prospek kppt dalam memperlancar arus barang impor_ekspor

9
1 Prospek Kawasan Penimbunan Pabean Terpadu (KPPT) Dalam Memperlancar Arus Barang Impor/Ekspor Oleh: Ahmad Dimyati, Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai Pelabuhan merupakan pintu gerbang keluar masuk barang ke dan dari wilayah suatu negara. Pelabuhan memfasilitasi perdagangan internasional sehingga dengan terciptanya kelancaran arus barang dapat mendukung industri dalam negeri. Pelabuhan merupakan titik masuk barang dari luar negeri dan tidak boleh menjadi hambatan perdagangan karena akan berakibat stagnasi arus barang impor/ekspor. Hambatan tersebut apabila tidak dapat ditanggulangi dengan segera dapat mengakibatkan kenaikan tingkat inflasi akibat kelangkaan barang. Sejalan dengan peningkatan perdagangan internasional, arus barang yang masuk dan keluar juga meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan tersebut sangat terasa di pelabuhan besar seperti Tanjung Priok. Penulis menyoroti pelabuhan Tanjung Priok karena Pelabuhan Tanjung Priok merupakan barometer perekonomian Indonesia. jumlah kontainer yang keluar/masuk di Indonesia sebagian besar dilakukan melalui pelabuhan Tanjung Priok. Pelabuhan ini merupakan pelabuhan tersibuk di Indonesia, lebih dari 50% seluruh arus barang yang keluar/masuk Indonesia dilakukan melalui pelabuhan Tanjung Priok (sumber PT Pelabuhan Indonesia II, www.inaport2.co.id ). Saat ini fasilitas panjang dermaga Pelabuhan Tanjung Priok 10.562 meter; luas lapangan peti kemas 45.904 meter persegi; lapangan penumpukan 335.871 meter persegi

Upload: anton-wijaya

Post on 26-Nov-2015

12 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

dfgdfg

TRANSCRIPT

  • 1Prospek Kawasan Penimbunan Pabean Terpadu (KPPT)

    Dalam Memperlancar Arus Barang Impor/Ekspor

    Oleh: Ahmad Dimyati, Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai

    Pelabuhan merupakan pintu gerbang keluar masuk barang ke dan dari

    wilayah suatu negara. Pelabuhan memfasilitasi perdagangan internasional

    sehingga dengan terciptanya kelancaran arus barang dapat mendukung industri

    dalam negeri. Pelabuhan merupakan titik masuk barang dari luar negeri dan

    tidak boleh menjadi hambatan perdagangan karena akan berakibat stagnasi arus

    barang impor/ekspor. Hambatan tersebut apabila tidak dapat ditanggulangi

    dengan segera dapat mengakibatkan kenaikan tingkat inflasi akibat kelangkaan

    barang.

    Sejalan dengan peningkatan perdagangan internasional, arus barang yang

    masuk dan keluar juga meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan tersebut

    sangat terasa di pelabuhan besar seperti Tanjung Priok. Penulis menyoroti

    pelabuhan Tanjung Priok karena Pelabuhan Tanjung Priok merupakan

    barometer perekonomian Indonesia. jumlah kontainer yang keluar/masuk di

    Indonesia sebagian besar dilakukan melalui pelabuhan Tanjung Priok.

    Pelabuhan ini merupakan pelabuhan tersibuk di Indonesia, lebih dari 50%

    seluruh arus barang yang keluar/masuk Indonesia dilakukan melalui pelabuhan

    Tanjung Priok (sumber PT Pelabuhan Indonesia II, www.inaport2.co.id). Saat ini

    fasilitas panjang dermaga Pelabuhan Tanjung Priok 10.562 meter; luas lapangan

    peti kemas 45.904 meter persegi; lapangan penumpukan 335.871 meter persegi

  • 2dan gudang 154.838 meter persegi. Kapasitas penumpukan peti kemas pada

    Pelabuhan Tanjung Priok kurang lebih sebesar 4 juta TEUs (Twenty Feet

    Equivalent Units).

    Wakil Ketua Umum Bidang Perhubungan Kadin DKI menilai pelabuhan

    Tanjung Priok sudah overload. Mobilitas kontainer di Tanjung Priok sangat tinggi

    dengan tingkat kenaikan 13% - 14% per tahun, tahun 2010 naik dari 4,5 juta

    TEUS menjadi 5,5 juta TEUS (Republika, 14 Januari 2011). Berkaitan dengan

    fasilitas pelabuhan terhadap perdagangan, Ketua Kadin DKI mengatakan bahwa

    biaya logistik di Jakarta saat ini tergolong tinggi yaitu 30% dari harga pokok

    barang. Untuk mengurangi biaya logistik Kadin DKI mengusulkan agar dibangun

    pusat industri, logistik dan sistem administrasi angkutan barang. Hal tersebut

    perlu untuk mengefektifkan transaksi barang terutama di pelabuhan, sebab

    pelabuhan sering menjadi titik masuk barang baik dari luar negeri maupun dari

    daerah lain.

