukti mereka masih
percayakan kita pegang program yang begitu banyak, masih percaya
kita dari tahun ke tahun” (RP4)
“A,, sama, sama. Jadi pasien dari luar dengan kunjungan pasien e,
keluarga pasien itu mereka lebih senang ke puskesmas karena
pelayanannya cepat trus mereka katakan bahwa tidak tau lai meskipun
obat generiknya sama, tapi pelayanan disini obatnya lebih bagud
dibanding dengan dokter-dokter atau rumah sakit. Nah, makanya kami
7
sering mengeluh kok pasien terlalu banyak, tapi mereka lebih senang
karena tepat waktu, nah seperti liat setenga delapan buka loket jam
lapan harus pelayanan, jadi kalau kita meninggalkan seperti hari ini
saya piket saya harus beritahu dengan teman loket dengan dokter di
poli.” (RP3)
c. Otonomi
Sebagai seorang perawat dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab partisipan
terkadang menemukan permasalahan namun partisipan tetap mampu untuk mengatasi
permasalahan yang ada dengan selalu berkonsultasi dengan kepala puskesmas dan juga
rekan kerja. Partisipan juga terkadang mendapat masukan atau kritik dari orang lain
namun partisipan memilih untuk menerima masukan yang dapat membangun diri
menjadi lebih baik. Berikut ungkapan partisipan:
“A,, dalam hal kalo ada kritikan ya, berkaitan dengan kelalaian kerja
saya, mungkin menerima, tetapi kritikan yang dalam hal seperti
mengacaukan otak saya, saya bantah, kerena pelayanan saya itu saya
yang layani sendiri bukan siapa-siapa, ia” (RP3)
d. Penguasaan lingkungan
Partisipan menyukai lingkungan kerjanya saat ini, baik lingkungan fisik maupun sosial.
Meskipun lingkungan kerja berada di tempat yang kurang strategis karena berlokasi di
jalan yang cukup sempit menuju pasar inpres yang tentunya akan selalu terdengar
bising karena lalu lalang kendaraan bermotor, namun partisipan tetap menerima dan
tidak merasa terganggu karena telah terbiasa sehingga tidak berpengaruh terhadap
kinerjanya dalam bekerja. Lingkungan sosial juga mendukung partisipan di dalam
bekerja seperti saat terjadi masalah di puskesmas dan RT setempat turut membantu
menyelesaikan masalah. Partisipan menerima pekerjaan dengan senang hati dan
bertanggung jawab sehingga tidak pernah ada keluhan dari pasien. Hal itu membuat
partisipan puas dengan pekerjaannya. Berikut ungkapan partisipan:
“Alasannya selama ini kami kalau tidak nyaman sering ya, ada pasien
begitu banyak tapi suara bising kendaraan bahkan masyarakat, ini kan
lingkungan pasar, tapi kita melayani dengan baik, tidak merasa
terganggu” (RP4)
e. Tujuan hidup dan harapan
Saat bekerja partisipan mengharapkan agar selalu ada kerja sama dengan rekan kerja
dan tidak ada keluhan tentang pekerjaan, sedangkan yang partisipan harapkan dari
pengunjung puskesmas yaitu pengunjung tetap percaya pada tim kesehatan puskesmas
kota Soe. Partisipan juga memiliki tujuan hidup yaitu untuk selalu menjalankan tugas
8
dan tanggung jawabnya sebagai perawat dengan baik hingga masa pensiun. Sedangkan
dalam konteks keluarga, partisipan berharap agar kebutuhan dan kenyamanan dalam hal
ekonomi dapat terpenuhi. Secara pribadi partisipan juga berharap agar tetap bertahan
hingga mendapatkan cucu. Namun tujuan hidup yang dimiliki partisipan belum
semuanya tercapai karena adanya kendala dalam ekonomi keluarga dan kendala dalam
pekerjaan berupa fasilitas puskesmas yang kurang. Berikut ungkapan partisipan:
“a,, kalau dalam hal pekerjaan mungkin kendalanya kadang bekerja
dengan baik tapi, fasilitas yang kurang begitu, kalau di a,, rumah
tangga mungkin keinginannya tinggi begini, tapi ada kendala ada
masalah entah waktu atau keuangan, begitu. Tapi sejauh ini ya sudah
sesuai dengan kemampuan kami ya sudah rasa cukup” (RP4)
“Anak saya dua sudah a,, wisuda dan sudah dapat kerja, satu hampir
mau habis, satu masih SMP tetapi harapan saya yang terakhir itu saya
harus melihat anak cucu saya, menantu anak dan cucu” (RP3)
f. Pertumbuhan pribadi
Setelah beberapa tahun bekerja di puskesmas kota Soe, partisipan merasakan perubahan
yang positif dari dalam dirinya dengan mendapat pengalaman kerja yang baru saat
bekerja. Perubahan yang positif juga datang dari masukan dan kritikan dari rekan kerja
kepada partisipan. Partisipan juga merasa bahwa masih ada hal-hal dari dalam diri yang
perlu untuk ia perbaiki seperti bekerja lebih baik lagi dan lebih banyak beristirahat.
Berikut ungkapan partisipan:
“Mm,, dalam pelayanan sudah oke tetapi dalam hal pribadi saya yang
peru saya perbaiki tu yang seperti tadi saya bilang, saya butuh ekstra
seperti istirahat, rekreasi, sehingga saya tu tidak terbeban, saya
memang orang HT to jadi ia begitu sudah” (RP3)
2) Perawat Puskesmas Desa
a. Penerimaan diri
Partisipan menerima keadaan dirinya dengan sisi baik dan buruk yang dimiliki, baik
sebagai seorang ibu rumah tangga maupun seorang perawat, serta bersyukur untuk
keadaan dirinya. Hal tersebut membuat partisipan memiliki hal positif dalam diri yang
berpengaruh terhadap pekerjaannya. Hal positif tersebut yaitu partisipan optimis dan
bersemangat. Terdapat beberapa hal yang tidak disukai oleh partisipan dari dalam
dirinya, karena hal tersebut sering berpengaruh terhadap pekerjaan. Hal itu antara lain
sikap menunda pekerjaan yang akan mengakibatkan tertumpuknya pekerjaan dan juga
sifat tidak sabar yang mengakibatkan tidak maksimalnya hasil pekerjaan. Berikut
ungkapan partisipan :
9
“A,, saya optimis, bersemangat, tidak a, apa e, saya suka
mengembangkan kreativitas pribadi, hobi, kemudian saya suka
menghabiskan waktu bersama keluarga di saat-saat liburan, atau saat-
saat setelah pulang dari kantor” (RP 2)
b. Hubungan positif dengan orang lain
Partisipan terbuka dalam bersosialisasi dengan rekan kerja maupun pengunjung
puskesmas, sehingga memiliki hubungan yang baik dengan orang lain dan sering
mendapatkan kepercayaan dari rekan kerja maupun pengunjung puskesmas.
Kepercayaan yang didapat partisipan dari rekan kerja yaitu diserahi tugas untuk
pengelolaan program kerja sedangkan kepercayaan dari pengunjung puskesmas yaitu
hal privasi pasien yang selalu dijaga partisipan. Berikut ungkapan partisipan :
“A,, Kepercayaan saat membantu tugas-tugas teman, kemudian a,,
kepercayaan dalam pengelolaan program, seperti imunisasi, itukan
salah satu kepercayaan dari kepala puskesmas dan juga dari teman-
teman.” (RP2)
“Misalnya rahasia pribadi mereka yang tidak perlu orang lain ketahui,
mereka biasa cerita” (RP1)
c. Otonomi
Partisipan mampu menjalankan kehidupannya namun tetap membutuhkan orang lain
dalam menghadapi tantangan maupun persoalan serta dalam menilai dan mengevaluasi
diri partisipan. Hal tersebut dikarenakan partisipan beranggapan bahwa ia manusia
biasa yang memiliki kekurangan dan tetap membutuhkan orang lain. Partisipan dalam
menjalankan tugas sering mendapat masukan serta kritikan dari orang lain dan
partisipan tetap menerima masukan dan kritikan tersebut, namun partisipan berusaha
untuk menyaring kritikan-kritikan yang bersifat negatif untuk tidak dipikirkan berlama-
lama. Berikut ungkapan partisipan:
“A,, bersikap positif, menerima dan menyaring mana yang membangun
dan mana yang kritikan yang bersifat a,, menjelek-jelekkan atau
negatif saya berusaha untuk tidak dipikirkan berlama-lama, berlarut-
larut” (RP2)
d. Penguasaan lingkungan
Penguasaan lingkungan dari partisipan yaitu ia memiliki usaha untuk memperbaiki
lingkungan kerja yang kurang nyaman contoh kecilnya memperhatikan meja kerjanya
untuk terus tertata rapi. Contoh lainnya untuk penguasaan lingkungan yaitu selalu
diadakannya pertemuan antara pihak puskesmas dengan pengurus desa serta tenaga
kesehatan dari masing-masing desa yang berada diwilayah kerja puskesmas Binaus,
untuk membicarakan kondisi kesehatan didesa masing-masing. Partisipan merasakan
10
pekerjaannya dapat optimal jika ada dukungan dari rekan kerja serta masyarakat
sekitar. Berikut ungkapan partisipan:
“A,, Untuk contoh kecil seperti meja kerja ya usahanya ya usahakan
ruangan bersih, nyaman, meja kerja rapi, kemudian lingkungan rapi
otomatis kita juga nyaman saat bekerja.” (RP2)
“Usaha lain yang dilakukan dalam mengatasi kendala yang besar
yaitu kita bekerja sama dengan lintas sektor ya” (RP1)
“Lingkungan kerja yang ideal itu paling tidak ada posisi ruangan yang
juga memungkinkan, terus teman-teman kerja juga saling mendukung,
terutama juga lingkungan tempat kita bekerja, maksudnya lokasi atau
masyarakatnya bisa terima kita, saya rasa itu sudah cukup ideal.
Artinya dari, kalau kita punya teman, kalau lingkungan, kalau
masyarakat itu bisa terima kita, kita bisa bekerja dengan maksimal.”
(RP1)
e. Tujuan hidup dan harapan
Partisipan menilai bahwa setiap orang harus memiliki tujuan hidup sebagai acuan
dalam hidup. Tujuan hidupnya yaitu menginginkan hidup yang lebih nyaman dan
bahagia. Selain itu ia menginginkan dapat melanjutkan pendidikan ke S1, mampu
membahagiakan keluarga dan memiliki rumah pribadi. Dalam mencapai tujuan hidup
tersebut partisipan sering diperhadapkan dengan hambatan baik berupa permasalahan
ekonomi dalam keluarga maupun persoalan dalam pekerjaan. Partisipan dalam
mengtasi hambatan yaitu dengan bekerja lebih baik dan lebih fokus terhadap tujuan
hidup. Berikut ungkapan partisipan:
“Tujuan hidupnya saya itu, supaya saya bisa hidup lebih nyaman
dengan keluarga dan hidup bahagia sampai tua.” (RP1)
“Tujuan hidup saya adalah, em,, saya bisa membahagiakan keluarga,
aa, saya bisa membahagiakan keluarga, kemudian cita-cita saya
tercapai,aa, hubungan saya baik dengan orang lain, tidak muluk-muluk
itu sa” (RP2)
f. Pertumbuhan pribadi
Partisipan menerima setiap tanggung jawab yang diberikan baik sebagai perawat yang
memberikan perawatan pada pasien maupun sebagai perawat yang mengelola program
kerja puskesmas. Dalam menjalankan tanggung jawab partisipan terkadang mengeluh
namun tetap bersyukur sehingga dapat bekerja dengan optimal. Pekerjaan yang
dijalankan dengan optimal tersebut membuat partisipan merasakan pengaruh yang
positif dalam diri, seperti menjadi lebih baik dalam bekerja, lebih dewasa, serta
keterampilan sebagai perawat meningkat. Partisipan juga terbuka terhadap setiap
kritikan yang membangun dirinya menjadi lebih baik. Berikut ungkapanpartisipan :
11
“A, menurut saya sudah bisa optimal karena saya sudah bekerja sesuai
denga profesi saya, tanggung jawab saya sebagai seorang perawat
sudah saya laksanakan. Perubahan yang dirasakan saya lebih baik
dalam bekerja, lebih, lebih dewasa, trus a apa, ketrampilan dalam
bekerja kira-kira mungkin bisa bertambah” (RP1)
Pembahasan
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kesejahteraan psikologis perawat
puskesmas kota dan puskesmas desa dikatakan sejahtera berdasarkan teori enam dimensi
kesejahteraan psikologis dari Ryff (dalam Ryff 1989 dan Ryff and Keyes 1995) dimana
partisipan dapat menerima diri, memiliki hubungan yang positif dengan sesama, mandiri
(otonomi), menguasai lngkungan, memiliki tujuan hidup dan bertumbuh secara pribadi
[26].
Individu dikatakan memiliki psychological well-being yang baik dalam penerimaan
diri, ditunjukkan dengan sikap positif yaitu tidak menolak keadaan diri saat ini sehingga
terus menerima kelebihan dan kelemahan yang ada pada diri individu. Sedangkan,
individu dengan kesejahteraan psikologis yang kurang akan menunjukkan ketidakpuasan
pada dirinya dan terus kecewa dengan kehidupannya di masa lalu (Nenny, 2015) [27].
Dimensi penerimaan diri menjadi salah satu karakter individu dimana terus diterapkannya
penerimaan diri yang apa adanya, menjadikan pelayanan yang tinggi pada individualitas
serta keadaan diri yang unik (Lourista, 2017)[28]. Penerimaan diri juga menekankan
bagaimana menerima diri tanpa perasaan bersalah, cemas dan marah. Dalam mencapai hal
tersebut seorang individu harus memiliki suasana hati yang senang dalam berkativitas
sehari-hari sehingga dapat mencapai kepuasan diri dari perannya. Saat individu merasakan
ketidakpuasan dalam diri dalam menjalankan perannya maka kesehatan psikologisnya
secara cepat atau lambat akan terpengaruh (Irnawati, 2008)[29].
Aspek berikutnya dalam psychological well-being yaitu aspek hubungan positif dengan
orang lain. Partisipan memiliki hubungan yang baik dengan rekan kerja serta pengunjung
puskesmas hal itu dibuktikan dengan partisipan terus mendapatkan kepercayaan dari rekan
kerja maupun pengunjung puskesmas. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Shiren (2017) menyatakan bahwa rata-rata responden yang mengalami perasaan
positif merupakan responden dalam usia produktif yang selalu menghabiskan waktu
dengan melakukan kegiatan-kegiatan positif dengan orang-orang disekitar responden[30].
Penelitian lain juga menunjukkan bahwa hubungan sosial adalah faktor yang sangat
dominan dalam memunculkan kebahagiaan seorang individu (Efilda, 2014)[31]. Aspek
12
hubungan positif dengan orang lain sangatlah penting karena dengan adanya hubungan
yang positif dengan penuh kepercayaan pada orang lain menunjukkan bahwa individu
memiliki rasa kepedulian pada kesejahteraan sesama, memiliki empati, dan mengerti
prinsip saling memberi dan menerima dalam menjalin hubungan dengan (Fransisca, 2005).
Aspek ketiga psychological well-being yaitu otonomi atau kemandirian individu.
Partisipan mampu untuk menjalankan kehidupannya dengan tetap memperhatikan
masukan dan kritikan yang membangun diri menjadi lebih baik, hal ini menunjukkan
bahwa otonomi dari partisipan masih kurang. Fransisca (2005) menegaskan aspek mandiri
berhubungan dengan keadaan sendiri yang memiliki tanda utama yang mandiri sehigga
mampu bertahan dalam menghadapi tekanan sosial, mampu mengatur sikap diri sendiri
dan mampu mengevaluasi diri. Namun, otonomi tidak dapat disamakan dengan antisosial
melainkan sikap diri yang memiliki standar dan tidak terpengaruh dengan orang lain
(Meithy, 2017)[32].
Aspek penguasaan lingkungan berdasarkan penelitian Nenny (2015) dikatakan
penguasaan lingkungan mampu mengendalikan aktivitas diluar yang tidak sama dengan
lingkungannya, termasuk mengendalikan keadaann sehari-hari. Individu digolongkan
memiliki kesejahteraan psikologis yang baik ketika dalam penguasaann lingkungan ia
dapat memilih, menciptakan serta mengelola keadaan sekitar sehingga dapat sesuai dengan
keadaan psikologisnya dalam hal pengembangan diri (Meithy, 2017). Partisipan dalam hal
ini mampu untuk mengendalikan lingkungan yang kurang nyaman serta mampu untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan sehingga pekerjaan yang dilaksanakan tetap
berjalan dengan baik. Dalam pembahasan penguasaan lingkungan, Buhler (dalam Ryff
1989) juga menyatakan bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk mengubah dunia
disekelilingnya melalui aktifitas fisik ataupun mental. Meithy (2017) menyimpulkan
perspektif ini menyatakan bahwa partisipan aktif dan penguasaan lingkungan merupakan
hal yang penting bagi seseorang individu untuk dapat berfungsi secara maksimal.
Aspek selanjutnya yang menunjang psychological well-being seseorang yaitu tujuan
hidup. Baik perawat puskesmas kota maupun puskesmas desa sama-sama memiliki tujuan
hidup yang belum tercapai dan sedang berusaha untuk mencapai tujuan hidup yang
dimiliki. Aspek yang sangat penting untuk dikatakan seorang individu memiliki
kesejahteraan psikologis yang baik adalah ketika ia memiliki tujuan hidup dalam
karakteristiknya (Lourista, 2017)[28]. Seorang individu yang berkeyakinan dalam
memberikan tujuan dan sasaran hidup, akan merasakan arti dari kehidupan yang
dijalaninya dimasa lalu pada kehidupannya saat ini (Ryff and Keyes, 1995).
