proposal audit-fix (1)

24
PROPOSAL PENGARUH GENDER DAN PROFESIONALISME TERHADAP AUDIT JUDGMENT PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KELOMPOK 3 Nadya Ike Feronike 070416626 Tania Hana Liliana 090417681 Agnes Hartanti 100418285 Febriantina Clara F 100418366 FAKULTAS EKONOMI

Upload: icha-hidayah

Post on 02-Dec-2015

93 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Audit-fix (1)

PROPOSAL

PENGARUH GENDER DAN PROFESIONALISME TERHADAP AUDIT

JUDGMENT PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK

DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KELOMPOK 3

Nadya Ike Feronike 070416626

Tania Hana Liliana 090417681

Agnes Hartanti 100418285

Febriantina Clara F 100418366

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

2013

Page 2: Proposal Audit-fix (1)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akuntan adalah suatu profesi yang salah satu tugasnya adalah melaksanakan audit

terhadap laporan keuangan sebuah entitas dan memberikan opini terhadap saldo akun dalam

laporan keuangan apakah telah disajikan secara wajar sesuai dengan standar akuntansi

keuangan atau prinsip akuntansi yang berlaku umum; dan standar atau prinsip tersebut di

terabkan secara konsisten. Auditor membutuhkan judgment dalam melaksakan tugas. Seorang

auditor dalam proses audit memberikan opini dengan judgment yang didasarkan pada

kejadian masa lalu, sekarang dan yang akan datang. Beberapa hasil penelitian dalam bidang

audit menunjukan bahwa ada berbagai variasi faktor individual yang mempengaruhi

judgment dalam melaksakan review selama proses pelaksanaan audit (Salomon dan Shields,

1995 dalam Zulaikha, 2006).

Di dalam masyarakat patriaki, wanita sering ditempatkan pada subordinat, sedangkan

laki-laki menduduki superordinat sehingga wanita sering dianggap lemah. (Chung and

Monroe, 2001 dalam Zulaikha 2006) menyatakan bahwa perempuan dapat lebih efesien dan

efektif dalam memproses informasi dalam tugas yang kompleks dibanding laki laki di

karenakan perempuan lebih memiliki kemampuan untuk membedakan dan mengintegrasikan

kunci keputusan. Masih dalam literatur sama, dinyatakan bukti bahwa laki laki relatif kurang

mendalam dalam menganalisis inti dari suatu keputusan. Namun pengaruh gender terhadap

pemrosesan informasi dan judgment belum banyak teruji dalam konteks penugasan audit.

Penelitian ini di motivasi oleh suatu alasan yaitu berbagai penelitian sebelumnya

menunjukan hasil yang tidak konsisten. Hartanto, 1999 dalam Jamilah et al, 2007

mengatakan bahwa gender tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment.

Thoma dalam Hartanto (1999) dalam Jamilah et al, 2007 mengatakan bahwa gender sangat

kecil pengaruhnya terhadap judgment yang di ambil oleh auditor. Selain itu penelitian yang

dilakukan oleh Trisnaningsih dan Iswati (2003) dalam Jamilah et al, 2007 mengatakan bahwa

tidak ada perbedaan kinerja auditor dilihat dari segi gender. Hasil penelitian chung and

Monroe, 2001 dalam Zulaikha et al, 2006 mengatakan bahwa gender berpengaruh secara

signifikan terhadap judgment yang diambil oleh auditor. Peneliti juga mengurangi satu

variabel independen yaitu pengalaman dalam penelitian ini. Oleh karena itu penelitian ini

dimaksudkan untuk menguji konsistensi terhadap audit judgment.

Page 3: Proposal Audit-fix (1)

B. Rumusan Masalah

1. Apakah gender berpengaruh terhadap audit judgmnet pada Kantor Akuntan Publik di

Daerah Istimewa Yogyakarta?

2. Apakah profesionalisme berpengaruh terhadap audit judgmnet pada Kantor Akuntan

Publik di Daerah Istimewa Yogyakarta?.