    Disamping unsur pelayanan kepelabuhanan unsur yang penting dalam

    menciptakan kondisi yang kondusif dalam memperlancar perdagangan

    internasional adalah kinerja aparat terkait di pelabuhan seperti institusi

    kepabeanan dan karantina. Institusi kepabeanan telah meningkatkan kinerjanya

    dengan menerapkan proses bisnis penyelesaian formalitas pabean dengan

    menerapkan sistem pertukaran data secara elektronik (Electronic Data

    Interchange), yang dikenal juga sebagai intelligent computer karena

    menyerahkan keputusan (apakah suatu importasi/eksportasi barang dapat dirilis

    atau tidak) kepada komputer, sehingga pelayanan kepabeanan berjalan dengan

    baik. Dalam kondisi normal persetujuan impor/ekspor dapat diberikan dalam

    hitungan menit.

  • 3Berkaitan dengan upaya untuk memperlancar arus barang impor maupun

    ekspor, institusi kepabeanan telah memfasilitasi adanya lembaga KPPT

    (Kawasan Penimbunan Pabean Terpadu). Salah satu upaya penanggulangan

    atas keadaan overload di pelabuhan adalah dengan mengefektifkan lembaga

    KPPT.

    Landasan teoritis

    Landasan hukum pendirian KPPT adalah pasal 10A dan pasal 11A Undang

    undang Nomor 17 Tahun 2006 jo. Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.

    Ketentuan lebih lanjut mengenai KPPT ditetapkan dalam Peraturan Menteri

    Keuangan Nomor 232/PMK.04/2009; dan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan

    Cukai Nomor:P-30/BC/2010.

    Pada umumnya barang yang datang dari luar negeri yang diangkut dengan

    sarana pengangkut setibanya di pelabuhan dilakukan pembongkaran di kawasan

    pabean. Sementara menunggu pengeluarannya (barang impor) dari kawasan

    pabean, barang dapat ditimbun di tempat penimbunan sementara. Begitu juga

    barang ekspor yang akan diangkut ke luar negeri sebelum dimuat ke sarana

    pengangkut ditimbun di tempat penimbunan sementara di kawasan

    pabean/pelabuhan. Sesuai ketentuan dalam perundang-undangan

    kepabeanan, tempat penimbunan sementara atas barang impor/ekspor tidak

    hanya berada di kawasan pelabuhan. Dalam hal tertentu barang impor/ekspor

    dapat ditimbun di tempat lain yang diperlakukan sama dengan tempat

    penimbunan sementara.

    KPPT(Kawasan Penimbunan Pabean Terpadu) adalah suatu kawasan

    tempat pemusatan kegiatan pelayanan kepabeanan dan cukai yang berupa

  • 4Tempat Penimbunan Sementara (TPS), Tempat Penimbunan Berikat (TPB),

    Tempat Konsolidasi Barang Ekspor, dan dapat dilengkapi dengan tempat usaha

    lainnya dalam rangka mendukung kelancaran lalu lintas barang impor dan

    ekspor.

    Barang impor yang dibongkar di pelabuhan dapat dikeluarkan dengan

    berbagai tujuan, antara lain: diimpor untuk dipakai; diimpor sementara; diangkut

    ke TPS lain; diangkut ke TPB; diangkut terus atau diangkut lanjut; atau bahkan

    dire-ekspor. Barang yang dikeluarkan untuk diimpor untuk dipakai harus

    diselesaikan kewajiban pabeannya dengan cara menyampaikan pemberitahuan

    pabean dan membayar bea masuk. Sedangkan barang yang dikeluarkan ke

    TPS lain atau ke TPB belum selesai kewajiban pabeannya sehingga masih

    berada dalam pengawasan pabean. Dengan demikian barang yang diangkut

    dari TPS di kawasan pabean di pelabuhan ke KPPT masih berada dalam

    pengawasan pabean.

    KPPT ini bukan merupakan suatu pelabuhan yang berada di darat (dry

    port) karena fungsinya hanyalah memberikan izin tempat menimbun barang

    sebelum diselesaikan kewajiban pabeannya. Sama halnya dengan tempat lain

    yang berada di luar kawasan pelabuhan yang selama ini sudah banyak diberikan

    izin pengusahaannya sebagai TPS.

    Barang impor nyang dapat ditimbun di TPS di KPPT juga terbatas.

