psikiatri

21
SKIZOFRENIA & SKIZOAFEKTIF Randy Rifianda Pembimbing : dr.RR Dyah Rikayanti N, Sp.KJ

Upload: randey92

Post on 12-Jan-2016

8 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Refreshing

TRANSCRIPT

SKIZOFRENIA & SKIZOAFEKTIF

Randy RifiandaPembimbing : dr.RR Dyah Rikayanti N, Sp.KJ

DEFINISI

Skizofrenia adalah sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area, fungsi individu, termasuk berpikir dan berkomunikasi, menerima dan menginterpretasikan realita, merasakan dan menunjukkan emosi dan berperilaku dengan sikap yang tidak dapat diterima secara sosial.

Berdasarkan PPDGJ III, skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau “deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.

EPIDEMIOLOGI

• Prevalensi skizofrenia secara umum berkisar antara 0,2 % hingga 2 % • Angka insidensi penyakit ini diperkirakan mendekati 1 per 10.000 per

tahun. • Di Indonesia sendiri angka penderita skizofrenia 25 tahun yang lalu

diperkirakan 1/1000 penduduk dan proyeksi 25 tahun mendatang mencapai 3/1000 penduduk.

• Di Indonesia angka yang tercatat di departemen kesehatan berdasarkan survei di Rumah Sakit (1983) adalah antara 0,05 % sampai 0,15 %.

• Di Amerika serikat terutama di kalangan penduduk perkotaan menunjukkan angka yang lebih tinggi hingga 2 %.

ETIOLOGI

1. Faktor Biologis

2. Faktor Biokimia (Hipotesis dopamin)

3. Faktor Genetik

GEJALA KLINIS

Gejala dari skizofrenia paranoid berupa gejala “positif” dan “negatif” dari skizofrenia yang menonjol, misalnya perlambatan psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non-verbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk.

Gejala Karakteristik: dua (atau lebih) berikut, masing-masing ditemukan untuk bagian waktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang jika diobati dengan berhasil) :– Waham– Halusinasi– Bicara terdisorganisasi (misalnya sering menyimpang atau

inkoherensi)– Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas– Gejala negatif yaitu pendataran afektif, alogia, atau tidak ada

kemauan (avolition)

Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia yang ke-IIIHarus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila

gejala-gejala itu kurang jelas):

• “thought eco” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan walaupun isinya sama tapi kualitasnya berbeda.

• “thought insertion or withdrawal” = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan

• “thought broadcasting” = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya; • “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar, atau• “delusion of influence” = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar• “delusion of passivity” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan

dari luar; (tentang “dirinya” secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau pikiran, tindakan atau penginderaan khusus);

• “delusion perception” = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;

Jenis SkizofreniaJenis paranoid (F 20.0)

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia Sebagai tambahan :

– Halusinasi dan/ atau waham yang harus menonjol;• Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi

auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit, mendengung atau tawa • Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual• Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan, dipengaruhi,

keyakinan bahwa dia sedang dikejar-kejar

– Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata/ tidak menonjol

Skizofrenia hebefrenik / hebefrenia (F 20.1)Pedoman Diagnostik• Memenuhi kriteria umum diagnosis skozofrenia.• Pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda (onset biasanya 15-25

tahun).• Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas: pemalu dan sering menyendiri• Diagnosis hebefrenia perlu pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk

memastikan bahwa gambaran berikut memang benar bertahan:• Perilaku yang tidak bertanggung jawab, kecenderungan selalu menyendiri, dan perilaku

menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan• Afek pasien dangkal dan tidak wajar/disertai cekikikan/perasaan puas diri/ senyum

sendiri/sikap tinggi hati/tertawa menyeringai/keluhan hipokondrikal, ungkapan diulang-ulang

• Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu serta inkoheren.• Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir umumnya

menonojol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak menonjol

Skizofrenia katatonik (F 20.2)Pedoman Diagnostik

• Memenuhi kriteria umum diagnosis skozofrenia.• Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran klinisnya :

– Stupor atau mutisme– Gaduh-gelisah– Menampilkan posisi tubuh tertentu– Negativisme– Rigiditas– Fleksibilitas cerea (posisi yang dapat dibentuk)– Gejala-gejala lain seperti ”command autism”

• Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dari gangguan katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin harus ditunda sampai diperoleh bukti yang memadai tentang adanya gejala-gejala lain.