13
Pertumbuhan pribadi merupakan aspek terakhir dari psychological well-being.
Partisipan perawat puskesmas desa dan puskesmas kota mengatakan bahwa mereka
merasakan perubahan positif dalam diri mereka setelah beberapa tahun bekerja
dipuskesmas. Perubahan positif dalam diri partisipan menunjukkan bahwa partisipan
memiliki psychological well-being yang tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Riny (2014) menyatakan bahwa subjek penelitian memiliki psycholgical wel-
being yang tinggi berdasarkan aspek pertumbuhan pribadi dimana subjek memiliki
keinginan untuk terus berkembang, terbuka terhadap hal baru, mampu melihat kemajuan
dalam diri dari waktu ke waktu dan memilih untuk terus berkembang, tidak berada pada
satu keadaan yang tetap dimana seluruh masalah teratasi[33]. Hasil penelitian ini
menjawab teori Meithy (2017) mengatakan individu yang memiliki pertumbuhan pribadi
yang baik ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan dalam diri individu, menilai diri
sebagai seseorang yang mampu berkembang, tidak menutup diri terhadap pengalaman
baru, dapat menggunakan potensi dalam diri dengan maksimal, merasakan pertumbuhan
dalam diri berdasarkan tingkah laku, dan mampu untuk menjadi individu yang lebih
efektif serta bertambah dalam pengetahuan[34].
Hasil dari penelitian juga menunjukkan bahwa partisipan puskesmas kota dan desa
memiliki kinerja yang optimal, dimana partisipan selalu dipercayakan mengelola program
kerja puskesmas dan juga terus mendapatkan kepercayaan pasien, hal ini menunjukkan
partisipan memiliki kinerja optimal. Kinerja yang optimal dari partisipan di puskesmas
kota dan puskesmas desa menunjukkan psychological well-being yang tinggi sesuai
dengan teori Wright and Bonnert (2007), bahwa ketika seseorang memiliki psychological
well-being atau kesejahteraan yang tinggi maka hal itu juga akan terbawa pada
perasaannya saat bekerja, individu saat menerima lingkungannya dengan penuh tantangan,
menarik dan menyenangkan dapat dikatakan individu tersebut bahagia dengan
kehidupannya ditandai dengan optimal dalam kinerjanya[35].
Kesimpulan dan Saran
Penelitian ini menyimpulkan bahwa, lokasi pekerjaan, baik itu kota maupun desa
tidak memberi perbedaan bagi perawat dalam hal mengalami sejahtera. Semua partisipan
penelitian ini sama-sama mengalami sejahtera sebagaimana dengan teori Ryff tentang
enam dimensi psychological well-being.
Saran untuk peneliti selanjutnya dalam pengambilan data lebih mendalam saat
wawancara dan pengamatan lingkungan partisipan.
14
Daftar Pustaka
[1] Ryff. Happiness is Everything, or is it ? Explorations on the Meaning of Psychological
Well-being. Journal of Personality and Social Psychology.1989s
[2] Ramos. In the eye of the beholder: Implicit theories of happiness among Filipino
adolescents. Philippine Journal of Counseling Psychology. 2007
[3] Wright & Bonnet. Job Satisfaction and Psychological WellBeing as Nonaddictive
Predictors of Workplace Turnover. Journal of Management. 2007
[4] Annisa, Fitriani. Peran Religiusitas Dalam Meningkatkan Psychological Well Being.
Al-AdYaN/Vol.XI, No.1/Januari-Juni.2016
[5] Anita Cresentiana Linda Yosephin. Jurnal: Kesejahteraan Psikologis Ditinjau dari
Dukungan Sosial Keluarga
[6] Winda Tanujaya. Hubungan Kepuasan Kerja Dengan Kesejahteraan Psikologis
(Psychological Well Being) Pada Karyawan Cleaner (Studi Pada Karyawan Cleaner
Yang Menerima Gaji Tidak Sesuai Standar Ump Di Pt. Sinergi Integra Services,
Jakarta). Jurnal Psikologi Volume 12 Nomor 2. 2014
[7] Batuah N., Latif A., & Haskas Y. Hubungan beban kerja perawat terhadap kinerja
perawat pelaksana dalam pemberian pelayanan kesehatan di ruang rawat inap Rumah
Sakit Islam Faisal Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan. DIAGNOSIS. 2012
[8] Nelson, K., Boudrias, J. S., Brunet, L., Morin, D., Civita, M. D., Savoie, A., &
Alderson, M. Authentic leadership and psychological well-being at work of nurses: The
mediating role of work climate at the individual level of analysis.2014
[9] Sipatu, L. Pengaruh motivasi, lingkungan kerja dan stres kerja terhadap kinerja
perawat di ruang rawat inap RSUD Undata Palu. Jurnal Katalogis. 2013
[10] Malek, M. D. A., Mearns, K. & Flin, R. Stress and psychological well-being in uk and
malaysian fire fighters. Cross Cultural Management: An International Journal. 2010
[11] Anatan, L. Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Bisnis Modern. Bandung:
ALFABETA. 2009
15
[12] Simbolon, Rosmida. Pengaruh Budaya Organisasi terhadapkinerja Perawat Pelaksana.
2012
[13] Aditama TY. Manajemen Administrasi Rumah Sakit, Edisi kedua, Jakarta: Universitas
Indonesia Press. 2002
[14] Dinas Kesehatan Kab.TTS. Profil Dinas Kesehatan Kab.TTS 2015. Soe : Dinas
Kesehatan. 2016
[15] Ihsan Huasin, Mubasysyir Hasanbari, Helly Soetjipo. Kualitas dan Kuantitas Tenaga
Puskesmas; Studi Distribusi Desa-Kota dan Regional Analisis Data SAKERTI. 2000
[16] Abdillah, I. P. Hubungan beban kerja dengan stress kerja pada perawat di ruang rawat
inap RSD Dr. Soebandi Jember. Skripsi. Jember: Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Jember. 2011
[17] Ambarwati, D. Pengaruh beban kerja terhadap stres perawat igd dengan dukungan
sosial sebagai variabel moderating (studi pada RSUD Dr. Kariadi Semarang). Skripsi.
Semarang: Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. 2014
[18] Langdridge, D. Phenomenological Psychology: Theory, Researh and Method. England
: Pearson Education Limited. 2007
[19] Sukmadinata, Nana Syodih. Metode penelitian pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 2012
[20] Hasan, M. Iqbal. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya,
Indonesia, Bogor: Ghalia. 2002
[21] Sugiyono. Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D.
Bandung: ALFABETA. 2007
[22] Sugiyono. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: ALFABETA.
2012
[23] Peraturan Badan Pusat Statistik no.37 tentang Klasifikasi Perkotaan dan Perdesaan di
Indonesia. Buku 3; Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua.
Jakarta: Badan Pusat Statistik. 2010
16
[24] Sugiyono. Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D.
Bandung: ALFABETA. 2007
[25] Moleong, Lexy J. Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2007
[26] Ryff, C.D & Keyes C. L. M. The structure of psychologicl wellbeing revisited. Journal
of Personality and Social Psychology. 1995
[27] Neny Simarmat. Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Well-Being Perawat in PT Intan
Havea Industri, Medan. Medan : Jurnal Fakultas Psikologi, HKBP Nomensen. Vol.1
No.1. 2015
[28] Laurista Sahusilawane, Yulius Yusak Ranimpi & Desi. Hubungan antara pshychologial
well-being perawat dengan psychological well-being pasien anak. Jurnal Keperawatan
Muhammadiyah 2(2). 2017
[29] Irnawati. Hubungan antara konsep diri dengan perilaku melayani pada perawat di
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah. Semarang: Roemani. 2008
[30] Desi, Shiren J.T, Simon P.S. Well-being: Studi sosiodemografi di Ambon. Jurnal
Keperawatan Muhammadiyah 2(2). 2017
[31] Efilda D, Lestari Y.I, Diamera A, Angreani R, Islami S. Hubungan baik dengan orang
yang signifikan dan kontribusinya terhadap kebahagiaan remaja Indonesia. Jurnal
Psikologi, 10 (2). 2014
[32] Meithy, Ranchia. Gambaran kesejahteraan psikologis pada remaja laki-laki di SMA
Negeri Se-DKI Jakarta. Jurnal Bimbingan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Jakarta. 2017
[33] Riny Indryawati. Kesejahteraan psikologi guru yang mendapat sertifikasi. Fakultas
psikologi Gunadarma. Jurnal Psikolog Volume 7, No. 2 Desember. 2014
[34] Meithy, Ranchia. Gambaran kesejahteraan psikologis pada remaja laki-laki di SMA
Negeri Se-DKI Jakarta. Jurnal Bimbingan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Jakarta. 2017
[35] Wright & Bonnet. Job Satisfaction and Psychological WellBeing as Nonaddictive
Predictors of Workplace Turnover. Journal of Management.2007
17
Lampiran 1. Surat ijin penelitian
18
Lampiran 2. Persetujuan komisi etik
19
Lampiran 3. Panduan wawancara
PERTANYAAN PENELITIAN SAAT WAWANCARA
Enam dimensi psychological well-being menurut Ryff :
1. Penerimaan diri
Defenisi :
Penerimaan diri yang dimaksud adalah kemampuan seseorang menerima dirinya
secara keseluruhan baik pada masa kini dan masa lalunya. Seseorang yang menilai
positif diri sendiri adalah individu yang memahami dan menerima berbagai aspek diri
termasuk di dalamnya kualitas baik maupun buruk, dapat mengaktualisasikan diri,
berfungsi optimal dan bersikap positif terhadap kehidupan yang dijalaninya.
Sebaliknya, individu yang menilai negatif diri sendiri menunjukkan adanya
ketidakpuasan terhadap kondisi dirinya, merasa kecewa dengan apa yang telah terjadi
pada kehidupan masa lalu, bermasalah dengan kualitas personalnya dan ingin menjadi
orang yang berbeda dari diri sendiri atau tidak menerima diri apa adanya
Pertanyaan :
Bagaimana partisipan menilai dirinya sendiri?
Apa yang mempengaruhi penilaian tersebut? Mengapa?
Apakah ada hal-hal yang tidak disukai dari diri partisipan?
Apa yang mempengaruhi hal-hal tersebut tidak disukai? Mengapa?
Apa hal yang paling disukai partisipan dari dirinya?
Apa yang mempengaruhi hal tersebut disukai? Mengapa?
Apakah hal yang disukai dan tidak disukai dalam diri partisipan berpengaruh
kepada pekerjaan?
Bagaimana pengaruh dari hal-hal tersebut?
Bagaimana partisipan mengaktualisasikan hal-hal positif dalam diri partisipan
dalam kehidupan sehari hari?
Apakah hal-hal positif tersebut berfungsi secara optimal saat diterapkan?
Bagaimana partisipan menghadapi setiap persoalan maupun tugas dalam
pekerjaan?
Apakah partisipan menerima setiap pekerjaan ataukah sering mengeluh dalam
menghadapinya? Mengapa?
Apakah partisipan merasa sudah puas dengan keadaan partisipan yang sekarang
ini? Mengapa?
Apakah partisipan pernah atau sedang merasa tidak menerima keadaan diri
sendiri dan ingin menjadi orang lain? Mengapa?
Apakah partisipan pernah merasa kecewa dengan diri partisipan sendiri yang
diakibatkan oleh kejadian masa lalu?
2. Hubungan positif dengan orang lain
20
Defenisi :
Hubungan positif yang dimaksud adalah kemampuan individu menjalin hubungan
yang baik dengan orang lain di sekitarnya. Individu yang tinggi dalam dimensi ini
ditandai dengan mampu membina hubungan yang hangat dan penuh kepercayaan dari
orang lain. Selain itu, individu tersebut juga memiliki kepedulian terhadap
kesejahteraan orang lain, dapat menunjukkan empati, afeksi, serta memahami prinsip
memberi dan menerima dalam hubungan antarpribadi. Sebaliknya, individu yang
rendah dalam dimensi hubungan positif dengan orang lain, terisolasi dan merasa
frustasi dalam membina hubungan interpersonal, tidak berkeinginan untuk
berkompromi dalam mempertahankan hubungan dengan orang lain.
Pertanyaan :
Bagaimana hubungan partisipan dengan rekan kerja?
Bagaimana hubungan partisipan dengan pengunjung puskesmas?
Apakah partisipan terbuka untuk bersosialisasi dengan rekan kerja?
Apakah partisipan terbuka untuk bersosialisasi dengan pengunjung puskesmas?
Jika tidak terbuka, mengapa?
Apakah partisipan sering mendapat kepercayaan dari rekan kerja?
Kepercayaan seperti apa yang didapatkan dari rekan kerja?
Apakah partisipan sering mendapat kepercayaan dari pengunjung puskesmas?
Kepercayaan seperti apa yang didapatkan dari pengunjung puskesmas?
Bagaimana respon partisipan ketika mendapati rekan kerja yang sedang
kesusahan?
Apa yang dirasakan partisipan ketika mendapati rekan kerja yang sedang
kesusahan?
Bagaimana respon partisipan ketika mendapati pengunjung puskesmas yang
sedang kesusahan?
Apa yang dirasakan partisipan ketika mendapati pengunjung puskesmas yang
sedang kesusahan?
Apakah ada hal yang tidak diinginkan terjadi ketika partisipan menjalin hubungan
positif dengan rekan kerja?
Apakah ada hal tidak diinginkan terjadi ketika partisipasn menjalin hubungan
positif pengunjung puskesmas?
Apa yang diharapkan partisipan ketika menjalin hubungan yang positif dengan
rekan kerja?
Apa yang diharapkan partisipan ketika menjalin hubungan positif dengan
pengunjung puskesmas?
Jika tidak mengharapakan apa-apa, mengapa?
Apakah partisipan sering menutup diri untuk bersosialisasi dengan orang lain?
Mengapa partisipan menutup diri?
3. Otonomi
Defenisi :
21
Otonomi digambarkan sebagai kemampuan individu untuk bebas namun tetap mampu
mengatur hidup dan tingkah lakunya. Individu yang memiliki otonomi yang tinggi
ditandai dengan bebas, mampu untuk menentukan nasib sendiri (self-determination)
dan mengatur perilaku diri sendiri, kemampuan mandiri, tahan terhadap tekanan
sosial, mampu mengevaluasi diri sendiri, dan mampu mengambil keputusan tanpa
adanya campur tangan orang lain. Sebaliknya, individu yang rendah dalam dimensi
otonomi akan sangat memperhatikan dan mempertimbangkan harapan dan evaluasi
dari orang lain, berpegangan pada penilaian orang lain untuk mmembuat keputusan
penting, serta mudah terpengaruh oleh tekanan sosial untuk berpikir dan bertingkah
laku dengan cara-cara tertentu.
Pertanyaan :
Apa saja masalah yang paling sering muncul saat partisipan bekerja?
Saat menghadapi masalah ditempat kerja tersebut apakah partisipan lebih
memilih untuk berbagi dan meminta bantuan orang lain ataukah partisipan
memilih menyelesaikann sendiri?
Mengapa partisipan lebih memilih untuk menyelesaikan masalah sendiri?
Ketika diperhadapkan dengan masalah dan partisipan mendapat masukan atau
kritikan dari orang lain bagaimana perasaan partisipan?
Ketika diperhadapkan dengan masalah dan partisipan mendapat masukan atau
kritik dari orang lain bagaimana sikap partisipan?
Apakah partisipan terbuka terhadap masukan dan kritikan dari orang lain?
Mengapa?
Menurut partisipan apa itu tanggung jawb terhadap diri sendiri?
Apakah partisipan merasa telah bertanggung jawab terhadap diri sendiri?
Mengapa partisipan merasa belum atau telah bertanggung jawab terhadap diri
sendiri?
Saat dihadapkan dengan persoalan ditempat kerja bagaimana partisipan
menanggapi masalah tersebut dan bagaimana mengatasinya?
Apakah partisipan mampu untuk bertahan dengan tekanan sosial yang ada?
Mengapa?
Apakah partisipan mampu untuk menilai dan mengevaluasi diri sendiri?
Bagaimana penilaian partisipan terhadap kondisi partisipan yang sekarang ini?
Apakah ada hal-hal yang menurut partisipan perlu untuk diperbaiki dari dalam
diri partisipan?
Hal apakah yang perlu diperbaiki?
Bagaimana cara partisipan untuk memperbaiki diri partisipan menjadi lebih baik?
Jika partisipan merasa tidak ada yang perlu diperbaiki apakah alasannya?
4. Penguasaan lingkungan
Defenisi :
Penguasaan lingkungan digambarkan dengan kemampuan individu untuk mengatur
lingkungannya, memanfaatkan kesempatan yang ada di lingkungan, menciptakan, dan
mengontrol lingkungan sesuai dengan kebutuhan. Individu yang tinggi dalam dimensi
22
penguasaan lingkungan memiliki keyakinan dan kompetensi dalam mengatur
lingkungan. Ia dapat mengendalikan aktivitas eksternal yang berada di lingkungannya
termasuk mengatur dan mengendalikan situasi kehidupan sehari-hari, memanfaatkan
kesempatan yang ada di lingkungan, serta mampu memilih dan menciptakan
lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan pribadi. Sebaliknya individu yang memiliki
penguasaan lingkungan yang rendah akan mengalami kesulitan dalam mengatur
situasi sehari-hari, merasa tidak mampu untuk mengubah atau meningkatkan kualitas
lingkungan sekitarnya serta tidak mampu memanfaatkan peluang dan kesempatan diri
lingkungan sekitarnya.
Pertanyaan :
Bagaimana pandangan partisipan kepada lingkungan kerja?
Apakah partisipan merasa terganggu pekerjaannya ketika diperhadapkan dengan
keadaan sekitar yang tidak nyaman?
Mengapa partisipan merasa terganggu?
Apakah ada usaha dari partisipan untuk memperbaiki lingkungan yang kurang
nyaman?