    Pemasukan barang impor ke TPS di KPPT hanya dapat dilakukan oleh

    Pengusaha TPB, atau Importir Produsen.

    Di dalam KPPT selain berfungsi sebagai TPS, juga dapat didirikan atau

    boleh berada Tempat Penimbunan Berikat seperti Gudang Berikat dan Kawasan

    Berikat, tempat konsolidasi barang ekspor, maupun tempat usaha lainnya yang

  • 5dapat mendukung kelancaran arus lalu lintas barang. Oleh karena itu kawasan

    KPPT ini dipersyaratkan berada di lokasi kawasan industri atau kawasan

    peruntukan industrI, dengan luas lahan paling sedikit 25 hektar.

    Fungsi KPPT

    KPPT merupakan suatu kawasan yang berfungsi sebagai tempat

    penimbunan sementara (TPS) dimana di kawasan tersebut juga boleh ada

    beberapa tempat penimbunan berikat (TPB), tempat konsolidasi barang ekspor,

    dan tempat usaha lainnya yang mendukung kelancaran lalu lintas barang.

    KPPT berfungsi sebagai tempat menimbun barang sampai ada

    penyelesaian lebih lanjut. Terhadap barang impor penyelesaian lebih lanjutnya

    adalah dengan cara diimpor untuk dipakai dengan membayar bea masuk dan

    pajak dalam rangka impor; atau ditimbun di tempat penimbunan berikat seperti

    Gudang Berikat atau Kawasan Berikat dengan mendapat penangguhan bea

    masuk. Dengan demikian apakah suatu party barang tujuannya untuk diimpor

    untuk dipakai, atau untuk diolah di kawasan berikat, penyelesaian impornya

    dapat dilakukan di KPPT.

    Demikian juga terhadap barang ekspor penyelesaian dokumen ekspor

    hingga terbit persetujuan ekspor (NPE = Nota Pelayanan Ekspor) dapat

    dilakukan di KPPT, bahkan di KPPT juga disediakan tempat konsolidasi barang

    ekspor dalam hal ekspor dengan LCL (Less Container Load). Hal ini menjadi

    mudah karena DJBC telah menerapkan pertukaran data secara elektronik dalam

    penyelesaian pemberitahuan sarana pengangkut, pemberitahuan penyelesaian

    barang impor, ekspor maupun barang yang akan diangkut ke TPB. Lebih lagi

    dalam pelayanannya institusi pabean telah menerapkan INSW (Indonesia

  • 6National Single Window). KPPT merupakan salah satu bagian dari National

    Integrated and Intermoda Transportation (NILTS) yang merupakan lanjutan dari

    program Indonesia National Single Window (INSW).

    Prospek

    Dengan adanya reformasi pelayanan kepabeanan berupa penimbunan

    barang di lokasi industri hal ini dapat memberikan fasilitas penundaan

    penyelesaian barang bagi industri, karena penyelesaiannya dapat dilakukan

    hingga batas waktu 30 hari sejak disimpan di TPS di KPPT. Pelabuhan yang

    semakin sempit dan penuh mengakibatkan ditetapkannya pembatasan waktu

    penimbunan di pelabuhan. Di pelabuhan Tanjung Priok jangka waktu

    penimbunan barang dibatasi 3 5 hari, hal ini dapat dimengerti karena

    pelabuhan bukan tempat penimbunan. Terlebih lagi saat ini pelabuhan Tanjung

    Priok sudah melebihi kapasitas daya tampung penimbunan kontainer, sehingga

    penimbunan lebih dari 3 hari harus dipindahkan ke tempat penimbunan lain.

    Dengan semakin berkembangnya industri, manajemen persediaan bahan

    baku menjadi penting. Industri membutuhkan adanya efisiensi dalam hal

    persediaan bahan baku impor, dan dilain pihak kelancaran produk yang diekspor.

    Keterbatasan kapasitas dan jangka waktu penimbunan di pelabuhan dapat

    ditanggulangi dengan fasilitas KPPT dengan space yang lebih luas dan tak

    terbatas serta jangka waktu penimbunan yang fleksibel. KPPT diharapkan dapat

    membantu industri dari sudut pelayanan kepabeanan, mendekatkan bahan baku

    dengan industri, penundaan pembayaran bea masuk dan pajak dalam rangka

    impor, terjaminnya distribusi barang impor/ekspor, dan dengan pelayanan yang

  • 7lebih sederhana dan cepat karena menggunakan teknologi informasi dan

    komunikasi dalam proses bisnis pelayanan pabeannya.

