proposal draft kasar

26
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa depan suatu bangsa merupakan milik generasi muda namun meskipun demikian, masa depan itu tidaklah berdiri sendiri karena merupakan kelanjutan dari dari masa lalu dan masa sekarang, artinya masa depan merupakan representasi dari masa lalu. Oleh karena itu perlu adanya penyampaian kepeloporan-kepeloporan yang pernah dilakukan oleh generasi pendahulu khususnya yang telah menghasilkan sesuatu yang berguna terhadap kehidupan bangsa dan negara. Menurut teori Geertz seperti yang dikutip Burhan Magenda (2001:49-56) bahwa diperlukan lembaga-lembaga persatuan melalui state building sehingga ketika the founding fathers sudah meninggal, negara bangsa tetap bertahan dan tidak pecah. Adapun lembaga-lembaga tersebut diantaranya : birokrasi sipil dan militer, partai 1

Upload: raden-bimo-delta-force

Post on 12-Aug-2015

492 views

Category:

Documents


36 download

DESCRIPTION

Draft Proposal Bimbim

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Draft Kasar

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa depan suatu bangsa merupakan milik generasi muda namun

meskipun demikian, masa depan itu tidaklah berdiri sendiri karena merupakan

kelanjutan dari dari masa lalu dan masa sekarang, artinya masa depan merupakan

representasi dari masa lalu. Oleh karena itu perlu adanya penyampaian

kepeloporan-kepeloporan yang pernah dilakukan oleh generasi pendahulu

khususnya yang telah menghasilkan sesuatu yang berguna terhadap kehidupan

bangsa dan negara.

Menurut teori Geertz seperti yang dikutip Burhan Magenda (2001:49-56)

bahwa diperlukan lembaga-lembaga persatuan melalui state building sehingga

ketika the founding fathers sudah meninggal, negara bangsa tetap bertahan dan

tidak pecah. Adapun lembaga-lembaga tersebut diantaranya : birokrasi sipil dan

militer, partai politik, sistem pendidikan nasional, serta kemajuan komunikasi dan

transportasi serta identitas nasional yang merujuk pada karakter kolektif bangsa

dan dasar historis-kulturalnya. Setiap bangsa dianggap memiliki kaitan dengan

suatu budaya historis yang khas, cara tunggal dalam berpikir, bertindak, dan

berkomunikasi yang menjadi milik bersama bagi semua anggota bangsa (paling

tidak secara potensial) dan tidak dimiliki oleh non-anggota, karena non-anggota

tidak dapat memilikinya dan apabila budaya khas itu dilupakan atau tenggelam,

maka ia harus ditemukan, diingat dan dimunculkan kembali (Smith,2003:33-34).

1

Page 2: Proposal Draft Kasar

2

Jadi sejarah nasional berfungsi untuk melambangkan identitas bangsa serta untuk

melegitimasikan eksistensi negara nasional (Kartodirdjo,1999:29).

Paskhas merupakan pasukan yang berciri khas matra udara dan merupakan

bagian integral dan TNI AU yang bersama-sama Satuan lain di jajaran TNI AU

maupun jajaran TNI pada umumnya, terus mengemban tugas-tugas sejak

kelahirannya sampai sekarang. Prajurit-prajurit Paskhas yang dibekali dengan

kualifikasi Para Komando, disamping dituntut harus mampu dalam hal

kedirgantaraan (seperti pengoperasian pangkalan udara), juga dituntut mampu

berolah yudha dalam tiga media (Trimedia: di darat, laut dan udara). Hal ini telah

dibuktikan selama melaksanakan latihan dan tugas-tugas operasi bersama-sama

Satuan lain. Sebagai pasukan yang berciri khas matra udara dan berkemampuan

Para Komando, berarti prajurit-prajurit Paskhas bukan saja dituntut mampu dalam

olah fisik, tetapi juga harus mampu berolah pikir untuk dapat memahami hal-hal

yang berkaitan dengan teknologi kedirgantaraan. Paskhas adalah Pasukan Para

Komando Udara. Sebutan ini didasari atas tugas dan kualifikasi yang dimiliki oleh

Paskhas yaitu disamping sebagai prajurit yang dituntut menguasai tentang

kematra-udaraan juga dituntut untuk dapat bergerak sebagai pasukan Komando

sesuai dengan kualifikasinya. Prajurit Para Komando Udara dituntut mampu

memasuki daerah belakang lawan untuk mencapai posisi-posisi elemen Air Power

lawan dengan berbagai cara dan media.

