faktor-faktor yang mempengaruhi hutang jangka pendek, hutang
TRANSCRIPT
i
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
HUTANG JANGKA PENDEK, HUTANG JANGKA
PANJANG DAN TOTAL HUTANG (Studi Kasus pada Perusahaan-perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di BEI Selama Tahun 2007-2011)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1)
pada Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Diponegoro
Disusun oleh:
INDRA WAHYU PRADANA
NIM. C2C008065
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
ii
PERSETUJUAN SKRIPSI
Nama Penyusun : Indra Wahyu Pradana
Nomor Induk Mahasiswa : C2C008065
Fakultas/Jurusan : Ekonomi/Akuntansi
Judul Skripsi : FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI HUTANG JANGKA
PENDEK, HUTANG JANGKA PANJANG
DAN TOTAL HUTANG (STUDI KASUS
PADA PERUSAHAAN-PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI
BEI SELAMA TAHUN 2007-2011)
Dosen Pembimbing : Drs. H. Tarmizi Achmad, MBA. Ph.D, Akt.
Semarang, 26 Juni 2013
Dosen Pembimbing,
(Drs. H. Tarmizi Achmad, MBA. Ph.D, Akt.)
NIP : 19550418 198603 1001
iii
PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN
Nama Mahasiswa : Indra Wahyu Pradana
Nomor Induk Mahasiswa : C2C008065
Fakultas/Jurusan : Ekonomi/Akuntansi
Judul Skripsi : FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI HUTANG JANGKA
PENDEK, HUTANG JANGKA PANJANG
DAN TOTAL HUTANG (STUDI KASUS
PADA PERUSAHAAN-PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI
BEI SELAMA TAHUN 2007-2011)
Telah dinyatakan lulus ujian pada tanggal 17 Juli 2013
Tim Penguji
1 Drs. H. Tarmizi Achmad, MBA, Ph.D, Akt. (..........................................)
2 Agung Juliarto, S.E., M.Si., Akt., Ph.D. (..........................................)
3 Drs. Sudarno, M.Si., Akt., Ph.D. (..........................................)
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Indra Wahyu Pradana, menyatakan
bahwa skripsi dengan judul: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
HUTANG JANGKA PENDEK, HUTANG JANGKA PANJANG DAN TOTAL
HUTANG (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN-PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI SELAMA TAHUN 2007-2011),
adalah hasil tulisan saya sendiri. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya
bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain
yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat
atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis
lain, yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri, dan/atau tidak terdapat
bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari
tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan penulis aslinya.
Apabila saya melakukan tindakan yang bertentangan dengan hal tersebut di atas,
baik disengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya
ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya
melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil
pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan jasa yang telah diberikan oleh universitas
batal saya terima.
Semarang, 7 Juni 2013
Yang membuat pernyataan,
(Indra Wahyu Pradana)
NIM : C2C008065
v
MOTTO
“Tetap kuatlah seperti KARANG, yang tegar menghadang meski deras debur
ombak menghantam. Tetap sejuklah seperti EMBUN, yang tetap santun
menggantung di ujung dedaunan. Dan tetap teranglah seperti BINTANG, yang terus
bersinar meski kegelapan malam seperti tak kunjung memudar.”
“Masing-masing dari kita memiliki jalan masing-masing. Teruslah berjuang di
jalanmu, serta serius dan bersungguh-sungguhlah karena DOA dan
KESUNGGUHAN dapat mengubah takdir dan memperbaiki dunia.”
“Tetaplah menjadi pribadi yang teduh yang wajahnya selalu ceria”
(Oki Suryo Hutomo)
“Satu keteladanan itu lebih baik dari beribu nasihat”
“Mulailah dari HAL YANG KECIL, mulailah dari DIRI SENDIRI dan
mulailah dari SEKARANG.”
(A’a Gym)
vi
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh karakteristik
perusahaan antara lain profitabilitas, aset tetap, ukuran perusahaan, pertumbuhan,
volatilitas laba dan tingkat kesulitan finansial terhadap hutang jangka pendek, hutang
jangka panjang dan total hutang, baik secara simultan maupun secara parsial. Dasar
teori yang digunakan adalah teori pecking order. Variabel dependen hutang jangka
pendek dan hutang jangka panjang dipilih sebagai pengembangan dari variabel total
hutang yang telah banyak diteliti sebelumnya.
Dengan metode purposive sampling, diperoleh 745 sampel perusahaan
maunfaktur yang secara konsisten terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun
2007-2011. Data penelitian dianalisis menggunakan uji asumsi klasik dan hipotesis-
hipotesis yang dirumuskan dianalisis menggunakan model regresi linear berganda.
Hasil Penelitian membuktikan bahwa variabel profitabilitas, kepemilikan aset
tetap dan tingkat kesulitan finansial perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap tiga jenis hutang yaitu hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan
total hutang perusahaan namun untuk variabel aset tetap, pengaruh yang signifikan ini
memiliki arah yang berbeda dengan yang diprediksikan terhadap hutang jangka
panjang. Di sisi lain, ukuran perusahaan dan volatiltias laba memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap hutang jangka panjang dan total hutang perusahaan namun tidak
signifikan terhadap hutang jangka pendek. Variabel terakhir yakni pertumbuhan
perusahaan ditemukan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hutang jangka
pendek dan total hutang, namun tidak signifikan terhadap hutang jangka panjang.
Kata kunci: karakteristik perusahaan, teori pecking order, volatilitas laba, kesulitan
finansial
vii
ABSTRACT
This study aims to analyze the impact of firm’s characteristics such as
profitability, fixed asset, firm size, growth, earning volatility, and firm’s financial
distress to short term debt, long term debt and total debt, simultaneously and
partially. This study uses pecking order theory as the basic theory. The short term
debt and long term debt are chosen as the dependent variable as it’s being a
development of the former research which has much focused on the total debt only.
By using the purposive sampling method, samples of 745 firms are selected due
to its consistency of publishing financial reporting on the BEI. The data is analyzed
using classical assumption test and hypothesizes are analyzed using the multiple
linear regression model.
The result of this study shows that profitability, fixed asset and financial distress
variables have a significant impact to short term debt, long term debt, and firm’s
total debt, but for the fixed asset variable, the significant effect affect on the different
directionality as predicted. On the other side, firm’s size and earning volatility have a
significant impact to long term debt and total debt but insignificant to short term
debt. The last variable, growth, is found that it has significant impact to short term
debt and total debt but insignificant to long term debt.
Key words: firm characteristics, pecking order theory, earning volatility, financial
distress
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah swt. karena tanpa
rahmat dan karunia-Nya, penulis tidak akan mampu menyelesaikan skripsi yang
berjudul “faktor-faktor yang mempengaruhi hutang jangka pendek, hutang jangka
panjang dan total hutang”. Tiada daya dan kekuatan tanpa seizing-Nya, oleh
karenanya, rasa syukur yang tiada henti kepada Allah tidak akan pernah lepas dalam
hati penulis.
Dengan kehendak-Nya pula, beberapa insan telah digerakkan dan diringankan
hatinya, sehingga member banyak pertolongan dan bantuan kepada penulis dalam
rangka penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis juga ingin mengucapkan
terima kasih juga, kepada:
1. Kedua orang tua, Ibu Roil dan Bapak Sigit yang dengan sabar dan tulus, terus
memberi dorongan dan membesarkan hati penulis. Semoga bapak dan ibu
selalu dalam lindungan Allah, dan tetap istiqamah pada kebaikan.
2. Bapak Tarmizi Achmad, selaku dosen pembimbing yang memberikan banyak
masukan, koreksi, saran serta nasihat-nasihat kehidupan kepada penulis.
Meski waktu sering menjadi kendala, namun dengan bekal kesungguhan dan
keikhlasan, akhirnya semua masalah dapat dilalui. Semoga bapak Tarmizi
dilembutkan hatinya, dilancarkan urusan-urusannya dan selalu dikaruniai
kesehatan oleh Allah.
ix
3. Segenap dosen fakultas ekonomika dan bisnis, Bapak Syafruddin, Bu Etna,
Bu Aya, Bu Siti, Pak Jaka, Pak Adit, Pak Wahyu, dan Bu Andri, yang telah
memberi banyak bantuan, masukan, semangat, dorongan, sindiran hingga
paksaan sehingga penulis tergerak dan tetap bersemangat dalam
menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah membalas kebaikan bapak dan ibu
dosen, dan selalu mencurahkan rahmat kepada bapak dan ibu.
4. Teman-teman seperbimbingan yang dengan tanpa lelah selalu saling
menyemangati, saling memberi informasi, dan selalu ada untuk tempat cerita,
Inggy, Nia, Viva, Hilmia, Nanda, Naila, Tedha dan Indra Feri. Semoga Allah
selalu menempatkan kita dalam jalan-jalan yang membuat kita menjadi
manusia yang lebih baik dari hari ke hari.
5. Teman-teman yang membantu dalam penyelesaian skripsi, Isnaini, Barra,
Faiz, Toni, Ratri Dian dan Mbak Rani. Penulis merasa sangat beruntung
bertemu dengan orang-orang seperti kalian yang dengan ikhlas mau
membantu. Semoga Allah memberi kelapangan dan kekuatan kepada kita
dalam menjalani tantangan kehidupan kelak.
6. Keluarga besar Tarpiyo Priyo Sarojo, semua teman seangkatan akuntansi
2008, semua teman mizan, kompartemen dan KMA, adik-adik wisma, teman-
teman liqo dan para murabbi, terima kasih atas semua semangat dan
bantuannya yang meskipun tidak secara langsung, namun bertemu dengan
x
kalian membuat hati menjadi tenang. Semoga Allah selalu melimpahkan
kebaikan kepada kita semua.
7. Seluruh jajaran birokrasi di fakultas ekonomika dan bisnis. Semoga keihlasan
selalu tertanam dalam hati-hati kita, sehingga akan ada senyum di setiap
layanan yang kita berikan.
8. Pihak lain yang telah membantu namun mungkin penulis lupa menuliskannya,
karena penulis pun manusia biasa. Namun demikian, penulis doakan semoga
Allah membalas semua kebaikan yang telah diberikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan
yang disebabkan keterbatasan pengetahuan serta pengalaman penulis. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran membangun dari semua pihak.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi berbagai pihak.