Seperti apa usaha yang dilakukan partisipan untuk memperbaikinya?
Saat terjadi permasalahan di lingkungan kerja dan permasalahan tersebut tidak
melibatkan partisipan, bagaimana tanggapan partisipan?
Bagaimana lingkungan kerja yang ideal menurut partisipan?
Mengapa lingkungan seperti yang dijelaskan partisipan dianggap ideal?
5. Tujuan hidup
Defenisi :
Tujuan hidup memiliki pengertian individu memiliki pemahaman yang jelas akan
tujuan dan arah hidupnya, memegang keyakinan bahwa individu mampu mencapai
tujuan dalam hidupnya, dan merasa bahwa pengalaman hidup di masa lampau dan
masa sekarang memiliki makna. Individu yang tinggi dalam dimensi ini adalah
individu yang memiliki tujuan dan arah dalam hidup, merasakan arti dalam hidup
masa kini maupun yang telah dijalaninya, memiliki keyakinan yang memberikan
tujuan hidup serta memiliki tujuan dan sasaran hidup. Sebaliknya individu yang
rendah dalam dimensi tujuan hidup akan kehilangan makna hidup, arah dan cita-cita
yang tidak jelas, tidak melihat makna yang terkandung untuk hidupnya dari kejadian
di masa lalu, serta tidak mempunyai harapan atau kepercayaan yang memberi arti
pada kehidupan.
Pertanyaan :
Apa tujuan hidup menurut partisipan?
Apakah menurut partisipan setiap orang harus memiliki tujuan hidup? Mengapa?
Apa tujuan hidup partisipan? Apakah tujuan tersebut sudah tercapai?
Jika partisipan merasa belum mencapai tujuan hidup, apakah kendala yang
menghambat partisipan?
Dalam mencapai tujuan hidup apa yang dilakukan oleh partisipan?
Apa kendala yang paling sering muncul saat partisipan berusaha mencapai tujuan
hidup?
23
Bagaimana cara partisipan mengatasi kendala tersebut?
6. Pertumbuhan pribadi
Defenisi :
Individu yang tinggi dalam dimensi pertumbuhan pribadi ditandai dengan adanya
perasaan mengenai pertumbuhan yang berkesinambungan dalam dirinya, memandang
diri sebagai individu yang selalu tumbuh dan berkembang, terbuka terhadap
pengalaman-pengalaman baru, memiliki kemampuan dalam menyadari potensi diri
yang dimiliki, dapat merasakan peningkatan yang terjadi pada diri dan tingkah
lakunya setiap waktu serta dapat berubah menjadi pribadi yang lebih efektif dan
memiliki pengetahuan yang bertambah. Sebaliknya, individu yang memiliki
pertumbuhan pribadi rendah akan merasakan dirinya mengalami stagnasi, tidak
melihat peningkatan dan pengembangan diri, merasa bosan dan kehilangan minat
terhadap kehidupannya, serta merasa tidak mampu dalam mengembangkan sikap dan
tingkah laku yang baik
Pertanyaan :
Apakah partisipan merasa ada perubahan dalam diri partisipan setelah beberapa
tahun bekerja disini?
Apa saja perubahan yang dialami partisipan?
Bagaimana pengaruh dari pekerjaan ini terhadap kehidupan pribadi partisipan?
Apakah paritisipan merasa telah bekerja dengan optimal? Jelaskan
Hal apa saja yang telah dilakukan partisipan sehingga partisipan merasa telah
bekerja dengan optimal?
Bagaimana perasaan partisipan ketika mampu bekerja dengan optimal?
Apakah partisipan merasa ada perubahan dalam diri partisipan saat bekerja
dengan optimal?
Apa saja hambatan yang sering terjadi saat partisipan berusaha bekerja dengan
optimal?
Bagaimana partisipan mengatasi hambatan yang ada
24
Lampiran 4. Informed consent
25
26
27
28
Lampiran 5. Transkip wawancara
HASIL WAWANCARA DALAM BENTUK TRANSKRIP DAN VERBATIM
Ket :
PL : Peneliti
PD 1 : Partisipan Perawat Puskesmas Desa I
PD 2 : Partisipan Perawat Puskesmas Desa II
PK 1 : Partisipan Perawat Puskesmas Kota I
PK 2 : Partisipan Perawat Puskesmasn Kota II
A. Puskesmas Desa
1. Partisipan I (Ibu. ST)
Wawancara dengan Ibu. ST dilakukan di kantor puskesmas Binaus di ruangan ibu ST pada
Selasa, 17 April 2018 pukul 14.30, saat wawancara ada juga pegawai puskesmas yang lain
yaitu satu orang bidan dan satu orang perawat yang berada diruangan. Peneliti duduk
berhadapan dengan partisipan.
PL : Selamat sore ibu, jadi a saya Erlin Oktavia Tunliu mahasiswi S1 Program Studi Ilmu
Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Satya
Wacana. Disini saya akan mewawancarai ibu sebagai responden terkait penelitian
saya tentang Psyichological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Desa
dan Puskesmas Kota, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur.
Jadi disini ada enam dimensi terkait kesejahteraan psikologis atau psychological
well-being yang pertama itu penerimaan diri. Jadi sebelum memulai dengan
pertanyaan saya mungkin menjelaskan sedikit tentang penerimaan diri.
PD 1 : Ia (PD 1 tampak mengangguk)
a. Penerimaan diri
PL : Jadi disini itu, penerimaan diri itu kemampuan seseorang menerima dirinya
keseluruhan baik masa kini dan masa lalu. A, Seseorang yang menilai positif diri
sendiri adalah individu yang memahami dan menerima berbagai aspek dalam diri,
termasuk didalamnya kualitas baik maupun buruk, dapat mengaktualisasikan diri,
berfungsi optimal dan bersikap positif terhadap kehidupan yang dijalaninya.
Seperti itu, jadi kita mulai dengan pertanyaan tentang penerimaan diri, yang
pertama, bagaimana ibu menilai diri ibu sendiri?
PD 1 : Maksudnya? (PD 1 dengan volume suara yang kecil, menatap PL dengan
mengerutkan wajah sambil berpikir)
PL : Penilaian ibu terhadap diri ibu sendiri, baik buruknya ibu, bagaimana ?
PD 1 : Yaa, namanya manusia pasti ada dia pung baik buruk to, kalo, kalo saya, saya
merasa bahwa, sekalipun saya mempunyai banyak kekurangan tapi saya mampu
untuk mengerjakan apa yang bisa saya kerjakan. (PD 1 tampak tersenyum)
PL : A, kemudian selanjutnya, apa ada hal-hal yang ibu tidak sukai dari dalam diri ibu
sendiri?
29
PD 1 : Pasti ada, namanya manusia, baik sedikit atau tidak sedikit pasti ada hal yang
kita tidak sukai.
PL : Kalau.. O, itu seperti apa ?
PD 1 : Misalnya, mungkin saja.. (PD 1 terdiam dan berpikir). Maksudnya dalam pribadi
?
PL : Ia ia.
PD 1 : Namanya manusia ini kita punya banyak kekurangan to? Mungkin a, salah
satunya mungkin saya tidak cepat sabar, mungkin saya tidak suka, tapi, mungkin
sampai saat ini, saya belum tau bagaimana cara untuk saya bisa bersabar dengan
diri sendiri. (Sambil menjawab mata PD 1 tertuju pada jari tangan yang berada di
atas meja yang sedang memain-mainkan pena sambil sesekali melihat ke arah
peneliti dan rekan kerja di ruangan).
PL : A, mengapa a, hal itu ibu tidak sukai ?
PD 1 : (PD 1 menaikkan vol. suara) Maksudnya itu menurut saya orang yang tidak sabar
itu, itu salah satu perilaku yang negatif e, itu juga bisa menghambat kita punya
pekerjaan dan juga bisa menghambat kita pung pekerjaan, bisa menghambat kita
pung kehidupan sesehari-hari, tapi namanya kita manusia (sambil PD 1
mengetukkan pena ke meja) sekalipun ada hal yang tidak baik untuk berusaha
untuk, untuk menghilangkan itu memang butuh waktu.
PL : Pertanyaan selanjutnya, apa hal yang paling ibu sukai dari dalam diri ibu?
PD 1 : Mmmm apa ee (PD 1 mengerutkan dahi sambil berpikir). Kira-kira (PD 1
menatap rekan kerja sambil tertawa kecil) kalau, kalau menurut saya, sampai
saat ini banyak hal yang saya suka dalam saya punya diri tapi sendiri, tapi yang
paling paling istimewa itu saya senang saya bisa jadi perawat.
PL : Oh ia. Kemudian, dari hal-hal yang disukai dan tidak disukai itu apa itu
berpengaruh kepada pekerjaan ?
PD 1 : Ia, berpengaruh. (PD 1 tampak mengangguk cepat)
PL : Berpengaruh. A, pengaruhnya seperti apa ibu?
PD 1 : Bisa saja kita, kalo orang tidak sabar itu kan pasti banyak dia punya pengaruh
buruk, bisa sa ada pengaruh terhadap pekerjaannya kita, bisa sa pengaruh
misalnya a, kita bertemu dengan pasien yang mungkin lebih agresif dari kita, kita
kalo kita tidak sabar, tidak tenang ya pasti punya pengaruh buruk. (PD 1
tersenyum pada PL)
PL : Kalo dalam diri setiap orang kan ada hal positif, bagaimana ibu a,
mengaktualisasikan hal positif dalam kehidupan sehari-hari?
PD 1 : Hal-hal positif itu berusaha bekerja lebih baik, maksudnya bekerja sesuai
dengan tanggung jawabnya saya sebagai perawat.
PL : A, apakah hal-hal positif tersebut berfungsi secara optimal saat di terapkan?
PD 1 : Yaa ada yang ber, ada yang berjalan se, se apa (sambil PD 1 berpikir), secara
optimal ada juga yang tidak.
PL : A, selanjutnya. Kalau dalam tugas dan pekerjaan ada persoalan begitu,
bagaimana ibu menghadapinya?
PD 1 : A, kira-kira kita butuh teman. Mungkin kalau ada masalah kita cari teman,
teman-teman sejawat, rekan-rekan kerja untuk membantu kita menyelesaikan
masalah.
30
PL : Selanjutnya lagi, apa ibu menerima setiap pekerjaan atau sering mengeluh
dalam pekerjaan yang ada?
PD 1 : Kalau pekerjaan sejauh ini, apa yang menjadi tanggung jawab saya, saya
kerjakan. (Setelah menjawab PD 1 tersenyum pada PL)
PL : A, apa ibu sudah merasa puas dengan keadaan ibu yang sekarang?
PD 1 : Kalau puas, tidak.
PL : Kira-kira apa alasannya?
PD 1 : Kira-kira mmmm, saya sekarang baru D3 untuk saat ini saya kepingin kalau bisa
suatu hari kelak saya bisa lanjut kuliah. (Pandangan mata PD 1 tampak
memandang jauh kedepan sambil tersenyum)
PL : Lanjut lagi. A, apa sekarang ibu sedang merasa tidak menerima keadaan diri
atau ingin menjadi orang lain begitu?
PD 1 : Tidak, sejauh ini tidak.
PL : A, yang terakhir untuk ini. Apa ibu pernah merasa kecewa diri sendiri?
PD 1 : Mmmm,, (sambil berpikir) kecewa ya pasti, setidaknya, sedikit tidaknya kalo kita
sudah pernah berbuat salah, kalau misalnya setelah itu kita menyesal pasti sedikit
tidaknya kita rasa kecewa.
b. Hubungan positif dengan orang lain
PL : Kita lanjut
PD 1 : Ia
PL : Yang kedua itu hubungan positif dengan orang lain. Jadi hubungan positif yang
dimaksud ini kemampuan individu menjalin hubungan yang baik dengan orang
lain disekitarnya, individu yang dalam dimensi ini ditandai dengan mampu
membina hubungan yang hangat dan penuh kepercayaan dari orang lain. Selain
itu, individu tersebut juga memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan orang lain,
dapat menunjukkan empati, afeksi serta memahami prinsip memberi dan
menerima dalam hubungan antar pribadi. Masuk di pertanyaan, ada beberapa
disini.
Yang pertama, bagaimana hubungan ibu dengan rekan kerja?
PD 1 : Sejauh ini baik-baik semua
PL : Baik-baik semua. Kalau hubungan dengan pengunjung puskesmas baik pasien
maupun keluarga pasien ?
PD 1 : Sejauh ini ju baik (Sambil mengangguk perlahan)
PL : Selanjutnya lagi, apakah ibu terbuka untuk bersosialisasi dengan sesama rekan
kerja?
PD 1 : Ia (PD 1 menjawab dengan cepat)
PL : Kemudian, apakah ibu terbuka untuk bersosialisasi dengan pengunjung
puskesmas?
PD 1 : Ia (PD 1 menjawab dengan volume suara yang kecil)
PL : A, apa, apa ibu sering mendapat kepercayaan dari rekan kerja?
PD 1 : Sejauh ini, ia
PL : Kepercayaan seperti apa yang didapatkan ?
PD 1 : Mmm, (PD 1 sambil berpikir), misalnya ada tanggung jawab pekerjaan yang bisa
diselesaikan bersama, butuh bantuan, mereka minta tolong
31
PL : A, apakah ibu sering mendapat kepercayaan dari pengunjung puskesmas?
PD 1 : Ia ( PD 1 menjawab dengan volume suara yang kecil)
PL : Itu kepercayaan seperti apa ?
PD 1 : Misalnya rahasia pribadi mereka yang tidak perlu orang lain ketahui, mereka
biasa cerita.
PL : Bagaimana respon ibu ketika mendapati rekan kerja yang sedang kesusahan?
PD 1 : Mmm, membantu sebisanya saya bisa bantu.
PL : Kemudian, sama juga. Apa yang dirasakan partisipan ketika mendapati rekan
kerja yang, Ohh.. pengunjung puskesmas yang sedang kesusahan?
PD 1 : Sebisa mungkin, apa yang saya bisa buat ya saya bantu.
PL : A, apakah ada hal yang tidak diinginkan terjadi ketika ibu menjalin hubungan
positif dengan rekan kerja?
PD 1 : Maksudnya bagaimana ? (Dengan volume suara yang kecil)
PL : Ketika sedang menjalin hubungan positif dengan orang lain, apakah ada hal yang
tidak diinginkan terjadi begitu?
PD 1 : Sebisa mungkin, tidak mengecewakan teman kerja dan kerja sama yang baik,
intinya begitu.
PL : Apa yang ibu harapkan ketika menjalin hubungan yang positif dengan rekan
kerja?
PD 1 : A, sebisa mugkin, kita bisa kerja sama tru, terus apa yang kita kerjakan itu kira-
kira bisa diselesaikan dengan baik dan setidaknya memuaskan baik itu pasien
maupun teman kerjanya kita.
PL : Apa yang diharapkan ibu ketika menjalin hubungan positif dengan pengunjung
puskesmas ?
PD 1 : Setidaknya, yang paling utama itu a, mereka puas dengan pelayanan di
puskesmas, trus apa yang mereka harapkan dari kita, seperti mereka
membutuhkan pertolongan kita apa dan kira-kira kita bisa membantu.
PL : Berarti ibu tidak menutup diri untuk bersosialisasi dengan orang lain.
PD 1 : Ia (dengan volume suara yang kecil)
c. Otonomi
PL : Dimensi yang ketiga itu otonomi, jadi otonomi ini digambarkan sebagai
kemampuan individu untuk bebas namun tetap mampu untuk mengatur hidup
dan tingkah lakunya. Individu yang mempunyai otonomi yang tinggi ditandai
dengan bebas, mampu untuk menentukan nasib sendiri, dan mengatur perilaku
sendiri, kemampuan mandiri, tahan terhadap tekanan sosial, mampu
mengevaluasi diri sendiri dan mampu mengambil keputusan tanpa adanya
campur tangan orang lain. Seperti itu, masuk dipertanyaannya.
Yang pertama apa saja masalah yang sering muncul saat ibu bekerja?
PD 1 : Yang paling, masalah didalam, di puskesmas,mmmm (PD 1 berhenti sejenak dan
berpikir), mungkin masalah antara itu ee, bisa juga ada masalah dengan pasien,
bisa masalah dengan teman kerja,
PL : Saat menghadapi masalah ditempat kerja tersebut apakah ibu lebih memilih
untuk berbagi dan meminta bantuan orang lain ataukah ibu memilih
menyelesaikann sendiri?
32
PD 1 : Saya lebih memilih dengan bekerja sama (volume suara PD 1 mengecil)
PL : Bekerja sama. Mengapa ibu lebih memilih untuk bekerja sama?
PD 1 : Kalau kita bekerja sama, saya rasa masalah itu biar seberat apapun kalau kita
bekerja sama pasti akan terselesaikan dengan baik (sambil PD 1 menatap pada
PL)
PL : A, selanjutnya. Ketika diperhadapkan dengan masalah dan ibu mendapat
masukan atau kritikan dari orang lain bagaimana perasaan partisipan?
PD 1 : Kalau saya, saya menerima, baik itu kritikan, namanya kritikan itu untuk
membangun, jadi apapun itu saya terima.
PL : Selanjutnya, a, sama seperti tadi, ketika diperhadapkan dengan masalah dan ibu
mendapat masukan atau kritikan dari orang lain bagaimana sikap ibu?
PD 1 : A, kira-kira kalau seandainya kritikan itu baik dan bisa untuk menyelesaikan
masalah bisa diterima
PL : Berarti ibu terbuka terhadap masukan dan kritikan?
PD 1 : Ia
Pl : Mengapa ibu terbuka terhadap kritikan?
PD 1 : Supaya kita sebagai manusia ini banyak kekurangan, pasti saya mempunyai
banyak salah, dengan kita menerima kritikan dari orang lain itu, kita bisa merubah
sikap menjadi lebih baik.
