program studi manajemen fakultas ekonomi dan...
TRANSCRIPT
i
DETERMINAN VARIABEL YANG MEMPENGARUHI
KEBIJAKAN HUTANG
(Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang dan Konsumsi
Tahun 2010-2014)
Skripsi
Oleh:
Dewi Aria Sandi NIM: 1112081000077
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
i
DETERMINAN VARIABEL YANG MEMPENGARUHI
KEBIJAKAN HUTANG
(Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang dan Konsumsi
Tahun 2010-2014)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Dewi Aria Sandi NIM: 1112081000077
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Hj. Pudji Astuty, SE., MM Taridi Kasbi Ridho, SE., MBA NIDN. 0311 0658 05 NIDN. 2004 1070 02
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Rabu, 11 Mei 2016 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:
1. Nama : Dewi Aria Sandi
2. NIM : 1112081000077
3. Jurusan : Manajemen
4. Judul Skripsi : Determinan Variabel Yang Mempengaruhi Kebijakan
Hutang (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur Sektor
Industri Barang dan Konsumsi Tahun 2010-2014)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 11 Mei 2016
1. Murdiyah Hayati, S.Kom, MM ( __ ) NIP. 19741003 200312 2 001 Penguji 1
2. Sopyan, MM ( __ ) NIDN. 0314 0570 04 Penguji 2
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Rabu, 22 Juni 2016 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
Nama : Dewi Aria Sandi NIM : 1112081000077 Jurusan : Manajemen Judul Skripsi : Determinan Variabel Yang Mempengaruhi Kebijakan
Hutang (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang dan KonsumsiTahun 2010-2014)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 22 Juni 2016
1. Titi Dewi Warninda, SE., M.Si
NIP. 19731221 200501 2 002 2. Dr. Hj. Pudji Astuty, SE., MM
NIDN. 0311 0658 05
3. Murdiyah Hayati, S.Kom, MM
NIP. 19741003 200312 2 001
4. Dr. Hj. Pudji Astuty, SE., MM
NIDN. 0311 0658 05
5. Taridi Kasbi Ridho, SE., MBA
NIDN. 2004 1070 02
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Dewi Aria Sandi
NIM : 1112081000077
Jurusan : Manajemen
Judul Skripsi : Determinan Variabel Yang Mempengaruhi Kebijakan
Hutang (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur Sektor
Industri Barang dan Konsumsi Tahun 2010-2014)
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa ijin pemilik karya
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini
Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
)
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. DATA PRIBADI
Nama : Dewi Aria Sandi
Tempat, tanggal lahir : Palas, 24 Desember 1994
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. KH. Dewantara No. 37 RT 01/15
Ciputat Tangerang Selatan 15411
No. Telp : 0838 7139 3087
Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
2012 – 2016 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2009 – 2012 SMK Sasmita Jaya I Pamulang
2006 – 2009 SMP Negeri 2 Ciputat
2000 – 2006 SD Negeri VI Ciputat
1999 – 2000 TK Tunas Harapan
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Eddy Gunawan
2. Tempat & Tgl. Lahir : Padang, 15 Mei 1963
3. Telepon : 0812 913 5353
4. Ibu : Sarmawati
5. Tempat & Tgl. Lahir : Padang, 2 Januari 1965
6. Anak Ke dari : 2 (dua) dari 2 (dua) bersaudara
vi
ABSTRACT
The aim of this study is to analyze the influencing factors Debt Policy on consumer goods company which listed in Indonesia Stock Exchange in the periods 2010-2014. Independent variables that used in this research is dividend payout ratio, free cash flow, growth asset, growth sales, liquidity, profitability (ROA), size and assets structure on consumer goods company’s debt policy. Sampling method used in this study was puprosive sampling method, which was based on certain criteria. Samples that match with the criteria of this research were 13 of companies. The analysis used was panel data regression analysis with the help of software EViews 8.0, to see whether the independent variables influence the dependent variable jointly or individually. The results of the data analysis or the regression indicate that the simultaneous dividend payout ratio, free cash flow, growth sales, liquidity, profitability (ROA), size and assets structure affect debt policy. Partially variables that significantly infulence the lending policies are free cash flow, growth asset, growth sales, liquidity, profitability (ROA), size and assets structure. While dividend payout ratio and growth asset variables did not significant influence the company’s debt policy. The magnitude of the coefficient of determination (Adjusted R Square) was equal to 0.942702. This means that the dependent variable was 94.2702% debt policy can be explained by the eight independent variables while remaining 5.7298% was explained by the variable debt policy or other factors outside the model.
Key words: debt policy, dividend payout ratio, free cash flow, growth asset, growth sales, liquidity, profitability (ROA), size and assets structure, panel data regression
vii
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010-2014. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen, free cash flow, pertumbuhan aset, pertumbuhan penjualan, likuiditas, profitabilitas, ukuran perusahaan dan struktur aktiva terhadap kebijakan hutang perusahaan. Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling yaitu metode pengambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Sampel yang memenuhi kriteria dalam penelitian ini sebanyak 13 perusahaan. Analisis yang digunakan yaitu analisis regresi data panel untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen baik secara bersama-sama maupun secara individu. Hasil analisis data atau hasil regresi menunjukkan bahwa secara simultan kebijakan dividen, free cash flow, pertumbuhan aset, pertumbuhan penjualan, likuiditas, profitabilitas, ukuran perusahaan dan struktur aktiva berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Secara parsial variabel yang berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang adalah free cash flow, pertumbuhan penjualan, likuiditas, profitabilitas, ukuran perusahaan dan struktur aktiva. Sedangkan variabel kebijakan dividen dan pertumbuhan aset tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Besarnya koefisien determinasi (Adjusted R Square) adalah sebesar 0.942702. Hal ini berarti bahwa 94.2702% variabel dependen yaitu kebijakan hutang dapat dijelaskan oleh delapan variabel independen, sedangkan sisanya sebesar 5.7298% kebijakan hutang dijelaskan oleh variabel atau faktor-faktor lainnya diluar model. Kata kunci : kebijakan hutang, kebijakan dividen, free cash flow, pertumbuhan
aset, pertumbuhan penjualan, likuiditas, profitabilitas, ukuran perusahaan dan struktur aktiva, regresi data panel
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Syukur Alhamdulillah, senantiasa penulis panjatkan kehadiran Allah
SWT, atas segala taufik, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Determinan Variabel Yang
Mempengaruhi Kebijakan Hutang” (Studi Kasus pada Perusahaan
Manufaktur Sektor Industri Barang dan Konsumsi Tahun 2010-2014).
Shalawat serta salam tak lepas penulis haturkan kehadirat Nabi Besar
Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman kegelapan ke zaman
yang terang benderang.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu untuk memperoleh gelar Sarjana
Strata satu pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Program Studi Manajemen
Universitas Islam Negeri Jakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak dapat terselesaikan
tanpa dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini penulis mengucapkan ucapan terimakasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, terutama kepada:
1) Ayahanda dan Ibunda tercinta yang selalu memberikan cintanya kepadaku,
yang telah memberikan kasih sayang, kepercayaan, didikan, dan
bimbingan serta membesarkanku dengan lantunan doa dan semangat cinta
beliau sehingga membuatku menjadi orang yang tegar, termotivasi, serta
terdukung untuk terus maju dan berjuang dalam hidup.
2) Bapak Dr. M. Arief Mufraini Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
3) Ibu Titi Dewi Warninda, SE., M.Si selaku Ketua Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah.
4) Dr. Hj. Pudji Astuty, SE., MM selaku pembimbing I yang banyak
memberikan saran, petunjuk, ilmu pengetahuan dan meluangkan waktunya
sehingga terselesaikan skripsi ini.
5) Bapak Taridi Kasbi Ridho, SE., MBA selaku pembimbing II yang selalu
memberikan petunjuk yang cerdas serta memberikan semangat ekstra
ix
6) dalam proses penyusunan skripsi sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir kuliah ini
7) Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis baik Staff Akademis dan
keuangan terima kasih atas segala bantuannya.
8) Kakakku yang tersayang dan yang terbaik, Sisca Marantika yang telah
memberikan bantuan, semangat dan support untuk menggapai
kesuksesanku
9) Seluruh keluarga besar yang telah memberikan semangat, motivasi, dan
dukungan yang besar kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
10) Sahabat Zone (Yayah, Shefa, Dini, Santi, Hedra, Abdi, Gendut dan Lutfi),
Andi dan Dwi serta Teman-teman seperjuangan di kelas manajemen 2012
khususnya keuangan, yang telah banyak membantu dalam penyelesaian
skripsi ini, ke perpustakaan bareng-bareng, saya berharap juga bisa lulus
cepet bareng-bareng. Amiiiin.
11) Pihak-pihak yang belum saya sebutkan yang turut membantu baik dengan
moril maupun materiil sehingga skripsi ini dapat terselesaikan terima kasih
atas kebaikan dan perhatian yang kalian berikan.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih memiliki
banyak kekurangan. Dengan segenap kerendahan hati penulis
mengharapkan saran, arahan maupun kritikan yang konstruktif demi
penyempurnaan hasil penelitian ini. Semoga penulisan skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak khususnya dalam bidang manajemen
keuanagan.
Jakarta, 07 Juni 2016
Penulis,
Dewi Aria Sandi
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .............................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ....................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... v
ABSTARCT.................................................................................................... vi
ABSTRAK ..................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian .................................................. 1
B. Perumusan Masalah ........................................................... 16
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... 16
BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................. 18
A. Landasan Teori .................................................................. 18
1. Kebijakan Hutang ......................................................... 18
2. Kebijakan Dividen ........................................................ 24
3. Free Cash Flow ............................................................. 30
4. Pertumbuhan Aset ......................................................... 32
5. Pertumbuhan Penjualan................................................. 33
6. Likuiditas...................................................................... 34
7. Profitabilitas ................................................................. 36
8. Ukuran Perusahaan ....................................................... 40
9. Struktur Aktiva ............................................................. 42
B. Hubungan Antar Variabel Independen Terhadap Variabel
Dependen .......................................................................... 43
xi
1. Kebijakan Dividen dengan Kebijakan Hutang ............... 43
2. Free Cash Flow dengan Kebijakan Hutang .................... 44
3. Pertumbuhan Aset dengan Kebijakan Hutang................ 45
4. Pertumbuhan Penjualan dengan Kebijakan Hutang ....... 46
5. Likuiditas dengan Kebijakan Hutang ............................ 47
6. Profitabilitas dengan Kebijakan Hutang ........................ 48
7. Ukuran Perusahaan dengan Kebijakan Hutang .............. 48
8. Struktur Aktiva dengan Kebijakan Hutang .................... 49
C. Penelitian Terdahulu.......................................................... 50
D. Kerangka Pemikiran .......................................................... 66
E. Hipotesis Penelitian ........................................................... 68
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................ 70
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................. 70
B. Metode Pengumpulan Sampel ........................................... 70
C. Metode Pengumpulan Data ................................................ 72
D. Metode Analisis Data ........................................................ 73
1. Statistik Deskriptif ........................................................ 73
2. Metode Analisis Data Panel .......................................... 73
a. Model Common Effect .............................................. 77
b. Model Fixed Effect ................................................... 78
c. Model Random Effect ............................................... 78
3. Tahap Analisis Data ...................................................... 79
a. Uji Chow.................................................................. 79
b. Uji Hausman ............................................................ 81
4. Uji Dasar Asumsi Klasik ............................................... 82
a. Uji Normalitas .......................................................... 82
b. Uji Multikolinearitas ................................................ 84
c. Uji Heteroskedastisitas ............................................. 84
d. Uji Autokorelasi ....................................................... 86
5. Uji Hipotesis ................................................................. 87
a. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) .............................. 87
b. Uji Signifikansi Parsial (Uji t) .................................. 88
xii
c. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) ....... 90
E. Definisi Operasional Variabel............................................ 91
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ......................................... 96
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ....................... 96
1. Sejarah dan Perkembangan Pasar Modal ....................... 96
2. Gambaran Umum Perusahaan Sektor Industri Barang dan
Konsumsi...................................................................... 101
B. Analisis dan Pembahasan .................................................. 112
1. Deskriptif Sampel ......................................................... 112
2. Deskriptif Variabel ....................................................... 112
a. Perkembangan Kebijakan Dividen ............................ 113
b. Perkembangan Free Cash Flow ................................ 115
c. Perkembangan Pertumbuhan Aset ............................ 117
d. Perkembangan Pertumbuhan Penjualan .................... 119
e. Perkembangan Likuiditas ......................................... 121
f. Perkembangan Profitabilitas ..................................... 123
g. Perkembangan Ukuran Perusahaan ........................... 125
h. Perkembangan Struktur Aktiva ................................. 127
i. Perkembangan Kebijakan Hutang ............................. 129
3. Statistik Deskriptif ........................................................ 131
4. Uji Analisis Model Regresi Data Panel ......................... 138
a. Pendekatan Common Effect ...................................... 138
b. Pendekatan Fixed Effect ........................................... 139
c. Pendekatan Random Effect ....................................... 140
5. Uji Perubahan Struktural Model Regresi Data Panel ..... 141
a. Uji Chow .................................................................. 141
b. Uji Hausman ............................................................ 143
6. Uji Dasar Asumsi Klasik ............................................... 144
a. Uji Normalitas .......................................................... 145
b. Uji Multikolinearitas ................................................ 147
c. Uji Heteroskedastisitas ............................................. 148
d. Uji Autokorelasi ....................................................... 149
xiii
7. Uji Hipotesis ................................................................. 150
a. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) .............................. 150
b. Uji Signifikansi Parsial (Uji t) .................................. 152
c. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) ....... 166
8. Analisis Regresi Panel .................................................. 168
BAB V PENUTUP .............................................................................. 172
A. Kesimpulan ....................................................................... 172
B. Implikasi ........................................................................... 173
C. Saran ................................................................................. 175
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 177
LAMPIRAN .................................................................................................. 184
xiv
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
Tabel 1.1 Rata-rata 9 Variabel Utama Pada Perusahaan Manufaktur
Sektor Industri Barang dan Konsumsi di BEI Tahun 2010-2014 10
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu 55
Tabel 3.1 Proses Pemilihan Sampel 72
Tabel 3.2 Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dengan
uji Durbin Watson (DW) 87
Tabel 4.1 Nama Sampel Perusahaan 112
Tabel 4.2 Nilai DPR Masing-masing Perusahaan 2010-2014 114
Tabel 4.3 Nilai Free Cash Flow Masing-masing Perusahaan 2010-2014 116
Tabel 4.4 Nilai Growth Asset Masing-masing Perusahaan 2010-2014 118
Tabel 4.5 Nilai Growth Sales Masing-masing Perusahaan 2010-2014 120
Tabel 4.6 Nilai Current Ratio Masing-masing Perusahaan 2010-2014 122
Tabel 4.7 Nilai ROA Masing-masing Perusahaan 2010-2014 124
Tabel 4.8 Nilai Size Masing-masing Perusahaan 2010-2014 126
Tabel 4.9 Nilai Struktur Aktiva Masing-masing Perusahaan 2010-2014 128
Tabel 4.10 Nilai DAR Masing-masing Perusahaan 2010-2014 130
Tabel 4.11 Statistik Deskriptif Kebijakan Hutang dan Variabel 132
Tabel 4.12 Uji Common Effect (OLS) 139
Tabel 4.13 Uji Fixed Effect 140
xv
Tabel 4.14 Uji Random Effect 141
Tabel 4.15 Uji Chow 142
Tabel 4.16 Uji Hausman 144
Tabel 4.17 Uji Multikolinearitas 147
Tabel 4.18 Uji Park 149
Tabel 4.19 Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dengan
Uji Durbin Watson (DW) 150
Tabel 4.20 Uji Autokorelasi 150
Tabel 4.21 Uji F (Simultan) 151
Tabel 4.22 Uji t (Parsial) 153
Tabel 4.23 Uji Adjusted R2 167
Tabel 4.24 Uji terpilih (Random Effect Model) 169
xvi
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 67
Gambar 4.1 Nilai DPR Masing-masing Perusahaan 2010-2014 113
Gambar 4.2 Nilai Free Cash Flow Masing-masing Perusahaan 2010-2014 115
Gambar 4.3 Nilai Growth Asset Masing-masing Perusahaan 2010-2014 117
Gambar 4.4 Nilai Growth Sales Masing-masing Perusahaan 2010-2014 119
Gambar 4.5 Nilai Current Ratio Masing-masing Perusahaan 2010-2014 121
Gambar 4.6 Nilai ROA Masing-masing Perusahaan 2010-2014 123
Gambar 4.7 Nilai Size Masing-masing Perusahaan 2010-2014 125
Gambar 4.8 Nilai Struktur Aktiva Masing-masing Perusahaan 2010-2014 127
Gambar 4.9 Nilai DAR Masing-masing Perusahaan 2010-2014 129
Gambar 4.10 Uji Normalitas 146
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
Lampiran 1 Daftar Sampel Perusahaan 184
Lampiran 2 Data Rasio Keuangan Perusahaan 185
Lampiran 3 Hasil Output Uji Regresi Data Panel 188
Lampiran 4 Hasil Uji Pemilihan Model Terbaik Regresi Data Panel 191
Lampiran 5 Hasil Output Uji Asumsi Klasik 193
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Persaingan bisnis yang semakin ketat dalam era globalisasi saat ini
bermuara pada masalah tantangan dan peluang yang dihadapi perusahaan
berdasarkan pada kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh masing-masing
perusahaan. Dalam menjalankan dan mengelola operasi bisnisnya setiap
perusahaan memiliki berbagai kebutuhan, terutama yang berkaitan dengan
dana agar aktivitas perusahaan dapat berjalan sesuai dengan tujuan
perusahaan. Tujuan utama perusahaan yaitu untuk meningkatkan nilai
perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik (shareholders) atau
para pemegang saham (Salvatore, 2005). Pendanaan digunakan oleh
perusahaan untuk menutupi seluruh atau sebagian dari biaya yang diperlukan,
baik dana jangka panjang maupun dana jangka pendek. Dana juga dibutuhkan
untuk melakukan ekspansi atau perluasan usaha atau investasi baru. Artinya
didalam perusahaan harus tersedia dana dalam jumlah tertentu sehingga
tersedia pada saat dibutuhkan. Perusahaan membutuhkan dana yang optimal
baik yang berasal dari dalam perusahaan bisa berupa laba ditahan (retained
earnings) yang merupakan hasil atau keuntungan dari kegiatan operasi
maupun dana yang berasal dari luar perusahaan yang merupakan dana
tambahan yang sangat berguna dan bermanfaat sebagai modal pengembangan
usaha, sumber dana yang berasal dari luar bisa berupa pinjaman, baik
pinjaman jangka pendek ataupun jangka panjang, selain itu juga bisa dengan
menjual surat berharga (IPO) kepada masyarakat umum melalui pasar modal.
2
Dan salah satu alternatif perusahaan untuk memperoleh dana adalah dengan
kebijakan hutang (Sukmaja, 2009:26). Dalam hal ini tugas manajer keuangan
yang bertugas memenuhi kebutuhan dana tersebut (Kasmir, 2009:150).
Namun, seringkali pihak manajer perusahaan atau insider mempunyai tujuan
lain yang bertentangan dengan tujuan utama tersebut, sehingga timbul konflik
kepentingan di antara pihak manajemen dalam hal ini yaitu manajer (agen)
dengan para pemegang saham (principal) sehingga menimbulkan apa yang
disebut dengan masalah keagenan (agency problems) (Brealey, 2008:16).
Menurut Brigham dan Daves dalam Masdupi (2005:3), manajer
seharusnya memperhatikan kepentingan pemilik perusahaan. Tetapi dalam
kenyataannya, manajemen juga berkepentingan terhadap kemakmuran dirinya
sehingga membuat manajer enggan untuk mengambil keputusan yang lebih
berisiko. Jika investasi yang berisiko tersebut gagal, maka laba perusahaan
akan mengalami penurunan. Pada kenyataannya, ukuran kinerja manajerial
adalah laba yang dihasilkan. Dengan demikian, kegagalan investasi tersebut
dapat mengakibatkan manajer tidak memperoleh insentif atau bonus seperti
yang diharapkan. Akibatnya, manajer tidak lagi memaksimumkan
kemakmuran pemegang saham melainkan mengambil jalan tengah dengan
meminimumkan kerugian potensial dari pemilik perusahaan.
Konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham dalam
keputusan pendanaan terjadi disebabkan pemegang saham hanya peduli
dengan risiko sistematik dari saham perusahaan, karena mereka berinvestasi
pada portofolio yang terdiversifikasi dengan baik. Sebaliknya manajer peduli
pada risiko perusahaan secara keseluruhan karena menyangkut reputasinya
3
(Wahidawati, 2002 dalam Apit Susanti dan Sekar Mayangsari, 2014). Dalam
konteks keuangan, masalah tersebut muncul antara prinsipal dan agen.
Masalah keagenan tersebut dapat terjadi antara pemilik (shareholders)
dengan manajer, manajer dengan debtholder, serta manajer dan shareholders
dengan debtholder. Konflik tersebut dikenal sebagai masalah keagenan
(agency problem) (Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, 2002:12).
Permasalahan konflik keagenan muncul ketika perusahaan mulai
menggunakan sumber dana eksternal untuk membiayai investasi. Sumber
dana eksternal yang dimaksud adalah penggunaan hutang (kreditur) dan
saham (manajerial, individu, institusi). Masalah yang muncul adalah naiknya
risiko yang ditanggung oleh pihak eksternal tersebut akibat tindakan ataupun
keputusan yang dibuat oleh manajemen.
Konflik keagenan juga dapat terjadi karena manajer memiliki
informasi yang lebih baik mengenai prospek perusahaan dibandingkan
dengan informasi yang dimiliki pemegang saham atau disebut dengan
asymmetric information (Brigham dan Houston, 2012). Selain itu, konflik
seperti ini kemungkinan besar terjadi ketika para manajer sebuah perusahaan
memiliki terlalu banyak dana yang dapat mereka gunakan untuk mendanai
proyek-proyek pribadi para manajer yang tidak memberikan manfaat untuk
memaksimalkan harga-harga saham. Akibat dari konflik keagenan adalah
memunculkan biaya yang disebut sebagai agency cost yang berguna sebagai
mekanisme pengawasan untuk meminimalkan konflik keagenan (agency
conflict) yang dapat mensejajarkan kepentingan-kepentingan manajer dan
pemegang saham.
4
Kebijakan hutang merupakan salah satu keputusan pendanaan
eksternal yang sangat penting bagi perusahaan. Kebijakan hutang ini
dilakukan guna untuk menambah dana perusahaan yang akan digunakan
untuk memenuhi kebutuhan operasionalnya. Hutang mempunyai pengaruh
penting bagi perusahaan karena selain sebagai sumber pendanaan ekspansi,
hutang juga dapat digunakan untuk mengurangi konflik keagenan. Menurut
Brigham dan Houston (2006), salah satu alternatif guna mengurangi
kelebihan arus kas adalah dengan mengubah struktur modal ke arah hutang
dengan harapan persyaratan penutupan hutang yang lebih tinggi akan
memaksa manajer untuk lebih disiplin. Karena hal tersebut, manajer akan
lebih berhati-hati untuk tidak melakukan pengeluaran yang sia-sia jika
perusahaan memiliki persyaratan penutupan hutang dalam jumlah besar
sehingga manajer akan terkontrol dalam menggunakan arus kas perusahaan.
Menurut Brigham dan Ehrhardt (2005) dengan adanya hutang, kebutuhan
untuk membayar bunga dan pokok pinjaman secara perodik akan mengurangi
jumlah uang yang dapat dipergunakan oleh manajer untuk kepentingan
pribadinya (Farah Margaretha & Yolla Argoeby, 2009).
Para investor menanamkan dananya pada perusahaan bertujuan untuk
mendapatkan return. Return terdiri dari yield dan capital gain. Selain
memperoleh capital gain, dividen juga merupakan salah satu keuntungan
yang akan diperoleh bagi investor atau pemegang saham. Adanya
pembayaran dividen yang tetap menyebabkan timbulnya suatu kebutuhan
dana yang tetap setiap tahunnya sehingga kebutuhan dana perusahaan akan
meningkat. Perusahaan yang memiliki dividen payout ratio yang tinggi lebih
5
menyukai pendanaan dengan modal sendiri karena pembayaran dividen akan
meningkatkan kewajiban perusahaan dan pembayaran dividen pada umumnya
dilakukan setelah perusahaan melakukan pembayaran terhadap bunga dan
cicilan hutang perusahaan. Oleh karena itu, manajer akan lebih berhati-hati
dan efisien dalam menggunakan hutang (Yeniatie & Nicken Destriana, 2010).
Free cash flow adalah arus kas yang benar-benar tersedia untuk
didistribusikan kepada seluruh investor (pemegang saham dan pemilik hutang)
setelah perusahaan menempatkan seluruh investasinya pada aktiva tetap,
produk-produk baru dan modal kerja yang dibutuhkan untuk
mempertahankan operasi yang sedang berjalan (Brigham & Houston,
2006:65).
Kebijakan hutang juga bergantung pada pertumbuhan aset yang
dimiliki perusahaan. Perusahaan yang mempunyai aset besar tentu lebih
mudah memperoleh hutang atau pinjaman dari pada perusahaan yang tidak
mempunyai assetyang besar. Menurut Gapenski dan Daves dalam Sukmaja
(2009 : 42), perusahaan yang memiliki jaminan terhadap hutang akan lebih
mudah mendapatkan hutang dari pada perusahaan yang tidak memiliki
jaminan terhadap hutang.
Pertumbuhan penjualan yang tinggi dapat meningkatkan biaya
operasional melalui hutang. Menurut Brigham dan Houston (2010),
perusahaan dengan tingkat laba yang tinggi cenderung lebih besar
menggunakan sumber dana eksternal yaitu hutang dibandingkan dengan
perusahaan-perusahaan yang tingkat penjualannya rendah.
6
Kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dapat digunakan
untuk mengembalikan hutang dan bunga pinjaman. Semakin tinggi
kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba, maka semakin besar return
yang diharapkan oleh investor. Perusahaan dengan profitabilitas tinggi
biasanya menggunakan hutang dalam jumlah sedikit dibandingkan dengan
perusahaan yang memiliki profitabilitas rendah karena perusahaan dengan
profitabilitas tinggi memungkinkan perusahaan untuk membiayai sebagian
besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang di dapat dari dalam
perusahaan. Oleh karena itu, para investor memiliki minat yang besar
terhadap perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi. Karena para investor
memiliki tujuan untuk mendapatkan tingkat return yang seimbang dengan
tingkat risiko yang diambilnya. Selain itu, semakin banyak laba yang di
peroleh perusahaan maka semakin banyak cadangan dana yang disiapkan
untuk membayar hutang tersebut. Hal ini sesuai dengan pecking order theory
yang menentukan urutan dalam keputusan pendanaan dimana para manajer
pertama kali akan memilih untuk menggunakan laba ditahan, hutang dan
penerbitan saham sebagai pilihan terakhir (Mamduh, 2004 dalam Zulfia
Andina, 2013).
Kemampuan perusahaan dalam mengembalikan hutangnya tergantung
dari kebijakan hutang yang diambil oleh perusahaan. Kemampuan perusahaan
dapat meningkatkan kepercayaan para kreditur untuk meminjamkan dana
kepada perusahaan. Kemampuan perusahaan tersebut, dapat diukur dengan
current ratio(CR) yaitu perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancarnya
yang biasa disebut dengan likuiditas perusahaan. Perusahaan yang memiliki
7
current ratio tinggi berarti memiliki aktiva lancar yang cukup untuk
mengembalikan hutang lancarnya sehingga perusahaan berpeluang untuk
mendapatkan hutang dengan mudah dari para investor (Ozkan, 2001).
Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan.
Ukuran perusahaan merupakan salah satu hal yang perlu dipertimbangakan
perusahaan dalam menentukan kebijakan hutang. Perusahaan besar memiliki
keuntungan aktivitas serta lebih dikenal oleh publik dibandingkan dengan
perusahaan kecil sehingga kebutuhan hutang perusahaan yang besar akan
lebih tinggi dari pada perusahaan kecil. Semakin besar ukuran perusahaan,
maka perusahaan akan semakin transparan dalam mempublikasikan kinerja
perusahaan kepada pihak luar. Dengan demikian dapat meningkatkan
kepercayaan para kreditur untuk memberikan pinjaman kepada perusahaan
besar. Sehingga aktiva yang di danai dengan hutang akan semakin besar pula
(Homaifer dan Zietz, 1994).
Menurut Brigham dan Houston (2011:188) struktur aktiva adalah
sebuah jaminan perusahaan yang asetnya memadai untuk digunakan sebagai
jaminan dalam menggunakan utang. Aset umum yang dapat digunakan oleh
banyak perusahaan dapat menjadi jaminan yang baik, sementara tidak untuk
aset dengan tujuan khusus.
Dalam penelitian ini kebijakan hutang dapat diproksikan dengan Debt
to Assets Ratio (DAR). Rasio hutang (debt ratio) merupakan ukuran seberapa
besar aktiva yang dimiliki oleh perusahaan dibelanjai hutang (pinjaman).
Semakin besar rasio hutang terhadap total assets maka risiko bagi investor
akan semakin tinggi (Brigham dan Houston, 2012).Tinggi rasio DAR
8
menunjukkan bahwa pendanaan yang berasal dari hutang besar. Investor
cenderung lebih tertarik pada tingkat DAR lebih dari satu karena
mengindikasikan risiko perusahaan tinggi karena penggunaan hutangnya
tinggi. Oleh karena itu, perusahaan akan berusaha agar tingkat DAR yang
dimiliki perusahaan tidak lebih dari satu dalam struktur pendanaannya
(Brigham dan Houston, 2001). Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam
aktivitas pendanaan adalah hutang, yaitu menentukan sampai sejauh mana
hutang digunakan dalam struktur modal perusahaan dan seberapa besar
perusahaan mendanai assetnya dengan menggunakan hutang.
Industri manufaktur adalah industri dengan perusahaan yang paling
mendominasi di Bursa Efek Indonesia. Industri ini terdiri dari sekitar 150
perusahaan yang dikelompokkan menjadi beberapa sub kategori industri.
Perusahaan manufaktur sendiri merupakan perusahaan yang melakukan
proses produksi yang mengubah barang mentah menjadi barang jadi atau
barang yang siap dikonsumsi sehingga membutuhkan dana yang cukup besar
dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Banyaknya perusahaan dalam
industri, serta kondisi ekonomi saat ini telah menciptakan persaingan yang
sangat ketat antar perusahaan manufaktur namun semakin pesatnya
persaingan tersebut tidak atau belum didukung oleh pengawasan yang ketat,
hal ini menimbulkan banyak permasalahan dalam dunia manufaktur seperti
penyalahgunaan penyaluran kredit yang akhirnya menjadi kredit macet,
sehingga perusahaan manufaktur tersebut menjadi kekurangan likuiditas yang
parah, pada akhirnya menjadikan perusahaan tersebut mengalami pailit
(dilikuidasi).
9
Persaingan yang terjadi dalam industri manufaktur tentunya membuat
setiap perusahaan semakin meningkatkan kinerjanya agar dapat tercapainya
tujuan perusahaan. Menurut situs resmi Kemenprin,Industri manufaktur
merupakan salah satu sektor industri di Indonesia yang paling diminati oleh
investor asing seiring pulihnya perdagangan internasional khususnya sektor
industri barang dan konsumsi yang mempunyai peran aktif dalam pasar
modal dimana pada awal tahun 2011 sektor barang dan konsumsi mengalami
kenaikan sebesar 41,93% dibandingkan sektor lainnya. Pada tahun 2013,
Kemenprin juga mencatatkan bahwa industri barang dan konsumsi menjadi
penopang daya tahan sektor manufaktur yang tumbuh sebesar 28%. Kenaikan
ini merupakan kenaikan tertinggi kedua dari sepuluh sektor yang ada serta
sektor dengan kinerja yang lebih tinggi dibandingkan sektor-sektor lainnya
yang menjadi bagian dalam industri manufaktur. Oleh karena itulah sektor
industri barang dan konsumsi harus dapat menjaga kesehatan keuangan atau
likuiditas. Mengingat besarnya pengaruh yang akan terjadi jika mengalami
kesulitan keuangan pada industri barang dan konsumsi, maka perlu dilakukan
analisis sedemikian rupa, sehingga kesulitan keuangan dan kemungkinan
kebangkrutan dapat diketahu lebih awal untuk selanjutnya menentukan arah
kebijaksanaan.
Dengan demikian, perusahaan harus mempunyai kemampuan dalam
mengambil keputusan yang tepat dalam hal pendanaan khususnya
menggunakan hutang agar perusahaan dapat berkembang, bertahan hidup,
bersaing dengan perusahaan lainnya serta memiliki pengaruh terhadap nilai
perusahaan.
10
Dari pengamatan sepintas yang telah dilakukan, dapat diketahui
bahwa variabel kebijakan hutang (DAR), kebijakan dividen (DPR), free cash
flow (FCF), pertumbuhan aset (GA), pertumbuhan penjualan (GS), likuiditas
(CR), profitabilitas (ROA), ukuran perusahaan (SIZE), serta struktur aktiva
(SA) perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi yang
terdaftar di BEI tahun 2010-2014 mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun.
Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.1 sebagai berikut:
Tabel 1.1 Rata-rata 9 Variabel UtamaPada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri
Barang dan Konsumsi di BEI Tahun 2010-2014
No VARIABEL TAHUN 2010 2011 2012 2013 2014
1 DAR 0.4020 0.2916 0.3161 0.3183 0.3461 Perubahan (%) - -27.4% 8.4% 0.7% 8.7%
2 DPR 0.5350 0.4716 0.6626 0.4229 0.5506 Perubahan (%) - -11.8% 40.5% -36.2% 30.2%
3 FCF 0.1970 0.1211 0.0537 0.0924 0.0458 Perubahan (%) - -38.5% -55.7% 72.2% -50.5%
4 Growth Asset 0.0330 0.1250 0.1075 0.1981 0.1114 Perubahan (%) - 278.2% -13.9% 84.2% -43.8%
5 Growth Sales 0.3206 0.1143 0.1468 0.1453 0.0841 Perubahan (%) - -64.4% 28.5% -1.1% 42.1%
6 Likuiditas 4.0234 4.1367 3.3848 2.9481 2.9088 Perubahan (%) - 2.8% -18.2% -12.9% -1.3%
7 Profitabilitas (ROA) 0.3860 0.2132 0.2018 0.2209 0.1842 Perubahan (%) - -44.8% -5.4% 9.4% -16.6%
8 Ukuran Perusahaan (SIZE) 28.5709 28.8616 28.9601 29.1362 29.2389 Perubahan (%) - 1.0% 0.3% 0.6% 0.4%
9 Struktur Aktiva 0.5175 0.3257 0.3345 0.3454 0.3559 Perubahan (%) - -37.1% 2.7% 3.2% 3.1%Sumber: Data diolah 2016
Ditinjau dari DAR perusahaan yang dapat dilihat pada Tabel 1.1,
tahun 2010 sampai dengan 2014 rata-rata DAR perusahaan manufaktur sektor
industri barang dan konsumsi mengalami kenaikan. Hal ini menunjukkan
bahwa proporsi hutang untuk membiayai aktiva cenderung berubah tiap
11
tahunnya tergantung dari keputusan manajer dan pemegang saham. Dalam
signaling theory dinyatakan bahwa perusahaan dengan prospek yang
menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan
mengusahakan modal baru dengan cara-cara lain seperti dengan
menggunakan hutang.
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa rata-rata variabel independen
(kebijakan dividen, free cash flow, pertumbuhan aset, pertumbuhan penjualan,
likuiditas, profitabilitas, ukuran perusahaan, struktur aktiva) perusahaan
manufaktur sektor industri barang dan konsumsi pada tahun 2010 sampai
dengan 2014 mengalami fluktuatif. DPR perusahaan mengalami naik turun
dari tahun ke tahun, pada tahun 2011 dan 2013 DPR perusahaan mengalami
penurunan sedangkan untuk tahun 2012 dan 2014 DPR perusahaan
mengalami kenaikan. FCF perusahaan cenderung mengalami penuruan dari
tahun ke tahun, hanya pada tahun 2013 FCF perusahaan mengalami kenaikan
sebesar 72,2%. Growth Asset perusahaan cenderung mengalami fluktuatif
dari tahun ke tahun, pada tahun 2012 dan 2014 Growth Asset perusahaan
mengalami penurunan sedangkan pada tahun 2011 dan 2013 Growth Asset
perusahaan mengalami kenaikan. Growth Sales perusahaan cenderung
mengalami penurunan dari tahun ke tahun, penurunan paling besar dialami
pada tahun 2011 sebesar 64,4% sedangkan pada tahun 2012 dan 2014 Growth
Sales perusahaan mengalami kenaikan sebesar 28,5% dan 42,1%. CR
perusahaan cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun, padatahun
2011 CR perusahaan mengalami kenaikan sebesar 2,8% dan pada tahun 2012-
2014 CR perusahaan selalu mengalami penurunan. ROA perusahaan
12
cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun, hanya saja pada tahun
2013 ROA perusahaan mengalami kenaikan sebesar 9,4%. SIZE perusahaan
dari tahun ke tahun cenderung mengalami kenaikan meskipun presentase
kenaikan tidak terlalu besar namun setidaknya kenaikan SIZE perusahaan
cukup stabil. Struktur aktiva perusahaan dari tahun cenderung mengalami
kenaikan, hanya saja pada tahun 2011 struktur aktiva perusahaan mengalami
penurunan yang cukup signifikan yaitu sebesar 37,1%.
