proposal audit-fix (1)
TRANSCRIPT
PROPOSAL
PENGARUH GENDER DAN PROFESIONALISME TERHADAP AUDIT
JUDGMENT PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK
DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
KELOMPOK 3
Nadya Ike Feronike 070416626
Tania Hana Liliana 090417681
Agnes Hartanti 100418285
Febriantina Clara F 100418366
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
2013
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akuntan adalah suatu profesi yang salah satu tugasnya adalah melaksanakan audit
terhadap laporan keuangan sebuah entitas dan memberikan opini terhadap saldo akun dalam
laporan keuangan apakah telah disajikan secara wajar sesuai dengan standar akuntansi
keuangan atau prinsip akuntansi yang berlaku umum; dan standar atau prinsip tersebut di
terabkan secara konsisten. Auditor membutuhkan judgment dalam melaksakan tugas. Seorang
auditor dalam proses audit memberikan opini dengan judgment yang didasarkan pada
kejadian masa lalu, sekarang dan yang akan datang. Beberapa hasil penelitian dalam bidang
audit menunjukan bahwa ada berbagai variasi faktor individual yang mempengaruhi
judgment dalam melaksakan review selama proses pelaksanaan audit (Salomon dan Shields,
1995 dalam Zulaikha, 2006).
Di dalam masyarakat patriaki, wanita sering ditempatkan pada subordinat, sedangkan
laki-laki menduduki superordinat sehingga wanita sering dianggap lemah. (Chung and
Monroe, 2001 dalam Zulaikha 2006) menyatakan bahwa perempuan dapat lebih efesien dan
efektif dalam memproses informasi dalam tugas yang kompleks dibanding laki laki di
karenakan perempuan lebih memiliki kemampuan untuk membedakan dan mengintegrasikan
kunci keputusan. Masih dalam literatur sama, dinyatakan bukti bahwa laki laki relatif kurang
mendalam dalam menganalisis inti dari suatu keputusan. Namun pengaruh gender terhadap
pemrosesan informasi dan judgment belum banyak teruji dalam konteks penugasan audit.
Penelitian ini di motivasi oleh suatu alasan yaitu berbagai penelitian sebelumnya
menunjukan hasil yang tidak konsisten. Hartanto, 1999 dalam Jamilah et al, 2007
mengatakan bahwa gender tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment.
Thoma dalam Hartanto (1999) dalam Jamilah et al, 2007 mengatakan bahwa gender sangat
kecil pengaruhnya terhadap judgment yang di ambil oleh auditor. Selain itu penelitian yang
dilakukan oleh Trisnaningsih dan Iswati (2003) dalam Jamilah et al, 2007 mengatakan bahwa
tidak ada perbedaan kinerja auditor dilihat dari segi gender. Hasil penelitian chung and
Monroe, 2001 dalam Zulaikha et al, 2006 mengatakan bahwa gender berpengaruh secara
signifikan terhadap judgment yang diambil oleh auditor. Peneliti juga mengurangi satu
variabel independen yaitu pengalaman dalam penelitian ini. Oleh karena itu penelitian ini
dimaksudkan untuk menguji konsistensi terhadap audit judgment.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah gender berpengaruh terhadap audit judgmnet pada Kantor Akuntan Publik di
Daerah Istimewa Yogyakarta?
2. Apakah profesionalisme berpengaruh terhadap audit judgmnet pada Kantor Akuntan
Publik di Daerah Istimewa Yogyakarta?.
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh gender terhadap audit judgment pada Kantor Akuntan
Publik di Daerah Istimewa Yogyakarta.
2. Untuk mengetahui pengaruh profesionalisme terhadap audit judgment pada Kantor
Akuntan Publik di Daerah Istimewa Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti, menambah pengetahuan mengenai pengaruh gender dan
profesionalisme terhadap audit judgmenti pada Kantor Akuntan Publik di Daerah
Istimewa Yogyakarta.
2. Bagi penelitian selanjutnya, dapat memberikan kontribusi yaitu sebagai referensi
pengetahuan untuk penelitian lebih lanjut mengenai permasalahan ini.