PL : Selanjutnya, ini kan tadi otonomi ada tentang tanggung jawab, jadi menurut ibu
apa itu tanggung jawab terhadap diri sendiri?
PD 1 : Tanggung jawab terhadap diri sendiri itu artinya bahwa, apapun yang menurut
saya apapun yang terjadi baik buruk maupun tidak itu yang saya buat, saya harus
bertanggung jawab terhadap semua.
PL : Apakah ibu merasa telah bertanggung jawab terhadap diri sendiri?
PD 1 : Ya, bisa jadi iya. (volume suara PD 1 mengecil)
PL : A, alasannya?
PD 1 : Alasannya, apapun yang terjadi didalam saya punya diri, saya bisa terima itu dan
ketika ada persoalan ketika ada masalah saya berusaha untuk menyelesaikan
masalah.
PL : A, tadi dalam otonomi juga ada tentang tekanan sosial, jadi apakah ibu mampu
untuk bertahan dengan tekanan sosial yang ada ?
PD 1 : Kalau saya sendiri mungkin tidak mampu, tapi karena ada teman-teman ada
orang lain disekitar saya, yang sepertinya bisa membantu saya, saya rasa bisa
menyelesaikan itu. (Sambil pandangan PD 1 tertuju pada rekan kerja sambil
tersenyum)
PL : A, mengapa ibu merasa belum mampu dengan tekanan sosial yang ada?
PD 1 : Karena namanya kita hidup ini pasti kita ada kekurangan dan kalau disaat kita
menghadapi suatu persoalan kita masih tetap membutuhkan orang lain untuk
membantu kita.
PL : A, selanjutnya apakah ibu mampu untuk menilai dan mengevaluasi diri sendiri?
PD 1 :Menurut saya tidak bisa.
PL : A, alasannya apa ibu?
33
PD 1 : A, biar bagaimanapun sekalipun kita bisa, kita sendiri bisa mengevaluasi diri
tetapi kita tetap membutuhkan orang lain untuk menilai kita. (Sambil menatap ke
arah PL)
PL : Selanjutnya lagi, kalau untuk keadaan saat ini bagaimana penliaian ibu terhadap
kondisi ibu?
PD 1 : Kondisi maksudnya? (Sambil PD 1 mengerutkan dahi)
PL : Maksudnya a, keadaan diri begitu, penilaian terhadap diri sendiri.
PD 1 : Sampai saat ini ya saya baik-baik saja (Sambil PD 1 tersenyum)
PL : Apakah menurut ibu ada hal-hal perlu untuk diperbaiki dari dalam diri ibu?
PD 1 : Ia perlu, ada. (dengan volume suara yang kecil)
PL : A, itu hal apa yang perlu diperbaiki?
PD 1 :Mungkin dari segi sikap, mungkin dari, (PD 1 berhenti sejenak dan berpikir),
keterampilan dalam bekerja, bagaimana berinteraksi dengan orang lain,
walaupun mungkin sudah baik tapi kita masih perlu untuk memperbaiki diri.
PL : A, untuk memperbaiki diri itu kira-kira menurut partisipan caranya seperti apa?
PD 1 : Caranya mungkin, salah satunya itu mungkin bisa melanjutkan sekolah, terus
yang kedua kita berinteraksi dengan orang lain, bekerja sama dengan orang lain,
d. Penguasaan lingkungan
PL : Lanjut lagi yang keempat itu, penguasaan lingkungan. Jadi penguasaan
lingkungan itu digambarkan, dengan kemampuan individu mengatur
lingkungannya, memanfaatkan kesempatan yang ada di lingkungan, menciptakan
dan mengontrol lingkungan sesuai dengan kebutuhan. Individu yang tinggi dalam
dimensi penguasaan lingkungan memiliki keyakinan dan kompetensi dalam
mengatur lingkungan, yaitu dapat mengendalikan aktivitas eksternal yang berada
di lingkungannya, termasuk mengatur dan mengendalikan situasi lingkungan
kehidupan sehari-hari, memanfaatkan kesempatan yang ada di lingkungan, serta
mampu memilih dan menciptakan lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan
pribadi. Itu penguasaan lingkungan, masuk di pertanyaan, yang pertama;
Bagaimana pandangan ibu terhadap lingkungan kerja?
PD 1 : Kalau lingkungan kerja baik, nyaman, cukup nyaman untuk bekerja. (Volume
suara partisipan mengecil)
PL : Selanjutnya, apakah ibu merasa terganggu pekerjaannya ketika diperhadapkan
dengan keadaan sekitar yang tidak nyaman?
PD 1 : Ia terganggu (volume suara PD 1 mengecil)
PL : Terganggu. A, mengapa ibu merasa terganggu?
PD 1 : A, kita kalau misalnya lingkungan sudah tidak nyaman, tidak ada dukungan dari
lingkungan otomatis pekerjaannya kita itu saya rasa terganggu pelayanannya.
PL : A, dari lingkungan yang tidak nyaman itu apakah ada usaha dari ibu untuk
memperbaiki lingkungan yang kurang nyaman?
PD 1 : Ia ada
PL : A, usaha seperti apa yang dilakukan?
PD 1 : Misalnya kita bekerja sama dengan lintas sektor ya,
PL : A, selanjutnya lagi. Saat terjadi permasalahan di lingkungan kerja dan
permasalahan tersebut tidak melibatkan ibu, bagaimana tanggapan ibu?
34
PD 1 : Kalau misalnya tidak melibatkan saya, tapi a, kira-kira misalnya itu berhubungan
dengan teman kerja dan membutuhkan dukungan, membutuhkan partisipasinya
saya, saya membantu.
PL : A, kalau menurut ibu lingkungan kerja yang ideal itu seperti apa?
PD 1 : Lingkungan kerja yang ideal itu paling tidak ada posisi ruangan yang juga
memungkinkan, terus teman-teman kerja juga saling mendukung, terutama juga
lingkungan tempat kita bekerja, maksudnya lokasi atau masyarakatnya bisa
terima kita, saya rasa itu sudah cukup ideal.
PL : Mengapa lingkungan seperti yang seperti itu dianggap ideal?
PD 1 : Artinya dari, kalau kita punya teman, kalau lingkungan, kalau masyarakat itu bisa
terima kita, kita bisa bekerja dengan maksimal.
e. Tujuan hidup
PL : Lanjut lagi yang ke lima itu, tujuan hidup. Jadi tujuan hidup disini itu a,
pengertian individu memiliki pemahaman yang jelas akan tujuan dan arah
hidupnya, memegang keyakinan bahwa individu mampu mencapai tujuan dalam
hidupnya, dan merasa bahwa pengalaman hidup di masa lampau dan masa
sekarang memiliki makna. Individu yang tinggi dalam dimensi ini adalah individu
yang memiliki tujuan dan arah dalam hidup, merasakan arti dalam hidup masa
kini maupun masa yang telah dijalaninya, memiliki keyakinan yang memberikan
tujuan hidup serta memiliki tujuan hidup dan sasaran. Pertanyaannya itu yang
pertama; Menurut ibu apa itu tujuan hidup ?
PD 1 : Tujuan hidup itu sesuatu yang harus kita capai
PL : A, apakah menurut ibu setiap orang harus memiliki tujuan hidup?
PD 1 : Harus
PL : Alasannya?
PD 1 : Alasannya kalau kita, namanya kita hidup ini kita harus ada tujuan hidup supaya
kita bisa berbuat sesuatu untuk apa kita hidup untuk mencapai tujuan.
PL : A, kira-kira apa tujuan hidup dari ibu?
PD 1 : Tujuan hidupnya saya itu, supaya saya bisa hidup lebih nyaman dengan keluarga
dan hidup bahagia sampai tua. (Sambil PD 1 tersenyum)
PL : Apakah tujuan hidup tersebut sudah tercapai?
PD 1 : Belum (sambil PD 1 tertawa kecil), belum tua na (PD 1 kembali tertawa kecil)
PL : A, kira-kira kendala apa yang menghambat ibu dalam mencapai tujuan hidup?
PD 1 : Mmmm (dengan volume suara yang kecil sambil PD 1berpikir). Banyak e,
mungkin ada masalah dalam keluarga, masalah persoalan dalam pekerjaan, bisa
seperti itu.
PL : A, dalam mencapai tujuan hidup apa yang dilakukan oleh ibu untuk dapat
mencapainya?
PD 1 : Bekerja lebih baik (PD 1 berhenti sejenak dan memberikan kunci kepada rekan
kerja), mencari nafkah untuk keluarga, dan berbuat lebih baik.
PL : Tadi kan a ada hambatan dalam mencapai tujuan hidup, itu kira-kira cara ibu
untuk mengatasi kendala tersebut seperti apa?
PD 1 : Mungkin kita bisa merubah sikap, lebih giat lagi bekerja, terus lebih
mengutamakan tujuan hidup, bekerja dan bekerja lebih baik.
35
f. Pertumbuhan pribadi
PL : Lanjut lagi yang terakhir, yang ke enam itu pertumbuhan pribadi. Jadi a,
pertumbuhan pribadi disini yaitu, itu individu yang tinggi Individu yang tinggi
dalam dimensi pertumbuhan pribadi ditandai dengan adanya perasaan mengenai
pertumbuhan yang berkesinambungan dalam dirinya, memandang diri sebagai
individu yang selalu tumbuh dan berkembang, terbuka terhadap pengalaman-
pengalaman baru, memiliki kemampuan dalam menyadari potensi diri, dapat
merasakan peningkatan yang terjadi pada diri dan tingkah lakunya setiap waktu
serta dapat berubah menjadi pribadi yang lebih efektif dan memiliki pengetahuan
yang bertambah. Pertanyaannya yang pertama; Apakah ibu merasa ada
perubahan dalam diri partisipan setelah beberapa tahun bekerja disini?
PD 1 : Ia ada (dengan volume suara yang kecil)
PL : A, apa saja perubahan yang dialami ibu?
PD 1 : A, saya lebih baik dalam bekerja, lebih, lebih dewasa, trus a apa, ketrampilan
dalam bekerja kira-kira mungkin bisa bertambah.
PL : A, bagaimana pengaruh dari pekerjaan disini terhadap kehidupan pribadi ibu ?
PD 1 : Kalo pengaruh itu, baik (sambil PD 1 tersenyum pada PL)
PL : Apakah ibu merasa telah bekerja dengan optimal di tempat ini?
PD 1 : Kalo bekerja dengan optimal, ia bisa.
PL : A, itu bisa dijelaskan mungkin.
PD 1 : A, menurut saya sudah bisa optimal karena saya sudah bekerja sesuai denga
profesi saya, tanggung jawab saya sebagai seorang perawat sudah saya
laksanakan. (rekan kerja mengembalikan kunci dan ditaruh ditas meja PD 1).
PL : A, hal apa, hal apa saja yang telah dilakukan ibu sehingga ibu merasa telah
bekerja dengan optimal?
PD 1 : Mmmm, menyelesaikan setiap tanggung jawab yang diberikan kepada saya, baik
itu sebagai, profesi sebagai seorang perawat, maupun tanggung jawab dalam
program kerja yang dipercayakan.
PL : Bagaimana perasaan ibu ketika mampu bekerja dengan optimal?
PD 1 : Bersyukur (sambil PD 1 tersenyum)
PL : Bersyukur. Apa ibu merasa ada perubahan dalam diri ibu saat bekerja dengan
optimal?
PD 1 : Ia, ada.
PL : A, saat ibu bekerja dengan optimal kira-kira ada hambatan yang sering terjadi
atau tidak?
PD 1 : Pasti ada
PL : A, hambatan itu seperti apa?
PD 1 : Hambatan a, bisa dengan keluarga pasien, bisa dengan lingkungan dengan
masyarakat,
PL : Untuk mengatasi hambatan tersebut apa yang ibu lakukan?
PD 1 : Berkoordinasi dengan teman kerja yang lain, bisa dengan kepala wilayah,
dengan kader mungkin.
36
PL : Jadi a, itu sudah semua pertanyaan dari saya, trimakasih untuk waktu ibu.
Untuk, hasil, hasil penelitian nanti akan saya serahkan langsung ke ibu setelah
selesai penelitian.
PD 1 : Ia, terimakasih (dengan volume suara yang kecil)
PL : Terimakasih ibu, Tuhan memberkati.
PD 1 : Iaa.
2. Partisipan II (Ibu. M N)
Wawancara dengan Ibu. MN dilakukan pada Rabu, 18 April 2018 pukul 09.00, wawancara
dilakukan di loket puskesmas bersampingan dengan poli umum, saat wawancara ada juga
satu orang perawat yang sedang bertugas di loket. Peneliti duduk berhadapan dengan
partisipan.
PL : Selamat pagi, saya Erlin Oktavia Tunliu, mahasiswi S1 Ilmu Keperawatan, Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Satya Wacana. Jadi, disini saya
meminta kesedian dari ibu untuk menjadi responden terkait penelitian saya tentang
Psychological Well-Being Perawat yang Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas
Desa. Ibu bersedia?
PD 2 : Bersedia (Sambil PD 2 mengangguk dan tersenyum kepada PL)
PL : Kita mulai dengan yang pertama. Aspek yang pertama dari Psychological Well-Being
itu penerimaan diri.
a. Penerimaan diri
PL : Jadi penerimaan diri disini itu, kemampuan seseorang menerima dirinya secara
keseluruhan baik pada masa kini dan masa lalunya. Seseorang yang menilai positif
diri sendiri adalah individu yang memahami dan menerima berbagai aspek diri
termasuk di dalamnya kualitas baik maupun buruk, dapat mengaktualisasikan
diri, berfungsi optimal dan bersikap positif terhadap kehidupan yang dijalaninya.
(Saat menerangkan terdengar suara teriakan anak-anak yang bermain di luar
sehingga PL menaikkan volume suara).
Masuk di pertanyaan, yang pertama (terdengar 1-2 kali suara bersin dari seorang
rekan perawat), bagaimana ibu menilai diri ibu sendiri?
PD 2 : (PD 2 tampak mengerutkan dahi dan berpikir sejenak) (terdengar suara dari luar
ruangan dan juga suara bersin dari rekan perawat) A...di, dari segi pekerjaan
atau?
PL : Secara umum
PD 2 : Secara umum? Saya, selain bekerja sebagai seorang perawat saya seorang ibu
rumah tangga, yang a,, secara keseluruhan saya menerima kondisi saya, secara
fisik maupun secara psikologis. (Terdengar suara teriakan anak-anak yang sedang
bermain)
PL : A,,berdasarkan penilaian tersebut kira-kira apa yang mempengaruhi ibu untuk
menilai diri ibu seperti tadi ? (Terdengar suara teriakan anak-anak yang sedang
bermain namun dengan volume yang lebih besar) aa, yang mempengaruhi
(PD 2 menunjuk ke arah anak-anak yang sedang bermain sambil tersenyum)
37
PD 2 : Yang mempengaruhi, (PD 2 menarik diri ke belakang dan memegang kepala
sambil tersenyum) apa e,
PL : Berdasarkan keseharian ibu atau pandangan dari orang lain atau seperti apa?
PD 2 : Berdasarkan keseharian dan sebenarnya sifat dasar saya seperti itu. (Masih
terdengar suara teriakan dari anak-anak yang sedang bermain)
PL : Selanjutnya lagi, apa ada hal-hal yang tidak disukai dari diri ibu?
PD 2 : Mmmm (PD 2 tampak berpikir). Ada, saya orang yang suka menunda pekerjaan.
Bukan suka, tapi a,, sering menunda pekerjaan, seperti iu saja.
PL : A,, kenapa ibu tidak menyukai hal tersebut?
PD 2 : A,, sebenarnya itu ji ini...merugikan saya jika ada hal-hal yang harus segera
diselesaikan karena pekerjaan menumpuk (PD 2 berhenti sejenak), dirumah
maupun dikantor.
PL : Oh iaa. Lanjut lagi, apa hal paling ibu sukai dari diri ibu?
PD 2 : A,, saya optimis, bersemangat, tidak a, apa e (PD 2 berhenti sejenak dan berpikir
sambil membunyikan jari), saya suka mengembangkan kreativitas pribadi, hobi,
kemudian saya suka menghabiskan waktu bersama keluarga di saat-saat liburan,
atau saat-saat setelah pulang dari kantor. (Suara teriakan anak-anak masih
terdengar).
PL : Berarti hal yang di sukai ibu memiiki pengaruh positif pada diri ibu?
PD 2 : Itu sangat berpengaruh positif (Sambil PD 2 tersenyum).
PL : Apakah hal-hal yang tadi di sukai dan tidak disukai itu berpengaruh terhadap
pekerjaan? (Masih terdengar teriakan suara anak-anak)
PD 2 : Berpengaruh (PD 2 menjawab dengan cepat)
PL : Berpengaruh ?
PD 2 : Ia.
PL : A,, seperti apa pengaruh dari hal-hal tersebut?
PD 2 : Hal negatif tentu saja jika saya menunda banyak pekerjaan maka pekerjaan yang
seharusnya diselesaikan pada saat ini akhirnya menumpuk dam terbawa. Hal
positifnya, saya bersemangat jika, dikantor saya bisa menyelesaikan tugas-tugas
saya, kemudian a,, (PD 2 berhenti sejenak dan berpikir), intinya saya dari kantor
ke, e,, dari rumah ke kantor perasaan positif sudah timbul dari rumah akhirnya
saya bersemangat jika di kantor menyelesaikan tugas dan pulang kerumah dalam
keadaan yang bahagia. (Terdengar suara tangisan dari seorang anak yang tadi
bermain)
PL : Berarti hal-hal positif itu dia berfungsi secara optimal saat diterapkan?
PD 2 : Ia.
PL : A,, lanjut lagi. Bagaimana ibu menghadapi setiap persoalan dalam pekerjaan?