Telah banyak penelitian empiris yang mecoba menguji model dari
kebijakan hutang pada perusahaan. Kebanyakan dari penelitian tersebut
dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
pemilihan kebijakan hutang. Masing-masing faktor memiliki pengaruh yang
berbeda-beda. Besar kecilnya pengaruh dari faktor-faktor tersebut terhadap
kebijakan hutang, tergantung pada jenis perusahaannya dan dimana industri
perusahaan itu beroperasi.
Hasil penelitian tentang pengaruh kebijakan dividen terhadap
kebijakan hutang menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Penelitian yang
dilakukan oleh Christine Dwi Karya Susilawati dan Lidya Agustina (2012),
Apit Susanti dan Sekar Mayangsari (2014)menunjukkan bahwa variabel
kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh M. Syafiudin Hidayat (2013) menunjukkan
bahwa variabel kebijakan dividen berpengaruh negatif terhadap kebijakan
hutang.
Hasil penelitian tentang pengaruh free cash flow terhadap kebijakan
hutang menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Penelitian yang dilakukan
13
oleh Imran dan Akram (2015) menunjukkan bahwa variabel free cash flow
mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap kebijakan hutang.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Christine Dwi Karya Susilawati
dan Lidya Agustina (2012), Riki Sanjaya (2014) menunjukan hasil bahwa
free cash flow berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang.
Hasil penelitian tentang pengaruh pertumbuhan aset terhadap
kebijakan hutang menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Penelitian yang
dilakukan oleh Riki Sanjaya (2014) menunjukkan hasil bahwa variabel
pertumbuhaan perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Rabiah Abdul Wahab et al (2012),
Apit Susanti dan Sekar Mayangsari (2014) menunjukan hasil bahwa
pertumbuhaan perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang.
Serta penelitian Khalid Alkhatib (2012), Tanveer Ashraf dan Safdar
Rasool(2013), Imran dan Akram (2015) menunjukkan bahwa variabel
pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang.
Hasil penelitian tentang pengaruh pertumbuhan penjualan terhadap
kebijakan hutang menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Penelitian yang
dilakukan oleh Afza dan Hussain (2011), Ellili dan Faraouk (2011)
menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan penjualan berpengaruh negatif
terhadap kebijakan hutang. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh M.
Syafiudin Hidayat (2013) menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan
penjualan berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang.
Hasil penelitian tentang pengaruh likuiditas terhadap kebijakan hutang
menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Penelitian yang dilakukan oleh
14
Khalid Alkhatib (2012), dan Sorana VĂTAVU (2013) menunjukkan bahwa
variabel likuditas berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Mahvish Sabir dan Qaisar Ali Malik (2012),
Rabiah Abdul Wahab et al (2012) dan Imran dan Akram (2015) menunjukkan
hasil bahwa variabel likuiditas berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang.
Hasil penelitian tentang pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan
hutang menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Penelitian yang dilakukan
oleh Rabiah Abdul Wahab et al (2012) dan Elly Astuti (2014) menunjukkan
bahwa variabel profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang.
Sedangkan penelitian yang dilakukan olehChristine Dwi Karya Susilawati
dan Lidya Agustina (2012), Mahvish Sabir dan Qaisar Ali Malik (2012),
Sorana VĂTAVU (2013), Apit Susanti dan Sekar Mayangsari (2014), Riki
Sanjaya (2014), Imran dan Akram (2015) menunjukan hasil bahwa
profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Serta penelitian
Khalid Alkhatib (2012) menunjukkan hasil bahwa profitabilitas tidak
berpengaruh terhadap kebijakan hutang.
Hasil penelitian tentang pengaruh ukuran perusahaan terhadap
kebijakan hutang menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Penelitian yang
dilakukan oleh Christine Dwi Karya Susilawati dan Lidya Agustina (2012),
Mahvish Sabir dan Qaisar Malik (2012), dan Elly Astuti (2014) menunjukkan
bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan
hutang.Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Khalid Alkhatib (2013), M.
Syafiudin Hidayat (2013), dan Riki Sanjaya (2014) menunjukan hasil bahwa
ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Serta
15
penelitian Tanveer Ashraf dan Safdar Rasool (2013) yang menunjukan hasil
bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang.
Hasil penelitian tentang pengaruh struktur aktiva terhadap kebijakan
hutang menunjukkan hasil yang konsisten. Penelitian yang dilakukan oleh
Christine Dwi Karya Susilawati dan Lidya Agustina (2012), M. Syafiudin
Hidayat (2013), Apit Susanti dan Sekar Mayangsari (2014) yang
menunjukkan bahwa variabel struktur aktiva berpengaruh positif terhadap
kebijakan hutang.
Berdasarkan ulasan diatas, peneliti termotivasi untuk meneliti
permasalahan diatas dengan melakukan uji empiris terhadap faktor-faktor
yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan manufaktur sektor industri
barang dan konsumsi di Bursa Efek Indonesia antara 2010 sampai dengan
tahun 2014. Dalam melakukan pengujian ini peneliti menggunakan informasi
mengenai kebijakan dividen, free cash flow, pertumbuhan aset, pertumbuhan
penjualan, profitabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan dan struktur aktiva
sebagai variabel independen dan kebijakan hutang sebagai variabel dependen.
Berdasarkan latar belakang tersebut dan mengingat pentingnya kebijakan
hutang di dalam pengambilan keputusan investasi, maka peneliti tertarik
untuk meneliti “Determinan Variabel yang Mempengaruhi Kebijakan
Hutang” (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri
Barang dan Konsumsi tahun 2010-2014) sebagai judul penelitian yang
akan diteliti.
16
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas maka, dapat dirumuskan
permasalahan dalam penelitian sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel kebijakan
dividen (DPR), free cash flow, pertumbuhan aset (Growth Asset),
pertumbuhan penjualan (Growth Sales), likuiditas (CR), profitabilitas
(ROA), ukuran perusahaan (SIZE), struktur aktiva secara bersama-sama
(simultan) terhadap kebijakan hutang ?
2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel kebijakan
dividen (DPR), free cash flow, pertumbuhan aset (Growth Asset),
pertumbuhan penjualan (Growth Sales), likuiditas (CR), profitabilitas
(ROA), ukuran perusahaan (SIZE), struktur aktiva secara individual
(parsial) terhadap kebijakan hutang ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan antara variabel kebijakan
dividen (DPR), free cash flow, pertumbuhan aset (Growth Asset),
pertumbuhan penjualan (Growth Sales), likuiditas (CR), profitabilitas
(ROA), ukuran perusahaan (SIZE), struktur aktiva secara bersama-
sama (simultan) terhadap kebijakan hutang.
b. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan antara variabel kebijakan
dividen (DPR), free cash flow, pertumbuhan aset (Growth Asset),
pertumbuhan penjualan (Growth Sales), likuiditas (CR), profitabilitas
17
(ROA), ukuran perusahaan (SIZE), struktur aktiva secara individual
(parsial) terhadap kebijakan hutang.
2. Manfaat Penelitian a. Bagi investor
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi para investor
sebagai pertimbangan dan gambaran untuk lebih memperhatikan dan
mempertimbangkan keputusan dalam berinvestasi yang berkaitan
dengan teori keagenan.
b. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi tambahan
dan bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan hutang untuk
mengurangi masalah keagenan.
c. Bagi Peneliti
Penelitian ini merupakan kesempatan bagi penulis untuk menambah
serta mengembangkan ilmu pengetahuan baik secara teoritis maupun
alamiah dan dapat memperluas wawasan untuk mempelajari secara
langsung serta mampu dalam menganalisa pengaruh variabel terhadap
kebijakan hutang.
d. Bagi Akademik
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan wawasan
yang lebih mendalam serta sebagai dasar acuan untuk kajian penelitian
selanjutnya mengenai kebijakan hutang. Hasil penelitian ini juga
diharapkan dapat menambah perbendaharaan atas pengembangan ilmu
pengetahuan, khususnya ilmu ekonomi dibidang manajemen keuangan.
18
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Kebijakan Hutang
Kebijakan hutang adalah salah satu kebijakan penting dalam suatu
perusahaan. Dimana kebijakan hutang merupakan bagian dari keputusan
pendanaan yang diambil oleh manajemen perusahaan dalam menentukan
besarnya hutang sebagai sumber pendanaan yang berguna untuk
membiayai kegiatan operasional perusahaan.
Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam M. Syafiudin (2013)
menyatakan bahwa dengan hutang maka perusahaan akan melakukan
pembayaran periodik atas bunga dan pokok pinjaman. Kebijakan hutang
akan memberikan dampak pada pendisiplinan bagi manajer untuk
mengoptimalkan penggunaan dana yang ada, karena dengan utang yang
cukup besar dapat menimbulkan kesulitan keuangan dan atau risiko
kebangkrutan.
Hutang merupakan salah satu cara yang digunakan perusahaan
dalam memperoleh dana dari pihak eksternal. Terdapat beberapa teori
yang berkaitan dengan kebijakan hutang, yaitu :
a. Teori Pendekatan Modigliani & Miller
Model MM tanpa pajak
Tahun 1958, MM berpendapat bahwa nilai perusahaan adalah
tidak bergantung atau dipengaruhi oleh struktur modal. MM
mengajukan beberapa asumsi untuk membangun teori mereka,
19
yaitu: resiko perusahaan diukur dengan EBIT, Investor
memiliki pengharapan yang sama tentang EBIT di masa
mendatang, saham dan obligasi diperjualbelikan di pasar
modal sempurna yang tidak ada kriteria pajak dan seluruh
aliran kas adalah perpetuitas (Sjahrial, 2008:183).
Model MM dengan pajak
Tahun 1963, MM menerbitkan artikel sebagai lanjutan teori
MM tahun 1958. Asumsi yang diubah adalah pajak terhadap
12 penghasilan perusahaan (corporate income taxes). Dengan
adanya pajak ini, MM menyimpulkan bahwa penggunaan
hutang (leverage) akan meningkatkan nilai perusahaan
karena biaya bunga hutang adalah biaya yang mengurangi
pembayaran pajak (a tax deductible expense) (Sjahrial,
2008:193).
b. Trade Off Theory
Menurut Brigham & Houston (2011), trade off theory (teori
pertukaran) adalah teori struktur modal yang menyatakan bahwa
perusahaan menukar manfaat pajak dari penggunaan hutang dengan
masalah yang ditimbulkan dari potensi kebangkrutan. Teori ini juga
menjelaskan semakin tinggi hutang maka akan semakin tinggi nilai
perusahaan. Namun, setelah mencapai titik maksimum,
penggunaan hutang oleh perusahaan menjadi tidak menarik, karena
perusahaan harus menanggung biaya keagenan kebangkrutan serta
biaya bunga yang menyebabkan nilai saham turun. Dengan kata
20
lain trade off theory menyatakan bahwa peningkatan nilai
perusahaan akan mengakibatkan penurunan pada nilai perusahaan
(dengan asumsi penggunaan hutang telah mencapai target strukut
modal optimalnya).
c. Pecking Order Theory
Pecking order theory dikemukakan oleh Donaldson (1961).
Teori pecking order ini menerangkan bahwa perusahaan
mempunyai urutan preferensi dalam penggunaan dana dimana para
manajer pertama kali akan memilih untuk menggunakan dana yang
berasal dari internal perusahaan (internal financing) yang
bersumber dari aliran kas, laba ditahan, dan depresiasi daripada
yang berasal dari eksternal perusahaan (external financing) seperti
hutang dan penerbitan saham sebagai pilihan terakhir. Penggunaan
hutang lebih disukai karena biaya yang dikeluarkan untuk hutang
lebih murah dibandingkan dengan biaya penerbitan saham.
Pecking order theory melihat bahwa perusahaan cenderung
memilih pendanaan sesuai dengan urutan risiko. Ide dasar teori ini
sangat sederhana, yaitu perusahaan membutuhkan dana eksternal
hanya apabila dana internal tidak cukup dan sumber dana yang
diutamakan adalah hutang bukan saham (Siregar, 2005 dalam
Steven dan Lina, 2011).
Brealey, Myers &Marcus (2008:25), menjelaskan teori ini
menjadi dua hal, yaitu:
21
1) Perusahaan menyukai pendanaan internal, karena dana ini
terkumpul tanpa mengirimkan sinyal sebaliknya yang dapat
menurunkan harga saham.
2) Jika dana eksternal dibutuhkan, perusahaan menerbitkan
hutang terlebih dahulu dan hanya menerbitkan ekuitas
sebagai pilihan terakhir. Pecking order ini muncul karena
penerbitan hutang tidak terlalu diterjemahkan sebagai
pertanda buruk oleh investor bila dibandingkan dengan
penerbitan ekuitas.
d. Signaling Theory
Signal (sinyal) merupakan suatu tindakan yang diambil oleh
manajemen suatu perusahaan dengan memberikan petunjuk kepada
investor tentang bagaimana manajemen menilai prospek
perusahaan tersebut (Brigham & Houston, 2011). Perusahaan
dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari
penjualan saham dan sebagai gantinya mengusahakan modal baru
dengan cara-cara lain seperti dengan menggunakan hutang yang
melebihi target struktur modal yang normal. Penggunaan hutang
yang tinggi oleh manajer dapat digunakan sebagai sinyal yang baik
bahwa perusahaan yakin dengan prospek di masa mendatang.
Sehingga dapat dikatakan bahwa hutang adalah sinyal yang positif
tentang nilai perusahaan.
Perusahaan dengan prospek yang kurang menguntungkan
akan cenderung menjual sahamnya yang bertujuan untuk membawa
22
investor baru masuk untuk berbagi kerugian. Pengumuman emisi
saham oleh suatu perusahaan umumnya dianggap sebagai suatu
isyarat (signal) bahwa prospek perusahaan kurang cerah menurut
penilaian manajemennya. Apabila suatu perusahaan menawarkan
penjualan saham baru lebih sering dari biasanya, maka harga
sahamnya akan mengalami penurunan, karena dengan menerbitkan
saham baru maka memberikan isyarat negatif yang dapat menekan
harga saham sekalipun prospek perusahaan cerah.
Terdapat dua asumsi dalam teori sinyal, informasi simetris
dan informasi asimetris. Informasi simetris berasumsi bahwa
investor memiliki informasi yang sama tentang prospek sebuah
perusahaan seperti para manajer. Informasi asimetris merupakan
informasi yang dimiliki manajer lebih baik daripada investor pihak
luar dan memiliki pengaruh yang penting dalam menentukan
struktur modal optimal (Brigham dan Houston, 2006:38 dalam Dwi
Ismiwatis dan Wahidawati, 2014).
e. Agency Theory
Jensen dan Meckling telah mengembangkan teori tentang
biaya agensi yaitu biaya yang berhubungan dengan manajemen
pengawasan untuk memastikan bahwa pihak manajemen
berperilaku dalam cara yang konsisten dengan kesepakatan
kontraktual perusahaan dengan para kreditor serta pemegang saham.
Siapapun yang mengeluarkan biaya pengawasan, biaya tersebut
pada akhirnya ditanggung oleh pemegang saham. Contohnya, para
23
pemilik utang, karena mengantisipasi biaya pengawasan akan
membebankan bunga yang lebih tinggi. Semakin besar
kemungkinan biaya pengawasan, semakin tinggi biaya bunga dan
semakin rendah nilai perusahaan bagi para pemegang sahamnya
(Van Horne & Wachowicz, 2007:244).
Menurut Eisenhardt (1989), teori keagenan (agency theory)
dapat menjelaskan kesenjangan antara manajemen sebagai agent
dan para pemegang saham sebagai principal atau pendelegator.
Dalam teori keagenan, yang dimaksud principal adalah pemegang
saham atau pemilik. Principal menyediakan fasilitas dan dana
untuk kebutuhan operasi perusahaan. Agen dipercayakan oleh
pemegang saham (principal) sebagai pengelola yang berkewajiban
untuk mengelola perusahaan. Teori keagenan menunjukan bahwa
kondisi informasi yang tidak lengkap dan penuh ketidakpastian
akan memunculkan masalah keagenan yaitu adverse selection dan
moral hazard. Adverse selection adalah kondisi yang menunjukan
posisi principal tidak mendapatkan informasi secara cermat
mengenai kinerja manajemen yang telah menetapkan pembayaran
gaji bagi agen (manajemen) atau program kompensasi lain. Moral
hazard berkaitan dengan kondisi principal tidak mendapatkan
kepastian bahwa agen telah berupaya bekerja maksimal untuk
kepentingan pemilik. Hubungan antara principal dan agen
membutuhkan adanya penengah untuk mendapatkan informasi
24
simteris guna mendukung pengambilan kebijakan secara adil
(Harmono, 2014:3).
2. Kebijakan Dividen
Menurut Manahan (2013:201), dividen adalah pendapatan
korporasi yang dibagikan kepada pemegang saham. Dividen dibayarkan
baik dalam cash maupun dalam bentuk saham yang biasanya diterbitkan
secara kuartalan. Saham hanya akan dibayarkan diluar laba ditahan dan
tidak dari modal yang ditanamkan yang berbentuk modal saham (capital
stock)atau dari kelebihan yang diterima di atas nilai par.
Menurut Van Horne (1980), kebijakan dividen yaitu presentase
laba yang dibayarkan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen
tunai, penjagaan stabilitas dividen dari waktu ke waktu, pembagian
dividen saham, dan pembelian saham (Harmono, 2014:12). Sedangkan
menurut Brigham & Houston (2009:32), keputusan kebijakan dividen
(dividend policy decision) adalah keputusan mengenai berapa banyak laba
saat ini yang akan dibayarkan sebagai dividen sebagai ganti dan
dipertahankan untuk diinvestasikan kembali dalam perusahaan.
Menurut Horne dan Wachowicz (2005:270), kebijakan dividen
adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam keputusan pendanaan
perusahaan. Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio)
menentukan jumlah laba yang dapat ditahan dalam perusahaan sebagai
sumber pendanaan. Akan tetapi, dengan menahan laba saat ini dalam
jumlah yang lebih besar dalam perusahaan juga berarti lebih sedikit uang
yang akan tersedia bagi pembayaran dividen saat ini. Jadi, aspek utama
25
dari kebijakan dividen perusahaan adalah menentukan alokasi laba yang
tepat antara pembayaran dividen dengan penambahan laba ditahan
perusahaan.
Manahan (2013:204) menyatakan faktor-faktor yang
mempengaruhi kebijakan dividen antara lain :
a. Tingkat pertumbuhan korporasi (Company growth rate)
b. Keterikatan dalam rapat (Restrictive convenant)
c. Profitability
d. Stabilitas laba (Earning stability)
e. Kontrol perbaikan (Maintenance control)
f. Memahami pengungkit keuangan (Degree of financial leverage)
g. Kemampuan untuk kondisi keuangan eksternal (Ability to finance
externally)
h. Keadaan tak terduga (uncertainity)
i. Ukuran dan umur korporasi (Age and size)
Sedangkan Brigham dan Houston (2006:95) menyatakan faktor-
faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen terdiri dari:
a. Kontrak obligasi
Kontrak utang seringkali membatasi pembayaran dividen
hanya kepada laba yang terjadi setelah pinjaman yang diberikan.
Kontrak utang juga sering kali menyatakan bahwa tidak ada
dividen yang dibayarkan kecuali jika rasio lancar.
b. Ketersediaan kas
26
Dividen tunai hanya dapat dibayarkan dengan kas. Jadi,
kekurangan kas di dalam bank dapat membatasi pembayaran
dividen. Namun kemampuan perusahaan untuk melakukan
pinjaman dapat menutupi faktor ini.
c. Jumlah peluang investasi yang menguntungkan
Jika sebuah perusahaan umumnya memiliki sejumlah besar
peluang investasi yang menguntungkan, hal ini cenderung akan
menghasilkan sasaran rasio pembayaran rendah, dan begitu pula
sebaliknya jika hanya terdapat sedikit peluang investasi perusahaan
yang menguntungkan.
d. Biaya penjualan saham baru
Jika sebuah perusahaan perlu mendanai sejumlah investasi
tertentu, perusahaan dapat memperoleh ekuitas melalui saldo laba
ditahan atau dengan menerbitkan saham biasa baru.
e. Pengendalian
Jika manajemen berkepentingan akan menjaga kendali
perusahaan, manajemen akan enggan menjual saham baru,
sehingga perusahaan mungkin akan menahan laba dalam jumlah
yang lebih besar daripada yang seharusnya. Akan tetapi, jika para
pemegang saham menginginkan dividen yang lebih tinggi dan
terlihat adanya tanda-tanda perebutan wewenang, maka dividen
akan dinaikan.
Menurut (John, et al 1999) dalam Rodoni dan Ali (2010:125)
kebijakan perusahaan untuk membagikan laba ditahannya dalam bentuk
27
dividen kepada pemegang saham perusahaan adalah keputusan yang tidak
mudah dimana perusahaan dihadapkan pada dua pilihan, yaitu:
a. Pembayaran dividen besar dan laba ditahan sedikit, dengan
konsekuensi perusahaan harus mencari dana eksternal dalam
jumlah besar, atau
b. Pembayaran dividen sedikit dan laba ditahan banyak, dengan
konsekuensinya perusahaan tidak perlu mencari dana eksternal
dalam jumlah besar.
Dengan demikian, kebijakan dividen yang diambil oleh perusahaan
berkaitan dengan tujuan utama perusahaan dalam pembuatan keputusan
keuangan yaitu meningkatkan nilai (harga) saham umum perusahaan.
Kebijakan dividen penting karena dua alasan yaiitu pertama, harga saham
akan dipengaruhi oleh pembayaran dividen, sehingga akan berpengaruh
dengan perdagangan saham. Kedua, laba ditahan (retained earnings)
merupakan sumber tambahan modal sendiri (equity capital) yang terbesar
dan terpenting untuk pertumbuhan perusahaan. Kedua alasan tersebut
merupakan dua sisi kepentingan yang sedikit kontorversial. Agar kedua
kepentingan tersebut dapat terpenuhi secara optimal, maka manajemen
perusahaan seharusnya memutuskan kebijakan dividen yang akan dipilih
secara hati-hati dan teliti (Rodoni dan Ali, 2010:125).
Brigham dan Houston (2006:70) menyebutkan terdapat tiga teori
mengenai kebijakan dividen yaitu:
a. Dividend irrelevance theory (Teori Irrelevansi dividen)
28
Dividend irrelevance theory adalah suatu teori yang
menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai
pengaruh baik terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya.
Teori ini mengikuti pendapat Modigliani dan Miller (M-M) yang
menyatakan bahwa nilai perusahaan hanya ditentukan oleh
kemampuan dasar untuk menghasilkan laba dan risiko bisnisnya.
Dengan kata lain, MM berpendapat bahwa nilai dari sebuah
perusahaan akan tergantung hanya pada laba yang diproduksi oleh
aktiva-aktivanya, bukan pada bagaimana laba tersebut akan dibagi
menjadi dividen dan saldo laba ditahan. Sebagai contoh, jika
sebuah perusahaan tidak membayarkan dividennya, seorang
pemegang saham yang ingin mendapatkan dividen 5 persen dapat
”menciptakannya” dengan menjual 5 persen sahamnya. Sebaliknya,
jika sebuah perusahaan membayarkan dividen yang lebih tinggi
daripada yang diinginkan oleh investor, investor tersebut dapat
menggunakan dividen yang tidak diinginkan untuk membeli
tambahan saham perusahaan.
b. Bird in the hand-Theory (Teori Burung di Tangan)
Bird in the hand-Theory diungkapkan oleh Gordon dan
Lintner menyatakan bahwa biaya modal sendiri akan naik jika
dividend payout ratio rendah. Hal ini dikarenakan investor lebih
suka menerima dividen daripada capital gains. MM menyebut
argumentasi Gordon-Lintner sebagai pemikiran burung di tangan
(bird-in-the-hand) yang keliru karena, menurut pendapat MM,
29
kebanyakan investor akan berencana untuk menginvestasikan
dividen mereka kembali ke dalam saham dari perusahaan yang
sama atau yang serupa, dan di setiap waktu, tingkat risiko dari arus
kas perusahaan dalam jangka panjang bagi para investor akan
ditentukan oleh tingkat risiko dari arus kas operasi, dan bukan dari
kebijakan pembayaran dividennya.
c. Tax preference theory (Teori preferensi pajak)
Teori preferensi pajak menyatakan bahwa karena keuntungan
modal jangka panjang terkena pajak yang lebih ringan daripada
dividen, investor lebih menyukai perusahaan menahan laba mereka
daripada membayarkannya sebagai dividen. Brigham dan Houston
(2006:71-72) ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk
beranggapan bahwa investor mungkin lebih menyukai pembagian
dividen yang rendah daripada yang tinggi, yaitu :
1) Keuntungan modal dikenakan tarif pajak lebih rendah
daripada pendapatan dividen. Untuk itu investor yang kaya
(yang memiliki sebagian besar saham) mungkin lebih suka
perusahaan menahan dan menanamkan kembali laba kedalam
perusahaan. Pertumbuhan laba mungkin dianggap
menghasilkan kenaikan harga saham, dan keuntungan modal
yang pajaknya rendah akan menggantikan dividen yang
pajaknya tinggi.
2) Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham
terjual, sehingga ada efek nilai waktu.
30
3) Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai ia
meninggal, sama sekali tidak ada pajak keuntungan modal
yang terutang.
Karena adanya keuntungan pajak ini, para investor mungkin
lebih suka perusahaan menahan sebagian besar laba perusahaan.
Jika demikian para investor akan mau membayar lebih tinggi untuk
perusahaan yang pembagian dividennya rendah daripada untuk
perusahaan sejenis yang pembagian dividennya tinggi.
3. Free Cash Flow
Dalam mengukur arus kas, kita bisa menggunakan penyajian
laporan keuangan yang lazim yang biasa sebagai laporan arus kas. Tetapi,
kita lebih tertarik dengan menggunakan arus kas dari perspektif investor
perusahaan daripada dari tinjauan akuntansi. Kita berpikir tentang
perusahaan sebagai bangunan aktiva yang menghasilkan arus kas, bisa
positif bisa pula negatif. Setelah perusahaan membayar semua beban
operasi dan melakukan semua investasi-investasinya, maka sisa arus kas
bebas untuk didistribusikan baik kepada kreditor perusahaan maupun
kepada para pemegang saham. Sisa arus kas inilah yang merupakan arus
kas bebas (Sjahrial, 2007:32).
Brigham & Houston (2001:93), menyatakan bahwa arus kas bebas
(free cash flow) adalah arus kas operasi perusahaan dikurangi invetasi
ekuitas yang diwajibkan. Menurut Michael C. Jensen (1996), arus kas
didefinisikan sebagai berikut:
31
“Arus kas bebas adalah arus kas lebih yang dibutuhkan untuk
mendanai semua proyek yang memiliki nilai sekarang neto saat
didiskontokan pada biaya modal yang relevan”.
Jensen lalu mengemukakan bahwa arus kas bebas yang besar dan
mengarah pada perilaku manajer yang salah dan keputusan yang buruk,
yang bukan demi kepentingan pemegang saham biasa perusahaan. Dengan
kata lain, manajer memiliki insentif untuk memegang arus kas bebas
(Arthur J Keown dkk, 2000:58).
Pada suatu perusahaan konflik kepentingan ini terjadi antara
manajemen dan pemegang saham atau stockholders. Konflik kepentingan
tersebut dapat timbul dari adanya kelebihan aliran kas. Kelebihan arus kas
cenderung akan diinvestasikan melebihi tingkat yang optimum dan sering
digunakan unuk konsumsi secara berlebihan yang tidak ada kaitannya
dengan kegiatan utama perusahaan. Konflik tersebut dapat disebabkan
perbedaan antara pemegang saham yang lebih menyukai investasi yang
berisiko tinggi dengan harapan memperoleh return yang tinggi, sementara
manajemen lebih memilih investasi dengan resiko lebih rendah untuk
melindungi posisinya (Arthur J Keown dkk, 2000:609).
Free cash flow adalah arus kas yang benar-benar tersedia untuk
didistribusikan kepada seluruh investor (pemegang saham dan pemilik
hutang) setelah perusahaan menempatkan seluruh investasinya pada aktiva
tetap, produk-produk baru dan modal kerja yang dibutuhkan untuk
mempertahankan operasi yang sedang berjalan (Brigham & Houston,
2006:65).
32
Menurut Kieso et al.(2013) dalam (Riki Sanjaya, 2014), free cash
flow adalah jumlah dari discretionary cash flow yang dimiliki perusahaan
untuk membeli tambahan investasi, melunasi hutang, membeli treasury
stock atau penambahan sederhana atas likuiditas perusahaan. Masalah free
cash flow adalah manager lebih memilih menggunakan uang untuk
proyeknya sendiri ketika memiliki kesempatan, daripada membayarkan
uang tersebut kepada claimholders.
4. Pertumbuhan Aset
Menurut Fahmi (2013:82), rasio pertumbuhan yaitu rasio yang
mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam mempertahankan
posisinya di dalam industri dan dalam perkembangan ekonomi secara
umum.
Pertumbuhan aset (Growth of Asset) menunjukkan perubahan
(peningkatan atau penuruan) total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan.
Dapat dilihat seberapa besar pertumbuhan aktiva (Growth of Asset)
mempengaruhi struktur modal dimana perusahaan yang tumbuh pesat
dengan tingkat pertumbuhan aktiva yang tinggi cenderung mengandalkan
modal dari luar perusahaan. Pada perusahaan dengan tingkat pertumbuhan
aktiva yang rendah kebutuhan modal baru relatif kecil sehingga dapat
dipenuhi dari laba ditahan. Lebih jauh lagi, biaya pengembangan untuk
penjualan saham lebih besar daripada biaya penerbitan surat hutang.
Namun, pada saat yang sama perusahaan yang tumbuh dengan pesat sering
mengahadapi ketidakpastian yang lebih besar, cenderung mengurangi
keinginan untuk menggunakan hutang (Brigham dan Houston, 2001:40).
33
Menurut Rodoni dan Ali (2010:147), pertumbuhan secara tidak
langsung berpengaruh pada pendanaan ekuitas yang signifikan, walaupun
pada keadaan dimana biaya kebangkrutan rendah, jadi perusahaan dengan
pertumbuhan tinggi akan memiliki rasio hutang yang lebih rendah
dibandingkan dengan perusahaan yang pertumbuhannya rendah.
Pertumbuhan pada intinya adalah fitur dari dunia nyata, sebagai hasilnya
pendanaan dengan hutang tidak optimal.
Dengan demikian, perusahaan dengan pertumbuan aktiva yang
tinggi akan lebih cenderung melakukan pendanaan eksternal. Dan pada
saat yang sama pula, perusahaan tersebut akan lebih cenderung
mengurangi keinginan untuk melakukan pendanaan eksternal. Hal ini
menunjukkan adanya hubungan yang bisa postif atau negatif antara
pertumbuhan aktiva dengan kebijakan hutang suatu perusahaan.
5. Pertumbuhan Penjualan
Pertumbuhan penjualan merupakan variabel yang dipertimbangkan
dalam keputusan hutang. Pertumbuhan penjualan merupakan persepsi
tentang peluang bisnis yang tersedia dipasar yang harus diambil oleh
perusahaan (Sujoko dan Soebiantoro, 2007 dalam M. Syafiudin 2013).
Menurut Brigham dan Houston (2001:39), perusahaan dengan
penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman dalam memperoleh lebih
banyak pinjamandan menanggung beban tetap yang lebih tinggi
dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil.
Pertumbuhan penjualan adalah kenaikan atau penuruan jumlah
penjualan dari tahun ke tahun. Semakin meningkat penjualan suatu
34
perusahaan, maka laba yang diperoleh juga meningkat. Perusahaan yang
memiliki penjualan relatif stabil akan memilik aliran kas yang relatif stabil
pula, maka dapat menggunakan hutang lebih besar daripada perusahaan
dengan penjualan yang tidak stabil (Agus Sartono, 2008:122).
Rumus pertumbuhan penjualan adalah membandingkan antara
penjualan tahun bersangkutan setelah dikurangi penjualan pada tahun
sebelumnya terhadap penjualan pada tahun sebelumnya. Hasil yang positif
menunjukkan bahwa terjadi kenaikan penjualan dari tahun sebelumnya,
begitu pula sebaliknya hasil negatif berarti penjualan menurun dari tahun
sebelumnya. Pertumbuhan penjualan yang positif merupakan sinyal bagi
para kreditur untuk memberikan kredit kepada perusahaan.
6. Likuiditas
Menurut Harmono (2014:106), konsep likuiditas diartikan sebagai
kemampuan perusahaan dalam melunasi sejumlah hutang jangka pendek
yang umumnya kurang dari satu tahun. Sedangkan Kasmir (2009:130),
mendefinisikan likuditas sebagai kemampuan perusahaan untuk membayar
hutang-hutangnya yang telah jatuh tempo.
Menurut Moeljadi (2006:67), rasio likuiditas merupakan
komponen penting bagi setiap perusahaan karena didalam perusahaan
haruslah mempunyai cadangan kas yamg cukup untuk menunjang
operasional perusahaan. Likuiditas sendiri merupakan suatu indikator
mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban
jangka pendek atau jangka panjang yang sudah jatuh tempo. Rasio
likuiditas merupakan rasio yang menghubungkan kas dan aktiva lancar
35
lainnya dengan kewajiban lancar. Menurut Harmono (2014:106), pada
prinsipnya tingginya tingkat likuiditas suatu perusahaan maka menunjukan
semakin baik kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang jangka
pendeknya.
Perhitungan likuiditas perusahaan memberikan manfaat pada
berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan seperti pemilik
dan manajemen perusahaan untuk menilai kemampuan mereka sendiri.
Sedangkan dari pihak luar yang juga memiliki kepentingan yaitu kreditur
(penyedia dana), pengukuran likuiditas merupakan jaminan untuk
memberikan pinjaman selanjutnya (Kasmir, 2009:130). Perusahaan yang
mampu memenuhi kewajiban jangka pendek tepat waktu berarti
perusahaan tersebut dalam keadaan likuid, namun jika sebaliknya maka
perusahaan tergolong unlikuid.
Menurut Brealey, Myers & Marcus (2008:77), likuiditas
merupakan kemampuan perusahaan untuk menjual suatu aset guna
mendapatkan kas pada waktu singkat. Ukuran yang paling sering
digunakan untuk mengukur likuiditas perusahaan adalah current ratio atau
rasio lancar.Menurut Brigham dan Houston (2010:134), rasio lancar
dihitung dengan membagi aset lancar dengan kewajiban lancar. Rasio ini
menunjukkan sampai sejauh mana kewajiban lancar ditutupi oleh aset
yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam waktu dekat.
Menurut Subramanyam dan John J Wild dalam Irham Fahmi
(2011:121), alasan digunakannya rasio lancar secara luas adalah sebagai
ukuran likuiditas yang mencakup kemampuannya untuk mengukur:
36
a. Kemampuan memenuhi kewajiban lancar
Makin tinggi (kelipatan) aset lancar terhadap kewajiban
lancar, maka makin besar keyakinan bahwa kewajiban lancar
tersebut akan dibayar.
b. Penyangga kerugian
Makin besar penyangga, maka makin kecil risikonya. Rasio
lancar menunjukan tingkat keamanan yang tersedia untuk menutup
penurunan nilai aset lancar non-kas pada saat aset tersebut dilepas
atau dilikuiditasi.
c. Cadangan dana lancar
Rasio lancar merupakan ukuran tingkat keamanan terhadap
ketidakpastian dan kejutan atas arus kas perusahaan.
Ketidakpastian dan kejutan,seperti pemogokan dan kerugian luar
biasa, dapat membahayakan arus kas secara sementara dan tidak
terduga.
7. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam
memperoleh profit atau laba selama satu tahun saat menjalankan
operasionalnya yang dinyatakan dalam rasio laba operasi dengan
penjualan dari data laporan laba rugi akhir tahun. Menurut Brigham dan
Houston (2009), profitabilitas merupakan hasil akhir dari sejumlah
kebijakan dan keputusan yang diambil oleh perusahaan. Analisis
profitabilitas menggambarkan kinerja fundamental perusahaan yang
37
ditinjau dari tingkat efisiensi dan efektivitas operasi perusahaan dalam
memperoleh laba (Harmono, 2014:109).
Profitabilitas dapat mencerminkan bagaimana prospek perusahaan
di masa yang akan datang, sehingga dapat mempengaruhi kebijakan para
investor terhadap investasi yang dilakukan perusahaan tersebut.
Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas relatif tinggi dapat
menarik perhatian para investor untuk menanamkan dananya pada
perusahaan tersebut. Sedangkan sebaliknya jika perusahaan memiliki
tingkat profitabilitas yang rendah maka akan memungkinkan para investor
untuk menarik dananya yang telah dinvestasikan. Oleh karena itu, setiap
perusahaan akan berusaha untuk meningkatkan profitabilitasnya guna
menjamin keberlangsungan hidup perusahaan di masa yang akan datang.
Profitabilitas merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan
dalam menentukan struktur modal. Profitabilitas menggambarkan
pendapatan yang dimiliki perusahaan untuk membiayai investasi.
Perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi cenderung
menggunakan utang yang relatif kecil karena laba ditahan yang tinggi
sudah memadai untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan
dalam kegiatan opersional perusahaan termasuk investasi.
Untuk mengukur tingkat profitabilitas perusahaan, dapat dilakukan
dengan menggunakan rasio profitabilitas. Menurut Kasmir (2010:115),
profitabilitas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat
efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba
38
yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Menurut Fahmi
(2011:135) dalam Ryan dan Willy (2014), rasio profitabilias digunakan
untuk mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan
oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam
hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Semakin baik rasio
profitabilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya
perolehan keuntungan perusahaan.
Menurut Kasmir (2009:198), rasio profitabilitas memiliki beberapa
manfaat bagi perusahaan, maupun bagi pihak luar perusahaan, antara lain :
a. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan
dalam ssatu periode.
b. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang.
c. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.
d. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal
sendiri.
e. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang
digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
Rasio profitabilitas juga dapat digunakan sebagai bahan analisis
bagi penentuan kebijakan periode selanjutnya, karena setiap perubahan
yang terjadi akan berpengaruh terhadap pertimbangan pihak yang
berkepentingan dalam mengambil keputusan. Menurut Kasmir (2009:199-
207) untuk mengukur profitabilitas suatu perusahaan dapat dilakukan
dengan jenis-jenis rasio di bawah ini, yaitu :
39
a. Profit Margin (Profit Margin On Sales)
Profit Margin (Profit Margin On Sales) adalah salah satu
rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan.
Cara mengukur rasio ini adalah dengan membandingkan antara
laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih. Besarnya hasil
perhitungan margin laba bersih menunjukkan seberapa besar laba
setelah pajak yang diperoleh oleh perusahaan untuk tingkat
penjualan tertentu.
b. Laba per Lembar Saham
Rasio ini untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam
mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Rasio yang rendah
berarti manajemen belum berhasil untuk memuaskan pemegang
saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi berarti meningkatnya
kesejahteraan bagi pemegang saham.
c. Rasio pengembalian atas ekuitas (ROE)
Rasio pengembalian atas ekuitas (ROE) atau pengembalian
atas para pemegang saham adalah rasio untuk mengukur laba
bersih setelah pajak dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini,
maka semakin baik, maksudnya adalah posisi pemilik perusahaan
semakin semakin kuat, demikian sebaliknya.
d. Rasio pengembalian atas investasi (ROI/ROA)
Rasio pengembalian atas investasi (ROI/ROA) adalah rasio
yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang
40
digunakan dalam perusahaan. ROA juga merupakan suatu ukuran
tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya.
Profitabilitas ini menjadi variabel dalam menggambarkan
pendapatan yang dimiliki perusahaan untuk membiayai investasi.
Selain itu, profitabilitas juga menunjukkan kemampuan dari modal
yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan
keuntungan bagi investor.
8. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aset yang
dimiliki perusahaan. Suatu perusahaan yang berukuran besar lebih mudah
memperoleh pinjaman dibandingkan dengan perusahaan kecil (Moeljadi,
2006:274). Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu
perusahaan, pada perusahaan besar dengan total aktiva yang banyak akan
lebih berani untuk menggunakan modal dari pinjaman (debt financing)
dalam membelanjai seluruh aktiva baik aktiva tetap maupun aktiva lancar
yang digunakan untuk perluasan usaha dibandingkan dengan perusahaan
yang lebih kecil ukurannya. Menurut Benkraiem dan Gurau (2013) dalam
(Riki Sanjaya, 2014), perusahaan kecil memiliki bankruptcy costs relatif
lebih tinggi, karena perusahaan besar menunjukkan stabilitas yang lebih
baik dan lebih terdiversifikasi daripada perusahaan kecil.
Menurut Brigham dan Houston (2001:117), ukuran perusahaan
adalah rata-rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan
sampai beberapa tahun kemudian. Dalam hal ini penjualan lebih besar
daripada biaya variabel dan biaya tetap, maka akan diperoleh jumlah
41
pendapatan sebelum pajak. Sebaliknya jika penjualan lebih kecil daripada
biaya variabel dan biaya tetap maka perusahaan akan menderita kerugian.
Perusahaan kecil dan dalam masa pertumbuhan cenderung untuk
tidak membayarkan dividennya dan perusahaan biasanya baru akan
membagikan labanya dalam bentuk dividen setelah perusahaan mencapai
titik kedewasaan (mature) dalam daur hidupnya. Perusahaan kecil dengan
kesempatan pertumbuhan yang tinggi lebih memilih seluruh laba bersih
operasinya dialokasikan untuk investasi yang profitable dan tidak
menyisakan kas untuk pembayaran dividen.
Menurut Abdul Halim (2007:93), semakin besar ukuran suatu
perusahaan, maka perusahaan akan cenderung semakin lebih besar
menggunakan modal asing. Hal ini disebabkan karena perusahaan besar
membutuhkan dana yang besar pula untuk menunjang operasionalnya, dan
salah satu alternatif pemenuhannya adalah dengan menggunakan modal
asing apabila modal sendiri tidak mencukupi.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa besar kecilnya ukuran
perusahaan akan berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan dengan
didasarkan pada kenyataan bahwa pada perusahaan besar akan lebih
mudah membiayai investasinya melalui pasar modal, karena mempunyai
tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi dan kecilnya informasi asimetri
yang terjadi. Investor dapat memperoleh lebih banyak informasi dari
perusahaan besar jika dibandingkan dengan perusahaan kecil. sehingga,
dengan diperolehnya dana melalui pasar modal menjadikan proporsu
hutang menjadi semakin kecil dalam struktur modalnya. Untuk itu
42
perusahaan kecil mungkin menyukai hutang jangka pendek karena
biayanya yang lebih murah dan perusahaan besar lebih berani untuk
mengeluarkan saham baru dan kecenderungan untuk menggunakan jumlah
pinjaman akan semakin besar pula.
9. Struktur Aktiva
Menurut Brigham & Houston (2011:188) dalam Ryan dan Willy
(2014), struktur aktiva adalah sebuah jaminan perusahaan yang asetnya
memadai untuk digunakan sebagai jaminan dalam menggunakan utang.
Aset umum yang dapat digunakan oleh banyak perusahaan dapat menjadi
jaminan yang baik, sementara tidak untuk aset dengan tujuan khusus.
Menurut Kesuma (2009) dalam M. Syafiudin (2013), struktur
aktiva adalah kekayaan atau sumber-sumber ekonomi yang dimiliki oleh
perusahaan yang diharapkan akan memberi manfaat dimasa yang akan
datang.
Menurut Brigham & Houston (2001:30-41) dalam Pancawati dan
Rachmawati (2012), aset yang dimiliki oleh perusahaan akan mempunyai
pengaruh perusahaan terhadap hubungannya dengan pihak lain. Aktiva
merupakan salah satu jaminan yang bisa meyakinkan pihak lain untuk bisa
memberikan pinjaman kepada perusahaan, sehingga perusahaan yang
stuktur asetnya lebih fleksibel akan lebih mudah memperoleh pinjaman.
Perusahaan yang aktivanya sesuai dengan jaminan kredit akan lebih
banyak menggunakan hutang karena kreditor akan selalu memberikan
pinjaman apabila mempunyai jaminan.
43
Menurut Bambang Riyanto (2001:298), sebagian besar perusahaan
industri modalnya tertanam dalam aktiva tetap akan mengutamakan
pemenuhan kebutuhan modalnya dari modal permanen, yaitu modal
sendiri. Sedangkan modal asing sifatnya sebagai pelengkap. Hal ini dapat
dihubungkan dengan adanya aturan struktur finansial konservatif yang
horisontal yang menyatakan bahwa besarnya modal sendiri hendaknya
paling sedikit dapat menutup jumlah aktiva tetap plus aktiva lain yang
sifatnya permanen. Dan perusahaan yang sebagian besar dari aktivanya
sendiri dari aktiva lancar akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan
dananya dengan hutang jangka pendek.
B. Hubungan Antar Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen
1. Kebijakan Dividen dengan Kebijakan Hutang
Secara umum dividen dapat diartikan sebagai bagian yang
dibagikan oleh emiten kepada masing-masing pemegang saham. Dividen
menurut Weston dan Copeland (2005) dalam Rodoni dan Ali (2010:121)
adalah keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada para pemegang
saham. Pecking order theory menyatakan bahwa dalam mengambil
keputusan pendanaan, perusahaan pertama kali akan memanfaatkan laba
ditahan, kemudian apabila tidak mencukupi maka barulah akan digunakan
pendanaan eksternal seperti hutang.
Kebijakan dividen ini memiliki pengaruh terhadap tingkat
penggunaan hutang suatu perusahaan. Kebijakan dividen yang stabil
menyebabkan adanya keharusan bagi perusahaan untuk menyediakan
sejumlah dana untuk membayar sejumah dividen yang tetap tersebut
44
sehingga kebutuhan pendanaan perusahaan akan meningkat (Yeniate dan
Nicken, 2010). Ketika sebagian besar keuntungan perusahaan dibagikan
kepada pemegang saham sebagai dividen, maka laba ditahan suatu
perusahaan yang menjadi salah satu sumber pendanaan akan semakin kecil,
sehingga untuk memenuhi kebutuhan dana perusahaan manajer lebih
cenderung untuk menggunakan hutang yang relatif besar. M. Syafiudin
(2013), mengatakan bahwa semakin besar jumlah dividen yang dibagikan,
maka perusahaan juga akan meningkatkan penggunaan jumlah hutang.
Ketika dividen tidak dibagikan atau semakin kecil, maka hutang yang akan
digunakan perusahaan juga semakin rendah. Oleh karena itu, manajer akan
lebih berhati-hati dan lebih efisien dalam menggunakan hutang.
2. Free Cash Flow dengan Kebijakan Hutang
Free cash flow merupakan kas perusahaan yang dapat
didistribusikan kepada kreditur atau pemegang saham yang tidak
diperlukan untuk modal kerja atau investasi pada aset. Kas tersebut
biasanya menimbulkan konflik kepentingan antara manajer dan pemegang
saham. Manajer lebih menginginkan dana tersebut diinvestasikan lagi pada
proyek-proyek yang dapat menghasilkan keuntungan, karena hal ini dapat
meningkatkan insentif yang diterimanya, sedangkan disisi lain, pemegang
saham mengharapkan sisa dana tersebut dibagikan dalam bentuk dividen
sehingga akan menambah kesejahteraan mereka (Hutomo dan Perdana,
2008) dalam Christineet al (2012).
Free cash flowmerupakan dana lebih yang dimiliki perusahaan
setelah perusahaan telah memenuhi semua kebutuhan dana untuk investasi
45
dan kegiatan operasionalnya. Perusahaan mempunyai free cash flow yang
tinggi bisa dikatakan bahwa perusahaan mempunyai dana internal berlebih
yang belum digunakan untuk investasi dan aktivitasnya, sehingga
perusahaan akan semaksimal mungkin memanfaatkan dana internal
tersebut untuk mencukupi kebutuhannya. Namun dengan adanya dana
yang berlebih, pemegang saham menghendaki untuk membagikannya
dalam bentuk dividen. Perusahaan yang menetapkan kebijakan untuk
melakukan pembagian dividen, maka perusahaan akan memerlukan dana
pengganti untuk melakukan investasinya, sehingga dimungkinkan
perusahaan akan memutuskan untuk menggunakan hutang (Pancawati dan
Rachmawati, 2012).
3. Pertumbuhan Aset dengan Kebijakan Hutang
Menurut Benkraiem dan Gurau (2013) dalam Riki Sanjaya (2014),
pertumbuhan perusahaan menimbulkan permintaan untuk investasi
pendanaan, pada situasi tersebut pendaaan internal dan equity sering tidak
cukup untuk membuat pertumbuhan perusahaan, manajer
mempertimbangkan alternatif pendanaan dari hutang.
Pertumbuhan perusahaan menunjukkan besarnya dana yang
dialokasikan oleh perusahaan kedalam aktivanya. Oleh karena itu,
pertumbuhan aktiva akan menuntut perusahaan untuk menyediakan dana
yang memadai. Dalam pecking order theory, dinyatakan bahwa
perusahaan akan cenderung mengutamakan penggunaan dana internal, tapi
jika tidak mencukupi, dana eksternal yang menjadi alternatif pertama
adalah hutang (Apit Susanti dan Sekar Mayangsari, 2014).
46
Tingkat pertumbuhan yang semakin cepat mengidentifikasikan
bahwa perusahaan sedang melakukan ekspansi. Hal ini menyebabkan
munculnya kebutuhan pendanaan yang besar. Untuk itu, perusahaan
menggunakan hutang untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut.
Pertumbuhan perusahaan yang besar mempunyai pengaruh positif terhadap
hutang perusahaan, karena suatu perusahaan yang berada pada tahap
pertumbuhan akan membutuhkan dana yang besar untuk melakukan
ekspansi. Hal ini akan mendorong manajer untuk menggunakan hutang
dalam membiayai kebutuhan dana tersebut (Yeniatie dan Nicken, 2010).
4. Pertumbuhan Penjualan dengan Kebijakan Hutang
Menurut Kaaro (2001) dalam Zulfia Andina, pertumbuhan
penjualan mencerminkan tingkat produktivitas terpasang yang siap
beroperasi serta kapasitas saat ini yang dapat diserap pasar dan
mencerminkan daya saing perusahaan dalam pasar. Jadi, semakin tinggi
pertumbuhan perusahaan, maka semakin tinggi pula penerimaan
perusahaan. Karena perusahaan yang memiliki penerimaan tinggi, maka
memiliki kemampuan pendanaan internal yang tinggi pula.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan
penjualan memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Hal ini
sesuai dengan pecking order theory, dimana perusahaan akan lebih
cenderung untuk menggunakan dana internal terlebih dahulu sebelum
menggunakan hutang dan saham sebagai pilihan terakhir.
47
5. Likuiditas dengan Kebijakan Hutang
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk dapat
mengembalikan kewajibannya. Likuiditas diproksikan ke dalam rasio
lancar (current ratio)yang merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan untuk membayar hutang lancar dengan menggunakan aktiva
lancar yang dimiliki. Menurut Ozkan (2001) perusahaan yang memiliki
current ratio tinggi berarti memiliki aktiva lancar yang cukup untuk
mengembalikan hutang lancarnya. Hal ini sesuai dengan pecking order
theory yang menetapkan suatu urutan keputusan pendanaan dimana para
manajer pertama kali akan memilih untuk menggunakan laba ditahan,
hutang dan penerbitan saham sebagai pilihan terakhir.
Menurut penelitian Mersi Narita (2012), likuiditas merupakan
aspek yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban yang harus segera dipenuhi. Dengan demikian, suatu
perusahaan yang mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi, berarti bahwa
perusahaan tersebut mampu segera mengembalikan hutang-hutangnya. Hal
ini, memberikan kepercayaan terhadap kreditur untuk mengembalikan
pinjaman sehingga semakin tinggi likuiditas maka akan semakin tinggi
kebijakan hutang yang digunakan oleh perusahaan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa likuiditas memiliki
pengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Karena dengan semakin
likuid suatu perusahaan maka perusahaan tersebut mempunyai
kemampuan dalam membayar hutang jangka pendek, sehingga cenderung
akan menurunkan total hutangnya.
48
6. Profitabilitas dengan Kebijakan Hutang
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba. Laba yang diperoleh perusahaan bisa merupakan dana yang tersedia
untuk melakukan investasi ataupun dibagi kepada para pemegang saham.
Berdasarkan agency theory menyatakan bahwa seharusnya perusahaan
yang memiliki profitabilitas yang tinggi memanfaatkan hutang untuk
mengurangi penyalahgunaan pemakaian dana oleh manajer yang tidak
memperhatikan kepentingan pemegang saham. Perusahaan yang mampu
menghasilkan laba yang besar tentunya akan membuat para pemegang
saham mengajukan usulan pembagian laba tersebut dalam bentuk dividen.
Dengan pembagian dividen ini tentunya akan mengurangi dana yang bisa
dipakai untuk melakukan investasi, sehingga perusahaan memerlukan dana
tambahan untuk bisa membiayai investasi dan kegiatan operasionalnya
(Pancawati dan Rachmawati, 2012).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa profitabilitas memiliki
pengaruh positif terhadap kebijakan hutang. Karena perusahaan yang
mempunyai laba yang besar manajer akan merasa bahwa mereka
mempunyai kesempatan yang cukup besar dalam mengembangkan
usahanya. Dalam memenuhi kebutuhan investasi yang besar tersebut maka
perusahaan memerlukan dana tambahan yang bersumber dari hutang.
7. Ukuran Perusahaan dengan Kebijakan Hutang
Perusahaan yang besar memiliki aktiva yang cukup besar yang
dapat dipergunakan sebagai jaminan untuk melakukan hutang (Elva
Nuraina, 2012) dalam Elly Astuti (2014). Short dan Kisey (1999) dalam
49
Sulong et. al (2013) menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki akses
yang luas terhadap pendanaan internal maupun eksternal karena ukuran
perusahaan merupakan salah satu penentu kinerja keuangan perusahaan.
Menurut Benkraiem dan Gurau (2013) dalam (Riki Sanjaya, 2014),
perusahaan kecil memiliki bankruptcy costs relatif lebih tinggi, karena
perusahaan besar menunjukkan stabilitas yang lebih baik dan lebih
terdiversifikasi daripada perusahaan kecil.
Hubungan antara ukuran perusahaan dan leverage dipengaruhi oleh
akses perusahaan ke pasar modal. Perusahaan besar dapat dengan mudah
mengakses pasar modal. Kemudahan untuk mengakses pasar modal berarti
perusahaan memiliki fleksibilitas dan kemampuan untuk mendapat dana
lebih banyak (Manan, 2004 dalam Christine et al,2012).
8. Struktur Aktiva dengan Kebijakan Hutang
Struktur aktiva berhubungan dengan kekayaan perusahaan yang
dapat dijadikan jaminan yang lebih fleksibel akan cenderung
menggunakan hutang yang lebih besar daripada perusahaan yang struktur
aktivanya tidak fleksibel (Yeniate dan Nicken, 2010). Menurut Brigham
dan Houston (2006) dalam M. Syafiudin (2013), secara umum perusahaan
yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit akan lebih banyak
menggunakan hutang karena investor akan selalu memberikan pinjaman
apabila perusahaan mempunyai jaminan. Sesuai trade off theory yang
menyatakan bahwa aktiva tetap digunakan sebagai persyaratan dalam
melakukan pinjaman, sehingga semakin besar nilai aktiva tetap maka
semakin besar pinjaman yang dapat diperoleh perusahaan.
50
Menurut penelitian Apit Susanti dan Sekar Mayangsari (2014)
perusahaan yang memiliki struktur aktiva dengan porsi aktiva tetap yang
tinggi akan lebih mudah dalam melakukan pinjaman terhadap pihak
eksternal seperti kreditur karena perusahaan dinilai memiliki securuable
assets (aktiva jaminan) yang lebih baik. Kreditur akan merasa lebih aman
jika memberikan pinjaman kepada perusahaan yang memiliki aktiva tetap
dalam jumlah yang besar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
struktur aktiva perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap kebijakan
hutang perusahaan terutama bagi perusahaan yang memiliki aktiva tetap
dalam jumlah yang besar.
C. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Md. Imran Hossain dan Md. Akram
Hossain (2015) dengan judul “Determinants of Capital Structur and Testing
of Theories: A Study in the Listed Manufacturing Companies in
Bangladesh.”Penelitian ini menggunakan metodologi data panel dengan 74
sampel perusahaan manufaktur di Dhaka Stock Exchange selama tahun 2002-
2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel managerial ownership
berpengaruh positif terhadap strukur modal, variabel growth rate,
profitability, debt service covarage ratio, non-debt tax shield, free cash flow,
agency cost, dividend dummy berpengaruh negatif terhadap strukur modal.
Sedangkan variabel tangibility dan liquidity berpengaruh positif terhadap
variabel long term debt ratio serta berpengaruh negatif terhadap variabel
short term debt ratio dan total debt ratio.
51
Penelitian yang dilakukan oleh Apit Susanti dan Sekar Mayangsari
(2014) dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan hutang
pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
Penelitian ini menggunakan metodologi analisis regresi berganda dengan 45
sampel perusahaan non keuangan pada BEI selama tahun 2009 – 2011. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Kepemilikan manajerial. Kebijakan dividen,
dan Risiko Bisnis, tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Kepemilikan
institusional dan Profitabilitasberpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang.
Struktur Asetdan Pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap
kebijakan hutang.
Penelitian yang dilakukan oleh Elly Astuti (2014) dengan judul
“Pengaruh Kepemilikan Institusional, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan
Terhadap Kebijakan Hutang”. Penelitian ini menggunakan metodologi
analisis regresi berganda dengan 237 sampel perusahaan yang listing di BEI
tahun 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan institusional
tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Sedangkan profitabilitas dan
ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang.
Penelitian yang dilakukan oleh Riki Sanjaya (2014) dengan judul
“Variabel-variabel Yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang”. Penelitian ini
menggunakan metodologi analisis regresi berganda dengan 55 sampel
perusahaan manufaktur industry classification basic industry and chemicals
di BEI pada tahun 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran
perusahaan, profitabilitas,petumbuhan perusahaan, kepemilikan institusional,
umur perusahaan dan kredit karbon tidak memiliki pengaruh terhadap debt
52
ratio, sedangkan aset tetap dan aliran kas bebas (free cash flow) memiliki
pengaruh terhadap debt ratio.
Penelitian yang dilakukan oleh M.Syafiudin Hidayat (2013) dengan
judul “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Dividen, Struktur
Aktiva, Pertumbuhan Penjualan, danUkuran Perusahaan terhadap
KebijakanUtang”. Penelitian ini menggunakan metodologi analisis regresi
berganda dengan sampel 13 perusahaan manufaktur yang go public di Bursa
Efek Indonesia tahun 2008-2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kepemilikan manajerial dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap
kebijakan utang. Pertumbuhan penjualan dan struktur aktiva menunjukkan
pengaruh positif terhadap kebijakan utang. Sedangkan kebijakan dividen
berpengaruh negatif terhadap kebijakan utang
Penelitian yang dilakukan oleh Tanveer Ashraf dan Safdar Rasool
(2013) dengan judul “Determinants of Leverage of Automobile Sector Firms
Listed in Karachi Stock Exchange by Testing Packing Order Theory”.
Penelitian ini menggunakan metodologi analisis regresi data panel dengan
132 jumlah observasi yang berkaitan dengan perusahaan-perusahaan di sektor
otomotif yang terdaftar di KSE Pakistan pada tahun 2005-2010. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dari 7 variabel yang diteliti hanya 3 variabel
yang signifikan yaitu ukuran, tangibilityauty dan pertumbuhan. Sedangkan 4
variabel lainnya tidak berpengaruh signifikan yaitu variabel profitabilitas, tax,
risk and non-debt tax shield.
Penelitian yang dilakukan oleh Sorana VĂTAVU (2013) dengan
judul “Determinants of Corporate Debt Ratios: Evidence From
53
Manufacturing Companies Listed on The Bucharest Stock Exchange”.
Penelitian ini menggunakan metodologi analisis regresi berganda dengan 196
perusahaan manufaktur pada Bucharest Stock Exchange pada tahun 2003-
2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tangibility aset, profitabilitas dan
likuiditas memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap total hutang
dan rasio hutang jangka pendek, sedangkan pajak, risiko dan tingkat suku
bunga memiliki pengaruhpositif pada rasio yang sama.
Penelitian yang dilakukan oleh Khalid Al-Khatib (2012) dengan
judul “The Determinants of Leverage of Listed Companies”.Penelitian ini
menggunakan metodologi analisis regresi berganda dengan 121 sampel
perusahaan yang listing pada Bursa Efek Yordania tahun 2007-2010. Hasil
penelitian menunjukkan bahwaperusahaaan sektor industri profitabilitas,
pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif tidak
signifikan terhadap leverage, sedangkan likuiditas berpengaruh negatif
signfikan dan tangibility mempunyai pengaruh ke arah positif signifikan.
Pada perusahaan sektor jasa, profitabilitas dan ukuran perusahaan
berpengaruh positif tidak signifikan, pertumbuhan perusahaan berpengaruh
positif signifikan, likuiditas likuiditas berpengaruh negatif tidak signifikan,
serta tangibility berpengaruh negatif signfikan terhadap leverage.
Penelitian yang dilakukan oleh Rabiah Abdul Wahab, Mohd Sabri,
Mohd Amin, dan Khairuddin Yusop (2012) dengan judul “Determinants of
Capital Structure of Malaysia Property Developers”. Penelitian ini
menggunakan metodologi analisis regresi berganda dengan 10 sampel
perusahaan properti pada MSE selama tahun 2001 – 2010. Hasil penelitian
54
menunjukkan bahwa pada Top-5 Developers profitabilitas, tangibility, dan
likuiditas mempunyai pengaruh positif, sedangkan non-debt tax shield dan
growth opportunity memiliki pengaruh negatif. Untuk Bottom-5 Developers
profitabilitas, tangibility, growth opportunity, dan likuidtas berpengaruh
positif, tetapi non-debt tax shield berpengaruh negatif terhadap struktur modal.
Penelitian yang dilakukan oleh Christine Dwi Karya Susilawati dan
Lidya Agustina (2012) dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kebijakan Utang Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia”. Penelitian ini menggunakan metodologi analisis regresi berganda
dengan 105 sampel manufaktur pada BEI selama tahun 2006 – 2010. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Dividen
Dan Kepemilikan Institusional Terbukti Tidak Berpengaruh Signifikan
Terhadap Kebijakan Utang. Sedangkan Struktur Asset Dan Profitabilitas
Berpengaruh Signifikan Terhadap Kebijakan Utang Serta UkuranPerusahaan
Berpengaruh Signifikan Dan Positif Terhadap Kebijakan utang.
Penelitian yang dilakukan oleh Mahvish Sabir dan Qaisar Ali
Malik(2012) dengan judul “Determinants of Capital Structure– A Study of Oil
and Gas Sector of Pakistan”. Penelitian ini menggunakan metodologi analisis
regresi berganda dengan 5 sampel perusahaan manufaktur sektor minyak dan
gas di Bursa Efek Pakistan selama tahun 2005-2010. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh negatif terhadap
variabel leverage.Sedangkan variabel likuiditas, ukuran perusahaan dan asset
berwujud mempunyai hubungan postif terhadap variabel leverage.
55
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Bersambung pada halaman selanjutnya
No. Peneliti Judul Penelitian/Tahun
Variabel dan Metode Penelitian Sebelumnya Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
1
Md. Imran Hossain dan Md. Akram
Hossain
Determinants of Capital Structur and Testing of
Theories: A Study in the Listed
Manufacturing Companies in
Bangladesh / 2015
Menggunakan debt to asset ratio sebagai variabel dependen. Menggunakan variabel dependen free cash flow, growth rate, profitability, dan liquidity.
Menggunakan 3 variabel dependen yaitu short term debt ratio, long term debt ratio dan total debt ratio. Tidak menggunakan variabel dividend dummy klasifikasi industry dan mengganti variabel independen managerial ownership, tangibility, debt service covarage ratio, non-debt tax shield, agency cost dengan variabel kebijakan dividen, pertumbuhan penjualan, ukuran perusahaan, dan struktur aktiva.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel managerial ownership berpengaruh positif terhadap strukur modal, variabel growth rate, profitability, debt service covarage ratio, non-debt tax shield, free cash flow, agency cost, dividend dummy berpengaruh negatif terhadap strukur modal. Sedangkan variabel tangibility dan liquidity berpengaruh positif terhadap variabel long term debt ratio serta berpengaruh negatif terhadap variabel short term debt ratio dan total debt ratio.
International Journal of
Economics and Finance, Vol. 7,
No. 4, 2015 ISSN: 1916-971X
E-ISSN: 1916-9728
-
Tidak menggunakan perusahaan manufaktur di Dhaka Stock Exchange tahun 2002-2011, tetapi menggunakan perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi pada BEI selama tahun 2010-2014.
Metode sampling : purposive sampling Analisis : Data Panel
-
56
Tabel 2.1 (lanjutan) Penelitian Terdahulu
Bersambung pada halaman selanjutnya
No. Peneliti Judul Penelitian/Tahun Variabel dan Metode Penelitian Sebelumnya Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
2 Apit Susanti dan
Sekar Mayangsari
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kebijakan hutang pada Perusahaan Non
Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia /
2014
Menggunakan variabel independen kebijakan dividen, profitabilitas, dan struktur aset
Mengganti variabel dependen debt equity ratio dengan debt to asset ratio. Mengganti variabel independen kepemilikan manajerial, risiko bisnis, kepemilikan institusional, pertumbuhan perusahaan dengan variabel free cash flow, pertumbuhan aset, pertumbuhan penjualan, likuiditas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kepemilikan manajerial. Kebijakan dividen, dan Risiko Bisnis, tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Kepemilikan institusional dan Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Struktur Asetdan Pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang.
e-Journal Magister Akuntansi Trisakti, Volume. 1 Nomor. 1
Februari 2014, Hal. 29-50
-
Tidak menggunakan perusahaan non keuangan pada BEI selama tahun 2009 – 2011, tetapi menggunakan perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi selama tahun 2010-2014.
Metode sampling : purposive sampling
Tidak menggunakan analisis regresi berganda, tetapi menggunakan analisis data panel.
57
Tabel 2.1 (lanjutan) Penelitian Terdahulu
Bersambung pada halaman selanjutnya
No. Peneliti Judul Penelitian/Tahun Variabel dan Metode Penelitian Sebelumnya Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
3 Elly Astuti
Pengaruh Kepemilikan Institusional, Profitabilitas,
Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan
Hutang / 2014
Menggunakan variabel independen profitabilitas, dan ukuran perusahaan.
Mengganti variabel dependen debt equity ratio dengan debt to asset ratio. Mengganti variabel independen kepemilikan institusional dengan variabel kebijakan dividen, free cash flow, pertumbuhan aset, pertumbuhan penjualan, likuiditas, dan struktur aset.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Sedangkan profitabilitas dan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang.
Jurnal Akuntansi dan Pajak, Vol. 15, No. 02,
Januari 2014 ISSN: 1412-6029X
-
Tidak menggunakan perusahaan yang listing di BEI tahun 2012, tetapi menggunakan perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi selama tahun 2010-2014.
-
Tidak menggunakan analisis regresi linear berganda, tetapi menggunakan analisis data panel. Tidak menggunakan metode sampling cross sectional, tetapi menggunakan purposive sampling
58
Tabel 2.1 (lanjutan) Penelitian Terdahulu
Bersambung pada halaman selanjutnya
No. Peneliti Judul Penelitian/Tahun Variabel dan Metode Penelitian Sebelumnya Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
4 Riki Sanjaya
Variabel-variabel Yang Mempengaruhi
Kebijakan Hutang / 2014
Menggunakan variabel dependen debt to asset ratio. Menggunakan variabel independen free cash flow, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan dan struktur aset
Mengganti variabel independen kepemilikan institusional, kredit karbon, aset tetap dan dengan variabel kebijakan dividen, pertumbuhan penjualan, likuiditas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas, petumbuhan perusahaan, kepemilikan institusional, umur perusahaan dan kredit karbon tidak memiliki pengaruh terhadap debt ratio, sedangkan aset tetap dan aliran kas bebas (free cash flow) memiliki pengaruh terhadap debt ratio.
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1, Juni 2014, Hlm. 46-
60 ISSN: 1410 -9875
-
Tidak menggunakan perusahaan manufaktur industry classification basic industry and chemicals di BEI pada tahun 2012, tetapi menggunakan perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi selama tahun 2010-2014.
Metode sampling : purposive sampling
Tidak menggunakan analisis regresi berganda, tetapi menggunakan analisis data panel.
59
Tabel 2.1 (lanjutan) Penelitian Terdahulu
Bersambung pada halaman selanjutnya
No. Peneliti Judul Penelitian/Tahun Variabel dan Metode Penelitian Sebelumnya Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
5 M.Syafiudin Hidayat
Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan
Dividen, Struktur Aktiva, Pertumbuhan Penjualan, danUkuran Perusahaan
terhadap KebijakanUtang / 2013
Menggunakan variabel dependen debt to asset ratio. Menggunakan variabel independen kebijakan dividen, pertumbuhan penjualan, ukuran perusahaan dan struktur aktiva
Mengganti variabel independen kepemilikan manajerial dengan variabel free cash flow, pertumbuhan aset, profitabilitas, dan likuiditas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan utang. Pertumbuhan penjualan dan struktur aktiva menunjukkan pengaruh positif terhadap kebijakan utang. Sedangkan kebijakan dividen berpengaruh negatif terhadap kebijakan utang. Jurnal Ilmu Manajemen,
Vol. 1, No. 1, Januari 2013
-
Tidak menggunakan seluruh perusahaan manufaktur go public di BEI selama tahun 2008-2010, tetapi menggunakan perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi selama tahun 2010-2014.
Metode sampling : purposive sampling
Tidak menggunakan analisis regresi linear berganda, tetapi menggunakan analisis data panel.
60
Tabel 2.1 (lanjutan) Penelitian Terdahulu
Bersambung pada halaman selanjutnya
No. Peneliti Judul Penelitian/Tahun Variabel dan Metode Penelitian Sebelumnya Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
6 Tanveer
Ashraf dan Safdar Rasool
Determinants of Leverage of Automobile Sector
Firms Listed in Karachi Stock Exchange by Testing
Packing Order Theory / 2013
Menggunakan variabel independen profitabilitas, ukuran perusahaan, dan pertumbuhan perusahaan.
Mengganti variabel dependen long term debt to total assets dengan debt to asset ratio. Mengganti variabel independen tangibility, tax, risk and non-debt tax shield dengan variabel kebijakan dividen, free cash flow, pertumbuhan penjualan, likuiditas, dan struktur aset.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 7 variabel yang diteliti hanya 3 variabel yang signifikan yaitu ukuran, tangibility dan pertumbuhan. Sedangkan 4 variabel lainnya tidak berpengaruh signifikan yaitu variabel profitabilitas, tax, risk and non-debt tax shield.
Journal of Business Studies Quartely, 2012,
Volume 4, Number 3 ISSN 2152-1034
-
Tidak menggunakan perusahaan manufaktur sektor otomotif pada KSE tahun 2005-2010 tetapi menggunakan perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi pada BEI selama tahun 2010-2014.
Metode sampling : purposive sampling Analisis : Data Panel -
-
61
Tabel 2.1 (lanjutan) Penelitian Terdahulu
Bersambung pada halaman selanjutnya
No. Peneliti Judul Penelitian/Tahun Variabel dan Metode Penelitian Sebelumnya Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
7 Sorana VĂTAVU
Determinants of Corporate Debt Ratios:
Evidence From Manufacturing Companies
Listed on The Bucharest Stock Exchange / 2013
Menggunakan variabel independen profitabilitas, likuiditas.
Mengganti variabel dependen total hutang dan rasio hutang jangka pendek dengan debt to asset ratio. Mengganti variabel independen tangibility aset, pajak, risiko dan suku bunga dengan variabel kebijakan dividen, free cash flow, pertumbuhan aset, pertumbuhan penjualan, ukuran perusahaan, dan struktur aktiva.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tangibility aset, profitabilitas dan likuiditas memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap total hutang dan rasio hutang jangka pendek, sedangkan pajak, risiko dan tingkat suku bunga memiliki pengaruh positif pada rasio yang sama. Timisoara Journal of
Economics and Business, Vol. 6, Pages 99-126,
2013 ISSN: 2286-0991
-
Tidak menggunakan perusahaan manufaktur pada Bucharest Stock Exchange pada tahun 2003-2012, tetapi menggunakan perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi selama tahun 2010-2014.