Semarang, 26 Juni 2013
Penulis
Indra Wahyu Pradana
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN ......................................... iii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ....................................................... iv
MOTTO ................................................................................................................ v
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
ABSTRACT ............................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 6
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..................................................... 7
1.4 Sistematika Penulisan ...................................................................... 9
BAB II TELAAH PUSTAKA
2.1 Teori Pecking Order ........................................................................ 11
2.2 Determinan Struktur Modal ............................................................. 14
2.2.1 Profitabilitas ............................................................................ 14
2.2.2 Aset Tetap ................................................................................ 15
2.2.3 Ukuran ..................................................................................... 16
2.2.4 Pertumbuhan ............................................................................ 17
2.2.5 Volatilitas Laba ....................................................................... 19
2.2.6 Tingkat Kesulitan Keuangan ................................................... 20
2.3 Ringkasan Penetilian Terdahulu ....................................................... 21
2.4 Pengembangan Hipotesis .................................................................. 23
2.5 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 34
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Variabel penelitian dan definisi operasional .................................... 37
3.1.1 Variabel independen ............................................................... 37
3.1.2 Variabel dependen ................................................................... 40
3.1.3 Variabel dummy tahun ............................................................ 41
3.2 Populasi dan sampel ......................................................................... 41
xii
3.3 Jenis dan sumber data ...................................................................... 42
3.4 Metode pengumpulan data ............................................................... 43
3.5 Metode analisis ................................................................................ 43
3.5.1 Uji Asumsi Klasik ................................................................... 43
3.5.1.1 Uji Normalitas ............................................................. 43
3.5.1.2 Uji Multikolinearitas ................................................... 44
3.5.1.3 Uji Heteroskesdastisitas .............................................. 45
3.2.1.4 Uji Autokorelasi .......................................................... 46
3.5.2 Uji Hipotesis ........................................................................... 47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................. 52
4.2 Data Outlier ..................................................................................... 53
4.3 Deskriptif Statistik Penelitian .......................................................... 53
4.4 Analisis Data .................................................................................... 56
4.4.1 Uji Asumsi Klasik ................................................................... 56
4.4.1.1 Uji Normalitas ............................................................. 56
4.4.1.2 Uji Multikolinearitas ................................................... 61
4.4.1.3 Uji Autokorelasi ........................................................... 63
4.4.1.4 Uji Heteroskesdastisitas ............................................... 64
4.4.2 Analisis Regresi Berganda ...................................................... 69
4.4.3 Pengujian Hipotesis ................................................................ 71
4.4.3.1 Koefisien Determinasi ................................................ 71
4.4.3.2 Uji Secara Simultan (Uji F) ........................................ 72
4.4.3.3 Uji Secara Parsial (Uji t) ............................................. 73
4.5 Pembahasan Hasil ............................................................................ 79
4.5.1 Pengaruh Profitabilitas ............................................................ 79
4.5.2 Pengaruh Aset Tetap ............................................................... 81
4.5.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan .................................................. 83
4.5.4 Pengaruh Pertumbuhan ............................................................ 85
4.5.5 Pengaruh Volatilitas Laba ........................................................ 87
4.5.6 Pengaruh Tingkat Kesulitan Finansial ..................................... 90
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 92
5.2 Keterbatasan ..................................................................................... 93
5.3 Saran ................................................................................................ 94
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 96
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................... 99
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Proporsi Perbandingan Short Term Debt dan Long Term Debt
Perusahaan Manufaktur di Indonesia Tahun 2007-2011 ..................... 4
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu .......................................................... 22
Tabel 2.2 Ringkasan Hipotesis dan Dasar Teori ................................................... 33
Tabel 3.1 Ringkasan Rumus Perhitungan Operasional ........................................ 51
Tabel 4.1 Proses Pemilihan Sampel ..................................................................... 52
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian (awal) .................................... 54
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian (akhir) .................................... 54
Tabel 4.4 Sebaran Frekuensi Variabel Dummy Penelitian ................................... 55
Tabel 4.5 Uji Normalitas ...................................................................................... 57
Tabel 4.6 Nilai Variance Inflation Factor Variabel Independen ......................... 62
Tabel 4.7 Pengujian Autokorelasi dengan runs test ............................................. 63
Tabel 4.8 Uji Glejser Variabel STD ..................................................................... 67
Tabel 4.9 Uji Glejser Variabel LTD .................................................................... 68
Tabel 4.10 Uji Glejser Variabel TD ..................................................................... 69
Tabel 4.11 Koefisien dan (nilai t) dari Regresi Faktor-aktor yang
Mempengaruhi Struktur Hutang terhadap Hutang Jangka Pendek,
Hutang Jangka Panjang dan Total Hutang dengan Sampel
Perusahaan Manufaktur Tahun 2007-2011 ......................................... 70
Tabel 4.12 Ringkasan Hipotesis, Hasil dan Kesimpulan ..................................... 78
Tabel 4.13 Perubahan Profitabilitas dan Hutang Jangka Pendek ......................... 80
Tabel 4.14 Perubahan Profitabilitas, Hutang Jangka Panjang dan Total
Hutang ................................................................................................ 80
Tabel 4.15 Perubahan Aset Tetap, Hutang Jangka Pendek dan Total
Hutang ................................................................................................ 81
Tabel 4.16 Laba dan Penambahan Aset Lancar Sampel ...................................... 82
Tabel 4.17 Penambahan Aset Lancar dan Aset Tetap Sampel ............................ 82
Tabel 4.18 Proporsi Hutang Sampel .................................................................... 83
Tabel 4.19 Persentase peningkatan ukuran perusahaan dan kas .......................... 84
Tabel 4.20 Ilustrasi Laba dan Penambahan Aset Sampel .................................... 86
Tabel 4.21 Rata-rata Volatilitas Laba dan Hutang Jangka Pendek ...................... 88
Tabel 4.22 Perubahan Volatilitas Laba, Hutang Jangka Panjang dan
Total Hutang ...................................................................................... 89
Tabel 4.23 Financial Distress dan Berbagai Jenis Hutang .................................. 90
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 35
Gambar 4.1 Normal Plotting Variabel STD ........................................................ 60
Gambar 4.2 Normal Plotting Variabel LTD ........................................................ 60
Gambar 4.3 Normal Plotting Variabel TD ........................................................... 61
Gambar 4.4 Sebaran Scatterplot Variabel STD ................................................... 65
Gambar 4.5 Sebaran Scatterplot Variabel LTD ................................................... 65
Gambar 4.6 Sebaran Scatterplot Variabel TD ..................................................... 66
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Daftar Nama Perusahaan Sampel .................................................... 99
Lampiran B Daftar Data Outlier Penelitian ......................................................... 104
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai pendahuluan dari penelitian yang akan
dilakukan. Pendahuluan ini terdiri dari beberapa sub bab yaitu latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat serta sistematika penulisan.
1.1 Latar Belakang Masalah
Tujuan awal pendirian sebuah perusahaan adalah untuk mencari laba. Laba
yang diperoleh perusahaan kemudian akan didistribusikan kepada berbagai pihak
yang berkontribusi dalam perolehan laba tersebut antara lain manajer, pemasok,
pemberi pinjaman maupun pemilik modal. Dalam usaha menghasilkan laba,
perusahaan membutuhkan sumber pendanaan. Pendanaan ini dapat berasal dari
pendanaan sendiri oleh pemilik ataupun dapat pula berasal dari pihak eksternal
yang berupa hutang. Perbandingan pendanaan sendiri dan pendanaan hutang
dalam struktur finansial perusahaan disebut struktur modal (Husnan, 2000).
Selama 40 tahun terakhir, model teoritis struktur modal yang juga dikenal
dengan istilah struktur hutang dan ekuitas, telah banyak dikembangkan melalui
berbagai penelitian. Seiring dengan perkembangan penelitian tersebut, muncul
teori-teori struktur modal yang mencoba menjelaskan fenomena yang terjadi pada
bisnis riil. Teori-teori ini mencoba menjelaskan bagaimana pihak manajemen
mengelola sumber pendanaan perusahaan sehingga dapat menghasilkan laba
maksimal bagi perusahaan tersebut.
2
Namun demikian, beberapa teori memberikan penjelasan yang bertolak
belakang antara satu teori dengan teori lainnya. Sebagai ilustrasi, dua teori yang
memiliki penjelasan yang saling bertolak belakang adalah teori pecking order dan
teori trade off.
Teori pecking order menjelaskan bahwa pihak manajemen memiliki urutan
kecenderungan tertentu dalam memilih sumber modal untuk perusahaan.
Manajemen lebih cenderung menyukai sumber dana dari internal perusahaan
(laba persahaan itu sendiri), dilanjutkan dengan sumber pembiayaan dari hutang,
dan selanjutnya pembiayaan dari ekuitas (penjualan saham). Teori pecking order
berlawanan dengan teori trade-off yang menjelaskan bahwa pihak manajemen
akan mencari kombinasi yang tepat dari bauran hutang dan ekuitas perusahaan
dalam membentuk aset perusahaan. Beban bunga yang ditimbulkan dari hutang
ini dapat digunakan sebagai pengurang laba perusahaan yang akhirnya akan
mengurangi pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan. Sedangkan dividen
yang akan dibagikan apabila menggunakan modal sendiri bukan merupakan
komponen beban yang dapat mengurangi pajak terutang.
Lebih jauh jauh lagi, teori trade off menjelaskan risiko kesulitan finansial
(financial distress) yang akan diderita perusahaan apabila memiliki hutang yang
berlebihan. Walaupun dengan memiliki proporsi hutang yang tinggi pengurang
pajak yang dimiliki perusahaan juga akan tinggi, namun rasio hutang terhadap
ekuitas yang terlalu tinggi akan memunculkan biaya kepailitan (cost of
3
bankruptcy). Peningkatan biaya kepailitan ini berasal dari peningkatan tingkat
pengembalian (rate of return) yang diharapkan investor. Tingkat pengembalian
yang diharapkan oleh investor ini meningkat seiring dengan risiko yang harus
ditanggung oleh mereka (investor). Hal ini disebabkan karena ketika hutang
perusahaan meningkat, maka probabilitas perusahaan mengalami pailit
(kebangkrutan) akan meningkat pula.
Telah banyak penelitian struktur modal yang hasilnya diperoleh dari kondisi
di negara-negara maju yang memiliki banyak kemiripan dalam hal intitusionalnya
(Rajan dan Zingales, 1995; Bevan and Danbolt, 2002). Namun demikian, menurut
Mouamer (2011), penelitian serupa yang lebih mendalam di negara-negara
berkembang masih sangat terbatas.
Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang, yang meskipun telah
cukup banyak penelitian mengenai struktur modal, namun diperlukan penelitian
yang lebih mendalam dengan sampel terbaru. Hal ini bertujuan untuk menguji
apakah teori dan argumen yang telah dirumuskan pada penelitian-penelitian
sebelumnya masih dapat bertahan dalam kondisi ekonomi yang semakin
berkembang.
