proposal farid

105
PROPOSAL STUDI KARAKTERISTIK PENDERITA KEHAMILAN EKTOPIK (UMUR, PARITAS, PENDIDIKAN, PEKERJAAN) DI RSUD Dr. R. KOESMA TUBAN 2005 - 2008 Oleh : YAYIK IKE LUSGIANTI Nim : 06. 04. 205

Upload: ayah-zinda

Post on 20-Jun-2015

1.322 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Farid

PROPOSAL

STUDI KARAKTERISTIK PENDERITA KEHAMILAN EKTOPIK (UMUR, PARITAS, PENDIDIKAN, PEKERJAAN)

DI RSUD Dr. R. KOESMA TUBAN 2005 - 2008

Oleh :YAYIK IKE LUSGIANTI

Nim : 06. 04. 205

PENDIDIKAN TENAGA KESEHATANAKADEMI KEBIDANAN NAHDLATUL ULAMA TUBAN

JL. DIPONEGORO 17 TUBANTAHUN 2009

Page 2: Proposal Farid

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi

berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Sedangkan yang

disebut kehamilan ektopik terganggu adalah suatu kehamilan ektopik yang

mengalami abortus ruptur pada dinding tuba. Sebagian besar kehamilan ektopik

terganggu berlokasi dituba (90%). Terutama diampula tuba dan isthmus sangat

jarang terjadi diovarium, rongga abdomen, maupun uterus keadaan yang me-

mungkinkan terjadinya kehamilan ektopik adalah peyakit radang panggul,

pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim IUD (Intra Uterine Device) riwayat

kehamilan ektopik sebelumnya, infertilitas kontrasepsi yang memakai progestin

dan tindakan abortus. (Prawirahardjo , 2005)

Gejala yang muncul pada kehamilan ektopik terganggu tergantung lokasi

dari implantasi dengan adanya implantasi dapat meningkatkan vaskularisasi

ditempat tersebut dan berpotensial menimbulkan ruptur organ, terjadi perdarahan

pasif, intertilitas dan kematian. Hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya angka

mortalitas dan morbilitas ibu jika tidak mendapatkan penanganan secara tepat dan

cepat. (Arifin 2003)

Insiden kehamilan ektopik terganggu semakin meningkat pada semua

wanita terutama pada usia lebih dari 30 tahun. adanya kecenderungan pada

kalangan wanita untuk menunda kehamilan sampai usia yang cukup lanjut

menyebabkan keadaan gawat pada reproduksi yang sangat berbahaya.Di rumah

sakit Dr, Cipto Mangunkusumo pada tahun 1987 terdapat 153 kehamilan ektopik

1

1

Page 3: Proposal Farid

diantara 4.007 persalinan atau 1 diantara 26 persalinan.dalam kepustakaan

kehamilan ektopik dilaporkan antara 1 : 28 sampai 1 : 329 tiap kehamilan.

Dari penilitian RSUP manado 2001 dari 67 penyakit kehamilan ektopik

terbanyak usia 25-29 tahun 23 kasus (34,33 %) paritas 2-31 kasus (46,27%),

Tingkat pendidikan SMA 21 kasus (83,58 %). (Arifin 2003 )

Dari hasil penelitian diperoleh 7498 Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru

2003-2005 jumlah kebidanan termasuk 133 diantaranya adalah kehamilan

ektopik terganggu (1,77%), Penderita kehamilan ektopik terganggu yang

terbanyak terdapat pada umur 30-34 tahun (40, 60%) dengan paritas penderita

1 sebanyak (35,34%). Lokasi kehamilan ektopik terganggu terbanyak adalah

pada daerah ampula tuba (82, 70%) dimana jumlah ibu yang meninggal

(1,5%). (Arifin 2003 )

Berdasarkan survei awal diRSUD Dr koesma tuban pada akhir tahun 2005

sebanyak 11 (15,2 % ) penyakit kehamilan ektopik frekuensi pada tahun 2006

naik menjadi 17 (23,6 % ) penyakit kehamilan ektopik frekwensi pada tahun

2007 naik menjadi 18 (25 % ) penyakit kehamilan ektopik dan frekwensi pada

tahun 2008 naik menjadi 25 (34,7 % ) penyakit kehamilan ektopik.untuk

mencapai prognosa yang baik bagi penderita, tindakan laparotomi untuk

kehamilan ektopik dini yang berlokasi diovarium bila dimungkinkan dirawat, bila

tidak ada perbaikan maka dilakukan tindakan sistektomi/oovorektomi sedangkan

kehamilan ektopik terganggu diservik uteri yang sering mengakibatkan

perdarahan dilakukan histeroktomi.

Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi

sebagian besar penyebabnya tidak diketahui. tiap kehamilan dimulai dengan

2

Page 4: Proposal Farid

pembuahan telur dibagian ampulla tuba dan dalam perjalanan ke uterus telur

mengalami hambatan sehingga pada saat nidasi masih dituba atau nidasinya tuba

dipermudah.(prawiroharjo 2005)

Penangganan terhadap kehamilan ektopik terganggu harus segera dioperasi

untuk menyelamatkan penderita dari bahaya terjadinya gangguan kehamilan

tersebut. operasi yang dilakukan ialah Salpingektomi yakni penanganan tuba yang

mengandung kehamilan. pada abortus tuba walaupun tidak selalu ada bahaya

terhadap jiwa penderita sebaiknya juga tidak dilakukan operasi.

Kekukarangan dari terapi konservatif (non operatif)yaitu walaupun darah

berkumpul dirongga abdomen lambat laun dapat diresorbsi atau untuk sebagian

dapat dikeluarkan dengan kolpotomi(pengeluaran melalui vagina dari darah

dikavum douglas). (Prawirahardjo 2005)

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin mengetahui lebih lanjut

tentang karateristik (usia, paritas, pendidikan pekerjaan ibu dengan kehamilan

ektopik ) di RSUD Dr. R koesma tuban.

1.2 Identifikasi masalah

Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi

berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Sedangkan

yang disebut kehamilan ektopik terganggu adalah suatu kehamilan ektopik

yang mengalami abortus ruptur pada dinding tuba. Dari survey yang didapat

dari rumah sakit Dr.R kusma tuban Kehamilan ektopik meningkat dari

tahun ketahun dan sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan

ektopik berumur antara 20 - 40 tahun dengan umur rata – rata 30 tahun di

indonesia kehamilan ektopik sering dijumpai pada usia muda karna

3

Page 5: Proposal Farid

pernikahan diusia mada dinegara berkembang kehamilan ektopik sering

ditemukan pada multigravida tapi di indonesia sering dijumpai pada

multipara.

1. 3 Rumusan Masalah

Bagaimana Karakteristik (Usia, Paritas, Pendidikan, Pekerjaan) pada

penderita kehamilan ektopik di RSUD Dr. R Koesma Tuban ?

1. 4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Diketahuinya Karakteristik (Usia, Paritas, Pendidikan dan Pekerjaan)

pada penderita kehamilan ektopik di RSUD Dr. R Koesma Tuban.

1.4.2 Tujuan Khusus

1.4.2.1 Mengidentifikasi kejadian kehamilan ektopik di RSUD Dr. R Koesma

Tuban.

1.4.2.2 Mengidentifikasi faktor Usia, pada penderita kehamilan ektopik di RSUD

Dr. R Koesma Tuban.

1.4.2.3 Mengidentifikasi paritas pada penderita kehamilan ektopik di RSUD Dr. R

Koesma Tuban.

1.4.2.4 Mengidentifikasi pendidikan pada penderita kehamilan ektopik di RSUD

Dr. R Koesma Tuban.

1.4.2.5 Mengidentifikasi pekerjaan pada penderita kehamilan ektopik di RSUD

Dr. R Koesma Tuban.

1. 5 Manfaat Penelitian

4

Page 6: Proposal Farid

1. 5. 1 Bagi Peneliti

Menerapkan teori dan konsep yang diperoleh di bangku perkuliahan

terutama pelajaran metode penelitian dan statistik, serta di harapkan dapat

memberikan tambahan informasi bagi peneliti tentang studi karastristik

(usia, paritas, pendidikan dan pekerjaan) dengan penderita kehamilan

ektopik.Dapat dijadikan gambaran untuk penelitian lebih lanjut dalam ruang

lingkup yang lebih luas.

1. 5. 2 Bagi Masyarakat

Dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang kejadiaan kehamilan

ektopik

1. 5. 3 Bagi Institusi

Sebagai referensi sehingga dapat digunakan dalam rangka pengembangan,

dan peningkatan taraf pendidikan dan pengetahuan guna mencapai

keberhasilan pendidikan.

1. 5. 5 Bagi Profesi

Sebagai tambahan pengetahuan bagi profesi untuk meningkatkan

pelayanan kepada masyarakat.

5

Page 7: Proposal Farid

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Karakteristik

2.1. 1 Definisi Karakteristik

Karakteristik berasal dari kata karakter yang berarti sifat-sifat kejiwaan,

akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain.

Sedangkan karaktristik adalah sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu.

(Depdikbud, 1990 : 389)

2.1. 1. 1 Faktor Usia

Umur adalah umur individu yang terhitung mulai dari saat dilahirkan

sampai saat berulang tahun (nursalam 2003) dan Usia reproduksi pada wanita

dimulai sekitar usia 11 – 15 tahun yang ditandai dengan datangnya menstruasi

atau haid. Hal ini menandakan mulai berfungsinya organ – organ reproduksi

wanita (Hurlock, 1990 : 185). Seiring dengan dimulainya usia reproduksi maka

mulai adanya berbagai masalah yang berhubungan dengan kesehatan alat

reproduksi salah satunya yaitu Kehamilan ektopik (Manuaba, 1999 : 5)

Menurut penelitian Di RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru frekuensi terbanyak

pada usia 30-34 tahun (40, 60%) & umur 25- 29 tahun (34, 33 %).

(Arifin 2003 )

6

6

Page 8: Proposal Farid

2.1. 1.2 Faktor Paritas

Paritas adalah keadaan wanita yang berkaitan dengan jumlah anak yang

dimiliki oleh ibu mulai dari anak pertama sampai terakhir (Ahmad, 1996 : 256)

Paritas dibagi menjadi :

1. Nulipara : wanita yang belum pernah melahirkan anak.

2. Primipara : wanita yang telah melahirkan seorang anak.

3. Multipara : wanita yang telah melahirkan lebih dari 1 anak.

4. Grande multi : wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih

Dari penelitian Di RSUD Arifin Achmad pekanbaru 2003-2005

kehamilan ektopik menurut paritas sebanyak (35, 34 %). (http / karateristik KET).

2.1. 1. 3 Faktor Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap

perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu (Suwarno, 1992,

dikutip oleh Nursalam dan Pariani, 2001). Makin tinggi tingkat pendidikan

seseorang makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula

pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya, pendidikan yang kurang akan

menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru

diperkenalkan (Kuncoroningrat, 1997, dikutip oleh Nursalam dan Pariani,

2001). Faktor pendidikan mempengaruhi usaha untuk meningkatkan derajat

kesehatan reproduksi karena jika tingkat pendidikan wanita rendah maka akan

semakin sempit informasi yang diperoleh wanita tentang kesehatan reproduksinya

salah satunya tentang kehamilan ektopik. Bila pendidikan rendah maka lapangan

pekerjaan bagi wanita yang rendah yang menyebabkan status sosial ekonomi

rendah (Manuaba, 1999 : 9).