3. Memberikan tambahan bukti empiris, khususnya pengaruh gender, pengalaman audit
dan profesionalisme terhadap audit judgment pada Kantor Akuntan Publik di Daerah
Istimewa Yogyakarta
II. LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 Pengertian Auditing
2.1.1 Pengertian Auditing
“Report of the Committee on Basic Auditing Concepts of the American Accounting
Assosiation”(Accounting Review, vol. 47 di dalam Boyton 2002) memberikan definisi
auditing sebagai “suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti
secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi dengan tujuan
menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan”
Beberapa cirri penting yang ada dalam definisi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Suatu proses sistematis berupa serngkaian langkah atau prosedur yang logis dan
terstruktur, terorganisir. Auditing Standards Board menerbitkan Generally Accepted
Auditing Standard.
b. Memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objectif berarti memriksa dasar asersi serta
mengevaluasi hasil pemeriksaan tersebut tanpa memihak dan berprasangka, baik untuk
tau terhadap perorangan (atau entitas) yang membuat asersi tersebut.
c. Asersi tentang kegiatan dan peristiwa ekonomi merupakan representasi yang dibuat
oleh perorangan atau entitas. Asersi ini merupakan subjek pokok yang dibuat oleh
auditing. Asersi meliputi laporan operasi intern, Surat Pemberitauan Pajak.
d. Derajat kesesuaian menunjuk pada kedekatan dimana asersi dapat diidentifikasi dan
dibandingkan dengan kroteria yang telah ditetapkan. Ekspresi kesesuaian dapat
berbentuk kuantitas seperti jumlah kekurangandana kas kecil.
e. Kriteria yang ditetapkan adalah standar-standar yang digunkan sebagai dasar untuk
menilai asersi atau peryataankriteria dapat berupa aturan-aturan yang ditetapkan secar
spesifik.
f. Penyampaian hasil diperoleh melalui laporan yang tertulis yang menunjuk derajat
kesesuaian antara asersi dan criteria yang telah ditetapkan.
g. Pihak-pihak yang berkepentingan adalah mereka yang menggunakan (atau
mengandalkan temuan-temuan audior. Dalam lingkungan bisnis, mereka adalah para
pemegang saham, manajemen, kreditor, kantor pemerintah dan masyarakat luas.
2.1. Jenis-Jenis Auditor
Menurut Boyton, Johson dan kell, para professional ditugaskan untuk melakukan
audit atas kegiatanatau peristiwa ekonomi bagi perorangan dan entitas resmi, pada umumnya
diklasifikasikan dalam tiga kelompok, yaitu:
1. Auditor Independen.
Auditor independen di Amerika Serikat biasanya adalah CPA yang bertindak
sebagai praktisi perorangan ataupun anggota kantor akuntan public yang memberikan jasa
auditing professional kepada klien. Pada umumnya lisensi diberikan kepada mereka yang
telah lulus ujian persamaan CPA serta memiliki pengalaman praktik dalam bidang auditing.
Karena pendidikan dan pelatihan serta pengalaman yang mereka miliki, auditor independen
mempunyai kualifikasi untuk melaksanak setiap jenis tugas audit. Klien berasal dari
perusahaan bisnis yang berorientasi pada laba, organisasi nirlaba, kantor pemerintah tau
perorangan. Auditor independen bekerja berdasarkan fee, namun seorang auditor
independen diharapkan bersikap independen terhdap klien mereka.
2. Auditor Internal
Auditor Internal adalah pegawai dari organisasi yang diaudit. Auditor jenis ini
melibatkan diri dalam suatu kegiatan penilaian independen yang dinamakan audit internal
dalam lingkungan organisasi sebagaisuatu bentuk jasa bagi organisasi. Tujuan audit internal
adalah untuk membantu manajemen organisasi dalam memberikan pertanggungjawaban
yang efektif. Lingkup fungsi auditor internal meliputi semua tahap dalam kegiatan
organisasi. Para auditor internal melibatkan diri pada kepatuhan dan operasional, tetapi
pekerjaan auditor internal juga sebagai pelengkap pekerjaan auditot independen. Auditor
Internal kebanyakan merupakan pemegang sertifikat yang disebut Certified Internal auditor
(CIA) yang sebagian juga bersertifikat CPA.
3. Auditor Pemerintah
Auditor pemerintah dipekerjakan oleh berbagai kantor pemerintahan. Audior
pemerintah bertugas pada lingkup kegiatan audit yang kuas termasuk melakukan audit
laporan keuangan, audit kepatuhan dan audit operasional.
2.3.2 Tahapan dalam Audit
Menurut Boynton, Johnson, dan Kell (2002), audit judgment mempengaruhi
empat tahapan dalam audit yaitu:
a. Tahap menerima dan mempertahankan klien.
Auditor hendaknya mempertimbangkan apakah akan menggunakan jasa
konsultasi dan spesialis untuk membantu tim audit dalam melaksaksan audit.
b. Tahap perencanaan audit.