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh gender terhadap audit judgment pada Kantor Akuntan

Publik di Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Untuk mengetahui pengaruh profesionalisme terhadap audit judgment pada Kantor

Akuntan Publik di Daerah Istimewa Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti, menambah pengetahuan mengenai pengaruh gender dan

profesionalisme terhadap audit judgmenti pada Kantor Akuntan Publik di Daerah

Istimewa Yogyakarta.

2. Bagi penelitian selanjutnya, dapat memberikan kontribusi yaitu sebagai referensi

pengetahuan untuk penelitian lebih lanjut mengenai permasalahan ini.

3. Memberikan tambahan bukti empiris, khususnya pengaruh gender, pengalaman audit

dan profesionalisme terhadap audit judgment pada Kantor Akuntan Publik di Daerah

Istimewa Yogyakarta

Page 4: Proposal Audit-fix (1)

II. LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Pengertian Auditing

2.1.1 Pengertian Auditing

“Report of the Committee on Basic Auditing Concepts of the American Accounting

Assosiation”(Accounting Review, vol. 47 di dalam Boyton 2002) memberikan definisi

auditing sebagai “suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti

secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi dengan tujuan

menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah

ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang

berkepentingan”

Beberapa cirri penting yang ada dalam definisi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Suatu proses sistematis berupa serngkaian langkah atau prosedur yang logis dan

terstruktur, terorganisir. Auditing Standards Board menerbitkan Generally Accepted

Auditing Standard.

b. Memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objectif berarti memriksa dasar asersi serta

mengevaluasi hasil pemeriksaan tersebut tanpa memihak dan berprasangka, baik untuk

tau terhadap perorangan (atau entitas) yang membuat asersi tersebut.

c. Asersi tentang kegiatan dan peristiwa ekonomi merupakan representasi yang dibuat

oleh perorangan atau entitas. Asersi ini merupakan subjek pokok yang dibuat oleh

auditing. Asersi meliputi laporan operasi intern, Surat Pemberitauan Pajak.

d. Derajat kesesuaian menunjuk pada kedekatan dimana asersi dapat diidentifikasi dan

dibandingkan dengan kroteria yang telah ditetapkan. Ekspresi kesesuaian dapat

berbentuk kuantitas seperti jumlah kekurangandana kas kecil.

e. Kriteria yang ditetapkan adalah standar-standar yang digunkan sebagai dasar untuk

menilai asersi atau peryataankriteria dapat berupa aturan-aturan yang ditetapkan secar

spesifik.

f. Penyampaian hasil diperoleh melalui laporan yang tertulis yang menunjuk derajat

kesesuaian antara asersi dan criteria yang telah ditetapkan.

g. Pihak-pihak yang berkepentingan adalah mereka yang menggunakan (atau

mengandalkan temuan-temuan audior. Dalam lingkungan bisnis, mereka adalah para

pemegang saham, manajemen, kreditor, kantor pemerintah dan masyarakat luas.

Page 5: Proposal Audit-fix (1)

2.1. Jenis-Jenis Auditor

Menurut Boyton, Johson dan kell, para professional ditugaskan untuk melakukan

audit atas kegiatanatau peristiwa ekonomi bagi perorangan dan entitas resmi, pada umumnya

diklasifikasikan dalam tiga kelompok, yaitu:

1. Auditor Independen.

Auditor independen di Amerika Serikat biasanya adalah CPA yang bertindak

sebagai praktisi perorangan ataupun anggota kantor akuntan public yang memberikan jasa

auditing professional kepada klien. Pada umumnya lisensi diberikan kepada mereka yang

telah lulus ujian persamaan CPA serta memiliki pengalaman praktik dalam bidang auditing.

Karena pendidikan dan pelatihan serta pengalaman yang mereka miliki, auditor independen

mempunyai kualifikasi untuk melaksanak setiap jenis tugas audit. Klien berasal dari

perusahaan bisnis yang berorientasi pada laba, organisasi nirlaba, kantor pemerintah tau

perorangan. Auditor independen bekerja berdasarkan fee, namun seorang auditor

independen diharapkan bersikap independen terhdap klien mereka.