Penelitian-penelitian terdahulu hanya berfokus pada rasio total hutang
terhadap total aset. Dalam studi ini, penelitian akan dikembangkan lebih luas
dengan meneliti pula variabel-variabel yang mempengaruhi hutang secara
keseluruhan ke hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang. Hal ini
4
dilakukan karena kondisi struktur modal perusahaan-perusahaan di Indonesia
khususnya perusahaan manufaktur cukup unik. Keunikan ini terlihat pada
proporsi hutang jangka pendek atau short term debt (STD) perusahaan yang dua
kali lipat lebih besar dibandingkan dengan proporsi hutang jangka panjangnya
atau long term debt (LTD) seperti tampak pada tabel 1.1.
Tabel 1.1
Proporsi Perbandingan Hutang Jangka Pendek dan
Hutang Jangka Panjang Perusahaan Manufaktur
di Indonesia Tahun 2007-2011
2007 2008 2009 2010 2011
Hutang Jangka Pendek 68.40% 68.06% 66.67% 67.74% 68.24%
Hutang Jangka Panjang 31.60% 31.94% 33.33% 32.26% 31.76%
Sumber: ICMD, diolah
Kondisi proporsi hutang di Indonesia seperti tampak pada tabel di atas
berbeda dengan proporsi hutang di negara lain, sebagai contoh adalah proporsi
hutang pada perusahaan-perusahaan di negara Cina. Perusahaan-perusahaan di
negara Cina memiliki proporsi hutang jangka pendek sebesar 45,32% dan hutang
jangka panjang sebesar 54,68% dari total hutangnya (Yue, 2011).
Terdapat banyak variabel yang mempengaruhi tingkat total leverage
perusahaan. Menurut Hidayati et al (2001), faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat leverage perusahaan adalah aset tetap, kesempatan pertumbuhan, ukuran
perusahaan, tingkat pajak badan usaha, beban pengurang pajak, profitabilitas,
umur perusahaan, volatilitas laba, dan keunikan aset. Sedangkan menurut
Nugroho (2009), risiko bisnis, struktur aktiva, profitabilitas dan ukuran
perusahaan merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat leverage. Di sisi
5
lain, Menurut Dewani (2010) dan Hidayat (2012), faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat leverage adalah pertumbuhan penjualan, struktur aktiva,
profitabilitas dan ukuran perusahaan. Selain penelitian di dalam negeri, penelitian
struktur modal juga telah banyak dilakukan di luar Indonesia. Menurut
Deesomsak (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat leverage adalah
ukuran perusahaan, likuiditas, kesempatan pertumbuhan dan harga saham.
Sedangkan menurut Prahalathan (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
leverage adalah capital intensity, aset tetap, profitabilitas, ukuran perusahaan dan
biaya pengurang pajak selain hutang. Di sisi lain, Mouamer (2011) berpendapat
bahwa profitabilitas, aset tetap, ukuran perusahaan, pertumbuhan, likuiditas dan
umur perusahaan merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat leverage
perusahaan. Beberapa variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap tingkat
leverage dan beberapa lainnya tidak. Dalam penelitian ini akan digunakan
variabel profitabilitas, aset tetap, ukuran perusahaan dan pertumbuhan sebagai
faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat leverage.
Selain penelitian yang lebih mendalam pada kedua jenis hutang yaitu hutang
jangka pendek dan hutang jangka panjang, dalam penelitian ini akan diuji pula
variabel yang masih jarang diteliti terutama di Indonesia. Variabel tersebut adalah
tingkat kesulitan finansial. Tingkat kesulitan finansial berhubungan erat dengan
biaya kebangkrutan dan risiko kebangkrutan. Sehingga tingkat kesulitan finansial
diperkirakan memiliki pengaruh terhadap tingkat leverage, karena semakin tinggi
6
risiko kebangkrutan perusahaan perusahaan, maka kesediaan investor dalam
memberi pinjaman akan menurun. Namun di sisi lain, ketika perusahaan memiliki
tingkat risiko kebangkrutan yang tinggi, perusahaan cenderung tidak memiliki
kecukupan dana internal dalam memenuhi kebutuhan operasionalnya. Hal ini
mendorong manajer untuk melakukan pendanaan secara eksternal, sehingga
tingkat hutang perusahaan akan meningkat.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dinilai perlu adanya penelitian lebih
lanjut mengenai struktur modal di Indonesia. Oleh karena itu, pada studi ini akan
diteliti lebih lanjut mengenai hal tersebut dengan judul penelitian “Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Hutang Jangka Pendek, Hutang Jangka Panjang dan
Total Hutang.”
1.2 Rumusan Masalah
Penelitian mengenai tingkat hutang (leverage) banyak mengarah pada faktor-
faktor apa saja yang mempengaruhi proporsi hutang dan ekuitas perusahaan.
Menurut Modigliani dan Miller (1958), profitabilitas merupakan salah satu faktor
penentu leverage perusahaan. Titman dan Wessel (1988) menambahkan, asset
tetap juga merupakan faktor utama yang menentukan tingkat hutang perusahaan.
Faktor lain yang menentukan leverage perusahaan antara lain: ukuran perusahaan
(Rajan dan Zingales, 1995) dan pertumbuhan (Huynh dan Petrunia, 2009). Lebih
jauh lagi, tingkat volatilitas laba yang mencerminkan risiko perusahaan serta
7
kondisi kesulitan finansial (financial distress) juga merupakan faktor penentu
tingkat leverage (Deesomsak et. al, 2004; Korteweg, 2007).
Di sisi lain, Prahalathan (2010), Mouamer (2011), Yue (2011) dan Shidiqqui
(2012) mengkaji faktor-faktor yang yang mempengaruhi tingkat hutang
perusahaan tidak hanya terhadap total hutang perushaaan saja. Penelitian mereka
dikembangkan lebih luas dengan meneliti pula pengaruh faktor-faktor tersebut
terhadap hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang. Namun demikian,
beberapa studi empiris di atas menyajikan hasil yang berbeda-beda tentang faktor-
faktor yang secara signifikan mempengaruhi hutang jangka pendek, hutang
jangka panjang dan total hutang. Research gap tersebut menjadi alasan peneliti
untuk meneliti lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi hutang
jangka pendek, hutang jangka panjang dan total hutang.
Dari ulasan di atas, timbul sebuah pertanyaan penelitian yang akan dijawab
pada penelitian ini yaitu; Bagaimana pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi
rasio kepemilikan hutang perusahaan terhadap hutang jangka pendek, hutang
jangka panjang dan total hutang pada perusahaan-perusahaan di Indonesia?
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan guna menjawab permasalahan yang muncul dalam
rumusan masalah. Banyaknya poin yang menjadi tujuan dalam penelitian ini
8
disesuaikan dengan banyaknya jumlah variabel yang akan diteliti. Tujuan dari
penelitian ini antara lain untuk:
1. Menganalisa pengaruh profitabilitas terhadap hutang jangka pendek, hutang
jangka panjang dan total hutang.
2. Menganalisa pengaruh aset tetap terhadap hutang jangka pendek, hutang
jangka panjang dan total hutang.
3. Menganalisa pengaruh ukuran perusahaan terhadap hutang jangka pendek,
hutang jangka panjang dan total hutang.
4. Menganalisa pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap hutang jangka
pendek, hutang jangka panjang dan total hutang.
5. Menganalisa pengaruh volatilitas laba terhadap hutang jangka pendek, hutang
jangka panjang dan total hutang.
6. Menganalisa pengaruh tingkat kesulitan finansial terhadap hutang jangka
pendek, hutang jangka panjang dan total hutang.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Para peneliti dan akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai pola-pola struktur modal perusahaan, serta dapat memperkuat
argumen-argumen yang telah ada dengan bukti empiris yang menggunakan
sampel perusahaan di Indonesia.
9
2. Praktisi ekonomi
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan yang bermanfaat bagi
para praktisi ekonomi antara lain para investor dalam berinvestasi. Selain itu,
peneltian ini juga diharapkan dapat memberi masukan pada auditor dalam
menilai tingkat kewajaran kinerja suatu perusahaan.
3. Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pemerintah dalam hal
pembuatan regulasi yang mendorong pertumbuhan ekonomi terutama dalam
hal pengaturan komposisi struktur modal perusahaan, yang salah satunya
bertujuan untuk mencegah terjadinya kecurangan di bidang struktur modal
yang berujung pada penurunan tingkat perolehan pajak.
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan penelitian ini dibagi dalam lima bab yaitu:
BAB I : Pendahuluan
Bab ini menjelaskan latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II : Telaah Pustaka
Bab ini menjelaskan landasan teori yang berhubungan dengan
penelitian sarta hasil penelitian terdahulu tentang faktor-faktor yang
10
mempengaruhi struktur modal. Dalam bab ini juga dipaparkan
mengenai kerangka pemikiran dan hipotesis dalam penelitian ini.
BAB III : Metode Penelitian
Bab ini menjelaskan bagaimana penelitian ini dilaksanakan secara
operasional. Dalam bab ini diuraikan mengenai variabel penelitian
definisi operasional, penentuan sampel, jenis dan sumber data,
metode pengumpulan data serta metode analisis.
BAB IV : Hasil dan Pembahasan
Bagian keempat berisi analisis data. Pada bab ini dijelaskan
mengenai analisis hasil penelitian secara keseluruhan dari penelitian
ini yang selanjutnya dihubungkan dengan ketercapaian ataupun
ketidaktercapaian hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya serta
argumen-argumen yang mendukungnya.
BAB V : Penutup
Bab ini berisi kesimpulan, keterbatasan dan saran untuk penelitian
selanjutnya berdasarkan hasil pembahasan pada bab-bab
sebelumnya.
11
BAB II
TELAAH PUSTAKA
Pada bagian ini akan dijelaskan teori-teori yang menjadi dasar pemikiran serta
penelitian terdahulu yang mendukung penelitian yang sekarang. Pada bab telaah
pustaka ini juga akan dipaparkan hipotesis-hipotesis yang akan diuji pada penelitian.
Di akhir bab II ini akan dipaparkan mengenai kerangka pemikiran yang mendasari
penelitian ini.