7

Page 9: Proposal Farid

2.1. 1. 4 Faktor Sosial Ekonomi (Pekejaan)

Bila pendidikan rendah maka lapangan pekerjaan bagi wanita rendah yang

menyebabkan status sosial ekonomi keluarga rendah. Keadaan sosial ekonomi

keluarga yang buruk merupakan salah satu penyebab munculnya berbagai

penyakit. Hal ini karena rendahnya pemenuhan gizi yang baik. (Manuaba,

1999 : 9)

Diakui sejak krisis ekonomi (1997) jumlah penduduk miskin Indonesia

meningkat. Dampak kemiskinan di Indonesia memunculkan berbagai penyakit

pada kelompok resiko tinggi serta wanita usia subur, ibu hamil, ibu menyusui,

bayi, balita dan wanita lanjut usia. Kemiskinan yang terjadi di Indonesia

menyebabkan cakupan gizi rendah, pemeliharaan kesehatan kurang, lingkungan

buruk mengakibatkan penduduk mudah terserang berbagai macam penyakit salah

satunya kehamilan ektopik. (Edwin, 2002)

2.2 Kehamilan Ektopik Terganggu

2.2.1 Definisi

Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan ovum yang di buahi

berimplantasi dan melekatnya buah kehamilan di luar tempat yang normal, yakni

di luar rongga rahim.Sedangkan yang disebut sebagai kehamilan ektopik

terganggu adalah suatu kehamilan ektopik yang mengalami abortus ruptur pada

dinding tuba. (Prawirohardjo 2005 )

2.2.2 Etiologi.

Etiologi kehamilan ektopik baik yang terganggu maupun yang belum

terganggu telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar penyebabnya tidak

8

Page 10: Proposal Farid

diketahui. tiap kehamilan dimulai dengan pembuahan telur dibagian ampulla tuba

dan dalam perjalanan ke uterus telur mengalami hambatan sehingga pada saat

nidasi masih dituba ayau nidasinya tuba dipermudah. faktor-faktor yang

berhubungan dengan penyebab kehamilan ektopik terganggu. (prawiroharjo 2005)

1. Faktor mekanis

Hal-hal yang mengakibatkan terhambatnya perjalanan ovum yang

dibuahi ke dalam kavum uteri, antara lain:

a. Salpingitis, terutama endosalpingitis yang menyebabkan aglutinasi silia

lipatan mukosa tuba dengan penyempitan saluran atau pembentukan

kantong-kantong buntu. Berkurangnya silia mukosa tuba sebagai akibat

infeksi juga menyebabkan implantasi hasil zigot pada tuba falopii.

b. Adhesi peritubal setelah infeksi pasca abortus/ infeksi pasca nifas,

apendisitis, atau endometriosis, yang menyebabkan tertekuknya tuba atau

penyempitan lumen.

c. Kelainan pertumbuhan tuba, terutama divertikulum, ostium asesorius dan

hipoplasi. Namun ini jarang terjadi.

d. Bekas operasi tuba memperbaiki fungsi tuba atau terkadang kegagalan

usaha untuk memperbaiki patensi tuba pada sterilisasi.

e. Tumor yang merubah bentuk tuba seperti mioma uteri dan adanya

benjolan pada adneksia.

f. Penggunaan IUD

9

Page 11: Proposal Farid

2. Faktor fungsional

a. perubahan motilitas tuba yang berhubungan dengan faktor hormonal dan

defek fase luteal. Dalam hal ini gerakan peristalsis tuba menjadi lamban,

sehingga implantasi zigot terjadi sebelum zigot mencapai kavum uteri.

b. meningkatnya usia akan diiringi dengan penurunan aktivitas mioelektrik

tuba. Teknik-teknik reproduktif seperti gamete intrafallopian transfer dan

fertilisasi in vitro juga sering menyebabkan implantasi ekstrauterin. Ligasi

tuba yang tidak sempurna memungkinkan sperma untuk melewati bagian

tuba yang sempit, namun ovum yang telah dibuahi sering kali tidak dapat

melewati bagian tersebut

c. Alat kontrasepsi dalam rahim selama ini dianggap sebagai penyebab

kehamilan ektopik. Namun ternyata hanya AKDR yang mengandung

progesteron yang meningkatkan frekuensi kehamilan ektopik. AKDR

tanpa progesteron tidak meningkatkan risiko kehamilan ektopik, tetapi

bila terjadi kehamilan pada wanita yang menggunakan AKDR, besar

kemungkinan kehamilan tersebut adalah kehamilan ektopik.

2.2.3 Klasifikasi

Sarwono Prawirohardjo dan Cuningham masing-masing dalam bukunya

mengklasifikasikan kehamilan ektopik berdasarkan lokasinya antara lain :

1. Tuba Fallopii

a) Pars-interstisialis

b) Isthmus

c) Ampula

d) Infundibulum

10

Page 12: Proposal Farid

e) Fimbrae

2. Uterus

a) Kanalis servikalis

b) Divertikulum

c) Kornu

d) Tanduk rudimenter

3. Ovarium

4. Intraligamenter

5. Abdominal

a) Primer

b) Sekunder

6. Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus.

2.2.4 Epidemiologi

Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara

20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Lebih dari 60% kehamilan ektopik

terjadi pada wanita 20-30 tahun dengan sosio-ekonomi rendah dan tinggal

didaerah dengan prevalensi gonore dan prevalensi tuberkulosa yang tinggi.

Pemakaian antibiotik pada penyakit radang panggul dapat meningkatkan kejadian

kehamilan ektopik terganggu. Diantara kehamilan-kehamilan ektopik terganggu,

yang banyak terjadi ialah pada daerah tuba (90%). (Arifin 2003 )

Antibiotik dapat mempertahankan terbukanya tuba yang mengalami

infeksi tetapi perlengketan menyebabkan pergerakan silia dan peristaltik tub

KETa terganggu sehingga menghambat perjalanan ovum yang dibuahi dari

ampula ke rahim dan berimplantasi ke tuba. (Arifin 2003 )

11

Page 13: Proposal Farid

Penelitian Cunningham Di Amerika Serikat melaporkan bahwa kehamilan

etopik terganggu lebih sering dijumpai pada wanita kulit hitam dari pada kulit

putih karena prevalensi penyakit peradangan pelvis lebih banyak pada wanita kulit

hitam.Frekuensi kehamilan ektopik terganggu yang berulang adala 1-14, 6%.

(Arifin 2003 )

Di negara-negara berkembang, khususnya di Indonesia, pada RSUP

Pringadi Medan (1979-1981) frekuensi 1:139, dan di RSUPN Cipto

Magunkusumo Jakarta (1971-1975) frekuensi 1:24, sedangkan di RSUP. DR.

M. Djamil Padang (1997-1999) dilaporkan frekuensi 1:110. (Arifin 2003 )

Kontrasepsi IUD juga dapat mempengaruhi frekuensi kehamilan ektopik

terhadap persalinan di rumah sakit. Banyak wanita dalam masa reproduksi tanpa

faktor predisposisi untuk kehamilan ektopik membatasi kelahiran dengan

kontrasepsi, sehingga jumlah persalinan turun, dan frekuensi kehamilan ektopik

terhadap kelahiran secara relatif meningkat. Selain itu IUD dapat mencegah

secara efektif kehamilan intrauterin, tetapi tidak mempengaruhi kejadian

kehamilan ektopik. (Arifin 2003 )

Dari hasil penelitian diperoleh 7498 Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru

2003-2005 jumlah kebidanan termasuk 133 diantaranya adalah kehamilan

ektopik terganggu (1, 77%), Penderita kehamilan ektopik terganggu yang

terbanyak terdapat pada umur 30-34 tahun (40, 60%) dengan paritas penderita 1

sebanyak (35, 34%). Lokasi kehamilan ektopik terganggu terbanyak adalah

pada daerah ampula tuba (82, 70%) dimana jumlah ibu yang meninggal

(1, 5%), khususnya di ampula tuba (78%) dan isthmus (2%). Pada daerah

12

Page 14: Proposal Farid

fimbrae (5%), intersisial (2-3%), abdominal (1-2%), ovarium (1%), servikal (0,

5%). (Arifin 2003 )

2.2.5 Patogenesis

Tempat-tempat implantasi kehamilan ektopik antara lain ampulla tuba

(lokasi tersering), isthmus, fimbriae, pars interstitialis, kornu uteri, ovarium,

rongga abdomen, serviks dan ligamentum kardinal. Zigot dapat berimplantasi

tepat pada sel kolumnar tuba maupun secara interkolumnar. Pada keadaan yang

pertama, zigot melekat pada ujung atau sisi jonjot endosalping yang relatif sedikit

mendapat suplai darah, sehingga zigot mati dan kemudian diresorbsi. Pada

implantasi interkolumnar, zigot menempel di antara dua jonjot. Zigot yang telah

bernidasi kemudian tertutup oleh jaringan endosalping yang menyerupai desidua,

yang disebut pseudokapsul. Villi korialis dengan mudah menembus endosalping

dan mencapai lapisan miosalping dengan merusak integritas pembuluh darah di

tempat tersebut dan hasil konsepsi tersebut berkembang. (prawiroharjo 2005 )

perkembangannya tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tempat

implantasi, ketebalan tempat implantasi dan banyaknya perdarahan akibat invasi

trofoblas. Seperti kehamilan normal, uterus pada kehamilan ektopik pun

mengalami hipertrofi akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron,

sehingga tanda-tanda kehamilan seperti tanda Hegar dan Chadwick pun

ditemukan. Endometrium pun berubah menjadi desidua, meskipun tanpa

trofoblas. Sel-sel epitel endometrium menjadi hipertrofik, hiperkromatik, intinya

menjadi lobular dan sitoplasmanya bervakuol. Perubahan selular demikian

disebut sebagai reaksi Arias-Stella. Karena tempat implantasi pada kehamilan

ektopik tidak ideal untuk berlangsungnya kehamilan, suatu saat kehamilan

13

Page 15: Proposal Farid

ektopik tersebut akan terkompromi. Kemungkinan-kemungkinan yang dapat

terjadi pada kehamilan ektopik adalah:

1) Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi.

2) Abortus ke dalam lumen tuba.

3) Ruptur dinding tuba. (Prawiroharjo 2005 )

Abortus ke dalam lumen tuba lebih sering terjadi pada kehamilan pars

ampullaris, sedangkan ruptur lebih sering terjadi pada kehamilan pars isthmica.

Pada abortus tuba, bila pelepasan hasil konsepsi tidak sempurna atau tuntas,

maka perdarahan akan terus berlangsung. Bila perdarahan terjadi sedikit demi

sedikit, terbentuklah mola kruenta. Tuba akan membesar dan kebiruan

(hematosalping), dan darah akan mengalir melalui ostium tuba ke dalam rongga

abdomen hingga berkumpul di kavum Douglas dan membentuk hematokel

retrouterina. Pada kehamilan di pars isthmica, umumnya ruptur tuba terjadi lebih

awal, karena pars isthmica adalah bagian tuba yang paling sempit. Pada kehamilan

di pars interstitialis ruptur terjadi lebih lambat (8-16 minggu) karena lokasi

tersebut berada di dalam kavum uteri yang lebih akomodatif, sehingga sering kali

kehamilan pars interstitialis disangka sebagai kehamilan intrauterin biasa.

Perdarahan yang terjadi pada kehamilan pars interstitialis cepat berakibat fatal

karena suplai darah berasal dari arteri uterina dan ovarika. Oleh sebab itu

kehamilan pars interstitialis adalah kehamilan ektopik dengan angka mortalitas

tertinggi. Kerusakan yang melibatkan kavum uteri cukup besar sehingga

histerektomi pun diindikasikan. Ruptur baik pada kehamilan fimbriae, ampulla,

isthmus maupun pars interstitialis, dapat terjadi secara spontan maupun akibat

trauma ringan, seperti koitus dan pemeriksaan vaginal. Bila setelah ruptur janin

14

Page 16: Proposal Farid

terekspulsi ke luar lumen tuba, masih terbungkus selaput amnion dan dengan

plasenta yang masih utuh, maka kehamilan dapat berlanjut di rongga abdomen.

Untuk memenuhi kebutuhan janin, plasenta dari tuba akan meluaskan

implantasinya kejaringan sekitarnya, seperti uterus, usus dan ligamen.