2. Auditor Internal

Auditor Internal adalah pegawai dari organisasi yang diaudit. Auditor jenis ini

melibatkan diri dalam suatu kegiatan penilaian independen yang dinamakan audit internal

dalam lingkungan organisasi sebagaisuatu bentuk jasa bagi organisasi. Tujuan audit internal

adalah untuk membantu manajemen organisasi dalam memberikan pertanggungjawaban

yang efektif. Lingkup fungsi auditor internal meliputi semua tahap dalam kegiatan

organisasi. Para auditor internal melibatkan diri pada kepatuhan dan operasional, tetapi

pekerjaan auditor internal juga sebagai pelengkap pekerjaan auditot independen. Auditor

Internal kebanyakan merupakan pemegang sertifikat yang disebut Certified Internal auditor

(CIA) yang sebagian juga bersertifikat CPA.

3. Auditor Pemerintah

Auditor pemerintah dipekerjakan oleh berbagai kantor pemerintahan. Audior

pemerintah bertugas pada lingkup kegiatan audit yang kuas termasuk melakukan audit

laporan keuangan, audit kepatuhan dan audit operasional.

2.3.2 Tahapan dalam Audit

Menurut Boynton, Johnson, dan Kell (2002), audit judgment mempengaruhi

empat tahapan dalam audit yaitu:

a. Tahap menerima dan mempertahankan klien.

Page 6: Proposal Audit-fix (1)

Auditor hendaknya mempertimbangkan apakah akan menggunakan jasa

konsultasi dan spesialis untuk membantu tim audit dalam melaksaksan audit.

b. Tahap perencanaan audit.

Auditor harus mempertimbangkan tingkat matrealitas untuk mengevaluasi

apakah laporan keuangan secara keseluruhan telah disajikan secara wajar sesuai

dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.

c. Tahap melaksanakan pengujian audit

Auditor harus mempertimbangkan prosedur analisis apa yang akan di gunakan

oleh auditor dalam melakukan pengujian audit karena pengujian ini di lakukan

untuk memperoleh bukti mengenai asersi tertentu yang berhubungan dengan saldo

akun atau transaksi.

d. Tahap melaporkan temuan

Auditor harus mempertimbangkan apakah terdapat kecurangan yang dilakukan

oleh pihak klien dalam laporan keuangannya.

2.3 Audit Judgment

2.3.1 Pengertian Audit Jugment

Menurut Boynton (2002), ketepatan judgment yang di hasilkan oleh auditor

dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya memberikan pengaruh dignifikan terhadap

opini akan dihasilkannya sehingga secara tidak langsung juga akan mempengaruhi

tempat atau tindakan keputusan yang akan di ambil oleh pihak luar perusahaan yang

mengandalkan laporan keuangan auditan sebagai acuan sehingga dapat dikatakan

bahwa judgment merupakan aktivitas pusat dalam melaksanakan pekerjaan audit.

Professional judgment auditor merupakan hal yang sangat penting dalam melakukan

proses audit. Hasil akhir dari keseluruhan proses audit dapat dikatakan sebagian besar

bergantung dari judgment yang digunakannya.

2.4 Gender

2.4.1 Pengertian Gender

Di dalam kehidupan masyarakat, norma sosial mengacu pada norma

tradisional dan perilaku yang sesuai dengan jenis kelaminnya diharapkan oleh

masyarakat, dimana laki-laki lebih diharapkan lebih kuat, dominant sementara

perempuan seharusnya mempunyai sifat merawat, sensitif, dan ekspresif. Di dalam

Jamilah et al, (2007), gender merupakan konsep kultural yang berupaya membuat

Page 7: Proposal Audit-fix (1)

pembedaan dalam hal peran, perilaku, mentalitas dan karakteristik emosional antara

laki-laki dan perempuan yang berkembang dimasyarakat.