2.1 Teori Pecking Order (Pecking Order Theory)
Teori pecking order pertama kali dikemukakan oleh Donaldson pada tahun
1961. Teori ini menjelaskan bahwa perusahaan memiliki urutan-urutan dalam
memenuhi kebutuhan pendanaan perusahaan. Lebih jauh lagi, perusahaan lebih
cenderung untuk menambah modalnya melalui pembiayaan internal yang
biasanya berupa pembentukan cadangan (misal cadangan pensiun), pertukaran
akun-akun aset (penjualan aset), atau dari saldo laba (laba ditahan) yaitu laba
yang tidak dibagikan kepada investor. Menurut teori ini, apabila ketersediaan
dana internal tidak mencukupi keterbutuhan dana, perusahaan baru kemudian
mencari sumber pendanaan eksternal yang berupa hutang dan saham.
Pembiayaan internal ini lebih disukai oleh perusahaan dibandingkan dengan
memperoleh pembiayaan melalui penerbitan surat hutang maupun pembiayaan
dari ekuitas (penjualan saham). Pernyataan ini sejalan dengan prinsip usaha
12
minimal (principal of least effort) yang menjelaskan bahwa manusia cenderung
untuk mengambil langkah paling mudah dalam mencapai suatu tujuan.
Menurut Brealey, Myers, dan Allen (2008), beberapa argumen yang
mendukung teori pecking order ini antara lain:
a. Perusahaan cenderung menyukai pendanaan secara internal karena
beberapa alasan antara lain:
1. Dapat dihasilkan dalam waktu relatif cepat
2. Tidak ada kewajiban membayar beban bunga
3. Tidak ada biaya akibat prosedur pengendalian kelayakan hutang.
4. Memiliki jangka waktu yang tidak terbatas.
5. Tidak ada campur tangan pihak ketiga.
b. Perusahaan ingin menaikan rasio pembayaran devidennya untuk
menstimulus peningkatkan jumlah kesempatan investasi yang mungkin
dilakukan investor dengan menghindari adanya perubahan pembagian
deviden secara tiba-tiba yang dapat timbul akibat penerbitan saham
baru.
c. Karena adanya fluktuasi keuntungan dan kesempatan investasi yang
tidak terduga, aliran kas masuk yang bersumber dari pembiayaan
internal perusahaan dapat lebih atau pun kurang dari aliran kas keluar
(pengeluaran) perusahaan. Apabila aliran kas yang masuk lebih tinggi,
maka perusahaan dapat menggunakan kas tersebut untuk membayar
13
hutang ataupun membeli surat berharga yang diperjual-belikan. Apabila
aliran kas yang keluar lebih tinggi, maka perusahaan dapat menjual surat
berharga yang dimilikinya, daripada harus mengurangi jumlah deviden
yang dibagikan pada pemegang saham.
d. Ketika pembiayaan eksternal dibutuhkan, maka perusahaan akan
menerbitkan surat berharga dari urutan yang paling aman. Oleh
karenanya, perusahaan akan memulai dari penerbitan surat hutang,
kemudian surat berharga campuran seperti obligasi yang dapat
dikonversi (convertible bond), kemudian pembiayaan dari ekuitas
(penjualan saham) sebagai usaha terakhir. Lebih jauh lagi, pembiayaan
internal membutuhkan biaya perolehan yang paling rendah, diikuti
dengan penerbitan surat hutang yang memerlukan biaya cukup rendah,
dan pembiayaan ekuitas yang memerlukan biaya paling besar. Sebagai
tambahan, pada pasar saham, investor akan menangkap sinyal negatif
apabila sebuah perusahaan menerbitkan saham, dan menangkap sinyal
positif apabila perusahaan menerbitkan surat hutang.
Menurut Myers dan Maljuf (1984), teori pecking order memiliki beberapa
kelemahan karena harus memenuhi beberapa asumsi, yaitu:
a. Pecking order akan muncul apabila biaya penerbitan saham baru
memiliki efektifitas biaya yang lebih rendah dibandingkan dengan
penerbitan surat hutang.
14
b. Terdapat masalah assymetric information dan adverse selection antara
manajer dan pihak lain seperti pemegang saham ataupun pemberi
pinjaman yang potensial.
c. Biaya finansial yang menyebabkan munculnya perilaku pecking order
berasal dari biaya transaksi penerbitan sekuritas tesebut dan biaya yang
muncul akibat informasi yang dimiliki manajer lebih banyak dan
manajer lebih mengetahui prospek sekuritas tersebut dibandingkan
dengan investor.
2.2 Determinan Struktur Modal
Dalam penelitian ini, determinan struktur modal yang akan diuji lebih lanjut
meliputi profitabilitas perusahaan, aset tetap, ukuran, pertumbuhan, volatilitas
dan tingkat kesulitan finansial perusahaan.
2.2.1 Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan sebuah perusahaan dalam
menghasilkan laba dengan memanfaatkan aset yang dimilikinya. Menurut
Mouamer (2011) dan Prahalathan (2010), proksi yang digunakan dalam
mengukur profitabilitas adalah nilai ROA (return of asset). Meski telah
banyak penelitian yang dilakukan setelah penelitian Modigliani dan Miller
15
(1958), namun belum ada hasil yang konsisten mengenai pengaruh dari
profitabilitas terhadap struktur modal perusahaan.
Terdapat beberapa argumen yang mencoba menjelaskan pengaruh
profitabilitas terhadap struktur modal. Salah satu argumen yang
mendukung pengaruh negatif antara hutang dan profitabilitas berasal dari
teori pecking order. Teori ini menjelaskan bahwa perusahaan akan
cenderung menyukai pembiayaan yang berasal dari internal perusahaan
dari pada pembiayaan eksternal. Terlebih apabila perusahaan memiliki
profatibilitas tinggi. Dalam keadaan profitabilitas tinggi, akan lebih mudah
bagi perusahaan untuk menghasilkan kas dari sumber-sumber internal. Hal
ini berdampak pada rendahnya keterbutuhan dana dari sumber eksternal.
2.2.2 Aset tetap
Secara umum, proporsi aset tetap pada sebuah perusahaan
menggambarkan kemampuan perusahaan tersebut dalam melakukan
aktivitas utamanya. Salah satu proksi yang dapat digunakan dalam
menggambarkan proporsi aset tetap perusahaan adalah rasio antara jumlah
aset tetap dengan total aset perusahaan (Mouamer, 2011; Christianti,
2006; Prahalathan, 2010).
Perusahaan yang memiliki jumlah aset tetap yang lebih tinggi,
memiliki kemampuan lebih dalam menghasilkan dana dibandingkan
16
dengan perusahaan yang memiliki aset tetap yang sedikit. Hal ini
disebabkan, dalam keadaan ceteris paribus, biaya yang dikeluarkan untuk
membeli sebuah bahan baku atau barang setengah jadi akan cenderung
lebih tinggi dibandingkan dengan apabila perusahaan tersebut mampu
menghasilkan sendiri barang tersebut untuk proses pengolahan
selanjutnya. Selain itu, perusahaan yang memiliki tingkat aset tetap yang
tinggi akan memiliki beban depresiasi yang tinggi pula, yang dapat
digunakan sebagai pengurang pajak dan sebagai cadangan kas.
Sejalan dengan teori pecking order, proporsi kepemilikan aset tetap
akan memiliki pengaruh negatif terhadap tingkat leverage. Hal ini
disebabkan karena perusahaan dengan tingkat aset tetap yang tinggi akan
lebih memiliki ketersediaan dana internal dibandingkan dengan
perusahaan dengan tingkat aset tetap yang rendah, sehingga cenderung
menggunakan dana internal dari pada dana eksternal untuk memenuhi
keterbutuhan operasinya.
2.2.3 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan dapat dilihat dari besarnya jumlah aset yang
dimiliki perusahaan tersebut. Menurut Mouamer (2011), proksi yang dapat
digunakan untuk menggambarkan ukuran suatu perusahaan adalah
logaritma narutal dari total aset. Sedangkan menurut Prahalathan (2010),
17
logaritma dari total aset dapat digunakan sebagai proksi dalam mengukur
besarnya ukuran perusahaan.
Perusahaan dengan ukuran lebih besar cenderung memiliki aliran kas
yang lebih stabil dibanding dengan perusahaan dengan ukuran kecil. Hal
ini disebabkan karena adanya omzet penjualan yang besar ataupun
disebabkan adanya diversifikasi produk yang beragam dengan beragam
divisi. Lebih jauh lagi, perusahaan yang memiliki ukuran yang besar akan
lebih mampu bertahan dari perubahan iklim ekonomi yang tiba-tiba
sehingga cenderung akan selalu memiliki ketersediaan dana internal.
Dengan demikian, sesuai dengan teori pecking order yang
menjelaskan bahwa perusahaan yang memiliki cukup dana internal untuk
mendanai kebutuhan dananya, akan menggunakan dana internal tersebut
terlebih dahulu, diikuti sumber lainnya. Sehingga ketika perusahaan besar
memiliki dana internal yang cukup, perusahaan ini akan memiliki tingkat
hutang yang rendah.
2.2.4 Pertumbuhan
Pertumbuhan sebuah perusahaan dapat dilihat dari peningkatan aset
perusahaan tersebut dari waktu ke waktu (Mouamer, 2011). Di sisi lain,
menurut Hidayat (2011), pertumbuhan perusahaan dapat diukur dengan
pertumbuhan jumlah penjualan bersihnya. Dalam penelitian ini, akan
18
digunakan pertumbuhan aset sebagai proksi dari pertumbuhan perusahaan.
Hal ini disebabkan karena pertumbuhan aset cenderung lebih stabil
dibandingkan dengan penjualan bersih perusahaan yang lebih mudah
berubah.
Peningkatan aset perusahaan terutama diperoleh melalui peningkatan
penjualan dan peningkatan perolehan laba yang kemudian disisihkan
sebagai laba ditahan. Penambahan aset dapat pula berasal dari hutang.
Namun demikian, secara logika penambahan dari sisi hutang tidak akan
dilakukan melebihi penambahan aset dari laba perusahaan sendiri
disebabkan oleh adanya biaya kebangkrutan. Dengan demikian,
perusahaan yang memiliki pertumbuhan yang tinggi cenderung mampu
menghasilkan dana dengan lebih baik dari waktu ke waktu.
Sejalan dengan teori pecking order, perusahaan akan menggunakan
dana internal terlebih dahulu apabila membutuhkan pendanaan, baru
kemudian diikuti dengan penggunaan dana secara eksternal. Sehingga
apabila tingkat pertumbuhan perusahaan tinggi, yang artinya perusahaan
mampu meningkatkan laba dan memiliki dana internal yang lebih banyak,
tingkat hutangnya akan menurun.