(prawiroharjo 2005)

2.2.6 Gambaran Klinik

Gambaran klinik dari kehamilan ektopik terganggu tergantung pada

lokasinya . Tanda dan gejalanya sangat bervariasi tergantung pada ruptur atau

tidaknya kehamilan tersebut . Adapun gejala dan hasil pemeriksaan laboratorium

antara lain : (prawiroharjo 2005)

a. Keluhan gastrointestinal

Keluhan yang paling sering dikemukakan oleh pasien kehamilan ektopik

terganggu adalah nyeri pelvis. Dorfman menekankan pentingnya keluhan

gastrointestinal dan vertigo atau rasa pening. Semua keluhan tersebut

mempunyai keragaman dalam hal insiden terjadinya akibat kecepatan dan

taraf perdarahannya di samping keterlambatan diagnosis.

b. Nyeri tekan abdomen dan pelvis

Nyeri tekan yang timbul pada palpasi abdomen dan pemeriksaan, khususnya

dengan menggerakkan servik, dijumpai pada lebih dari tiga per empat kasus

kehamilan ektopik sudah atau sedang mengalami ruptur, tetapi kadang-kadang

tidak terlihat sebelum ruptur terjadinya.

c. Amenore

Riwayat amenore tidak ditemukan pada seperempat kasus atau lebih.Salah

satu sebabnya adalah karena pasien menganggap perdarahan pervaginam yang

15

Page 17: Proposal Farid

lazim pada kehamilan ektopik sebagai periode haid yang normal, dengan

demikian memberikan tanggal haid terakhir yang keliru.

d. Spotting atau perdarahan vaginal

Selama fungsi endokrin plasenta masih bertahan, perdarahan uterus biasanya

tidak ditemukan, namun bila dukungan endokrin dari endometrium sudah

tidak memadai lagi, mukosa uterus akan mengalami perdarahan. Perdarahan

tersebut biasanya sedikit-sedikit, bewarna cokelat gelap dan dapat terputus-

putus atau terus-menerus.

e. Perubahan Uterus

Uterus pada kehamilan etopik dapat terdorong ke salah satu sisi oleh masa

ektopik tersebut. Pada kehamilan ligamentum latum atau ligamentum latum

terisi darah, uterus dapat mengalami pergeseran hebat.Uterine cast akan

dieksresikan oleh sebagian kecil pasien, mungkin 5% atau 10% pasien.

Eksresi uterine cast ini dapat disertai oleh gejala kram yang serupa dengan

peristiwa ekspulsi spontan jaringan abortus dari kavum uteri.

f. Tekanan darah dan denyut nadi

Reaksi awal pada perdarahan sedang tidak menunjukkan perubahan pada

denyut nadi dan tekanan darah, atau reaksinya kadang-kadang sama seperti

yang terlihat pada tindakan flebotomi untuk menjadi donor darah yaitu

kenaikan ringan tekanan darah atau respon vasovagal disertai bradikardi serta

hipotensi.

g. Hipovolemi

Penurunan nyata tekanan darah dan kenaikan denyut nadi dalam posisi duduk

merupakan tanda yang paling sering menunjukkan adanya penurunan volume

16

Page 18: Proposal Farid

darah yang cukup banyak. Semua perubahan tersebut mungkin baru terjadi

setelah timbul hipovolemi yang serius.

h. Suhu tubuh

Setelah terjadi perdarahan akut, suhu tubuh dapat tetap normal atau bahkan

menurun. Suhu yang lebih tinggi jarang dijumpai dalam keadaan tanpa adanya

infeksi. Karena itu panas merupakan gambaran yang penting untuk

membedakan antara kehamilan tuba yang mengalami ruptura dengan

salpingitis akut, dimana pada keadaan ini suhu tubuh umumnya diatas 38oC.

i. Masa pelvis

Masa pelvis dapat teraba pada ± 20% pasien. Masa tersebut mempunyai

ukuran, konsistensi serta posisi yang bervariasi. Biasanya masa ini berukuran

5-15 cm, sering teraba lunak dan elastis. Akan tetapi dengan terjadinya

infiltrasi dinding tuba yang luas oleh darah masa tersebut dapat teraba keras.

Hampir selalu masa pelvis ditemukan di sebelah posterior atau lateral uterus.

Keluhan nyeri dan nyeri tekan kerap kali mendahului terabanya masa pelvis

dalam tindakan palpasi.

j. Hematokel pelvik

Pada kehamilan tuba, kerusakan dinding tuba yang terjadi bertahap akan

diukuti oleh perembesan darah secara perlahan-lahan ke dalam lumen tuba,

kavum peritonium atau keduanya. Gejala perdarahan aktif tidak terdapat dan

bahkan keluhan yang ringan dapat mereda, namun darah yang terus merembes

akan berkumpul dalam panggul, kurang lebih terbungkus dengan adanya

perlekatan dan akhirnya membentuk hematokel pelvis.

17

Page 19: Proposal Farid

2.2.7 Diagnosis

Diagnosis kehamilan ektopik terganggu tentunya ditegakkan dengan anamnesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. KET harus dipikirkanbila seorang

pasien dalam usia reproduktif mengeluhkan nyeri perut bawah yang hebat dengan

tiba-tiba, disertai keluhan perdarahan per vaginam setelah keterlambatan haid,

dan pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda akut:

abdomen, kavum Douglas menonjol, nyeri goyang porsio, atau massa di samping

uterus. Adanya riwayat penggunaan AKDR, infeksi alat kandungan, penggunaan

pil kontrasepsi progesteron dan riwayat operasi tuba serta riwayat faktor-faktor

risiko lainnya memperkuat dugaan KET. ( Arifin 2003 )

Gejala-gejala kehamilan ektopik terganggu beraneka ragam, sehingga

pembuatan diagnosis kadang-kadang menimbulkan kesulitan, khususnya pada

kasus-kasus kehamilan ektopik yang belum mengalami ruptur pada dinding tuba

sulit untuk dibuat diagnosis . (prawiroharjo 2005)

Berikut ini merupakan jenis pemeriksaan untuk membantu diagnosis

kehamilan ektopik:

1. HCG-β

Pengukuran subunit beta dari HCG-β (Human Chorionic Gonadotropin-Beta)

merupakan tes laboratorium terpenting dalam diagnosis. Pemeriksaan ini

dapat membedakan antara kehamilan intrauterin dengan kehamilan ektopik.

Kadar HCG membantu penegakan diagnosis, meskipun tidak ada konsensus

mengenai kadar HCG yang sugestif untuk kehamilan ektopik. Kehamilan

ektopik dapat dibedakan dari kehamilan normal dengan pemeriksaan kadar

HCG secara serial. Pada usia gestasi 6-7 minggu,kadar HCG serum

18

Page 20: Proposal Farid

meningkat dua kali lipat setiap 48 jam pada kehamilan intrauterin normal.

Peningkatan yang subnormal (< 66%) dijumpai pada 85% kehamilan yang

nonviable, dan peningkatan sebanyak 20% sangat prediktif untuk kehamilan

nonviable. Fenomena ini, bila disertai dengan terdeteksinya kavum uteri

yang kosong mengindikasikan adanya kehamilan ektopik. Secara klinis,

penegakan diagnosis KET dengan pemantauan kadar HCG serial tidak praktis,

karena dapat mengakibatkan keterlambatan diagnosis. Selain itu peningkatan

kadar HCG serum dua kali lipat setiap 48 jam tidak lagi terjadi setelah minggu

ke-7 kehamilan.Oleh sebab itu, umumnya yang diperiksakan adalah HCG

kualitatif untuk diagnosis cepat kehamilan.

2. Kuldosintesis

Tindakan kuldosintesis atau punksi Douglas.Adanya darah yang diisap

berwarna hitam (darah tua) biar pun sedikit, membuktikan adanya darah di

kavum Douglasi kuldosentesis sudah tidak terlalu sering dilakukan. Meskipun

demikian, tindakantersebut masih dilakukan bila tidak ada fasilitas USG atau

bila pada pemeriksaan USG kantong gestasi tidak berhasil terdeteksi.

3. Dilatasi dan Kuretase

Biasanya kuretase dilakukan apabila sesudah amenore terjadi perdarahan yang

cukup lama tanpa menemukan kelainan yang nyata disamping uterus.

4. Laparaskopi

Laparaskopi hanya digunakan sebagai alat bantu diagnosis terakhir apabila

hasil-hasil penilaian prosedur diagnostik lain untuk kehamilan ektopik

terganggu meragukan. Namun beberapa dekade terakhir alat ini juga dipakai

untuk terapi.

19

Page 21: Proposal Farid

5. Ultrasonografi

Bila pada pemeriksaan ultrasonografi ditemukan kantong gestasi dengan

denyut jantung janin dengan kavum uteri yang kosong, maka diagnosis pasti

dapat ditegakkan.USG transvaginal dapat mendeteksi tubal ring (massa

berdiameter 1-3 cm dengan pinggir ekhogenik yang mengelilingi pusat yang

hipoekhoik) gambaran tersebut cukup spesifik untuk kehamilan ektopik. USG

transvaginal juga memungkinkan evaluasi kavum pelvis dengan lebih baik,

termasuk visualisasi cairan di kavum Douglas dan massa pelvis. Keunggulan

cara pemerikssan ini terhadap laparoskopi ialah tidak invasif, artinya tidak

perlu memasukkan rongga dalam rongga perut.Dapat dinilai kavum uteri,

kosong atau berisi, tebal endometrium, adanya massa di kanan kiri uterus dan

apakah kavum Douglas berisi cairan.

6. Tes Oksitosin

Pemberian oksitosin dalam dosis kecil intravena dapat membuktikan adanya

kehamilan ektopik lanjut. Dengan pemeriksaan bimanual, di luar kantong

janin dapat diraba suatu tumor.

7. Foto Rontgen

Tampak kerangka janin lebih tinggi letaknya dan berada dalam letak paksa.

Pada foto lateral tampak bagian-bagian janin menutupi vertebra Ibu.

8. Histerosalpingografi

Memberikan gambaran kavum uteri kosong dan lebih besar dari biasa, dengan

janin diluar uterus. Pemeriksaan ini dilakukan jika diagnosis kehamilan

ektopik tergangu sudah dipastikan dengan USG (Ultra Sono Graphy) dan MRI

(Magnetic Resonance Imagine).

20

Page 22: Proposal Farid

Trias klasik yang sering ditemukan adalah nyeri abdomen, perdarahan vagina

abnormal, dan amenore.

2.2.8 Diagnosis Diferensial

Yang perlu dipikirkan sebagai diagnosis diferensial adalah:

1. Infeksi pelvis

Gejala yang menyertai infeksi pelvik biasanya timbul waktu haid dan

jarang setelah mengenai amenore. Nyeri perut bagian bawah dan tahanan

yang dapat diraba pada pemeriksaaan vaginal pada umumnya bilateral. Pada

infeksi pelvik perbedaan suhu rektal dan ketiak melebihi 0, 5 0C, selain itu

leukositosis lebih tinggi daripada kehamilan ektopik terganggu dan tes

kehamilan menunjukkan hasil negatif.

2. Abortus iminens/ Abortus inkomplit

Dibandingkan dengan kehamilan ektopik terganggu perdarahan lebih

merah sesudah amenore, rasa nyeri yang sering berlokasi di daerah median

dan adanya perasaan subjektif penderita yang merasakan rasa tidak enak di

perut lebih menunjukkan ke arah abortus imminens atau permulaan abortus

incipiens. Pada abortus tidak dapat diraba tahanan di samping atau di

belakang uterus, dan gerakan servik uteri tidak menimbulkan rasa nyeri.

3. Tumor/ Kista ovarium

Gejala dan tanda kehamilan muda, amenore, dan perdarahan

pervaginam biasanya tidak ada. Tumor pada kista ovarium lebih besar dan

lebih bulat dibanding kehamilan ektopik terganggu.

21

Page 23: Proposal Farid

4. Appendisitis

Pada apendisitis tidak ditemukan tumor dan nyeri pada gerakan servik

uteri seperti yang ditemukan pada kehamilan ektopik terganggu. Nyeri perut

bagian bawah pada apendisitis terletak pada titik McBurney .