2.6 Profesionalisme Audit

2.6.1 Pengertian Profesionalisme Audit

Menurut Boyton, Johson dank ell didalam buku Modern Auditing edisi

ketujuh, etika professional harus lebih dari sekedar prinsip-prinsip moral. Etika

professional meliputi standar perilaku bagi seorang professional yang dirancang untuk

tujuan praktis dan idelaistik, sedangkan kode etik professional dapat dirancang

sebagian untuk mendorong perilaku yang ideal. Menurut Kalbers dan Forgarty, 1995

dalam Hendro dan Aida, 2006, profesi merupakan jenis pekerjaan yang memenuhi

beberapa kriteria sedangkan profesionalisme merupakan suatu atribut individual yang

penting tanpa melihat suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak

2.6.2 Dimensi Profesionalisme

Menurut Hal, 1968 dalam Hendro dan Aida 2006 terdapat lima dimensi

profesionalisme, yaitu:

a. Pengabdian pada profesi

Pengabdian pada profesi dicerminkan dari dedikasi profesionalisme dengan

menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki. Keteguhan untuk tetap

melaksankan pekerjaan meskipun imbalan ekstrinsik kurang. Sikap ini

adalahekspresi dari pencurahan diri total terhadap pekerjaan. Pekerjaan

didefinisikan sebagai tujuan, bukan hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan.

Totalitas ini sudah menjadi komitmen pribadi sehingga kompensasi utama yang

diharapkan dari pekerjaan adalah kepuasan rohani, kemudian materi.

b. Kewajiban sosial.

Kewajiban sosial adalah pengalaman tentang pentingnya peranan profesi dan

manfaat yang diperoleh baik masyarkat maupun professional karena adanya

pekerjaan tersebut.

c. Kemandirian.

Kemandirian disini memiliki maksud sebagai suatu pandangan seseorang yang

professional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak

lain (pemerintah, klien dan bukan anggota profesi). Setiap ada campur tangan dari

luar dianggap sebagai hambatan kemandirian secara professional.

Page 8: Proposal Audit-fix (1)

d. Keyakinan terhadap peraturan Profesi

Keyakinan terhadap profesi adalah suatu keyakinan bahwa yang paling

berwenang menilai pekerjaan professional adalah rekan sesame profesi, bukan

orang luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilu dan pekerjaan

mereka.

e. Hubungan dengan sesama profesi

Hubungan dengan sesame profesi adalah menggunakan ikatan profei sebagai

acuan termasuk didalamnya organisasi formal dan kelompok kolega informal

sebagai ide dalam pekerjaan. Melalui ikatan profesi ini para professional

membangun kesadaran professional.

2.6.3 Prinsip Perilaku Profesionalisme

Didalam Profesi Akuntan Publik (IAPI), seksi 150 mengenai Prinsip Perilaku

Profesional, sebagai berikut:

150.1 prinsip perilaku professional mewajibkan setiap praktisi untuk mematuhi

setiapa ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku serta menghindari setiap

tindakan yang dapat mendeskritkan profesi. Hal ini mencangkup setiap

tindakan yang dapat mengakibatkan terciptanya kesimpulan yang negatif oleh

pihak ketiga yang rasional dan memiliki pengetahuan mengenai semua

informasi yang relevan yang dapat menurunkan reputasi profesi.

150.2 Dalam memasarkan dan mempromosikan diri dan pekerjaannya setiap praktisi

tidak boleh merendahkan martabat profesi. Setiap praktisi harus bersikap jujur

dan tidak boleh bersikap atau melakukan tindakan sebagai berikut:

a. Membuat pernyataan yang berlebihan smengenai jasa professional yang

dapat diberikan, kualifiksi yang dimiliki atau pengalaman yang telah

diperoleh; atau

b. Membuat pernyataan yang merendahkan atau melakukan perbandingan

yang tidak mendukung bukti terhadap hasil pekerjaan Praktisi lain.