Pd 2 : Diselesaikan secara baik, dibicarakan secara baik a,, dengan kepala puskesmas
dan dengan teman-teman.
PL : Selanjutnya, apakah ibu menerima setiap pekerjaan ataukah sering mengeluh
dalam menghadapi pekerjaan?
PD 2 : Fifty-fifty.
PL : Oh iaa, a,,
PD 2 : (PD 2 melanjutkan pembicaraan), Kadang mengeluh kadang menerima dengan
baik tergantung beban kerja.
38
PL : A,, apa ibu sudah merasa puas dengan keadaan ibu yang sekarang?
PD 2 : A,, mau dibilang puas, seperti, a,, bukan puas tapi bersyukur dengan a,,
pekerjaan yang sekarang.
PL : Alasannya?
PD 2 : Intinya saya menjalaninya dengan bahagia, saya menjalani dengan positif, a,,
apapun yang terjadi, masalah apapun yang datang juga dihadapi dengan positif ya
ujung-ujungnya nanti hasilnya baik.
PL : Selanjutnya, apa ibu pernah atau sedang merasa tidak menerima dengan
keadaan saat ini, keadaan diri ibu saat ini?
PD 2 : Tidak (dengan volume suara yang kecil)
PL : Alasannya?
PD 2 : Saya menerima keadaan saya sekarang
PL : Apa ibu pernah merasa kecewa dengan diri ibu sendiri?
PD 2 : Pernah.
PL : Pernah. Itu kalau boleh tau kecewa karena apa?
PD 2 : A,, (sambil berpikir). Kecewa pernah, disaat saya masih ditempat tugas yang
lama a,, banyak waktu yang a,, karena berjauhan dari keluarga jadi, saya pernah
merasakan kekecewaan karena, akhirnya saya pindah kesini banyak waktu
bersama keluarga, jadi intinya saya bisa kalau keluarga bahagia saya juga bisa
melaksanakan pekerjaan dengan baik di luar.
b. Hubungan positif dengan orang lain
PL : Jadi a,, kita lanjut yang kedua itu hubungan positif dengan orang lain. Jadi
hubungan positif yang dimaksud, kemampuan individu menjalin hubungan yang
baik dengan orang lain di sekitarnya. Individu yang tinggi dalam dimensi ini
ditandai dengan mampu membina hubungan yang hangat dan penuh
kepercayaan dari orang lain. Selain itu, individu tersebut juga memiliki kepedulian
terhadap kesejahteraan orang lain, dapat menunjukkan empati serta memahami
prinsip memberi dan menerima dalam hubungan antarpribadi. Kita masuk ke
pertanyaan yang pertama; Bagaimana hubungan ibu dengan rekan kerja?
PD 2 : Baik
PL : Baik. Kalau hubungan ibu dengan pengunjung puskesmas baik pasien maupun
keluarga pasien?
PD 2 : Baik, sejauh ini. (dengan volume suara yang kecil)
PL : Baik. A,, apakah ibu terbuka untuk bersosialisasi dengan rekan kerja?
PD 2 : Terbuka (PD 2 menjawab sambil tersenyum)
PL : A,, Apakah ibu terbuka untuk bersosialisasi dengan pengunjung puskesmas?
PD 2 : Terbuka
PL : Terbuka e,. Apakah ibu sering mendapat kepercayaan dari rekan kerja?
PD 2 : Sering
PL : Kepercayaan seperti apa yang biasa didapatkan?
PD 2 : A,, Kepercayaan saat membantu tugas-tugas teman, kemudian a,, kepercayaan
dalam pengelolaan program, seperti imunisasi, itukan salah satu kepercayaan dari
kepala puskesmas dan juga dari teman-teman.
39
PL : Selanjutnya, a,, apa ibu sering mendapat kepercayaan dari pengunjung
puskesmas? (Terdengar suara seorang rekan kerja yang sedang melayani pasien
di loket)
PD 2 : Ia (PD 2 menjawab dengan cepat)
PL : A,, kepercayaan seperti apa yang didapat dari pengunjung puskesmas?
PD 2 : A,, kalo pelayanan pasien, pasien datang saat kita bertugas mereka juga apa,
dilayani dengan baik otomatis timbul saling percaya. Kemudian a,, kerahasiaan
pasien, saat kita menjaga kerahasiaan mereka, mereka juga percaya.
PL : Kita lanjut, bagaimana respon ibu ketika mendapati rekan kerja yang sedang
kesusahan?
PD 2 : Membantu
PL : Membantu. A,, apa yang dirasakan ibu ketika mendapati rekan kerja yang
sedang kesusahan? Perasaan ibu seperti apa?
PD 2 : Turut bersimpati dan empati, a,, kemudian menawarkan bantuan sebisa saya.
(Terdengar percakapan antara perawat yang menjaga loket dengan pasien).
PL : Bagaimana respon ibu ketika mendapati pengunjung puskesmas yang sedang
kesusahan? Respon.
PD 2 : Menawarkan bantuan, kemudian seperti itu menawarkan bantuan apa yang
bisa, sebagai tenaga kesehatan sebisanya saya bantu. (Masih terdengar
percakapan perawat dengan pasien di loket).
PL : Seperti tadi, apa yang dirasakan ibu ketika mendapati pengunjung puskesmas
yang sedang kesusahan? Perasaan ibu.
PD 2 : Ikut berempati, bersimpati, dan aa, intinya ikut merasakan apa yang mereka
rasakan, seperti itu.
PL : Saat menjalin hubungan baik dengan partisipan, kira-kira ada hal yang tidak
diinginkan terjadi atau tidak?
PD 2 : Hal-hal diluar keinginan kita otomatis ada
PL : Itu biasanya seperti apa?
PD 2 : Ia a,, (PD 2 berhenti sejenak dan berpikir). Seperti respon teman-teman,
biasalah masalah didalam kantor.
PL : Kalau dengan pengunjung puskesmas?
PD 2 : Tidak ada, sejauh ini baik.
PL : A,,apa yang diharapkan ibu ketika menjalin hubungan yang positif dengan rekan
kerja?
PD 2 : Yang saya harapkan, ada hubungan baik yang bisa terjalin saling membantu
dalam tugas, maupun dalam masalah-masalah dikantor dengan teman-teman
bisa diselesaikan secara baik dan tidak ada masalah yang berlebihan yang
menimbulkan sebuah masalah besar.
PL : Selanjutnya, apa yang diharapkan ibu ketika menjalin hubungan positif dengan
pengunjung puskesmas?
PD 2 : A,, semakin banyak a,, semakin tinggi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap
puskesmas, terhadap tenaga kesehatan dan tidak terjadi hal-hal negatif
PL : A,, berarti ibu tidak menutup diri untuk bersosialisasi dengan orang lain?
PD 2 : Ia.
40
c. Otonomi
PL : Lanjut, yang ke tiga itu otonomi. Otonomi digambarkan sebagai kemampuan
individu untuk bebas namun tetap mampu mengatur hidup dan tingkah lakunya.
Individu yang memiliki otonomi yang tinggi ditandai dengan bebas, mampu untuk
menentukan nasib sendiri (self-determination) dan mengatur perilaku diri sendiri,
mandiri, tahan terhadap tekanan sosial, mampu mengevaluasi diri sendiri, dan
mampu mengambil keputusan tanpa adanya campur tangan orang lain. Masuk ke
pertanyaan, yang pertama; Apa saja masalah yang paling sering muncul saat ibu
bekerja?
PD 2 : (PD 2 terdiam, menarik diri ke belakang sambil berpikir) Mmm,, yang paling
sering muncul itu (PD 2 kembali terdiam sambil berpikir), kesalahpahaman antar
sesama teman, miss communication.
PL : Saat menghadapi masalah ditempat kerja apa ibu lebih memilih untuk berbagi
dan meminta bantuan orang lain atau ibu memilih menyelesaikann sendiri?
PD 2 : Saya lebih memilih berbagi, khususnya dengan atasan. Otomatis jika ada
masalah antar saya dengan teman atau saya dengan atasan, yang paling utama tu
dengan atasan lebih dalu setelah itu biasanya langsung clear. (Terdengar
percakapan antar perawat di loket dengan pasien)
PL : Lanjut, ketika di perhadapkan dengan masalah, dan ibu mendapat masukan atau
kritikan dari orang lain bagaimana perasaan ibu?
PD 2 : Menerima.
PL : Menerima?
PD 2 : Ia
PL : A,, ketika diperhadapkan dengan masalah dan ibu mendapat masukan atau
kritik dari orang lain bagaimana sikap ibu?
PD 2 : A,, bersikap positif, menerima dan menyaring mana yang membangun dan mana
yang kritikan yang bersifat a,, menjelek-jelekkan atau negatif saya berusaha untuk
tidak dipikirkan berlama-lama, berlarut-larut. (Terdengar percakapan antara
perawat dan pasien di poli umum)
PL : Lanjut, apakah ibu terbuka terhadap masukan dan kritikan dari orang lain?
PD 2 : Ia.
PL : A,, mengapa alasannya?
(Wawancara terhenti 5-10 menit dikarenakan kepala puskesmas memanggil PD 2 untuk
keperluan posyandu serta PD 2 melayani pasien yang sudah menunggu untuk di periksa)
PL : Tadi kan ibu bi, ibu mengatakan terbuka terhadap masukan
PD 2 : Ia (PD 2 menjawab dengan cepat)
PL : Alasannya apa?
PD 2 : A,, Agar yang kurang dari diri kita bisa diperbaiki, dan intinya kan kita hidup
bersosialisasi jadi intinya masukan yang baik tetap diterima demi kebaikan diri
sendiri. (Terdengar percakapan antar perawat dan pasien di loket pendaftaran)
PL : Selanjutnya menurut ibu apa itu tanggung jawb terhadap diri sendiri?
PD 2 : Tanggung jawab terhadap diri sendiri, saya bertanggung jawab untuk a,,
kebutuhan a,, diri sendiri, saya bertanggung jawab untuk a,, (PD 2 berhenti dan
berpikir sejenak), kelangsungan hidup saya a,, kemudian kondisi fisik saya, kondisi
41
psikososial saya, yang bertanggung jawab adalah diri saya sendiri. (PD 2
tersenyum kepada PL) (Masih terdengar percakapan perawat dengan pasien di
loket)
PL : Lanjut, apa ibu merasa telah bertanggung jawab terhadap diri sendiri? (Masih
terdengar percakapan antar perawat dan pasien di loket)
PD 2 : Ia (PD 2 menjawab dengan cepat)
PL : Mengapa ibu telah bertanggung jawab terhadap diri sendiri?
PD 2 : Sejauh ini saya merasa puas dengan keadaan diri sendiri, baik dari fisik saya
menerima keadaan saya maupun secara psikologis saya menerima.
PL : Saat dihadapkan dengan persoalan ditempat kerja bagaimana ibu menanggapi
masalah tersebut dan bagaimana mengatasinya?
PD 2 : Mmm,, selalu mengkonfirmasikan dengan atasan, dan menyelesaikan,
konfirmasi dengan a,, teman, atau misalnya masalah pekerjaan intinya
komunikasikan dulu dengan perawat puskesmas.
PL : A,, selanjutnya apa ibu mampu untuk bertahan dengan tekanan sosial yang ada?
PD 2 : Ia
PL : A,, mengapa?
PD 2 : Sejauh ini ya saya masih ada sampai sekarang dan saya a,, masih bekerja sampai
sekarang, jika saya tidak bertahan mungkin saya sudah mengundurkan diri
ataupun lari dari kenyataan. (PD 2 sambil tertawa kecil)
PL : Lanjut, apakah ibu mampu untuk menilai dan mengevaluasi diri sendiri?
PD 2 : Ia
PL : Bagaimana penilaian ibu terhadap kondisi ibu yang saat ini?
PD 2 : A,, saya menilai diri saya sendiri dari segi,, (PD 2 berhenti sejenak). Ini dari segi
apa?
PL : Pokoknya penilaian ibu keseluruhan,
PD 2 : Saya menilai diri saya sendiri baik.
PL : Maksudnya penilaian terhadap kondisi misalnya, a,, saya sudah puas atau
keadaan saya saat ini sudah lebih baik dibanding dulu, atau apa yang diperbaiki
begitu.
PD 2 : Saya sudah puas dengan keadaan saya sekarang dibanding yang dulu ya
sekarang lebih baik. A,, tapi masih ada hal-hal yang harus dipersiapkan juga untuk
a,, kedepan.
PL : Berarti itu sudah menjawab pertanyaan selanjutnya itu, apakah ada hal-hal yang
menurut partisipan perlu untuk diperbaiki ?
PD 2 : Ia, ada kekurangan-kekurangan saya segera menyelesaikan pekerjaan, tidak
menumpuk pekerjaan itu yang harus diperbaiki, seperti itu (Terdengar
percakapan antar perawat dan pasien di loket)
PL : A,, caranya untuk memperbaiki itu seperti apa?
PD 2 : A,, untuk pekerjaan yang menumpuk, mencicil jika ada waktu luang, mencicil
pekerjaan yang walaupun masih lama deadline waktu tapi, contohnya laporan
bulanan yang harus dimasukkan setiap tanggal 5 ya, setelah kegiatan berusaha
mencicil sedikit demi sedikit dan memang hasil positif yang saya ambil ya tidak
terlambat laporan, seperti itu.
42
d. Penguasaan lingkungan
PL : Yang keempat itu penguasaan lingkungan, jadi penguasaan lingkungan
digambarkan dengan kemampuan individu untuk mengatur lingkungannya,
memanfaatkan kesempatan yang ada di lingkungan, menciptakan, dan
mengontrol lingkungan sesuai dengan kebutuhan. Individu yang tinggi dalam
dimensi penguasaan lingkungan memiliki keyakinan dan kompetensi dalam
mengatur lingkungan. Ia dapat mengendalikan aktivitas eksternal yang berada di
lingkungannya termasuk mengatur dan mengendalikan situasi kehidupan sehari-
hari. Pertanyaan yang pertama; Bagaimana pandangan ibu kepada lingkungan
kerja? (Terdengar percakapan antar rekan kerja di ruangan sebelah)
PD 2 : Baik
PL : Baik?
PD 2 : A,, ia.
PL : Lanjut, apakah ibu merasa terganggu pekerjaannya ketika diperhadapkan
dengan keadaan sekitar yang tidak nyaman?
PD 2 : Tidak
PL :Tidak? O, tidak merasa terganggu ya. Apakah ada usaha dari ibu untuk
memperbaiki lingkungan yang kurang nyaman?
PD 2 : Ada
PL : A,, Seperti apa usaha yang dilakukan ?
PD 2 : A,, Untuk contoh kecil seperti meja kerja ya usahanya ya usahakan ruangan
bersih, nyaman, meja kerja rapi, kemudian lingkungan rapi otomatis kita juga
nyaman saat bekerja.
PL : Selanjutnya, saat terjadi permasalahan di lingkungan kerja dan permasalahan
tersebut dalam penyelesaiannya tidak melibatkan partisi aa, tidak melibatkan ibu,
kira-kira bagaimana tanggapan ibu?
PD 2 : Intinya a,, intinya komunikasi, komunikasi yang baik dengan kepala, komunikasi
yang baik dengan teman-teman, intinya a,, menjalin komunikasi yang baik.
PL : Selanjutnya, bagaimana lingkungan kerja yang ideal menurut ibu?
PD 2 : Lingkungan kerja yang ideal adalah lingkungan yang nyaman, bersih, kemudian
suasananya enak, aa antara, hubungan antara kepala atau atasan kepada aa,
hubungan antara bahawan dan atasan baik, hubungan kita sesama bawahan atau
teman baik, kemudian beban kerja yang seimbang dengan kondisi kita, menurut
saya itu yang ideal. (PD 2 tersenyum kepada PL, terdengar suara antar perawat
dan penunjung puskesmas di loket)
e. Tujuan hidup
PL : Lanjut, yang kelima itu tujuan hidup. Jadi tujuan hidup memiliki pengertian,
individu memiliki pemahaman yang jelas akan tujuan dan arah hidupnya,
memegang keyakinan bahwa individu mampu mencapai tujuan dalam hidupnya,
dan merasa bahwa pengalaman hidup di masa lampau dan masa sekarang
memiliki makna. Aa, masuk ke pertanyaan yang pertama; Apa tujuan hidup
menurut ibu?
PD 2 : Tujuan hidup saya adalah, em,, saya bisa membahagiakan keluarga, aa, (PD 2
berbicara denngan lambat), saya bisa membahagiakan keluarga, kemudian cita-
43
cita saya tercapai,aa, hubungan saya baik dengan orang lain, tidak muluk-muluk
itu sa. (Terdengar suara dari pasien yang sedang pamit) ( PD 2 tertawa kecil
setelah menajwab)
PL : (Ikut tersenyum) Aa, apa menurut ibu setiap orang harus mempunyai tujuan
hidup?
PD 2 : Harus
PL : A, alasannya?
PD 2 : Jika kita tidak memiliki tujuan hidup kita seperti berjalan dalam kegelapan, nah
kalau ada tujuan hidup, kita berusaha untuk menggapai, kita berusaha untuk
memperbaiki yang kurang.
PL : A,, dari tujuan hidup yng ibu sebutkan, apakah tujuan hidup tersebut sudah
tercapai?
PD 2 : Belum
PL : Belum?
PD 2 : Masih sementara.
PL : A,, apakah .. a, apa kendala yang menghambat ibu dalam mencapai tujuan
hidup?
PD 2 : Kendalanya, (dengan volume suara yang kecil), ini sebenarnya dari segi
pekerjaan aman,semua tidak ada ini, lebih banyak saya kedalam keluarga karena
masih sementara membangun rumah, aa jadi intinya saya lebih banyak ke
keluarga. Tujuan hidup ada rumah, anak-anak sekolah yang, pokoknya cita-cita
anak-anak tercapai itu saja.