2.2.9 Terapi

Penatalaksanaan kehamilan ektopik tergantung pada beberapa hal, antara lain

lokasi kehamilan dan tampilan klinis. Sebagai contoh, penatalaksanaankehamilan

tuba berbeda dari penatalaksanaan kehamilan abdominal. Selain itu perlu

dibedakan pula penatalaksanaan kehamilan ektopik yang belum terganggu dari

kehamilan ektopik terganggu. Ada 3 cara penatalaksanaan kehamilan pada tuba:

Penatalaksanaan Ekspektasi

Penatalaksanaan ekspektasi didasarkan pada fakta bahwa sekitar 75% pasien

HCG. Pada dengan kehamilan ektopik akan mengalami penurunan kadar

HCG yang penatalaksanaan ekspektasi, kehamilan ektopik dini dengan

kadar stabil atau cenderung turun diobservasi ketat. Oleh sebab itu tidak

semua pasien dengan kehamilan ektopik dapat menjalani penatalaksanaan

seperti ini. Penatalaksanaan ekspektasi dibatasi pada keadaan-keadaan berikut:

1) kehamilan HCG yang menurun, 2) kehamilan tuba, 3) tidak ada ektopik

dengan kadar perdarahan intraabdominal atau ruptur, dan 4) diameter massa

ektopik tidak HCG awal harus kurangmelebihi 3.5 cm. Sumber lain

menyebutkan bahwa kadar dari 1000 mIU/mL, dan diameter massa ektopik

22

Page 24: Proposal Farid

tidak melebihi 3,0 cm. Dikatakan bahwa penatalaksanaan ekspektasi ini efektif

pada 47-82% kehamilan tuba.

Penatalaksanaan Medis

Pada penatalaksanaan medis digunakan zat-zat yang dapat merusak integritas

jaringan dan sel hasil konsepsi. Kandidat-kandidat penerima tatalaksana medis

harus memiliki syarat-syarat berikut ini: keadaan hemodinamik yang stabil,

bebas nyeri perut bawah, tidak ada aktivitas jantung janin, tidak ada cairan

bebas dalam rongga abdomen dan kavum Douglas, harus teratur menjalani

terapi, harus menggunakan kontrasepsi yang efektif selama 3-4 bulan

pascaterapi, tidak memiliki penyakit-penyakit penyerta, sedang tidak

menyusui, tidak ada kehamilan intrauterin yang koeksis, memiliki fungsi

ginjal, hepar dan profil darah yang normal, serta tidak memiliki kontraindikasi

terhadap pemberian methotrexate. Berikut ini akan dibahas beberapa metode

terminasi kehamilan ektopik secara medis.

Methotrexate

Methotrexate adalah obat sitotoksik yang sering digunakan untuk terapi

keganasan, termasuk penyakit trofoblastik ganas. Pada penyakit trofoblastik,

methotrexate akan merusak sel-sel trofoblas, dan bila diberikan pada pasien

dengan kehamilan ektopik, methotrexate diharapkan dapat merusak sel-sel

trofoblas sehingga menyebabkan terminasi kehamilan tersebut. Seperti halnya

dengan penatalaksanaan medis untuk kehamilan ektopik pada umumnya,

kandidat-kandidat untuk terapi methotrexate harus stabil secara hemodinamis

dengan fungsi ginjal, hepar dan profil darah yang normal. Harus diketahui

23

Page 25: Proposal Farid

pula bahwa terapi methotrexate maupun medis secara umum mempunyai

angka kegagalan sebesar 5-10%, dan angka kegagalan meningkat pada usia

gestasi di atas 6 minggu atau bila massa hasil konsepsi berdiameter lebih dari

4 cm. Pasien harus diinformasikan bahwa bila terjadi kegagalan terapi medis,

pengulangan terapi diperlukan, dan pasien harus dipersiapkan untuk

kemungkinan menjalani pembedahan. Selain itu, tanda-tanda kehamilan

ektopik terganggu harus selalu diwaspadai. Bila hal tersebut terjadi, pasien

harus sesegera mungkin menjalani pembedahan. Senggama dan konsumsi

asam folat juga dilarang. Tentunya methotrexate menyebabkan beberapa efek

samping yang harus diantisipasi, antara lain gangguan fungsi hepar,

stomatitis, gastroenteritis dan depresi sumsum tulang.Beberapa prediktor

keberhasilan terapi dengan methotrexate yang HCG, progesteron, aktivitas

disebutkan dalam literatur antara lain kadar jantung janin, ukuran massa hasil

konsepsi dan ada/tidaknya cairan bebas dalam rongga peritoneum. Namun

disebutkan dalam sumber lain bahwa hanya kadar HCG-lah yang bermakna

secara statistik.Untuk memantau keberhasilan terapi, HCG serial dibutuhkan.

Pada hari-hari pertama setelah dimulainya pemeriksaan pemberian

methotrexate, 65-75% pasien akan mengalami nyeri abdomen yang

diakibatkan pemisahan hasil konsepsi dari tempat implantasinya (separation

pain), dan hematoma yang meregangkan dinding tuba. Nyeri ini dapat diatasi

HCG umumnya tidak terdeteksi lagi dalam 14-21 dengan analgetik

nonsteroidal. hari setelah pemberian methotrexate. Pada hari-hari pertama pula

massa hasil konsepsi kan tampak membesar pada pencitraan ultrasonografi

akibat edema dan hematoma, sehingga jangan dianggap sebagai kegagalan

24

Page 26: Proposal Farid

terapi. setelah terapi HCG masih perlu diawasi setiap minggunya hingga

kadarnya diberhasil, kadar bawah 5 mIU/mL. Methotrexate dapat diberikan

dalam dosis tunggal maupun dosis multipel. Dosis tunggal yang diberikan

adalah 50 mg/m2 (intramuskular), sedangkan dosis multipel yang diberikan

adalah sebesar 1 mg/kg (intramuskular) pada hari pertama, ke-3, 5, dan hari

ke-7. Pada terapi dengan dosis multipel leukovorin ditambahkan ke dalam

regimen pengobatan dengan dosis 0.1 mg/kg (intramuskular) dan diberikan

pada hari ke-2, 4, 6 dan 8. Terapi methotrexate dosis multipel tampaknya

memberikan efek negatif pada patensi tuba dibandingkan dengan terapi

methotrexate dosis tunggal 9. Methotrexate dapat pula diberikan melalui

injeksi per laparoskopi tepat ke dalam massa hasil konsepsi.Terapi

methotrexate dosis tunggal adalah modalitas terapeutik paling ekonomis untuk

kehamilan ektopik yang belum terganggu.

Actinomycin

Neary dan Rose melaporkan bahwa pemberian actinomycin intravena selama

5 hari berhasil menterminasi kehamilan ektopik pada pasien-pasien dengan

kegagalan terapi methotrexate sebelumnya.

Larutan Glukosa Hiperosmolar

Injeksi larutan glukosa hiperosmolar per laparoskopi juga merupakan

alternatif terapi medis kehamilan tuba yang belum terganggu.Yeko dan

kawan-kawan melaporkan keberhasilan injeksi larutan glukosa hiperosmolar

dalam menterminasi kehamilan tuba. Namun pada umumnya injeksi

methotrexate tetap lebih unggul. Selain itu,angka kegagalan dengan terapi

25

Page 27: Proposal Farid

injeksi larutan glukosa tersebut cukup tinggi,sehingga alternatif ini jarang

digunakan.

Penatalaksanaan Bedah

Penatalaksanaan bedah dapat dikerjakan pada pasien-pasien dengan kehamilan

tuba yang belum terganggu maupun yang sudah terganggu.Tentu saja pada

kehamilan ektopik terganggu, pembedahan harus dilakukan secepat mungkin.

Pada dasarnya ada 2 macam pembedahan untuk menterminasi kehamilan tuba,

yaitu pembedahan konservatif, di mana integritas tuba dipertahankan, dan

pembedahan radikal di mana salpingektomi dilakukan.Pembedahan

konservatif mencakup 2 teknik yang kita kenal sebagai salpingostomi dan

salpingotomi. Selain itu, macam-macam pembedahan tersebut di atas dapat

dilakukan melalui laparotomi maupun laparoskopi. Namun bila pasien jatuh

ke dalam syok atau tidak stabil, maka tidak ada tempat bagi pembedahan per

laparoskopi.

Salpingostomi

Salpingostomi adalah suatu prosedur untuk mengangkat hasil konsepsi yang

berdiameter kurang dari 2 cm dan berlokasi di sepertiga distal tuba fallopii.

Pada prosedur ini dibuat insisi linear sepanjang 10-15 mm pada tuba tepat di

atas hasil konsepsi, di perbatasan antimesenterik. Setelah insisi hasil onsepsi

segera terekspos dan kemudian dikeluarkan dengan hati-hati. Perdarahan

yang terjadi umumnya sedikit dan dapat dikendalikan dengan elektrokauter.

Insisi kemudian dibiarkan terbuka (tidak dijahit kembali) untuk sembuh per

sekundam. Prosedur ini dapat dilakukan dengan laparotomi maupun

26

Page 28: Proposal Farid

laparoskopi. Metode per laparoskopi saat ini menjadi gold standard untuk

kehamilan tuba yang belum terganggu. Sebuah penelitian di Israel

membandingkan salpingostomi per laparoskopi dengan injeksi methotrexate

per laparoskopi.Durasi pembedahan pada grup salpingostomi lebih lama

daripada durasi pembedahan pada grup methotrexate,namun grup

salpingostomi menjalani masa rawat inap yang lebih singkat dan insidens

aktivitas trofoblastik persisten pada grup ini lebih rendah. Meskipun demikian

angka keberhasilan terminasi kehamilan tuba dan angka kehamilan

intrauterine setelah kehamilan tuba pada kedua grup tidak berbeda secara

bermakna.

Salpingotomi

Pada dasarnya prosedur ini sama dengan salpingostomi, kecuali bahwa pada

salpingotomi insisi dijahit kembali. Beberapa literatur menyebutkan bahwa

tidak ada perbedaan bermakna dalam hal prognosis, patensi dan perlekatan

tuba pascaoperatif antara salpingostomi dan salpingotomi.

Salpingektomi

Reseksi tuba dapat dikerjakan baik pada kehamilan tuba yang belum maupun

yang sudah terganggu,dan dapat dilakukan melalui laparotomi maupun

laparoskopi. Salpingektomi diindikasikan pada keadaan-keadaan berikut ini:

1) kehamilan ektopik mengalami ruptur (terganggu). 2) pasien tidak

menginginkan fertilitas pascaoperatif. 3) terjadi kegagalan sterilisasi. 4) telah

dilakukan rekonstruksi atau manipulasi tuba sebelumnya. 5) pasien meminta

dilakukan sterilisasi. 6) perdarahan berlanjut pascasalpingotomi. 7) kehamilan

tuba berulang. 8) kehamilan heterotopik. 9) massa gestasi berdiameter lebih

27

Page 29: Proposal Farid

dari 5 cm. Reseksi massa hasil konsepsi dan anastomosis tuba kadang-kadang

dilakukan pada kehamilan pars ismika yang belum terganggu. Metode ini

lebih dipilih daripada salpingostomi, sebab salpingostomi dapat menyebabkan

jaringan parut dan penyempitan lumen pars ismika yang sebenarnya sudah

sempit. Pada kehamilan pars interstitialis, sering kali dilakukan pula

histerektomi untuk menghentikan perdarahan masif yang terjadi. Pada

salpingektomi, bagian tuba antara uterus dan massa hasil konsepsi diklem,

digunting, dan kemudian sisanya (stump) diikat dengan jahitan ligasi.Arteria

tuboovarika diligasi, sedangkan arteria uteroovarika dipertahankan.Tuba yang

direseksi dipisahkan dari mesosalping.

Evakuasi Fimbrae dan Fimbraektomi

Bila terjadi kehamilan di fimbrae, massa hasil konsepsi dapat dievakuasi dari

fimbrae tanpa melakukan fimbraektomi.Dengan menyemburkan cairan di

bawah tekanan dengan alat aquadisektor atau spuit, massa hasil konsepsi dapat

terdorong dan lepas dari implantasinya. Fimbraektomi dikerjakan bila massa

hasil konsepsi berdiameter cukup besar sehingga tidak dapat diekspulsi

dengan cairan bertekanan.