Auditor harus mempertimbangkan tingkat matrealitas untuk mengevaluasi
apakah laporan keuangan secara keseluruhan telah disajikan secara wajar sesuai
dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
c. Tahap melaksanakan pengujian audit
Auditor harus mempertimbangkan prosedur analisis apa yang akan di gunakan
oleh auditor dalam melakukan pengujian audit karena pengujian ini di lakukan
untuk memperoleh bukti mengenai asersi tertentu yang berhubungan dengan saldo
akun atau transaksi.
d. Tahap melaporkan temuan
Auditor harus mempertimbangkan apakah terdapat kecurangan yang dilakukan
oleh pihak klien dalam laporan keuangannya.
2.3 Audit Judgment
2.3.1 Pengertian Audit Jugment
Menurut Boynton (2002), ketepatan judgment yang di hasilkan oleh auditor
dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya memberikan pengaruh dignifikan terhadap
opini akan dihasilkannya sehingga secara tidak langsung juga akan mempengaruhi
tempat atau tindakan keputusan yang akan di ambil oleh pihak luar perusahaan yang
mengandalkan laporan keuangan auditan sebagai acuan sehingga dapat dikatakan
bahwa judgment merupakan aktivitas pusat dalam melaksanakan pekerjaan audit.
Professional judgment auditor merupakan hal yang sangat penting dalam melakukan
proses audit. Hasil akhir dari keseluruhan proses audit dapat dikatakan sebagian besar
bergantung dari judgment yang digunakannya.
2.4 Gender
2.4.1 Pengertian Gender
Di dalam kehidupan masyarakat, norma sosial mengacu pada norma
tradisional dan perilaku yang sesuai dengan jenis kelaminnya diharapkan oleh
masyarakat, dimana laki-laki lebih diharapkan lebih kuat, dominant sementara
perempuan seharusnya mempunyai sifat merawat, sensitif, dan ekspresif. Di dalam
Jamilah et al, (2007), gender merupakan konsep kultural yang berupaya membuat
pembedaan dalam hal peran, perilaku, mentalitas dan karakteristik emosional antara
laki-laki dan perempuan yang berkembang dimasyarakat.
2.6 Profesionalisme Audit
2.6.1 Pengertian Profesionalisme Audit
Menurut Boyton, Johson dank ell didalam buku Modern Auditing edisi
ketujuh, etika professional harus lebih dari sekedar prinsip-prinsip moral. Etika
professional meliputi standar perilaku bagi seorang professional yang dirancang untuk
tujuan praktis dan idelaistik, sedangkan kode etik professional dapat dirancang
sebagian untuk mendorong perilaku yang ideal. Menurut Kalbers dan Forgarty, 1995
dalam Hendro dan Aida, 2006, profesi merupakan jenis pekerjaan yang memenuhi
beberapa kriteria sedangkan profesionalisme merupakan suatu atribut individual yang
penting tanpa melihat suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak
2.6.2 Dimensi Profesionalisme
Menurut Hal, 1968 dalam Hendro dan Aida 2006 terdapat lima dimensi
profesionalisme, yaitu:
a. Pengabdian pada profesi
Pengabdian pada profesi dicerminkan dari dedikasi profesionalisme dengan
menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki. Keteguhan untuk tetap
melaksankan pekerjaan meskipun imbalan ekstrinsik kurang. Sikap ini
adalahekspresi dari pencurahan diri total terhadap pekerjaan. Pekerjaan
didefinisikan sebagai tujuan, bukan hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Totalitas ini sudah menjadi komitmen pribadi sehingga kompensasi utama yang
diharapkan dari pekerjaan adalah kepuasan rohani, kemudian materi.
b. Kewajiban sosial.
Kewajiban sosial adalah pengalaman tentang pentingnya peranan profesi dan
manfaat yang diperoleh baik masyarkat maupun professional karena adanya
pekerjaan tersebut.
c. Kemandirian.
Kemandirian disini memiliki maksud sebagai suatu pandangan seseorang yang
professional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak
lain (pemerintah, klien dan bukan anggota profesi). Setiap ada campur tangan dari
luar dianggap sebagai hambatan kemandirian secara professional.
d. Keyakinan terhadap peraturan Profesi
Keyakinan terhadap profesi adalah suatu keyakinan bahwa yang paling
berwenang menilai pekerjaan professional adalah rekan sesame profesi, bukan
orang luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilu dan pekerjaan
mereka.
e. Hubungan dengan sesama profesi
Hubungan dengan sesame profesi adalah menggunakan ikatan profei sebagai
acuan termasuk didalamnya organisasi formal dan kelompok kolega informal
sebagai ide dalam pekerjaan. Melalui ikatan profesi ini para professional
membangun kesadaran professional.