PL : Selanjutnya, apa yang dilakukan ibu dalam mencapai tujuan hidup?
PD 2 : Berusaha menggapai, aa, sementara, pekerjaan yang ada sementara dikerjakan,
aa, anak-anak sekolah juga baik. Oo cita-cita, ingin melanjutkan sekolah ke tingkat
yang lebih tinggi juga tapi nanti setelah anak-anak berhasil. (sambil PD 2 tertawa
kecil setelah menjawab)
f. Pertumbuhan pribadi
PL : Lanjut ke nomer enam. Yang terkahir itu, pertumbuhan pribadi jadi a
pertumbuhan pribadi Individu yang tinggi dalam dimensi pertumbuhan pribadi itu
ditandai dengan adanya perasaan mengenai pertumbuhan yang
berkesinambungan dalam dirinya, memandang diri sebagai individu yang selalu
tumbuh dan berkembang, terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru,
memiliki kemampuan dalam menyadari potensi diri yang dimiliki, dapat
merasakan peningkatan yang terjadi pada diri dan tingkah lakunya setiap waktu
serta dapat berubah menjadi pribadi yang lebih efektif dan memiliki pengetahuan
yang bertambah. Pertanyaan pertama; apakah ibu merasa ada perubahan dalam
diri ibu setelah beberapa tahun bekerja disini? (terdengar percakapan antar
perawat dan pengunjung puskesmas di loket)
PD 2 : Ia,
PL : Ada perubahan ya?
PD 2 : Ia
PL : Perubaha seperti apa yang dialami oleh ibu?
44
PD 2 : A,, Saya merasa lebih banyak waktu dirumah dibanding tempat kerja yang lama,
a,, kemudian banyak waktu juga untuk bekerja di kantor, dibanding dengan
tempat kerja yang lama karena kondisi tempat kerja yang jauh kemudian dari segi
pertumbuhan ekonomi lebih bak karena tempat kerja yang lama kondisinya jauh
jadi otomatis terkuras tenaga, biaya, waktu dengan keluarga terpotong jadi
ditempat ini saya merasa lebih baik. (terdengar percakapan antar perawat
dengan pengunjung puskesmas di loket)
PL : Aa,, bagaimana pengaruh dari pekerjaan ini terhadap kehidupan pribadi ibu?
PD 2 : Aa, Baik. Pengaruh positifnya banyak sekali aa, karena saya berbahagia
melaksanakan semua pekerjaan disini. (sambl tersenyum)
PL : Apakah ibu merasa telah bekerja dengan optimal?
PD 2 : Ia. Walaupun mungkin ada hasilnya yang kurang baik tapi saya sudah berusaha
semampu saya.
PL : A,, Hal apa saja yang telah dilakukan oleh ibu sehingga ibu merasa telah bekerja
dengan optimal?
PD 2 : Saya berusaha masuk kantor lebih pagi,tepat waktu, kemudian pekerjaan-
pekerjaan seperti laporan dan lain-lain diselesaikan dengan tepat waktu.
(terdengar suara teriakan anak kecil yang sedang bermain)
PPL : Bagaimana perasaan ibu ketika mampu bekerja dengan optimal?
PD 2 : Senang
PL : Apakah ibu merasa ada perubahan dalam diri partisipan saat bekerja dengan
optimal?
PD 2 : Ada. (masih terdengar suara anak kecil berteriak saat bermain)
PL : Kir-kira ada hambatan yang terjadi ketika ibu beruasaha bekerja dengan
optimal?
PD 2 : Tidak ada
PL : Ohh, berarti sudah ya ibu, terimakasih untuk waktunya, untuk hasil penelitian,
akan saya serahkan langsung ke ibu.
PD 2 : Ia
PL : Terimakasih, Tuhan memberkati.
PD 2 : Oke, sama-sama.
B. Puskesmas Kota
Wawancara dilakukan pada Selasa, 24 April 2018 pukul 08.30. Wawancara dilakukan sekaligus
pada dua orang partisipan dikarenakan waktu dari partisipan yang tidak memungkinkan,
sebelumnya partisipan sudah datang ke puskesmas sejak tanggal 20 April namun kedua
partisipan terus berhalangan sehingga pada hari Selasa 24 April dilakukan secara bersamaan.
Wawancara dilakukan di kantor puskesmas yang terkadang pegawai puskesmas masuk keluar
kantor. Peneliti duduk berhadapan dengan PK 1 sementara PK 2 di samping peneliti.
PL : Selamat pagi, saya Erlin Oktavia Tunliu, mahasiswi S1 Program Studi Ilmu Keperawatan,
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Satya Wacana. Disini saya akan
mewawancarai ibu a,, untuk penelitian saya terkait Psychological Well-Being Perawat yang
Bekerja di Puskesmas Kota dan Puskesmas Desa. A,, disini ada enam aspek yang saya
45
tanyakan, masing-masing aspek terdiri dari lima sampai lima belas pertanyaan. (PK 1 dan PK
2 menatap ke PL dan mengangguk saat PL menjelaskan sementara terdengar bunyi
kendaraan dan percakapan di luar ruangan).
a. Penerimaan diri
PL : A,, yang pertama itu, penerimaan diri. Jadi penerimaan diri itu kemampuan
seseorang menerima dirinya secara keseluruhan baik pada masa kini maupun masa
lalunya. A,, jadi penerimaan diri disini, individu yang memahami dan menerima
berbagai aspek diri termasuk di dalamnya kualitas baik maupun buruk, dapat
mengaktualisasikan diri, berfungsi secara optimal dan bersikap positif terhadap
kehidupan yang dijalaninya. Masuk ke pertanyaan yang pertama ibu; Bagaimana ibu
menilai diri sendiri?
PK 1 : (PK 1 terdiam dan berpikir), A,, dalam hal apa ?
PL : Keseluruhan baik a,, fisik ibu maupun a,, mental, keseharian, penilaian ibu terhadap
kehidupan ibu.
PK 1 : Mmm, penilaian saya terhadap kehidupan saya, dalam pelayanan di puskesmas. A,,
jadi baik, penialaian pribadi saya terhadap diri saya itu, saya melakukan seluruh
aktivitas saya, semampu saya, dimana saya bekerja didalam gedung puskesmas
maupun diluar puskesmas yaitu di posyandu atau pusling dan sebagainya, trus dalam
pelayanan kami kaitan dengan a,, kemampuan kami, kami melayani sesuai dengan
profesi kami a,, pada dasarnya pelayanan kami itu pada a,, keperawatan tapi a,, ada
kalanya kami juga a,, rangkap tugas dengan pelayanan dokter yaitu dalam tindakan-
tindakan medis seperti injeksi, trus pelayanan resep. Itu kadang kami melakukan
karena tenaga dokter yang ada disini a,, sekarang ni baru dua ee,, sudah dua, dulu tu
satu jadi kami perawat-perawat tu harus hendel entah senior atau perawat yunior
juga harus hendel tindakan-tindakan dokter. (PK1 berbicara sambil menatap PL dan
menggerakkan tangan)
PL : Ia. A,, ibu bagaimana penilaian ibu terhadap diri sendiri. (Sambil menatap ke arah PK
2)
PK 2 : (PK 2 terdiam dan terus menatap PL)
PL : A,, secara keseluruhan maupun dalam pekerjaan
PK 2 : A,, kinerja sebagai seorang perawat ya. A,, sebetulnya selama ini sudah
melaksanakan tugas dengan baik, dengan giat, kita jadi perawat kan memang
kemauan kita sendiri, (PK 2 tersenyum ke PK 1), jadi kita melaksanakan dengan senang
hati a,, walaupun kadang dibebani dengan tugas-tugas diluar tugas pokok perawat,
tapi selama ini kami melaksanakan dengan baik, dengan ikhlas, seperti itu. (terdengar
percakapan di luar ruangan)
PL : Selanjutnya a,, apakah ada hal-hal yang tidak disukai dari diri ibu? (PL bicara sambil
bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara mengarahkan perekam
suara ke PK 2)
PK 2 : Tidak ada
PL : Tidak ada ya?
PK 2 : Karena selama ini sudah dengan ikhlas, jadi tidak ada.
PL : Bagaimana dengan ibu? (sambil menatap PK 1 dan mengarahkan perekam suara ke
arah PK 1)
46
PK 1 : Tidak ada
PL : Tidak ada juga?
PK 1 : Ia
PL : Selanjutnya apa hal yang paling disukai dari diri ibu? (PL bicara sambil bergantian
menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara mengarahkan perekam suara ke PK
1)
PK 1 : (PK 1 terdiam dan berpikir sejenak) Mm, paling saya suka itu a,, dalam pelayanan a,,
keperawatan yang diberikan kepada masyarakat itu, a,, selalu dilayani dengan apa
namanya, a,, tenang dan tidak marah-marah sehingga pasien juga seperti a,, apa
namanya, hubungan itu baik, bagus, saya senang dan pasien yang dilayani juga a,,
mengalami perubahan berupa kesembuhan, ia.
PL : Bagaimana denga ibu, hal yang paling disukai dalam diri ibu? (sambil menatap PK 2
dan mengarahkan perekam suara ke arah PK 2)
PK 2 : A,, saya sendiri walaupun a,, dibebani dengan banyak tanggung jawab sebagai a,,
sudah menjalani tugas pokok sebagai perawat, trus dibebani dengan tugas-tugas
pengelola program yang begitu banyak, tapi pimpinan tetap mempercayai saya untuk
melakukan a,, beban-beban a,, untuk tanggung jawab program-program lain.
Pimpinan menilai saya mampu jadi saya cukup senang juga.
PL : A,, selanjutnya. Oh,, berarti hal-hal yang tadi disukai itu berpengaruh pada
pekerjaan?
PK 2 : Ia (sambil menjawab dengan cepat)
PK 1 : Ia, ada kemajuan.
PL : Ada kemajuan? (sambil menatap ke PK 1)
PK 1 : Dalam hal program juga bagus, trus terhadap pelayanan kami terhadap pasien juga
bagus.
PL : Ia, a,, selanjutnya bagaimana ibu mengaktualisasikan hal-hal positif dalam diri ibu
pada kehidupan sehari-hari? (PL bicara sambil bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2,
lalu setelah berbicara mengarahkan perekam suara ke PK 2)
PK 2 : Ya, dibawa a,, kerja dengan senang hati saja yah, supaya tidak merasa tereban
seperti itu (sambil tersenyum).
PL : Bagaimana dengan ibu? (sambil mengarahkan perekam suara ke PK 1)
PK 1 : Sama (dengan volume suara yang kecil)
PL : A,, bagaimana ibu menghadapi persoalan dalam tugas dan pekerjaan? (PL bicara
sambil bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara mengarahkan
perekam suara ke PK 1)
PK 1 : A,, dalam menjalankan tugas a,, selagi menghadapi persoalan, katakanlah seperti a,,
pasien yang tidak mampu ditangani dikonsulkan pada a,, dokter kalau memang tetap
tidak bisa dirujuk ke rumah sakit, kalau memang ada kendala dari pasien atau dalam
pelayanan ada alat yang kurang mendukung kita harus merujuk ke atas karena
pemeriksaan diatas lebih lengkap.
PL : A,, bagaimana dengan ibu, dalam menghadapi persoalan dalam tugas dan pekerjaan?
(sambil mengarahkan perekam suara ke PK 2)
PK 2 : Yang jelas, sharing dengan teman sejawat, dengan pimpinan, bagaimana cara
menyelesaikan masalah.
47
PL : A,, apakah ibu menerima setiap pekerjaan ataukah sering mengeluh dengan
pekerjaan? (PL bicara sambil bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah
berbicara mengarahkan perekam suara ke PK 2)
PK 2 : Ya, menerima tapi terkadang mengeluh tapi tetap juga dilaksanakan dengan baik.
PL : Alasannya ibu?
PK 2 : A,, karena kadang kita punya beban sudah tertumpuk, tapi mungkin pimpinan
memilih kita karena kita mampu bekerja masih ditamba beban lagi sedangkan, a,,
teman-teman profesi lain ada yang tanpa beban tambahan sama sekali, tapi kita
tertumpuk, tapi kita melaksanakan dengan senang hati juga. (terdengar percakapan
pegawai puskesmas dengan volume suara yang cukup besar)
PL : A,, bagaimana dengan ibu apakah tetap menerima pekerjaan a,, atau sering
mengeluh dengan pekerjaan? (sambil mengarahkan perekam suara ke PK 1)
PK 1 : Mm, sama juga.
PL : Alasannya ibu?
PK 1 : Pada dasarnya perawat itu beban kerjanya lebih besar, kadang-kadang kami juga iri
dengan teman profesi lain yang duduk ngerumpi, terus pasiennya juga cuman satu
dua, sedangkan kita, kita harus layani ratusa pasien bahkan pekerjaan tambahan yang
kepala harus berikan, kadang kita juga comel tetapi kita terima dan mengerjakan.
PL : A,, apakah ibu pernah atau sedang merasa tidak menerima keadaan ibu saat ini, atau
menerima? (PL bicara sambil bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah
berbicara mengarahkan perekam suara ke PK 1)
PK 1 : Tidak, menerima.
PL : Menerima, alasannya ibu?
PK 1 : Alasannya a,, pelayanan profesi kita harus jalankan jadi, mau tidak mau harus
menerima
PL : A,, ibu bagaimana? (sambil mengarahkan perekam suara ke PK 2)
PK 2 : Tetap menerima karena kita dalam menjalankan tugas harus profesional, (sambil
tersenyum ke PL dan PK 1)
PL : Lanjut lagi a,, apa ibu pernah merasa kecewa dengan diri sendiri? (PL bicara sambil
bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara mengarahkan perekam
suara ke PK 2)
PK 2 : Tidak
PL : Tidak ?
PK 2 : Ia.
PL : Bagaimana dengan ibu, apakah pernah merasa kecewa dengan diri sendiri? (sambil
mengarahkan perekam suara ke PK 1)
PK 1 : Tidak
PL : Tidak juga.
b. Hubungan positif dengan orang lain
PL : Lanjut pada aspek yang ke dua, itu hubungan positif dengan orang lain. Jadi
hubungan positif itu kemampuan individu menjalin hubungan yang baik dengan orang
lain di sekitarnya. Individu dalam dimensi ini ditandai dengan mampu membina
hubungan yang hangat dan penuh kepercayaan dari orang lain. Kita masuk ke
pertanyaan; Bagaimana hubungan ibu denga rekan kerja ? (PL bicara sambil
48
bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara mengarahkan perekam
suara ke PK 1)
PK 1 : Hubungan saya dengan rekan kerja, baik seprofesi perawat a,, maupun diluar profesi
perawat kami saling menjalin hubungan kerjasama yang baik dalam hal pelayanan
dalam gedung maupun luar gedung. Jadi seperti dalam hal a,, ada kesulitan kami
saling konsultasi, saling menanyakan, a,, bagaimana cara jalan keluarnya.
PL : Bagaimana dengan ibu, hubungan dengan rekan kerja seperti apa? (sambil
mengarahkan perekam suara ke PK 2)
PK 2 : Sejauh ini baik-baik saja dan kami saling kerja sama, kerja sama sesuai profesi
masing-masing dengan baik, tanggung jawab, dan tetap profesional.
PL : A,, bagaimana hubungan ibu dengan puskesmas dengan pasien maupun keluarga
pasien?
PK 2 : Sangat baik, bahkan kalau ketemu diluar mereka hafal kita, kita kan tidak mungkin
hafal satu per satu karena tiap hari ratusan kunjungan pasien, tapi mereka tegur kita
dengan senang hati (sambil tersenyum)
PL : Bagaimana dengan ibu hubungan dengan,
PK 1 : Baik (sambil memotong pembicaraan PL)
PL : Ia. A,, apakah ibu terbuka untuk bersosialisasi dengan rekan kerja? (PL bicara sambil
bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara mengarahkan perekam
suara ke PK 1)
PK 1 : Selalu baik
PL : Ibu bagaimana? (sambil mengarahkan perekam suara ke arah PK 2)
PK 2 : Sangat terbuka
PL : Apakah terbuka juga dengan pengunjung puskesmas ?
PK 2 : Terbuka (dengan volume suara yang kecil)
PL : Ibu terbuka ? (sambil mengarahkan perekam suara ke PK 1)
PK 1 : Terbuka.
PL : A,, apakah ibu sering mendapat kepercayaan dari rekan kerja? (PL bicara sambil
bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara mengarahkan perekam
suara ke PK 1)
PK 1 : A,, selalu
PL : Seperti apa
PK 1 : A,, misalnya seperti a, dalam hal pelayanan kalau ade-ade yang mau minta konsultasi
a,, kami sebagai senior harus membimbing mereka dan memberi jalan keluar.
PL : Bagaimana dengan ibu, sering mendapat kepercayaan dari rekan kerja ? (sambil
mengarahkan perekam suara ke PK 2)
PK 2 : Ia karena, ia sering mendapat kepercayaan karena terbukti mereka masih percayakan
kita pegang program yang begitu banyak, masih percaya kita dari tahun ke tahun.
PL : A,, apakah sering mendapat kepercayaan dari pengunjung puskesmas?
PK 2 : Ia
PL : Seperti apa?
PK 2 : A,, mereka lebih senang a,, kalau berkunjung kesini, berobat disini, a,, karena
bilangnya pelayanannya lebih bagus, cekatan, begitu.
PL : Bagaimana dengan ibu, sering.. (sambil mengarahan perekam suara ke PK 1)
49
PK 1 : (memotong pembicaraan) A,, sama, sama. Jadi pasien dari luar dengan kunjungan
pasien e, keluarga pasien itu mereka lebih senang ke puskesmas karena pelayanannya
cepat trus mereka katakan bahwa tidak tau lai meskipun obat generiknya sama, tapi
pelayanan disini obatnya lebih bagud dibanding dengan dokter-dokter atau rumah
sakit. Nah, makanya kami sering mengeluh kok pasien terlalu banyak, tapi mereka
lebih senang karena tepat waktu, nah seperti liat setenga delapan buka loket jam
lapan harus pelayanan, jadi kalau kita meninggalkan seperti hari ini saya piket saya
harus beritahu dengan teman loket dengan dokter di poli.