Metode sampling : purposive sampling Analisis : Data Panel
-
62
Tabel 2.1 (lanjutan) Penelitian Terdahulu
Bersambung pada halaman selanjutnya
No. Peneliti Judul Penelitian/Tahun Variabel dan Metode Penelitian Sebelumnya Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
8 Khalid Al-Khatib
The Determinants of Leverage of Listed Companies / 2012
Menggunakan variabel independen Profitabilitas, likuiditas, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan
Mengganti variabel dependen leverage dengan debt to asset ratio. Mengganti variabel independen tagibility dengan variabel kebijakan dividen, free cash flow, pertumbuhan penjualan, dan struktur aktiva.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perusahaan sektor industri variabel profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap leverage, sedangkan variabel likuiditas berpengaruh negatif signifikan dan tangibility mempunyai pengaruh kearah positif terhadap leverage. Pada perusahaan sektor jasa, profitabilitas dan ukuran perusahaan berpengaruh positif tidak signifikan, pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif signifikan, likuiditas berpengaruh negatif tidak signifikan, serta tangibility berpengaruh negatif signifikan terhadap leverage
International Journal of Business and Social
Science, Vo. 3 No. 24
-
Tidak menggunakan seluruh perusahaan yang listing pada Bursa Efek Yordania tahun 2007-2010, tetapi menggunakan perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi selama tahun 2010-2014.
Metode sampling : purposive sampling
Tidak menggunakan analisis regresi linear berganda, tetapi menggunakan analisis data panel.
63
Tabel 2.1 (lanjutan) Penelitian Terdahulu
Bersambung pada halaman selanjutnya
No. Peneliti Judul Penelitian/Tahun Variabel dan Metode Penelitian Sebelumnya Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
9
Rabiah Abdul Wahab, Mohd Sabri, Mohd
Amin dan Khairuddin
Yusop
Determinants of Capital Structutre of Malaysian
Property Developers/ 2012
Menggunakan variabel independen profitabilitas, likuiditas, pertumbuhan
Mengganti variabel dependen struktur modal dengan kebijakan hutang. Mengganti variabel independenTangibility, Non-debt Tax Shield dengan variabel kebijakan dividen, free cash flow, pertumbuhan penjualan, dan struktur aktiva.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada Top-5Developers variabel profitabilitas, tangibility, dan likuiditas mempunyai pengaruh positif, sedangkan non-debt tax shield dan growth opportunity memiliki pengaruh negatif. Untuk Bottom-5 Developersvariabel profitabilitas, tangibilty, growth opportunity, dan likuiditas berpengaruh positif, sedangkan variabel non-debt tax shield berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Middle-East of Scientific
Research 11 (8): 1013-1021, 2012
ISSN 1990-9233
-
Tidak menggunakan perusahaan malaysian property developers tahun 2001-2010, tetapi menggunakan perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi selama tahun 2010-2014.
Metode sampling : purposive sampling
Tidak menggunakan analisis regresi linear berganda, tetapi menggunakan analisis data panel.
64
Tabel 2.1 (lanjutan) Penelitian Terdahulu
Bersambung pada halaman selanjutnya
No. Peneliti Judul Penelitian/Tahun
Variabel dan Metode Penelitian Sebelumnya Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
10
Christine Dwi Karya
Susilawati dan Lidya Agustina
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kebijakan Utang Perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia / 2012
Menggunakan variabel independen kebijakan dividen, free cash flow, profitabilitas, struktur aktiva, dan ukuran perusahaan.
Mengganti variabel dependen debt equity ratio dengan debt to asset ratio. Mengganti variabel independen kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusionaldengan variabel pertumbuhan aset, pertumbuhan penjualan, dan likuiditas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Dividen Dan Kepemilikan Institusional Terbukti Tidak Berpengaruh Signifikan Terhadap Kebijakan Utang. Sedangkan Struktur Asset Dan Profitabilitas Berpengaruh Signifikan Terhadap Kebijakan Utang Serta Ukuran Perusahaan Berpengaruh Signifikan Dan Positif Terhadap Kebijakan utang.
Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 16,
No. 2 Mei 2012, hlm. 178-187
Terakreditasi SK. No. 64a/DIKTI/Kep/2010
-
Tidak menggunakan perusahaan manufaktur pada BEI selama tahun 2006 – 2010, tetapi menggunakan perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi selama tahun 2010-2014.
Metode sampling : purposive sampling
Tidak menggunakan analisis regresi berganda, tetapi menggunakan analisis data panel.
65
Tabel 2.1 (lanjutan) Penelitian Terdahulu
Bersambung pada halaman selanjutnya
No. Peneliti Judul Penelitian/Tahun
Variabel dan Metode Penelitian Sebelumnya Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
11
Mahvish Sabir dan Qaisar Ali
Malik
Determinants of Capital Structure – A Study of Oil and Gas Sector of Pakistan/
2012
Menggunakan variabel independen profitabilitas, likuiditas dan ukuran perusahaan.
Menggantikan variabel dependen leverage dengan debt to asset ratio. Menggantikan variabel independen asset berwujud dengan variabel kebijakan hutang, free cash flow, pertumbuhan aset, pertumbuhan penjualan, dan struktur aktiva.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh negatif terhadap variabel leverage.Sedangkan variabel likuiditas, ukuran perusahaan dan asset berwujud mempunyai hubungan postif terhadap variabel leverage.
Interdisciplinary Journal of
Contemporary Research In
Business, Vol. 3, No. 10, 2012
-
Tidak menggunakan perusahaan manufaktur sektor minyak dan gas di Bursa Efek Pakistan selama tahun 2005-2010, tetapi menggunakan perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2010-2014.
Metode sampling : purposive sampling
Tidak menggunakan analisis regresi linear berganda, tetapi menggunakan analisis data panel.
66
D. Kerangka Pemikiran
Kerangka berfikir merupakan suatu proses dari peneliti memperoleh
data kemudian mengolah data tersebut dan menginterprestasikan hasil data
yang telah diolah. Penelitian ini didasarkan atas penelitian-penelitian dan
teori-teori yang telah ada sebelumnya. Dari beberapa teori yang telah ada
peneliti merangkainya menjadi satu kesatuan yang saling berhubungan.
Variabel penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel
dependen dan variabel independen. Variabel dependen yaitu Kebijakan
Hutang. Sedangkan variabel independen yaitu Kebijakan Dividen (DPR),
Free Cash Flow, Pertumbuhan Aset (Growth Asset), Pertumbuhan Penjualan
(Growth Sales), Likuiditas (CR), Profitabilitas (ROA), Ukuran Perusahaan
(Size), Struktur Aktiva.
Kebijakan hutang merupakan salah satu keputusan pendanaan yang
sangat penting dan berpengaruh terhadap kebijakan serta kondisi suatu
perusahaan. Pada dasarnya kebijakan hutang akan menentukan nilai
perusahaan. Hal ini berkaitan dengan pendanaan yang diperoleh melalui
hutang. Penggunaan hutang sangat membantu dalam meningkatkan nilai
perusahaan, karena perusahaan dianggap memiliki kemampuan dan prospek
yang bagus oleh investor, akan tetapi perlu dipertimbangkan risiko akan
terjadinya kebangkrutan pada penggunaan hutang dalam jumlah yang besar.
Berikut ini adalah gambaran mengenai kerangka berfikir peneliti dalam
bentuk sederhana untuk menjelaskan proses penelitian :
67
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Bursa Efek Indonesia (BEI)
Laporan keuangan Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang danKonsumsi 2010-2014
Variabel Independen: Kebijakan Dividen (DPR) Free Cash Flow Pertumbuhan Aset (Growth Asset) Pertumbuhan Penjualan (Growth Sales) Likuiditas (CR) Profitabilitas (ROA) Ukuran Perusahaan (Size) Struktur Aktiva
Variabel Dependen: Kebijakan Hutang
(DAR)
Model Estimasi Data Panel
Common Effect
Uji Chow Uji Hausman
Metode Estimasi Terpilih
Uji Asumsi Klasik
Normalitas Multikolinearitas Heteroskedastisitas Autokorelasi
Uji t Uji F Uji Adjusted R2
Interpretasi
Kesimpulan
Fixed Effect Random Effect
68
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian disusun berdasarkan kajian pustaka dan hasil
penelitian sebelumnya, sehingga dapat ditarik interfensi terhadap masalah
penelitian dalam bentuk hipotesis alternatif sebagai jawaban sementara
penelitian. Maka dapat dirumuskan hipotesis penelitiannya sebagai berikut:
1. Simultan
H0 : b1–b8 = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Kebijakan
Dividen (DPR), Free Cash Flow, Pertumbuhan Aset (Growth Asset),
Pertumbuhan Penjualan (Growth Sales), Likuiditas (CR), Profitabilitas
(ROA), Ukuran Perusahaan (Size), Struktur Aktiva terhadap Kebijakan
Hutang.
H0 : b1–b8 ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan antara Kebijakan
Dividen (DPR), Free Cash Flow, Pertumbuhan Aset (Growth Asset),
Pertumbuhan Penjualan (Growth Sales), Likuiditas (CR), Profitabilitas
(ROA), Ukuran Perusahaan (Size), Struktur Aktiva terhadap Kebijakan
Hutang.
2. Parsial
H0 : bi = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Kebijakan
Dividen (DPR), Free Cash Flow, Pertumbuhan Aset (Growth Asset),
Pertumbuhan Penjualan (Growth Sales), Likuiditas (CR), Profitabilitas
(ROA), Ukuran Perusahaan (Size), Struktur Aktiva terhadap Kebijakan
Hutang.
69
Ha : bi ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan antara Kebijakan Dividen
(DPR), Free Cash Flow, Pertumbuhan Aset (Growth Asset), Pertumbuhan
Penjualan (Growth Sales), Likuiditas (CR), Profitabilitas (ROA), Ukuran
Perusahaan (Size), Struktur Aktiva terhadap Kebijakan Hutang.
70
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh
antara variabel Kebijakan Dividen (DPR), Free Cash Flow, Pertumbuhan
Aset (Growth Asset), Pertumbuhan Penjualan (Growth Sales), Likuiditas
(CR), Profitabilitas (ROA), Ukuran Perusahaan (Size), Struktur Aktiva
terhadap variabel Kebijakan Hutang (DAR) pada perusahaan manufaktur
sektor industri barang dan konsumsi selama periode tahun 2010 sampai
dengan 2014.
Penelitian ini mengambil lokasi di Bursa Efek Indonesia (BEI),
ditetapkannya BEI sebagai tempat penelitian karena BEI merupakan tempat
yang tepat untuk memperoleh data yang diperlukan berupa laporan keuangan
dan data penelitian lain yang terkait dengan variabel yang akan diteliti.
B. Metode Pengumpulan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah kumpulan dari seluruh elemen atau individu-
individu yang merupakan sumber informasi dalam suatu riset (Sumarso,
2004:49). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan
manufaktur sektor industri barang dan konsumsi yang go public yang
terdaftar di BEI periode tahun 2010-2014 terdapat 38 perusahaan.
71
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi, pemilihan sampel dalam
penelitian ini yaitu menggunakan metode purposive sampling. Metode
purposive sampling adalah penentuan sampel dengan pengambilan data-
data tertentu yang dianggap sesuai dan terkait dengan penelitian yang
dilakukan. Sampel dalam penelitian ini ditentukan dalam beberapa kriteria
sebagai berikut :
a) Perusahaan yang digolongkan sebagai perusahaan sektor industri
barang dan konsumsi sesuai dengan kategori yang dikembangkan BEI
yang tercantum dalam IDX Fact Book.
b) Perusahaan menyajikan laporan keuangan lengkap dan catatan atas
laporan keuangan perusahaan yang dibutuhkan oleh peneliti untuk
menghitung variabel-variabel dalam penelitian selama periode
penelitian yaitu tahun 2010-2014.
c) Perusahaan yang membayarkan dividen secara berturut-turut selama
periode penelitian yaitu tahun 2010-2014.
d) Perusahaan yang tidak mengalami kerugian selama periode penelitian
yaitu tahun 2010-2014.
Berdasarkan kriteria pemilihan sampel tersebut, maka pada
penelitian ini sampel yang memenuhi syarat adalah 13 perusahaan dengan
periode waktu tahun 2010 sampai dengan 2014 maka jumlah data dalam
penelitian ini sebesar 65. Untuk proses pemilihan sampel secara lebih jelas
dapat dilihat pada tabel 3.1di bawah ini :
72
Tabel 3.1 Proses Pemilihan Sampel
No Keterangan Tidak
Mememuhi Kriteria
Akumulasi
1
Perusahaan yang digolongkan sebagai perusahaan sektor industri barang dan konsumsi di BEI yang tercantum dalam IDX Fact Bookselama tahun periode 2010 - 2014
- 38
2 Perusahaan menyajikan laporan keuangan lengkap selama tahun periode 2010 - 2014 9 29
3 Perusahaan yang membayarkan dividen secara berturut-turut selama tahun periode 2010 - 2014
14 15
4 Perusahaan yang tidak mengalami kerugian selama tahun periode 2010 - 2014 2 13
Jumlah Sampel 13 Tahun Penelitian 5 Jumlah total sampel selama periode penelitian 65
Sumber: Data diolah 2016
C. Metode Pengumpulan Data
Serangkaian kegiatan untuk memperoleh data sekunder untuk
kelengkapan penelitian ini antara lain :
1. Pengumpulan data secara kepustakaan (library research)
Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data yang bersifat
teoritis dan dapat menunjang materi pembahasan penelitian melalui buku-
buku yang berhubungan dengan manajemen keuangan dan buku ekonomi
lainnya.
73
2. Penelitian lapangan (field research)
Untuk memperoleh data, penulis mengadakan penelitian langsung
ke BEI untuk memperoleh data-data yang diperlukan melalui pusat
layanan informasi pada Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM).
3. Internet research
Penelitian dilakuan dengan cara pengambilan data dengan
mengakses ke website-website seperti www.idx.co.iddan lain-lain.
D. Metode Analisis Data
1. Statistik Deskriptif
Penggunaan statistik deskriptif variabel penelitian dimaksudkan
agar dapat memberikan penjelasan yang memudahkan peneliti dalam
menginterpretasikan hasil analisis data dan pembahasannya. Statistik
deskriptif berhubungan dengan pengumpulan dan peringkasan data serta
penyajian yang biasanya disajikan dalam bentuk tabulasi baik secara grafik
dan atau numerik. Statistik deskriptif memberikan gambaran suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai maksimum
dan minimum.
2. Metode Analisis Data Panel
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji regresi data
panel (pool) yaitu data yang merupakan gabungan antara data seksi silang
(cross section) dengan data runtun waktu (time series). Oleh karenanya,
data panel memiliki gabungan karakteristik keduanya yaitu terdiri atas
beberapa objek dan meliputi beberapa waktu (Winarno, 2011).
74
Data panel pertama kali diperkenalkan oleh Howles pada tahun
1950 (Winarno, 2009:9.1). Data time series biasanya meliputi beberapa
objek (misalnya: Kebijakan Dividen (DPR), Free Cash Flow,
Pertumbuhan Aset (Growth Asset), Pertumbuhan Penjualan (Growth
Sales), Likuiditas (CR), Profitabilitas (ROA), Ukuran Perusahaan (Size),
Struktur Aktiva, Kebijakan Hutang (DAR)), dan meliputi beberapa periode
(dalam penelitian ini menggunakan periode tahunan). Sedangkan untuk
data cross section terdiri dari beberapa objek (misalnya perusahaan),
dengan beberapa jenis data.
Uji regresi data panel dalam penelitian ini digunakan untuk
mengetahui hubungan antara 8 (delapan) variabel independen yaitu
Kebijakan Dividen (DPR), Free Cash Flow, Pertumbuhan Aset (Growth
Asset), Pertumbuhan Penjualan (Growth Sales), Likuiditas (CR),
Profitabilitas (ROA), Ukuran Perusahaan (Size), Struktur Aktiva terhadap
variabel dependen Kebijakan Hutang (DAR).
Pengelolaan data dalam penelitian ini menggunakan Software
Eviews 8.0 untuk menjelaskan hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen melalui data panel. Penggunaan software ini dirasa
tepat mengingat analisis dengan data panel sudah disediakan oleh Eviews
sejak versi awal dan selama ini sudah menjadi salah satu keunggulan
program Eviews dibanding program-program statistik lainnya (Winarno,
2011).Software Microsoft Office Excel 2007 juga digunakan untuk
75
mempermudah pengelolaan data seperti pembuatan grafik, tabel, dan lain-
lain.
Menurut Agus Widarjono (2009:229) penggunaan data panel
dalam sebuah observasi penelitian memiliki beberapa keuntungan yang
dapat diperoleh. Pertama, data panel yang merupakan gabungan dari dua
data time series dan cross section mampu menyediakan data yang lebih
banyak sehingga akan menghasilkan Degree of Freedom yang lebih besar.
Kedua, menggabungkan informasi dari data time series dan cross section
dapat mengatasi masalah yang timbul ketika ada masalah penghilangan
variabel (omitted variabel).
Menurut Gujarati (2012:83) ada beberapa keuntungan yang
diperoleh dengan menggunakan model data panel, antara lain :
a. Teknik estimasi data panel dapat mengatasi heterogenitas secara
eksplisit dengan memberikan variabel spesifik subjek.
b. Dengan menggabungkan antara obesrvasi time series dengan cross
section, data panel memberikan lebih banyak informasi, lebih banyak
Degree of Freedom dan lebih efisien.
c. Dengan mempelajari observasi cross section yang berulang-ulang,
data panel paling cocok untuk mempelajari dinamika perubahan.
d. Data panel paling baik untuk mendeteksi dan mengukur dampak yang
secara sederhana tidak bisa dilihat pada data cross section murni dan
time series murni.
76
e. Data panel memudahkan untuk mempelajari model perilaku yang
rumit.
f. Dengan membuat data menjadi berjumlah beberapa ribu unit, data
panel dapat meminimumkan bias yang biasa terjadi ketika kita
mengagregasi individu-individu atau perusahaan-perusahaan kedalam
agregasi besar.
Model Regresi Panel dalam penelitian ini adalah :
Dimana :
Y : Variabel dependen (DAR)
α : Konstanta
X1 : Variabel Independen Kebijakan Dividen
X2 : Variabel Independen Free Cash Flow
X3 : Variabel Independen Pertumbuhan Aset
X4 : Variabel Independen Pertumbuhan Penjualan
X5 : Variabel Independen Likuiditas
X6 : Variabel Independen Profitabilitas
X7 : Variabel Independen Ukuran Perusahaan
X8 : Variabel Independen Struktur Aktiva
β(1...8) : Koefisien regresi masing-masing variabel independen
i : Perusahaan
t : Waktu
E : Error term
Yit = α + β1X1it + β2X2it + β3X3it + β4X4it + β5X5it + β6X6it + β7X7it+ β8X8it+ e
77
Menurut Widarjono (2009:231) ada beberapa pendekatan yang
dapat digunakan untuk mengestimasi model regresi dengan menggunakan
data panel, antara lain :
a. Model Common Effect
Model Common Effect merupakan metode estimasi model
regresi data panel yang paling sederhana dengan asumsi intercept dan
koefisien slope yang konstan antar waktu dan cross section (common
effect) dengan menggunakan pendekatan Ordinary Least Square
(OLS).
Dalam pendekatan ini tidak memperhatikan dimensi individu
maupun waktu sehingga perilaku data antar perusahaan diasumsikan
sama dalam berbagai kurun waktu. Pada dasarnya model common
effect sama seperti Ordinary Least Square (OLS) dengan
meminimumkan jumlah kuadrat, tetapi data yang digunakan bukan
data time series atau data cross section saja melainkan data panel yang
diterapkan dalam bentuk pooled. Bentuk persamaan model Common
Effect adalah sebagai berikut (Widarjono, 2009:231) :
Dimana :
Yit : Variabel dependen
X1 : Variabel independen 1
X2 : Variabel independen 2
i : Cross section
Yit = β0 + β1In X1it + β2 In X2it + eit
78
t : Time series
b. Model Fixed Effect
Model Fixed Effect adalah model estimasi data panel dengan
menggunakan variabel dummy untuk menangkap adanya perbedaan
intersep. Pengertian Fixed Effect didasarkan pada adanya perbedaan
intersep antara perusahaan namun intersepnya sama antar waktu (time
in variant). Disamping itu, model ini juga mengasumsikan bahwa
koefisien regresi (slope) tetap antar perusahaan dan antar waktu
(Widarjono, 2009:233). Pendekatan dengan variabel dummy ini
dikenal dengan sebutan Fixed Effect Model atau Least Square Dummy
Variable (LSDV). Bentuk persamaan dalam Model Fixed Effect
adalah sebagai berikut :
Dimana :
i : 1,2,...,n
t : 1,2,...,t
D : Dummy
c. Model Random Effect
Model Random Effect adalah model estimasi data panel dengan
asumsi koefisien slope konstan dan intersep berbeda antara individu
dan antar waktu (Random Effect) (Widarjono, 2009:235).
Dimasukkannya variabel dummy didalam Fixed effect model
bertujuan untuk mewakili ketidakpastian tentang model yang
Yit = β0 + β1In X1it + β2 In X2it + β3 D1+ β4 D2+ ... + eit
79
sebenarnya. Namun, ini membawa konsekuensi berkurangnya derajat
kebebasan (degree of freedom) yang pada akhirnya mengurangi
efisiensi parameter. Untuk mengatasi masalah ini bisa menggunakan
variabel gangguan (error terms) yang dikenal dengan Random effect
model. Model yang tepat digunakan untuk mengestimasi Random
Effect adalah Generalized Least Square (GLS) sebagai estimatornya,
karena dapat meningkatkan efisiensi dari least square (Widarjono,
2009:235).
Bentuk umum persamaan dalam Model Random Effect adalah
sebagai berikut :
Dimana :
ui ~ N (0, δu2) : komponen cross section error
vt ~ N (0, δv2) : komponen time series error
wit ~ N (0, δw2) : komponen eror kombinasi
3. Tahap Analisis Data
Untuk memilih model yang tepat untuk digunakan dalam
mengelola data panel, terdapat beberapa pengujian yang dapat dilakukan
yaitu :
a. Uji Chow
Uji Chow digunakan untuk menentukan metode mana yang
paling tepat digunakan untuk mengestimasi data panel dalam
Yit = α1 + bjXj + eitdengan eit = ui +vt + wit
80
penelitian dengan membandingkan antara model common effect atau
fixed effect. Berikut ini rumus uji chow (Baltagi, 2005:13):
Dimana :
SSE1 : Sum Square Error dari model Common Effect
SSE2 : Sum Square Error dari model Fixed Effect
n : Jumlah individual (cross section)
nt : jumlah cross section x jumlah time series
k : Jumlah variabel independen
Sedangkan Ftabel didapat dari :
Dimana :
α : Tingkat signifikansi yang dipakai (alfa)
n : Jumlah individual (cross section)
nt : jumlah cross section x jumlah time series
k : Jumlah variabel independen
Hipotesis dalam uji Chow adalah :
H0 : Common Effect Model
H1 : Fixed Effect Model
Ftabel = {α : df(n -1, nt – n – k)
Fhitung = ( )
( )
( )
81
Menurut Widarjono (2009:238) dasar penolakan terhadap
hipotesis diatas adalah dengan membandingkan perhitungan antara
Fhitung dengan Ftabel. Perbandingan yang dipakai adalah sebagai berikut:
Jika hasil dari Fhitung > Ftabel = H0ditolak
Jika hasil dari Fhitung< Ftabel = H0 diterima
b. Uji Hausman
Uji Hausmanadalah pengujian statistik yang digunakan untuk
memilih model yang paling tepat antara Fixed Effect atau Random
Effect. Uji ini dikembangkan oleh Hausman dengan didasarkan pada
ide bahwa LSDV didalam metode Fixed Effect dan GLS adalah efisien
sedangkan model OLS adalah tidak efisien, dilain pihak alternatifnya
metode OLS efisien dan GLS tidak efisien. Karena itu uji hipotesis
nullnya adalah hasil estimasi estimasi keduanya tidak berbeda
sehingga Uji Hausman bisa dilakukan berdasarkan perbedaan estimasi
tersebut.
Uji Hausman akan mengikuti distribusi Chi-square, dengan
asumsi bahwa error secara individual tidak saling berkolerasi begitu
juga error kombinasinya. Statistik uji Hausman ini mengikuti
distribusi statistik Chi-square dengan degree of freedom sebanyak k
dimana k adalah jumlah variabel independen.
Pengujian Hausman dilakukan dengan hipotesis berikut
(Widarjono, 2009):
H0 : Random Effect Model
82
H1 : Fixed Effect Model
Menurut Widarjono (2009:240) dasar penolakan terhadap
hipotesis diatas adalah dengan membandingkan antara nilai statistik
Hausman dan nilai kritisnya.
Jika nilai statistik Hausman > nilai kritisnya = H0 ditolak
Jika nilai statistik Hausman < niali kritisnya = H0 diterima
4. Uji Dasar Asumsi Klasik
Uji dasar asumsi klasik dilakukan sebagai parameter untuk
menunjukkan bahwa hubungan antara variabel dependen dan variabel
independen bersifat linear serta tidak terjadi masalah data tidak
berdistribusi secara normal, multikolineartitas, heteroskedastisitas,
autokorelasi diantara variabel independen dalam regresi tersebut. Jika
keempat asumsi tersebut terpenuhi maka menghasilkan estimator yang
linear, tidak bias dan mempunyai varian yang minimum atau BLUE (Best
Linear Unbiased Estimator).
Oleh karena itu, diperlukannya pengujian dan pembersihan
terhadap asumsi dasar jika memang terjadi. Pengujian asumsi dasar klasik
regresi terdiri dari :
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan utnuk menguji apakah nilai residual
yang telah terstandarisasi dalam model regresi panel variabel-
variabelnya berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik
adalah model yang memiliki distribusi data normal atau mendekati
83
normal. Tidak terpenuhinya normalitas pada umumnya disebabkan
karena distribusi data yang dianalisistidak normal, karena terdapat
nilai ekstrem pada data yang diambil. Nilai ektrem ini dapat terjadi
karena adanya kesalahan dalam pengambilan sampel, bahkan karena
kesalahan dalam melakukan inpu data atau memang karena
karakteristik data tersebut sangat jauh dari rata-rata (Suliyanto,
2011:69).
Dalam software Eviews 8.0 yang digunakan dalam penelitian
ini, normalitas data diketahui dengan membandingkan statistik
Jarque-Bera (JB) dengan x2 tabel. Jika nilai Jarque-Bera (JB) ≤ x2
tabel maka nilai residual terstandarisasi dinyatakan berdistribusi
normal (Suliyanto, 2011:75).
Menurut Winarno (2011), untuk mengetahui sebuah data
berdisitribusi normal atau tidak dapat dilakukan dengan melihat
koefisien Jarque-Bera (JB) dan probabilitasnya. Kedua angka ini
bersifat saling mendukung, dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Bila nilai Jarque-Bera tidak signifikan (lebih kecil dari 2), maka
H0 diterima dan berdistribusi normal.
2) Bila probabilitas lebih besar dari 5% (bila menggunakan tingkat
signifikansi tersebut), maka H0 diterima dan data berdistribusi
normal.
84
b. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi panel ditemukan adanya korelasi antar variabel
independen atau tidak. Metode untuk mengetahui ada tidaknya
masalah multikolinearitas dalam suatu model regresi juga dapat dilihat
dari korelasi parsial antar variabel independen. Menurut Widarjono
(2009:106) ada aturan dalam menentukan ada tidaknya
multikolinearitas dalam suatu model, yaitu :
Jika koefisien korelasi > 0,8 maka diduga adanya multikolinearitas
dalam model
Jika koefisien korelasi < 0,8 maka diduga tidak adanya
multikolinearitas dalam model.
Dalam mendeteksi dengan metode ini diperlukan kehati-hatian.
Karena masalah ini timbul terutama pada data time series dimana
korelasi antar variabel independen cukup tinggi. Korelasi yang tinggi
ini terjadi karena data time series seringkali menunjukkan unsur tren
yaitu data bergerak naik dan turun bersamaan.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variancedari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain sama (konstan), maka disebut
Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedatisitas (Imam
Ghozali, 2006:105).
85
Heteroskedastisitas biasanya ditemukan dalam data cross
section dan bukan dalam data time series. Dalam data cross
sectionumumnya berhadapan dengan anggota suatu populasi pada
waktu tertentu, seperti konsumen, individu, perusahaan, atau industri.
Anggota ini mungkin berbeda dalama hal ukuran seperti perusahaan
kecil, sedang, atau besar. Dengan kata lain, mungkin ada suatu efek
skala. Dalam data time series variabel-variabel cenderung memiliki
ukuran besaran yang serupa karena peneliti pada umumnya
mengumpulkan data dari lembaga yang sama selama suatu periode
waltu seperti tingkat pengangguran selam periode tertentu
(Gujarati,2007:83).
Menurut Winarno (2009:2.3-5.24), ada beberapa akibat apabila
residualnya bersifat heteroskedastisitas, yaitu:
1) Estimator metode kuadrat terkecil tidak mempunyai varian yang
minimum (tidak lagi best), sehingga hanya memenuhi
karakteristik LUE (linear ubiased estimator). Meskipun
demikian, estimator metode kuadrat terkecil masih bersifat linier
dan tidak bias.
2) Perhitungan standar eror tidak dapat lagi dipercaya kebenarannya,
karena varian tidak minimum. Varian yang tidak minimum
mengakibatkan estimasi regresi yang tidak efisien.
3) Uji hipotesis yang didasarkan pada uji t dan uji F tidak dapat lagi
dipercaya karena standar eror-nya tidak dapat dipercaya.
86
Metode yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya
masalah heteroskedastisitas dalam penelitian ini adalah metode Park.
Uji Park dilakukan dengan melakukan regresi fungsi-fungsi residual.
Jika variabel independen tidak signifikan secara statistik, maka dapat
disimpulkan bahwa model yang terbentuk dalam persamaan regresi
tidak mengandung masalah heteroskedastisitas (Winarno, 2009:5.12)
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam
model regresi terjadi korelasi antara variabel pengganggu (error) pada
periode t dan periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi muncul karena
observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya
(Imam Ghozali, 2005). Umumnya kasus autokorelasi banyak terjadi
pada data time series karena time series lekat dengan kontinyuitas dan
ketergantungan antar data.
Untuk mendeteksi ada tidaknya masalah autokorelasi model
regresi data panel dalam penelitian ini dilakukan dengan uji Durbin
Watson (DW). Karena pengujian ini paling populer untuk mendeteksi
adanya autokorelasi. Pada umumnya program statistik telah
menyediakan fasilitas untuk melakukan uji tersebut.
MenurutWinarno (2011:5.28) cara untuk mendeteksi ada
tidaknya masalah autokorelasi adalah sebagai berikut :
87
Tabel 3.2 Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dengan
uji Durbin Watson (DW) Tolak H0
berarti ada autokorelasi
positif
Tidak dapat diputuskan
Tidak menolak H0 berarti tidak ada
autokorelasi
Tidak dapat diputuskan
Tolak H0 berarti ada
autokorelasi negatif
0 dL dU 2 4-dU 4-dL 4 1,10 1,54 2,46 2,90
Jika terdapat masalah autokorelasi, maka model regresi yang
seharusnya signifikan menjadi tidak layak untuk dipakai. Autokorelasi
dapat diatasi dengan berbagai cara yaitu dengan melakukan
transformasi data dan menambah data observasi.
5. Uji Hipotesis
a. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh seluruh variabel
independen secara keseluruhan atau simultan terhadap variabel
dependen.
Untuk menentukan Fhitung digunakan rumus sebagai berikut :
Dimana :
R2 : Koefisien Determinasi
n : Jumlah pengamatan/Sampel
K-1 : Jumlah variable eksogen
Dalam melakukan uji keseluruhan atau simultan melalui uji
Fhitung setiap software regresi selalu menghitung Fhitung secara otomatis.
F = 푹ퟐ ퟐ⁄(ퟏ 푹ퟐ) (풏 풌 ퟏ)⁄
88
Sedangkan untuk mencarai nilai dari Ftabel diambil berdasarkan
besarnya α dan degree of freedom (df) dimana besarnya ditentukan
oleh numerator (k-1) dan denominator (n-k). n disini adalah jumlah
observasi dan k adalah jumlah parameter estimasi termasuk intersep
atau konstanta.
Dasar penolakan terhadap hipotesis diatas adalah dengan
membandingkan perhitungan antara Fhitung dengan Ftabel.
Perbandingan yang dipakai adalah sebagai berikut :
Jika hasil dari Fhitung > Ftabel = H0 ditolak
Jika hasil dari Fhitung< Ftabel = H0 diterima
Selain itu, dalam menentukan pengambilan keputusan apakah
H0 diterima atau ditolak bisak dilihat dari besarnya probabilitas yang
menunjukkan besarnya α. Dari perhitungan Eviews jika probabilitas
sangat kecil yaitu 0,0000% maka keputusan yang diambil adalah
menolak Ho dan menerima Ha (Widarjono, 2009).
b. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas
(independen) secara individu memiliki pengaruh terhadap variabel
terikat (dependen) dengan menganggap variabel bebas lainnya bersifat
konstan. Uji ini dilakukan dengan memperbandingkan thitung dengan
ttabel.
89
Untuk menentukan Fhitung digunakan rumus sebagai berikut :
Dimana :
βi : Koefisien regresi variable Xi
Se(βi) : Standar error variabel Xi
Pada umumnya nilai thitung telah disediakan oleh setiap
software regresi. Sedangkan untuk memperoleh nilai dari ttabel
ditentukan oleh tingkat signifikansi 5% dengan degree of freedom (df)
= (n-k), dimana n adalah jumlah observasi dan k adalah jumlah
parameter estimasi termasuk intersep.
Dalam penelitian ini uji t dilakukan dengan menggunakan uji
satu arah (one tail test). Dalam uji satu arah terdapat uji fihak kiri dan
uji fihak kanan. Uji fihak kiri digunakan apabila hipotesis nol (H0)
menunjukkan lebih besar atau sama dengan (≥) dan hipotesis
alternatifnya (Ha) menunjukkan lebih kecil (<), kata lebih besar atau
sama dengan sinonimnya paling sedikit atau paling kecil. Dalam uji
fihak kiri ini berlaku ketentuan, bila nilai thitung jauh pada penerimaan
H0 lebih besar atau sama dengan (≥) dari ttabel, maka H0 diterima dan
Ha ditolak. Sedangkan uji fihak kanan digunakan apabila hipotesis nol
(H0) menunjukkan lebih kecil atau sama dengan (≤) dan hipotesis
alternatifnya (Ha) menunjukkan lebih besar (>), kata lebih kecil atau
sama dengan sinonimnya paling besar. Dalam uji fihak kanan ini
ti = 훃퐢퐒퐞(훃퐢)
90
berlaku ketentuan, bila nilai thitung lebih kecil atau sama dengan (≤)
nilai ttabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak (Sugiyono, 2007:99-103).
c. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)
Koefisien determinasi (R²/adjusted R²) pada intinya mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan varian variabel
dependen. Nilai koefisien determinasi adalah diantara nol dan satu.
Nilai R² / Adjusted R² kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan varian variabel dependen amat
terbatas (Imam Ghozali, 2011:97).
Nilai R2 mempunyai interval antara 0 sampai 1 (0 < R2< 1).
Semakin besar R2 (mendekati 1), semakin baik hasil untuk model
regresi tersebut dan semakin mendekati 0, maka variabel independen
secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan variabel dependen.
Menurut Gujarati dalam Imam Ghozali (2011:97-99) jika
dalam uji empiris didapat nilai adjusted R² negatif, maka nilai adjusted
R² dianggap bernilai nol. Secara sistematis jika nilai R² = 1, maka
Adjusted R² = R² = 1 sedangkan jika nilai R² = 0, maka adjusted R²=
(1-k)/(n-k). Jika k>1, maka adjusted R² akan bernilai negatif.
Mengingat nilai koefisien determinasi tidak pernah turun
melainkan selalu naik jika kita terus menambah variabel independen,
meskipun variabel yang ditambahkan secara intuitif ataupun teoritik
tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Maka harus lebih
berhati-hati dalam membandingkan dua regresi yang mempunyai
91
variabel dependen sama tapi berbeda dalam jumlah variabel
independen. Dalam hal ini kehati-hatian diperlukan karena tujuan dari
regresi metode OLS adalah untuk mendapatkan nilai koefisien
determinasi yang tinggi, maka sebagai alternatif digunakan R2 atau
Adjusted R2 (Widarjono, 2010).
E. Definisi Operasional Variabel
Berdasarkan pokok permasalahan dari rumusan hipotesis, berikut ini
akan dijelaskan mengenai definisi operasional variabel yang akan digunakan
dalam penelitian yang terdiri dari variabel dependen dan variabel independen,
yaitu :
1. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kebijakan Hutang.