Paskhas mempunyai ciri khusus tugas tambahan yang tidak dimiliki oleh

pasukan lain di lingkungan TNI yaitu Operasi Pembentukan dan Pengoperasian

Pangkalan Udara Depan (OP3UD) yaitu merebut dan mempertahankan pangkalan

Page 3: Proposal Draft Kasar

3

dan untuk selanjutnya menyiapkan pendaratan pesawat dan penerjunan pasukan

kawan. Korpaskhas terbagi dalam beberapa Spesialisasi yaitu :

1) Anti Teror (Den Bravo '90)

Detasemen Bravo 90 (disingkat Den Bravo-90) terbilang pasukan khusus

Indonesia yang paling muda pembentukannya. Baru dibentuk secara

terbatas di lingkungan Korps Pasukan Khas TNI-AU pada 1990, Bravo

berarti yang terbaik. Konsep pembentukannya merujuk kepada pemikiran

Jenderal Guilio Douchet: Lebih mudah dan lebih efektif menghancurkan

kekuatan udara lawan dengan cara menghancurkan pangkalan/instalasi

serta alutsista-nya di darat daripada harus bertempur di udara.1

2) Pengendali Tempur (Den Dalpur) dalam operasinya, tugas dan tanggung

jawabnya infiltrasi didaerah musuh melaksanakan intelijen untuk

selanjutnya menyiapkan bagi pendaratan pesawat kawan dan droping zone

penerjunan,

3) Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) Paskhas yang tergabung dalam

Batalyon Tim Pertempuran (BTP) merupakan pasukan infantri udara

ditujukan untuk merebut dan mempertahankan pangkalan udara dari

serangan musuh, melaksanakan serbuan ke daerah musuh yang menguasai

wilayah NKRI yang kemudian melaksanakan penghancuran kekuatan

musuh.

4) Pasukan Pertahanan Udara (Arhanud) Paskhas bertugas untuk

melaksanakan pertahanan udara di pangkalan-pangkalan TNI AU dan

1 http://tni-au.mil.id/content/detasemen-90-anti-teror-dan-pembajakan-udara-0(diakses pada tanggal 10 Mei 2012, pukul 19.00 WIB).

Page 4: Proposal Draft Kasar

4

obyek vital negara lainnya. Terdiri dari Batalyon Arhanud Mobile Paskhas

dan Detasemen-detasemen Hanud (Den Hanud) Paskhas di setiap

Pangkalan Udara Utama TNI AU serta Satuan Rudal (Sat Rudal) Paskhas

jarak menengah di setiap Kosek Hanudnas.2

5) Kompi Matra, terdiri dari Tim Pengendali Pangkalan (Dallan) dan Tim

SAR Tempur. Tim Dallan dalam operasinya melaksanakan tugas

pengendalian pangkalan udara yang telah berhasil dikuasai kembali oleh

Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) Paskhas yang tergabung dalam

BTP (Batalyon Tim Pertempuran) dan Pasukan Arhanud Paskhas. Tugas

Tim Dallan adalah mengaktifkan kembali Pangkalan Udara yang telah

hancur akibat pertempuran yaitu antara lain kegiatan dukungan

penerbangan meliputi : PLLU, Meteo, Banmin dan Zeni Lapangan untuk

memperbaiki sarana prasarana Pangkalan Udara yang telah hancur.

Berdasarkan pemikiran di atas, penulis tertarik untuk meneliti Batalyon

Paskhas 461 Cakra Bhaskara : Pasukan Payung Para Komando Udara Lanud

Halim Perdanakusuma (1947-1989). Sampai saat ini, peneliti belum menemukan

penelitian sejarah yang menulis tentang topik tersebut. Adapun penelitian sejarah

khusus mengenai sejarah Paskhas TNI-AU ditulis dalam sebuah buku karya

Budhy Santoso yang berjudul Baret Jingga : Pasukan Payung Pertama di

Indonesia. Kemudian penelitian yang membahas tentang sejarah TNI-AU juga

dilakukan oleh Humaidi yang berjudul Sikap AURI Dalam Konstelasi Politik

(1965-1966), mahasiswa program studi Pend. Sejarah UNJ tahun 2002.