PL : A,, apa yang dirasakan ibu ketika mendapati rekan kerja yang sedang kesusahan?
Perasaannya? (PL bicara sambil bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah
berbicara mengarahkan perekam suara ke PK 1)
PK 1 : Kesusahan apa?
PL : A,, misalnya mereka sedang membutuhkan bantuan begitu, atau sedang, aa,
pokoknya mereka sedang kesusahan dengan pekerjaan mereka begitu ibu,
PK 1 : Oh ia, jadi dalam hal pelayanan kalau mereka mengalami kesusahan atau kesulitan
kita memberikan bimbingan, kita sebagai senior itu memberikan bimbingan a,, jadi
kalau apa yang mau dikerjakan sama-sama atau dia bisa kerjakan kita membimbing dia
untuk bisa melaksanakan.
PL : Bagaimana dengan ibu (sambil mengarahkan perekam suara ke arah PK 2)
PK 2 : Kalau disini memang sudah terbiasa kerjasama, jadi salah satu rekan kita ada
kesusahan misalnya saat, contohnya saat membuat laporan, kita tanggal lima ni harus
masuk ke dinas, jadi saling membantu, saling kerjasama, jadi tepat waktu terus begitu.
(terdengar teriakan suara anak kecil dari luar)
PL : A bagaimana, a,, apa yang dirasakan ibu ketika mendapati pengunjung puskesmas
yang sedang kesusahan? (PL bicara sambil bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu
setelah berbicara mengarahkan perekam suara ke PK 2)
PK 2 : Jelas kami bertanya dan kami bantu semampu kami.
PL : A,, ibu bagaimana ? (sambil mengarahkan perekam suara ke arah PK 1)
PK 1 : Dia susah dalam hal apa?
PL : A,, misalnya administrasinya ataupun a,, kesusahan dengan kesehatannya, ataupun
tidak tau jalan keluar tentang kesehatannya seperti apa.
PK 1 : A iaa, jadi dalam hal kesehatannya kami semampu kami untuk memberikan
pelayanan kalau tidak bisa kami merujuk. Trus dalam hal administrasi, kami ke
tatausaha untuk membantu dan kami di poli umum juga membantu dalam
administrasi pemeriksaan dan memberikan rujukan.
PL : A,, apa hal yang diinginkan dari ibu ketika ibu menjalin hubungan positif dengan
rekan kerja, yang ibu harapkan seperti apa? (PL bicara sambil bergantian menatap ke
PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara mengarahkan perekam suara ke PK 1)
PK 1 : Yang saya harapkan dalam segi positif, kalau memang kita kerjasama yang bagus
dalam pelayanan maupun hubungan kerjasama didalam berarti semua itu tidak ada
beban, kita bergerak kemana bebas, kesini bebas, tidak ada sesuatu yang mengganjal
sehingga pekerjaan didalam itu semua dilaksanakan dengan baik.
PL : A,, apa yang diharapkan ibu ketika menjalin hubungan positif dengan rekan kerja?
(sambil mengarahkan perekam suara ke PK 2, terdengar teriakan suara anak kecil
diluar)
50
PK 2 : Ia harapannya akan terus kerjasama yang baik akan terus terjalin sampai kapanpun
a,, terus tidak ada yang mengeluh satu sama lain, begitu.
PL : A,, selanjutnya apa yang ibu harapkan ketika menjalin hubungan positif dengan
pengunjung puskesmas? (PL bicara sambil bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu
setelah berbicara mengarahkan perekam suara ke PK 2)
PK 2 : Ya harapan saya, pasien tetap a,, percaya, tetap a,, percaya bahwa kami selalu
memberikan pelayanan yang terbaik untuk mereka dan kita mereka juga mempercayai
kami, supaya mereka tetap a,, datang sini dan dilayani, dengan baik, ia. (dengan
volume suara yang kecil).
PL : Bagaimana harapan ibu ketika menjalin hubungan positif dengan pengunjung
puskesmas? (sambil mengarahkan perekam suara ke arah PK 1)
PK 1 : A,, dalam hal pengunjung puskesmas, untuk hal yang positif itu, kalau kita melayani
sesama kita yang sakit, kita kan mengandaikan kita pung diri, nah jadi seandainya saya
yang sakit saya pergi ke, meskipun kita orang kesehatan, kita ke faskes yang kita tuju
dan kita diterima dengan baik, secara tidak langsung pengobatan psikis itu sudah ada,
apalagi pengobatan medisnya masuk jelas kita akan sembuh,sama juga pasien yang
berkunjung saya mengandaikan, saya melayani itu saya mengandaikan saya punya diri,
jadi dia tu manusia sama dengan kita, jadi kita harus melayani dari hati. Ia.
PL : A,, selanjutnya apakah pernah ada hal yang tidak diinginkan terjadi ketika ibu
menjalin hubungan positif dengan orang lain? (PL bicara sambil bergantian menatap
ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara mengarahkan perekam suara ke PK 1)
PK 1 : A,, saya tuh sangat tidak mengharapkan hal-hal yang negatif terjadi dalam pekerjaan
kita, baik didalam gedung maupun luar gedung, yang diharapkan itu hal-hal yang baik.
PL : Bagaimana dengan ibu? (sambil mengarahkan perekam suara ke arah PK 2)
PK 2 : A,, jika sampai memang itu terjadi, yang jelas kami secepatnya menyelesaikan
dengan baik, tidak berlarut-larut sampai mempengaruhi kerja kami (terdengar suara
tertawa anak kecil dan juga teriakan)
PL : A,, berarti disini ibu tidak menutup diri untuk berosialisasi dengan rekan kerja
maupun pengunjung puskesmas. (PL bicara sambil bergantian menatap ke PK 1 dan PK
2, lalu setelah berbicara mengarahkan perekam suara ke PK 2)
PK 2 : Pastinya tidak
PL : Tidak. Ibu? (sambil mengarahkan perekam suara ke PK 1)
PK 1 : Tidak juga.
c. Otonomi
PL : A,, kita lanjut lagi yang ketiga itu otonomi, aa otonomi itu kemampuan individu untuk
bebas namun tetap mampu mengatur hidup dan tingkah lakunya, aa otonomi disini
ditandai dengan bebas, mampu untuk menentukan nasib sendiri dan mengatur
perilaku diri sendiri, kemampuan mandiri, tahan terhadap tekanan sosial,maupun
mampu unutk mengevaluasi diri sendiri. Masuk pertanyaan yang pertama; apa saja
masalah yang paling sering muncul dalam pekerjaan? (PL bicara sambil bergantian
menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara mengarahkan perekam suara ke PK
1)
PK 1 : (PK 1 terdiam beberapa detik sambil berpikir) A,, misalnya apa ya, saya rasa tidak ada
masalah, hanya dalam pelaksanaan tugas itu seperti tadi saya bilang, karena
51
kekurangan dokter, pasien dalam hal ini dalam kunjungan banyak jadi perawat yang
mengambil alih aa,, profesi dokter, jadi itu kendala bagi saya tetapi dalam hal
pelaksanaan kami tidak menganggap hal itu sebagai beban, kami menjalankan seperti
biasa, saya sudah 13 tahun disini tapi tidak terjadi sesuatu hal yang diangkat di publik
bahwa a,, perawat ini begini-begini, nah makanya saya tuh senang meskipun kami tuh
merangkap profesinya dokter.
PL : A,, bagaimana dengan ibu masalah apa yang paling sering muncul di tempat kerja?
(sambil mengarahkan perekam suara ke PK 2, terdengar suara percakapan dari
pegawai puskesmas)
PK 2 : Secara pribadi tidak ada masalah, terkadang ya seperti a,, tadi itu, disini jumlah
tenaga sedikit dibanding jumlah sasaran yang begitu banyak, dengan kunjungan kita
yang banyak setiap hari, belum lagi tugas keluar kedung yang juga banyak, jadi
terkadang mengalami kendala seperti jadwal tugas keluar sekian orang harus keluar,
nanti terpaksa yang lain harus tinggal poli melayani pasien di puskesmas begiut, tidak
bisa keluar karena memang sasaran banyak sekali. (PK 2 berbicara dengan lembut dan
volume suara yang keci, sesekali terdengar suara dari pegawai puskesmas)
PL : A,, selanjutnya saat menghadapi masalah ditempat kerja, apa ibu lebih memilih
untuk menyelesaikan sendiri atau berbagi dengan rekan kerja? (PL bicara sambil
bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara mengarahkan perekam
suara ke PK 2)
PK 2 : tetap berbagi, kalau seee, masalah yang dihadapi adalah masalah bersama tentang
pekerjaan di puskesmas yang jelas diselesaikan secara bersama, kalau pribadi ya
pribadi.
PL : Bagaimana dengan ibu? (sambil mengarahkan perekam suara ke PK 1)
PK 1 : A,, dalam hal tadi pelayanan itu, a,, dianggap sebagai masalah kalau merangkap tugas
tetapi kami menyelesaikan sendiri, karena tidak ada dokter perawat menyelesaikan
sendiri, tetapi kalau dalam hal yang mungkin harus saya selesaikan dengan kepala
puskesmas atau teman-teman rekan kerja, nanti didiskusikan bersama. (terdengar
suara tangisan anak kecil dari luar ruangan)
PL : Selanjutnya ketika diperhadapkan dengan masalah, dan ibu mendapat masukan dan
kritikan dari orang lain bagaimana a,, perasaan ibu? (PL bicara sambil bergantian
menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara mengarahkan perekam suara ke PK
1)
PK 1 : A,, dalam hal kalo ada kritikan ya, berkaitan dengan kelalaian kerja saya, mungkin
menerima, tetapi kritikan yang dalam hal seperti mengacaukan otak saya, saya
bantah, kerena pelayanan saya itu saya yang layani sendiri bukan siapa-siapa, ia.
(terdengar teriakan suara anak kecil)
PL : Bagaimana dengan ibu, perasaan ketika menerima kritikan dari orang lain? (sambil
mengarahkan perekam suara ke PK 2)
PK 2 : Kalo kritikan itu berpengaruh positif bagi pelayanan kami, bagi kinerja kami, yang
jelas kami, saya pribadi menerima.
PL : Oh, berarti ibu menerima kritikan ya, a,, mengapa ibu menerima kritikan dari orang
lain? (PL bicara sambil bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara
mengarahkan perekam suara ke PK 2)
52
PK 2 : A,, sejauh itu baik, a,, pengaruhnya untuk, membwa segi posittif begitu untuk kinerja,
hasil kinerja kami.
PL : A,, mengapa ibu menerima kritikan dari orang lain? (sambil mengarahkan perekam
suara ke arah PK 1)
PK 1 : Itu masukan positif
PL : Ia
PK 1 : Ia, tetapi kritikan yang a,, masukan negatif bagi saya, saya langsung bantah. Ia
PL : Lanjut lagi, menurut ibu apa tanggung jawab bagi diri sendiri? (PL bicara sambil
bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara mengarahkan perekam
suara ke PK 1)
PK 1 : A,, tanggung jawab pelayanan terhadap masyarakat itu a,, saya harus ini untuk diri
saya sendiri. Jadi saya untuk mempertahankan tanggung jawab yang dibebankan
kepada saya, saya harus melakukan dengan baik.
PL : A,, menurut ibu apa tanggung jawab terhadap diri sendiri? (sambil mengarahkan
perekam suara ke arah PK 2)
PK 2 : Profesi saya sebagai perawat, yang jelas saya harus bekerja profesional sebagai
seorang perawat, melayani dengan ikhlas, dengan sungguh a,, membawa kebaikan
kepada masyarakat.
PL : Apakah ibu merasa telah bertanggung jawab terhadap diri sendiri? (PL bicara sambil
bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara mengarahkan perekam
suara ke PK 2)
PK 2 : Sudah, selama ini saya rasa saya sudah bertanggung jawab.
PL : Mengapa ibu merasa sudah bertanggung jawab? Alasannya
PK 2 : Karena semua tugas yang diberikan, semua beban kerja, semua tanggung jawab saya
sudah laksanakan a,, semampu saya dan sudah berusaha sebaik mungkin (sambil
tersenyum menatap ke PL)
PL : Apakah ibu merasa telah bertanggung jawab dengan diri ibu? (sambil mengarahkan
perekam suara ke PK 1)
PK 1 : Ia. Saya sudah bertanggung jawab karena seluruh beban yang diberikan kepada saya,
itu saya melaksanakan dengan baik, terbukti dengan pelayanan pasien, terus program
itu seperti laporan bulanan jadi semua baik a,, kegiatan kerja harian maupun
pertanggungjawaban keuangan itu saya laksanakan semuanya dengan baik.
PL : A,, selanjutnya apakah ibu mampu bertahan dengan tekanan sosial yang ada? (PL
bicara sambil bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara
mengarahkan perekam suara ke PK 1)
PK 1 : Tekanan?
PL : Ia, aa.. tekanan dari pekerjaan, atau dari orang lain yang membuat ibu seperti down
begitu
PK 1 : A,, dalam hal pekerjaan saya, saya bertahan.
PL : Bertahan. Alasannya ibu?
PK 1 : Alasannya karena saya masih mampu untuk melayani jadi a,, saya semampu saya
untuk bisa melayani kepada sesama saya.
PL : Bagaimana dengan ibu? (sambil mengarahkan perekam suara ke PK 2)
53
PK 2 : Saya bertahan karena terbukti selama ini saya melayani dengan baik, tidak ada
keluhan dari rekan kerja ataupun pengunjung puskesmas begitu. (volume suara PK 2
mengecil)
PL : A,, selanjutnya apakah ibu mampu untuk menilai dan mengevaluasi diri sendiri? (PL
bicara sambil bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara
mengarahkan perekam suara ke PK 2)
PK 2 : Mampu (dengan volume suara yang kecil)
PL : Mampu?
PK 2 : Ia
PL : Bagaimana dengan ibu? (sambil mengarahkan perekam suara ke arah PK 1)
PK 1 : Ia untuk dalam hal kinerja dan pelayanan, mampu.
PL : A,, lanjut lagi. Bagaimana penilaian ibu terhadap kondisi ibu saat ini? (PL bicara
sambil bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara mengarahkan
perekam suara ke PK 1)
PK 1 : A,, penilaian a,, saya sementara terhadap kondisi saya sampai saat ini, saya memang
orang hipertensi, tetapi dalam hal a,, instirahat, pikiran, obat, saya a,, jalani dengan
baik jadi saya tidak mengalami hambatan.
PL : A,, bagaimana penilaian ibu terhadap kondisi ibu saat ini? (sambil mengarahkan
perekam suara ke arah PK 2)
PK 2 : A,, saya baik-baik saja, dan bersyukur selama ini sehat-sehat saja. Kadang kalau ada
beban tugas, selalu dikerjakan a, didiskusikan dengan rekan kerja a,, di rumah pun
begitu kadang didiskusikan dengan suami, jadi saya tidak merasa terbeban sama skali.
PL : A,, selanjutnya apa ada hal-hal yang menurut ibu perlu diperbaiki dalam diri ibu? (PL
bicara sambil bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara
mengarahkan perekam suara ke PK 2)
PK 2 : Mungkin mm, walaupun selama ini mungkin pimpinan tugas-tugas sudah
mempercayai kepada saya, tapi saya ingin a,, bekerja lebih baik lagi.
PL : A,, apakah ada hal-hal yang menurut ibu perlu untuk diperbaiki dari diri ibu? (sambil
mengarahkan perekam suara ke PK 1)
PK 1 : Mm,, dalam pelayanan sudah oke tetapi dalam hal pribadi saya yang peru saya
perbaiki tu yang seperti tadi saya bilang, saya butuh ekstra seperti istirahat, rekreasi,
sehingga saya tu tidak terbeba, saya memang orang HT to jadi ia begitu sudah.
PL : A,, bagaimana cara ibu untuk memperbaiki diri lebih baik?
PK 1 : A,, cara saya seperti yang tadi bilang, saya harus menjaga kondisi saya, saya setiap
hari tu harus mendapat istirahat ia, istirahat trus pola makan itu saya harus perhatikan
dengan obat-obatan ya pengontrolan kesehatan saya (volume suara TK 1 mengecil lalu
naik lagi). Saya terkadang tu tensi sendiri, suami saya ada tapi saya tidak harap, saya
rasa agak tidak enak saya tensi sendiri,
PL : Oh ia. Ibu bagaimana cara ibu untuk memperbaiki diri ibu ? (sambil mengarahkan
perekam suara ke PK 2)
PK 2 : Yang jelas untuk tugas, dalam hal pekerjaan ya? (terdengar percakapan pegawai
puskesmas)
PL : Ia
PK 2 : Saya membutuhkan dukungan dari rekan kerja juga, dari kepal puskesmas juga,
untuk memperbaiki a,, diri saya. (volume suara PK 2 menjadi sangat kecil)
54
d. Penguasaan lingkungan
PL : Lanjut yang keempat itu penguasaan lingkungan, itu digambarkan dengan
kemampuan individu untuk mengatur lingkungannya, memanfaatkan kesempatan
yang ada di lingkungan, menciptakan, dan mengontrol lingkungan sesuai dengan
kebutuhan. A,, pertanyaan yang pertama; bagaimana pandangan ibu kepada
lingkungan kerja? (PL bicara sambil bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah
berbicara mengarahkan perekam suara ke PK 1)
PK 1 : Mm,, pandangan saya terhadap lingkungan keerja saya tu a,, saya senang karena
disini kunjungan pasiennya lumayan banyak,karena dekat dengan akses pasar jadi
pasien tuh banyak. Nah trus yang berikut rekan kerja saya itu juga bagus terus kami
juga tidak saling cemburu, saling kerjsama karena semua pasien itu terlayani dengan
baik. Trus hal yang ketiga saya senang di puskesmas kota karena kami tidak bolak-balik
untuk kebutuhan rumah tangga, setelah pelayanan pasien kami langsug ke pasar
untuk belanja kebutuhan keluarga, jadi saya sangat senang dengan lingkungan saya.