Kebijakan hutang merupakan keputusan yang diambil oleh manajemen
untuk menentukan besarnya hutang dalam sumber pendanaannya yang
berguna untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan. Kebijakan
hutang dapat diproksikan dengan Debt to Assets Ratio(DAR). Rasio
hutang (debt ratio) merupakan ukuran seberapa besar aktiva yang dimiliki
oleh perusahaan dibelanjai hutang (pinjaman). Semakin besar rasio hutang
terhadap total assetsmaka risiko bagi investor akan semakin tinggi. Secara
matematis dapa dirumuskan sebagai berikut (Brigham dan Houston, 2012):
DAR =TotalHutangTotalAssets
92
2. Variabel Independen
a. Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen dalam perusahaan dapat diukur dengan
membandingkan antara dividen dengan laba bersih setelah pajak
(Dividend Payout Ratio). Dalam hal tersebut manajemen membuat
keputusan berapa dari EAT (Earnings After Tax) yang akan dibagikan
sebagai dividen. Rumus yang dapat digunakan dalam penelitian ini
untuk menentukan kebijakan dividen yaitu sebagai berikut (Brigham
dan Houston, 2011):
b. Free Cash Flow
Arus kas bebas (free cash flow) adalah arus kas yang benar-
benar tersedia untuk didistribusikan kepada seluruh investor
(pemegang saham dan pemilik hutang) setelah perusahaan
menempatkan seluruh investasinya pada aktiva tetap, produk-produk
baru dan modal kerja yang dibutuhkan untuk mempertahankan operasi
yang sedang berjalan (Brigham & Houston, 2006:65). Sehingga free
cash flow dapat dinyatakan dengan menggunakan rumus:
FCF =ArusKasOperasi − DividenTotalAsetpadaTahunke− t
DPR =퐷푖푣푖푑푒푛푑푃푒푟푆ℎ푎푟푒퐸푎푟푛푖푛푔푠푃푒푟푆ℎ푎푟푒
93
c. Pertumbuhan Aset
Penelitian ini mengukur pertumbuhan aset dengan menghitung
proporsi peningkatan total aset dari tahun sebelumnya dibandingkan
dengan tahun berjalan. Skala pengukuran variabel ini menggunakan
skala rasio yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
d. Pertumbuhan Penjualan
Pertumbuhan penjualan merupakan tingkat stabilitas jumlah
penjualan yang dilakukan oleh perusahaan untuk setiap periode tahun
buku. Untuk mengetahui rasio dari variabel ini, dapat dirumuskan
sebagai berikut:
e. Likuiditas
Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Pada penelitian ini,
Likuiditas dihitung dengan current ratio (CR). Karena current ratio
(CR) menunjukkan kemampuan seluruh aktiva lancar dalam
menjamin seluruh hutang lancarnya (Moeljadi, 2006:68). Current
ratio (CR) dapat dirumuskan sebagai berikut:
CR =
AktivaLancarHutangLancar
GS =Penjualantahunt– Penjualantahunt− 1
Penjualantahunt − 1
GA =TotalAsettahunt– TotalAsettahunt− 1
TotalAsettahunt− 1
94
f. Profitabilitas
Menurut Rodoni dan Ali (2010:26), profitabilitas merupakan
rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba. Dalam penelitian ini tingkat profitabilitas diukur
dengan menggunakan rasio Return On Asset (ROA). Rasio ini
merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam
mengelola investasinya (Kasmir, 2009:207). Rumus Return On Asset
(ROA), yaitu:
g. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan secara langsung mencerminkan tinggi
rendahnya aktivitas operasi suatu perusahaan. Pada umumnya semakin
besar suatu perusahaan maka akan semakin besar pula aktivitasnya.
Dengan demikian, ukuran perusahaan juga dapat dikaitkan dengan
besarnya kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan (Mersi Narita,
2012). Ukuran perusahaan diproksikan dengan nilai logaritma total
aset karena aset biasanya sangat besar nilainya dan untuk menghindari
bias skala maka aset perlu dikompres (Rodoni dan Ali, 2010:180).
Secara umum proksi ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan
rumus sebagai berikut (Khalid Alkhatib, 2012):
UkuranPerusahaan = Ln푇표푡푎푙퐴푠푠푒푡
ROA =LabaBersihSetelahPajak
TotalAssets
95
h. Struktur Aktiva
Struktur aktiva adalah kekayaan atau sumber-sumber ekonomi
yang dimiliki oleh perusahaan yang diharapkan akan memberi
manfaat dimasa yang akan datang (Kesuma, 2009) dalam M.
Syafiudin Hidayat (2013). Struktur aktiva (tangibility of fixed assets)
dapat diukur dengan aktiva tetap dengan total aktiva perusahaan.
Aktiva tetap sendiri merupakan aktiva yang digunakan untuk
keperluan operasi perusahaan yang bersifat jangka panjang dan
memiliki betuk fisik (berwujud).
StrukturAktiva =AsetTetapTotalAset
96
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah dan Perkembangan Pasar Modal
Sejarah Bursa Efek Jakarta telah dimulai sejak tahun 1912 yang
didirikan oleh pemerintah Belanda di Indonesia namun karena terjadi
perang dunia I Bursa Efek Jakarta di tutup. Perdagangan surat berharga
dimulai di Pasar Modal Indonesia sejak tanggal 3 Juni 1952. Namun
tonggak paling besar terjadi pada 10 Agustus 1977, yang dikenal sebagai
kebangkitan Pasar Modal Indonesia. Setelah Bursa Efek Jakarta
dipisahkan dari Institusi Bapepam tahun 1992 dan diswastakan, mulailah
pasar modal mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Pasar modal
tumbuh pesat pada periode 1992-1997. Masalah pasar modal tidak
terlepas dari arus investasi yang akan menentukan pertumbuhan ekonomi
sebuah kawasan, tidak terkecuali Indonesia dan negara-negara lainnya.
Pada tahun 1977, pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan
kembali Bursa Efek Jakarta dengan mencatatkan saham 13 perusahaan
PMA. Beberapa tahun kemudian Bursa Efek Jakarta mengalami
pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang
dikeluarkan pemerintah. Sekitar decade 80-an dan awal 90-an, Bursa
Efek Jakarta benar-benar berkembang menjadi bursa efek seperti yang
dikenal sekarang sebagai Bursa Efek Indonesia (BEI).
97
Bursa Efek Indonesia yang disingkat BEI atau Indonesian Stock
Exchange (ISX) adalah sebuah pasar saham yang merupakan hasil
penggabungan antara Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek
Surabaya (BES), dimana Bursa Efek Surabaya melebur kedalam Bursa
Efek Jakarta. Perusahaan hasil penggabungan usaha ini melalui
operasinya pada tanggal 1 Desember 2007. Bursa Efek Indonesia
dipimpin oleh Direktur Utama BES dan Derivatif, keanggotaan dan
partisipan. Bursa Efek Indonesia menggunakan sistem perdagangan
bersama Jakarta Automated Trading System (JATS) sejak 22 mei 1995.,
menggantikan sistem manual yang digunakan sebelumnya. System JATS
ini sendiri direncanakan akan digantikan sistem baru yang akan
disediakan OMX.
Bursa efek terus berkembang seiring dengan bertambahnya usia,
dan keadaanpun semakin menunjukkan bahwa bursa efek semakin
banyak peminatnya. Ramainya tanggapan publik dan selalu
bertambahnya perusahaan Go Public adalah wujud dari kemajuan bursa
efek.
Perkembangan bursa efek yang terjadi kini adalah berkat
perjuangan dari BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal), perusahaan
yang bersedia untuk memasyarakatkan sahamnya. Pemerintah, lembaga
penunjang dan masyarakat yang turut bertasipasi menginvestasikan
kelebihan dananya. Dibandingkan dengan situasi bursa efek waktu lalu,
keadaan saat ini memang telah jauh berbeda. Perkembangan yang terjadi
98
cukup pesat dan diluar dugaan. Tapi bukan berarti bursa efek berjalan
terus mulus tanpa rintangan. Banyak hal yang terjadi, yang mewarnai
pasang surut kehidupan bursa efek di Indonesia. Jika keadaan sosial,
politik, atau ekonomi bangsa kita sedang terganggu dan tidak stabil, tentu
saja kondisi dari bursa efek sangat berpengaruh. Secara singkat,
perkembangan Bursa Efek di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut:
Pada tanggal 14 Desember 1912
Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh
Pemerintah Hindia Belanda
Pada tahun 1914 – 1918
Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I
Pada tahun 1925 – 1942
Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek
di Semarang dan Surabaya
Pada awal tahun 1939
Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan
Surabaya ditutup
Pada tahun 1942 – 1952
Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II
Pada tahun 1952
Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar
Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman
Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro
99
Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan: Obligasi
Pemerintah RI (1950)
Pada tahun 1956
Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin
tidak aktif
Pada tahun 1956 – 1977
Perdagangan di Bursa Efek vakum
Pada tanggal 10 Agustus 1977
Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ
dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal).
Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal.
Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go
public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama
Pada tahun 1977 – 1987
Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987
baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan
dibandingkan instrumen Pasar Modal
Pada tahun 1987
Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87)
yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan
Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di
Indonesia
Pada tahun 1988 – 1990
100
Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan.
Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat
Pada tanggal 2 Juni 1998
Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh
Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan
organisasinya terdiri dari broker dan dealer
Pada bulan Desember 1988
Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang
memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa
kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal
Pada tanggal 16 Juni 1989
Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh
Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya
Pada tanggal 13 Juli 1992
Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas
Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ
Pada tanggal 22 Mei 1995
Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem
computer JATS (Jakarta Automatic Trading Systems)
Pada tanggal 10 November 1995
Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan
mulai Januari 1996
101
Pada tahun 1995
Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya
Pada tahun 2000
Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai
diaplikasikan di pasar modal Indonesia
Pada tahun 2002
BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote
trading)
Pada tahun 2007
Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta
(BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI)
Pada tanggal 2 Maret 2009
Peluncuran perdana sistem perdagangan baru PT Bursa Efek
Indonesia: JATS-NextG
2. Gambaran Umum Perusahaan Sektor Industri Barang dan
Konsumsi
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode
purposive sampling. Tujuan dilakukannya metode purposive sampling
adalah untuk menghindari adanya ambiguitas yang disampaikan oleh
informasi-informasi tersebut. Artinya pemilihan sampel berdasarkan
kriteria-kriteria tertentu, yaitu antara lain:
102
e) Perusahaan yang digolongkan sebagai perusahaan sektor industri
barang dan konsumsi sesuai dengan kategori yang dikembangkan
BEI yang tercantum dalam IDX Fact Book.
f) Perusahaan menyajikan laporan keuangan lengkap dan catatan
atas laporan keuangan perusahaan yang dibutuhkan oleh peneliti
untuk menghitung variabel-variabel dalam penelitian selama
periode penelitian yaitu tahun 2010-2014.
g) Perusahaan yang membayarkan dividen secara berturut-turut
selama periode penelitian yaitu tahun 2010-2014.
h) Perusahaan yang tidak mengalami kerugian selama periode
penelitian yaitu tahun 2010-2014.
Didapatlah 13 sampel perusahaan manufaktur sektor industri
barang dan konsumsi yang terdaftar di BEI selama periode tahun 2010-
2014. Berikut ini adalah penjelasan dari 13 perusahaan yang termasuk
dalam sampel penelitian:
1) PT Delta DJakarta Tbk
PT Delta DJakarta Tbk (DLTA) didirikan pada tanggal 15
Juni 1970 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun
1933. Kantor pusat DLTA dan pabriknya berlokasi di Jalan
Inspeksi Tarum Barat, Bekasi Timur – Jawa Barat. Pabrik “Anker
Bir” didirikan pada tahun 1932 dengan nama Archipel Brouwerij.
Dalam perkembangannya, kepemilikan dari pabrik ini telah
mengalami beberapa kali perubahan sehingga berbentuk PT Delta
103
DJakarta pada tahun 1970. PT Delta DJakarta Tbk didirikan
dalam rangka Undang-Undang No. 11 tahun 1970 berdasarkan
akta No. 35 tanggal 15 Juni 1970 dari Abdul Latief, SH, notaris di
Jakarta. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman
Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya No. J.A.5?75/9
tanggal 26 April 1971. Anggaran Dasar Perusahaan, ruang
lingkup kegiatan DLTA yaitu terutama untuk memproduksi dan
menjual bir pilsener dan bir hitam merek “Anker”, “Carlsberg”,
“San Miguel”, “San Might Light” dan “Kuda Putih”. DLTA juga
memproduksi dan menjual produk minuman non-alkohol dengan
merk “Sodaku” dan “Soda Ice”.
2) PT Darya-Varia Laboratoria Tbk
PT Darya-Varia Laboratoria Tbk (DVLA) didirikan pada
tanggal 30 April 1976 dan memulai kegiatan usaha komersialnya
pada tahun 1976. Kantor pusat DVLA beralamat di Talavera
Office Park, Lantai 8-10, Jalan Letjend. T.B. Simatupang No. 22-
26, Jakarta 12430 dan lokasi pabrik berada di Bogor. Berdasarkan
Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan DVLA
adalah bergerak dalam bidang manufaktur, perdagangan, jasa dan
distribusi produk-produk farmasi, produk-produk kimia yang
berhubungan dengan farmasi, dan perawatan kesehatan.
104
3) PT Gudang Garam Tbk
PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dahulunya bernama PT
Perusahaan Rokok Tjap didirikan pada tanggal 26 Juni 1958 oleh
Tjoa Ing Hwie/Surya Wonowidjojo dan memulai kegiatan usaha
komersialnya pada tahun 1958. Kantor pusat GGRM beralamat di
Jalan Semampir II/1, Kediri, Jawa Timur, serta memiliki pabrik
yang berlokasi di Kediri, Gempol, Solo-Kartasura, Karanganyar
dan Sumenep. GGRM juga memiliki kantor-kantor Perwakilan
yaitu kantor perwakilan Jakarta di Jalan Jenderal A. Yani 79,
Jakarta dan Kantor Perwakilan Surabaya di Jalan Pengenal 7-15,
Surabaya, Jawa Timur. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan,
ruang lingkup kegiatan GGRM bergerak di bidang industri rokok
dan yang terkait dengan industri rokok.
4) PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk
PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) didirikan
pada tanggal 27 Maret 1905 dan memulai kegiatan usaha
komersialnya pada tahun 1913 di Surabaya sebagai industri
rumah tangga. Kantor pusat HMSP berlokasi di Jalan Rungkut
Industri Raya No. 18, Surabaya, serta memiliki pabrik yang
berlokasi di Surabaya, Pasuruan, Malang, Karawang, Probolinggo
dan Lumajang. HMSP juga memiliki kantor perwakilan korporasi
di One Pacific Place, lantai 18, Sudirman Central Business
District (SCBD), Jalan Jend. Sudirman Kav. 52-53, Jakarta
105
12190. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup
kegiatan HMSP meliputi manufaktur dan perdagangan rokok
serta investasi saham pada perusahaan-perusahaan lain.
5) PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) (dulunya
adalah PT Indofood Sukses Makmur Tnk PT Gizindo
Primanusantara, PT Indosentra Pelangi, PT Indobiskuit Mandiri
Makmur dan PT Ciptakemas Abadi) yang didirikan pada tahun
1990 oleh Sudono Salim dengan nama Panganjaya Intikusuma.
Kantor pusat ICBP berlokasi di Sudirman Plaza, Indofood Tower,
Kav. 76-78, Jakarta, Indonesia. Sedangkan pabrik ICBP berlokasi
di berbagai tempat di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi dan Malaysia. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan,
ruang lingkup kegiatan ICBP terdiri dari, antara lain, produksi
mie dan bumbu penyedap, produk makanan kuliner, biskuit,
makanan ringan, nutrisi dan makanan khusus, kemasan,
perdagangan, transportasi, pergudangan dan pendinginan, jasa
manajemen serta penelitian dan pengembangan.ICBP mengekspor
bahan makanannya hingga Australia, Asia, dan Eropa dan
bertransformasi menjadi sebuah perusahaan Total Food Solutions.
Sebagai perusahaan perintis makanan, ICBP membawa misi
untuk terus berinovasi, fokus pada kebutuhan konsumen,
memberikan produk berkualitas yang dicintai oleh konsumen,
106
terus meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat Indonesia,
memberikan kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat dan
lingkungan secara berkelanjutan, serta terus meningkatkan
pendapatan para pemegang saham.
6) PT Indofood Sukses Makmur Tbk
PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) didirikan di
Republik Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1990 dengan nama
PT Panganjaya Intikusuma, berdasarkan Akta Notaris Benny
Kristianto, S.H., No. 22. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri
Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-
2915.HT.01.01.Th’91 tanggal 12 Juli 1991, dan diumumkan
dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 12 Tambahan No.
611 tanggal 11 Februari 1992. Perusahaan mulai beroperasi secara
komersial pada tahun 1990. Saat ini, perusahaan bergerak
dibidang pembuatan mie dan penggilingan gandum menjadi
tepung terigu. Kantor pusat perusahaan berlokasi di Sudirman
Plaza, Indofood Tower, Lantai 27, Jalan Jend. Sudirman Kav. 76-
78, Jakarta, Indonesia, sedangkan untuk pabriknya berlokasi di
berbagai tempat di pulai Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi
dan Malaysia. Anggaran Dasar Perusahaan telah beberapa kali
mengalami perubahan. Perubahan terakhir dalam Akta Notaris
No. 47 dari notaris Benny Kristianto, S.H. tanggal 26 Mei 2009
mengenai perubahan seluruh Anggaran Dasar untuk disesuaikan
107
dengan ketentuan dalam Surat Keputusan Ketua Badan Pengawas
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan No. KEP-179/BL/2008
tanggal 14 Mei 2008 mengenai pokok-pokok Dasar Perseroan yan
melakukan Penawaran Umum Efek Bersifat Ekuitas dan
Perusahaan Publik, telah diterima dan disetujui oleh Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia berdasarkan
Surat Keputusan No. AHU-AH.10-07949 tanggal 15 Juni 2009.
Berdasarkan Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup
kegiatan perusahaan terdiri dari produksi mie, penggilingan
gandum, kemasan, jasa manajemen, serta penelitian dan
pengembangan.
7) PT Kalbe Farma Tbk
PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) adalah perusahaan yang
bergerak di industri farmasi yang terbesar di Indonesia. PT Kalbe
Farma Tbk (KLBF) didirikan pada tanggal 10 September 1966
dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1966.
Kantor pusat KLBF berdomisili di Gedung KALBE, Jalan Let.
Jend. Suprapto Kav. 4, Cempaka Putih, Jakarta 10510 sedangkan
untuk pabriknya berlokasi di Kawasan Industri Delta Silicon,
Jalan M.H. Thamrin, Blok A3-1, Lippo Cikarang, Bekasi, Jawa
Barat. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup
kegiatan KLBF meliputi, antara lain usaha dalam bidang farmasi,
perdagangan dan perwakilan. Saat ini, KLBF bergerak dalam
108
bidang pengembangan, pembuatan dan perdagangan sediaan
farmasi termasuk obat dan produk konsumsi kesehatan.
8) PT Merck Indonesia Tbk
PT Merck Indonesia Tbk (MERK) merupaka perusahaan
multinasional yang bergerak di bidang farmasi dan kimia di
Indonesia. PT Merck Indonesia Tbk (MERK) didirikan pada
tahun 1970 dan menjadi perusahaan publik pada tahun 1981.
Sebagian besar saham dimiliki oleh Grup Merck yang berkantor
pusat di Jerman dan merupakan perusahaan farmasi dan kimia
tertua di dunia. PT Merck Tbk berkedudukan di Indonesia dan
berlokasi di Jalan TB. Simatupang No. 8, Pasar Rebo, Jakarta
Timur. Berdasarkan Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang
lingkup kegiatan MERK bergerak dalam bidang industri
farmasidan perdagangan. Dalam bidang farmasi, MERK
memproduksi dan menjual merek-merek farmasi ternama seperti
Neurobion, Sangobion, dan Glucophage dengan fasilitas
bersertifikat cGMP. Serta pada bidang kimia, MERK
memasarkan berbagai jenis bahan kimia, zat warna, serta berbagai
spesialisasi kimia lainnya.
9) PT Multi Bintang Indonesia Tbk
PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) didirikan pada
tanggal 03 Juni 1929 dengan nama N.V. Nederlandsch Indische
Bierbrouwerijen dan mulai beroperasi secara komersial pada
109
tahun 1929. MLBI adalah bagian dari Grup Asia Pacific
Breweries dan Heineken, dimana pemegang saham utama adalah
Fraser & Neave Ltd. (Asia Pacific Breweries) dan Heineken N.V.
(Heineken). Kantor pusat MLBI berlokasi di Talavera Office Park
Lantai 20, Jalan Let. TB. Simatupang Kav. 22-26, Jakarta 12430.
Sedangkan pabrik MLBI berlokasi di Jalan Daan Mogot KM. 19,
Tangerang 15122 dan Jalan raya Mojosari – Pacet KM. 50,
Sampang Agung, Jawa Timur. Berdasarkan Anggaran Dasar
Perusahaan, ruang lingkup kegiatan MLBI beroperasi dalam
industri bir dan minuman lainnya.Untuk mencapai tujuan
usahanya, perseroan dapat melakukan aktivitas-aktivitas seperti,
produksi bir dan minuman lainnya dan produk-produk lain yang
relevan, pemasaran produk-produk tersebut pada pasar lokal dan
internasional, dan impor atas bahan-bahan promosi yang relevan
dengan produk-produk tersebut.
10) PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk
PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk (SQBI) awalnya
didirikan dengan nama PT Squibb Indonesia pada tahun 1970.
SQBI memulai kegiatan komersialnya pada tahun 1972 yang
bergerak di bidang farmasi yaitu pabrikan obat-obatan Over-the-
Counter (OTC) dan Etikal, baik untuk pasar dalam negeri dan luar
negeri. Pada tahun 2009 kepemilikan perusahaan diambil oleh
Taisho Pharmaceutical Co., Lts., suatu perusahaan yang berpusat
110
di Jepang. Kantor pusat SQBI berlokasi di Wisma tama Lt. 10,
Jalan Jenderal Sudirman Kav. 24, Jakarta 12920. Pabrik
perusahaan berlokasi di Jalan Raya Bogor Km. 38, Cilangkap
Depok 16958. Sesuai dengan pasal 3 dari Anggaran Dasar
Perusahaan, ruang lingkup kegiatan perusahaan adalah
mengembangkan, mendaftarkan, memproses, memproduksi dan
menjual produk kimia, farmasi dan kesehatan.
11) PT Mandom Indonesia Tbk
PT Mandom Indonesia Tbk (TCID) didirikan pada tanggal
5 November 1969 dan mulai berproduksi secara komersial pada
bulan April 1971. TCID berdomisili di Jakarta Utara dengan
pabrik yang berlokasi di daerah Sunter, Jakarta dan Kawasan
Industri MM2100, Cibitung-Jawa Barat. Kantor pusat perusahaan
terletak di Jalan Yos Sudarso By Pass, Jakarta. Berdasarkan
Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan TCID
meliputi produksi dan perdagangan kosmetika, wangi-wangian,
bahan pembersih dan kemasan plastik termasuk bahan baku,
mesin dan alat produksi untuk produksi dan kegiatan usaha
penunjang adalah perdagangan impor produk kosmetika, wangi-
wangian, bahan pembersih.
12) PT Tempo Scan Pasific Tbk
PT Tempo Scan Pasific Tbk (TSPC) didirikan di Indonesia
pada tanggal 20 mei 1970, dengan nama PT Scanchemie dan
111
memulai kegiatan komersialnya sejak tahun 1970. Perusahaan
berkantor pusat di Tempo Scan Tower, lantai 16, Jalan H.R.
Rasuna Said Kav. 3-4, Jakarta 12950, sedangkan untuk pabriknya
berlokasi di Cikarang – Jawa Barat. Berdasarkan Anggaran Dasar
Perusahaan, ruang lingkup kegiatan perusahaan bergerak dalam
bidang usaha farmasi.
13) PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk
PT Ultrajaya merupakan sebuah perusahaan susu yang
didirikan pada tahun 1958 yang telah berkembang pesat hingga
mampu meraih posisi sebagai salah satu perusahaan terkemuka di
Indonesia untuk produk-produk susu dan jus buah. Memasuki
tahap pertumbuhan pesat sejalan dengan perubahannya menjadi
PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk (ULTJ).
ULTJ merupakan perusahaan pertama dan terbesar di Indonesia
yang menghasilkan produk-produk susu minuman dan makanan
dalam kemasan aseptik yang tahan lama dengan merek-merek
terkenal seperti Ultra Milk untuk produk susu, Buavita untuk jus
buah segar dan Teh Kotak untuk minuman teh segar. Kantor pusat
dan pabrik yang berlokasi sangat strategis di pusat daerah
pedalaman pertanian Bandung yaitu di Jalan Raya Cimamere 131
Padalarang Kabupaten Bandung 40552. Saat ini, 90 persen dari
keseluruhan hasil produksi perusahaan dipasarkan di seluruh
112
Indonesia, sementara sisanya diekspor ke negara-negara di Asia
Eropa, Timur Tengah, Australia dan Amerika Serikat.
B. Analisis dan Pembahasan
1. Deskriptif Sampel
Penelitian ini menggunakan 13 perusahaan sebagai sampel
penelitian. Ketiga belas perusahaan tersebut adalah perusahaan
manfukatur sektor industri barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia yang data perusahaannya lengkap dari tahun 2010-2014
dan memenuhi kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Berikut ini
adalah daftar perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini :
Tabel 4.1 Nama Sampel Perusahaan
No Nama Perusahaan Kode 1 Delta Djakarta Tbk DLTA 2 Darya-Varia Laboratoria Tbk DVLA 3 Gudang Garam Tbk GGRM 4 Handjaya Mandala Sampoerna Tbk HMSP 5 Indofood CBP Sukses Makmur Tbk ICBP 6 Indofood Sukses Makmur Tbk INDF 7 Kalbe Farma Tbk KLBF 8 Merck Indonesia Tbk MERK 9 Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI
10 Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk SQBI 11 PT Mandom Indonesia Tbk TCID 12 Tempo Scan Pasific Tbk TSPC 13 Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk ULTJ
Sumber: Data diolah 2016
2. Deskriptif Variabel
Untuk mengetahui gambaran kondisi dari variabel dalam
penelitian ini maka dilakukan analisis deskriptif. Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi variabel independen dan variabel
113
dependen. Variabel independen Kebijakan Dividen (DPR), Free Cash
Flow, Pertumbuhan Aset (Growth Asset), Pertumbuhan Penjualan
(Growth Sales), Likuiditas,Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Struktur
Aktiva sedangkan variabel dependennya adalah Kebijakan Hutang
(DAR). Sampel dalam penelitian ini sebanyak 13 perusahaan manufaktur
sektor industri barang dan konsumsi di Bursa Efek Indonesia. Periode
pengamatan yang dilakukan selama 5 tahun yaitu tahun 2010-2014.
Pengolahan data-data tersebut dilakukan dengan menggunakan
program Software Microsoft Excel 2007 dan Eviews 8.0. adapun
deskripsi dari variabel penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
a. Perkembangan Kebijakan Dividen
Dividen adalah bagian laba yang diberikan emiten kepada
para pemegang saham, baik dalam bentuk dividen tunai maupun
dalam bentuk dividen saham (Sjahrial, 2008:309).
Gambar 4.1 Nilai DPR Masing-masing Perusahaan
2010-2014 (dalam desimal)
Sumber: Data diolah 2016
-0.1000 0.2000 0.3000 0.4000 0.5000 0.6000 0.7000 0.8000 0.9000 1.0000
Rata-rata Dividend Payout Ratio 2010-2014
DLTADVLAGGRMHMSPICBPINDFKLBFMERKMLBISQBITCIDTSPCULTJ
114
Tabel 4.2 Nilai DPR Masing-masing Perusahaan
2010-2014 (dalam desimal)
Sumber: Data diolah 2016
Pada gambar 4.1 Diatas terlihat bahwa rata-rata dividend
payout ratio2010-2014 tertinggi pada perusahaan manufaktur
sektor industri barang dan konsumsi dimiliki oleh perusahaan PT.
Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk (SQBI) sebesar 0,9171 atau
91,71% dan dividend payout ratio terendah dimiliki oleh
perusahaan PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP)
sebesar 0,0258 atau 2,58%.
Besar kecilnya jumlah dividen yang dibagikan sesuai
dengan kebijakan dividen yang telah ditetapkan oleh keputusan
manajerial mengenai berapa besar laba bersih yang dibagikan
kepada pemegang saham dan berapa besar laba ditahan (retained
No Kode 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata 1 DLTA 1.0897 1.1848 0.9025 0.7255 0.5133 0.8832 2 DVLA 0.2273 0.2778 0.2368 0.4196 0.3014 0.2926 3 GGRM 0.3016 0.3529 0.4937 0.3631 0.2949 0.3612 4 HMSP 1.0410 0.0015 0.6831 0.8696 1.0461 0.7282 5 ICBP 0.0720 0.0203 0.0147 0.0143 0.0079 0.0258 6 INDF 0.2768 0.4925 0.6568 0.2469 0.1691 0.3684 7 KLBF 0.1684 1.7153 0.4876 0.4687 0.3925 0.6465 8 MERK 0.9237 0.4318 1.7225 0.4523 0.7701 0.8601 9 MLBI 0.7031 0.0009 1.4367 0.0043 1.5357 0.7362
10 SQBI 1.0315 0.7740 0.9016 0.9337 0.9445 0.9171 11 TCID 0.4890 0.4881 0.4937 0.4645 0.4265 0.4723 12 TSPC 0.5963 0.3796 0.5438 0.5321 0.5817 0.5267 13 ULTJ 0.0345 0.0117 0.0397 0.0030 0.1745 0.0527
115
earning) untuk cadangan investasi ditahun yang akan datang
(Mardiyanto, 2009:4).
b. Perkembangan Free Cash Flow
Menurut Christine dan Lidya Agustin (2012), free cash
flow merupakan kas perusahaan yang dapat distribusikan kepada
kreditor atau pemegang saham yang tidak diperlukan modal kerja
atau investasi pada aset.
Gambar 4.2 Nilai Free Cash Flow Masing-masing Perusahaan
2010-2014 (dalam desimal)
Sumber: Data diolah 2016
-
0.0500
0.1000
0.1500
0.2000
0.2500
0.3000
0.3500
0.4000
0.4500
Rata-rata Free Cash Flow 2010-2014
DLTADVLAGGRMHMSPICBPINDFKLBFMERKMLBISQBITCIDTSPCULTJ
116
Tabel 4.3 Nilai Free Cash Flow Masing-masing Perusahaan
2010-2014 (dalam desimal)
Sumber: Data diolah 2016
Pada gambar 4.2 Diatas terlihat bahwa rata-rata free cash
flow 2010-2014 tertinggi pada perusahaan manufaktur sektor
industri barang dan konsumsi dimiliki oleh perusahaan PT. Taisho
Pharmaceutical Indonesia Tbk (SQBI) sebesar 0,3876atau 38,76%
dan free cash flow terendah dimiliki oleh perusahaan PT. Gudang
Garam Tbk (GGRM)sebesar 0,0146 atau 1,46%.
Perusahaan yang mempunyai free cash flow yang tinggi
biasanya perusahaan tersebut memiliki dana internal berlebih yang
belum digunakan untuk investasi dan aktivitasnya, sehingga
perusahaan akan semaksimal mungkin dalam memanfaatkan dana
internal tersebut untuk mencukupi kebutuhannya. Jensen (1986)
No Kode 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata
1 DLTA (0.1699) 0.0078 0.0813 0.1809 0.0196 0.0239 2 DVLA 0.1234 0.0427 0.0781 0.0456 0.0645 0.0709 3 GGRM 0.0528 (0.0465) 0.0475 0.0177 0.0013 0.0146 4 HMSP 0.0183 0.5730 (0.1031) 0.0509 0.0159 0.1110 5 ICBP 0.1574 0.1402 0.1695 0.0922 0.1542 0.1427 6 INDF 0.1289 0.0645 0.0888 0.0825 0.1014 0.0932 7 KLBF 0.1450 0.1107 0.0489 0.0023 0.1213 0.0856 8 MERK 0.1147 0.1708 (0.0821) 0.0771 0.1299 0.0821 9 MLBI 0.0076 0.1842 (0.0969) 0.3790 (0.1376) 0.0673
10 SQBI 1.6852 0.0873 0.0654 0.0604 0.0394 0.3876 11 TCID 0.0887 0.0043 0.1397 0.1225 0.0266 0.0763 12 TSPC 0.0796 0.0877 0.0631 0.0205 0.0313 0.0564 13 ULTJ 0.1297 0.1474 0.1973 0.0694 0.0269 0.1141
117
menyatakan bahwa manajer-manajer dapat mengurangi masalah
keagenan dari arus kas bebas dengan menerbitkan hutang dan
membayar bagian untuk shareholders (Riki Sanjaya, 2014).
c. Perkembangan Pertumbuhan Aset
Pertumbuhan aset (Growth of Asset) menunjukkan
perubahan (peningkatan atau penuruan) total aktiva yang dimiliki
oleh perusahaan.
Gambar 4.3 Nilai Growth Asset Masing-masing Perusahaan
2010-2014 (dalam desimal)
Sumber: Data diolah 2016
-
0.1000
0.2000
0.3000
0.4000
0.5000
0.6000
0.7000
0.8000
0.9000
1.0000
Rata-rata Growth Asset 2010-2014
DLTADVLAGGRMHMSPICBPINDFKLBFMERKMLBISQBITCIDTSPCULTJ
118
Tabel 4.4 Nilai Growth Asset Masing-masing Perusahaan
2010-2014 (dalam desimal)
Sumber: Data diolah 2016
Pada gambar 4.3 Diatas terlihat bahwa rata-rata growth
asset 2010-2014 tertinggi pada perusahaan manufaktur sektor
industri barang dan konsumsi dimiliki oleh perusahaan PT.
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) sebesar 0,1963atau
19,63% dan growth asset terendah dimiliki oleh perusahaan PT.
Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk (SQBI) sebesar -0,1040 atau
-10,40%.
Dapat dilihat seberapa besar pertumbuhan aktiva (Growth of
Asset) mempengaruhi struktur modal dimana perusahaan yang
tumbuh pesat dengan tingkat pertumbuhan aktiva yang tinggi
cenderung mengandalkan modal dari luar perusahaan.
No Kode 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata
1 DLTA (0.0682) (0.0175) 0.0706 0.1633 0.1441 0.0585 2 DVLA 0.0900 0.0806 0.1644 0.1073 0.0388 0.0962 3 GGRM 0.1289 0.2715 0.0619 0.2231 0.1467 0.1664 4 HMSP 0.1585 (0.0582) 0.3579 0.0441 0.0356 0.1076 5 ICBP 0.3069 0.1393 0.1662 0.1979 0.1713 0.1963 6 INDF 0.1707 0.1335 0.1071 0.3164 0.1073 0.1670 7 KLBF 0.0849 0.1766 0.1382 0.2014 0.0981 0.1398 8 MERK 0.0018 0.3441 (0.0256) 0.2239 0.0282 0.1145 9 MLBI 0.1446 0.0736 (0.0563) 0.5469 0.2519 0.1921
10 SQBI (0.8996) 0.1304 0.0978 0.0605 0.0906 (0.1040) 11 TCID 0.0529 0.0799 0.1156 0.1620 0.2642 0.1349 12 TSPC 0.1001 0.1841 0.0900 0.1673 0.0342 0.1151 13 ULTJ 0.1581 0.0867 0.1102 0.1614 0.0375 0.1108
119
d. Perkembangan Pertumbuhan Penjualan
Menurut Kesuma (2009:41) dalam Afi Pradhana, Taufeni
Taufik dan Lila Anggaini (2014),pertumbuhan penjualan adalah
kenaikan jumlah penjualan dari tahun ke tahun atau dari waktu ke
waktu.
Gambar 4.4 Nilai Growth Sales Masing-masing Perusahaan
2010-2014 (dalam desimal)
Sumber: Data diolah 2016
(0.1000)
-
0.1000
0.2000
0.3000
0.4000
0.5000
0.6000
0.7000
0.8000
0.9000
Rata-rata Growth Sales 2010-2014
DLTADVLAGGRMHMSPICBPINDFKLBFMERKMLBISQBITCIDTSPCULTJ
120
Tabel 4.5 Nilai Growth Sales Masing-masing Perusahaan
2010-2014 (dalam desimal)
Sumber: Data diolah 2016
Pada gambar 4.4 Diatas terlihat bahwa rata-rata growth
sales 2010-2014 tertinggi pada perusahaan manufaktur sektor
industri barang dan konsumsi dimiliki oleh perusahaan PT.
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) sebesar 0,8066 atau
80,66% dan growth sales terendah dimiliki oleh perusahaan PT.
Delta Djakarta Tbk (DLTA) sebesar -0.0277 atau -2,77%.