2.6.3 Prinsip Perilaku Profesionalisme
Didalam Profesi Akuntan Publik (IAPI), seksi 150 mengenai Prinsip Perilaku
Profesional, sebagai berikut:
150.1 prinsip perilaku professional mewajibkan setiap praktisi untuk mematuhi
setiapa ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku serta menghindari setiap
tindakan yang dapat mendeskritkan profesi. Hal ini mencangkup setiap
tindakan yang dapat mengakibatkan terciptanya kesimpulan yang negatif oleh
pihak ketiga yang rasional dan memiliki pengetahuan mengenai semua
informasi yang relevan yang dapat menurunkan reputasi profesi.
150.2 Dalam memasarkan dan mempromosikan diri dan pekerjaannya setiap praktisi
tidak boleh merendahkan martabat profesi. Setiap praktisi harus bersikap jujur
dan tidak boleh bersikap atau melakukan tindakan sebagai berikut:
a. Membuat pernyataan yang berlebihan smengenai jasa professional yang
dapat diberikan, kualifiksi yang dimiliki atau pengalaman yang telah
diperoleh; atau
b. Membuat pernyataan yang merendahkan atau melakukan perbandingan
yang tidak mendukung bukti terhadap hasil pekerjaan Praktisi lain.
2.7 Hipotesis
2.8.1 Pengaruh Gender Terhadap Audit Judgment
Profesi akuntan tidak terlepas dari gender. Saat ini auditor tidak hanya laki-
laki, tetapi juga wanita sudah banyak menjadi auditor. Perempuan dapat lebih efesien
dan efektif dalam memproses informasi dalam tugas yang kompleks dibanding laki
laki di karenakan perempuan lebih memiliki kemampuan untuk membedakan dan
mengintegrasikan kunci keputusan. Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat
dikemukakan hipotesis sebagai berikut:
H1: Gender berpengaruh terhadap audit judgment di KAP Yogyakarta
2.8.2 Pengaruh Profesionalisme Audit Terhadap Audit Judgment
Profesionalisme berkaitan dengan sikap auditor dalam melaksanakan
penugasan audit. Profesionalisme auditor berkaitan dengan pertimbangan dari semua
proses. Pertimbangan yang dihasilkan oleh auditor inilah yang akan digunakan untuk
melakukan proses audit terhadap laporan keuangan. Berdasarkan penjelasan diatas,
maka dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut:
H2: Profesionalisme audit berpengaruh terhadap audit judgment di KAP Yogyakarta
2.8 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
III. METODE PENELITIAN
GENDER
PROFESIONALIME
AUDIT JUDGMENT
3.1 Populasi dan Sampel
Menurut Sugiyono (2002:72), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi yang diteliti dalam
penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada 9 (Sembilan) KAP di Yogyakarta. Alasan
pemilihan Yogyakarta sebagai lokasi penelitian karena banyak perusahaan-perusahaan yang
berdiri dan bersaing di Yogyakarta yang tentunya untuk menumbuhkan kepercayaan dari
masyarakat perusahaan-perusahaan tersebut membutuhkan jasa auditor, sehingga ketepatan
auditor dalam pembuatan audit judgment sangat diperlukan. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah purposive sampling dengan mengambil sampel dari populasi
berdasarkan suatu kriteria tertentu. Adapun penentuan kriteria-kriteria penentuan sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Responden tidak dibatasi oleh jabatan auditor pada KAP ( baik partner, junior, maupun
senior) sehingga semua auidtor yang bekerja di kantor akuntan publik dapat diikutsertakan
sebagai responden.