2.2.10 Prognosis

Angka kematian ibu yang disebabkan oleh kehamilan ektopik terganggu

turun sejalan dengan ditegakkannya diagnosis dini dan persediaan darah yang

cukup. Kehamilan ektopik terganggu yang berlokasi di tuba pada umumnya

bersifat bilateral. Sebagian ibu menjadi steril (tidak dapat mempunyai keturunan)

28

Page 30: Proposal Farid

setelah mengalami keadaan tersebut diatas, namun dapat juga mengalami

kehamilan ektopik terganggu lagi pada tuba yang lain.

Ibu yang pernah mengalami kehamilan ektopik terganggu, mempunyai

resiko 10% untuk terjadinya kehamilan ektopik terganggu berulang. Ibu yang

sudah mengalami kehamilan ektopik terganggu sebanyak dua kali terdapat

kemungkinan 50% mengalami kehamilan ektopik terganggu berulang.

Ruptur dengan perdarahan intraabdominal dapat mempengaruhi fertilitas

wanita. Dalam kasus-kasus kehamilan ektopik terganggu terdapat 50-60%

kemungkinan wanita steril. Dari sebanyak itu yang menjadi hamil kurang lebih

10% mengalami kehamilan ektopik berulang.

29

Page 31: Proposal Farid

2. Faktor Mekanis 3. Faktor fungsional

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

3. 1 Kerangka konseptual

Kerangka konseptual pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara

konsep – konsep yang ingin diamati atau di ukur melalui penelitian–penelitian

yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2005 : 69).

Kerangka Konseptual

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti

Gambar 3. 1 Kerangka konseptual faktor-faktor karasteristik (usia, paritas, pendidikan, perkerjaan) dengan terjadinya kehamilan ektopik.

Faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya kehamilan ektopik antara

lain faktor karakteristik dan faktor mekanis faktor fungsional. Faktor karakteristik

terdiri dari : usia, paritas, pendidikan dan pekerjaan. Pada penelitian ini yang

diteliti adalah faktor karakteristik yang berhubungan dengan kehamilan ektopik.

30

Faktor yang mempengaruhiKehamilan ektopik:

1. faktor Karakteristika. Umurb. paritasc. pendidikand. pekerjaan

Kehamilan ektopik

Page 32: Proposal Farid

BAB 4

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara menyelesaikan masalah dengan

menggunakan metode keilmuan (Nursalam dan Pariani, 2001). Pada bab ini akan

disajikan tentang desain penelitian, kerangka kerja, populasi, sampel, besar

sampel dan sampling, identifikasi variabel, definisi operasional, instrumen

penelitian, lokasi dan waktu penelitian, prosedur penelitian dan pengumpulan

data, analisa data, dan etika penelitian.

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah suatu yang sangat penting dalam penelitian yang

memungkinkan pemaksimalan kontrol beberapa faktor yang bisa mempengaruhi

akurasi suatu hasil. (Nursalam, 2003)

Dalam penelitian yang digunakan adalah deskriptif yaitu suatu jenis

metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat suatu

gambaran tentang suatu keadaan secara obyektif. (Notoatmodjo. S. 2002).

Disini peneliti hanya ingin mengetahui karakteristik (Usia, paritas, pendidikan,

pekerjaan) kehamilan ektopik.

3118

31

Page 33: Proposal Farid

4. 2 Kerangka Kerja

Gambar 4. 2 Kerangka Kerja Penelitian Studi Karakteristik wanita dengan kehamilan ektopik di RSUD Dr. R Koesma Tuban.

4. 3 Populasi, Sampel dan Sampling

4. 3. 1 Populasi

Populasi adalah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk di pelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2006 : 55)

32

20PopulasiSeluruh Penyakit kehamilan ektopik Di RSUD Dr. R. Koesma Tuban

sejumlah 72 pada tahun 2005-2008

SampelPenyakit kehamilan ektopik Di RSUDDr. R. Koesma Tuban sejumlah 72

pada tahun 2005-2008

SamplingSampling jenuh

Pengumpulan dan pengambilan data- Data Sekunder- Register Pasien di Rekam Medik RSUD Dr. R. Koesma Tuban

Analisis Data- Deskriptif

Kesimpulan

- Penyajian

Page 34: Proposal Farid

Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh Penyakit kehamilan ektopik

di RSUD Dr R Koesma Tuban pada tahun 2005-2008 sebesar 72 orang.

4. 3. 2 Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti

dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005 : 79).

Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah semua Penyakit kehamilan

ektopik di RSUD Dr. R Koesma Tuban pada tahun 2005-2008.

4 3. 3 Sampling

Sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan

sampel agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan

subjek penelitian. (Nursalam, 2003 : 97)

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah to

sampling jenuh. sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua

anggota populasi digunakan sebagai sampel.

4. 4 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional

4.4.1 Identifikasi Variabel

Variabel merupakan suatu konsep yang mempunyai variasi nilai dan variasi

nilai itu tampak jika variabel itu didefinisikan secara operasional atau ditentukan

tingkatannya. (Arikunto, 2003). Variabel pada penelitian ini adalah karakteristik

(usia, Paritas, Pendidikan, Pekerjaan) penderita kehamilan ektopik

33

Page 35: Proposal Farid

4. 4. 2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati

dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2003 : 106)

Tabel 4. 1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Parameter Alat ukur Skala Kode

Karakteristik wanita penderita kistoma ovarii :Usia wanita

Paritas

Pendidikan

Pekerjaan

Umur wanita dalam tahun berdasarkan catatan di kartu rekam medik.

Jumlah anak yang hidup dilahirkan ibu berdasarkan catatan di kartu rekam medik.

Pendidikan / sekolah yang ditempuh oleh ibu selama ini berdasarkan catatan di kartu rekam medik.

Aktifitas yang dijalani ibu sehari-hari baik dalam rumah ataupun di luar rumah berdasarkan catatan rekam medik

Umur wanita :- 15 - 25 tahun- 26 - 35 tahun- 36 - 45 tahun- 46 - 55 tahun- > 55 tahun

Jumlah anak :- 0 anak- 1 – 4 anak- > 4 anak

-Pendidikan Dasar(SD, SMP)sederajat. -Menengah (SMA)sederajat-Tinggi (PT, Akademik)sederajat

- Tidak bekerja (IRT)- Bekerja (PNS, Swasta, Wiraswasta, buruh)

Data rekam medik

Data rekam medik

Data rekam medik

Data rekam medik

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Nominal

Umur wanita :- 15 - 25 tahun =1- 26 - 35 tahun =2- 36 - 45 tahun =3- 46 - 55 tahun =4- > 55 tahun =5

-0 = 1-1 – 4 = 2-> 4 = 3

- Dasar = 1- Menegah = 2- Tinggi = 3

-Bekerja = 1-Tidak bekerja = 2

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data adalah lembar

pengumpulan data meliputi data karakteristik dan kehamilan ektopik yang didapat

melalui catatan rekam medik di RSUD Dr. R Koesma Tuban.

34

Page 36: Proposal Farid

4.5 Lokasi dan waktu Penelitian

4. 6. 1 Lokasi penelitian

Lokasi penelitian yang digunakan adalah RSUD Dr. Koesma Tuban.

4. 6. 2 Lokasi waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan februari – April 2009.

4.6 Prosedur Penelitian

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan proses

pengumpulan karakteristik subyek yang dikumpulkan dalam suatu penelitian

(nursalam, 2003)

Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan mengumpulkan

data direkam medik berdasarkan jumlah kasus menderita kehamilan ektopik yang

melakukan kunjungan ke RSUD Dr. R. Koesma Tuban.

4.7 Cara Analisa data

Analisa merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai tujuan,

dimana tujuan pokok penelitian adalah menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti

dalam mengungkapkan fenomena. (Nursalam, 2003)

Data yang terkumpul dilakukan pengolahan data dengan menggunakan

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Editing, yaitu memeriksa dan menyesuaikan data dengan rencana semula

seperti apa yang diinginkan.

2. Coding, adalah memberi kode pada data dengan merubah kata-kata menjadi

angka.

35

Page 37: Proposal Farid

3. Sorting adalah mensortir dengan memilah atau mengelompokkan data sesuai

jenis yang dikehendaki.

4. Entry data adalah memasukkan data dengan cara manual atau melalui

pengolahan.

5. Cleaning adalah proses untuk meyakinkan bahwa data yang telah dimasukkan

benar-benar bersih dari kesalahan.

6. Mengeluarkan informasi yang diinginkan

7. Pengolahan data

Setelah data terkumpul, kemudian data tersebut dikelompokkan atau

diklasifikasikan sesuai dengan tujuan penelitian. Kemudian angka-angka hasil

perhitungan atau pengukuran dapat diproses dengan cara dijumlahkan dan

dikalikan 100% kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk prosentase. Dalam

penelitian ini pengolahan data menggunakan metode diskriptif dengan rumus

proporsi sebagai berikut :

Keterangan :

P = Proporsi

∑x = Banyaknya subyek dalam kelompok

∑max = Banyaknya subyek seluruhnya

4.8 Etika Penelitian

36

Page 38: Proposal Farid

1. Tanpa nama (Anominity)

Nama dari subjek tidak perlu dicantumkan pada lembar pengumpulan data,

untuk mengetahui keikutsertaan peneliti cukup dengan menuliskan nomor kode

pada masing-masing lembar pengumpulan data.

2. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi yang telah dikempulkan dari subjek dijamin

kerahasiaan oleh peneliti. Hanya kelompok data tertentu saja yang akan disajikan

atau dilaporkan pada hasil riset.

37

Page 39: Proposal Farid

BAB 5

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian dimana pengumpulan

data dilaksanakan pada bulan juli 2008 di RSUD Dr. R Koesma Tuban sebanyak

75 responden. Hasil Penelitian ini meliputi data umum dan hasil penelitian.

5. 1 Data Umum

5.1.1 Kejadian Kistoma ovarii

Tabel 5. 1 Distribusi kejadian kistoma ovarii di RSUD Dr. Koesma Tuban Tahun 2007

No Kejadian Kistoma ovarii frekuensi % 1 Kistoma ovarii 2 Tidak kistoma ovarii

75104

41, 8958, 11

Total 179 100Sumber : Data sekunder register Pasien di RM Tahun 2007

Berdasarkan tabel 5. 1 dijelaskan bahwa dari 179 sebanyak 75 orang (41,

89%) sebagai kelompok terpapar kistoma ovarii.

5.1.2 Data Usia

Tabel 5. 2 Distribusi usia Penderita Kistoma Ovarii di RSUD Dr. Koesma Tuban Tahun 2007.

No Usia Frekuensi Prosentase (%)12345

15 – 25 tahun26 – 35 tahun36 – 45 tahun46 – 55 tahun>55 tahun

12819342

16, 00%10, 67%25, 33%45, 33%2, 66%

JUMLAH 75 100, 00Sumber : Data sekunder register Pasien di RM Tahun 2007

38

Page 40: Proposal Farid

Berdasarkan tabel 5. 2 dapat diketahui bahwa mayoritas karakteristik usia

penderita kistoma ovarii adalah 46 – 55 tahun sebanyak 34 orang (45, 33

%).

5. 1. 3 Data Paritas

Tabel 5. 3 Distribusi Paritas Penderita Kistoma Ovarii di RSUD Dr. Koesma Tuban Tahun 2007

No Paritas Frekuensi Prosentase (%)123

01-4>4

40341

53, 33 %45, 33 %1, 33 %

JUMLAH 75 100, 00Sumber : Data sekunder register Pasien di RM Tahun 2007

Berdasarkan tabel 5. 3 dapat memberikan gambaran bahwa mayoritas

Paritas Penderita Kistoma Ovarii adalah 0 (tidak mempunyai anak)

sebanyak 40 orang (53, 33%).