19
2.2.5 Volatilitas Laba
Volatilitas laba dapat diartikan sebagai tingkat kenaikan dan
penurunan laba atau persentase naik turunnya laba perusahaan. Menurut
Bradley et.al (1984), volatilitas laba diukur dengan Standar Deviasi dari
Laba Setelah Pajak dalam jangka waktu tiga tahun terakhir dibagi dengan
rata-rata total asset perusahaan pada tahun tersebut. Dalam beberapa
literatur, volatilitas laba suatu perusahaan mencerminkan risiko bisnis
yang melekat pada perusahaan tersebut. Hal ini berdampak pada
rendahnya kepercayaan investor sehingga memicu rendahnya tingkat
hutang perusahaan.
Namun demikian, menurut teori pecking order, perusahaan yang
memiliki volatilitas laba yang tinggi akan mengalami masa-masa dimana
pendanaan internal tidak mencukupi. Hal ini berimbas pada tindakan
perusahaan yang kedua dalam mencukupi kebutuhan pendanaan
perusahaan yaitu dengan menerbitkan surat hutang.
Selain itu, perusahaan dengan pendapatan yang rata (volatilitas
rendah) cenderung memiliki dana yang cukup dalam memenuhi kebutuhan
pendanaannya. Oleh karena itu, perusahaan dengan pendapatan yang stabil
atau dalam bahasa lain memiliki smooth income, cenderung memiliki rasio
hutang yang rendah.
20
2.2.6 Tingkat Kesulitan Finansial
Perusahaan yang mengalami kerugian, belum tentu mengalami
kesulitan finansial. Hal ini disebabkan karena terdapat banyak faktor yang
perlu diperhitungkan dalam menentukan tingkat kesulitan finansial suatu
perusahaan. Faktor-faktor tersebut antara lain penjualan, working capital,
harga saham dan laba ditahan (Altman, 1968). Proksi yang digunakan
dalam mengukur tingkat kesulitan finansial adalah dengan menggunakan
Altman Z Score.
Index yang dirumuskan oleh Altman memiliki tingkat akurasi yang
tinggi yaitu sebesar 82-94% pada satu tahun sebelumnya dan 68-75% pada
dua tahun sebelumnya. Menurut Yunita (2010), model Altman tidak
memiliki kemampuan prediksi yang cukup baik apabila diterapkan diluar
Amerika Serikat. Yunita menemukan bahwa ketika diterapkan di
Indonesia, tingkat akurasi Altman pada dua tahun sebelum kebangkrutan
hanya berkisar 47,5% dan sebesar 54% pada satu tahun sebelum
kebangkrutan. Meskipun memiliki akurasi yang rendah dalam
memperediksi kebangkrutan di Indonesia, menurut Yunita, index Altman
dapat digunakan untuk mendeteksi masalah finansial yang sedang dialami
perusahaan.
Dalam menerangkan hubungan antara tingkat kesulitan finansial
dengan tingkat hutang perusahaan, dapat digunakan teori pecking order.
21
Ketika perusahaan mengalami kesulitan finansial, maka ketersediaan dana
secara internal akan menurun. Hal ini akan memicu perusahaan untuk
menerbitkan surat hutang dalam rangka mengatasi keterbutuhan dana
karena menurut teori pecking order, apabila perusahaan membutuhkan
pendanaan secara eksternal, maka perusahaan akan cenderung
menerbitkan surat berharga dari urutan yang paling aman, yaitu obligasi
atau surat hutang.
Sebaliknya, dalam keadaan kesulitan finansial yang rendah,
perusahaan akan memiliki kecukupan dana internal untuk memenuhi
kebutuhannya. Oleh karenanya, sesuai dengan teori pecking order,
perusahaan cenderung tidak menerbitkan hutang dan akan memenuhi
kebutuhan operasinya dengan pendanaan yang dilakukan secara internal.
2.3 Ringkasan Penelitian Terdahulu
Pada bagian ini akan disajikan ringkasan hasil penelitian serupa yang pernah
dilakukan pada berbagai tempat di masa lalu. Ringkasan penelitian terdahulu
dirangkum dalam tabel 2.1.
22
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No. Peneliti Tahun Judul Hasil Penelitian
1 Harris dan Raviv 1990 The Theory of Capital
Structure
Aset tetap merupakan faktor utama dalam
menentukan tingkat hutang perusahaan
2 Abdullah Abdul
Kader M. A. 2005
Capital Structure and
Debt Maturity:
Evidence from Listed
Companies in Saudi
Arabia
Rasio total hutang ditemukan positif dan
signifikan terhadap pertumbuhan dan
negatif dan signifikan terhadap likuiditas
dan struktur aset. Ukuran perusahaan
ditemukan memiliki hubungan yang positif
dan signifikan terhadap hutang jangka
panjang dan negatif dan signifikan terhadap
hutang jangka pendek.
3 Rajan dan Zingales 1995
What Do We Know
About Capital
Structure? Some
Evidence From
International Data
Profitabilitas berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap hutang. Hutang
memiliki pengaruh positif terhadap nilai
perusahaan. Terdapat hubungan negatif
antara pertumbuhan perusahaan dengan
hutang.
4 Bevan dan Danbolt 2002
Capital Structure and
Its Determinants in the
United Kingdom: A
Decompositional
Analysis
Hutang Jangka Pendek memiliki hubungan
negatif dengan aset tetap, sedangkan hutang
jangka panjang memiliki hubungan positif.
Ukuran perusahaan ditemukan memiliki
hubungan negatif dan signifikan terhadap
hutang jangka pendek pada bank dan positif
terhadap semua jenis hutang jangka panjang
dan hutang jangka pendek berbasis surat
berharga.
5 Deesomsak 2004
The Determinant of
Capital Structure:
Evidence From the Asia
Pacific Region
Terdapat hubungan positif antara hutang
dengan ukuran perusahaan dan hubungan
negatif dengan kesempatan pertumbuhan,
likuiditas dan kinerja harga saham
6 Mohammad M.
Omran 2009
Capital Structure and
Firm Charateristics: an
Empirical Analysis
from Egypt
Bisnis yang memiliki risiko lebih tinggi
tidak selalu memiliki struktur modal jangka
panjang yang rendah. Ukuran dan
pertumbuhan memiliki hubungan positif
dengan pembiayaan jangka pendek pada
industri berat dan jasa
23
7 B. Prahalathan 2010
The Determinants of
Capital Structure:
An empirical Analysis
of Listed
Manufacturing
Companies in
Colombo Stock
Exchange Market in
SriLanka
Aset tetap berpengaruh positif signifikan
terhadap hutang jangka panjang, namun
tidak signifikan dengan kedua jenis hutang
lain. Profitabilitas dan ukuran perusahaan
ditemukan tidak signifikan dengan hutang
jangka pendek, jangka panjang, maupun
hutang secara keseluruhan.
8 Faris M. Abu
Mouamer 2011
The Determinant of
Capital Structure of
Palestine-Listed
Companies
Total hutang memiliki hubungan positif dan
signifikan terhadap aset tetap di Palestina.
Tidak ada hubungan signifikan antara
hutang jangka pendek maupun panjang
dengan umur, pertumbuhan, likuiditas, aset
tetap, dan ukuran perusahaan.
9 Ho-Yin Yue 2011
Determinant of
Corporate Capital
Structure Under
Different Debt
Maturities
Pertumbuhan berpengaruh negatif
signifikan terhadap total hutang dan hutang
jangka panjang, ukuran berpengaruh positif
signifikan terhadap total hutang dan hutang
jangka panjang, profitabilitas berpengaruh
negatif signifikan terhadap semua jenis
hutang.
Sumber: berbagai jurnal
2.4 Pengembangan Hipotesis
Dalam melakukan pengembangan hipotesis dan memprediksi pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen, masing-masing variabel
independen akan diuji terhadap masing-masing variabel dependen. Hal ini
dilakukan karena terdapat kemungkinan pengaruh yang berbeda antara variabel
independen dan masing-masing variabel depnden yang terdiri dari hutang
jangka pendek, hutang jangka panjang dan total hutang.
24
2.4.1 Pengaruh Profitabilitas terhadap Berbagai Jenis Hutang
Salah satu argumen yang mendukung pengaruh negatif
profitabilitas terhadap hutang adalah teori pecking order. Teori ini
menjelaskan bahwa perusahaan akan cenderung menyukai pembiayaan
yang berasal dari internal perusahaan dari pada pembiayaan eksternal.
Terlebih apabila perusahaan memiliki profatibilitas tinggi. Dalam
keadaan profitabilitas tinggi, akan lebih mudah bagi perusahaan untuk
menghasilkan kas dari sumber-sumber internal. Hal ini berdampak pada
rendahnya keterbutuhan dana dari sumber eksternal.
Sesuai dengan teori pecking order, apabila profitabilitas perusahaan
tinggi, maka hutang jangka pendek akan menurun karena adanya
ketersediaan dana internal dalam memenuhi kebutuhan operasi.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan hipotesis yaitu:
H1: Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap hutang jangka pendek.
Tidak berbeda dengan pengembangan sebelumnya, sesuai dengan
teori pecking order, apabila profitabilitas perusahaan tinggi, maka
hutang jangka panjang akan menurun karena adanya ketersediaan dana
internal dalam memenuhi kebutuhan investasi. Berdasarkan uraian di
atas, dapat dirumuskan hipotesis yaitu:
H2: Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap hutang jangka panjang.
25
Tidak berbeda dengan pengembangan sebelumnya, sesuai dengan
teori pecking order, apabila profitabilitas perusahaan tinggi, maka total
hutang akan menurun karena adanya ketersediaan dana internal dalam
memenuhi kebutuhan investasi. Berdasarkan uraian di atas, dapat
dirumuskan hipotesis yaitu:
H3: Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap total hutang.
2.4.2 Pengaruh Aset Tetap terhadap Berbagai Jenis Hutang
Perusahaan yang memiliki jumlah aset tetap yang lebih tinggi,
memiliki kemampuan lebih dalam menghasilkan dana dibandingkan
dengan perusahaan yang memiliki aset tetap yang sedikit. Hal ini
disebabkan, dalam keadaan ceteris paribus, biaya yang dikeluarkan
untuk membeli sebuah bahan baku atau barang setengah jadi akan
cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan apabila perusahaan tersebut
mampu menghasilkan sendiri barang tersebut untuk proses pengolahan
selanjutnya. Selain itu, perusahaan yang memiliki tingkat aset tetap yang
tinggi akan memiliki beban depresiasi yang tinggi pula, yang dapat
digunakan sebagai pengurang pajak dan sebagai cadangan kas.
Sejalan dengan teori pecking order, proporsi kepemilikan aset tetap
akan memiliki pengaruh negatif terhadap tingkat leverage. Hal ini
disebabkan karena perusahaan dengan tingkat aset tetap yang tinggi
26
akan lebih memiliki ketersediaan dana internal dibandingkan dengan
perusahaan dengan tingkat aset tetap yang rendah.