    Perizinan

    KPPT harus berada di kawasan industri atau peruntukan kawasan industri,

    karena dari semula KPPT dimaksudkan untuk memberikan fasilitas kemudahan

    (kepabeanan) terutama bagi industri. Permohonan KPPT diajukan kepada

    Direktur Jenderal Bea dan Cukai melalui Kepala Kantor Pabean setempat.

    Permohonan diajukan setelah pemohon pengelola KPPT menyelesaikan

    pembangunan paling sedikit seluas 5 hektar (dari luas 25 hektar) dan sudah

    dapat menjalankan fungsi sebagai TPS. Oleh karena itu permohonan sebagai

    KPPT dilampiri dengan Keputusan Penetapan sebagai TPS, disamping

    persyaratan lainnya.

    Semua orang (badan hukum) asalkan memenuhi persyaratan yang

    ditentukan dapat mengajukan permohonan izin sebagai pengusaha TPS,

    pengusaha Gudang Berikat, pengusaha Kawasan Berikat, pengusaha Tempat

    Konsolidasi Barang Ekspor, dan tempat usaha lain berkaitan dengan pelayanan

    kepabeanan. Tata cara pendirian sebagai TPS, TPB, dan TKBE di dalam KPPT

    dilaksanakan sama dengan tatacara dan persyaratan pendiriannya di luar KPPT

    (pasal 2 ayat 5 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 232/PMK.04/2009). Pada

    prinsipnya persyaratan untuk mendapatkan izin sebagai TPS/TPB di ajukan

    kepada Menteri Keuangan melalui Direktur Jenderal Bea dan Cukai dengan

    melampirkan persyaratan sesuai standar perizinan dari instansi terkait dan denah

    lokasi yang akan dijadikan TPS/TPB.

  • 8Dengan demikian di KPPT terdapat TPS yang dikelola oleh pengelola

    KPPT, beberapa penyelenggara/pengusaha TPB, dan pengusaha konsolidasi

    (konsolidator) yaitu badan usaha yang telah mendapat izin sebagai pihak yang

    melakukan konsolidasi barang ekspor dari Kepala Kantor Pabean setempat.

    Penutup

    KPPT bukan merupakan lembaga fasilitas kepabeanan baru, melainkan

    merupakan suatu kawasan tempat pemusatan kegiatan pelayanan kepabeanan

    dan cukai. Tempat tersebut merupakan kumpulan dari Tempat Penimbunan

    Sementara, Tempat Penimbunan Berikat, Tempat Konsolidasi Barang Ekspor,

    dimana lembaga tersebut selama ini sudah eksis. Suatu perusahaan dapat saja

    mendirikan TPS atau Kawasan Berikat, atau Gudang Berikat atau tempat usaha

    lain sesuai dengan kebutuhannya.

    Oleh karena keberadaannnya di kawasan industri, hal ini dapat

    mendekatkan pelayanan pabean pada industri. Dampak KPPT diharapkan dapat

    memperlancar arus barang impor dan ekspor, menghindari beban biaya

    penumpukan selama proses pemenuhan kewajiban pabean, mendekatkan

    bahan baku dengan industri, KPPT boleh berada dimana saja (di kawasan

    industri) sehingga memungkinkan penyediaan space yang lebih longgar dan

    dapat diperluas tanpa terhalang dengan keterbatasan kawasan pelabuhan.

    Berkaitan dengan tujuannya untuk mendukung kelancaran lalu lintas

    barang impor dan ekspor, hendaknya dimasa yang akan datang di KPPT tidak

    dibatasi bagi pengusaha TPB dan importir produsen saja.

  • 9Referensi:

    Republik Indonesia (2006). Undang-undang RI Nomor 17 Tahun 2006

    tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang

    Kepabeanan. Jakarta. DJBC.

    World Customs Organization, WCO, 1999; Kyoto Convention, Konvensi

    Internasional tentang Penyederhanaan dan Harmonisasi Prosedur Pabean.

    Departemen Keuangan RI (2009), Peraturan Menteri Keuangan Nomor

    232/PMK.04/2009 tentang Kawasan Pelayanan Pabean Terpadu.

    Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, 2010, Peraturan Direktur Jenderal

    Bea dan Cukai Nomor P-30/BC/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan

    Pemasukan dan Pengeluaran Barang Impor ke dan dari Tempat

    Penimbunan Sementara di Kawasan pelayanan Pabean Terpadu.

    Website, www.inaport2.co.id 27 April 2011, PT Pelabuhan Indonesia II,

    Pelabuhan Tanjung Priok.

    Website, http;//bisniskeuangan.kompas.com, 19 Januari 2011, Asep

    Chandra, KPPT Jababeka Resmi Dibuka.

    Website, http;//forwarderforum.com, 19 Januari 2011, Antoni Tampubolon,

    KPPT: Ancaman atau Peluang.