2 http://tni-au.mil.id/content/korpaskhasau-0(diakses pada tanggal 10 Mei 2012, pukul 19.00 WIB).

Page 5: Proposal Draft Kasar

5

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan Batalyon Paskhas

461 Cakra Bhaskara : Pasukan Payung Para Komando Udara Lanud Halim

Perdanakusuma (1947-1989). dalam perjalanan sejarah militer Indonesia.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat serta memberikan sumbangan untuk

pengembangan tema-tema penulisan sejarah militer nasional, khususnya bagi

mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Jakarta.

B. Studi Pustaka

Embrio Paskhas terbentuk mulai bulan Juli 1947, saat Gubernur

Kalimantan Ir. Pangeran Mohamad Noor mengirim surat kepada KSAU Suryadi

Suryadarma agar menerjunkan pasukan payungnya di Kalimantan. Hal ini

mendapatkan sambutan positif dari KSAU, yang langsung memerintahkan

prajurit-prajurit AURI asli Kalimantan yang mengungsi ke Jawa untuk ikut dalam

misi tersebut. Jumlah anggota yang dilatih adalah 12 prajurit asal Kalimantan dan

2 prajurit asal Jawa. Dalam operasi ini yang ditunjuk sebagai komandan adalah

Mayor Tjilik Riwut.

Mengingat singkatnya waktu persiapan, para prajurit hanya mendapatkan

latihan di darat. Pesawat RI-002 yang membawa mereka segera berangkat pada

pagi hari tanggal 17 Oktober 1947, dengan penerbang Bob Freeberg, kopilot

Opsir Udara III Makmur Suhodo dan jumping master Opsir Muda Udara III Amir

Page 6: Proposal Draft Kasar

6

Hamzah, Tjilik Riwut yang asli Kalimantan bertindak sebagai penunjuk ke arah

titik penerjunan.

Akhirnya hanya 13 prajurit yang melaksanakan penerjunan, karena satu

prajurit mengundurkan diri. Semua prajurit berhasil mendarat dengan selamat

dan bergerilya. Setelah sebulan bergerilya, 3 prajurit gugur dalam pertempuran

dan yang lainnya tertangkap Belanda. Ketiga prajurit yang gugur adalah Kapten

Udara Anumerta Harri Hadisumantri, Letnan Udara II Anumerta Iskandar, dan

Sersan Mayor Udara Anumerta Achmad Kosasih.3

Korps Pasukan Khas TNI AU disingkat Korpaskhasau, merupakan satu

jenis pasukan khusus yang dimiliki TNI AU. Sama seperti satuan lainnya di TNI

AD dan TNI AL, Paskhas merupakan satuan tempur darat berkemampuan tiga

matra: laut, darat, udara. Hanya saja dalam operasi, tugas dan tanggungjawab,

Paskhas lebih ditujukan untuk merebut dan mempertahankan pangkalan udara dari

serangan musuh, untuk selanjutnya menyiapkan bagi pendaratan pesawat teman.

Dalam buku bilingual (dua bahasa) Baret Jingga Pasukan Payung Pertama di

Indonesia (1999) yang diterbitkan Korps Pasukan Khas TNI AU, kemampuan satu

ini disebut Operasi Pembentukan dan Pengoperasi Pangkalan Udara Depan

(OP3UD).4

Sejarah Paskhas sebagai pasukan payung pertama hampir setua Republik

ini. Operasi penyusupan lewat udara oleh 14 penerjun pada 17 Oktober 1947 di

Kotawaringin, Kalimantan, ditandai sebagai hari keramat kelahiran Paskhas. Di

3 Nana Nurliana Suyono dkk, Awal Kedirgantaraan di Indonesia : Perjuangan AURI 1945-1950, (Yayasan Obor Indonesia, 2008), hh. 116-117.4 Budhy Santoso, Baret Jingga : Pasukan Payung Pertama di Indonesia, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1999), h. 51.

Page 7: Proposal Draft Kasar

7

awal usia TNI AU (lahir 9 April 1946), pasukan payung ini disebut Pasukan

Pertahanan Pangkalan (PPP). April 1952, kekuatan AURI diperkuat dengan

dibentuk lagi Pasukan Gerak Tjepat (PGT).