2.7 Hipotesis

2.8.1 Pengaruh Gender Terhadap Audit Judgment

Profesi akuntan tidak terlepas dari gender. Saat ini auditor tidak hanya laki-

laki, tetapi juga wanita sudah banyak menjadi auditor. Perempuan dapat lebih efesien

dan efektif dalam memproses informasi dalam tugas yang kompleks dibanding laki

Page 9: Proposal Audit-fix (1)

laki di karenakan perempuan lebih memiliki kemampuan untuk membedakan dan

mengintegrasikan kunci keputusan. Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat

dikemukakan hipotesis sebagai berikut:

H1: Gender berpengaruh terhadap audit judgment di KAP Yogyakarta

2.8.2 Pengaruh Profesionalisme Audit Terhadap Audit Judgment

Profesionalisme berkaitan dengan sikap auditor dalam melaksanakan

penugasan audit. Profesionalisme auditor berkaitan dengan pertimbangan dari semua

proses. Pertimbangan yang dihasilkan oleh auditor inilah yang akan digunakan untuk

melakukan proses audit terhadap laporan keuangan. Berdasarkan penjelasan diatas,

maka dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut:

H2: Profesionalisme audit berpengaruh terhadap audit judgment di KAP Yogyakarta

2.8 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

III. METODE PENELITIAN

GENDER

PROFESIONALIME

AUDIT JUDGMENT

Page 10: Proposal Audit-fix (1)

3.1 Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2002:72), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi yang diteliti dalam

penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada 9 (Sembilan) KAP di Yogyakarta. Alasan

pemilihan Yogyakarta sebagai lokasi penelitian karena banyak perusahaan-perusahaan yang

berdiri dan bersaing di Yogyakarta yang tentunya untuk menumbuhkan kepercayaan dari

masyarakat perusahaan-perusahaan tersebut membutuhkan jasa auditor, sehingga ketepatan

auditor dalam pembuatan audit judgment sangat diperlukan. Teknik pengambilan sampel

yang digunakan adalah purposive sampling dengan mengambil sampel dari populasi

berdasarkan suatu kriteria tertentu. Adapun penentuan kriteria-kriteria penentuan sampel

yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Responden tidak dibatasi oleh jabatan auditor pada KAP ( baik partner, junior, maupun

senior) sehingga semua auidtor yang bekerja di kantor akuntan publik dapat diikutsertakan

sebagai responden.

2. Mempunyai pengalaman bekerja di kantor akuntan publik minimal 2 tahun.

Berdasarkan kriteria-kriteria penentuan sampel yang telah ditentukan, maka KAP

yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

No. Nama KAP Alamat Jumlah

auditor

1 KAP DRS. BISMAR,

MUNTALIB & YUNUS

Jl. Soka No.24 Baciro 9

2 KAP Drs. HENRY & SUGENG Jl. Gajah Mada No.22 10

3 KAP Drs. INARESJZ

KEMALAWARTA

Jl. Ringin Putih No.7 6

4 KAP INDARTO WALUYO Jl. Ring Road Timur No.33 5

5 KAP Drs. KUMALAHADI Jl. Kranji No.90 Serang Baru 7

6 KAP Drs. Hadiono Jl. Kusbini No. 27 8

7 KAP HADORI SUGIARTO ADI

& REKAN

Jl. Dr. Sardjito No. 9 17

8 KAP Drs. SOEROSO Jl. Beo No.49 10

Page 11: Proposal Audit-fix (1)

DONOSAPOETRO, MM

9 KAP Dra. SUHARTATI &

REKAN

Perumahan Nogotirto I No.11

Nogotirto Gamping, Sleman

Yogyakarta

9

*Sumber: Ikatan Akuntan Publik Indonesia

3.2 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menyebarkan kuesioner ke KAP

yang telah memenuhi kriteria, yaitu 9 KAP yang berada di Yogyakarta. Sebelum kuesioner

dikirimkan, peneliti akan menghubungi KAP yang bersangkutan melalui telepon untuk

mengkonfirmasi apakah KAP yang bersangkutan bersedia mengisi kuesioner. Setelah KAP

yang telah dipilih bersedia, peneliti langsung mendatangi KAP yang bersangkutan. Kuesioner

yang dikirim disertai dengan surat permohonan serta penjelasan tentang tujuan penelitian

dilakukan. Petunjuk pengisian kuesioner dibuat sederhana dan sejelas mungkin untuk

memudahkan pengisian jawaban sesungguhnya dengan lengkap. Penelitian ini menggunakan

skala likert.