5. 1. 4 Data Pendidikan

Tabel 5. 4 Distribusi Pendidikan Penderita Kistoma Ovarii di RSUD Dr. Koesma Tuban Tahun 2007

No Pendidikan Frekuensi Prosentase (%)1

2

3

Pendidikan Dasar(SD, SMP)Pendidkan Menengah(SMA)Pendidikan Tinggi(Akademik, Sarjana)

59

15

1

78, 66%

20, 00%

1, 33%

JUMLAH 75 100, 00Sumber : Data sekunder register Pasien di RM Tahun 2007

Berdasarkan tabel 5. 4 dapat memberikan gambaran bahwa tingkat

pendidikan mayoritas pendidikan penderita kistoma ovarii adalah

pendidikan dasar sebanyak 59 orang (78, 66%).

39

Page 41: Proposal Farid

5. 1. 5 Data Pekerjaan

Tabel 5. 5 Distribusi Pekerjaan Penderita Kistoma Ovarii di RSUD Dr. Koesma Tuban Tahun 2007

No Pekerjaan Frekwensi Prosentase (%)1

2

Bekerja(PNS, swasta, Wiraswasta, Tani)Tidak bekerja (IRT)

38

37

50, 66%

49, 33%

JUMLAH 75 100, 00Sumber : Data sekunder register Pasien di RM Tahun 2007

Berdasarkan tabel 5. 5 dapat memberikan gambaran bahwa mayoritas

penderita kistoma ovarii adalah bekerja dengan jumlah 38 orang (50,

66%).

40

Page 42: Proposal Farid

BAB 6

PEMBAHASAN

berdasarkan hasil penelitian, maka sesuai dengan tujuan penelitian yang

telah ditetapkan pada bab ini akan dibahas :

6.1 Identifikasi Kejadian Kistoma ovarii di RSUD Dr. R Koesma Tuban.

Berdasarkan tabel 5. 1 dijelaskan bahwa dari 179 responden sebanyak 75

orang responden (41, 89%) sebagai kelompok terpapar kistoma ovarii di RSUD

Dr. R Koesma Tuban.

Kista Ovarium adalah suatu kantung yang berisi cairan atau materi

semisolid yang tumbuh pada atau sekitar ovarium. Terdapat berbagai macam

tumor yang dapat timbul pada ovarium. Ada yang neoplastik dan nonneoplastik.

Beberapa di antara tumor neoplastik bersifat jinak (noncancerous) dan tidak

pernah menyebar di luar ovarium. Tipe lainnya adalah maligna atau ganas

(cancerous) dan dapat menyebar ke bagian-bagian tubuh lainnya.

Akibat pertumbuhan kistoma ovarii ini biasanya terdapat tumor di dalam

perut bagian bawah yang bisa menyebabkan bejolan perut yang dapat menekan

terhadap alat-alat disekitarnya dan disebabkan oleh besarnya tumor atau posisinya

dalam perut.

Sebagian ahli berpendapat Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal

disebut kista fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal

yang kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi

41

30

Page 43: Proposal Farid

oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat

terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap gonadotropin

yang berlebih. Makanya, sangat jarang ditemukan pada anak-anak usia pubertas,

bahkan nyaris tidak pernah. Anak usia ini, kan, belum ada rangsangan

estrogennya. ( Sugi, 2002).

"Sekarang, semua penyakit memang diarahkan ke faktor genetik sebagai

penyebab. Kanker payudara misalnya, sudah diketahui gen-nya. Kalau si ibu

kena kanker payudara, anaknya harus siap-siap. Tapi mioma, kista, dan

endometriosis ini belum, " terang Sugi dalam salah satu artikelnya. (Sugi, 2002).

Di RSUD dr R. KOESMA kabupaten Tuban pada akhir tahun 2006 terdapat

59 kasus Kistoma ovarii. Frekuensi pada tahun 2007 naik sebesar 11, 9% menjadi

75 kasus kistoma ovarii. Dari data – data di atas dapat diketahui bahwa kejadian

kistoma ovarii di RSUD Dr. R Koesma Tuban Tahun 2007 yaitu 75 kasus

sedangkan yang tidak terpapar kistoma ovarii 104 kasus.

Dalam hal keluhan kistoma ovari ini  jika sudah sangat mengganggu dan

nyeri, biasanya ilmu kedokteran akan memberikan obat hormon untuk

menghentikan haid, dan pada tahap selanjutnya pengangkatan indung telur, atau

rahim akan menjadi saran yg diberikan pada penderita kistoma ovari.

Bagi tenaga kesehatan hendaknya lebih sering memberikan penyuluhan

kepada masyarakat tentang apa dan bagaimana kistoma ovarii itu serta cara

menangani agar tidak berubah ketingkatan lanjut atau terlambat menangani.

6. 2 Identifikasi Usia Pada Penderita Kistoma ovarii di RSUD Dr. R.

Koesma

Tuban

42

Page 44: Proposal Farid

Berdasarkan tabel 5. 1 dapat diketahui bahwa mayoritas karakteristik usia

responden adalah 46 – 55 tahun sebanyak 34 orang responden (45, 33 %).

Usia adalah waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan). Usia sangat

mempengaruhi dalam menentukan tingkat kedewasaan seseorang dan

kebijakan dalam mengambil keputusan (Depdikbud, 1999 : 989). Semakin

cukup usia kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang berfikir

dan bekerja.

Kista Neoplasia merupakan kira-kira 60% dari seluruh ovarium, sedang

kistadenoma ovari musinosum 40% dari seluruh kelompok neoplasma

ovarium. Di Indonesia Hariadi (1970) menemukan frekuensi sebesar 27% ;

sedangkan Gunawan (1977) menemukan 29, 9% ; Sapardan (1970) 37, 2% ;

dan Djaswadi 15, 1%. Tumor paling sering terdapat pada wanita berusia

antara 20 – 50 tahun, dan jarang sekali pada masa prapubertas. Kira-kira 60

% terdapat pada usia peri-menopausal, 30 % dalam masa reproduksi dan 10

% pada usia yang jauh lebih muda. (Prawirohardjo, 1999 : 400).

Klimakterium dimulai dari akhir fase rproduksi sampai awal fase senium.

Periode ini berlangsung beberapa tahun antara usia 40 sampai 65 tahun.

Masa klimakterium meliputi masa pramenopause, menopause,

pascamenopause, dan ooforepause. Pada umumnya menopause terjadi antara

45 – 50 tahun.

Perimenopause merupakan fase peralihan antara pramenopause dan

pascamenopause. Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur.

Pada kebanyakan wanita siklus haidnya > 38 hari, dan sisanya < 18 hari.

Meskipun terjadi ovulasi, kadar progesteron tetap rendah. Kadar FSH, LH,

43

Page 45: Proposal Farid

dan estrogen sangat bervariasi. Pada umumnya wanita telah mengalami

berbagai jenis keluhan klimakterik. Bila pada usia perimenopause ditemukan

kadar FSH dan estradiol yang bervariasi (tinggi atau rendah), maka setelah

memasuki usia menopause akan selalu ditemukan kadar FSH yang tinggi

(>40 mlU/ml).

Sebagian ahli berpendapat Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi

normal disebut kista fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular

dan luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut

dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista

fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau

sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Makanya, sangat jarang

ditemukan pada anak-anak usia pubertas, bahkan nyaris tidak pernah. Anak

usia ini, kan, belum ada rangsangan estrogennya. ( Sugi, 2002).

Kanker ovarium sulit terdeteksi, hanya sekitar 10 % dari kanker ovarium

yang terdeteksi pada stadium awal, keluhan biasanya nyeri daerah abdomen

disertai keluhan–keluhan:  Pembesaran abdomen akibat penumpukan cairan

dalam rongga abdomen (ascites), Gangguan sistem gastrointestinal;

konstipasi, mual, rasa penuh, Menstruasi tidak teratur, Keluarnya cairan

abnormal pervaginam (vaginal discharge), Nyeri saat berhubungan seksual.

Dari pernyataan di atas ada kesesuaian antara teori dengan hasil penelitian

yang dilakukan di RSUD Dr. R. Koesma Tuban tentang usia, dimana

penderita kistoma ovarii mayoritas berusia 46 – 55 termasuk dalam masa

klimakterium atau perimenopause dan diharapkan melakukan pemeriksaan

44

Page 46: Proposal Farid

penunjang untuk menegakan diagnosis. Semakin dini tumor ovarium

ditemukan dan mendapat pengobatan harapan hidup akan semakin baik.

Faktor biologis yang menyebabkan kistoma ovarii tetap belum diketahui.

Beberapa faktor (hormonal, kesehatan lingkungan, dan variabel genetik)

diduga juga mempengaruhinya, walaupun sebenarnya setiap wanita

mempunyai resiko untuk terkena penyakit ini.

Diharapkan bagi wanita berusia 20 – 50 tahun hendaknya rutin

memeriksakan diri jika wanita tersebut menderita kistoma ovarii agar dapat

diberikan penanganan cepat dan tepat.

6. 3 Identifikasi Paritas Pada Penderita Kistoma ovarii di RSUD Dr. R.

Koesma Tuban

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5. 2 dapat memberikan gambaran

bahwa mayoritas Paritas Penderita Kistoma Ovarii adalah 0 (tidak

mempunyai anak) sebanyak 40 responden (53, 33%).

Paritas adalah keadaan wanita yang berkaitan dengan jumlah anak yang

dimiliki (Ahmad, 1996 : 256). Paritas adalah riwayat kehamilan dan buah

kehamilan yang dilahirkan hidup (Manuaba, 1999 : 9). Kistoma ovarii lebih

sering ditemukan pada wanita nulipara. Terbanyak pada penderita nullipara

sebanyak 16 kasus (43, 24%). pada penderita dengan paritas 1 (primipara)

sebanyak 6 kasus (16, 22%) dan pada penderita dengan paritas 2-5

(multipara) sebanyak 5 kasus (13, 52%) (Silvia Wilson, 2008).

Menurut Winkjosastro (1999) kista lebih sering didapati pada wanita

nulipara atau yang kurang subur : pendapat senada juga di ungkapkan oleh

45

Page 47: Proposal Farid

Ridwan Amiruddin (2006) yang menyatakan bahwa sebagian besar penderita

kista adalah wanita nulipara dan atau wanita yang kesuburannya rendah.

Menurut penelitian beberapa ahli bahwa salah satu dugaan penyebab kista

adalah faktor hormonal yaitu rangsangan estrogen yang salah satu fungsinya

adalah untuk mengatur haid pada wanita (Sastrawinata, 1983). Jika estrogen

terganggu fungsinya maka siklus haid pada wanita juga terganggu dan

terdapat kemungkinan kesuburan juga terganggu sehingga dapat

memepengaruhi jumlah paritas yang dimiliki oleh seorang wanita yang

menderita kista.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan oleh peneliti di RSUD

Dr. Koesma Tuban. Didapati pula bahwa sebagian besar penderita kista

adalah wanita dengan paritas ≤ 1 maka dari sini di dapat Sejarah Menstruasi

/sejarah kehamilan/kesuburan banyak ahli percaya bahwa ada hubungan

antara usia siklus menstruasi wanita dengan kanker ovarium. Bahwa resiko

kanker ovarium meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi sebelum

usia 12 tahun dan atau wanita yang mengalami menopause setelah usia 50

tahun. Nullipariti (tidak dapat melahirkan anak yang dapat hidup) juga

merupakan resiko berkembangnya kanker ovarium, juga pada mereka yang

baru memiliki anak pada usia setelah 30 tahun. Dengan kata lain wanita yang

tidak pernah melahirkan memiliki resiko kanker ovarium lebih tinggi

dibanding yang pernah. Kehamilan yang berulang dapat memicu adanya efek

protektif. Sama halnya dengan wanita yang mengkonsumsi atau pernah

mengkonsumsi pil KB akan mengurangi resiko kanker ovarium sekitar 40%-

50%. Sehingga timbul pemikiran bahwa efek protektif pada kehamilan,

46

Page 48: Proposal Farid

penggunaan pil KB, dan pemberian asi dapat menekan ovulasi, dan dengan

makin sedikitnya siklus ovulasi maka yang dialami wanita, maka akan

memperkecil pula resiko terhadap kanker ovarium.