Perusahaan yang memiliki aset tetap yang tinggi cenderung mampu
menghasilkan lebih banyak dana internal dan menggunakan dana
internal untuk memenuhi keterbutuhan operasinya. Oleh karena itu
tingkat hutang jangka pendeknya akan menurun. Berdasarkan uraian di
atas, dapat dirumuskan hipotesis yaitu:
H4: Aset tetap berpengaruh negatif terhadap hutang jangka pendek.
Tidak berbeda dengan pengembangan sebelumnya, perusahaan
yang memiliki aset tetap yang tinggi cenderung mampu menghasilkan
lebih banyak dana internal dan menggunakan dana internal untuk
memenuhi keterbutuhannya. Oleh karena itu tingkat hutang jangka
panjangnya akan menurun. Berdasarkan uraian di atas, dapat
dirumuskan hipotesis yaitu:
H5: Aset tetap berpengaruh negatif terhadap hutang jangka panjang.
Tidak berbeda dengan pengembangan sebelumnya, perusahaan
yang memiliki aset tetap yang tinggi cenderung mampu menghasilkan
lebih banyak dana internal. Oleh karena itu tingkat total hutang
perusahaan akan menurun. Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan
hipotesis yaitu:
H6: Aset tetap berpengaruh negatif terhadap total hutang.
27
2.4.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Berbagai Jenis Hutang
Perusahaan dengan ukuran lebih besar cenderung memiliki aliran
kas yang lebih stabil dibanding dengan perusahaan dengan ukuran kecil.
Hal ini disebabkan karena adanya omzet penjualan yang besar ataupun
disebabkan adanya diversifikasi produk yang beragam dengan beragam
divisi. Lebih jauh lagi, perusahaan yang memiliki ukuran yang besar
akan lebih mampu bertahan dari perubahan iklim ekonomi yang tiba-tiba
sehingga cenderung akan selalu memiliki ketersediaan dana internal.
Sesuai dengan teori pecking order yang menjelaskan bahwa perusahaan
yang memiliki cukup dana internal untuk mendanai kebutuhan dananya,
akan menggunakan dana internal tersebut terlebih dahulu, diikuti sumber
lainnya. Sehingga ketika perusahaan besar memiliki dana internal yang
cukup, perusahaan ini akan memiliki tingkat hutang yang rendah.
Perusahaan besar akan memiliki sumber dana internal yang besar
pula, sehingga sesuai dengan teori pecking order, ukuran perusahaan
yang semakin besar akan membuat hutang jangka pendek perusahaan
menjadi rendah. Dari uraian di atas, dapat dirumuskan hipotesis yaitu:
H7: Ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif terhadap hutang
jangka pendek.
Serupa dengan argumen sebelumnya, perusahaan besar akan
memiliki sumber dana internal yang besar pula, sehingga sesuai dengan
28
teori pecking order, ukuran perusahaan yang semakin besar akan
membuat hutang jangka panjang perusahaan menjadi rendah. Dari
uraian di atas, dapat dirumuskan hipotesis yaitu:
H8: Ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif terhadap hutang
jangka panjang.
Serupa dengan argumen sebelumnya, perusahaan besar akan
memiliki sumber dana internal yang besar pula, sehingga sesuai dengan
teori pecking order, ukuran perusahaan yang semakin besar akan
membuat hutang perusahaan menjadi rendah. Dari uraian di atas, dapat
dirumuskan hipotesis yaitu:
H9: Ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif terhadap total
hutang.
2.4.4 Pengaruh Pertumbuhan Aset terhadap Berbagai Jenis Hutang
Peningkatan aset perusahaan terutama diperoleh melalui
peningkatan penjualan dan peningkatan perolehan laba yang kemudian
disisihkan sebagai laba ditahan. Penambahan aset dapat pula berasal dari
hutang. Namun demikian, secara logika penambahan dari sisi hutang
tidak akan dilakukan melebihi penambahan aset dari laba perusahaan
sendiri disebabkan oleh adanya biaya kebangkrutan. Dengan demikian,
29
perusahaan yang memiliki pertumbuhan yang tinggi cenderung mampu
menghasilkan dana dengan lebih baik dari waktu ke waktu.
Perusahaan yang memiliki pertumbuhan aset yang besar, akan
memiliki laba yang besar pula, sehingga sesuai dengan teori pecking
order, pertumbuhan yang semakin besar akan membuat hutang jangka
pendek perusahaan menjadi rendah disebabkan karena adanya
ketersediaan dana internal. Dari uraian di atas, dapat dirumuskan
hipotesis yaitu:
H10: Pertumbuhan aset memiliki pengaruh negatif terhadap hutang
jangka pendek.
Serupa dengan argumen sebelumnya, perusahaan yang memiliki
pertumbuhan aset yang besar, akan memiliki laba yang besar pula,
sehingga sesuai dengan teori pecking order, pertumbuhan yang semakin
besar akan membuat hutang jangka panjang perusahaan menjadi rendah
disebabkan karena adanya ketersediaan dana internal. Dari uraian di
atas, dapat dirumuskan hipotesis yaitu:
H11: Pertumbuhan aset memiliki pengaruh negatif terhadap hutang
jangka panjang.
Serupa dengan argumen sebelumnya, perusahaan yang memiliki
pertumbuhan aset yang besar, akan memiliki laba yang besar pula,
sehingga sesuai dengan teori pecking order, pertumbuhan yang semakin
30
besar akan membuat hutang perusahaan menjadi rendah disebabkan
karena adanya ketersediaan dana internal. Dari uraian di atas, dapat
dirumuskan hipotesis yaitu:
H12: Pertumbuhan aset memiliki pengaruh negatif terhadap total hutang.
2.4.5 Pengaruh Volatilitas Laba terhadap Berbagai Jenis Hutang
Perusahaan yang memiliki volatilitas laba yang tinggi akan
mengalami masa-masa dimana pendanaan internal tidak mencukupi.
Sesuai dengan teori pecking order, hal ini berimbas pada tindakan
perusahaan yang kedua dalam mencukupi kebutuhan pendanaan
perusahaan yaitu dengan menerbitkan surat hutang.
Di sisi lain, perusahaan yang memiliki laba yang merata cenderung
mampu menggunakan ketersediaan dananya dengan tepat sehingga
meminimalisir keterbutuhan dana eksternal.
Perusahaan yang memiliki volatilitas laba yang tinggi cenderung
mengalami masa-masa pada saat perusahaan membutuhkan dana
eksternal. Dengan demikian, volatiltias yang tinggi akan memicu tingkat
hutang jangka pendek yang tinggi pula. Dari uraian di atas, dapat
dirumuskan hipotesis yaitu:
H13: Volatilitas laba memiliki pengaruh positif terhadap hutang jangka
pendek.
31
Serupa dengan argumen pada bagian di atas, perusahaan yang
memiliki volatilitas laba yang tinggi cenderung mengalami masa-masa
pada saat perusahaan membutuhkan dana eksternal. Dengan demikian,
volatiltias yang tinggi akan memicu tingkat hutang jangka panjang yang
tinggi pula. Dari uraian di atas, dapat dirumuskan hipotesis yaitu:
H14: Volatilitas laba memiliki pengaruh positif terhadap hutang jangka
panjang
Serupa dengan argumen pada bagian di atas, perusahaan yang
memiliki volatilitas laba yang tinggi cenderung mengalami masa-masa
pada saat perusahaan membutuhkan dana eksternal. Dengan demikian,
volatiltias yang tinggi akan memicu tingkat total hutang yang tinggi
pula. Dari uraian di atas, dapat dirumuskan hipotesis yaitu:
H15: Volatilitas laba memiliki pengaruh positif terhadap total hutang.
2.4.6 Pengaruh Tingkat Kesulitan Finansial terhadap Berbagai Jenis
Hutang
Dalam menerangkan hubungan antara tingkat kesulitan finansial
dengan tingkat hutang perusahaan, dapat digunakan teori pecking order.
Ketika perusahaan mengalami kesulitan finansial, maka ketersediaan
dana secara internal akan menurun. Hal ini akan memicu perusahaan
32
untuk menerbitkan surat hutang dalam rangka mengatasi keterbutuhan
dana karena menurut teori pecking order, apabila perusahaan
membutuhkan pendanaan secara eksternal, maka perusahaan akan
cenderung menerbitkan surat berharga dari urutan yang paling aman,
yaitu obligasi atau surat hutang.
Sesuai dengan teori yang digunakan, yaitu teori pecking order,
tingkat kesulitan finansial yang tinggi akan memicu tingkat hutang
jangka pendek yang tinggi pula karena untuk memenuhi kebutuhan dana
perusahaan. Dari uraian di atas, dapat dirumuskan hipotesis yaitu:
H16: Tingkat kesulitan finansial memiliki pengaruh positif terhadap
hutang jangka pendek.
Tidak berbeda dengan pengembangan hipotesis di atas, sesuai
dengan teori pecking order, tingkat kesulitan finansial yang tinggi akan
memicu tingkat hutang jangka panajng yang tinggi pula karena untuk
memenuhi kebutuhan dana perusahaan. Dari uraian di atas, dapat
dirumuskan hipotesis yaitu:
H17: Tingkat kesulitan finansial memiliki pengaruh positif terhadap
hutang jangka panajng.
Tidak berbeda dengan pengembangan hipotesis di atas, sesuai
dengan teori yang digunakan, tingkat kesulitan finansial yang tinggi
akan memicu tingkat hutang yang tinggi pula karena untuk memenuhi
33
kebutuhan dana perusahaan. Dari uraian di atas, dapat dirumuskan
hipotesis yaitu
H16: Tingkat kesulitan finansial memiliki pengaruh positif terhadap
total hutang.
Berdasarkan penjelasan sub bab di atas, dapat dibuat tabel ringkasan
hipotesis yang terdiri dari hipotesis pertama hingga hipotesis ke-18. Dalam tabel
berikut juga dicantumkan dasar teori yang menjadi landasan perumusan masing-
masing hipotesis. Ringkasan hipotesis dan dasar teori tampak pada tabel 2.1.