3.3 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu variabel independen dan variabel

dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah gender dan profesionalisme audit.

edangkan, variabel dependen dalam penelitian ini adalah audit judgement.

Operasional Variabel

NO VARIABEL KONSEP ELEMEN SKALA

1 Gender Konsep kultural yang

berupaya membuat

pembedaan dalam hal

peran, perilaku,

mentalitas dan

karakteristik emosional

antara laki-laki dan

perempuan yang

berkembang

dimasyarakat. Jamilah

STS (1)

TS (2)

R (3)

S (4)

SS (5)

Skala Likert

1-5

Page 12: Proposal Audit-fix (1)

et al, (2007)

2 Profesionalisme Suatu atribut

individual yang

penting tanpa melihat

suatu pekerjaan

merupakan suatu

profesi atau tidak.

Hendro dan Aida, 2006

STS (1)

TS (2)

R (3)

S (4)

SS (5)

Skala Likert

1-5

3 Audit Judgement Di hasilkan oleh

auditor dalam

menyelesaikan

pekerjaan auditnya

memberikan pengaruh

dignifikan terhadap

opini akan

dihasilkannya sehingga

secara tidak langsung

juga akan

mempengaruhi tempat

atau tindakan

keputusan.

Boynton (2002)

STS (1)

TS (2)

R (3)

S (4)

SS (5)

Skala Likert

1-5

3.4 Uji Pendahuluan

3.4.1 Uji Validitas

Validitas yaitu sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan

fungsi ukurnya. Validitas digunakan untuk mengetahui kesamaan antara data yang terkumpul

dengan data yang sesungguhnya terjadi pada proyek yang diteliti, sehingga dapat diperoleh

data yang valid. Instrumen dikatakan valid bila mampu mengukur apayang seharusnya diukur

dan mampu mengungkap data yang diteliti secara tepat. Untuk menguji validitas data dalam

penelitian ini, digunakan uji korelasi Pearson Product Moment:

Page 13: Proposal Audit-fix (1)

Keterangan:

= koefisien korelasi antara x dan y

∑x = jumlah masing – masing butir

∑y = jumlah skor total

∑xy = jumlah antara skor x dan y

n = jumlah sampel

3.4.2 Uji Reabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk menunjukkan ukuran kestabilan dan konsistensi dari konsep

ukuran instrumen atau alat ukur, sehingga nilai yang diukur tidak berubah dalam nilai tertentu.

Data yang reliable dalam instrumen penelitian berarti data tersebut dapat dipercaya. Untuk

mengukur reliabilitas konsistensi internal peneliti dapatmenggunakan teknik cronbach alpha

lebih besar dari 0,60’ menurut pendapat Nunnally (1967) dalam Ghozali (2005:42).

Keterangan :

α = Cronbach’s coefficient alpha

k = jumlah pecahan

= total dari varian masing – masing pecahan

= varian total skor

3.5 Metode Analisi Data

Analisis adalah cara mengolah data yang telah terkumpul dan kemudian memberikan

interpretasi. Dalam penelitian ini digunakan regresi linier berganda untuk mengukur

pengaruh gender dan profesionalisme terhadap audit judgment.

Persamaan yang digunakan adalah:

Dimana:

Y : Audit Judgement

X1 : Gender

X2 : Profesionalisme

: Konstanta

Page 14: Proposal Audit-fix (1)

, : Koefisien Regresi

e : error

Toleransi kesalahan (α ) yang ditetapkan sebesar 5% dengan signifikasi sebesar 95%.

3.6 Uji Asumsi Klasik

3.6.1 Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Imam Ghozali 2009: 147). Model

regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Uji

normalitas data tersebut dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu menggunakan grafik

histogram dan kurva penyebaran P-Plot. Pada pola penyebaran P plot dan grafik

histogram bila pola penyebaran memiliki garis normal maka dapat dikatakan data

distribusi normal.