Tugas pokok yang diemban Skadron 461 Paskhas juga disesuaikan dengan

status Paskhas sebagai Kotamabin TNI AU. Sejalan dengan tugas pokok tersebut,

maka Skadron 461 Paskhas juga berkewajiban untuk menyelenggarakan fungsi

sebagai satuan pemukul yang berkedudukan di Jakarta untuk mendukung tugas-

tugas Korpaskhas, TNI AU dan TNI pada umumnya.

Berdasarkan Keputusan Kasau Nomor : Kep/5/III/1999 tanggal 16 Maret

1999 terutama pada Pasal 2 Lampiran “IV-4” dari Keputusan tersebut bahwa :

“Skadron Paskhas bertugas untuk mengamankan dan mempertahankan

Pangkalan / Alutsista / Instalasi TNI Angkatan Udara, Pengendalian Tempur,

Pengendalian Pangkalan, Pengendalian Udara Depan, Pengendalian Pangkalan

Udara Depan, SAR Tempur serta tugas-tugas lain sesuai kebijakan Panglima

TNI”.

Sesuai dengan tugas pokok tersebut, maka Skadron 461 Paskhas juga

harus melaksanakan fungsi-fungsinya. Berdasarkan Keputusan Kasau Nomor :

Kep/5/III/1999 tanggal 16 Maret 1999 terutama pada Pasal 3 Lampiran “IV-4”

dari Keputusan tersebut juga disebutkan bahwa :

Dalam rangka pelaksanaan tugas tersebut pada Pasal 2 di atas, Skadron

Paskhas menyelenggarakan fungsi-fungsi sebagai berikut :

a) Menyusun rencana dan program rencana serta program pembinaan

Skadron Paskhas berdasarkan rencana dan program Wing I Paskhas.

Page 8: Proposal Draft Kasar

8

b) Menyiapkan kemampuan dan kekuatan Skadron termasuk alat

peralatannya untuk menjamin terlaksananya tugas pokok dengan

melaksanakan latihan yang diprogramkan.

c) Menyiapkan Satuan untuk tugas pengamanan dan pertahanan Pangkalan /

Alutsista / Instalasi TNI Angkatan Udara.

d) Melaksanakan operasi-operasi udara meliputi Pengendalian Tempur,

Pengendalian Pangkalan, Pengendalian Udara Depan, Pengendalian

Pangkalan Udara Depan dan SAR Tempur.

e) Melaksanakan Operasi Perebutan dan Pengendalian Pangkalan Udara

(OP3U).

f) Melaksanakan operasi-operasi lain sesuai dengan kebijakan Panglima TNI

baik dalam operasi Pertahanan maupun operasi Kamdagri serta tugas-tugas

TNI lainnya.

g) Melaksanakan koordinasi dan kerja sama dengan Komando Atas/Samping

dan instalasi lain baik di dalam maupun di luar Wing Paskhas untuk

kepentingan pelaksanaan tugasnya sesuai lingkup dan tingkat

kewenangannya.

h) Mengajukan pertimbangan dan saran kepada Komandan Wing I Paskhas

khususnya mengenai hal-hal yang berhubungan dengan bidang tugasnya.

Rencana mengembangkan Paskhas menjadi 10 Skadron di seluruh wilayah

udara Indonesia dengan jumlah personel dua kali lipat dari sekarang, tetap

menjadi “energi” bagi Paskhas untuk terus membenahi diri. Setidaknya sampai

saat ini, pola penempatan Paskhas masih mengikuti pola penggelaran alutsista

Page 9: Proposal Draft Kasar

9

TNI AU, dalam hal ini pesawat terbang. Konsep pasukan payung Para Komando

Udara TNI AU masa depan merupakan gabungan kekuatan kesamaptaan serta

intelijensia prajurit dengan tetap mencarikan garis temu antara konsep

konvensional dan inkonvensional.5

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Penelitian ini difokuskan di Jakarta sebagai pusat komando militer dan

pertahanan negara khususnya pertahanan udara nasional, mencakup masa 1947-

1989. Batasan awal dari penelitian adalah tahun 1947 yang merupakan masa awal

pembentukan Paskhas TNI-AU. Sedangkan sebagai batas akhir dari penelitian ini

adalah tahun 1989 yang merupakan masa perkembangan organisasi Paskhas TNI-

AU khususnya masa pembentukan dan perkembangan Batalyon Paskhas 461

Cakra Bhaskara Lanud Halim Perdanakusuma.

2. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dalam kajian penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana proses pembentukan dan perkembangan organisasi

Batalyon Paskhas 461 Cakra Bhaskara : Pasukan Payung Para

Komando Udara Lanud Halim Perdanakusuma ?

b. Bagaimana prestasi Batalyon Paskhas 461 Cakra Bhaskara : Pasukan

Payung Para Komando Udara Lanud Halim Perdanakusuma dalam

perjalanan sejarah militer di Indonesia?

5 Ibid., h. 368.

Page 10: Proposal Draft Kasar

10

c. Bagaimana strategi dan pengembangan postur ideal organisasi

Batalyon Paskhas 461 Cakra Bhaskara : Pasukan Payung Para

Komando Udara Lanud Halim Perdanakusuma di masa depan?

D. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan metode sejarah/historis dengan data

yang didapat dari hasil wawancara, disajikan secara deskriptif naratif yang lebih

banyak menguraikan kajian dalam dimensi ruang dan waktu.

Sesuai dengan kaidah-kaidah penelitian sejarah, metode sejarah

mempunyai empat tahapan yaitu heuristik atau pengumpulan sumber yang

berkaitan dengan penelitian, kritik, interpretasi dan penulisan atau historiografi.

Penelitian ini berkaitan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Pertama, tahap heuristik dimana peneliti mencari sumber-sumber yang

berkaitan dengan Paskhas TNI-AU, upaya dalam mengumpulkan sumber

penelitian yaitu melalui buku-buku, artikel, majalah, dan surat kabar yang relevan

dengan topik permasalahan dalam penelitian yang merupakan sumber sekunder.

Dalam penelitian ini pun juga diambil sumber primer melalui wawancara dengan

pihak Markas Besar TNI-AU, Korps Paskhas TNI-AU, dan pihak terkait lainnya.

Kedua, dalam tahap kritik akan dilakukan pengujian terhadap sumber yang

didapat. Langkah ini dilakukan dengan dua cara, yaitu kritik intern dan ekstern.

Ketiga, pada tahap interpretasi, fakta-fakta yang telah didapat selanjutnya

dianalisis berdasarkan pemahaman dan logika penelitian.

Page 11: Proposal Draft Kasar

11

Terakhir, pada tahap penelitian mengungkapkan hasil penelitian dalam

bentuk tulisan yang sistematik, logis dan jelas sesuai dengan kaidah penelitian

ilmiah.

E. Bahan Sumber

Penelitian ini menggunakan sumber primer dan sekunder. Sumber primer

yang digunakan diambil dari Markas Besar Tentara Nasional Indonesia Angkatan

Udara, Markas Komando Korps Pasukan Khas TNI Angkatan Udara, Pusat

Sejarah dan Tradisi TNI (Pusjarah TNI) dan Arsip Nasional Republik Indonesia

(ANRI). Sumber sekunder yang digunakan berasal dari buku-buku, maupun

artikel internet.

F. Daftar Pustaka Sementara

Arsip / Dokumen

Arsip Sekretariat Negara RI No.969, tentang Laporan Pendaratan Tentara

Page 12: Proposal Draft Kasar

12

Payung di Kalimantan. Arsip Nasional Republik Indonesia.

Arsip Kabinet Presiden RI No.2137, tentang Surat Rentjana Latihan Bahaja Udara Fase ke II Pada tanggal 3 Juli 1958. Arsip Nasional Republik Indonesia.

Arsip Kabinet Presiden RI No.389, tentang Laporan Peristiwa AURI di P.U. Halim Perdanakusuma pada tanggal 12 Januari 1956. Arsip Nasional Republik Indonesia.

Buku

Bakrie, Conny Rahakundini, Pertahanan Negara dan Postur TNI Ideal. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2007.

Basarah, Saleh. Sumbangan Pikiran dalam Sarasehan Komando Paskhas TNI-AU Pada Tanggal 26 Juli 1996 (Lembar Ceramah). Jakarta: Korpaskhas TNIAngkatan Udara, 1996.

Beaufre, Andre. Sebuah Pengantar ke Strategi. New York: Rederick Praeger,1986.

Devlin, Gerard M. Paratrooper. London: Robson Books, 1979.