Tabel 2.1
Ringkasan Hipotesis dan Dasar Teori
STD LTD TD
Prof - - -
Pecking Order Theory Pecking Order Theory Pecking Order Theory
Tan - - -
Pecking Order Theory Pecking Order Theory Pecking Order Theory
Size - - -
Pecking Order Theory Pecking Order Theory Pecking Order Theory
Gro - - -
Pecking Order Theory Pecking Order Theory Pecking Order Theory
Vol + + +
Pecking Order Theory Pecking Order Theory Pecking Order Theory
FD + + +
Pecking Order Theory Pecking Order Theory Pecking Order Theory
Keterangan:
Prof : Profitabilitas FD : Financial Distress (kesulitan finansial)
Tan : Tangible Asset (Aset tetap) STD : Short Term Debt (Hutang Jangka Pendek)
Size : Ukuran Perusahaan LTD : Long Term Debt (Hutang Jangka Panjang)
Gro : Growth (Pertumbuhan) TD : Total Debt (Total Hutang)
Vol : Volatilitas Laba
34
2.5 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan ringkasan model penelitian yang telah
dirumuskan pada bagian sebelumnya. Dalam penelitian ini, digunakan variabel
independen profitabilitas, aset tetap, ukuran perusahaan, dan pertumbuhan
karena menurut penelitian sebelumnya, variabel tersebut memiliki pengaruh
yang kuat terhadap total hutang (variabel dependen). Selain itu, dalam penelitian
ini juga akan ditambahkan variabel independen volatilitas laba dan tingkat
kesulitan finansial.
Penambahan variabel independen volatilitas laba disebabkan karena
penelitian terdahulu terutama di Indonesia mengindikasikan adanya
ketidakjelasan pengukuran variabel dan variabel ini termasuk variabel yang
jarang digunakan dalam model penelitian struktur modal. Di sisi lain,
penambahan variabel tingkat kesulitan finansial dilandasi pada keingintahuan
peneliti karena variabel ini belum pernah digunakan dalam penelitian struktur
modal, sementara itu variabel ini diduga memiliki pengaruh terhadap tingkat
hutang perusahaan. Lebih jauh lagi. Dalam penelitian ini, dikembangkan pula
variabel dependennya. Penelitian-penelitian terdahulu terutama penelitian di
Indonesia hanya berfokus pada total hutang. Penelitian ini akan mengembangkan
studi pada hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang. Kerangka
pemikiran penelitian tampak pada gambar 2.1.
35
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
1
Keterangan:
Prof : Profitabilitas FD : Financial Distress (kesulitan finansial)
Tan : Tangible Asset (Aset tetap) STD : Short Term Debt (Hutang Jangka Pendek)
Size : Ukuran Perusahaan LTD : Long Term Debt (Hutang Jangka Panjang)
Gro : Growth (Pertumbuhan) TD : Total Debt (Total Hutang)
Vol : Volatilitas Laba
Prof
Vol
Gro
Tan
Size
FD
STD
+
- -
-
-
-
-
+
+
+
+
+
-
LTD
TD
-
-
-
-
-
36
Pada gambar 2.1 dipaparkan hipotesis yang akan diuji yaitu:
a. Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap hutang jangka pendek, hutang
jangka panjang dan total hutang.
b. Aset tetap berpengaruh negatif terhadap hutang jangka pendek, hutang
jangka panjang dan total hutang.
c. Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap hutang jangka pendek,
hutang jangka panjang dan total hutang.
d. Pertumbuhan berpengaruh negatif terhadap hutang jangka pendek, hutang
jangka panjang dan total hutang.
e. Volatilitas laba berpengaruh positif terhadap hutang jangka pendek,
hutang jangka panjang dan total hutang.
f. Tingkat kesulitan finansial berpengaruh positif terhadap hutang jangka
pendek, hutang jangka panjang dan total hutang.
37
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada Bagian ini, akan dijelaskan mengenai metode yang digunakan dalam
melakukan penelitian ini. Beberapa hal yang akan dijelaskan antara lain mengenai
variabel penelitian dan definisi operasional, populasi dan sampel, jenis dan sumber
data, metode pengumpulan data, serta metode analisis yang digunakan.
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Dalam penelitian mengenai struktur modal ini, terdapat beberapa variabel
independen maupun variabel dependen. Variabel-variabel ini yang nanti akan
diuji pengaruhnya, yaitu pengaruh antara variabel independen terhadap variabel
dependen.
3.1.1 Variabel independen
Variabel independen yang akan dimasukkan dalam model penelitian
struktur modal pada penelitian ini adalah:
1. Profitabilitas (Prof), merupakan kemampuan sebuah perusahaan dalam
menghasilkan laba dengan memanfaatkan aset yang dimiliki
perusahaan tersebut. Dalam penelitian ini, sesuai dengan yang
digunakan Mouamer (2011), profitabilitas akan diukur dengan Return
of Asset (ROA) perusahaan, yang merupakan rasio dari laba
38
operasional sebelum bunga dan pajak (earnings before interest and tax,
EBIT) terhadap total asset (TA).
2. Growth (Gro), merupakan tingkat pertumbuhan perusahaan dari tahun
ke tahun. Tingkat pertumbuhan perusahaan dalam penelitian ini diukur
dengan persentase pertumbuhan total asset perusahaan pada tiga tahun
terakhir (Mouamer, 2011).
3. Size, merupakan ukuran perusahaan dari masing-masing sampel yang
digunakan. Pengukuran terhadap variabel size adalah dengan
menggunakan total asset perusahaan. Sesuai dengan penelitian-
penelitian sebelumnya nilai yang digunakan sebagai proxy variabel
size adalah logaritma natural (Ln) dari total asset perusahaan
(Mouamer, 2011).
4. Fixed Asset (Fix), merupakan asset berwujud perusahaan atau di
Indonesia lebih dikenal dengan istilah asset tetap atau asset tidak
lancar. Nilai yang digunakan dalam mengukur variabel aset tetap
adalah rasio dari aset tetap terhadap total aset persahaan (Mouamer,
2011).
5. Volatilitas Laba (Vol), merupakan naik turunnya laba perusahaan yang
diukur dengan Standar Deviasi dari Laba Setelah Pajak dalam jangka
waktu tiga tahun terakhir dibagi dengan rata-rata total asset
perusahaan pada tahun tersebut (Bradley et al. 1984)
39
6. Tingkat kesulitan finansial (Financial Distress) merupakan gambaran
keadaan finansial perusahaan secara umum. Tingkat kesulitan finansial
merupakan variabel dummy yang diukur dengan formula tingkat
kesulitan finansial. Formula atau index ini dirumuskan oleh Altman
(1968) yang disebut Altman Z Score. Satu tahun setelah formula Z
score dipublikasikan, terdapat sedikit perubahan pada koefisien
variabel dalam formula Z score.
Heine (2000) telah memodifikasi formula Z Score Altman dan
membandingkan hasilnya dengan ketepatan formula sebelumnya.
Heine menyatakan bahwa formulasi yang dia susun memiliki tingkat
keandalan yang sedikit lebih rendah dibanding formulasi awal yaitu
yang dirumuskan oleh Altman. Oleh karena itu, dalam penelitian ini
akan digunakan formulasi Z Score yang di rumuskan Altman pada
tahun 1968.
Dalam formula yang dirumuskan Altman, perusahaan yang tidak
mengalami kesulitan finansial berada pada nilai Z di atas 1,80.
Perusahaan yang tidak mengalami kesulitan finansial (nilai Z > 1,80)
diberi kode 0, dan kode 1 untuk perusahaan yang mengalami kesulitan
finansial (nilai Z =< 1,80).
40
3.1.2 Variabel dependen
Pada bagian ini akan dijelaskan secara singkat mengenai variabel
dependen yang menjadi fokus penelitian, yaitu hutang jangka pendek
(short term debt), hutang jangka panjang (long term debt), dan total
hutang (total debt).
Penjelasan mengenai variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut:
1. Hutang jangka pendek
Merupakan semua hutang perusahaan yang memiliki jangka waktu
jatuh tempo kurang dari satu tahun. Nilai yang digunakan pada
model penelitian adalah rasio dari hutang jangka pendek terhadap
total aset (Prahalathan, 2010).
2. Hutang jangka panjang
Merupakan semua hutang perusahaan yang memiliki jangka waktu
jatuh tempo lebih dari satu tahun. Nilai yang digunakan dalam
model penelitian adalah rasio dari hutang jangka panjang terhadap
total aset (Prahalathan, 2010).
3. Total hutang
Merupakan semua hutang yang dimiliki oleh perusahaan, baik
jangka pendek maupun jangka panjang. Nilai yang digunakan
dalam model penelitian adalah rasio total hutang terhadap total
aset (Prahalathan, 2010).
41
3.1.3 Variabel Dummy Tahun
Penelitian ini menggunakan jenis data panel. Data panel merupakan
sejumlah data berulang yang diperoleh selama jangka waktu tertentu. Pada
data yang berupa data panel, efek tahun akan mempengaruhi hasil
pengolahan data. Untuk mengatasi hal ini, maka perlu ditambahkan
variabel dummy tahun (Ghozali, 2006).
Variabel dummy tahun dibuat sejumlah tahun observasi, namun
pengecualian untuk tahun pertama. Dengan demikian, jumlah variabel
dummy tahun yang perlu dibuat adalah empat variabel karena penelitian
ini menggunakan jangka waktu lima tahun. Empat variabel itu adalah
variabel Tahun08, Tahun09, Tahun10 dan Tahun11. Dalam memberi nilai
dummy, variabel tahun diberi nilai 1 apabila data diambil pada tahun
tersebut, dan nilai 0 apabila tidak.
3.2 Populasi dan sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Populasi ini digunakan karena
perusahaan yang telah go public wajib mempublikasikan laporan keuangan
perusahaannya.
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu
metode pengambilan sampel berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Pada penelitian
42
ini digunakan metode purposive sampling karena dalam penelitian ini, sampel
yang dipilih adalah sampel yang memiliki kesesuaian karakteristik dengan kriteria
pemilihan sampel.
Dalam penelitian ini, kriteria-kriteria data (sampel) yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1. Perusahaan yang terdaftar di BEI dan mengeluarkan laporan keuangan
selama periode lima tahun terakhir, yaitu tahun 2007 hingga 2011.
2. Perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur. Hal ini disebabkan
jumlah perusahaan yang bergerak di bidang ini merupakan jumlah
terbesar yang terdaftar di BEI sehingga semakin banyak sampel, akan
semakin meningkatkan keakuratan penelitian. Di sisi lain, dengan hanya
menggunakan satu jenis bidang perusahaan, akan menghilangkan bias
penelitian yang dapat terjadi akibat perbedaan bidang usaha.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data sekunder, yang
berupa laporan keuangan. Penggunaan data sekunder memberikan jaminan lebih
terhadap tidak adanya subjektivitas dari peneliti dalam rangka memperoleh data
sehingga dapat mempengaruhi hasil penelitian. Data ini bersumber dari publikasi
laporan keuangan perusahaan yang listing di BEI (Bursa Efek Indonesia) dalam
bentuk ICMD (Indonesia Capital Market Directory). Perolehan data dapat diakses
43
langsung melalui kantor idx di seluruh Indonesia maupun situs resmi idx. Data
pada penelitian ini diperoleh dari kantor idx cabang Semarang dan situs resmi idx.