3.6.2 Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada

korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1(sebelumnya). Jika terjadi korelasi

maka dikatakan ada problem autokorelasi (Gozali,2001:61). Untuk menguji ada tidaknya

autokorelasi dalampenelitian ini maka digunakan Uji Durbin Watson.

3.6.2 Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan

adanya korelasi antar variable bebas (independen ). Model regresi yang baik seharusnya

tidak terjadi korelasi antar variable bebas. Jika variable bebas saling berkorelasimaka

variable – variable ini tidal orthogonal. Uji Multikolinieritas dapat dilakukan dengan dua

cara yaitu melihat VIF (Variance Inflation Factor) dan nilai tolerance. Jika VIF < 10 dan

nilai tolerance > 0,10 maka tidak terjadi gejala multikolinieritas (Ghozali,2001).

3.7 Pengujian Hipotesis

Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini digunakan dengan cara :

3.6.1 Uji Parsial ( Uji t )

Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variable penjelas /

independen secara individual dalam menerangkan variasi variable dependen. Uji t

dilakukan dengan membandingkan antara t hitung dengan t tabel. Untuk menentukan nilai

t tabel ditentukan dengan tingkat signifikansi 5%dengan derajat kebebasan df = (n-k)

Page 15: Proposal Audit-fix (1)

dimana n adalah jumlah responden dan k adalah jumlah variable. Kriteria pengujian yang

digunakan adalah :

Jika t hitung > 0 tabel (n-k) maka Ho ditolak

Jika t hitung > 0 tabel (n-k) maka Ho ditolak

Selain itu t tersebut dapat pula dilihat dari besarnya probabilitas value (p value)

dibandingkan dengan 0,5 (taraf signifikansi α = 5%). Adapun kriteria pengujian yang

digunakan adalah :

Jika p value < 0 maka Ho ditolak

Jika p value > 0 maka Ho diterima

3.6.2 Uji Regresi Secara Simultan (Uji F)

Uji F menunjukan apakah variable independen secara simultan mempengaruhi

variable dependen (Ghozali, 2005). Pembuktian dilakukan dengan cara membandingkan

nilai F hitung dengan F tabel pada tingkat kepercayaan 5% dan derajat kebebasan (degree

of freedom) df = (n-k) dimana n adalah jumlah responden dan k adalah jumlah variabel.

Kriteria pengujian yang digunakan adalah :

Jika F hitung > F tabel (n-k) maka Ho ditolak

Dalam pengujian statistik hal ini berarti data yang digunakan membuktikan bahwa

variable independen ( X1 dan X2) berpengaruh pada variable dependen (Y).

Jika F hitung < F tabel (n-k-1) maka Ho diterima

Dalam pengujian statistic hal ini berarti data yang digunakan membuktikan bahwa

variable independen ( X1 dan X2) tidak berpengaruh pada variable dependen (Y).

Page 16: Proposal Audit-fix (1)

DAFTAR PUSTAKA

Zulaikha. 2006. Pengaruh Interaksi Gender, Kompleksitas Tugas dan Pengalaman Auditor

Terhadap Audit Judgment (Sebuah kajian Eksperimental Dalam Audit Saldo Akun

Persediaan, Simposium Nasional Akuntansi IX

Jamilah, Siti. 2007. Pengaruh Gender, Tekanan Ketaatan dan Komplesitas Tugas Terhadap

Audit Judgment, Simposium Nasional A Akuntansi X.

Boyton. 2002. Modern Auditing Edisi 7 (Terjemahan). Jakarta: Erlangga

Ilmiyati, Feny. 2012. Pengaruh Akuntabilitas dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas

Audit ( Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Semarang). Juraksi, Vol 1 No 1.

Ikatan Akuntan Publik Indonesia. Seksi 150 Prinsip Perilaku Profesional.

Friska, Novanda. 2012. Pengaruh Profesionaloisme Auditor, Etika Profesi dan Pengalaman

Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas. Skripsi. Universitas Negeri

Yogyakarta.