2. Mempunyai pengalaman bekerja di kantor akuntan publik minimal 2 tahun.
Berdasarkan kriteria-kriteria penentuan sampel yang telah ditentukan, maka KAP
yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
No. Nama KAP Alamat Jumlah
auditor
1 KAP DRS. BISMAR,
MUNTALIB & YUNUS
Jl. Soka No.24 Baciro 9
2 KAP Drs. HENRY & SUGENG Jl. Gajah Mada No.22 10
3 KAP Drs. INARESJZ
KEMALAWARTA
Jl. Ringin Putih No.7 6
4 KAP INDARTO WALUYO Jl. Ring Road Timur No.33 5
5 KAP Drs. KUMALAHADI Jl. Kranji No.90 Serang Baru 7
6 KAP Drs. Hadiono Jl. Kusbini No. 27 8
7 KAP HADORI SUGIARTO ADI
& REKAN
Jl. Dr. Sardjito No. 9 17
8 KAP Drs. SOEROSO Jl. Beo No.49 10
DONOSAPOETRO, MM
9 KAP Dra. SUHARTATI &
REKAN
Perumahan Nogotirto I No.11
Nogotirto Gamping, Sleman
Yogyakarta
9
*Sumber: Ikatan Akuntan Publik Indonesia
3.2 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menyebarkan kuesioner ke KAP
yang telah memenuhi kriteria, yaitu 9 KAP yang berada di Yogyakarta. Sebelum kuesioner
dikirimkan, peneliti akan menghubungi KAP yang bersangkutan melalui telepon untuk
mengkonfirmasi apakah KAP yang bersangkutan bersedia mengisi kuesioner. Setelah KAP
yang telah dipilih bersedia, peneliti langsung mendatangi KAP yang bersangkutan. Kuesioner
yang dikirim disertai dengan surat permohonan serta penjelasan tentang tujuan penelitian
dilakukan. Petunjuk pengisian kuesioner dibuat sederhana dan sejelas mungkin untuk
memudahkan pengisian jawaban sesungguhnya dengan lengkap. Penelitian ini menggunakan
skala likert.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu variabel independen dan variabel
dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah gender dan profesionalisme audit.
edangkan, variabel dependen dalam penelitian ini adalah audit judgement.
Operasional Variabel
NO VARIABEL KONSEP ELEMEN SKALA
1 Gender Konsep kultural yang
berupaya membuat
pembedaan dalam hal
peran, perilaku,
mentalitas dan
karakteristik emosional
antara laki-laki dan
perempuan yang
berkembang
dimasyarakat. Jamilah
STS (1)
TS (2)
R (3)
S (4)
SS (5)
Skala Likert
1-5
et al, (2007)
2 Profesionalisme Suatu atribut
individual yang
penting tanpa melihat
suatu pekerjaan
merupakan suatu
profesi atau tidak.
Hendro dan Aida, 2006
STS (1)
TS (2)
R (3)
S (4)
SS (5)
Skala Likert
1-5
3 Audit Judgement Di hasilkan oleh
auditor dalam
menyelesaikan
pekerjaan auditnya
memberikan pengaruh
dignifikan terhadap
opini akan
dihasilkannya sehingga
secara tidak langsung
juga akan
mempengaruhi tempat
atau tindakan
keputusan.
Boynton (2002)
STS (1)
TS (2)
R (3)
S (4)
SS (5)
Skala Likert
1-5
3.4 Uji Pendahuluan
3.4.1 Uji Validitas
Validitas yaitu sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan
fungsi ukurnya. Validitas digunakan untuk mengetahui kesamaan antara data yang terkumpul
dengan data yang sesungguhnya terjadi pada proyek yang diteliti, sehingga dapat diperoleh
data yang valid. Instrumen dikatakan valid bila mampu mengukur apayang seharusnya diukur
dan mampu mengungkap data yang diteliti secara tepat. Untuk menguji validitas data dalam
penelitian ini, digunakan uji korelasi Pearson Product Moment:
Keterangan:
= koefisien korelasi antara x dan y
∑x = jumlah masing – masing butir
∑y = jumlah skor total
∑xy = jumlah antara skor x dan y
n = jumlah sampel
3.4.2 Uji Reabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk menunjukkan ukuran kestabilan dan konsistensi dari konsep
ukuran instrumen atau alat ukur, sehingga nilai yang diukur tidak berubah dalam nilai tertentu.
Data yang reliable dalam instrumen penelitian berarti data tersebut dapat dipercaya. Untuk
mengukur reliabilitas konsistensi internal peneliti dapatmenggunakan teknik cronbach alpha
lebih besar dari 0,60’ menurut pendapat Nunnally (1967) dalam Ghozali (2005:42).
Keterangan :
α = Cronbach’s coefficient alpha
k = jumlah pecahan
= total dari varian masing – masing pecahan
= varian total skor
3.5 Metode Analisi Data
Analisis adalah cara mengolah data yang telah terkumpul dan kemudian memberikan
interpretasi. Dalam penelitian ini digunakan regresi linier berganda untuk mengukur
pengaruh gender dan profesionalisme terhadap audit judgment.