Bagi perusahaan dengan tingkat penjualan dan laba yang
tinggi kecenderungan perusahaan tersebut menggunakan hutang
sebagai sumber dana eksternal yang lebih besar dibandingkan
perusahaan-perusahaan yang tingkat penjualannya rendah
No Kode 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata
1 DLTA (0.0469) 0.1565 0.2336 (0.4958) 0.0141 (0.0277) 2 DVLA 0.0684 (0.0109) 0.2087 0.0132 0.0019 0.0563 3 GGRM 0.1431 0.1112 0.1467 0.1542 0.1759 0.1462 4 HMSP 0.1131 0.2184 0.2605 0.1261 0.0755 0.1587 5 ICBP 3.4811 0.0783 0.1140 0.1631 0.1964 0.8066 6 INDF 0.0269 0.1804 0.1043 0.1533 0.1015 0.1133 7 KLBF 0.1254 0.0670 0.2497 0.1735 0.0854 0.1402 8 MERK 0.0589 0.1544 0.0124 (0.1335) 0.0713 0.0327 9 MLBI 0.1076 0.0383 (0.1570) 1.2731 (0.1610) 0.2202 10 SQBI (0.2727) 0.1198 0.1338 0.1004 0.1666 0.0496 11 TCID 0.0563 0.1280 0.1187 0.0955 0.1382 0.1073 12 TSPC 0.1415 0.1259 0.1471 0.0338 0.0959 0.1088 13 ULTJ 0.1651 0.1180 0.3365 0.2315 0.1319 0.1966
121
(Brigham dan Houston, 2010 dalam Dinar Damayanti dan Titin
Hartini, S.E, M.Si, 2014).
e. Perkembangan Likuiditas
Current Ratio (CR) merupakan rasio untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka
pendek atau hutang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih
secara keseluruhan (Kasmir, 2010:111).
Gambar 4.5 Nilai Current Ratio Masing-masing Perusahaan
2010-2014 (dalam desimal)
Sumber: Data diolah 2016
-
1.0000
2.0000
3.0000
4.0000
5.0000
6.0000
7.0000
8.0000
Rata-rata Current Ratio 2010-2014
DLTADVLAGGRMHMSPICBPINDFKLBFMERKMLBISQBITCIDTSPCULTJ
122
Tabel 4.6 Nilai Current Ratio Masing-masing Perusahaan
(dalam desimal)
Sumber: Data diolah 2016
Pada gambar 4.5 Diatas terlihat bahwa rata-rata current
ratio 2010-2014 tertinggi pada perusahaan manufaktur sektor
industri barang dan konsumsi dimiliki oleh perusahaan PT.
Mandom Indonesia Tbk (TCID) sebesar 7,1050atau 710,5% dan
current ratio terendah dimiliki oleh perusahaan PT. Multi Bintang
Indonesia Tbk (MLBI) sebesar 0,8022atau 80,22%.
Dengan semakin meningkatnya current ratio maka dapat
meningkatkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
financial jangka pendek (Agus Sartono, 2010:116).Cash
menunjukkan besarnya kas yang tercermin dalam neraca (current
asset). Sedangkan, current liabilitymenunjukkan jumlah kewajiban
No Kode 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata
1 DLTA 6.3308 6.0090 5.2646 4.7623 4.4732 5.3680 2 DVLA 3.7167 4.8933 4.3102 4.2418 5.1813 4.4687 3 GGRM 2.7008 2.2448 2.1702 1.7221 1.6202 2.0916 4 HMSP 1.6125 1.7747 1.7758 1.7526 1.5277 1.6887 5 ICBP 2.5980 2.8711 2.7625 2.4106 2.1832 2.5651 6 INDF 2.0365 1.9095 2.1690 1.6673 1.8074 1.9180 7 KLBF 4.3936 3.6759 3.4054 2.8393 3.4036 3.5436 8 MERK 6.2275 7.5152 3.8712 3.9795 4.5859 5.2359 9 MLBI 0.9450 0.9942 0.5805 0.9775 0.5139 0.8022
10 SQBI 5.6886 5.6858 4.8546 4.9679 4.3729 5.1140 11 TCID 10.6845 11.7428 7.7265 3.5732 1.7982 7.1050 12 TSPC 3.3685 2.9835 3.0933 2.9619 3.0022 3.0819 13 ULTJ 2.0007 1.4766 2.0182 2.4701 3.3446 2.2620
123
jangka pendek perusahaan yang tercermin dalam neraca (current
liability) (Sjahrial, 2008:363).
f. Perkembangan Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan manajemen untuk
memperoleh laba. Return on Asset merupakan salah satu rasio
untuk mengukut profitabilitas dengan membagi antara laba bersih
dengan total aset (Darsono, 2009:58).
Gambar 4.6 Nilai ROA Masing-masing Perusahaan
2010-2014 (dalam desimal)
Sumber: Data diolah 2016
-
0.1000
0.2000
0.3000
0.4000
0.5000
0.6000
0.7000
0.8000
0.9000
Rata-rata Return On Asset 2010-2014
DLTADVLAGGRMHMSPICBPINDFKLBFMERKMLBISQBITCIDTSPCULTJ
124
Tabel 4.7 Nilai ROA Masing-masing Perusahaan
2010-2014 (dalam desimal)
Sumber: Data diolah 2016
Pada gambar 4.6 Diatas terlihat bahwa rata-rata return on
asset 2010-2014 tertinggi pada perusahaan manufaktur sektor
industri barang dan konsumsi dimiliki oleh perusahaan PT. Taisho
Pharmaceutical Indonesia Tbk (SQBI) sebesar 0,8558 atau 85,58%
dan return on asset terendah dimiliki oleh perusahaan PT. Indofood
Sukses Makmur Tbk (INDF) sebesar 0,0716atau 7,16%.
Semakin tinggi nilai ROA suatu perusahaan, maka semakin
tinggi kemampuan perusahaan dalam mendanai kegiatan investasi
perusahaan jangka panjang (Elly Astuti, 2014). Dengan demikian,
perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi berarti
mampu dalam mengelola aset dengan baik, sehingga akan
No Kode 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata
1 DLTA 0.1970 0.2179 0.2864 0.3120 0.2904 0.2607 2 DVLA 0.1298 0.1310 0.1386 0.1057 0.0655 0.1141 3 GGRM 0.1349 0.1268 0.0980 0.0863 0.0927 0.1078 4 HMSP 0.3129 0.4165 0.3736 0.3944 0.3529 0.3700 5 ICBP 0.1275 0.1356 0.1288 0.1075 0.1013 0.1201 6 INDF 0.0625 0.0946 0.0821 0.0627 0.0560 0.0716 7 KLBF 0.1829 0.1861 0.1882 0.1771 0.1714 0.1811 8 MERK 0.2732 0.3956 0.1893 0.2517 0.2532 0.2726 9 MLBI 0.3895 0.4156 0.3936 0.6691 0.3532 0.4442
10 SQBI 2.8930 0.3319 0.3406 0.3550 0.3588 0.8558 11 TCID 0.1255 0.1241 0.1195 0.1095 0.0944 0.1146 12 TSPC 0.1362 0.1377 0.1389 0.1247 0.1078 0.1291 13 ULTJ 0.0534 0.0588 0.1460 0.1156 0.0971 0.0942
125
memudahkan perusahaan dalam melakukan pembayaran hutang
apabila perusahaan tersebut melakukan pembayaran pinjaman
dalam jumlah yang besar.
g. Perkembangan Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aset
yang dimiliki perusahaan. Suatu perusahaan yang berukuran besar
lebih mudah memperoleh pinjaman dibandingkan dengan
perusahaan kecil (Moeljadi, 2006:274).
Gambar 4.7
Nilai Size Masing-masing Perusahaan
2010-2014
(dalam desimal)
Sumber: Data diolah 2016
-
5.0000
10.0000
15.0000
20.0000
25.0000
30.0000
35.0000
Rata-rata Size 2010-2014
DLTADVLAGGRMHMSPICBPINDFKLBFMERKMLBISQBITCIDTSPCULTJ
126
Tabel 4.8 Nilai Size Masing-masing Perusahaan
2010-2014 (dalam desimal)
Sumber: Data diolah 2016
Pada gambar 4.7 Diatas terlihat bahwa rata-rata ukuran
perusahaan2010-2014 tertinggi pada perusahaan manufaktur sektor
industri barang dan konsumsi dimiliki oleh perusahaan PT.
Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) sebesar 31,7774 dan ukuran
perusahaanterendah dimiliki oleh perusahaan PT. Taisho
Pharmaceutical Indonesia Tbk (SQBI) sebesar 26,2262.
Ukuran perusahaan secara langsung mencerminkan tinggi
rendahnya aktivitas operasi suatu perusahaan. Pada umumnya
semakin besar suatu perusahaan maka akan semakin besar pula
aktivitasnya. Dengan demikian, ukuran perusahaan juga dapat
No Kode 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata
1 DLTA 27.2865 27.2689 27.3371 27.4884 27.6229 27.4007 2 DVLA 27.4733 27.5508 27.7031 27.8050 27.8431 27.6751 3 GGRM 31.0566 31.2969 31.3569 31.5583 31.6953 31.3928 4 HMSP 30.6527 30.5927 30.8986 30.9417 30.9767 30.8125 5 ICBP 30.2234 30.3538 30.5076 30.6882 30.8463 30.5239 6 INDF 31.4870 31.6123 31.7140 31.9889 32.0847 31.7774 7 KLBF 29.5816 29.7442 29.8736 30.0572 30.1507 29.8815 8 MERK 26.7981 27.0938 27.0679 27.2700 27.2978 27.1055 9 MLBI 27.7595 27.8305 27.7726 28.2088 28.4335 28.0010
10 SQBI 24.1897 26.6142 26.7076 26.7663 26.8531 26.2262 11 TCID 27.6772 27.7540 27.8634 28.0135 28.2480 27.9112 12 TSPC 28.9091 29.0780 29.1642 29.3189 29.3525 29.1645 13 ULTJ 28.3275 28.4106 28.5151 28.6648 28.7016 28.5239
127
dikaitkan dengan besarnya kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan
(Mersi Narita, 2012).
h. Perkembangan Struktur Aktiva
Menurut Brigham & Houston (2011:188) dalam Ryan dan
Willy (2014), struktur aktiva adalah sebuah jaminan perusahaan
yang asetnya memadai untuk digunakan sebagai jaminan dalam
menggunakan utang.
Gambar 4.8 Nilai Struktur Aktiva Masing-masing Perusahaan
2010-2014 (dalam desimal)
Sumber: Data diolah 2016
-
0.1000
0.2000
0.3000
0.4000
0.5000
0.6000
0.7000
0.8000
Rata-rata Struktur Aktiva 2010-2014
DLTADVLAGGRMHMSPICBPINDFKLBFMERKMLBISQBITCIDTSPCULTJ
128
Tabel 4.9 Nilai Struktur Aktiva Masing-masing Perusahaan
2010-2014 (dalam desimal)
Sumber: Data diolah 2016
Pada gambar 4.8 Diatas terlihat bahwa rata-rata struktur
aktiva2010-2014 tertinggi pada perusahaan manufaktur sektor
industri barang dan konsumsi dimiliki oleh perusahaan PT. Taisho
Pharmaceutical Indonesia Tbk (SQBI) sebesar 0,6841 atau 68,41%
dan struktur aktiva terendah dimiliki oleh perusahaan PT. Delta
Djakarta Tbk (DLTA) sebesar 0,1601 atau 16,01%.
Perusahaan yang memiliki struktur aktiva dengan porsi
aktiva tetap yang tinggi cenderung lebih mudah mendapatkan
pinjaman dari pihak eksternal karena dinilai memiliki securable
assets (aktiva jaminan) yang lebih baik (Apit Susanti, 2014).
Dengan demikian, tingginya porsi aktiva tetap suatu perusahaan
akan memudahkan perusahaan dalam mendapatkan pinjaman
No Kode 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata 1 DLTA 0.2013 0.1702 0.1529 0.1372 0.1389 0.1601 2 DVLA 0.2388 0.2449 0.2311 0.2320 0.2515 0.2397 3 GGRM 0.2548 0.2227 0.2784 0.3184 0.3382 0.2825 4 HMSP 0.2317 0.2317 0.1950 0.2247 0.2679 0.2302 5 ICBP 0.4748 0.4364 0.4430 0.4677 0.4539 0.4551 6 INDF 0.5753 0.5428 0.5583 0.5843 0.5230 0.5567 7 KLBF 0.2837 0.2756 0.3160 0.3374 0.3464 0.3118 8 MERK 0.2469 0.1586 0.1854 0.1560 0.1692 0.1832 9 MLBI 0.4748 0.4626 0.5986 0.6037 0.6340 0.5547
10 SQBI 2.5406 0.2319 0.2260 0.2188 0.2030 0.6841 11 TCID 0.4168 0.4059 0.3907 0.5044 0.5284 0.4492 12 TSPC 0.2640 0.2655 0.2675 0.2620 0.3358 0.2789 13 ULTJ 0.5238 0.5857 0.5058 0.4432 0.4371 0.4991
129
karena para kreditur akan merasa lebih aman dalam memberikan
pinjaman kepada perusahaan yang memiliki aktiva tetap yang
tinggi.
i. Perkembangan Kebijakan Hutang (DAR)
Kebijakan hutang merupakan bagian dari keputusan
pendanaan yang diambil oleh manajemen perusahaan dalam
menentukan besarnya hutang sebagai sumber pendanaan yang
berguna untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan.
Gambar 4.9 Nilai DAR Masing-masing Perusahaan
2010-2014 (dalam desimal)
Sumber: Data diolah 2016
-
0.1000
0.2000
0.3000
0.4000
0.5000
0.6000
0.7000
Rata-rata Kebijakan Hutang (DAR) 2010-2014
DLTADVLAGGRMHMSPICBPINDFKLBFMERKMLBISQBITCIDTSPCULTJ
130
Tabel 4.10 Nilai DAR Masing-masing Perusahaan
2010-2014 (dalam desimal)
Sumber: Data diolah 2016
Pada gambar 4.9 Diatas terlihat bahwa rata-rata kebijakan
hutang (DAR)2010-2014 tertinggi pada perusahaan manufaktur
sektor industri barang dan konsumsi dimiliki oleh perusahaan PT.
Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) sebesar 0,6125 atau 61,25%
dan kebijakan hutang (DAR)terendah dimiliki oleh perusahaan PT.
Mandom Indonesia Tbk (TCID) sebesar 0,1646 atau 16,46%.
Perusahaan dinilai berisiko apabila memiliki porsi hutang
yang besar dalam struktur modalnya, namun sebaliknya apabila
perusahaan menggunakan hutang yang kecil atau tidak sama sekali
maka perusahaan dinilai tidak dapat memanfaatkan tambahan
modal eksternal yang dapat meningkatkan operasional perusahaan.
Ketika perusahaan menggunakan hutang yang terus meningkat
No Kode 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata 1 DLTA 0.1626 0.1770 0.1974 0.2197 0.2291 0.1972 2 DVLA 0.2500 0.2113 0.2169 0.2314 0.2215 0.2262 3 GGRM 0.3065 0.3719 0.3590 0.4206 0.4293 0.3775 4 HMSP 0.5023 0.4670 0.4930 0.4835 0.5244 0.4940 5 ICBP 0.2993 0.2965 0.3248 0.3762 0.3962 0.3386 6 INDF 0.4743 0.4101 0.4245 0.5086 0.5203 0.4676 7 KLBF 0.1792 0.2125 0.2173 0.2488 0.2099 0.2135 8 MERK 0.1650 0.1544 0.2681 0.2651 0.2273 0.2160 9 MLBI 0.5855 0.5656 0.7137 0.4459 0.7518 0.6125
10 SQBI 1.5917 0.1638 0.1808 0.1760 0.1970 0.4618 11 TCID 0.0943 0.0977 0.1306 0.1930 0.3074 0.1646 12 TSPC 0.2632 0.2834 0.2762 0.2857 0.2611 0.2739 13 ULTJ 0.3516 0.3800 0.3075 0.2833 0.2235 0.3092
131
maka akan semakin besar kewajibannya (M. Syafiudin Hidayat,
2013).
3. Statistik Deskriptif
Sebelum melakukan pengujian secara kemaknaan mengenai hasil
dari analisa data berdasarkan pengamatan sejumlah variabel yang dipakai
dalam model regresi, terlebih dahulu akan ditinjaumengenai deskripsi
variabel penelitian dengan analisis statistik deskriptif. Sebagaimana yang
telah diuraikan pada bab sebelumnya, bahwa penelitian ini melibatkan
satu variabel dependen yaitu Kebijakan Hutang (DAR) dan 8 (delapan)
variabel independen yaitu Kebijakan Dividen (DPR), Free Cash Flow,
Pertumbuhan Aset (Growth Asset), Pertumbuhan Penjualan (Growth
Sales), Likuiditas (CR), Profitabilitas (ROA), Ukuran Perusahaan (Size),
Struktur Aktiva. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan
manufaktur sektor industri barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) selama periode tahun 2010-2014. Pada awal
penelitian perusahaan yang diperoleh adalah 38 perusahaan. Karena
penentuan sampel berdasarkan metode purposive sampling. Maka atas
dasar kriteria-kriteria yang telah ditetapkan pada bab sebelumnya,
diperoleh jumlah sampel dari penelitian selama periode 2010 sampai
2014 adalah sebanyak 13 perusahaan. Dengan menggunakan metode
penggabungan data (pooling) maka diperoleh data penelitian sebanyak 13
x 5 = 65 data observasi.
132
Dengan menggunakan program Eviews versi 8.0 berikut hasil
statistik deskriptif dari data yang telah diolah sesuai kriteria yang telah
dipaparkan sebelumnya maka didapatkan keluaran untuk
mendiskripsikan data baik untuk rata-rata, median, tingkat maksimum,
minimum dan lainnya yang kemudian dijabarkan secara deskripsi satu
persatu dari variabel-variabel yang ada pada penelitian ini, baik variabel
dependen maupun variabel independen, sehingga dapat dilihat bagaimana
deskripsi variabel tersebut secara statistik.
Selengkapnya mengenai hasil statistik deskriptif penelitian dapat
dilihat pada tabel 4.11 sebagai berikut :
Tabel 4.11 Statistik Deskriptif
Kebijakan Hutang dan Variabel
Sumber: Data diolah 2016 menggunakan Eviews 8.0
Dari tabel 4.11 menunjukkan bahwa rata-rata dari masing-masing
variabel berada pada angka positif. Dalam melakukan pengambilan
keputusan pendanaan guna melakukan kegiatan operasional perusahaan
DAR DPR FCF GROWTH_ASSET
GROWTH_SALES LIKUIDITAS ROA SIZE STRUKTUR_
AKTIVA Mean 0.334814 0.528542 0.101983 0.115020 0.162217 3.480351 0.241231 28.95355 0.375804 Median 0.283280 0.468652 0.077110 0.115580 0.118744 2.983525 0.138560 28.51512 0.283715 Maximum 1.591714 1.722453 1.685210 0.546940 3.481070 11.74282 2.892966 32.08466 2.540598 Minimum 0.094303 0.000881 -0.169850 -0.899590 -0.495837 0.513906 0.053386 24.18974 0.137167 Std. Dev. 0.213100 0.424383 0.225473 0.165194 0.460281 2.160335 0.356812 1.752710 0.307659 Skewness 3.384764 0.926815 5.532589 -3.261491 6.044586 1.560980 6.469585 0.060243 5.456897 Kurtosis 19.83319 3.554895 39.00855 23.64784 43.52607 6.274868 48.46006 2.269683 38.98319
Jarque-Bera 891.5371 10.13960 3843.272 1269.890 4843.884 55.44335 6050.522 1.483839 3829.315 Probability 0.000000 0.006284 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.476199 0.000000
Sum 21.76290 34.35523 6.628870 7.476270 10.54411 226.2228 15.68000 1881.981 24.42727 Sum Sq. Dev. 2.906346 11.52644 3.253623 1.746502 13.55895 298.6911 8.148132 196.6075 6.057856
Observations 65 65 65 65 65 65 65 65 65
133
menggunakan aktivanya, perusahaan terlebih dahulu harus
mempertimbangkan variabel-variabel yang mempengaruhinya. Untuk
mengamati perilaku tersebut penelitian ini mengambil laporan keuangan
tahunan perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi
yang terdaftar di BEI selama periode 2010 sampai 2014, sebagai cermin
pembanding kinerja secara menyeluruh perusahaan dalam pendanaan
opersionalnya. Dari tabel 4.11 ditunjukkan deskriptif data awal yang
mencakup satu variabel dependen yaitu Kebijakan Hutang (DAR) dan 8
(delapan) variabel independen yaitu Kebijakan Dividen (DPR), Free
Cash Flow, Pertumbuhan Aset (Growth Asset), Pertumbuhan Penjualan
(Growth Sales), Likuiditas (CR), Profitabilitas (ROA), Ukuran
Perusahaan (Size), Struktur Aktiva.
Kebijakan hutang dapat diketahui dengan membandingkan antara
total hutang dan total aset. Ini berarti bahwa semakin besar struktur
modal suatu perusahaan menunjukkan bahwa semakin besar total hutang
yang dimiliki perusahaan. Dari tabel 4.11 didapat bahwa secara umum
rata-rata kebijakan hutang perusahaan manufaktur sektor industri barang
dan konsumsi yang terdaftar di BEI selama periode penelitian 2010
sampai 2014 (terlampir) adalah sebesar 0,334814 dengan kisaran antara
0,094303 dan 1,591714. Sedangkan untuk rata-rata tahunan perusahaan
yang memiliki rata-rata kebijakan hutang yang paling rendah adalah PT
Mandom Indonesia Tbk(TCID) pada tahun 2010 sebesar 0,094303 dan
perusahaan yang memiliki rata-rata kebijakan hutang tertinggi dimiliki
134
oleh PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk(SQBI) pada tahun 2010
sebesar 1,591714.
Kebijakan dividen dapat diketahui dengan membandingkan antara
dividend per share dan earning per share. Dari tabel 4.11 didapat bahwa
secara umum rata-rata kebijakan dividen perusahaan manufaktur sektor
industri barang dan konsumsi yang terdaftar di BEI selama periode
penelitian 2010 sampai 2014 (terlampir) adalah sebesar 0,528542 dengan
kisaran antara 0,000881 dan 1,722453. Sedangkan untuk rata-rata
tahunan perusahaan yang memiliki rata-rata kebijakan hutang yang
paling rendah adalah PT Multi Bintang Indonesia Tbk(MLBI) pada tahun
2011 sebesar 0,000881 dan untuk perusahaan yang memiliki rata-rata
kebijakan hutang tertinggi dimiliki oleh PT Merck Indonesia
(MERK)pada tahun 2012 sebesar 1,722453.
Free Cash Flow dapat diketahui dengan mengurangi arus kas
operasi dengan dividen yang kemudian dibagi dengan total aset pada
tahun t. Dari tabel 4.11 didapat bahwa secara umum rata-rata free cash
flow perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi yang
terdaftar di BEI selama periode penelitian 2010 sampai 2014 (terlampir)
adalah sebesar 0,101983dengan kisaran antara -0,169850 dan 0,546940.
Sedangkan untuk rata-rata tahunan perusahaan yang memiliki rata-rata
free cash flow yang paling rendah adalah PT. Delta Djakarta Tbk
(DLTA) pada tahun 2010 sebesar -0,169850 dan untuk perusahaan yang
memiliki rata-rata free cash flow tertinggi dimiliki oleh PT. Taisho
135
Pharmaceutical Indonesia Tbk (SQBI) pada tahun 2010 sebesar
1,685210.
Pertumbuhan aset dapat diketahui dengan membandingkan antara
total aset tahun bersangkutan setelah dikurangi total aset tahun
sebelumnya terhadap total aset tahun sebelumnya. Dari tabel 4.11 didapat
bahwa secara umum rata-rata pertumbuhan aset manufaktur sektor
industri barang dan konsumsi yang terdaftar di BEI selama periode
penelitian 2010 sampai 2014 (terlampir) adalah sebesar 0,115020 dengan
kisaran antara -0,899590 dan 0,546940. Sedangkan untuk rata-rata
tahunan perusahaan yang memiliki rata-rata pertumbuhan aset yang
paling rendah adalah PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk(SQBI)
pada tahun 2010 sebesar -0,899590 dan untuk perusahaan yang memiliki
rata-rata likuiditas tertinggi dimiliki oleh PT Multi Bintang Indonesia
Tbk(MLBI) pada tahun 2013 sebesar 0,546940.
Pertumbuhan penjualan dapat diketahui dengan membandingkan
antara penjualan tahun bersangkutan setelah dikurangi penjualan tahun
sebelumnyaterhadap penjualan tahun sebelumnya. Dari tabel 4.11 didapat
bahwa secara umum rata-rata pertumbuhan penjualan perusahaan
manufaktur sektor industri barang dan konsumsi yang terdaftar di BEI
selama periode penelitian 2010 sampai 2014 (terlampir) adalah sebesar
0,162217 dengan kisaran antara -0,495837 dan 3,48107. Sedangkan
untuk rata-rata tahunan perusahaan yang memiliki rata-rata pertumbuhan
penjualan yang paling rendah adalah PT Delta Djakarta Tbk(DLTA) pada
136
tahun 2013 sebesar -0,495837 dan untuk perusahaan yang memiliki rata-
rata pertumbuhan penjualan tertinggi dimiliki oleh PT Indofood CBP
Sukses Makmur Tbk(ICBP) pada tahun 2010 sebesar 3,48107.Untuk
hasil yang positif menunjukan bahwa terjadi kenaikan penjualan dari
tahun sebelumnya, begitu pula sebaliknya hasil negatif menunjukan
bahwa penjualan tahun bersangkutan mengalami penurunan dari tahun
sebelumnya.
Likuiditas dapat diketahui dengan membandingkan antara aktiva
lancar dengan hutang lancar. Dari tabel 4.11 didapat bahwa secara umum
rata-rata likuiditas perusahaan manufaktur sektor industri barang dan
konsumsi yang terdaftar di BEI selama periode penelitian 2010 sampai
2014 (terlampir) adalah sebesar 3,480351 dengan kisaran antara
0,513906 dan 11,74282. Sedangkan untuk rata-rata tahunan perusahaan
yang memiliki rata-rata likuiditas yang paling rendah adalah PT Multi
Bintang Indonesia Tbk (MLBI) pada tahun 2014 sebesar 0,513906 dan
untuk perusahaan yang memiliki rata-rata likuiditas tertinggi dimiliki
oleh PT Mandom Indonesia Tbk(TCID) pada tahun 2011 sebesar
11,74282.
Profitabilitas dapat diketahui dengan membandingkan antara laba
setelah pajak dengan total aktiva. Dari tabel 4.11 didapat bahwa secara
umum rata-rata profitabilitas perusahaan manufaktur sektor industri
barang dan konsumsi yang terdaftar di BEI selama periode penelitian
2010 sampai 2014 (terlampir) adalah sebesar 0,241231 dengan kisaran
137
antara 0,053386 dan 2,892966. Sedangkan untuk rata-rata tahunan
perusahaan yang memiliki rata-rata profitabiltas perusahaan yang paling
rendah adalah PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk
(ULTJ) pada tahun 2010 sebesar 0,053386 dan untuk perusahaan yang
memiliki rata-rata likuiditas tertinggi dimiliki oleh PT Taisho
Pharmaceutical Indonesia Tbk(SQBI) pada tahun 2010 sebesar 2,892966.
Ukuran perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan
antara LogNatural dari total aset. Dari tabel 4.11 didapat bahwa secara
umum rata-rata ukuran perusahaan manufaktur sektor industri barang dan
konsumsi yang terdaftar di BEI selama periode penelitian 2010 sampai
2014 (terlampir) adalah sebesar 28,95355 dengan kisaran antara
24,18974 dan 32,08466. Sedangkan untuk rata-rata tahunan perusahaan
yang memiliki rata-rata ukuran perusahaan yang paling rendah adalah PT
Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk(SQBI) pada tahun 2010 sebesar
24,18974 dan untuk perusahaan yang memiliki rata-rata ukuran
perusahaan tertinggi dimiliki oleh PT Indofood Sukses Makmur Tbk
(INDF) pada tahun 2014 sebesar 32,08466.
Struktur aktiva dapat diketahui dengan membandingkan antara
total aktiva tetap dengan total aktiva. Dari tabel 4.11 didapat bahwa
secara umum rata-rata struktur aktiva perusahaan manufaktur sektor
industri barang dan konsumsi yang terdaftar di BEI selama periode
penelitian 2010 sampai 2014 (terlampir) adalah sebesar 0,375804 dengan
kisaran antara 0,137167 dan 2,540594. Sedangkan untuk rata-rata
138
tahunan perusahaan yang memiliki rata-rata struktur aktiva perusahaan
yang paling rendah adalah PT Delta Djakarta Tbk (DLTA) pada tahun
2013 sebesar 0,137167 dan untuk perusahaan yang memiliki rata-rata
struktur aktiva perusahaan tertinggi dimiliki oleh PT Taisho
Pharmaceutical Indonesia Tbk (SQBI) pada tahun 2010 sebesar
2,540594.
4. Uji Analisis Model Regresi Data Panel
Model regresi data panel (pool) yaitu data yang merupakan
gabungan antara data seksi silang (cross section) dengan data runtun
waktu (time series). Penggunaan data panel dalam sebuah observasi
penelitian memiliki beberapa keuntungan seperti yang telah dijelaskan
pada bab sebelumnya. Agar hasil dari data panel sesuai dan
menghasilkan hasil akhir yang terbaik ada beberapa pendekatan yang
dapat digunakan untuk mengestimasi model regresi dengan
menggunakan data panel. Dalam pembahasan teknik estimasi model
regresi data panel, ada 3 pendekatan yang bisa digunakan yaitu: memilih
antara Common Effect Model, Fixed Effect Model dan Random Effect
Model (Widarjono, 2009:238).
a. Pendekatan Common Effect
Dalam pendekatan Common Effect (OLS)tidak
memperhatikan dimensi individu maupun waktu sehingga
diestimasikan perilaku data perusahaan sama dalam beberapa kurun
waktu (Widarjono, 2009:231).
139
Berikut ini adalah tampilan model Common Effect (OLS)
yang didapatkan dari pengolahan software Eviews 8.0.
Tabel 4.12 Uji Common Effect (OLS)
Dependent Variable: DAR Method: Panel Least Squares Date: 03/26/16 Time: 23:22 Sample: 2010 2014 Periods included: 5 Cross-sections included: 13 Total panel (balanced) observations: 65
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.449757 0.191768 -2.345316 0.0226
DPR -0.000217 0.028539 -0.007604 0.9940 FCF -0.295026 0.101836 -2.897059 0.0054
GROWTH_ASSET -0.086502 0.079948 -1.081979 0.2839 GROWTH_SALES -0.030339 0.018757 -1.617455 0.1114
LIKUIDITAS -0.034693 0.004597 -7.547508 0.0000 ROA 0.430969 0.066758 6.455730 0.0000 SIZE 0.025067 0.006211 4.036073 0.0002
STRUKTUR_AKTIVA 0.321013 0.049120 6.535267 0.0000 R-squared 0.926691 Mean dependent var 0.334814
Adjusted R-squared 0.916218 S.D. dependent var 0.213100 S.E. of regression 0.061682 Akaike info criterion -2.605760 Sum squared resid 0.213062 Schwarz criterion -2.304691 Log likelihood 93.68719 Hannan-Quinn criter. -2.486969 F-statistic 88.48597 Durbin-Watson stat 1.230345 Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Data diolah 2016 menggunakan Eviews 8.0
b. Pendekatan Fixed Effect
Pendekatan ini didasarkan pada adanya perbedaan intersep
antara perusahaan namun intersepnya sama antar waktu (time in
variant). Disamping itu, model ini juga mengasumsikan bahwa
koefisien regresi (slope) tetap antar perusahaan dan antar waktu
(Widarjono, 2009:233).
Berikut ini adalah tampilan model Fixed Effectyang
didapatkan dari pengolahan software Eviews 8.0.
140
Tabel 4.13 Uji Fixed Effect
Dependent Variable: DAR Method: Panel Least Squares Date: 03/26/16 Time: 23:22 Sample: 2010 2014 Periods included: 5 Cross-sections included: 13 Total panel (balanced) observations: 65
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.072002 0.912380 -0.078917 0.9375
DPR 0.011073 0.022201 0.498766 0.6204 FCF -0.098631 0.075995 -1.297858 0.2011
GROWTH_ASSET -0.031232 0.066520 -0.469510 0.6410 GROWTH_SALES -0.034950 0.013322 -2.623463 0.0119
LIKUIDITAS -0.017063 0.004973 -3.430919 0.0013 ROA 0.031833 0.119494 0.266401 0.7912 SIZE 0.008112 0.031235 0.259696 0.7963
STRUKTUR_AKTIVA 0.630985 0.118959 5.304218 0.0000 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.976746 Mean dependent var 0.334814
Adjusted R-squared 0.966176 S.D. dependent var 0.213100 S.E. of regression 0.039192 Akaike info criterion -3.384738 Sum squared resid 0.067584 Schwarz criterion -2.682244 Log likelihood 131.0040 Hannan-Quinn criter. -3.107559 F-statistic 92.40740 Durbin-Watson stat 2.038158 Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Data diolah 2016 menggunakan Eviews 8.0
c. Pendekatan Random Effect
Pendekatan ini mengestimasi data panel dengan asumsi
koefisien slope konstan dan intersep berbeda antara individu dan
antar waktu (Random Effect) (Widarjono, 2009:235).
Berikut ini adalah tampilan model Random Effect yang
didapatkan dari pengolahan program Eviews 8.0.
141
Tabel 4.14 Uji Random Effect
Dependent Variable: DAR Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) Date: 03/26/16 Time: 23:23 Sample: 2010 2014 Periods included: 5 Cross-sections included: 13 Total panel (balanced) observations: 65 Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.527630 0.309744 -1.703440 0.0940
DPR 0.019165 0.021021 0.911696 0.3658 FCF -0.158995 0.071913 -2.210914 0.0311
GROWTH_ASSET -0.091303 0.058543 -1.559593 0.1245 GROWTH_SALES -0.030479 0.012757 -2.389150 0.0203
LIKUIDITAS -0.023938 0.004198 -5.701820 0.0000 ROA 0.276604 0.075505 3.663380 0.0006 SIZE 0.025892 0.010530 2.458872 0.0171
STRUKTUR_AKTIVA 0.401544 0.070780 5.673125 0.0000 Effects Specification S.D. Rho Cross-section random 0.055081 0.6639
Idiosyncratic random 0.039192 0.3361 Weighted Statistics R-squared 0.949864 Mean dependent var 0.101524
Adjusted R-squared 0.942702 S.D. dependent var 0.170376 S.E. of regression 0.040783 Sum squared resid 0.093141 F-statistic 132.6212 Durbin-Watson stat 1.738838 Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics R-squared 0.906369 Mean dependent var 0.334814
Sum squared resid 0.272123 Durbin-Watson stat 0.856865
Sumber: Data diolah 2016 menggunakan Eviews 8.0
5. Uji Perubahan Struktural Model Regresi Data Panel a. Uji Chow
Uji Chow digunakan untuk menentukan metode mana yang
paling tepat digunakan untuk mengestimasi data panel dalam
penelitian ini dengan membandingkan antara model common effect
142
atau fixed effect. Berikut adalah hipotesis, hasil dari uji Chow dan
keputusan yang diambil berdasarkan uji Chow dengan pengolahan
menggunakan software Eviews 8.0.
Hipotesis dalam uji Chow adalah :
H0 : Probability > 0,05 : model mengikuti Common Effect Model
H1 : Probability < 0,05 : model mengikuti Fixed Effect Model
Menurut Widarjono (2009:238) dasar penolakan terhadap
hipotesis diatas adalah dengan membandingkan perhitungan antara
Fhitung dengan Ftabel. Perbandingan yang dipakai adalah sebagai
berikut :
Jika hasil dari Fhitung > Ftabel = H0 ditolak
Jika hasil dari Fhitung< Ftabel = H0 diterima
Dimana : α : Tingkat signifikansi yang dipakai (alfa)
n : Jumlah individual (cross section)
nt : jumlah cross section x jumlah time series
k : Jumlah variabel independen
Tabel 4.15 Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests Equation: FEM2 Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 7.892654 (12,44) 0.0000
Cross-section Chi-square 74.633590 12 0.0000
Sumber: Data diolah 2016 menggunakan Eviews 8.0
Ftabel = {α : df(n -1, nt – n – k)
143
Seperti yang dapat dilihat pada output diatas tabel 4.15. nilai
prob menunjukkan sebesar 0,0000 untuk Cross-section F, yang
berarti kurang dari 0,05. Selain itu untuk Fhitung didapatkan
sebesar7,892654 dengan Ftabel sebesar 5% : (12,44) = 1,98. Dari
hipotesis diatas dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak karena dari
probabilty lebih kecil dari 0,05 (0,0000 < 0,05) dan Fhitung yang lebih
besar dari Ftabel (7,892654> 1,98), sehingga dapat disimpulkan
dengan tingkat keyakinan 95 persen model Fixed Effect lebih baik
dari pada model Common Effect.
b. Uji Hausman
Setelah tahapan pengujian signifikansi antara model Fixed
Effect dan model Common Effect yang diperoleh model Fixed Effect
lebih baik dari pada model Common Effect. Kemudian dilakukan
pengujian kembali dengan menggunakan Uji Hausman yang
digunakan untuk memilih model yang paling tepat antara Fixed
Effect atau Random Effect.
Berikut adalah hipotesis, hasil dari uji Hausman dan
keputusan yang diambil berdasarkan uji Hausman dengan
pengolahan menggunakan software Eviews 8.0.