Pedoman Diagnostik Depresi pasca-skizofrenia (F 20.4)

• Pedoman Diagnostik Diagnosis harus ditegakkan hanya kalau :– Pasien telah menderita skizofrenia (memenuhi kriteria umum skizofrenia) selama

12 bulan terakhir ini– Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tidak lagi mendominasi gambaran

klinisnya)– Gejala-gejala depresif menonjol dan mengganggu memenuhi paling sedikit

kriteria untuk episode depresif, dan telah ada dalam kurun waktu paling sedikit 2 minggu

– Apabila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia, diagnosis menjadi Episode Depresif.

Skizofrenia residual (F 20.5)

• Pedoman DiagnostikUntuk diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus dipenuhi semua :

• Gejala ”negatif” dari skizofrenia yang menonjol, misalnya perlambatan psikomotorik, aktivitas menurun, pasif dan ketiadaan inisiatif, miskin dalam kuantitas dan isi pembicaraan, afek menumpul, komunikasi non-verbal yang buruk, perawatan diri dan kinerja yang buruk

• Setidaknya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau untuk menegakkan diagnosis skizofrenia

• Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom ”negatif” dari skizofrenia

• Tidak terdapat dementia atau penyakit/ gangguan otak organik lain.

Skizofrenia simplex (F 20.6)

Pedoman Diagnostik

Diagnosis skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena tergantung pada pemantapan perkembangan yang berjalan perlahan dari :– Gejala “negatif” yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului halusinasi,

waham atau manifestasi lain dari episode psikotik– Disertai dengan perubahan-perubahan perilaku pribadi yang bermakna,

bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu, tanpa tujuan hidup, dan penarikan diri secara sosial

Gangguan ini kurang jelas gejala psikotiknya dibandingkan dengan sub tipe skizofrenia lainnya.

PENGOBATAN

• MedikamentosaPemberian psikofarmaka pada pasien skizofrenia dapat segera diberikan begitu diagnosis ditegakkan untuk mengontrol gejala-gejala pasien. Psikofarmaka anti-skizofrenia dibagi menjadi antipsikotik generasi I (tipikal) dan antipsikotik generasi II (atipikal). Antipsikotik generasi I dapat diberikan untuk mengontrol gejala positif. Sedangkan generasi kedua dapat mengobati gejala positif maupun negatif. Saat ini, obat lini pertama yang disarankan adalah antipsikotik generasi II.

• Non-Medikamentosa• Terapi psikososial

PROGNOSISPrognosis Baik Prognosis Buruk

Onset lambat Onset muda

Faktor pencetus yang jelas Tidak ada faktor pencetus

Onset akut Onset tidak jelas

Riwayat seksual, sosial dan pekerjaan pramorbid yang baik Riwayat seksual, sosial dan pekerjaan pramorbid yang buruk

Gejala gangguan mood (terutama gangguan depresif) Perilaku menarik diri, autistik

Gejala positif Gejala negatif

Riwayat keluarga gangguan mood Riwayat keluarga skizofrenia

Sistem pendukung yang baik Sistem pendukung yang buruk

Tanda dan gejala neurologis

Riwayat trauma prenatal

Tidak ada remisi dalam 3 tahun

Banyak relaps

Riwayat penyerangan

SKIZOAFEKTIF

Definisi : Seperti yang diartikan oleh istilahnya, gangguan skizoafektif memiliki ciri baik skizofrenia dan gangguan afektif (sekarang disebut gangguan mood). Kriteria diagnostik untuk gangguan skizoafektif telah berubah seiring dengan berjalannya waktu, sebagian besar karena perubahan kriteria untuk skizofrenia dan gangguan mood.