Persamaan yang digunakan adalah:
Dimana:
Y : Audit Judgement
X1 : Gender
X2 : Profesionalisme
: Konstanta
, : Koefisien Regresi
e : error
Toleransi kesalahan (α ) yang ditetapkan sebesar 5% dengan signifikasi sebesar 95%.
3.6 Uji Asumsi Klasik
3.6.1 Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Imam Ghozali 2009: 147). Model
regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Uji
normalitas data tersebut dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu menggunakan grafik
histogram dan kurva penyebaran P-Plot. Pada pola penyebaran P plot dan grafik
histogram bila pola penyebaran memiliki garis normal maka dapat dikatakan data
distribusi normal.
3.6.2 Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1(sebelumnya). Jika terjadi korelasi
maka dikatakan ada problem autokorelasi (Gozali,2001:61). Untuk menguji ada tidaknya
autokorelasi dalampenelitian ini maka digunakan Uji Durbin Watson.
3.6.2 Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variable bebas (independen ). Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi antar variable bebas. Jika variable bebas saling berkorelasimaka
variable – variable ini tidal orthogonal. Uji Multikolinieritas dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu melihat VIF (Variance Inflation Factor) dan nilai tolerance. Jika VIF < 10 dan
nilai tolerance > 0,10 maka tidak terjadi gejala multikolinieritas (Ghozali,2001).
3.7 Pengujian Hipotesis
Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini digunakan dengan cara :
3.6.1 Uji Parsial ( Uji t )
Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variable penjelas /
independen secara individual dalam menerangkan variasi variable dependen. Uji t
dilakukan dengan membandingkan antara t hitung dengan t tabel. Untuk menentukan nilai
t tabel ditentukan dengan tingkat signifikansi 5%dengan derajat kebebasan df = (n-k)
dimana n adalah jumlah responden dan k adalah jumlah variable. Kriteria pengujian yang
digunakan adalah :
Jika t hitung > 0 tabel (n-k) maka Ho ditolak
Jika t hitung > 0 tabel (n-k) maka Ho ditolak
Selain itu t tersebut dapat pula dilihat dari besarnya probabilitas value (p value)
dibandingkan dengan 0,5 (taraf signifikansi α = 5%). Adapun kriteria pengujian yang
digunakan adalah :
Jika p value < 0 maka Ho ditolak
Jika p value > 0 maka Ho diterima
3.6.2 Uji Regresi Secara Simultan (Uji F)
Uji F menunjukan apakah variable independen secara simultan mempengaruhi
variable dependen (Ghozali, 2005). Pembuktian dilakukan dengan cara membandingkan
nilai F hitung dengan F tabel pada tingkat kepercayaan 5% dan derajat kebebasan (degree
of freedom) df = (n-k) dimana n adalah jumlah responden dan k adalah jumlah variabel.
Kriteria pengujian yang digunakan adalah :
Jika F hitung > F tabel (n-k) maka Ho ditolak
Dalam pengujian statistik hal ini berarti data yang digunakan membuktikan bahwa
variable independen ( X1 dan X2) berpengaruh pada variable dependen (Y).
Jika F hitung < F tabel (n-k-1) maka Ho diterima
Dalam pengujian statistic hal ini berarti data yang digunakan membuktikan bahwa
variable independen ( X1 dan X2) tidak berpengaruh pada variable dependen (Y).
DAFTAR PUSTAKA
Zulaikha. 2006. Pengaruh Interaksi Gender, Kompleksitas Tugas dan Pengalaman Auditor
Terhadap Audit Judgment (Sebuah kajian Eksperimental Dalam Audit Saldo Akun
Persediaan, Simposium Nasional Akuntansi IX
Jamilah, Siti. 2007. Pengaruh Gender, Tekanan Ketaatan dan Komplesitas Tugas Terhadap
Audit Judgment, Simposium Nasional A Akuntansi X.
Boyton. 2002. Modern Auditing Edisi 7 (Terjemahan). Jakarta: Erlangga
Ilmiyati, Feny. 2012. Pengaruh Akuntabilitas dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas
Audit ( Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Semarang). Juraksi, Vol 1 No 1.
Ikatan Akuntan Publik Indonesia. Seksi 150 Prinsip Perilaku Profesional.
Friska, Novanda. 2012. Pengaruh Profesionaloisme Auditor, Etika Profesi dan Pengalaman
Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas. Skripsi. Universitas Negeri
Yogyakarta.