Pengujian Hausman dilakukan dengan hipotesis berikut :
H0 : Probability > 0,05 : model mengikuti Random Effect Model
H1 : Probability < 0,05 : model mengikuti Fixed Effect Model
144
Menurut Widarjono (2009:240) dasar penolakan terhadap
hipotesis diatas adalah dengan membandingkan antara nilai statistik
Hausman dan nilai kritisnya.
Jika nilai statistik Hausman > nilai kritisnya = H0 ditolak
Jika nilai statistik Hausman < niali kritisnya = H0 diterima
Tabel 4.16 Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: REM2 Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 12.638559 8 0.1249
Sumber: Data diolah 2016 menggunakan Eviews 8.0
Seperti yang dapat dilihat pada output diatas tabel 4.16. nilai
prob menunjukkan sebesar 0,1249 untuk Cross-section Random,
yang berarti lebih besar dari 0,05. Selain itu untuk nilai statistik
Hausman didapat sebesar 12,638559. sementara nilai kritis (Chi-
square) dengan df sebesar 8 pada α = 5% adalah sebesar 15,50731
yang berarti nilai kritis (Chi-square) lebih besar dari nilai statistik
Hausman. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 diterima
dan H1 ditolak dengan tingkat keyakinan 95 persen yang berarti
model model yang paling tepat untuk digunakan dalam penelitian ini
adalah model Random Effect.
6. Uji Dasar Asumsi Klasik
Hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa persamaan regresi
yang paling sesuai adalah model Random Effect dengan data perusahaan
145
2010-2014. Syarat agar dapat menggunakan persamaan regresi tersbut
adalah dengan terpenuhinya asumsi klasik untuk mendapatkan estimator
yang linear, tidak bias dan mempunyai varian yang minimum atau BLUE
(Best Linear Unbiased Estimator) dari suatu persamaan regresi dengan
metode kuadrat kecil (Least Square). Persyaratan asumsi klasik yang
harus dipenuhi adalah sebagai berikut :
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan utnuk menguji apakah nilai residual
yang telah terstandarisasi dalam model regresi panel variabel-
variabelnya berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik
adalah model yang memiliki distribusi data normal atau mendekati
normal. Tidak terpenuhinya normalitas pada umumnya disebabkan
karena distribusi data yang dianalisistidak normal, karena terdapat
nilai ekstrem pada data yang diambil. Nilai ektrem ini dapat terjadi
karena adanya kesalahan dalam pengambilan sampel, bahkan karena
kesalahan dalam melakukan input data atau memang karena
karakteristik data tersebut sangat jauh dari rata-rata (Suliyanto,
2011:69).
Dalam penelitian ini, normalitas data diketahui dengan
membandingkan statistik Jarque-Bera (JB) dengan x2 tabel. Jika
nilai Jarque-Bera (JB) ≤ x2tabel maka nilai residual terstandarisasi
dinyatakan berdistribusi normal (Suliyanto, 2011:75).
146
Menurut Winarno (2011), untuk mengetahui sebuah data
berdisitribusi normal atau tidak dapat dilakukan dengan melihat
probabilitasnya, apabila lebih besar dari 5% (bila menggunakan
tingkat signifikansi tersebut), maka data berdistribusi normal.
Berikut adalah hipotesis, hasil dari uji normalitas dan
keputusan yang diambil berdasarkan uji normalitas dengan
pengolahan menggunakan software Eviews 8.0.
Hipotesis yang digunakan dalam uji normalitas adalah
sebagai berikut :
H0 : residual dari model berdistribusi normal
H1 : residual dari model tidak berdistribusi normal
Gambar 4.10 Uji Normalitas
0
2
4
6
8
10
12
-0.10 -0.05 0.00 0.05 0.10 0.15
Series: Standardized ResidualsSample 2010 2014Observations 65
Mean 5.29e-17Median -0.004490Maximum 0.170008Minimum -0.124874Std. Dev. 0.065207Skewness 0.322342Kurtosis 2.954564
Jarque-Bera 1.131219Probability 0.568014
Sumber: Data diolah 2016 menggunakan Eviews 8.0
Pada hasil grafik histogram Kebijakan Hutang (DAR) diatas
menunjukkan nilai Jarque-Bera (JB) sebesar 1,131219 yang jika
dibandingkan dengan niai x2 tabel dengan df sebesar 8 pada α = 5%
adalah sebesar 15,50731. Karena nilai statistik Jarque-Bera (JB)
(1,131219) ≤ nilai x2 tabel (15,50731) dan nilai probabilitas yang
147
lebih besar dari 5% yaitu 0,568014. Maka dapat disimpulkan bahwa
data yang dipakai dalam penelitian ini terstandarisasi berdistribusi
normal.
b. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi panel ditemukan adanya korelasi antar variabel
independen atau tidak. Adanya multikolinearitas masih
menghasilkan estimatir BLUE, tetapi menyebabkan suatu model
mempunyai varian yang besar (Widarjono, 2009:104).
Menurut Widarjono (2009:106) ada aturan dalam
menentukan ada tidaknya multikolinearitas dalam suatu model,
yaitu:
Jika koefisien korelasi > 0,8 maka diduga adanya multikolinearitas
dalam model
Jika koefisien korelasi < 0,8 maka diduga tidak adanya
multikolinearitas dalam model.
Tabel 4.17 Uji Multikolinearitas
Sumber: Data diolah 2016 menggunakan Eviews 8.0
DPR FCF GROWTH _ASSET
GROWTH _SALES
LIKUIDITAS ROA SIZE STRUKTUR
_AKTIVA DPR 1 -0.11825 -0.31004 -0.27232 0.161531 0.259642 -0.3263 -0.01379 FCF -0.11825 1 -0.64573 0.008595 0.089716 0.856981 -0.27888 0.81015 GROWTH_ASSET -0.31004 -0.64573 1 0.331225 -0.2633 -0.69509 0.406042 -0.60723 GROWTH_SALES -0.27232 0.008595 0.331225 1 -0.12712 -0.09766 0.169978 -0.01214 LIKUIDITAS 0.161531 0.089716 -0.2633 -0.12712 1 0.094564 -0.54985 -0.07465 ROA 0.259642 0.856981 -0.69509 -0.09766 0.094564 1 -0.43388 0.794239 SIZE -0.3263 -0.27888 0.406042 0.169978 -0.54985 -0.43388 1 -0.16525 STRUKTUR_AKTIVA -0.01379 0.81015 -0.60723 -0.01214 -0.07465 0.794239 -0.16525 1
148
Dari matriks korelasi diatas terlihat bahwa hubungan antara variabel
independennya semuanya berada dibawah 0,8 sehingga dapat
disimpulkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini
terbebas dari masalah multikolinearitas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Dalam mengetahui ada tidaknya masalah heteroskedastisitas
dapat dilakukan dengan uji Park deteksi masalah heteroskedastisitas
varian yang tidak konstan atau masalah heteroskedastisitas muncul
karena residual ini tergantung dari variabel independennya yang ada
didalam model.
Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji
Park dengan hipotesis sebagai berikut :
H0 : Probability > 0,05 : tidak ada heteroskedastisitas
H1 : Probability < 0,05 : ada heteroskedastisitas
149
Tabel 4.18 Uji Park
Dependent Variable: LOG(RES2) Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) Date: 03/26/16 Time: 23:44 Sample: 2010 2014 Periods included: 5 Cross-sections included: 13 Total panel (balanced) observations: 65 Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -9.980811 8.037879 -1.241722 0.2195
DPR -0.366394 0.739302 -0.495595 0.6221 FCF -2.621598 2.549089 -1.028445 0.3082
GROWTH_ASSET -1.759522 2.046957 -0.859580 0.3937 GROWTH_SALES -0.173299 0.457556 -0.378748 0.7063
LIKUIDITAS -0.220679 0.139804 -1.578484 0.1201 ROA 2.683498 2.198638 1.220527 0.2274 SIZE 0.161633 0.269716 0.599271 0.5514
STRUKTUR_AKTIVA -1.507445 1.949873 -0.773099 0.4427
Sumber: Data diolah 2016 menggunakan Eviews 8.0
Dari hasil uji park diatas dapat dilihat bahwa semua variabel
independen nilai probabilitasnya lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar
(0,6221), (0,3082), (0,3937), (0,7063), (0,1201), (0,2274), (0,5514)
dan (0,4427) maka dapat disimpulkan H0 diterima yang berarti data
dalam penelitian ini tidak mengandung gejala heteroskedastisitas
atau dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam
model regresi terjadi korelasi antara variabel pengganggu (error)
pada periode t dan periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi muncul
karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu
sama lainnya (Imam Ghozali, 2005).
150
Untuk mendeteksi ada tidaknya masalah autokorelasi model
regresi data panel dalam penelitian ini dilakukan dengan uji Durbin
Watson (DW). Uji DW merupakan salah satu uji yang banyak
dipakai untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi (Winarno,
2011:5.28).
Tabel 4.19 Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dengan uji
Durbin Watson (DW) Tolak H0
berarti ada autokorelasi
positif
Tidak dapat diputuskan
Tidak menolak H0 berarti tidak ada
autokorelasi
Tidak dapat diputuskan
Tolak H0 berarti ada
autokorelasi negatif
0 dL dU 2 4-dU 4-dL 4 1,10 1,54 2,46 2,90
Tabel 4.20 Uji Autokorelasi
Weighted Statistics R-squared 0.949864 Mean dependent var 0.101524
Adjusted R-squared 0.942702 S.D. dependent var 0.170376 S.E. of regression 0.040783 Sum squared resid 0.093141 F-statistic 132.6212 Durbin-Watson stat 1.738838 Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Data diolah 2016 menggunakan Eviews 8.0
Dari hasil output tabel uji autokorelasi diatas terlihat bahwa
nilai Durbin-Watson statistik sebesar 1,738838 yang berada diantara
1,54 dan 2,46 sehingga dapat disimpulkan bahwa model dalam
penelitian ini tidak mengandung masalah autokorelasi.
7. Uji Hipotesis
a. Uji Signifikansi F (Simultan)
Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh seluruh variabel
independen secara keseluruhan atau simultan terhadap variabel
151
dependen. Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung
dengan Ftabel. Jika Fhitung< Ftabel berarti H0 diterima atau variabel
independen secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen.
Selain itu, dalam menentukan pengambilan keputusan apakah
H0 diterima atau ditolak bisak dilihat dari besarnya probabilitas yang
menunjukkan besarnya α. Dari perhitungan Eviews 8.0 jika
probabilitas sangat kecil yaitu 0,0000% maka keputusan yang
diambil adalah menolak Ho dan menerima Ha (Widarjono, 2009).
Tabel 4.21 Uji F (Simultan)
Weighted Statistics R-squared 0.949864 Mean dependent var 0.101524
Adjusted R-squared 0.942702 S.D. dependent var 0.170376 S.E. of regression 0.040783 Sum squared resid 0.093141 F-statistic 132.6212 Durbin-Watson stat 1.738838 Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Data diolah 2016 menggunakan Eviews 8.0
Dari hasil regresi diatas, maka bisa dilihat bahwa variabel
independen berpengaruh signifikan secara simultan terhadap variabel
Y dengan probabilitas sebesar 0,000000 yang berarti dibawah 0,05.
Selain itu, dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel dengan taraf
kesalahan 5% dan degree of freedom (df1) = 7 dan (df2) = 57 maka
diperoleh nilai dari Ftabel sebesar 2,18 sementara nilai dari Fhitung
sebesar 132,6212 yang berati terdapat pengaruh yang signifikan
karena nilai Fhitung lebih besar dari nilai Ftabel.
152
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan
H1 diterima yang berarti variabel independen (Kebijakan Dividen
(DPR), Free Cash Flow, Pertumbuhan Aset (Growth Asset),
Pertumbuhan Penjualan (Growth Sales), Likuiditas (CR),
Profitabilitas (ROA), Ukuran Perusahaan (Size), Struktur Aktiva)
secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kebijakan
hutang (Debt To Asset Ratio).
b. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas
(independen) secara individu memiliki pengaruh terhadap variabel
terikat (dependen) dengan menganggap variabel bebas lainnya
bersifat konstan. Uji ini dilakukan dengan memperbandingkan thitung
dengan ttabel.
Dalam penelitian ini uji t dilakukan dengan menggunakan uji
satu arah (one tail test). Dalam uji satu arah terdapat uji fihak kiri
dan uji fihak kanan. Uji fihak kiri digunakan apabila hipotesis nol
(H0) menunjukkan lebih besar atau sama dengan (≥) dan hipotesis
alternatifnya (Ha) menunjukkan lebih kecil (<), kata lebih besar atau
sama dengan sinonimnya paling sedikit atau paling kecil. Dalam uji
fihak kiri ini berlaku ketentuan, bila nilai thitung jauh pada penerimaan
H0 lebih besar atau sama dengan (≥) dari ttabel, maka H0 diterima dan
Ha ditolak. Sedangkan uji fihak kanan digunakan apabila hipotesis
nol (H0) menunjukkan lebih kecil atau sama dengan (≤) dan hipotesis
153
alternatifnya (Ha) menunjukkan lebih besar (>), kata lebih kecil atau
sama dengan sinonimnya paling besar. Dalam uji fihak kanan ini
berlaku ketentuan, bila nilai thitung lebih kecil atau sama dengan (≤)
nilai ttabel, maka H0 diterima dan Haditolak (Sugiyono, 2007:99-103).
ttabel = {α ; df = ( n – k )}
= 5% ; df = (65 – 8)
= 0,05 ; df = 57
= 1,67203
Tabel 4.22 Uji t (Parsial)
Sumber: Data diolah 2016 menggunakan Eviews 8.0
Dengan melihat nilai estimasi pada ttabel sebesar 1,67203
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Dependent Variable: DAR Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) Date: 03/26/16 Time: 23:23 Sample: 2010 2014 Periods included: 5 Cross-sections included: 13 Total panel (balanced) observations: 65 Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.527630 0.309744 -1.703440 0.0940
DPR 0.019165 0.021021 0.911696 0.3658 FCF -0.158995 0.071913 -2.210914 0.0311
GROWTH_ASSET -0.091303 0.058543 -1.559593 0.1245 GROWTH_SALES -0.030479 0.012757 -2.389150 0.0203
LIKUIDITAS -0.023938 0.004198 -5.701820 0.0000 ROA 0.276604 0.075505 3.663380 0.0006 SIZE 0.025892 0.010530 2.458872 0.0171
STRUKTUR_AKTIVA 0.401544 0.070780 5.673125 0.0000
154
1) Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Kebijakan Hutang
Hipotesis yang menduga adanya pengaruh kebijakan dividen
terhadap kebijakan hutang, dapat dituliskan sebagai berikut:
H0 : Kebijakan dividen tidak berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan hutang.
Ha : Kebijakan dividen berpengaruh signifikan terhadap kebijakan
hutang.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa variabel
kebijakan dividen menghasilkan nilai thitung (tstatistik) DPR sebesar -
0,911696 yang berarti lebih kecil dari ttabel 1,67203 dan nilai
probabilitas sebesar0,3658 yang lebih besar dari 0,05 maka H0
diterima dan Ha ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
kebijakan dividen tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan
hutang.
Hasil penelitian yang tidak signifikan ini diduga disebabkan
karena adanya beberapa perusahaan manufaktur sektor industri
barang dan konsumsi di Indonesia yang tidak konsisten membagikan
dividen setiap tahunnya sehingga informasi kebijakan dividen belum
menjadi informasi bagi perusahaan dalam menentukan kebijakan
hutang.Selain itu dalam konteks masalah agensi, peranan hutang
dalam pengawasan masalah agensi dapat digantikan oleh
penggunaan mekanisme pembayaran dividen, namun hubungan
155
tersebut tidak berjalan secara efektif, sehingga kebijakan dividen
tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
olehChristine Dwi Karya Susilawati dan Lidya Agustina (2012),
Apit Susanti dan Sekar Mayangsari (2014) yang menunjukkan
bahwa variabel kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap
kebijakan hutang.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh M. Syafiudin Hidayat (2013) menunjukkan bahwa
variabel kebijakan dividen berpengaruh negatif terhadap kebijakan
hutang.
2) Pengaruh Free Cash Flow terhadap Kebijakan Hutang
Hipotesis yang menduga adanya pengaruh free cash flow
terhadap kebijakan hutang, dapat dituliskan sebagai berikut:
H0 : Free cash flow tidak berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan hutang.
Ha : Free cash flow berpengaruh signifikan terhadap kebijakan
hutang.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa variabel free
cash flow menghasilkan nilai thitung (tstatistik) FCF sebesar -2,210914
yang berarti lebih kecil dari ttabel 1,67203 dan nilai probabilitas
sebesar0,0311 yang lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak dan Ha
156
diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Free Cash
Flow berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang.
Hasil penelitian ini disebabkan karena pada saat perusahaan
dalam keadaan stabil, perusahaan akan berusaha untuk mengurangi
risiko kebangkrutan yang diakibatkan oleh hutang dengan cara
mengalokasikan free cash flow untuk membayar hutang. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa semakin besar free cash flow, maka akan
mengakibatkan berkurangnya kebijakan hutang.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Imran dan Akram (2015) yang menunjukkan bahwa variabel
free cash flow mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap
kebijakan hutang.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Christine Dwi Karya Susilawati dan Lidya Agustina
(2012), Riki Sanjaya (2014) yang menunjukan hasil bahwa free cash
flow berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang.
3) Pengaruh Pertumbuhan Aset terhadap Kebijakan Hutang
Hipotesis yang menduga adanya pengaruh pertumbuhan
asetterhadap kebijakan hutang, dapat dituliskan sebagai berikut:
H0 : Pertumbuhan aset tidak berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan hutang.
Ha : Pertumbuhan aset berpengaruh signifikan terhadap kebijakan
hutang
157
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa variabel
pertumbuhan aset menghasilkan nilai thitung (tstatistik) Growth Asset
sebesar -1,559593 yang berarti lebih kecil dari ttabel 1,67203 dan nilai
probabilitas sebesar0,1245 yang lebih besar dari 0,05 maka H0
diterima dan Ha ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
pertumbuhanaset tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan
hutang.
Hasil penelitian ini dapat timbul karena jika pertumbuhan
aset dibiayai oleh hutang maka manajer tidak dapat melakukan
investasi yang optimal (underinvestment). Hal ini dikarenakan klaim
pertama kali terhadap aliran kas dari proyek tersebut akan jatuh pada
para kreditur. Sehingga pertumbuhan aset tidak berpengaruh
terhadap kebijakan hutang. Perusahaan ada yang tumbuh secara
positif dan ada juga yang tumbuh secara negatif dengan
menggunakan hutang yang tinggi. Terlihat dari PT Taisho
Pharmaceutical Indonesia Tbk yang mengalami pertumbuhan negatif
sebesar -0,1040 tetapi memiliki debt to asset ratio 0,6125; PT Delta
Djakarta Tbk yang mengalami pertumbuhan negatif sebesar 0,0585
tetapi memiliki debt to asset ratio 0,1972; PT Darya Varia
Laboratoria Tbk yang mengalami pertumbuhan negatif sebesar
0,0962 tetapi memiliki debt to asset ratio 0,2262; dan untuk PT
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk yang mengalami pertumbuhan
positif sebesar 0,1963 tetapi memiliki debt to asset ratio 03386; PT
158
Multi Bintang Indonesia Tbk yang mengalami pertumbuhan positif
sebesar 0,1921 tetapi memiliki debt to asset ratio 0,6215; PT
Indofood Sukses Makmur Tbk yang mengalami pertumbuhan positif
sebesar 0,1670 tetapi memiliki debt to asset ratio 0,4676.
Perusahaan-perusahaan yang memiliki pertumbuhan aset yang 3
tertinggi dan 3 terendah tersebut memiliki debt to asset ratio yang
relatif tinggi, berarti perusahaan membutuhkan debt to asset ratio
yang relatif tinggi meskipun pertumbuhan asetnya dalam keadaan
tinggi maupun rendah, sehingga pertumbuhan aset perusahaan tidak
berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Pengaruh yang tidak
signifikan juga memberikan arti bahwa perusahaan cenderung jarang
mempertimbangkan dalam menggunakan hutang hanya berdasarkan
pertumbuhan aset semata, melainkan lebih memperhatikan
integrasinya dengan faktor-faktor lainnya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Riki Sanjaya (2014) yang menunjukkan hasil bahwa variabel
pertumbuhaan perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan
hutang
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Rabiah Abdul Wahab et al (2012), Apit Susanti dan
Sekar Mayangsari (2014) yang menunjukan hasil bahwa
pertumbuhaan perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan
hutang. Serta penelitian Khalid Alkhatib (2012), Tanveer Ashraf dan
159
Safdar Rasool (2013), Imran dan Akram (2015) yang menunjukkan
bahwa variabel pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif
terhadap kebijakan hutang.
4) Pengaruh Pertumbuhan Penjualan terhadap Kebijakan Hutang
Hipotesis yang menduga adanya pengaruh pertumbuhan
penjualan terhadap kebijakan hutang, dapat dituliskan sebagai
berikut:
H0 : Pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh signifikan
terhadap kebijakan hutang.
Ha : Pertumbuhan penjualan berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan hutang
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa variabel
pertumbuhan penjualan menghasilkan nilai thitung (tstatistik) Growth
Sales sebesar -2,389150 yang berarti lebih kecil dari ttabel 1,67203
dan nilai probabilitas sebesar 0,0203 yang lebih kecil dari 0,05 maka
H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel pertumbuhan penjualan berpengaruh negatif terhadap
kebijakan hutang.
Hasil penelitian ini disebabkan karena semakin tinggi
penerimaan suatu perusahaan, maka memiliki kemampuan
pendanaan internal yang tinggi pula. Hal ini sesuai dengan pecking
order theory, dimana perusahaan akan lebih cenderung untuk
160
menggunakan dana internal terlebih dahulu sebelum menggunakan
hutang dan saham sebagai pilihan terakhir.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Afza dan Hussain (2011), Ellili dan Faraouk (2011) yang
menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan penjualan berpengaruh
negatif terhadap kebijakan hutang.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh M. Syafiudin Hidayat (2013) yang menunjukkan
bahwa variabel pertumbuhan penjualan berpengaruh positif terhadap
kebijakan hutang.
5) Pengaruh Likuiditas terhadap Kebijakan Hutang
Hipotesis yang menduga adanya pengaruh likuiditas terhadap
kebijakan hutang, dapat dituliskan sebagai berikut:
H0 : Likuiditastidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan
hutang.
Ha : Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa variabel
likuiditasmenghasilkan nilai thitung (tstatistik) Likuiditas sebesar -
5,701820 yang berarti lebih kecil dari ttabel 1,67203 dan nilai
probabilitas thitung sebesar 0,0000 yang lebih kecil dari 0,05 maka H0
ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
likuiditas berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang.
161
Hasil penelitian ini menunjukkan bahawa perusahaan yang
memiliki current ratio yang tinggi berarti memiliki aktiva lancar
yang cukup untuk melunasi hutang lancarnya. Dengan demikian,
semakin likuid suatu perusahaan, maka perusahaan tersebut
mempunyai kemampuan dalam melunasi hutang jangka pendeknya,
sehingga akan cenderung mengurangi total hutangnya. Selain itu itu
hal ini juga sesuai dengan landasan teori Pecking Order Theory yang
mengatakan bahwa perusahaan memiliki tingkat likuiditas yang
tinggi justru tingkat hutangnya rendah, sehingga perusahaan tidak
menggunakan pembiayaan dari hutang. Hal ini dikarenakan
perusahaan memiliki sumber dana internal yang melimpah, sehingga
perusahaan lebih cenderung menggunakan dana internalnya terlebih
dahulu untuk membiayai investasinya sebelum menggunakan dana
eksternal seperti hutang.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
olehKhalid Alkhatib (2012), danSorana VĂTAVU (2013) yang
menunjukkan bahwa variabel likuditas berpengaruh negatif terhadap
kebijakan hutang.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan olehMahvish Sabir dan Qaisar Ali Malik (2012), Rabiah
Abdul Wahab et al (2012) dan Imran dan Akram (2015)
menunjukkan hasil bahwa variabel likuiditas berpengaruh positif
terhadap kebijakan hutang.
162
6) Pengaruh Profitabiltas terhadap Kebijakan Hutang
Hipotesis yang menduga adanya pengaruh profitabiltas
terhadap kebijakan hutang, dapat dituliskan sebagai berikut:
H0 : Profitabilitastidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan
hutang.
Ha : Profitabiltas berpengaruh signifikan terhadap kebijakan
hutang
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa variabel
Profitabiltasmenghasilkan nilai thitung (tstatistik) ROA sebesar 3,663380
yang berarti lebih kecil dari ttabel 1,67203 dan nilai probabilitas
sebesar0,0006 yang lebih besar dari 0,05 maka H0 ditolak dan Ha
diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel profitabilitas
berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang.
Hasil penelitian ini disebabkan karena perusahaan yang
memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi berarti mampu dalam
mengelola aset dengan baik, sehingga akan memudahkan perusahaan
dalam melakukan pembayaran hutang apabila perusahaan tersebut
melakukan pembayaran pinjaman dalam jumlah yang besar.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
olehRabiah Abdul Wahab et al (2012) dan Elly Astuti (2014) yang
menunjukkan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh positif
terhadap kebijakan hutang.
163
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Christine Dwi Karya Susilawati dan Lidya Agustina
(2012), Mahvish Sabir dan Qaisar Ali Malik (2012), Sorana
VĂTAVU (2013), Apit Susanti dan Sekar Mayangsari (2014), Riki
Sanjaya (2014), Imran dan Akram (2015) menunjukan hasil bahwa
profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Serta
penelitian Khalid Alkhatib (2012), Tanveer Ashraf dan Safdar
Rasool (2013) menunjukkan hasil bahwa profitabilitas tidak
berpengaruh terhadap kebijakan hutang.
7) Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang
Hipotesis yang menduga adanya pengaruh ukuran perusahaan
terhadap kebijakan hutang, dapat dituliskan sebagai berikut:
H0 : Ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan hutang.
Ha : Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan hutang
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa variabel
ukuran perusahaan menghasilkan nilai thitung (tstatistik) Size sebesar
2,458872 yang berarti lebih besar dari ttabel 1,67203 dan nilai
probabilitas thitung sebesar0,0171 yang lebih kecil dari 0,05 maka H0
ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan
hutang.
164
Hasil penelitian ini dapat diartikan bahwa ukuran perusahaan
memiliki pengaruh searah terhadap kebijakan hutang, karena setiap
adanya peningkatan ukuran perusahaan maka kebijakan hutang pada
perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi yang
terdaftar di BEI juga mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan
bahwa kebijakan perusahaan dalam membuat hutang dengan pihak
lain lebih banyak mempertimbangkan nilai total aset. Hal ini sesuai
dengan pendekatan Agency Theory yang menyatakan bahwa
penggunaan hutang yang dijamin akan mengurangi biaya keagenan
sehubungan dengan penggunaan hutang. Ukuran perusahaan dapat
dijadikan proksi biaya keagenan hutang dalam bentuk biaya
pengwasan yang mungkin meningkat dari konflik antara manajer dan
investo. Biaya pengawasan untuk perusahaan kecil lebih besar
daripada perusahaan besar. Sehingga untuk perusahaan besar
cenderung lebih banyak untuk menggunakan daripada perusahaan
kecil.Selain itu penelitian ini juga sesuai dengan pendekatan Trade
Off Theory yang menyatakan bahwa perusahaan yang besar
cenderung memiliki risiko kebangkrutan yang kecil dibandingkan
dengan perusahaan kecil. Hal ini membuat perusahaan besar akan
memiliki fleksibilitas dan kemudahan dalam mendapatkan pinjaman
dan hutang. Sehingga semakin besar suatu perusahaan, maka akan
semakin besar dana yang akan dibutuhkan dalam menjalankan
165
kegiatan operasional perusahaan tersebut, salah satunya adalah
dengan menggunakan hutang.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Christine Dwi Karya Susilawati dan Lidya Agustina (2012),
Mahvish Sabir dan Qaisar Malik (2012), Elly Astuti (2014) yang
menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif
terhadap kebijakan hutang.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Khalid Alkhatib (2013), M. Syafiudin Hidayat (2013),
danRiki Sanjaya (2014) yang menunjukan hasil bahwa ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang.Serta
penelitian Tanveer Ashraf dan Safdar Rasool (2013) yang
menunjukan hasil bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif
terhadap kebijakan hutang.
8) Pengaruh Struktur Aktiva terhadap Kebijakan Hutang
Hipotesis yang menduga adanya pengaruh struktur aktiva
terhadap kebijakan hutang, dapat dituliskan sebagai berikut:
H0 : Struktur aktiva tidak berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan hutang.
Ha : Struktur aktiva berpengaruh signifikan terhadap kebijakan
hutang
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa variabel
struktur aktiva menghasilkan nilai thitung (tstatistik) Struktur Aktiva
166
sebesar 5,673125yang berarti lebih besar dari ttabel 1,67203dan nilai
probabilitas thitung sebesar 0,0000 yang lebih kecil dari 0,05 maka H0
ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
struktur aktiva berpengaruh positif signfikan terhadap kebijakan
hutang.
Hasil penelitian ini disebabkan karena aktiva tetap dapat
dijadikan jaminan oleh manajer kepada kreditur sehingga manajer
dapat memperoleh pinjaman dengan mudah. Semakin tinggi jumlah
fixed asset dalam total asset perusahaan maka akan mempermudah
perusahaan dalam memperoleh hutang karena dengan tingginya fixed
asset yang dimiliki suatu perusahaan, investor akan memberikan
pinjaman apabila perusahaan mempunyai jaminan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Christine Dwi Karya Susilawati dan Lidya Agustina (2012), M.
Syafiudin Hidayat (2013), Apit Susanti dan Sekar Mayangsari (2014)
yang menunjukkan bahwa variabel struktur aktiva berpengaruh
positif terhadap kebijakan hutang.
c. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)
Koefisien determinasi (R²/adjusted R²) pada intinya
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan
varian variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah diantara
nol dan satu. Nilai R² / Adjusted R² kecil berarti kemampuan
167
variabel-variabel independen dalam menjelaskan varian variabel
dependen amat terbatas (Imam Ghozali, 2011:97).
Nilai R2 mempunyai interval antara 0 sampai 1 (0 < R2< 1).
Semakin besar R2 (mendekati 1), semakin baik hasil untuk model
regresi dan semakin mendekati 0, maka variabel independen secara
keseluruhan tidak dapat menjelaskan variabel dependen.
Tabel 4.23 Uji Adjusted R2
Weighted Statistics R-squared 0.949864 Mean dependent var 0.101524
Adjusted R-squared 0.942702 S.D. dependent var 0.170376 S.E. of regression 0.040783 Sum squared resid 0.093141 F-statistic 132.6212 Durbin-Watson stat 1.738838 Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Data diolah 2016 menggunakan Eviews 8.0
Nilai Adjusted R-Square dari model diatas didapat sebesar
0,942702 yang menunjukkan bahwa kemampuan variabel
independen (Kebijakan Dividen (DPR), Free Cash Flow,
Pertumbuhan Aset (Growth Asset), Pertumbuhan Penjualan (Growth
Sales), Likuiditas (CR), Profitabilitas (ROA), Ukuran Perusahaan
(Size), Struktur Aktiva) dalam menjelaskan variabel dependen
kebijakan hutang (Debt To Asset Ratio) adalah sebesar 94,2702%,
sedangkan sisanya sebesar 5,7298% variabel kebijakan hutang
(DAR) dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak terdapat pada
model.
168
8. Analisis Regresi Panel
Dalam penelitian ini menguji pengaruh variabel independen
(terikat) yaitu Kebijakan Dividen (DPR), Free Cash Flow, Pertumbuhan
Aset (Growth Asset), Pertumbuhan Penjualan (Growth Sales), Likuiditas
(CR), Profitabilitas (ROA), Ukuran Perusahaan (Size), Struktur Aktiva
terhadap variabel dependen (bebas) Kebijakan Hutang (DAR) pada
perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi selama
periode tahun 2010-2014. Setelah dilakukan uji Chow dan uji Hausman,
maka pemilihan model estimasi yang paling tepat untuk digunakan
adalah dengan menggunakan model Random Effect.
169
Tabel 4.24 Uji terpilih (Random Effect Model)
Dependent Variable: DAR Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) Date: 03/26/16 Time: 23:23 Sample: 2010 2014 Periods included: 5 Cross-sections included: 13 Total panel (balanced) observations: 65 Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.527630 0.309744 -1.703440 0.0940
DPR 0.019165 0.021021 0.911696 0.3658 FCF -0.158995 0.071913 -2.210914 0.0311
GROWTH_ASSET -0.091303 0.058543 -1.559593 0.1245 GROWTH_SALES -0.030479 0.012757 -2.389150 0.0203
LIKUIDITAS -0.023938 0.004198 -5.701820 0.0000 ROA 0.276604 0.075505 3.663380 0.0006 SIZE 0.025892 0.010530 2.458872 0.0171
STRUKTUR_AKTIVA 0.401544 0.070780 5.673125 0.0000 Effects Specification S.D. Rho Cross-section random 0.055081 0.6639
Idiosyncratic random 0.039192 0.3361 Weighted Statistics R-squared 0.949864 Mean dependent var 0.101524
Adjusted R-squared 0.942702 S.D. dependent var 0.170376 S.E. of regression 0.040783 Sum squared resid 0.093141 F-statistic 132.6212 Durbin-Watson stat 1.738838 Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics R-squared 0.906369 Mean dependent var 0.334814
Sum squared resid 0.272123 Durbin-Watson stat 0.856865
Sumber: Data diolah 2016 menggunakan Eviews 8.0
Dari hasil analisis regresi data panel dengan menggunakan model
Random Effect maka diperoleh persamaan model regresi sebagai berikut :
DARit = β0 + β2FCF + β4GrowthSales + β5Likuiditas + β6ROA +
β7SIZE+ β8StrukturAktiva + e
170
DARit = -0,527630 – 0,158995(FCF) – 0,030479(GrowthSales) –
0,023938(Likuiditas) + 0,276604(ROA) + 0,025892(SIZE) +
0,401544(StrukturAktiva) + e
Berdasarkan persamaan regresi diatas, maka dapat
diinterpretasikan sebagai berikut :
a. Berdasarkan persamaan diatas diperoleh besarnya konstanta
kebijakan hutang sebesar -0,527630. Hal ini mengindikasikan
bahwa jika variabel independen yang terdiri dari Free Cash Flow,
Pertumbuhan Penjualan (Growth Sales), Likuiditas (CR),
Profitabilitas (ROA), Ukuran Perusahaan (Size), Struktur Aktiva
bernilai 0 maka akan menurunkan nilai variabel dependen
kebijakan hutang (DAR) sebesar -0,527630 atau -52,7630 %.
b. Besarnya koefisien regresi X2 atau Free Cash Flow sebesar -
0,158995 mengartikan bahwa jika variabel X2 atau Free Cash
Flow mengalami kenaikan sebesar 1% sedangkan variabel lain
diasumsikan bernilai konstan atau tetap, maka akan menurunkan
nilai variabel Y atau Kebijakan Hutang (DAR) sebesar -0,158995.
c. Besarnya koefisien regresi X4 atau Pertumbuhan Penjualan
(Growth Sales) sebesar -0,030479 mengartikan bahwa jika
variabel X4 atau Pertumbuhan Penjualan (Growth Sales)
mengalami kenaikan sebesar 1% sedangkan variabel lain
diasumsikan bernilai konstan atau tetap, maka akan menurunkan
nilai variabel Y atau Kebijakan Hutang (DAR) sebesar -0,030479.
171
d. Besarnya koefisien regresi X5 atau Likuiditas sebesar -0,023938
mengartikan bahwa jika variabel X5 atau Likuiditas mengalami
kenaikan sebesar 1% sedangkan variabel lain diasumsikan
bernilai konstan atau tetap, maka akan menurunkan nilai variabel
Y atau Kebijakan Hutang (DAR) sebesar -0,023938.
e. Besarnya koefisien regresi X6 atau Profitabilitas (ROA) sebesar
0,276604 mengartikan bahwa jika variabel X6 atau Profitabilitas
(ROA) mengalami kenaikan sebesar 1% sedangkan variabel lain
diasumsikan bernilai konstan atau tetap, maka akan menaikkan
nilai variabel Y atau Kebijakan Hutang (DAR) sebesar 0,276604.
f. Besarnya koefisien regresi X7 atau Ukuran Perusahaan (Size)
sebesar 0,025892 mengartikan bahwa jika variabel X7 atau
Ukuran Perusahaan (Size) mengalami kenaikan sebesar 1%
sedangkan variabel lain diasumsikan bernilai konstan atau tetap,
maka akan menaikkan nilai variabel Y atau Kebijakan Hutang
(DAR) sebesar 0,025892.
g. Besarnya koefisien regresi X8 atau Struktur Aktiva sebesar
0,401544 mengartikan bahwa jika variabel X8 atau Struktur
Aktiva mengalami kenaikan sebesar 1% sedangkan variabel lain
diasumsikan bernilai konstan atau tetap, maka akan menaikkan
nilai variabel Y atau Kebijakan Hutang (DAR) sebesar 0,401544.