Djati, Poengky Poernomo. Peranan Angkatan Udara Republik Indonesia dalam Pelaksanaan Konfrontasi dengan Malaysia Tahun 1963. Jakarta: Sub Direktorat Sejarah Ditwatpersau Mabes TNI-AU, 1992.

Gregory, Barry. Aircraft of Airborne Forces. New York: Blanford Press, 1939.

Hearn, Peter. The Sky People a History of Parachuting. San Fransisco: Air Life Publisher, 1996.

Kolat Teak Iron. Petunjuk Lapangan Pasukan Khas TNI Angkatan Udara tentang Prosedur Pelaksanaan HAHO. Bandung: Korpaskhas TNI-AU, 1997.

Mabes TNI. TNI Abad XXI, Redefinisi Reposisi dan Reaktualisasi Peran TNI Dalam Kehidupan Bangsa. Jakarta: CV. Jasa Bima, 1999

Muhaimin, Yahya A. Perkembangan Militer dalam Politik Indonesia, Jogyakarta : UGM Press, 1982.

Mu’min, Umar. Butir-Butir Kenangan Pasukan Gerak Tjepat (PGT). Bandung: Korpaskhas TNI-AU, 1997.

Prabowo, J.S. Pokok-Pokok Pemikiran Tentang Perang Semesta.

Page 13: Proposal Draft Kasar

13

Samego, Indria. Sistem Pertahanan Keamanan Negara, Analisis Potensi dan Problem, Jakarta: The Habibie Center, 2001.

Santoso, Budhi. Baret Jingga : Pasukan Payung Pertama di Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama & Korpaskhas TNI-AU, 1999.

Soedjono, H.M. Kisah Penerjunan Soedjono dan Soekotjo di Maguwo Tahun 1946 (tulisan tangan). Jakarta: Korpaskhas TNI-AU, 1998.

Sribawa, Sugiarta. Operasi Pasukan Payung 1947. Jakarta: 1990.

Subandi, I Ketut. Triwarsa Kopasgat.Sejarah Komando Pasukan Gerak Tjepat TNI Angkatan Udara. Jakarta: Dinas Sejarah TNI-AU, 1977.

Subroto, Hendro. Operasi Banteng II (Banteng Merah). Jakarta: 1998.

Subroto, Hendro. Saksi Mata Perjuangan Integrasi Timor-Timur. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996.

Sudjito. Pasukan Pertahanan dan Lapangan Terbang dalam Pengabdian Sejak TKR Djawatan Penerbangan. Jakarta: Korpaskhas TNI-AU, 1997.

Sumardjo. Operasi Penerjunan Pasukan 17 Oktober 1947 di Kalimantan. Bandung: 1994

Sutrisno. Marsekal TNI Suryadi Suryadarma. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaaan, 1985

Suyono, Nana Nurlaiana.dkk. Awal Kedirgantaraan di Indonesia : Perjuangan AURI 1945-1950. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2008.

Tim Penulis. 50 Tahun Emas Pengabdian TNI Angkatan Udara. Jakarta: Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara, 1996.

Tim Penulis. Daftar Istilah di Lingkungan Paskhasau. Bandung: Pusat Pasukan Khas TNI Angkatan Udara, 1990.

Tim Penulis. Karya Juang Brigade Infanteri Lintas Udara 17 Kujang (1977-1996). Jakarta: Brigade Infanteri Lintas Udara 17 Kujang, 1996.

Tim Penulis. Lintasan Sejarah Skadron 461 Paskhas Cakra Bhaskara: Liku-liku Perjalanan Panjangmu. Jakarta: Korpaskhas TNI-AU.

Tim Penulis. Perjuangan AURI dalam TRIKORA. Jakarta: Direktorat Sejarah Ditwatpersau TNI-AU, 1996.

Page 14: Proposal Draft Kasar

14

Tim Penulis. Program Pengajaran Kurikulum Jumping Master. Jakarta: Mabes TNI-AU, 1987.

Tim Penulis Dinas Sejarah Pasukan TNI Angkatan Udara. Sejarah Komando Pasukan Gerak Tjepat (Kopasgat) TNI Angkatan Udara. Jakarta: Disjarah Pasukan TNI-AU, 1977.

Trihadi. Sejarah Perkembangan Angkatan Udara. Jakarta: Pusat Sejarah dan Tradisi ABRI, 1971

Quarrie, Bruce. Airborne Assault. Wellingborough: Patrick Stephens Ltd, 1991.