Pada penelitian lebih lanjut hendaknya dilakukan penelitian pada faktor

Lain misalnya faktor hormonal terhadap kejadian kistoma ovarii.

6. 4 Identifikasi Pendidikan Pada Penderita Kistoma ovarii di RSUD Dr. R.

Koesma Tuban

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5. 3 dapat memberikan gambaran

bahwa tingkat pendidikan mayoritas pendidikan penderita kistoma ovarii

adalah pendidikan dasar sebanyak 59 orang responden (78, 66%).

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap

perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu

(Suwarno, 1992, dikutip oleh Nursalam dan Pariani, 2001). Makin

tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi

sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya,

pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang

terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Kuncoroningrat, 1997,

dikutip oleh Nursalam dan Pariani, 2001). Faktor pendidikan

mempengaruhi usaha untuk meningkatkan derajat kesehatan reproduksi

karena jika tingkat pendidikan wanita rendah maka akan semakin sempit

informasi yang diperoleh wanita tentang kesehatan reproduksinya salah

satunya tentang kistoma ovarii.

47

Page 49: Proposal Farid

Menurut Lourense Green (1980 ) menyatakan bahwa perilaku

seseorang atau tentang kesehatan dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap,

kepercayaan, tradisi dari orang atau masyarakat (Notoatmodjo, 1996).

Sedangkan teori yang kemukakan oleh Notoatmodjo, (2002) bahwa

semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin banyak pula

pengetahuan yang di miliki. Teori ini didukung oleh pendapat

Kuncoroningrat (1997) yang di kuitip Nursalam Pariani (2001 : 133) yaitu

semakin tinggi jenjang pendidikan seseorang maka semakin tinggi pul;a

tingkat pengetahuan yang di miliki.

Dari pernyataan diatas ada kesesuaian antara teori dengan hasil

penelitian yang dilakukan di RSUD Dr. R Koesma Tuban tentang

pendidikan, dimana penderita kistoma ovarii yang berpendidikan SD,

SMP sangat sulit untuk menerima informasi kesehatan dalam hal iini

kistoma ovarii bila dibandingkan berpendidikan SMA ataupun perguruan

tinggi.

Maka diharapkan pada wanita – wanita berpendidikan rendah

dianjurkan untuk banyak membaca buku yang berkaitan dengan kistoma

ovarii. Karena mayoritas penderita kistoma ovarii dari kalangan

pendidikan rendah menyebabkan wanita segan untuk memeriksakan diri

maka sebaiknya petugas kesehatan sebaiknya memberikan penyuluhan

tentang kistoma ovarii.

6. 5 Identifikasi Pekerjaan Pada Penderita Kistoma ovarii di RSUD Dr. R.

Koesma Tuban

48

Page 50: Proposal Farid

Berdasarkan tabel 5. 4 dapat memberikan gambaran bahwa mayoritas

responden adalah responden yang bekerja dengan jumlah 38 orang (50, 66%).

Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan, tugas, kewajiban, hasil bekerja

sebagai mata pencaharian atau suatu kewajiban yang harus dilakukan untuk

menunjang kehidupan keluarga, tetapi lebih banyak diartikan sebagai cara

mencari nafkah. (Depdikbud, 1990).

Karakteristis pekerjaan seseorang dapat mencerminkan pendapatan, ststus

sosial ekonomi, resiko cidera atau masalah kesehatan dalam suatu kelompok

populasi. Penyakit, kondisi, atau gangguan tertentu dapat terjadi dalam

suatu pekerjaan. (Timmreck, 2004:306).

Bahwa dengan adanya pekerjaan seseorang akan melakukan banyak waktu

dan tenaga untuk menyelesaikan pekerjaan dan dianggap penting dan

cenderung mempunyai banyak waktu untuk tukar pendapat atau pengalaman

antar teman dalam tempat kerja. (Notoatmojdo, 1993).

Dari pernyataan diatas hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Dr. R

Koesma Tuban tentang responden yang bekerja dengan jumlah 38 orang (50,

66%) yang mayoritas wanitanya bekerja sebagai tani atau buruh tani,

pekerjaan menghabiskan banyak waktu dan tenaga.

Dimana seseorang yang bekerja sebagai tani atau buruh tani kebanyakan

berpendidikan rendah atau kurang sehingga penderita kistoma ovarii yang

berpendidikan SD, SMP sangat sulit untuk menerima informasi kesehatan

dalam hal iini kistoma ovarii bila dibandingkan berpendidikan SMA ataupun

perguruan tinggi.

49

Page 51: Proposal Farid

Diakui sejak krisis ekonomi (1997) jumlah penduduk miskin Indonesia

meningkat. Dampak kemiskinan di Indonesia memunculkan berbagai

penyakit pada kelompok resiko tinggi serta wanita usia subur, ibu hamil,

ibu menyusui, bayi, balita dan wanita lanjut usia. Kemiskinan yang terjadi

di Indonesia menyebabkan cakupan gizi rendah, pemeliharaan kesehatan

kurang, lingkungan buruk mengakibatkan penduduk mudah terserang

berbagai macam penyakit salah satunya kistoma ovarii (Edwin, 2002).

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan di bahas mengenai kesimpulan dan saran dari penelitian

yang berjudul “Studi Karakteristik Wanita Penderita Kistoma Ovarii di RSUD Dr.

Koesma Tuban”.

7.1 Kesimpulan

50

Page 52: Proposal Farid

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka penulis mengambil

kesimpulan sebagai berikut :

7.1.1 Jumlah penderita kistoma ovarii di RSUD Dr. Koesma Tuban Tahun 2007

sebanyak 75 orang (41, 89 %).

7.1.2 Mayoritas penderita kistoma ovarii adalah dengan usia 46-55 tahun.

7.1.3 Mayoritas penderita kistoma ovarii memiliki paritas ≤ 1.

7.1.4 Mayoritas pendidikan penderita kistoma ovarii adalah pendidikan dasar

(SD, SMP / sederajat).

7.1.5 Mayoritas pekerjaan penderita kistoma ovarii adalah Ibu yang bekerja.

7.2 Saran

7. 2.1 Diharapkan bagi tenaga kesehatan hendaknya lebih sering memberikan

penyuluhan kepada masyarakat tentang apa dan bagaimana kistoma ovarii

itu serta cara menangani agar tidak berubah ketingkatan lanjut atau

terlambat menangani.

Dalam hal keluhan kistoma ovari ini  jika sudah sangat mengganggu dan

nyeri, biasanya ilmu kedokteran akan memberikan obat hormon untuk

menghentikan haid, dan pada tahap selanjutnya pengangkatan indung

telur, atau rahim akan menjadi saran yg diberikan pada penderita kistoma

ovarii.

7. 2.2 Diharapkan bagi wanita berusia 20 – 50 tahun hendaknya rutin

memeriksakan diri jika wanita tersebut menderita kistoma ovarii agar

dapat diberikan penanganan cepat dan tepat.

7. 2.3 Pada penelitian lebih lanjut hendaknya dilakukan penelitian pada faktor

lain misalnya faktor hormonal terhadap kejadian kistoma ovarii.

51

39

Page 53: Proposal Farid

7. 2.4 Diharapkan pada wanita – wanita berpendidikan rendah dianjurkan untuk

banyak membaca buku yang berkaitan dengan kistoma ovarii. Karena

mayoritas penderita kistoma ovarii dari kalangan pendidikan rendah

menyebabkan wanita segan untuk memeriksakan diri maka sebaiknya

petugas kesehatan sebaiknya memberikan penyuluhan tentang kistoma

ovarii.

DAFTAR PUSTAKA

Ari . (2008) Karsinoma Ovarium http:// www. medicastore. com (berHONcode) , Jumat 09 Mei 2008.

52

Page 54: Proposal Farid

Arikunto, Suharsimi (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V. Rineka Cipta. Jakarta.

Cunningham, Gary. (2006). Obstetri Williams Edisi 21. EGC. Jakarta

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta

Edwin. (2002). Kemiskinan di Indonesia Munculkan Penyakit. http : //www. gatra. com , Jumat 09 November 2007

Iwan. (2002). Mengenal Kesehatan Reproduksi Wanita. http://www. infosehat. com Jumat 09 November 2007

Machfoed, Ircham. (2005) Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan, dan Kebidanan. Fitramaya. Yogyakarta.

Manuaba, Ida bagus Gde. (1999). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Arcan : Jakarta.

Medlinux. (2007) Kista ovarii Artikel Kedokteran. http : //www. Google. com Rabu 12 September 2007

Nursalam Pariani (2001). Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Sagungseto: Jakarta

Nursalam. (2003) Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta

Notoatmodjo, Soekidjo (2005) Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Rineka Cipta : Jakarta.

Sugi. (2002) Mengenal kista, Mioma dan Endometriosis. http : //www. nova. com

Sugiyono. (2006). Statitiska Untuk Penelitian. Alfabeta : Bandung.

Sutri. (2006). Faktor Lingkungan Manusia. http : //www. infosehat . com

Thomas C, Timmreck. (2004). Epidemologi Suatu Pengantar Edisi 2. Jakarta: EGC

Wiknjosastro, Hanifa. (1999). Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta.

Lampiran 2

53

41

Page 55: Proposal Farid

LEMBAR PENGUMPULAN DATA

No No RMNama

(Inisial)Usia Paritas Pendidikan Pekerjaan

54

Page 56: Proposal Farid

Lampiran

LEMBAR KONSULTASI

KARYA TULIS ILMIAH (KTI)

55

Page 57: Proposal Farid

NAMA : EMI DWI YULISTYA RATNA WATI

NIM : 05. 03. 113

JUDUL : STUDY KARAKTERISTIK WANITA PENDERITA

KISTOMA OVARII DI RSUD Dr. R. KOESMA TUBAN.

PEMBIMBING : DWI RUKMA SANTI, SST.

No Tanggal Keterangan TTD Pembimbing

1

2

3

4

5

17 – 05 - 2008

17 – 05 - 2008

25 – 08 – 2008

28 – 08 – 2008

29 – 08 –2008

Perbaikan BAB 1, 2, 3, 4

Perbaikan BAB 1, 2, 3, 4

Konsul BAB 5

Konsul BAB 5, 6

Perbaikan BAB 5, 6 Konsul BAB 7

1.

2.

3.

4.

5

STUDI KARAKTERISTIK WANITA PENDERITA KISTOMA OVARII DI RSUD Dr. R. KOESMA TUBAN

56

Page 58: Proposal Farid

Karya Tulis IlmiahDiajukan Dalam Rangka Memenuhi PersyaratanMenyelesaikan Program Diploma III Kebidanan

Oleh :EMI DWI YULISTYA RATNA WATI

Nim : 05. 03. 113

PENDIDIKAN TENAGA KESEHATANAKADEMI KEBIDANAN NAHDLATUL ULAMA TUBAN

JL. DIPONEGORO 17 TUBANTAHUN 2008

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat

57

Page 59: Proposal Farid

menyelesaikan karya tulis yang berjudul “Studi Karakteristik wanita penderita

Kistoma Ovarii di RDUD Dr. R. Koesma Tuban”.

Dalam pembuatan karya tulis ini tidak lepas dari kesulitan serta hambatan,

namun berkat bantuan dan bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak akhirnya

karya tulis ini selesai pada waktunya. Pada kesempatan ini penulis

menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat :

1. H. Miftahul Munir, SKM, M. Kes selaku Direktur Akademi Kebidanan

Nahdlatul Ulama Tuban.

2. Dwi Rukma Santi, SST selaku pembimbing yang dengan penuh kesabaran

dan ketekunan dalam meluangkan waktunya untuk memberikan dorongan,

perhatian, bimbingan, pengarahan serta saran yang terbaik dalam pembuatan

karya tulis ini.