172
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan manufaktur sektor industri
barang dan konsumsi di Bursa Efek Indonesia antara 2010 sampai dengan
tahun 2014 melalui uji regresi data panel. Dari hasil uji statistik yang
dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan yang akan dijabarkan sebagai
berikut:
1. Hasil pengujian secara simultan melalui uji-F dengan tingkat
signifikan α 5% atau 0,05 menyatakan bahwa secara keseluruhan
atau simultan variabel independen (X) yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi Kebijakan Dividen (DPR), Free Cash Flow,
Pertumbuhan Aset (Growth Asset), Pertumbuhan Penjualan
(Growth Sales), Likuiditas (CR), Profitabilitas (ROA), Ukuran
Perusahaan (Size), Struktur Aktiva berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen (Y) yaitu kebijakan hutang (Debt To Asset
Ratio).
2. Hasil pengujian secara parsial melalui uji-t dengan tingkat
signifikansi α 5% atau 0,05 menyatakan bahwa variabel Free Cash
Flow berpengaruh negatif dan signifikan dengan nilai thitung sebesar
-2,210914 dan nilai probabilitas sebesar 0,0311 terhadap variabel
kebijakan hutang (Debt To Asset Ratio), variabel Pertumbuhan
173
Penjualan (Growth Sales) berpengaruh negatif dan signifikan
dengan nilai thitung sebesar -2,389150 dan nilai probabilitas sebesar
0,0203 terhadap variabel kebijakan hutang (Debt To Asset Ratio),
variabel Likuiditas (CR) berpengaruh negatif dan signifikan dengan
nilai thitung sebesar -5,701820 dan nilai probabilitas sebesar 0,0000
terhadap variabel kebijakan hutang (Debt To Asset Ratio), variabel
Profitabilitas (ROA) berpengaruh positif dan signifikan dengan
nilai thitung sebesar 3,663380 dan nilai probabilitas sebesar 0,0006
terhadap variabel kebijakan hutang (Debt To Asset Ratio), variabel
Ukuran Perusahaan (Size) berpengaruh positif dan signifikan
dengan nilai thitung sebesar 2,458872 dan nilai probabilitas sebesar
0,0171 terhadap variabel kebijakan hutang (Debt To Asset Ratio),
variabel Struktur Aktiva berpengaruh positif dan signifikan dengan
nilai thitung sebesar 5,673125 dan nilai probabilitas sebesar 0,0000
terhadap variabel kebijakan hutang (Debt To Asset Ratio).
Sedangkan variabel Kebijakan Dividen (DPR) dan Pertumbuhan
Aset (Growth Asset) tidak berpengaruh terhadap variabel kebijakan
hutang (Debt To Asset Ratio).
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka penulis
mengemukakan beberapa implikasi yang mungkin bermanfaat bagi pihak-
pihak yang berkepentingan dibawah ini sebagai berikut:
174
1. Bagi Investor
Para investor diharapkan dapat lebih mempertimbangkan faktor-
faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang seperti Kebijakan
Dividen (DPR), Free Cash Flow, Pertumbuhan Aset (Growth
Asset), Pertumbuhan Penjualan (Growth Sales), Likuiditas (CR),
Profitabilitas (ROA), Ukuran Perusahaan (Size), Struktur Aktiva.
Sehingga dengan menganalisis faktor-faktor tersebut investor
diharapkan dapat mengambil keputusan yang tepat dalam
berinvestasi, karena tentunya setiap investor menginginkan prospek
yang lebih baik bagi perusahaannya dimasa yang akan datang serta
mendapatkan keuntungan sesuai dengan yang diharapkan.
2. Bagi Perusahaan
Perusahaan diharapkan bisa melakukan pertimbangan terhadap
keputusan pendanaan yang akan diambil guna mengurangi masalah
keagenan, apakah akan menggunakan dana internal ataukah
menggunakan dana eksternal karena keputusan pendanaan yang
akan diambil akan berpengaruh terhadap keputusan-keputusan lain
dan berpengaruh terhadap kemajuan dan kelangsungan hidup
perusahaan dimasa yang akan datang.
3. Bagi Akademik
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan
wawasan yang lebih mendalam serta sebagai dasar acuan untuk
kajian penelitian selanjutnya mengenai kebijakan hutang. Serta
175
diharapkan dapat menambah perbendaharaan atas pengembangan
ilmu pengetahuan khususnya ilmu ekonomi dibidang manajemen
keuangan.
C. Saran
Dengan segala keterbatasan dalam penelitian ini maka penulis
memberikan beberapa saran yang diajukan untuk penelitian selanjutnya
agar hasil penelitian selanjutnya dapat memberikan hasil yang lebih baik
lagi dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis.
1. Penelitian yang dilakukan oleh penulis menggunakan 8 variabel
independen yang terdiri dari Kebijakan Dividen (DPR), Free Cash
Flow, Pertumbuhan Aset (Growth Asset), Pertumbuhan Penjualan
(Growth Sales), Likuiditas (CR), Profitabilitas (ROA), Ukuran
Perusahaan (Size), Struktur Aktiva dan 1 variabel dependen yaitu
Kebijakan Hutang (Debt To Asset Ratio). Diharapkan penelitian
selanjutnya mampu menambahkan atau memasukkan variabel-
variabel lain dalam model penelitiannya sehingga mampu
memberikan gambaran perubahan variasi lain dari Kebijakan
Hutang (Debt To Asset Ratio).
2. Objek penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah perusahaan
manufaktur sektor industri barang dan konsumsi di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Observasi penelitian dilakukan selama 5 periode
berturut-turut yaitu pada tahun 2010-2014. Diharapkan penelitian
selanjutnya dapat dilakukan pada objek lain diluar objek penelitian
176
yang sudah digunakan oleh penulis, sehingga dapat memberikan
implikasi lain yang dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang
berkepentingan. Selain itu juga diharapkan penelitian selanjutnya
dapat memperluas periode penelitian dengan cara memperpanjang
periode penelitian dengan menambah tahun pengamatan, sehingga
hasil penelitian dapat memberikan kesimpulan yang lebih akurat
mengingat periode yang digunakan lebih panjang dari penelitian
yang digunakan oleh penulis.
3. Penelitian yang dilakukan oleh penulis menggunakan metode
analisis regresi data panel Random Effect dengan bantuan software
Eviews 8.0 sebagai alat bantu analisis penelitian. Diharapkan untuk
penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan metode serta alat
bantu analisis yang lain sehingga memberikan hasil penelitian yang
berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan penulis.
4. Uji statistik yang digunakan adalah uji-F dan uji-t satu arah.
Diharapkan penelitian selanjutnya dapat menggunakan uji statistik
yang berbeda sehingga implementasi yang diberikan dapat
menghasilkan gambaran bervariasi.
177
DAFTAR PUSTAKA
Afza, Talat dan Hussain A. 2011. “Determinants of Capital Structure across
selected Manufacturing sectors of Pakistan”. International Journal of
Humanities and Social Sciences, Vol. 1, Issue 12.
Andina, Zulfia. 2013. “Analisis Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Pertumbuhan
Penjualan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan Terhadap
Kebijakan Hutang”. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Diponegoro.
Ashraf, Tanveer dan Safdar Rasool. 2013. “Determinants of Leverage of
Automobile Sector Firms Listed in Karachi Stock Exchange by Testing
Packing Order Theory”. Journal of Business Studies Quartely, 2012,
Volume 4, Number 3, ISSN 2152-1034.
Astuti, Elly. 2014. “Pengaruh Kepemilikan Institusional, Profitabilitas, Ukuran
Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang”Jurnal Akuntansi dan Pajak, Vol.
15, No. 02.
Baltagi, H Badi. 2005. “Econometric Analysis of Panel Data”. Third Edition. (e-
book).
Brealey, Myers, & Marcus. 2008. “Dasar-dasar Manajemen Keuangan
Perusahaan Jilid 2”. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Brigham & Houston. 2006. “Dasar-Dasar Manajemen Keuangan” alih bahasa Ali
Akbar Yulianto. Buku satu. Edisi sepuluh. Jakarta: Salemba Empat.
. 2001. “Manajemen Keuangan”. Edisi kedelapan, Buku II.
Jakarta: Erlangga.
178
Brigham & Houston. 2009. “Fundamentals of Financial Management”, Jakarta:
Salemba Empat.
. 2011. “Dasar-dasar Manajemen Keuangan”. Buku 2. Edisi
11. Jakarta: Salemba Empat.
. 2012. “Dasar-dasar Manajemen Keuangan”. Buku 1. Edisi
11. Jakarta: Salemba Empat.
Damayanti, Dinar dan Titin Hartini, S.E, M.Si. 2014. “Pengaruh Profitabilitas,
Likuiditas, Pertumbuhan Penjualan dan Ukuran Perusahaan Terhadap
Kebijakan Hutang pada Perusahaan Sektor Consumer Goods di BEI
Periode 2008-2012”
Dwi Karya Susilawati, Christine dan Lidya Agustina. 2012. “Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kebijakan Utang Perusahaan Manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 16, No. 2
Mei 2012, hlm. 178-187.
Fahmi, Irham. 2011. “Analisis Laporan Keuangan”. Bandung: Alfabeta.
Fahmi, Irham. 2013. “Manajemen Keuangan Teori & Soal Jawab”. Bandung:
Alfabeta.
Ghozali, Imam. 2006. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”.
Semarang : Universitas Diponegoro.
. 2011. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
19”. Edisi V. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Halim, Abdul. 2009. “Analisis Kelayakan Investasi Bisnis : Kajian Dari Aspek
Keuangan”. Yogyakarta:Graha Ilmu.
179
Harmono. 2014. “Manajemen Keuangan : Berbasis Balanced Scorecard,
Pendekatan Teori, Konsep dan Riset Bisnis”. Edisi 1, Cetakan 3. Jakarta:
Bumi Aksara.
Hidayat, M.Syafiudin. 2013. “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan
Dividen, Struktur Aktiva, Pertumbuhan Penjualan, danUkuran
Perusahaan terhadap KebijakanUtang”. Jurnal Ilmu Manajemen, Vol. 1,
No. 1.
Hossain, Md. Imran dan Md. Akram Hossain. 2015. “Determinants of Capital
Structur and Testing of Theories: A Study in the Listed Manufacturing
Companies in Bangladesh”. International Journal of Economics and
Finance, Vol. 7, No. 4, 2015.
Husnan, Suad & Enny Pudjiastuti. 2004. “Dasar-Dasar Manejemen Keuangan”.
Edisi keempat. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Indahningrum, Rizka Putri dan Ratih Handayani. 2009. “Pengaruh Kepemilikan
Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dividen, Pertumbuhan Perusahaan,
Free Cash Flow dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang
Perusahaan”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 11, No. 3, Desember 2009,
Hlm. 189-207.
Karinaputri, Nanda. 2012. “Analisis Pengaruh Kepemilikan Institusional,
Kebijakan Dividen, Profitabilitas dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap
Kebijakan Hutang”. Skripsi Universitas Diponegoro.
Kasmir dan Jakfar. 2007. “Studi Kelayakan Bisnis”. Jakarta: Prenada Media Grup.
Kasmir. 2009. “Analisis Laporan Keuangan”. Jakarta: Raja Grifindo Persada.
180
Kasmir. 2010. “Pengantar Manajemen Keuangan”. Jakarta: Prenada Media Grup.
Keown, Arthur J, dkk. 2000. “Dasar – DasarManajemen Keuangan”. Edisi
ketujuh. Jakarta: Salemba Empat.
Mardiyanto, Handono. 2009. “Intisari Manajemen Keuangan”. Jakarta: PT.
Grasindo.
Mardiyanto, Handono. 2009. “Intisari Manajemen Keuangan”. Jakarta: PT.
Grasindo.
Margaretha, Farah. 2014. “Determinants of Debt Policy in Indonesia’s Public
Company”. Review of Integrative Business & Economics Research Vol.
3(2).
Masdupi, Erni. 2005. “Analisis Dampak Struktur Kepemilikan Pada Kebijakan
Hutang Dalam Mengontrol Konflik Keagenan”. Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Indonesia, Vol. 20, No. 1, pp 57-69.
Moeljadi. 2006. “Manajemen Keuangan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif”.
Jilid 1. Malang: Bayu Media Publishing.
Naini, Dwi Ismiwatis dan Wahidawati. 2014. “Pengaruh Free Cash Flow dan
Kepemilikan Institusional Terhadap Kebijakan Hutang dan Nilai
Perusahaan”. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi, Vol. 3, No. 4.
Narita, Rona Mersi. 2012. “Analisis Kebijakan Hutang”. Accounting Analysis
Journal.
Ozkan, Aydin. January/ March. 2001. “Determinants of Capital Structure and
Adjusment to Long Run Target Evidence From UK Company Panel Data”.
Journal of Business Finance & Accounting 28 (1) & (2).
181
Prawironegoro, Darsono. 2009. “Manajemen Keuangan Kajian Organisasi Bisnis
dalam Mencipta Laba dan Nilai Tambah Ekonomi untuk Meningkatkna
Nilai Perusahaan”. Jakarta: Nusantara Consulting.
Riyanto, Bambang. 2001. “Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan”. Edisi 4, Cet.
Ketujuh. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Rodoni, Ahmad dan Herni Ali. 2010. “Manajemen Keuangan”. Jakarta: Mitra
Wacana Media.
Sabir, Mahvish dan Qaisar Ali Malik. 2012. “Determinants of Capital Structure –
A Study of Oil and Gas Sector of Pakista”. Interdisciplinary Journal of
Contemporary Research In Business, Vol. 3, No. 10.
Salvatore, Dominick.2005. “Ekonomi Manajerial dalam Perekonomian Global”.
Jakarta: Salemba Empat.
Sanjaya, Riki. 2014. “Variabel-variabel Yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang”.
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1, Juni 2014, Hlm. 46-60.
Sari, Komang Ayu Novita dan Luh Komang Sudjarni. 2015. “Pengaruh Likuiditas,
Leverage, Pertumbuhan Perusahaan dan Profitabilitas Terhadap
Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur di BEI”. E-Jurnal
Manajemen Unud, Vol. 4, No. 10.
Sartono, Agus. “Manajemen Keuangan”. Edisi 4, BPFE : Yogyakarta, 1996.
Sartono, Agus. 2010. “Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi”. Edisi 4.
Yogyakarta: BPFE.
Sjahrial, Dermawan. 2008. “Pengantar Manajemen Keuangan Edisi 2”. Jakarta:
Mitra Wacana Media.
182
Sugiyono. 2007. “Statistik untuk Penelitian”. Bandung: Alfabeta.
Sukmaja.2009. “Analisis Dampak Struktur Kepemilikan terhadap Kebijakan
Hutang dalam Mengontrol Masalah Keagenan”. Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Suliyanto. 2011. “Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi dengan SPSS”.
Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Sumarso, Sonny. 2004. “Metode Riset SDM”. Jember: Graha Ilmu.
Susanti, Apit dan Sekar Mayangsari. 2014. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kebijakan hutang pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia”. e-Journal Magister Akuntansi Trisakti, Volume. 1
Nomor. 1 Februari 2014, Hal. 29-50.
Susanti. 2013. “Analisis Variabel-variabel yang Mempengaruhi Kebijakan
Hutang Perusahaan”. Jurnal Ilmu Manajemen, Vol. 1, No. 3.
Tampubolon, Manahan P. 2013. “Manajemen Keuangan (Finance Management)”.
Edisi 1. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Van Horne, James C. Dan John M. Wachowicz, JR. 2007. “Prinsip-prinsip
Manajemen Keuangan Buku 2”. Jakarta: Salemba Empat.
VĂTAVU, Sorana. 2013. “Determinants of Corporate Debt Ratios: Evidence
From Manufacturing Companies Listed on The Bucharest Stock
Exchange”. Timisoara Journal of Economics and Business, Vol. 6, Pages
99-126
Wahab, Rabiah Abdul, Mohd Sabri, Mohd Amin dan Khairuddin Yusop. 2012.
“Determinants of Capital Structure od Malaysian Property Developers”.
183
Middle-East of Scientific Research 11 (8): 1013-1021, 2012 ISSN 1990-
9233.
Widarjono, Agus. 2009. “Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya”. Edisi
ketiga. Yogyakarta: Ekonosia.
Widarjono, Agus. 2010. “Analisis Multivariat Terapan”. Yogyakarta: UPP STIM
YKPN.
Winarno, Wing Wahyu. 2007. “Analisis Ekonometrika dan Statistika Keuangan
dengan Eviews”. Edisi 2. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Winarno, Wing Wahyu. 2009. “Analisis Ekonometrika dan Statistik dengan
Eviews”. Edisi 2. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Winarno, Wing Wahyu. 2011. “Analisis Ekonometrika dan Statistika Keuangan”.
Edisi 2. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Yeniatie, dan Nicken Destriana. 2010. “Faktor-faktor yang mempengaruhi
kebijakan hutang pada perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.12, No.1, April 2010,
Hlm 1-16.
www.idx.co.id
http://www.kemenperin.go.id/artikel/7014/Manufaktur-Ditopang-Sektor-Barang-
Konsumsi (diakses pada tanggal 28 Februari 2016).
184
LAMPIRAN
Lampiran 1: Daftar Sampel Perusahaan
No Nama Perusahaan Kode 1 Delta Djakarta Tbk DLTA 2 Darya-Varia Laboratoria Tbk DVLA 3 Gudang Garam Tbk GGRM 4 Handjaya Mandala Sampoerna Tbk HMSP 5 Indofood CBP Sukses Makmur Tbk ICBP 6 Indofood Sukses Makmur Tbk INDF 7 Kalbe Farma Tbk KLBF 8 Merck Indonesia Tbk MERK 9 Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI 10 Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk SQBI 11 PT Mandom Indonesia Tbk TCID 12 Tempo Scan Pasific Tbk TSPC 13 Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk ULTJ
Sumber: www.idx.co.id (data diolah 2016)
185
Lampiran 2: Data Rasio Keuangan Perusahaan
FIRM TAHUN DAR DPR FCF Growth Assets
Growth Sales Likuiditas ROA SIZE Struktus
Aktiva
DLTA
2010 0.1626130 1.089737 (0.169850) (0.06817) (0.046937) 6.330808 0.196966 27.286534 0.201289 2011 0.1770140 1.184834 0.007804 (0.01752) 0.156511 6.009037 0.217929 27.268855 0.170250 2012 0.1973621 0.902498 0.081323 0.07059 0.233591 5.264640 0.286353 27.337062 0.152922 2013 0.2196930 0.725519 0.180895 0.16333 (0.495837) 4.762271 0.311978 27.488352 0.137167 2014 0.2291189 0.513279 0.019573 0.14406 0.014055 4.473236 0.290412 27.622936 0.138889
DVLA
2010 0.2499771 0.227273 0.123420 0.08996 0.068359 3.716746 0.129820 27.473326 0.238809 2011 0.2113104 0.277778 0.042717 0.08059 (0.010860) 4.893322 0.131010 27.550836 0.244890 2012 0.2169413 0.236842 0.078094 0.16442 0.208694 4.310207 0.138560 27.703055 0.231089 2013 0.2313771 0.419643 0.045621 0.10735 0.013155 4.241750 0.105706 27.805020 0.231981 2014 0.2214897 0.301370 0.064547 0.03882 0.001940 5.181298 0.065464 27.843102 0.251530
GGRM
2010 0.3064700 0.301624 0.052760 0.12892 0.143114 2.700834 0.134875 31.056640 0.254813 2011 0.3719176 0.352910 (0.046503) 0.27152 0.111227 2.244794 0.126842 31.296855 0.222749 2012 0.3590425 0.493722 0.047506 0.06193 0.146698 2.170217 0.098019 31.356939 0.278379 2013 0.4206002 0.363110 0.017747 0.22310 0.154246 1.722079 0.086348 31.558332 0.318411 2014 0.4292618 0.294860 0.001287 0.14675 0.175856 1.620165 0.092670 31.695260 0.338162
HMSP
2010 0.5022952 1.040956 0.018314 0.15853 0.113144 1.612501 0.312857 30.652671 0.231744 2011 0.4670047 0.001495 0.573014 (0.05824) 0.218411 1.774706 0.416511 30.592667 0.231679 2012 0.4929648 0.683120 (0.103101) 0.35788 0.260505 1.775790 0.373575 30.898593 0.195036 2013 0.4834795 0.869612 0.050918 0.04408 0.126063 1.752573 0.394385 30.941732 0.224662 2014 0.5243899 1.046061 0.015944 0.03562 0.075507 1.527733 0.352881 30.976728 0.267898
186
FIRM TAHUN DAR DPR FCF Growth Assets
Growth Sales Likuiditas ROA SIZE Struktus
Aktiva
ICBP
2010 0.2993068 0.071967 0.157436 0.30687 3.481070 2.598043 0.127536 30.223385 0.474765 2011 0.2964676 0.020269 0.140208 0.13932 0.078342 2.871071 0.135589 30.353819 0.436353 2012 0.3248199 0.014736 0.169515 0.16624 0.113989 2.762530 0.128833 30.507603 0.443014 2013 0.3762431 0.014332 0.092233 0.19793 0.163148 2.410628 0.107518 30.688200 0.467651 2014 0.3962337 0.007876 0.154166 0.17128 0.196368 2.183202 0.101257 30.846299 0.453898
INDF
2010 0.4743028 0.276786 0.128889 0.17069 0.026901 2.036490 0.062460 31.487023 0.575302 2011 0.4101022 0.492486 0.064485 0.13347 0.180424 1.909528 0.094641 31.612308 0.542758 2012 0.4244731 0.656839 0.088791 0.10709 0.104278 2.169023 0.082121 31.714039 0.558309 2013 0.5086214 0.246918 0.082479 0.31637 0.153269 1.667299 0.062705 31.988919 0.584283 2014 0.5202594 0.169119 0.101432 0.10730 0.101546 1.807438 0.056000 32.084658 0.522966
KLBF
2010 0.1792196 0.168449 0.144974 0.08485 0.125388 4.393648 0.182912 29.581563 0.283715 2011 0.2125334 1.715306 0.110705 0.17662 0.066988 3.675898 0.186079 29.744206 0.275625 2012 0.2172779 0.487552 0.048875 0.13818 0.249687 3.405397 0.188155 29.873639 0.316019 2013 0.2487926 0.468652 0.002339 0.20143 0.173486 2.839259 0.177131 30.057156 0.337404 2014 0.2098632 0.392499 0.121255 0.09810 0.085389 3.403637 0.171365 30.150734 0.346416
MERK
2010 0.1650346 0.923718 0.114675 0.00184 0.058937 6.227524 0.273236 26.798080 0.246872 2011 0.1543611 0.431767 0.170810 0.34414 0.154387 7.515232 0.395556 27.093832 0.158564 2012 0.2681433 1.722453 (0.082067) (0.02560) 0.012351 3.871243 0.189326 27.067903 0.185357 2013 0.2650530 0.452337 0.077111 0.22393 (0.133492) 3.979465 0.251734 27.269974 0.155979 2014 0.2273357 0.770148 0.129882 0.02820 0.071315 4.585873 0.253241 27.297783 0.169217
MLBI 2010 0.5854582 0.703143 0.007585 0.14456 0.107594 0.944963 0.389520 27.759486 0.474760 2011 0.5656436 0.000881 0.184152 0.07364 0.038313 0.994190 0.415610 27.830538 0.462621 2012 0.7136812 1.436688 (0.096898) (0.05633) (0.156969) 0.580499 0.393564 27.772562 0.598566
187
FIRM TAHUN DAR DPR FCF Growth Assets
Growth Sales Likuiditas ROA SIZE Struktus
Aktiva
MLBI 2013 0.4458749 0.004317 0.379049 0.54694 1.273150 0.977455 0.669091 28.208840 0.603707 2014 0.7517775 1.535736 (0.137554) 0.25189 (0.161002) 0.513906 0.353222 28.433494 0.634032
SQBB
2010 1.5917142 1.031461 1.685206 (0.89959) (0.272682) 5.688558 2.892966 24.189736 2.540598 2011 0.1638008 0.773953 0.087339 0.13041 0.119781 5.685786 0.331879 26.614237 0.231926 2012 0.1807540 0.901647 0.065425 0.09782 0.133758 4.854632 0.340553 26.707566 0.225958 2013 0.1760157 0.933685 0.060415 0.06054 0.100380 4.967925 0.354998 26.766345 0.218770 2014 0.1969593 0.944522 0.039379 0.09061 0.166649 4.372921 0.358783 26.853084 0.203028
TCID
2010 0.0943033 0.488988 0.088719 0.05290 0.056321 10.684490 0.125516 27.677178 0.416762 2011 0.0976706 0.488121 0.004273 0.07985 0.127976 11.742817 0.124060 27.754004 0.405869 2012 0.1305920 0.493673 0.139672 0.11558 0.118744 7.726538 0.119536 27.863380 0.390748 2013 0.1930225 0.464494 0.122453 0.16200 0.095479 3.573201 0.109529 28.013526 0.504414 2014 0.3074250 0.426451 0.026554 0.26419 0.138224 1.798190 0.094380 28.247954 0.528383
TSPC
2010 0.2632226 0.596330 0.079560 0.10006 0.141468 3.368467 0.136196 28.909061 0.263966 2011 0.2833724 0.379632 0.087651 0.18408 0.125904 2.983525 0.137708 29.078028 0.265481 2012 0.2762428 0.543795 0.063121 0.09002 0.147067 3.093311 0.138910 29.164222 0.267475 2013 0.2856912 0.532128 0.020532 0.16727 0.033794 2.961942 0.124658 29.318893 0.261992 2014 0.2611232 0.581651 0.031346 0.03417 0.095877 3.002186 0.107796 29.352489 0.335798
ULTJ
2010 0.3515767 0.034472 0.129671 0.15807 0.165115 2.000683 0.053386 28.327461 0.523849 2011 0.3799766 0.011701 0.147431 0.08667 0.118045 1.476608 0.058807 28.410583 0.585710 2012 0.3074506 0.039723 0.197293 0.11019 0.336507 2.018187 0.145998 28.515116 0.505771 2013 0.2832795 0.003033 0.069355 0.16145 0.231464 2.470062 0.115637 28.664782 0.443200 2014 0.2235060 0.174549 0.026950 0.03751 0.131944 3.344627 0.097138 28.701605 0.437074
188
Lampiran 3: Hasil Output Uji Regresi Data Panel
Uji Common Effect Model (OLS)
Dependent Variable: DAR Method: Panel Least Squares Date: 03/26/16 Time: 23:22 Sample: 2010 2014 Periods included: 5 Cross-sections included: 13 Total panel (balanced) observations: 65
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.449757 0.191768 -2.345316 0.0226
DPR -0.000217 0.028539 -0.007604 0.9940 FCF -0.295026 0.101836 -2.897059 0.0054
GROWTH_ASSET -0.086502 0.079948 -1.081979 0.2839 GROWTH_SALES -0.030339 0.018757 -1.617455 0.1114
LIKUIDITAS -0.034693 0.004597 -7.547508 0.0000 ROA 0.430969 0.066758 6.455730 0.0000 SIZE 0.025067 0.006211 4.036073 0.0002
STRUKTUR_AKTIVA 0.321013 0.049120 6.535267 0.0000 R-squared 0.926691 Mean dependent var 0.334814
Adjusted R-squared 0.916218 S.D. dependent var 0.213100 S.E. of regression 0.061682 Akaike info criterion -2.605760 Sum squared resid 0.213062 Schwarz criterion -2.304691 Log likelihood 93.68719 Hannan-Quinn criter. -2.486969 F-statistic 88.48597 Durbin-Watson stat 1.230345 Prob(F-statistic) 0.000000
189
Uji Fixed Effect Model
Dependent Variable: DAR Method: Panel Least Squares Date: 03/26/16 Time: 23:22 Sample: 2010 2014 Periods included: 5 Cross-sections included: 13 Total panel (balanced) observations: 65
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.072002 0.912380 -0.078917 0.9375
DPR 0.011073 0.022201 0.498766 0.6204 FCF -0.098631 0.075995 -1.297858 0.2011
GROWTH_ASSET -0.031232 0.066520 -0.469510 0.6410 GROWTH_SALES -0.034950 0.013322 -2.623463 0.0119
LIKUIDITAS -0.017063 0.004973 -3.430919 0.0013 ROA 0.031833 0.119494 0.266401 0.7912 SIZE 0.008112 0.031235 0.259696 0.7963
STRUKTUR_AKTIVA 0.630985 0.118959 5.304218 0.0000 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.976746 Mean dependent var 0.334814
Adjusted R-squared 0.966176 S.D. dependent var 0.213100 S.E. of regression 0.039192 Akaike info criterion -3.384738 Sum squared resid 0.067584 Schwarz criterion -2.682244 Log likelihood 131.0040 Hannan-Quinn criter. -3.107559 F-statistic 92.40740 Durbin-Watson stat 2.038158 Prob(F-statistic) 0.000000
190
Uji Random Effect Model
Dependent Variable: DAR Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) Date: 03/26/16 Time: 23:23 Sample: 2010 2014 Periods included: 5 Cross-sections included: 13 Total panel (balanced) observations: 65 Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.527630 0.309744 -1.703440 0.0940
DPR 0.019165 0.021021 0.911696 0.3658 FCF -0.158995 0.071913 -2.210914 0.0311
GROWTH_ASSET -0.091303 0.058543 -1.559593 0.1245 GROWTH_SALES -0.030479 0.012757 -2.389150 0.0203
LIKUIDITAS -0.023938 0.004198 -5.701820 0.0000 ROA 0.276604 0.075505 3.663380 0.0006 SIZE 0.025892 0.010530 2.458872 0.0171
STRUKTUR_AKTIVA 0.401544 0.070780 5.673125 0.0000 Effects Specification S.D. Rho Cross-section random 0.055081 0.6639
Idiosyncratic random 0.039192 0.3361 Weighted Statistics R-squared 0.949864 Mean dependent var 0.101524
Adjusted R-squared 0.942702 S.D. dependent var 0.170376 S.E. of regression 0.040783 Sum squared resid 0.093141 F-statistic 132.6212 Durbin-Watson stat 1.738838 Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics R-squared 0.906369 Mean dependent var 0.334814
Sum squared resid 0.272123 Durbin-Watson stat 0.856865
191
Lampiran 4: Hasil Uji Pemilihan Model Terbaik Regresi Data Panel
Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests Equation: FEM2 Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 7.892654 (12,44) 0.0000
Cross-section Chi-square 74.633590 12 0.0000
Cross-section fixed effects test equation: Dependent Variable: DAR Method: Panel Least Squares Date: 05/25/16 Time: 19:17 Sample: 2010 2014 Periods included: 5 Cross-sections included: 13 Total panel (balanced) observations: 65
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.449757 0.191768 -2.345316 0.0226
DPR -0.000217 0.028539 -0.007604 0.9940 FCF -0.295026 0.101836 -2.897059 0.0054
GROWTH_ASSET -0.086502 0.079948 -1.081979 0.2839 GROWTH_SALES -0.030339 0.018757 -1.617455 0.1114
LIKUIDITAS -0.034693 0.004597 -7.547508 0.0000 ROA 0.430969 0.066758 6.455730 0.0000 SIZE 0.025067 0.006211 4.036073 0.0002
STRUKTUR_AKTIVA 0.321013 0.049120 6.535267 0.0000 R-squared 0.926691 Mean dependent var 0.334814
Adjusted R-squared 0.916218 S.D. dependent var 0.213100 S.E. of regression 0.061682 Akaike info criterion -2.605760 Sum squared resid 0.213062 Schwarz criterion -2.304691 Log likelihood 93.68719 Hannan-Quinn criter. -2.486969 F-statistic 88.48597 Durbin-Watson stat 1.230345 Prob(F-statistic) 0.000000
192
Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: REM2 Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 12.638559 8 0.1249
Cross-section random effects test comparisons:
Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob. DPR 0.011073 0.019165 0.000051 0.2572
FCF -0.098631 -0.158995 0.000604 0.0140 GROWTH_ASSET -0.031232 -0.091303 0.000998 0.0572 GROWTH_SALES -0.034950 -0.030479 0.000015 0.2440
LIKUIDITAS -0.017063 -0.023938 0.000007 0.0099 ROA 0.031833 0.276604 0.008578 0.0082 SIZE 0.008112 0.025892 0.000865 0.5454
STRUKTUR_AKTIVA 0.630985 0.401544 0.009141 0.0164
Cross-section random effects test equation: Dependent Variable: DAR Method: Panel Least Squares Date: 05/25/16 Time: 19:18 Sample: 2010 2014 Periods included: 5 Cross-sections included: 13 Total panel (balanced) observations: 65
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.072002 0.912380 -0.078917 0.9375
DPR 0.011073 0.022201 0.498766 0.6204 FCF -0.098631 0.075995 -1.297858 0.2011
GROWTH_ASSET -0.031232 0.066520 -0.469510 0.6410 GROWTH_SALES -0.034950 0.013322 -2.623463 0.0119
LIKUIDITAS -0.017063 0.004973 -3.430919 0.0013 ROA 0.031833 0.119494 0.266401 0.7912 SIZE 0.008112 0.031235 0.259696 0.7963
STRUKTUR_AKTIVA 0.630985 0.118959 5.304218 0.0000 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.976746 Mean dependent var 0.334814
Adjusted R-squared 0.966176 S.D. dependent var 0.213100 S.E. of regression 0.039192 Akaike info criterion -3.384738 Sum squared resid 0.067584 Schwarz criterion -2.682244 Log likelihood 131.0040 Hannan-Quinn criter. -3.107559 F-statistic 92.40740 Durbin-Watson stat 2.038158 Prob(F-statistic) 0.000000
193
Lampiran 5: Hasil Output Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas (Uji Jarque Bera)
0
2
4
6
8
10
12
-0.10 -0.05 0.00 0.05 0.10 0.15
Series: Standardized ResidualsSample 2010 2014Observations 65
Mean 5.29e-17Median -0.004490Maximum 0.170008Minimum -0.124874Std. Dev. 0.065207Skewness 0.322342Kurtosis 2.954564
Jarque-Bera 1.131219Probability 0.568014
Multikolinearitas
DPR FCF GROWTH _ASSET
GROWTH _SALES
LIKUIDITAS ROA SIZE STRUKTUR
_AKTIVA DPR 1 -0.11825 -0.31004 -0.27232 0.161531 0.259642 -0.3263 -0.01379 FCF -0.11825 1 -0.64573 0.008595 0.089716 0.856981 -0.27888 0.81015 GROWTH_ASSET -0.31004 -0.64573 1 0.331225 -0.2633 -0.69509 0.406042 -0.60723 GROWTH_SALES -0.27232 0.008595 0.331225 1 -0.12712 -0.09766 0.169978 -0.01214 LIKUIDITAS 0.161531 0.089716 -0.2633 -0.12712 1 0.094564 -0.54985 -0.07465 ROA 0.259642 0.856981 -0.69509 -0.09766 0.094564 1 -0.43388 0.794239 SIZE -0.3263 -0.27888 0.406042 0.169978 -0.54985 -0.43388 1 -0.16525 STRUKTUR_AKTIVA -0.01379 0.81015 -0.60723 -0.01214 -0.07465 0.794239 -0.16525 1
194
Heteroskedastisitas (Uji Park)
Dependent Variable: LOG(RES2) Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) Date: 03/26/16 Time: 23:44 Sample: 2010 2014 Periods included: 5 Cross-sections included: 13 Total panel (balanced) observations: 65 Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -9.980811 8.037879 -1.241722 0.2195
DPR -0.366394 0.739302 -0.495595 0.6221 FCF -2.621598 2.549089 -1.028445 0.3082
GROWTH_ASSET -1.759522 2.046957 -0.859580 0.3937 GROWTH_SALES -0.173299 0.457556 -0.378748 0.7063
LIKUIDITAS -0.220679 0.139804 -1.578484 0.1201 ROA 2.683498 2.198638 1.220527 0.2274 SIZE 0.161633 0.269716 0.599271 0.5514
STRUKTUR_AKTIVA -1.507445 1.949873 -0.773099 0.4427 Effects Specification S.D. Rho Cross-section random 1.217798 0.4224
Idiosyncratic random 1.424072 0.5776 Weighted Statistics R-squared 0.085719 Mean dependent var -3.095482
Adjusted R-squared -0.044892 S.D. dependent var 1.429775 S.E. of regression 1.461515 Sum squared resid 119.6175 F-statistic 0.656291 Durbin-Watson stat 1.737140 Prob(F-statistic) 0.727095
Unweighted Statistics R-squared 0.073488 Mean dependent var -6.679664
Sum squared resid 211.0723 Durbin-Watson stat 1.122058
Autokorelasi (Uji Durbin Watson)
Tolak H0 berarti ada
autokorelasi positif
Tidak dapat diputuskan
Tidak menolak H0 berarti tidak ada
autokorelasi
Tidak dapat diputuskan
Tolak H0 berarti ada
autokorelasi negatif
0 dL dU 2 4-dU 4-dL 4 1,738838
1,10 1,54 2,46 2,90