(volume suara PK 1 mengecil, terdengar percakapan di luar ruangan)
PL : A,, bagaimana pandangan ibu kepada lingkungan kerja? (sambil mendekatkan
perekam suara ke arah PK 2)
PK 2 : Didalam puskesmas sendiri atau di masyarakat?
PL : A,, tentang pekerjaan ibu di puskesmas
PK 2 : Untuk lingkungan puskesmas dengan rekan-rekan kerja profesi yang lain, mungkin
kami cukup bangga karena selama ini kerja sama kami sangat bagus. Untuk lingkungan
masyarakat, masyarakat sendiri juga mengerti walaupun diantara rumah penduduk
yang begini padat, tapi mereka terhadap pelayanan kami juga mengerti meskipun
pasien begitu banyak mereka tetap mengerti. (suara PK 2 sangat kecil dan tertutup
suara percakapan dari pegawai puskesmas)
PL : Selanjutnya, apa ibu merasa terganggu pekerjaannya ketika diperhadapkan dengan
keadaan yang tidak nyaman, pada lingkungan sekitar yang tidak nyaman? (PL bicara
sambil bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara mengarahkan
perekam suara ke PK 2)
PK 2 : Tidak
PL : Tidak, alasannya?
PK 2 : Alasannya selama ini kami kalau tidak nyaman sering ya, ada pasien begitu banyak
tapi suara bising kendaraan bahkan masyarakat, ini kan lingkungan pasar, tapi kita
melayani dengan baik, tidak merasa terganggu.
PL : A,, ibu apakah merasa terganggu pekerjannya ketika diperhadapkan dengan keadaan
sekitar yang tidak nyaman? (sambil mengarahkan perekam suara ke arah PK 1)
PK 1 : A,, bagi pelayanan kami itu tidak masalah. Hanya seperti suasana bising yang bahkan
seperti kalau pelayanan masalah karena didalam ruangan yang menjadi masalah tu
saat-saat rapat. Rapat itu kan tidak ada aula dari lorong situ sampai jalan sini (sambil
PK 1 menunjuk ke arah lorong puskesmas), jadi kalau motor yang anak muda gas-gas
itu saya tidak senang.
PL : A,, selanjutnya ada usaha dari ibu untuk memperbaiki lingkungan yang kurang
nyaman? (PL bicara sambil bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah
berbicara mengarahkan perekam suara ke PK 1)
55
PK 1 : Tidak, seperti suasana bising motor itu kita mau bagaimana karena bukan seprofesi
jadi kita ada masukan, ini orang luar semua.
PL : Ibu seperti apa? (sambil mengarahkkan perekam suara kearah PK 2)
PK 2 : A,, sama kita tidak mungkin melarang to lewat sini karena memang ini jalan akses
menuju kepasar. (sambil PK 2 tersenyum)
PL : Saat terjadi permasalahan di lingkungan kerja dan permasalahan tersebut tidak
melibatkan ibu bagaimana a,, tanggapan ibu? Ketika ibu tidak dilibatkan dalam suatu
penyelesaian masalah begitu (PL bicara sambil bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2,
lalu setelah berbicara mengarahkan perekam suara ke PK 2)
PK 2 : Tidak ada, jadi menerima saja tapi kalau ada hubungannya dengan profesi kami yang
jelas kami akan bertanya kenapa, selama ini kita kerjasama dengan baik.
PL : Bagaimana dengan ibu, ketika ibu tidak dilibatkan dalam a,, suatu penyelesaian
masalah? (sambil mengarahkan perekam suara ke PK 1)
PK 1 : Untuk selama saya bekerja selama 13 tahun disini, selama ini tidak ada masalah,
hanya kemarin itu yang ada lempar-lempar pot, mungkin anak-anak mabuk jadi kami
juga tidak dilibatkan karena bukan piket malam, hanya kita memberikan solusi, jadi
ada hubungi RT abis minta cctv dari tetangga paman didepan, hanya memberikan
solusi saja tetapi penyelesaian itu atasan dan pemerintah setempat.
PL : Selanjutnya lagi bagaimana lingkungan kerja yang ideal menurut ibu? (PL bicara
sambil bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara mengarahkan
perekam suara ke PK 1)
PK 1 : A,, lingkungan kerja yang ideal menurut saya yaitu seperti apa namanya, jangan
terlalu di tempat-tempat a,, jalan umum begini sehingga tidak mengganggu seperti
suasana bising segala macam nah itu maunya kami tetapi itu sudah seperti itu akses
pelayanan kami, faskes kami itu di tempat-tempat umum ini jadi untuk sementara ada
mau persiapan membangun ada satu lurah di Nonohonis itu memang mau disitu, tapi
mungkin memang kunjungannya lebih kecil karena dia jauh dari kota to, jadi orang
mau ojek bolak balek juga pikir, mungkin disini nanti lebih banyak tetapi itu hanya
untuk mendekatkan pelayanan kesana.
PL : A,, bagaimana lingkungan kerja yang ideal menurut ibu? (sambil mengarahkan
perekam suara ke arah PK 1)
PK 2 : Yang jelas posisinya strategis, masyarakat mudah menjangkau dengan transportasi
apapun pribadi ataupun kendaraan umum, itu kami sudah punya, selama ini memang
tempatnya strategis, mungkin saja dulu waktu membangun kan tidak seramai ini, nah
sekarang sudah berkembang, sudah begini rame jadi, tapi pemerintah sudah
merencanakan untuk tempatnya.
e. Tujuan hidup
PL : Lanjut yang kelima itu tujuan hidup, jadi tujuan hidup itu individu memiliki
pemahaman yang jelas akan tujuan dan arah hidupnya, memegang keyakinan bahwa
individu mampu mencapai tujuan dalam hidupnya, dan merasa bahwa pengalaman
hidup di masa lampau dan masa sekarang memiliki makna. Masuk ke pertanyaan; A,,
apa tujuan hidup menurut ibu? (PL bicara sambil bergantian menatap ke PK 1 dan PK
2, lalu setelah berbicara mengarahkan perekam suara ke PK 1)
56
PK 1 : A,, tujuan hidup menurut saya yang saya harapkan itu saya sampai pensiun bahkan
sampai bisa melihat anak cucu saya yang penting saya masih bisa bersama-sama
mereka.
PL : Oh iaa,
PK 1 : (melanjutkan pembicaraan) Itu harapan saya meskipun, saya ni orangnya memang
sakit-sakitan yaitu bukan sakit apa tapi hipertensi tetapi harapan saya itu saya masih
mau sampai pensiun bahkan bisa sampai melihat anak cucu, ia.
PL : Bagaimana dengan ibu? (sambil mengarahkan perekam suara ke arah PK 2)
PK 2 : Saya sebagai profesi sebagai seorang perawat, saya bisa menjalankan tugas dengan
baik, dengan benar dan bertanggung jawab, profesional. Abis sebagai seorang prbiadi
a,, dalam keluarga semua kebutuhan, kenyamanan hidup terpenuhi.
PL : Selanjutnya apakah menurut ibu setiap orang harus memiliki tujuan hidup? (PL bicara
sambil bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara mengarahkan
perekam suara ke PK 2)
PK 2 : Harus
PL : A,, alasannya?
PK 2 : Karena kalau kita tidak punya tujuan hidup yang jelas kerjanya mungkin tidak
terarah, iaa.
PL : Bagaimana dengan ibu? (sambil mengarahkan perekam suara ke PK 1)
PK 1 : Jelas, semua manusia, kecuali memang dia gangguan sedikit baru tidak ada tujuan
hidup.
PL : Oh iaa
PK 1 : Ia
PL : Selanjutnya, tadi kan ibu sudah menyebutkan tujuan hidup ibu a,, apakah tujuan
hidup tersebut sudah tercapai? (PL bicara sambil bergantian menatap ke PK 1 dan PK
2, lalu setelah berbicara mengarahkan perekam suara ke PK 1)
PK 1 : A,, tujuan hidup saya yang pertama yang saya banggakan a,, bukan sudah tercapai.
PL : Ia
PK 1 : Tetapi anak saya dua sudah a,, wisuda dan sudah dapat kerja, satu hampir mau habis,
satu masih SMP tetapi harapan saya yang terakhir itu saya harus melihat anak cucu
saya, menantu anak dan cucu.
PL : Bagaimana dengan ibu? (sambil mengarahkan perekam suara ke arah PK 2, terdengar
teriakan dari anak kecil diluar)
PK 2 : Kalau tercapai, seratus persen belum, karena kita hidup masih lama kedepan, tidak
tau kita sampai umur berapa, tapi sejauh ini ya baik dipekerjaan kita, dirumah tangga
kita, saya sudah merasa nyaman lah, sudah cukup ada puasnya. (sambil tersenyum)
PL : A,, dalam mencapai tujuan hidup apakah ada kendala yang menghambat? (PL bicara
sambil bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara mengarahkan
perekam suara ke PK 2)
PK 2 : Mm,, pasti sedikit-sedikit ada, mungkin hal-hal kecil pasti ada
PL : Pasti ada, biasanya seperti apa?
PK 2 : A,, kalau dalam hal pekerjaan mungkin kendalanya kadang bekerja dengan baik tapi,
fasilitas yang kurang begitu, kalau di a,, rumah tangga mungkin keinginannya tinggi
begini, (sambil memperbaiki cara duduk), tapi ada kendala ada masalah entah waktu
57
atau keuangan, begitu. Tapi sejauh ini ya sudah sesuai dengan kemampuan kami ya
sudah rasa cukup.
PL : A,, bagaimana dengan ibu apakah ada kendala dalam mencapai tujuan hidup?
(sambil mengarahkan perekam suara ke PK 1)
PK 1 : (sambil tertawa) A,, dalam mencapai tujuan hidup a,, itu sudah ada kendala tetapi
tidak terlalu ini, jadi kami bisa menyelesaikan semua, terus dalam hal kebutuhan
keluarga ya ada juga tetapi kami mengupayakan sampai semua sepertinya terpenuhi.
PL : A,, untuk mencapai tujuan hidup apa yang dilakukan ibu, usaha apa yang dilakukan?
(PL bicara sambil bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara
mengarahkan perekam suara ke PK 1)
PK 1 : A,, ini sampai harus bongkar semua-semua ini ko? (sambil tertawa dan menarik diri
kebelakang) aduhh, adek sayang ee harus buka-bukaan mau tertutup juga a,,
bertentangan (PK 2 ikut tertawa kecil).
Ya, dalam hal tujuan hidup kami, syukur kepada Tuhan, kami dikaruniai empat anak,
dan kami suami istri juga bekerja, kami punya usaha-usaha kecil, kios, angkot, trus
sekarang lagi geluti dengan kos-kosan, siap dipakai, ia. (PK 1 tersenyum. Terdengar
percakapan pegawai puskesmas di luar ruangan).
PL : A,, bagaimana dengan ibu usaha untuk mencapai tujuan hidup seperti apa? (sambil
mengarahkan perekam suara ke PK 2)
PK 2 : Kalau untuk tujuan hidup, pasti kita semua pasti mau hidup enak (sambil tersenyum),
ya ujung-ujungnya pada keadaan ekonomi, jadi yang jelas kami akan berusaha
walaupun gaji kami tidak seberapa, yang jelas kami harus pintar-pintar a,, untuk usaha
begitu, supaya tidak kekurangan, tidak selalu kekurangan, dan yang jelas kami a,,
harus tau diri lah, pengeluaran itu harus disesuaikan dengan kemampuan kami, tidak
boleh melebihi pendapatan begitu.
f. Pertumbuhan pribadi
PL : Lanjut yang terakhir itu pertumbuhan pribadi. Jadi pertumbuhan pribadi itu ditandai
dengan adanya perasaan mengenai pertumbuhan yang berkesinambungan dalam
dirinya, memandang diri sebagai individu yang selalu tumbuh dan berkembang,
terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru, memiliki kemampuan dalam
menyadari potensi diri yang ada, a,, masuk ke pertanyaan pertama itu; apakah ibu
merasa ada perubaha dalam diri ibu setelah beberapa tahun bekerja disini? (PL bicara
sambil bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara mengarahkan
perekam suara ke PK 2)
PK 2 : A,, ada, perubahan ada.
PL : Ada a,, perubahan seperti apa yang ibu alami? (terdengar percakapan dari pegawai
puskesmas)
PK 2 : Baik dalam hal ilmu, pengalaman kerja, (PK 2 berhenti dan berpikir sejenak)
kesejahteraan, semua bertambah.
PL : A,, bagaimana dengan ibu apakah merasa ada perubahan setelah beberapa tahun
bekerja disini? (sambil mengarahkan perekam suara ke PK 1)
PK 1 : Ia ada perubahan (dengan volume suara yang kecil)
PL : Perubahan seperti apa yang dialami?
58
PK 1 : A,, berpengaruh dalam hal pengalaman kerja, perubaha a,, apa, ilmu dari pelatihan-
pelatihan, trus pengalaman di kampung itu beda orang pedesaan dengan orang di
perkotaan, jadi memang ada perubahan, ia.
PL : A,, apakah ibu merasa telah bekerja dengan optimal? (PL bicara sambil bergantian
menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara mengarahkan perekam suara ke PK
1)
PK 1 : Ia (volume suara mengecil)
PL : Mungkin bisa dijelaskan,
PK 1 : A,, saya bekerja dengan optimal, caranya dengan kalau dikampung, a,, pelayanan
pasien tu ramai kalo di pasar saja, sedangkan di kota, kota ni entah di puskesmas lain,
tapi di puskesmas kota hampir setiap hari tu ramai terus, trus dalam hal pekerjaan di
luar gedung itu juga demikian, hanya akses di apa namanya, di transportasi di
pedesaan harus ditempuh dengan jalan kaki, sedangkan di kota cepat, enak dengan
angkot atau ojek trus hanya pengeluaran a,, dikota lebih besar dibanding dengan
didesa, didesa karena ditempuh dengan jalan kaki trus uang yang masuk di pasar
cuman semingu sekali, pembelanjaan juga kurang ini, tetapi dikota harus setiap hari,
jadi kita harus pintar-pintar untuk bagaimana memperoleh tambahan dari gaji.
PL : A,, ibu apakah ibu merasa telah bekerja dengan optimal? (sambil mengarahkan
perekam suara ke PK 2)
PK 2 : Ia, saya sudah bekerja dengan optimal karena a,, semua beban, semua tugas,
tanggung jawab yang dilimpahkan kepada saya belum ada yang mengeluh tentang
kinerja saya, kadang saya pengen rolling tanggung jawab tapi rekan-rekan dengan
kepala puskesmas itu tidak
PL : A,,bagaimana perasaan ibu ketika bekerja dengan optimal? (PL bicara sambil
bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara mengarahkan perekam
suara ke PK 2)
PK 2 : Rasa puas
PL : Rasa puas. Bagaimana dengan ibu, perasannya? (sambil mengarahkan perekam suara
ke PK 1)
PK 1 : Senang dan puas dengan hasil pekerjaan yang saya lakukan. (terdengar percakapan
pegawai puskesmas di luar ruangan)
PL : A,, apakah ibu merasa ada perubahan dalam diri ibu saat bekerja dengan optimal?
(PL bicara sambil bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara
mengarahkan perekam suara ke PK 1)
PK 1 : Ada perubahan
PL : Ada perubahan?
PK 1 : Ia
PL : A,, bagaimana dengan ibu? (sambil mengarahkan perekam suara ke arah PK 2)
PK 2 : Ada perubahan, yang jelas saya senang.
PL : A,, apa saja hambatan yang sering terjadi saat ibu berusaha bekerja dengan optimal?
(PL bicara sambil bergantian menatap ke PK 1 dan PK 2, lalu setelah berbicara
mengarahkan perekam suara ke PK 2)
PK 2 : Kalau kita mau melakukan hal yang baik, a,, sesuai prosedur yang ada pasti ada
kekurangan-kekurangan dan hambatan, kalau kita lakukan sesuai protab pasti ada
saja, entah fasilitasnya seperti alatnya atau dananya itu pasti ada.
59
PL : A,, bagaimana ibu mengatasi hambatan tersebut?
PK 2 : Berusaha untuk komunikasi dengan yang ada, kalau misalkan tidak ada dana
mungkin kita tunda kegiatan-kegiatan lain, waktunya begitu,
PL : A,, ibu apa saja hambatan yang sering terjadi saat ibu bekerja dengan optimal?
(sambil mengarahkan perekam suara ke PK 1)
PK 1 : A,, contoh kegiatan yang tidak seberapa lama kemarin itu kegiatan POPM frambusia,
kendala bagi saya tu dana, jadi kepala puskesmas meminta saya untuk pakai tahan
dana saya untuk bisa membantu kelancaran kegiatan, nanti sudah ada baru
dikembalikan.
PL : Ohh, berarti mengatasinya dengan menggunakan usaha sendiri?
PK 1 : Ia, demi programnya saya dari pada nanti tidak jalan dan itu biar saya handle dulu
tapi perjanjian dari kepala nanti dikembalikan.
PL : A,, itu sudah semua pertanyaan yang saya ajukan, trimakasih untuk waktunya, maaf
saya sudah mengganggu kegiatan ibu hari ini, semoga penelitian ini dapat memberi
manfaat bagi kita, demikian dari saya, trimakasih banyak.