Artikel Internet

http://tni-au.mil.id/content/detasemen-90-anti-teror-dan-pembajakan-udara(diakses pada tanggal 10 Mei 2012, pukul 19.00 WIB).

http://tni-au.mil.id/content/korpaskhasau(diakses pada tanggal 10 Mei 2012, pukul 19.00 WIB).

DAFTAR LAMPIRAN

Page 15: Proposal Draft Kasar

15

Arsip Sekretariat Negara RI No.969, tentang Laporan Pendaratan Tentara Payung di Kalimantan. Arsip Nasional Republik Indonesia.

Arsip ini menjelaskan tentang laporan yang disusun oleh pihak

Kementrian Pertahanan melalui Mabes TNI-AU yang ketika itu melaporkan

operasi pendaratan tentara payung di Kalimantan pada bulan Juli 1947.

Operasi pendaratan tentara payung ini dilakukan dalam rangka membantu

Gubernur Kalimantan Ir. Pangeran Mohamad Noor setelah mengirim surat kepada

KSAU Suryadi Suryadarma agar menerjunkan pasukan payungnya di Kalimantan.

Hal ini mendapatkan sambutan positif dari KSAU, yang langsung memerintahkan

prajurit-prajurit AURI asli Kalimantan yang mengungsi ke Jawa untuk ikut dalam

misi tersebut. Jumlah anggota yang dilatih adalah 12 prajurit asal Kalimantan dan

2 prajurit asal Jawa. Dalam operasi ini yang ditunjuk sebagai komandan adalah

Mayor Tjilik Riwut.

Melalui dokumen ini dapat dikatakan sebagai sumber tertulis yang

menjelaskan operasi pendaratan tentara payung sekaligus menjadi embrio

pembentukan pasukan payung pertama yang nantinya bernama Paskhas TNI-AU.

Arsip Kabinet Presiden RI No.2137, tentang Surat Rentjana Latihan Bahaja Udara Fase ke II Pada tanggal 3 Juli 1958. Arsip Nasional Republik Indonesia.

Arsip ini menjelaskan tentang isi surat bahwa akan dilaksanakan kegiatan

latihan bahaya udara fase ke II tanggal 3 Juli 1958. Arsip ini juga menggambarkan

situasi ketika itu dalam menghadapi ancaman keamanan negara terutama yang

dilakukan oleh Belanda. Oleh karena itu pihak Mabes TNI-AU ketika itu

merencanakan untuk melaksanakan latihan bahaya udara untuk meningkatkan

Page 16: Proposal Draft Kasar

16

kesiapsiagaan menghadapi segala kemungkinan bahaya yang mengancam

keamanan dan kedaulatan negara khususnya bahaya serangan udara.

Melalui dokumen arsip ini dapat diketahui bahwa pada 3 Juli 1958, pihak

AURI telah merencanakan suatu latihan bahaya udara untuk meningkatkan

kemampuan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi berbagai kemungkinan

ancaman terhadap keamanan negara. Periode itu juga disebut masa revolusi

mempertahankan kemerdekaan Indonesia pasca Proklamasi. Oleh karena itu

dengan adanya arsip ini menjadi suatu petunjuk tentang adanya upaya pertahanan

yang dilakukan AURI untuk pertahanan negara.

Arsip Kabinet Presiden RI No.389, tentang Laporan Peristiwa AURI di P.U. Halim Perdanakusuma pada tanggal 12 Januari 1956. Arsip Nasional Republik Indonesia.

Arsip ini menjelaskan tentang laporan peristiwa AURI di Pangkalan Udara

Halim Perdanakusuma pada 12 Januari 1956, yang berisi bahwa Pasukan Gerak

Tjepat (PGT) dan Pasukan Pertahanan Pangkalan (PPP) adalah alat negara dan

bukan alat Laksamana Suryadi Suryadarma dan Mayor Wijadinat. Kemudian

adanya tuntutan agar menggagalkan pelantikan Komodor Mayor Udara (KMU) H.

Soejono. Maksud dari isi arsip ini adalah dengan dibuatnya surat ini untuk

menghindari pertumpahan darah diantara sesama pasukan dan agar Mayor Udara

Wirjadinata dipindahtugaskan dari Pangkalan Udara (PU) Husein Sastranegara.