3. Dr. H. Bambang Suhariyanto selaku Direktur RSUD Dr. R Koesma yang

telah member ijin penelitian

4. Seluruh dosen dan staf Akademi Kebidanan Nahdlatul Ulama Tuban

5. Bapak, Ibu, Kakak, Kakak Ipar, Adik, Keponakan dan Kerabatku atas

segala do’a dan dukungan yang sangat berarti dalam menempuh

pendidikan AKBID NU Tuban

6. Semua teman-temanku yang telah membantu dalam terselesaikannya

Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat

penulis harapkan demi perbaikan isinya.

Akhirnya penulis berharap semoga penelitian ini berguna bagi pembaca

umumnya dan khususnya bagi penulis sendiri.

Tuban, Agustus 2008

Penulis,

SURAT PERNYATAAN

58

viii

Page 60: Proposal Farid

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Emi Dwi Yulistya Ratna wati

NIM : 05. 03. 113

Tempat, Tgl Lahir : Tuban, 20 juli 1987

Institusi : AKADEMI KEBIDANAN NAHDATUL ULAMA TUBAN

Menyatakan bahwa karya tulis ilmiah (KTI) yang berjudul :

“Studi Karakteristik Wanita Penderita Kistoma Ovarii di RSUD Dr. R. Koesma

Tuban” adalah bukan Karya Tulis Ilmiah orang lain baik sebagian maupun

keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya dan apabila

pernyataan ini tidak benar, kami bersedia mendapatkan sangsi akademis.

Tuban, Agustus 2008

Yang Menyatakan

EMI DWI YULISTYA RATNAWATINIM. 05. 03. 113

Mengetahui Pembimbing

DWI RUKMA SANTI, SSTNIK. 45115013

RINGKASAN

59

v

Page 61: Proposal Farid

Kista Ovarium adalah suatu kantung yang berisi cairan atau materi semisolid yang tumbuh pada atau sekitar ovarium. Terdapat berbagai macam tumor yang dapat timbul pada ovarium. Ada yang neoplastik dan nonneoplastik. Beberapa di antara tumor neoplastik bersifat jinak (noncancerous) dan tidak pernah menyebar di luar ovarium. Tipe lainnya adalah maligna atau ganas (cancerous) dan dapat menyebar ke bagian-bagian tubuh lainnya. Karakteristik berasal dari kata karakter yang berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain. Faktor karakteristik yang mempengaruhi kejadian kistoma ovarii antara lain faktor usia, faktor paritas, faktor pendidikan, faktor pekerjaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Karakteristik (Usia, Paritas, Pendidikan dan Pekerjaan) wanita penderita Kistoma Ovarii di RSUD dr. R Koesma Tuban.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif. Populasinya adalah semua kasus kistoma ovarii di RSUD Dr. R Koesma Tuban tahun 2007 yang diperoleh dari mengumpulkan data melalui rekam medic. Tehnik sampling yang digunakan adalah Total sampling.

Hasil penelitian didapatkan jumlah penderita kistoma ovarii di RSUD Dr. Koesma Tuban Tahun 2007 sebanyak 75 orang (41, 89 %). Mayoritas penderita kistoma ovarii adalah dengan usia 46-55 tahun Mayoritas penderita kistoma ovarii memiliki paritas ≤ 1. Mayoritas pendidikan penderita kistoma ovarii adalah pendidikan dasar (SD, SMP / sederajat). Mayoritas pekerjaan penderita kistoma ovarii adalah Ibu yang bekerja

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa faktor karakteristik wanita penderitta kistoma ovarii mayoritas usia 46-55 tahun, mayoritas penderita kistoma ovarii memiliki paritas ≤ 1, mayoritas pendidikan penderita kistoma ovarii adalah pendidikan dasar (SD, SMP / sederajat), mayoritas pekerjaan penderita kistoma ovarii adalah Ibu yang bekerja

Diharapkan bagi tenaga kesehatan hendaknya lebih sering memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang apa dan bagaimana kistoma ovarii itu serta cara menangani agar tidak berubah ketingkatan lanjut atau terlambat menangani serta diharapkan bagi wanita berusia 20 – 50 tahun hendaknya rutin memeriksakan diri jika wanita tersebut menderita kistoma ovarii agar dapat diberikan penanganan cepat dan tepat.

HALAMAN PERSETUJUAN

60

Page 62: Proposal Farid

Karya Tulis : EMI DWI YULISTYA RATNAWATI

judul : “Studi Karakteristik wanita penderita Kistoma Ovarii di RSUD

Dr. R. Koesma Tuban”

Telah disetujui untuk diajukan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah pada

tanggal : Agustus 2008.

Oleh :

Pembimbing

DWI RUKMA SANTI, SSTNIM. 45115013

Mengetahui,

Direktur Akademi Kebidanan Nahdhatul Ulama Tuban

H. MIFTAHUL MUNIR, SKM, M. KesNIK. 140 334 122

MOTTO

61

Page 63: Proposal Farid

“A bird in the hand is worth in the

bush”

Maka bersabarlah kamu, karena sesungguhnya janji Allah itu benar, dan

mohonlah ampun untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Tuhan-Mu pada

waktu petang dan pagi (Q. S. Al-Mu’min : 55).

Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri,

jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri” (Q. S. Al-

Isra’:7).

Dan carilah apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)

negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dan (kenikmatan)

duniawi”. (Q. S. Al-Qososh : 77)

Allah adalah cahaya langit dan bumi, Perumpamaan cahaya-Nya adalah

ibarat misykat, dalam misykat itu ada pelita, Pelita itu dalam kaca, Kaca itu

laksana bintang berkilau, dinyalakan dengan pohon yang diberkati, pohon zaitun

yang bukan di timur atau barat, yang minyaknya hampir menyala dengan

sendirinya, walau tiada api menyentuhnya, Cahaya di atas cahaya, Allah

menuntun kepada cahaya-Nya, siapa saja yang Ia kehendaki”.

(Q. S An Nur 25 - 35).

62

Page 64: Proposal Farid

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya Tulis ini kupersembahkan :

Ucapan syukur kehadirat Allah SWT yang telah

meridhoi atas semuanya

Yang terhormat abah dan ibu ku tercinta terima kasih

atas do’a dan dukungannya,kalian adalah

semangatku.

Kakak-Kakak ku tercinta, adik ku,kakak ipar,

Keponakan ku,

Ibu Tien Hariatien,SST.M.Pd. dan Bpk.Ahmad

Maftukhin,SST.MPd yang tidak lelah membimbing

dan mengarahkan hingga saya bisa menyelesikan

tugas akhir ini.

Almamater ku AKES RAJEKWESI BOJONEGORO yang

menghantarkanku menjadi ahli madya kebidanan.

Teman-teman Angkatan 3 yang senyumnya mampu

menghidupkan semangatku.

63

Page 65: Proposal Farid

viiDAFTAR RIWAYAT HIDUP

Biodata

Nama : EMI DWI YULISTYA RATNAWATI

Tempat, tanggal lahir : Tuban, 20 juli 1987

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat Rumah : Jl. Pahlawan Gg. Guo Rejo II no. 785 Tuban

Pendidikan

1. SDN SIDOREJO 1 Tuban lulus tahun 2000

2. SLTP Negeri 6 Tuban lulus tahun 2003

3. SMA PGRI 1 Tuban lulus tahun 2005

4. Akademi Kebidanan Nahdlatul Ulama Tuban

64

Page 66: Proposal Farid

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN.........................................................................i

HALAMAN SAMPUL DALAM.......................................................................ii

HALAMAN PERSETUJUAN...........................................................................iii

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................iv

SURAT PERNYATAAN...................................................................................v

HALAMAN MOTTO. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ......vi

PERSEMBAHAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . vii

KATA PENGANTAR.......................................................................................viii

RINGKASAN....................................................................................................ix

DAFTAR ISI.......................................................................................................x

DAFTAR TABEL..............................................................................................xii

DAFTAR GAMBAR........................................................................................xiv

DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH ......................xv

BAB 1 PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang.....................................................................................11.2 Rumusan Masalah................................................................................41.3 Tujuan Penelitian.................................................................................41.4 Manfaat Penelitian...............................................................................4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 6

65

Page 67: Proposal Farid

2.1 Konsep Dasar Karakteristik................................................... 62.1. 1 Definisi Karakteristik................................................. 62.1. 1. 1 Faktor umur.............................................................. 62.1. 1.2 Faktor Paritas............................................................ 72.1. 1. 3 Faktor Pendidikan.................................................... 72.1. 1. 4 Faktor Sosial Ekonomi (Pekerjaan)......................... 82.1.2 Faktor Hormonal........................................................... 8

2.2 Konsep Dasar Kistoma Ovarii............................................... 92.2.1 Definisi Kistoma ovarii ............................................. 92.2.2 Klasifikasi.................................................................. 92.2.3 Patofisiologi............................................................... 112.2.4 Gejala dan Tanda..........................................................122.2.5 Diagnosa.......................................................................132.2.6 Pemeriksaan Penunjang................................................142.2.7 Penanganan...................................................................152.2.8 Komplikasi....................................................................162.2.9 Prognosis.......................................................................17

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL............................................................ 183.1 Kerangka Konseptual............................................................. 183.2 Hipotesis................................................................................ 19

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN.......................................................... 204.1 Desain Penelitian .................................................................. 204.2 Kerangka Kerja...................................................................... 214.3 Populasi, Sampel dan Sampling............................................ 22

4. 3. 1 Populasi...................................................................... 224.3.2 Sampel........................................................................ 224.3.3 Sampling.................................................................... 22

4.4 Identifikasi Variabel dan Definisi operasional ..................... 244.5 Instrumen penelitian............................................................... 254.6 Lokasi dan Waktu Penelitian................................................. 254.7 Prosedur dan Pengumpulan Data........................................... 254.8 Analisis Data.......................................................................... 264.9 Etika Penelitan....................................................................... 264.10 Keterbatasan........................................................................... 26

BAB 5 HASIL PENELITIAN 5. 1 Hasil Penelitian ................................................................................27

BAB 6 PEMBAHASAN 6. 1 Identifikasi kejadiaan Kistoma Ovarii di RSUD Dr. R Koesma Tuban..................................................................................................306. 2 Identifikasi Usia Pada Penderita Kistoma Ovarii di RSUD Dr. R Koesma Tuban ........................................................................316. 3 Identifikasi Paritas Pada Penderita Kistoma Ovarii di RSUD Dr. R Koesma Tuban......................................................................... 346. 4 Identifikasi Pendidikan Pada Penderita Kistoma Ovarii di RSUD

66

x

Page 68: Proposal Farid

Dr. R Koesma Tuban.........................................................................356. 5 Identifikasi Pekerjaan Pada Penderita Kistoma Ovarii di RSUD Dr. R Koesma Tuban.........................................................................37

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7. 1 Kesimpulan .......................................................................................397. 2 Saran..................................................................................................39

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................41LAMPIRAN

Daftar arti lambang, Singkatan dan istilah

Daftar arti lambang

% = Persen

/ = Per

- = Sampai

< = Kurang

> = Lebih

= = Sama Dengan

( = Buka Kurung

) = Tutup Kurung

= Jumlah

Daftar Singkatan

FSH = Follicle Stimulating Hormone

67

xi

Page 69: Proposal Farid

HCG = Human Chorionic Gonadotropin

LH = Luteinizing Hormone

RM = Rekam Medik

RSUD = Rumah Sakit Umum Daerah

68

xvi

Page 70: Proposal Farid

LEMBAR PENGESAHAN

Telah diuji dan disetujui Tim Penguji pada Ujian Sidang di Program Dploma III Kebidanan Akademi Kebidanan Nahdlatul Ulama Tuban

Tanggal : 15 September 2008

TIM PENGUJI

Penguji Tanda Tangan

Ketua : Eva Silviana R, SST NIK. 45115005

Anggota : 1. Miftahul Munir SKM, MKes NIK. 140 334 122

2. Supartini, SKM NIK. 45115001

MengetahuiProgram Diploma III Kebidanan

Akademi Kebidanan Nahdlatul Ulama Tuban

Direktur

MIFTAHUL MUNIR, SKM, M Kes

69

Page 71: Proposal Farid

NIP. 140 334 122

70