Selain itu, data harga saham historis diperoleh melalui situs yahoo finance.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui metode
dokumentasi. Metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan laporan
keuangan dari sumber-sumber data. Data pendukung lain diperoleh dengan
metode studi pustaka dan dari jurnal-jurnal ilmiah, serta literatur lain yang
memuat bahasan yang berkaitan dengan penelitian ini.
3.5 Metode Analisis
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai metode yang digunakan dalam
menganalisis data yang telah dikumpulkan sehingga dapat digunakan untuk
menguji hipotesis.
3.5.1 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik perlu digunakan untuk mengetahui apakah model
regresi yang digunakan dalam penelitian ini baik atau tidak. Uji asumsi
klasik yang digunakan yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas, uji
heteroskesdastisitas, dan uji autokorelasi.
44
3.5.1.1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, varabel terikat dan bebas memiliki distribusi normal. Model
regresi yang baik adalah jika semua veriabel berdistribusi nornal
atau mendekati normal (Ghozali, 2009).
Langkah pertama dalam melakukan normalisasi data adalah
dengan melakukan data screening, yaitu melihat apakah data
masing-masing variabel dependen telah memiliki distribusi normal.
Pengujian ini menggunakan metode Kolmograv-Smirnov parsial.
Jika probabilitas signifikan di atas 0.05, maka variabel tersebut
terdistribusi secara normal. Apabila terdapat variabel dependen
yang tidak normal, maka perlu dilakukan eliminasi data outlier atau
dengan melakukan transformasi data terhadap variabel tersebut.
Dasar keputusan transformasi diperoleh dengan mengubah data
menjadi bentuk grafik histogram. Setelah diketahui bentuk sebaran
data melalui histogram, baru kemudian dilakukan transformasi
sesuai dengan kondisi sebaran data.
Selain cara di atas, pengujian normalitas dapat pula dilihat
dengan menggunakan grafik normal plotting. Apabila titik-titik
menyebar di sepanjang garis diagonal, maka variabel residual
model telah terdistribusi normal (Ghozali, 2009).
45
3.5.1.2. Uji Multikolinearitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah ada korelasi antar
variabel bebas (independen) di dalam model regresi. Model regresi
yang baik adalah yang tidak terjadi korelasi yang signifikan antara
variabel bebasnya. Dasar pengambilan keputusan adalah nilai
tolerance dan nilai variance inflation factor (VIF). Nilai yang
umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas yang
signifikan adalah apabila nilai tolerance < 0.10 atau ketika nilai
VIF > 10.
3.5.1.3. Uji Heteroskesdastisitas
Uji heteroskesdastisitas berfungsi untuk mengetahui apakah
terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lainnya dalam model regresi. Jika variansnya tetap,
maka disebut homoskesdastisitas. Model yang baik adalah
homoskesdastisitas. Pengujiannya dilakukan dengan melihat
sebaran titik-titik pada pola scatterplot, kemudian diambil
keputusan dengan dasar sebagai berikut:
d. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada
membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang,
46
melebar kemudian menyempit), maka menginfikasikan
telah terjadi heteroskesdastisitas.
e. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di
atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak
terjadi heteroskesdastisitas.
Selain dengan melihat sebaran titik-titik pada scatter plot,
pengujian heteroskedastisitas juga dapat dilihat dengan melakukan
uji glejser. Model yang homoskedastisitas adalah apabila nilai
signifikansi masing-masing variabel independen terhadap absolut
residual model adalah tidak signifikan (nilai sig. > 0.05).
3.5.1.4. Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika
terjadi korelasi, maka terdapat autokorelasi. Permasalahan data
yang memiliki autokorelasi sering ditemukan pada data yang
berupa time series. Pengujian autokorelasi dapat dilakukan dengan
run test. Run test yang merupakan bagian dari statistik non-
parametrik dapat pula digunakan untuk menguji apakah data
residual terjadi secara random atau tidak (sistematis). Pengambilan
47
keputusan atas pengujian run test, menurut Ghozali (2009) adalah
sebagai berikut:
a. Apabila residual signifikan pada nilai 0.05 (<=0.05), berarti
residual tidak random. Dengan demikian, disimpulkan
terdapat autokorelasi antar nilai residual.
b. Apabila nilai signifikansi di atas 0.05, berarti residual
tersebar random. Dengan demikian dapat disimpulkan tidak
terdapat autokorelasi antar nilai residual.
3.5.2 Uji Hipotesis
Dalam melakukan analisis, digunakan regresi logistik untuk melihat
pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen sesuai
dengan model penelitian yang telah dirumuskan hipotesisnya. Regresi
logistik digunakan karena terdapat variabel dummy pada salah satu variabel
independennya. Sebelum melakukan uji pengaruh, terlebih dahulu dilakukan
uji determinasi untuk melihat seberapa baik variabel independen dapat
menjelaskan variabel dependen.
Dalam melakukan uji determinasi, digunakan nilai adjusted r-square.
Nilai adjusted r-square digunakan karena nilai ini dapat digunakan untuk
membandingkan model dengan jumlah variabel yang berbeda sedangkan
nilai r-square akan meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah variabel
48
bebas dalam model. Selanjutnya, untuk menguji pengaruh variabel
independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen digunakan uji
F (uji simultan) dan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen digunakan uji t (uji parsial).
Model regresi linier berganda yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a) TD = a + B1Prof + B2Gro + B3Size + B4Fix + B5Vol + B6FD +
B7Tahun08 + B8Tahun09 + B9Tahun10 + B10Tahun11
b) STD = a + B1Prof + B2Gro + B3Size + B4Fix + B5Vol + B6FD +
B7Tahun08 + B8Tahun09 + B9Tahun10 + B10Tahun11
c) LTD = a + B1Prof + B2Gro + B3Size + B4Fix + B5Vol + B6FD +
B7Tahun08 + B8Tahun09 + B9Tahun10 + B10Tahun11
Keterangan:
1. TD adalah rasio total hutang (total debt, TD) terhadap total aset (TA).
2. STD adalah rasio total hutang jangka pendek (hutang dengan waktu
jatuh tempo dibawah satu tahun), short-term debt (STD) terhadap TA.
3. LTD adalah rasio total hutang jangka panjang (hutang dengan waktu
jatuh tempo lebih dari satu tahun), long-term debt (LTD) terhadap TA.
4. a merupakan nilai konstanta.
5. Prof (profitabilitas) adalah tingkat kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba. Dalam penelitian ini, dalam mengukur profitabilitas
49
digunakan rumus ROA, yaitu pengembalian atas TA yang didefinisikan
sebagai rasio dari laba operasional sebelum bunga dan pajak (earnings
before interest and tax, EBIT) terhadap TA.
Prof = EBIT / TA
6. Gro merupakan singkatan dari growth yang diukur dengan persentase
perubahan TA selama tiga tahun terakhir, dengan rumus perhitungan:
Gro = (TAt – TAt-3) / TAt-3
7. Size menjelaskan ukuran perusahaan yang diukur dengan logaritma
natural dari TA, size = Ln. TA.
8. Fix merupakan aset perusahaan yang berupa aset tetap (fixed asset). Fix
diukur dengan menghitung rasio aset tetap terhadap TA.
Fix = Aset tetap / TA
9. Vol merupakan tingkat volatilitas laba yang diukur dengan standar
deviasi laba tiga tahun dibagi dengan rata-rata total aset tahun-tahun
tersebut.
Stdev (Xt, Xt-1,Xt-2)
(TAt+TAt-1+TAt-2) / 3
10. FD merupakan tingkat kesulitan finansial yang diukur dengan index
Altman Z Score Sebagai berikut:
Z = 1.2X1 + 1.4X2 + 3.3X3 + 0.6X4 +0.999X5
Keterangan:
X1 = Working capital / total assets,
Vol =
50
= (Aset lancar – hutang lancar) / total aset
X2 = Laba ditahan / total aset
X3 = Laba sebelum beban bunga dan pajak / total assets
X4 = Market value of equity / total liabilities
= (Harga saham*saham beredar) / total liabilities
X5 = Penjualan / total aset
Z = index keseluruhan
Dalam formula yang dirumuskan Altman, perusahaan yang tidak
mengalami kesulitan finansial berada pada nilai di atas 1,80. Perusahaan
yang tidak mengalami kesulitan finansial (Z > 1,80) diberi kode 0, dan
kode 1 untuk perusahaan yang mengalami kesulitan finansial (Z=<1,80).
Ringkasan rumus perhitungan operasional masing-masing variabel
tampak pada tabel 3.1.
51
Tabel 3.1
Ringkasan Rumus Perhitungan Operasional
Variabel Notasi Rumus penghitungan Keterangan
Hutang Jangka Pendek
STD STD STD = Short Term Debt
TA TA = Total Asset
Hutang Jangka
Panjang LTD
LTD LTD = Long Term Debt
TA TA = Total Asset
Total Hutang TD TD TD = Total Debt
TA TA = Total Asset
Profitabilitas Prof EBIT EBIT = Earning Before Interest and Tax
TA TA = Total Asset
Aset Tetap Tan Tan Tan = Tangible Asset
TA TA = Total Asset
Ukuran Size Ln(TA) Ln = Logaritma Natural
TA = Total Asset
Pertumbuhan Growth TAt-TAt-3 TAt = Total Asset tahun ke-t
TAt-3 TAt-3 = Total Asset tahun ke-(t-3)
Volatilitas Laba
Vol STDEV(Xt,Xt-1,Xt-2) (TAt+TAt-1+TAt-2)/3
STDEV = Standar Deviasi
Xt = laba tahun ke-t
TAt = Toral aset tahun ke-t
t-1 = 1 tahun sebelum tahun t
Kesulitan finansial
(Financial Distress)
FD Z = 1.2X1 +1.4X2 +
3.3X3 + 0.6X4 +0.999X5
X1 = Working capital / total assets
= (Aset lancar – Hutang Lancar) / total assets
X2 = Laba ditahan / total aset
X3 = Laba sebelum beban bunga dan pajak / total assets
X4 = Market Value of Equity / total liabilities
= (Harga saham*saham beredar) / total liabilities
X5 = Penjualan / total aset
Z = index keseluruhan