Epidemiologi: Prevalensi seumur hidup dari gangguan skizoafektif adalah kurang dari 1 persen, kemungkinan dalam rentang 0,5 sampai 0,8 persen. Tetapi angka tersebut adalah angka pekiraan, karena berbagai penelitian terhadap gangguan skizoafektif telah menggunakan kriteria diagnostic yang bervariasi. Prevalensi gangguan telah dilaporkan lebih rendah pada laki-laki dibandingkan wanita, khususnya wanita yang menikah. Usia onset untuk wanita adalah lebih lanjut daripada usia untuk laki-laki. Laki-laki dengan skizoafektif kemungkinan menunjukkan perilaku antisocial dan memiliki pendataran atau ketidaksesuaian afek yang nyata.

ETIOLOGI

Penyebab gangguan skizoafektif belumdiketahui, tetapi empat model konseptual telah diajukan :

– Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe skizofrenia atau suatu tipe gangguan mood

– Gangguan skizoafektif mungkin merupakan ekspresi bersama-sama dari skizofrenia dan gangguan mood

– Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe psikosis ketiga yang berbeda, tipe yang tidak berhubungan dengan skizofrenia maupun suatu gangguan mood

– Kemungkinan terbesar adalah bahwa gangguan skizoafektif adalah kelompok gangguan yang heterogen yang meliputi semua tiga kemungkinan yang pertama.

– Penelitian yang dilakukan untuk menggali kemungkinan-kemungkinan tersebut telah memeriksa riwayat keluarga, petanda biologis, respon pengobatan jangka pendek, dan hasil akhir jangka panjang.

F25,Gangguan Skizoafektif, Pedoman Diagnostik

– Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitive adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang bersamaan (simultaneously), atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi dari ini, episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun episode manik atau depresif.

– Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofrenia dan gangguan afektif tetapi dalam episode penyakit yang berbeda.

– Bila seorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif setelah mengalami suatu episode psikotik, diberi kode diagnosis F20.4 (Depresi Pasca-skizofrenia). Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoafektif berulang, baik berjenis manik (F25.0) maupundepresif (F25.1) atau campuran dari keduanya (F25.2). Pasien lain mengalami satu atau dua episode skizoafektif terselip diantara episode manic dan depresif (F30-F33)

• F25.0 Gangguan skizoafektif tipe manicPedoman Diagnostik– Kategori ini digunakan baik untuk episode skizoafektif tipe manic yang tunggal maupun untuk

gangguan berulang dengan sebagian besar episode skizoafektif tipe manic.– Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang tak begitu menonjol

dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan yang memuncak.– Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu, atau lebih baik lagi dua, gejala

skizofrenia yang khas (sebagaimana ditetapkan untuk skizofrenia, F20.-pedoman diagnostic (a) sampai (d).

• F 25.1 Skizoafektif tipe depresifPedoman diagnostik– Kategori ini harus dipakai baik untuk episode skizoafektif tipe depresif yang tunggal, dan untuk

gangguan berulang dimana sebagian besar di dominasi oleh skizoafektif tipe depresif.– Afek depresif harus menonjol, disertai oleh sedikitnya 2 gejala khas, baik depresif maupun kelainan

prilaku terkait seperti tercantum dalam uraian untuk episode depresif (F 32)– Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu, atau lebih baik lagi dua, gejala skizofrenia

yang khas (sebagaimana ditetapkan untuk skizofrenia, F20.-pedoman diagnostic (a) sampai (d).

TERAPI

• Modalitas terapi yang utama untuk gangguan skizoafektif adalah perawatan di rumah sakit, medikasi, dan intervensi psikososial.

• Pasien dengan gangguan skizoafektif, tipe bipolar, harus mendapatkan percobaan lithium, carbamazepine (Tegretol), valporate (Depakene), atau suatu kombinasi obat-obat tersebut jika satu obat saja tidak efektif.

• Pasien dengan gangguan skizoafektif, tipe depresif, harus diberikan percobaan antidepresan dan terapi elektrokonvulsan (ACT) sebelum mereka diputuskan tidak responsive terhadap terapi antidepresan.

DAFTAR PUSTAKA

• Kaplan, Harold I., Sadock, Benjamin J., dan Grebb, Jack A. Sinopsis Psikiatri, Jilid I. Binarupa Aksara. Tangerang: 2010. 699-702, 720-727, 737-740

• Syamsulhadi dan Lumbantobing. Skizofrenia. FK UI. Jakarta: 2007.26-34

• Maslim, R. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa : Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya : Jakarta